gejala klinis penyakit distemper 2

4
Gejala Klinis Penyakit Distemper (muhammad iqbal et al. )Pada temuan pemeriksaan klinisbiasanya terdapat gejala-gejala seperti berikut : - Demam - Nafsu makan berkurang - Depresi (muhammad iqbal et al. ) Pada tahap lanjut gejala yang muncul dapat berupa : - Diare - Pneumonia (radang paru) - Rhinitis (radang selaput lendir hidung) - Muntah-muntah Semua anjing yang terinfeksi memperlihatkan tanda-tanda klinis diare berat berdarah , konjungtivitis, ocular discharge, nasal discharge dan batuk, demam dan penurunan berat badan pada 21 dpi. (tan et al. 2011) Gejala klinis yang bervariasi. Variasi gejala klinis mulai dari subklinis, gangguan pernafasan, gangguan saluran cerna, sampai dengan adanya gangguan syaraf yang bersifatfatal (Zhao et al, 2009 dalam kardena et al 2011). Secara patologi, anjing yang terinfeksi virus distemper dapat menyebabkan multi-sistemik infeksi. Gambaran klinis darah perifer dari anjing yang terinfeksi virus ini mula-mula mengakibatkan terjadinya lymphopenia, walaupun pada tingkat sub akut sampai kronis diikuti dengan meningkatnya jumlah monosit / peripheral blood mononuclear cells (Nielsenet al, 2009 dalam kardena et al 2011). Pada anjing yang telah terinfeksi akan tampak lesu, depresi, anoreksia, eksesif discharge pada bagian naso-ocular serta tidak jarang diikuti dengan gejala diare (Lan et al, 2006 dalam Kardena et al 2011). Pada stadium kronis anjing penderita akan tampak inkoordinasi sampai tidak mampu mengontrol mikturisi. Hal ini disebabkan adanya kerusakan pada

Upload: dayu-md-yuliantari

Post on 16-Feb-2016

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

distemper

TRANSCRIPT

Page 1: Gejala Klinis Penyakit Distemper 2

Gejala Klinis Penyakit Distemper

(muhammad iqbal et al. )Pada temuan pemeriksaan klinisbiasanya terdapat gejala-gejala seperti berikut :- Demam- Nafsu makan berkurang- Depresi

(muhammad iqbal et al. ) Pada tahap lanjut gejala yang muncul dapat berupa : - Diare- Pneumonia (radang paru)- Rhinitis (radang selaput lendir hidung)- Muntah-muntah

Semua anjing yang terinfeksi memperlihatkan tanda-tanda klinis diare berat berdarah , konjungtivitis, ocular discharge, nasal discharge dan batuk, demam dan penurunan berat badan pada 21 dpi. (tan et al. 2011)

Gejala klinis yang bervariasi. Variasi gejala klinis mulai dari subklinis, gangguan pernafasan, gangguan saluran cerna, sampai dengan adanya gangguan syaraf yang bersifatfatal (Zhao et al, 2009 dalam kardena et al 2011).

Secara patologi, anjing yang terinfeksi virus distemper dapat menyebabkan multi-sistemik infeksi. Gambaran klinis darah perifer dari anjing yang terinfeksi virus ini mula-mula mengakibatkan terjadinya lymphopenia, walaupun pada tingkat sub akut sampai kronis diikuti dengan meningkatnya jumlah monosit / peripheral blood mononuclear cells (Nielsenet al, 2009 dalam kardena et al 2011).

Pada anjing yang telah terinfeksi akan tampak lesu, depresi, anoreksia, eksesif discharge pada bagian naso-ocular serta tidak jarang diikuti dengan gejala diare (Lan et al, 2006 dalam Kardena et al 2011). Pada stadium kronis anjing penderita akan tampak inkoordinasi sampai tidak mampu mengontrol mikturisi. Hal ini disebabkan adanya kerusakan pada sel-sel otak dan bahkan bisa menimbulkan kematian pada sel-sel tersebut (Rudd et al, 2009 dalam Kardena et al 2011).

Gejala klinis penyakit distemper berupa demam, lemah, anorexia, adanya eksudat mukopurulen di daerah mata dan hidung, serta adanya diare sebelum dinekropsi. Pustula pada daerah kulit di bagian abdomen juga teramati (Kardena et al, 2011).

Page 2: Gejala Klinis Penyakit Distemper 2

Virus distemper menyerang dan menimbulkan gejala atau lesi pada mata, saluran respirasi, gastrointestinal, urogenital, sistem saraf, dan kulit (Koutinas et al., 2004, Siegmund, 2008 dalam Krisna et al, 2009). Gejala klinik yang ditimbulkan sangat bervariasi. Gejala dapat terjadi berat atau ringan, tanpa atau dengan memperlihatkan gejala-gejala saraf (Dharmojono, 2001; Siegmund, 2008 dalam Krisna et al, 2009).

Gejala umum yang teramati oleh pemilik antara lain depresi, kelemahan, eksudat dari mata dan hidung, batuk, muntah, atau diare, namun pada infeksi yang sudah parah dapat teramati gangguan saraf seperti kejang atau ataksia (Côté 2011 dalam Mudina, 2012). Gejala tersebut merupakan infeksi kombinasi antara virus dan bakteri. Virus distemper yang bersifat subklinis dan dalam jangka waktu yang lama juga dapat menginfeksi kulit, sehingga telapak kaki anjing menjadi keras dan menebal, dan disebut sebagai penyakit “hard pad”. Selain itu, virus juga menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga merusak kemampuan tubuh untuk melawan infeksi (Legendre 2005 dalam Mudita, 2012).

Temuan pemeriksaan fisik dapat berupa suara napas yang keras saat dilakukan auskultasi, kaheksia, dehidrasi, dan peradangan pada mata (anterior uveitis, optik neuritis, degenerasi retina, atau keratokonjungtivitis) jika infeksi CDV bersifat sistemik (Côté 2011 dalam Mudita, 2012). Setengah dari total anjing yang terinfeksi CDV mengalami kerusakan saraf karena CDV tertarik dan bereplikasi cepat pada jaringan saraf (Legendre 2005 dalam Mudita 2012). Kerusakan pada saraf mengakibatkan kejang yang disebut sebagai “chewing-gum” seizures karena membuka dan menutup mulut dengan keras secara berulang-ulang. Gejala lain yang menunjukkan infeksi CDV adalah mioklonus kepala, leher, atau tungkai (Côté 2011 dalam Mudita 2012). Mioklonus adalah kontraksi ritmik yang sangat kuat pada otot rangka (Widodo et al. 2011 dalam Mudita 2012). Kerusakan pada sumsum tulang dapat mengakibatkan kelemahan dan paralisis, namun kerusakan pada saraf juga dapat menyebabkan gerakan tidak terkoordinasi dari kaki (Legendre 2005 dalam Mudita 2012). Pada anjing yang pulih dari infeksi CDV dimungkinkan mengalami anosmia persisten atau kehilangan daya penciuman (Côté 2011 dalam Mudita 2012).

Gejala klinis distemper sangat bervariasi baik dalam durasinya maupum keseriusannya. Kenaikan suhu terjdi pada hari 1-3, diikuti penurunan selama beberapa hari kemudian naik lagi selama 1 minggu atau lebih. Saat awal kejadian segera akan diikuti dengan leukopenia dan limfopenia. Selanjutnya terjadi netrofilia selama beberapa minggu. (anonim, 2008)

Page 3: Gejala Klinis Penyakit Distemper 2

Gangguan pada saluran pernafasan berupa keluarnya leleran hidung kental, mukopurulen dan leleran mata yang menigkat (epifora) yang lama-lama juga bersifat mukopurulen. (anonim, 2008)

Anjing akan tampak lesu, depresi, batuk-batuk, anoreksi dan mungkin diikuti diare dengan tinja yang berbau busuk. Telapak kaki akan mengeras krena kekurangan cairan (hardpad disease). Anjing yang terserang menunjukkan bau yang khas. Gejala dehidrasi sangat menonjol dan mungkin penderita mengalamimkematian dan gagal ginjal akibat dehidrasi yang sangat. (anonim, 2008)

Penyakit distemper ini lama kelamaan daoat menyerang bagian saraf dan gejalanya berlangsung selama beberapa minggu atau bulan. Anjing tidak mampu mengontrol mikturisi (pengeluaran kemih). Pada stadium terminal, moribund, terlihat adanya kejang dengan bola mata mengalami nystagmus. (anonim, 2008)

Daftar pustaka

__________ . 2008. Distemper anjing atau canine distemper. Pusat Kesehatan Hewan. http://www.vet-klinik.com

Iqbal, Muhammad. Klasifikasi Pasien Suspect Parvo dan Distemper pada Data Rekam Medik Rumah Sakit Hewan IPB Menggunakan Voting Feature Intervals. Institut Pertanian Bogor : Bogor

Tan et al. 2011. Pathogenesis and phylogenetic analyses of canine distemper virus strain ZJ7 isolate from domestic dogs in China. Virology Journal http://www.virologyj.com/content/8/1/520

Kardena I made. 2011. Gambaran Patologi Paru-paru Anjing Bali Lokal yang Terinfeksi Penyakit Distemper. Buletin Veteriner Udayana : Denpasar

Krisna et al. 2009. Analisis Faktor Risiko Penyakit Distemper pada Anjing di Denpasar. Jurnal Veteriner. Universitas Udayana Denpasar

Natania, Mudita, 2012. Kejadian Penyakit Distemper dan Parvo pada Anjing melalui Pendekatan Klinis, Studi di Rumah Sakit Hewan Institut Peranian Bogor. Instutit Pertanian Bogor : Bogor