gangguan belajar dan komunikasi
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
1/21
Tugas Psikiatri
Wiley (2005) Clinical Child Psychiatry
p. 360-369
BAB 20.
GANGGUAN
BELAJAR DAN KOMUNIKASI
Pendahuluan
Keputusan Asosiasi Psikiatrik Amerika pada tahun 1987 untuk mengubah
kriteria diagnostik tunggal menjadi kriteria diagnostik multiaksial memberi
kesempatan kepada dokter untuk melakukan pendekatan holistik untuk
menentukan penyakit pasien [1]. Perubahan khusus ini merupakan hal pentinguntuk memahami sifat gangguan kejiwaan pada masa kanak-kanak. Penyakit pada
anak tidak mengandung serangkaian perilaku yang khas yang dapat dengan
mudah kita cocokan dengan area yang telah dirancang. Malahan perilaku anak-
anak sering disalahartikan dan salah didiagnosis berdasarkan sistem yang
digunakan untuk mengidentifikasikan perilaku-perilaku yang tidak khas. Sebagai
contoh, anak yang lambat mengembangkan keterampilan bahasa mungkin
diklasifikasikan sebagai keterbelakangan mental, tetapi dengan investigasi lebih
lanjut, mungkin ditemukan trauma yang mengakibatkan mutisme elektif. Bab ini
mendiskusikan aspek pembelajaran diagnosis klinis maupun dampak gangguan
komunikasi pada kemampuan anak untuk berfungsi efektif dalam lingkungannya.
Gangguan pembelajaran pada Axis I ini berhubungan dengan kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung yang diukur dengan tes pencapaian individu.
Anak diidentifikasi memiliki gangguan dalam bidang akademik jika pencapaian
akademiknya tidak sesuai dengan standar untuk anak pada usia kronologis
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
2/21
tersebut, diukur dengan kemampuan kognitif, dan pendidikan yang tersedia sesuai
dengan usia. Istilah ketidakmampuan belajar telah digunakan dalam bidang
pendidikan sejak tahun 1970-an. Ketidakmampuan belajar muncul sebagai bagian
dari kriteria klinis dalam sistem Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM) pada tahun 1987. Banyak kontroversi mengenai definisi dan
diagnosis dalam gangguan pembelajaran pada anak. Dalam bidang pendidikan,
konsep mengenai ketidakmampuan belajar telah melalui beberapa fase definisi
sebagai berikut [2,3]:
Fase fondasi meliputi penelitian dasar dalam area fungsi dan disfungsi otak
yang berujung pada definisi ketidakmampuan belajar berdasarkan cacat
neurologis.
Fase transisi berfokus pada aspek pengolahan informasi dari gangguan
tersebut. Ketidakmampuan belajar berhubungan dengan gangguan-gangguan
perseptual, hal ini membawa pada banyak teori hubungan antara berbagai
sistem sensorik auditorik, visual, taktil, dan kinetik. Jika sistem sensoris tidak
berhubungan dengan efektif satu dengan yang lain, maka ketidakmampuan
belajar.
Fase integrasi anak-anak yang memiliki gangguan-gangguan belajar
membutuhkan layanan pembelajaran khusus untuk mencapai kesuksesan yang
lebih baik di sekolah. Juga terbukti anak-anak yang memiliki gangguan-
gangguan belajar tidak memerlukan layanan-layanan pembelajaran khusus
karena mereka tidak mengalami keterbelakangan mental atau terdapat cacat
pada perilaku. Perundang-undangan yang berlaku untuk memperbaiki masalah
ini (Akta Anak dengan Ketidakmampuan Belajar Secara Khusus tahun 1969)
memulai pembentukan program-program edukasi untuk anak-anak yang
memiliki ketidakmampuan belajar [4].
Dengan pilihan-pilihan program di berbagai tempat, kontroversi-
kontroversi lain muncul sehubungan dengan definisi, identifikasi, dan diagnosis
yang baik mengenai ketidakmampuan belajar. Istilah ketidakmampuan belajar
menjadi diagnosis terkait semua masalah untuk setiap anak yang memiliki
kesulitan-kesulitan akademis. Kontroversi juga berpusat pada metode-metode
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
3/21
yang menentukan apakah masalah belajar pada anak berkaitan dengan gangguan-
gangguan, disfungsi, atau pengaruh perilaku, emosional, atau lingkungan. Hal-hal
yang berhubungan termasuk tingkat kepercayaan dan validitas pengukuran dugaan
maupun pelatihan profesional yang dibutuhkan untuk menentukan apakah
seseorang memiliki disabilitas.
Akta Pendidikan untuk Orang-orang Cacat tahun 1975 berlaku untuk
memberikan garis besar secara federal dalam mengklarifikasi hal yang tidak
konsisten dan hal yang menjadi kontroversi berdasarkan hukum [5]. Hukum ini
menjelaskan berbagai ketidakmampuan, menjelaskan tujuan mengapa program-
program ini dikembangkan, dan menentukan faktor-faktor yang dapat menunjang
program-program itu. Pada tahun 1990, Individuals with Disabilities Education
Act (IDEA) dibuat untuk memperbaiki undang-undang pada tahun 1972 [6].
Seluruh bahasa dalam undang-undang terdahulu diperbaiki untuk merefleksikan
tujuan yang asli dan mengembangkan penggunaan dari istilah ketidakmampuan.
Istilah cacat tidak digunakan lagi dalam undang-undang yang baru. Hal ini
merupakan langkah penting untuk orang-orang yang memiliki ketidakmampuan:
mereka diakui sebagai individu-individu dengan banyak kebutuhan lebih baik
daripada orang-orang yang ditempatkan kedalam kategori-kategori yang
dikembangkan dalam nama program edukasi yang tersedia.
Pada tahun 2004, Improving Education Results for Children with
Disabilities Act yang membentuk kembali IDEA pada tahun 1997, menonjolkan
pertanggungjawaban tidak hanya untuk yang teridentifikasi sebagai yang memiliki
ketidakmampuan, dengan memasukkan mereka kedalam sistem-sistem
pertanggungjawaban pada setiap masukan, tetapi juga bagi mereka yang mengajar
di lingkungan-lingkungan untuk kebutuhan-kebutuhan khusus, menggunakan
standar-standar dari guru-guru yang berkualitas tinggi [7]. Di Amerika Serikat,
definisi federal dari ketidakmampuan belajar (Tabel 20.1) sejajar dengan kategori-
kategori diagnostik klinis dari DSM IV (Box A). Masing-masing keadaan
menggunakan definisi federal yang harus mengembangkan definisi-definisi
khusus yang konsisten dan tersedia untuk menentukan layanan-layanan dan
intervensi-intervensi edukasi dalam sistem sekolah umum. Pendirian program-
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
4/21
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
5/21
Harus ada bukti terdokumentasi sebagai berikut:
1) Pertentangan keras antara kemampuan dan pencapaian yang tidak dapat
diperbaiki tanpa edukasi khusus dan atau layanan-layanan yang berhubungan.
2) Penentuan bahwa perbedaan bukan merupakan hasil utama dari kelemahan
visual, pendengaran, atau motorik; keterlambatan mental; gangguan
emosional; atau kerugian pada lingkungan, budaya, atau ekonomis.
3) Hubungan perilaku yang diobservasi dari fungsi akademik anak.
Diambil dariIndividuals with Disabilities Education Act of 1990. Public Law 91-
230, Title 20, U.S. Code Section 1401(a)15; 1997
Bila mencocokan kode pada gangguan-gangguan ini, penting untuk diperhatikan
pada Axis III setiap definisi pada kelemahan sensorik atau kondisi-kondisi medis
yang berhubungan, seperti gangguan neurologis.
Untuk menentukan adanya gangguan akademis, hasil-hasil tes pencapaian
individu harus dibandingkan dengan kecakapan yang diharapkan dari individu
tersebut. Hasil tes tersebut mengukur keakuratan dan pemahaman dalam
membaca, kemampuan matematika dan berhitung, dan keterampilan-keterampilan
secara tertulis. Penampilan anak yang disimpulkan melalui perolehan tes tersebut
dapat digunakan untuk mengetahui apakah kualitasnya dibawah apa yang sudah
diharapkan untuk kecakapan pada individu, yang diukur dengan tes standar pada
individu, usia kronologis, dan pendidikan yang sesuai dengan usia. Perbedaan
antara tingkat akademik yang diharapkan dari anak dan perbuatan akademik yang
sebenarnya mungkin dapat berakibat dalam pencapaian keterampilan-keterampilan akademik atau kehidupan sehari-hari [9]. Pembatasan dibawah
didefinisikan sebagai dua deviasi standar dibawah tingkat perbuatan yang
diharapkan.
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
6/21
KOTAK A. KRITERIA DIAGNOSTIK DSM IV UNTUK 315.1
GANGGUAN MATEMATIK, 315.00 GANGGUAN MEMBACA; DAN 315.2
GANGGUAN EKSPRESI TERTULIS
A. Kemampuan berhitung, kemmampuan membaca, dan keterampilan menulis,
yang diukur melalui tes-tes standard, berada dibawah usia kronologis yang
diharapkan, kecakapan yang diukur, dan edukasi yang sesuai dengan usia.
B. Gangguan dalam kriteria A mencampuri pencapaian akademis atau kegiatan-
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari yang membutuhkan kemampuan
matematik, keterampilan-keterampilan membaca, atau komposisi teks secara
tertulis (misalnya menulis kalimat-kalimat dengan gramatika yang benar dan
mengorganisir paragraph-paragraf).
C. Jika terdapat defisit pada sensor, kesulitan-kesulitan dalam kemampuan
matematik, kemampuan membaca, atau keterampilan-keterampilan menulis
lebih daripada yang biasanya diasosiasikan dengan itu. Catatan pada kode:
Jika terdapat kondisi medis umum (misalnya neurologikal) atau deficit pada
sensor, dikodekan sesuai kondisi dengan Axis III.
Dicetak ulang dengan izin dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, Fourth Edition. Copyright 1994 American Psychiatric Association.
15 poin mewakili satu deviasi standar dalam skor hasil bagi. Dengan IQ
115, anak akan dapat dipilih untuk layanan-layanan edukasi khusus. Jika dia
memperoleh skor standar 85 atau dibawah dari ukuran pencapaian akademik.
Penting bagi dokter untuk mengerti criteria khusus dulu untuk mendiagnosa
gangguan dalam belajar.
Anak yang memiliki gangguan pada belajar mungkin akan menimbulkan
perilaku seperti kesedihan, sakit hati, kemarahan, dan tidak memiliki motivasi,
terutama kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tugas-tugas sekolah.
Gangguan ini tidak berarti anak tidak bias berbuat baik secara akademis, itu
berarti anak tidak melakukan sampai tingkat akademis yang diharapkan.
Kekurangan pencapaian adalah bukti pertama dalam pendidikan; karena itu jika
tidak ada masalah perkembangan yang diasosiasikan, ketidakmampuan dalam
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
7/21
belajar tidak boleh diidentifikasikan sampai anak mencapai usia sekolah dan
memasuki area pendidikan.
Gangguan ini dapat memanifestasikan anak sebagai salah satu bentuk
keengganan untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah,
ketidakperhatian dalam pergi ke sekolah, dan mungkin penolakan untuk pergi ke
sekolah. Beraksi dengan perilaku yang berlawanan mungkin juga merupakan
bukti. Anak dengan ketidakmampuan belajar secara khusus menyadari sekolah itu
sulit dan merasa terluka karena dia tidak dapat bersaing di kelas. Anak-anak
demikian mudah untuk dijauhi sebagai subyek usaha-usaha guru untuk membantu
mereka dengan instruksi oleh individu, atau program-program khusus. Meski
intervensi-intervensi ini sesuai secara akademis untuk anak, mereka dapat
membawa kepada kesulitan-kesulitan emosional dan perilaku yang berhubungan
dengan rasa frustasi dari gangguan dan konsekuensi social karena tidak kompeten
seperti anak-anak seusianya.
Gangguan pada proses belajar juga menyertai gangguan yang lain, seperti
gangguan hiperaktif dan kekurangan perhatian (ADHD), gangguan yang
bertentangan dengan oposisi (ODD), gangguan perbuatan, dan depresi. Hal ini
akan mempersulit proses diagnosa dan perencanaan pada perlakuan. Anak-anak
yang memiliki ADHD sering memiliki gangguan pembelajaran yang
diasosiasikan, meski mempelajari gangguan dan gangguan akan kekurangan
perhatian dapat tibul dengan sendirinya. Kecuali pada tugas-tugas yang tersulit,
perbuatan akademik anak-anak dengan ketidakmampuan belajar pada anak
ADHD dan tidak boleh berbeda dengan anak-anak yang hanya memiliki
ketidakmampuan belajar [10]. Anak-anak yang memiliki diagnosa yang
berhubungan dengan perilaku merobek-robek seperti gangguan perbuatan atau
ODD mungkin juga memiliki masalah-masalah belajar yang telah diasosiasikan.
Harus dapat diidentifikasikan dan diimplementasikan strategi-strategi perlakuan
bagi anak untuk mulai mengubah perilaku dan dapat berintegrasi dengan lebih
efektif dalam lingkungannya [11,12]
Depresi dimasa kanak-kanak sering ada pada anak-anak yang memiliki
ketidakmampuan belajar. Seringkali dimanifestasikan sebagai kekurangan
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
8/21
motivasi, rasa yang menyerap ketidakbahagiaan, dan keapatisan umum terhadap
sekolah.
Ketidakmampuan Belajar secara Khusus
Membaca
Untuk menentukan apakah gangguan membaca itu, para dokter harus memiliki
pengertian umum dari proses membaca itu sendiri. Membaca adalah perangkat
rumit dari perilaku-perilaku yang disusun dari banyak keterampilan khusus dan
tugas audio visual yang melibatkan dan memperoleh arti dari symbol-simbol
(huruf-huruf dan kata-kata) [9].
Hal itu melibatkan dua proses dasar. Proses pertama mengerti hubungan
antara fonem (unit dasar bunyi) atau nomina dan grafem (simbol tulisan) dan
menerjemahkan sibol-simbol tertulis kata per kata kedalam bahasa lisan. Proses
ini memudahkan individu untuk memecah kode dan mengucapkan kata-kata
dengan benar. Proses kedua, pengertian, melibatkan pengertian tentang arti kata-
kata dalam konteks dengan kata-kata lain dan dalam suatu isolasi. Membaca
adalah integrasi dua proses kedalam aplikasi keterampilan-keterampilan ini.
Keterampilan-keterampilan membaca penting artinya dalam kesuksesan dalam
lingkungan pendidikan. Kesulitan-kesulitan dalam membaca adalah suatu
penyebab utama dari kegagalan di sekolah dan sangat mempengaruhi konsep diri
dan perasaan kompetisi dalam diri anak.
Cara terbaik untuk memeriksa anak dengan adanya kesulitan-kesulitan
membaca adalah memintanya untuk membaca. Pertama, harus dilakukan
observasi pada reaksi anak pada tugas tersebut. Jika anak dengan gembira
mendekati buku-buku anak-anak dan mulai memilih buku-buku kesukaannya,
kesempatannya adalah mebaca bukanlah suata pekerjaan rumah. Jika anak terlihat
menentang atau enggan, hal ini harus diperhatikan untuk pertimbangan yang lebih
lanjut. Kedua, dengarkan bagaimana jika anak membaca. Jika anak terlihat
berjuang mengucapkan setiap kata atau ragu-ragu dan memerlukan bantuan,
masukan untuk keterampilan-keterampilan secara khusus harus dibenarkan. Jika
terdapat salah pengucapan, penggantian kata-kata, dan penyisihan kata-kata yang
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
9/21
tidak terdapat di halaman tercetak, hal ini adalah merupakan indikator-indikator
adanya masalah-masalah dalam membaca.
Anak-anak yang usianya lebih tua sering dengan mudahnya membuka
kesulitan-kesulitan akademis dalam wawancara dengan dokter. Untuk
menentukan apakah membaca harus ditetapkan lebih lanjut, mungkin akan
membantu jika menanyakan kepada anak-anak apakah mereka suka membaca,
buku apa suka mereka baca, atau mengingat buku favorit mereka. Sistem edukasi
lebih dulu mendeteksi masalah-masalah dalam membaca, karena itu orang tua
harus meminta data-data sekolah yang disediakan untuk para dokter. Orang tua
menyimpan kartu-kartu laporan dan hasil-hasil pencapaian oleh kelompok sekolah
yang dapat dibagi. Jika anak menunjukkan adanya sejarah kesulitan-kesulitan di
sekolah, hasil-hasil penetapan psikoedukasi terdahulu sering disediakan oleh
psikolog di sekolah.
Matematika
Ini merupakan proses berdasarkan struktur logis. Melibatkan perkembangan
keterampilan yang terjadi dengan cara hirarki dari kemampuan untuk melakukan
penyaringan obyek dengan ukuran, yang serupa dengan obyek-obyek,
memperhitungkan, dan mengerti fraksi-fraksi, desimal-desimal, dan persentasi-
persentasi. Ketidakmampuan dalam matematika dan melibatkan ketidakmampuan
pertama dalam mengkonstruksi hubungan-hubungan sederhana, dan bergerak
menuju tugas yang lebih rumit. Khusus dalam matematika, tingkat-tingkat
keterampilan yang lebih rendah penting untuk mempelajari keterampilan-
keterampilan matematika yang lebih tinggi [9]. Cara paling efektif mengenali
ketidakmampuan dalam matematika adalah dengan memeriksa data-data edukasi
atau melakukan wawancara atau melakukan penaksiran dalam matematika.
Bahasa Tertulis
Hal ini membutuhkan penggunaan berbagai macamm kegiatan kognitif. Pertama,
menggambarkan ide-ide, integrasi ide-ide ke pemikikran logis, dan
mengekspresikannya kedalam bentuk tulisan. Hal ini meminta lebih banyak dari
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
10/21
aspek-aspek mekanik ejaan, tanda baca, kapitalisasi, tata bahasa, penggunaan
kata, penulisan yang bagus, mebuat garis besar serta keterampilan-keterampilan
organisasi. Juga diperlukan proses psikologi, jika terdapat kekacauan belajar
dalam area yang khusus ini. Untuk menentukannya, penaksiran harus berfokus
pada pengajarn mekanik dalam edukasi, seperti struktur ejaan dan kalimat.
Memeriksa tulisan aktual seseorang adalah ukuran pemeriksaan paling efektif.
Menulis jurnal digunakan sebagai teknik yang efektif dalam terapi. Memeriksa
mekasnisme tulisan dan konten tulisan dapat mengindikasikan penaksiran untuk
adanya gangguan dibenarkan.
Mempelajari Gangguan Belajar yang Tidak Ditentukan Sebelumnya
DSMIV menyediakan kategori yang mengidentifikasi untuk mempelajari
gangguan-gangguan yang tidak memenuhi kriteria pada kategori-kategori khusus.
Diagnosa ini dapat digunakan jika terdapat ketidakmampuan dalam tiga area dan
mencampurkan fungsi akademik pada individu. Diagnosa ini digunakan bahkan
jika perlakuan pada tes-tes standar tidak berada pada tingkat yang diharapkan
untuk usi kronologi yang diberikan, tingkat intelektual, dan edukasi yang sesuai
dengan usia. Membuatnya dapat membantu dokter untuk mengindikasi klien
sebagai pelajar yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus yang harus
dipertimbangkan dalam proses perencanaan perlakuan.
Gangguan-gangguan pada Komunikasi
Penaksiran dan diagnosa pada gangguan-gangguan komunikasi tidak
dikenal oleh banyak dokter. Gangguan-gangguan ini dapat diidentifikasikan oleh
dokter-dokter keluarga, dokter-dokter anak atau personel di sekolahan jika anak
menunjukkan perkembangan yang lambat dalam ekspresi atau penerimaan bahasa.
Bagaimana anak mengembangkan bahasa lisan penting bagi kesehatan
emosionalnya dan dapat mempengaruhi keberadaannya dalam perlakuan
gangguan psikiatrik. Gangguan-gangguan tersebut sering dihubungkan dengan
gangguan-gangguan edukasi tambahan. Bila anak dengan gangguan ini
menunjukkan gangguan psikiatrik biasa diawasi oleh dokter-dokter kesehatan
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
11/21
mental agar anak ini dapat menceritakan pada seseorang bagaimana yang dia
pikirkan dan rasakan. Setiap perilaku yang ada karena masalah komunikasi ini
bisa dianggap dapat diobati dalam layanan-layanan percakapan dan bahasa, ini
mengikuti logika bahwa jika anak dapat mengerti dan berkomunikasi dengan
bahasa yang lebih efektif, perilaku problematiknya akan dapat berkurang.
Gangguan-gangguan komunikasi dikategorikan dalam kesulitan-kesulitan
berekspresi dengan bahasa berkaitan dengan penerimaan. Kesulitan-kesulitan
berekspresi dengan bahasa dimanisfestasikan sebagai kosakata yang terbatas,
kesalahan-kesalahan pada tata bahasa (misalnya, penggunaan tensis yang tidak
benar) dan kesalahan-kesalahan sintaks (misalnya, pengucapan kembali kata dan
struktur bahasa). Gangguan-gangguan bahasa pada penerimaan adalah
ketidakmampuan mengerti arti kata-kata individual, pernyataan-pernyataan secara
menyeluruh, atau hubungan kata-kata yang khusus dalam suatu frase (misalnya,
hubungan dua kata, kunci-kunci Mama yang berarti kunci-kunci ini milik Mama)
[10].
Diagnosa gangguan komunikasi mengikuti tes-tes standar yang mengukur
apakah anak berfungsi dibawah standar yang diharapkan untuk usia kronologi
yang diberikan dan tingkat fungsi kognitif. Definisi federal pada percakapan atau
kelemahan bahasa ditunjukkan dalam tabel 20.2 dan kategori-kategori DSM-IV
termasuk gangguan bahasa ekspresif, gangguan campuran ekspresi penerimaan,
gangguan fonologi, gagap, dan gangguan komunikasi tidak dengan cara lain
secara spesifik (Kotak B dan C).
Gangguan fonologi terjadi bila anak tidak memproduksi bunyi-bunyi pada
percakapan dan tidak berkembang seiring dengan usianya dan dialeknya. Terbukti
dalam lingkungan klinis, bila anak susah untuk mengerti dan enggan untuk
mengulang kata atau frase bila diminta. Gangguan ini dievaluasi dan didiagnosa
pada tahap awal perkembangan anak, dengan menyadari bahwa anak tidak dapat
berbicara dengan normal. Program-program yang memeriksa penundaan
penundaan dalam artikulasi termasuk dalam program-program intervensi
pembicaraan yang tersedia untuk mengidentifikasi anak-anak melalui IDEA [5].
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
12/21
Tabel 20.2 Gangguan berbicara dan berbahasa
Gangguan komunikasi seperti gagap, gangguan artikulasi, gangguan berbahasa,
dan gangguan berbicara memengaruhi pendidikan anak.
Dikutip dariIndividuals with Disabilities Act; 1990. Public Law 91-230, Title 20,
U.S. Code Section 1401(a)15; 1997.
KOTAK B. KRITERIA DIAGNOSTIK DSM-IV UNTUK 315.31
GANGGUAN BERBAHASA EKSPRESIF 315.31 GANGGUAN
BERBAHASA CAMPURAN
A. Hasil yang diperoleh individu melalui tes pengembangan bahasa ekspresif
kurang dari hasil perolehan tes kapasitas intelektual nonverbal. Gangguan
berbahasa ekspresif bermanifestasi sebagai gejala keterbatasan kosakata,
kesalahan dalam struktur bahasa, atau kesulitan dalam mengingat kata-kata
atau mengolah kalimat yang panjang dan kompleks.
B. Gejala gangguan berbahasa campuran antara ekspresif dan reseptif termasuk
dalam gangguan berbahasa ekspresif yang disertai kesulitan memahami kata-
kata, kalimat, atau kata-kata tertentu.
C. Kesulitan dalam berbahasa ekspresif menjadi kendala dalam perolehan
prestasi akademik atau komunikasi sosial.
D. Kriteria tidak termasuk dalam gangguan perkembangan pervasif.
E. Jika terdapat keterbelakangan mental, gangguan bicara motorik atau sensorik,
atau gangguan lingkungan, maka kesulitan berbahasa tersebut bukan termasuk
dalam gangguan seperti yang djelaskan di atas.
Dicetak ulang dengan izin dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, 4th ed. Copyright 1994 American Psychiatric Association.
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
13/21
KOTAK C. KRITERIA DIAGNOSTIK DSM-IV UNTUK 315.39
KEKACAUAN FONOLOGI
F. Kegagalan menggunakan bunyi-bunyi pada pembicaraan yang diharapkan
berkembang sesuai dengan umur dan dialek (terdapat kesalahan-kesalahan
dalam produksi bunyi, penggunaan, representasi, atau organisasi tidak terbatas
pada penggantian-penggantian satu bunyi dengan yang lain [penggunaan /b
untuk target bunyi /k/] atau penghilangan bunyi seperti konsonan-konsonan
akhir).
G. Kesulitan-kesulitan produksi bunyi pada pembicaraan yang bercampur dengan
pencapaian tempat atau akademik atau dengan komunikasi sosial.
H. Jika terdapat keterlambatan mental, defisit pembicaraan motorik atau
sensorik, atau perampasan di lingkungan, kesulitan-kesulitan pembicaraan
lebih dari yang diasosiasikan dengan masalah-masalah ini (catatan pada kode:
jika terdapat defisit pembicaraan motorik-sensorik atau sensor atau dalam
kondisi neurologi, kode kondisi pada Axis III).
Dicetak ulang dengan izin dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, 4th ed. Copyright 1994 American Psychiatric Association.
Gagap adalah suatu bentuk interupsi yang berkembang tidak sesuai dengan
kelancaran pada langkah-langkah pembicaraan oleh individual. Dikategorikan
sebagai kejadian yang sering dari satu kata atau lebih dari yang berikut:
pengulangan bunyi dan silabel, perpanjangan bunyi, seruan-seruan, berhenti
sementara dalam kata-kata, berhenti sementara terisi atau tidak terisi dalam suatu
pembicaraan (dikenal sebagai menghalangi dengan diam), kata-kata yang
diproduksidengan tensi yang berlebihan atau fisik, pengulangan-pengulangan
seluruh kata monosilabik (misalnya, bu-bu-bu-ku saya).
Gangguan komunikasi yang bukan secara khusus pada cara lain termasuk
dalam gangguan suara atau yang lain yang tidak memnuhi kriteria kategori-
kategori gangguan komunikasi lain (Tabel 20.3).
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
14/21
Ketika dipertimbangkan dalam hubungannya dengan gangguan kejiwaan,
aspek penting dari gangguan bahasa adalah bahwa bahasa lisan merupakan
perilaku yang memungkinkan individu untuk menghasilkan ide-ide dan untuk
mengirimkan ide-ide kepada orang lain dalam komunitas mereka. Ketika
gangguan terjadi dalam proses ini dan seseorang tidak dipahami, komponen
emosional mengambil terus. Jika seseorang mengalami
stressor hidup yang signifikan atau trauma dan karena gangguan bahasa tidak bisa
memberitahu orang lain secara akurat atau memproses pengalaman simbolis, akan
ada beberapa efek pada struktur psikis nya. Gangguan bahasa membuat sulit untuk
mewawancarai individu tidak hanya karena ketidakmampuan mereka untuk
berkomunikasi tetapi juga karena kesadaran mereka sendiri tidak mengerti. Ini
dapat membantu untuk menggunakan metode alternatif mengumpulkan informasi
mengenai kebutuhan kesehatan mental. Ini bisa mengambil bentuk mewawancarai
pengasuh signifikan atau menggunakan persediaan dan daftar periksa seperti Anak
Depression Inventory [13], uji Kalimat lengkap [14], dan Perilaku Anak Checklist
[15].
Tabel 20.3 Tanda-tanda umum pada semua gangguan komunikasi
1) Perkembangan yang tidak mencukupi dari beberapa aspek komunikasi
2) Absensi (dalam jenis-jenis perkembangan) dari setiap etiologi yang
didemonstrasikan dari gangguan fisik, gangguan neurologi, keterlambatan
mental secara global, atau perampasan yang parah dari lingkungan
3) Serangan pada masa kanak-kanak
4) Durasi yang panjang
5) Tanda-tanda klinis yang menyamai tingkat-tingkat fungsional dar anak-anak
normal yang umurnya lebih muda
6) Penundaan dalam fungsi beradaptasi, terutama di sekolah.
7) Kecenderungan untuk lari di pihak keluarga
8) Pra-disposisi terhadap laki-laki
9) Faktor-faktor etiologi ganda
10) Meningkatnya pengaruh di usia-usia yang lebih muda
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
15/21
11) Diagnosa yang meminta sederet teknik standar
12) Kecenderungan terhadap masalah-masalah yang diasosiasikan secara khusus,
seperti kekurangan perhatian, gangguan hiperaktif
13) Berbagai subtipe dan tingkat keparahan
Dikutip dari Baker L: Specific communication disorders. In: Garfinkel BD,
Carlson GA, Weller EB, eds. Psychiatric Disorders in Children and Adolescents.
Philadelphia: WB Saunders Co., 1990:258.
Diagnosis Komorbiditas
Komorbiditas didefinisikan sebagai keberadaan bantuan dua atau lebih diagnosa
psikiatrik nyata dalam individu yang sama, merupakan perhatian penting bagi
dokter-dokter bila terbukti dalam individu-individu yang memiliki gangguan
dalam bahasa [16]. Pengertian komorbiditas antara kategori-kategori diagnosa
yang nyata akan membantu dokter-dokter dalam memilih pendekatan perlakuan
karena individu-individu yang memiliki gangguan komorbiditas merespon secara
berbeda pada pendekatan-pendekatan terapetik secara khusus.
Cantwell dan Baker [17] menunjukkan bahwa sekitar setengah dari anak-
anak yang diidentifikasi dengan pembelajaran atau bahasa gangguan juga
dipamerkan karakteristik perilaku lain yang dapat menyebabkan diagnosis
psikiatri, dan pada tahun 1988, Camarata dan rekannya melaporkan korelasi
langsung antara kesulitan dalam bahasa lisan dan perilaku gangguan [18]. ADHD,
misalnya, secara konsisten telah dilaporkan dalam literatur sebagai memiliki
tingkat tinggi komorbiditas dengan belajar dan bahasa gangguan. Tingkattumpang tindih telah diukur setinggi 92% dan serendah 10%, dengan variasi
tergantung pada kriteria seleksi, pengambilan sampel, dan instrumen pengukuran
serta inkonsistensi dalam kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan kedua
ADHD dan gangguan belajar [19,20]. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-
anak dengan ADHD yang juga berkinerja buruk dalam bidang akademik yang
lebih mungkin untuk memerlukan penempatan dalam program pendidikan khusus
dan bantuan tambahan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah dan memenuhi
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
16/21
persyaratan dari kurikulum yang sesuai kelas. Tidak semua anak-anak dengan
kesulitan belajar dan bahasa memiliki ADHD.
Ada juga hubungan di antara anak-anak belajar atau gangguan bahasa dan
gangguan perilaku yang mengganggu. Jika seorang anak tidak efektif di
lingkungan sekolah, ia dapat belajar dengan cepat untuk menarik perhatian dari
kesulitan belajar dan perilaku nya. Komorbiditas yang ada antara ODD,
melakukan gangguan, dan gangguan belajar menyulitkan upaya klinisi untuk
membedakan program studi yang paling efektif pengobatan. Bahkan jika gejala
perilaku anak diminimalkan melalui intervensi kejiwaan, masalah pendidikan
dapat bertahan, dan perilaku anak di sekolah tidak akan terpengaruh oleh hanya
satu jenis pengobatan. Untuk mengatasi kebutuhan beberapa anak, mungkin perlu
melibatkan banyak aspek lingkungan anak, seperti sekolah, keluarga, dan
masyarakat.
Komorbiditas dengan gangguan mood yang lebih rumit. Depresi
dilaporkan sebagai faktor risiko tinggi untuk anak-anak dengan diagnosis psikiatri
ADHD, ODD, dan gangguan perilaku serta pembelajaran atau bahasa gangguan,
sehingga membuat teka-teki diagnostik yang tak terelakkan.
Berikut adalah prinsip-prinsip dasar yang membantu dokter-dokter untuk
mengumpulkan informasi untuk membuat diagnosa akurat yang memandu
perlakuan pada anak-anak dengan gangguan pada proses belajar dan bahasa
1) Informasi sejarah yang terdahulu dan data perkembangan tradisional.
Pendekatan dengan mencetak materi, perhatian kepada buku-buku,
mendengarkan dan membuat cerita sendiri. Apakah anak gembira pergi ke
sekolah atau bermain sekolah-sekolahan dengan anak-anak seusianya atau
anggota keluarga yang lain. Bagaimana reaksinya pada pengalaman pertama
ke sekolah
2) Sejarah baru-baru ini tentang reaksi anak pada lingkungan pendidikan akan
membantu untuk menentukan jika gejala-gejala perilaku anak berhubungan
dengan isu-isu belajar.
3) Informasi kolateral dari personel-personel edukasi dan data-data dari sekolah
membantu deskripsi pengawas tentang gejala perilaku-perilaku pada anak.
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
17/21
Materi-materi seperti buku kerja [21] yang menyediakan tugas-tugas yang
sesuai dengan grup-grup di berbagai usia yang tersedia di toko-toko buku.
Melakukan obsevasi pada reaksi anak yang diberi tugas edukasi merupakan
strategi informasi dan alat efektif dalam membuat rapor
4) Observasi adalah alat diagnostik paling efektif bagi dokter untuk
mengevaluasi anak. Beihler dan Snowman telah menyediakan sumber yang
baik untuk ciri-ciri khas yang berhubungan dengan harapan tingkatan umur
dan kelas [22] (Tabel20.4).
Tujuan penilaian adalah cara yang paling umum untuk menentukan apakah
masalah belajar ada. Tabel 20.5 memberikan langkah-langkah penilaian saat ini
digunakan yang dapat membantu dalam mendiagnosis masalah belajar. Personil
sekolah juga dapat membantu dokter dengan memperoleh data penilaian tertentu
melalui kurikulum teknik pengukuran berbasis dan gaya belajar persediaan.
Untuk memformulasikan diagnosis akurat untuk anak-anak dengan
gangguan-gangguan pada proses belajar, dokter harus menyadari banyak faktor.
Berikut adalah aturan-aturan dasar untuk melakukan formulasi apa yang mula-
mula dokter harus lakukan, merencanakan usaha-usaha diagnostik lebih lanjut dan
menentukan prognosis [23]:
Gangguan-gangguan karena kondisi medis umum atau gangguan kognitif yang
melebihi semua diagnosis lain yang dapat menghasilkan gejala-gejala yang
sama;
Menggunakan diagnosa seminim mungkin untuk menjelaskan gejala-gejala
yang ada;
Mempertimbangkan gangguan-gangguan pertama yang paling lama durasinya
Sejarah dari keluarga sebagai petunjuj utama
Memulai dengan diagnosa yang paling dapat diperlakukan dan memiliki
prognosis yang terbaik
Tabel 20.4. Mempelajari ciri-ciri khas anak-anak usia sekolah
Taman kanak-kanak (usia 5 6 tahun)
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
18/21
Terampil dengan bahasa dan suka menggunakannya
Banyak bicara dan suka bicara didepan kelompok
Lekat dengan aturan-aturan bahasanya sendiri
Kompetisi didorong oleh interaksi, perhatian, kesempatan, mendesak pujaan,
dan tanda-tanda kasih sayang
Sekolah Dasar (Tingkat pertama sampai ketiga)
Gemar belajar
Suka berbicara, kemampuan lebih banyak dalam percakapan daripada menulis
Memiliki interpretasi aturan-aturan yang tertulis (mungkin cenderung bertutur
cerita)
Sekolah Dasar (Tingkat keempat sampai keenam)
Perbedaan jenis kelamin menjadi bukti dalam kemampuan kognitif yang
khusus
Perbedaan-perbedaan dalam gaya (belajar) kognitif yang menjadi semakin
terang
Sekolah Menengah Atas (Tingkat ketujuh sampai kesembilan)
Transisi dari pemikiran operasional ke formal
Transisi dari moral-moral paksaan ke kerjasama
Pemikiran politik lebih abstrak, liberal, dan menyukai ilmu pengetahuan
Sekolah Menengah Atas (Tingkat kesepuluh sampai keduabelas)
Semakin mampu terlibat dalam kegiatan resmi, meski mungkin tidak
menggunakan proses yang sesegera mungkin
Mungkin terikat dalam perbuatan teori dengan tidak dapat menahan diri
Melimpahi diri dengan kesadaran akan kemungkinan-kemungkinan pada
kehidupan
Mungkin sudah mulai menunjukkan egosentris apda remaja
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
19/21
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini dapat menyediakan fondasi dimana
keputusan klinis membuat proses bisa dibangun. Bila anak-anak tumbuh dalam
gangguan-gangguan akan menjadi lebih rumit, strategi dasar ini akan berlanjut
dalam memandu proses klinis.
Tabel 20.5 Tes Pengukuran yang Paling Sering Digunakan (Diurutkan Sesuai
Abjad)
Group Administered
California Achievement Test, Iowa Test of Basic Skills, Metropolitan
Achievement Test, Stanford Achievement Test, Science Research Associates
(SRA) Achievement Series
Individually Administered
Comprehensive
Basic Achievement Skills Individual-Screener (BASIS)
Kaufman Test of Educational Achievement
Weschler Individual Achievement Test-Second Edition (WIAT-II)
Woodcock-Johnson Psychoeducational Battery Specific
Durrell Analysis of Reading Difficulty Third Edition (DARD)
Stanford Diagnostic Reading Test, Fourth Edition (SDRT-4)
Boehm Test of Basic Concepts, Third Edition (BOEHM-3)
Stanford Diagnostic Mathematics Test, Fourth Edition (SDRT-4)
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
20/21
Daftar pustaka
1. American Psychiatric Association:Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, 4th ed revised.Washington, DC: American Psychiatric
Association,2000.
2. Singh NN, Beale IL, eds.:Learning Disabilities: Nature,Theory, and
Treatment.New York: Springer-Verlag, 1992.
3. Swanson HL, Harris KR, Graham S, eds.:Handbook ofLearning Disabilities.
New York: Guilford Press, 2003.
4. Children with Specific Learning Disabilities Act of 1969.Public Law 91230.
91st U.S. Congress; 1969.
5. Education for All Handicapped Children Act of 1975.Public Law 94142.
94th U.S. Congress; 1975.
6. Individuals with Disabilities Education Act of 1990. Public Law 91230,
Title 20, U.S. Code Section1401(a)15; 1997.
7. Individuals with Disabilities Education Act of 2004.Public Law, Title, U.S.
8. American Psychiatric Association:Diagnostic andStatistical Manual of
Mental Disorders. 4th ed. Washington,DC: American Psychiatric
Association, 1997.
9. Lerner JW:Learning Disabilities: Theories, Diagnosis, and Teaching
Strategies, 5th ed. Chicago: HoughtonMifflin Company, 1989.
10. Felton RH, Wood FB, Brown IS, et al.: Separate verbal memory and naming
deficits in attention deficit disorders and reading disability.Brain Lang1987;
31(1): 171184.
11. Mercer CD, Mercer AR: Teaching Students with Learning Problems.
Columbus, OH: Charles E. Merrill, 1985.
12. Lovinger SL, Brandell ME, Seestedt-Stanford L:Language Learning
Disabilities: A New and PracticalApproach for Those Who Work with
Children and TheirFamilies.New York: Continuum Press; 1991.
13. Kovaks M: Childrens Depression Inventory. University of Pittsburgh, PA:
Western Psychiatric Institute and Clinic, 1985.
-
7/27/2019 Gangguan Belajar Dan Komunikasi
21/21
14. Lanyon BP, Lanyon R:Incomplete Sentences Task: Manual. Chicago:
Stoelling, 1980.
15. Achenbach TM: Child Behavior Checklist for Ages 416. San Antonio, TX:
The Psychological Corporation, 1981.
16. Bird HR, Gould MS, Staghezza BM: Patterns of diagnosticcomorbidity in a
community sample of childrenaged 9 through 16 years.J Am Acad Child
Adolesc Psychiatry 1993; 32:2.
17. Cantwell DP, Baker L:Psychiatric and Developmental Disorders in
Children with Communication Disorders. Washington, DC: American
Psychiatric Association,1991.
18. Camarata SM, Hughes CA, Ruhl KL: Mild/moderate behaviorally disordered
students: A population at risk for language disorders.Lang Speech Hear Serv
Schools 1988; 19:191200.
19. Biederman J, Newcom J, Spich S: Comorbidity of attention- deficit disorder
with conduct, depressive, anxiety and other disorders.Am J Psychiatry 1991;
148(5): 564577.
20. Maser JD, Cloninger CR: Comorbidity of anxiety and mood disorders:
Introduction and overview. In: Maser JD, Cloninger CR, eds. Comorbidity of
Moodand Anxiety Disorders. Washington, DC: American Psychiatric Press,
1990.
21. The Original Workbook Series. Grand Rapids, MI: School Zone Publishing
Co; 1990.
22. Beihler RF, Snowman J:Psychology Applied to Teaching. Sixth Edition.
Boston: Houghton Mifflin, 1990.
23. Morrison J:DSM-IV Made Easy: The Clinicians Guide to Diagnosis.New
York: Guilford Press, 1995.