gambaran umum pajak ekspor, minyak goreng sawit
DESCRIPTION
www.wisatarakihan.blogspot.comTRANSCRIPT
GAMBA RAN U MUM PAJAK EKSPOR, MIN YA K GOREN G SAWIT
DOMESTIK DAN MIN YAK SAWIT DUN IA
OLEH : SYU’ IF ALI ARDIANSAH
KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KOMODITAS CPO
KLIK
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASING- MASING PILIHAN
KEBIJAKAN
KLIK
Kebijakan Domestik Market Obligation
didasarkan pada Keputusan Menteri
Pertanian No.339/Kpts/PD.300/5/2007 tentang
pasokan CPO untuk kebutuhan dalam negeri
guna stabilisasi harga minyak goreng
curah bagi perusahaan perkebunan kelapa
sawit anggota GAPKI (Gabungan Pengusaha
Kelapa Sawit Indonesia) maupun non anggota
GAPKI. Dua alternatif yang ditawarkan oleh
pemerintah untuk kebijakan DMO minyak sawit
mentah yaitu :
1. Pengusaha wajib menyediakan
pasokan minyak goreng domestik 20
persen yaitu 2.4 juta ton minyak
goreng atau setara dengan 3.3 juta ton
CPO.
2. Pengusaha wajib menyediakan
pasokan minyak goreng domestik 18
persen yaitu 2.15 juta ton minyak
goreng atau setara dengan 2.96 juta
ton CPO
Kedua alternatif kebijakan tersebut
dibuat berdasarkan pada perhitungan
kebutuhan minyak goreng selama
setahun dan berlaku untuk produsen
CPO yang mempunyai luas lahan
perkebunan sedikitnya 1 000 hektar
INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT
INDONESIA
Minyak goreng sawit merupakan salah
satu komoditas yang bernilai strategis
karena termasuk salah satu dari 9
kebutuhan pokok bangsa
Indonesia.perrmintaan minyak goreng,
baik domestik maupun ekspor merupakan
indikasi pentingnya peranan komoditas
kelapa sawit dalam perekonomian
Perkembangan industri minyak goreng di
Indonesia memiliki trend tumbuhan yang positif,
dengan rata-rata pertumbuhan produksi 10.1
persen per tahun dan pertumbuhan konsumsi 7.5
persen per tahun
Pada tahun 1998 total produksi minyak
goreng Indonesia mencapai angka 5.9
juta ton dan tahun 2008 telah mencapai
15.5 juta ton. Peningkatan tersebut
dipengaruhi oleh peningkatan
permintaan minyak goreng, dengan
pertumbuhan rata-rata sebesar 7.5
persen per tahun.
Pabrik minyak goreng sawit di Indonesia, tersebar di
Sumatera Utara
(30.46persen), Riau (24.83 persen), DKI Jakarta (13.01 persen),
JawaTimur(9.62persen), Sumatera Selatan (7.18 persen),
Sulawesi Utara (5.28 persen), Jawa rat (3.38 persen), Sumatera
Barat (1.97 persen), Lampung (1.74 persen), lawesi Tengah
(0.70 persen), Kalimantan Barat (0.64 persen), Jambi (0.59
sen),
dan Jawa Tengah (0.59 persen). Dengan ringkas
penyebaran minyak reng di Indonesia telah
berkembang di 13 provinsi. Wilayah terluas terdapat
di matera, diikuti Jawa. Sulawesi dan Kalimantan.
Lima provinsi terluas berturut- ut adalah Sumatera
Utara (30.46 persen), Riau (24.83 persen), DKI
Jakarta13.01 persen), Jawa Timur (9.62 persen) dan
Sumatera Selatan (7.18 persen)
LUAS AREAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA
Ada tiga jenis pengusahaan, yakni
•perkebunan negara,
•perkebunan swasta dan
• perkebunan rakyat.
LUAS AREAL KEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA MENURUT
PENGUSAHAAN
KLIK
PERDAGANGAN MINYAK UTAMA DI PASAR DUNIA
Dari 17 jenis minyak pangan (edible
oil), terdapat empat sumber minyak
yang paling dominan, yakni minyak
kedele, minyak sawit, minyak
mattahari dan minyak lobak.
Pada tahun 2010, sekitar 74.15 persen produksi
minyak dunia dikonsumsi oleh negara produsen
masing-masing dan proporsi yang
diperdagangkan mencapai 45 juta metrik ton atau
25.85 persen dari total produksi minyak dunia.
dari jumlah tersebut, proporsi masing-masing
adalah minyak sawit (68 persen), diikuti minyak
kedele (19 persen), minyak bunga matahari (8
persen) dan minyak lobak (4 persen).
KESIMPULAN
Minyak goreng sawit merupakan salah satu komoditas yang
bernilai
strategis karena termasuk salah satu dari 9 kebutuhan pokok
bangsa Indonesia.perrmintaan minyak goreng, baik domestik
maupun ekspor merupakan indikasi pentingnya peranan
komoditas kelapa sawit dalam perekonomian
bangsa.produksi dan konsumsi minyak goreng sawit terus
meningkat dari tahun ke tahun seiring bertambahnya jumlah
penduduk, berkembangnya pabrik dan industry makanan,
dan meningkatnya konsumsi masyarakat akan minyak goreng.
Konsumsi minyak dan lemak dunia pada tahun
1995 mencapai 90.82 juta naik 5.07 persen per
tahun. Pangsa konsumsi terbesar adalah
minyak nabati 76.33 persen), diikuti minyak
hewani (22.50 persen) dan minyak industri (1.18
persen). Dari kelompok minyak nabati
terdapat beberapa jenis minyak yang tergolong
penting (dilihat dari jumlah konsumsi) antara
lain minyak kedele, minyak sawit, minyak lobak
dan minyak bunga matahari.
Pertumbuhan yang paling
mengesankan tampak pada minyak
sawit. Jika pada tahun 1961/63
pangsa minyak sawit hanya 3.18
persen dan berada pada urutan
ke tujuh dibanding jenis minyak
nabati lainnya ,
pada tahun 1995 pangsa minyak sawit
(dan inti sawit) telah mencapai 18.61
persen dari total minyak dan lemak dunia
dengan rata-rata pertumbuhan 38.56
persen per tahun dan berada pada
urutan kedua setelah minyak kedele
(soybean oil). Perbandingan antara
produksi minyak kedele dan minyak sawit
dunia disajikan pada Gambar berikut.
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH