gambaran minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu …repository.utu.ac.id/307/1/i-v.pdf · salah...
TRANSCRIPT
GAMBARAN MINAT IBU TERHADAP KUNJUNGAN KE POSYANDU
DI DESA LHOEK PANGE KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
ERNA WITA
NIM : 08C10104132
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 2010). Salah satu
indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia adalah kematian bayi dan
balita yang masih tinggi.
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia ini masih jauh dari target
yang harus dicapai pada tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan
pembangunan. Hasil surve demografi dan kesehatan indonesia angka
kematian bayi berada kisaran 34/1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2010)
Anak balita merupakan golongan yang rentan terhadap masalah
kesehatan. Kesehatan balita pada hakikatnya adalah masalah kesehatan
masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan secara medis dan
pelayanan kesehatan saja. Gangguan kesehatan yang terjadi pada balita
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita
maupun masa berikutnya (Supriasa, 2011). Upaya untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan balita salah satunya adalah dengan
posyandu.
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, huna
2
memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (DepKes RI,
2006).
Salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah keaktifan
kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut yang dalam hal ini
spesifik kepada pemanfaatan pelayanan kesehatan terpadu. Menigkatkan
kualitas pelayanan kesehatan di posyandu di perlukan intervensi dari pembina
posyandu yaitu puskesmas untuk menjamin pelaksanaan penyuluhan pada ibu
bayi dan ibu balita dapat tercapai sesuai dengan terget (Werdiningsih, 2009).
Menurut WHO (2013) angka kematian bayi dan balita secara global
mengalami penurunan dari 84 kematian per 1000 kelahiran hidup menjadi 29
kematian per 1000 kelahiran hidup, itu disebabkan karena meningkatnya
kesadaran masyarakat untuk melakukan pencegahan penyakit seperti
imunisasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke posyandu
adalah minat ibu. Minat ibu datang ke posyandu untuk memeriksa bayinya
sangat di pengaruhi oleh pengetahuan dan motivasi. Agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal, anak memerlukan sistem pendukung yang
terpenting yaitu ibu (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan data dari Kementerian kesehatan (2014), jumlah
posyandu yang tersebar di indonesia sebanyak 330.000 buah. Di provinsi
Aceh jumlah balita mencapai 2.769.552 dengan rata-rata kunjungan ke
posyandu mencapai 1.883.295 (68%). Di Kabupaten Nagan Raya secara
3
umum rata-rata kunjungan ke posyandu mencapai 3830 (70%) dengan jumlah
balita sampai dengan bulan September 2015 adalah 5.472 balita . Adapun
kematian balita sebesar 13/1000 balita pertahun. pencapaian target jumlah
kunjungan ke posyandu belum mencapai 80% (Dinkes Nagan Raya, 2015).
Berdasarkan studi pendahuluan, didapatkan data dari Puskesmas
Keude Linteng dengan wilayah kerja Kecamatan Seunagan Timur, bahwa
jumlah kunjungan ibu balita ke Posyandu pada bulan September 2015 dari
454 ibu balita menurun menjadi 414 ibu balita. Desa yang paling paling
banyak berkunjung ke posyandu adalah desa Keude Linteng yaitu 27 (94%)
ibu balita dari 29 ibu balita di Desa Keude Linteng yang membawa anaknya
ke posyandu. Sedangkan Desa yang paling rendah membawa anak-anaknya
keposyadu adalah ibu balita Desa Lhoek Pange dengan jumlah kunjungan ke
posyandu hanya 14 (43,7%) ibu balita dari 32 ibu yang memiliki balita di
Desa Lhoek Pange
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana Gambaran Minat Ibu Terhadap Kunjungan Ke Posyandu Di Desa
Lhoek Pange Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun
2016
.
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Minat Ibu Berkunjung ke Posyandu di
Desa Lhoek Pange Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan terhadap minat ibu berkunjung
ke posyandu di Desa Lhoek Pange Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten
Nagan Raya
b. Untuk mengetahui gambaran motivasi terhadap minat ibu berkunjung ke
posyandu di Desa Lhoek Pange Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten
Nagan Raya
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah literatur bidang
ilmu kesehatan bagi mahasiswa kesehatan masyarakat di UTU, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bacaan dan informasi dan perbandingan bagi
pihak yang akan melakukan penelitian selanjutnya, dan dapat di pergunakan
untuk masukan dalam meningkatkan minat ibu berkunjung ke posyandu.
2. Bagi Peneliti
Sebagai bentuk aplikasi ilmu yang diperoleh peneliti selama
perkuliahan, menambah cakrawala berfikir, menambah wawasan, dan memberi
5
pengalaman peneliti dalam mengembangkan kemampuan ilmiah dan
keterampilan dalam melaksanakan penelitian, serta sebagai salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan program studi ilmu kesehatan masyarakat di
universitas teuku umar
3. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi ibu untuk
berkunjung ke posyandu setelah mengetahui pentingnya membawa balita ke
posyandu. Selain itu diharapkan juga kepada mahasiswa (i) untuk
menginformasikan kepada masyarakat pentingnya ibu balita berkunjung dan
membawa balitanya ke posyandu.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Posyandu
2.1.1 Pengertian Posyandu
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, ahli teknologi dan
pelayanan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategi dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini (Mellani
Dkk, 2010).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2010).
Posyandu adalah pusat pelayanan Keluarga Berencana dan
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat
dengan dukungan teknis dan petugas kesehatan dalam rangka pencapaian
NKKBS (Mellani Dkk, 2010).
2.1.2 Strata Posyandu
Strata posyandu dikelompokkan menjadi empat : (Depkes RI, 2007)
1. Posyandu Pertama :
Posyandu tingkat pertama adalah posyandu yang masih belum lengkap,
kegiatannya masih belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya masih
7
terbatas. Keadaan ini menilai ‘gawat’ sehingga intervensinya adalah
pelatihan kader ulang. Artinya kader yng ada perlu ditambah dan
dilakukan pelatihan dasar lagi.
2. Posyandu medya :
Posyandu pada tingkat media sudh dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali dengan rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan
tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih
rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian posyandu masih
baik tetapi masih rendah cakupannya. Intervensi untuk ponsyandu
medya ada 2 yaitu :
a. pelatihan toma dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang
sudah dilengkapi dengan metode simulasi.
b. Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk
menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk
menentukan program tambahan yang sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat.
3. Posyandu purnama :
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang
frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader petugas 5
orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan
Imunisasi) lebih dari 50% sudah ada program tambahan, bahkan
mungkin masih ada dana sehat yang masih sederhana. Intervensi pada
posyandu pada tingkat ini adalah :
8
a. Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan
masyarakat untuk menentukan sendiri pengembangan pogram
diponsyandu.
b. Pelatihan dana sehat, agar didesa tersebut dapat tumbuh dana sehat
dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.
4. Posyandu mandiri :
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara
teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada dana tambhan dan
dana sehat adalah pembinaan dana sehat, yaitu diarahkan agar dana
sehat tersebut menggunakan prinsip JKM.
2.1.3 Sasaran Pelayanan Kesehatan di Posyandu
Menurut Depkes RI (2010), sasaran Pelayanan Kessehatan di
Posyandu adalah bayi, anak balita, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan
ibu menyusui serta Pasangan Usia Subur (PUS).
2.1.4 Kegiatan Posyandu
Menurut Mellani (2010), kegiatan posyandu terdiri dari :
1. Lima kegiatan posyandu (Pasca Krida Posyandu)
a. Kesehatan ibu dan anak
b. Keluarga berencana
c. Imunisasi
d. Peningkatan gizi
e. Penanggulangan diare
9
2. Tujuh kegiatan posyandu (Septa Krida Posyandu)
a. Kesehatan ibu dan anak
b. Keluaga berencana
c. Imunisasi
d. Peningkatan gizi
e. Penganggulangan diare
f. Sanitasi dasar
g. Penyediaan obat esensial
2.1.5 Keberhasilan Posyandu
Menurut Depkes RI (2007), keberhasilan posyandu tergambar melalui
cakupan SKDN :
S : Semua balita diwilayah kerja posyandu.
K : Semua blaita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang
N : Balita yang naik berat badannya
2.1.6 Unsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat pada umunnya adalah :
(Petter, 2012)
1. Inklusi dan partisipasi;
2. Akses pada informasi;
3. Kapasitas organisasi lokal;
4. Profesionalitas pelaku pemberdaya.
Keempat elemen ini terkait satu sama lain dan saling mendukung.
Dalam kaitannya dengan posyandu sebagai alternatif pemberdayaan
10
masyarakat, maka konsep pemberdayaan yang diungkapkan diatas
setidaknya dapat digunakan Karena dalam posyandu terkandung unsur-
unsur pemberdayaan.
2.1.7 Pembentukan Posyandu
1. Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada, seperti:
a. Pos penimbangan balita
b. Pos imunisasi
c. Pos keluarga berencana
d. Pos kesehatan
e. Pos lainnya yang dibentuk baru
2. Persyaratan
a. Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita
b. Terdiri dari 120 kepala keluarga
c. Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa)
d. Jarak antara kelompok rumah jumlah KK dalam satu tempat atau
kelompok tidak terlalu jauh.
2.1.8 Kegiatan Integrasi Pelayanan Sosial Dasar di Posyandu (Depkes RI,
2007)
Kegiatan yang dapat ditambahkan atau dikembangkan di Posyandu
yang cakupan kegiatan utamanya sudah baik merupakan perluasan kegiatan
Posyandu yang kegiatannya bisa dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat setempat.
Kegiatan Integrasi Pelayanan Sosial Dasar di Posyandu, meliputi:
11
1. PAUD, BKB, BKR, BKL yang merupakan kegiatan untuk meningkatkan
Pendidikan, pemantauan perkembangan dan pembentukan sikap yang
positif dan produktif pada setiap tahap siklus kehidupan manusia.
2. Peningkatan Ekonomi Keluarga, Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas
Adat Terpencil dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial.
3. Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan.
4. Pembinaan Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak meliputi:
a. Suplementasi gizi mikro (Vitamin A, Tablet Tambah Darah)
b. Penyuluhan Gizi Seimbang, Konseling Makanan Bayi dan anak Balita
c. Pemantauan Pertumbuhan: Penimbangan berat badan, pengukuran
Tinggi Badan
d.Sosialisasi program perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi
e. Konseling dan penyuluhan mengenai perawatan bayi baru lahir, tanda-
tanda bahaya pada bayi dan anak Balita
5. Layanan KB: berupa suntik, pil dan kondom
6. Pengendalian Penyakit dan penyehatan lingkungan meliputi:
a. Immunisasi
b. Lingkungan Bersih dan Sehat
c. Penanggulangan HIV/AIDS, Malaria, TB dan DBD
7. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
a. Penyuluhan dan
b. Kunjungan Rumah
12
8. Penyuluhan dan Konseling yang berkenaan dengan:
a. HIV/AIDS
b. Perdagangan manusia
c. Kekerasan dalam rumah tangga
2.1.9 Penyelenggara Posyandu
a. Pelayanan kegiatan adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi
kader kesehatan setempat dibawah bimbingan puskesmas.
b. Pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang
berdasar dari kader PKK, tokoh masyarakat, formal informal serta kader
kesehatan yang ada diwilayah tersebut
2.1.10 Lokasi/Letak posyandu
Menurut Mellani (2010), lokasi atau letak posyandu yaitu :
a. Berada ditempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat
b. Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri
c. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan dirumah penduduk, Balai
Rakyat, Pos RT/RW atau pos lainnya
2.1.11 Pelayanan Kesehatan yang dijalankan
Pelayanan kesehatan yang dijalankan di posyandu yaitu (Mellani, 2010) :
1. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
a. Penimbangan berat badan bayi dan balita setiap bulan
b. Pemberian tambahan makanan bagi bayi dan balita yang berat
badannya kurang
c. Pemberian imunisasi bayi usia 3-14 bulan
13
d. Pemberian oralit untuk menanggulangi diare
e. Pertolongan pertama pada kecelakaan
2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia
subur
a. Pemeriksaan kesehatan umum
b. Pemeriksaan kesehatan dan nifas
c. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil
penambah darah
d. Pemberian imunisasi untuk ibu hamil
e. Penyuluhan kesehatan dan KB
f. Pemberian alat kontrasepsi KB
g. Pemberian oralit
h. Pertolongan pertama pada kecelakaan
2.1.12 Sistem Lima Meja (Menurut Mellani Dkk, 2010)
1. Meja I
a. Pendaftaran
b. Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia
subur
2. Meja II
Penimbangan berat badan balita, ibu hamil
3. Meja III
Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat) berdasarkan hasil penimbangan
berat badan
14
4. Meja IV
a. Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan
resiko tinggi, PUS yang belum menjadi akseptor KB.
b. Penyuluhan Kesehatan
c. Pelayanan pemberian makanan tambahan, oralit, vitamin A, tablet zat
besi, kondom, pil KB untuk kunjungan ulang
5. Meja V
a. Pemberian imunisasi
b. Pemeriksaan kehamilan
c. Pemeriksaan kesehatan dan kehamilan
d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan
Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk
meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya : dokter, bidan,
perawat, juru imuisasi dan sebagainya.
2.1.13 Prinsip-Prinsip Dasar Posyandu
1. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat
perpaduan antara pelayanan antara pelayanan professional dan non
professional (oleh masyarakat).
2. Adanya kerja sama lintas program yang baik (KIA, KB, gizi, imunisasi,
penanggulangan diare, menurpakan lintas sektoral (Dep.Kes RI,
Depdabri/bangdes, dan BKKBN).
3. Kelembagaan masyarakat (pos, desa, kelompok timbang/pos timbang, pos
imunisasi, pos kesehatan dan lain-lain).
15
4. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi 0-1 tahun, anak balita 14
tahun, ibu hamil, PUS).
5. Pendekatan yang ddigunakan adalah pengembangan dan PKMD/PHC
2.1.14 Pelayanan Posyandu
Pada pelaksanaan pos pelayanan terpencil melibatkan petugas
puskesmas, petugas BKKBN sebagai penyelenggaraan pelayanan
professional dan peran masyarakat secara aktif dan positif sebagai
pelayanan non professional secara terpadu dalam rangka alih teknologi dan
dikelola masyarakat.
1. Dari segi petugas puskesmas
a. Pendekatan yang dipakai adalah pengembangan dan pembinaan
PKMD.
b. Perencanaan terpadu tingkat puskesmas (mikro planning), lokal karya
mini.
c. Pelaksaanaan melalui system 5 meja dan alih teknologi.
2. Dari segi masyarakat
a. Kegatan swadaya masyarakat yang diharapkan adanya kader
kesehatan.
b. Perencanaannya melalui musyawarah desa
c. Pelaksaan melalui system 5 meja
16
2.1.15 Tingkatan Posyandu Sesuai Stratifikasi
1. Pratama
Pratama Adalah posyandu yang belum mantap, kegiatan belum rutin tiap
bulan dan kader masih terbatas.
2. Media
a. Posyandu ini sudah dapat melakukan kegiatannya lebih dari 8x/thn
dengan jumlah kader rata-rata 5 orang. Namun cakupan KB, KIA, gizi
dan imunisasi masih rendah.
b. Simbol warna kuning
c. Intervensi : pelatihan kader lanjut dan program tambahan
3. Purnama
a. Posyandu ini dengan frekuensi penimbangan > 8x/th, Kader > 5 orang.
Cakupan program utama > 50 % sudah ada program tambahan.
b. Simbol warna hijau
c. Intervensi : pelatihan program tambahan dan pengenalan dana sehat.
4. Mandiri
a. Posyandu ini sudah dapat melakukan kegiatan dengan teratur, cakupan
program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat.
b. Symbol warna biru
c. Intervensi : Pengembangan dana sehat yang mengarah pada JPKM
(Depkes RI, 2010).
17
2.2 Minat
2.2.1 Pengertian Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktifitas. Dengan kata lain, minat juga merupakan
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas,
tanpa ada yang menyuruh. Minat tidak hanaya diekspresikan melalui
pernyataan yang menunjukkan suatu rasa kemudian diimplementasikan
melalui partisifasi aktif dalam suatu kegiatan (Saiful bahri, 2007)
Minat merupakan komponen psikis yang berperan mendorong
seseorang untuk meraih tujuan yang diinginkan sehingga ia bersedia
melakukan kegiatan berkisar objek yang diminati (Khidijah, 2000).
Secara sederhana minat (inkreat) bearti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi/keingintahuan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak
termasuk istilah popular dalam psikologi karena ketergantungan yang
banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan, perhatian,
keinngintahuan, motivasi dan kebutuhan (Reber dalam syah, 2000). Namun
terlepas dari masalah popular atau tidak, minat dapat mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar dalam bidang-bidang studi tertentu.
2.2.2 Pembagian Minat
Menurut Hurlock (2005), minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu :
1. Aspek Kognitif
Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik
dirumah, sekolah dan masyarakat serta berbagai jenis media massa.
18
2. Aspek Afektif
Konsep yang membangun, aspek kognitif, minatdinyatakan dalam sikap
terhadap kegiatan yan ditimbulakan minat. Berkembang dari pengalaman
pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman
sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari
sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa
terhadap kegiatan itu.
3. Aspek Psikomotor
Berjalan dengan lancer tanpa perlu pemikatan lagi, urutan tepat. Namun
kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan
meningkat meskipun ini semua berjalan lambat
2.2.3 Macam-macam Minat
Menurut Whiterington (1996), minat dibedakan menjadi 2, Yaitu :
1. Minat primitive
Disebut pula minat biologis, yaitu minat yang berkisar soal makan dan
kebebasan aktifitas.
2. Minat Kulturan
Disebut juga minat sosial, yaitu minat yang berasal dari perbuatan yang
lebih tinggi tarafnya.
2.2.4 Kriteria Minat
Menurut Nursalam (2003), minat seseorang dapat digolongkan menjadi :
1. Rendah Jika seseorang tidak menginginkan obyek minat
19
2. Sedang Jika seseorang menginginkan obyek minat tapi tidak dalam
waktu segera
3. Tinggi Jika seseorang menginginkan obyek minat dalam waktu segara
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu berkunjung ke posyandu
2.3.1 Pengetahuan
2.3.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusiaa, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya) Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari
manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, sedang ilmu (science)
bukan sekedar menjawab “what”, melainkan akan menjawab pertanyaan
“why” dan “how”. (Notoatmodjo, 2010)
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah faktor dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung
maupun melalui pengalaman orang lain. (Notoatmodjo,2010).
2.3.1.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2010) Pengetahuan seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis
besar dibagi menjadi 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pada tingkat ini recall (mengingat kembali)
20
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari /
rangsang yang diterima, oleh sebab itu tingkat ini adalah yang paling
rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami dilakukan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar yang dilakukan
dengan menjelaskan, menyebutkan contoh, dan lain-lain.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi / penggunaan hukum –
hukum, rumus, metode, prinsip dan konteks / situasi lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi / suatu
objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lainnya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
21
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi / penelitian terhadap suatu materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian / responden.
2.3.1.3 Hubungan Pengetahuan dengan Minat Ibu Berkunjung ke Posyandu
Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap dan menimbulkan suatu
prilaku di dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pengetahuan posyandu pada
ibu tentang kesehatan yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap
program posyandu khususnya keaktifan ibu berkunjung ke kegiatan
posyandu yang diadakan di desa. Pengetahuan yang baik, pada akhirnya
akan mendorong seseorang untuk aktif dan ikut serta dalam pelaksanaan
posyandu. Tanpa adanya pengetahuan maka ibu balita sulit untuk
menanamkan kebiasaan berkunjung ke posyandu. Pengetahuan tentang
posyandu akan akan berdampak pada sikap terhadap manfaat yang ada dan
akan terlihat dari praktek ketidakaktifan ibu balita terhadap masalah
kesehatan balitanya (Notoatmodjo, 2003).
Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang
penting dalam masalah ketidakaktifan ibu dalam berkunjung ke psoyandu.
Semakin tinggi pengetahuan tentang kesehatan gizi balita maka akan
semakin berkurang masalah gizi yang terjadi. Tingkat pengetahuan
seseorang banyak mempengaruhi perilaku individu, dimana semakin tinggi
22
tingkat pengetahuan seseorang ibu tentang manfaat posyandu, maka
semakin tinggi pula tingkat kesadaran untuk berperan serta dalam program
posyandu. Pengetahuan tentang posyandu yang rendah akan menyebabkan
rendahnya tingkat kesadaran ibu yang memiliki balita untuk berkunjung ke
posyandu (Yuliana, 2014).
2.3.2 Motivasi
2.3.2.1 Pengertian Motivasi
Robbins dan judge (2007), mendefinisikan motivasi sebagai proses
yang menjelaskan intesitas, arah dan ketekuna usaha untuk mencapai suatu
tujuan.
Motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar
terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan
suatu yang telah ditetapkan . motivasi juga dapat di artikan sebagai
dorongan (driving force) di masksudkan sebagai desakan untuk memuaskan
dan mempertahankan kehidupan.
Ada 2 komponen motivasi yaitu :
1. Komponen dalam yaitu perubahan dalam diri seseorang, kedaan tidak
merasa puas, ketegangan psikologis
2. Komponen luar yaitu merupakan apa yang diinginkan seseorang, tujuan
yang mennjadi arah tingkah lakunya.
23
2.3.2.2 Tujuan Motivasi
Secara umum motivasi adalah untuk menggerakan atau mengunggah
seseorang agar timbul kemauan dan keinginan untuk melakukan sesuatu
sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan (Taufik, 2009).
Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan di
capai. Makin jelas tujuan yang di harapkan atau akan dicapai, maka semakin
jela pula bagaimana tindakan motivasi ini dilakukan. Tindakan memotivasi
akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh yang
dimotivasi. Oleh karena itu setiap orang yang memberi motivasi pada
seseorang harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang
kehidupan, kebutuhan, serta kepribadian orang yang akan di motivasi
(Taufik, 2009)
2.3.2.3 Jenis-Jenis Motivasi
Menurut Taufik (2009), motivasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan uintuk melakukan sesuatu. Motivasi
intrinsik datang dari hati sanubari karena kesadaran, misalnya ibu
membawa balita ke posyandu karena ibu tersebut sadar bahwa dengan
membawa balita keposyandu bahwa balita akan mendapatkan pelayanan
kesehatan sperti imunisasi dan pelayanan kesehatan untuk balita lainnya.
24
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.
motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang
berbuat sesuatu
2.3.2.4 Fungsi motivasi
Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi mempunyai tiga fungsi yaitu :
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dala, hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan
sebelumnya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan
perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan
kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan proses
penyeleksian.
2.3.2.5 Unsur-Unsur Motivasi
Menurut Sadirman (2011), motivasi mengandung tiga unsur penting, yaitu :
25
1. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi didalam sistem neurophysiological yang ada pada
organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia,
penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “feeling”, afeksi seseorang
seseorang. Dalam hal ini motivasi relavan dengan persoalan-persoalan
kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan perubahan tingkah
laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi dalam hal ini
merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemnculannya karana
terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini ada tujuan.
Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan yang akan dicapai oleh
orang tersebut
Menurut Taufik (2009), motivasi mengandung 3 komponen pokok
didalamnya, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang itngkah
laku manusia.
1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu ; memimpin
seseorang untuk bertidak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam
hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapatkan
kesenangan.
26
2. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tinkah laku. Dengan
demikian seseorang menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku
seorang individu diarahkan terhadap sesuatu.
3. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus
menguatkan (reinforce) intersitas dan arah dorongan-dorongan dan
kekuatan-kekuatan individu.
2.3.2.6 Hubungan Motivasi dengan Minat Ibu Berkunjung ke Posyandu
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Motivasi dapat
mendorong ibu untuk melakukan kunjungan ke posyandu, dimana ibu lebih
yakin untuk melakukan kunjungan ke psoyandu di karenakan adanya
dukungan atau dorongan dari suami maupun keluarga lainnya. Hal ini
sangat berpengaruh positif bagi ibu (Sumini, 2014).
Motivasi juga sangat berhubungan dengan perilaku ibu untuk melakukan
kunjungan ke posyandu, di karenakan tanpa motivasi ibu tidak merasa yakin
untuk melakukan kunjungan ke posyandu. Tanpa adanya dukungan suami
atau keluarga ibu merasa takut membawa bayi atau balitanya ke posyandu
(Sutrismang, 2010).
27
2.5 Kerangka Teoritis
Mellani Dkk, 2010
1. Pengertian posyandu
2. Kegiatan posyandu
3. Lokasi atau letak posyandu
4. Pelayanan kesehatan yang
dijalankan diposyandu
5. Sistem lima meja
Depkes RI, 2010
1. Pengertian posyandu
2. Sasaran pelayanan kesehatan
diposyandu
3. Tingkatan posyandu sesuai
stratifikasi
Notoatmodjo, 2010
1. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kunjungan
keposyandu
2. Pengertian pengetahuan
3. Tingkat pengetahuan
Saiful Bahri, 2007
1. Pengertian minat
Taufik, 2009
1. Tujuan motivasi
2. Jenis-jenis motivasi
Sardiman, 2011
1. Unsur-unsur motivasi
Minat ibu berkunjung
keposyandu didesa
Lhoek Pange
28
2.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian pengaruh pengetahuan dan motivasi
terhadap minat ibu berkunjung ke posyandu, maka kerangka konsep dapat
digambarkan sebagai berikut :
(Notoatmodjo , 2007)
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.5
Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan
Motivasi
Minat Ibu Berkunjung Ke
Posyandu
29
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
Gambaran Minat Ibu Terhadap Kunjungan Ke Posyandu Di Desa Lhoek
Pange Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Lhoek Pange Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada 07-14 Maret 2016
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai
balita di Desa Lhoek Pange Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya yaitu sebanyak 32 ibu yang memiliki balita.
30
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah total sampling. Total Sampling yaitu semua
populasi dijadikan sampel yaitu 32 orang sampel (Arikuto, 2006)
3.4 Definisi Operasional
No Variabel Defenisi
Operasional
Cara
ukur
Alat
Ukur
Skala
Ukur
Hasil
Ukur
Variabel Independen
1 Pengetahuan Tingkat
pemahaman
ibu balita
tentang
kegiatan
posyandu
wawancara kuesioner Ordinal - Baik
- Kurang
baik
2 Motivasi Hal-hal yang
menyangkut
keinginan
ibu balita
untuk
berkunjung
ke posyandu
wawancara kuesioner Ordinal - Tinggi
- Rendah
Variabel Dependen
3 Kunjungan
ke posyandu
Kehadiran
ibu dan
balita pada
saat jadwal
posyandu
wawancara kuesioner Ordinal - Sering
- Tidak
31
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data langsung yang
didapatkan dari wawancara dengan menggunakan kuesioner pada responden
yang berisikan pertanyaan tentang pengetahuan dan motivasi
3.5.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari berbagai literatur atau buku-buku yang
berkaitan dengan masalah penelitian serta instansi terkait lainnya
3.6 Pengolahan Data
Setelah semua data yang telah dikumpulkan melalui format checklist
yang memenuhi syarat, maka dilakukan tehnik pengolahan data secara
manual dengan langkah-langkah sebagai berikut (Arikunto, 2006) :
a. Editing, yaitu data yang telah dikumpulkan diperiksa kebenarannya.
b. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut jenisnya dengan
memberikan kode tertentu.
c. Transfering, yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan
dari responden pertama sampai responden yang terakhir untuk dimasukkan
kedalamtabel sesuai dengan variabel atau subvariabel yang diteliti.
d. Tabulating, yaitu data yang telah terkumpul ditabulasikan dalam bentuk
tabel distribusi frekwensi dan persentase.
32
3.7. Analisa Data
3.7.1. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk satu variabel
atau pervariabel. Tujuannya adalah untuk melihat sebarapa besar proporsi
variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisa univariat
dilakukan untuk mengggambarkan atau menjelaskan masing-masing
variabel yang diteliti dalam bentuk distribusi frekwensi dari setiap variabel
penelitian (Arikunto, 2006).
Untuk mencari persentase setiap variabel peneliti memakai rumus :
100
Keterangan :
n = Sampel f1 = Frekwensi (Arikunto, 2006)
p = Persentase
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Desa Lhoek Pange merupakan salah satu Desa yang berada di
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya yang berbatasan
dengan :
Timur : Sawah Mane
Barat : Blang Langoe
Utara : Blang Panyang
Selatan : Keude Nilop
Di Desa Lhoek Pange terdapat sebuah bangunan mesjid dan kantor
Kechiek yang berada dalam lingkungan mesjid, sedangkan lokasi penelitian
(tempat posyandu) tepatnya berada di balai desa yang tidak jauh dari lokasi
mesjid dan dari rumah-rumah warga.
Tabel 4.1 Distribusi Frekwensi Berdasarkan Jenis Kelamin Penduduk
Desa Lhoek Pange Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2016
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-Laki 442 48,5
2 Perempuan 471 51,5
Total 913 100
Sumber : Data Primer (Diolah) Tahun 2016
4.1.2 Hasil Analisa Univariat
34
Dalam analisa data univariat dapat dijelaskan hasil penelitian tentang data
demografi responden, pengetahuan, motivasi, dan minat kunjungan keposyandu.
Adapun hasil data univariat tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini
Tabel 4.2Distribusi Frekwensi Data Pendidikan Responden di Desa Lhoek
Pange Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun
2016
No Pendidikan Frekwensi Persentase (%)
1 SD 14 43,8
2 SMP 7 21,9
3 SMU 8 25
4 Diploma 2 6,3
5 Sarjana 1 3,1
Total 32 100
Sumber : Data Primer (Diolah) Tahun 2016
Dari tabel 4.2 diatas diketahui bahwa responden yang berpendidikan SD
sebanyak 14 orang (43,8%), sedangkan yang paling sedikit responden
berpendidikan Sarjana 1 orang (3,1%). Selebihnya berpendidikan SMP, SMU,
dan Diploma.
Tabel 4.3Distribusi Frekwensi Data Pekerjaan Responden di Desa Lhoek
Pange Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun
2016
No Pekerjaan Frekwensi Persentase (%)
1 PNS 2 6,3
2 Tani 7 21,9
3 Swasta 6 18,8
4 IRT 17 53,1
Total 32 100
Sumber : Data Primer (Diolah) Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.3diatas diketahui bahwa responden yang IRT sebanyak
17 orang (53,1%), sedangkan responden yang PNS 2 orang (6,3%). Selebihnya
responden bekerja sebagai petani dan swasta.
35
Tabel 4.4 Distribusi Frekwensi Tingkat PengetahuanResponden Untuk
Berkunjung Ke Posyandu di Desa Lhoek Pange Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2016
No Pengetahuan Frekwensi Persentase (%)
1 Baik 7 21,9
2 Kurang baik 25 78,1
Jumlah 32 100
Sumber : Data Primer (Diolah) Tahun 2016
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa respoden yang berpengetahuan
kurang baik sebanyak 25 orang (78,1%), sedangkan 7 orang (21,9%) responden
yang berpengetahuan baik.
Tabel 4.5Distribusi Frekwensi Motivasi Responden Untuk Berkunjung Ke
Posyandu di Desa Lhoek Pange Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2016
No Motivasi Frekwensi Persentase (%)
1 Tinggi 15 46,9
2 Rendah 17 53,1
Jumlah 32 100
Data Primer (Diolah) Tahun 2016
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa respoden yang bermotivasi rendah
sebanyak 17 orang (53,1%), sedangkan yangbermotivasi tinggi sebanyak 15 orang
(46,9%).
36
Tabel 4.6Distribusi Frekwensi Kunjungan Responden Ke Posyandu di Desa
Lhoek Pange Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya Tahun 2016
No Kunjungan ke Posyandu Frekwensi Persentase (%)
1 Sering 14 43,8
2 Tidak Sering 18 56,2
Jumlah 32 100
Data Primer (Diolah) Tahun 2016
Dari tabel diatas diketahui bahwa respoden yang tidak sering berkunjung
keposyandu sebanyak 18 orang (56,2%), sedangkan responden yang sering ke
posyandu hanya 14 orang (43,8%).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Gambaran PengetahuanIbu Berkunjung ke Posyandu di Desa Lhoek
Pange
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat
pengaruh pengetahuan terhadap kunjungan ibu ke posyandu di Desa Lhoek
Pange Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2016. Di
mana dari hasil diatas menunjukan bahwa dari 25 (78,1%) responden yang
berpengetahuan kurang baik, sedangkan yang berpengetahuan baik
sebanyak 7 responden (21,9%).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari
manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, sedangka ilmu
37
(Scienci)bukan sekedar menjawab “what”, melainkan akan mkenjawab
pertanyaan “why” dan “how” (Notoatmodjo, 2010).
Menurut asumsi peneliti, kurang baiknya pengetahuan ibu balita bisa
membuat ibu balita untuk tidak berkunjung ke posyandu, karena tidak
adanya atau informasi yang diterima oleh ibu balita masih sangat kurang.
Tetapi dengan adanya penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan
kepada ibu balita dan masyarakat, sehingga ibu mengetahui tentang
posyandu dan kegunaan atau manfaat berkunjung ke posyandu.
Menurut Andi (2010) kurangnya pengetahuan ibu untuk berkunjung
ke posyandu itu disebabkan oleh kurangnya informasi yang didapatkan oleh
masyarakat baik dari tenaga kesehatan maupun media, karena masyarakat
yang tidak memperoleh informasi tentang pentingnya posyandu bagi balita,
maka ibu tersebut tidak akan membawa balita ke posyandu.
Tingkat pengetahuan posyandu pada ibu balita tentang kesehatan yang
tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap program posyandu
khususnya keaktifan ibu berkunjung ke posyandu yang diadakan di desa.
Pengetahuan yang baik, pada akhirnya akan mendorong seseorang untuk
aktif dan ikut serta dalam pelaksanaan posyandu (Notoatmodjo, 2003).
4.2.2 Gambaran Motivasi Ibu Berkunjung ke Posyandu di Desa Lhoek Pange
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh
motivasi terhadap kunjungan ibu ke posyandu di Desa Lhoek Pange
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2016. Di mana
38
dari hasil diatas menunjukan bahwa dari 17(53,1%) responden yang
bermotivasi rendah, sedangkan yang bermotivasi tinggi sebanyak 15
(46,9%) responden.
Memotivasi ibu-ibu agar datang ke posyandu merupakan seni dalam
bekerja untuk masyarakat. Kader perlu memotivasi ibu balita dan ibu hamil
untuk datang ke posyandu, dengan cara memunculkan kebutuhan ibu akan
perlunya datang ke psoyandu, upaya tersebut merupakan peran aktif dari
kader posyandu, sehingga posyandu dapat dimanfaatkan secara maksimal
oleh ibu balita (Kardjati, 1998).
Menurut asumsi peneliti, rendahnya motivasi yang ada pada diri ibu
balita menyebabkan ibu balita kurang berminat untuk berkunjung ke
posyandu. Karena seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi, akan
selalu mempunyai semangat dan kesadaran akan pentingnya membawa
balita keposyandu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukakan oleh Merri (2013),
rendahnya motivasi ibu untuk berkunjung ke posyandu dikarenakan oleh
tidak adanya motivator dalam di lingkungan itu sendiri. Dengan adanya
motivasi dalam diri ibu balita dan dari lingkungan sekitar, maka ibu balita
akan dengan sendirinya membawa balita ke posyandu.
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dijelaskan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan minat ibu
berkunjung ke posyandu diketahui bahwa mayoritas respoden
berpengetahuan kurang baik sebanyak 25 orang (78,1%), dan selebihnya
berpengetahuan baik sebanyak 7 orang (21,9%).
2. Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran motivasi ibu berkunjung ke
posyandu diketahui bahwa mayoritas respoden bermotivasi rendah
sebanyak 17 orang (53,1%), dan selebihnya bermotivasi tinggi sebanyak
15 orang (46,9%).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan maka penulis memberi
saran :
1. Petugas kesehatan dan kader supaya bisa memberikan informasi dan
dorongan kepada ibu balita untuk selalu membawa balita ke posyandu
untuk mendapatkan pelayanan dari posyandu.
2. Diharapkan kepada instansi untuk memberikan informasi atau
penyuluhan di desa tentang manfaat posyandu dan cara kerja posyandu
3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang
hubungan sikap dan tindakan ibu terhadap pelayanan posyandu.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi. 2007. Pentingnya Posyandu. Jakarta
Bahri, S. 2007. Psikologi. Jakarta :Rhineka Cipta
Depkes RI. 2010. Sistem Kesehatan. Jakarta
Depkes RI. 2010. Buku Kader Posyandu : Dalam Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga. Jakarta
Effendy. 2007. Kunjungan Ibu ke Posyandu.
Hastono, S. P. 2001. Analisis Data. : Universitas Indonesia
Hurlock. 2005. Psikologi Perkembangan. Edisi ke 5. Jakarta : Rhineka Cipta
Khidijah. 2000. Minat Ke Posyandu : Dalam Meningkatkan Motivasi Ibu Balita.
Jakarta
Mellani, Dkk. 2010. Kebidanan Komunitas. Jogyakarta :Citramaya
Notoatmodjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rhineka Cipta : Jakarta
Notoatmodjo. 2007. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rhineka Cipta : Jakarta
Notoatmodjo. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta
:Rhineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Surabaya :Salemba Medika
Sadirman. 2011. Motivasi Hidup. Rhineka Cipta :Jakarta
Sri Poerdji. 2011. Minat Ibu Datang Ke Posyandu. Rhineka Cipta :Yogyakarta
Sumini. 2014. Hubungan motivasi dengan keaktifan ibu membawa balita
keposyandu di kelurahan tonatan kecamatan ponorogo kabupaten
ponorogo.(relationship motivation with mom livelines brings toddler to posyandu
in the village tonatan district ponorogo. Jurnal delima harapan, vol 3, no.2
agustus-januari 2014: 38-46
Supriasa, Dkk. 2011. Penilaian Status Gizi. Jakarta :EGC
Sutrismang. 2010. Ketidakaktifan ibu datang keposyandu.(online). (Jtptunimus-
gdl-sutrismang-5293-3.bab2.pdf, diakses 16 Desember 2012)
Taufik. 2009. Hubungan Minat Kunjungan Ke Posyandu Dengan Status Gizi
Balita. http//:www.fkm.undip.ac.id, diakses tanggal 21 Januari 2016
Witherington. 1996. Psikologi Pendidikan. Semarang : FIK-UNNES
Yuwono. 2001. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kunjungan Ke
Posyandu. Jogyakarta : UGM