fundamental of nursing
TRANSCRIPT
FUNDAMENTAL OF NURSING
S E M U A T E N T A N G K E P E R A W A T A N , P E N G E T A H U A N T E N T A N G D A S A R - D A S A R I L M U K E P E R A W A T A N , I M P R O V E T T G S K I L L
I L M U K E P E R A W A T A N
S U N D A Y , N O V E M B E R 9 , 2 0 0 8
LATIHAN BATUK EFEKTIFTEORI / KONSEP
A. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar,
dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah
lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.
Adapun cara latihan batuk efektif yaitu dengan : anjurkan klien menarik
nafas selama 3x kemudian anjurkan klien batuk secara menghentak.
Batuk secara terkekeh-tekeh dapat menyebabkan seseorang kehilangan
banyak energi dan sulit untuk mengeluarkan dahak. Untuk
mengantisipasi hal tersebut kita dapat menggunakan teknik batuk
efektif.
B. Latihan batuk efektif
Berfungsi mengeluarkan sekresi ( Stari, 1992 ).
LATIHAN BATUK
Batuk merupakan cara efektif dan efisien untuk mengeluarkan lendir di
saluran pernapasan. Agar batuk jadi efektif maka perlu diberikan latihan
batuk. Namun latihan ini hanya bisa dilakukan pada anak yang sudah
bisa diajak sedikit bekerja sama (kooperatif) atau mulai di usia balita.
Untuk bayi, teknik batuk pada fisoterapi di rumah biasanya ditiadakan.
Bayi biasanya mengeluarkan lendir dengan cara memuntahkannya.
Latihan Batuk merupakan cara yang paling efektif untuk membersihkan
laring, trakea, bronkioli dari sekret dan benda asing.
Adapun latihan batuk yang bisa dilakukan adalah:
Anak duduk dengan agak membungkuk. Minta ia menarik napas dalam-
dalam lalu tahan dan kontraksikan otot perut. Tiup napas lebih kuat dan
batuk.
Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan anestesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teransetesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
- Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
- Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)- Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak
hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.
Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.
- Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan
menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah
operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
Batuk mempengaruhi interaksi personal dan sosial, mengganggu tidur
dan sering menyebabkan ketidak nyamanan pada tenggorakan dan
dinding dada.
Sebagian besar orang mencari pertolongan medis untuk batuk akur
supaya mereda, sementara itu ada orang yang takut batuknya menjadi
penyakit yang serius.
Batuk terjadi sebagai akibat stimulasi mekanik atau kimia pada nervus
afferent pada percabangan bronkus.
Batuk efektif tergantung pada intaknya busur refleks afferent-
efferent, ekspirasi yang adekuat dan kekuatan dinding otot dada
dan normalnya produksi dan bersihan mukosiliar
Point penting
Umur
Durasi batuk
Dyspneu (saat istirahat atau aktivitas)
Gejala konstitusional
Riwayat merokok
Tanda vital (denyut jantung, respirasi, temperatur tubuh)
Pemeriksaan thorax
Radiologi thorax saat batuk yang tidak bisa dijelaskan terjadi lebih dari
3-6 minggu
Temuan Klinis
Gejala
Membedakan batuk akut (<> 3 minggu) merupakah langkah awal dalam
mengevaluasi.
Pada individu dewasa yang sehat, sebagaian besar sindrom batuk
diakibatkan oleh infeksi saluran respirasi oleh virus.
Batuk post infeksi yang berlangsung 3 – 8 minggu di sebut sebagai batuk
sub akut untuk membaedakan dari batuk akut dan kronik.
Gejala klinik tambahan seperti demam, kongesti nasal dan radang
tenggorokan dapat membantu dalam mendiagnosis.
Dyspneu ( saat istirahat atau aktivitas) mencerminkan kondisi yang
serius dan memerlukan evaluasi lebih lanjut termasuk penilaian
oksigenasi (pulse oksimetri atau pengukuran gas darah arteri), aliran
udara (peak flow atau spirometri) dan penyakit parenkim paru ( radiologi
thorax).
Waktu dan karakter batuk tidak bermanfaat untuk menentukan penyebab
batuk akut ataupun persisten, meskipun varian batuk asma sebaiknya
dipertimbangkan pada orang dewasa dengan batuk nokturna prominent.
Penyebab tidak umum batuk akut dicurigai pada orang dengan penyakit
jantung (gagal jantung kongestif) atau hay fever (rhinitis alergi) dan
orang dengan faktor resiko lingkungan (misalnya petani).
Batuk yang disebabkan oleh infeksi saluran respirasi akut membaik
dalam 3 minggu pada 90% pasien.
Infeksi pertusis dicurigai pada orang dewasa yang sebelumnya di
imunisasi dengan batuk persisten atau berat sekitar 2 – 3 minggu.
Saat tidak ditemukan terapi dengan obat ACE inhibitor, infeksi saluran
respirasi akut dan radiologi thorax abnormal, sampai 90% kasus batuk
persisten disebabkan oleh postnasal drip, asma atau gastroesophageal
reflux disease (GERD).
Riwayat kongesti nasal atau sinus, wheezing atau rasa terbakar pada
jantung (heartburn) sebaiknya cepat dievaluasi dan terapi. Kondisi
tersebut sering menyebabkan batuk persisten pada keadaan batuk tanpa
gejala lain yang terlihat.
Karsinoma bronkogenik dicurigai saat batuk disertai penurunan berat
badan yang tidak diketahui sebabnya, demam dengan keringat malam
terutama pada orang dengan riwayat merokok dan terpapar.
Batuk persisten yang disertai sekresi mukus yang banyak dicurigai
bronkitis kronik pada perokok atau bronkiektasis pada pasien dengan
riwayat pneumonia rekurent atau terjadi komplikasi, radiologi thorax
dapat membantu.
Dyspneu pada istirahat atau aktifitas umumnya tidak terdapat pada
pasien dengan batuk persisten. Dyspneu memerlukan penilaian lebih
lanjut terhadap bukti lebih lanjut penyakit paru kronik atau gagal
jantung kongestif.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat secara langsung sebagai alat diagnostik untuk
batuk akut dan persisten. Pneumonia dicurigai saat batuk akut disertai
dengan tanda vital yang abnormal (takikardi, takipneu, demam) atau
ditemukan konsolidasi ruang udara (ronki, penurunan suara nafas,
fremitus, egophny).
Meskipun sputum yang purulen berhubungan dengan infeksi bakteri
pada pasien penyakit paru (misalnya Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK), cystik fibrosis), pada pneumonia merupakan prediktor yang jelek
pada pasien dewasa sehat.
Terapi antibiotika pada orang dewasa dengan sputum yang purulen tidak
menunjukan manfaat. Wheezing dan ronki sering ditemukan pada orang
dewasa dengan bronkitis akut dan pada sebagian besar kasus tidak
mencerminkan asma yang beronset pada dewasa.
Pemeriksaan fisik pada orang dewasa dengan batuk persisten
kemungkinan dapat menunjukan bukti sinusitis kronik, syndrom post
nasal drip atau asma.
Tanda dada dan jantung dapat membedakan PPOK dan GJK (Gagal
Jantung Kongestif). Pada pasien batuk yang disertai dyspneu, test match
normal (mampu membedakan match 25 cm jauhnya) dan tinggi laringeal
maksimum 4 cm (diukur dari sternal notch ke kartilago cricoid pada
akhir ekspirasi) menurunkan kemungkinan PPOK. Sama juga, tekanan
vena jugularis dan reflux hepatojugular negatif menurunkan
kemungkinan GJK biventrikular.
Diagnosis Banding
Batuk akut
Batuk akut dapat merupakan tanda infeksi saluran respirasi akut, asma,
rhinitis alergi dan gagal jantung kongestif.
Batuk persisten
Penyebab batuk persisten termasuk infeksi pertusis, syndrom post nasal
drip (atau sundrom batuk jalan nafas atas), asma (termasuk batuk varian
asma), GERD, bronkitis kronik, bronkiektasis, tuberkulosis atau infeksi
kronik lainnya, penyakit paru interstitial dan karsinoma bronkogenik.
Batuk persisten dapat juga psikogenik.
Pemeriksaan Diagnostik
Batuk akut
Radiolograpi thorax dipertimbangkan pada orang dewasa dengan batuk
yang akut yang menunjukan tanda vital yang abnormal atau pada
pemeriksaan thorax curiga pneumonia.
Batuk persisten
Radiography thorax indiksai jika telah disingkirkan kemungkinan pasien
menjalani terapi dengan ACE inhibitor dan batuk post infeksi dengan
anamnesis.
Pemeriksaan terhadap infeksi pertusis dilakukan dengan
menggunakan polymerase chain reaction pada swab nasopharingeal
atau spesimen hidung. Saat radiologinya normal, pertimbangkan
kemungkinan postnasal drip, asma dan GERD.
Terdapatnya gejala-gejala umum tersebut sebaiknya dievaluasi lebih
lanjut atau diberikan terapi empirik.
Akan tetapi, terapi empirik direkomendasikan untuk postnasal drip, asma
atau GERD selama 2-4 minggu meskipun penyakit-penyakit tersebut yang
bukan menyebabkan batuknya.
Sekitar 25% kasus batuk persisten disebabkan berbagai macam
penyebab.
Spirometri dapat membatu obstruksi saluran nafas pada pasien dengan
batuk persisten dan wheezing dan yang tidak respon terhadap
pengobatan asma.
Ketika terapi empirik untuk sindrom postnasal drip, asma dan GERD
tidak membantu, evaluasi lebih lanjut diperlukan melalui pH
manometri, endoskopi, barium swallow, CT scan sinus atau
thorax.
Terapi
Batuk Akut
Dalam memberikan terapi batuk akut sebaiknya berdasarkan penyebab
penyakitnya, batuknya sendiri dan faktor-faktor tambahan yang membuat
batuk kambuh.
Ketika diagnosa influenza ditegakkan, terapi dengan amantadine,
rimantadine, oseltamivir atau zanamivir efektif ( 1 hari atau kurang)
ketida dimulai 30-48 jam dari onset penyakit.
Pada infeksi Chlamydia atau Mycoplasma, antibiotik seperti ertiromysin,
250 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau doksisiklin 100 mg oral 2
kali sehari selama 7 hari.
Pada pasien dengan bronkitis akut, terapi dengan inhalasi beta 2 -agonis
dapat mengurangi keparahan dan durasi batuk pada beberapa pasien.
Bukti menunjukan pemberian dextromethorphan bermanfaat dalam
meringankan batuk pada orang dewasa dengan infeksi saluran respirasi
akut.
Terapi postnasal drip (dengan antihistamin, dekongestan, atau
kortikosteroid nasal) atau GERD (dengan H2 blocker atau proton-pump
inhibittor) yang disertai dengan batuk akut dapat menolong.
Terdapat bukti bahwa vitamin C dan echinacea tidak efektif dalam
mengurangi keparahan batuk akut, tetapi terdapat bukti juga bahwa
vitamin C (sedikitnya 1 gram sehari) bermanfaat dalam mencegah flu
pada orang dengan stress fisik (misal: setelah marathon) atau malnutrisi.
Batuk Persisten
Saat dicurigai infeksi pertusis, terapi dengan antibiotika makrolid tepat
untuk mengurangi penyebaran dan transmisi organisme.
Jika infeksi pertusis berlangsung 7-10 hari, terapi antibiotika tidak
mengurangi durasi batuk yang dapat berlangsung selama 6 bulan.
Tidak ada bukti yang merekomendasikan berapa lama terapi batuk
persisten dilanjutkan untuk postnasal drip, asma atau GERD.
Gejala yang kambuh lagi memerlukan evaluasi lebih lanjut.
Pasien dengan batuk persisten tanpa sebab yang jelas dikonsultasikan
dengan otolaryngologist; terapinya dengan lidokain nebulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Call SA et al. Does this patient have influenza? JAMA. 2005 Feb
23;293(8):987–97. [PMID: 15728170]
Haque RA et al. Chronic idiopathic cough: a discrete clinical entity?
Chest. 2005 May;127(5):1710–3. [PMID: 15888850]
Hewlett EL et al. Clinical practice. Pertussis—not just for kids. N Engl J
Med. 2005 Mar 24;352(12):1215–22. [PMID: 15788498]
Lin DA et al. Asthma or not? The value of flow volume loops in evaluating
airflow obstruction. Allergy Asthma Proc. 2003 Mar–Apr;24(2):107–10.
[PMID: 12776443]
Metlay JP et al. Testing strategies in the initial management of patients
with community-acquired pneumonia. Ann Intern Med. 2003 Jan
21;138(2):109–18. [PMID: 12529093]
Pratter MR et al. An empiric integrative approach to the management of
cough: ACCP evidence-based clinical practice guidelines. Chest. 2006
Jan;129(1 Suppl):222S–231S. [PMID: 16428715]
Schroeder K et al. Over-the-counter medications for acute cough in
children and adults in ambulatory settings. Cochrane Database Syst Rev.
2004;(4):CD001831. [PMID: 15495019]
Wenzel RP et al. Acute bronchitis. N Engl J Med. 2006 Nov
16;355(20):2125–30. [PMID: 17108344]
(Downloaded from medicine and linux)
POSTED BY SUDIRYO SUWARNO KAMSRI AT 11:12 PM
N O C O M M E N T S :
Post a Comment
Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
F O L L O W E R S
B L O G A R C H I V E
▼ 2008 (4)
o ▼ November (4)
LATIHAN BATUK EFEKTIF
TINDAKAN POSTURAL DRAINAGE
TERAPI OKSIGEN
TINDAKAN SUCTIONING
A B O U T M E
SUDIRYO SUWARNO KAMSRI
SUDIRYO SUWARNO KAMSRI Kudus, Ngemplak Undaan Kudus
Jawa Tengah Indonesia Education : Akper Depkes Semarang
1996 Jl. Tirto Agung pedalangan Banyumanik Semarang telp.
0062-024- working: 1.RS Roemani Muhammadiyah Semarang
1997-2000 2.Mubarak Al-Kabeer State of Kuwait 2000-now
(2009)
VIEW MY COMPLETE PROFILE
BATUK EFEKTIF
Pengertian
Batuk efektif : merupakan suatu metode batuk dengan
benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak
mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal.
Tujuan:
Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk
efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai
dari ekspirasi , yang bertujuan :
a) Merangsang terbukanya system kolateral.
b) Meningkatkan distribusi ventilasi.
c) Meningkatkan volume paru, Memfasilitasi pembersihan
saluran napas
( Jenkins, 1996 )
Batuk Yang tidak efektif menyebabkan :
1) Kolaps saluran nafas
2) Ruptur dinding alveoli
3) Pneumothoraks
Indikasi
Dilakukan pada pasien seperti :
COPD/PPOK, Emphysema, Fibrosis, Asma, chest infection,
pasien bedrest atau post operasi
I. Latihan Pernafasan
Tujuan latihan pernafasan adalah untuk:
1.Mengatur frekuensi dan pola napas sehingga mengurangi
air trapping
2.Memperbaiki fungsi diafragma
3.Memperbaiki mobilitas sangkar toraks
4.Memperbaiki ventilasi alveoli untuk memperbaiki
pertukaran gas tanpa meningkatkan kerja pernapasan.
5.Mengatur dan mengkoordinir kecepatan pernapasan
sehingga bernapas lebih efektif dan mengurangi kerja
pernapasan
A. Pernafasan Diafragma
•Pemberian oksigen bila penderita mendapat terapi oksigen
di rumah.
•Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah duduk,
tidur miring ke kiri atau ke kanan, mendatar atau setengah
duduk.
Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas perut
bagian tengah, tangan yang lain di atas dada.
Akan dirasakan perut bagian atas mengembang dan tulang
rusuk bagian bawah membuka. Penderita perlu disadarkan
bahwa diafragma memang turun pada waktu inspirasi.
•Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi
pelan-pelan melalui mulut (pursed lips breathing), selama
inspirasi, diafragma sengaja dibuat aktif dan memaksimalkan
protrusi (pengembangan) perut.
Otot perut bagian depan dibuat berkontraksi selama inspirasi
untuk memudahkan gerakan diafragma dan meningkatkan
ekspansi sangkar toraks bagian bawah.
Selama ekspirasi penderita dapat menggunakan kontraksi
otot perut untuk menggerakkan diafragma lebih tinggi.
Beban seberat 0,5 – 1 kg dapat diletakkan di atas dinding
perut untuk membantu aktivitas ini
B. Pursed lips breathing
•menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik
melalui hidung (bukan menarik napas dalam) dengan mulut
tertutup
•kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan
melalui mulut dengan posisi seperti bersiul
•PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen
selama ekspirasi
•Selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui
hidung
•Dengan pursed lips breathing (PLB) akan terjadi
peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan
ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga
dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran napas kecil
pada waktu ekspirasi
C. Lower Side Rib Breathing
•Letakkan kedua tangan di bagian bawah kedua rusuk
•Tarik nafas dalam dan pelan, sehingga tangan terasa maju
kedepan
•Keluarkan nafas secara pelan melalui mulut(pursed lips
breathing) sehingga tangan terasa kembali pada posisi
semula.Istirahat
D. Lower Back and Ribs Breathing
•Duduk di kursi, Letakkan kedua tangan di punggung, tahan
dan luruskan punggung
•Tariklah nafas dalam dan pelan sehingga rongga rusuk
belakang mengembang
•Tahan kedua tangan, keluarkan nafas secara pelan
E. Segmental Breathing
•Letakkan tangan pada kedua bagian rusuk bawah
•Tarik nafas dalam dan pelan, konsentrasikan kepada bagian
kanan rusuk dan tangan mengembang
•Pastikan/usahakan bagian rongga rusuk/tangan kanan
mengembang lebih besar dibandingkan dengan bagian kiri
•Tahan tangan, keluarkan nafas secara perlahan dan rasakan
rongga rusuk/kanan yang mengembang kembali seperti
semula Ulangi, dan lakukan sebaliknya untuk bagian kiri
sama seperti tehnik diatas
KEGUNAAN LATIHAN NAFAS
•Latihan Nafas Dalam Untuk mengurangi Rasa Nyeri
Postsurgical Deep Breathing/Nafas dalam setelah Operasi
Latihan Nafas Dalam Untuk Mengurangi Rasa Nyeri
•Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk
(semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh
tegang.
• Letakkan tangan diatas perut
•Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan
hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat.
• Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara
perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit
melalui mulut.
• Lakukan hal ini berulang kali (kurang lebih 15 kali)
• Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
Postsurgical Deep Breathing/Nafas dalam setelah Operasi
Cara latihan napas dalam pasca operasi :
•Duduk di sudut tempat tidur atau kursi, juga dapat
berbaring terlentang dengan lutut agak ditekukkan.
•Pegang/tahan bantal atau gulungan handuk pada bagian
yang terdapat luka operasi dengan kedua tangan
•Bernafaslah dengan normal
•Bernafaslah dengan dalam melalui hidung, Rasakan
lambung menekan keluar ketika bernafas
•Lipatkan bibir seperti meniup lilin
•Kemudian tiupkan perlahan melalui mulut, rasakan dada
menurun ketika mengeluarkan nafas
•Istirahat untuk beberapa saat
•Ulangi tindakan diatas beberapa kali
II. Latihan Batuk/Batuk Efektif
•Huff Coughing adalah tehnik mengontrol batuk yang dapat
digunakan pada pasien menderita penyakit paru-paru seperti
COPD/PPOK, emphysema atau cystic fibrosis. Postsurgical
Deep Coughing
Huff Coughing
•Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas dari Tehnik
Batuk huff, keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan
saluran nafas. Mulai dengan bernafas pelan. Ambil nafas
secara perlahan, akhiri dengan mengeluarkan nafas secara
perlahan selama 3 – 4 detik.
•Tarik nafas dengan mengangkat diafragma Lakukan secara
pelan dan nyaman, jangan sampai overventilasi.Setelah
menarik nafas secara perlahan, tahan nafas selama 3 detik,
Ini untuk mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan
batuk huff secara efektif
•Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk
melakukan pengeluaran nafas cepat sebanyak 3 kali dengan
saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan dengan bunyi
Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu
epligotis terbuka dan mempermudah pengeluaran mucus.
•Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
•Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus sampai ke
belakang tenggorokkan
•Setelah itu batukkan dan keluarkan mucus/dahak
Postsurgical Deep Coughing
Step 1 :
•Duduk di sudut tempat tidur atau kursi, juga dapat
berbaring terlentang dengan lutut agak ditekukkan.
•Pegang/tahan bantal atau gulungan handuk terhadap luka
operasi dengan kedua tangan
•Bernafaslah dengan normal
Step 2 :
•Bernafaslah dengan pelan dan dalam melalui hidung.
•Kemudian keluarkan nafas dengan penuh melalui mulut,
Ulangi untuk yang kedua kalinya.
•Untuk ketiga kalinya, Ambil nafas secara pelan dan dalam
melalui hidung, Penuhi paru-paru sampai terasa sepenuh
mungkin.
Step 3 :
•Batukkan 2 – 3 kali secara berturut-turut. Usahakan untuk
mengeluarkan udara dari paru-paru semaksimalkan mungkin
ketika batuk.
•Relax dan bernafas seperti biasa
•Ulangi tindakan diatas seperti yang diarahkan.
PENGKAJIAN SISTEM PERNAFASAN
A. KELUHAN UTAMA :
•Batuk (Cough)
•Peningkatan Produksi Sputum
•Dyspnea
•Hemoptysis
•Chest Pain
B. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
•Riwayat merokok
•Pengobatan saat ini dan masa lalu
•Alergi
•Tempat tinggal
C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
•Penyakit infeksi tertentu : khususnya tuberkulosa
•Kelainan alergis, seperti asthma bronchial
Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
a. Inspeksi
Kelainan pada bentuk dada :
•Barrel Chest
•Funnel Chest (Pectus Excavatum)
•Pigeon Chest (Pectus Carinatum)
•Kyphoscoliosis
b. Palpasi
c. Perkusi
Suara perkusi normal :Resonan (Sonor) :
•bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru
normal
•Dullness : dihasilkan di atas bagian jantung atau paru
•Tympany : musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi
udara
Suara Perkusi Abnormal :
a.Hiperresonan : bergaung lebih rendah dibandingkan
dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang abnormal
berisi udara.
b.Flatness : sangat dullness dan oleh karena itu nadanya
lebih tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah paha,
dimana areanya seluruhnya berisi jaringan.
d. Auskultasi
•Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan
(abnormal).
Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih
Suara nafas normal :
a) Bronchial
b) Bronchovesikular
c) Vesikular
d) Wheezing
e) Ronchi
f) Pleural friction rub
g) Crackles
. Fine crackles
. Coarse crackles
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Proses Ventilasi
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif
Proses Difusi
2. Kerusakan pertukaran gas
Proses Transprtasi Gas
3. Pola nafas tidak efektif
Lain-lain
4. Intoleran Aktifitas
5. Penurunan Curah Jantung
6. Risiko terhadap aspirasi
PERENCANAAN
1.INTERVENSI UMUM
•Posisi
•Kontrol lingkungan
•Aktivitas dan Istirahat
•Oral hygiene
2. TERAPI RESPIRASI
a.Memfasilitasi Batuk Efektif dan Nafas Dalam
b.Fisioterapi Dada/Chest Physiotherapy
c.Oksigen
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan
evaluasi dilakukan sesuai tujuan dan
kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.