fungsi besi dalam kehamilan.pdf

Upload: kurnia-sari-syaiful

Post on 10-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 fungsi besi dalam kehamilan.pdf

    1/12

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Zat Besi

    2.1.1. Fungsi Zat Besi

    Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini

    terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

    sintesa haemoglobin (Hb) (Moehji, 1992). Seorang ibu yang dalam masa

    kehamilannya telah menderita kekurangan zat besi tidak dapat memberi cadangan

    zat besi kepada bayinya dalam jumlah yang cukup untuk beberapa bulan pertama.

    Meskipun bayi itu mendapat air susu dari ibunya, tetapi susu bukanlah bahan

    makanan yang banyak mengandung zat besi karena itu diperlukan zat besi untuk

    mencegah anak menderita anemia (Siregar, 2000).

    Pada beberapa orang, pemberian tablet zat besi dapat menimbulkan gejala-

    gejala seperti mual, nyeri didaerah lambung, kadang terjadi diare dan sulit buang

    air besar (Departemen Kesehatan, 1999), pusing bau logam (Hartono, 2000).

    Selain itu setelah mengkonsumsi tablet tersebut, tinja akan berwarna hitam,

    namun hal ini tidak membahayakan. Frekuensi efek samping tablet zat besi ini

    tergantung pada dosis zat besi dalam pil, bukan pada bentuk campurannya.

    Semakin tinggi dosis yang diberikan maka kemungkinan efek samping semakin

    besar. Menurut Wirakusumah (1999), tablet zat besi yang diminum dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 fungsi besi dalam kehamilan.pdf

    2/12

    7

    keadaan perut terisi akan mengurangi efek samping yang ditimbulkan tetapi hal

    ini dapat menurunkan tingkat penyerapannya.

    2.1.2. Komposisi Zat Besi di Dalam Tubuh

    Jumlah zat besi di dalam tubuh seorang normal berkisar antara 3 5 gr

    tergantung dari jenis kelamin, berat badan dan haemoglobin. Besi di dalam tubuh

    terdapat dalam haemoglobin sebanyak 1,5 3,0 gr dan sisa lainnya terdapat di

    dalam plasma dan jaringan. Di dalam plasma besi terikat dengan protein yang

    disebut transferin yaitu sebanyak 3 4 gr. Sedangkan dalam jaringan berada

    dalam suatu status esensial dan bukan esensial. Disebut esensial karena tidak

    dapat dipakai untuk pembentukan Hb maupun keperluan lainnya (Soeparman,

    1990).

    2.1.3. Sumber Zat Besi

    Ada dua jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari

    hem dan bukan hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam makanan hanya

    antara 5 10% tetapi penyerapannya hanya 5%. Makanan hewani seperti daging,

    ikan dan ayam merupakan sumber utama zat besi hem. Zat besi yang berasal dari

    hem merupakan Hb. Zat besi non hem terdapat dalam pangan nabati, seperti

    sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan (Wirakusumah,

    1999)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 fungsi besi dalam kehamilan.pdf

    3/12

    8

    Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet zat

    besi. Suplemen ini biasanya diberikan pada golongan rawan kurang zat besi yaitu

    balita, anak sekolah, wanita usia subur dan ibu hamil. Pemberian suplemen tablet

    zat besi pada golongan tersebut dilakukan karena kebutuhan akan zat besi yang

    sangat besar, sedangkan asupan dari makan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan

    tersebut. Makanan yang banyak mengandung zat besi antara lain daging, terutama

    hati dan jeroan, apricot, prem kering, telur, polong kering, kacang tanah dan

    sayuran berdaun hijau (Pusdiknakes, 2003).

    2.1.4. Penyerapan Zat Besi

    Besi diserap (absorbsi) terutama dalam duodenum dalam bentuk fero dan

    dalam suasana asam (Soeparman, 1990). Penyerapan zat besi non hem sangat

    dipengaruhi oleh faktor-faktor penghambat maupun pendorong, sedangkan zat

    besi hem tidak. Asam askorbat (vitamin C) dan daging adalah faktor utama yang

    mendorong penyerapan zat besi dikenal sebagai Meat, Fish, Poultry factory

    (MFP).

    Tingkat keasaman dalam lambung ikut mempengaruhi kelarutan dan

    penyerapan zat besi di dalam tubuh. Suplemen zat besi lebih baik dikonsumsi

    pada saat perut kosong atau sebelum makan, karena zat besi akan lebih efektif

    diserap apabila lambung dalam keadaan asam (ph rendah).

    Disamping faktor yang mendorong penyerapan zat besi non hem, terdapat

    pula faktor yang menghambat penyerapan yaitu teh, kopi dan senyawa Ethylene

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 fungsi besi dalam kehamilan.pdf

    4/12

    9

    Diamine Tetraacetit Acid (EDTA) yang biasa digunakan sebgai pengawet

    makanan yang menyebabkan penurunan absorbsi zat besi non hem sebesar 50%

    (Wirakusumah, 1999).

    2.1.5. Eksresi Zat Besi

    Berbeda dengan mineral lainnya, tubuh tidak dapat mengatur

    keseimbangan besi melalui ekskresi. Besi dikeluarkan dari tubuh relatif konstan

    berkisar antara 1,0 1,5 mg setiap hari melalui rambut, kuku, keringat, air kemih

    dan terbanyak melalui deskuamasi sel epitel saluran pencernaan.

    Lain halnya dengan wanita yang sedang menstruasi dan wanita hamil

    setiap hari kehilangan besi 0,5 1,0 mg atau 40 80 ml darah dan wanita yang

    sedang menyusui sebanyak 1,0 mg sehari. Wanita yang melahirkan dengan

    pendarahan normal akan kehilangan besi 500-550 mg (Soeparman, 1990).

    2.1.6. Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil

    Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi

    menstruasi dengan pendarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan

    kehilangan zat besi sebanyak 30-40 mg. Disamping itu kehamilan memerlukan

    tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah janin dan plasenta.

    Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin

    banyak kehilangan zat besi dan akan menjadi makin anemis (Manuaba, 1998).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 fungsi besi dalam kehamilan.pdf

    5/12

    10

    Pada setiap kehamilan kebutuhan zat besi yang diperlukan sebanyak 900

    mg Fe yaitu meningkatnya sel darah ibu 500 mg Fe, terdapat dalam plasenta 300

    mg Fe dan untuk darah janin sebesar 100 mg Fe. Jika persediaan cadangan Fe

    minimal, maka setiap kehamilan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya akan

    menimbulkan anemia pada kehamilan (Manuaba, 1998).

    Kebutuhan zat besi selama triwulan pertama relatif kecil yaitu 0,8 mg/hari,

    namun meningkat dengan pesat selama triwulan kedua dan ketiga hingga 6,3

    mg/hari. Sebagian dari peningkatan dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan

    peningkatan aditif persentase Fe yang diserap, tetapi bila zat besi rendah atau

    tidak sama sekali dan zat besi yang diserap dari makanan sangat sedikit, makanya

    suplemen zat besi sangat dibutuhkan pada masa kehamilan (Demaeyer, 1993).

    2.1.7. Akibat Kekurangan Zat Besi Pada masa Kehamilan

    Kurangnya zat besi dan asam folat dapat menyebabkan anemia. Proses

    kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya

    terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi, bila tidak dipenuhi masukan zat

    besi lama kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan kadar Hb. Kadar

    normal haemoglobin dalam darah yaitu pada anak balita 11 gr%, anak usia

    sekolah 12 gr%, wanita dewasa 12 gr%, ibu hamil 11 gr%, laki-laki 13 gr%, ibu

    menyusui 12 gr% (Departemen Kesehatan, 1992).

    Ciri-ciri gejala anemia tidak khas dan sulit ditemukan tetapi dapat terlihat

    dari kulit dan konjungtiva yang pucat, tubuh lemah, nafas pendek dan nafsu

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 fungsi besi dalam kehamilan.pdf

    6/12

    11

    makan hilang. Penentuan anemia klinis dipengaruhi oleh banyak variabel seperti

    ketebalan kulit dan pigmantasi yang tidak dapat diandalkan kecuali pada anemia

    berat. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sebaiknya digunakan untuk

    mendiagnosis dan menentukan beratnya anemia (Daemeyer, 1993).

    2.1.8. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Zat Besi Pada Ibu

    Hamil

    Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kurang

    zat besi pada ibu hamil menrut Departemen Kesehatan (1999) adalah:

    1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari sumber alami, terutama makanan

    sumber hewani ( hem iron ) yang mudah diserap seperti hati, daging, ikan.

    Selain itu perlu ditingkatkan juga, makanan yang banyak mengandung

    Vitamin C dan Vitamin A (buah-buahan dan sayuran) untuk membantu

    penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan Hb.

    2. Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan zat besi, asam folat,

    vitamin A dan asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan

    secara luas oleh kelompok sasaran. Penambahan zat besi ini umumnya

    dilakukan pada bahan makanan hasil produksi industri pangan.

    3. Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu,

    bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb secara cepat. Dengan demikian

    suplementasi zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan

    penanggulangan kurang zat besi yang perlu diikuti dengan cara lainnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 fungsi besi dalam kehamilan.pdf

    7/12

    12

    2.2. Suplementasi Zat Besi Pada Ibu Hamil

    2.2.1. Pengertian Suplementasi Tablet Zat Besi

    Suplementasi tablet zat besi adalah pemberian zat besi folat yang

    berbentuk tablet. Tiap tablet 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat, yang

    diberikan oleh pemerintah pada ibu hamil untuk mengatasi masalah anemia gizi

    besi (Departemen Kesehatan, 1999).

    Pemberian suplementasi zat besi menguntungkan karena dapat

    memperbaiki status Hb dalam tubuh dalam waktu relatif singkat. Sampai sekarang

    cara ini masih merupakan salah satu cara yang dilakukan pada ibu hamil dan

    kelompok yang beresiko tingi lainnya. Di Indonesia tablet besi yang digunakan

    Ferrous Sulfat senyawa ini tergolong murah dan dapat diabsorbsi sampai 20%

    (Wirakusumah, 1999).

    2.2.2. Dosis dan Cara Pemberian Tablet Zat Besi Pada Ibu Hamil

    Menurut Depkes RI (1999), tablet zat besi diberikan pada ibu hamil sesuai

    dengan dosis dan cara yang ditentukan yaitu:

    a. Dosis pencegahan

    Diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb. Dosisnya yaitu 1

    tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut selama

    minimal 90 hari masa kehamilan mulai pemberian pada waktu pertama

    kali ibu memeriksa kehamilannya (K1).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 fungsi besi dalam kehamilan.pdf

    8/12

    13

    b. Dosis Pengobatan

    Diberikan pada sasaran (Hb

  • 7/22/2019 fungsi besi dalam kehamilan.pdf

    9/12

    14

    merupakan faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap pelaksanaan program-

    program medis dan tentunya ada jug dukungan dari profesional keehatan.

    Tablet zat besi sebagai suplemen yang diberikan pada ibu hamil menurut

    aturan harus dikonsumsi setiap hari. Namun karena berbagai alasan misalnya

    pengetahuan, sikap dan tindakan ibu hamil yang kurang baik, efek samping tablet

    yang ditimbulkan tablet tersebut dapat memicu seseorang untuk kurang mematuhi

    konsumsi tablet zat besi secara benar sehingga tujuan dari pemberian tablet

    tersebut tidak tercapai.

    2.3.1. Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil dari tahu manusia, dan ini terjadi setelah

    seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,

    2003).

    Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang

    memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

    Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui

    pengalaman orang lain.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bart (1994) dapat dikatakan bahwa

    perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan daripada

    perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi pengetahuan sangat

    dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 fungsi besi dalam kehamilan.pdf

    10/12

    15

    suatu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat lebih mudah untuk diubah

    kearah yang lebih baik.

    Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai

    berikut:

    1. Tahu ( Know )

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya, termasuk didalamnya mengingat kembali suatu yang

    spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

    diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

    2. Memahami ( Comprehension)

    Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

    diketahui, dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

    3. Aplikasi (Aplication)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

    4. Analisis ( Analysis )

    Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

    komponen-komponen, tetapi masih ada dalam suatu organisasi

    tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 fungsi besi dalam kehamilan.pdf

    11/12

    16

    5. Sintesis ( synthesis)

    Kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam

    suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun

    informasi dari informasi yang ada.

    6. Evaluasi ( Evaluation)

    Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau

    objek.

    2.3.2. Sikap

    Menurut Berkowitz yang dikutip Notoatmodjo (2003) sikap adalah suatu

    bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek

    adalah perasaan mendukung atau ( Favorable ) maupun perasaan yang tidak

    mendukung atau memihak ( Unfavorable ) pada objek tersebut.

    Sikap adalah merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari

    seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap tidak dapat

    langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan (Notoatmodjo, 2003). Dengan kata

    lain sikap adalah tanggapan atau persepsi seseorang terhadap apa yang diketahui.

    Jadi sikap tidak dapat dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai

    perilaku tertutup. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas tetapi

    merupakan predisposisi tindakan.

    Notoatmodjo (2003) mengutip dari Allport bahwa sikap terdiri dari tiga

    komponen yaitu:

    a. Komponen Kognitif (kepercayaan suatu objek)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 fungsi besi dalam kehamilan.pdf

    12/12

    17

    b. Komponen emosional (perasaan)

    c. Komponen perilaku kecenderungan untuk bertindak.

    Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ( total

    attitude ).

    2.3.3. Tindakan

    Menurut Notoatmodjo (2003) tindakan adalah realisasi dari pengetahuan

    dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon

    seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap

    stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan

    mudah dapat diamati oleh orang lain.

    Empat tingkatan tindakan adalah sebagai berikut:

    1. Persepsi ( Perception )

    Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

    diambil

    2. Respon terpimpin ( Guided response )

    Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

    3. Mekanisme ( Mechanism )

    Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

    otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.

    4. Adaptasi ( Adaptation )

    Adalah suatu praktek yang sudah berkembang dengan baik artinya tindakan

    sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

    Universitas Sumatera Utara