garuda - berita & artikel tambahan
DESCRIPTION
MEjikTRANSCRIPT
Ini Strategi Garuda Hadapi Kondisi Ekonomi yang Kurang Kondusif Sep 3 2014 • Berita Domestik • 1032 Views • No Comments
Kondisi perekonomian yang kurang kondusif dalam beberapa waktu belakangan ini telah
membuat sejumlah maskapai penerbangan, termasuk Garuda Indonesia, mengalami kerugian.
Namun, perusahaan penerbangan plat merah itu berupaya membalikkan keadaan dengan
menerapkan berbagai strategi.
Presiden Direktur Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengatakan seperti dilansir BeritaSatu,
Selasa (2/9/2014), bahwa pihaknya sudah menyiapkan 12 strategi agar Garuda Indonesia
kembali mendapatkan keuntungan. Strategi itu antara lain memperkuat rute penerbangan
domestik dan internasional, menutup dan mengurangi rute penerbangan yang merugi,
menunda rencana ekspansi penerbangan internasional, dan memperkuat kemitraan
dengan aliansi SkyTeam.
Selain itu, Emirsyah Satar menuturkan bahwa Garuda Indonesia perlu menyesuaikan kapasitas
pesawat dengan pasar yang ada, yaitu dengan mempertahankan pesawat besar
(widebody), mempercepat pensiunnya pesawat tua, dan menerapkan strategi pemasaran
yang agresif. “Garuda juga akan mengoptimalkan pelayanan, meningkatkan produktivitas,
menjaga komitmen sebagai maskapai full service, serta menjalankan bisnis secara
berkesinambungan,” tegasnya.
Menurut Emirsyah Satar, saat ini menjadi masa-masa yang sulit bagi maskapai penerbangan di
Asia Pasifik, sedangkan industri penerbangan di Amerika Serikat dalam kondisi yang kuat
karena dua tahun lalu sudah melakukan restrukturisasi. “Saya rasa, dalam beberapa tahun ke
depan di Asia Pasifik juga akan kuat. Mungkin yang bisa ditempuh adalah konsolidasi
operasional dan memperkuat modal,” ucapnya.
Sumber: http://indo-aviation.com/2014/09/03/ini-strategi-garuda-hadapi-kondisi-ekonomi-yang-kurang-kondusif/
Pergantian Direksi:
Ini strategi Dirut baru Garuda Indonesia Oleh Annisa Aninditya Wibawa - Jumat, 12 Desember 2014 | 18:03 WIB
TANGERANG. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) baru saja mengganti susunan
direksi. Para direktur GIAA dipersempit, dari delapan orang jadi enam orang. Mantan Direktur
Utama Citilink, M. Arif Wibowo, terpilih menduduki kursi nomor satu GIAA. Dengan
pergantian ini, Garuda Indonesia berharap terbang tinggi.
Pasalnya, kinerja GIAA tampak berdarah-darah dalam beberapa tahun terakhir. Kuartal ketiga
2014, GIAA rugi US$ 219,54 juta. Nilai ini membengkak 1.362,62% dari US$ 15,01 juta dari
periode yang sama tahun sebelumnya.
Optimisme datang dari mantan Direktur Utama GIAA Emirsyah Satar. Dia bilang, kinerja GIAA
akan bisa membaik tahun depan dan sudah bisa meraup untung. "Tahun ini turbulensi cukup
besar bagi industri maskapai," kata Arif, hari ini (12/12).
Untuk menguatkan otot GIAA, Arif punya tiga strategi prioritas. Pertama, ia akan membuat
GIAA jadi penghasil uang semaksimal mungkin. Menurutnya, ini bisa digenjot melalui berbagai
hal, mulai dari Sumber Daya Manusia (SDM), peralatan, dan lain-lain.
Kedua, ia akan merestrukturisasi biaya perseroan. Arif menyadari, stagnansi ekonomi akan
berpengaruh pada bisnis angkutan udara. Maka, ia akan berusaha menstabilkan kondisi keuangan
GIAA dengan memangkas biaya.
Ketiga, GIAA akan mengamankan pendanaan jangka pendek. Menurutnya, ia membutuhkan
pendanaan eksternal untuk jangka waktu 6 bulan sampai setahun ke depan. Namun, Arif masih
enggan menjelaskan skema apa yang akan pihaknya jajaki. "Metode banyak. Bisa refinancing
dan sebagainya," ucapnya.
GIAA pun akan terus bermain di pasar domestik, regional, internasional. Arif memprediksi,
traffic penerbangan akan tumbuh 9%-10% di 2015. Ini didasari pada perekonomian Indonesia
yang diperkirakan tumbuh 5% sampai 5,5% tahun depan.
Penurunan harga minyak dunia belakangan ini bisa menjadi keuntungan bagi GIAA. Setiap
penurunan 1 sen harga minyak, GIAA bisa untung US$ 17 juta. Jika melihat penurunan harga
minyak yang sudah melorot 15 sen, maka GIAA bisa diuntungkan US$ 255 juta.
Meski begitu, GIAA masih menghadapi depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar. Jika
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar terus melemah, ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi
perseroan.
Sumber: http://investasi.kontan.co.id/news/ini-strategi-dirut-baru-garuda-indonesia
SkyTeam Umumkan Bergabungnya Garuda Indonesia sebagai Anggota ke 20
Sebagai Anggota ke -20 mulai Maret 2014, Garuda Indonesia akan mampu menjadikan Aliansi
berkembang di wilayah Asia Pasifik sesuai rencana.
AMSTERDAM, 16 Desember 2013 – Aliansi maskapai penerbangan global SkyTeam akan
menyambut Garuda indonesia sebagai anggota ke-20 pada 5 Maret 2014. Garuda Indonesia,
maskapai nasional Indonesia, akan menjadi maskapai kedua di Asia Tenggara yang bergabung
dengan aliansi yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda, tersebut.
Masuknya Garuda Indonesia di SkyTeam akan mempermudah para pengguna jasa dari seluruh
dunia melakukan penerbangan ke Indonesia - yang merupakan salah satu pusat ekonomi terbesar
di Asia Tenggara. Saat ini Garuda Indonesia melayani penerbangan nonstop dari Jakarta ke tujuh
hub SkyTeam, yaitu Seoul, Guangzhou, Beijing, Shanghai, Taipei, dan Amsterdam.
"Jaringan rute penerbangan Garuda Indonesia yang luas di domestik dan jaringan penerbangan di
internasional yang semakin berkembang, akan berkontribusi menjadikan SkyTeam pada posisi
sebagai aliansi #1 di di wilayah Asia yang sangat dinamis ini dan, sesuai rencana kami
menguatkan footprint global kami, hal tersebut akan menguatkan kehadiran kami di Asia
Tenggara dan Wilayah Asia Pacifik", kata Micahel Wisbrun, SkyTeam managing Director.
Garuda Indonesia saat ini telah dapat memenuhi persyaratan ketat untuk menjadi anggota sesuai
yang dipersyaratkan SkyTeam, termasuk implemntasi platform IT baru dan inisiatif – inisiatif
yang fokus pada peningkatan layanan kepada pelanggan. Kami sangat senang dapat menyambut
Garuda Indonesia di SkyTeam pada 5 Maret tahun depan untuk memenuhi harapan pengguna
jasa kami untuk memberikan mereka lebih banyak pilihan terbang ke Indonesia untuk bisnis dan
wisata," ujar Michael Wisbrun.
Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar berterima kasih kepada SkyTeam dan seluruh
maskapai anggota SkyTeam atas dukungan yang terus diberikan sejak awal hingga saat ini.
Bergabungnya Garuda Indonesia di aliansi tersebut merupakan bagian dari strategi ekspansi
jangka panjang perusahaan yang sejalan dengan program "Quantum Leap 2011 – 2015". ".
Garuda Indonesia telah melaksanakan berbagai program transformasi untuk terus meningkatkan
layanan kepada pengguna jasa sekaligus secara aktif bekerja sama dengan SkyTeam selama
proses yang berlangsung.
"Bergabungnya Garuda Indonesia dalam aliansi global SkyTeam pada 5 Maret 2014 merupakan
salah satu milestone penting bagi perusahaan untuk menjadi "Global Player". Keanggotaan di
aliansi juga merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk terus mengembangkan jaringan
penerbangan internasionalnya sekaligus untuk meningkatkan layanan kepada para pengguna jasa
dengan menyediakan pilihan destinasi penerbangan yang lebih luas dan pengalaman terbang
yang lebih nyaman,” ujarnya.
Tentang SkyTeam
SkyTeam adalah aliansi maskapai penerbangan global yang menghadirkan akses ke jaringan
global yang lebih luas kepada para pengguna jasa dari maskapai penerbangan anggota melalui
lebih banyak pilihan destinasi, frekuensi, dan konektivitas. Pengguna jasa dapat memperoleh dan
me-redeem Frequent Flyer Miles di seluruh jaringan SkyTeam. Penerbangan yang dilayani oleh
seluruh anggota SkyTeam memungkinkan para pengguna jasa untuk dapat mengakses sebanyak
525 lounge di seluruh dunia. Ke-19 anggota aliansi adalah Aeroflot, Aerolíneas Argentinas,
Aeroméxico, Air Europa, Air France, Alitalia, China Airlines, China Eastern, China Southern,
Czech Airlines, Delta Air Lines, Kenya Airways, KLM Royal Dutch Airlines, Korean Air,
Middle East Airlines, Saudia, TAROM, Vietnam Airlines, dan Xiamen Airlines. SkyTeam
menawarkan sebanyak 552 juta pelanggannya lebih dari 15.000 penerbangan setiap hari ke 1.000
destinasi yang tersebar di 187 negara.
Tentang Garuda Indonesia
Garuda Indonesia merupakan maskapai "flag carrier" yang melayani penerbangan ke 39 destinasi
domestik dan 20 destinasi internasional di Asia Tenggara, Timur Tengah, Asia Timur, Australia,
dan Eropa, melalui empat hub penerbangannya di Indonesia, yaitu Jakarta, Denpasar, Makassar,
dan Medan. Sejalan peningkatan kinerja di berbagai aspek dan peningkatan layanan yang
dilaksanakan, Garuda Indonesia meraih apresiasi dan penghargaan dari berbagai lembaga
nasional maupun internasional, di antaranya penghargaan "The World's Best Economy Class"
dari SkyTrax pada Juni 2013 dan penghargaan "Airline Terbaik di Kawasan Asia dan
Australasia" ("Best in Region: Asia and Australasia") dari "Airline Passenger Experience
Association (APEX)", pada September 2013.
Sumber: https://www.garuda-indonesia.com/sites/id/id/news-and-events/news/skyteam-umumkan-bergabungnya-
garuda-indonesia-sebagai-anggota-ke-20.page
Mampukah Garuda Salip Singapore Airlines? Sabtu, 9 Agustus 2014 | 12:18 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com – Makapai penerbangan BUMN, Garuda Indonesia terus menggeber
bisnisnya dengan melakukan berbagai strategi. Namun, Garuda memiliki pesaing yang sangat
kuat di region Asia tenggara, ya Singapore Airlines (SA).
Maskapai asal negeri singa tersebut saat ini masih menjadi yang terdepan dalam masalah
kapasitas produksi atau availability seat kilometres (ASK) di Asia Tenggara. Lantas apakah
Garuda mampu menyalip maskapai asal negeri singa tersebut dan menjadi yang terbaik di
regional Asia Tenggara?
Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar mengungkapkan beberapa data mengenai persaingan
dengan maskapai lain termasuk dengan Singapore Airline. Menurut dia, saat ini Garuda memiliki
AKS mencapai 63,5 miliar dollar AS.
Lalu bagaimana Singapore Airlines? Emir mengatakan, bahwa saat ini Singapore Airlines
memiliki ASK mencapai 120,4 miliar dollar AS atau dua kali lipat dari ASK Garuda saat ini.
“ASK kita saat ini 63,5 miliar dollar AS, Singapur 120,4 miliar dollar AS,” ujar pria berkaca
mata tersebut saat memaparkan keuangan Garuda Indonesia di Kantor Garuda Indonesia
Cengkareng, Tangerang, Jumat (8/8/2014).
Meskipun Garuda jauh tertinggal, namun Emir mengatakan bahwa saat ini Garuda sudah
melakukan berbagai strategi bisnis diantaranya terus mengembangkan jaringan bisnis,
penambahan pesawat baru dan pemanfaatan kerjasama dengan semua anggota Sky Team.
Keuntungan dari strategi bisnis yang dilakukan Garuda, kata Emir, baru akan dirasakan pada
tahun-tahun kedepan bukan untuk saat ini. Namun, jika harus menyalip Singapore Airline dalam
segi kapasitas produksi nampaknya akan sulit.
Pasalnya, saat berbagai strategi bisnis yang dilakukan Garuda itu berhasil pada tahun 2025
mendatang, Emir menyebutkan bahwa ASK Garuda baru akan mencapai 114,8 miliar dollar AS.
Itu artinya ASK Garuda pada tahun 2025 masih kalah dari ASK Singapore Airline pada saat ini
yang mencapai 120,4 miliar dollar AS. Bahkan dari segi equity, kata Emir, saat ini kekayaaan
Singapore Airlines sepuluh kali lipatnya Garuda Indonesia.
Sementara itu, jika melihat sepuluh maskapai terbaik dunia saat ini versi Skytarx, Garuda
menempati posisi ke tujuh terbaik dunia, masih kalah dengan Singapore Airlines yang berada di
posisi empat dunia. Dari segi armada, Garuda boleh sedikit berbangga. Maskapai nasional ini
mempunyai 150 pesawat, mengungguli Singapore Airlines "hanya" 139 unit. Oleh karena itu,
jika ingin menyalip Singapore Airlines dan menjadi yang terbaik di regional Asia Tenggara,
maka Garuda harus sangat bekerja keras mengejar ketertinggalannya.
Strategis bos Garuda Indonesia di tengah utang dan persaingan Reporter : Wisnoe Moerti | Sabtu, 13 Desember 2014 08:04
Merdeka.com - Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) memutuskan menunjuk
Arif Wibowo menggantikan Emirsyah Satar sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk. Tongkat estafet kepemimpinan Garuda Indonesia kini ada di tangan mantan Dirut
Citilink tersebut.
Menjadi nahkoda perusahaan maskapai besar tidak bisa disamakan saat dia memimpin Citilink.
Tugas berat dan segudang persoalan menunggu sentuhan tangan Arif. harus diakui, dia ditunjuk
menggantikan Emirsyah di saat kondisi Garuda Indonesia tengah dirundung awan hitam.
Garuda Indonesia mencatat, hingga kuartal III 2014 kerugian (comprehensive loss) USD 206,4
juta. Belum lagi masalah di industri penerbangan nasional yang sedang goyah di tengah
mahalnya harga avtur.
Sementara, dari sisi utang terus mengalami peningkatan, dari USD 800 juta saat 2006 menjadi
sekarang USD 1 miliar atau Rp 12,4 triliun.
"Saya tidak mau gegabah mengurusi Garuda Indonesia karena tantangan lebih besar ketimbang
mengurusi Citilink," ujar Arif di Kantor Garuda, Tangerang, Jumat (12/12). "Kasih waktu saya
seminggu untuk lebih detail menyelesaikan kinerja Garuda," katanya.
Tidak hanya dihadapkan pada persoalan internal perusahaan, Ketua INACA ini juga harus siap
dengan makin ketatnya persaingan industri penerbangan nasional. Dia menyebut tantangan
Garuda Indonesia adalah serbuan maskapai-maskapai asing.
"Daya tahan terhadap gempuran airlines asing yang masuk ke wilayah-wilayah regional
termasuk juga gempuran terhadap LCC di regional. Itu adalah ancaman-ancaman nyata yang
langsung masuk ke kita Garuda grup," ucapnya.
Apa saja strategi Arif menghadapi kondisi Garuda dan persaingan industri penerbangan di masa
depan?
1. Pangkas biaya operasional
Direktur utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang baru, Arif Wibowo sadar harus
menggerakkan mesin bisnis Garuda Indonesia agar lebih maksimal dalam menghadapi
persaingan.
"Mesin penghasil uang kita harus benar-benar berjalan maksimal dan revenue generatednya itu
bisa kita turunkan di berbagai hal. Misalnya mulai dari SDM, alat, sehingga mampu
menghasilkan pendapatan yang bagus," ungkapnya.
Mantan bos Citilink ini juga berencana merestrukturisasi biaya operasional Garuda. Biaya-biaya
yang sekiranya menambah beban perusahaan dipangkas sebagai strategi menghadapi
kemungkinan terjadi stagnasi dalam pertumbuhan industri penerbangan.
"Cost driver harus direstrukturisasi. Mengapa? Karena kita harus kompetitif ke depan. Tahun
depan, kita akan menghadapi stagnasi ekonomi. Bila kita lihat stagnasi ekonomi ini akan
berpengaruh bagi angkutan negara. Sehingga kita harus yakin cost kita harus kompetitif," papar
dia.
2. Kurangi kursi kelas bisnis
Direktur utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang baru, Arif Wibowo mengaku sudah
punya strategi untuk menekan potensi kerugian perusahaan. Rendahnya tingkat keterisian kelas
bisnis disebut-sebut menjadi salah satu potensi kerugian.
Menurut Arif, kursi kelas bisnis pesawat Garuda Indonesia tidak selalu terisi penuh. Karena itu
dia memilih memaksimalkan kelas ekonomi. Ini diyakini bisa memperkecil potensi kerugian,
sekaligus menggenjot pemasukan.
"Ada cost utilisasi pesawat. Kita lagi pertimbangkan reconfiguration (menata ulang) kursi kelas
bisnis dan kelas ekonomi," ujar Arif di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (12/12).
Menurut Arif, ditambahnya kursi kelas ekonomi akan menjadi peluang bagi Garuda Indonesia
menjaring penumpang.
"Beberapa tingkat isian kelas bisnis hanya separuh. Kita coba memperluas kelas ekonomi. Akan
turunkan per unitny. Artinya volume lebih besar sehingga cost per seat turun. Turunkan unit cost
berikan peluang bertahan dari gempuran pesaing. Biaya murah, kok, artinya kita bertahan dari
pesaing," jelas dia.
3. Hemat anggaran
Direktur utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang baru, Arif Wibowo mengatakan, ada
beberapa langkah yang harus dilakukan Garuda untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik ke
depan.
"Pesan dari ibu, ada beberapa hal yang penting jadi kita harus memastikan ini Garuda segera
kondisinya semakin baik," ujar Arif di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (12/12).
Menurut dia, selama hampir 30 menit, Menteri BUMN menekankan kepadanya untuk Garuda
Indonesia dapat menghemat biaya operasional. Ini menjadi penting untuk mengurangi risiko
kerugian.
"Kita harus sadar bahwa meski 1 dolar pun harus kita hitung seberapa besar value added buat
perusahaan itu sendiri. Itu pesan yang paling lebih banyak di situ," jelas dia.
4. Tetap full service
Meski memaksimalkan kursi ekonomi, Garuda akan tetap menerapkan sistem full service bagi
penumpang. Baik penerbangan domestik maupun internasional. Menurutnya, strategi ini sebagai
bagian dari upaya menghadapi ketatnya persaingan di bisnis sektor penerbangan.
"Tapi yang paling penting adalah kita membangun Garuda sebagai sebuah grup holding
company untuk memastikan daya saing kita meningkat. kita akan sangat konsen kepada
penguatan cost structure kita itu harus punya level seminimum mungkin," ujar Direktur utama
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Arif Wibowo
Sumber: http://www.merdeka.com/uang/strategis-bos-garuda-indonesia-di-tengah-utang-dan-persaingan.html
Natal dan Tahun Baru, Garuda siapkan 9.834 kursi tambahan Reporter : Moch Wahyudi | Senin, 15 Desember 2014 16:19
Merdeka.com - Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia telah menyiapkan sebanyak
9.834 kursi tambahan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang pada masa liburan
Natal dan Tahun Baru. Itu terdiri dari 5.804 kursi penerbangan domestik dan 4.030 kursi
penerbangan internasional.
Vice President Corporate Communications Garuda Indonesia Pujobroto mengatakan,
penambahan kursi dilaksanakan melalui dua cara. Yaitu, menambah frekuensi penerbangan
(penerbangan ekstra) dan mengoperasikan pesawat berkapasitas lebih besar selama 20 Desember
2014-9 Januari 2015.
"Khusus untuk penerbangan Jakarta-Singapura pergi pulang, selain dengan mengoperasikan
pesawat berbadan lebar, selama periode peak season tersebut, Garuda Indonesia mengoperasikan
sebanyak 6 penerbangan ekstra dengan menggunakan B737-800NG berkapasitas 162
penumpang selama periode 2-4 Januari 2014," katanya, dalam siaran pers, Senin (15/12).
Sedangkan untuk penerbangan internasional lainnya, lanjutnya, Garuda Indonesia
mengoperasikan pesawat berbadan lebar. Dari yang sebelumnya B737-800NG (kapasitas 162
kursi) menjadi A330-200 (kapasitas 222 kursi).
Itu untuk melayani rute Jakarta-Singapura pergi pulang (30 Desember 2014-4 Januari 2015),
Jakarta-Bangkok pp (25 Desember 2014-1 Januari 2015), dan Jakarta-Perth pp (20 Desember
2014-4 Januari 2015).
Kemudian, Garuda mengoperasikan pesawat berbadan lebar untuk rute domestik seperti Jakarta-
Medan pp (20 Desember 2014-9 Januari 2015), Jakarta-Denpasar pp (periode 27 Desember
2014-4 Januari 2015), dan Jakarta-Manado (23 Desember 2014).
"Untuk kenyamanan dan keamanan para penumpang, Garuda Indonesia mengimbau penumpang
untuk merencanakan perjalanan sedini mungkin," kata Pujobroto. "Para penumpang juga
diimbau untuk menggunakan fasilitas City Check-in di kantor-kantor penjualan Garuda
Indonesia atau Web Check-in untuk menghindari antrian panjang di konter check-in bandara."
Sumber: http://www.merdeka.com/uang/natal-dan-tahun-baru-garuda-siapkan-9834-kursi-tambahan.html
Strategi Garuda Indonesia hadapi maskapai baru Reporter : Harwanto Bimo Pratomo | Rabu, 2 Januari 2013 10:01
Merdeka.com - PT Garuda Indonesia menyiapkan strategi dalam menghadapi ketatnya
persaingan antar maskapai, khususnya munculnya dua maskapai baru yang melayani pasar full
service tahun ini. Manajemen berencana meningkatkan pelayanan pesawat dan post flight.
Senior Manager Public Relation Garuda Indonesia Ikhsan Rosan mengatakan layanan pre-in di
antaranya memperbanyak jaringan akses pemesanan dan pembelian tiket, mempermudah
pemesanan online serta bekerja sama dengan 16 bank.
"Kita juga memperbanyak tiketing office, peningkatan lounge dan terminal khusus Garuda di
berbagai bandara," ujarnya kepada merdeka.com di Jakarta, Selasa (1/1). Untuk pelayanan dalam
penerbangan, lanjutnya, Garuda mencoba untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan
menyediakan berbagai menu makan khas Indonesia. Sarana hiburan pendukung seperti audio dan
video juga dibenahi. "Kita juga akan membuka layanan first class dengan chef onboard,"
tuturnya.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan mobilisasi, Garuda akan mendatangkan 24 pesawat baru
termasuk tipe B 777-300ER. Selain itu perseroan juga bekerjasama dengan beberapa maskapai
internasional seperti Singapura, China atau Turkish Airlines. "Ini supaya jaringan penerbangan
kita semakin luas," imbuhnya.
Sebelumnya, pada tahun 2013 nanti setidaknya ada 2 maskapai baru pesaing Garuda Indonesia
yang bergerak dalam penerbangan pelayanan penuh dan eksekutif, terbang di langit Indonesia.
Salah satu maskapai tersebut adalah Batik Air. Maskapai ini adalah milik PT Lion Mentari
Airlines. Batik Air ditargetkan akan beroperasi pada Maret 2013.
Maskapai kedua yang akan ikut meramaikan penerbangan Indonesia adalah Nam Air. Nam Air
adalah anak usaha PT Sriwijaya Air yang akan bergerak dalam bisnis penerbangan layanan
penuh (full service) berjadwal. Menurut Presiden Direktur Sriwijaya Air Chandra Lie, Nam Air
merupakan unit bisnis strategis untuk melayani rute domestik tertentu.
Nam Air ditargetkan mulai beroperasi pada 2013. Maskapai ini mengoperasikan rencananya
akan mengoperasikan 20 pesawat buatan Embraer asal Brasil seharga USD 20 juta per unit untuk
melayani rute domestik.
Sumber: http://www.merdeka.com/uang/strategi-garuda-indonesia-hadapi-maskapai-baru.html
Sehatkan keuangan Garuda, Arif bakal pangkas biaya operasional Reporter : Novita Intan Sari | Jumat, 12 Desember 2014 13:58
Merdeka.com - Bos baru Garuda Indonesia Arif Wibowo memikul tugas berat untuk
menyelesaikan kewajiban yang belum dituntaskan Emirsyah Satar. Arif ditunjuk menggantikan
Emirsyah di saat kondisi Garuda Indonesia tengah dirundung awan hitam.
Garuda Indonesia mencatat, hingga kuartal III 2014 kerugian (comprehensive loss) USD 206,4
juta. Belum lagi masalah di industri penerbangan nasional yang sedang goyah di tengah
mahalnya harga avtur. "Kasih waktu saya seminggu untuk lebih detail menyelesaikan kinerja
Garuda," ujar Arif di Kantor Garuda, Tangerang, Jumat (12/12).
Arif menghadapi tantangan besar. Persaingan di sektor industri penerbangan semakin ketat.
Pertumbuhan angkutan udara disebut-sebut bisa mencapai 9-10 persen, dan akan berlanjut di
tahun depan.
"Nah, ini yang saya bilang ada strong headwin ke depan, sehingga harus kita perhatikan. Karena
tidak hanya fuel yang turun menjadikan satu indikasi positif, tetapi kita masih menghadapi
depresiasi Rupiah dan pertumbuhan ekonomi," jelas dia.
Untuk itu, Arif sadar harus menggerakkan mesin bisnis Garuda Indonesia agar lebih maksimal
dalam menghadapi persaingan. "Mesin penghasil uang kita harus benar-benar berjalan maksimal
dan revenue generatednya itu bisa kita turunkan di berbagai hal. Misalnya mulai dari SDM, alat,
sehingga mampu menghasilkan pendapatan yang bagus," ungkapnya.
Mantan bos Citilink ini juga berencana merestrukturisasi biaya operasional Garuda. Biaya-biaya
yang sekiranya menambah beban perusahaan dipangkas sebagai strategi menghadapi
kemungkinan terjadi stagnasi dalam pertumbuhan industri penerbangan.
"Cost driver harus direstrukturisasi. Mengapa? Karena kita harus kompetitif ke depan. Tahun
depan, kita akan menghadapi stagnasi ekonomi. Bila kita lihat stagnasi ekonomi ini akan
berpengaruh bagi angkutan negara. Sehingga kita harus yakin cost kita harus kompetitif," papar
dia.
Masih dalam kerangka penyehatan perusahaan, Arif menuturkan, keuangan Garuda harus aman
minimal untuk 6 bulan sampai 1 tahun ke depan. "Metodenya banyak bisa refinancing dan lain-
lain. Saya tidak bisa tahu kebutuhan financialnya. Ini yang harus menjadi prioritas saya dalam
waktu dekat ini" ucapnya.
Sumber: http://www.merdeka.com/uang/sehatkan-keuangan-garuda-arif-bakal-pangkas-biaya-operasional.html
Strategi Branding Garuda Menuju Maskapai Bintang 5 Posted on September 18, 2013 by Lila Intana
Dari 238 maskapai yang ada di dunia, hanya 23 maskapai yang masuk kategori bintang 4, salah
satu di antaranya adalah PT Garuda Indonesia Tbk. Sedangkan yang masuk kategori bintang 5
saat ini baru enam maskapai dan Garuda Indonesia ingin bergabung di dalamnya.
“Baru-baru ini SkyTrax menobatkan kami sebagai peringkat delapan World Best Airline. Kami
targetkan masuk bintang lima,” kata Emirsyah Satar, sang Dirut yang sukses me-rebranding
Garuda Indonesia.
Perjalanan transformasi Garuda hingga akhirnya melakukan rebranding sudah memasuki tahun
ke-9. Awalnya Garuda pernah terpuruk hingga nyaris bangkrut, kemudian bangkit dan mampu
mengeruk revenue US$ 3,5 bilion di tahun lalu.
“Di 2005 secara legally bangkrut. Merah semua. Hampir 12 tahun cuma tiga tahun untung. Kami
secara legally bangkrut. Brand Garuda saat itu tidak ada nilainya,” kata Emir.
Yang dilakukan Emir bersama jajaran manajemen dalam membangun kembali brand Garuda
pertama kali yakni merestrukturisasi utang, memperbaiki layanan dan memperkecil lini bisnis.
“Tahun pertama kami perkecil bisnis, tahun kedua kami rehabilitasi. Tahun ketiga dan keempat
kami melakukan turnaround, mulai dari membeli pesawat baru, invest di IT. Yang diperbarui
bukan pesawatnya saja, tapi kabin kru juga diperbarui. Kita sudah dapat persetujuan dari
Depnaker, kalau kabin kru pensiunnya 56 tahun, nanti ke depan 36 tahun sudah pensiun.”
Setelah berhasil melakukan turnaround, Garuda saat ini memasuki tahap rebranding. Strateginya
yakni menggandeng bintang iklan ternama seperti Liverpool, demi memperkenalkan brand di
mata internasional.
Maskapai pelat merah ini juga terus mengedepankan keunikan yang sulit ditiru oleh maskapai
internasional lainnya. “Yang membedakan brand Garuda adalah Indonesia itu sendiri. Gak
mungkin maskapai lain mengatakan mereka Indonesia banget. Keramahtamahan, diversity, food,
hospitality dan ornamennya, menginspirasi semua iklan Garuda,” katanya.
Belakangan, Garuda juga membuat terobosan fasilitas baru dengan menyediakan fasilitas WIFI
di atas pesawat dan layanan ‘jemput bola’ petugas imigrasi ke dalam pesawat demi
mempersingkat proses imigrasi.
“Kalau ada maskapai lain yang ingin meniru layanan jemput bola ini di negara asalnya, ya
silahkan, tapi kan proses imigrasi di negara lain tidak selama di Indonesia,” ujarnya.
Dengan berbagai usaha yang sudah dan akan terus dilakukan, Emir berharap Garuda Indonesia
pada tahun 2015-2016 sudah masuk ke dalam kategori maskapai bintang lima.
Sumber: http://swa.co.id/business-strategy/strategi-branding-garuda-menuju-maskapai-bintang-5
Skytrax nobatkan Garuda Indonesia maskapai bintang lima Reporter : Idris Rusadi Putra | Jumat, 12 Desember 2014 09:08
Merdeka.com - Lembaga pemeringkat penerbangan independen Skytrax, mengumumkan Garuda
Indonesia sebagai maskapai bintang lima (5-Star Airlines). Garuda berdampingan dengan
maskapai penerbangan internasional lainnya.
Seperti Singapore Airlines, Cathay Pacific Airways, Qatar Airways, Asiana Airlines, All Nippon
Airways (ANA), dan Hainan Airlines.
Prestasi ini merupakan persembahan terakhir Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar
sebelum keputusan pengunduran dirinya disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa (RUPSLB) hari ini, Jumat (12/12).
CEO Skytrax Edward Plaisted mengatakan pencapaian tersebut merupakan wujud dari berbagai
peningkatan yang dilaksanakan perusahaan secara konsisten hingga bertransformasi dari
maskapai yang tidak diakui di radar industri penerbangan dunia menjadi salah satu maskapai
terbaik dunia yang meraih predikat bintang lima.
"Pencapaian ini juga merefleksikan kerja keras maskapai tersebut dalam beberapa tahun terakhir,
dan kami pada hari ini dengan bangga mengumumkan bahwa mereka telah memenuhi standar
sebuah maskapai bintang lima," ucap Edward dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (12/12).
Pemeringkatan maskapai didasarkan pada penilaian menyeluruh terhadap produk dan layanan
Garuda Indonesia, baik ground service di bandara maupun inflight service dalam penerbangan
yang dilayani oleh maskapai tersebut.
"Kami menemukan banyak hal penting pada fakta bahwa mayoritas penumpang melakukan
perjalanan dalam kelas Ekonomi. Hal tersebut menunjukkan kualitas dan konsistensi dari standar
yang dihadirkan Garuda Indonesia dalam pelayanannya, dan ini berkontribusi besar terhadap
hasil penilaian Garuda Indonesia sebagai maskapai bintang lima."
Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengatakan bahwa penghargaan tersebut
menjadi salah satu milestone penting bagi perusahaan karena merupakan bentuk pengakuan
dunia terhadap transformasi dan berbagai peningkatan yang dilakukan Garuda Indonesia,
khususnya melalui program jangka panjang Quantum Leap 2011 2015.
"Keberhasilan Garuda Indonesia meraih predikat sebagai maskapai bintang lima merupakan
wujud dari komitmen serta hasil kerja keras seluruh karyawan Garuda Indonesia dalam
memberikan layanan terbaik kepada para pengguna jasa. Kami juga mengucapkan terima kasih
atas dukungan yang diberikan oleh pengguna jasa sehingga Garuda Indonesia meraih predikat
prestisius sebagai maskapai bintang lima," ujar Emirsyah.
Menurut Emir, penilaian maskapai bintang lima tersebut juga mempertimbangkan rencana
peningkatan layanan yang akan dilaksanakan Garuda Indonesia pada tahun 2015, antara lain
rencana pemindahan operasional Garuda Indonesia ke Terminal 3 Bandara Internasional
Soekarno-Hatta, yang merupakan hub utama maskapai tersebut.
"Perpindahan tersebut tentunya akan memberikan pengalaman perjalanan yang lebih nyaman
bagi para pengguna jasa Garuda Indonesia maupun maskapai anggota SkyTeam lain melalui
layanan transfer dan bandara yang terpadu serta fasilitas premium yang terus diperbaharui."
Sumber: http://www.merdeka.com/uang/skytrax-nobatkan-garuda-indonesia-maskapai-bintang-lima.html
Perluas pasar, Garuda Indonesia gandeng Bank Mega Reporter : Novita Intan Sari | Kamis, 4 Desember 2014 11:15
Merdeka.com - Garuda Indonesia dan Bank menandatangani kesepakatan atau MoU
(Memorandum of Understanding) terkait pengembangan layanan pelanggan guna memberikan
kemudahan bagi pemegang kartu kredit Bank Mega. Melalui kerja sama ini, pemegang kartu
kredit Bank Mega dan pelanggan Garuda akan diuntungkan dengan mendapat keuntungan
tambahan.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan setiap pemegang kartu kredit Bank
Mega akan mendapatkan bonus GarudaMiles hingga 25 persen untuk penukaran Mega Reward
Point ke GarudaMiles mileage. Dengan kerja sama ini pemegang kartu kredit Bank Mega juga
bisa mendapat diskon hingga 20 persen untuk pembelian tiket kelas tertentu.
"Program monday online shopping diskon 5 persen untuk seluruh rute domestik dan
internasional," ujar Kostaman saat acara 'Penandatangan kerja sama Garuda Indonesia dan Bank
Mega ' di Menara Bank Mega, Jakarta, Kamis (4/12). Selain itu, para pengguna jasa kedua
institusi ini juga dijanjikan akan segera mendapatkan tambahan manfaat lainnya melalui
peningkatan kerjasama yang saat ini sedang dieksplorasi oleh Bank Mega dan Garuda Indonesia.
Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengatakan pihaknya terus meningkatkan
layanan kepada para pengguna jasa. Salah satu caranya adalah dengan menjalin kerja sama
dengan Bank Mega. Menurut Emir, Garuda Indonesia dengan bank milik Chairul Tanjung ini
mempunyai segmen pasar yang sama.
"Ini merupakan suatu langkah pertama untuk kembangkan kerja sama perusahaan lainnya.
Menambah bisnis Garuda, juga banyak anak usaha yang bisa dikerjasamakan sehingga
memberikan nilai tambah apa lagi sama-sama perusahaan Tbk (listing di bursa saham),"
tutupnya.
Sumber: http://www.merdeka.com/uang/perluas-pasar-garuda-indonesia-gandeng-bank-mega.html
Permudah pembelian tiket, Garuda Indonesia gandeng 7-Eleven Reporter : Novita Intan Sari | Sabtu, 29 November 2014 10:36
Merdeka.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terus memperlebar sayap bisnisnya guna
menggenjot laba. Kali ini perseroan menggandeng perusahaan ritel PT Modern Sevel Indonesia.
Dalam aksi korporasinya ini, Garuda Indonesia menambah layanan 24 jam kepada konsumen
terkait penyediaan layanan pembelian tiket perjalanan Garuda Indonesia dan anak usaha Garuda
Indonesia, Citilink serta pemilihan hotel-hotel di Indonesia maupun internasional.
Direktur Penjualan dan Pemasaran Garuda Indonesia Erik Meijer mengatakan, sebagai
permulaan, kerja sama ini menggandeng lima outlet 7-Eleven.
"Kami terus melakukan inovasi untuk memberi layanan kepada para konsumen selama 24 jam.
Operasional penerbangan adalah dua puluh empat jam. Jadi kami harus memenuhi keinginan
konsumen," ujarnya dalam siaran pers, Jakarta, Sabtu (29/11).
Direktur Aerotravel S Saptono dan Presdir PT Modern Sevel Indonesia Henri Honoris
menambahkan kerja sama ini diharapkan makin memaksimalkan keuntungan bagi pelanggan
kedua belah pihak.
"Pada tahap awal, lima outlet Sevel yang melayani pembelian tiket Garuda dan Citilink.
Selanjutnya dilakukan 144 outlet Sevel," papar Satono.
Sedangkan, selama tiga hari pada tanggal 28-30 November 2014, pembelian tiket Garuda dan
Citilink melalui outlet Sevel tersebut akan diberikan diskon.
Sumber: http://www.merdeka.com/uang/permudah-pembelian-tiket-garuda-indonesia-gandeng-7-eleven.html
Citibank-Garuda Indonesia luncurkan kartu kredit perjalanan Reporter : Novita Intan Sari | Kamis, 6 November 2014 12:08
Merdeka.com - Citibank Indonesia dan Garuda Indonesia meluncurkan kartu kredit perjalanan
pertama di Indonesia. Kartu kredit Garuda Indonesia Citi diklaim memiliki sejumlah keuntungan
ketimbang kartu sejenis lainnya.
"Dimana dapat menikmati 3 kali GarudaMiles untuk setiap transaksi Garuda Indonesia, hemat 5
persen untuk transaksi di Garuda Indonesia ticketing office, ekstra bagasi 20 kilogram," ujar
Executive Vice President Marketing and Sales Garuda Indonesia Erik Meijer saat peluncuran,
Jakarta, Kamis (6/11).
Dalam kerja sama itu, Menurut Erik, Garuda Indonesia dan Citibank menargetkan penambahan
nasabah 20 persen. Target itu dinilai wajar karena kartu kredit Garuda Indonesia City sudah
beredar sejak 2006.
"Peluncuran tambahan lebih besar dari launching pertama, kelebihan banyak, ini sudah ada
dipasaran selama delapan tahun, target nambah 20 persen, dan itu wajar karena dapat benefit,"
jelas dia. "Kami akan semakin meningkatkan fasilitas pada kartu kredit Garuda Indonesia Citi
dengan kebutuhan masyarakat kelas menengah dan menengah atas," lanjutnya.
Sekedar gambaran, data Badan Pusat Statistik menyebutkan jumlah penumpang angkutan udara
domestik selama Januari-Agustus 2014 mencapai 38,5 juta orang. Naik 6,02 persen dibanding
periode sama tahun lalu sebesar 36,3 juta orang.
Selama periode tersebut, penumpang pesawat ke luar negeri mencapai jumlah tertinggi hingga 9
juta orang. Naik 4,95 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu.
Sumber: http://www.merdeka.com/uang/citibank-garuda-indonesia-luncurkan-kartu-kredit-perjalanan.html
Turunnya harga minyak dunia tak mampu hemat operasional maskapai Reporter : Henny Rachma Sari | Kamis, 16 Oktober 2014 18:05
Merdeka.com - Turunnya harga minyak dunia rupanya tak membawa dampak besar terhadap
industri penerbangan. Hal itu diungkapkan oleh Direktur PT Garuda Indonesia (Persero)
Emirsyah Satar.
Emir mengungkapkan, idealnya dengan adanya penurunan harga minyak dunia juga dibarengi
oleh penghematan terhadap biaya operasional perseroan. Khususnya dari harga avtur.
"Tetapi karena depresiasi nilai tukar Rupiah di atas 20 persen, ini menjadi tidak membantu," ujar
Emir di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Kamis (16/10).
Lemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) saat ini malah menurunkan
kinerja keuangan Garuda. "Jadi dengan kondisi seperti ini malah lebih negatif," tandasnya.
Seperti diketahui, hari ini, harga minyak mentah dunia turun 1,55 poin atau 1,9 persen. Harga
jual minyak dunia tercatat di USD 80,25 per barel.
Sumber: http://www.merdeka.com/uang/turunnya-harga-minyak-dunia-tak-mampu-hemat-operasional-
maskapai.html
Tiap bulan Garuda Indonesia telan kerugian Rp 2,2 miliar Reporter : Idris Rusadi Putra | Kamis, 2 Oktober 2014 15:06
Merdeka.com - Vice President Corporate Communications Garuda Indonesia, Pujobroto,
membeberkan penyebab kerugian perseroan yang mencapai Rp 2,2 miliar per bulan akibat
penyatuan PSC atau airport tax dalam tiket. Kerugian ini disebabkan belum terintegrasinya
sistem kebandaraan Angkasa Pura secara internasional.
Pujo menjelaskan kerugian ini dialami Garuda jika ada penumpang yang harus multi leg stop
over. Maksudnya adalah penumpang yang dari luar negeri harus banyak pindah bandara atau
transit.
"Misalnya penumpang dari Tokyo ke Denpasar. Mereka misalnya transit Jakarta, Yogyakarta
lalu Denpasar. Tokyo ke Jakarta ini sudah terbayar, Jakarta-Yogyakarta masih terbayar. Tapi
Yogyakarta ke Denpasar belum terbayar. Ini kita nombok. Ini karena sistem bandara Angkasa
Pura tidak pakai sistem internasional," jelas Pudjo di Gedung Mandiri, Jakarta, Kamis (2/10).
Jika sistem bandara Angkasa Pura masih seperti ini, Pujo menyebut Garuda belum mau
menyatukan PSC dalam tiket kembali. Angkasa Pura diminta membenahi diri terlebih dahulu
dengan bergabung dan mendaftarkan seluruh bandara yang bertaraf atau standar IATA.
"Garuda mulai itu 2012 dan sifatnya sementara. Tapi itu belum diberlakukan sistem internasional
standar IATA. Sedangkan, Garuda banyak penerbangan keluar negeri dan pelosok Indonesia
seperti Labuan Bajo, Banyuwangi. Kemarin kita nombok Rp 2,2 miliar," tegasnya.
Pujo sedikit menjelaskan sistem internasional standar IATA menggunakan teknologi GDS
(Global Distribution System). Melalui teknologi ini, penjualan tiket dari luar negeri sekalipun
terintegrasi dengan bandara kecil kelolaan Angkasa Pura. Namun, ini belum dilakukan Angkasa
Pura.
"Kalau semua sama pakai sistem IATA ke detect bandaranya. Kita sudah pakai itu tapi Angkasa
Pura belum," tutupnya.
Sumber: http://www.merdeka.com/uang/tiap-bulan-garuda-indonesia-telan-kerugian-rp-22-miliar.html
Industri Penerbangan di Indonesia By Kleopas Danang
Lima tahun yang lalu, reputasi industri penerbangan Indonesia berada di posisi yang
terpuruk. Pesawat-pesawat tanah air dilarang mendarat di seluruh daratan Amerika Serikat dan
Eropa sehingga mengakibatkan reputasi penerbangan Indonesia menurun begitu drastis.
Namun setelah tahun 2012, perubahan pun terjadi begitu dramatisnya. Relokasi basis
maskapai penerbangan AirAsia untuk pasar Asia Tenggara dari Kuala Lumpur ke Jakarta
merupakan salah satu contoh yang merefleksikan perkembangan yang sangat pesat industri
penerbangan di tanah air. Bersama dengan maskapai-maskapai lain seperti Lion Air yang
berbujet rendah dan Garuda Indonesia yang full service, AirAsia siap memanfaatkan pasar yang
tumbuh dengan pesat dan menguntungkan ini. Jumlah penumpang kian meroket, mulai dari
42,68 juta di tahun 2007 hingga lebih dari 66 juta di tahun tahun 2011, dan dengan pertumbuhan
kelas menengah yang kian pesat serta harga yang makin terjangkau, kebutuhan akan layanan jasa
penerbangan ke seluruh Indonesia akan terus meningkat dengan tajam.
Namun perlu digarisbawahi bahwa reputasi baik perusahaan penerbangan, khususnya
menyangkut keamanan, telah menjadi hambatan yang belum sepenuhnya hilang dalam beberapa
tahun belakangan ini. Penurunan reputasi tersebut pernah menoreh luka yang cukup dalam bagi
industri penerbangan Indonesia bahkan dalam skala global. Industri ini pernah mengalami
keterpurukan yang disebabkan oleh beberapa kecelakaan yang membuat tingkat kepercayaan
internasional begitu menurun. Hal ini juga membuat beberapa dampak negatif tambahan, seperti
Badan Penerbangan Sipil Federal AS (US Federal Aviation Administration – FAA) dan
European Comission yang menurunkan rating airline-oversight Indonesia ke kategori 2 di tahun
2007 yang mengakibatkan dilarangnya pesawat-pesawat Indonesia terbang dan mendarat di
seluruh AS maupun Eropa.
Akan tetapi para maskapai penerbangan dan regulator tanah air tak tinggal diam dalam
menyikapi larangan badan-badan internasional tersebut. Kementerian Perhubungan khususnya
telah melakukan beberapa usaha untuk mengembalikan reputasi industri penerbangan Indonesia.
Salah satunya adalah dengan memperkenalkan sistem baru yang lebih ketat untuk menilai tingkat
keamanan atau safety rating. Sistem keamanan ini terdiri dari tiga peringkat kategori
keselamatan, yakni Peringkat Satu yang mengindikasikan tidak ada masalah yang serius,
peringkat dua yang menyorot adanya masalah-masalah yang dapat diperbaiki dan Peringkat Tiga
yang yang memaksa pemberhentian operasi sebuah maskapai penerbangan. Saat pertama kali
diterapkan, tidak ada satu pun penerbangan yang dapat meraih Peringkat Satu. Namun kini,
semua maskapai penerbangan Indonesia resmi berada di Peringkat Satu setelah menjalani
peningkatan mutu layanan, armada dan keselamatan.
Kementerian Perhubungan juga mendesak semua maskapai untuk mendapatkan
sertifikasi keselamatan penerbangan internasional dari IATA Operational Safety Audit guna
menilai semua manajemen operasional dan sistem pengawasan seiring dengan adanya pembelian
pesawat dari beberapa maskapai penerbangan untuk memperoleh kembali kepercayaan publik.
Eropa pun akhirnya mencabut larangan yang diberikan kepada maskapai-maskapai Indonesia,
termasuk Garuda Indonesia, Mandala Airlines dan Indonesia AirAsia. Seorang narasumber dari
Kementerian Perhubungan pun memastikan bahwa Garuda Indonesia akan kembali melayani
penerbangan ke Amerika Serikat di akhir tahun 2014.
Para maskapai penerbangan Indonesia pun kian melebarkan jangkauan bisnis mereka. Di
tahun 2010, sebagai contoh Garuda Indonesia menunjukkan sebuah strategi re-branding yang
begitu efektif mengenai identitas perusahaan yang dirancang ulang melalui peluncuran sebuah
konsep baru bertajuk “The Garuda Experience.” Hasilnya, Garuda berhasil menyabet
penghargaan “Most Improved Airline 2011” dan “World’s Best Regional Airline 2012” dari
Skytrax, sebuah lembaga independen pembuat peringkat penerbangan maskapai komersial yang
berkedudukan di London, Inggris.
Pada akhirnya, hanya masalah waktu bagi Indonesia untuk menjadi salah satu negara
yang memiliki industri penerbangan terbesar di dunia. Ekonomi yang kuat didukung dengan
perkembangan segmentasi kelas menengah akan terus memberi kontribusi yang signifikan bagi
pembentukan pasar penerbangan yang kuat, dengan tingkat keselamatan yang terus membaik
serta investasi di bidang infrastruktur yang akan mendorong seluruh potensi yang ada.
Sumber: http://webershandwick.co.id/the-fall-and-rise-of-aviation-in-indonesia-idn/
Industri Penerbangan Indonesia di Jalur Menurun Pingkan Palilingan, CNN Indonesia - Jumat, 19/09/2014 17:16 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan jumlah penumpang pesawat di Indonesia dalam dua
tahun terakhir melambat. Hal tersebut tercermin dari data jumlah penumpang pesawat rute
domestik maupun internasional yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
BPS mencatat sepanjang 2013 lalu jumlah penumpang pesawat mencapai 68,66 juta, naik 3,41
persen dibandingkan jumlah penumpang pesawat sepanjang 2012 yaitu 66,40 juta. Sementara
sampai Juli 2014 jumlah penumpang pesawat tercatat 40,66 juta penumpang, naik 5,06 persen
dibandingkan periode yang sama di 2013 sebanyak 38,70 juta.
Jika ditelusuri lebih jauh lagi, persentase pertumbuhan jumlah penumpang tersebut turun drastis
jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mampu menembus angka dua digit per tahun.
Pada 2011, jumlah penumpang pesawat mampu tumbuh 16,74 persen menjadi 62,34 juta dari
sebelumnya di 2010 sebanyak 53,4 juta penumpang. Bahkan pertumbuhan jumlah penumpang di
2010 tersebut sempat mencatat rekor sebesar 22,42 persen, jika dibandingkan dengan jumlah
penumpang tahun 2009 yang sebanyak 43,62 juta.
Sekretaris Jenderal Indonesian National Air Carriers Association (INACA) Tengku Burhanudin
mengakui belakangan ini terjadi penurunan tren pertumbuhan penumpang pesawat untuk rute
domestik maupun internasional. Tengku menuding perekonomian Indonesia yang tidak kunjung
membaik turut berpengaruh kepada menurunnya daya beli masyarakat terhadap tiket pesawat.
Menurut Tengku, maskapai nasional sudah memiliki rencana ekspansi membuka rute baru atau
menambah jumlah pesawat. "Namun jumlah penumpangnya tidak bertambah, tidak ada
permintaan dari pasar karena perekonomian masyarakat tidak baik. Jadi banyak maskapai yang
akhirnya menahan ekspansi dan itu berpengaruh ke pertumbuhan jumlah penumpang," kata
Tengku kepada CNN Indonesia.
Djoko Murjatmodjo, Direktur Angkutan Udara Kementerian Perhubungan mengatakan industri
penerbangan nasional mengalami kesulitan dalam meningkatkan jumlah penumpang sejak 2013.
"Tahun lalu hanya naik lima persen, padahal sebelumnya bisa mencapai 15 persen. Rendahnya
pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terus melemah,
dan avtur yang tinggi jadi penyebab lesunya pertumbuhan industri penerbangan," kata Djoko.
Sumber: http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20140919171615-92-3806/industri-penerbangan-indonesia-di-
jalur-menurun/
Maskapai Penerbangan jadi Driver
Pada kategori negara berkembang, industri penerbangan Indonesia masuk dalam kategori
tercepat di Asia, bahkan dunia. Sejak tahun 2008 sampai 2014, pertumbuhan jumlah penumpang
pesawat terbang mencapai 16%. Seiring pertumbuhan ekonomi dan naiknya jumlah konsumen
kelas menengah, pertumbuhan jumlah penumpang pesawat terbang pada tahun 2015 bisa
mencapai 20%. Pada tahun 2014 ini diperkirakan pertumbuhan jumlah penumpang mencapai
lebih dari 100 juta jiwa. Melihat tingginya angka pertumbuhan jumlah penumpang ini membuat
para pakar berkeyakinan bahwa pada tahun 2021 jumlah penumpang pesawat terbang di
Indonesia akan mencapai angka 180 juta jiwa, seperti terlihat pada data di bawah ini.
Maskapai penerbangan (khususnya low cost carrier) adalah faktor pendorong tumbuhnya industri
traveling di tanah air. Meledaknya jumlah penumpang pesawat terbang tidak lepas dari peran
maskapai penerbangan murah alias LCC. Biangnya adalah Lion Air. Ini terlihat dari penguasaan
pasar dan pertumbuhan LCC Lion Air yang tumbuh secara mengagumkan. Sampai saat ini, Lion
Air adalah market leader maskapai penerbangan di Indonesia mengalahkan Garuda Indonesia,
Air Asia, dan lainnya. Apabila kita tinjau dari data grafik yang ada, Lion Air adalah maskapai
penerbangan yang pertumbuhannya sangat mengesankan sehingga menyalip posisi Garuda
Indonesia, seperti terlihat pada grafik di bawah ini.
Oleh karena itu, tak heran apabila maskapai penerbangan Lion Air menjadi pelopor untuk
“menerbangkan” masyarakat Indonesia kemanapun dan kapanpun. Hampir semua rute
penerbangan dalam negeri dan beberapa tempat di luar negeri dilayani oleh maskapai
penerbangan ini. Hal ini sangat relevan dengan tagline maskapai penerbangan milik Rusdi
Kirana itu yakni “We Make People Fly”. Melihat data grafik pertumbuhan Lion Air dan
banyaknya masyarakat Indonesia yang menggunakan Lion Air, maka tak berlebihan jika Lion
Air lah yang memungkinkan masyarakat Indonesia untuk bisa menjangkau kebutuhan
penerbangan.
Dengan melihat angka pertumbuhan jumlah penumpang pesawat terbang Indonesia saat ini dan
ke depan, tak berlebihan apabila semua pemain industri maskapai penerbangan berlomba-lomba
menambah armada pesawat dan memperluas rute penerbangan di pasar domestik dan
internasional. Hal ini tampak pada bos Lion Group Rusdi Kirana yang baru-baru ini memborong
pesawat Airbus dan Boeing untuk menambah jumlah armada. Rusdi Kirana memborong Airbus
sejumlah 234 pesawat senilai US$ 24 miliar dan 230 pesawat Boeing senilai US$ 21,7 miliar.
Fantastis. Dengan demikian, semakin banyak pesawat yang dibeli, maka semakin mudah
memperluas rute penerbangan domestik dan internasional.
Untuk kebutuhan traveling, pesawat menjadi solusi bagi kebutuhan kelas menengah. Mereka
enggan naik jenis transportasi lain yang kurang efektif dan efisien. Adanya pesawat terbang
murah, mereka bisa menjangkau ke berbagai rute yang diinginkan dengan harga terjangkau.
Umpamanya, untuk liburan ke Yogyakarta, Surabaya, Singapura, dll., kelas menengah cenderung
menggunakan pesawat terbang daripada naik bus atau kapal laut.
Sumber: http://inventure.co.id/c3000/era-kebangkitan-industri-traveling/
Profit Potensial Industri Travel di Indonesia Terdapat prospek profit yang potensial di industri travel Indonesia, yaitu berasal dari
sektor penjualan travel online. Berdasarkan data dari Euromonitor, diperkirakan penjualan
online travel akan meningkat cukup tinggi, dikarenakan area ini masih dalam tahap growing.
Walaupun masih banyak security dan fraud issues terhadap online transcation, namun saat ini
juga telah banyak pengembangan courier system yang dilengkapi dengan online tracking dan
waktu delivery yang reliable. Selain itu, juga sudah ada payment systems yang lebih baik,
dimana tidak hanya sekedar melakukan pembayaran melalui kartu kredit, namun juga dapat
melalui bank transfer dan cash on delivery. Hal-hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan
konsumen terhadap transaksi online.
Dengan semakin banyaknya konsumen yang melakukan transaksi online, maka penjualan
online travel juga akan semakin meningkat. Berdasarkan data dari Euromonitor mengenai
penjualan online travel di Indonesia pada tahun 2008 hingga 2013 serta prediksi penjualan
online travel di Indonesia untuk tahun 2014 hingga 2018, terlihat bahwa terdapat tren yang
meningkat. Hal ini menandakan bahwa untuk saat ini dan ke depannya, online travel akan
menjadi sektor yang profitable dan potensial bagi para pelaku industri travel di Indonesia.
Sumber: Euromonitor International from official statistics, trade associations, trade press, company research,
trade interviews, trade sources
Sumber: Euromonitor International from official statistics, trade associations, trade press, company research,
trade interviews, trade sources
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa tiket pesawat terbang akan masih tetap menjadi
driver utama di penjualan online travel, lalu kemudian akomodasi ada di posisi kedua.
Kompetisi yang ketat di antara low cost carrier juga akan menimbulkan price wars, terutama
melalui periodic promotions. Karena kemudahan melakukan pembelian online serta
peningkatan familiarity konsumen Indonesia terhadap pembelian tiket pesawat secara online,
maka penjualan tiket low cost carrier secara online akan terus menjadi driver utama di industri
travel.
Industri Penerbangan yang Kian Kompetitif Senin, 08 April 2013 | 11:15
Pertumbuhan industri penerbangan melonjak tajam dalam satu dekade terakhir di Indonesia.
Sejumlah armada bersaing ketat merebut pasar domestik dan regional. Pemerintah harus tegas
dan konsisten menegakkan aturan agar menciptakan kenyamanan dan persaingan sehat.
Konsumen diharapkan lebih untuk memilih penerbangan yang memberikan prioritas pada
keamanan dan pelayanan.
Sejak tahun 2000, peraturan pemerintah mengenai penerbangan di Indonesia mulai dilonggarkan.
Hal ini memunculkan banyak maskapai penerbangan baru di Indonesia. Tahun ini saja,
Kementerian Perhubungan mengeluarkan izin bagi empat maskapai, yakni Batik Air, Nam Air,
Jatayu, dan Kartika Airlines.
Menurut Juru Bicara Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan keempat maskapai itu
beroperasi di kelas yang berbeda. Batik Air yang merupakan anak perusahaan Lion Air dan Nam
Air yang merupakan anak perusahaan Sriwijaya Air akan bertarung di kelas full service bersama
dengan Garuda Indonesia. Sedangkan, Kartika dan Jatayu adalah maskapai lama yang akan
beroperasi kembali.
Hal itu tak terlepas dari Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan sekitar 17.000
pulau yang tersebar sepanjang khatulistiwa. Tak heran, transportasi udara menjadi andalan di
negeri ini.
Tak pelak kompetisi antarmaskapai pun berlangsung sengit. Banyak pihak menilai persaingan
untuk merebut penumpang di Tanah Air saat ini sudah cukup baik. Operator pun mengaku tidak
gentar menghadapi aksi ekspansi yang dilakukan maskapai lainnya.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi tambang emas bagi maskapai di negara
dengan populasi terpadat nomor empat di dunia ini. Bisnis penerbangan pun terus melaju seiring
pertumbuhan ekonomi nasional yang masih bertahan di atas 6 persen. Kementerian
Perhubungan mencatat ada 420 rute yang belum diterbangi maskapai nasional. Dari 670 rute
yang tersedia, baru 250 rute yang diterbangi.
Kompetitif
Kementerian Perhubungan menegaskan setiap tahun selalu memonitor perkembangan bisnis
penerbangan. Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono menuturkan dunia penerbangan
sangat kompetitif. Bisnis ini padat modal, padat teknologi, dan padat karya. Sumber daya
manusia yang dibutuhkan bisnis ini juga harus mempunyai keterampilan khusus, sehingga harus
dibayar mahal.
”Kondisi ini menjadi tantangan bagi manajemen perusahaan untuk memenangi pasar. Apalagi
sejak deregulasi penerbangan tahun 2000, tantangan semakin berat karena perusahaan kian
banyak,” kata Bambang beberapa waktu lalu di Jakarta.
Melihat tantangan yang sangat besar ini, Kementerian Perhubungan harus memastikan banyak
hal sebelum memberikan izin operasi kepada perusahaan penerbangan baru. ”Kami harus mampu
memastikan faktor keamanan, rencana bisnis, rasio awak, jumlah pesawat, dan sebagainya,”
jelasnya.
Dalam praktiknya, tantangan ini cukup berat. Banyak perusahaan yang berguguran karena tidak
mempunyai manajemen yang kuat. Salah satu contoh ialah PT Metro Batavia (Batavia Air) yang
dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat (PN Jakpus), setelah mengabulkan
permohonan pailit yang diajukan International Lease Finance Corporation (IFLC). Dengan
adanya putusan pailit dari pengadilan, seluruh aktivitas operasional maskapai penerbangan
Batavia Air berhenti beroperasi sejak 31 Januari 2013. Adapun data utang Batavia Air mencapai
Rp 1,25 triliun, antara lain Rp 95 miliar utang pada penumpang dan agen pemegang tiket, Rp
230 miliar utang bank, Rp 60 miliar utang pajak, Rp 140 miliar utang karyawan, dan Rp 500
miliar utang sewa pesawat.
Mantan Direktur Komersial Batavia Sukimo Sukarna mengakui masalah kompetisi merupakan
faktor penyebab pailit. “Armada kami sudah tua, jadi kami tidak bisa sepenuhnya menjual tiket
pada batas harga atas yang ditetapkan pemerintah, sementara maskapai lain memiliki pesawat
baru dan menetapkan harga yang lebih tinggi,” katanya.
Analis penerbangan Singapura di divisi Standard & Poor’s Capital IQ Shukor Yusof menilai
nantinya operator kecil akan semakin sulit mengikuti persaingan. “Kompetisi semakin intens dan
yang lemah akan tersingkirkan,” ujarnya.
Meski demikian, menurut penelitian kantor konsultan McKinsey & Co, potensi di Indonesia
sangat jelas. Pada 2030, sebanyak 90 juta orang lagi akan memasuki kelas konsumen lebih tinggi
dari negara lain.
Sementara itu, Analis Kepala Centre for Asia Pacific Aviation, Brendan Sobie mengatakan
meski satu operator kecil bangkrut, tidak berarti tidak akan ada pertumbuhan. “Pasar di
Indonesia sangat terbagi dan sangat kompetitif, sehingga jika jumlah maskapai berkurang satu
lagi, sebetulnya itu lebih sehat untuk industri ini,” ujarnya.
Data Kementerian Perhubungan menunjukkan ada 22 maskapai penerbangan komersial yang
aktif saat ini, tidak termasuk kargo dan pesawat carter. Maskapai yang dinilai paling cepat
tumbuh dan juga paling kompetitif di dunia adalah Lion Air, AirAsia Bhd dari Malaysia, Garuda
Indonesia dan Mandala Airlines (sebagian dimiliki Tiger Airways Ltd dari Singapura).
Pertumbuhan penumpang pesawat tahun ini dan tahun depan diprediksi berada di kisaran 15
persen sampai 18 persen. Tahun 2012, Kementerian Perhubungan memperkirakan total
penumpang yang diangkut maskapai penerbangan nasional berjadwal sebanyak 72.472.054. Dari
jumlah tersebut, 63.625.129 merupakan penumpang domestik dan 8.846.925 penumpang
internasional.
Lion Air tercatat mengangkut jumlah penumpang paling tinggi, yakni 23,93 juta. Disusul Garuda
Indonesia 14,07 juta penumpang, Sriwijaya Air 8,1 juta penumpang, Batavia Air 6,01 juta
penumpang, dan Merpati Nusantara Airlines 2,11 juta penumpang.
Terus Tumbuh
Sekjen Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carriers
Association/INACA) Tengku Burhanuddin meyakini industri penerbangan nasional akan terus
tumbuh dan sama sekali tidak terpengaruh krisis finansial yang terjadi di Eropa.
Pertumbuhan ekonomi yang terjaga di atas 6 persen per tahun, sambungnya, bakal mendorong
daya beli masyarakat. Industri penerbangan akan tumbuh 2-2,5 kali dari pertumbuhan ekonomi.
“Kami tak punya data pasti, tapi rata-rata penerbangan di kawasan Asia Pasifik juga tumbuh
sebesar itu. Indonesia tumbuh paling tinggi karena wilayahnya berupa kepulauan dan luas,”
jelasnya.
Pertumbuhan pasar angkutan udara di Asia Pasifik, khususnya Indonesia, juga disadari Airbus.
Menurut Chief Operating Officer Customer Airbus John Leahy, pertumbuhan pasar jasa
angkutan penumpang udara di Asia Pasifik lebih tinggi dibanding rata-rata dunia. Hal itu
ditopang pertumbuhan bisnis low cost carrier (LCC) yang tumbuh 7 persen per tahun. “Jika
pertumbuhan pasar penerbangan di dunia mencapai dua kali lipat setiap 15 tahun, di Asia Pasifik,
pertumbuhan sebesar itu terjadi setiap 10 tahun,” jelasnya.
Saat ini, Leahy mengakui, Airbus mencatat order backlog (kekurangan pemenuhan permintaan)
mencapai 4.998 pesawat. Jumlah backlog terbesar tercatat untuk kawasan Asia Pasifik, yakni
mencapai 1.849 unit, atau 35 persen dari keseluruhan backlog. Bagi Airbus, Asia Pasifik
merupakan pasar utama. Sebab, kawasan ini mewakili 31 persen dari seluruh pesanan yang
diterima Airbus.
Menyangkut Indonesia, Leahy menilainya sebagai salah satu kunci pertumbuhan pasar angkutan
udara. Pasalnya, Indonesia memiliki jumlah penduduk lebih 240 juta orang atau terbesar keempat
di dunia dengan wilayah geografis berupa kepulauan.
“Dengan populasi sebanyak itu, baru 10 persen penduduk Indonesia yang bepergian dengan
pesawat komersial. Tentu ini peluang pasar yang sangat besar,” jelasnya.
Pengamat penerbangan Dudy Sudibyo menilai, kompetisi maskapai sekarang ini makin ramai
seiring kelas menengah Indonesia yang tumbuh sekitar 16 persen. Persaingan pun kini
diramaikan tak hanya dari sisi harga, namun juga kualitas.
“Tidak terlalu jor-joran seperti dulu. Awal tahun 2000-an banyak maskapai banting harga. Tapi,
sejak 2010 sudah berubah menjadi lebih dewasa, di mana penumpang juga memilih kualitas,
selain harga yang murah," ucapnya.
Menyangkut persaingan bisnis, khususnya antara Lion Air dan AirAsia, Dudy menyatakan hal
itu akan menjadi fenomena. Rusdi Kirana selaku pemilik Lion Air dan Tony Fernandes pemilik
AirAsia dinilainya memiliki otak bisnis yang bagus.
Seperti diketahui, PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) memesan 234 pesawat Airbus jenis A320,
yang terdiri dari 109 tipe A320neo, 65 tipe A321neo, dan 60 tipe A320ceo. Transaksi ini
membuat Lion Air menjadi pelanggan baru terbesar Airbus dengan rekor pembelian 18,4 miliar
euro (USD 23,8 miliar) atau sekitar Rp 231,3 triliun.
Bahkan, pemesanan tersebut diresmikan dalam upacara khusus, Senin (18/3) di Istana Elysée
Paris dengan penandatanganan dokumen yang disaksikan Presiden Prancis Francois Hollande.
Aksi korporat yang dilakukan Lion Air tersebut, bagi Airbus merupakan kontrak tunggal terbesar
yang pernah diperoleh.
Sebelumnya, Lion Air membuat gebrakan melalui kontrak pemesanan 230 pesawat Boeing tipe
B737 MAX dan B737-900ER senilai US$ 22 miliar atau sekitar Rp 210 triliun. Penandatanganan
itu juga disaksikan langsung Presiden AS Barack Obama, di Bali, November 2011.
Dengan kontrak tersebut, sejak berdiri pada tahun 2000 hingga sekarang, Lion telah memesan
727 unit pesawat. Saat ini, sekitar 100 pesawat yang dioperasikan. Maskapai itu menargetkan
memesan hingga 1.000 unit pesawat tahun 2027 Pesawat itu sendiri nantinya juga akan
dioperasikan untuk dua maskapai baru di Asia Pasifik.
Pekan lalu, pihaknya bekerja sama dengan National Aerospace & Defence Industries (Nadi) Sdn
Bhd (Malaysia) meluncurkan maskapai Malindo Airways yang berbasis di Malaysia. Tak hanya
itu, jika saat ini Lion fokus pada layanan penerbangan berbiaya murah, ke depan Lion mulai
merambah jasa penerbangan full service melalui Batik Air.
Atas ekspansi itu, Dudy Sudibyo menilai langkah Lion sudah pasti ingin menjadi pemain utama
di Indonesia juga Asia. Sementara itu, menjawab tantangan maskapai penerbangan AirAsia yang
menantang Lion Air bersaing dalam bisnis maskapai berbiaya murah, Lion mengaku siap
bersaing. Lion Air sendiri menganggap tanpa ditantang, hal ini cepat atau lambat akan terjadi.
“Kami melihatnya bukan dalam konteks siapa melawan siapa, atau siapa menantang siapa, tetapi
di mana pun pasti ada kompetisi kalau ada pasar dan peluang. Bukan lihat siapa dan siapa, tetapi
kami siap dan sudah memperhitungkan semuanya,” ujar Direktur Umum Lion Air Edward Sirait.
Menurutnya, bisnis maskapai penerbangan berbiaya murah, masih ada pasar dan peluangnya,
sehingga kompetisi menjadi hal yang tidak terelakkan. “Jadi kami tidak melihat siapa pindah ke
mana, kami selalu fokus dengan strategi kami,” tambahnya. Sedangkan, dari sisi AirAsia
Indonesia, Presiden Direktur PT Indonesia AirAsia Dharmadi mengungkapkan pihaknya tengah
fokus berekspansi dan berinovasi.
“Sebagaimana yang bisa kita lihat bersama, industri penerbangan di Indonesia tengah bergairah.
Ini tentu merupakan hal yang positif, karena masyarakat Indonesia kini memiliki lebih banyak
pilihan penerbangan dengan harga yang terjangkau. Ketatnya persaingan mendorong kami,
pelaku bisnis, untuk tetap kompetitif, serta menghadirkan inovasi baru dan layanan yang prima,"
tuturnya.
Sedangkan kompetisi bagi maskapai pelat merah, PT Garuda Indonesia Tbk, dianggap oleh
Direktur Utama Emirsyah Satar merupakan tantangan tersendiri. Pihaknya akan terus mencari
inovasi agar bisa meraih hati penumpang. “Kompetisi merupakan hal yang bagus dan kami suka
berkompetisi. Kompetisi membuat inovasi maskapai berkembang. Tentu saja penumpang
mendapat manfaat yang jauh lebih besar hingga pada akhirnya mereka bisa memilih maskapai
yang akan diinginkan,” ungkapnya.
Menurut Emir, pasar penerbangan Indonesia saat ini sedang berkembang. Kompetisi di industri
tersebut juga tergolong sehat. Namun, bagi Garuda Indonesia, persaingan bukan hanya di
domestik, tapi juga regional dan internasional. Untuk itu, Garuda terus mendatangkan pesawat
hingga 2015 sesuai dengan ekspansi operasional perusahaan lewat Program Quantum Leap
2011-2015.
Program tersebut, antara lain, mencakup penambahan rute dan frekuensi penerbangan. Seiring
penambahan pesawat baru, serta melalui program efisiensi perusahaan dan peningkatan utilisasi
aset. Hingga 2015 Garuda Indonesia merencanakan akan menambah armada menjadi 154
pesawat yang terdiri dari B737-800NG untuk domestik dan regional, A330-300/200 untuk jarak
menengah dan sedang, dan B777-300ER untuk jarak jauh dengan rata-rata usia pesawat lima
tahun. Dengan demikian, persaingan antarmaskapai penerbangan di masa mendatang akan
semakin kompetitif.
Sumber: http://www.beritasatu.com/fokus/106479-industri-penerbangan-yang-kian-kompetitif.html
Mengapa Garuda Indonesia Selalu Merugi?
Mantan Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengungkapkan kerugian itu dipicu
oleh beberapa hal, di antaranya situasi ekonomi dunia yang belum pulih, kenaikan harga bahan
bakar minyak dan depresiasi nilai tukar rupiah hingga 20 persen, yang mempengaruhi biaya
operasional. Sejauh ini, sekitar 75 persen biaya operasional perusahaan dalam dollar AS.
Di sisi lain, pendapatan operasional sepanjang paruh pertama tahun ini mencapai 1,73 miliar
dollar AS atau setara Rp 19,89 triliun. Jumlah itu mengalami kenaikan sebesar 0,7 persen dari
periode yang sama tahun lalu.
Wakil Presiden Komunikasi Perusahaan Garuda Indonesia, Pujobroto menambahkan, kenaikan
harga bahan bakar sangat mempengaruhi biaya operasional perusahaan. Dengan layanan 600
penerbangan per hari, kebutuhan bahan bakar mencapai 1,8 miliar dollar AS per tahun.
Komposisi biaya tersebut mencapai 35-40 persen dari total biaya operasional.
Saat ini Garuda mengoperasikan 140 unit pesawat. Menurut rencana, tahun ini akan didatangkan
27 pesawat baru, yang terdiri dari 2 unit pesawat Boeing 777-300 Aircraft, 4 pesawat Airbus
A330, 12 pesawat Boeing 737-800NG, 3 pesawat Bombardier CRJ1000 NextGen dan 6 pesawat
ATR 72-600.
Infrastruktur yang buruk
Emirsyah Satar juga menyampaikan bahwa buruknya infrastruktur bandara di Indonesia
menyebabkan perusahaan penerbangan pelat merah tersebut menderita kerugian hingga ratusan
miliar rupiah per tahun.
"Akibat antrean dan putar-putar (di udara sebelum mendarat) rata-rata 11 menit merugikan
Garuda Rp 344 miliar per tahun," katanya di Jakarta,
Emir menjelaskan penyebab antrean adalah pendeknya runway (landasan pacu) ditambah dengan
padatnya jumlah penerbangan di bandar udara. Akibatnya, pesawat terpaksa kehilangan avtur
secara sia-sia selama proses mengantre tersebut.
"Kerugiannya equivalent senilai Rp 344 miliar dari penambahan avtur yang kita beli," terangnya.
Terkait persoalan infrastruktur tersebut, Emir mengatakan dirinya sudah berkoordinasi dengan
pemerintah untuk mencari solusi dari permasalahan ini.
"Kami sudah bertemu Menteri Perhubungan dan Menteri Keuangan. Mereka memahami dan
berencana memberikan solusi yang baik," pungkasnya.
Maskapai BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk sepanjang semester I-2014 membukukan kerugian
sebesar 211,7 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,43 triliun.