gambaran kontaminasi coliform pada makanan di...

195
GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2018 Skripsi Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)Oleh: Nurul Fathiyah Urfa Nim: 11141010000074 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439/2018

Upload: hoangthien

Post on 14-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN

DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN BOGOR

TAHUN 2018

Skripsi

“Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)”

Oleh:

Nurul Fathiyah Urfa

Nim: 11141010000074

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439/2018

Page 2: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

i

6

Page 3: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

ii

6

Page 4: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

iii

6

Page 5: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

iv

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Skripsi, 6 November 2018

Nurul Fathiyah Urfa, NIM : 11141010000074

Gambaran Kontaminasi Bakteri Coliform Pada Makanan Di Pondok Pesantren

Kabupaten Bogor Tahun 2018

xvii + 139 halaman, 11 tabel, 6 bagan, 38 gambar, 48 lampiran

ABSTRAK

Ketersediaan makanan sehat sangat penting bagi para santri untuk mendukung

sistem pembelajaran di Pondok Pesantren. Pada tahun 2017 ditemukan sebanyak 112

kasus diare di pondok pesantren X Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor yang diduga

akibat pencemaran air dan makanan. Dari hasil studi pendahuluan, makanan di dapur

pondok pesantren tersebut positif mengandung bakteri E.coli yang termasuk golongan

Coliform. Kontaminasi makanan yang terjadi di dapur Pondok Pesantren akan

mempengaruhi status kesehatan santri yang berdampak pada efektifitas proses belajarnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran higiene sanitasi makanan

serta kontaminasi bakteri Coliform di Pondok Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018.

Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif deskriptif dengan menggunakan desain cross-

sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 12 Pondok Pesantren. Data yang

digunakan diperoleh melalui hasil pengujian MPN Coliform di Laboratorium Kesehatan

Daerah Kota Bogor, kegiatan wawancara serta observasi yang dilakukan oleh peneliti.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 4 sampel makanan, 6 sampel sendok,

6 sampel piring dan 12 sampel sumber air bersih di Pondok Pesantren Kabupaten Bogor

terkontaminasi bakteri Coliform. Sebanyak 6 sumber air bersih di pondok pesantren

memiliki jarak <10 meter dengan sumber pencemar sehingga terjadi pencemaran pada

sumber air bersih. Sedangkan untuk perilaku responden sebanyak 12 penjamah makanan

di dapur pondok pesantren tidak melakukan praktik mencuci tangan yang baik, 1

penjamah makanan mencuci peralatan dengan buruk dan sebanyak 8 penjamah makanan

di pondok pesantren memiliki praktik memotong yang buruk dilihat dari kondisi kuku

yang kotor dan panjang saat melakukan pengolahan makanan.

Pihak pondok pesantren disarankan untuk memperhatikan sanitasi sumber air bersih

dengan memberikan zat klorin, menggunakan air matang dalam kegiatan pengolahan

makanan, memperhatikan kondisi sanitasi peralatan serta kondisi higiene penjamah

makanan yang bertugas melakukan pengolahan makanan di dapur pondok pesantren

Kata kunsi : higiene sanitasi makanan, air, peralatan, cara pencucian peralatan,

mencuci tangan, memotong kuku

Daftar bacaan : 95 Bacaan (2007-2018)

Page 6: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

v

STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

ENVIRONMENTAL HEALTH DEPARTEMENT

Undergraduate Thesis, November, 6th 2018

Nurul Fathiyah Urfa, NIM: 11141010000074

Overview Contamination Of Coliform Bacteria At Islamic Boarding School

In Bogor District 2018

(xvii + 139 pages, 11 tables, 6 charts, 38 images, 48 appendixs)

ABSTRACT

The availability of healthy food is very important for students to support the

learning system at Islamic Boarding Schools. In 2017 there were 112 cases of

diarrhea at the Islamic boarding school X in Ciawi Sub-district, Bogor Regency

which were allegedly caused by water and food pollution. From the results of

preliminary studies, the food in the kitchen of the Islamic boarding school was

positively containing E. coli bacteria belonging to the Coliform group. Food

contamination that occurs in the boarding school's kitchen will affect the health

status of students which has an impact on the effectiveness of the learning process.

This study aims to determine the description of food hygiene and sanitation

and contamination of Coliform bacteria at Islamic Boarding School in Bogor

District 2018. This type of research is quantitative descriptive using a cross-

sectional design. The samples were 12 Islamic Boarding Schools. Data was

obtained through the results of Coliform MPN testing at Labkesda in Bogor City,

interview activities and observations made by researchers.

The results of this study showed that 4 food, 6 spoons, 6 dishes and 12 clean

water sources in Islamic Boarding School are positive contaminated with Coliform

bacteria. 6 of the sources of clean water in Islamic boarding schools have a distance

of <10 meters with pollutant sources that support pollution in clean water sources.

For the behavior of respondents, 12 of food handlers in the boarding school's

kitchen did not practice good hand washing, 1 of food handlers washed the

equipment well and 8 of food handlers at Islamic boarding schools had bad cutting

practices seen from nail conditions which is dirty and long when processing food.

Islamic boarding schools are advised to pay attention to sanitation of clean

water sources by providing chlorine substances, using boiled water in food

processing activities, paying attention to the condition of equipment sanitation and

hygiene conditions of food handlers who are tasked with processing food in the

boarding school's kitchen by attaching educational posters in the boarding school's

kitchen.

Key Word: Hygiene and food sanitation, water, utensils, dishwashing,

handwashing, cutting nails

Reading list: 95 Bacaan (2007-2018)

Page 7: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

vi

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Nurul Fathiyah Urfa

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Juli 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan otista raya no 448/449 rt 003/012 cawang,

Jakarta Timur

Telepon : 082117379273

E-mail : [email protected]

Page 8: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Alhamdulillah penulis penjatkan kepada Allah SWT

yang telah memberikan rahmat, nikmat dan kasih sayang-NYA sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Kontaminasi Coliform

Pada Makanan Di Pondok Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018”

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terwujud tanpa

adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan

ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M. Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Izza Hananingtyas, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah banyak memberikan dukungan, masukan saran, arahan dan

pengembangan pemikiran kepada penulis.

4. Ibu Ir. Febriyanti, M. Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan dukungan kepada penulis

5. Pondok pesantren di Kabupaten Bogor yang telah bersedia menjadi tempat

penelitian peneliti

6. Ibu, Ayah Edy, Ayah Fatah, bunda, bang kiki, icha, Om Heru dan Tante

Buli yang senantiasa memberikan dukungan moral ataupun materi, serta

penuh pemakluman terhadap segala hal

Page 9: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

viii

7. Teman-teman “Ter-arah” (Ulan, Anis, Amel, Memes, Muti, Sabil) yang

selalu ada ketika penulis membutuhkan hiburan untuk ketenangan pikiran.

8. Teman-teman (Cipit, Muti, Yeti, Rere, SA, Atul, Nida dan Bella) yang juga

selalu ada ketika penulis membutuhkan hiburan untuk ketenangan pikiran.

9. Bu Izza Squad (Anin, Siska, Ita dan Ridho) yang selalu mendukung dan

berjuang bersama demi mencapai kesuksesan di semester akhir ini.

10. Teman – teman Kos Muslimah (Nisa, Zaujah, Anita, Wardah, Nindi dan

Anya).

11. Teman-teman kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat angkatan

tahun 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12. Teman-teman HMPS (Himpunan Mahasiswa Program Studi) Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016 dan 2017

13. Dan seluruh pihak yang membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua

pihak untuk menyempurnakan penelitian ini. saya berharap, semoga penelitian ini

dapat bermanfaat bagi pihak yang membacanya.

Jakarta, 6 November 2018

Peneliti

Page 10: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………….…..….....xii

DAFTAR BAGAN…………………………………………………..…………..…………..…xiii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..…………..…………...xiv

DAFTAR ISTILAH…………………………………………………..…………..……………xvi

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..…………..………….xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................4

C. Pertanyaan Penelitian………………………………………………………………..…..…..5

D. Tujuan ....................................................................................................................................5

E. Manfaat Penelitian .................................................................................................................6

F. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………...………………..……….....7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kontaminasi Coliform pada Makanan .................................................................................8

B. Syarat Pertumbuhan Bakteri Pada Makanan………………………………………………10

C. Bakteri Coliform .......... …...................................................................................................11

D. HACCP…………………………………………………………………………………….12

E. SSOP………………………………………………………………………………………15

F. Good Manufacturing Practice……………………………………………………………...15

1. Higiene Penjamah Makanan ……..……………………………..………................….16

2. Tempat Pengolahan Makanan………………………………………………………....17

3. Sanitasi Peralatan………………………………………………………………………18

4. Rantai Produksi Makanan……………………………………………………………...20

5. Kualitas Sumber Air Bersih……………………………………………………………23

G. Pondok Pesantren..…………………………………………………………...…….…..…...26

H. Jalur Migrasi Bakteri Coliform ………………………………………………….…….……28

I. Dampak Kontaminasi Makanan Terhadap Kesehatan……………………………………….30

J. Metode MPN 3 Tabung untuk Total Coliform dalam makanan dan Peralatan.......................31

K. Pencegahan dan Pengendalian……………………………..…………………….………….34

L. Kerangka teori……………………………..……………………………………….…...…...39

Page 11: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

x

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINIFI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep ………....................................................................................................40

B. Definisi Operasional…………….........................................................................................42

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ................................................................................................................ 44

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian .............................................................................................44

C. Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................................................44

D. Teknik Pengambilan Sampel................................................................................................49

E. Metode Pengumpulan Data .................................................................................................51

F. Instrumen pengumpulan data…………………………………….……….…………...…..54

G. Uji Validitas……………………..……………………………………………………...….55

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................... 56

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian…………………………………………………………….. 59

B. Hasil Pengumpulan Data…………………………………………………………………..61

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian…………………………………………………………………….70

B. Kontaminasi Bakteri Coliform Pada Makanan Di Pondok Pesantren

Kabupaten Bogor Tahun 2018……………………………………………………………..71

1. Critical Control Point pada Proses Produksi Tumis Wortel Jamur di Pondok

Pesantren A Kabupaten Bogor…………………………………………………….72

2. Critical Control Point pada Proses Produksi Tumis Capcay di Pondok

Pesantren B Kabupaten Bogor…………………………………………………….77

3. Critical Control Point pada Proses Produksi Tumis Kangkung di Pondok

Pesantren C Kabupaten Bogor…………………………………………………….81

4. Critical Control Point pada Proses Produksi Sayur Asem di Pondok

Pesantren D Kabupaten Bogor…………………………………………………….85

5. Critical Control Point pada Proses Produksi Tumis Kembang Tahu di Pondok

Pesantren E Kabupaten Bogor…………………………………………………….89

6. Critical Control Point pada Proses Produksi Sayur Sop di Pondok

Pesantren F Kabupaten Bogor…………………………………………………….95

7. Critical Control Point pada Proses Produksi Tumis Kacang Panjang di Pondok

Pesantren G Kabupaten Bogor…………………………………………………….97

8. Critical Control Point pada Proses Produksi Sayur Sop di Pondok

Pesantren H Kabupaten Bogor…………………………………………………….100

Page 12: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

xi

9. Critical Control Point pada Proses Produksi Tumis Terong di Pondok

Pesantren I Kabupaten Bogor…………………………………………………….103

10. Critical Control Point pada Proses Produksi Tumis Kacang Panjang di Pondok

Pesantren J Kabupaten Bogor…………………………………………………….109

11. Critical Control Point pada Proses Produksi Sayur Labu Tempe Kuning di Pondok

Pesantren K Kabupaten Bogor…………………………………………………….113

12. Critical Control Point pada Proses Produksi Sayur Labu Siam di Pondok

Pesantren L Kabupaten Bogor…………………………………………………….118

C. Faktor yang Berkaitan dengan Critical Control Point Proses Produksi Sayuran

Matang di Pondok Pesantren Kabupaten Bogor………………………………………..…...123

D. Kontaminasi Makanan dalam Pandangan Agama Islam……………………………………130

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….……..….132

B. Saran………………………………………………………………………………....….….134

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….………...137

Page 13: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Suhu Penyimpanan Makanan Jadi…...……………………………………….…23

Tabel 3.2 Definisi Operasional………………………………………………………….....42

Tabel 4.1 Kode Variabel…………………………………………………………………..56

Tabel 4.2 Kode Pondok Pesantren…………………………………………………...……57

Tabel 5.1 Gambaran Kondisi Bakteriologik Sumber Air Bersih...................……..……....61

Tabel 5.2 Gambaran Cara Pencucian Peralatan……….………………………………......62

Tabel 5.3 Gambaran Kondisi Bakteriologik Pada Piring....................…………………....63

Tabel 5.4 Gambaran Kondisi Bakteriologik Pada Sendok...................………...................64

Tabel 5.5 Gambaran Praktik Mencuci Tangan Penjamah Makanan...................................65

Tabel 5.6 Gambaran Praktik Memotong Kuku Penjamah Makanan …..…………………65

Tabel 5.7 Gambaran Kontaminasi Bakteri Coliform pada Sayuran Matang……………..67

Tabel 6.1 CCP Produksi Sayuran Matang di Pondok Pesantren Kabupaten Bogor……..120

Page 14: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.2 Jalur Migrasi Kontaminasi Coliform…...……………………………..……....28

Bagan 2.2 Kerangka Teori………………………………………………………..……....39

Bagan 3.1 Kerangka Konsep……………………………………………………………....40

Bagan 4.1 Pembagian Sampel Pondok Pesantren………………………………………....45

Bagan 4.2 Triangulasi Metode………………………………………………………….....51

Bagan 6.1 Alur Proses Produksi Sayuran Matang………...……………………………....70

Page 15: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis Piring dan Sendok………………………………………...…………….20

Gambar 5.1 Peta Wilayah Jawa Barat…………..……………………………………...….59

Gambar 6.1 Proses Persiapan bahan Makanan Pondok A..…………………. …...……….71

Gambar 6.2 Proses Pengolahan Tumis Wortel Jamur…………………...………….…….73

Gambar 6.3 Proses Penyajian Tumis Wortel Jamur……………………………...…….…74

Gambar 6.4 Proses Pencucian Bahan di Pondok B.……………………………………….77

Gambar 6.5 Proses Pengolahan Tumis Capcay……………………………………..…….79

Gambar 6.6 Proses Penyajian Tumis Capcay….………………………………..…………78

Gambar 6.7 Proses Pemotongan Kangkung di Pondok C….…………………...…………78

Gambar 6.8 Proses Pencucian Kangkung di Pondok C……………………………………80

Gambar 6.9 Proses Pengolahan Tumis Kangkung di Pondok C………………….……….82

Gambar 6.10 Proses Pengolahan Sayur Asem …………………….……………………...84

Gambar 6.11 Proses Penyajian Sayur Asem…………..…………………………………..86

Gambar 6.12 Proses Pemotongan Kembang Kol………………………………………….87

Gambar 6.13 Proses Pencucian Kembang Tahu………......................................................88

Gambar 6.14 Proses Pengolahan Tumis Kembang Tahu…………....................................89

Gambar 6.15 Proses Penyajian Tumis Kembang Tahu……………………………………90

Gambar 6.16 Proses Pemotongan Bahan Sayur Sop Pondok F………………….………..91

Gambar 6.17 Proses Pencucian Bahan Sayur Sop………………………………………...92

Gambar 6.18 Proses Pengolahan Sayur Sup Pondok F……………………………………93

Gambar 6.19 Proses Persiapan Tumis Terong…………………………………………….95

Gambar 6.20 Proses Pengolahan Tumis Terong………………………………………….96

Page 16: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

xv

Gambar 6.21 Proses Pengolahan Tumis Kacang Panjang………………………………..99

Gambar 6.22 Penyajian Tumis Kacang Panjang Pondok J………………………………100

Gambar 6.23 Proses Pengolahan Kacang Panjang Pondok G……………………………101

Gambar 6.24 Proses Pencucian Kacang Panjang Pondok G……………………………..102

Gambar 6.25 Lokasi Sumber Air Pondok G……….…………………………………….103

Gambar 6.26 Proses Pengolahan Tumis Kacang Panjang Pondok G…………………….104

Gambar 6.27 Proses Penyajian Kacang Panjang Pondok G……………………………...107

Gambar 6.28 Proses Persiapan Bahan Makanan Pondok H……………………………...110

Gambar 6.29 Penyajian Sayur Sup Pondok H…………………………………………....111

Gambar 6.30 Lokasi Sumber Air Pondok H……………………………………………..113

Gambar 6.31 Pengolahan Sayur Labu Tempe Kuning…………………………………...113

Gambar 6.33 Prose Pengolahan Labu Siam Pondok L…………………………………..115

Gambar 6.34 Proses Pencucian Labu Siam Pondok L…………………………………...116

Gambar 6.35 Proses Pembuatan Santan………………………………………………….117

Gambar 6.36 Prose Penyajian Sayur Labu Siam…………………………………………119

Page 17: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

xvi

DAFTAR ISTILAH

BPOM : Badan Pengawas Obta dan Makanan

BGLBB : Brilliant Green Lactose Bile Broth

CDC : Centers For Disease Control

CFR : Case Fatality Rate

FAO : Food Agricultural Organization

FEFO : First Expired First Out

FIFO : First In First Out

GMP : Good Manufacturing Practice

HACCP : Hazard Analysis Critical Control Point

SSOP : Standar Sanitation Operational Procedur

ISO : International Organization for Standardization

KLB : Kejadian Luar Biasa

LSTB : Lauryl Sulfate Typtose Broth

MPN : Most Probable Number

POSKESTREN : Pos Kesehatan Pesantren

SNI : Standar Nasional Indonesia

TPM : Tempat Pengolahan Makanan

WHO : World Health Organization

Page 18: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner

2. Lembar Observasi

3. Tabel MPN

4. Daftar Pondok Pesantren Kabupaten Bogor

5. Output SPSS

6. Foto Kegiatan Turun Lapangan

Page 19: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kontaminasi makanan adalah kondisi makanan yang tercemar bahan atau

organisme berbahaya baik secara sengaja ataupun tidak, sehingga makanan

tersebut tidak layak dikonsumsi dan berpeluang menimbulkan penyakit di

kalangan masyarakat (Australian Institute of Food Safety, 2016). Menurut Badan

Pengandalian Obat dan Makanan/BPOM (2012) terjadinya kontaminasi pada

makanan lebih banyak disebabkan oleh cemaran biologi dengan persentase

sebesar 74,9%. Salah satu cemaran biologi yang mampu mengontaminasi

makanan adalah bakteri Coliform. (Candra. 2007).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011

angka kuman Coliform pada makanan harus <3 MPN/ml sampel makanan.

Ketatnya peraturan tersebut dikarenakan keberadaan bakteri Coliform dalam

sumber air atau makanan dapat menjadi indikasi terjadinya kontaminasi tinja

karena rendahnya tingkat kebersihan selama proses pengolahan makanan dan

mampu menyebabkan penyakit diare (Rauf, 2013)

Menurut WHO (2013) terdapat 1,7 milyar kasus diare yang terjadi di dunia.

Sedangkan, berdasarkan Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016

penyakit diare merupakan penyakit yang potensial KLB. Perkembangan KLB

diare di Indonesia masih terbilang cukup tinggi. Hal ini dapat terlihat dari CFR

(case fatality rate) diare di Indonesia mulai dari tahun 2014 - 2016 mengalami

peningkatan, dimana angka kematian diare pada masing-masing tahun 1,14 % ,

2,47% dan 3,04 %.

Page 20: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

2

Berdasarkan Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016 kasus diare

yang ditangani di Provinsi Jawa Barat menduduki posisi ke 3 dari 34 provinsi

dengan persentase sebesar 74 %. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa

Barat Tahun 2016 kasus diare di Kabupaten Bogor sebesar 12.845 kasus.

Sedangkan Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Bogor Tahun 2016 Kecamatan

Cibinong, Bojong Gede dan Ciawi termasuk kedalam 10 besar kecamatan yang

memiliki kasus diare tertinggi di Kabupaten Bogor dengan persentase kasus diare

yang ditangani sebesar 100%, 83,77%, 43,52%.

Keberadaan bakteri Coliform dalam makanan mengindikasikan buruknya

praktik higiene sanitasi dalam pengolahan makanan karena bakteri ini bisa

dipindahsebarkan dengan kegiatan tangan ke mulut (manusia), atau dengan

pemindahan pasif lewat media benda mati (peralatan) dan air yang tercemar

(Falamy, 2013). Berdasarkan penelitian Aan (2017) penyediaan air bersih

merupakan permasalahan lingkungan yang sering terjadi di pondok pesantren.

Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Purwaningtyas (2013)

sebanyak 63% penjamah makanan di pondok pesantren memiliki perilaku

higiene yang buruk dalam melakukan pengolahan makanan dan sebanyak 100%,

penyimpanan peralatan makan di pondok pesantren belum terlindung dari sumber

pengotoran atau kontaminasi binatang pengerat sehingga dapat menyebabkan

kontaminasi pada peralatan makan yang akan digunakan.

Pondok pesantren yang menerapkan kurikulum pendidikan yang

mewajibkan seluruh santrinya menetap di pondok selama kegiatan pembelajaran

berlangsung mendorong mereka untuk mampu menyediakan kebutuhan makanan

yang layak dan bermutu. (Purwaningtyas, 2013). Berdasarkan hasil laporan

Page 21: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

3

penyakit bagian kesehatan pondok pesantren X yang berada di Kecamatan Ciawi,

pada bulan September tahun 2017 terdapat 112 santri terkena diare. Dari hasil

wawancara kejadian diare tersebut lebih banyak dibandingkan bulan sebelumnya

sehingga dapat dikatakan mengalami peningkatan akibat dari pencemaran air dan

makanan.

Berdasarkan hasil observasi lapangan diketahui diantara seluruh jenis

makanan, nasi selalu dimasak lebih awal dan sebelum tahap distribusi dilakukan

nasi disimpan di dalam termos. Kondisi ini menyebabkan nasi berada pada suhu

ruang sehingga mampu memicu resiko pertumbuhan mikroorganisme di

dalamnya seperti bakteri E.coli (Eryando, 2014). Hasil studi pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti juga membuktikan bahwa sampel nasi di pondok

pesantren tersebut positif mengandung bakteri E. coli. Hal ini juga didukung oleh

penelitian Little, dkk (2002) yang menyatakan jika nasi dapat terkontaminasi oleh

bakteri E.coli akibat higiene pekerja yang kurang baik. Akan tetapi menurut

penelitian Eryando (2014) dilihat dari cara pengolahannya nasi memiliki resiko

tinggi terkontaminasi bakteri E.coli sebesar 5,8% sedangkan makanan jenis

lainnya seperti ikan memiliki persentase sebesar 0,6%, daging sebesar 5,2%

sayuran sebesar 26%. Sehingga produk memiliki persentase risiko paling besar

terkontaminasi bakteri E.coli dibandingkan dengan nasi adalah produk yang

mengandung sayuran. Sayuran juga merupakan menu makanan yang selalu

diproduksi setiap harinya di Pondok Pesantren Kabupatan Bogor. Bakteri E.coli

termasuk golongan Coliform yang merupakan bakteri gram negatif dimana

seluruh bakteri gram negatif jika keberadaannya berada dalam makanan akan

membahayakan kesehatan manusia.

Page 22: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

4

Kondisi pondok pesantren yang setiap waktu memproduksi makanan untuk

memenuhi kebutuhan santrinya membuat lembaga pendidikan swasta ini perlu

untuk dikaji lebih lanjut aspek Good Manufacturing Practice (GMP) produksi

makanan yang terkait dengan higiene penjamah, sanitasi peralatan, kondisi

bakteriologik sumber air bersih dan kualitas makanan. Adanya penemuan kasus

diare dan kontaminasi makanan di Pondok Pesantren X Kabupaten Bogor serta

persentase resiko terkontaminasi bakteri Coliform pada sayuran yang lebih tinggi

dibandingkan dengan makanan lainnya cukup mampu menjadi justifikasi yang

kuat untuk membuat peneliti tertarik melakukan penelitian terkait gambaran

kontaminasi Coliform pada makanan di Pondok Pesantren Kabupaten Bogor

Tahun 2018.

B. Rumusan masalah

Dari studi pendahuluan, makanan positif mengandung bakteri E.coli yang

termasuk golongan Coliform. Selain itu, terdapat sebanyak 112 santri yang

mengalami diare di pondok pesantren Kabupaten Bogor pada Tahun 2017. Hal

ini menunjukan pondok pesantren sebagai institusi swasta masih kurang

memperhatikan kondisi higiene sanitani makanan yang mengindikasikan

rendahnya tingkat kebersihan proses pengolahan makanan. Belum adanya

penelitian mengenai kontaminasi makanan di pondok pesantren kabupaten bogor

membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait gambaran

kontaminasi Coliform pada makanan di Pondok Pesantren Kabupaten Bogor

tahun 2018.

Page 23: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

5

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kontaminasi Coliform pada makanan di Pondok

Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018?

2. Bagaimana gambaran sanitasi peralatan (kondisi bakteriologik peralatan dan

cara pencucian peralatan) di Pondok Pesantren Kabupaten Bogor Tahun

2018?

3. Bagaimana gambaran kondisi bakteriologik sumber air bersih di Pondok

Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018?

4. Bagaimana gambaran higiene penjamah makanan (praktik mencuci tangan

dan praktik memotong kuku) di Pondok Pesantren Kabupaten Bogor Tahun

2018?

D. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran kontaminasi bakteri Coliform di Pondok Pesantren

Kabupaten Bogor Tahun 2018.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya gambaran sanitasi peralatan (kondisi bakteriologik

peralatan dan cara pencucian peralatan) di Pondok Pesantren

Kabupaten Bogor Tahun 2018.

b. Diketahuinya gambaran kondisi bakteriologik sumber air bersih di

Pondok Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018.

c. Diketahuinya gambaran kontaminasi higiene penjamah makanan

(praktik mencuci tangan dan praktik memotong kuku) di Pondok

Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018.

Page 24: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

6

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan informasi gambaran kontaminasi bakteri Coliform

di Pondok Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi mengenai kondisi

higiene sanitasi makanan di pondok pesantren dan dapat dijadikan sebagai

bahan masukan untuk melakukan tindak penanganan seperti menjalani

kerjasama dengan pihak pondok dan puskesmas dalam pembuatan

Poskestren di Kabupaten Bogor.

2. Bagi Puskesmas

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi mengenai higiene

sanitasi makanan di pondok pesantren dan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan untuk melakukan proram penyuluhan melalui media promosi

seperti poster atau video edukasi terkait higiene sanitasi makanan.

3. Bagi pondok pesantren

Penelitian dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi pihak pondok

pesantren terutama pimpinan pondok untuk meningkatkan kondisi higiene

dan sanitasi makanan dengan menjaga kebersihan dapur dan peralatannya,

sumber air bersih dan mengedukasi penjamah makanan terkait tindakan

higiene dan sanitasi makanan yang baik sesuai dengan Permenkes RI

Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga

4. Bagi peneliti

Penelitin ini sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya terkait

kontaminasi Colifom pada sayuran berkuah, kondisi bakteriologik peralatan

Page 25: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

7

makan dan air dan higiene personal penjamah makanan di pondok

pesantren.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kontaminasi bakteri

Coliform Di Pondok Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018. Penelitian ini

menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan pada bulan Maret - Juni

2018. Unit terkecil penelitian ini adalah Pondok Pesantren di Kabupaten Bogor

yang berjumlah 12 sampel. Pengambilan sampel menggunakan teknik Cluster

Random Sampling. Data berupa primer dan data sekunder yang diperoleh melalui

wawancara dan observasi yang mengacu pada Permenkes No. 1096 Tahun 2011

Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga, serta pengujian laboratorium kuantitatif

untuk mengetahui keberadaan kontaminasi bakteri Coliform pada makanan, air

dan peralatan produksi. Data sekunder diperoleh dari Kementerian Agama

Kabupaten Bogor terkait Pondok Pesantren di Kabupaten Bogor dan penderita

diare di Kabupaten Bogor dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.

Page 26: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kontaminasi Coliform pada Makanan

Makanan yang termasuk dalam kebutuhan primer bagi manusia dapat

menimbulkan gelaja penyakit infeksi ataupun keracunan jika sudah terkontaminasi.

Kontaminasi makanan adalah kondisi makanan yang tercemar bahan atau

organisme berbahaya baik secara sengaja ataupun tidak, sehingga makanan tersebut

tidak layak dikonsumsi dan berpeluang menimbulkan penyakit di kalangan

masyarakat (Australian Institute of Food Safety, 2016). Jalur masuknya kontaminan

kedalam makanan dapat melalui 2 cara yaitu kontaminasi tidak langsung

(kontaminasi silang) dan kontaminasi langsung. Kontaminasi langsung adalah

kontaminasi pada makanan yang terjadi secara langsung akibat ketidaktahuan atau

kelalaian yang disengaja ataupun tidak. Sedangkan kontaminasi silang adalah

kontaminasi pada makanan yang terjadi secara tidak langsung akibat ketidaktahuan

dalam pengelolaan makanan (Amaliyah, 2017).

Terdapat banyak hal yang dapat menjadi sumber kontaminasi makanan

sehingga menimbulkan ancaman terhadap munculnya penyakit dari makanan.

Menurut (Amaliyah, 2017) Kontaminasi makanan dapat bersumber dari 3 macam

hal, antara lain:

1. Pengaruh lingkungan fisik

Bahan pencemar makanan fisik adalah kontaminan yang terlihat

jelas oleh kasat mata dimana salah satu penyebab keberadaannya dapat

melalui hewan maupun dari faktor penjamah makanan ketika melakukan

Page 27: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

9

pengelolaan makanan secara tidak higienis. Lingkungan fisik yang mampu

mempengaruhi kualitas makanan yaitu air, tanah dan udara.

2. Pengaruh lingkungan kimia

Kontaminasi kimiawi adalah bahan atau unsur kimia yang

keberadaannya dalam makanan dapat menimbulkan keracunan atau

penyakit jika masuk ke dalam tubuh manusia. Bahan pengawet, pewarna

dan bahan tambahan lainnya yang melebihi takaran merupakan bentuk atau

produk senyawa kimia dapat berbahaya jika terkontaminasi dengan

makanan

3. Pengaruh lingkungan biologi

Kontaminasi biologis adalah terkontaminasinya makanan yang

disebabkan oleh keberadaan organisme hidup di dalam makanan. Beberapa

macam mikroorganisme yang sering menimbulkan dampak pencemaran

makanan adalah fungi (Aspergillius, Fusarium, Penicillium), bakteri

(Clostridium Pefringens, Escherichia Coli, Salmonella, Streptokoki), virus

(Virus Hepatitis A/HAV) dan parasit (Entamoeba Histolitica, Trichinella

Spirallis, Tanea Saginata).

Makanan yang terkontaminasi dapat disebabkan oleh higiene sanitasi

makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Oleh karena itu, sangat

penting untuk melakukan pengawasan terhadap higiene dan sanitasi makanan,

mengingat 2 hal tersebut sangat potensial dalam menyumbang kejadian penyebaran

penyakit akibat makanan (Sofiana, 2012).

Page 28: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

10

B. Syarat Pertumbuhan Bakteri Pada Makanan

Pertumbuhan atau perkembangbiakan bakteri didalam makanan dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor (Rauf, 2013), diantaranya adalah:

1. Water activity (aw)

Kebutuhan bakteri terhadap air dapat dikatakan sebagai water

activity dalam makanan (aw), yang dapat juga diartikan sebagai jumlah

ketersediaan air di dalam makanan untuk mendukung pertumbuhan

mikroba. Kandungan air dalam tubuh bakteri sebesar 80%. Selama

hidupnya bakteri membutuhkan air, namun bakteri tidak dapat

menggunakan air yang terikat dengan zat padat dan gula. Nilai water

activity berkisar dari 0,00 hingga 1,00 (Arisman, 2009).

2. Suhu

Daya tahan bakteri terhadap temperatur berbeda – beda antara species.

Jika untuk bakteri E. coli akan tumbuh dengan baik pada temperatur antara

10-40 ºC dan temperatur optimum 37 ºC. Bakteri yang berada dibawah

temperatur minimum atau sedikit diatas temperatur maksimum, tidak akan

segera mati melainkan berada dalam keadaan tidur atau dormancy (Ruth,

2009).

3. pH

pH atau tingkat keasaman juga merupakan syarat pertumbuhan

mikroba dalam makanan. Biasanya terdapat 3 Tingkatan pH yang

mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu pH optimum, pH maksimum

dan pH minimum. Dimana dari ketiga pH tersebut, pH optimum yang

paling cocok terhadap peningkatan pertumbuhan mikroba dalam makanan.

Page 29: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

11

Kebanyakan dari mikroorganisme akan tumbuh pada pH kisaran 5,0-8,0

(Buckle, 2013)

4. Waktu

Jika bakteri menemukan kondisi yang cocok, bakteri dapat

berkembangbiak dengan baik dalam waktu singkat. Menurut Rauf (2013)

hanya dalam waktu 15-20 menit bakteri mampu memperbanyak diri dari

satu sel menjadi 2 sel. Dalam penelitian Widyanigsih (2016) waktu dan

suhu yang baik agar terhindar dari kontaminasi bakteri Coliform terutama

E.coli adalah 30 menit dengan suhu 60ºc.

5. Oksigen

Bagi beberapa jenis bakteri, oksigen berperan penting dalam

membantu pertumbuhannya, seperti bakteri yang termasuk kedalam

kategori bakteri aerobik. Sedangkan untuk bakteri yang masuk kedalam

golongan anaerob, oksigen tidak diperlukan dalam pertumbuhannya

bahkan dapat mematikan bakteri tersebut (Laelasari, 2015). Namun untuk

bakteri golongan fakultatif mereka dapat tumbuh pada dengan ada atau

tidak adanya oksigen.

C. Bakteri Coliform

Coliform merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang dengan sifat

anaerob atau fakultatif anaerob dan tidak mampu membentuk spora. Selain itu

bakteri ini termasuk tidak tahan panas atau bisa dikategorikan sebagai jenis

bakteri mesofilik yang hanya dapat tumbuh pada suhu 35ºC-37ºC (Mahramah,

2014). Diantara bakteri patogen yang menyebabkan penyakit, spesies bakteri

gram negatif umumnya lebih berbahaya dibandingkan dengan spesies gram

Page 30: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

12

positif. Lipposakarida yang terdapat pada dinding sel bakteri gram negatif

sering bersifat toksik (racun), dan membran bagian luar membantu melindungi

bakteri gram negatif melawan sistem pertahanan inangnya.

Bakteri Coliform dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu, Coliform

fekal dan Coliform non fekal. Coliform fekal diantaranya bakteri Escherichia

coli yang berasal dari tinja manusia sedangkan Coliform non fekal misalnya

Enterrobacter aeroginosa yang biasanya berasal dari hewan ataupun tanaman

yang sudah mati. Contoh bakteri Coliform yaitu E.coli, Citrobacter,

Salmonella spp, Klebsiella dan Enterobacter (Marhamah, 2014).

D. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah sistem

manajemen resiko untuk menjamin keamanan makanan malalui pendekatan

pencegahan (preventive) yang dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan

makanan yang aman bagi konsumen. Kunci utama dalam penerapan HACCP yaitu

mengantisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan melalui analisis dan

pengendalian bahaya biologis, kimiawi, dan fisik dari produksi bahan baku,

pengadaan dan penanganan, hingga pembuatan, distribusi dan konsumsi produk

jadi yang mengutamakan pada tindakan pencegahan dari pada mengandalkan pada

pengujian produk akhir (Food and Drug Assosiation, 2018).

Menurut SNI 01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahaya dan

Pengendalian Titik- Titik Kritis (HACCP) , terdapat 7 langkah dalam prinsip

penerapan HACCP, yaitu:

Page 31: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

13

1. Melakukan analisa bahaya

Bahaya (hazard) dapat berupa agen biologi, kimia atau agen fisik

dan faktor-faktor lain yang berpotensi menimbulkan efek yang

merugikan bagi kesehatan. Dimana tahap ini mencakup

a) Identifikasi semua potensi bahaya, dengan mendaftar semua

bahaya potensial pada setiap tahap

b) Analisis bahaya, mendefinisikan dan menganalisa semua

bahaya

c) Analisa resiko, menetapkan signifikansi bahaya dimana

merupakan hasil analisa antara peluang kejadian dengan

tingkat kekuatan dari bahaya keamanan pangan. Dimana dapat

terbagi menjadi resiko tinggi, resiko sedang dan resiko rendah.

d) Pengembangan tindakan pencegahan.

Mengidentifikasi tindakan pencegahan yang mungkin mampu

mengendalikan setiap bahaya. Tindakan pencegahan berupa

segala kegiatan yang dibutuhkan untuk menghilangkan bahaya

atau memperkecil pengaruhnya pada tingkat yang dapat

diterima.

2. Menentukan Critical Control Point (CCP)

Tahapan merupakan kunci dalam menurunkan atau mengeleminasi

bahaya (hazard) keamanan pangan yang telah diidentifikasi sampai ke

tingkat yang dapat diterima. Dalam membantu menemukan CCP yang

benar dapat menggunakan pedoman diagram pohon keputusan CCP

Page 32: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

14

3. Menetapkan batas-batas kritis pada setiap CCP

Batas-batas critical limit : kriteria untuk memisahkan keadaan yang

bisa diterima (akseptabilitas) dan yang tidak diterima

(unakseptabilitas).

4. Menetapkan prosedur pemantauan/monitoring

Tindakan terencana untuk melakukan sarangkaian observasi atau

pengukuran parameter guna mengkaji apakah prosedur pengolahan atau

penanganan pada CCP masih terkontrol, efektif dan terencana untuk

mempertahankan keamanan makanan. Pemantauan dapat berupa

pengamatan yang direkam dalam suatu checklist ataupun dapat berupa

pengukuran yang direkam kedalam suatu datasheet. Terdapat beberapa

cara pemantauan mulai dari observasi visual hingga pengujian

mikrobiologi.

5. Menetapkan tindakan korektif

Tindakan yang akan diambil jika hasil pemantaun CCP menunjukan

hilangnya kontrol/ terjadi penyimpangan terhadap batas kritis.

Tindakan koreksi yang dapat dilakukan mulai dari menghentikan suatu

proses produksi hingga mengeliminasi produk dan kerja ulang produk.

6. Menetapkan prosedur verifikasi

Pada tahap ini dilakukan metode, prosedur atau tes disamping

penerapannya dalam pemantuan, untuk menentukan kepatuhan

terhadap rencana HACCP dan atau rencana HACCP itu perlu diubah

Page 33: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

15

7. Menetapkan prosedur dokumentasi

Dalam pelaksanaannya penetapan prosedur pencatatan yang efektif

dalam mendokumentasikan sistem HACCP.

E. Standar Sanitation Operating Procedur

Standar Sanitation Operating Procedur (SSOP) merupakan aplikasi dari

kegiatan GMP dan merupakan prasyarat terlaksananya sistem HACCP yang

efektif. SSOP merupakan prosedur yang mewajibkan setiap proses dilakukan

dalam kondisi dan cara yang mengaplikasikan sanitasi. Terdapat 8 aspek SSOP

yang harus dibuat prosedurnya, yaitu:

1. Keamanan air

2. Kebersihan permukaan yang kontak pangan

3. Fasilitas sanitasi

4. Pencegah kontaminasi silang

5. Pencegah penipuan

6. Pelabelan senyawa toksik

7. Kesehatan pekerja

8. Pengendalian hama

F. Good Manufacturing Practice (GMP)

Menurut WHO (2016) Good Manufacturing Practice (GMP) adalah

komponen dari sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang

bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan pada kualitas produk

makanan Beberapa ruang lingkup yang terdapat pada penerapan GMP

meliputi:

Page 34: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

16

1. Higiene Penjamah Makanan

Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan

dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan,

pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian makanan

(Permenkes, 2011). Peran yang dimiliki oleh penjamah makanan sangat

mempengaruhi kemungkinan terjadinya kontaminasi makanan. Sehingga

penjamah makanan dianjurkan untuk menerapkan perilaku hidup bersih

dan sehat yang nantinya dapat dikaitkan dengan penanganan makanan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1098/Menkes/SK/VII/2011 Terdapat beberapa persyaratan higiene

perilaku penjamah yang harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya

kontaminasi pada makanan,yaitu:

a. Memotong kuku

Penjamah makanan harus selalu menjaga kebersihan

tangannya seperti memotong kuku yang panjang. Kuku dapat

menjadi media yang sangat memudahkan penyeberan bakteri,

untuk itu lebih baik membersihkan atau memotong kuku dengan

pemotong kuku dilakukan minimal seminggu satu kali agar

menghindari pertumbuhan kotoran atau bakteri yang mampu

mencemari makanan (Kemenkes, 2011).

b. Mencuci Tangan pakai Sabun

Tangan dapat kontak langsung dengan kotoran atau

makanan/minuman yang terkotaminasi sehingga dapat dengan

mudah menjadi media trasmisi bakteri patogen (Kemenkes, 2014).

Page 35: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

17

Sehingga sangat penting bagi penjamah makanan untuk melakukan

tindakan mencuci tangan yang baik pada beberapa waktu

pengolahan makanan, mulai dari sebelum melakukan aktifitas

hingga ketika meracik makanan. Cara mencuci tangan yang baik

yaitu dengan menggunakan sabun dan air mengalir (Global

Handwahing Partnership, 2018)

Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir penting

untuk memutus mata rantai kuman sebagai upaya pencegahan

penyakit karena akan menghanyutkan partikel kotoran yang

menempel pada tubuh (Nely, 2011).

2. Tempat Pengolahan Makanan

Tempat pengolahan makanan (TPM) merupakan tempat dimana

makanan diolah sehingga menjadi makanan jadi yang dapat disebut juga

sebagai dapur. TPM memiliki peranan penting dalam higiene sanitasi

makanan dan mempunyai potensi yang besar dalam menimbulkan

gangguan kesehatan seperti keracunan akibat dari makanan yang

dihasilkannya. Sehingga dapur sebagai tempat pengolahan makanan

dikatakan baik dan sehat jika keberadaanya dapat mencegah terjadinya

kontaminasi makanan baik itu dari segi fisik, kimia ataupun biologi.

Berdasarkan peraturan sanitasi dapur yang ditetapkan dalam Peraturan

Menteri Kesehatan RI No 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang higiene

sanitasi jasa boga. Pesyaratan TPM/dapur yang baik meliputi:

Page 36: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

18

1) Lantai

Kondisi lantai dapur harus kedap air, rata, tidak retak, tidak licin dan

memudahkan untuk dibersihkan

2) Dinding

Permukaan dinding sebelah dalam rata, tidak lembab, dan mudah

dibersihkan. Sedangkan permukaan dinding yang selalu kena

percikan air, dilapisi bahan kedap air setinggi 2 meter dari lantai

dengan permukaan halus dan tidak menahan

3. Sanitasi Peralatan

Peralatan adalah alat yang digunakan untuk melakukan penanganan

makanan. Sanitasi Peralatan adalah kebersihan semua peralatan yang

digunakan untuk proses persiapan, pengolahan dan penyajian makanan

yang dilihat dari proses pencucian alat (dengan air bersih dan sabun)

(Puspitasari, 2013). Perlengkapan dan peralatan yang tidak sesuai dengan

peruntukannya dan tidak memenuhi persyaratan dapat menjadi sumber

kontaminasi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1096 Tahun

2011 peralatan yang kontak dengan makanan harus memiliki beberapa

persyaratan seperti:

a. peralatan masak dan peralatan makan harus aman dan tidak berbahaya

bagi kesehatan

b. pencucian peralatan harus menggunakan sabun dan bilas

menggunakan air mengalir (jangan menggunakan kembali air yang

telah dipakai) sehingga menghilangkan sisa makanan dan tanah yang

memungkinkan pertumbuhan bakteri (FAO, 2017). Selain itu spons

Page 37: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

19

yang digunakan untuk mencuci peralatan juga harus dijaga

kebersihannya karena mampu mencetuskan keberadaan bakteri pada

peralatan (Puspi,2018)

c. Pengeringan alat dengan mengusapkan kain lap bersih atau

mengeringkan dengan menggunakan handuk. Sebenarnya

penggunaan lap pada alat yang sudah dicuci tidak boleh dilakukan

karena ditakutkan akan menimbulkan pencemaran sekunder. Namun

pengeringan dengan menggunakan lap ini diperbolehkan dengan

syarat, lap yang dipergunakan harus steril dan bersih, serta sering

diganti. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Puspi (2018) yang

mengatakan jika kondisi lap/serbet yang kotor, bau dan tidak terawat

memudahkan pertumbuhan bakteri yang nantinya mampu

mengkontaminasi peralatan makan

d. Peralatan yang digunakan harus bersih, yang artinya tidak

diperbolehkan mengandung E.coli dan jenis kuman lainnya. Dalam

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011

tentang higine sanitasi jasaboga, angka kuman pada peralatan

diharuskan memiliki nilai <3 MPN/ml.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Tumelap (2011) angka kuman

pada sendok dan piring lebih tinggi dari pada peralatan yang lain (garpu

dan gelas) dan positif mengandung E.coli. Hal ini dikarenakan pencucian

yang kurang bersih sehingga masih terdapat sisa-sisa makanan yang

menempel dan permukaan alat masih berminyak sehingga mengandung

angka kuman dan E.coli yang tinggi. Terdapat beberapa jenis piring dan

Page 38: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

20

sendok yang digunakan sebagai alat makan. Jenis jenis piring dan sendok

yaitu:

4. Rantai Produksi Makanan

a. Sumber bahan makanan

Makanan yang baik kualitasnya ditentukan oleh kondisi dari sumber

makanan itu berasal seperti sumber petanian, perikanan dan peternakan

yang juga baik dalam menjaga kualitas produk yang dihasilkannya.

Sumber bahan tersebut diharuskan memenuhi persyaratan sanitasi untuk

mencegah terjadinya kontaminasi atau pencemaran pada bahan makanan.

b. Pengangkutan bahan makanan

Cara mengangkut bahan makanan harus memenuhi persyaratan

sanitasi, seperti sarana atau alat pengangkutan. Pengangkutan tersebut

dilakukan baik dari sumber ke pasar maupun dari sumber ke tempat

penyimpanan agar menghindari bahan makanan tercemar oleh kotoran

atau debu dan juga mencegah bahan makanan tidak rusak.

c. Penyimpanan Bahan Makanan

Dalam kegiatan pengolahan makanan tidak semua bahan makanan

langsung dikonsumsi, tetapi sebagian disimpan baik dalam skala kecil di

rumah maupun skala besar di gudang. Tempat penyimpanan atau gudang

Sumber : Hutabarat 1998

1. Piring ceper besar

2. Piring ceper

makan

3. Piring dalam

Page 39: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

21

harus memenuhi persyaratan sanitasi, seperti menjaga agar sirkulasi

udara cukup, suhu udara dalam gudang tidak lembab hingga memberikan

penerangan yang cukup di dalam ruangan.

Ruang penyimpanan harus tahan terhadap tikus, kutu dan suhunya

juga harus terkontrol. Variasi dan jumlah bahan pangan yang tersimpan

dalam ruang penyimpanan sebaiknya disesuaikan dengan luas ruangan

yang ada. Tempat penyimpanan makanan matang dengan makanan jadi

juga harus terpisah untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang

(Laelasari, 2015)

Selain itu penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first

out (FIFO) dan first expired first out (FEFO) yaitu makanan yang

disimpan terlebih dahulu dan yang mendekati masa kadaluarsa

dikonsumsi terlebih dahulu. Wadah untuk tempat penyimpanan makanan

juga harus sesuai dengan jenis bahan makanan, seperti contoh bahan

makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan bahan

makanan yang kering disimpan di tempat yang kering dan tidak lembab

(Peraturan Menteri Kesehatan, 2011).

d. Pengolahan Makanan

Proses mengubah bentuk makanan dari bahan mentah menjadi

makanan jadi/masak disebut pengolahan makanan. Dalam melakukan

pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan terkait sanitasi

kebersihan dapur, alat-alat perlengkapan dan cara pengolahan yang baik

(Peraturan Menteri Kesehatan, 2011) yaitu, peracikan bahan, persiapan

bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas dalam memasak harus

Page 40: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

22

dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan semua bahan yang siap

untuk dimasak harus dicuci terlebih dahulu menggunakan air bersih.

e. Penyajian makanan

Penyajian makanan merupakan kegiatan dalam melakukan

pengemasan makanan agar enak dipandang dan makanan tetap terjaga

dari kualitas gizi, warna dan cita rasanya (Laelasari, 2015). Menurut

Peraturan Menteri Kesehatan No 1096 tentang Higiene sanitasi Jasa

boga dalam melakukan penyajian makanan sangat diwajibkan untuk

memenuhi persyaratan sanitasi seperti setiap jenis makanan

ditempatkan dalam wadah terpisah dan tertutup untuk menghindari

terjadinya kontaminasi silang. Selain itu, semua peralatan yang

digunakan harus higienis, utuh dan tidak cacat atau rusak.

f. Penyimpanan makanan Matang

Makanan jadi yang telah diolah juga harus dijaga sanitasinya

dengan menyimpan makanan tersebut di tempat yang memenuhi

persyaratan sanitasi. Menurut Permenkes No 1096 tentang higiene

sanitasi jasaboga tahun 2011, terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam penyimpanan makanan yang telah diolah, yaitu:

1) memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang

berlaku, yaitu: angka kuman E.coli pada makanan harus 0/gram

contoh makanan atau angka kuman Coliform pada makanan harus

<3 MPN/ml.

Page 41: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

23

2) Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out

(FIFO) dan firts espired first out (FEFO) yaitu makanan yang

disimpan terlebih dahulu dan yang mendekati masa kadaluarsa

3) dikonsumsi terlebih dahulu.

4) Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap

jenis makanan jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup

sempurna tetapi berventilasi yang dapat mengeluarkan uap air.

5) Penyimpanan makanan jadi harus memperhatikan suhu sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Suhu Penyimpanan makanan jadi

5. Kualitas Sumber Air Bersih

Segala kegiatan yang dilakukan oleh makhluk hidup tidak akan

terlepas dari pemanfaatan air. Begitupun dalam kegiatan penyelenggaraan

makanan di pondok pesantren. Air sangat berguna untuk mendukung proses

pencucian bahan makanan, pencucian peralatan hingga proses memasak

makanan (Kepriana, 2016).

No Jenis

Makanan

Suhu Penyimpanan

Disajikan

dalam suhu

lama

Akan

segera

disajikan

Belum segera

disajikan

1. Makanan

kering

25ºC s/d

30ºC

2.

Makanan

basah

berkuah

> 60ºC -10ºC

3.

Makanan

cepat basi

(santan,

telur, susu)

≥ 65,5ºC -5ºC s/d -1ºC

4.

Makanan

disajikan

dingin

5ºC s/d

10ºC < 10ºC

Page 42: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

24

Terdapat beberapa macam penyediaan sumber air bersih yang

digunakan masyarakat diantaranya yaitu PDAM (Perusahaan Depot Air

Minum) dan sumur (sumur gali dan sumur bor). Penyediaan air oleh PAM

/PDAM biasanya menggunakan sumber air yang berasal dari mata air, danau

ataupun sungai. Air yang berasal dari PAM sudah melewati penanganan

terlebih dahulu sebelum dikonsumsi agar memenuhi syarat air bersih yang

layak dikonsumsi. Dalam proses penyediaan air bersihnya PAM

menggunakan pengolahan secara fisika, bakteriologis, kimia maupun

bakteriologi (Pynkyawati, 2015).

Sedangkan penggunaan sumber air bersih dengan sumur dapat

melalui 2 cara yaitu melalui sumur bor atau sumur gali. Pemakaian air melalui

sumur bor dilakukan dengan cara dibor yang nantinya air tersebut dapat

diambil menggunakan pompa. Sedangkan pemakaian sumur melalui sumur

gali dilakukan dengan menggali lubang dan hanya perlu menggunakan timba

untuk mengambilnya (Pynkyawati, 2015). Perbedaan diantara sumur bor dan

sumur gali lainnya yaitu kedalaman dalam pengambilan sumber air bersih.

Menurut Nashiroh (2017) sumur gali umumnya mempunyai kedalaman <50

meter sedangkan sumur bor umumnya mempunyai kedalaman <100 meter

Pentingnya peran air dalam kegiatan pengolahan makanan maka

kualitasnya harus diperhatikan. Berdasarkan penelitian Aan (2017) yang

dilakukan di pondok pesantren Sunan Drajat, permasalahan lingkungan yang

sering terjadi di pondok pesantren salah satunya yaitu penyediaan air bersih.

Menurut Kusnoputranto dalam Maria.dkk (2014) kualitas sumber air bersih

Page 43: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

25

yang tidak memenuhi kualifikasi kesehatan terjadi karena beberapa hal yang

seperti:

1. Jarak sumber air bersih dengan sumber pencemar

Jarak sumber air bersih dengan sumber pencemar memberikan

peluang sumber air untuk terkontaminasi bakteri karena perembesan air

dari sumber pencemar. Oleh karena itu diberikan jarak minimal sumber

air bersih dengan sumber yang dipersyaratkan yaitu 10 meter

(Prajawati, 2008).

2. Curah hujan

Air hujan yang mengalir kedalam permukaan tanah mampu

menyebarkan bakteri Coliform yang berada dipermukaan. Air hujan

yang meresap ke dalam lapisan tanah membuat bakteri bergerak dalam

lapisan tanah sehingga jika semakin banyak air hujan yang meresap ke

dalam lapisan tanah maka semakin besar peluang terjadinya

pencemaran sumber air bersih oleh bakteri Coliform (Maria.dkk, 2014).

3 Permeabilitas dan Porositas tanah

Permeabilitas adalah kemampuan tanah untuk melewatkan air

sedangkan porositas adalah kemampuan tanah untuk menyimpan air

yang berkaitan dengan tingkat kepadatan tanah (Nurhadini, 2016).

Tekstur tanah yang semakin padat maka akan semakin sulit untuknya

menyerap air sehingga dikatakan porositasnya semakin kecil.

Sebaliknya tanah yang mudah menyerap air memiliki porositas yang

besar.

Page 44: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

26

Menurut Kusnoputranto dalam Amaliah (2018), Kondisi

permeabilitas dan porositas tanah mendukung dalam penyebaran

bakteri patogen. Karena air termasuk alat transportasi bakteri dalam

tanah maka semakin besar porositas dan permeabilitas tanah akan

meningkatkan kemampuannya untuk melewatkan air yang

mengandung bakteri patogen semakin banyak

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2011

menekankan jika dalam kegiatan penyelenggaraan makanan penyediaan air

bersih harus terpenuhi dimana kualitas air bersih harus memenuhi persyaratan

sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam kegiatan pengolahan makanan

menggunakan mengacu pada Peraturan Menteri Keseharan RI No

492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Dalam peraturan tersebut untuk menentukan kualitas air terdapat

beberapa parameter wajib yang harus diperiksa secara berkala, salah satunya

yaitu pemeriksaan total Coliform sebagai parameter biologi. Standar baku

mutu (kadar maksimum) total Coliform untuk keperluan higine dan sanitasi

adalah 0/100ml sampel air.

G. Pondok Pesantren

Pondok pesantren merupakan tempat pembelajaran agama islam dan

ilmu lainnya dengan model pembelajaran berbentuk asrama dimana para

santri diwajibkan untuk melakukan kegiatan sehari hari seperti tidur,

makan,mandi dan belajar di tempat tersebut (Abdulloh. 2017).

Seiring perkembangan zaman, pondok pesantren mulai mengalami

perubahan dalam sistem pendidikannya. Pergeseran dari pondok salaf

Page 45: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

27

menjadi pondok modern mulai menjadi perhatian dikalangan masyarakat.

Pondok pesantren salaf adalah sebuah pesantren yang menganut sistem

tradisional dimana di dalamnya hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dan

sama sekali tidak mengajarkan ilmu umum sedangkan pondok pesantren

modern adalah pondok pesantren yang didalamnya menganut sistem

pendidikan yang diadopsi dari sistem pendidikan modern dan materi yang

dipelajari merupakan kombinasi antara ilmu agama dengan ilmu umum.

(Abdulloh. 2017).

Bila dilihat dari sisi kesehatan, kondisi kesehatan di lingkungan

pondok pesantren masih membutuhkan perhatian dari berbagai pihak, baik itu

dalam perilaku sehat ataupun aspek kesehatan lingkungannya. Sehingga salah

satu cara yang mampu mengatasinya adalah dengan menumbuh kembangkan

poskestren (Kemenkes RI, 2013). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman

Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren, POSKESTREN

(pos kesehatan pesantren) merupakan bagian integral dari UKS sebagai

wujud dari UKBM di lingkungan pondok pesantren yang memiliki prinsip

dari, oleh dan warga pondok pesantren. Dimana program ini menekankan

pada pelayanan promotif dan prefantif tanpa melewatkan aspek kuratif dan

rehabilitatif dengan bantuan dan bimbingan dari puskesmas setempat.

Page 46: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

28

H. Jalur Migrasi Bakteri Coliform

Sumber: Julian (2016)

Bagan 2.1 Jalur Migrasi Kontaminasi Coliform

Gambar diatas menjelaskan jalur migrasi kontaminasi Bakteri

Coliform yang pada awalnya berasal dari feses baik itu manusia atau pun

hewan yang dapat masuk tubuh melalui fekal-oral. Bakteri Coliform yang

terkandung di dalam feses dapat dipindahsebarkan melalui kegiatan yang

dilakukan oleh manusia (tangan ke mulut), vektor atau hewan pengerat,

pemindahan pasif lewat benda mati (peralatan) serta air ataupun tanah yang

tercemar (Falamy, 2013)

Lalat mampu melakukan transmisi patogen karena memiliki daya

tarik yang kuat terahadap kotoran dan makanan. Dimana keberadaan lalat

sebagai vektor mekanik juga dapat membantu penyebaran bakteri Coliform

yang nantinya lalat akan membawa bakteri Coliform melalui tubuhnya untuk

Feses

Tanah Lalat

Tangan

Makanan

Manusia

Benda mati Air

Page 47: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

29

hinggap pada makanan sehingga jika manusia memakannya akan

menimbulkan penyakit.

Selain itu benda mati juga dapat menjadi jalur paparan bakteri yang

mampu memtransmisikan penyakit. walaupun transmisi oleh benda mati

(fomites) jarang terjadi namun benda mati yang terkontaminasi dapat dengan

mudah memindahkan patogen ke permukaan lainnya atau ke reservoir

lainnya. Hal ini bergantung pada karakteristik dari patogen, jenis bahan (dari

benda mati) dan karakteristik lingkungan seperti suhu dan kelembaban.

Penyebaran bakteri Coliform juga dapat terjadi jika faktor perilaku

higiene manusia tidak diperhatikan. Seperti tidak mencuci tangan dengan

sabun dan air mengalir ketika ingin mengolah makanan atau sesudah buang

air besar. Kebiasaan buruk yang sering dilakukan manusia memudahkan

bakteri menempel pada tangan dan mencemari makanan yang kontak

dengannya.

Tanah memiliki kemampuan menyimpan polutan berbahaya dari

berbagai sumber, selain itu tanah juga menjadi tempat hidup dari berbagai

jenis mikroorganisme patogen sehingga sangat berpotensi sebagai reservoir

penyakit ke manusia (Nugroho, 2014). Tanah berperan dalam jalur migrasi

Coliform karena bakteri ini terbukti dapat tumbuh didalam tanah yang

nantinya akan mencemari hasil pangan yang tumbuh diatasnya. Sehingga jika

manusia mengonsumsi pangan tersebut tanpa melakukan penanganan yang

baik dengan mencucinya terlebih dahulu, maka akan sangat membahayakan

kesehatan manusia

Page 48: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

30

Selain itu, penyebaran bakteri Coliform juga dapat terjadi jika saluran

pembuangan air limbah atau toilet rusak/bocor dan mencemari air tanah,

sehingga menimbulkan pencemaran sumber air masyarakat yang sangat

dibutuhkan untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, minum, memasak dan

mencuci. Peran air yang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia

membuatnya menjadi jalur paparan yang paling efisien untuk bakteri

Coliform membahayakan kesehatan manusia (Julian, 2016)

I. Dampak Kontaminasi Makanan Terhadap Kesehatan

Konsekuensi kesehatan akibat penyakit bawaan makanan bervariasi

tergantung dengan patogen penyebabnya, lamanya pengobatan, usia dan

faktor lain yang berhubungan dengan daya tahan tubuh seseorang (WHO,

2006).

Terdapat banyak potensi bahaya pada makanan mulai dari faktor

biologi, kimia, maupun fisik sehingga dapat menyebabkan gangguan

kesehatan pada manusia. Keracunan makanan/ foodborne disease merupakan

penyakit yang disebabkan oleh kontaminasi makanan atau minuman. Dimana

gejala yang sering muncul akibat dari keracunan makanan adalah diare.

Dikenal 2 tipe keracunan makanan, yaitu infeksi dan intoksikasi.

Infeksi merupakan kondisi dimana terdapat bakteri patogen dalam

jumlah yang cukup tertelan bersama makanan/minuman, berkembang biak

dan menimbulkan gejala keracunan. Bakteri yang menyebabkan infeksi

membutuhkan waktu berkembang biak dalam tubuh manusia untuk mencapai

jumlah tertentu yang mampu menyebabkan infeksi (Indriati, 2013). Gejala

infeksi muncul sehari bahkan beberapa hari setelah mengkonsumsi makanan

Page 49: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

31

yang terkontaminasi bakteri. Lamanya gejala ini muncul dikarenakan bakteri

membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dan berkembang biak di dalam

pencernaan manusia (Rauf, 2013).

Sedangkan intoksikasi merupakan kondisi dimana terdapat bakteri

tumbuh dalam makanan dan minuman kemudian memproduksi racun/toksin.

Racun dalam hal ini hanya yang berasal dari mikroba yaitu bakteri dan jamur.

Dimana saat makanan dikonsumsi, racun yang diproduksi oleh bakteri ikut

tertelan bersama makanan, racun tersebut menyebabkan timbulnya gejala

keracunan. Gejala yang timbul akibat intoksikasi lebih cepat, hanya beberapa

menit atau beberapa jam setelah makanan dikonsumsi (Rauf, 2013). Secara

umum dapat dikatakan jika bakteri penyebab infeksi membutuhkan masa

inkubasi yang lama sampai timbulnya penyakit jika dibandingkan dengan

bakteri penyebab intoksikasi.

J. Metode MPN

Metode MPN (Most Probable Number) merupakan salah satu metode

untuk pengujian mikrobiologi yang terdiri dari uji presumtif (penduga) dan

uji konfirmasi (peneguhan). Teknis pengujian metode ini menggunakan

media cair di dalam tabung reaksi dan dilakukan berdasarkan jumlah tabung

positif, dimana pengamatan pada tabun positif dapat dilihat dari adanya gas

di dalam tabung durham. Tabung reaksi yang dikatakan positif jika timbul

kekeruhan atau terbentuk gas di dalamnya (jasad renik yang berbentuk gas).

Untuk setiap mengenceran dapat menggunakan 3 atau 5 seri tabung, dimana

tabel yang digunakan untuk menentukan nilai seri 3 tabung berbeda dengan

tabel untuk seri 5 tabung.

Page 50: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

32

Metode ini biasanya untuk menentukan jumlah mikroba pada sampel

yang berbantuk cair, namun untuk sampel yang berbantuk padat juga dapat

diterapkan dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel

tersebut. Metode MPN membutuhkan beberapa media dan reagen dalam

pengujiannya yaitu larutan BPW 0,1 %, BGLBB (Brilliant Green Lactose

Bile Broth), dan LSTB (Lauryl Sulfate Typtose Broth). (Standar Nasional

Indonesia, 2008). Pengujian MPN Coliform menggunakan seri 3 tabung dan

5 tabung memiliki beberapa tahap yaitu:

1. Uji pendugaan

MPN 3 Tabung :

a. Siapkan 9 tabung reaksi yang telah diberi label

b. Ambil 1 ml sampel pengenceran 10-1 masukan kedalam tabung reaksi 1

yang berisi media Lactose Broth dan tabung durham, replikasi 3 kali

c. Ambil 1 mil sampel pengenceran 10-2 masukan kedalam tabung reaksi

4 yang berisi media Lactose Broth dan tabung durham, replikasi 3 kali

d. Ambil 1 mil sampel pengenceran 10-3 masukan kedalam tabung reaksi

7 yang berisi media Lactose Broth dan tabung durham, replikasi 3 kali

e. Inkubasi temperatur 35ºC selama 48 jam

f. Perhatikan adanya gas yang terbentuk di dalam tabung durham. Hasil

uji dinyatakan positif apabila terbentuk gas

MPN 5 Tabung :

a. Siapkan 5 tabung masing masing berisikan lactose broth double

strength sebanyak 10 ml

Page 51: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

33

b. Siapkan 5 tabung masing-masing berisi lactose broth single strength

sebanyak 10 ml

c. Siapkan 5 tabung masing-masing berisi 10 ml lactose broth single

strength

d. Tabung 1 sampai 5 diinokulasi masing-masing 10 ml sampel air

e. Kedalam tabung 1 sampai 5 diinokulasi masing masing 1 ml sampel air

f. Kedalam tabung 1 sampai 5 diinokulasi masing-masing 0.1 ml sampel

air

g. Kocok tabung perlahan agar sampel air merata menyebar keseluruhan

bagian media.

h. Inokulasi pada suhu 35 c selama 24-48 jam

i. Amati masing-masing tabung untuk melihat ada atau tidaknya gas,

terdapatnya gas menunjukan presumtif positif. Dimana tes pendahuluan

yang memiliki hasil positif ditandai dengan adanya gas, yang

selanjutnya perlu dilakukan pengujian penegasan (confirmative tes)

2. Uji Konformasi (Confirmed Test)

a. Hasil uji pendahuluan yang memiliki hasil positif dipindahkan 1-2 ose

ke dalam tabung uji penegasan yang telah berisi 10 ml BGLB. Dari

masing-masing tabung uji pendahuluan diinokulasi kedalam 2 tabung

BGLB

b. Satu seri tabung BGLB diinokulasi pada suhu 24-48 jam, hal ini

bertujuan untuk memastikan ada atau tidaknya Coliform. Dan satu seri

yang lain diinkubasi pada suhu 44 c selama 24 jam

Page 52: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

34

c. Perhatikan adanya gas yang terbentuk di dalam tabung durham. Hasil

uji dinyatakan positif apabila terbantuk gas.

d. Selanjutnya gunakan tabel Most Probable Number (MPN) untuk

menentukan nilai MPN.

1. Interpretasi hasil

Banyaknya Coliform yang terdapat dalam contoh uji di interpretasikan

dengan mencocokan kombinasi jumlah tabun yang memperlihatkan hasil

positif, berdasarkan tabel nilai MPN ( seri 3 tabung dan 5 tabung memiliki

tabel yang berbeda). Kombinasi yang diambil, dimulai dari pengenceran

tertinggi yang masih menghasilkan semua tabung positif, sedangkan pada

pengenceran berikutnya terdapat tabung yang negatif. Kombinasi yang

diambil terdiri dari tiga pengenceran. Nilai MPN Contoh dihitung sebagai

berikut:

𝑀𝑃𝑁 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑃𝑁 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

100𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ

K. Pencegahan Kejadian Foodborne Disease

Menurut FAO (Food and Agricultural Organization) (2017) terdapat 5

kunci keamanan pangan yang penting untuk diterapkan dalam kegiatan

pengolahan makanan. 5 hal tersebut yaitu:

1. Menggunakan air dan bahan makanan yang bersih (Use water and raw

material)

Air dan bahan makanan merupakan komponen utama dalam

kegiatan pengolahan makanan sehingga sangat perlu diperhatikan

kualitasnya untuk mencegah terjadinya foodborne disease. beberapa

cara yang dapat dilakukan seperti menggunakan air yang bisa diminum/

Page 53: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

35

sudah diolah ketika akan memasak, mencuci buah dan sayuran terlebih

dahulu sebelum diolah, memeriksa tanggal kadaluarsa makanan dan

jangan mengkonsumsi makanan yang sudah kadaluarsa.

2. Memasak dengan baik dan benar (Cook food througly)

Proses memasak harus dilakukan dengan baik melalui penggunaan

temperature panas yang sesuai dengan jenis makanan yang akan

dimasak. Hal yang harus diperhatikan yaitu: pastikan untuk merebus

sup dan rebusan lainnya menggunakan suhu 70ºC, pastikan memasak

daging dan ayam hingga matang dan lakukanlah pemanasan kembali

terhadap makanan yang sudah dimasak.

3. Memisahkan makanan mentah dengan makanan yang sudah dimasak

(Separate raw food from cooked food)

Makanan mentah dapat mengandung bakteri pathogen yang

berpeluang menimbulkan kontaminasi silang pada makanan yang sudah

dimasak atau siap untuk dikonsumsi. Hal ini karena makanan mentah

belum mendapatkan perlakukan yang baik seperti halnya makanan yang

telah diolah/makanan matang. Sehingga perlu untuk memperhatikan

hal-hal seperti: menyimpan makanan mentah seperti ayam, daging dan

ikan yang terpisah dari makanan matang, menjaga bahan makanan

menggunakan wadah terpisah agar menghindari kontak antara makanan

mentang dengan makanan matang dan menggunakan alat yang berbeda

(seperti pisau dan talenan) ketika akan menangani makanan mentang

dan makanan matang

Page 54: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

36

4. Menjaga temperatur makanan tetap dalam kondisi baik (Keep foods at

the proper temperature)

Terjadinya foodborne disease selain dipengaruhi oleh faktor

lingkungan, karakteristik atau sifat dari bakteri pathogen juga perlu

untuk diperhatikan. Secara umum sifat bakteri pathogen yaitu mampu

hidup dan berkembang biak dalam suhu ruang. Namun pada suhu

dibawah 5ºC atau diatas 60ºC pertumbuhan bakteri terhambat dan

berhenti. Sehingga penanganan makanan terkait dengan temperature

suhu sangat perlu untuk diperhatikan. Hal yang dapat dilakukan seperti:

tidak mencairkan makanan pada suhu kamar, menjaga makanan cuku

panas yaitu diatas 60ºC, segera melakukan pendinginkan makanan yang

sudah dimasak dan makanan yang mudah rusak dan tidak membiarkan

makanan yang sudah dimasak pada suhu kamar lebih dari 2 jam.

5. Mengetahui bagaimana dan kapan saja waktu yang baik untuk mencuci

tangan (How and when to wash hand)

Melakukan praktik mencuci tangan sebelum makanan dan

memasak makanan, setelah keluar kamar mandi, setelah melakukan

penanangan makanan mentah dan setelah melakukan kegiatan yang

berpotensi menimbulkan bakteri menempel pada telapak tangan.

Serupa dengan 5 kunci keamanan pangan milik FAO, Namun CDC

(Centers For Disease Control) (2018) membagi cara-cara yang dapat

dilakukan untuk mencegah terjadinya keracunan makanan kedalam 4

point, yaitu :

Page 55: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

37

A. Clean

Bakteri yang menyebabkan keracunan makanan dapat bertahan di

setiap tempat yang berada disekitar dapur kita. Sehingga ketika

melakukan penanganan makanan akan lebih baik jika memperhatikan

beberapa hal seperti, melakukan praktik mencuci tangan selama 20

detik menggunakan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah

menangani makanan, membersihkan peralatan yang akan digunakan

menggunakan sabun dan air mengalir dan mencuci bahan makanan

seperti buah dan sayur dibawah air yang mengalir.

B. Separate : don’t cross-contamination

Jenis bahan makanan seperti daging mentah, seafood, telur dan

jenis bahan makanan mentah lainnya dapat menyebarkan bakteri

pathogen pada makanan yang siap disajikan/makanan matang jika tidak

dilakukan pemisahan. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal seperti,

menggunakan alat pemotong atau wadah yang berbeda untuk bahan

mentah, menjauhkan makanan mentah seperti daging mentah, seafood

dan produk ungags dari makanan lainnya ketika berbelanja, dan

menjaga bahan mentah agar tetap terpisah dengan bahan makanan

lainnya atau makanan matang ketika diletakan didalam lembari

pendingin.

C. Cook: to the right temperature

Makanan dikatakan sudah dimasak dengan baik/aman ketika

menggunakan temperature suhu yang cukup untuk membunuh bakteri

pathogen yang membahayakan kesehatan. Salah satu cara untuk

Page 56: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

38

mengetahui makanan sudah dimasak dengan temperature yang baik

adalah dengan menggunakan thermometer.

D. Chill: refrigerate promptly

Bakteri dapat berkembangbiak jika berada dalam suhu ruang atau

biasa disebut dengan “danger zone”. Yaitu diantara 40ºF dan 140ºF

(5ºC atau diatas 60ºC). untuk itu beberapa hal yang harus diperhatikan

yaitu, jangan pernah meninggalkan makanan matang dalam suhu ruang

semala lebih dari 2 jam, setel kulkas dibawah suhu 5ºC, mengetahui

kapan makanan didalam kulkas harus dibuang, mendinginkan makanan

yang mudah rusak dalam 2 jam, melakukan pencairan makanan beku

dengan aman menggunakan air atau microwave dan jangan pernah

mencairkan makanan diatas meja karena bakteri berkembang biak

dengan cepat di bagian makanan yang mencapai suhu kamar.

Page 57: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

39

KERANGKA TEORI

Pengolahan Makanan

Peralatan

Tanah Pencemaran Sumber

Makanan

Vektor

Tempat Pengolahan

Makanan

Penyimpanan Makanan

Sumber Air

Pencucian

Peralatan

Pencucian Bahan Makanan

Manusia

Penyajian Makanan

Memotong Kuku

Mencuci tangan

Bakteri

Coliform

Kontaminasi

Coliform pada

Sayuran Matang

Higiene Sanitasi

makanan Tidak

Memenuhi

syarat

- Suhu

- Kelembaban

- Ph

- Oksigen

- Waktu

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Page 58: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

40

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini variabel dependen yang diteliti adalah

kontaminasi Coliform pada makanan (Sayuran Matang), sedangkan variable

independen yang diteliti diantaranya praktik mencuci tangan, praktik

memotong kuku, kontaminasi bakteriologik peralatan makan, cara

pencucian peralatan dan kontaminasi bakteriologik sumber air bersih.

Variabel tempat pengolahan makanan tidak diteliti karena peneliti

menganggap katakteristik bangunan tidak berperan langsung dalam

keberadaan bakteri Coliform pada makanan. Pengankutan makanan tidak

diteliti karena hanya penjamah makanan dari dapur pondok pesantren

dengan jumlah santri > 200 orang yang melakukan pengankutan makanan

matang sedangkan yang kurang dari < 200 memerintahkan santrinya untuk

Kontaminasi

Coliform Pada

Sayuran Matang

Kondisi Bakteriologik Sumber

Air Bersih

Praktik memotong kuku

Kondisi Bakteriologik

Peralatan

Cara Pencucian Peralatan

Praktik mencuci tangan

Page 59: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

41

mengambil makanan sendiri di dapur pondok pesantren. Penyajian

makanan, pencucian bahan makanan dan pengolahan makanan tidak diteliti

karena sudah terwakili oleh variabel kontaminasi bakteriologik peralatan

makan dan kontaminasi bakteriologik sumber air bersih yang merupakan

barrier pertama keberadaan bakteri Coliform pada makanan. Sedangkan

variabel lainnya tidak diteliti karena penelitian ini berfokus pada variabel

yang mendominasi sebagai barrier awal kontaminasi bakteri Coliform pada

makanan.

Page 60: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

42

ii. Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

1

Kontaminasi

Coliform pada

makanan

(Variabel

Dependen)

Keberadaan kandungan

bakteri Coliform pada sayuran

berkuah hasil produksi dapur

pondok pesantren

Uji

Kuantitatif

laboratorium

Metode

MPN 3

Tabung

.........MPN/gr Rasio

2.

Kondisi

Bakteriologik

peralatan

(Variabel

Independen)

Keberadaan kandungan

bakteri Coliform pada alat

makan (piring dan sendok) di

dapur pondok pesantren

Kegiatan membersihkan

peralatan makanan

menggunakan sabun dan air

mengalir di dapur pondok

pesantren

Uji

Kuantitatif

laboratorium

Metode

MPN 3

Tabung

.........MPN/gr Rasio

3

Cara

pencucian

peralatan

(Variabel

Independen)

Wawancara

dan observasi

Kuesioner

dan

lembar

observasi

1. Tidak memenuhi syarat (jika

dimasukan ke dalam ember berisi air

dan tidak menggunakan sabun)

2. Memenuhi syarat (jika dicusi dengan

air mengalir dan sabun)

Ordinal

Page 61: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

43

4.

Kondisi

Bakteriologik

sumber air

bersih

(Variabel

Independen)

Keberadaan kandungan

bakteri Coliform pada sumber

air bersih yang digunakan

untuk kegiatan

penyelenggaraan makanan di

pondok pesantren

Uji

Kuantitatif

laboratorium

Metode

MPN 5

Tabung

.........MPN/ml Rasio

5

Praktik

mencuci

tangan

(Variabel

Independen)

Kegiatan membersihkan

tangan dan jari dengan

menggunakan sabun dan air

mengalir sebelum mengolah

makanan

Wawancara

dan Observasi

Kuesioner

dan

Lembar

Observasi

2. Tidak memenuhi syarat (jika tidak

mencuci tangan dengan sabun dan air

mengalir)

3. Memenuhi syarat (jika mencuci

tangan dengan sabun dan air mengalir)

Ordinal

6

Praktik

memotong

kuku

(Variabel

Independen)

Kegiatan memotong kuku

dilakukan minimal seminggu

satu kali yang juga dilihat dari

kondisi kuku penjamah

makanan ketika mengolah

makanan

Wawancara

dan Observasi

Kuesioner

dan

Lembar

Observasi

1. Tidak memenuhi syarat (jika tidak

memotong kuku dilakukan seminggu

satu kali dan kondisi kuku penjamah

dalam keadaan bersih )

2. Memenuhi syarat (jika memotong

kuku dilakukan seminggu satu kali

dan kondisi kuku penjamah dalam

keadaan bersih )

Ordinal

Page 62: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

44

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan

menggunakan desain cross sectional dimana data variabel dependen dan

variabel independen dibandingkan pada waktu yang sama. Variabel

Independen adalah praktik mencuci tangan, praktik memotong kuku, cara

pencucian paralatan, kondisi bakteriologik pada peralatan dan kondisi

bakteriologik sumber air bersih. sedangkan Variabel dependen adalah

kontaminasi bakteri Coliform pada makanan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pondok pesantren yang terdapat di

Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede

Kabupaten Bogor pada bulan Maret-Juni 2018. Sedangkan pengujian

bakteri Coliform pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Bogor

C. Populasi dan Sampel Penelitan

1. Populasi dan sampel Pondok Pesantren

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pondok Pesantren

di Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong

Gede, Kabupaten bogor tahun 2017 sebanyak 34 pondok Pesantren

Page 63: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

45

(Kementerian Agama Kabupaten Bogor, 2017). Besar sampel pada

penelitian ini dihitung menurut rumus besar sampel Slovin, yaitu:

𝑛 =N

1 + Ne²

n = Besar sampel

N = Populasi (34)

e = error level (tingkat kesalahan) (0.05)

Sehingga dari perhitungan dengan rumus diatas didapatkan besar

sampel pada penelitian ini adalah 31 Pondok Pesantren.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik probability

sampling, yaitu Cluster Random Sampling (Sampel Acak Kluster).

Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan

dengan alokasi proporsional agar sampel yang diambil lebih

proportional dengan cara:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

jumlah populasix Jumlah tiap Kelas

Sehingga penentuan jumlah sampel yang diambil pada masing-

masing kecamatan (Ciawi, Cibinong dan Bojong Gede) adalah

sebagai berikut:

Total Pondok Pesantren = 31

Kecamatan Kecamatan Kecamatan

31

34𝑥17 = 15 Pondok

31

34𝑥7 = 7 Pondok

31

34𝑥10 = 9 Pondok

Bagan 4.1 Pembagian Sampel Pondok Pesantren

Page 64: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

46

Dalam penelitian ini kriteria sampel yang telah ditetapkan

peneliti, yaitu:

Kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi, yaitu

1) Pondok Pesantren memiliki santri yang bermukim

2) Terdapat 1 sumber air di pondok pesantren untuk

penyelenggaraan makanan

3) Terdapat dapur yang berfungsi sebagai tempat pengolahan

makanan para santri pondok pesantren

4) Santri pondok pesantren mendapatkan makanan/melakukan

pengolahan makanan di dapur pondok

b. Kriteria ekslusi yaitu,

1) Pondok pesantren tidak memiliki santri yang bermukim

2) terdapat lebih dari 1 sumber air di pondok pesantren untuk

penyelenggaraan makanan

3) tidak terdapat dapur yang berfungsi sebagai tempat

pengolahan makanan para santri pondok pesantren.

4) Santri pondok pesantren tidak mendapatkan

makanan/melakukan pengolahan makanan di dapur pondok

Berdasarkan Kriteria diatas sampel pada penelitian ini

adalah 12 Pondok Pesantren pada 3 Kecamatan di Kabupaten

Bogor dengan masing-masing Kecamatan Ciawi 6 Pondok,

Page 65: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

47

Kecamatan Bojong Gede 4 Pondok Pesantren dan Kecamatan

Cibinong 2 Pondok Pesantren.

3. Populasi dan Sampel Penjamah Makanan

Populasi penjamah makanan pada penelitian ini adalah seluruh

petugas masak di pondok pesantren. Sampel penjamah makanan

pada penelitian ini sebanyak 12 sampel penjamah, dimana dari 12

pondok pesantren diambil 1 petugas masak yang melakukan

kegiatan pengolahan makanan pada hari H pengambilan sampel. Hal

ini dikarenakan terdapat 1 pondok pesantren yang hanya memiliki 1

tenaga masak yang bertugas melakukan pengolahan makanan.

3. Populasi dan sampel makanan

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh sayuran matang

yang diproduksi oleh dapur pondok pesantren Kabupaten Bogor

Tahun 2018. Sampel makanan pada penelitian ini sebanyak 12

sampel makanan, dimana dari 12 Pondok Pesantren diambil 1

sampel sayuran matang yang mewakili 1 penjamah makanan. Jenis

sampel makanan yang diambil adalah makanan jenis sayuran

berkuah hasil produksi dapur pondok pesantren ketika hari

pengambilan sampel dilaksanakan. Pemilihan sampel ini ditentukan

berdasarkan:

a. Hasil survei pendahuluan dan wawancara pada pihak Pondok

Pesantren bahwa sebagian pondok tidak memiliki menu

mingguan dan santri memasak sendiri makananannya.

Page 66: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

48

b. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pondok pesantren

mereka mengatakan jika setiap harinya selalu memasak sayuran

untuk para santri walau dengan berbagai jenis bentuk.

c. Menurut FAO (2017) sayuran termasuk kedalam kategori

makanan beresiko tinggi terkontaminasi bakteri.

d. Bakteri menyukai makanan dengan kadar air bebas yang tinggi

yaitu makanan basah (Auliya, 2015)

4.Populasi dan Sampel Alat Makan

Populasi alat makan pada penelitian ini adalah seluruh

peralatan makan (sendok dan piring) yang dimiliki pondok

pesantren. Hal ini berdasarkan penelitian Azari (2013) yang

menyatakan bahwa angka kuman pada sendok dan piring lebih besar

dibandingkan dengan angka kuman pada gelas. Sampel peralatan

makan pada penelitian ini sebanyak 24 sampel yang terdiri dari 12

sendok dan 12 piring, dimana dari 12 pondok pesantren diambil 2

sampel peralatan (sendok dan piring) sebagai perwakilan dari tiap

jenis peralatan.

C. Populasi dan Sampel Air Bersih

Populasi air bersih pada penelitian ini adalah seluruh sumber

air bersih yang dimiliki pondok pesantren. Sampel air bersih pada

penelitian ini sebanyak 12 sampel air, dimana dari 12 pondok

pesantren diambil 1 sampel air dari sumber air bersih. Hal ini

Page 67: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

49

dikarenakan 1 pondok pesantren hanya memiliki 1 sumber air bersih

yang digunakan untuk melakukan kegiatan pengolahan makanan.

D. Teknik Pengambilan sampel

1. Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan pada penelitian ini dilakukan pada

pukul 17.00-18.00 WIB. Sampel makanan yang diambil yaitu

makanan yang akan didistribusikan kepada para santri mengunakan

wadah tertentu. Cara pengambilan sampel makanan pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Persiapkan semua peralatan yang dibutuhkan seperti (botol

steril/wadah plastik steril, sendok steril, alkohol 70%, alat tulis,

label dan tas pembawa sampel.

b.Buka wadah tempat sampel

c. Masukan sampel (kurang lebih 25 gram dalam wadah dengan

menggunakan sendok steril

d.Tutup wadah dengan baik dan rapat

e. Bari label dan masukan dalam tas sampel makanan untuk diperiksa

di laboratorium

f. Sampel siap dikirim ke laboratorium atau jika waktu tidak

memungkinkan sampel dimasukan terlebih dahulu kedalam freezer

untuk sementara.

4. Pengambilan Sampel Usap Alat

a. Siapkan alat makan yang akan diusap

Page 68: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

50

b. Sterilkan tangan menggunakan kapas yang telah diberi alkohol

c. Buka pembungkus lidi kapas steril, pegang ujung tangkainya

d. Buka penutup tabung reaksi kemudian lidah apikan

e. Celupkan lidi kapas ke dalam tabung reaksi yang berisi pbs steril

f. Lalu usapkan ke alat makan

g. Masukan lidi kapas yang telah digunakan ke dalam tabung reaksi

yang berisi reagen dengan mematahkan ujung tangkainya

h. Lidah apikan tabung reaksi kemudian tutup kembali

i. Beri label

j. Masukan kedalam coolbox

k. sampel siap dikirim ke laboratorium atau jika waktu tidak

memungkinkan sampel dimasukan terlebih dahulu kedalam

lemari pendingin untuk sementara.

5. Pengambilan Sampel Air Pada Keran

a. siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas alumunium

b. buka kran selama 1-2 menit

c. sterilkan kran dengan cara membakar mulut kran sampai keluar

uap air

d. alirkan lagi air selama 1-2 menit

e. buka tutup botol steril dan isi sampai ¾ volume botol

f. bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup kembali

Page 69: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

51

g. sampel dibawa ke laboratorium atau jika waktu tidak

memungkinkan sampel dimasukan terlebih dahulu kedalam

lemari pendingin untuk sementara.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan merupakan data

primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari melakukan

observasi, wawancara, dokumentasi kegiatan dan pengujian

laboratorium. Sedangkan data sekunder didapatkan dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Bogor, Puskesmas Kabupaten Bogor dan Pondok Pesantren.

1.Data Primer

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data

mengenai higiene penjamah makanan, sanitasi peralatan, kondisi

bakteriologik sumber air bersih serta kontaminasi Coliform pada

makanan pondok pesantren yang diperoleh melalui wawancara,

observasi, dokumentasi dan pengujian laboratorium.

Penelitian ini menggunakan triangulasi terhadap data primer yang

didapatkan. Triangulasi merupakan sebuah teknik yang

menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada. Pada prinsipnya triangulasi adalah model pengecekan

data untuk memastikan sebuah data benar-benar tepat dalam

menggambarkan kejadian yang ada pada sebuah penelitian (Bachri,

2010). Triangulasi terdiri dari berbagai bentuk yaitu triangulasi

sumber, metode dan triangulasi waktu. Penelitian ini menggunakan

Page 70: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

52

triangulasi metode yang berarti menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda beda untuk mendapatkan data dari sumber yang

sama. Peneliti menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi

untuk sumber data yang sama secara serempak.

a. Wawancara

Wawancara dengan menggunakan kuesioner dilakukan kepada

penjamah makanan yang ketika sampling dilakukan. Penjamah

makanan berperan sebagai pengolah makanan di dapur pondok

pesantren. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perilaku penjamah

makanan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman

wawancara berupa kuesioner dengan tipe pertanyaan tertutup.

Aspek yang diwawancara meliputi praktik higiene penjamah

makanan, sanitasi peralatan dan terkait kondisi bakteriologik

sumber air bersih yang mengacu pada Kepmenkes No 1096 Tahun

2011 tentang Higiene dan Peraturan Menteri Keseharan RI No

Observasi

Dokumentasi

Wawancara Sumber Data

Sama

Bagan 4.2 Triangulasi Metode (Sumber Bachri, 2010)

Page 71: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

53

492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air

Minum.

Namun aspek persyaratan yang diambil hanya yang sesuai

dengan penelitian yang dilakukan. Kegiatan wawancara ini

dilakukan ketika responden tidak sedang melakukan kegiatan

pengolahan makanan. Wawancara dilakukan sekitar pukul 15.00-

15.20 dimana pada waktu tersebut penjamah makanan belum

melakukan kegiatan pengolahan makanan.

b. Observasi

Pada penelitian ini observasi dilakukan dengan menggunakan 3

jenis lembar observasi yaitu lembar observasi untuk mengetahui

sanitasi peralatan, lembar observasi untuk mengetahui kondisi

bakteriologik sumber air bersih dan lembar observasi untuk

mengetahui higiene penjamah makanan. Lembar observasi juga

dibuat dengan mengacu pada ketentuan Kepmenkes No 1096

Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga dan Peraturan

Menteri Keseharan RI No 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum.

Observasi dilakukan ketika responden sedang melakukan

kegiatan pengolahan makanan di dapur yaitu pada pukul 15.00-

18.00 WIB. Observasi ini merupakan metode untuk triangulasi

verifikasi terhadap wawancara yang telah dilakukan, sehingga

Page 72: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

54

dapat mencocokan kesesuaian jawaban responden dengan hasil

observasi yang dilakukan peneliti.

c. Dokumentasi Kegiatan

Dokumentasi kegiatan dilakukan untuk memberikan kejelasan

terkait kegiatan atau kejadian yang telah terjadi di lapangan dengan

menggunakan foto sebagai buktinya.

d. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui secara

kuantitatif Total Coliform dengan berpedoman pada SNI 01-2897-

192. Untuk pengujian pada makanan dan alat makan menggunakan

metode MPN seri 3 tabung sedangkan untuk pengujian pada air

bersih yang digunakan dalam pengolahan makanan menggunakan

metode MPN seri 5 tabung. Media yang digunakan untuk

pengujian ini adalah media lactose broth dan media brilian green

lactose broth (BGLB).

D. Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder yang diperlukan berupa data

mengenai alamat pondok pesantren yang diperoleh dari Kementerian

Agama Kabupaten Bogor dan data penderita diare di Kecamatan

Cibinong, Bojong Gede dan Ciawi dari puskesmas.

F. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan

lembar observasi yang berisi tentang variabel yang diteliti seperti praktik

Page 73: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

55

memotong kuku, praktik mencuci tangan, cara pencucian peralatan,

kondisi bakteiologik sumber air bersih dan peralatan. Kuesioner yang

disusun dengan mengacu pada Keputusan Mentreri Kesehatan RI No

1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga dan Peraturan

Menteri Keseharan RI No 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum. Namun peneliti hanya mengambil

beberapa variabel yang sesuai dengan penelitian.

G. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan

fungsi ukurannya. Sedangkan dalam penelitian validitas dinyatakan

dalam derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap analisis

sebenarnya yang diukur (Sugiharto. 2006). Menurut Gozali (2009) uji

validitas dipergunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu

kuesioner, yang mana dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner

dapat mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner

tersebut.

Pada penelitian, ini peneliti menggunakan validitas muka (Face

Validity) dengan cara mengamati respon dari responden saat peneliti

mengajukan pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Jika saat

wawancara responden kebingungan maka hal itu menandakan bahwa

point-point pertanyaan yang terdapat pada kuesioner relevan, jelas dan

Page 74: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

56

masuk akal karena responden mampu menjawabnya dengan mudah.

Hal ini menandakan kuesioner lulus pada uji validitas (Murti, 2011).

Sedangkan untuk pengujian laboratorium validasi dapat

dilakukan dengan memastikan jika pengujian sampel dilakukan oleh

laboratorium yang sudah terakreditasi. Selain itu, petugas yang

memeriksa sampel juga harus dipastikan memiliki kompetensi untuk

pengujian bakteri Coliform pada makanan. Dimana pada penelitian ini

menggunakan jasa laboratorium lingkungan milik pemerintah Kota

Bogor yang sudah terakredistasi dan memenuhi persyaratan SNI ISO

14189:2013 dan SNI ISO/IEC 17025:2008.

H. Pengolahan dan Analisis Data

1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:

a. Data Editing

Melakukan pengecekan isian dari kuesioner pada saat dilapangan,

untuk mengetahui apakah jawaban pada kuesioner sudah lengkap,

jelas, relevan dan konsisten data

b. Coding

Melakukan klasifikasi data dan memberikan kode pada masing-

masing kelas yang disesuaikan dengan tujuan dikumpulkannya data

yang dilakukan ketika mengembangkan instrumen peletitian dengan

menggunakan bantuan software pengolah data.

Page 75: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

57

Tabel 4.1 Kode Variabel

Variabel Hasil ukur Kode

Kontaminasi

Coliform

pada

makanan

a. Tidak Memenuhi syarat ≥ 3 MPN/gr

makanan 0

b. Memenuhi syarat < 3 MPN/gr makanan 1

Kondisi

Bakteriologik

Peralatan

a. Tidak memenuhi syarat ≥ 3 MPN/ml 1

b. Memenuhi syarat < 3 MPN/ml 2

Cara

Pencucian

Peralatan

a. Tidak memenuhi syarat (jika dimasukan

ke dalam ember berisi air dan tidak

menggunakan sabun

1

b. Memenuhi syarat (jika dicusi dengan air

mengalir dan sabun) 2

Kondisi

Bakteriologik

Sumber Air

Bersih

a. Tidak memenuhi syarat > 0 MPN/100ml

1

b. Memenuhi syarat = 0 MPN/100ml 2

Praktik

mencuci

tangan

a. Tidak memenuhi syarat (jika tidak

mencuci tangan dengan sabun dan air

mengalir)

1

b. Memenuhi syarat (jika mencuci tangan

dengan sabun dan air mengalir) 2

Praktik

memotong

kuku

a. Tidak memenuhi syarat (jika tidak

memotong kuku dilakukan seminggu satu

kali dan kondisi kuku penjamah dalam

keadaan bersih

1

b. Memenuhi syarat (jika memotong kuku

dilakukan seminggu satu kali dan kondisi

kuku penjamah dalam keadaan bersih )

2

Page 76: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

58

Tabel 4.2 Kode Pondok Pesantren

c. Data Entry

Melakukan pemasukan data dari kuesioner ke dalam software

analisis data di komputer sesuai pengkodean yang telah dibuat.

d. Data Cleaning

Melakukan pengecekan kembali terdapat data yang sudah di entry,

untuk mengetahui apakan ada suatu kesalahan atau tidak.

2. Analisis Data

Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan untuk

mendeksripsikan karakteristik seluruh variabel yang diteliti. Variabel

yang diteliti meliputi kontaminasi Coliform pada makanan, praktik

mencuci tangan, praktik memotong kuku, cara pencucian paralatan,

kontaminasi bakteriologik pada peralatan dan kualitas sumber air bersih.

dimana dalam proses analisis data menggunakan bantuan software

pengolah data.

No Pondok Pesantren Kode

1 BM01 A

2 BS02 B

3 TC03 C

4 KW13 D

5 KPC 11 E

6 BB14 F

7 VA15 G

8 CB 04 H

9 CRM 05 I

10 BNI 06 J

11 MQ 10 K

12 NH 17 L

Page 77: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

59

BAB V

HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di 12 pondok pesantren di Kabupaten Bogor.

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan islami yang mengajarkan

para santrinya tentang ilmu-ilmu agama dan mendidik mereka untuk hidup

mandiri sehingga mereka diwajibkan untuk bermukim di pondok selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sistem pendidikan di pondok pesantren

yang berbeda dengan madrasah lainnya ini membuat pihak pondok harus

menyediakan kebutuhan pokok santrinya seperti penyelenggaraan makanan

harian. Penyelenggaraan makanan di pondok pesantren berbeda-beda

tergantung dengan kemampuan pondok itu sendiri.

Secara administratif, Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten

yang berada di Provinsi Jawa Barat. Luas dari Kabupaten Bogor adalah

298.838,31 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 5.132 jiwa. Kabupaten

Bogor terdiri dari 40 Kecamatan, yaitu Kecamatan Nanggung, Kecamatan

Leuwiliang, Kecamatan Leuwisadeng, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan

Cibungbulang, Kecamatan Ciampea, Kecamatan Tenjojaya, Kecamatan

Dramaga, Kecamatan Ciomas, Kecamatan Taman Sari, Kecamatan Cijeruk,

Kecamatan Cigombong, Kecamatan Caringin, Kecamatan Ciawi, Kecamatan

Cisarua, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan

Babakan Madang, Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Cariu, Kecamatan

Page 78: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

60

Tanjung Sari, Kecamatan Jonggol, Kecamatan Cileungsi, Kecamatan

Klapanunggal, Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Citeureup, Kecamatan

Bojong Gede, Kecamatan Tajurhalang, Kecamatan Kemang, Kecamatan

Rancabungur, Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Gunung

Sindur, Kecamatan Rumpin Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Sukajaya,

Kecamatan Jasinga, Kecamatan Tenjo, Kecamatan Parung Panjang. Batas

Wilayah Kabupaten Bogor antara lain

Utara : Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota

Depok dan Kota Bekasi

Timur : Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten

Purwakarta

Selatan : Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur

Barat : Kabupaten Lebak

Gambar 5.1 Peta Wilayah Jawa Barat

Page 79: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

61

Kabupaten Bogor menduduki peringkat ketiga dari 18 Kabupaten

yang memiliki jumlah pondok pesantren paling banyak di Provinsi Jawa barat

dengan jumlah 660 pondok pesantren.

2. Hasil Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan pada makanan produksi dapur pondok pesantren

yang dilakukan dengan menggunakan data primer. Data primer berupa data

praktik mencuci tangan dengan sabun, praktik memotong kuku, kondisi

bakteriologik peralatan, cara pencucian peralatan, kondisi bakteriologik

sumber air bersih dan kontaminasi bakteri Coliform pada makanan yang

diproduksi dapur pondok pesantren yaitu jenis sayuran berkuah.

Pengamatan dilakukan terhadap 12 pondok pesantren di Kabupaten

Bogor. Penentuan hari pengamatan dilakukan secara random antara senin

sampai dengan jumat dengan jenis sampel makanan yang diambil adalah jenis

sayuran matang yang dimasak pada hari pengamatan. Pengamatan proses

produksi makanan dilakukan mulai dari tahap persiapan, tahap pengolahan

hingga tahap penyajian. Selain itu sampel lain seperti usap alat (sendok dan

piring) dan sampel air juga diambil untuk dilakukan pengujian laboratorium

dengan masukan kedalam cooler box untuk selanjutnya disimpan dalam lemari

pendingin.

Hal ini dikarenakan waktu pengambilan sampel yang dilakukan pada

sore hari membuat tidak memungkinkan untuk langsung membawa sampel ke

laboratorium. Namun, sampel yang diletakan dalam lemari pendingin dan

freezer akan berada dalam kondisi dorman (tetap) sehingga tidak

Page 80: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

62

mempengaruhi kondisi sampel yang sesungguhnya. Kemudian sampel dibawa

ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan kadar bakteri Coliform selama

15 hari kerja. Sedangkan untuk praktik memotong kuku, cara pencucian

peralatan dan praktik mencuci tangan dengan sabun diperoleh menggunakan

lembar wawancara, observasi dan dokumentasi kegiatan.

a. Gambaran Kondisi Bakteriologik Sumber Air Bersih di Pondok

Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018

Hasil pengujian laboratorium terhadap sampel air bersih

dikelompokan berdasarkan kualitas, yaitu memenuhi syarat jika tidak

melewati ambang batas yang ditetapkan dan tidak memenuhi syarat jika

melewati ambang batas yang ditetapkan. Hasil pengujian mengacu pada

Peraturan Menteri Keseharan RI No 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum. yaitu sebesar 0 MPN/ml.

Tabel 5.2 Gambaran Kondisi Bakteriologik Air Bersih di Pondok Pesantren

Kabupaten Bogor Tahun 2018

*Keterangan: Memenuhi syarat 0 MPN/ml

Tidak Memenuhi Syarat > 0 MPN/ml

No Pondok

Pesantren Kondisi bakteriologik air bersih

Status

1 A <3 MPN/ml Tidak Memenuhi

2 B 55 MPN/ml Tidak memenuhi

3 C 7 MPN/ml Tidak Memenuhi

4 D <2 MPN/ml Tidak memenuhi

5 E 2 MPN/ml Tidak Memenuhi

6 F 8 MPN/ml Tidak memenuhi

7 G >1600 MPN/ml Tidak Memenuhi

8 H 39 MPN/ml Tidak memenuhi

9 I >1600 MPN/ml Tidak Memenuhi

10 J 9 MPN/ml Tidak memenuhi

11 K 2 MPN/ml Tidak Memenuhi

12 L <2 MPN/ml Tidak memenuhi

Page 81: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

63

Berdasarkan tabel 5.13 diketahui pondok pesantren yang memiliki

angka Coliform pada air bersih paling tinggi berada di pondok pesantren

G dan I dengan nilai Coliform keduanya >1600 MPN/ml. Sedangkan,

pondok pesantren yang memiliki angka Coliform pada air bersih paling

rendah berada di pondok pesantren D dan L dengan nilai Coliform

keduanya <2 MPN/ml.

b. Gambaran Sanitasi Peralatan di Pondok Pesantren Kabupaten Bogor

Tahun 2018

l. Cara Pencucian Peralatan di Pondok Pesantren Kabupaten

Bogor Tahun 2018

Tabel 5.5 Gambaran Cara Pencucian Peralatan di Pondok Pesantren

Kabupaten Bogor Tahun 2018

*Keterangan:

Memenuhi syarat = menggunakan sabun dan air mengalir

No Pondok

Pesantren

Kondisi Bakteriologik

Piring

status

1 A Menggunakan air mengalir

dan sabun

Memenuhi

2 B Menggunakan air mengalir

dan sabun Memenuhi

3 C Menggunakan air mengalir

dan sabun Memenuhi

4 D Menggunakan air mengalir

dan sabun Memenuhi

5 E Menggunakan air mengalir

dan sabun Memenuhi

6 F Menggunakan air mengalir

dan sabun Memenuhi

7 G Menggunakan air mengalir

dan sabun Memenuhi

8 H Menggunakan air mengalir

dan sabun Memenuhi

9 I Menggunakan air mengalir

dan sabun Memenuhi

10 J Menggunakan air mengalir

dan sabun Tidak memenuhi

11 K Menggunakan air mengalir Memenuhi

12 L Menggunakan air mengalir

dan sabun Memenuhi

Page 82: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

64

Tidak Memenuhi Syarat = tidak menggunakan sabun dan air mengalir

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui pondok pesantren yang memiliki

cara pencucian piring memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri

Kesehatan No 1096 tentang Higiene Sanitasi Jasa boga berada di

pondok pesantren A, B, C, D, E, F, G, H, J, K dan L. Sedangkan

pondok pesantren yang memiliki cara pencucian piring tidak

memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No 1096

tentang Higiene Sanitasi Jasa boga berada di pondok pesantren I.

2. Kondisi Bakteriologik Peralatan (Piring dan Sendok) di Pondok

Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018

Hasil pengujian laboratorium terhadap sampel peralatan berupa

jenis sendok dan piring dikelompokan berdasarkan kualitas, yaitu

memenuhi syarat jika tidak melewati ambang batas yang ditetapkan

dan tidak memenuhi syarat jika melewati ambang batas yang

ditetapkan. Hasil pengujian mengacu pada Peraturan Menteri

Kesehatan No 1096 tentang Higiene Sanitasi Jasa boga yaitu sebesar

<3 MPN/ml

Tabel 5.6 Gambaran Kondisi Bakteriologik Piring di Pondok Pesantren

Kabupaten Bogor Tahun 2018

No Pondok

Pesantren

Kondisi Bakteriologik

Piring status

1 A <3 MPN/ml Memenuhi

2 B <3 MPN/ml Memenuhi

3 C <3 MPN/ml Memenuhi

4 D 3 MPN/ml Tidak Memenuhi

5 E 28 MPN/ml Tidak Memenuhi

6 F 1100 MPN/ml Tidak Memenuhi

7 G 460 MPN/ml Tidak Memenuhi

Page 83: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

65

*Keterangan: Memenuhi syarat < 3 MPN/ml

Tidak Memenuhi Syarat ≥ 3 MPN/ml

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui pondok pesantren yang memiliki

kondisi bakteriologik piring memenuhi syarat sesuai Peraturan

Menteri Kesehatan No 1096 tentang Higiene Sanitasi Jasa boga

berada di pondok pesantren A, B, C, H, K dan L dengan dengan nilai

Coliform seluruhnya <3 MPN/ml. Sedangkan pondok pesantren yang

memiliki kondisi bakteriologik piring tidak memenuhi syarat sesuai

Peraturan Menteri Kesehatan No 1096 tentang Higiene Sanitasi Jasa

boga berada di pondok pesantren D, E, F, G, I dan J dengan nilai

Coliform masing-masing 3 MPN/ml, 28 MPN/ml, 1100 MPN/ml, 460

MPN/ml, 460 MPN/ml dan 3 MPN/ml.

Tabel 5.7 Gambaran Kondisi Bakteriologik Sendok di Pondok Pesantren

Kabupaten Bogor Tahun 2018

8 H <3 MPN/ml Memenuhi

9 I 460 MPN/ml Tidak Memenuhi

10 J 3 MPN/ml Tidak Memenuhi

11 K <3 MPN/ml Memenuhi

12 L <3 MPN/ml Memenuhi

No Pondok

Pesantren

Kondisi Bakteriologik

Sendok status

1 A <3 MPN/ml Memenuhi

2 B <3 MPN/ml Memenuhi

3 C <3 MPN/ml Memenuhi

4 D 240 MPN/ml Tidak Memenuhi

5 E 210 MPN/ml Tidak Memenuhi

6 F <3 MPN/ml Memenuhi

7 G <3 MPN/ml Memenuhi

8 H 3 MPN/ml Tidak Memenuhi

9 I 1100 MPN/ml Tidak Memenuhi

10 J <3 MPN/ml Memenuhi

11 K >2400 MPN/ml Tidak Memenuhi

12 L <3 MPN/ml Memenuhi

Page 84: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

66

*Keterangan: Memenuhi syarat < 3 MPN/ml

Tidak Memenuhi Syarat ≥ 3 MPN/ml

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui pondok pesantren yang memiliki

kondisi bakteriologik sendok memenuhi syarat sesuai Peraturan

Menteri Kesehatan No 1096 tentang Higiene Sanitasi Jasa boga

berada di pondok pesantren A, B, C, F, G, J dan L dengan nilai

Coliform seluruhnya <3 MPN/ml. Sedangkan pondok pesantren yang

memiliki kondisi bakteriologik sendok tidak memenuhi syarat sesuai

Peraturan Menteri Kesehatan No 1096 tentang Higiene Sanitasi Jasa

boga berada di pondok pesantren D, E, H, I dan K dengan nilai

Coliform masing – masing sebesar 240 MPN/ml, 210 MPN/ml, 3

MPN/ml, 1100 MPN/ml, >2400 MPN/ml.

c. Gambaran Higiene Penjamah Makanan di Pondok Pesantren

Kabupaten Bogor Tahun 2018

1. Praktik Mencuci Tangan Penjamah Makanan di Pondok

Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018

Tabel 5.3 Gambaran Praktik Mencuci Tangan Penjamah Makanan di

Pondok Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018

No Pondok

Pesantren

Status

1 A Tidak Memenuhi

2 B Tidak memenuhi

3 C Tidak Memenuhi

4 D Tidak memenuhi

5 E Tidak Memenuhi

6 F Tidak memenuhi

7 G Tidak Memenuhi

8 H Tidak memenuhi

9 I Tidak Memenuhi

10 J Tidak memenuhi

11 K Tidak Memenuhi

12 L Tidak memenuhi

Page 85: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

67

*Keterangan:

Memenuhi syarat = Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

Tidak Memenuhi Syarat = Tidak mencuci tangan dengan sabun dan air

mengalir

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui seluruh penjamah makanan di

pondok pesantren memiliki praktik mencuci tangan yang tidak

memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No 1096

tentang Higiene Sanitasi Jasa boga yaitu dengan menggunakan

sabun dan air mengalir.

2. Praktik Memotong Kuku Penjamah Makanan di Pondok

Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018

Tabel 5.4 Gambaran Praktik memotong kuku Penjamah Makanan di

Pondok Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018

*Keterangan:

Memenuhi syarat = Memotong kuku seminggu sekali dan kuku

berada dalam keadaan bersih

Tidak Memenuhi Syarat = Tidak memotong kuku seminggu sekali dan

kuku berada dalam keadaan bersih

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui penjamah makanan di pondok

pesantren yang melakukan praktik memotong kuku memenuhi

syarat sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No 1096 tentang Higiene

No Pondok Pesantren Status

1 A Tidak memenuhi

2 B Tidak memenuhi

3 C Tidak memenuhi

4 D Tidak memenuhi

5 E Memenuhi

6 F memenuhi

7 G Tidak memenuhi

8 H memenuhi

9 I Tidak memenuhi

10 J memenuhi

11 K Tidak memenuhi

12 L Tidak memenuhi

Page 86: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

68

Sanitasi Jasa boga adalah pondok pesantren E, F, H dan J sedangkan

penjamah makanan di pondok pesantren yang melakukan praktik

memotong kuku tidak memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri

Kesehatan No 1096 tentang Higiene Sanitasi Jasa boga adalah

pondok pesantren A, B, C, D, G, I, K dan L.

d. Gambaran Kontaminasi Bakteri Coliform Pada Makanan di Pondok

Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018

Hasil pengujian laboratorium terhadap sampel sayur berkuah

dikelompokan berdasarkan kualitas, yaitu memenuhi syarat jika tidak

melewati ambang batas yang ditetapkan dan tidak memenuhi syarat jika

melewati ambang batas yang ditetapkan. Hasil pengujian mengacu pada

Peraturan Menteri Kesehatan No 1096 tentang Higiene Sanitasi Jasa boga

yaitu sebesar <3 MPN/gr.

Tabel 5.1 Gambaran Kontaminasi Bakteri Coliform pada Makanan (Sayur

matang) Hasil Produksi Dapur Pondok Pesantren di Kabupaten

Bogor Tahun 2018

No Pondok

Pesantren Sampel Makanan

Coliform

pada

Makanan

Status

Kontaminasi

1 A Tumis Wortel Jamur <3 MPN/gr Memenuhi

syarat

2 B Tumis Capcay <3 MPN/gr Memenuhi

syarat

3 C Tumis Kangkung <3 MPN/gr Memenuhi

syarat

4 D Sayur Asem <3 MPN/gr Memenuhi

syarat

5 E Tumis Kembang Tahu <3 MPN/gr Memenuhi

syarat

6 F Sop Sayur <3 MPN/gr Memenuhi

syarat

7 G Tumis Kacang Panjang 4 MPN/gr

Tidak

Memenuhi

syarat

Page 87: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

69

*Keterangan: Memenuhi syarat <3 MPN/ml

Tidak Memenuhi Syarat ≥ 3 MPN/ml

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui Pondok pesantren yang

memiliki kontaminasi Coliform pada makanan memenuhi syarat

sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No 1096 tentang Higiene

Sanitasi Jasa boga berada di pondok pesantren A, B, C, D, E, F, I

dan J dengan nilai Coliform seluruhnya <3 MPN/ml. Sedangkan

pondok pesantren yang memiliki kontaminasi Coliform pada

makanan tidak memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri Kesehatan

No 1096 tentang Higiene Sanitasi Jasa boga berada di pondok

pesantren G, H, K dan L dengan nilai Coliform masing – masing

sebesar 4 MPN/gr, 9 MPN/gr, 6 MPN/gr, 4 MPN/gr.

8 H Sayur Sop 9 MPN/gr

Tidak

Memenuhi

syarat

9 I Tumis Terong <3 MPN/gr Memenuhi

syarat

10 J Tumis Kacang Panjang <3 MPN/gr Memenuhi

syarat

11 K Sayur Labu Tempe Kuning 6 MPN/gr

Tidak

Memenuhi

syarat

12 L Sayur Labu Siam 4 MPN/gr

Tidak

Memenuhi

syarat

Page 88: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

70

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan memiliki kekurangan, dan untuk penelitian

ini beberapa keterbatasannya yaitu:

1. Peneliti hanya melakukan pengujian untuk mengetahui jumlah total

Coliform pada makanan, air dan peralatan tanpa menspesifikan jenis

bakteri yang berada di dalamnya. Hal ini dikarenakan bakteri yang

termasuk kedalam golongan Coliform merupakan jenis gram negatif

dimana setiap bakteri yang bersifat gram negatif sangat membahayakan

bagi kesehatan. Sehingga pengujian terkait total Coliform sudah cukup

untuk menggambarkan kelayakan kondisi makanan, air dan peralatan

makan yang terdapat di dapur pondok pesantren.

2. Peneliti tidak mengukur suhu / temperatur dalam proses memasak

sehingga tidak mengetahui nilai pasti dari suhu api yang dipergunakan

oleh penjamah makanan untuk memasak. Namun hal ini dapat diatasi

dengan adanya perbedaan memasak pada tiap pondok pesatren. Dimana

terdapat beberapa pondok yang menggunakan tungku dan terdapat juga

pondok yang menggunakan kompor gas dalam memasak yang dapat

membedakan suhu yang mereka pakai dalam memasak makanan. Dimana

suhu yang memasak menggunakan tungku lebih besar dibandingkan

dengan memasak menggunakan kompor gas biasa.

Page 89: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

71

3. Peneliti memilih makanan jenis sayur matang sebagai sampel penelitian

dengan karakteristik yang berbeda-beda ditiap pondoknya. Hal ini

dikarenakan tidak semua pondok memiliki siklus menu dalam kegiatan

penyelenggaraan makanan dan juga setiap dapur pondok pesantren

memproduksi makanan jenis sayur berkuah yang berbeda-beda. Sehingga

peneliti mengeneralkan sampel makanan tersebut kedalam jenis makanan

sayuran matang.

B. Kontaminasi Bakteri Coliform Pada Makanan di Pondok Pesantren

Kabupaten Bogor Tahun 2018

Pondok pesantren bertanggung jawab untuk menyediakan makanan bagi

para santri setiap harinya. Sehingga sudah menjadi suatu kewajiban jika dalam

proses produksi makanannya harus menerapkan cara pengolahan makanan

yang baik atau biasa disebut dengan Good Manufacturing Practice (GMP) agar

dapat menghasilkan makanan yang aman dan layak untuk dikonsumsi.

Menurut Chandra (2012) salah satu kriteria makanan yang layak untuk

dikonsumsi adalah terbebas dari pencemaran dimulai dari tahap produksi

sampai penyajian makanan. Sehingga dalam produksi makanan penentuan

CCP harus dilakukan. CCP merupakan tahap penentuan titik pengendalian

yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menghilangkan potensi bahaya

terhadap produk makanan (FAO, 2009). Tahap penentuan CCP yang benar

dapat menggunakan diagram alur CCP.

Page 90: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

72

Bagan 6.1 Alur Proses Produksi Sayuran Matang

1. CCP pada Proses Produksi Tumis Wortel Jamur di Pondok Pesantren

A Kabupaten Bogor

a) Tahap persiapan bahan makanan.

Tahap persiapan terdiri dari proses pemotongan dan proses

pencucian bahan makanan. Ketika proses pemotongan ditemukan

adanya peluang kontak langsung antara penjamah dengan bahan

makanan saat proses pemotongan wortel dan bumbu masak yang

dilakukan secara manual dengan tangan penjamah makanan. Menurut

CDC (2016) sebanyak 89% makanan yang terkontaminasi disebabkan

oleh kuman yang terdapat pada tangan penjamah makanan. Sehingga

tindak penanganan yang dapat dilakukan untuk membersihkan kuman

yang terdapat di tangan adalah praktik mencuci tangan dengan sabun

dan air mengalir. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 1096

tahun 2011 tentang higiene sanitasi jasa boga, penjamah makanan yang

bertugas mengolah makanan harus selalu menjaga kebersihan diri salah

satunya dengan melakukan praktik mencuci tangan pakai sabun dan air

mengalir.

Input

(Persiapan)

Output

(Penyajian)

Proses

(pengolahan)

Page 91: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

73

Akan tetapi berdasarkan tabel 5.3 diketahui penjamah makanan di

pondok pesantren A tidak melakukan praktik mencuci tangan sebelum

melakukan penanganan makanan. Padahal mencuci tangan dengan

sabun merupakan salah satu intervensi kesehatan dengan biaya paling

efektif untuk dapat mencegah penyakit menular dan transmisi agent

infeksi pada masyarakat (Hirai, 2016).

Selain itu, berdasarkan tabel 5.4 penjamah juga tidak memotong

kuku seminggu sekali, dimana hal ini terlihat dari kondisi kuku

penjamah makanan yang panjang dan kotor saat menangani makanan.

Menurut Kemenkes RI (2011) penjamah makanan sebaiknya

menggunting kuku minimal seminggu sekali untuk menjaga kebersihan

kuku ketika akan kontak dengan makanan. karena jumlah mikroba pada

kuku yang panjang lebih banyak dibandingkan dengan kuku yang

pendek (Lin, 2017). Kondisi kuku yang panjang dan kotor

memungkinkan bakteri Coliform untuk tumbuh dan bersarang disana

Gambar 6.1 Proses persiapan bahan makanan di pondok A

Page 92: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

74

sehingga ketika penjamah makanan kontak dengan makanan akan

membuat terjadinya kontaminasi silang. Tangan dan kuku penjamah

makanan yang berada dalam kondisi kotor sangat berpotensi

menimbulkan terjadinya kontaminasi silang dari tangan penjamah yang

kotor kedalam bahan makanan.

Kemudian, proses pencucian wortel, touge dan bumbu masak

pondok pesantren A menggunakan air keran ketika mencuci bahan

makanan yang akan dipergunakan untuk memproduksi tumis wortel

jamur. Terjadinya kontak antara air dengan bahan makanan ketika

pencucian dapat menjadi media transmisi bakteri ke dalam bahan

makanan tersebut. Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa sumber air

bersih di pondok pesantren A mengandung bakteri Coliform sebanyak

<3 MPN/ml sehingga tidak memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri

Keseharan RI No 492/MENKES/PER/IV/2010 dimana kadar

maksimum total Coliform untuk air bersih adalah 0/100ml sampel air.

Kondisi air yang mengandung bakteri Coliform memiliki potensi besar

terhadap berpindahnya bakteri tersebut kedalam bahan pangan ketika

melakukan proses pencucian.

Terjadinya kontak langsung antara penjamah makanan dengan

bahan makanan ketika proses pemotongan dan kontak langsung antara

air yang terkontaminasi bakteri Coliform dengan bahan makanan ketika

proses pencucian tidak dapat dikatakan sebagai CCP (lampiran 11:A)

Page 93: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

75

karena pada tahap selanjutnya masih terdapat pengolahan bahan

makanan menjadi tumis wortel jamur.

b) Tahap proses pengolahan

Pada tahap ini tidak terdapat CCP (lampiran 11:A), hal ini

dikarenakan pada saat memasak penjamah makanan menggunakan api

kompor dengan suhu maksimal sehingga membuat keberadaan bakteri

Coliform yang mungkin terdapat di dalam bahan makanan akibat proses

pencucian tidak ditemukan lagi setelah proses pengolahan. Bakteri

Coliform dikategorikan sebagai jenis bakteri mesofilik yang hanya

dapat tumbuh pada suhu 35ºC-37ºC (Marhamah, 2014). Menurut

National Restaurant Association Educational Foundation (NRAEF)

(2012) standar suhu untuk memasak sayuran harus mencapai 57ºC

(135ºF). Menurut penelitian Fathonah (2010) mengatakan bahwa sayur

Gambar 6.2 Proses Pengolahan Tumis Wortel Jamur

Page 94: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

76

tumis harus dimasak hingga cukup layu agar dapat menjamin

keamanannya.

c) Tahap penyajian makanan

Pada tahap ini juga tidak terdapat CCP (lampiran 11:A). Hal ini

dikarenakan dari hasil observasi kondisi piring dan sendok yang

digunakan sebagai alat penyajian tumis wortel yang telah dimasak

berada dalam kondisi bersih. Selain itu berdasarkan tabel 5.6 dan 5.7

kondisi piring dan sendok memiliki nilai Coliform sebanyak <3

MPN/ml sehingga dikatakan telah memenuhi syarat sesuai No 1096

Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga dimana kadar

maksimum total Coliform untuk peralatan adalah <3 MPN/ml.

Peralatan di pondok pesantren A berada dalam kondisi baik karena

penjamah makanan menggunakan lap yang bersih ketika

membersihkan peralatan. Dimana dari hasil observasi penjamah

Gambar 6.3 Proses penyajian tumis wortel jamur

Page 95: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

77

makanan mengatakan jika kain lap selalu diganti setiap hari sehingga

meminimalisir peluang keberadaan bakteri Coliform pada peralatan.

Kondisi sanitasi peralatan yang baik saat penyajian makanan akan

mempertahankan kualitas makanan yang dihidangkan. Berdasarkan

tabel 5.1 diketahui bahwa sampel tumis wortel jamur di pondok

pesantren tersebut mengandung bakteri Coliform sebanyak <3 MPN/gr,

sehingga telah memenuhi syarat kontaminasi Coliform pada makanan

sesuai Keputusan Mentreri Kesehatan RI No 1096 Tahun 2011 dimana

makanan memenuhi syarat jika kandungan bakteri Coliform <3

MPN/gr.

Dari proses penentuan CCP produksi tumis wortel jamur di pondok

pesantren A mulai dari tahap persiapan hingga penyajian makanan tidak

ditemukan CCP yang mampu menimbulkan kontaminasi Coliform kedalam

tumis wortel jamur.

2. CCP pada Proses Produksi Tumis Capcay di Pondok Pesantren B

Kabupaten Bogor

a) Tahap persiapan bahan makanan

Pada tahap persiapan, penjamah makanan menggunakan air yang

memiliki kandungan bakteri Coliform yang tinggi untuk mencuci bahan

makanan. Berdasarkan tabel 5.2 diketahui angka Coliform pada sumber

air bersih di pondok pesantren tersebut yaitu 55 MPN/ml sehingga

dikatakan tidak memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri Keseharan

RI No 492/MENKES/PER/IV/2010. Dari hasil observasi keberadaan

Page 96: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

78

bakteri Coliform yang tinggi pada sumber air bersih disebabkan

dekatnya sumber air bersih dengan septic tank. Dimana sumber air

bersih seharusnya memiliki jarak ≥10 meter dengan sumber pencemar

sehingga mencegah perpindahan bakteri patogen kedalam sumber air

(Efendi, 2009). Dalam mencuci sayuran air yang dipakai harus terbebas

dari mikroba patogen karena kondisi bakteriologik air yang buruk

memiliki potensi besar terhadap kontaminasi pada bahan pangan

Terjadinya kontak langsung antara air yang terkontaminasi bakteri

Coliform dengan bahan makanan ketika proses pencucian tidak dapat

dikatakan sebagai CCP (lampiran 11:B) karena pada tahap selanjutnya

masih terdapat pengolahan bahan makanan menjadi tumis capcay

b) Tahap pengolahan

Pada tahap ini tidak terdapat CCP (lampiran 11:B). Hal ini

dikarenakan proses pengolahan sudah terdapat tindakan pengendalian

berupa penggunaan spatulla stainless yang bersih untuk mengaduk

Gambar 6.4 Proses pencucian bahan di pondok B

Page 97: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

79

tumis capcay di dalam wajan. Dimana peralatan yang berbahan dasar

baja tahan panas (Stainless steel) memiliki kelebihan tidak mudah

bereaksi dengan bahan pangan dan mudah untuk dibersihkan sehingga

aman diaplikasikan pada berbagai jenis bahan makanan.

Selain itu, walaupun tidak diketahui temperatur suhu yang

digunakan penjamah dalam memasak tumis capcay, tapi dari hasil

observasi terlihat jika api yang digunakan berada dalam kondisi

maksimal. Menurut National Restaurant Association Educational

Foundation (NRAEF) (2012) standar suhu untuk memasak sayuran

harus mencapai 57ºC (135ºF). Sehingga proses termal yang baik sangat

dibutuhkan dalam kegiatan pengolahan makanan untuk mencegah atau

menghilangkan keberadaan bakteri patogen tersebut dalam makanan

yang akan dikonsumsi (Mailia, 2005).

Gambar 6.5 Proses pengolahan tumis capcay

Page 98: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

80

c) Tahap penyajian

Penjamah makanan di pondok pesantren B menggunakan piring dan

sendok yang bersih sebagai untuk menyajikan tumis capcay sehingga

pada proses ini tidak terdapat CCP (lampiran 11:B) yang menimbulkan

kontaminasi Coliform pada makanan. Berdasarkan tabel 5.6 dan 5.7

kondisi piring dan sendok di pondok pesantren B memiliki nilai

Coliform sebanyak <3 MPN/ml sehingga dikatakan telah memenuhi

syarat sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 1096 Tahun 2011

tentang Higiene Sanitasi Jasaboga.

Kontaminasi yang tidak ditemukan dalam makanan yang telah

disajikan mengindikasikan bahwa higiene di tahap sebelumnya mulai

dari persiapan dan pengolahan sudah mendapatkan penanganan yang

baik (Eryando, 2014). Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sampel

tumis capcay di pondok pesantren tersebut mengandung bakteri

Coliform sebanyak <3 MPN/gr, sehingga telah memenuhi syarat

Gambar 6.6 Proses penyajian tumis capcay

Page 99: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

81

kontaminasi Coliform pada makanan sesuai Keputusan Mentreri

Kesehatan RI No 1096 Tahun 2011

Dari semua proses penentuan CCP produksi tumis capcay di pondok

pesantren B mulai dari tahap persiapan hingga penyajian makanan tidak

terdapat CCP yang mampu menimbulkan kontaminasi Coliform kedalam

tumis capcay.

3. CCP pada Proses Produksi Tumis Kangkung di Pondok Pesantren C

Kabupaten Bogor

a) Tahap persiapan bahan makan

Pada tahap persiapan, proses pemotongan dilakukan secara

manual oleh penjamah makanan sehingga memungkinkan terjadinya

kontak antara telapak tangan penjamah dengan bahan makanan.

Tangan dapat menjadi media perpindahan agent penyakit pada

makanan yang diproduksi sehingga mempengaruhi mutu dari

makanan yang dihasilkan (Rudiyanto, 2016). Oleh karena itu

penjamah makanan yang bertanggung jawab menangani makanan

harus melakukan praktik mencuci tangan untuk menghilangkan

bakteri yang mungkin terdapat pada telapak tangan.

Gambar 6.7 Proses pemotongan kangkung di Pondok C

Page 100: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

82

Akan tetapi berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa penjamah

makanan di pondok pesantren C tidak mencuci tangan dengan sabun

dan air mengalir sebelum melakukan penanganan makanan. Dari hasil

wawancara mereka menganggap jika praktik mencuci tangan cukup

dilakukan ketika mencuci bahan makanan menggunakan air mengalir.

Padahal praktik mencuci tangan menggunakan sabun akan lebih

efektif untuk membunuh bakteri pada tangan dibandingkan dengan

mencuci tangan hanya dengan air saja (Ardi, 2013). Selain itu, dilihat

dari tabel 5.4 kuku tangan penjamah makanan di pondok pesantren C

berada dalam kondisi kotor dan panjang. Kondisi seperti ini sangat

berpotensi menimbulkan terjadinya kontaminasi silang dari tangan

penjamah yang kotor kedalam bahan makanan.

Pada proses pemotongan, selain penjamah makanan kondisi dari

talenan yang dipergunaan untuk memotong kangkung dan bahan

makanan lainnya juga berpotensi menimbulkan bahaya kontaminasi

Coliform pada bahan makanan. Dilihat dari hasil observasi talenan

yang digunakan sebagai alat memotong kangkung berbahan dasar

kayu, dimana peralatan yang berasal dari kayu memiliki kekurangan

mudah lapuk dan mudah menyerap air sehingga mampu menjadi

tempat potensial pertumbuhan bakteri Coliform yang menyukai

lingkungan dengan kadar air yang tinggi (Rauf, 2013).

Pada proses pencucian bahan makanan di pondok pesantren C

ditemukan jika penjamah makanan mencuci kangkung dan bahan

Page 101: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

83

dasar lainnya menggunakan air yang berasal dari keran. Dimana

berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa angka Coliform pada sumber

air bersih di pondok pesantren tersebut yaitu 7 MPN/ml sehingga

dikatakan tidak memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri Keseharan

RI No 492/MENKES/PER/IV/2010. Kondisi air keran yang

mengandung bakteri Coliform dapat mencemari bahan makanan saat

proses pencucian dilakukan.

Terjadinya kontak langsung antara penjamah makanan dengan

bahan makanan ketika proses pemotongan dan kontak langsung antara

air yang terkontaminasi bakteri Coliform dengan bahan makanan

ketika proses pencucian tidak dapat dikatakan sebagai CCP (lampiran

11:C) karena pada tahap selanjutnya masih terdapat pengolahan bahan

makanan menjadi tumis kangkung

b) Tahap pengolahan

Pada tahap ini tidak terdapat CCP (lampiran 11:C). Hal ini

dikarenakan ketika proses pengolahan kangkung penjamah makanan

Gambar 6.8 Proses pencucian kangkung

pondok C

Page 102: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

84

sudah melakukan tindak pengendalian dengan melakukan proses

termal (suhu panas).

c) Tahap penyajian

Pada tahap ini tidak terdapat CCP (lampiran 11:C). Kondisi piring

dan sendok yang digunakan sebagai wadah dan alat penyajian

memiliki nilai bakteriologik yang baik. Berdasarkan tabel 5.3 piring

dan sendok di pondok pesantren C keduanya memiliki nilai Coliform

sebanyak <3 MPN/ml sehingga dikatakan telah memenuhi syarat

sesuai No 1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Dari

hasil observasi diketahui jika penjamah makanan selalu mencuci piring

yang telah dipakai dengan sabun dan air mengalir dan menggunakan

tissu sekali pakai untuk membersihkan peralatan. Penggunaan kain

sekali pakai dapat menurunkan peluang berpindahnya bakteri dari kain

lap kedalam permukaan peralatan (Puspi, 2018).

Gambar 6.9 Proses pengolahan tumis kangkung pondok C

Page 103: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

85

Peralatan yang akan dipakai pada tahap penyajian makanan harus

terjamin kualitasnya untuk menjaga mutu dari makanan yang

dihidangkan. Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sampel tumis

kangkung di pondok pesantren tersebut mengandung bakteri Coliform

sebanyak <3 MPN/gr, sehingga telah memenuhi syarat kontaminasi

Coliform pada makanan sesuai Keputusan Mentreri Kesehatan RI No

1096 Tahun 2011. Kondisi produk tumis kankung yang memenuhi

syarat mengindikasikan jika tahap proses pengolahan sebelumnya

dilakukan dengan baik sehingga mampu memutus mata rantai

perpindahan bakteri Coliform dari proses persiapan.

Dari semua proses penentuan CCP (lampiran 11:C) produksi tumis

kangkung di pondok pesantren C mulai dari tahap persiapan hingga

penyajian tidak terdapat CCP yang mampu menimbulkan kontaminasi

Coliform kedalam tumis kangkung.

4. CCP pada Proses Produksi Sayur Asem di Pondok Pesantren D

Kabupaten Bogor

a) Tahap persiapan bahan makanan

Pada tahap persiapan bahan makanan penjamah makanan di pondok

pesantren D memiliki higiene yang buruk. Berdasarkan tabel 5.3

penjamah makanan di pondok pesantren D tidak melakukan praktik

mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Kondisi kuku

penjamah makanan juga dilihat berdasarkan tabel 5.4 berada dalam

kondisi panjang dan kotor. Dimana kondisi seperti ini akan

Page 104: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

86

memungkinkan perpindahan bakteri dari tangan penjamah makanan

kedalam bahan makanan ketika kontak langsung dengan bahan

makanan saat proses pemotongan.

Selain itu, pada proses pencucian bahan kacang panjang, jagung,

labu siam dan bahan lainnya menggunakan menggunakan air yang

berasal dari keran. Dimana berdasarkan tabel 5.2 diketahui angka

Coliform pada sumber air bersih di pondok pesantren tersebut yaitu <2

MPN/ml sehingga dikatakan tidak memenuhi syarat sesuai Peraturan

Menteri Keseharan RI No 492/MENKES/PER/IV/2010. Dalam

kegiatan sanitasi makanan peran air sangat dibutuhkan, mulai dari

proses penyiapan bahan makanan, pencucian peralatan makan hingga

proses pengolahan makanan (Mustika, 2015). Sehingga kualitasnya

harus selalu dijaga untuk menjamin mutu dari makanan yang

dihasilkan dan aman untuk dikonsumsi.

Kemudian pada proses pembuatan bumbu masak penjamah

makanan menggunakan cobek (ulekan) untuk menghaluskan bawang,

cabe dan bahan lainnya. Penjamah makanan menggunakan ulekan

setelah dicuci tanpa mengeringkannya terlebih dahulu. Sehingga

kondisi cobek yang basah dapat menjadi peluang kontaminasi

Coliform kedalam bumbu masak yang akan digunakan untuk

memproduksi sayur asem.

Page 105: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

87

Terjadinya kontak langsung antara penjamah makanan dengan

bahan makanan ketika proses pemotongan, air yang terkontaminasi

bakteri Coliform dengan bahan makanan ketika proses pencucian dan

bahan makanan dengan peralatan (ulekan) ketika proses pembuatan

bumbu tidak dapat dikatakan sebagai CCP karena pada tahap

selanjutnya masih terdapat pengolahan bahan makanan menjadi sayur

asem.

b) Tahap pengolahan

Pada tahap ini tidak terdapat CCP (lampiran 11:D). Dari hasil

observasi ditemukan jika penjamah makanan menggunakan air keran

yang mengandung bakteri Coliform untuk memasak sayur asem. Akan

tetapi penjamah makanan melakukan tindak pengendalian berupa

merebus air terlebih dahulu hingga mendidih sehingga memutus

peluang keberadaan bakteri Coliform pada air yang digunakan.

Setelah air mendidih kacang panjang, jagung, labu siam dan bahan

Gambar 6.10 proses pengolahan sayur asem

Page 106: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

88

lainnya dimasukan kedalam panci untuk selanjutnya dimasak

bersamaan hingga bahan makanan. Kondisi air yang mendidih akan

memutus rantai perpindahan dari air kedalam sayur asem yang akan

diproduksi. Sayur berkuah harus dimasak hingga benar-benar

mendidih dan sayur di dalamnya sudah cukup empuk yang

menandakan suhu minimal 70ºC telah tercapai (Fathonah, 2010).

.

c) Tahap penyajian

Pada tahap ini tidak terdapat CCP (lampiran 11:D) yang dapat

berasal dari penggunaan alat ketika akan menyajikan makanan. Hal ini

dikarenakan penyajian dilakukan dengan menggunakan panci masak

sehingga walaupun kondisi piring dan sendok yang berada di pondok

pesantren memiliki nilai bakteriologik yang buruk, berdasarkan tabel

5.6 dan 5.7 piring dan sendok di pondok pesantren D memiliki nilai

Coliform masing-masing sebanyak 3 MPN/ml dan 240 MPN/ml

sehingga dikatakan tidak memenuhi syarat sesuai No 1096 Tahun 2011

Gambar 6.11 Proses penyajian sayur asem

Page 107: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

89

tentang Higiene Sanitasi Jasaboga namun tidak mempengaruhi kualitas

dari sayur asem yang disajikan. Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa

sampel sayur asem di pondok pesantren tersebut mengandung bakteri

Coliform sebanyak <3 MPN/gr, sehingga telah memenuhi syarat

kontaminasi Coliform pada makanan sesuai Keputusan Mentreri

Kesehatan RI No 1096 Tahun 2011

Dari semua proses penentuan CCP (lampiran 11:D) produksi sayur

asem di pondok pesantren D mulai dari tahap persiapan hingga penyajian

sayur asem tidak terdapat CCP yang mampu menimbulkan kontaminasi

Coliform kedalam makanan.

5. CCP pada Proses Produksi Tumis Kembang Tahu di Pondok

Pesantren E Kabupaten Bogor

a) Tahap persiapan bahan makanan

Pada tahap persiapan penjamah makanan memiliki perilaku

higiene yang buruk saat melakukan kontak langsung dengan kembang

tahu dan kol yang akan dipotong. Dilihat dari tabel 5.3 penjamah

makanan di pondok pesantren E tidak melakukan praktik mencuci

tangan sebelum melakukan penanganan makanan. Menurut CDC

(2011) penjamah makanan melakukan sekitar 9 kegiatan kerja dalam

satu jam yang seharusnya melibatkan kegiatan mencuci tangan.

Namun, tingkat mencuci tangan yang dimilikinya sangat rendah. Hal

ini menunjukkan bahwa mereka tidak tahu kapan harus mencuci

Page 108: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

90

tangan atau kadang-kadang mereka memilih untuk tidak melakukan

praktik mencuci tangan.

Kurangnya pengetahuan terkait kapan waktu yang diharuskan

untuk mencuci tangan membuat mereka menganggap jika praktik

mencuci tangan telah dilakukan ketika mereka mencuci bahan

makanan yang akan diolah dengan air mengalir atau ketika mereka

mencuci peralatan makan menggunakan sabun di tempat cuci piring.

Kondisi seperti ini sangat berpotensi menimbulkan terjadinya

kontaminasi silang dari tangan penjamah yang kotor kedalam bahan

makanan.

Gambar 6.12 Proses pemotongan kol

Gambar 6.13 Proses pencucian bahan

kembang tahu

Page 109: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

91

Selain itu, proses pencucian juga mampu menimbulkan

kontaminasi Coliform pada bahan makanan. Kondisi bakteriologik air

bersih yang digunakan untuk penanganan makanan di pondok

pesantren E mengandung bakteri Coliform sebanyak 2 MPN/ml

sehingga dikatakan tidak memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri

Keseharan RI No 492/MENKES/PER/IV/2010. Dimana ketika

kembang tahu dan kol kontak dengan air keran saat pencucian akan

memberikan peluang bakteri Coliform untuk menempel pada bahan

makanan yang akan dimasak.

Terjadinya kontak langsung antara penjamah makanan dengan

bahan makanan ketika proses pemotongan dan kontak langsung antara

air yang terkontaminasi bakteri Coliform dengan bahan makanan ketika

proses pencucian tidak dapat dikatakan sebagai CCP (lampiran 11:E)

karena pada tahap selanjutnya masih terdapat pengolahan bahan

makanan menjadi tumis kembang tahu

Gambar 5.14 Proses Pengolahan tumis

kembang tahu

Page 110: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

92

b) Tahap pengolahan

Pada tahap ini tidak terdapat CCP (lampiran 11:E) yang mampu

menimbulkan kontaminasi Coliform pada makanan. Kondisi

pemasakan yang menggunakan pengendalian termal (panas) dapat

menghilangkan keberadaan bakteri Coliform yang sebelumnya

mungkin berada dalam kol dan kembang tahu akibat proses pencucian.

Menurut penelitian Fathonah (2010) mengatakan bahwa sayur tumis

harus dimasak hingga cukup layu agar dapat menjamin keamanannya.

c) Tahap penyajian

Pada tahap ini tidak terdapat CCP (lampiran 11:E). Hal ini dikarenakan

penyajian tumis kembang tahu dilakukan dengan hanya menutup

wajan yang berisi tumis kembang tahu untuk selanjutnya para santri

mengambilnya sendiri. Walaupun berdasarkan tabel 5.5 dan tabel 5.6

kondisi piring dan sendok dikatakan tidak memenuhi syarat. Tapi pada

saat penyajian tumis kembang tahu yang telah dimasak kedua peralatan

Gambar 5.15 Proses penyajian tumis

kembang tahu

Page 111: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

93

tersebut tidak digunakan. Sehingga memutus peluang terjadinya

kontaminasi silang antara peralatan dengan tumis kembang tahu yang

akan disajikan. Dilihat dari tabel 5.1 sampel tumis kembang tahu di

pondok pesantren tersebut mengandung bakteri Coliform sebanyak <3

MPN/gr, sehingga telah memenuhi syarat kontaminasi Coliform pada

makanan sesuai Keputusan Mentreri Kesehatan RI No 1096 Tahun

2011

Dari semua proses penentuan CCP (lampiran 11:E) produksi tumis

kembang tahu di pondok pesantren E mulai dari tahap persiapan hingga

penyajian tumis kembang tahu tidak ditemukan terdapat CCP yang mampu

menimbulkan kontaminasi Coliform kedalam makanan.

6. CCP pada Proses Produksi Sayur Sop di Pondok Pesantren F

Kabupaten Bogor

a) Tahap persiapan

Pada tahap persiapan proses pemotongan, penjamah makanan yang

bertugas memotong bahan makanan memiliki perilaku higiene yang

tidak baik sehingga dapat mempengaruhi kualitas bahan makanan yang

kontak dengannya. Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa penjamah

makanan tidak melakukan praktik mencuci tangan dengan sabun dan

air mengalir.

Page 112: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

94

Dari observasi yang peneliti lakukan penjamah makanan di pondok

pesantren F tidak melakukan praktik mencuci tangan yang memenuhi

syarat karena mereka terlalu fokus terhadap tanggung jawabnya untuk

menyediakan makanan secara tepat waktu sesuai dengan jam makan

para santri yang telah ditentukan dimana ketika seorang penjamah

makanan sedang sibuk dalam melakukan kegiatan pengolahan makanan

akan membuatnya melupakan hal kecil yang sebenarnya penting untuk

dilakukan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Green

(2017) yang mengatakan jika peluang yang dimiliki oleh penjamah

makanan ketika sibuk bekerja hanya 0,45 kali untuk melakukan praktik

cuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Kondisi seperti ini

berpotensi menimbulkan terjadinya kontaminasi silang yang dapat

mencemari bahan makanan

Gambar 5.16 Proses pemotongan bahan

sayur sop pondok F

Page 113: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

95

Sedangkan pada proses pencucian bahan makanan, juga terdapat

CCP (lampiran 11:F) karena penjamah makanan di pondok pesantren F

menggunakan air keran untuk membersihkan wortel, kentang dan

bahan dasar pembuat sayur sop dengan menggunakan air keran.

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui jika angka Coliform pada sumber air

bersih di pondok pesantren tersebut sebanyak 8 MPN/ml sehingga

dikatakan tidak memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri Keseharan

RI No 492/MENKES/PER/IV/2010. Kondisi bakteriologik air yang

buruk memiliki potensi besar terhadap terkontaminasinya bahan

pangan pada saat kegiatan pencucian.

Terjadinya kontak langsung antara penjamah makanan dengan

bahan makanan ketika proses pemotongan dan kontak langsung antara

air yang terkontaminasi bakteri Coliform dengan bahan makanan ketika

proses pencucian tidak dapat dikatakan CCP (lampiran 11:F) karena

pada tahap selanjutnya masih terdapat pengolahan bahan makanan

menjadi sayur sup.

Gambar 5.17 Proses pencucian bahan

sayur sop

Page 114: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

96

b) Tahap pengolahan

Pada tahap ini tidak terdapat CCP (lampiran 11:F). Hal ini

dikarenakan proses pengolahan sayur sop sudah terdapat tindakan

pengendalian berupa proses thermal. Menurut FAO (2017) memasak

sup sayuran harus menjamin suhu memasak mencapai 70ºC. Sehingga

walaupun dalam pengolahan sayur sop membutuhkan air sebagai

bahan dasarnya, tapi penjamah makanan telah melalukan penendalian

termal dengan merebus air terlebih dahulu hingga benar-benar

mendidih. Kemudian memasukan bahan makanan yang akan dimasak

agar tidak merusak kandungan gizi yang terdapat pada sayuran

c) Tahap penyajian

Pada tahap ini tidak terdapat CCP (lampiran 11:F) yaitu penggunaan

alat bantu ketika melakukan penyajian makanan. Hal ini dikarenakan

penyajian dilakukan dengan menggunakan toples besar sehingga

walaupun kondisi piring yang berada di pondok pesantren memiliki

nilai bakteriologik yang buruk berdasarkan tabel 5.6 piring di pondok

Gambar 5.18 Proses pengolahan sayur sop

pondok F

Page 115: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

97

pesantren E memiliki nilai Coliform sebanyak 1100 MPN/ml sehingga

dikatakan tidak memenuhi syarat sesuai No 1096 Tahun 2011 tentang

Higiene Sanitasi Jasaboga. Tapi tidak akan mempengaruhi kualitas

dari makanan yang akan disajikan. Dilihat dari tabel 5.1 sampel sayur

sop di pondok pesantren tersebut mengandung bakteri Coliform

sebanyak <3 MPN/gr, sehingga telah memenuhi syarat kontaminasi

Coliform pada makanan sesuai Keputusan Mentreri Kesehatan RI No

1096 Tahun 2011

Dari semua proses penentuan CCP (lampiran 11:F) produksi sayur sup

di pondok pesantren F mulai dari tahap persiapan hingga penyajian sayur

sup tidak ditemukan terdapat CCP yang mampu menimbulkan kontaminasi

bakteri Coliform pada makanan.

7. CCP pada Proses Produksi Tumis Terong di Pondok Pesantren I

Kabupaten Bogor

a) Tahap persiapan bahan makanan

Berdasarkan hasil observasi pada proses pemotongan bahan

makanan di pondok pesantren I ditemukan kondisi yang

memungkinkan terjadinya kontaminasi Coliform pada bahan

makanan. Hal ini disebabkan oleh perilaku higiene penjamah dan

peralatan yang digunakan untuk pemotongan berdasarkan tabel 5.4

diketahui bahwa penjamah makanan melakukan praktik menggunting

kuku seminggu sekali.

Page 116: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

98

Namun, penggunaan cara tradisional yang masih memakai kayu

bakar untuk memasak membuat tangan penjamah lebih mudah untuk

kotor, berdasarkan tabel 5.3 diketahui penjamah makanan di pondok

pesantren I tidak mencuci tangan sebelum menangani makanan.

kondisi seperti ini akan memicu keberadaan bakteri Coliform pada

bahan makanan yang kontak langsung dengan penjamah makanan saat

proses pemotongan.

Kemudian, pada proses pencucian bahan makanan juga dapat

menjadi titik kendali kritis yang memicu keberadaan bakteri Coliform

karena berdasarkan tabel 5.2 kondisi air di pondok pesantren I

mengandung bakteri Coliform sebesar >1600 MPN/ml. Sehingga

bahan makanan yang dicuci menggunakan air tersebut berpeluang

mengandung bakteri Coliform.

Terjadinya kontak langsung antara penjamah makanan dengan

bahan makanan ketika proses pemotongan dan kontak langsung antara

air yang terkontaminasi bakteri Coliform dengan bahan makanan

Gambar 5.19 Proses persiapan tumis terong

Page 117: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

99

ketika proses pencucian tidak dapat dikatakan sebagai CCP (lampiran

11:I) karena pada tahap selanjutnya masih terdapat pengolahan bahan

makanan menjadi tumis terong

b. Tahap pengolahan

Pada tahap ini tidak terdapat CCP (lampiran 11:I). Hal ini

dikarenakan penjamah makanan telah melakukan tindak pengendalian

berupa proses termal yang baik dengan tungku api maksimal sehingga

mampu menghilangkan keberadaan bakteri Coliform di dalam bahan

pangan akibat proses pencucian. Menurut FAO (2017) memasak sup

sayuran harus menjamin suhu memasak mencapai 70ºC.

c. Tahap penyajian

Pada tahap ini tidak ditemukan terdapatnya CCP (lampiran 11:I)

karena penyajian tumis terong yang sudah dimasak disajikan

menggunakan wajan tanpa dipindahkan terlebih dahulu kedalam

wadah piring. Dari hasil wawancara penjamah makanan mengatakan

Gambar 5.20 Proses pengolahan tumis

terong

Page 118: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

100

bahwa karena jumlah santri yang hanya sedikit menyebabkan ketika

waktu makan para santri sendiri yang akan mengambil tumis terong

dari atas wajan tersebut.

Kondisi seperti ini membuat walaupun berdasarkan tabel 5.6 dan

5.7 kualitas piring dan sendok yang dimiliki pondok pesantren I

mengandung bakteri Coliform sebanyak > 3 MPN/ml, namun dalam

kegiatan penyajian tumis terong tidak digunakan sebagai alat

penyajian makanan maka kualitas dari makanan tersebut akan tetap

terjaga. Berdasarkan tabel 5.1 sampel tumis terong di pondok

pesantren I mengandung bakteri Coliform sebanyak <3 MPN/gr,

sehingga telah memenuhi syarat kontaminasi Coliform pada makanan

sesuai Keputusan Mentreri Kesehatan RI No 1096 Tahun 2011

Dari semua proses penentuan CCP (lampiran 11:I) produksi tumis

terong di pondok pesantren I mulai dari tahap persiapan hingga penyajian

makanan tidak ditemukan terdapat CCP yang mampu menimbulkan

kontaminasi Coliform pada makanan.

8. CCP pada Proses Produksi Tumis Kacang Panjang di Pondok

Pesantren J Kabupaten Bogor

a) Tahap persiapan

Berdasarkan alur CCP (lampiran 11:J) pada proses pemotongan

kacang panjang dan bahan dasar di pondok pesatren J terdapat bahaya

yang mampu menimbulkan kontaminasi Coliform pada bahan

makanan. Bahaya langsung dengan bahan makanan yang akan

Page 119: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

101

dipotong. Dilihat dari tabel 5.3 penjamah makanan di pondok pesantren

J tidak melakukan praktik mencuci tangan sebelum melakukan

penanganan makanan. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa

mereka tidak tahu kapan harus mencuci tangan atau kadang-kadang

mereka memilih untuk tidak melakukan praktik mencuci tangan.

Kondisi kuku penjamah makanan juga dilihat berdasarkan tabel 5.6

berada dalam kondisi panjang dan kotor. Dimana kondisi seperti ini

akan memungkinkan perpindahan bakteri dari tangan penjamah

makanan kedalam bahan makanan ketika kontak langsung dengan

bahan makanan saat proses pemotongan.

Kemudian, pada proses pencucian bahan kacang panjang dan bahan

lainnya menggunakan penjamah makanan menggunakan air yang

berasal dari keran. Dimana berdasarkan tabel 5.2 diketahui angka

Coliform pada sumber air bersih di pondok pesantren tersebut yaitu 9

MPN/ml sehingga dikatakan tidak memenuhi syarat sesuai Peraturan

Menteri Keseharan RI No 492/MENKES/PER/IV/2010. Dalam

kegiatan sanitasi makanan peran air sangat dibutuhkan sehingga

kualitasnya harus selalu dijaga untuk menjamin mutu dari makanan

yang dihasilkan dan aman untuk dikonsumsi.

Terjadinya kontak langsung antara penjamah makanan dengan

bahan makanan ketika proses pemotongan dan kontak langsung antara

air yang terkontaminasi bakteri Coliform dengan bahan makanan

ketika proses pencucian tidak dapat dikatakan sebagai CCP karena

Page 120: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

102

pada tahap selanjutnya masih terdapat pengolahan bahan makanan

menjadi tumis kacang panjang

b) Tahap pengolahan

Pada tahap ini tidak terdapat CCP (lampiran 11:J). Hal ini

dikarenakan penjamah makanan telah melakukan tindak pengendalian

berupa proses termal yang baik dengan tungku api maksimal sehingga

mampu menghilangkan keberadaan bakteri Coliform di dalam bahan

pangan akibat proses pencucian. Menurut penelitian Fathonah (2010)

mengatakan bahwa sayur tumis harus dimasak hingga cukup layu agar

dapat menjamin keamanannya.

c) Tahap Penyajian

Pada tahap ini tidak ditemukan terdapatnya CCP (lampiran 11:J)

karena penyajian tumis kacang panjang yang sudah dimasak disajikan

menggunakan wajan tanpa dipindahkan terlebih dahulu kedalam wadah

piring. Dari hasil wawancara penjamah makanan mengatakan bahwa

Gambar 5. 21 Proses pengolahan tumis

kacang panjang

Page 121: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

103

karena jumlah santri yang hanya sedikit menyebabkan ketika waktu

makan para santri sendiri yang akan mengambil tumis kacang panjang

dari atas wajan tersebut. Kondisi seperti ini membuat walaupun

berdasarkan tabel 5.6 dan 5.7 kualitas piring dan sendok yang dimiliki

pondok pesantren J mengandung bakteri Coliform sebanyak > 3

MPN/ml, namun dalam kegiatan penyajian tumis kacang panjang tidak

digunakan sebagai alat penyajian makanan maka kualitas dari makanan

tersebut akan tetap terjaga. Berdasarkan hasil penelitian sampel tumis

kacang panjang di pondok pesantren J mengandung bakteri Coliform

sebanyak <3 MPN/gr, sehingga telah memenuhi syarat kontaminasi

Coliform pada makanan sesuai Keputusan Mentreri Kesehatan RI No

1096 Tahun 2011

Dari semua proses penentuan CCP (lampiran 11:J) produksi tumis

kacang panjang di pondok pesantren J mulai dari tahap persiapan hingga

tahap penyajian makanan tidak ditemukan terdapat CCP yang mampu

menimbulkan kontaminasi Coliform pada makanan.

9. CCP pada Proses Produksi Tumis Kacang Panjang di Pondok

Pesantren G Kabupaten Bogor

a) Tahap persiapan

Berdasarkan alur CCP (lampiran 11:G) pada proses pemotongan

kangkung dan bahan dasar lainnya terdapat CCP yang mampu

menimbulkan kontaminasi Coliform pada bahan makanan. Peluang

terkontaminasinya bahan makanan oleh bakteri Coliform dapat

Page 122: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

104

disebabkan karena adanya kontak langsung antara tangan penjamah

yang kotor dengan bahan makanan.

Berdasarkan tabel 5.3 penjamah makanan di pondok pesantren G

diketahui hanya mencuci tangan dengan air mengalir dimana kondisi

seperti ini tidak akan mampu membunuh kuman yang terdapat pada

telapak tangan. Karena hanya praktik mencuci tangan dengan sabun

dan air mengalir yang dapat mengurangi kuman di tangan pekerja dan

penyebaran kuman dari tangan ke makanan (CDC, 2017).

Sedangkan berdasarkan tabel 5.4 penjamah makanan juga tidak

melakukan praktik memotong kuku seminggu sekali, hal ini dilihat

dari kondisi kuku penjamah makanan yang masih panjang dan kotor

saat kegiatan produksi tumis kacang panjang. Ujung –ujung kuku

yang panjang dan kotor dapat menjadi tempat bakteri Salmonella dan

E.coli dapat bertahan hidup untuk periode waktu yang berbeda-beda

bahkan setelah melakukan praktik mencuci tangan (Agyei, 2013).

Gambar 5.23 Proses pengolahan tumis

kacang panjang pondok G

Page 123: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

105

Pada proses pencucian kacang panjang dan bahan dasar lainnya

terdapat CCP (lampiran 11:G) yang mampu menimbulkan

kontaminasi Coliform pada bahan makanan. Dari hasil observasi

penjamah makanan melakukan pencucian kacang panjang dengan

selang air yang berada disamping sungai. Selain itu ditemukan jika

sumber air bersih yang dipergunakan untuk penanganan makanan

berasal dari sumur gali yang dekat dengan sungai.

Gambar 5.25 Lokasi sumber air Pondok G

Gambar 5.24 Proses pencucian kacang

panjang pondok G

Page 124: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

106

Sumur yang berdekatan dengan sungai memiliki peluang yang

tinggi untuk tercemar secara bakteriologis. Berdasarkan tabel 5.2

ditemukan jika pondok pesantren G memiliki sumur gali dengan

kandungan Coliform sebesar >1600 MPN/ml. Air sungai yang

mengandung campuran limbah baik domesik ataupun pabrik akan

mampu merembes masuk kedalam sumur yang tidak jauh dari sungai

tersebut dan mempengaruhi kualitasnya.

Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Anggriani

(2014) yang mengatakan bahwa sebanyak 65% sumur gali yang

memiliki jarak dekat dengan sungai telah terkontaminasi bakteri

Coliform. Menurut penelitian Anggriani (2014) jarak yang

diperbolehkan dalam pembuatan sumur adalah 60,7 meter dari sungai.

Keberadaan bakteri Coliform pada air yang digunakan untuk mencuci

kacang panjang akan mendukung transmisinya sehingga mampu

mengkontaminasi bahan makanan.

Gambar 5.26 Proses pengolahan tumis

kacang panjang pondok G

Page 125: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

107

Terjadinya kontak langsung antara penjamah makanan dengan

bahan makanan ketika proses pemotongan dan kontak langsung antara

air yang terkontaminasi bakteri Coliform dengan bahan makanan

ketika proses pencucian tidak dapat dikatakan sebagai CCP (lampiran

11:G) karena pada tahap selanjutnya masih terdapat pengolahan bahan

makanan menjadi tumis kacang panjang.

b) Tahap pengolahan

Pada tahap ini tidak terdapat CCP (lampiran 11:G). Hal ini dikarenakan

penjamah makanan telah melakukan tindak pengendalian berupa

proses termal yang baik dengan tungku api maksimal sehingga mampu

menghilangkan keberadaan bakteri Coliform di dalam bahan pangan

akibat proses pencucian. Menurut penelitian Fathonah (2010)

mengatakan bahwa sayur tumis harus dimasak hingga cukup layu agar

dapat menjamin keamanannya.

Gambar 5.27 Proses penyajian tumis

kacang panjang pondok G

Page 126: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

108

c) Tahap penyajian makanan

Pada tahap ini diketahui terdapat CCP (lampiran 11:G) yaitu

penggunaan alat bantu ketika penyajian tumis kacang panjang.

Penjamah makanan menggunakan wadah piring yang tidak steril

untuk menyajikan makanan. Berdasarkan tabel 5.5 piring di pondok

pesantren G memiliki angka Coliform sebanyak 460 MPN/ml

sehingga dikatakan tidak memenuhi syarat sesuai No 1096 Tahun

2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Hal ini disebabkan karena

penjamah makanan di pondok pesantren G mengganti kain/serbet 2-3

hari sekali dan menggunakan serbet/kain lap kotor untuk

membersihkan peralatan. Dilihat dari hasil observasi, saat kegiatan

penyelenggaraan makanan penjamah makanan menggunakan kain

lap/serbet yang sama untuk membersihkan sudut permukaan

(permukaan peralatan, permukaan meja, dan lainnya) ataupun telapak

tangan. Sehingga kain lap/ serbet yang terkontaminasi jika digosokan

pada permukaan akan mampu mentrasfer organisme patogen ke

permukaan tersebut dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu,

penjamah makanan juga meletakan kain lap secara sembarangan yang

membuat debu, minyak dan kotoran lainnya menempel pada kain lap

yang akan digunakan untuk membersihkan peralatan. Temuan ini

membuktikan jika periode penggantian dan kebersihan serbet/kain

yang digunakan untuk membersihkan peralatan membuat bakteri

Coliform menempel pada peralatan yang kontak dengannya. Menurut

Page 127: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

109

Puspi (2018) kondisi kain lap/serbet yang kotor, bau dan tidak terawat

memudahkan pertumbuhan bakteri yang nantinya mampu

mengkontaminasi peralatan makan.

Adanya bakteri Coliform pada piring yang digunakan sebagai wadah

penyajian kacang panjang mampu menjadi media transmisi bakteri

kedalam makanan sehingga berdasarkan tabel 5.1 sampel tumis kacang

panjang di pondok pesantren tersebut mengandung bakteri Coliform

sebanyak 4 MPN/gr, sehingga tidak memenuhi syarat kontaminasi

Coliform pada makanan sesuai Keputusan Mentreri Kesehatan RI No

1096 Tahun 2011

Dari semua proses penentuan CCP (lampiran 11:G) produksi tumis

kacang panjang di pondok pesantren G mulai dari tahap persiapan hingga

penyajian tumis kacang panjang, ditemukan 1 CCP yang mampu

menimbulkan kontaminasi Coliform kedalam makanan yaitu pada proses

penyajian.

10. CCP pada Proses Produksi Sayur Sop di Pondok Pesantren H

Kabupaten Bogor

a) Tahap persiapan bahan makanan

Tahap persiapan terdiri dari proses pemotongan bahan makanan

dan proses pencucian bahan makanan. Pada proses pemotongan bahan

makanan terdapatnya peluang yang menimbulkan kontaminasi

Coliform pada bahan makanan yaitu berasal dari tangan penjamah

makanan yang tidak menerapkan perilaku higiene yang baik. Dilihat

Page 128: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

110

dari tabel 5.4 kondisi kuku penjamah makanan telah memenuhi syarat

karena terlihat pendek dan bersih. Namun penjamah makanan di

pondok pesantren H tidak melakukan proses pencucian tangan dengan

sabun dan air mengalir saat kontak dengan bahan makanan pada

proses pemotongan sehingga peluang berpindahnya bakteri Coliform

dari tangan penjamah kedalam bahan makanan dapat terjadi.

Sedangkan pada proses pencucian bahan makanan terdapat

potensi kontaminasi Coliform pada bahan makanan yang berasal dari

air yang digunakan untuk proses pencucian. Dalam kegiatan

pengolahannya pondok pesantren H menggunakan sumber air yang

berasal dari sumur gali yang yang berada disamping septic tank.

Sehingga berdasarkan tabel 5.2 nilai Coliform pada sumber air bersih

tersebut yaitu 39 MPN/ml sehingga dikatakan tidak memenuhi syarat

sesuai Peraturan Menteri Keseharan RI No

492/MENKES/PER/IV/2010. Kualitas air yang buruk karena

Gambar 5.28 Persiapan bahan makanan pondok H

Page 129: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

111

mengandung bakteri Coliform mampu membuat bakteri tersebut

menempel pada bahan makanan yang kontak dengannya.

Terjadinya kontak langsung antara penjamah makanan dengan

bahan makanan ketika proses pemotongan dan kontak langsung antara

air yang terkontaminasi bakteri Coliform dengan bahan makanan

ketika proses pencucian tidak dapat dikatakan sebagai CCP (lampiran

11:H) karena pada tahap selanjutnya masih terdapat pengolahan bahan

makanan menjadi sayur sup.

b) Tahap pengolahan

Pada tahap ini tidak terdapat CCP yang mampu menyebabkan

kontaminasi Coliform pada makanan. hal ini dikarenakan walaupun

penjamah makanan menggunakan air yang memiliki kandungan

bakteri Coliform dalam memasak sayur sop, namun penjamah

makanan melalukan perebusan air terlebih dahulu hingga mendidih

untuk kemudian setelahnya dimasukan bahan makanan seperti wortel,

kentang dan bahan dasar lainnya. Perebusan air hingga mendidih dapat

memutus rantai penularan bakteri Coliform dari air kedalam makanan

karena bakteri Coliform termasuk bakteri gram negatif yang rentan

terhadap suhu tinggi. Menurut FAO (2017) memasak sup sayuran

harus menjamin suhu memasak mencapai 70ºC

c) Tahap penyajian

Pada tahap ini terdapat 1 CCP (lampiran 11:H). Titik kendali

kritis tersebut yaitu pada potensi kontaminasi Coliform yang berasal

Page 130: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

112

dari peralatan yang digunakan ketika melakukan penyajian sayur sop.

Dari tabel 5.5 ditemukan bahwa sendok sup di pondok pesantren H

memiliki angka Coliform sebanyak 3 MPN/ml sehingga dikatakan

tidak memenuhi syarat sesuai No 1096 Tahun 2011 tentang Higiene

Sanitasi Jasaboga.

Terdapatnya bakteri Coliform pada peralatan dapat disebabkan

karena kondisi rak penyimpanan peralatan terbuka sehingga

memudahkan serangga atau hewat pengerat menjangkaunya. Hewan

pengerat seperti tikus, kecoa dan lainnya hidup di lingkungan kotor

dan kemungkinan membawa bakteri patogen sangat potensial

sehingga ketika hewan tersebut kontak dengan peralatan melalui

gigitan atau pergesekan tubuhnya dapat menjadi media penyebaran

bakteri patogen pada peralatan (Martelli, 2017). Sehingga adanya

kontak langsung antara sendok dengan sayur sop yang akan disajikan

mampu memicu ternjadinya kontaminasi silang yang mempengaruhi

kualitas sayur sop. Berdasarkan tabel 5.1 sampel sayur sop di pondok

pesantren H mengandung bakteri Coliform sebanyak 9 MPN/gr dan

dikatakan tidak memenuhi syarat kontaminasi Coliform pada

makanan sesuai Keputusan Mentreri Kesehatan RI No 1096 Tahun

2011

Page 131: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

113

Dari semua proses penentuan CCP (lampiran 11:H) sayur sup di

pondok pesantren H mulai dari tahap persiapan hingga penyajiansayur sup,

ditemukan 1 CCP yang mampu menimbulkan kontaminasi Coliform

kedalam makanan yaitu pada proses penyajian.

11. CCP pada Proses Produksi Sayur Labu Tempe Kuning di Pondok

Pesantren K Kabupaten Bogor

a) Tahap persiapan bahan makanan

Pada tahap ini terdapat proses pemotongan bahan makanan dan

proses pencucian bahan makanan. Pada saat proses pemotongan

ditemukan jika perilaku higiene penjamah yang menangani makanan

berada dalam kondisi buruk. Berdasarkan tabel 5.3 penjamah

makanan di pondok pesantren K tidak melakukan proses pencucian

tangan dengan sabun dan air mengalir terlebih dahulu sebelum

melakukan pemotongan bahan makanan. selain itu berdasarkan tabel

5.4 penjamah makanan juga memiliki kondisi kuku yang panjang

dan kotor saat melakukan kegiatan penanganan makanan. Hal ini

Gambar 5.29 penyajian sayur sop pondok H

Page 132: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

114

membuat terjadi kontaminasi silang antara tangan penjamah yang

kotor dengan bahan makanan yang akan dimasak.

Pada proses pencucian bahan makanan, terdapat kondisi yang

berpeluang menimbulkan kontaminasi Coliform pada bahan

makanan karena air yang digunakan untuk mencuci bahan makanan

memiliki kualitas yang buruk. Berdasarkan tabel 5.2 diketahui

bahwa sumber air bersih di pondok pesantren K mengandung bakteri

Coliform sebanyak 2 MPN/ml. dari hasil observasi diketahui

kandungan Coliform yang pada sumber air bersih disebabkan karena

sumur gali berada di samping tempat cuci piring yang merupakan

sumber pencemar utama limbah domestik sehingga mampu

menurukan kualitas bakteriologik sumber air bersih di pondok

pesantren H.

Gambar 5.30 Lokasi sumber air Pondok H

Page 133: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

115

Terjadinya kontak langsung antara penjamah makanan dengan

bahan makanan ketika proses pemotongan dan kontak langsung antara

air yang terkontaminasi bakteri Coliform dengan bahan makanan

ketika proses pencucian tidak dapat dikatakan sebagai CCP (lampiran

11:K) karena pada tahap selanjutnya masih terdapat pengolahan bahan

makanan menjadi sayur labu tempe kuning.

b) Tahap pengolahan

Pada tahap ini tidak terdapat CCP yang berpotensi menimbulkan

kontaminasi Coliform pada makanan. Hal ini dikarenakan walaupun

air yang dipergunakan dalam pengolahan bahan makanan

mengandung bakteri Coliform, tapi penjamah makanan telah

menggunakan proses termal sehingga mampu menghilangkan

keberadaan bakteri Coliform pada air yang dimasak. Nilai

temperatur panas yang digunakan untuk memasak sayur labu tempe

kuning tidak diketahui dengan pasti, akan tetapi penjamah makanan

di pondok pesantren K menggunakan tunggu besar untuk memasak

sehingga sudah dapat dipastika jika temperatur panas sudah cukup

untuk memasak sayur labu tempe kuning hingga matang sempurna.

. Menurut FAO (2017) memasak sup sayuran harus menjamin suhu

memasak mencapai 70ºC

Page 134: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

116

c) Tahap penyajian makanan

Pada tahap ini terdapat 1 CCP (lampiran 11:K). Titik kendali

kritis tersebut yaitu pada potensi kontaminasi Coliform yang berasal

dari alat sendok. Dari tabel 5.5 sendok sup di pondok pesantren K

memiliki nilai Coliform sebanyak >2400 MPN/ml sehingga

dikatakan tidak memenuhi syarat sesuai No 1096 Tahun 2011

tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Dilihat dari hasil observasi

kualitas peralatan yang buruk di pondok pesantren K disebabkan

kondisi rak peralatan yang terbuka dan kondisi kain lap yang kotor.

Gambar 5. 32 Kondisi rak/tempat penyimpanan peralatan

yang terbuka

Gambar 5.31 Pengolahan sayur labu tempe kuning

Page 135: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

117

Tempat penyimpanan peralatan yang terbuat dari kayu dengan

kondisi terbuka akan memudahkan hewan pengerat seperti tikus atau

serangga lainnya mampu mencemari permukaan yang sudah

dibersihkan (Martelli, 2017). Selain itu kain lap yang digunakan

untuk membersihkan peralatan berada dalam keadaan kotor dan

dipakai bukan hanya untuk membersihkan peralatan melainkan

untuk membersihkan sudut-sudut dapur yang kotor. Penggunaan

kain lap untuk membersihkan berbagai permukaan di dapur akan

memudahkan terjadinya kontaminasi silang pada peralatan yang

kontak dengannya.

Peralatan dengan kualitas bakteriologik yang buruk mendukung

terjadinya kontaminasi silang pada makanan yang dalam

penanganannya menggunakan alat tersebut (Susanna, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian sampel sayur labu tempe kuning di

pondok pesantren K mengandung bakteri Coliform sebanyak 6

MPN/gr, sehingga tidak memenuhi syarat kontaminasi Coliform

pada makanan sesuai Keputusan Mentreri Kesehatan RI No 1096

Tahun 2011.

Dari semua proses penentuan CCP (lampiran 11:K) sayur labu tempe

kuning di pondok pesantren H mulai dari tahap persiapan hingga

penyajian sayur labu tempe kuning ditemukan 1 CCP yang mampu

menimbulkan kontaminasi Coliform kedalam makanan yaitu pada proses

penyajian.

Page 136: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

118

12. CCP pada Proses Produksi Sayur Labu Siam di Pondok Pesantren L

Kabupaten Bogor

a) Tahap persiapan bahan makanan

Tahap ini terdiri dari proses pemotongan bahan makanan, proses

pencucian bahan makanan dan proses pembuatan santan. Dari hasil

observasi ditemukan terdapat kondisi yang mampu menimbulkan

kontaminasi Coliform pada bahan makanan. Hal ini dapat terjadi karena

penjamah makanan yang bertugas melakukan pemotongan labu siam

berperilaku higiene yang buruk. Dimana dapat dari tabel 5.3 yang

mengatakan bahwa penjamah makanan di pondok pesantren L tidak

melakukan proses pencucian tangan dengan sabun dan air mengalir

terlebih dahulu dan berdasarkan tabel 5.4 penjamah makanan juga

memiliki kondisi kuku yang panjang dan kotor saat melakukan kegiatan

penanganan makanan. Hal ini membuat bakteri yang berada pada

tangan dan kuku dapat berpindah kedalam makanan melalui proses

pemotongan bahan makanan, sehingga terjadi kontaminasi silang antara

tangan penjamah yang kotor dengan bahan makanan yang akan

dimasak.

Gambar 5.32 proses pemotongan labu siam

Page 137: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

119

Selain itu, pada proses pemotongan penjamah makanan tidak

menggunakan talenan saat akan memotong labu siam. Mereka

menggunakan alat meja kayu untuk proses pemotongan. Dimana

kondisi seperti ini akan membuat bakteri yang terdapat pada meja kayu

menempel pada labu siam

Kemudian, pada proses pencucian bahan makanan pondok pesantren

L menggunakan sumber air yang berdasarkan tabel 5.13 mengandung

nilai Coliform sebanyak <2 MPN/ml sehingga dikatakan tidak

memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri Keseharan RI No

492/MENKES/PER/IV/2010

Selanjutnya pada proses pembuatan santan penjamah makanan

menggunakan air mentah dan melakukan pemerasan santan tanpa

sarung tangan sehingga memberikan peluang yang besar bagi bakteri

Coliform yang terdapat pada air dan telapak tangan yang kotor untuk

mengkontaminasi santan yang akan diolah.

Gambar 6.34 proses pencucian labu siam pondok L

Page 138: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

120

Terjadinya kontak langsung antara penjamah makanan dengan

bahan makanan ketika proses pemotongan dan kontak langsung antara

air yang terkontaminasi bakteri Coliform dengan bahan makanan ketika

proses pencucian tidak dapat dikatakan sebagai CCP karena pada tahap

selanjutnya masih terdapat pengolahan bahan makanan menjadi sayur

labu tempe kuning

b) Tahap pengolahan

Pada tahap ini diketahui terdapat 2 CCP (lampiran 11:L). Dua titik

kendali tersebut yaitu ketika penjamah makanan memasukan santan

kedalam wajan untuk direbus dan proses perebusan labu siam.

Berdasarkan hasil observasi penjamah makanan merebus santan tidak

sampai mendidih dan kemudian langsung memasukan labu siam

beserta bumbu untuk dimasak secara bersamaan. Waktu memasak

yang digunakan hanya 39 menit. Berdasarkan tabel 5.1 sampel sayur

labu siam di pondok pesantren tersebut mengandung bakteri Coliform

sebanyak 9 MPN/gr, sehingga tidak memenuhi syarat kontaminasi

Gambar 6.35 pembuatan santan

Page 139: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

121

Coliform pada makanan sesuai Keputusan Mentreri Kesehatan RI No

1096 Tahun 2011. Hasil ini membuktikan walaupun sayuran sudah

mendapatkan perlakuan termal saat pengolahan namun masih terdapat

bakteri Coliform yang mampu bertahan di dalam sayuran labu siam

yang telah matang.

Menurut penelitian Mailia (2015) terkait ketahanan panas cemaran

Escherichia coli mengatakan jika semakin banyak kandungan bakteri

patogen dalam air dan bahan makanan yang dimasak maka waktu

yang dibutuhkan untuk menginaktivasi bakteri tersebut semakin lama

dan membutuhkan perlakuan suhu tinggi. Sehingga dapat dikatakan

jika kandungan bakteri Coliform dalam bahan makanan dan air yang

digunakan untuk memasak mempunyai angka Coliform tinggi,

sebaiknya penjamah makanan melakukan perebusan air yang akan

digunakan terlebih dahulu hingga mendidih dan menyediakan tempat

penyimpanan air matang untuk mempermudah proses pengolahan

makanan.

Gambar 6.35 pengolahan sayur labu siam

Page 140: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

122

c) Tahap penyajian makanan,

Pada tahap ini diketahui tidak terdapat CCP (lampiran 11:L). Hal

ini dikarenakan peralatan yang dipergunakan sebagai alat bantu

penyajian makanan dalam keadaan bersih. Dari hasil penelitian

sendok sup dan piring di pondok pesantren L keduanya memiliki nilai

Coliform sebanyak <3 MPN/ml sehingga dikatakan telah memenuhi

syarat sesuai No 1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga.

Dari semua proses penentuan CCP (lampiran 11:L) sayur labu

siam di pondok pesantren L mulai dari tahap persiapan hingga

penyajiannya, ditemukan 2 CCP yang mampu menimbulkan

kontaminasi Coliform kedalam makanan yaitu pada proses

pengolahan makanan.

Gambar 6.36 proses penyajian sayur labu siam

Page 141: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

123

C. Faktor yang Berkaitan dengan CCP Produksi Sayuran di Pondok

Pesantren Kabupaten Bogor Tahun 2018

Tabel 6.1 CCP Produksi Sayuran Matang di Pondok Pesantren Kab. Bogor

Berdasarkan tabel 6.1 diketahui bahwa CCP paling banyak terdapat pada

tahap penyajian sayuran matang yang berada di pondok pesantren G, H dan K.

Pada tahap ini sanitasi peralatan yang digunakan untuk penyajian makanan

mempengaruhi terkontaminasinya sayuran matang oleh bakteri Coliform.

Peralatan merupakan salah satu media transmisi bakteri karena termasuk

komponen penting yang sering digunakan dalam kegiatan produksi makanan.

Peralatan dengan kualitas bakteriologik yang buruk mendukung terjadinya

kontaminasi silang pada makanan yang dalam penanganannya menggunakan

alat tersebut (Susanna, 2015). Menurut Penelitian yang dilakukan oleh

Marpaung (2012) menyatakan bahwa peralatan yang terkontaminasi golongan

bakteri Coliform akan menyebabkan makanan yang diletakan diatasnya juga

terkontaminasi. Kontaminasi pada sayuran matang dapat terjadi ketika sayuran

yang telah dimasak bersentuhan dengan peralatan yang diperlakukan dengan

Pondok

Pesantren Jenis Sayuran Matang Persiapan Pengolahan Penyajian

A Tumis Wortel Jamur 0 CCP 0 CCP 0 CCP

B Tumis Capcay 0 CCP 0 CCP 0 CCP

C Tumis Kangkung 0 CCP 0 CCP 0 CCP

D Sayur Asem 0 CCP 0 CCP 0 CCP

E Tumis Kembang Tahu 0 CCP 0 CCP 0 CCP

F Sop Sayur 0 CCP 0 CCP 0 CCP

G Tumis Kacang Panjang 0 CCP 0 CCP 1 CCP

H Sayur Sop 0 CCP 0 CCP 1 CCP

I Tumis Terong 0 CCP 0 CCP 0 CCP

J Tumis Kacang Panjang 0 CCP 0 CCP 0 CCP K Sayur Labu Tempe Kuning 0 CCP 0 CCP 1 CCP

L Sayur Labu Siam 0 CCP 2 CCP 0 CCP

Total 0 2 3

Page 142: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

124

tidak higienis dan sudah terkontaminasi. Sanitasi peralatan yang buruk di

disebabkan oleh kain lap, kondisi rak penyimpanan peralatan dan sumber air

yang digunakan untuk mencuci peralatan (Puspi, 2018).

Peralatan di pondok pesantren G, H dan K memiliki kualitas bakteriologik

yang tidak memenuhi syarat karena peralatan kontak dengan kain lap yang

kotor dan diletakan pada rak/tempat yang dekat dengan sumber pencemar.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Keshav (2015) yang mengatakan

bahwa sebanyak 42% kain lap peralatan yang sering dipakai mengandung

golongan bakteri Coliform. Selain kondisi kain lap, letak rak atau tempat

penyimpanan peralatan yang tidak terlindung dari sumber pencemar juga

berpeluang membuat peralatan terkontaminasi bakteri Coliform (Puspi, 2018).

Oleh karena itu, sebaiknya pondok pesantren G, H dan K melakukan upaya

peliharaan kondisi dapur khususnya tempat penyimpanan peralatan makan dari

sumber pencemar dengan membuat kondisi rak penyimpanan yang tertutup dan

konstruksinya yang tidak mudah lapuk dan berkarat. Selain itu, sebaiknya kain

lap/serbet yang akan dipergunakan dalam kegiatan pengolahan makanan

dibedakan berdasarkan peruntukannya dan pihak pondok pesantren lebih

menyediakan stok kain lap/serbet yang bersih sehingga penjamah makanan

dapat selalu menggantinya setiap sekali pakai dan pergantian kain lap dan

spons juga harus sering diganti untuk mencegah pertumbuhan bakteri Coliform

yang nantinya dapat mengkontaminasi peralatan yang kontak dengannya.

Kebersihan peralatan yang kurang baik memiliki peranan penting untuk

pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri patogen sehingga harus selalu

Page 143: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

125

dijaga kebersihannya (Mustika, 2015). Berdasarkan tabel 5.5 penjamah di

pondok pesantren G, H dan K telah melakukan proses pencucian peralatan

dengan baik yaitu menggunakan sabun dan air mengalir. Namun hasil

penelitian juga mengatakan jika 3 pondok pesantren tersebut memiliki sumber

air bersih yang tidak memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri Keseharan RI

No 492/MENKES/PER/IV/2010 membuat kondisi bakteriologik sendok yang

tidak memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri Keseharan RI No 1096

tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Hal ini membuktikan walaupun penjamah

makanan melakukan proses pencucian yang baik namun kondisi air yang

dipergunakan pada proses pencucian memiliki kandungan bakteri patogen

maka akan membuat bakteri tersebut menempel pada peralatan sehingga

kualitas bakteriologik peralatan makan tidak memenuhi syarat dan mampu

mengkontaminasi makanan yang diletakan diatasnya.

Pernyataan ini didukung oleh penelitian Putri (2015) yang mengatakan jika

air yang terkontaminasi golongan bakteri Coliform tidak layak untuk dipakai

dalam proses pengolahan makanan seperti mencuci bahan makanan, mencuci

peralatan makan dan memasak makanan. Hal ini dikarenakan kekhawatiran

akan terjadinya perpindahan golongan bakteri Coliform dari air ke makanan

sehingga makanan berbahaya untuk dikonsumsi.

Kondisi tercemarnya air bersih menunjukan jika terdapat faktor yang

menyebabkan penurunan kualitasnya seperti jarak sumur dengan sumber

pencemar (sungai, tempat pembuangan sampah, septic tank dan tempat

mencuci piring) dan kondisi permeabilitas dan porositas tanah. Jarak sumber

Page 144: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

126

air bersih dengan sumber pencemar mampu meningkatkan kandungan bakteri

Coliform yang terdapat di dalam air. Hal ini juga sesuai dengan penelitian

Indasah (2016) yang mengatakan semakin dekat letak sumur dengan sumber

pencemar akan meningkatkan peluang sumur tersebut tercemar. Menurut

Efendi (2009) sumber air bersih harus memiliki jarak kurang dari 10 meter

dengan sumber pencemar sehingga mencegah perpindahan bakteri patogen

kedalam sumber air

Lokasi sumur yang berdekatan dengan sungai yang mengandung campuran

limbah baik domesik ataupun pabrik akan mampu merembes masuk kedalam

sumur dan mempengaruhi kualitasnya. Hal ini didukung penelitian yang

dilakukan oleh Anggriani (2014) yang mengatakan bahwa sebanyak 65%

sumur gali yang memiliki jarak dekat dengan sungai telah terkontaminasi

bakteri Coliform. Menurut penelitian Anggriani (2014) jarak yang

diperbolehkan dalam pembuatan sumur adalah 60,7 meter dari sungai. Bahkan

dalam agama islam terdapat hadist yang menerangkan terkait jarak sumber air

dengan sumber pencemar dan kewajiban untuk umat manusia menjaganya.

Berikut hadist terkait hal tersebut:

من حفر بئرا فله اربعون ذراعا عطنا لما شيته )رواه ابن ماجه عن عبد هللا بن مغفل)

Artinya:

Barangsiapa menggali suatu sumur, maka ia (berhak) empat puluh hasta sebagai

kandang ternaknya. (H.R. Ibnu Majah dari Abdullah bin Mugaffal No. 2477)

Hadist diatas mengajarkan kita untuk menjaga kualitas sumber air dengan

menjauhkannya dari hal-hal yang dapat menjadi sumber pencemar. Karena

Page 145: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

127

kondisi air yang tercemar akan merugikan makhluk hidup yang memanfaatkan

air tersebut untuk kelangsungan hidupnya.

Kondisi perpindahan bakteri Coliform dari sumber pencemar kedalam

sumber air dapat dikarenakan kondisi permeabilitas dan porositas tanah

mendukung proses penyebaran bakteri Coliform dari sumber pencemar

kedalam sumber air. Menurut Nurhadini (2016) permeabilitas adalah

kemampuan tanah untuk melewatkan air sedangkan porositas adalah

kemampuan tanah untuk menyimpan air. Sehingga jika lokasi sumber air bersih

berdekatan dengan berbagai sumber pencemaran dan didukung dengan

karakteristik tanah yang memiliki permeabilitas dan porositas tinggi akan

membahayakan kualitas air pada sumber air tersebut. Tanah dengan porositas

tinggi maka akan menghasilkan permeabilitas yang tinggi karena memiliki

ruang pergerakan air yang lebih baik. Dalam penelitian ini porositas dan

permeabilitas tidak dilakukan pengujian namun berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Aulia (2013) mengatakan semakin besar permeabilitas dan

porositas tanah semakin besar juga kemampuan tanah untuk melewatkan air

sehingga membuat bakteri Coliform yang mengikuti aliran air tanah berpindah

ke sumber air.

Jadi lebih baik jika air yang digunakan untuk kegiatan produksi makanan di

pondok pesantren selalu bersih dan memiliki kualitas bakteriologik yang

memenuhi syarat untuk meningkatkan efektifitas proses pencucian dan

menghindari makanan dari kontaminasi bakteri Coliform. Solusi untuk

Page 146: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

128

menghindarkan terjadinya kontaminasi bakteri pada sumber air bersih dapat

dengan meneteskan zat klorin pembunuh bakteri pada sumber air bersih.

Akan tetapi, selain pengaruh sanitasi peralatan penyajian makanan kondisi

higiene penjamah saat melakukan proses penyajian makanan juga menentukan

kualitas dari peralatan yang digunakan. Kontaminasi dapat terjadi ketika secara

tidak sadar tangan penjamah makanan yang kotor memegang peralatan yang

bersih, sehingga penjamah makanan juga menjadi penyumbang kontaminasi di

peralatan (Puspi, 2018). Walaupun dalam menyajikan makanan penjamah telah

menggunakan alat khusus seperti sendok tetapi tangan penjamah yang

terkontaminasi dapat mencemari peralatan yang digunakan untuk menyajikan

makanan sehingga makanan yang akan disajikan juga dapat terkontaminasi

bakteri (Marpaung, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian seluruh pondok pesantren memiliki penjamah

makanan dengan perilaku higiene yang buruk menurut Kepmenkes No 1096

Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Menurut BPOM (2012) tentang

Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga, penjamah

makanan perlu memperhatikan kondisi higiene personal dengan menerapkan

praktik mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir setiap akan kontak

dengan makanan dan melakukan praktik memotong kuku seminggu sekali.

Penerapan higiene yang baik dapat menjamin terjadinya kontak langsung

ataupun tidak langsung antara penjamah makanan dengan makanan tidak akan

menjadi sumber pencemar yang membahayakan kesehatan.

Page 147: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

129

Kemudian, berdasarkan tabel 6.1 juga diketahui pada tahap pengolahan

makanan terdapat CCP yang dapat menimbulkan keberadaan bakteri Coliform

pada makanan yaitu berasal dari pondok pesantren L yang memproduksi sayur

labu siam. Dari hasil penelitian ditemukan pada tahap pengolahan sayur labu

siam penjamah makanan telah menggunakan pengendalian termal yang

bertujuan untuk menghilangkan keberadaan bakteri Coliform. Namun, setelah

tahap pengolahan dilakukan masih ditemukan bakteri Coliform yang tetap

bertahan di dalam sayur labu siam.

Menurut penelitian Mailia (2015) bakteri E.coli masih ditemukan

keberadaannya dalam makanan setelah melewati suhu pemasakan antara 63ºC-

65ºC selama 30 menit. Ketahanan bakteri terhadap panas juga dapat

dipengaruhi oleh komposisi makanan seperti protein dan lemak, jumlah

karbohidrat dan jumlah mikroba dalam bahan dasar makanan. Namun, dalam

penelitian ini peneliti tidak spesifik melakukan pengujian pada bakteri

Coliform yang memiliki beragam spesies seperti E.coli, Salmonella spp,

Klebsiella dan Enterobacter (Marhamah, 2014). Sehingga peneliti tidak

mengetahui secara spesifik termasuk kedalam kelompok manakah bakteri

Coliform yang positif mengkontaminasi sayuran matang di pondok pesantren.

Bagi pondok pesantren L sebaiknya merebus air yang digunakan untuk

kegiatan pengolahan makanan sampai mendidih dan menyimpannya pada

tempat penyimpanan air matang agar mempermudah mereka ketika akan

memasak sayuran menggunakan air matang. Hal ini bertujuan untuk

menghindari terjadinya kontaminasi bakteri Colifom pada sayuran berkuah

Page 148: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

130

yang akan disajikan kepada para santri di pondok pesantren. Karena jika terjadi

kontaminasi makanan akan mempengaruhi status kesehatan santri yang dapat

berdampak pada kehadiran santri dalam sistem pembelajaran di Pondok

Pesantren (Putwaningtyas, 2013).

D. Kontaminasi Makanan dalam Pandangan Agama Islam

Dalam ajaran agama Islam, Allah telah memerintahkan agar manusia

mengonsumsi makanan dan minuman yang sifatnya thayyiban. Allah

berfirman dalam Al-Qur’an Q.S An-Nahl/16:114:

إنكنتمإياهت عبدون ٱلل ت ٱشكروانعم ط ي بااو لال ح ق كمٱلل ز ار ف كلوامم

Terjemahan:

“maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah allah berikan

kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah

kepada-Nya”.

Ayat diatas menjelaskan jika makanan yang dikonsumsi haruslah bersifat

thayyib (baik) yaitu dengan menjaga kebersihannya dari bahan atau

mikroorganisme berbahaya. Karena makanan yang thayyib adalah makanan

yang sehat dan aman dikonsumsi, aman berarti terbebas dari mikroba patogen

dan bahan kimia yang berbahaya. Quraish Shihab dalam tafsirnya

menerangkan jika makanan thayyib yaitu makanan yang baik dan bergizi dari

segi cita rasa, cara penyajian dan kebersihannya (Safitri, 2010).

Pondok pesantren yang menanamkan sisi keislaman dalam pembelajaran

kepada para santri sudah seharusnya menerapkan segala sesuatu yang

Page 149: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

131

tercantum dalam ayat Al-Qur’an di kehidupan sehari-hari. Termasuk ketika

melalukan pengolahan makanan untuk memenuhi kebutuhan santrinya maka

sangat perlu untuk menerapkan GMP yang baik mulai dari aspek higiene

penjamah, sanitasi peralatan makan, kondisi bakteriologik sumber air bersih

hingga kualitas makanan yang di produksinya. Hal ini dilakukan agar

menghindari resiko kontaminasi bakteri Coliform yang dapat berdampak pada

kehadiran santri dalam sistem pembelajaran di Pondok Pesantren

(Putwaningtyas. 2013).

Page 150: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

132

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Kondisi bakteriologik sumber air bersih, seluruh sampel air bersih di

pondok pesantren tidak memenuhi syarat kondisi bakteriologik sumber air

bersih.

2. Sanitasi Peralatan yang diteliti adalah kondisi bakteriologik peralatan

(piring dan sendok) dan cara pencucian peralatan

a. Kondisi bakteriologik peralatan, didapatkan bahwa pondok pesantren

yang memiliki piring di pondok pesantren tidak memenuhi syarat

kualitas bakteriologik peralatan yaitu pondok pesantren B, D, E, F, G,

H, I dan J. Sedangkan pondok pesantren yang memiliki sampel sendok

tidak memenuhi syarat kondisi bakteriologik peralatan yaitu pondok

pesantren D, E, H, I, dan K.

3. Cara pencucian peralatan makan, didapatkan bahwa penjamah makanan di

Pondok Pesantren yang belum melakukan cara pencucian peralatan sesuai

dengan persyaratan yaitu pondok pesantren I.

4. Higiene penjamah makanan yang diteliti adalah praktik mencuci tangan

dan praktik memotong kuku.

Page 151: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

133

a. Praktik mencuci tangan, seluruh penjamah makanan di pondok

pesantren tidak mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum

melakukan pengolahan makanan.

b. Praktik memotong kuku, penjamah makanan di pondok pesantren A, B,

C, D, G, I, K dan L memiliki kuku yang kotor dan panjang saat

melakukan pengolahan makanan

5. Pondok pesantren yang memiliki sayuran matang memenuhi syarat

kontaminasi Coliform yaitu pondok pesantren A, B, C, D, E, F, I dan J.

Sedangkan pondok pesantren yang memiliki sayuran matang tidak

memenuhi syarat kontaminasi Coliform yaitu pondok pesantren G, H, K

dan L.

B. Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan

Diharapkan dapat bekerja sama dengan pihak pondok pesantren dan

puskesmas kecamatan untuk membuat Program Poskestren (Pos Kesehatan

Pesantren) agar menunjang kesehatan dan kebersihan lingkungan pondok

pesantren yang salah satunya menerapkan higiene dan sanitasi makanan.

2. Bagi puskesmas

Diharapkan untuk melakukan penyuluhan melalui media promosi seperti

poster atau video edukasi terkait penyediaan sumber air bersih dan higiene

tenaga masak pondok dalam mengolah makanan.

Page 152: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

134

3. Bagi Pondok Pesantren

a. Bagi pondok pesantren A diharapkan memberikan zat klorin pada

sumber air bersih dan memperhatikan perilaku higiene penjamah

makanan yang bertugas mengolah makanan dengan melakukan pelatihan

dan edukasi terkait cara mencuci tangan dan memotong kuku yang baik.

b. Bagi pondok pesantren B diharapkan memberikan zat klorin pada sumber

air bersih dan memperhatikan perilaku higiene penjamah makanan yang

bertugas mengolah makanan dengan melakukan pelatihan dan edukasi

terkait cara mencuci tangan dan memotong kuku yang baik.

c. Bagi pondok pesantren C diharapkan memberikan zat klorin pada sumber

air bersih dan memperhatikan perilaku higiene penjamah makanan yang

bertugas mengolah makanan dengan melakukan pelatihan dan edukasi

terkait cara mencuci tangan dan memotong kuku yang baik.

d. Bagi pondok pesantren D diharapkan memberikan zat klorin pada

sumber air bersih dan memperhatikan perilaku higiene penjamah

makanan yang bertugas mengolah makanan dengan melakukan pelatihan

dan edukasi terkait cara mencuci tangan dan memotong kuku yang baik.

e. Bagi pondok pesantren E diharapkan memberikan zat klorin pada sumber

air bersih dan memperhatikan perilaku higiene penjamah makanan yang

bertugas mengolah makanan dengan melakukan pelatihan dan edukasi

terkait cara mencuci tangan dan memotong kuku yang baik.

Page 153: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

135

f. Bagi pondok pesantren F diharapkan memberikan zat klorin pada sumber

air bersih dan memperhatikan perilaku higiene penjamah makanan yang

bertugas mengolah makanan dengan melakukan pelatihan dan edukasi

terkait cara mencuci tangan dan memotong kuku yang baik.

g. Bagi pondok pesantren G diharapkan memberikan zat klorin pada

sumber air bersih, memperhatikan perilaku higiene penjamah makanan

yang bertugas mengolah makanan dengan melakukan pelatihan dan

edukasi terkait cara mencuci tangan dan memotong kuku yang baik,

menyediakan tempat penyimpanan peralatan tertutup dan juga menjaga

kebersihan spons dengan menggantinya setiap 2 minggu sekali.

h. Bagi pondok pesantren H diharapkan memberikan zat klorin pada

sumber air bersih, memperhatikan perilaku higiene penjamah makanan

yang bertugas mengolah makanan dengan melakukan pelatihan dan

edukasi terkait cara mencuci tangan dan memotong kuku yang baik,

menyediakan tempat penyimpanan peralatan tertutup dan juga menjaga

kebersihan spons dengan menggantinya setiap 2 minggu sekali.

i. Bagi pondok pesantren I diharapkan memberikan zat klorin pada sumber

air bersih dan memperhatikan perilaku higiene penjamah makanan yang

bertugas mengolah makanan dengan melakukan pelatihan dan edukasi

terkait cara mencuci tangan dan memotong kuku yang baik.

j. Bagi pondok pesantren J diharapkan memberikan zat klorin pada sumber

air bersih dan memperhatikan perilaku higiene penjamah makanan yang

Page 154: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

136

bertugas mengolah makanan dengan melakukan pelatihan dan edukasi

terkait cara mencuci tangan dan memotong kuku yang baik.

k. Bagi pondok pesantren K diharapkan memberikan zat klorin pada

sumber air bersih, memperhatikan perilaku higiene penjamah makanan

yang bertugas mengolah makanan dengan melakukan pelatihan dan

edukasi terkait cara mencuci tangan dan memotong kuku yang baik,

menyediakan tempat penyimpanan peralatan tertutup dan juga menjaga

kebersihan spons dengan menggantinya setiap 2 minggu sekali.

l. Bagi pondok pesantren L diharapkan memberikan zat klorin pada sumber

air bersih, memperhatikan perilaku higiene penjamah makanan yang

bertugas mengolah makanan dengan melakukan pelatihan dan edukasi

terkait cara mencuci tangan dan memotong kuku yang baik, menyediakan

tempat penyimpanan peralatan tertutup serta menggunakan air matang

dalam kegiatan pengolahan makanan dengan menyediakan tempat

penampungan air sementara didalam dapur.

4. Bagi peneliti selanjutnya

a. Diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan melakukan

pengukuran suhu memasak makanan, usap tangan penjamah makanan

dan menggunakan agent kontaminasi makanan yang lebih spesifik untuk

dilakukan pemeriksaan.

b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meningkatkan metode analisis

data menjadi bivariat untuk menganalisis hubungan diantara variabel

yang diteliti.

Page 155: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

137

DAFTAR PUSTAKA

Aan. 2017. Keterkaitan Antara Sanitasi Pondok Pesantren Dengan Kejadian

Penyakit Yang Dialami Santri Di Pondok Pesantren Sunsn Drajat. Skripsi.

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas

Nadhatul Ulama Surabaya.

Agyei, 2013. Hygienic Practices Among Food Vendors In Educational Institutions

In Ghana : The Case Of Konongo

Amaliyah, 2017. Penyehatan makanan dan minuman. Yogyakarta. Deepublish

Anggriani. 2014. Pengaruh Jarak Antara Sumur Dengan Sungai Terhadap Kualitas

Air Sumur Gali Di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango Kabupaten

Gorontalo. Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan

Lingkungan Universitas Negeri Gorontalo.

Ardi. 2013. Efektivitas mencuci tangan menggunakan cairan pembersih tangan

antiseptic terhadap jumlah angka kuman. Fakultas kesehatan masyarakat

universitas ahmad dahlan Yogyakarta. Vol 7 no 2 pp 55-112.

Ari, 2014. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan. Jurusan Ilmu dan Teknologi

Pangan Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Udayana.

Arisman. 2009. Buku ajar ilmu gizi keracunan makanan. Jakarta. EGC

Aulia. Riefka, 2013. Analisis Pengetahuan Dan Perilaku Masyarakat Terhadap

Kualitas Fisik (Kekeruhan, Bau, Rasa) Dan Bakteriologis (Coliform) Air

Sumur Gali. Kesehatan Lingkungan Dan Kesehatan Keselamatan Kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember (UNEJ). Artikel ilmiah

hasil penelitian mahasiswa

Auliya, 2015. Identifikasi Bakteri Escherichia coli Serta Salmonella sp Yang

Diisolasi Dari Soto Ayam. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Australian Institute of Food Safety, 2016 What is Food Contamination. Diakses di

https://www.foodsafety.com.au/resources/articles/what-is-food-

contamination pada tanggal 1 Februari 2018

Page 156: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

138

Astini, 2015. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Penjamah Makanan Dalam

Penerapan Cara Pengolahan Pangan Yang Baik Pada Industri Rumah

Tangga Pangan Di Kabupaten Karangasem. Public Health And Preventive

Achieve, Volume 3 Nomor 2 Page 194-202

Azari. 2013. Studi komparatif pencucian alat makan dengan perendaman dan air

mengalir terhadap jumlah kuman pada alat makan di warung makan bu am

gonilan. Skripsi.UMS. Solo.

Bartz, 2013. Evaluation Of Two Recommended Disinfection Methode For Cleasing

Cloths Used In Food Service Of Southern Brazil. Brazilian Journal Of

Microbiology 44,3 Pp765-770

BMKG, 2018. Buletin Informasi Ilkim Provinsi Jawa Barat : Analisis Hujan Bulan

Maret 2018, Prakiraan Hujan Bulan Mei, Juni, Dan Juli 2018. Stasiun

Klimatologi Bogor. Tahun XVII/Nomor 4: Edisi April 2018

BMKG, 2017. Analisis Hujan Bulan Juni 2017, Prakiraan Hujan Bulan Agustus,

September, Dan Oktober 2017. Stasiun Klimatologi Bogor. Tahun 2017

BPOM RI. 2016. http://ik.pom.go.id/v2016/ diakses pada tanggal 26 september

2017

Buckle. dkk. Penerjemah Hadi. Purnomi. 2013. Ilmu Pangan. Jakarta. UI-Press

Budiman, Chandra. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan Dan Komunitas. Buku

Kedokteran ECG. Jakarta

Brown, dkk (2013). Coliform Contamination Of Vegetables Obtained Form

Popular Restaurans In Guadalajara, Mexico And Houston, Texas. Briefit

Report. http://cid.oxfordjournals.org/

Candra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta.

CDC, 2016. Food Worker Handwashing and Food Preparation.

https://www.cdc.gov/nceh/ehs/ehsnet/plain_language/food-worker-

handwashing-food-preparation.htm

CDC, 2018. Food Safety Tips. https://www.cdc.gov/foodsafety/keep-food-

safe.html

Page 157: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

139

Dianafitry. 2016. Hygiene Sanitasi Dapur Dan Penjamah Makanan Pada Hotel Di

Kota Parepare Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal kepariwisataan. Volume 10

no 01. Februari 2016. Halaman 14-29

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Bogor

Tahun 2015

Efendi, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Salemba Medika, Jakarta.

Ermala.dkk, 2015. Praktikum Mikrobiologi : Pengaruh Frekuensi Pemakaian Spons

Cuci Terhadap Kelimpahan Bakteri Pathogen. Jurusan Pendidikan

Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Negeri Yogyakarta.

http://www.academia.edu/19757675/PENGARUH_FREKUENSI_PEM

AKAIAN_SPONS_CUCI_TERHADAP_KELIMPAHAN_BAKTERI_P

ATOGEN

Fathonah, 2010. Penerapan Sistem HACCP Pada Warung Tegal Dan Pembuatan

Modul Pelatihannya Sebagai Salah Satu Bentuk CSR Pt Bintang Toedjoe

Jakarta. Fakultas Teknologi Pertanian IPB

FAO, 2011 Preventing E.coli in Food. Diakses di

http://www.fao.org/fileadmin/user_upload/agns/pdf/FAO_E.Coli_FCC_20

11.06.231.pdf pada tanggal 20 Januari 2018

FAO. 2017. Food Handlers Manual Instruction. Washington DC

Farah, 2015. Hubungan Higiene Sanitasi Dengan Kualitas Bakteriologis Pada Alat

Makan Pedagang Di Wilayah Sekitar Kampus UNDIP Tembalang. Volume

3, Nomor 3, April 2015 (ISSN:235633-46)

Food Safety Autority of Ireland. 2013. Temperature Control.

https://www.fsai.ie/faqs/temperature_control.html#cooking

Global Handwahing Partnership, 2018. Global Handwahing Guide 2018.

Green.dkk, 2017. Factor releated to food worker hand hygiene practice. Journal of

food protection. Oct;70(3) :661-6

Haastuti, 2008 Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang. Universitas Negeri

Malang

Page 158: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

140

Hamid, Abdulloh. 2017. Pendidikan karakter berbasis pesantren

Hassan. Karim, 2017. The domestic student kitchen : a microbiological hazard?.

Journal of pure and applied microbiology.

http://www.microbiologyjournal.org/the-domestic-student-kitchen-a-

microbiological-hazard/

Hashim, 2017. Isolation And Identification Of Bacteria From Under Fingernail.

International Journal Of Curret Microbiology And Applied Sciences.

Volume 6. Number 8 Pp 3584-3590

Hirai, 2016. Exploring Determinat Of Handwashing With Soap In Indonesia : A

Quantitatve Analysis. International Journal Of Environtmental Research

And Public Health. Page 1-15

Indasah. 2016. Dampak Pencemaran terhadap kualitas bakteriologi air sumur gali

daerah pantai dan muara di paciran kabupatn lamongan.

https://publikasi.stikesstrada.ac.id/wpcontent/uploads/2016/09/bakteriologi

s-indasah.pdf.

Indrati, 2013. Pendidikan Konsumsi Pangan. Kencana Predana Media Group.

Jakarta.

https://books.google.co.id/books?id=T9xDDwAAQBAJ&pg=PA241&dq=

perbedaan+intoksikasi+dan+infeksi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiZ7u2

Ki-vcAhXUfn0KHR2KBq8Q6AEIKDAA#v=onepage&q&f=false

Jafar, 2012. Aspek Keamanan Pangan Pada Penjamah Makanan Di

Penyelenggaraan Makanan Institusi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2694/B38%20M

AKALAH_KEAMANAN%20PANGAN_IBU%EDA.docx?sequence=I

Janet, 2013. Direct and cross contamination.

https://prezi.com/wz92zzi4bvf6/direct-and-cross-contamination/

Julian, 2016 Environmental transmission of diarrheal pathogens in low and

middle income countries. Royal Society of Chemistry

Page 159: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

141

Kassa, 2017. Factors Associate With Sanitary Conditions Of Food And Drinking

Establishments In Addis Ababa, Ethiophia:Cross –Sectional Study. Pan

African Medical Journal.

Katrin. 2016. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kualitas fisik air sumur di

perkotaan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Pedoman Keamanan Pangan di

Sekolah Dasar. Jakarta: Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Kementrerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Infodatin Perilaku Mencuci

Tangan Pakai Sabun di Indonesia. Jakarta. Pusat data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Profil Kesehatan Republik

Indonesia Tahun 2015

Kementrian Kesehatan RI, 2013. Pedoman Penyelenggaraan Dan Pembinaan Pos

Kesehatan Pesantren (Posekstren).

Kepriana, Venti. 2016. Hubungan Antara Higiene Dan Sanitasi Dengan Jumlah

Angka Kuman Pada Sambal Di Warung Tenda Kota Pontianan Tahun 2016.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhamadiyah Pontianak

Keshav, 2015. E.coli From Dishcloths As An Indicator Of Hygienic Status In

Households, Journal Of Water , Sanitation And Hygiene For Development.

Page 351-358.

Khan, 2012. Bacteriological Study Of Food In The Pakistan’s Periurban Areas Of

Rawalpindi And Islamabad. Africal Journal Of Biotechnology Vol 11(39)

Pp 9945-9451

Laelasari, 2015. Islam dan Keamanan Pangan. Tangerang Selatan :UIN Press.

Marpaung, 2012. Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Eschericia Coli

Dalam Pengolahan Makanan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pusat H

Adam Malik Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatra Utama Departemen Kesehatan Lingkungan.

Page 160: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

142

Maria.dkk, 2014. Pengaruh Kondisi Lingkungan Terhadap Kualitas Air Tanah

Bebas Di Pangalengan Kabupaten Bandung. Pusat Penelitian Geoteknologi

LIPI

Marhamah, 2014. Kualitas Mikrobiologi Minuman Jajanan (Es Sirup) Pada Kantin

SD Negeri Di Wilayah Kota Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan Volume 3

No 1 Maret

Martelli, 2017. Evaluation Of An Enhance Cleaning And Desinfection Protocol In

Salmonella Contamination Pig Holdings In United Kingdom. Plos One.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5464571/

Mellawati, Ruth. 2009. Escherichia coli dalam kehidupan manusia. Biotrends. Vol

4 no 1

Microbial Ecology Of Food Commodities. 2005. Plenum Publisher.

Mulyani, 2014. Pengetahuan, sikap dan perilaku Higiene penjamah makanan.

Jurnal Keperawatan, Volume X No 1 April.Page 6-12.

Murti, 2011, Validitas dan Reabilitas Pengukuran. Bagian ilmu Kesehatan

Masyarakat. Fakultas Kedokteran Universitas sebelas maret.

Mustika. 2015. Penerapan Higiene dan Sanitasi Di instalasi Gizi Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil Padang. Jurusan Kesejahteraan

keluarga. Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.

Nashiroh. 2017. Gambaran Karakteristik Sumur Warga Di Wilayah Puskesmas

Kedungmundu Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 5

Nomor 2 April 2017.

National Sanitation Foundation International, 2011. Germiest Item In The Home.

http://www.nsf.org/consumer-resources/studies-surveys-

infographics/germ-studies/germiest-items-home

Nurraini, Yuli. 2011. Kualitas Air Tanah Dangkal Di Sekitar Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) Cipayung Kota Depok. Depok : Universitas Indonesia.

Nurhadini. 2016. Studi Deksriptif Sumur Gali Ditinjau Dari Kondisi Fisik

Lingkungan Dan Praktik Masyarakat Di Kabupaten Boyolali. Jurusan Ilmu

Page 161: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

143

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang. Skripsi.

Nugroho, 2014. Peran Tanah sebagai reservoir penyakit. Vektora volume 6 nomor

1 juni 2014: 27-32

Peraturan Menteri Kesehatan Republic Indonesia Nomor

1096/Menkes/Per/Vi/2011 Tentang Higiene Sanitasi

Jasaboga. http://jdih.pom.go.id/showpdf.php?u=%2FeEhdLEZt4PPcLAIa

af%2BQtIfapCyf3NuoAc%2BvZapIG4%3D. diakses pada tanggal 23

september 2017

Putri, Rizki dkk. 2015. Hubungan Higiene Dan Sanitasi Makanan Dengan

Kontaminasi Bakteri Escherichia Coli Dalam Makanan Di Warung Makan

Sekitar Terminal Borobudur, Magelang. FKM UNDIP. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Vol 3, Nomor 1 diakses di http://ejournal-

s1.undip.ac.id/index.php/jkm pada tanggal 10 Januari 2018

Purwaningtiyas. 2013. Gambaran Penyelenggaraan Makan Di Pondok Pesantren

Al-Qodiri Kabupaten Jember. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Diakses di

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/1809/Sulistiyo%2

0Purwaningtiyas%20-%20072110101004.pdf?sequence=1 pada tanggal 24

september 2017

Puspitasari, 2013. Praktik Higine Penjamah Dan Sanitasi Peralatan Makanan

Jajanan Anak Sekolah Dasar Pada Sd Di Kel. Antang Kecamatan

Manggala Kota Makasar. Bagian Kesehatan Lingkungan FKM Unhas.

Jurnal MKMI, hal 103-108 diakses di

journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/download/448/997 pada

tanggal 1 Januari 2018

Puspi. 2018. Sanitasi Peralatan Dengan Indicator Total Mikroba Dan Escherichia

Coli Pada Warung Makan Sekitar Kampus 1 Unimus. Skripsi. Program

Studi Teknologi Pangan Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan

Universitas Muhamadiyah Semarang

Page 162: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

144

Radji, M, 2008. Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Di Beberapa Depo

Air Minum Isi Ulang Di Daerah Lenteng Agung Dan Srenseng Sawah

Jakarta Selatan. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.V No.2, Agustus 2018,

101-109

Rauf. 2013. Sanitasi Pangan dan HACCP. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Rizky, Librilliana. 2014. Hubungan Antara personal Hygiene dan sanitasi makanan

dengan kandungan E.coli pada sambal yang disediakan kantin universitas

negeri semarang tahun 2012. Unnes journal of public health.

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph

Rukmi, dkk. 2018. Praktik Higiene Personal Dan Keberadaan Bakteri Escherichia

Coli Pada Tangan Penjual Petis (Studi Di Pasar Anom Kecamatan Sumenep

Kabupaten Sumenep). e-journal Pustaka Kesehatan, Vol 6 (No. 1) Januari

2018

Saryono. 2016. Konsep Fitrah dalam Perspektif Islam. Medina-te Jurnal studi

Islam. Volume 14 Nomor 2 Desembar 2016.

Samsiyani, 2018. Panduan sanitasi penyajian makanan. https://edoc.site/panduan-

sanitasi-penyajian-makanan-pdf-free.html

SNI 2897. 2008 tentang metode pengujian cemaran mikroba dalam daging telur dan

susu serta hasil olahannya.

http://www.academia.edu/24184332/SNI_2897_2008

SNI 7388-2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Pangan diakses di

http://www.academia.edu/24184332/SNI_2897_2008 pada tanggal 13

Januari 2018

Sub Direktorat Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan Direktorat Penyehatan

Lingkungan Direktorat PP & PL Kementrian Kesehatan RI, 2010. Modul

Kursus Hygiene Dan Sanitasi Makanan Dan Minuman

Suharto. 2011. Dari Pesantren Untuk Umat. Surabaya. Imtiyas

Susanna, 2015. Correlation between eating utensils and place of sales in the

contamination of Escherichia coli in food sold at campus food stalls. Vol

19 No 1

Page 163: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

145

Suriawiria. 2008. Mikrobiologi air dan dasar –dasar pengelolaan buangan secara

biologis. Cetakan ke 4. Alumni. Bandung.

Sutapa, 2014. Kualitas Mikrobiologis Air Sungai dan Pipa Distribusi di Kabupaten

Aceh Besar dan Kota Banda Aceh. LIMNOTEK 2014 21 (2) : 135-144.

Swarjana, I Ketut. 2016. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.

Tache, 2014. Hygiene in the home kitchen :change in behavior and impact of key

microbiological hazard control measures. Food control 35 (2014) pages

392-400

Vitria. Dkk, 2013. Hubungan Higiene Sanitasi Dan Cara Pengolahan Mie Ayam

Dengan Angka Kuman Di Kota Padang, September Vol 7 No 2

Widhya, 2014. Hubungan Faktor Predisposisi, Pemungkin Dan Penguat Dengan

Praktek Cuci Tangan Serta Keberadaan Mikroorganisme Pada Penjamah

Makanan Di Pantai Kedongan. Jurnal Skala Husada Volume 11 Nomor 1

Page 67-73.

Widyaningsih. 2016. Analisis total bakteri Coliform di perairan muara kali wiso

jepara. Dipenogoro journal of maquares.

WHO, 2006. Penyakit Bawaan Makanan: Fokus Pendidikan Kesehatan

(Foodborne Disease: A Focus For Health Education). Jakarta. EGC

WHO, 2013. Media Center: Diarrheal Disease. Diakses di

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/ pada tanggal 28

November 2017

WHO, 2016. UNSAFE FOOD CAUSE OVER 200 illness

https://www.paho.org/hq/index.php?option=com_content&view=article&i

d=10639%3A2015-los-alimentos-insalubres-causan-mas-de-200-

enfermedades&catid=740%3Apress-releases&Itemid=1926&lang=en

WHO, 2016. Good manufacturing practice for biological products. Replacement of

annex 1 of WHO Technical Report Series, No 822.

http://www.who.int/biologicals/areas/vaccines/Annex_2_WHO_Good_ma

nufacturing_practices_for_biological_products.pdf?ua=1

Page 164: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

146

Yualiastuti, D. 2011. 30 Penyakit ini akibat krisis air bersih. tempo.

http://www.tempo.co/read/news/2011/09/07/060354927/30-penyakit-ini-

akibat-krisis-air-bersih . tanggal akses 3 maret 2018

Yudhabuntara, 2003. Pengendalian Mikroorganisme Dalam Bahan Makanan Asal

Hewan. Staf Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran

Hewan UGM Yogyakarta

Page 165: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

147

LAMPIRAN

Page 166: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

148

LAMPIRAN 1

LEMBAR KUISIONER PENELITIAN

GAMBARAN HIGIENE SANITASI MAKANAN SERTA

KONTAMINASI BAKTERI COLIFORM PADA MAKANAN DI

PONDOK PESANTREN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2018

Kode Pondok Pesantren :

Alamat :

Nomor Responden :

Hari/tanggal :

No Pertanyaan Jawaban Kode

A1 Apakah anda mencuci tangan dengan

sabun sebelum melakukan penanganan

makanan

0. Tidak

1. Ya

A2 Apakah anda mencuci tangan dengan air

mengalir?

0. Tidak

1. Ya

A3 Apakah anda memotong kuku seminggu

sekali

0. Tidak

1. Ya

A4

Apakah anda mencuci peralatan makanan

yang sudah dipakai dengan sabun dan air

bersih?

0. Tidak

1. Ya

A5 Bagaimana cara pencucian peralatan yang

digunakan untuk mengolah makanan?

0. Dimasukan ke dalam

ember yang berisi air

1. Dicuci dengan air

mengalir

A6 Apakah Peralatan dikeringkan dengan alat

pengering/Lap yang bersih

0. Tidak

1. Ya

Page 167: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

149

A7 Dari mana sumber air yang digunakan

dalam pengolahan makanan

0. Sumur gali

1. Sumur Pompa tangan

2. PDAM

3. Sumur Bor

4. Lainnya……..

A8 Apakah terdapat tempat penyimpanan air

bersih untuk mengolah makanan?

0. Tidak

1. Ya

A9 Digunakan untuk apa saja air bersih yang

ada?

0. Memasak

1. MCK

2. Memasak dan MCK

3. Lainnya……

A10 Apakah spons / alat yang digunakan untuk

mencuci peralatan sering diganti?

0. Tidak

1. Ya

A11 Berapa kali spons/alat yang digunakan

untuk mencuci peralatan diganti ?

0. < 2 minggu sekali

1. 2 minggu sekali

A12 Berapa kali lap yang digunakan

mengeringkan peralatan diganti ?

0. 2-3 hari sekali

1. Setiap hari

2. Setiap 1 waktu

pakai

Page 168: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

150

LAMPIRAN 2

LEMBAR OBSERVASI SANITASI PERALATAN PENELITIAN

GAMBARAN HIGIENE SANITASI MAKANAN SERTA

KONTAMINASI BAKTERI COLIFORM DI PONDOK PESANTREN

KABUPATEN BOGOR TAHUN 2018

Kode Pondok Pesantren :

Alamat :

Hari/tanggal :

No Objek Pengamatan Keterangan

Ya Tidak

B. Higiene Sanitasi Peralatan

B.1 Pencucian peralatan menggunakan sabun dan air

mengalir

B.2 Spons / alat yang digunakan untuk mencuci peralatan

dalam keadaan bersih

B.3 Peralatan dalam keadaan kering dan tidak ada

kotorannya saat digunakan

B.4 Letak tempat pencucian peralatan tidak dekat dengan

sumber kontaminan

B.5 Peralatan yang telah dicuci disimpan dalam tempat yang

terlindung dari sumber kontaminan (terhindar dari

serangga, tikus dan hewan lainnya)

B.6 Peralatan dikeringkan dengan alat pengering/Lap yang

bersih

B.7 Kondisi lap yang digunakan bersih dan tidak bau

B.8 Tidak terdapat mikroorganisme pada peralatan

Page 169: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

151

LAMPIRAN 3

LEMBAR OBSERVASI KUALITAS SUMBER AIR BERSIH

PENELITIAN GAMBARAN HIGIENE SANITASI MAKANAN SERTA

KONTAMINASI BAKTERI COLIFORM DI PONDOK PESANTREN

KABUPATEN BOGOR TAHUN 2018

Kode Pondok Pesantren :

Alamat :

Hari/tanggal :

No Objek Pengamatan Keterangan

Ya TIdak

C. Kualitas Sumber Air Bersih

C.1 Air yang digunakan tidak berbau, tidak berasa dan tidak

berwarna

C.2 Air digunakan untuk mencuci bahan makanan dan

peralatan makan

C.3 Air Bersih tidak mengandung mikroorganisme

C.4 Jarak sumber air dengan sumber kontaminan tidak

kurang dari 10 meter

Page 170: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

152

LAMPIRAN 4

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE PENJAMAH MAKANAN

PENELITIAN GAMBARAN HIGIENE SANITASI MAKANAN SERTA

KONTAMINASI BAKTERI COLIFORM DI PONDOK PESANTREN

KABUPATEN BOGOR TAHUN 2018

No Objek Pengamatan Keterangan

Ya TIdak

D. Higiene Penjamah Makanan

D.1 Kuku tangan penjamah makanan dalam keadaan pendek

dan bersih

D.2 Kuku tangan penjamah makanan dalam keadaan bersih

D.3 Kuku tangan tidak di cat

D.4 Tangan selalu dalam keadaan bersih ketika menjamah

makanan

D.5 Penjamah makanan selalu mencuci tangan terlebih

dahulu menggunakan sabun dan air mengalir setiap

akan menangani makanan

Page 171: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

153

LAMPIRAN 5 Daftar Kategori Resiko Produk Pangan

Page 172: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

154

LAMPIRAN 6 MPN Seri 3 Tabung (Ari, 2014)

Page 173: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

155

Page 174: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

156

LAMPIRAN 7 MPN Seri 5 Tabung (Ari, 2014)

Page 175: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

157

LAMPIRAN 8

Daftar Pondok Pesantren

No Ciawi Bojong Gede Cibinong

1 Fathan Mubina Al Fiqoriah Mq

2 Al-Umm Nurul Ilmi As-Sholihin

3 Nurul Ikhlas Nurul Hidayah Daruttaqwa

4 Riyadul Mutaalimin Al Amien Nurul Furqon

5 Alam Pangrango Nurul Amal Miftahul Ulum

6 Riyadus Shalawat Bahrul Ulum Al-Hikmah An Najiyah

7 Salafiyah Hidayatullah Ni’matul Jawahir Al Barokah

8 Riyadul Huda Awaliyah Al Asiyah

9 Mahasiswa Bina Tauhid Miftahul Falah

10 Syifaul Furqon Al Kinanah

11 Nurul Hidayah

12 Al Haedariyah

13 As-Shalafiyah

14 Al-Barakatissadah

15 Miftahul Huda

16 Nurul Furqon

17 Albarkah

Page 176: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

158

LAMPIRAN 9

OUTPUT SPSS

STATUS_MAKANAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK MEMENUHI 4 33,3 33,3 33,3

MEMENUHI 8 66,7 66,7 100,0

Total 12 100,0 100,0

status memotong kuku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid MEMENUHI 12 100.0 100.0 100.0

STATUS_MEMOTONGKUKU_OBSERVASI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid TIDAK MEMENUHI 8 66.7 66.7 66.7

MEMENUHI 4 33.3 33.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

STATUS_AIR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK MEMENUHI 12 100,0 100,0 100,0

STATUS_MENCUCITANGAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK MEMENUHI 4 33,3 33,3 33,3

MEMENUHI 8 66,7 66,7 100,0

Total 12 100,0 100,0

STATUS_MENCUCI_TANGAN_OBSERVASI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Page 177: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

159

Valid TIDAK MEMENUHI 12 100.0 100.0 100.0

STATUS_CUCIPERALATAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK MEMENUHI 1 8,3 8,3 8,3

MEMENUHI 11 91,7 91,7 100,0

Total 12 100,0 100,0

B8_STATUSSENDOK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid TIDAK MEMENUHI 5 41.7 41.7 41.7

MEMENUHI 7 58.3 58.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

B8_STATUSPIRING

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid TIDAK MEMENUHI 7 58.3 58.3 58.3

MEMENUHI 5 41.7 41.7 100.0

Total 12 100.0 100.0

sumber air bersih

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SUMUR GALI 6 50.0 50.0 50.0

PDAM 5 41.7 41.7 91.7

SUMUR BOR 1 8.3 8.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

Page 178: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

160

LAMPIRAN 10

FOTO KEGIATAN TURUN LAPANGAN

Pengambilan sampel

makanan

Pengambilan sampel

makanan

Pengambilan sampel

makanan

Pengambilan sampel air Pengambilan sampel air Pengambilan sampel air

Pengambilan sampel usap

alat piring

Pengambilan sampel usap

alat piring

Pengambilan sampel usap

alat piring

Page 179: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

161

Kondisi kuku penjamah

makanan

Kondisi kuku penjamah

makanan

Kondisi kuku penjamah

makanan

Kegiatan mengolah

makanan di dapur pondok

pesantren

Kegiatan mengolah

makanan di dapur pondok

pesantren

Kegiatan mencuci peralatan

di dapur pondok pesantren

Kegiatan mengolah

makanan di dapur pondok

pesantren

Kegiatan mengolah

makanan di dapur pondok

pesantren

Kondisi dapur pondok

pesantren CB04

Page 180: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

162

Kondisi dapur pondok

pesantren BS02

Kegiatan mengolah makanan

di dapur pondok pesantren

BB14

Kondisi dapur pondok pesantren

TC03

Kondisi dapur pondok

pesantren KW13

Kondisi dapur pondok

pesantren VA15

Kondisi dapur pondok pesantren

MQ10

Kondisi dapur pondok

pesantren NH17

Kondisi dapur pondok

pesantren NI06

Kondisi dapur pondok pesantren

RM05

Page 181: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

163

Kondisi dapur pondok

pesantren BM01 Kondisi dapur pondok

pesantren KPC11

Page 182: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

164

Page 183: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

Kode Pondok : G

Nama makanan : Tumis kacang panjang

Bahan : Kacang panjang, garam, gula dan bumbu masak

Alur CCP Pembuatan Tumis Kacang Panjang

CCP

Mencuci kacang

panjang yang telah

dipotong-potong

Pemotongan kacang

panjang dan persiapan

bumbu masak

Menumis bumbu masak dan

kacang panjang selama 12

menit

Makanan disajikan

menggunakan wadah piring

besar

Input

(Persiapan)

Output

(Penyajian)

Proses

(pengolahan)

Page 184: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

Kode Pondok : H

Nama makanan : Sayur Sop

Bahan : Wortel,kentang, garam, gula dan bumbu masak

Alur CCP Pembuatan Sayur Sop

CCP

Mencuci wortel dan

kentang serta bahan

makanan lainnya yang

telah dipotong-potong

Pemotongan wortel,

kentang dan persiapan

bumbu masak

Input

(Persiapan)

Output

(Penyajian)

Proses

(pengolahan)

Sayur sop siap disajikan

untuk dikonsumsi

Merebus seluruh bahan

makanan menggunakan air

Menumis bumbu masak

Page 185: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

Kode Pondok : K

Nama makanan : Sayur labu tempe kuning

Bahan : labu siam, tempe, kunyit, garam, gula dan bumbu masak

Alur CCP Pembuatan Sayur Labu Tempe Kuning

CCP

Mencuci labu siam,

tempe serta bahan

makanan lainnya yang

telah dipotong-potong

Pemotongan labu

siam, tempe dan

persiapan bumbu

masak

Input

(Persiapan)

Output

(Penyajian)

Proses

(pengolahan)

Sayur labu tempe kuning

siap disajikan untuk

dikonsumsi

Merebus seluruh bahan

makanan

Menumis Bumbu masak

Page 186: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

Kode Pondok : L

Nama makanan : Sayur Labu Siam

Bahan : labu siam, garam, gula dan bumbu masak

Alur CCP Pembuatan Sayur Labu Siam

CCP

Mencuci labu siam

serta bahan makanan

lainnya yang telah

dipotong-potong

Input

(Persiapan)

Output

(Penyajian)

Proses

(pengolahan)

Sayur labu siam siap

disajikan untuk dikonsumsi

Masukan labu siam

Pemotongan labu siam

dan persiapan bumbu

masak

Menumis bumbu masak

CCP

Membuat santan

Masukan santan

Page 187: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

LAMPIRAN 11

Kode Pondok : A

Nama makanan : Tumis Wortel dan Jamur

Bahan : Wortel, Jamur, gula dan bumbu masak

Alur CCP Pembuatan Tumis Wortel Jamur

Mencuci wortel, jamur

serta bahan makanan

lainnya yang telah

dipotong-potong

Pemotongan wortel

dan persiapan jamur

serta bumbu masak

Input

(Persiapan)

Output

(Penyajian)

Proses

(pengolahan)

Tumis wortel jamur siap

disajikan

Menumis seluruh bahan

makanan selama 23 menit

Menumis bumbu masak

Page 188: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

Kode Pondok : B

Nama makanan : Tumis Capcay

Bahan : Wortel, jagung, gula dan bumbu masak

Alur CCP Pembuatan Tumis Capcay

Mencuci Wortel,

jagung kacang panjang

serta bahan makanan

lainnya yang telah

dipotong-potong

Pemotongan Wortel,

jagung, kacang

panjang dan persiapan

jamur serta bumbu

Input

(Persiapan)

Output

(Penyajian)

Proses

(pengolahan)

Tumisan siap disajikan untuk

di konsumsi

Menumis seluruh bahan

makanan selama 60 menit

Menumis bumbu masak

Page 189: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

Kode Pondok : C

Nama makanan : Tumis Kangkung

Bahan : Kangkung, gula dan bumbu masak

Mencuci kangkung

serta bahan makanan

lainnya yang telah

dipotong-potong

Pemotongan

kangkung serta bumbu

masak

Input

(Persiapan)

Output

(Penyajian)

Proses

(pengolahan)

Tumisan siap disajikan untuk

di konsumsi Menumis bumbu masak

Menumis kangkung dan

bumbu masak

Page 190: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

Kode Pondok : D

Nama makanan : Sayur asem

Bahan : kacang panjang, labu siam, jangung manis, kacang tanah, melinjo, bumbu masak

Menghaluskan

bumbu masak

(bawang, cabe,dll)

Pemotongan kacang

panjang, labu siam,

jangung manis

Input

(Persiapan)

Output

(Penyajian)

Proses

(pengolahan)

Penyajian sayur asem yang

siap dikonsumsi

Pemasakan sayur asem

Perebusan air

Penambahan bumbu Mencuci kacang

panjang, labu siam,

jangung manis serta

bahan makanan

lainnya yang telah

dipotong-potong

Page 191: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

Kode Pondok : E

Nama makanan : Tumis Kembang Tahu

Bahan : Wortel, Jamur, gula dan bumbu masak

Mencuci bahan

makanan yang telah

dipotong

Pemotongan kol dan

kembang tahu serta

bumbu masak

Input

(persiapan)

Output

(penyajian)

Proses

(pengolahan)

Menumis kol dan

kembang tahu

Menumis bumbu

masak Penyajian tumis kembang

tahu yang siap dikonsumsi

Page 192: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

Kode Pondok : F

Nama makanan : Sayur Sop

Bahan : Wortel, Kentang, buncis, kol, daun bawang, gula dan bumbu masak

Mencuci wortel dan

kentang serta bahan

makanan lainnya yang

telah dipotong-potong

Pemotongan bahan

makanan dan

persiapan bumbu

masak

Input

(persiapan)

Output

(penyajian)

Proses

(pengolahan)

Sayur sop siap disajikan

Menumis bumbu masak

Perebusan wortel,

kentang dan bahan

makanan lainnya

Merebus air

Page 193: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

Kode Pondok : I

Nama makanan : Tumis Terong

Bahan : terong, kecap, cabe, gula dan bumbu masak

Goreng terong hingga

kecoklatan

Mencuci terong dan

bahan masak lainnya

Input

(persiapan)

Output

(penyajian)

Proses

(pengolahan)

Tumis terong siap disajikan

diatas wajan

Memotong terong dan

bumbu masak

Menumis terong dan seluruh

bahan makanan bersamaan

Menumis bumbu masak

Page 194: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………

Kode Pondok : J

Nama makanan : Tumis kacang panjang

Bahan : kacang panjang, gula dan bumbu masak

Mencuci kacang

panjang serta bahan

makanan lainnya yang

telah dipotong-potong

Pemotongan kacang

panjang serta bumbu

masak

Input

(persiapan)

Output

(Penyajian)

Proses

(pengolahan)

Tumis kacang panjang siap

disajikan diatas wajan

Menumis bumbu masak

Menumis kacang panjang

bersamaan dengan bumbu

masak

Page 195: GAMBARAN KONTAMINASI COLIFORM PADA MAKANAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42439/1/Nurul... · dengan memberikan zat klorin, ... L. Kerangka teori…………………………