full paper putu
TRANSCRIPT
-
8/3/2019 Full Paper Putu
1/16
1 Seminar Internasional Masa Depan Wilayah Kota dan Pinggiran Kota
STUDY OF TRAFFIC CONGESTION
VIEWED FROM THE CARRYING CAPACITY OF ROADS
IN SINGARAJA CITY
Putu Indra Christiawan, S.Pd., M.Sc.** Lecturers Faculty of Social Science in Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Bali
Abstract
This paper describes about the existence and dynamics of the phenomenonof traffic congestion in urban areas of Bali Province, especially in Singaraja City.
Urban areas were selected because of the growth of means of transport, movementof population diversity and specificity in the religious-culture that gave rise to the
phenomenon of traffic congestion. This paper aims to: (1) assess the role of
carrying capacity of roads in determining the level of traffic congestion inSingaraja City, (2) reveal the characteristic of the population movement and (3)
formulate traffic management direction in Singaraja City.The main focus of this paper shows that: (1) spatial distribution of the
carrying capacity of roads and traffic congestion levels clustered based onmorphological zones and the function of the city streets, namely category
exceeded high of the carrying capacity of roads and high levels of trafficcongestion clustered in zone and/or the zone near the city core, while the category
exceeded medium of the carrying capacity of roads and medium levels of traffic
congestion are being clustered in zone and/or zone close to the peripheral area, (2)
characteristics of population movement on the road network which has high levels
of traffic congestion are mostly engaged with the type of lateral movement andwith a view to social activities, while on the road network that has the medium
level of traffic congestion is most road users move to the type of centrifugal
movement and with a view to social activities and (3) traffic management
direction on any road network varies according to the carrying capacity of roads
and the maximum level of traffic congestion and dominance type and purpose of
population movements, the road network which has high levels of traffic
congestion in part in accordance with the directives of the modes shift, while on
the road network experiencing traffic congestion in medium levels are entirely in
accordance with the traffic management direction of the route shift of trafficmovement.
Although there is not currently experiencing a massive traffic congestion,but the physical development of urban and nature of the urban population as well
as with different specificities owned tend to be the main forces that driveSingaraja City toward the urban transportation problem. Studies in this paper is a
preventive effort of a massive traffic congestion, and became the early foundation
in realizing a sustainable urban transport systems in urban areas of Bali Province
in general, and in Singaraja City in particular.
Key words: Carrying Capacity of Roads, Traffic Congestion, Population
Movements and Traffic Management
-
8/3/2019 Full Paper Putu
2/16
2 Seminar Internasional Masa Depan Wilayah Kota dan Pinggiran Kota
I. PENDAHULUAN
Tulisan dalam paper ini termasuk dalam lingkup studi geografi kekotaan
yang lebih mengkhusus pada studi geografi transportasi dengan fokus pada kajian
kemacetan lalu lintas. Pendekatan yang digunakan dalam menghampiri kajian ini
adalah pendekatan spasial dan ekologikal (Yunus, 2004). Pendekatan spasial
digunakan untuk menganalisis distribusi spasial dari kemacetan lalu lintas,
sedangkan pendekatan ekologikal pada studi transportasi selalu berusaha untuk
mengkaji hubungan pergerakan masyarakat dan daya dukung jalan dengan gejala
kemacetan lalu lintas.
Kota Singaraja merupakan ibukota Kabupaten Buleleng Provinsi Bali yangmengalami pertambahan penduduk yang signifikan, yaitu sebesar 4,5 % dari tahun
2004 hingga 2008 (BPS Kab. Buleleng, 2009). Pertambahan jumlah penduduk
tersebut memicu semakin kompleks kebutuhan hidup masyarakat Kota Singaraja.
Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat harus melakukan
mobilitas ke pusat pelayanan tertentu. Di samping itu, masyarakat juga melakukan
mobilitas untuk melaksanakan rutinitas pekerjaan. Mobilitas masyarakat tersebut
secara tidak langsung mengakibatkan pertambahan jumlah kendaraan bermotor,
dan memacu kompleksitas lalu lintas di Kota Singaraja.
Di sisi lain, kekhususan fungsi Kota Singaraja sebagai ibukota Kabupaten
Buleleng, kota pendidikan, sentra perekonomian dan juga sebagai perwujudan
aktivitas sosial budaya keagamaan membawa konsekuensi pada tekanan terhadap
daya dukung jalan dalam mengakomodasikan arus lalu lintas. Irwan (2003)
mendefinisikan daya dukung jalan sebagai batas teratas pertumbuhan kendaraan
bermotor yang tidak lagi dapat didukung prasarana transportasi dan lingkungan
yang ada. Menurut Salim (1997) daya dukung jalan merupakan kemampuan suatu
jaringan jalan di dalam menampung arus lalu lintas. Dengan demikian, secara
konseptual daya dukung jalan dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi jalan
dengan sejumlah kendaraan dapat layak untuk melewati suatu titik jaringan jalan
selama interval waktu tertentu. Dampak negatif terjadi apabila manusia di dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidup dan menjalankan aktivitasnya melampaui daya
dukung jalan. Salah satu dampak negatif tersebut yang kemudian muncul adalah
kemacetan lalu lintas.
-
8/3/2019 Full Paper Putu
3/16
3 Seminar Internasional Masa Depan Wilayah Kota dan Pinggiran Kota
Kemacetan lalu lintas adalah kondisi lalu lintas pada beberapa ruas jalan
yang daya gunanya meningkat, dicirikan dengan kecepatan kendaraan yang lebih
lambat (Dimitriou, 1989). Pakar lain, Salim (1985) mendefinisikan kemacetan lalu
lintas sebagai suatu kondisi lalu lintas dengan melambatnya pergerakan sebagai
akibat konsentrasi kendaraan yang melebihi daya dukung jalan. Berdasarkan
definisi tersebut, maka kemacetan lalu lintas ini akan memperlambat pergerakan
dan aktivitas masyarakat.
Ditinjau dari sisi mobilitas penduduk, terjadinya kemacetan lalu lintas di
Kota Singaraja secara garis besar juga dipengaruhi oleh karakteristik pergerakan
penduduk. Tipe pergerakan dan maksud pergerakan penduduk merupakan
karakteristik pergerakan penduduk perkotaan yang dipandang memiliki kontribusi
dalam memunculkan fenomena kemacetan lalu lintas. Tipe pergerakan penduduk
menurut Tamin (2000) selalu dikaitkan dengan pola hubungan antara distribusi
spasial perjalanan dengan distribusi spasial tata guna lahan yang terdapat di dalam
suatu wilayah. Dalam hal ini, konsep dasarnya adalah pergerakan yang dilakukan
untuk melakukan aktivitas tertentu di lokasi yang dituju, ditentukan oleh tata guna
lahan kota yang terdapat pada lokasi tujuan tersebut. Pengaruh dari tata guna
lahan tersebut memunculkan tiga tipe pergerakan penduduk perkotaan utama,
yaitu (1) gerakan sentripetal, (2) gerakan sentrifugal dan (3) gerakan lateral.
Secara umum gerakan sentripetal berkaitan dengan upaya penduduk untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan menyelenggarakan aktivitasnya yang selalu
melakukan pergerakan menuju ke pusat kota. Gerakan sentrifugal terjadi ketika
penduduk melakukan perjalanan meninggalkan tempat aktivitasnya yang berada
di pusat kota menuju permukiman di luar pusat kota, sedangkan lateral merupakan
gerakan penduduk yang berlangsung di dalam satu zona yang sama.Maksud pergerakan penduduk sebagai salah satu karakteristik pergerakan
penduduk didefiniskan sebagai sesuatu atau beberapa hal yang mengakibatkan
terjadinya pergerakan penduduk (Tamin, 2000). Maksud pergerakan penduduk
tersebut dapat dikelompokkan sesuai dengan karakter dasarnya, yaitu berkaitan
dengan aktivitas ekonomi, sosial, pendidikan, rekreasi dan hiburan serta aktivitas
kebudayaan. Nugraha (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dalam
melakukan maksud pergerakan tertentu, orang biasanya dihadapkan pada pilihan
-
8/3/2019 Full Paper Putu
4/16
4 Seminar Internasional Masa Depan Wilayah Kota dan Pinggiran Kota
jenis moda transportasi, baik kendaraan pribadi roda dua atau roda empat,
angkutan umum, kereta api atau pesawat terbang sekalipun. Dalam menentukan
pilihan moda transportasi, orang mempertimbangkan beberapa faktor utama, yang
diantaranya adalah: (1) maksud pergerakan, (2) tingkat kenyamanan, (3) tingkat
kelancaran dan (4) jarak tempuh.
Belum ada studi yang mendalam mengenai kemacetan lalu lintas di Kota
Singaraja ditinjau dari daya dukung jalan hingga saat ini. Di sisi lain, upaya
mengidentifikasi dan menghubungkan karakteristik pergerakan penduduk dengan
level kemacetan lalu lintas juga diperlukan guna memahami peranan pengguna
jalan dalam keberlangsungan kemacetan lalu lintas ini. Meskipun belum tergolong
kemacetan secara konstan dan total, tetapi pertambahan jumlah kendaraan dan
dengan fungsi kota yang dimiliki mengindikasikan adanya gejala peningkatan
level kemacetan lalu lintas di Kota Singaraja.
Berdasarkan hal tersebut, maka kenyataan yang ada adalah bahwa terdapat
gejala kemacetan lalu lintas terjadi di Kota Singaraja. Dalam fakta yang lain dapat
ditunjukkan bahwa level kemacetan lalu lintas memiliki kecenderungan untuk
meningkat dengan sebaran yang lebih luas dan durasi waktu yang lebih panjang,
sehingga dipandang perlu untuk mengkaji peranan daya dukung jalan dalam
penentuan level kemacetan lalu lintas dan mengidentifikasikan tipe pergerakan
dan maksud pergerakan penduduk guna merumuskan arahan manajemen lalu
lintas. Adapun fokus utama dalam paper ini adalah sebagai berikut: (1) mengkaji
kemacetan lalu lintas berdasarkan daya dukung jalan di Kota Singaraja, (2)
mengungkapkan karakteristik pergerakan penduduk di Kota Singaraja dan (3)
merumuskan arahan manajemen lalu lintas di Kota Singaraja.
II. Tinjauan Daya Dukung Jalan terhadap Kemacetan Lalu Lintas di Kota
Singaraja
2.1 Kajian Kemacetan Lalu Lintas Berdasarkan Daya Dukung Jalan
Jaringan jalan merupakan sarana transportasi yang dalam pemanfaatannya
diperlukan pengaturan untuk menjaga keseimbangan daya dukung jalan. Secara
konseptual daya dukung jalan merupakan suatu kondisi jalan dengan sejumlah
kendaraan dapat layak untuk melewati suatu titik jaringan jalan selama interval
-
8/3/2019 Full Paper Putu
5/16
5 Seminar Internasional Masa Depan Wilayah Kota dan Pinggiran Kota
waktu tertentu. Daya dukung jalan di dalam kinerjanya dipengaruhi oleh perilaku
lalu lintas mencakup volume lalu lintas, kapasitas jalan, kecepatan kendaraan dan
kecepatan arus bebas (MKJI, 1997). Daya dukung jalan dari suatu jaringan jalan
menunjukkan sisi kuantitatif dari kemacetan lalu lintas.
Secara keseluruhan level kemacetan lalu lintas maksimum pada masing-
masing zona morfologi Kota Singaraja cukup bervariasi sebagai berikut.
1. Pada zona pusat kota, tampak bahwa level kemacetan lalu lintas maksimumtertinggi secara keseluruhan ialah level tinggi, baik di jalan arteri dengan nilai
daya dukung jalan 1,52 maupun jalan kolektor yang bernilai 1.58. Hal ini
memperlihatkan adanya homogenitas level kemacetan lalu lintas maksimum
tertinggi pada zona pusat kota seperti terlihat pada kedua gambar berikut.
2. Pada zona selaput inti kota, kemacetan lalu lintas maksimum level tinggi tidakterjadi di seluruh fungsi jalan. Level tinggi ini hanya terjadi pada jalan arteri
dengan nilai daya dukung jalan 1,48, sedangkan level kemacetan lalu lintas
maksimum tertinggi pada jalan kolektor adalah berlevel sedang dengan nilai
0,99. Kenyataan ini memperlihatkan adanya heterogenitas level kemacetan lalu
lintas pada zona selaput inti kota seperti terlihat pada kedua gambar berikut.
Gambar 2.1 Kemacetan Lalu Lintas padaJalan Arteri
Gambar 2.2 Kemacetan Lalu Lintas padaJalan Kolektor
Gambar 2.3 Kemacetan Lalu Lintas pada
Jalan Arteri
Gambar 2.4 Kemacetan Lalu Lintas pada
Jalan Kolektor
-
8/3/2019 Full Paper Putu
6/16
6 Seminar Internasional Masa Depan Wilayah Kota dan Pinggiran Kota
3. Pada zona pinggiran kota memperlihatkan homogenitas level kemacetan lalulintas maksimum tertinggi. Homogenitas ini tampak dari level kemacetan lalu
lintas maksimum pada masing-masing periode jam, baik hari libur maupun hari
efektif yang hampir sama. Sebagian besar level kemacetan lalu lintas
maksimum tertinggi pada zona pinggiran kota adalah level sedang, dengan
nilai daya dukung jalan berturut-turut adalah 1,00 di jalan arteri dan 0,93 di
jalan kolektor.
Berbasis dari level kemacetan lalu lintas maksimum dari ketiga zona
morfologi Kota Singaraja tersebut, dapat dikatakan bahwa pada jam puncak
sebaran spasial level kemacetan lalu lintas maksimum dengan level tinggi
mengelompok pada zona dan/atau zona morfologi kota yang berada paling dekat
dengan zona pusat kota, terutama jaringan jalan yang memiliki fungsi jalan arteri
seperti terlihat pada Gambar 2.7.
2.2 Tinjauan Pergerakan Penduduk dalam Kemacetan Lalu Lintas
Pembangunan wilayah dalam kerangka regional berkaitan erat dengan
proses interaksi keruangan antarwilayah. Salah satu fenomena interaksi keruangan
antarwilayah yang mempengaruhi pembangunan suatu wilayah adalah pergerakan
penduduk dari satu tempat ke tempat lain (Hurst dan Eliot, 1974). Secara umum
pergerakan penduduk terjadi karena adanya proses pemenuhan kebutuhan hidup
dan dari rutinitas kerja. Berdasarkan hal tersebut, pergerakan penduduk dipandang
sebagai kebutuhan turunan yang tersebar secara tidak merata di dalam ruang yang
terpisahkan oleh jarak dan waktu.
Gambar 2.5 Kemacetan Lalu Lintas padaJalan Arteri
Gambar 2.6 Kemacetan Lalu Lintas padaJalan Kolektor
-
8/3/2019 Full Paper Putu
7/16
-
8/3/2019 Full Paper Putu
8/16
8 Seminar Internasional Masa Depan Wilayah Kota dan Pinggiran Kota
Sebaran kebutuhan yang heterogen tersebut mengakibatkan keberagaman
dari aliran penduduk. Penduduk yang secara kontinyu melakukan pergerakan akan
memunculkan tipe dan maksud pergerakan yang bervariasi. Karakteristik
pergerakan penduduk ini memiliki kontribusi yang signifikan dalam kompleksitas
arus lalu lintas. Tipe dan maksud pergerakan penduduk adalah gambaran kualitatif
dari kondisi lalu lintas di Kota Singaraja.
A. Tipe Pergerakan PendudukSecara konseptual tipe pergerakan selalu berkaitan dengan pola hubungan
distribusi spasial pergerakan dengan penggunaan lahan yang terdapat pada suatu
wilayah (Tamin, 2000). Tipe pergerakan penduduk yang ditentukan berdasarkan
keterkaitan ruang antara distribusi pergerakan dengan distribusi penggunaan lahan
menciptakan tiga manifestasi gerakan, yaitu gerakan sentripetal, sentrifugal dan
gerakan lateral. Gerakan sentripetal merupakan aliran penduduk yang dalam
memenuhi kebutuhan hidup dan melaksanakan berbagai aktivitasnya selalu
bergerak menuju ke wilayah pusat kota. Gerakan sentrifugal terjadi ketika
penduduk melakukan pergerakan meninggalkan wilayah pusat kota menuju
wilayah di luar pusat kota, sedangkan gerakan lateral adalah aliran pergerakan
penduduk yang berlangsung hanya di dalam suatu zona morfologi kota.
Ketiga manifestasi tipe pergerakan ini di dalam aktualisasinya dipengaruhi
oleh dimensi keruangan dan kewaktuan yang berlangsung di Kota Singaraja.
Sehingga tipe pergerakan penduduk selalu mengalami perubahan pada periode
waktu tertentu. Terdapat kesamaan dominasi tipe pergerakan penduduk, terutama
pada zona pusat kota dan selaput inti kota, yaitu dengan gerakan lateral, sementara
pada zona pinggiran kota, baik pada hari libur maupun hari efektif tipe pergerakanpenduduk yang mendominasi adalah gerakan sentripetal.
B. Maksud Pergerakan PendudukMaksud pergerakan secara konseptual berkaitan dengan karakteristik dasar
aktivitas yang mengakibatkan terjadinya pergerakan (Tamin, 2000). Berdasarkan
hal tersebut, maksud pergerakan dikelompokkan ke dalam 5 aktivitas penduduk
yaitu aktivitas ekonomi, sosial, pendidikan, rekreasi dan aktivitas kebudayaan.
-
8/3/2019 Full Paper Putu
9/16
9 Seminar Internasional Masa Depan Wilayah Kota dan Pinggiran Kota
Kecenderungan dari representasi maksud pergerakan penduduk di Kota
Singaraja tersebut memiliki sifat yang dinamis. Dominasi dari maksud pergerakan
penduduk, baik dari dimensi spasial maupun temporal memiliki kesamaan. Pada
hari libur, baik pada zona pusat kota, selaput inti kota maupun pada zona
pinggiran kota maksud pergerakan penduduk yang mendominasi adalah aktivitas
ekonomi, sementara pada hari efektif aktivitas sosial lebih mendominasi maksud
pergerakan penduduk di Kota Singaraja.
C. Inter-relasi Pergerakan Penduduk dengan Level Kemacetan Lalu Lintas
Pergerakan penduduk yang direpresentasikan melalui tipe dan maksud
pergerakan penduduk memiliki kontribusi yang signifikan terhadap suatu kondisi
lalu lintas. Hal ini tampak dari adanya keterkaitan antara pergerakan penduduk
dengan level kemacetan lalu lintas. Secara garis besar pada jalan yang memiliki
level kemacetan lalu lintas tinggi pada jam puncak sebagian besar bergerak secara
lateral dan dengan maksud untuk aktivitas sosial, sedangkan pada jalan yang
memiliki level kemacetan lalu lintas sedang pada jam puncak sebagian besar
pengguna jalan bergerak secara sentrifugal dan dengan maksud untuk aktivitas
sosial. Sebaran spasial level kemacetan lalu lintas ditinjau dari karakteristik
pergerakan penduduk di Kota Singaraja seperti terlihat pada Gambar 2.8.
2.3 Tinjauan Aktivitas Budaya-Keagamaan dalam Kemacetan Lalu Lintas
Masyarakat Hindu di Bali dalam perkembangan nilai-nilai sosial budaya
keagamaannya berimplikasi pada pandangan masyarakat terhadap aktivitas
keagamaanya berupa upacara-upacara agama dan adat, termasuk juga masyarakat
Hindu di kota Singaraja. Aktivitas keagamaan dan adat pada dasarnya memilikikebutuhan akan penggunaan jalan, baik sebagai sarana untuk mencapai tempat
tujuan aktivitas keagamaan dan upacara adat maupun sebagai tempat untuk
menyelenggarakan upacara keagamaan itu sendiri. Penggunaan jalan untuk
aktivitas tersebut secara tidak langsung akan membawa konsekuensi pada tekanan
terhadap daya dukung jalan dalam mengakomodasikan arus lalu lintas, sehingga
memunculkan fenomena kemacetan lalu lintas secara aksidental.
-
8/3/2019 Full Paper Putu
10/16
10 Seminar Internasional Masa Depan Wilayah Kota dan Pinggiran Kota
PETA SEBARAN SPASIAL
LEVEL KEMACETAN LALU LINTAS DITINJAU DA RI
KARAKTERISTIK PERGERAKAN PENDUDUK
DI KOTA SINGARAJA
LEGENDA
Pusat Kota
Selaput Inti KotaPinggiran Kota
Batas Kelurahan/DesaJalan Propinsi
Jalan Kabupaten
Batas Kota
Administrasi :
Zona Morfologi Kota :
Jalan Kota
115 04' 00" BT
08
09
'00
"L
S
115 04' 00" BT 115 05' 30" BT 115 07' 00" BT
115 07' 00" BT115 05' 30" BT
08
07'30"
LS
08
06'00"
LS
08
06'00"
LS
08
07'30"
LS
08
09'0
0"
LS
Desa Bak tiseraga
Kelurahan Banyuasri
Kelurahan
Br. Tegal
Kelurahan
Kaliuntu
Kelurahan
Kp. Anyar
Kelurahan
Kp. Bugis
Kelurahan
Br. Bali
Kelurahan
Br. Jawa
Kelurahan
Astina
Kelurahan
Kendran
Kelurahan
Kp. Singaraja
Kelurahan
PaketAgung
Kelurahan
Liligundi
Kelurahan
Beratan
Kelurahan Sukasada
Kelurahan
Kp. Baru
Kelurahan Banyuning
Kelurahan Penarukan
Desa Sawan
Desa Pengelatan
Desa Petandakan
Desa Sarimekar
Desa
Nagasepaha
Desa
Padang Bulia
Desa Sambangan
Desa Panji
Desa Pemaron
Kelurahan
Kp. Kajanan
Gambar 3.2 Peta Sebaran Spasial Level Kemacetan Lalu Lintas Ditinjau dari
Karakteristik Pergerakan Penduduk di Kota Singaraja
Lau
tB
ali
#S5
#S4 #S2
#S1
#S3
#S6
Kota Singaraja
11430'BT
08
15'LS
08
00'LS
08
00'LS
08
15'LS
114 45 'BT 115 00 ' BT 115 15 'BT
11515'BT11500'BT11445'BT11430'BT
Kota Singaraja
Inset Kabupaten Buleleng0 25 50 Km
Dibuat oleh : Putu Indra Christiawan
NIM : 09/290895/PGE/7 96
Sumber :1. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Thn 1999
2. Peta Admin Kota Singaraja Skala 1:50.000 Thn 2008
0 0,4 0,8 Km
U
TB
S
No Jala n Le vel Ti pe Pe rgeraka n
Gajah Ma da
Ngurah Rai
Sebaran Spasial Level Kemacetan Lalu Lintas :
Surapati
Sudirman
Mayor Metra
Laksamana
1
2
3
4
5
6
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Ge ra k an Se nt ri fu g al Ak ti vi t as So s ial
Maksud Pergerakan
Gerakan Lateral
Gerakan Lateral
Gerakan Sentripetal
Gerakan Sentrifugal
Gerakan Sentrifugal
Aktivitas Sosial
Aktivitas Sosial
Aktivitas Sosial
Aktivitas Sosial
Aktivitas Sosial
Gambar 2.8 Peta Sebaran Spasial Level Kemacetan Lalu Lintas
Ditinjau dari Karakteristik Pergerakan Penduduk di Kota Singaraja
-
8/3/2019 Full Paper Putu
11/16
11 Seminar Internasional Masa Depan Wilayah Kota dan Pinggiran Kota
Dimensi aksidental yang dimaksud dalam paper ini adalah waktu puncak
kemunculan kemacetan lalu lintas bukan dikarenakan aktivitas atau kondisi lalu
lintas normal, tetapi lebih dipengaruhi oleh dimensi temporal sesuai dengan nilai-
nilai budaya-keagamaan masyarakat Hindu. Hal ini mengakibatkan pengguna
jalan secara umum tidak dapat memprediksi akan adanya pengurangan lebar jalan
ataupun perlambatan arus lalu lintas akibat dari aktivitas budaya-keagamaan
tersebut. Kemacetan lalu lintas berdasarkan tinjauan aktivitas budaya-keagamaan
ini memunculkan dua varian kemacetan lalu lintas, yaitu kemacetan lalu lintas
aksidental pasif dan aksidental pasif dengan deskripsi kondisi sebagai berikut.
A. Aksidental Pasif
Kemacetan lalu lintas pada kondisi ini diakibatkan dari adanya aktivitas
budaya-keagamaan yang menggunakan sebagian dari badan jalan sebagai tempat
untuk menyelenggarakan upacara keagamaan. Hal ini mengakibatkan lebar jalan
menjadi berkurang, sehingga daya dukung jalan dalam mengakomodasikan arus
lalu lintas menjadi berkurang, terutama pada hari efektif dan pada jam puncak.
Bersifat pasif karena pengurangan lebar jalan secara umum hanya terjadi di depan
atau di sekitar lokasi upacara, sehingga secara spasial lokasi tersebut menjadi titik
utama dari kemacetan lalu lintas. Pada waktu puncak kemacetan lalu lintas berada
pada level sedang hingga level tinggi dengan durasi waktu yang cukup lama
seperti terlihat pada gambar berikut.
B. Aksidental Aktif
Kemacetan lalu lintas aksidental aktif merupakan perlambatan arus lalu
lintas pada suatu jaringan jalan yang digunakan secara aktif oleh iring-iringan
Gambar 2.9 dan 2.10Kemacetan Lalu Lintas Aksidental Pasif
-
8/3/2019 Full Paper Putu
12/16
-
8/3/2019 Full Paper Putu
13/16
13 Seminar Internasional Masa Depan Wilayah Kota dan Pinggiran Kota
Arahan manajemen lalu lintas berdasarkan sisi kuantitatif dan kualitatif
dari kondisi lalu lintas di Kota Singaraja seperti terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Matriks Arahan Manajemen Lalu Lintas di Kota SingarajaNo Zona
Mor-
fologi
Kota
Fungsi
Jalan
Daya
Dukung
Jalan
Level
Kemacetan
Lalu
Lintas
Tipe
Pergerakan
Penduduk
Maksud
Pergerakan
Penduduk
Arahan
Manajemen
Lalu Lintas
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Pusat
Kota
Arteri Terlampaui
Tinggi
Tinggi Gerakan
Sentrifugal
Aktivitas
Sosial
Pergeseran
Waktu
Kolektor Terlampaui
Tinggi
Tinggi Gerakan
Lateral
Aktivitas
Sosial
Pergeseran
Moda
2 Sela-
putInti
Kota
Arteri Terlampaui
Tinggi
Tinggi Gerakan
Lateral
Aktivitas
Sosial
Pergeseran
ModaKolektor Terlampaui
Sedang
Sedang Gerakan
Sentrifugal
Aktivitas
Sosial
Pergeseran
Rute
3 Ping-
giran
Kota
Arteri Terlampaui
Sedang
Sedang Gerakan
Sentrifugal
Aktivitas
Ekonomi
Pergeseran
Rute
Kolektor Terlampaui
Sedang
Sedang Gerakan
Sentripetal
Aktivitas
Sosial
Pergeseran
Rute
Sumber: Christiawan, 2010
Berdasarkan Tabel 2.1 menunjukkan bahwa terdapat kesamaan arahan
manajemen lalu lintas, terutama di jaringan jalan pada zona pinggiran kota,sedangkan arahan manajemen lalu lintas jaringan jalan, baik pada zona pusat
maupun selaput inti kota memperlihatkan adanya variasi. Pada zona pusat kota,
terutama pada jalan yang memiliki fungsi arteri lebih sesuai dengan arahan
manajemen pergeseran waktu, sementara jalan yang berfungsi kolektor lebih
sesuai dengan arahan manajemen pergeseran moda. Arahan manajemen lalu lintas
di jalan kolektor pada zona pusat kota ini memiliki kesamaan dengan arahan
manajemen lalu lintas di jalan arteri pada zona selaput inti kota, sedangkan untuk
jalan kolektor pada zona selaput inti kota lebih sesuai dengan arahan manajemen
pergeseran rute sama seperti pada zona pinggiran kota.
Arahan manajemen lalu lintas ini secara tidak langsung memperlihatkan
adanya keterkaitan upaya preventif dengan kondisi lalu lintas pada suatu jaringan
jalan. Hal ini tampak dari hubungan antara arahan manajemen lalu lintas ini
dengan sebaran spasil level kemacetan lalu lintas di Kota Singaraja seperti terlihat
pada Gambar 2.13.
-
8/3/2019 Full Paper Putu
14/16
14 Seminar Internasional Masa Depan Wilayah Kota dan Pinggiran Kota
P ETA S EB AR AN S P AS IAL
LEVEL KEM AC ETAN LALU LINTAS
DAN AR AHAN M ANAJ EM EN LALU LINTAS
DI KOTA S INGAR AJ A
LEGENDA
Pusat Kota
Selaput Inti KotaPinggiran Kota
Batas Kelurahan/DesaJalan PropinsiJalan Kabupaten
Batas Kota
Administrasi :
Zona Morfologi Kota :
Jalan Kota
115 04' 00" BT
08
09
'00
"L
S
115 04' 00" B T 115 05' 30" BT 115 07' 00" BT
115 07' 00" BT115 05' 30" BT
08
07'30"
LS
08
06'00"
LS
08
06'00"
LS
08
07'30"
LS
0
8
09'00"
LS
Desa Baktiseraga
Kelurahan Banyuasri
Kelurahan
Br. Tegal
Kelurahan
Kaliuntu
Kelurahan
Kp. Anyar
Kelurahan
Kp. Bugis
Kelurahan
Br. Bali
Kelurahan
Br. Jawa
Kelurahan
Astina
Kelurahan
Kendran
Kelurahan
Kp. Singaraja
Kelurahan
PaketAgung
Kelurahan
Liligundi
Kelurahan
Beratan
Kelurahan Sukasada
Kelurahan
Kp. Baru
Kelurahan Banyuning
Kelurahan Penarukan
Desa Sawan
Desa Pengelatan
Desa Petandakan
Desa Sarimekar
Desa
Nagasepaha
Desa
Padang Bulia
Desa Sambangan
Desa Panji
Desa Pemaron
Kelurahan
Kp. Kajanan
Gambar 3.3 Peta Sebaran Spasial Level Kemacetan Lalu Lintas dan Arahan
Manajemen Lalu Lintas di Kota Singaraja
Lau
tB
ali
#S5
#S4 #S2
#S1
#S3
#S6
Kota Singaraja
11430'BT
0815'LS
08
00'LS
08
00'LS
0815'LS
114 45 'BT 115 00 ' BT 115 15 'BT
11515'BT11500'BT11445'BT11430'BT
Kota Singaraja
Inset Kabupaten Buleleng0 25 50 Km
Dibuat oleh : Putu Indra ChristiawanNIM : 09/290895/PGE/7 96Sumber :1. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Thn 19992. Peta Admin Kota Singaraja Skala 1:50.000 Thn 2008
0 0,4 0,8 Km
U
TB
S
No Jalan Le vel Araha n M ana jeme n Lalu L inta s
Gajah M ada
Ngurah Rai
Sebaran Spasial Level Ke macetan Lalu Lintas :
Surapati
Sudirman
Mayor Metra
Laksamana
1
2
3
4
5
6
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Pergeseran Waktu
Pergeseran Moda
Pergeseran Rute
Pergeseran Moda
Pergeseran Rute
Pergeseran Rute
Gambar 2.13 Peta Sebaran Spasial Level Kemacetan Lalu Lintas
Dan Arahan Manajemen Lalu Lintas di Kota Singaraja
-
8/3/2019 Full Paper Putu
15/16
15 Seminar Internasional Masa Depan Wilayah Kota dan Pinggiran Kota
III. PENUTUP
Penentuan kemacetan lalu lintas berdasarkan daya dukung jalan secara
kuantitatif dalam paper ini diekspresikan melalui sebaran spasial daya dukung
jalan dan level kemacetan lalu lintas di Kota Singaraja. Sebaran spasial level
kemacetan lalu lintas pada jam puncak sejalan dengan nilai daya dukung jalan,
yaitu semakin dekat dengan zona pusat kota dan semakin tinggi hirarki dari fungsi
jalan, maka akan semakin tinggi level kemacetan lalu lintas maksimum. Hal ini
mengindikasikan bahwa sebaran spasial level kemacetan lalu lintas maksimum di
Kota Singaraja mengelompok berdasarkan pada zona morfologi kota dan fungsi
jalan. Ditinjau dari sisi kualitatif, level kemacetan lalu lintas dapat diekspresikan
berdasarkan pergerakan penduduk. Hubungan antara pergerakan penduduk
dengan level kemacetan lalu lintas di Kota Singaraja diperlihatkan dengan adanya
kecenderungan dominasi dari tipe dan maksud pergerakan penduduk tertentu
terhadap variasi level kemacetan lalu lintas tertentu. Hubungan diantara keduanya
pada jam puncak dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pergerakan penduduk
yang berasal dan menuju zona morfologi kota yang sama untuk aktivitas sosial,
maka semakin tinggi level kemacetan lalu lintas maksimum.
Arahan manajemen lalu lintas yang direkomendasikan dalam paper ini
adalah dengan melaksanakan strategi pergeseran waktu, moda, rute pergerakan
penduduk dan strategi pergeseran lokasi tujuan pada jam puncak. Manajemen lalu
lintas yang berdasarkan manajemen kebutuhan transportasi ini merupakan pondasi
awal di dalam mewujudkan sistem transportasi perkotaan yang berkelanjutan.
Dari sisi teoritis, hasil studi dalam paper ini memberikan sumbangan ide
berupa model praktis dalam terapan geografi transportasi perkotaan, khususnyamengenai studi kemacetan lalu lintas ditinjau dari segi kuantitatif melalui konsep
daya dukung jalan dengan variabel utama, yaitu volume lalu lintas, kapasitas
jalan, kecepatan kendaraan rata-rata pengguna jalan dan kecepatan arus bebas,
serta secara kualitatif melalui karakteristik pergerakan penduduk dengan variabel
tipe dan maksud pergerakan penduduk. Kombinasi dari kedua tinjauan kuantitatif
dan kualitatif dalam paper ini akan menghasilkan suatu studi kemacetan lalu
lintas, khususnya studi di daerah perkotaan yang lebih komprehensif.
-
8/3/2019 Full Paper Putu
16/16
16 Seminar Internasional Masa Depan Wilayah Kota dan Pinggiran Kota
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2009.Buleleng Dalam Angka 2009. Buleleng: BPS.
Christiawan, Putu Indra. 2010. Studi Kemacetan Lalu Lintas Ditinjau Dari Daya
Dukung Jalan Di Kota Singaraja. Tesis (tidak diterbitkan). Fakultas
Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Dimitriou, H.T. 1989. The Transport Planning Process and its Derivatives: An
Assessment of their Contribution to the Formulation of Appropriate
Guidelines for Third World Cities. (unpublished) PhD Thesis. Department
of Town Planning, University of Wales, Cardiff.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia.
Departmen Pekerjaan Umum RI, Jakarta.
Hurst and Eliot, M.E. 1974. Transportation Geography: Comments and Readings.
New York: McGraw-Hill Book Company.Irwan, Z. D. 2003.Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nugraha, F.A. 2003. Analisis Tingkat Pelayanan Angkutan Umum Berdasarkan
Karakteristik Pergerakan Penduduk di Kota Kudus. Tugas Akhir (tidak
diterbitkan) Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.
Salim, Abbas. 1997.Manajemen Transportasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Salim, Emil. 1985. Pendidikan Arsitektur Lansekap dalam Menunjang
Pembangunan. Jakarta: FATIL USAKTI.
Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi: Edisi Kedua.
Bandung: Penerbit ITB.
Yunus, Hadi Sabari. 2004. Pendekatan Utama Geografi: Acuan Khusus pada
Pendekatan Keruangan, Ekologis dan Kompleks Wilayah. Makalah (tidak
diterbitkan). Disampaikan pada Stadium Generale Jurusan Geografi,
Fakultas Ilmu Sosial, UNS 24 Maret 2004 di Semarang.
UCAPAN TERIMA KASIH
Melalui kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang tulus dan tak terhingga kepada Bapak Prof. Dr. H. Hadi Sabari
Yunus, Drs., M.A, sebagai sang pencerah dan pembimbing akademis yang telahmemberikan bimbingan dan kearifan pada penulis, beliau telah mencurahkan
seluruh tenaga dan pikiran beliau, serta selalu membukakan pintu selebar-lebarnya
bagi penulis untuk mendiskusikan, menyerap bahan-bahan referensi serta
mengkonstruksi cara berpikir penulis menjadi lebih sistematis dan kritis. Di sisi
lain, teramat banyak ilmu pengetahuan praktis dan teoritis yang diajarkan kepada
penulis, yaitu sejak masa perkuliahan maupun pada saat bimbingan dalam rangkamenyelesaikan program S2 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Beliau
membimbing dengan penuh kesabaran sampai akhirnya ilmu tersebut dapatpenulis pahami. Semoga amal, waktu, pikiran dan arahan yang telah dicurahkan
menambah pahala dan rizqi beliau, sehingga diberikan kesehatan dan kebahagiaanyang tetap di setiap waktunya.