fungi endofit
DESCRIPTION
pustaka fungiTRANSCRIPT
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengetahui senyawa bioaktif yang
dihasilkan oleh daun Avicennia marina dengan melakukan beberapa analisis fitokimia pada
berbagai jaringan tubuh tanaman Avicennia spp diketahui bahwa bagian daun tanaman
memiliki kandungan alkaloid, saponin, glikosida, tannin, flavonoid pada daun dan getah berada
dalam jumlah yang lebih sedikit. Triterpenoid terdapat pada semua bagian, terutama pada
daun dan akar. Steroid tidak ditemukan pada seluruh bagian tanaman (Cahyo, 2009).
Daun-daun tunggal, bertangkai, berhadapan, bertepi rata, berujung runcing atau
membulat; helai daun seperti kulit, hijau mengkilap di atas, abu-abu atau keputihan di
sisi bawahnya, sering dengan kristal garam yang terasa asin (Ini adalah kelebihan
garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut); pertulangan daun umumnya tak begitu
jelas terlihat. Kuncup daun terletak pada lekuk pasangan tangkai daun teratas. Bentuk
daun elliptical-lanceolata atau ovate-elliptica pj= 7 cm, l=4 cm (Wijayanti, 2008).
Penggunaan antibiotik dunia lebih dari 40.000 ton/ tahun dalam industri pangan, pakan,
pertanian, kesehatan, biokimia, genetika, dan biologi molekuler serta ada
kecenderungan untuk terus meningkat (Neu, 1992). Ragam antibiotik cukup banyak
namun sifat intrisiknya (sifat materi yang tidak bergantung pada ukuran dan jumlah
materi tersebut) dapat menimbulkan resistensi terhadap mikrobia target sehingga
senyawa ini tidak lagi dapat diterapkan untuk pengobatan (Neu, 1992). Oleh karena itu,
langkah-langkah mendapatkan jenis antibiotik baru masih sangat diperlukan baik lewat
sintesis kimia, biokimia baru atau penemuan isolat mikrobia baru (Tscherter dan
Dreyfus, 1992). Dalam dua dekade ini, fungi endofit merupakan salah satu sumber
utama mikrobia penghasil antibiotik baru (Kauffman dan Carver, 1997; Kurtz, 1997).
Tanaman merupakan sumber utama dari senyawa obat dan lebih dari 1000 spesies
tumbuhan dimanfaatkan sebagai bahan baku obat (Gholib, 2008). Tumbuhan tersebut
menghasilkan metabolit sekunder dengan struktur molekul dan aktivitas biologi yang
beraneka ragam, tanaman obat yang telah lama dikenal adalah rimpang jahe (Gholib,
2008).
Tumbuhan mangrove Avicennia marina mengandung senyawa seperti alkaloid,
flavonoid, fenol, terpenoid, steroid dan saponin (Tabel 1). Golongan senyawa ini
merupakan bahan obat-obatan modern (Eryanti 1999).
Senyawa kimia dari tumbuhan yang berperan sebagai antimikrobial yaitu dari golongan
alkaloid, fenolik, tanin, flavonoid, isoprenoid, dan fitoelaksin. Senyawa alkaloid biasanya
dikenal sebagai berberina, emitina, kuinina dan tetrametil pirazina. Senyawa yang
berasal dari golongan fenolik biasanya pada jaringan kayu terdapat senyawa asam
amino aromatik, yang berasal dari jalinan asam sikimatnya dapat berperan sebagai
herbisida. Sedangakan senyawa yang biasanya dikenal untuk menyamak kulit,
senyawa ini dapat memotong mendenaturasi protein serta mencegah proses
pencernaan bakteri. Flavonoid mudah larut dalam air pada tumbuhan berfungsi untuk
kerja antimikroba antivirus; serta isoprenoid dengan turunannya saponin, triterpenoid
merupakan irritan yang kuat dan berperan sebagai antimikrobial. Sebagian besar
fitoaleksin adalah fenil propanoid yang merupakan produk dari asam sikimat, beberapa
diantaranya merupakan senyawa isoprenoid dan poliasetilena (Rowe 1989).
Mikroba endofit adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis (bakteri
dan jamur) yang hidup di dalam jaringan tanaman (xylem dan phloem), daun, akar,
buah, dan batang. Mikroba ini hidup bersimbiosis saling menguntungkan, dalam hal ini
mikroba endofitik mendapatkan nutrisi dari hasil metabolisme tanaman dan
memproteksi tanaman melawan herbivora, serangga, atau jaringan yang patogen
sedangkan tanaman mendapatkan derivat nutrisi dan senyawa aktif yang diperlukan
selama hidupnya (Tanaka dkk 1999 dalam Simamarta dkk 2007).
Mikroba endofit yang hidup dalam tanaman dapat menghasilkan senyawa metabolit
sekunder sama dengan yang dihasilkan inangnya akibat adanya pertukaran genetis dan
hubungan evolusi yang panjang (Tan and Zou 2001; Radji 2005 dalam Pujiyanto dan
Ferniah 2010). Eksplorasi mikroba endofit diharapkan dapat menghasilkan metabolit
sekunder penting yang memiliki khasiat sama dengan metabolit yang dihasilkan
tanaman inangnya. (Pujiyanto dan Ferniah 2010).
Salah satu jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan obat-obatan yaitu
tumbuhan bakau atau mangrove.1 Hutan mangrove hanya terdapat di daerah ekuator
hingga 23,5° LU dan 23,5° LS. Tumbuhan ini berada di pantai yang rendah, tenang,
berlumpur atau sedikit berpasir dan mendapat pengaruh pasang surut air laut. (Arief ,
2002)
Avicennia marina merupakan salah satu spesies mangrove yang tersebar luas di
Indonesia yang memiliki potensi baik sebagai bahan obat-obatan. Hampir seluruh
bagian dari tanaman ini memiliki senyawa metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan
dalam bidang farmakologi di antaranya alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, triterpenoid,
dan steroid. Penelitian Darminto mengungkapkan, potensi tanaman sebagai bahan
obat-obatan tidak hanya dari senyawa metabolit sekunder melainkan dapat juga berasal
dari mikroba endofit yang hidup di dalam jaringan Avicennia sp. (Darminto, 2009)
asam sikimatnya dapat berperan sebagai herbisida. Sedangakan senyawa tanin yang
biasanya dikenal untuk menyamak kulit, senyawa ini dapat memotong dan
mendenaturasi protein serta mencegah proses pencernaan bakteri. Flavonoid yang
mudah larut dalam air pada tumbuhan berfungsi untuk kerja antimikroba dan antivirus;
serta isoprenoid dengan turunannya saponin, triterpenoid merupakan irritan yang kuat
dan berperan sebagai antimikrobial. Sebagian besar fitoaleksin adalah fenil propanoid
yang merupakan produk dari asam sikimat, beberapa diantaranya merupakan senyawa
isoprenoid dan poliasetilena (Rowe 1989).
Salah satu jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan obat-obatan yaitu tumbuhan bakau atau mangrove.1 Hutan mangrove hanya terdapat di daerah ekuator hingga 23,5° LU dan 23,5° LS.
Tumbuhan ini berada di pantai yang rendah, tenang, berlumpur atau sedikit berpasir dan mendapat pengaruh pasang surut air laut.2
Avicennia marina merupakan salah satu spesies mangrove yang tersebar luas di Indonesia yang memiliki potensi baik sebagai bahan obat-obatan. Hampir seluruh bagian dari tanaman ini senyawa metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan dalam bidang farmakologi di antaranya alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, triterpenoid, dan steroid. Penelitian Darminto mengungkapkan, potensi tanaman sebagai bahan obat-obatan tidak hanya dari senyawa metabolit sekunder melainkan dapat juga berasal dari mikroba endofit yang hidup di dalam jaringan Avicennia sp.3,4