gambaran+kepribadian+dan+psychological+well+berdasarkan+golongan+darah

29
GAMBARAN KEPRIBADIAN DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DITINJAU BERDASARKAN GOLONGAN DARAHNYA Oleh : I Made Yudhistira Dwipayama, M.Psi Pernah membaca buku diet berdasarkan golongan darah? Ternyata pola makna dan konsumsi memiliki hubungan yang signifikan dengan golongan darah terhadap kesuksesan program diet. Buku tersebut membuat saya sangat tertarik untuk peneliti apakah golongan darah juga memiliki hubungan yang erat dengan karakteristik atau kepribadian seseorang. Sebagai contoh, dalam buku diet berdasarkan golongan darah, bila ingin lebih diteliti lagi bahwa bukan semata-semata berhubungan dengan konsumsi yang dimakan tapi bagaimana kepribadian seseorang mau berubah dalam menerima konsumsi yang dipilih oleh buku tersebut. Demikian sedikit ulasan kasar mengenai golongan darah sekaitan dengan gambaran kepribadian dan tujuannya menuju kekonsep Psychological Well-Being. Golongan darah adalah informasi yang sangat penting untuk mengungkapkan identitas lebih spesifik yang telah dikaruniakan sejak lahir. Darah adalah organ tubuh manusia berbentuk cairan vital yang mengalir di seluruh bagian tubuh. Sejak 100 tahun yang lalu sejak golongan darah ditemukan dan sampai sekarang juga masih banyak orang berpikir bahwa golongan darah hanya merupakan bentuk identitas cairan darah saja. Dari 6,2 milyar penduduk dunia, golongan darah dunia terbagi menjadi empat, yaitu O sebanyak 46%, A sebanyak 40%, B sebanyak 10%, dan AB sebanyak 4% (Dermawan, 2006). Berdasarkan sudut pandang psikologis, masing-masing golongan darah mengungkapkan pula perasaan dan kepribadian manusia. Gambaran kepribadian berdasarkan golongan darah memicu keingintahuan seorang ilmuwan Jepang bernama Furukawa Takeji pada tahun 1940-an dan Masahiko Nomi pada tahun 1950-an. Ilmuwan-ilmuwan ini terdorong untuk meneliti lebih dalam mengenai kepribadian berdasarkan golongan darah. Setelah ilmuwan Jepang bernama Masahiko Nomi meninggal karena usia tua, maka putranya yang juga seorang ilmuwan bernama Toshitaka Nomi meneruskan penelitian dalam bidang golongan darah berkaitan dengan kepribadian (Nomi, 2007). Hasil penelitiannya di Jepang sangat dipercaya dan sering dimanfaatkan dalam hal pergaulan sosial, hubungan bisnis, dan relasi dalam membina karier pada masyarakat Jepang. Hasil penelitian Toshitaka Nomi juga digunakan untuk mengenal lebih dalam mengenai kepribadian anak dalam usaha mendisiplinkan anak berdasarkan golongan darah dari anak itu sendiri. Hasil penelitian dari Toshitaka Nomi mengungkapkan berbagai macam gambaran kepribadian individu Jepang berdasarkan golongan-golongan darah yang ada (Nomi, 2007). Toshitaka Nomi menyatakan bahwa golongan darah O berkarakter kuat, berjiwa pemimpin, berjiwa besar, supel, tidak mau kalah dan percaya diri, serta mempunyai sifat persaingan yang kuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang bergolongan

Upload: neilzon

Post on 23-Nov-2015

54 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

  • GAMBARAN KEPRIBADIAN DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DITINJAU

    BERDASARKAN GOLONGAN DARAHNYA

    Oleh :

    I Made Yudhistira Dwipayama, M.Psi

    Pernah membaca buku diet berdasarkan golongan darah? Ternyata pola makna dan

    konsumsi memiliki hubungan yang signifikan dengan golongan darah terhadap kesuksesan

    program diet. Buku tersebut membuat saya sangat tertarik untuk peneliti apakah golongan

    darah juga memiliki hubungan yang erat dengan karakteristik atau kepribadian seseorang.

    Sebagai contoh, dalam buku diet berdasarkan golongan darah, bila ingin lebih diteliti lagi

    bahwa bukan semata-semata berhubungan dengan konsumsi yang dimakan tapi

    bagaimana kepribadian seseorang mau berubah dalam menerima konsumsi yang dipilih

    oleh buku tersebut. Demikian sedikit ulasan kasar mengenai golongan darah sekaitan

    dengan gambaran kepribadian dan tujuannya menuju kekonsep Psychological Well-Being.

    Golongan darah adalah informasi yang sangat penting untuk mengungkapkan identitas

    lebih spesifik yang telah dikaruniakan sejak lahir. Darah adalah organ tubuh manusia

    berbentuk cairan vital yang mengalir di seluruh bagian tubuh. Sejak 100 tahun yang lalu

    sejak golongan darah ditemukan dan sampai sekarang juga masih banyak orang berpikir

    bahwa golongan darah hanya merupakan bentuk identitas cairan darah saja. Dari 6,2 milyar

    penduduk dunia, golongan darah dunia terbagi menjadi empat, yaitu O sebanyak 46%, A

    sebanyak 40%, B sebanyak 10%, dan AB sebanyak 4% (Dermawan, 2006). Berdasarkan

    sudut pandang psikologis, masing-masing golongan darah mengungkapkan pula perasaan

    dan kepribadian manusia.

    Gambaran kepribadian berdasarkan golongan darah memicu keingintahuan seorang

    ilmuwan Jepang bernama Furukawa Takeji pada tahun 1940-an dan Masahiko Nomi pada

    tahun 1950-an. Ilmuwan-ilmuwan ini terdorong untuk meneliti lebih dalam mengenai

    kepribadian berdasarkan golongan darah. Setelah ilmuwan Jepang bernama Masahiko

    Nomi meninggal karena usia tua, maka putranya yang juga seorang ilmuwan bernama

    Toshitaka Nomi meneruskan penelitian dalam bidang golongan darah berkaitan dengan

    kepribadian (Nomi, 2007).

    Hasil penelitiannya di Jepang sangat dipercaya dan sering dimanfaatkan dalam hal

    pergaulan sosial, hubungan bisnis, dan relasi dalam membina karier pada masyarakat

    Jepang. Hasil penelitian Toshitaka Nomi juga digunakan untuk mengenal lebih dalam

    mengenai kepribadian anak dalam usaha mendisiplinkan anak berdasarkan golongan darah

    dari anak itu sendiri. Hasil penelitian dari Toshitaka Nomi mengungkapkan berbagai macam

    gambaran kepribadian individu Jepang berdasarkan golongan-golongan darah yang ada

    (Nomi, 2007).

    Toshitaka Nomi menyatakan bahwa golongan darah O berkarakter kuat, berjiwa

    pemimpin, berjiwa besar, supel, tidak mau kalah dan percaya diri, serta mempunyai sifat

    persaingan yang kuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang bergolongan

  • darah O memiliki potensi untuk menjadi pemimpin besar sehingga dapat dibuktikan bahwa

    para perdana mentri Jepang rata-rata adalah individu bergolongan darah O. Toshitaka Nomi

    kemudian menyatakan bahwa individu bergolongan darah A adalah tipe kepribadian yang

    penuh dedikasi, bertanggung jawab, teliti, perfeksionis, kreatif, dan paling artistik diantara

    golongan darah lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang bergolongan

    darah A sangat berpotensi untuk mengukir prestasi dalam bidang yang dikerjakannya. Hasil

    penelitian ini tercermin dari para karyawan Jepang dari perusahaan kecil maupun besar,

    rata-rata bergolongan darah A atau O (Nomi, 2007).

    Berdasarkan hasil penelitiannya, Toshitaka Nomi menyatakan bahwa golongan darah B

    memiliki karakter individualis, kurang suka mengikuti aturan yang berlaku, optimis, fokus,

    berpikiran tajam, dan mempunyai jiwa yang bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    individu bergolongan darah B berpotensi mengembangkan seluruh kemampuannya dengan

    optimal secara individualistis. Hasil penelitian ini tercermin dari gambaran separuh lebih dari

    seluruh atlet berprestasi di bidang individu seperti renang, judo, dan gulat rata-rata

    bergolongan darah B. Pada golongan darah yang terakhir yaitu AB, Toshitaka Nomi

    menyatakan bahwa individu dengan golongan darah ini kurang dapat bertanggung jawab

    dan pribadi yang sangat sulit ditebak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa

    perusahaan di Jepang membagi karyawan-karyawannya ke dalam kelompok kerja

    berdasarkan golongan darah, dan ironisnya, tidak seorang pun yang mau bekerjasama

    dengan kelompok golongan darah AB karena dianggap sebagai tipe darah terburuk

    (Dermawan, 2006).

    Berdasarkan pemaparan keterangan dari Toshitaka Nomi mengenai gambaran dari

    golongan-golongan darah yang ada maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kaitan yang

    sangat erat antara golongan darah dengan kepribadian. Menurut Robbins (1996),

    kepribadian merupakan cara individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam

    teori-teori mengenai kepribadian, salah satu teori menjelaskan kepribadian dari sudut trait.

    Salah satu penelitian mengenai trait yang terkenal adalah trait kepribadian big-five. Trait-

    trait kepribadian big-five terdiri dari Openness to experience, Conscientiousness,

    Extraversion, Agreeableness, dan Neuroticism/emotional stability. Trait-trait yang berbeda

    antara yang satu dengan yang lain seperti ini juga masing-masing memiliki perbedaan ciri

    khas masing-masing trait sama halnya dengan golongan darah. Jadi dengan kata lain

    golongan darah yang ada sedikit banyak dapat mencerminkan gambaran kepribadian dari

    masing-masing trait kepribadian big five.

    Simpulan yang dapat diambil adalah berdasarkan golongan-golongan darah yang ada,

    ternyata golongan darah O dan A mewakili kepribadian dari trait Conscientiousness,

    Agreeableness, dan Neuroticism/emotional stability. Dalam kehidupan nyata berbagai

    penduduk Jepang yang bergolongan darah O dan A memiliki posisi jabatan atau peluang

    kerja yang baik di tengah-tengah masyarakat. Sebaliknya, individu bergolongan darah AB

    mewakili kepribadian dari trait Openness to experience dan Extraversion. Lebih lanjut lagi

    para individu bergolongan darah AB memiliki citra diri yang buruk di tengah-tengah

    masyarakat Jepang. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh

    terhadap Psychological Well-Being dari masing-masing individu.

    Psychological Well-Being merupakan konsep yang berkaitan dengan kriteria kesehatan

    mental yang positif. Psychological Well-Being ini sangat erat kaitannya dengan kebahagiaan

  • seseorang. Kebahagiaan ini mencakup beberapa hal, seperti: kemampuan untuk mampu

    merealisasikan potensi dirinya secara kontinu, maupun menerima diri apa adanya, mampu

    membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, memilki kemandirian terhadap

    tekanan sosial, memiliki arti dalam hidup, serta mampu mengontrol lingkungan eksternal

    (Sugianto, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Toshitaka Nomi di Jepang, menunjukkan

    bahwa Psychological Well-Being para individu bergolongan darah AB tidak tercapai karena

    dianggap sebagai kelompok minoritas yang paling lemah dan tidak dapat dipercaya.

    Sedangkan Psychological Well-Being dapat tercapai untuk para individu bergolongan darah

    O dan A karena dianggap sebagai individu yang berpotensi bagi masyarakat dan bermasa

    depan cerah bagi individu itu sendiri.

    Berdasarkan pembahasan mengenai gambaran kepribadian dan Psychological Well-Being

    berdasarkan golongan darah di Jepang, maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian

    lintas budaya mengenai gambaran kepribadian dan Psychological Well-Being berdasarkan

    golongan darah.

    Tinjauan Pustaka

    Kepribadian Berdasarkan Golongan Darah

    Sejak lahir manusia sudah memiliki golongan darahnya masing-masing. Golongan darah

    tidak hanya menjelaskan jenis darah yang dimiliki oleh individu, tetapi juga dapat

    menjelaskan kepribadian manusia. Pada setiap golongan darah O, A, B, dan AB terdapat

    ciri khas kepribadiannnya masing-masing. Pada tabel berikut ini digambarkan satu sisi

    karakter dari kecenderungan kepribadian luar dan dalam berdasarkan masing-masing

    golongan darah (Nomi, 2007).

    Tabel 1

    Kepribadian Orang Bergolongan Darah O

    Kepribadian Yang Mudah Terlihat Di

    Permukaan

    Kepribadian Yang Dalam Waktu Bersamaan Mudah

    Tercampur & Terbawa

    Memiliki idealisme yang romantis Realistis dalam memperhitungkan untung rugi dan

    resiko yang akan terjadi

    Menginginkan teman Kebebasan secara individualis

    Tidak suka tekanan Sadar & menghargai perbedaan wewenang

    Keterbukaan tanpa ada maksud lain dan

    taat

    Bersifat hati-hati pada orang yang bukan teman,

    memiliki rahasia pribadi

    Pandai dan berpikiran logis Keputusan diambil berdasarkan naluri emosional

    Pertahanan diri spontan dan

    berkeinginan kuat

    Rasional, ambisi yang bersifat kulturistik

    Berjiwa kompetisi, dengan

    mementingkan status menang kalah.

    Mudah melupakan kalah menang dengan segera

    Individu bergolongan darah O mempunyai peran yang menonjol karena dapat menjalin

    kerja sama dan senantiasa menciptakan suasana harmonis di dalam kelompok. Individu

    bergolongan darah O terlihat sebagai individu yang menerima dan melaksanakan tugas

    dengan tenang. Individu ini pandai menutupi masalah yang dihadapi sehingga terlihat selalu

  • riang, damai dan tidak punya masalah sama sekali. Individu bergolongan darah O adalah

    jenis manusia pemurah dan baik hati serta senang berbuat kebaikan. Individu ini senang

    untuk membagi perasaannya dengan kerabat terdekat jika menghadapi masalah yang

    sangat sulit untuk dipecahkan (Dermawan, 2006).

    Individu bergolongan darah O disenangi dan dicintai karena memiliki sikap dermawan

    dan berjiwa sosial yang tinggi. Individu ini juga dikenal sangat fleksibel dan mudah

    menerima hal-hal baru karena mereka mengutamakan kebebasan dan ketidakterikatan.

    Sekalipun demikian mereka sebenarnya keras kepala dan secara rahasia mempunyai

    pendapat sendiri tentang berbagai hal. Individu bergolongan darah O juga dikenal sebagai

    pribadi yang amibisius dan terkesam mau menang sendiri, sehingga lingkungan sering

    menerimanya sebagai sikap yang angkuh atau sombong. Namun mereka adalah individu

    yang senantiasa bersemangat mengarungi kehidupan untuk menutupi sifat iri yang

    senantiasa muncul mendampingi kehidupan mereka (Dermawan, 2006).

    Individu bergolongan darah A sangat sabar dalam menyelesaikan setiap masalah dan

    tugas yang ada. Sebelum melakukan sesuatu, mereka akan memikirkan secara matang dan

    menyusun rencana yang baik. Selain itu individu ini akan menyelesaikan tugas-tugasnya

    secara serius, konsisiten, tekun, sabar dan tenang. Individu bergolongan darah A memiliki

    karakter yang tegas, dapat diandalkan dan dipercaya tetapi keras kepala. Namun individu ini

    berusaha membuat dirinya sewajar dan seideal mungkin (Dermawan, 2006).

    Individu bergolongan darah A dapat terlihat menyendiri dan jauh dari orang-orang,

    namun demikian mereka mencoba menekan perasaan dan senanatiasa terlihat tegar.

    Individu ini juga sering merasa panik dan bimbang pada suasana yang dianggapnya tidak

    nyaman sehingga cenderung keras terhadap orang-orang di sekitar yang tidak sependapat

    dengan diri mereka. Individu ini senang berada di lingkungan orang-orang yang

    bertemperamen sama, memiliki sifat yang peka dan sensitif. Individu bergolongan darah A

    memiliki rasa tanggung jawab yang besar, maka individu ini selalu menjalankan

    kehidupannya secara serius, sangat hati-hati, dan penuh pertimbangan (Dermawan, 2006).

    Tabel 2

    Kepribadian Orang Bergolongan Darah A

    Kepribadian Yang Mudah Terlihat Di

    Permukaan

    Kepribadian Yang Dalam Waktu Bersamaan Mudah

    Tercampur & Terbawa

    Kontrol diri, sopan, dan berakal sehat Selalu ingin keluar dari situasi saat ini

    Bekerja sama, menghargai kebersamaan

    tim

    Tidak percaya pada orang lain, ingin menjauhi

    diri dari orang lain

    Tinggi hati Mencari teman yang dapat mematuhi dirinya

    Simpatik dan baik hati Bersikap dingin, mementingkan urusan

    masing-masing baik diri sendiri atau orang lain

    Berhati-hati dan teliti Bersikap tegas

    Dari luar terlihat baik dan tenang Dari dalam terlihat egois dan keras kepala

    Emosi yang terlihat tampak wajar Cepat naik darah

    Individu bergolongan darah B cenderung selalu penasaran dan tertarik terhadap segala

    hal, serta mempunyai bayak kegemaran dan hobi. Individu ini juga mampu mengerjakan

    beberapa kegiatan secara serempak. Individu cepat merasa bosan terhadap hal-hal yang

  • dikerjakannya, namun mereka juga dikaruniai keterampilan untuk memilih prioritas hal yang

    penting untuk dikerjakan. Individu berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam berbagai hal

    yang dikerjakan, sehingga terkesan memiliki semangat yang kuat, kreatif dan optimis dalam

    menyelesaikan masalah meskipun tindakan yang dilakukan sering mendadak dan tidak

    terduga (Dermawan, 2006).

    Tabel 3

    Kepribadian Orang Bergolongan Darah B

    Kepribadian Yang Mudah Terlihat Di

    Permukaan

    Kepribadian Yang Dalam Waktu Bersamaan Mudah

    Tercampur & Terbawa

    Berhati panas, penuh emosi Pertimbangan praktis dan emosinya tidak ikut

    disertakan

    Suka menyendiri Bersifat menjaga jarak dengan teman

    Tidak bersosialisasi, pemalu Bersifat terbuka, mudah percaya terhadap orang

    lain

    Temperamental Tidak mudah terbawa emosi, berkepala dingin

    Berminat dalam banyak hal Terlalu gampang curiga

    Tidak berhati-hati, ceroboh Penuh perhitungan

    Cepat dalam pengambilan keputusan Tindakan dilakukan dengan keragu-raguan

    Dari penampakan luar, individu bergolongan darah B terlihat ceria, bersemangat, dan

    antusias. Namun sebetulnya hal ini sama sekali berbeda dengan yang ada dalam diri

    mereka. Individu bergolongan darah B mengutamakan kesendirian karena individu ini adalah

    pribadi yang kurang berminat dalam bersosialisasi dengan banyak orang. Pada kehidupan

    sehari-hari individu ini menjalani hidup dengan apa adanya, cenderung mengabaikan adat

    kebiasaan yang selama ini berlaku, sehingga terkesan tidak terkendali. Individu ini senang

    melakukan eskperimen karena kreativitas mereka yang tinggi (Dermawan, 2006).

    Tabel 4

    Kepribadian Orang Bergolongan Darah AB

    Kepribadian Yang Mudah Terlihat Di

    Permukaan

    Kepribadian Yang Dalam Waktu Bersamaan Mudah

    Tercampur & Terbawa

    Berminat berpartisipasi di lingkungan

    sosial

    Menjaga kehidupan pribadi dan menghargai hobi

    Pandai menjaga hubungan manusia,

    baik hati

    Menjaga jarak dengan orang lain, individualis

    Kurang rasional Suka memimpikan hal yang bersifat fantasi

    Harmonis bersama orang lain Suka berpura-pura atau bermuka dua

    Pembawaan tenang Bebas, emosinya tidak stabil

    Menghargai suatu usaha Kurang sabar

    Menjauhi pertengkaran, damai Keberanian dalam menghadapi kematian

    Individu bergolongan darah AB terlihat mempunyai dua kepribadian. Pada satu sisi

    individu bergolongan darah AB memiliki perasaan yang sensitif dan lembut. Individu ini tidak

    akan bertingkah laku kasar meskipun mereka diperlakukan secara kasar. Individu ini dikenal

  • dengan pribadi yang perhatian dan peduli terhadap perasaan orang lain, serta senang

    membantu orang lain tanpa pamrih saat dimintai bantuan oleh orang lain, sehingga individu

    ini populer dengan kebaikan hatinya. Individu ini juga dikenal sebagai pribadi yang terlalu

    berhati-hati dalam mengambil keputusan sehingga terkesan tidak tegas dan cenderung

    lambat saat memberikan reaksi dalam menghadapi suatu masalah (Dermawan, 2006).

    Pada sisi yang lain individu bergolongan darah AB terlihat bersikap keras dengan diri

    sendiri maupun dengan orang-orang sekitarnya, karena memang individu ini dikaruniai

    dengan keterampilan dalam pengendalian diri yang baik. Akibatnya, individu bergolongan

    darah AB dinilai sebagai individu yang dingin dan tidak peduli pada urusan di luar urusan

    dirinya sendiri jika memang tidak ada orang lain yang meminta bantuannya secara langsung.

    Individu ini cenderung memiliki pemikiran yang kritis, rasional, dan mendalam saat

    menghadapi suatu masalah. Akibatnya individu ini membutuhkan waktu untuk menyendiri

    dalam memikirkan masalah yang sedang dihadapi (Dermawan, 2006).

    Temperamen Berdasarkan Golongan Darah

    Secara umum, masing-masing golongan darah yang ada mempengaruhi manusia itu

    sendiri. Tindakan dari suatu karakter, temperamen, cara menunjukkan kepada orang lain dan

    cara orang lain memandang individu, itu semua dapat dipengaruhi berdasarkan golongan

    darahnya. Pada tabel berikut ini diperlihatkan karakteristik temperamen manusia beserta sisi

    positif dan sisi negatif dari temperamen itu sendiri (Nomi, 2007).

    Tabel 5

    Karakteristik Temperamen Orang Bergolongan Darah O

    Karakteristik Temperamen Sisi Positif Sisi Negatif

    Berorientasi pada

    tujuan

    Memiliki kekuatan dalam

    menyelesaikan sesuatu

    Memiliki kecakapan

    Memiliki pemikiran yang kuat

    Ambisi berlebihan

    Tidak teratur dalam bekerja

    Tidak punya strategi untuk

    melakukan sesuatu

    Memiliki keinginan

    yang lurus

    Memiliki rasa cinta yang kuat

    Bertindak berdasarkan kata

    hati

    Serakah

    Monopoli

    Egois

    Merasakan relasi yang

    kuat secara responsif

    Memiliki jiwa pelindung

    Setia/loyal

    Berorientasi pada otoritas

    Posesif

    Suka bersaing Memiliki naluri yang kuat

    Benci kekalahan

    Penuh percaya diri

    Semangat juang tinggi

    Agresif berlebihan

    Mengabaikan hal lain kecuali

    persaingan

    Tidak suka dikontrol Independen

    Bebas berpendapat

    Memiliki harga diri tinggi

    Suka memberontak

    Suka bertengkar

    Keras kepala

    Romantis Memiliki mimpi dan visi

    Puitis

    Kaya akan emosi

    Kekanan-kanakan

    Isi pembicaraan tidak jelas

  • Memutuskan sesuatu

    berdasarkan fakta

    Berpegang teguh pada

    sesuatu yang praktis

    Vitalitas tinggi

    Perspektif kuat

    Mengutamakan uang

    Sangat mementingkan materi

    Pemikirannya lurus Taat

    Naluri yang baik

    Sederhana

    Kurang kuat secara general

    Mementingkan arti

    persahabatan

    Hangat

    Senang menolong

    Memikirkan arti keluraga

    Membeda-bedakan

    Mementingkan kerabat saja

    Menunjukkan sikap memihak

    Mementingkan arti

    cinta

    Ramah

    Terbuka

    Memuji berlebihan

    Suka ikut campur segala

    sesuatu atas nama cinta

    Sangat berhati-hati

    terhadap orang yang

    bukan teman

    Tidak mudah percaya pada

    orang lain

    Tidak banyak bicara

    Diskriminatif

    Mudah gugup terhadap orang

    yang bukan teman

    Sayang terhadap milik

    pribadi

    Menghargai milik pribadi

    Menjaga milik pribadi dengan

    baik

    Orangnya mudah berubah

    Memeperlihatkan rasa suka

    atau tidak suka secara nyata

    Menonjolkan diri dan

    mengekspresikan diri

    sendiri dengan kuat

    Ekspresi diri yang kuat

    Keceriaan yang nyata

    Memberikan teladan yang

    baik

    Tinggi hati saat berpendapat

    diri sendiri

    Terlalu banyak bicara

    Pandai berkomunikasi Teoretis

    Persuasif yang baik

    Mudah beradaptasi dengan

    lawan bicara

    Pandai berbicara tanpa ada

    landasan yang kuat

    Perkataan dan tidakan tidak

    sejalan

    Memiliki prinsip dalam

    bertindak

    Tindakannya jelas dan terarah

    Berani dalam bertindak

    Cenderung memutuskan

    sesuatu tanpa berpikir matang

    Tidak menyimpan

    perasaan tertentu

    terlelu lama

    Ramah

    Murah hati

    Mudah menyesuaikan diri

    Mudah marah

    Tidak peka akan persaan

    orang lain

    Memiliki kesadaran

    sosial yang tinggi

    Memiliki pengertian kuat

    dalam hal politik

    Menjaga hubungan baik

    dengan sesama

    Orang yang banyak menuntut

    dalam hal yang disukai

    maupun tidak disukai

    Tabel 6

    Karakteristik Temperamen Orang Bergolongan Darah A

    Karakteristik Temperamen Sisi Positif Sisi Negatif

    Mudah khawatir terhadap

    lingkungan sekitar

    Berinisiatif

    Berempati

    Gemar melayani

    Terlalu memikirkan apa kata

    lingkungan sekitar

    Mudah merasa tertekan

    Pemalu

    Menginginkan hubungan

    antar manusia yang

    damai

    Berpembawaan tenang

    Mau berkorban untuk orang

    lain

    Mengutamakan keamanan diri

    sendiri

    Kurang tulus dalam mendapatkan

  • Pengertian dalam berteman kedamaian

    Lambat dalam membuka

    hati

    Tidak mudah dibohongi

    Benar-benar memperhatikan

    orang lain

    Tidak suka mengambil

    keuntungan

    Tidak percaya orang lain

    Mudah curiga

    Menghormati aturan dan

    tatacara

    Memiliki jiwa sosial

    Serius

    Disiplin

    Kaku

    Tidak pandai dalam mengambil

    keputusan

    Menghargai pendapat

    orang lain

    Sopan dan hormat

    Menghargai kerjasama tim

    Terlalu membeda-bedakan orang

    lain

    Mengontrol tindakan

    maupun ekspresi

    Moderat

    Memiliki tatakrama yang baik

    Tidak mudah mengeluarkan

    opini yang menyakitkan hati

    Tidak tahu apa yang dipikirkan

    dalam hati

    Suka menyimpan rahasia

    Dingin

    Pemikirannya mudah

    berubah karena

    terpengaruh dari orang

    lain

    Konsisten

    Dewasa

    Senang memberi salam

    terhadap orang lain

    Tidak fleksibel

    Keras kepala

    Terburu-buru mengambil keputusan

    Dapat membedakan

    antara benar dan salah

    Bertindak sesuai dengan

    prinsip

    Tegas dalam bertindak

    Terlalu keras kepala

    Terlalu teoretis

    Terlalu menghakimi sesuatu hal

    secara detail

    Pesimis terhadap masa

    depan

    Berhati-hati

    Bijaksana

    Menekankan sisi negatif pada

    sesuatu

    Tidak percaya diri

    Masa lalu dianggap

    sebagai hal yang baik

    Tegas

    Rapi dan teratur

    Tidak mudah menyesal

    Takut kekalahan

    Perfeksionis Berhati-hati dalam bekerja

    Bertanggung jawab

    Gigih dan teguh

    Banyak alasan untuk menutupi

    kesalahan

    Bertele-tele

    Gigih dalam berusaha Sangat sabar

    Disiplin diri yang kuat

    Teguh dalam pendirian

    Hanya melakukan apa yang

    diperintahkan

    Tidak puas dengan

    keadaan yang sekarang

    Aktif bereaksi terhadap

    sesuatu

    Menginginkan kemajuan

    Menghindari masalah

    Mudah marah

    Takut dalam menghadapi sesuatu

    Lemah dalam

    mempertahankan

    sesuatu yang disukai

    Berpikir moderat

    Tidak mudah terobsesi pada

    sesuatu

    Mudah menyerah

    Tidak cermat

    Penyembuhan luka batin

    yang lambat

    Benci kekalahan

    Berperasaan halus

    Pendendam

    Saat marah sangat sulit untuk

    diredakan

    Memiliki tujuan hidup Berbakat dan bermoral Merasa diri sendiri paling benar

  • berkaitan demi

    kepentingan masyarakat

    Rela untuk berkorban Terlalu sering merasa tidak puas

  • Tabel 7

    Karakteristik Temperamen Orang Bergolongan Darah B

    Karakteristik Temperamen Sisi Positif Sisi Negatif

    Tidak suka mengikuti

    aturan yang ada

    Bebas

    Independen

    Mandiri

    Egois

    Terlalu individualistis

    Berkonsentrasi pada

    banyak hal

    Gigih dan tekun

    Sangat tertarik untuk

    melakukan penelitian

    Terlalu menghabiskan banyak

    waktu

    Tidak memiliki satu keahlian

    khusus

    Selalu optimis pada masa

    depan

    Berpikir positif

    Berpikiran maju

    Berjiwa perintis dan berani

    Egois

    Ceroboh

    Kekanak-kanakan

    Gejolak perasaannya

    besar

    Mengesankan

    Baik dan lembut

    Bertindak berdasarkan

    kehendak sendiri

    Mudah gugup

    Saat sakit hati mudah

    sembuh

    Perasaannya simple

    Memiliki rasa percaya diri

    Mudah dibohongi

    Mudah terjebak

    Tidak memikirkan urusan

    rumah tangga, tetapi

    berusaha mengalihkan

    dengan kegiatan lain

    Hidup untuk pekerjaan dan

    masyarakat

    Posisinya kuat dalam

    lingkungan masyarakat

    Kurang bertanggung jawab

    terhadap rumah maupun

    keluarga

    Tahu apa yang baik dan

    buruk dalam melakukan

    sesuatu

    Berpikiran terbuka

    Berhati lapang

    Tulus

    Kurang perhatian kepada orang

    lain

    Tindakan berada di luar aturan

    Memiliki pemikiran yang

    fleksibel

    Kaya akan ide

    Berpikir secara luas

    Mudah teralihkan perhatian

    Pemalu dan punya sifat

    berbelit-belit

    Menarik hati

    Rendah hati dalam berbicara

    maupun bertindak

    Kurang bersosialisasi

    Suka memberontak

    Membuka hati tanpa

    diskriminasi

    Terbuka

    Demokratis

    Berpembawaan hangat

    Kurang hati-hati

    Kurang sopan

    Tidak dibatasi oleh aturan

    setempat

    Lapang dada

    Mandiri

    Kurang memeprhatikan hal-hal

    secara detail

    Tidak memikirkan aturan

    yang berlaku

    Kreatif

    Suka akan kemajuan

    Tidak tunduk pada otoritas

    Tidak teratur

    Sombong

    Transisi aktivitasnya

    cepat

    Penuh semangat

    Bertanggung jawab atas

    pilihan hidup

    Kurang cermat

    Selalu tergesa-gesa

    Kurang tenang

    Menghargai keputusan

    yang akurat

    Sangat obyektif

    Adil

    Penuh perhitungan yang

    Tidak tegas

    Pendiriannya tidak tetap

    Mudah ragu-ragu

  • matang

    Pemikirannya praktis dan

    spesifik

    Perencanannya bersifat

    praktis, tepat guna

    Ilmiah

    Tidak punya mimipi

    Tidak punya filosofi hidup

    Kurang memiliki prinsip

  • Tabel 8

    Karakteristik Temperamen Orang Bergolongan Darah AB

    Karakteristik Temperamen Sisi Positif Sisi Negatif

    Kaya akan pemikiran

    yang rasional

    Rasional

    Cerdas

    Analisis yang baik

    Tipe konsisten

    Tidak terlalu simpatik

    Mudah menelantarkan tugas

    Pertimbangan dan

    analisisnya tajam

    Cerdas

    Pemikiran yang modern

    Suka mengkritik

    Sarkastik

    Suka menyakiti perasaan

    orang lain

    Ingin berpartisipasi

    dalam masyarakat

    Loyal

    Memiliki hati pelayanan sosial

    Kurang rendah hati

    Terlalu ambisius

    Pandai membina

    hubungan

    Adil

    Memiliki kemampuan

    berbisnis

    Keinginan untuk mendominasi

    Menjadi orang ketiga dalam

    suatu hubungan

    Harmonis di tengah

    lingkungan masyarakat

    Suka memberi bantuan

    secara inisiatif tersendiri

    Mudah dipengaruhi orang lain

    Pada satu sisi

    kurangnya kontrol

    emosi

    Berkepala dingin

    Ceria

    Monoton

    Sifat kemanusiaan dan

    emosional kurang peka

    Pada sisi lain

    cenderung mudah

    terusik emosinya

    Loyal terhadap diri sendiri

    Emosi terhadap peistiwa kecil

    Berkarakter ganda

    Mudah melarikan diri dari

    masalah

    Orang yang

    mengesampingkan

    jarak

    Adil

    Tidak terlalu membeda-

    bedakan teman

    Tidak terbuka

    Kurang menekankan

    perasaan dalam

    persahabatan

    Membenci kemunafikan

    manusia

    Bermoral

    Perasaan kuat untuk

    menuntut keadilan

    Kurang dalam hal toleransi

    dan kemurahan hati

    Berkonsentrasi tinggi

    tapi tidak dapat

    bertahan

    Efisien

    Cepat tanggap dalam hal-hal

    penting

    Kurang sabar

    Mudah menyerah

    Tidak menyelesaikan hal

    secara tuntas

    Diversifikasi dalam

    pemikiran maupun

    interpretasi

    Pandai dalam diversifikasi

    bisnis

    Pemikirannya luas

    Jarang merefeleksikan dirinya

    sendiri

    Tertarik akan dongeng

    fantasi

    Memiliki banyak impian

    Berinspirasi

    Sentimentil

    Kekanak-kanakan

    Menyimpang dari realitas

    Tidak terlalu banyak

    melibatkan diri dalam

    hobi

    Sederhana

    Kontrol diri kuat

    Kurangnya penghiburan bagi

    diri sendiri

  • Kehidupan ekonomi

    seimbang

    Berkemampuan mengatur dan

    mengelola ekonomi

    Bertanggung jawab terhadap

    masalah ekonomi

    Pikirannya terlalu materialistis

    Dapat berpikir licik demi

    mendapat materi

    Menginginkan

    kestabilan minimum

    dalam kehidupan

    Konsisten

    Sangat berhati-hati

    Tidak serakah

    Terlalu menjaga kehidupan

    pribadi

    Tidak suka mengambil resiko

    Menjauhkan dari

    kekuatan untuk

    melarikan diri

    Damai

    Kurang berkeinginan untuk

    berkuasa

    Sopan, rendah hati, dan

    sederhana

    Tekad kurang bulat

    Hanya suka mengamati tanpa

    mengambil tindakan

    Meminta pendapat

    orang lain pada

    masalah penting

    Berhati-hati

    Demokratis

    Kurang kuat dalam

    mengambil keputusan

    Mengalihkan tanggung jawab

    pada orang lain

    Ritme Emosi Berdasarkan Golongan Darah

    Pada tubuh manusia darah ada pada seluruh tubuh, mulai dari bagian dalam organ,

    cairan limpa, rambut sampai dengan kuku. Berdasarkan sudut pandang psikologis, masing-

    masing golongan darah menimbulkan perbedaan pembentukan emosi pada tubuh manusia.

    Berikut ini akan ditujukan kurva emosi untuk keempat golongan darah.

    Gambar 1. Ritme emosi golongan darah O.

    (Sumber: Robbins, 2005)

  • Pada individu yang bergolongan darah O, dalam kehidupan sehari-hari pada dasarnya

    adalah orang yang tenang dan dapat berdiri teguh, karena memiliki stabilitas emosi sampai

    batas wajar. Namun apabila terdapat tekanan melebihi ambang batas maka perasaannya

    tiba-tiba akan berubah menjadi tidak menentu. Individu yang bergolongan darah O pada saat

    situasi tertekan dan mengancam dirinya, maka stabilitas emosinya akan menjadi tidak teratur

    sehingga sering terlihat panik dan bingung tanpa memikirkan jalan keluar dari situasi yang

    dianggap mengancam bagi dirinya sendiri (Nomi, 2007).

    Gambar 1. Ritme emosi golongan darah A.

    (Sumber: Robbins, 2005)

    Individu yang bergolongan darah A, grafiknya bertolak belakang dengan individu yang

    bergolongan darah O. Pada kehidupan sehari-hari individu bergolongan darah A adalah

    orang yang penuh dengan kekhawatiran karena pada dasarnya memang tidak memiliki

    stabilitas emosi. Individu bergolongan darah A cenderung sangat terpengaruh oleh tekanan

    yang berasal dari lingkungan, terlebih bila tekanan dari lingkungan bertambah besar, maka

    gejolak dalam hatinya juga bertambah besar, namun individu bergolongan darah A memiliki

    kepercayaan diri yang pada saat dibutuhkan akan membuat emosinya menjadi stabil kembali

    (Nomi, 2007).

  • Gambar 1. Ritme emosi golongan darah B.

    (Sumber: Robbins, 2005)

    Individu yang bergolongan darah B memiliki kondisi emosi yang tidak stabil dan tidak

    konsisten. Gejolak perasaannya tidak terlalu berhubungan dengan perubahan kondisi

    lingkungan sekitar.Tekanan dari lingkungan sekitar tidak akan terpengaruh terhadap individu

    bergolongan darah B. Banyak dari antara individu bergolongan darah B lebih sensitif

    terhadap gerak perubahan dalam hati mereka sendiri. Walaupun terkena tekanan yang

    besar, mereka tetepa dapat menunjukkan kemampuannya tanpa halangan (Nomi, 2007).

  • Gambar 1. Ritme emosi golongan darah AB.

    (Sumber: Robbins, 2005)

    Individu yang bergolongan darah AB digambarkan dengan garis yang benar-benar

    berbeda dengan gambar yang lain.Mereka mempunyai dua sisi keteraturan bagai air dan

    juga sisi ketidakstabilan yang tidak dapat ditanggulangi sendiri. Hal ini menunjukkan adanya

    dua temperamen dari individu bergolongan darah AB. Temperamen individu bergolongan

    darah A dan B yang bertolak belakang itu secara bersamaan dibawa oleh orang yang

    bergolongan darah AB. Pada kehidupan sehari-hari, sisi yang tenang lebih mudah terlihat

    dan ketika tekanan bertambah tinggi, maka ketidakstabilan akan terlihat (Nomi, 2007).

    Definisi Kepribadian

    Gordon W. Allport mengemukakan bahwa kepribadian adalah suatu organisasi psikofisik

    yang dinamis dari dalam diri individu, yang menentukan perilaku yang khas dari individu

    tersebut (Suwarto, 1999). Lain halnya dengan Greenberg dan Baron (1997) yang

    mengemukakan bahwa kepribadian adalah suatu pola yang unik dan relatif stabil. Hal ini

    tercermin dari tingkah laku, cara berpikir, dan emosi yang ditunjukkan oleh individu.

    Kepribadian individu merupakan sesuatu yang relatif stabil sepanjang kehidupan (Suwarto,

    1999).

    Selain itu, menurut Larsen dan Buss (2002), kepribadian adalah seperangkat ciri-ciri

    psikologis dan mekanisme pada diri individu yang diorganisasi dan bertahan lama. Hal

    tersebut dapat mempengaruhi proses interaksi dan adaptasi individu terhadap

    lingkungannya. Larsen dan Buss (2002) mengungkapkan ciri-ciri psikologis merupakan

  • karakteristik-karakteristik yang menggambarkan perbedaan seseorang dengan yang lainnya

    dan mekanisme lebih mengacu pada proses-proses kepribadian. Ciri-ciri dan mekanisme

    psikologis yang ada dalam diri individu diorganisasi atau diatur berdasarkan situasi-situasi

    yang dihadapi oleh individu tersebut.

    Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan

    suatu ciri dan mekanisme psikologis yang dimiliki oleh individu, yang membedakan individu

    tersebut dalam menghadapi suatu situasi. Kepribadian ini dapat dilihat dari emosi, tingkah

    laku, dan cara berpikir individu yang bersangkutan. Kepribadian setiap individu berbeda

    antara satu dengan yang lain, tergantung dari proses pembentukan dan situasi yang sedang

    dihadapi oleh individu tersebut.

    Determinan Kepribadian

    Pembentukan kepribadian dalam diri individu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut

    Robbins (1996), kepribadian dibentuk dari faktor keturunan (genetik), lingkungan dan situasi.

    Berdasarkan faktor keturunan, kepribadian yang dibentuk adalah berupa sosok fisik, raut

    wajah, jenis kelamin, temperamen, dan karakteristik lain yang dipengaruhi oleh faktor

    genetik.

    Berdasarkan faktor lingkungan, kepribadian dibentuk melalui pengaruh budaya.

    Keluarga, teman sebaya, kelompok sosial, dan norma masyarakat ikut berpengaruh

    terhadap pembentukan kepribadian individu. Apabila lingkungan menetapkan norma, sikap,

    dan nilai, maka individu akan menyerap nilai tersebut, dan menjadikannya bagian dari

    kepribadian individu (Robbins, 1996). Dalam pendekatan ini, faktor keturunan menentukan

    batas-batas kepribadian, namun potensi kepribadian individu akan ditentukan dari cara

    individu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya (Robbins, 1996).

    Berdasarkan faktor situasi, faktor ini melengkapi kepribadian dari hasil keturunan dan

    lingkungan (Suwarto, 1999). Kepribadian individu umumnya konstan, namun perilaku yang

    muncul dapat berubah seiring dengan situasi yang dihadapi oleh individu. Pada dasarnya, ke

    tiga faktor pembentuk kepribadian ini saling berperan dalam pembentukan kepribadian

    individu, untuk dapat menghasilkan suatu kepribadian yang mantap dan stabil (Robbins,

    1996).

    Trait Kepribadian Big-five

    Allport merupakan salah satu tokoh yang mengembangkan pendekatan trait

    kepribadian. Ia mengemukakan bahwa konsep trait memiliki dua arti yang berbeda, namun

    saling melengkapi (Allport, 1937). Di satu sisi, trait merupakan kecenderungan yang dapat

    dilihat (observed) dari tingkah laku, dengan cara tertentu. Di sisi lain, trait merupakan

    disposisi kepribadian yang harus disimpulkan (inferred) yang menghasilkan kecenderungan

    tersebut. Menurut Chaplin (2000), Trait merupakan suatu pola tingkah laku yang relatif

    menetap secara terus-menerus dalam suatu situasi yang serupa. Salah satu penelitian

    mengenai trait yang terkenal adalah trait kepribadian big-five (Raad, 2000).

    Teori kepribadian big-five adalah teori dikemukakan oleh Goldberg (Gregory, 2000).

    Dalam penelitiannya mengenai analisis faktor trait kepribadian, ia mengidentifikasi beberapa

    konsistensi yang kemudian dinamakan sebagai dimensi big-five. Selain itu, trait kepribadian

  • big-five pertama kali dipublikasikan oleh Fiske pada tahun 1949 (The Big 5 Personality

    Factors, 2006). Sampai dengan saat ini, telah dilakukan berbagai penelitian yang

    berhubungan dengan teori tersebut.

    Digman mengatakan para ahli psikologi kepribadian telah menyetujui bahwa ada lima

    faktor kepribadian yang kokoh, yang dikenal dengan nama model kepribadian lima faktor

    (dikutip oleh Handoyo, 2001). Model kepribadian lima faktor ini dapat menjadi taksonomi

    untuk mengklasifikasi kepribadian. Model kepribadian lima faktor ini, kemudian dikenal

    dengan nama big-five. Selain itu, Nikolaou dan Robertson (2001) juga mengatakan bahwa

    teori kepribadian big-five telah melengkapi disiplin psikologi kepribadian. Teori big-five juga

    telah mendominasi kajian mengenai kepribadian, bahkan dalam bidang psikologi industri dan

    organisasi.

    Sejarah Trait Kepribadian Big-Five

    Perkembangan model kepribadian lima faktor (big-five), telah dimulai oleh Allport dan

    Odbert (Raad, 2000). Mereka mencoba mengidentifikasi perbedaan-perbedaan individual

    yang ada, dengan cara mengumpulkan seluruh istilah yang relevan dari Kamus Bahasa

    Inggris Webster. Allport melakukan penelitiannya dengan bertumpu pada hipotesis lexical.

    Hipotesis ini dikemukakan pertama kali oleh Sir Francis Galton, yang menyatakan bahwa

    perbedaan individual yang paling penting akan dikodekan dalam bahasa. Pada waktu yang

    bersamaan, Thurstone juga menganalisa 60 kata sifat yang umum. Ia mengidentifikasi lima

    faktor, yang akan memungkinkan munculnya big-five.

    Raymond Cattell menggunakan istilah trait-descriptive dari Allport dan Odbert sebagai

    awal analisis stuktur kepribadiannya (Raad, 2000). Ia menggunakan daftar istilah yang

    mengandung 4.500 sifat-sifat tetap, dan mengurangi daftar istilah tersebut menjadi 171

    cluster. Ia mengakhiri kerjanya dengan 35 cluster kepribadian. Ketika peneliti lainnya

    mengulangi analisis Cattell, mereka hanya menemukan lima faktor yang dapat diandalkan.

    Goldberg (1993) menyatakan bahwa Cattell adalah bapak intelektual dari model kepribadian

    lima besar (big-five).

    Donald Fiske merupakan orang yang pertama kali mengumpulkan lima faktor yang ditiru

    dari variabel-variabel urutan Cattell (Raad, 2000). Ia mengambil 22 variabel dari 35 cluster

    Cattell, dan menemukan lima faktor yang direplikasi melalui sampel penilaian pribadi,

    penilaian pengamat, dan penilaian teman sebaya. Nama yang diberikan Cattell untuk ke lima

    faktor yang ditemukannya adalah Confident Self-Expression (I), Social Adaptability (II),

    Conformity (III), Emotional Control (IV), dan Inquiring Intellect (V).

    Tupes dan Christal memberikan kontribusi utama berikutnya. Mereka menguji struktur

    faktor dari 22 deskripsi yang disederhanakan dalam delapan sampel dan mengidentifikasikan

    lima faktor yang secara relatif kuat dan berulang (Raad, 2000). Mereka menamai faktor-

    faktor ini sebagai (I) surgency, (II) agreeableness, (III) dependability, (IV) emotional stability,

    dan (V) culture.

    Warren Norman juga menyetujui model lima faktor dengan menggunakan seperangkat

    variabel-variabel Cattell yang terpilih. Dari hasil kerjanya, kemudian muncul lima faktor yang

    disebut Norman sebagai Normans Big Five atau sering di sebut big-five. Big-five terdiri dari

    extraversion, emotional stability, agreeableness, conscientiousness, dan culture (openness

    to experience). Lewis R. Goldberg (1990, 1992, 1993) mengikuti kerja Norman dengan

  • melakukan sederetan penelitian untuk mengkaji struktur yang mendasari istilah-istilah sifat.

    Dari hasil penelitian tersebut, Goldberg menemukan lima faktor kepribadian yang terdiri dari

    surgency/extraversion, agreeableness, conscientiousness, emotional stability/neuroticism,

    dan intellect/openness to experience.

    Karakteristik Trait Kepribadian Big-Five

    Trait kepribadian big-five terdiri atas lima tipe. Trait kepribadian big-five ini bersifat

    universal dan telah banyak dikembangkan di berbagai negara, seperti Amerika, Belanda,

    Jerman, dan lain sebagainya (Raad, 2000). Selain itu, teori kepribadian big-five dapat

    digunakan untuk penelitian lintas budaya dan untuk berbagai situasi, dengan hasil yang

    relatif stabil (Raad, 2000). Menurut Soldz dan Vaillant, teori ini juga relatif stabil jika diberikan

    pada individu di awal masa dewasa muda (Five-factor model, 2006). Teori big-five juga telah

    digunakan untuk berbagai penelitian di bidang pendidikan dan organisasi, yang bertujuan

    untuk meningkatkan pemahaman terhadap fungsi kepribadian (Ryckman, 2004).

    Tipe-tipe Trait Kepribadian Big-Five

    Teori kepribadian big-five ini terdiri atas lima tipe yang saling berhubungan, yaitu

    Openness to experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, dan

    Neuroticism/emotional stabillity (OCEAN). Berdasarkan NEO Personality Inventory

    Revised (NEO-PI-R), setiap dimensi terdiri atas beberapa faset (Pervin & John, 1997),

    seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.

    Selain itu, setiap tipe mempunyai rentang trait, dari yang positif sampai dengan yang

    negatif (Greenberg & Baron, 1997; Pervin, 1996; Pervin & John, 1997). Trait tersebut dapat

    dilihat pada Tabel 2.

    Tipe openness to experience merupakan tipe kepribadian yang rentang trait-nya dari

    imajinatif, sensitif, intelektual, sampai dengan trait yang bersifat tidak sensitif dan konservatif

    (Handoyo, 2001; Greenberg & Baron, 1997; Robbins, 1996). Tipe ini memiliki 6 faset, yaitu

    fantasy, aesthetics, feelings, actions, ideas, dan values (Pervin & John, 1997). Menurut

    Corsini (2002), Fantasy merupakan suatu gambaran mental, mimpi, atau khayalan yang

    terjadi dari keinginan dan harapan yang disadari, maupun yang tidak disadari. Aesthetics

    merupakan minat terhadap suatu elemen seni, seperti seni pahat, musik, puisi, yang

    berdasarkan pada rasa suka dan tidak suka terhadap kegiatan tersebut. Feelings adalah

    suatu keadaan emosional, afeksi, atau intuisi. Actions merupakan suatu proses yang

    berhubungan dengan hasil dari suatu kinerja. Ideas adalah suatu gambaran mental atau

    kognisi yang muncul tanpa harus melalui proses persepsi dan sensori. Selain itu, values

    merupakan tujuan atau standar yang biasanya berharga bagi individu atau masyarakat yang

    bersangkutan.

  • Tabel 1

    Skala Faset NEO-PI-R dihubungkan dengan Faktor-Faktor Trait Kepribadian Big-Five

    Tipe kepribadian Big-Five Skala Faset dalam NEOPIR

    OPENNESS TO

    EXPERIENCE

    Fantasi (fantasy), estetika (aesthetic), perasaan (feelings), tindakan

    (actions), ide-ide (ideas), nilai-nilai (values).

    CONSCIENTIOUSNESS

    Kompeten (competence), perintah (order), kepatuhan (dutifulness),

    prestasi (achievement), bekerja keras (striving), disiplin diri (self-

    discipline), pertimbangan (deliberation).

    EXTRAVERSION

    Hangat (warmth), suka berkumpul (gregariousness), asertif

    (assertiveness), kegiatan (activity), pencari kegembiraan

    (excitement seeking), emosi positif (positive emotions).

    AGREEABLENESS

    Kepercayaan (trust), berterus terang (straightforwardness), altruisme

    (altruism), pemenuhan (compliance), kesederhanaan (modesty),

    kelemah lembutan (tendermindedness).

    NEUROTICISM

    Kecemasan (anxiety), permusuhan (angry hostility), depresi

    (depression), kesadaran diri (self-consciousness), impulsif

    (impulsiveness), mudah terluka (vulnerability).

    Tabel 2

    Faktor dan Skala Trait Kepribadian Big-Five

    Karakteristik Nilai Tinggi Skala Trait Karakteristik Nilai Rendah

    Ingin tahu, ketertarikan

    yang luas, kreatif, original,

    imajinatif, modern

    OPENNESS TO EXPERIENCE

    (O)

    Mengukur keinginan proaktif

    dan pengalaman berharga bagi

    diri sendiri; toleransi dan

    eksplorasi dari hal-hal yang

    tidak familiar.

    Konvensional, biasa-biasa

    saja, tidak memiliki

    ketertarikan, tidak artistik,

    tidak analitis

    Terorganisasi, dapat

    diandalkan, pekerja keras,

    disiplin, tepat waktu, teliti,

    rapi, berambisi, tekun

    CONSCIENTIOUSNESS (C)

    Mengukur derajat organisasi

    individu, persisten, dan motivasi

    dalam mengarahkan tujuan.

    Berlawanan dengan individu

    yang banyak bicara namun

    tidak bergairah, dan ceroboh.

    Tidak bertujuan, tidak dapat

    diandalkan, pemalas,

    ceroboh, lalai, tidak peduli,

    tidak punya ambisi,

    hedonistik

    Sociable, aktif, senang

    berbicara, berorientasi

    pada manusia, optimis,

    menyenangkan, penuh

    kasih sayang

    EXTRAVERSION (E)

    Mengukur kuantitas dan

    intensitas dari interaksi

    interpersonal; level aktivitas,

    kebutuhan akan stimulasi, dan

    kapasitas kesenangan.

    Tertutup, serius, pemurung,

    dingin, berorientasi pada

    tugas, pemalu, pendiam

  • Berhati lembut, baik hati,

    percaya, suka menolong,

    pemaaf, mudah percaya,

    terus terang

    AGREEABLENESS (A)

    Mengukur kualitas orientasi

    interpersonal, yang terentang

    dari penuh belas kasihan

    sampai dengan antagonis

    dalam hal pikiran, perasaan,

    dan tindakan.

    Sinis, kejam, pencuriga,

    tidak kooperatif,

    pendendam, ruthless,

    manipulatif

    Gelisah, pencemas,

    emosional, merasa tidak

    aman, tidak puas diri,

    hypochondriacal

    NEUROTICISM (N)

    Mengukur penyesuaian diri vs.

    ketidak stabilan emosional.

    Mengidentifikasi

    kecenderungan individu

    terhadap psychological distress,

    ide-ide yang tidak realistis,

    hasrat yang berlebihan, dan

    respon coping yang

    maladaptive.

    Tenang, relaks, tidak

    emosional, kuat, merasa

    aman, memilki kepuasan diri

    Tipe kepribadian conscientiousness merupakan trait yang penting pada situasi yang

    mengutamakan pencapaian prestasi (Raad, 2000). Tipe ini terentang dari trait yang sifatnya

    bertanggung jawab, terorganisasi, memiliki disiplin diri, sampai dengan tidak bertanggung

    jawab, tidak terorganisasi, dan kurang disiplin diri (Handoyo, 2001; Greenberg & Baron,

    1997; Robbins, 1996). Selain itu, tipe ini secara konsisten berhubungan dengan performansi

    kerja (Raad, 2000). Dimensi conscientiousness terdiri atas tujuh faset, yaitu competence,

    order, dutifulness, achievement, striving, self-discipline, dan deliberation (Pervin & John,

    1997). Menurut Corsini (2002), competence adalah kemampuan mengendalikan hal-hal

    dalam kehidupan, untuk menyelesaikan suatu masalah secara efektif, serta untuk mengubah

    diri dan lingkungan. Order adalah kerapian dan ketelitian. Dutifullness adalah kemampuan

    individu untuk berfokus pada setiap tugas yang dimilikinya. Achievement merupakan suatu

    pencapaian prestasi atau pencapaian tujuan dari individu atau masyarakat. Striving adalah

    sifat tangguh, berusaha, dan bekerja keras. Self-discipline adalah pengendalian dorongan

    dan keinginan personal. Terakhir, deliberation adalah kemampuan untuk mempertimbangkan

    suatu keadaan atau masalah dengan baik.

    Tipe kepribadian extraversion merupakan tipe yang paling sering digunakan dalam alat

    tes kepribadian (Raad, 2000). Extraversion merupakan salah satu prediksi yang baik bagi

    keberhasilan pekerjaan. Menurut Caldwell dan Burger, individu yang extrovert memiliki

    peluang yang lebih besar untuk mendapatkan promosi (dikutip oleh Raad, 2000). Tipe

    kepribadian ini terentang dari sifat asertif, mudah bergaul, banyak bicara, sampai dengan

    sifat tertutup, pendiam, dan pencuriga (Handoyo, 2001; Greenberg & Baron, 1997; Robbins,

    1996). Tipe extraversion terdiri atas 6 faset, yaitu warmth, gregariousness, assertiveness,

    activity, excitement seeking, dan positive emotions (Pervin & John, 1997). Menurut Corsini

    (2002), warmth adalah kehangatan atau keramahan. Gregariousness adalah dorongan untuk

    beraktivitas, berhubungan sosial, dan hidup bersama dengan orang lain. Assertiveness

  • adalah suatu pemikiran atau gagasan yang terentang dari perilaku berkuasa, dan perilaku

    patuh. Activity merupakan proses mental atau biologis yang dihasilkan dari penyimpanan

    energi dalam diri individu. Excitement seeking merupakan suatu keadaan emosional yang

    ditandai dengan perilaku impulsif, keinginan mencari ketegangan, dan dorongan umum

    lainnya. Positive emotions adalah suatu proses mental yang ditandai dengan berbagai

    perasaan dan biasanya disertai dengan pengekspresian gerakan.

    Tipe agreeableness merupakan tipe yang berhubungan dengan keterampilan

    interpersonal (Raad, 2000). Menurut Hogan (dikutip oleh Raad, 2000), Agreeableness

    memudahkan individu dalam mengatasi masalah-masalah sosial di lingkungan. Tipe

    kepribadian ini terentang dari sifat kooperatif, pemaaf, baik hati, sampai pada sifat

    pendendam, dan tidak mau bekerja sama (Handoyo, 2001; Greenberg & Baron, 1997;

    Robbins, 1996). Tipe Agreeableness terdiri atas 6 faset, yaitu trust, straightforwardness,

    altruism, compliance, modesty, dan tendermindedness (Pervin & John, 1997). Menurut

    Corsini (2002), trust adalah kepercayaan dan integritas terhadap orang lain.

    Straightforwardness adalah dorongan untuk berterus terang. Altruism adalah suatu perilaku

    menolong yang menyebabkan orang lain merasa aman, nyaman, dan tentram. Complience

    adalah kecenderungan untuk mengikuti keinginan dan saran dari orang lain. Modesty adalah

    suatu sifat kesederhanaan, rendah hati, dan sopan. Tendermindedness adalah suatu

    karakteristik dari trait kepribadian yang menunjukkan intelektualitas, idealisme, optimisme,

    dogmatisme, dan religiusitas.

    Tipe neuroticism merupakan dimensi yang terentang dari tegang, gelisah, murung,

    negatif, sampai dengan tenang, bergairah, dan positif (Handoyo, 2001; Greenberg & Baron,

    1997; Robbins, 1996). Tipe kepribadian ini terdiri atas 6 faset, yaitu anxiety, hostility,

    depression, self-consciousness, impulsiveness, dan vulnerability (Pervin & John, 1997).

    Menurut Corsini (2002), anxiety adalah suatu persaan cemas yang tidak menyenangkan,

    ketakutan, dan keprihatinan atas suatu bencana atau masalah yang tidak dapat dihindari.

    Hostility merupakan kemarahan yang menetap dan bercampur dengan suatu dorongan yang

    kuat untuk membalas rasa sakit dan perlakuan buruk yang dialami. Depression adalah suatu

    keadaan emosional, di mana individu merasa sangat sedih. Keadaan emosional ini terentang

    dari rasa sedih karena tidak adanya dukungan sampai dengan perasaan murung karena

    kehilangan semangat dan despair. Self-consciousness merupakan sensitivitas ekstrim

    mengenai perilaku, penampilan, atau atribut lain dari diri sendiri. Sensitivitas ini menimbulkan

    kesadaran yang berlebihan terhadap impresi orang lain terhadap diri individu. Impulsiveness

    adalah kecenderungan untuk melakukan suatu aktivitas tanpa dipikirkan, direfleksikan, atau

    dipertimbangkan akibatnya terlebih dahulu. Terakhir, vulnerability adalah suatu derajat

    kerentanan individu dalam mengembangkan perilaku yang tidak sesuai, yang disebabkan

    oleh suatu peristiwa.

    Pengukuran Trait Kepribadian Big-Five

    Saat ini, telah dikembangkan suatu kuesioner yang berhubungan dengan teori

    kepribadian big-five (Pervin, 1996). Kuesioner ini disusun oleh McCrae dan Costa, dan

    dinamakan NEO-Personality Inventory-Revised (NEO-PI-R). Kuesioner ini terdiri atas 300

    item yang dapat menunjukkan kepribadian subyek. Setiap pernyataan menggambarkan

    kondisi subyek dan terdiri atas lima skala (dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak

  • setuju). Dalam menilai ke lima faktor tersebut, individu mendapatkan skor dari faset-faset

    yang berhubungan dengan ke lima faktor tersebut. Faset-faset tersebut menunjukkan

    perbedaan besar yang berhubungan dengan perilaku individu dari setiap faktor.

    Pengertian Psychological Well Being

    Ryff (1995) berpendapat bahwa Psychological Well Being adalah suatu kondisi

    seseorang yang memiliki kemampuan menerima diri sendiri maupun kehidupannya di masa

    lalu (self-acceptance), pengembangan atau pertumbuhan diri (personal growth), keyakinan

    bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan (purpose in life), memiliki kualitas hubungan

    positif dengan orang lain (positive relationship with others), kapasitas untuk mengatur

    kehidupan dan lingkungan secara efektif (environmental mastery), dan kemampuan untuk

    menentukan tindakan sendiri (autonomy).

    Sugianto (2000) menambahkan bahwa Ryff merumuskan teori Psychological Well Being

    pada konsep kriteria kesehatan mental yang positif. Deskripsi orang yang memiliki

    Psychological Well Being yang baik adalah orang yang mampu merealisasikan potensi

    dirinya secara kontinu, maupun menerima diri apa adanya, mampu membentuk hubungan

    yang hangat dengan orang lain, memilki kemandirian terhadap tekanan sosial, memiliki arti

    dalam hidup, serta mampu mengontrol lingkungan eksternal.

    Menurut Karl Meninger, Jones, dan Bradburn Psychological Well Being sama dengan

    kebahagiaan. Sedangkan Boehm mendefinisikan Psychological Well Being sebagai

    kepuasan hidup (Sugianto, 2000). Menurut Warr (dikutip oleh Suryawidjaja,1998)

    Psychological Well Being adalah suatu konsep yang berkaitan dengan apa yang dirasakan

    individu mengenai aktivitas-aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Diener dan Diener

    (dikutip oleh Indriyanie, 1998) menyamakan Psychological Well Being dengan subjective well

    being, yaitu penilaian seseorang terhadap hidupnya yang meliputi reaksi emosional terhadap

    suatu peristiwa dan evaluasi sadar yang dilaporkan baik pada saat suatu peristiwa terjadi

    atau secara global setelah waktu yang lama.

    Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Psychological Well Being

    adalah suatu kondisi di mana seseorang melakukan penilaian terhadap hidupnya sehari-hari

    yang meliputi reaksi emosional terhadap suatu peristiwa dan evaluasi sadar yang dilaporkan

    baik pada saat suatu peristiwa terjadi atau secara global setelah waktu yang lama.

    Dimensi Psychological Well Being

    Menurut Ryff (dikutip oleh Sugianto, 2000) ada enam dimensi dari Psychological Well

    Being, yaitu (a) self-acceptance, (b) positive relationship with others, (c) autonomy, (d)

    environmental mastery, (e) purpose in life, dan (f) personal growth.

    Penerimaan diri (self-acceptance) adalah sikap positif terhadap diri sendiri dan

    merupakan ciri penting dari psychological well-being. Skor tinggi pada dimensi ini

    menunjukkan bahwa individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan

    menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan merasa positif tentang

    kehidupan yang telah dijalani. Skor rendah menunjukkan individu merasa tidak puas dengan

    dirinya sendiri, merasa kecewa terhadap kehidupan yang dijalani, mengalami kesukaran

    karena sejumlah kualitas pribadi dan ingin menjadi orang yang berbeda dari dririnya saat ini

    (Sugianto, 2000). Aspek ini dicirikan dengan aktualisasi dan dapat berfungsi secara optimal,

  • kedewasaan, dan penerimaan kehidupan yang dilewati. Faktor-faktor dalam aspek ini

    mencakup evaluasi diri yang positif, penerimaan diri, dan orang lain (Campton, 2005).

    Hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others) adalah

    kemampuan seseorang dalam membina hubungan yang hangat dengan orang lain.

    Seseorang yang memiliki Psychological Well Being yang baik digambarkan sebagai

    seseorang yang mempunyai empati dan bersahabat. Faktor-faktor dalam aspek ini

    mencakup hubungan yang dekat, hangat, dan intim dengan orang lain, membangun

    kepercayaan dalam suatu hubungan, memiliki rasa empati, dan perhatian kepada orang lain

    (Campton, 2005). Dimensi hubungan positif dengan orang lain dapat dioperasionalisasikan

    ke dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam membina hubungan yang hangat

    dengan orang lain. Skor tinggi menunjukkan individu mempunyai hubungan yang hangat,

    memuaskan, dan saling percaya dengan orang lain, memperhatikan kesejahteraan orang

    lain, mampu melakukan empati yang kuat, afeksi,dan hubungan yang bersifat timbal balik.

    Skor rendah menunjukkan individu hanya mempuyai sedikit hubungan yang dekat dan saling

    percaya dengan orang lain, merasa kesulitan untuk bersikap hangat, terbuka, dan

    memperhatikan orang lain, merasa terasing dan frustrasi dalam hubungan interpersonal,

    tidak bersedia menyesuaikan diri memepertahankan hubungan yang penting dengan orang

    lain (Sugianto, 2000).

    Otonomi (autonomy) adalah kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri. Hal ini

    berkaitan dengan kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri, kemandirian, dan

    kemampuan mengatur tingkah laku. Faktor-faktor dalam aspek ini mencakup kemandirian,

    self determined, kemampuan untuk melawan atau menghadapi tekanan sosial, dan

    kemampuan untuk mengatur tingkah laku (Campton, 2005). Konsep otonomi berkaitan

    dengan kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri, kemandirian dan kemampuan untuk

    mengatur tingkah laku. Skor tinggi menunjukkan bahwa individu mampu mengarahklan diri

    dan mandiri, mampu mengahdapi tekanan sosial, mengatur tingkah laku sendiri dan

    mengevaluasi diri dengan standar pribadi. Skor rendah menunjukkan bahwa individu

    memeprhatikan pengharapan dan evaluasi orang lain, bergantung pada penilaian orang lain

    dalam membuat keputusan, menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial dalam berpikir dan

    bertingkah laku (Sugianto, 2000).

    Penguasaan lingkungan (environmental mastery) adalah kemampuan individu untuk

    memilih atau mengubah lingkungan sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Faktor-faktor

    dalam aspek ini mencakup memiliki kemampuan untuk mengatur dan memilih lingkungan

    yang kondusif untuk mencapai tujuan (Campton, 2005). Skor tinggi menyatakan bahwa

    individu mempunyai sense of mastery dan mampu mengatur lingkungan, mengontrol

    berbagai kegiatan eksternal yang kompleks, menggunakan kesempatan yang ada secara

    efektif, mampu memilih atau menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-

    nilai pribadi. Skor rendah menunjukkan bahwa individu mengalami kesulitan dalam mengatur

    aktivitas sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan konteks di

    sekitar, tidak waspada akan kesempatan-kesempatan yang ada di lingkungan, dan kurang

    mempuyai kontrol terhadap dunia luar (Sugianto, 2000).

    Keyakinan memiliki tujuan hidup (purpose in life) adalah kemampuan pemahaman

    seseorang akan tujuan dan arah hidupnya. Faktor-faktor dalam aspek ini mencakup memiliki

    makna dan arti hidup, serta memiliki arah dan tujuan hidup (Campton, 2005). Dimensi tujuan

  • hidup dapat dioperasionalisasikan dalam tinggi rendahnya pemahaman individu akan tujuan

    dan arah hidupnya. Skor tinggi menyatakan bahwa individu mempuyai tujuan dan arah

    hidup, merasakan adanya arti dalam hidup masa kini dan masa lampau. Skor rendah

    menunjukkan bahwa individu kurang mempuyai arti hidup, tujuan, arah hidup dan cita-cita

    yang tidak jelas, serta tidak melihat adanya tujuan dari kehidupan masa lalu (Sugianto,

    2000).

    Pertumbuhanan pribadi (personal growth) adalah kemampuan seseorang untuk

    mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan. Faktor-faktor dalam aspek ini mencakup

    kapasitas untuk bertumbuh dan mengembangkan potensi, perubahan personal atau pribadi

    sepanjang hidup yang mencerminkan pengetahuan diri dan efektivitas yang bertambah,

    keterbukaan terhadap pengalaman-pengalaman baru, dapat menerima kenyataan, mampu

    membela diri, dan menghargai diri sendiri (Campton, 2005). Dimensi pertumbuhan pribadi

    dapat dioperasionalisasikan dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang untuk

    mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan. Skor yang tinggi menunjukkan bahwa

    individu merasakan adanya pengembangan potensi diri yang berkelanjutan, terbuka

    terhadap pengalaman-pengalaman baru, menyadari potensi diri, dan dapat melihat

    kemajuan diri dari waktu ke waktu. Skor yang rendah menunjukkan bahwa individu tidak

    merasakan adanya kemajuan dan potensi diri dari waktu ke waktu, merasa jenuh dan tidak

    tertarik dengan kehidupan, serta merasa tidak mampu untuk mengembangkan sikap atau

    tingkah laku baru (Sugianto, 2000).

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well Being

    Berdasarkan Ryff dan Singer (dikutip oleh Sugianto, 2000), Psychological Well Being

    berkaitan dengan faktor usia, jenis kelamin, kelas sosial dan latar belakang budaya.

    Kelompok umur terdiri dari tiga bagian: dewasa muda, dewasa menengah, dan dewasa

    akhir. Ryff dan Singer menemukan adanya perbedaan Psychological Well Being khususnya

    pada dimensi penguasaan lingkungan, dimensi pertumbuhan pribadi, dimensi tujuan hidup,

    dan dimensi otonomi. Kaum wanita lebih tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang

    lain dan dimensi pertumbuhan pribadi daripada kaum pria. Kelompok yang berpendidikan

    tinggi memiliki dimensi tujuan hidup dan dimensi pertumbuhan pribadi yang lebih tinggi

    dibandingkan kelompok yang berpendidikan rendah. Perbedaan budaya Barat dan Timur

    juga memberikan pengaruh yang berbeda. Dimensi yang lebih berorientasi pada diri sendiri

    (dimensi penerimaan diri dan dimensi otonomi) lebih menonjol dalam konteks budaya Barat,

    sedangkan dimensi yang berorientasi pada orang lain (seperti hubungan positif dengan

    orang lain) lebih menonjol pada budaya Timur.

    Hal yang sama juga dipaparkan oleh Papalia, Olds, & Feldman (2004) sehubungan

    dengan penelitian Ryff dan Singer mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

    Psychological Well Being seseorang. Maturation (kedewasaan), kedewasaan seseorang

    dalam menyikapi hidupnya mempengaruhi Psychological Well Being-nya. Semakin dewasa

    seseorang dalam menyikapi hidupnya, maka semakin baik Psychological Well Being. Usia,

    pada masa dewasa tengah psychological well-being seseorang lebih baik karena kesehatan

    mental pada masa ini lebih positif. Individu pada masa ini lebih mandiri, punya orientasi

    tentang masa depan, dan penguasaan lingkungan yang lebih baik. Jenis kelamin, hasil

    penelitian menunjukkan bahwa skor wanita lebih tinggi terutama pada dimensi hubungan

  • yang positif dengan orang lain daripada pria. Pendidikan, pada umumnya semakin tinggi

    pendidikan seseorang maka psychological well-being semakin baik terutama pada dimensi

    tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi. Pekerjaan, merupakan salah satu sumber

    psychological well-being karena dapat membentuk kemandirian dan kompetensi bagi

    individu. Budaya, dimensi yang lebih berorientasi pada diri (seperti penerimaan diri dan

    dimensi otonomi) lebih menonjol dalam konteks budaya Barat, sedangkan dimensi yang

    berorientasi pada orang lain (seperti hubungan positif dengan orang lain) lebih menonjol

    pada budaya Timur.

    Psychological well-being juga dipengaruhi oleh kesehatan, aktivitas sosial, agama,

    perkawinan, dan kepribadian (Weiten & Lloyd, 2003), serta harga diri/self-esteem (Hogg &

    Cooper, 2003). Argyle (dikutip oleh Weiten & Lloyd, 2003) menyatakan bahwa individu yang

    religius memiliki Psychological Well Being yang lebih baik dibandingkan dengan individu

    yang tidak memeluk agama. Sedangkan penelitian Myers dan Diener (dikutip oleh Weiten &

    Lloyd, 2003) menunjukkan bahwa individu yang telah menikah memiliki Psychological Well

    Being yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang tidak menikah atau telah bercerai.

    Kali ini saya benar-benar ingin menguji secara ilmiah dari tinjauan pustaka tersebut.

    Penelitian kecil-kecilan ini terhadap mahasiswa Strata I semester VI s.d VIII di universitas X.

    Kriteria subyek ini dipilih karena peneliti berusaha sedapat mungkin menyesuaikan kriteria

    subyek pada penelitian yang telah lebih dulu dilakukan di Jepang. Adapaun subyek

    penelitian tersebut merupakan individu-individu yang berada pada rentang usia kerja atau

    siap bekerja. Oleh karena itu, peneliti memilih subyek mahasiswa dengan pertimbangan

    bahwa individu-individu ini merupakan individu yang juga berada pada rentang usia kerja

    dan siap bekerja. Namun, karena suatu keterbatasan, peneliti hanya mengambil sampel dari

    mahasiswa, diperoleh 150 subyek. Subyek penelitian tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin,

    agama, ras, dan status pernikahan.

    Pada penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini merupakan

    penelitian cross cultural yang mencoba membandingkan hasil penelitian serupa yang

    dilakukan di Jepang dengan subyek di Indonesia Penelitian ini mencoba memberikan

    gambaran tingkat psychological well being dan Big Five personality pada golongan darah O,

    A, B dan AB. Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel psychological well

    being, variabel Big Five personality, dan variabel golongan darah sebagai variabel kontrol.

    Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka disimpulkan sebagai berikut : Pertama,

    semua subyek penelitian, baik yang bergolongan darah O, A, B maupun AB memiliki tingkat

    psychological well being yang tergolong tinggi. Kedua, tingkat psychological well being juga

    ditemukan tergolong tinggi pada semua subyek jika ditinjau berdasarkan tipe Big Five

    Personality.

    Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan pada populasi di

    Jepang. Perbedaan temuan yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama, jika dilihat

    dari gambaran kepribadian yang diperoleh dari hasil penelitian di Jepang, tampak bahwa

    ada tipe kepribadian tertentu yang mendominasi masing-masing golongan darah dan

  • merupakan ciri khas yang mudah dikenali pada setiap individu dengan golongan darah

    tertentu. Namun, pada penelitian ini, ditemukan bahwa tidak terdapat pendominasian tipe

    kepribadian tertentu terhadap suatu golongan darah.

    Perbedaan hasil ini dapat disebabkan oleh perbedaan budaya yang berlaku di Jepang

    dengan di Indonesia. Budaya yang dimaksud adalah budaya untuk berusaha tampil sesuai

    dengan tuntutan masyarakat pada umumnya, yang masih sangat kental dianut oleh

    masyarakat Indonesia. Akibatnya, alat ukur yang berupa kuesioner yang diisi oleh subyek

    sendiri dapat saja tidak menggambarkan kepribadian subyek yang sebenarnya.

    Kedua, jika ditinjau dari hasil penelitian di Jepang, diasumsikan bahwa individu dengan

    golongan darah O dan A akan memiliki tingkat psychological well being yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan individu dengan golongan darah B dan AB. Namun, pada penelitian

    ini ditemukan bahwa tidak ada perbedaan skor psychological well being pada keempat

    kelompok tersebut. Bahkan, penelitian ini menemukan bahwa baik individu dengan

    golongan darah O, A, B maupun AB memiliki tingkat psychological well being yang

    tergolong tinggi.

    Perbedaan hasil ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan paradigma yang berlaku

    di masyarakat Jepang dengan paradigma yang berlaku di masyarakat Indonesia.

    Paradigma yang dimaksud di sini adalah penekanan mengenai golongan darah sebagai

    penentu kehidupan seseorang. Seperti yang sudah dibahas pada teori sebelumnya,

    masyarakat Jepang sangat mementingkan faktor golongan darah dalam kehidupan

    bermasyarakatnya. Misalnya saja, dalam hal pencarian pegawai perusahaan tertentu. Hal

    ini tentunya memunculkan perilaku diskriminasi terhadap golongan darah tertentu yang

    diberi label golongan darah yang buruk. Tindakan ini tentu saja menjadi tekanan tersendiri

    bagi individu yang memiliki golongan darah yang dianggap buruk. Akibatnya, individu

    dengan golongan darah tertentu akan mengalami penurunan tingkat psychological well

    being. Namun, tidak demikian yang terjadi pada masyarakat Indonesia, yang tidak

    mengkotak-kotakkan individu berdasarkan tipe golongan darah.

    Referensi

    Allport, G. W. (1937). Personality: A psychological interpretation. NY: Henry Holt and Company.

    Campton, W. C. (2005). An introduction to positive psychology. New York: Thomson

    Wadsworth.

    Chaplin, J. P. (2000). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

    Corsini, R. (2002). The dictionary of psychology. NY: Brunner-Routledge.

    Dermawan, A. (2006). Horoskop darah pengungkap watak dan sikap manusia. Jakarta: Der Die

    Das.

  • Five-factor model. Retrieved 2006, March 18, from

    http://www.personalityresearch.rg/bigfive.html

    Goldberg, L. R. (1990). An alternative description of personality: The big-five factor structure.

    Journal of Personality and Social Psychology, 59(6), 1216-1229.

    Goldberg, L. R. (1992). The development of markers for the big-five factor structure.

    Psychological Assessment, 4(1), 26-42.

    Goldberg, L. R. (1993). The structure of phenotypic personality traits. American Psychologist,

    48(1), 26-34.

    Greenberg, J. & Baron, R. A. (1997). Behavior in organizations: Understanding and managing

    the human side of work (6th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.

    Gregory, R. J. (2000). Psychological testing: History, principles, and applications (3rd ed.).

    Needham Heights, MA: Allyn and Bacon.

    Handoyo, S. (2001). Karakteristik pekerjaan sebagai moderator penghubung antara kepribadian

    dan kinerja. Dalam B. Sjabadhyni, I. Graito, & R. P. Wutun (Eds.). Pengembangan

    kualitas SDM dari perspektif PIO. Depok: Fakultas Psikologi UI.

    Hogg, M. A. & Cooper, J. (2003). The sage handbook of social psychology. London: Sage Publications.

    Indriyanie. (1998). Profil dimensi-dimensi psychological well-being lanjut usia yang mengikuti

    aktivitas sosial dengan yang tidak mengikuti aktivitas sosial. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atmajaya. Skripsi, tidak diterbitkan.

    Larsen, R. J. & Buss, D. M. (2002). Personality psychology: Domains of knowledge about human nature. NY: McGraw Hill.

    Nikolaou & Robertson. (2001). The five factor model of personality. European Journal of Work and Organization Psychology, 10(2), 161-186.

    Nomi, T. (2007). Touch my heart; mengenal kepribadian anak menurut golongan darah (Setyowati, H., Penerj.). Yogyakarta: ANDI OFFSET.

    Papalia, D., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2004). Human development (9th ed.). New York: McGraw-Hill.

  • Pervin, L. A. (1996). The science of personalty. NY: John Wiley & Sons.

    Pervin, L. A. & John, O. P. (1997). Personality: Theory and research (7th ed. ). NY: John Wiley & Sons.

    Raad, B. D. (2000). The big five personality factors: The psycholexical approach to personality. Kirkland, WA: Hogrefe & Huber.

    Robbins, S. P. (1996). Organizational behavior: Concepts, controversies, applications (7th ed.). Upper Saddle River, NJ: Simon & Schuster.

    Ryckman, R. M. (2004). Theories of personality. Mason, OH: Thomson Learning.

    Ryff, C. D. (1995). Psychological well-being in adult life. Current Directions in Psychological Science, 57(6), 99-104.

    Ryff, C. D. & Singer, B. (2003) Ironies of the human condition: well-being and health on the way to mortality. Dalam L. G. Aspinwall & U. M. Staudinger (Eds.), A psychology of human strengths: fundamental questions and future directions for a positive psychology (hlm. 271-281). Washington: American Psychological Association.

    Sugianto, I. R. (2000). Status lajang dan psychological well-being pada pria dan wanita lajang usia 30-40 tahun di Jakarta. PHRONESIS, 2(4), 67-77.

    Suwarto, F. (1999). Perilaku keorganisasian. Yogyakarta: Universitas Atmajaya.

    Suryawidjaja, A. (1998). Hubungan antara pola perilaku tipe A-B pada karyawan tingkat penyelia PT. KOKUSAI GODO PENSO, Tangerang. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atmajaya. Skripsi, tidak diterbitkan.

    Weiten, W. & Lloyd, M. A. (2003). Psychological applied to modern life: adjustment in 21st century (7th ed.). Belmont, CA: Thomson Wadsworth