genre folklor

6
Sabita Qomaria 125110700111006 1. Genre Folklor Folklor mempunyai unsur-unsur yang disebut dengan genre atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai bentuk. Menurut Jan Harold Brunvand, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya: a. Folklor lisan (verbal folklore) Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk (genre) folklor yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: 1) Bahasa rakyat; seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan title kebangsaan. 2) Ungkapan tradisional; seperti peribahasa, pepatah, dan pameo. 3) Pertanyaan tradisional; seperti teka teki. 4) Puisi rakyat; seperti pantun, gurindam, dan syair. 5) Cerita prosa rakyat; seperti mitos, legenda, dan dongeng, dan 6) Nyanyian rakyat; seperti balada dan epos. b. Folklor sebagian lisan (partly verbal folklore), Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong dalam kelompok ini di antaranya adalah: 1) Kepercayaan rakyat. 2) Permainan rakyat. 3) Teater rakyat 4) Tari rakyat. 5) Adat istiadat 6) Upacara, dan 7) Pesta rakyat.

Upload: sabitaqomaria

Post on 19-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Genre folklore.

TRANSCRIPT

Sabita Qomaria

125110700111006

1. Genre Folklor

Folklor mempunyai unsur-unsur yang disebut dengan genre atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai bentuk. Menurut Jan Harold Brunvand, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya:

a. Folklor lisan (verbal folklore)

Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk (genre) folklor yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:

1) Bahasa rakyat; seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan title kebangsaan.

2) Ungkapan tradisional; seperti peribahasa, pepatah, dan pameo.

3) Pertanyaan tradisional; seperti teka teki.

4) Puisi rakyat; seperti pantun, gurindam, dan syair.

5) Cerita prosa rakyat; seperti mitos, legenda, dan dongeng, dan

6) Nyanyian rakyat; seperti balada dan epos.

b. Folklor sebagian lisan (partly verbal folklore),Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong dalam kelompok ini di antaranya adalah:

1) Kepercayaan rakyat.

2) Permainan rakyat.

3) Teater rakyat

4) Tari rakyat.

5) Adat istiadat

6) Upacara, dan

7) Pesta rakyat.

c. Folklor bukan lisan (non verbal folklore).Bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan.Kelompok ini dapat dibagi menjadi dua subkelompok, yakni yang material dan yang bukan material.

1) Bentuk folklor bukan lisan yang tergolong material antara lain:

a) Arsitektur rakyat (bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi, dan sebagainya).

b) Kerajinan tangan rakyat.

c) Pakaian dan perhiasan tubuh adat.

d) Makanan dan minuman rakyat, dan

e) Obat-obatan tradisional.

2) Sedangkan, yang termasuk bukan material antara lain:

a) Gerak isyarat tradisional (gesture).

b) Bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat (misalnya kentongan tanda bahaya di Jawa atau bunyi gendang untuk mengirim berita seperti yang dilakukan di Afrika), dan

c) Musik rakyat.2. Genre Tradisi Lisan

Kategori besar genre tradisi lisan Jawa dapat digolongkan dalam tiga, yaitu:a. Cerita, yaitu tradisi lisan yang berupa kisahan berbentuk prosa. Wujud cerita lisan antara lain: Cerita biasa, yang memuat kisah-kisah hidup.

Kisah anekdot yang memuat cerita lucu dan menarik.

Cerita perjalanan, berupa kisah oleh-oleh dari wilayah yang lain yang dipandang menarik.

Mitos, adalah cerita yang memuat kepercayaan orang Jawa terhadap hal-hal yang sacral.

Cerita rakyat, adalah cerita yang bernuansa peristiwa suatu wilayah, misalkan berbentuk legenda.

Cerita epik, adalah kisah kepahlawanan atau hero yang menonjol di Jawa.

Cerita babad, adalah kisah yang memuat aspek sejarah fiktif.

Cerita lelembut, adalah kisah kehidupan makhluk halus.

Dongeng.

b. Puisi, adalah tradisi lisan yang berupa syair-syair rakyat. Syair ini meliputi beberapa bentuk, antara lain:

Nyanyian rakyat, adalah puisi yang dilagukan rakyat seperti halnya lagu dolanan anak-anak.

Parikan (pantun Jawa), sebuah sajak semi terikat.

Tembang, adalah puisi yang terikat oleh aneka aturan, seperti tembang gedhe dan macapat.

c. Ungkapan estetis, adalah cetusan atau gagasan yang mengungkapkan kata-kata indah, ini dapat berupa: Mutiara kata Peribahasa Isbat Ramaland. Teka-teki kata, adalah pemakaian teka-teki yang dapat menyedot perhatian orang, berupa:

Wangsalan Sandi asma

Sengkalan Cangkriman puistise. Pertunjukkan rakyat, adalah bentuk-bentuk lakon dan pertunjukkan rakyat, meliputi:

Drama (guyon maton, lawak, dagelan Wayang Ketoprak Jemblung dan Sholawatan.3. Genre Sastra Lisan

Ada tiga pembahasan dalam genre sastra lisan, yakni:a. Kentrung

Kentrung adalah suatu jenis sastra lisan berupa penceritaan lisan. Dalam menyampaikan cerita, dalang kentrung sering mengiringinya dengan tabuhan rebana dan kendang. Kentrung ini memiliki penyebaran di Jawa Tengah dan Jawa Timur, terutama di wilayah pesisir. Di dalam menyampaikan cerita, dalang kentrung tidak menggunakan peraga. Jenis-jenis tradisi bercerita:

Jemblung, Kentrung, templing (Jawa Tengah/ Jawa Timur)

Bakaba (Sumatra Barat)

Jeilehim (Sumatra Selatan)

Warahan (Lampung)

Bapandung, Basyasyairan (Kalimantan Selatan)

Cepung (Bali)

Pantun (Jawa Barat)

Awang Belanga/ Awang Batil (Perlis, Malaysia)

Pelipur lara (Melayu)

Tanggomo (Gorontalo)

Isi cerita kentrung

cerita tentang seorang nabi,

cerita tentang kehidupan Nabi Muhammad,

cerita pahlawan Islam dari Timur Tengah,

cerita yang terjadi di salah satu negara di Timur tengah,

cerIta tentang seorang Wali,

cerita yang bersumber dari babad

cerita yang bermain di lingkungan pesantren, dan

cerita Murwakala (Sudikan, 2001:144)

b. Wayang

Secara harfiah, kata wayang sebenarnya berasal dari kata bahasa Jawa Kuna wawayang yang dapat diartikan bayangan. Kata wayang setidaknya sudah sejak ada tahun 907 terbukti dengan disebutkannya istilah mawayang dalam prasasti dari zaman Raja Balitung. Jenis-jenis wayang, wayang kulit;

wayang klitik/ krucil (menceritakan Damarwulan);

wayang golek (menceritakan Amir Hamzah);

wayang beber;

wayang wong dan;

wayang topeng (relief)

wayang di tempat lain,

Sunda (wayang kulit dan wayang golek).

Bali (Wayang kulit dan wayang wong)

Lombok (Wayang sasak (kulit))

Melayu (kulit (Melayu, Jawa, Siam)

c. Ketoprak

Ketoprak adalah jenis sastra lisan yang menggunakan peraga manusia.

Ketoprak berkembang khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, namun di beberapa tempat yang dihuni orang dari Jawa juga memiliki tradisi ketoprak. Sebagai misal, Lampung dan Sumatra Utara.

Jenis-jenis ketoprak,

Ketoprak Lesung: alat musik yang dipergunakan dalam Ketoprak ini terdiri dari lesung, kendang, terbang dan seruling. Ceritera yang dibawakan adalah kisah-kisah rakyat yang berkisar pada kehidupan di pademangan - pademangan, ketika para demang membicarakan masalah penanggulangan hama yang sedang melanda desa mereka atau ceritera-ceritera tentang Pak Tani dan Mbok Tani dalam mengolah sawah mereka. Ketoprak Ongkek: Kethoprak Ongkek adalah kethoprak yang para pemainnya selalu memperkenalkan diri untuk perannya. Anjasmara Gugat merupakan lakon yang dipentaskan oleh Group Sosrobahu, salah satu group yang ikut melestarikan kesenian ini. Ketoprak Tobong: salah satu kelompok ketoprak berpindah-pindah yang tersisa di Jawa saat ini. Lokasinya berada di Balong Bayen, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Sebelum mereka menetap di lokasi yang sekarang, mereka berpindah dari satu desa ke desa lainnya. Pengembaraan mereka dimulai dari Kediri, Jawa Timur. Anggota yang tersisa kini 15 orang. Keluarga Risang Yuwono telah menjadi salah satu pemimpin dan terlibat dengan kelompok ini selama dua belas tahun. Ketoprak Humor: cerita yang disuguhkan dengan memasukkan unsure-unsur humor.