gali dan perkembangannya di surakarata: dari … filemembuat situasi dan kondisi surakarta menjadi...

24
BAB III GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI KARAKTER HINGGA POLA OPERASI TAHUN 1980-1985 A. Pengertian GALI Jago adalah istilah umum yang digunakan dalam masyarakat Indonesia terhadap tukang pukul. Di Indonesia, dalam sejarahnya ada banyak istilah semacam jago, seperti blater, weri, benggolan, berandal, parewa, GALI (Gabungan Anak Liar), atau bromocorah. Istilah itu bergantung pada daerah, waktu dan fungsi masing-masing. Menurut Ong Hok Ham, jago sebenarnya merupakan benang merah sejarah Indonesia sejak zaman raja-raja kuno prakolonial. 1 GALI dipahamkan sebagai singkatan dari Gabungan Anak Liar yang banyak berkumpul bergerombol di simpang jalan besar, di pinggir-pinggir jalan maupun lorong kota. 2 Menurut Kamus Java Tattoo Club Yogyakarta, GALI merupakan asal kata dari Gabungan Anak Liar, nama geng tahun 1970-an, konotasi kriminal, liar, dan preman. 3 GALI tahun 1980-an identik dengan seseorang atau kelompok yang melakukan tindakan kekerasan mengarah kepada kriminalisme, seperti perampokan, penjambretan, penganiayaan, perkelahian, dan pembunuhan. Pada 1 Ong Hok Ham., Dari Saat Priyayi Sampai Nyi Blorong, (Jakarta: Kompas, 2002), hlm. 101. 2 Darmanto Jatman., Sekitar Masalah Kebudayaan, (Bandung: Alumni, 1993), hlm. 159. 3 Nuraini Juliastuti dan Antariksa., http://www.google.com/javatattooclub yogyakarta/kamus, 3 Januari 2015 pukul 14.20 WIB.

Upload: dangdung

Post on 02-May-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

BAB III

GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA:

DARI KARAKTER HINGGA POLA OPERASI TAHUN 1980-1985

A. Pengertian GALI

Jago adalah istilah umum yang digunakan dalam masyarakat Indonesia

terhadap tukang pukul. Di Indonesia, dalam sejarahnya ada banyak istilah

semacam jago, seperti blater, weri, benggolan, berandal, parewa, GALI

(Gabungan Anak Liar), atau bromocorah. Istilah itu bergantung pada daerah,

waktu dan fungsi masing-masing. Menurut Ong Hok Ham, jago sebenarnya

merupakan benang merah sejarah Indonesia sejak zaman raja-raja kuno

prakolonial.1

GALI dipahamkan sebagai singkatan dari Gabungan Anak Liar yang

banyak berkumpul bergerombol di simpang jalan besar, di pinggir-pinggir jalan

maupun lorong kota.2 Menurut Kamus Java Tattoo Club Yogyakarta, GALI

merupakan asal kata dari Gabungan Anak Liar, nama geng tahun 1970-an,

konotasi kriminal, liar, dan preman.3

GALI tahun 1980-an identik dengan seseorang atau kelompok yang

melakukan tindakan kekerasan mengarah kepada kriminalisme, seperti

perampokan, penjambretan, penganiayaan, perkelahian, dan pembunuhan. Pada

1Ong Hok Ham., Dari Saat Priyayi Sampai Nyi Blorong, (Jakarta:

Kompas, 2002), hlm. 101. 2Darmanto Jatman., Sekitar Masalah Kebudayaan, (Bandung: Alumni,

1993), hlm. 159. 3Nuraini Juliastuti dan Antariksa., http://www.google.com/javatattooclub

yogyakarta/kamus, 3 Januari 2015 pukul 14.20 WIB.

Page 2: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

tahun tersebut tidak ada istilah preman, melainkan hanya GALI untuk

mengistilahkan seseorang atau kelompok yang melakukan aktivitas tersebut.4

Istilah GALI merupakan sebutan untuk sekelompok orang atau individu

yang mempunyai keberanian bernyali melakukan tindak kejahatan seperti

merampok dengan nilai yang besar dan membunuh karena menyangkut harga diri

atau membunuh seseorang dengan bayaran yang mahal. GALI biasanya

mempunyai wilayah atau daerah operasi di kota dan mayoritas melakukan

tindakan kejahatan karena berhubungan dengan ekonomi atau finansial.5 Adanya

gejala GALI muncul dari golongan orang-orang yang sudah buntu jalan hidupnya,

kemudian menerobos jalan yang sewajarnya dengan tingkah laku yang keras.

GALI dipahamkan sebagai sosok petarung atau pemimpin genk, serta selalu

mempunyai konotasi kemaskulinan dan keberanian.

Kota Surakarta sekitar tahun 1980-an memang dirasakan sangat

mencekam. GALI pada waktu itu tidak mengenal siang atau malam untuk

melakukan aksinya dan dilakukan secara terang-terangan di muka umum. Di saat

malam tidak ada orang yang berani keluar melakukan aktivitas karena terlalu

berisiko, padahal sebelumnya Surakarta termasuk kota yang tidak pernah tidur.

Apabila terjadi tindak kriminal dan ada warga masyarakat yang melihat pun tidak

berani untuk membantu atau menolong korban, karena para GALI di samping

4Wawancara dengan Badung, 46 tahun, mantan GALI, 24 Februari 2015.

5Wawancara dengan Agung Nugroho (Nemlik), 41 tahun, mantan

narapidana, 16 Desember 2014. Kecu: perampok rumahan yang mempunyai

daerah operasi di desa. Preman: melakukan tindak kejahatan karena masih

mencari jatidiri atau mendapat tekanan dari keluarga dan karena ada dukungan,

jenis kejahatan yang biasa dilakukan preman adalah memalak. Bandit: atau biasa

disebut mafia, melakukan tindak kejahatan dengan lebih terkoordinir dan biasa

melakukan negosiasi dengan oknum terdekat yang berorientasi uang, jenis

aktivitasnya sebagai bandar narkoba atau biasa disebut gembong.

Page 3: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

beroperasi tidak menggunakan tangan kosong juga terkenal kejam dan tidak

tanggung-tanggung untuk melakukan tindakan penganiayaan hingga

pembunuhan.6

Angka kejahatan di Jawa Tengah pada tahun 1982 jumlah kejahatan

mencapai 14.000 kali per-bulan. Untuk wilayah Eks-Karesidenan Surakarta,

khususnya di Kabupaten Klaten, pada periode tahun 1981 sampai dengan awal

1982, Koresta 957 Klaten tercatat ada 60 kali tindak kejahatan dengan kekerasan

tiap bulannya. Kejahatan yang terjadi di Klaten merupakan yang tertinggi kedua

di Jawa Tengah setelah kota Surakarta. Kota Surakarta oleh Danwil 95 Kolonel

Polisi FX. Yudomo, merupakan asal mula GALI yang kemudian menyebar ke

berbagai wilayah untuk melakukan operasinya. Kota Surakarta sampai dengan

tahun 1982 disebut sebagai “kota neraka” dan menjadi sumber berita negatif di

bidang keamanan serta menempati kota pertama di Jawa Tengah dalam hal tindak

kejahatan dengan kekerasan.7

Aktivitas kriminal di tahun 1980-an memang meningkat dan dilakukan

secara terang-terangan. Tindakan kriminal seperti penodongan, penjambretan,

pembajakan, perampokan, hingga pembunuhan yang dilakukan para GALI

membuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi tidak aman. Di sisi lain, respon

masyarakat yang tidak melaporkan tindakan kriminal tersebut kepada pihak

berwajib, membuat pihak kepolisian sendiri juga tidak dapat bertindak. Hal ini

6Wawancara dengan narasumber yang dikarenakan alasan tertentu tidak

dapat disebutkan. Namun, isi wawancara berfungsi sebagai data primer dalam

skripsi ini. Identitas narasumber ada pada penulis, 69 tahun. 21 Februari 2015. 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli 1983. Koleksi Pustaka Yogyakarta.

Page 4: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan dari masyarakat yang telah merasa

terganggu keamanan dan kenyamanannya.8

1. Tahun 1980–Paruh 1982: Tindak Kejahatan Hingga Operasi

Pemberantasan Kejahatan

A. Pola, Perkembangan dan Motif Tindak Kejahatan GALI

Seseorang yang sudah buntu jalan hidupnya karena tuntutan ekonomi,

maka mereka akan memiliki potensi melakukan sesuatu hal yang nekat dan

berani, bahkan melakukan tindakan yang menyimpang seperti merampok.

Aktivitas kriminal tersebut terjadi di Kantor Pos Besar Jl. Jend. Sudirman

Surakarta pada akhir tahun 1980. Perampok yang masuk dengan dengan cara

memecahkan kaca dan berhasil mengambil uang Rp. 5000,00. Kejadian

perampokan tersebut baru pertama kali terajdi di Kantor Pos Besar yang berdiri

sejak tahun 1957.9 Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa seseorang telah berani

mengambil risiko dengan melakukan aktivitas yang menyimpang karena

keterbatasan masalah finansial ataupun terbukanya peluang untuk melakukan

tindakan tersebut.

Letak Surakarta yang strategis secara geografi tidak dapat dipungkiri

menjadi kota perlintasan antarprovinsi. Dari segi letak geografis ini menambah

keragaman dalam jenis aktivitas tindak kejahatan yang terjadi di Surakarta,

tingginya tingkat gangguan kejahatan di dalam bus menjadikan Surakarta

pemegang rekor terbanyak memiliki kasus kejahatan di dalam bus dibandingkan

8Wawancara dengan narasumber yang dikarenakan alasan tertentu tidak

dapat disebutkan. Namun, isi wawancara berfungsi sebagai data primer dalam

skripsi ini. Identitas narasumber ada pada penulis, 50 tahun. 21 Januari 2015. 9Harian Kompas, 5 Januari 1981, hlm. 8, Pusat Informasi Kompas,

Jakarta.

Page 5: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

dengan daerah-daerah lain. Dalam waktu dua minggu terjadi delapan kali

kejahatan di dalam bus yang sebagian besar dalam bentuk pembajakan. Bus “Estu

Putro” AD 2548 G jurusan Pracimantoro-Surakarta mengalami pembajakan yang

dilakukan oleh sepuluh orang. Mereka naik ke dalam bus saat memasuki kota

menuju arah terminal, dari kejadian tersebut 16 penumpang terkuras hartanya.10

Tercatat Bus “Gunung Giri” AD 2696 G dibajak oleh sembilan pemuda bersenjata

tajam. Pembajakan terjadi di daerah Loji Wetan hingga Gading, Sopir bus ini

bernama Karimo menjadi korban, karena mencoba melawan, lengannya terkena

sabetan clurit.11

Umumnya pembajakan dilakukan di dalam kota Surakarta, jumlah

tersebut belum termasuk yang dilaporkan kepada pihak kepolisian. Dari daftar

yang tercatat, tindak kejahatan itu umumnya menimpa bus-bus dengan nama

tertentu, Bus “Ismo” misalnya selama bulan februari-Maret saja sudah empat kali

mengalami pembajakan, sedangkan Bus “Giri Indah” mengalami tiga kali

pembajakan.12

Setelah kejahatan di dalam bus, kejahatan dengan merampok

pertokoan dan rumah makan juga merebak. Terjadi tujuh perampokan hanya

dengan waktu empat jam. Perampokan dilakukan secara terang-terangan ketika

toko atau rumah makan sedang beroperasi. Tiga rumah makan yang letaknya

tidak berjauhan di Jl. Gajahmada, “Populer” di Jl. KH. Dachlan, kemudian Rumah

makan “Gaya Baru” yang terletak di perempatan Nonongan, menjadi sasaran

pertama, dari ketiga tempat tersebut jumlah kerugian mencapai Rp. 400.000,00.

Dilanjutkan di Jl. Pasar Nongko dua buah toko kelontong dan bahan makanan

10

Harian Kompas, 18 Maret 1982. Koleksi Pusat Informasi Kompas,

Jakarta. 11

Harian Kompas, 26 Maret 1982. Koleksi Pusat Informasi Kompas,

Jakarta. 12

Harian Kompas, 28 Maret 1982. Koleksi Pusat Informasi Kompas,

Jakarta.

Page 6: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

menjadi sasaran, Hendro Wiharjo pemilik toko mengalami kerugian sebesar Rp.

335.000,00. dan tetangganya Lie Cing Kok mengalami kerugian Rp. 50.000,00.

Kemudian di Jl. Mertolulutan sebuah toko makanan ternak “Mini” milik Ny.

Effendi menjadi korban. Selain mengambil uang Rp. 50.000,00, kawanan

perampok juga mengobrak-abrik dagangan dan memecahi dagangan telur ayam.

Korban ketujuh menimpa Ny. Mari Siswanti di Jl. Gilingan, yang mengalami

kerugian uang Rp. 50.000,00. Dari tujuh tempat perampokan tersebut, kawanan

perampok berjumlah sepuluh orang dan diperkirakan jumlah dari perampokan

tersebut senilai Rp. 1.000.000,00. Pihak kepolisian menduga, pelaku perampokan

merupakan kawanan yang sama dengan perampokan yang dilakukan terhadap

toko kelontong di Jl. Sidomukti, rumah makan “Eltanna” di Jl. Slamet Riyadi, dan

seorang pemilik jam tangan di Ledoksari. Kawanan perampok yang bersenjata

clurit itu tidak hanya merampok pemilik toko, tetapi juga harta para pembeli.13

Kemudian terjadi perampokan uang Rp. 25.000.000,00. yang terjadi di halaman

rumah korban sendiri, pemilik uang baru saja mengambilnya dari bank, korban

tidak berdaya karena di ancam dengan senjata api.14

Tindak kejahatan GALI di Surakarta dari waktu ke waktu tergolong

mempunyai kecenderungan pola yang sama. Aksi yang dilakukan merupakan

bentuk pengembangan dari aksi sebelumnya. GALI melakukan tindakan kriminal

dengan mengikuti perkembangan jaman. Mereka melakukan inovasi dalam hal

teknis operasi atau eksekusi, tergantung dari apa dan siapa targetnya. Dahulu,

13

Harian Kompas, 18 Juli 1982, hlm. 1. Koleksi Pusat Informasi Kompas,

Jakarta. 14

Harian Kompas, 21 Maret 1983, hlm. 4. Koleksi Pusat Informasi

Kompas, Jakarta.

Page 7: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

GALI hanya melakukan tindak kejahatan berupa pencopetan saja, kemudian

meningkat menjadi penjambretan, penodongan, pembajakan, hingga perampokan.

Dengan melakukan pengembangan aksi tindak kejahatan maka secara otomatis

akan menambah penghasilan dari tindakan tersebut, di samping sisi resiko yang

dihadapi juga semakin berat, Undang-Undang tindak kriminal yang menjerat juga

akan semakin meningkat bahkan berlapis. Karena selain meresahkan, untuk

melancarkan operasinya tidak terelakkan akan diiringi dengan penganiayaan

hingga menghilangkan nyawa korban. Sebagai gambaran, catatan Polri mengenai

kualitas kejahatan serta identitas penjahatnya. Sebanyak 115 orang di Surakarta

tercatat sebagai penjahat berkualitas berat dan mempunyai wilayah operasi di

Surakarta dan sekitarnya.15

Di era 1980-an, muncul kelompok yang disegani di kalangan para GALI,

yaitu “Solo Satu”. Kelompok ini mempunyai spesialisasi melakukan tindakan

kriminal berupa perampokan nasabah bank, kelompok yang mempunyai

koordinator atau otak di setiap operasi bernama Ranto Benjo dikenal dengan

Robin ini di setiap operasinya sudah tidak menggunakan senjata tajam, melainkan

telah didukung dengan senjata api dan menggunakan alat transportasi berupa

mobil. Mereka tidak memiliki anak buah karena ketika mereka mempunyai anak

buah dirasa justru akan merugikan mereka. Prinsipnya anak buah jika tertangkap,

akan dapat membongkar jati diri sampai operasi mereka sendiri. Oleh karena itu,

“Solo Satu” hanya tergabung dalam satu grup solid yang mempunyai tugas

masing-masing seperti koordinator yang bertugas sebagai otak atau konseptor

15

Harian Kompas, 27 Juli 1982, hlm 8. Koleksi Pusat Informasi Kompas,

Jakarta.

Page 8: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

operasi hingga menentukan target. Ada pengemudi dan beberapa eksekutor, untuk

itu tidak hanya dibutuhkan kematangan persiapan, melainkan orang-orang tersebut

tergolong sudah ahli dalam bekerja dan mempunyai nyali yang tinggi. Disamping

itu mereka wajib menjaga rahasia satu sama lain. Di setiap operasi yang dilakukan

“Solo Satu” setidaknya merampok nasabah bank dengan nilai mencapai Rp.

2.000.000,00. Kemudian setelah “Solo Satu” disusul dengan munculnya “Solo

Dua” dengan koordinator Slamet Gundul yang mempunyai pola tindak kejahatan

yang sama yaitu perampokan nasabah bank16

Kota Surakarta sendiri dianggap menjadi tempat yang strategis untuk

melakukan tindakan kejahatan sekaligus dengan melakukan pengembangannya.

Kemudian ada GALI yang membuat bentuk kejahatan baru lebih inovatif waktu

itu, bentuk kejahatannya berupa penipuan yang disebut dengan markayak.

Penipuan yang dilakukan benar-benar terkonsep rapi dan halus. Dalam melakukan

aksi markayak, para GALI menggunakan umpan berupa modal untuk

mengelabuhi korbannya, bahkan modal yang dipakai juga tidak tanggung-

tanggung demi untuk melancarkan aksi tersebut, seperti membeli pakaian yang

rapi hingga menyewa mobil, tergantung dari target operasi yang akan mereka

kelabui. Dari modal tersebut mereka gunakan untuk mendapatkan simpati dan

kepercayaan dari korban, hingga korban dirasa sudah masuk ke perangkap, maka

mereka akan langsung menguras habis hartanya. Modus penipuan ini dapat

dilakukan secara individu, tetapi lebih sering dilakukan secara kelompok karena

akan semakin mendukung untuk mengelabui korban. Para GALI dalam

16

Wawancara dengan narasumber yang dikarenakan alasan tertentu tidak

dapat disebutkan. Namun, isi wawancara berfungsi sebagai data primer dalam

skripsi ini. Identitas narasumber ada pada penulis. 21 Februari 2015.

Page 9: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

melakukan markayak secara berkelompok biasanya mereka sudah membagi tugas

masing-masing. Ada yang bertugas mengintai, menentukan target sekaligus

membaur dengan korban, hingga menyamar sebagai warga biasa. Kasus semacam

ini tergolong sulit untuk diungkapkan, apalagi dibawa ke proses hukum. Tindak

kejahatan ini dilakukan dengan begitu rapi dan hampir tidak meninggalkan jejak.

Korban markayak biasanya cenderung enggan untuk memprosesnya secara

hukum. Disamping kronologi kejadian begitu rumit, juga terkendala masalah

wilayah operasi markayak yang tidak hanya merambah satu wilayah saja untuk

setiap aksinya melainkan lintas wilayah. Di kalangan GALI, bentuk kejahatan

markayak dianggap kurang bernyali, karena tidak perlu dengan kekerasan dan

terang-terangan, tetapi di sisi lain, markayak merupakan bentuk inovasi dari

tindak kejahatan yang sudah ada dan cenderung memiliki tingkat risiko lebih

kecil. Di samping tidak dilakukan secara frontal, markayak tidak dapat dilakukan

dengan sembarangan tanpa konsep, modal, persiapan yang matang dan juga para

pelaku tergolong lihai dalam memerankan setiap tugasnya. Markayak juga telah

menunjukkan perkembangan hingga saat ini, bentuk tindak kejahatan berbeda

tetapi masih mempunyai aktivitas pola yang sama. Hanya pada saat sekarang

menjadi lebih inovatif karena disesuaikan dengan perkembangan jaman.

Pada umumnya dapat dipisahkan dua kelompok teori yang menguraikan

motif GALI. Kelompok teori pertama lebih menunjuk pada struktur sosial

ekonomi demografi yaitu menunjukkan pada kelemahan struktur sosial

masyarakat yang eksploitatif yang mempersulit pemuda-pemuda lapisan bawah

untuk melakukan dinamika sosial ke atas. Kelompok teori yang kedua lebih

menunjuk pada mentalitas serta nilai-nilai kebudayaan, yaitu menunjukkan

Page 10: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

kegagalan para pemuda untuk memenuhi tuntutan-tuntutan norma berperilaku

yang sah menurut masyarakat umum dan menunujuk pula pada perubahan-

perubahan nilai yang terjadi dalam masyarakat, baik karena pembangunan,

modernisasi, atau karena sekedar pengaruh nilai-nilai asing. Selain itu juga

disebutkan kelompok teori lain yang menunjuk pada interaksi antara struktur

sosial dengan mentalitas. Adanya kecemasan juga menjadi penyebab munculnya

kelompok-kelompok GALI, gejala ini disebabkan karena kegagalan dari para

pemuda kelas sosial bawah untuk mempertinggi status sosial ekonomi mereka,

atau kegagalan pemuda-pemuda untuk menemukan peranan sosialnya di dalam

keluarga dan masyarakat yang kemudian mencoba untuk menunjukkan kejantanan

mereka. Suasana lain yang dianggap sebagai penyebab munculnya perilaku

menyimpang tersebut adalah suasana heteromoni, dimana segala macam norma,

bahkan yang paling bertentangan pun berlaku.17

Berangkat dari minimnya pendidikan kemudian mendapat tekanan

kewajiban untuk memenuhi kebutuhan ekonomi ditunjang dengan pengaruh

lingkungan yang kurang baik dan juga latar belakang keluarga yang tidak jelas

atau broken home, dari keadaan, situasi, dan kondisi tersebut maka menuntut

seseorang untuk melakukan tindakan nekat tanpa berfikir panjang dan tanpa

mempedulikan norma-norma yang ada, yaitu menjadi GALI atau mbajing.18

Di

satu sisi, seseorang melakukan tindakan kriminal karena untuk memenuhi

kebutuhan gaya hidup yang menyimpang, seperti berjudi, mempunyai wanita

simpanan, atau karena mengkonsumsi narkoba. Untuk memenuhi kebutuhannya

17

Darmanto Jatman, op. cit., hlm. 160-161. 18

Wawancara dengan Badung, 46 tahun, mantan GALI, 24 Februari

2015.

Page 11: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

tersebut, mereka menggunakan jalan pintas, hanya mempunyai satu tujuan

bagaimana supaya kebutuhan mereka terpenuhi dengan cepat, maka dari itu,

mereka cenderung melakukan tindakan kriminal, seperti menjambret, menodong,

dan merampok. Kemudian ada GALI yang tidak memiliki motif apapun, hanya

karena ingin melakukan tindakan yang berani dan mendapatkan bayaran yang

tinggi yaitu menjadi pembunuh bayaran. Seperti menjual jasa, pelaku ini

melakukan aktivitasnya secara rapi dan profesional, dan biasanya mereka

memiliki tarif tertentu tergantung siapa yang menjadi targetnya.19

B. Mengenal wilayah GALI

Wilayah yang dimaksud merupakan kawasan atau tempat tinggal

bernaungnya GALI, yang pada umumnya orang akan segan atau sungkan untuk

berbuat keonaran apalagi melakukan tindakan kejahatan, baik di dalam ataupun di

sekitar kawasan wilayah tersebut. Tergantung dari tindak kejahatan yang

dilakukan oleh GALI, semakin tinggi dan berat tindakan kriminalitasnya maka

akan semakin menambah keangkeran wilayah tersebut bagi kalangan penjahat

khususnya yang masih melakukan tindak kejahatan di kelas bawah. Pada

prinsipnya, semakin banyak aktivitas tindak kriminal seorang GALI atau bisa

dikatakan jam terbang semakin tinggi maka akan banyak hasil yang didapatkan

dan juga akan semakin banyak relasi seprofesi, secara otomatis juga akan semakin

disegani.

Gali di Surakarta dalam melakukan operasi tindak kejahatan tidak

menghiraukan atau tidak mengenal batas wilayah, mereka tidak mempedulikan

19

Wawancara dengan Agung Nugroho (Nemlik), 41 tahun, mantan

narapidana, 16 Desember 2014.

Page 12: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

siapa yang berkuasa dan termasuk di wilayah mana tempat yang akan mereka

jadikan target operasi. Apabila dirasa akan mendapatkan peluang dan hasil

ataupun sudah merupakan pesanan ketika GALI tersebut menjual jasanya, maka

mereka akan langsung bekerja melakukan tindakan kejahatan. Terlebih bagi GALI

yang memiliki bawahan, anak buah mereka akan semakin berani melakukan

tindakan kriminal hingga menjajah di luar wilayahnya ketika pamor atau nama

pemimpin mereka terkenal dan disegani di kalangan para GALI. Di dalam dunia

GALI, hukum yang berlaku adalah hukum rimba, siapa yang tangguh dan kuat

dialah yang akan menguasai dan disegani. Saat pendatang GALI baru muncul dan

menantang GALI penguasa lama, di situlah terjadi perebutan bendera kekuasaan

dan nama besar, tak jarang kejadian tersebut berlangsung dan siapa yang menjadi

pemenang dialah yang akan menjadi penguasa. Di sisi yang lain, ada kalangan

GALI yang saling menghormati dengan domisili wilayahnya masing-masing.

Ketika terjadi pertikaian di antara anak buah mereka dapat diselesaikan dengan

kepala dingin, karena adanya rasa saling menghormati di kedua belah pihak. 20

Kota Surakarta terbagi beberapa wilayah berdasarkan spesialisasi tindak

kejahatan yang dilakukan para GALI yang berdomisili di wilayah tersebut,

Seperti:

- Surakarta bagian utara : Spesialisasi tindakan kriminal berupa

perampokan nasabah bank, daerah yang terkenal yaitu Nusukan.

- Surakarta bagian selatan : Spesialisasi tindakan kriminal berupa

perampokan rumah, daerah yang terkenal yaitu Ndawung Kajen.

20

Wawancara dengan Badung, 46 tahun, mantan GALI, 24 Februari

2015.

Page 13: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

- Surakarta bagian timur : Spesialisasi tindakan kriminal berupa

pencopetan, daerah yang terkenal yaitu Mondokan.

Sedangkan wilayah Surakarta bagian barat tergolong hunian orang-orang

kelas menengah ke atas maka justru cenderung kerap menjadi sasaran tindak

kejahatan. Kemudian Surakarta bagian tengah merupakan wilayah GALI

pimpinan Efendi 55 tahun, pria berdomisili di Pasar Pon ini dikenal sebagai

koordinator para pencopet. Selain itu, Efendi juga mempunyai kelebihan berupa

kesaktian. 21

Peta Pembagian Wilayah

Spesialisasi GALI di Surakarta Tahun 1980-1985

21

Wawancara dengan narasumber yang dikarenakan alasan tertentu tidak

dapat disebutkan. Namun, isi wawancara berfungsi sebagai data primer dalam

skripsi ini. Identitas narasumber ada pada penulis, 69 tahun. 21 Februari 2015.

Page 14: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

C. Simbolisme Tattoo

Lukisan yang menghiasi tubuh para GALI yang dikenal dengan nama

tattoo pada sekitar tahun 1980-an di Surakarta khususnya masih tergolong tabu

dipandang khalayak umum, dan pada waktu orang bertattoo identik dengan GALI.

Tattoo yang melekat pada tubuh para GALI mengandung arti tertentu. Tattoo di

bagi menjadi beberapa macam atau golongan dalam kalangan para GALI. Tattoo

berwujud bunga, burung elang mencengkeram anak ayam, kelelawar, naga,

tengkorak, dan jaring laba-laba yang semuanya mengandung ciri dan arti kegiatan

masing-masing.

Tattoo berwujud bunga menyimbolkan profesi mereka sebagai pemetik

bunga atau lapangan kejahatannya banyak berhubungan dengan masalah wanita.

Mereka bukan saja perayu, tetapi juga sanggup membius lalu merampas perhiasan

yang dipakai korbannya. Tattoo bergambar bunga ini menghiasi tubuh Sukarno

yang diketemukan tewas di daerah Kandangsapi dan Sriyono yang diketemukan

tewas di Mojo. Di samping tattoo bunga, pada tubuh Sriyono juga terdapat tulisan

“matiku di ujung peluru” dan kata-kata kotor yang lain serta wanita telanjang.

Tattoo yang bergambar burung elang mencengkeram anak ayam, menandakan

profesinya sebagai penjambret dan penodong atau aktivitas kejahatan lain yang

berada di jalanan. Tattoo ini ditemukan pada tubuh Boy Purnomo yang tewas pada

8 Juli 1983. Kemudian tattoo yang bergambar kelelawar, memiliki profesi sebagai

pekerja malam hari atau pencuri. Gambar tattoo ini didapatkan pada tubuh

Rahmadi alias Bagong alias Dragon yang diketemukan tewas di Kandangsapi

pada 6 Juli 1983. Bagong termasuk pelaku perampokan di Jl. Tagore Manahan,

Surakarta. Lalu tattoo dengan gambar naga, menandakan profesinya sebagai

Page 15: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

perampok dan umumnya terdiri para GALI kelas kakap atau yang telah

melakukan tindakan kriminal berat. Tattoo bergambar naga ini ditemukan pada

tubuh Suyatno alias Teko 27 tahun yang ditemukan tewas tertembak di pinggiran

kota Surakarta. Tattoo yang paling berbahaya adalah tengkorak. Dalam

lingkungan mereka yang bertattoo tengkorak ini mendapatkan tempat yang

terhormat di tiap kelompok, karena tattoo tengkorak ini mempunyai kedudukan

cukup tinggi dan merupakan kumpulan pembunuh berdarah dingin. Tattoo seperti

ini terdapat di tubuh Maryadi 25 tahun yang ditemukan tewas tertembak pada 10

Juli 1983 di pinggiran kota Surakarta.22

Gambar tattoo jaring laba-laba sendiri di

identitaskan kelompok GALI yang mempunyai profesi sebagai perampok nasabah

bank, melihat dari spesialisasi operasinya masuk dalam wilayah Surakarta bagian

timur.23

2. Akhir 1982-1985: Operasi Pemberantasan Kejahatan Dengan

Petrus. Hingga menurunnya Angka Kriminalitas.

A. Penembak Misterius atau Petrus

Surakarta menjadi kota yang panas pada era 1980-an dikarenakan

merajalelanya GALI di Surakarta telah melewati batas kewajaran. Tingkat

kriminalitas yang tinggi disebabkan oleh aktivitas para GALI yang saat itu

melakukan operasinya secara terbuka atau terang-terangan. GALI yang semakin

lama semakin nekat dan berani menjadi sangat berbahaya serta mengganggu

22

Harian Suara Merdeka, 16 Juli 1983, hlm. 4. Koleksi Perpustakaan

Yogyakarta. 23

Wawancara dengan narasumber yang dikarenakan alasan tertentu tidak

dapat disebutkan. Namun, isi wawancara berfungsi sebagai data primer dalam

skripsi ini. Identitas narasumber ada pada penulis, 69 tahun. 21 Februari 2015.

Page 16: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

keamanan dan ketertiban masyarakat. Oleh karena itu, pihak penegak hukum

Provinsi Jawa Tengah menggelar Operasi Pemberantasan Kejahatan (OPK) di

sejumlah daerah kawasannya, khususnya di Surakarta yang disinyalir merupakan

daerah rawan GALI. Operasi kejahatan oleh penegak hukum tersebut dilakukan

beberapa kali dimulai pada 14 Agustus 1982 hingga Januari 1983 dengan sandi

operasi sebagai berikut, Operasi Cerah I sampai dengan Operasi Cerah IV yang

menghasilkan ditanggakapnya 107 pelaku kejahatan dan disitanya 164 barang

bukti, kemudian Operasi Parkit Merah berhasil menjaring 10 pelaku dan menyita

65 barang bukti, Operasi Clurit dapat menahan 130 pelaku dengan 274 barang

bukti sitaan, serta Operasi Dharma meringkus 91 pelaku dengan 132 barang

bukti.24

Dalam berlangsungnya proses Operasi Pemberantasan Kejahatan

khususnya di Surakarta, banyak terdapat pelaksanaan penegakan hukum secara

ilegal di luar proses hukum yang berlaku. Mulai dari penjemputan secara paksa

dengan target seseorang yang bertattoo mayoritas identik dengan GALI hingga

dilakukannya eksekusi langsung tanpa melalui jalur proses hukum. Sebelumnya

memang dilakukan pendataan orang-orang yang memiliki tattoo oleh pihak

kepolisian hingga Koramil, setelah pihak yang berwajib mendapatkan data,

selanjutnya mulai berlangsungnya operasi ilegal dengan menjemput sasarannya

untuk memberantas GALI yang dikenal Petrus atau Penembak Misterius.

Tindakan tersebut dikenal ekstrim, karena setelah dilakukan penjemputan, orang

yang dijemput tidak akan pernah pulang kembali, dan tidak jarang mayatnya

24

Harian Suara Merdeka, 16 Juli 1983, hlm. 3. Koleksi Perpustakaan

Yogyakarta.

Page 17: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

hanya dibuang di pinggir-pinggir jalan, pasar, atau di teras-teras toko dengan

bekas luka tembak di kepala. Penjemput biasanya menggunakan mobil jenis jeep,

sebelum penjemputan biasanya para penjemput juga disinyalir telah mengetahui

aktivitas dan keberadaan korban. Jadi, dapat dikatakan semua yang terjadi mulai

dari pendataan hingga penjemputan seperti sudah dikondisikan. Di samping target

Petrus dari hasil pendataan juga ditambah laporan dari masyarakat. Ketika ada

seseorang di lingkungan tersebut yang meresahkan warga, maka orang tersebut

dapat menjadi target dari Petrus, di sisi lain justru ada GALI kelas kakap yang

lolos dari Petrus, karena GALI tersebut membaur dengan warga sekitar tempat

tinggalnya dan sering membantu apabila warga membutuhkan pertolongannya.25

Ketika masa Orde Baru berkuasa, jajaran Polri waktu itu masih satu

payung dengan ABRI yang sekarang telah berganti nama menjadi TNI. Jadi,

tongkat komando langsung kepada Panglima ABRI yang waktu itu sekaligus

menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan. Karena masih satu badan,

pihak kepolisian yang pada waktu itu jumlah personilnya masih minim dapat

meminta bantuan kepada ABRI, sehingga ABRI dapat menangani langsung di

TKP (Tempat Kejadian Perkara) apabila terjadi gangguan keamanan dan

ketertiban masyarakat yang sebenarnya menjadi tugas pokok Polri. Tahun 1980-

an awal mula adanya Petrus dikarenakan terjadinya pembunuhan terhadap

petinggi aparat penegak hukum di Jakarta dengan ciri-ciri pelaku pembunuhan

memiliki gambar tattoo pada tubuhnya. Dengan latar belakang itu, aparat penegak

25

Wawancara dengan narasumber yang dikarenakan alasan tertentu tidak

dapat disebutkan. Namun, isi wawancara berfungsi sebagai data primer dalam

skripsi ini. Identitas narasumber ada pada penulis, 69 tahun. 21 Februari 2015.

Page 18: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

hukum kemudian melakukan pendataan secara menyeluruh kepada setiap orang

yang bertattoo lengkap dengan data kejahatan yang pernah dilakukan, karena

waktu itu tattoo identik dengan para pelaku tindak kriminal atau GALI. Setelah

mendapatkan data yang kemudian difilter lalu diklasifikasikan berdasarkan tingkat

kriminalitas yang paling berat dan mencari indikasi yang mendekati sebagai

pelaku pembunuhan, dilanjutkan dengan penunjukkan orang-orang khusus sebagai

eksekutornya. Proses selanjutnya dilakukan penjemputan target dan dilakukan

eksekusi langsung tanpa melalui proses hukum terlebih dahulu yang kemudian

mayatnya diletakkan di tempat-tampat umum dengan tujuan sekaligus

memberikan shock teraphy bagi para pelaku kejahatan atau GALI. Dikarenakan

operasi yang dilakukan adalah operasi rahasia, maka di kalangan masyarakat

umum dikenal dengan sebutan Petrus atau Penembak Misterius. Keberlangsungan

Penembak Misterius ini memiliki celah untuk ditunggangi kepentingan, baik

kelompok maupun individu.26

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA), Ali Murtopo,

berpendapat mengenai Penembak Misterius atau Petrus sebagai berikut:

Pemberantasan kejahatan dengan cara mengerahkan

Penembak Misterius atau Petrus adalah dapat

dipertanggungjawabkan dan menurut ketentuan yang

berlaku dalam pelaksanaan tugas pertahanan keamanan.

Jangan sampai persoalan kriminal yang dilakukan para

GALI tersebut jangan sampai berkembang menjadi

keadaan yang tidak dapat dikendalikan sebagaimana

yang terjadi di Italia dalam menghadapi Brigade Merah

atau Jepang dalam menghadapi Tentara Merah. Melihat

sistem konvensional sudah tidak bisa lagi mengatasi

persoalan kriminalitas di dalam negeri, maka harus

diambil tindakan untuk membasmi kejahatan, hukum

26

Wawancara dengan narasumber yang dikarenakan alasan tertentu tidak

dapat disebutkan. Namun, isi wawancara berfungsi sebagai data primer dalam

skripsi ini. Identitas narasumber ada pada penulis, 56 tahun, 25 Februari 2015.

Page 19: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

harus ditegakkan. Maka pembasmian kejahatan

dilaksanakan menurut ketentuan dan akan

dipertanggungjawabkan kepada yang bersangkutan.

Penembak Misterius bukan masalah setuju atau tidak

setuju, dan juga bukan masalah selera karena ini

masalah nasional, cara seperti ini tentunya tidak akan

terus dipertahankan, karena Indonesia adalah negara

hukum, kalau memang sudah selesai akan dilaporkan

selesai dan tolak ukur yang tahu sudah selesai atau

belum adalah pihak yang bertanggungjawab.27

Pro dan kontra dilangsungkannya Petrus pun beredar, dari kalangan

masyarakat kelas atas dan para pengusaha setuju dilakukannya Petrus. Mereka

merasa aman karena aktivitas GALI waktu itu juga berangsur surut, akan tetapi

masyarakat kalangan bawah tidak setuju dengan tindakan ekstrim tersebut karena

melanggar Hak Asasi Manusia. Walaupun akibat dampak dari Petrus memang

benar-benar memberi efek jera kepada para GALI yang melakukan tindakan

kriminal secara brutal, namun hingga kini peristiwa Petrus belum dapat diungkap

siapa yang harus bertanggungjawab karena aktivitas ilegal tersebut telah

menghilangkan banyak nyawa.

Ketua Yayasan Bantuan Hukum LBH, Adnan Buyung Nasution, SH.

Berpendapat mengenai Penembak Misterius sebagai berikut:

Jika usaha pemberantasan kejahatan dilakukan hanya

dengan main door-dooran tanpa melalui proses

pengadilan maka hal itu tidak menjamin adanya

kepastian hukum dan keadilan. Padahal kedua masalah

tersebut merupakan tuntutan hakiki yang diperjuangkan

orang sejak zaman Romawi kuno. Jika cara-cara itu

terus dilakukan maka lebih baik lembaga pengadilan

dibubarkan saja, jika pejabat apapun pangkatnya dan

kedudukannya, tindakan main tembak dor-doran itu

benar, saya tetap mengatakan hal itu salah.28

27

Harian Suara Merdeka, 25 Juni 1983. Koleksi Perputakaan Yogyakarta. 28 Harian Sinar Harapan 6 Mei 1983.

Page 20: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

Sekalipun mereka penjahat, namun sebagai manusia

mereka berhak mendapat keadilan melalui lembaga

peradilan. Dan menembak ditempat, walaupun oleh

petugas Negara, jelas bertentangan dengan prinsip-

prinsip keadilan.29

B. Menurunnya Angka Kriminalitas GALI

Dengan dilakukanya Operasi Pemberantasan Kejahatan, tindak kejahatan

mengalami penurunan walaupun dalam operasi tersebut sudah banyak GALI yang

terjaring, namun masih banyak terjadi tindak kejahatan dengan kekerasan.

Menurut Kapolda IX/Jateng Mayjen (Pol) Montolulu, ditambah dengan adanya

laporan masyarakat yang sudah berani untuk melaporkan setiap tindakan

kejahatan, aparat keamanan kembali bertekad menurunkan angka kejahatan,

khususnya di wilayah Semarang dan Surakarta, walaupun harus ditempuh dengan

berbagai cara yang lunak sampai tindakan keras. Setelah dilakukannya Operasi

Pemberantasan Kejahatan sejak bulan Agustus 1982, masyarakat mulai berani dan

kooperatif ikut serta dalam memberantas aksi kejahatan. Dari perincian operasi

yang dilakukan aparat penegak hukum selama tiga bulan di Surakarta khususnya,

berhasil menangkap 538 pelaku kriminal yang enam orang diantaranya tewas

ditembak dan 45 orang lainnya berhasil ditangkap berkat bantuan dari masyarakat.

Aparat keamanan melakukan operasi tetap perpegang pada rasa kemanusiaan,

adanya perawatan kepada GALI yang tertembak dan selama operasi dilancarkan,

di Jawa Tengah telah ditindak lima anggota Polri yang menyalahi aturan, ini bukti

bahwa saat itu Polri masih berpegang pada proses hukum. Anggota Polri yang

29 Harian Sinar Harapan 14 Mei 1983.

Page 21: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

ditindak antara lain karena menyalahi prosedur dan ceroboh misalnya, tembakan

mengenai orang yang bukan sasarannya. 30

Semenjak tiga bulan Operasi Pemberantasan Kejahatan di Semarang dan

Surakarta, pihak kepolisian berhasil menangkap 1091 penjahat atau GALI, di

antaranya 29 orang tewas tertembak dan empat lainnya tewas akibat amukan

massa karena tertangkap oleh warga. Setelah dilakukan operasi secara intensif,

angka kriminalitas di Jawa Tengah menurun drastis, data menunjukkan

menjukkan menurunnya angka kriminalitas tercatat sejak bulan Januari hingga

Juni tahun 1983, di Surakarta pada bulan Januari terdapat 92 kasus, Februari 49

kasus, dan di bulan Maret hanya 31 kasus.31

Data tersebut menunjukkan bahwa

tindak kejahatan berangsur munurun bahkan secara drastis, karena sebelumnya

pada tahun 1981 hingga September 1982 di Surakarta sendiri tercatat 33.496

kasus penodongan, penjambretan, dan perampokan, 665 kasus di antaranya

bersenjata api, sehingga muncul anggapan bahwa risiko dijambret di Jakarta lebih

aman dari pada di Surakarta.32

Terlebih lagi dengan adanya Penembak Misterius, membuat pelaku

tindak kriminal atau GALI berfikir lebih panjang apabila ingin melakukan

aksinya. Petrus merupakan faktor utama penekan turunnya angka kriminalitas dan

aktivitas GALI menjadi semakin sempit, karena Petrus merupakan tindakan tegas

yang tidak mengenal toleransi dan ditindak tidak melalui proses hukum yang

30

Harian Kompas, 23 Juni 1983, hlm. 1. Koleksi Pusat Informasi

Kompas, Jakarta. 31

Harian Kompas, 23 Juni 1983, hlm. 1. Koleksi Pusat Informasi

Kompas, Jakarta. 32

Harian Kompas, 19 Maret 1983, hlm. 1. Koleksi Pusat Informasi

Kompas, Jakarta.

Page 22: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

berlaku, shock teraphy yang dilakukkan juga benar-benar tepat, bagaimana tidak,

ketika mengetahui tubuh temannya tergeletak sudah tidak bernyawa di tempat

umum dengan lubang bekas tembak di kepala yang dapat dilihat banyak orang,

jika ingin balas dendam juga tidak mungkin dilakukkan karena secara psikologis

pasti akan drop, dan enggan menjadi sasaran Petrus selanjutnya.33

33

Wawancara dengan narasumber yang dikarenakan alasan tertentu tidak

dapat disebutkan. Namun, isi wawancara berfungsi sebagai data primer dalam

skripsi ini. Identitas narasumber ada pada penulis, 50 tahun. 21 Januari 2015.

Page 23: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Ong Hok Ham. 2002. Dari Saat Priyayi Sampai Nyi Blorong. Jakarta: Kompas.

Darmanto Jatman. 1993. Sekitar Masalah Kebudayaan. Bandung: Alumni.

B. Daftar Informan

1. Nama : Badung

Umur : 46 tahun

Pekerjaan : Wirausahawan

Alamat : Kepatihan

2. Nama : Agung Nugroho

Umur : 41 tahun

Pekerjaan : PNS

Alamat : Pucangsawit

3. Nama : Data ada pada penulis

Umur : 69 tahun

Pekerjaan : -

Alamat : Gilingan

4. Nama : Data ada pada penulis

Umur : 50 tahun

Pekerjaan : Polisi

Alamat : -

5. Nama : Data ada pada penulis

Umur : 56 tahun

Pekerjaan : Purnawirawan TNI AD

Alamat : -

Page 24: GALI DAN PERKEMBANGANNYA DI SURAKARATA: DARI … filemembuat situasi dan kondisi Surakarta menjadi ... 7Harian Suara Merdeka, 16 Juli ... dikarenakan Polisi bertindak atas dasar laporan

C. Surat Kabar, Majalah, Artikel, dan Internet

Suara Merdeka, 16 Juli 1983, 25 Juni 1983,

Kompas, 5 Januari 1981, 18 Maret 1982, 26 Maret 1982, 28 Maret 1982, 18 Juli

1982, 21 Maret 1983, 27 Juli 1982, 19 Maret 1983, 23 Juni 1983,

Sinar Harapan 6 Mei 1983, 14 Mei 1983.

Nuraini Juliastuti dan Antariksa. http://www.google.com/javatattooclub

yogyakarta/kamus, (diakses tanggal 3 Januari 2015 pukul 14.20)