fs pltmh

Upload: su-crez-no-atmaja

Post on 19-Oct-2015

999 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

  • JASCLEANS HYDRO POWER MENARA SUDIRMAN LANTAI 23 JL. JEND SUDIRMAN KAV 60 JAKARTA

    KABUPATEN LEBAK - BANTE

    STUDI KELAYAKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO (PLTM) BULAKAN (2X3.8 MW) KABUPATEN LEBAK - BANTEN

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    1-1

    BAB I

    1 PENDAHULUAN

    1.1 UMUM

    Saat ini negara kita berada dalam kondisi krisis energi karena adanya kenaikan

    harga BBM di pasaran dunia sehingga menyebabkan kenaikan harga BBM di

    dalam negeri, akibatnya Pemerintah dalam mengatasi krisis tersebut dengan

    melakukan pengurangan bahkan penghilangan subsidi BBM padahal PLN saat

    ini dalam memenuhi kebutuhan listrik masih menggunakan pembangkit listrik

    tenaga diesel, khususnya di daerah terpencil.

    Di lain pihak potensi energi terbarukan, dalam hal ini air, melimpah ruah

    mengalir begitu saja belum termanfaatkan secara maksimal.

    Masih banyak daerah aliran sungai yang potensi airnya terbuang begitu saja

    mengalir ke laut tanpa dianfaatkan sebelumnya sementara pemanfaatan energi

    dari fosil baik minyak maupun batu bara saat ini dieksplorasi secara besar-

    besaran yang lambat laun akan habis dan generasi selanjutnya tidak bisa lagi

    menjumpainya, sebaliknya energi yang dihasilkan oleh air bila tidak

    dimanfaatkan akan hilang begitu saja.

    Dalam mengantisipasi hal tersebut Pemerintah sudah menerbitkan

    peraturan/kebijakan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber energi

    terbarukan melalui

    Perpres 4/2010 tentang Penugasan kepada PLN untuk Melakukan

    Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik yang Menggunakan

    Energi Terbarukan, Gas dan Batubara;

    Undang-undang nomor 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan;

    Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 4/2012 tentang

    Harga Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT PLN dari Pembangkit Tenaga

    Listrik yang Menggunakan Energi Terbarukan Skala Kecil dan

    Menengah. Peraturan Menteri ini memberikan dorongan kepada

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    1-2

    pengembang swasta untuk membangun pembangkit listrik dari energi

    terbarukan.

    Dengan adanya ketentuan pemerintah yang membuka peluang usaha dibidang

    energi kelistrikan yang hasilnya harus diserap oleh PLN untuk disalurkan ke

    konsumen, maka peluang ini membuka para investor swasta untuk mulai

    mempelajari potensi energi tenaga air.

    Potensi tenaga air tersebar hampir di seluruh Indonesia dan diperkirakan

    mencapai 70.000 MW, sementara pemanfaatanya baru sekitar 6 persen dari

    potensi yang ada, umumnya pemanfaatan aliran sungai (run off river) dapat

    membangkitkan Listrik dengan skala mulai Micro sampai dengan Mini Hidro.

    Pembangkit Listrik Tenaga Mini-hidro (PLTM) merupakan salah satu

    pembangkit listrik yang cukup unik karena meskipun dalam skala kecil tetapi

    memiliki banyak kelebihan, yakni:

    Energi yang tersedia tidak akan habis selagi siklus dapat dijaga dengan

    baik, seperti daerah tangkapan atau catchment area, vegetasi sungai dan

    sebagainya (terbarukan).

    Proses yang dilakukan relatif mudah, harga turbin, generator, panel

    kontrol, hingga pembangunan sipilnya kira-kira Rp 20 juta per KW

    (kondisional).

    Memiliki effisiensi antara 85 - 90 %.

    Tidak menimbulkan polutan yang berbahaya (ramah lingkungan).

    Meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat.

    Meningkatkan kemampuan rekayasa masyarakat.

    Atas dasar kebutuhan energi yang cukup tinggi dan mendesak maka kami PT.

    JASCLEANS HYDRO POWER (JHP)sebagai salah satu anak perusahaan dari

    FORTIUS CORPORATION perusahaan yang bergerak dibidang investasi

    berkomitmen untuk berpartisipasi membantu Pemerintah dalam mengatasi

    kebutuhan energi listrik, dengan melakukan studi diberbagai daerah yang

    memiliki potensi baik sumberdaya air, panas bumi, maupun tambang batubara.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    1-3

    Saat ini kami telah melakukan usaha penelitian/studi lapangan tenaga air di

    aliran Sungai Ciliman di Desa Bulakan, Kecamatan Gunung Kencana di

    Kabupaten Lebak, Propinsi Banten, dalam rangka memanfatkan aliran air

    sungai untuk mendapatkan potensi Listrik yang bisa membantu pasokan

    Listrik untuk Banten khususnya di Kabupaten Lebak atau sekitarnya.

    Penelitian tenaga air (Hydro Power) yang kami lakukan meliputi :

    Survei lapangan sampai penentuan potensi PLTM

    - mencari lokasi sungai yang bisa dibendung dan berfungsi intake

    - menelusuri jalur untuk saluran (water ways)

    - mencari lokasi dataran untuk bak penenang sampai lokasi jalur

    pipa pesat dan lokasi pembangkit (power house)

    - menelusuri infrastruktur eksisting yang ada, antara lain; jalan

    akses, jaringan listrik.

    Studi kelayakan bagi lokasi PLTM terpilih, melakukan kajian ekonomis.

    Perencanaan detail konstruksi, dimensi bendung, saluran, jenis dan

    besarnya turbin.

    1.2 TUJUAN

    Tujuan pekerjaan FS (Feasibility Study) ini adalah untuk melakukan kajian

    kelayakan secara teknis dan ekonomi terhadap lokasi aliran Ciliman bila

    dibangun PLTM seperti yang telah ditentukan dari tahap awal studi.

    Bila hasil dari kajian ini menghasilkan nilai positif atau layak untuk dibangun

    maka selanjutnya data-data yang didapat akan disusun sebagai bahan

    penyusunan Proposal dari PT. JASCLEANS HYDRO POWER (JHP) untuk

    mendapatkan ijin-ijin, baik dari Pemda, Pemprov, maupun Kementerian (bila

    ada) serta untuk memperoleh PPA (Power Purchase Agreement) dari PT. PLN.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    1-4

    1.3 LOKASI PEKERJAAN

    Lokasi pekerjaan PLTM Bulakan terletak di DesaBulakan, Kecamatan Gunung

    Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Di rencana lokasi studi ini

    mengalir sungai Ciliman yang berpotensi untuk dijadikan sebagai pembangkit

    lsitrik tenaga air skala kecil (PLTM).

    Gambar 1-1 Peta Lokasi Studi PLTM Bulakan

    1.4 LINGKUP PEKERJAAN

    Lingkup pekerjaan studi kelayakan ini merupakan tahapan II (kedua) dari 3

    tahap keseluruhan studi kelayakan dan desain rinci. Beberapa kegiatan tahapan

    II berupa lapangan dan analisa di kantor, yaitu:

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    1-5

    1.4.1 Pekerjaan Topografi

    Maksud dan Tujuan:

    Pekerjaan topografi adalah pekerjaan pemetaan lokasi PLTM pada daerah

    bangunan-bangunan utama PLTM, yang dapat meliputi:

    Bendung pengalih (Weir)

    Bangunan pengambilan sungai (River Intake)

    Kolam penangkap pasir (Desand)

    Jalur/saluran penghantar (Canal/Water Way)

    Bak penenang (Head Tank)

    Jalur pipa pesat (Penstock)

    Gedung sentral (Power House)

    Saluran pembuang (Tailrace)

    Jalan masuk (Access Road)

    Rumah operator dan kantor

    Disamping itu dibuat juga profil memanjang dan melintang pada lokasi

    bangunan-bangunan utama tersebut.

    Ukuran/skala yang diminta adalah sebagai berikut:

    Pemetaan untuk pekerjaan studi kelayakan: 1:1000

    Pemetaan untuk pekerjaan desain rinci: 1:200 dan 1:100

    Potongan memanjang dan melintang

    - Horizontal: 1:500

    - Vertikal: 1:100

    Pembuatan patok BM (Bench Mark) sebagai referensi untuk menentukan

    posisi dan ketinggian bangunan-bangunan utama yang harus dibuat

    diawal pekerjaan pengukuran dan ditempatkan di sepanjang areal

    pengukuran dengan ukuran 20 x 20 x 80 cm3 dan ditanam sedalam 50

    cm.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    1-6

    1.4.2 Pekerjaan Hidrologi

    Maksud dan Tujuan:

    Pekerjaan studi hidrologi dilakukan untuk mengetahui debit andalan yang

    akan digunakan oleh pembangkit. Untuk maksud tersebut akan dilakukan

    pengumpulan semua data hidrometeorologi yang ada untuk daerah lokasi

    proyek seperti data curah hujan, data iklim, pekerjaan ini akan mencakup:

    Pengukuran debit sesaat dengan peralatan current meter untuk

    mendapatkan rating curve pada lokasi rencana bending dan gedung

    sentral,

    Pengukuran sedimentasi air sungai (pengambilan contoh air di lapangan

    dan pengukuran kandungan sedimen laying dan sedimen dasar sungai

    di laboratorium),

    Analisa aliran rendah (low flow) untuk mendapatkan karakteristik debit

    jangka panjang serta menetukan ketersediaan air untuk pembangkit

    PLTM,

    Analisa debit banjir rencana dengan periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan

    100 tahun.

    1.4.3 Pekerjaan Geologi Teknik/Geoteknik

    Maksud dan Tujuan:

    Penyelidikan geologi pada tahap FS ini dilaksanakan untuk mendapatkan

    gambaran kondisi geologi permukaan dan kebencanaan geologi di wilayah

    studi.

    1.4.4 Pembuatan Rancang Dasar (Basic Design)

    Maksud dan Tujuan:

    Rancang dasar adalah rancangan yang memuat tata letak (lay out) serta dimensi

    dari bangunan sipil utama dan penyusunan spesifikasi utama bagi peralatan

    elektromagnetik seperti turbin, governor, generator, transformer dan lain-lain.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    1-7

    Bangunan sipil meliputi bangunan utama termasuk pintu air dan katup-

    katup yang diperlukan, rumah operator, kantor, jalan masuk dan

    sebagainya,

    Dalam rancang dasar sudah ditentukan pula ketinggian (elevasi)

    permukaan tanah, kemiringan dari tebing dan atau lereng yang

    direncanakan sehingga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

    perkiraan biaya,

    Rancang dasar peralatan Elektro Mekanik lebih diarahkan kepada

    penentuan jenis turbin, kapasitas pembangkit dan jumlah unit yang

    disesuaikan dengan pola operasi PLTM apakah islated atau ter-

    interkoneksi dengan jaringan yang sudah ada, kondisi beban dan segi

    ekonomisnya,

    Desain dan pembuatan peralatan elektro mekanik adalah tanggung

    jawab pabrikan/supplier/kontraktor yang menangani pekerjaan

    tersebut,

    Rancang dasar peralatan elektro mekanik bersifat pembuatan kriteria

    untuk menyusun spesifikasi teknik yang diarahkan kepada standarisasi.

    Pekerjaan yang harus dilakukan dalam pembuatan rancang dasar antara lain:

    Membuat kriteria rancang dasar yang dilengkapi dengan dasar

    pemikiran, rumus yang digunakan, angka keamanan, referensi,

    peraturan yang dipakai dan lain sebagainya,

    Melakukan analisa perhitungan untuk menentukan jenis, kapasitas dan

    jumlah unit peralatan elektro mekanik,

    Menghitung perkiraan biaya proyek meliputi biaya pembebasan tanah,

    biaya pekerjaan sipil dan elektro mekanik serta biaya-biaya lainnya

    dibutuhkan,

    Menyiapkan jadwal pendanaan yang diperinci ke dalam pekerjaan sipil

    dan pekerjaan elektro mekanik.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    1-8

    1.4.5 Analisa Ekonomi dan Finansial

    Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan proyek yang

    direncanakan, ditinjau dari aspek ekonomi maupun finansial.

    Analisa dilakukan dengan menggunakan IRR (Internal Rate of Return) baik dari

    segi ekonomi maupun finansial dengan dilengkapi oleh Cash Flow.

    1.5 KERANGKA PELAPORAN HASIL STUDI

    Pekerjaan studi kelayakan ini dilakukan oleh tim Jascleans Hydro Power (JHP)

    yang pekerjaan utamanya meliputi:

    Laporan Utama Studi Kelayakan, yang membahas tentang hasil

    penyelidikan kajian lapangan, kajian tata letak bangunan, konsep

    perencanaan, estimasi biaya dan studi keekonomian proyek,

    Laporan Penunjang meliputi hasil pengukuran dan penyelidikan-

    penyelidikan lapangan, yang mencakup pengukuran dan pemetaan

    topografi, hidrologi, dan kondisi lingkungan serta social ekonomi daerah

    setempat.

    1.5.1 Laporan Studi Kelayakan

    Pembuatan Studi Kelayakan meliputi:

    Menelaah dan menganalisis laporan data-data dan informasi yang ada

    sehubungan dengan proyek PLTM Bulakan

    Studi Kondisi Daerah Proyek

    Studi kondisi daerah proyek bagian yang paling awal dalam studi

    pemanfaatan sumber daya air karena akan mendapatkan informasi

    untuk menentukan skala pengembangan (Hydropower Scheme) yang akan

    dikembangkan

    Studi Kelistrikan

    Studi ini dimaksudkan untuk:

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    1-9

    - Memperoleh gambaran tentang kebutuhan rencana pelayanan

    proyek baik saat studi dilaksanakan, saat konstruksi maupun saat

    sudah beroperasi,

    - Memperoleh gambaran tentang kondisi sistem kelistrikan

    setempat, misalnya jalur jaringan termasuk rencana

    pengembangannya.

    Pemilihan Scheme Proyek

    Dalam studi ini dilakukan pemilihan alternative tata letak bangunan

    utama skema PLTM, seperti Bendung, Sandtrap, Saluran pembawa, bak

    penenang, pipa pesat, rumah pembangkit maupun jalan akses menuju

    bangunan-bangunan tersebut

    Studi Optimasi

    Studi ini dimasudkan untuk mengetahui pilihan rencana PLTM yang

    terbaik dari beberapa alternatif yang dibuat yang didasarkan atas

    pertimbangan paling ekonomis

    Konsep Perencanaan

    Perencanaan yang dimaksud adalah rancangan awal tata letak bangunan

    utama PLTM beserta dimensinya, akses jalan dan distribusinya

    Penyusunan Jadwal Pekerjaan Proyek

    Perlunya menyusun rencana jadwal kerja mulai periode rancangan rinci

    (DED), konstruksi sampai komisioning operasi

    Studi sosial ekonomi dan menyiapkan laporan UKL/UPL

    Analisa Ekonomi Proyek

    Dari rancangan rinci yang dibuat diketahui biaya total konstruksi yang

    berujung pada besaran nilai investasi, melalui kajian analisis kelayakan

    akan didapat parameter sebagai acuan investasi, yaitu:

    - Economic Internal Rate of Return

    - Benefit Cost Ratio

    - Net Present Value

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    1-10

    1.5.2 Laporan Pengukuran dan Penyelidikan Lapangan

    Pengukuran dan penyelidikan lapangan meliputi:

    Pegukuran dan pemetaan topografi pada daerah proyek

    Pengukuran potongan melintang dan memanjang pada bangunan-

    bangunan utama PLTM

    Leveling antara lokasi bending dengan lokasi power house

    Penyelidikan geologi untuk mengetahui struktur tanah dan karakteristik

    batuan dan tanah sekitar proyek

    Identifikasi yang ditinjau dalam aspek-aspek lingkungan akibat

    pembangunan proyek

    Pengadaan dan pemasangan papa duga elevasi air

    Pengukuran debit air dan sedimentasi

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-1

    BAB II

    2 GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN

    2.1 KONDISI FISIK

    2.1.1 Letak Geografis dan Administrasi

    Secara geografis, lokasi studi PLTM Bulakan terletak antara 06 38 34,50 LS -

    106 3 11,80 BT dan 6 37 23,30 LS - 106 1 43,80 BT.

    Secara administratif, lokasi rencanaPLTM Bulakan terdapat Desa Bulakan,

    Kecamatan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak, Banten.

    Gambar 2-1Peta Administratif Kecamatan Gunung Kencana

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-2

    2.1.2 Pencapaian Lokasi

    Lokasi PLTM Bulakan dapat dicapai melalui dari kota Serang dengan

    menggunakan kendaraan bermotor roda empat melalui jalan raya utama yang

    melewati kecamatan Pandeglang dan kota kecamatan Saketi, menuju kota

    kecamatan Malingping. Jalan raya Saketi sangat buruk kondisinya untuk dilalui

    kendaraan.Jalan alternatif yang dapat dilewati adalah jalan raya Malingping

    yang melewati kecamatan Gunung Kencana, yang kondisinya relatif lebih

    baik.Jalan masuk ke lokasi dimulai dari belokan ke arah desa Bulakan di sekitar

    wilayah desa Gunung Kendeng, 8 km sebelum kota kecamatan

    Malingping.Berikut adalah gambaran mengenai akses yang tersedia untuk

    mencapai lokasi:

    Jakarta Serang 74 km

    Serang Kab. Lebak Gunung Kendeng 95 km

    Gunung Kendeng Lokasi 5 km

    Kondisi jalan menuju lokasi bendung dapat ditempuh dengan kendaraan roda

    empat hingga kampung Cisadang Hilir dan setelah itu hanya dapat dicapai

    dengan berjalan kaki melalui jalan setapak di area perkebunan dan tanah

    masyarakat.

    Awal jalan masuk menuju bendung hingga Kp. Cisadang Hilir, dapat dilalui

    kendaraan roda empat.

    Jalan masuk menuju bendung dari Kp. Cisadang Hilir hingga lokasi bendung,

    masih berupa perkerasan.

    Gambar 2-2 Jalan Akses Menuju Lokasi Bendung

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-3

    Gambar 2-3Kondisi PLTM Bulakan

    Jalan masuk lokasi bendung menuju Kp. Cisadang Hilir

    Lokasi as bendung PLTM Bulakan

    Lokasi Power House PLTM Bulakan

    Lokasi Head Pond PLTM Bulakan

    Kondisi Waterway PLTM Bulakan

    Jalur penstock PLTM Bulakan

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-4

    2.1.3 Topografi

    Kondisi topografi PLTM Bulakan umumnya merupakan lereng dari

    pegunungan, dengan elevasi berkisar antara +120 hingga +400 m di atas

    permukaan laut.Sedangkan lokasi pekerjaan berada di lembah Sungai Ciliman

    yang memiliki kemiringan lereng antara 20 sampai 70.Pada tempat yang relatif

    datar direncanakan sebagai lokasi Power House.

    Sungai Ciliman mengalir dari barat ke timur, bermuara di Teluk Lada, Selat

    Sunda.Pada bagian hulu Sungai Ciliman, kemiringan sungai rata-rata 4%,

    diekspresikan terdapatnya riam-riam, sehingga pada bagian ini pengembangan

    potensi tenaga air untuk PLTM dapat dilakukan dengan memanfaatkan

    kemiringan sungai dan riam-riam.

    2.1.4 Tutupan Lahan

    Tutupan lahan wilayah pekerjaan umumnya terdiri dari semak belukar dan

    kawasan hutan.Letak Desa Bulakan sendiri berada di lembah-lembah

    perbukitan.Rumah-rumah penduduk pada umumnya didirikan di pinggir

    sungai dan di sekitar perbukitan yang mengitari lembah.

    2.2 KONDISI GEOLOGI PERMUKAAN

    Sebagai acuan penyelidikan geologi dan geoteknik PLTM Bulakan adalah Peta

    Geologi Lembar Leuwidamar, Jawa oleh Sujatmiko dan S. Santosa, skala 1 :

    100.000, yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembagan Geologi,

    Bandung tahun 1992.

    2.2.1 Fisiografi dan Morfologi

    Lembar leuwidamar terletak pada lajur pegunungan selatan Jawa Barat, lajur

    depresi tengah dan lajur Bogor (Van Bemmelen, 1949), dan termasuk dalam

    segmen / cekungan Bogor dan segmen Banten (Soejono, 1984) atau dalam jalur

    magmatik kuarter (Soejono, 1987).

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-5

    Daerah ini pada umumnya mempunyai bentuk kubah, pematang dan beberapa

    gunungapi strato berkerucut gunugapi.

    Morfologi lembar ini dapat dibedakan dalam 3 (tiga) satuan, yaitu pegunungan,

    perbukitan, dan dataran rendah.Sungai dan alurnya yang ada bersifat tetap,

    sementara, dan berkala.

    Pegunungan, menempati bagian tengah dan timur lembar, dicirikan oleh

    beberapa gunungapi, berketinggian antara 500 m dan 1950 m di atas muka laut.

    Beberapa puncaknya antara lain Gn. Halimun (1929 m), Gn Jayasempur (1338

    m), Gn. Tapor ( 1224 m), Gn. Endut (1281 m), Gn. Nyuncung (1054 m), Gn.

    Poreang ( 978 m), Pr. Cangkuang (710 m), dan Pr. Palangon (592 m). Pola aliran

    sungainya memancar dan dendritik, berlembah sempit berbentuk V dengan

    tebing curam, pada beberapa hulu sungai terdapat air terjun atau jeram.

    Perbukitan, menempati bagian utara, barat, dan selatan lembar.Dicirikan oleh

    perbukitan bergelombang, pematang yang hampir sejajar dan

    kubah.Berketinggian antara 25 m dan 500 m di atas permukaan laut. Beberapa

    puncaknya antara lain Pr. Kolecer (378 m), Pr. Kiaraubang (431 m), Pr. Haur

    (423 m), Pr. Cermay (140 m), Pr. Tangkil (288 m), Pr. Cibatu (203 m), Pr. Angin

    (466 m), Pr. Cibunar (266 m), Pr. Cicabe (183 m), Pr. Manapa (342 m). Pola aliran

    sungainya sejajar, kisi, dendritik, berlembah agak lebar dengan tebing agak

    curam. Pada beberapa sungai terdapat jeram rendah atau riam. Sungai utama

    yang penting antara lain: Cibareno, Cimandur, Cihara, Cisiih, Ciliman, Ciujung,

    Cisiemut, dan Ciberang.

    Dataran Rendah, terdapat setempat setempat di sepanjang pantai selatan,

    sekitar muara dan lembah sungai. Pola aliran sungainya sejajar dan berkelok-

    kelok.Pendataran ini dicirikan oleh dataran rata dengan undak pantai atau

    sungai yang ketinggiannya kurang dari 25 m dari atas permukaan laut dan

    terdapat beberapa gosong pasir yang sejajar dengan garis pantai.

    Lokasi proyek terletak pada satuan Morfologi Perbukitan yaitu pada sungai

    Ciliman, yang memperlihatkan topografi stadium muda sampai dewasa

    dimana erosi vertikal lebih potensial.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-6

    2.2.2 Stratigrafi

    Pada Lembar Leuwidamar, tersingkap lengkap satuan batuan Erosen hinga

    Resen, yang terbagi atas endapan permukaan, batuan sedimen, batuan

    gunungapi, batuan terobosan, dan batuan metamorf. Tebal satuan batuan

    endapan diperkirakan beberapa meter hingga mencapai 1500 m.

    Korelasi stratigrafi daerah Banten Selatan, Lembar Leuwidamar terperaga

    dalam Tabel 2-1 dan Gambar 2-4.

    Satuan geologi pada lokasi proyek adalah merupakan Satuan Batuan

    Gunungapi yang berumur Miosen awal yang terdiri dari breksi atau

    konglomerat aneka bahan, tuf, lava, kayu terkersikkan dan batuan terubah.

    Sebaran satuan batuan dapat dilihat pada peta Geologi Lembar Leuwidamar,

    Jawa oleh Sujatmiko dan S. Santosa, skala 1 : 100.000 yang dikeluarkan oleh

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung tahun 1992 (Gambar 2-

    4).

    Satuan Geologi lokasi rencana PLTM Bulakan dan sekitarnya dari yang tertua

    ke muda adalah sebagai berikut:

    1. Formasi Cimapag (Tmc)

    Adalah merupakan batuan sedimen yang berumur Miosen Awal bagian

    akhir yang terdiri dari breksi atau konglomerat aneka bahan, tuf, lava, kayu

    terkersikkan dan batuan terubah dengan tebal sekitar 900 m. Satuan batuan

    ini menindih tak selaras formasi Cikotok, formasi Citarate, dan formasi

    Cijengkol serta formasi Bayah, dan setempat tertindih takselaras oleh

    formasi Sareweh dan satuan batuan yang lebih muda, terendapkan dalam

    lingkungan laut hingga darat dan sebagian dalam kondisi turbidit atau arus

    pekat.

    Breksi atau Konglomerat aneka bahan, warna putih keruh hijau kebiruan,

    berbutir kasar hingga sebesar kepalan tangan atau dari pelitik hingga

    psefitik, menyudut - membundar, berkomponen andesit, dasit, basal,

    batupasir kuarsa, batugamping, tuf, kuarsa, piroksen, batulempung,

    batuapung, napal, grandiorit, batuan metamorf, batu permata (ametis, opal,

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-7

    turmalin dsb.) dan foram dengan masasadar lempungan pasiran

    gampingan tufan, terpilah buruk, berongga, berstruktur perlapisan

    bersusun, sebagai bagian atas formasi ini, tebal lapisan beberapa meter.

    Tuf, bersusunan andesit atau dasit.Berupa tuf sela, tuf debu, tuf batuapung,

    dan tuf pisolit, berbutir halus hingga lapili, terdapat yang merata, tebal tiap

    lapisan beberapa puluh sentimeter sampai beberapa meter.

    Lava, bersusunan andesit, terkekarkan mendatar dan merupakan sisipan

    diantara tuf.

    Kayu terkersikkan, setempat terarangkan, warna coklat hingga kuning

    keruh.Berdiameter antara beberapa millimeter dan beberapa

    sentimeter.Berupa ranting, batang atau akar, dan tersebar tak merata,

    terdapat di dalam tuf atau breksi, setempat berupa stigma.

    Batuan terubah, warna kelabu, kemerahan atau kehijauan akibat

    terpropilitkan dan terkersikkan oleh proses hidrotermal yang kuat. Terdapat

    urat-urat kuarsa atau bijih dengan mineral klorit, kalsit, epidot, serisit,

    mineral logam dan mineral sulfide.Tersingkap di sekitar Ciawitali, Pasir

    Soge, di utara Malingping dan di sekitar Kerta.

    Rencana PLTM Bulakan akan bertumpu pada satuan batuan ini.

    2. Satuan Tuf Malingping (Tpmt)

    Merupakan breksi tufan, tuf batuapung, tuf sela, tuf dasit, lava, batupasir

    tufan dan lempung tufan.

    Breksi tufan, bersifat menengah.Putih keruh, kuning, dan kelabu tua,

    berbutir pasir kasar hingga lapili, menyudut hingga membundar tanggung,

    kemas terbuka, terpilah buruk. Berkomponen batuapung, andesit, basal,

    obsidian, gelas gunungapi, dan mineral mafik dengan masa dasar tuf

    pasiran, dan pecahan halus dari mineral atau kristal. Setempat bersisipan

    anglomerat bersusunan andesit, komponen berukuran dari 3 cm sampai 20

    cm. Tebal hanya beberapa puluh sentimeter.

    Tuf batuapung, putih keruh hingga kelabu, berbutir pasir kasar hingga

    lapili, berlapis baik. Mengandung kaca gunungapi, mineral terang, dan

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-8

    debu gunungapi, tebal lapisan antara 5 cm dan 50 cm, dan berselingan

    dengan tuf lainnya.

    Tuf sela, putih hingga kelabu, berbutir pasir halus hingga kasar,

    pisolit.Mengandung pecahan andesit dan basal, kaca gunungapi,

    batuapung, felspar, dan mineral warna gelap.Merupakan sisipan setempat

    dan terpencar.

    Tufa dasit, warna putih kotor, berbutir pasir halus hingga sangat kasar,

    kurang mampat. Mengandung kuarsa, kaca gunungapi, batuapung, felspar,

    sedikit mineral mafik, biotik, piroksen, homblenda, dan sedikit pecahan

    andesit yang terpencar, berselingan dengan tuf lainnya.

    Lava, bersusunan andesit. Bekomposisi: felspar, olivin, klorit dengan

    masadasar kaca, tebalnya sekitar 30 m. Setempat terdapat sisipan tuf

    terkersikkan dengan tebal beberapa puluh sentimeter, berwarna kelabu

    hingga kuning keruh.

    Batupasir tufa, merah, kelabu, dan cokelat.Berbutir halus menengah,

    membundar tanggung, lunak, merupakan sisipan tipis pada bagian bawah

    satuan batuan ini.

    Lempung tufan, cokelat hingga kelabu tua.Setempat karbonan atau terdapat

    sisa tumbuhan yang terarangkan dan sedikit kayu terkersikkan. Kayu

    terkersikkan dengan diameter beberapa sentimeter, panjang batang

    beberapa puluh sentimeter. Terdapat di Cipeundeuy, sebelah utara

    Malingping. Tebalnya tidak bisa dipastikan, tetapi di sekitar Leuwidamar

    antara 150 m dan 300 m.

    Formasi ini diperkirakan berumur Pliosen Awal (Koolhoven, 1933) dan

    terendapkan pada lingkungan terestrial hingga paralik.Tertindih tak selaras

    oleh batuan gunungapi kuarter dan formasi Cipacar, menindih tak selaras

    satuan batuan yang lebih tua, dan menjemari dengan formasi Genteng serta

    diekstrusi oleh basal.Sebarannya cukup luas, terutama di sekitar

    malingping.Satuan batuan ini tersebar di sekeliling proyek.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-9

    3. Batuan Gunungapi Endut (Qpv)

    Merupakan endapan gunungapi yang terdiri dari breksi gunungapi, lava

    dan tuf.

    Breksi gunungapi, kelabu hingga hitam, berbutir lapili hingga sebesar

    kelapa, menyudut hingga membundar tanggung.Berkomposisi andesit,

    basal, obsidian, kaca gunungapi dengan masadasar tuf.Kemas terbuka,

    terpilah buruk, padat.Setempat mengandung klorit dan limonit, serta

    bersisipan anglomerat.Merupakan bagian terbesar dari satuan ini.

    Lava, kelabu hingga hitam, sebagian masihsegar, masif, berstruktur aliran

    menggelombang atau berlembar, vesikuler, terkekarkan. Bersusupan

    andesit atau basal.Berkomposisi felspar, piroksen, mineral mafik dengan

    masadasar kaca.

    Tuf, berbutir pasir halus hingga kasar, repih, kurang mampat.Berkomponen

    andesit, basal, sedikit batuapung, dan kaca gunungapi.Sebagian sisipan

    dalam breksi.

    Batuan ini diperkirakan berumur Plestosen (Koolhoven, 1933) dan

    terendapkan pada lingkungan darat, dan diduga bersumber dari Gn. Endut

    untuk daerah barat, dan Gn. Halimun untuk daerah timur Lembar (Van

    Bemmelen, 1949).

    Batuan gunungapi ini menindih tak selaras satuan batuan yang lebih tua,

    dan tersebar cukup luas di bagian timur, tengah, dan barat lembar.

    4. Batuan Gunungapi Kuarter (Qv)

    Merupakan batuan gunungapi yang terdiri dari breksi gunungapi, lava, tuf,

    dan anglomerat.

    Breksi gunungapi, berwarna kelabu terang cokelat, berbutir lapili hingga

    bongkah, menyudut hingga membundar tanggung.Berkomponen andesit,

    basal, kaca gunungapi dengan masadasar tuf pasiran.Berstruktur perlapisan

    bersusun atau aliran, kurang kompak, merupakan bagian yang umum.

    Lava, andesit hingga basal, berstruktur aliran vesikuler, setempat terdapat

    pengarangan sisa tumbuhan.Berkekar meniang, dengan bentuk segi-6 dan

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-10

    kekar lempeng dengan tebal beberapa sentimeter, sebagai sisipan dalam

    breksi.

    Tuf, warna putih keruh kelabu pucat, berbutir pasir, halus hingga

    kasar.Berkomponen andesit, basal, batuapung, dan kaca gunungapi.Sebagai

    sisipan tipis dalam breksi.

    Anglomerat, berbutir kerikil hingga kerakal, membundar tanggung hingga

    bembundar.Berkomponen andesit, basal, batuapung, kaca gunungapi

    dengan masadasar tuf lumpuran.Setempat merupakan sisipan kecil dalam

    breksi.

    Satuan batuan gunungapi ini umurnya lebih muda dari formasi Bojong, dan

    diperkirakan berumur Plistosen hingga Holosen, menindih satuan batuan

    yang lebih tua, terutama formasi Genteng dan formasi Cipacar.

    Sebenarnya tidak luas, terdapat di bagian timur laut lembar, di sekitar desa

    Gunung Kencana dan di sebelah barat Malingping.

    Batuan gunungapi ini yang tersingkap di bagian timur laut, diduga

    bersumber dari G. Salak.Sedangkan yang di sekitar desa Gunung Kencana

    dari G. Karang.

    5. Aluvial / Koluvial (Qa / Qal)

    Merupakan endapan masa kini (endapan permukaan) yang terdiri dari

    lempung sungai dan pantai, lanau, pasir, kerikil, kerakal, dan bongkah,

    termasuk endapan kipas longsoran tanah dan terban, gambut.Sedang

    Koluvial adalah endapan longsoran yang terdiri dari campuran breksit

    pasir, kerikil, kemungkinan bongkah dan lempung.

    Satuan ini merupakan endapan sungai, tersingkap pada beberapa muara

    sungai disepanjang pantai selatan, antara lain sungai Cimanja, Cisolok,

    Cisawarna, Cimandur, dan di sekitar Panyawungan atau Pagelaran.Pada

    beberapa tempat endapan sungainya menjemari dengan endapan undak

    yang cukup tebal.

    Satuan geologi lokasi rencana PLTM Bulakan dapat diringkaskan dalam

    Tabel 2-1.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-11

    Tabel 2-1 Ringkasan Satuan Geologi Lokasi PLTM Bulakan

    UMUR FORMASI SIMBOL PEMERIAN

    Holosen Alluvial Qh Endapan Sungai (lempung, lanau, kerakal kerikil, dan bongkah juga endapan kipas)

    Keselarasan

    Holosen Alluvial Qal Endapan Longsoran (campuran andara lempung, pasir, kerikildan bongkah)

    Keselarasan

    Pliosen-Holosen Batuan Gunungapi Kuarter

    Qv Batuan Gunungapi (breksi gunungapi, lava, tuf dan agglomerat dari Gn Salak dan Gn Karang)

    Keselarasan

    Plestosen Batuan Gunungapi Endut

    Qpv Batuan Gunungapi (breksi gunungapi, lava dan tuf)

    Keselarasan

    Pliosen Awal Tuf Malingping Tpmt Batuan Gunungapi (breksi tufan, tuf batuapung, tuf sela, tuf dasit, lava, batupasir tufan dan lempung tufan)

    Keselarasan

    Miosen Awal Formasi Cimapag Tmc Batuan sedimen lokasi PLTM (breksi atau konglomerat aneka bahan, tuf, lava, kayu terkersikkan dan batuan terubah)

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-12

    Gambar 2-4Peta Geologi Regional PLTM Bulakan

    LEGENDA:

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-13

    2.2.3 Struktur Geologi dan Tektonika

    Di daerah lokasi proyek pengaruh kegiatan tektonika dapat dibagi dalam 3

    (tiga) bagian daerah kejadiannya, yaitu: bagian utara, bagian tengah, dan

    bagian selatan (Tabel 2-2). Evolusi kegiatan tektonika dan strukturnya

    diperkirakan mulai dari Oligo Miosen hingga Polisen Tengah.Struktur yang

    muncul pada lembar peta ini terdiri dari lipatan, lipatan busur, sesar turun,

    sesar naik, sesar geser, sesar diagonal, dan sesar bongkah.Sumbu lipatan dan

    lipatan busur berarah timur - barat, barat laut tenggara dan timur laut barat

    daya.Jurus sesar berarah utara selatan, barat timur dan timur laut barat

    daya.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-14

    Tabel 2-2 Evolusi Tektonik Daerah Banten Selatan (Lembar Leuwidamar)

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-15

    2.3 KONDISI KELISTRIKAN

    2.3.1 Metodologi Pelaksanaan Survei

    Tujuan diadakan survei lapangan dan pengumpulan data kelistrikan adalah

    untuk mengetahui kondisi kelistrikan daerah studi baik keadaan kelistrikan

    saat ini maupun yang telah direncanakan oleh PLN, sehingga data-data dan

    informasi yang diperoleh dapat dijadikan tolak ukur untuk menganalisis

    kebutuhan listrik saat ini, perkiraan potensi yang dihasilkan oleh PLTM dan

    ramalan beban kelistrikan.

    2.3.2 Hasil Survey

    Berdasarkan survey di lapangan sistem kelistrikan yang ada di Bulakan

    Kecamatan Gunung Kencana, kebutuhan listrik di daerah tersebut dilayani dari

    Gardu Induk Saketi, yang melewati penyulang 20 kV Wortel.

    Kondisi tegangan pangkal untuk GI Saketi adalah 20,1 kV dengan

    tegangan ujung (tanpa AVR) sebesar 17 kV

    Panjang main line Penyulang Bayan ini adalah 65,2 kms (127,3 kms total

    panjang dengan percabangan), tegangan ujung JTM sebesar 18,69 kV

    dan tegangan JTR sebesar 192 V dengan penampang main line A3CS 150

    Daerah yang dilayani meliputi sebagian besar kecamatan Banjarsari,

    Gunung Kencana, Cijaku, dan Cigemblong dengan jumlah konsumen

    7.689 pelanggan dengan lokasi terpencar

    Beban siang yang terjadi pada penyulang ini adalah 30 A dan pada

    malam hari adalah sebesar 120 A

    Beban penyulang 120 A dan jumlah gangguan dalam satu bulan 9 kali

    versi UPJ dan 0 kali versi APJ

    2.3.3 Analisis Kelistrikan

    Berdasarkan data PLN distribusi Jawa Barat dan Banten, jumlah pelanggan di

    PLN cabang Banten mencapai 21.576 pelanggan, dengan daya terpasang

    13.633.400 VA.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-16

    Tabel 2-3Neraca Kelistrikan di Banten dan sekitarnya

    Pasokan Permintaan

    Kapasitas terpasang (2009): 3000 MW,

    sehingga sekitar 600 MW memasok

    Jakarta dan Bogor.

    Beban puncak (2009): 2.400 MW

    Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik

    2013: 3.022 MW; 2019: 5.049 MW, atau

    tumbuh 9,3%/tahun.

    Rasio elektrifikasi (2011): 72,11%.

    Diperlukan penambahan kapasitas

    sekitar 2.650 MW untuk memenuhi

    kebutuhan pada 2019.

    Karena terhubungkan dalam sistem kelistrikan Jawa-Bali, maka beban

    kelistrikan Banten relatif akan selalu terpenuhi. Namun, kebutuhan untuk

    mengembangkan pembangkit baru dan terbarukan, khususnya di Pulau Jawa,

    tetap mendesak.

    Dari data yang diperoleh bahwa kebutuhan listrik di desa lokasi PLTM hanya

    dilayani oleh satu unit penyulang yaitu Penyulang Wortel. Kebutuhan listrik ini

    sangat tergantung dari pasokan Penyulang Bayam yang terdistribusi oleh GI

    Saketi dan bila mengalami defisit akan berpengaruh pada kebutuhan konsumsi

    listrik masyarakat atau pelanggan listrik yang dilayani oleh penyulang tersebut.

    2.4 KONDISI LINGKUNGAN

    Pengumpulan data dan informasi mengenai lingkungan di sekitar wilayah

    proyek merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengetahui faktor-

    faktor lingkungan dan sosial ekonomi budaya. Dalam hal ini makhluk hidup

    merupakan media yang dipakai sebagai penghidupan, yang akan terkena

    dampak oleh adanya kegiatan (proyek) serta sebagai masukan untuk

    melakukan evaluasi dalam pelaksanaan proyek dan terselenggaranya

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-17

    penyampaian informasi mengenai perubahan lingkungan kepada berbagai

    instansi terkait.

    Selain itu juga sebagai acuan pengelolaan lingkungan maupun pemantauan

    lingkungan dalam melaksanakan kegiatan proyek PLTM Bulakan.

    Aspek lingkungan yang akan terkena dampak mencakup aspek fisik kimia,

    aspek biologi, dan aspek sosial ekonomi budaya. Berikut ini disampaikan rona

    lingkungan hidup awal dari ketiga aspek tersebut.

    2.4.1 Aspek Fisik Kimiawi

    Iklim yang melepati parameter suhu, kelembaban, curah hujan, arah, kecepatan

    angin, dan tipe iklim.

    1. Iklim

    Dari pengamatan langsung di lapangan iklim daerah studi memiliki iklim

    tropis cenderung panas (iklim kering panas di atas 37), sehingga kondisi

    tanah kekurangan air, kering, dan tandus.

    2. Suhu Udara

    Temperatur udara rata-rata tahunan selama periode 2004 sampai dengan

    2007 berkisar antara 30C sampai dengan 39C. Temperatur udara dari hasil

    pengamatan langsung di lapangan adalah sebesar 30C.

    3. Curah Hujan

    Curah hujan di lokasi studi sama seperti curah hujan di daerah studi

    berkisar antara 3,3 mm dan 38,5 mm.

    2.4.2 Komponen Biologi

    Secara umum karakteristik vegetasi yang terdapat di lokasi proyek adalah flora

    darat dan biota air di sekitar proyek dilakukan dengan peninjauan langsung ke

    lokasi dan mencari informasi dari penduduk.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-18

    1. Flora

    Vegetasi kebun campuran yang terdapat di lokasi studi atau di sekitar lokasi

    proyek PLTM Bulakan didominasi oleh tanaman Tumpangsari

    (campuran).Umumnya kebun campuran terdapat di pinggir desa dan di

    sepanjang sungai Ciliman.Rata-rata ukuran kebun campuran relatif

    kecil.Komposisi dan strukturnya lebih menyerupai hutan kecil, tanaman

    yang ditemukan pada komunitas ini antara lain Kelapa Sawit yang dikelola

    oleh PT. PN wil.VIII Kertajaya dan yang dikelola masyarakat sendiri antara

    lain Kelapa, Padi, Kacang-kacangan, Umbi-umbian, Kayu Mahoni, Kayu

    Albasia, Kayu Juhar dan Karet. Selain berperan dalam pemenuhan

    kebutuhan konsumsi pangan, juga berperan dalam proses hidrologi yaitu

    sebagai water catchment area.

    2. Fauna

    Fauna yang ditemukan pada komunitas kebun campuran relative

    beraneka.Dari kelompok unggas, beberapa spesies yang dijumpai adalah

    burung tekukur, perkutut, emprit, puyuh, dan ayam hutan.

    Sementara itu, fauna dari jenis reptil yang dijumpai pada saat studi, antara

    lain ular, biawak, bunglon, dan kadal.Dari jenis hewan lainnya yang

    ditemui adalah babi hutan dan katak.Sedangkan jenis ikan yang terdapat di

    lokasi adalah ikan nila.

    Binatang liar yang masih terdapat di daerah ini antara lain kucing hutan,

    babi hutan, rusa, kera, ular, dan berbagai jenis unggas.

    3. Biota Air

    Yang berada di sepanjang sungai Ciliman antara lain: ikan emas, nila, belut,

    dan ikan rubang.

    2.4.3 Aspek Sosial Ekonomi Budaya

    Wilayah kajian aspek sosial ekonomi dan budaya mencakup keadaan

    kependudukan/demografi, karakteristik, sosial ekonomi, karakteristik sosial

    budaya, kondisi keamanan, ketertiban, kesehatan masyarakat dan

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    2-19

    lingkungan.Kecamatan Gunung Kencana berbatasan dengan sebelah utara

    kecamatan Cileles, sebelah timur kecamatan Cirinten, sebelah selatan

    kecamatan Cijaku, sebelah barat kecamatan Bajarsari.Lokasi PLTM ini terletak

    di desa Bulakan, yaitu salah satu desa yang terdapat di kecamatan Gunung

    Kencana. Desa Bulakan ini mempunyai luas lahan sebesar 71,9 ha.

    1. Kependudukan

    Jumlah penduduk desa Bulakan pada akhir tahun 2009 berjumlah 3794 jiwa

    dengan penduduk laki-laki sebanyak 1967 jiwa dan penduduk perempuan

    sebanyak 1827 jiwa dan rumah tangga yang ada sebanyak 790 rumah

    tangga. Tingkat kepadatan penduduk desa Bulakan adalah 527,6 jiwa/km2

    (Sumber: Data Kecamatan Gunung Kencana Oktober 2008).

    2. Mata Pencaharian

    Desa Bulakan yang lahannya cukup luas dan subur sehingga sebagian besar

    penduduknya bekerja di sector pertanian, perkebunan rakyat dan sebagian

    kecil hidup dari usaha perdagangan, industri, buruh, jasa

    pemerintahan/PNS, dan TNI/Polri.

    3. Persepsi Masyarakat

    Persepsi masyarakat di wilayah studi terhadap kegiatan yang berjalan,

    manfaat serta saran dan harapan masyarakat di wilayah studi pada

    dasarnya setuju dengan adanya kegiatan tersebut untuk kepentingan

    masyarakat umum dan bermanfaat khususnya masyarakat setempat, baik

    yang terkena dampak ataupun yang tidak terkena dampak, tetapi mereka

    juga mengatakan harus juga memperhatikan dan mencegah dampak dari

    kegiatan tersebut, supaya tidak menimbulkan citra negatif terhadap

    kegiatan tersebut.

    Pada umumnya mereka berharap bahwa kegiatan pembangunan tersebut

    dapat segera dilaksanakan dan manfaatnya dapat digunakan oleh

    masyarakat sekitar daerah studi.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-1

    BAB III

    3 LAYOUT PLTM

    Layout sebuah sistem PLTM merupakan rencana dasar untuk pembangunan

    PLTM. Pada layout dasar digambarkan rencana untuk mengalirkan air dari intake

    sampai ke saluran pembuangan akhir.

    PLTM Bulakan direncanakan dengan tipe runoff river, yang memanfaatkan aliran

    air permukaan (sungai). Komponen sistem PLTM tersebut terdiri dari bangunan

    bendung - intake sandtrap waterway headpond penstock powerhouse

    tailrace. Basic lay out pada perencanaan pengembangan pada PLTM dimulai dari

    penentuan lokasi intake, dimana aliran air akan dibawa ke turbin melalui saluran

    penghantar dan pipa pesat, dan penentuan tempat Rumah pembangkit untuk

    mendapatkan tinggi jatuhan (head) optimum dan aman dari banjir.

    Lokasi titik bendung PLTM Bulakan berada di desa Bulakan, kecamatan Gunung

    Kencana, berjarak sekitar 107 km dari Kota Serang, Provinsi Banten. Lokasi ini

    dapat dicapai dari kota Serang dengan menggunakan kendaraan bermotor roda

    empat melalui jalan raya utama yang melewati kota Pandeglang dan kota

    kecamatan Saketi, menuju kota kecamatan Malingping. Jalan raya Saketi saat ini

    sangat buruk kondisinya untuk dilalui kendaraan. Sementara itu, jalan alternatif

    yang dapat dilewati adalah jalan raya Malingping yang melewati kecamatan

    Gunung Kencana, kondisinya relatif lebih baik. Jalan masuk menuju lokasi dari

    pertigaan di sekitar wilayah desa Gunung Kendeng, berjarak 12 km sebelum

    kota kecamatan Malingping.

    Kondisi jalan menuju lokasi bendung dapat ditempuh dengan kendaraan roda

    empat hingga kampung Cisadang Hilir, setelah itu dapat dicapai hanya dengan

    berjalan kaki melalui jalan setapak di area perkebunan milik masyarakat.

    Layout PLTM Bulakan dapat dilihat pada Gambar 5-1 berikut.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-2

    Gambar 5-1 Layout PLTM Bulakan

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-3

    3.1 PENENTUAN LOKASI BENDUNG DAN INTAKE

    Aspek yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi bendung adalah :

    1. Pertimbangan Topografi

    Lembah sungai yang sempit berbentuk huruf V dan tidak terlalu dalam adalah

    lokasi yang ideal untuk lokasi bendung, karena pada lokasi ini volume tubuh

    bendung dapat menjadi minimal. Apabila sudah ditemukan lokasi yang secara

    topografis ideal untuk lokasi bendung, keadaan topografi di daerah

    tangkapan air juga perlu diperiksa: apakah topografinya terjal sehingga

    mungkin terjadi longsoran atau tidak. Topografi juga harus dikaitkan dengan

    karakter hidrograf banjir, yang akan mempengaruhi kinerja bendung.

    2. Kemantapan Geoteknik Pondasi Bendung

    Pertimbangan geoteknik diperlukan untuk mengetahui daya dukung pondasi

    bendung dan kemungkinan terjadinya erosi buluh di bawah dan samping

    tubuh bendung, serta ketahanan batuan terhadap gerusan.

    Perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan konstruksi bendung, diusahakan

    untuk tidak memanfaatkan batuan yang berada di hilir bendung, boleh

    mengambil batuan bolder yang berada di udik bendung dan boleh bolder

    diturunkan ke hilir bendung untuk menahan golakan karena energi air makin

    tinggi.

    3. Pengaruh Hidraulik

    Keadaan hidraulik yang paling ideal adalah bila ditemukan lokasi bendung

    pada sungai yang lurus. Pada lokasi ini arah aliran sejajar, sedikit arus

    turbulen, dan kecenderungan gerusan dan endapan tebing kiri kanan relatif

    sedikit.

    Setelah terbangun bendung dipastikan akan terjadi endapan, oleh karenanya

    direncanakan agar endapan tidak di daerah intake (pengambilan air), maka

    direncanakan bangunan flushing untuk membuang endapan pasir dan koral

    di daerah bangunan pengambilan air.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-4

    4. Ruang Untuk Bangunan Pelengkap Bendung

    Meskipun telah dijelaskan diatas bahwa lembah sempit adalah pertimbangan

    topografis yang paling ideal, tetapi juga harus dipertimbangkan tentang

    perlunya ruangan untuk keperluan bangunan pelengkap bendung. Bangunan

    tersebut adalah bangunan pengambil, kolam pengendap, dan saluran

    penguras lumpur.

    5. Kolam pengendap pasir

    Sungai ini pada prinsipnya membawa sedimen pasir, apabila bendung

    dibangun tidak terlalu tinggi (3 m) dan dasar saluran pembawa di intake

    hanya berbeda di bawah 1.5 m dengan dasar penguras, maka diperlukan

    bangunan sand trap (kolam pengendapan pasir). Tetapi apabila bangunan

    bendung cukup tinggi, sehingga perbedaan antara dasar intake dengan lantai

    di sungai cukup besar, maka tidak diperlukan sand traps karena pasir tidak

    akan meloncat terlalu tinggi.

    6. Tingkat kemudahan pencapaian

    Dalam tahap pelaksanaan inilah dipertimbangkan tingkat kemudahan

    pencapaian dalam rangka mobilisasi alat dan bahan serta demobilisasi setelah

    selesai pelaksanaan fisik. Memasuki tahap operasi dan pemeliharaan

    bendung, tingkat kemudahan pencapaian juga amat penting. Kegiatan

    pemeliharaan, rehabilitasi, dan inspeksi terhadap kerusakan bendung

    memerlukan jalan masuk yang memadai untuk kelancaran pekerjaan.

    Dengan pertimbangan diatas ditetapkan lokasi bendung berada pada titik

    kordinat geografis: 6 38' 34.20" LS - 106 3' 11.78" BT.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-5

    3.2 PERENCANAAN KOMPONEN SIPIL PLTM

    3.2.1 Konstruksi Bendung

    Tipe bendung yang direncanakan adalah bendung pelimpah cyclop dengan

    lapisan beton bertulang Kelas A. Untuk meminimumkan harga bendung, maka

    bendung didesain serendah mungkin namun tetap dapat befungsi untuk

    mengalihkan air ke intake dan aman terhadap bahaya banjir baik bagi bendung

    sendiri maupun bangunan disekitarnya. Dalam merencanakan lebar bendung

    dipengaruhi oleh lebar sungai yang akan dibendung dan debit banjir rencana

    yang dipakai, dalam hal ini memakai debit rencana periode 100 tahun untuk

    disain.

    Dalam perhitungan bendung, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana

    dalam mendesain bendung yang aman dan efisien baik dari segi kekuatan dan

    materialnya tidak terlalu boros. Karakteristik bendung yang harus diperhatikan

    antara lain: dimensi bendung, gaya-gaya yang bekerja, tinggi bendung, lebar

    bendung, pangkal bendung, aliran balik air, dan peredam energi.

    Berdasarkan analisa yang dilakukan dengan melihat lokasi dan kondisi topografi

    yang ada, maka bendung yang direncanakan adalah bendung dengan tipe mercu

    bulat dengan satu jari-jari, kemiringan hilir 1:1 dan menggunakan peredam energi

    tipe MDS. Diharapkan dengan desain tersebut bendung aman terhadap gaya-

    gaya luar dan efisien dalam pemakaian material, sehingga dapat menghemat

    waktu dan biaya dalam proses konstruksi.

    A. Lebar Bendung

    Lebar bendung, yaitu jarak antara pangkal-pangkalnya (abutment), sebaiknya

    sama dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Di bagian ruas

    bawah sungai, lebar rata-rata ini dapat diambil pada debit penuh (bankful

    discharge); di bagian ruas atas mungkin sulit untuk menentukan debit penuh.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-6

    Dalam hal ini banjir rata-rata tahunan dapat diambil untuk menentukan lebar

    rata-rata bendung.

    Lebar maksimum bendung hendaknya tidak lebih dari 1.2 kali lebar rata-rata

    sungai pada ruas yang stabil.

    Lebar total bendung tidak seluruhnya dimanfaatkan untuk melewatkan debit air

    karena adanya pilar dan bangunan penguras, jadi lebar bendung yang

    bermanfaat untuk melewatkan debit disebut lebar efektif (Be), yang dipengaruhi

    oleh tebal pilar dan koefisien kontraksi pilar serta pangkal bendung. Untuk lebih

    jelas dapat diperhatikan seperti pada Gambar 5.2.

    Dalam menentukan lebar efektif perlu diketahui mengenai eksploitasi

    bendung, dimana pada saat air banjir datang pintu penguras dan pintu

    pengambilan harus ditutup. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah masuknya

    benda yang terangkut oleh banjir yang dapat menyumbat pintu penguras bila

    pintu terbuka dan air banjir masuk ke saluran induk.

    Sumber: Kriteria Perencanaan Bangunan Utama (KP-02)

    Gambar 5-2 Lebar Efektif Bendung

    B1e

    B1

    B2e

    B2

    Bs

    B3

    H1

    II

    Bs = 0.8Bs

    B = B1 + B2 + B3Be = B1e + B2e + Bs

    ka.H1

    Kp.H1 Kp.H1 Kp.H1 Kp.H1

    Ka.H1

    pembilas

    I II

    I

    H1

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-7

    Lebar efektif mercu (Be) dihubungkan dengan lebar mercu yang sebenarnya (B),

    yakni jarak antara pangkal-pangkal bendung dan/atau tiang pancang, dengan

    persamaan berikut:

    Be = B 2 (nKp + K a) H1

    dimana: n = jumlah pilar

    Kp = koefisien kontraksi pilar

    Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung

    H1 = tinggi energi, m

    Harga harga koefisien Ka dan Kp diberikan pada Tabel 5-1.

    Tabel 5-1 Harga-harga Koefisien Ka dan Kp

    Bentuk Pilar Kp

    Untuk pilar berujung segi empat dengan sudut sudut yang dibulatkan pada jari-jari yang hampir sama dengan 0,1 dari tebal pilar

    0,02

    Untuk pilar berujung bulat 0,01

    Untuk pilar berujung runcing 0

    Bentuk Pangkal Tembok Ka

    Untuk pangkal tembok segi empat dengan tembok hulu pada 900 ke arah aliran

    0.20

    Untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada

    900 ke arah aliran dengan 0,5 H1> r > 0.15 H1 0.10

    Untuk pangkal tembok bulat di mana r > 0.5 H1 dan

    tembok hulu tidak lebih dari 450 ke arah aliran 0

    Sumber: Kriteria Perencanaan Bangunan Utama (KP-02)

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-8

    Dari hasil pengukuran di lapangan, lebar rata-rata Sungai Lae Bulakan di titik

    bendung adalah 22 m. Sehingga,

    Bp = (1 1.2)Bap

    = 22,0 m 26,4 m

    Dimana:

    Bp : lebar pelimpah

    Bap : lebar alur penuh

    Dengan pertimbangan ekonomis guna mengurangi tinggi sayap bendung di hulu,

    maka diambil lebar pelimpah adalah 25 m.

    B. Perencanaan Mercu

    Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih

    tinggi (44%) dibandingkan dengan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai,

    ini akan banyak memberikan keuntungan karena bangunan ini akan mengurangi

    tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi

    karena lengkung streamline dan tekanan negatif pada mercu.

    Persamaan tinggi energi-debit untuk bendung ambang pendek dengan

    pengontrol segi empat adalah:

    Q = Cd 2/3 gb3/2 H1 1,5

    di mana:

    Q = debit, m3/dt

    Cd = koefisien debit (Cd = C0C1C2)

    g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8)

    b = panjang mercu, m

    H1 =tinggi energi di atas mercu, m

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-9

    Koefisien debit Cd adalah hasil dari:

    - C0 yang merupakan fungsi H1/r (Gambar 5-3)

    - C1 yang merupakan fungsi p/H1 (Gambar 5-4), dan

    - C2 yang merupakan fungsi p/H1 dan kemiringan muka hulu bendung

    (Gambar 5.5)

    C0 mempunyai harga maksimum 1,49 jika H1/r lebih dari 5,0 seperti

    diperlihatkan pada Gambar 5-3.

    Sumber: Kriteria Perencanaan Bangunan Utama (KP-02)

    Gambar 5-3 Harga-harga Koefisien C0 Untuk Bendung Ambang Bulat Sebagai Fungsi Perbandingan H1/r

    00.6

    1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0

    0.7

    0.8

    0.9

    1.0

    1.1

    1.2

    1.3

    1.4

    1.5

    xxxxxxxxx

    xx

    xx

    x

    + +

    koef

    isie

    n C

    o

    catatan sahih jika P/H1 > 1.5

    x r = 0.025 m. - G.D.MATTHEW 1963 perbandingan H1/ro r = ............. - A.L. VERWOERD 1941+ r = 0.030 m. - A.W.v.d.OORD 1941 r = 0.0375 m. L.ESCANDE & r = 0.075 m. F.SANANES 1959

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-10

    Sumber: Kriteria Perencanaan Bangunan Utama (KP-02)

    Gambar 5-4 Koefisien C1 Sebagai Fungsi Perbandingan P/H1

    Sumber: Kriteria Perencanaan Bangunan Utama (KP-02)

    Gambar 5-5 Harga-Harga Koefisien C2 Untuk Bendung Mercu Tipe Ogee Dengan Muka Hulu Melengkung (USBR, 1960)

    0

    0.7

    0.8

    0.9

    1.0

    1.0 2.0 3.0

    Fakt

    or p

    engu

    rang

    an k

    oefis

    ien

    debi

    t C1

    perbandingan P/H1

    + w.j.v.d. OORD 1941

    P/H1 ~ 1.5

    0.99

    ++

    +

    H1

    V1 /2g2

    kemiringan sudut terhadap garis vertikal1:0.33 1826'1:0.67 3341'1:1 4500'

    koef

    isie

    n ko

    reks

    i C2

    perbandingan P/H1

    1:11:0.67

    1:0.33

    00.98

    1.00

    1.02

    1.04

    0.5 1.0 1.5

    p

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-11

    Harga-harga koefisien koreksi untuk pengaruh kemiringan muka bendung

    bagian hulu terhadap debit diberikan pada Gambar 5.5. Harga koefisien koreksi,

    C2, diandaikan kurang lebih sama dengan harga faktor koreksi untuk bentuk-

    bentuk mercu tipe Ogee.

    Dari hasil perhitungan, dengan debit rencana bendung Q100 tahun = 339,36

    m3/detik, didapat nilai tinggi muka air banjir di atas mercu H1 = 3.49 m.

    Penampang bendung PLTM Bulakan dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

    Gambar 5-6 Potongan Memanjang Bendung

    Gambar 5-7 Potongan Melintang Bendung

    C. Pembangunan Bendung

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-12

    Ada dua cara pembangunan bangunan bendung yaitu:

    1. Menggunakan Saluran Pengelak

    Penggunaan saluran pengelak sangat cocok diterapkan untuk sungai yang

    lebarnya sempit. Saluran pengelak direncanakan dengan dimensi untuk debit

    2 tahunan. Tanggul pengarah dibangun dengan dimensi cukup untuk debit

    banjir 2 tahunan. Bangunan pengarah ini bisa digunakan dengan geotubes

    dengan diisi pasir dan ditengah bangunan pengarah dipasang geomembran

    untuk menahan aliran air dari luar ke bagian pembangunan bendung.

    2. Menggunakan Cofferdam

    Apabila menggunakan cara pembangunan setengah setengah dari bangunan

    bendung maka yang pertama dibangun adalah bangunan bendung yang ada

    pintu pengurasnya degan dimensi pitu penguras mampu untuk dialiri debit

    2 tahunan. Tanggul penutup sementara sebaiknya dirancang dengan

    menggunakan geotube dengan dimensi cukup kuat menahan terjangan aliran

    sungai dengan kecepatan pada saat banjir 2 tahunan.Pada bagian tengah

    tanggul penutup dipasang geomembran untuk menahan rembesan air supaya

    tidak masuk pada bagian sungai yang sedang dibangun bangunan bendung.

    Untuk lokasi bendung Bulakan, disarankan untuk menggunakan sistem

    cofferdam karena penampang sungai cukup lebar untuk dibendung sebagian.

    Selain itu, metode ini tidak memerlukan lahan tambahan untuk digunakan

    sebagai saluran pengelak. Musim kering yang cukup panjang di wilayah ini akan

    lebih memudahkan optimalisasi pelaksanaan di lapangan. Sedangkan pada saat

    musim hujan terutama sekitar bulan Januari-Februari, pekerjaan diperkirakan

    akan kurang maksimal karena aliran sungai Ciliman yang cukup deras sehingga

    pengerjaan bangunan yang berada di badan sungai harus dimaksimalkan pada

    musim kemarau.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-13

    3.2.2 Dimensi Intake

    Bangunan pengambil (intake) berfungsi untuk mengarahkan aliran air dari sungai

    ke saluran pembawa. Bangunan pengambil dilengkapi dengan pintu air yang

    berfungsi sebagai pengontrol besaran air yang akan masuk ke saluran pembawa.

    Sumber: Kriteria Perencanaan Bangunan Utama (KP-02)

    Gambar 5-8 Tipe Pintu Pengambilan

    Kapasitas pengambilan harus sekurang kurangnya 120% dari kebutuhan

    pengambilan (dimension requirement) guna menambah fleksibilitas dan agar

    dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek.

    Untuk menghitung bukaan pada pintu intake dapat menggunakan persamaan:

    zgabQ 2=

    Dimana:

    Q = debit, m3/dt

    = koefisien debit, untuk bukaan di bawah permukaan air dengan tinggi

    energi, =0.8

    b = lebar bukaan, m

    a = tinggi bukaan, m

    g = percepatan grafitasi, m/dt2

    ap

    z

    a

    t

    h

    d

    bp

    z

    a

    n

    h

    d

    p 0.50 - 1.50 md 0.15 - 0.25 mz 0.15 - 0.30 mn 0.05 mt 0.10 m

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-14

    z = kehilangan tinggi energi pada bukaan, m

    Perencanaan bangunan pengambil adalah sebagai berikut:

    Debit Kebutuhan PLTM (120% dari kebutuhan pengambilan) = 12,00 m3/detik.

    Lebar pintu intake direncanakan b = 2,00 m (2 unit).

    Maka bukaan pintu adalah:

    No. a b H Q (m) (m) (m) (m3/s)

    1 1.00 4.00 0.80 0.15 5.49 2 1.00 4.00 0.80 0.20 6.34 3 1.00 4.00 0.80 0.25 7.09 4 1.00 4.00 0.80 0.30 7.76 5 1.00 4.00 0.80 0.35 8.39 6 1.50 4.00 0.80 0.15 8.23 7 1.50 4.00 0.80 0.20 9.51 8 1.50 4.00 0.80 0.25 10.63 9 1.50 4.00 0.80 0.30 11.65 10 1.50 4.00 0.80 0.35 12.58

    1.50 4.00 0.80 0.32 12.00 OK!

    Gambar 5-9 Potongan Memanjang Intake

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-15

    3.2.3 Dimensi Sand Trap

    Walaupun telah ada usaha untuk merencanakan sebuah bangunan pengambilan

    dan pengelak sedimen yang dapat mencegah masuknya sedimen ke dalam

    saluran pembawa (waterway), masih ada banyak partikel-partikel halus yang

    masuk ke dalam system saluran tersebut. Untuk mencegah agar sedimen ini tidak

    mengendap di seluruh saluran pembawa, bagian awal dari saluran pembawa

    persis di belakang pengambilan direncanakan untuk dibuat bangunan yang

    berfungsi sebagai kantong lumpur.

    Kantong lumpur itu merupakan pembesaran potongan melintang saluran sampai

    panjang tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi kesempatan

    kepada sedimen untuk mengendap.

    Untuk menampung endapan sedimen ini, dasar bagian saluran tersebut

    diperdalam atau diperlebar. Tampungan ini dibersihkan tiap jangka waktu

    tertentu dengan cara membilas sedimennya kembali ke sungai dengan aliran

    terkonsentrasi yang berkecepatan tinggi.

    Sumber: Kriteria Perencanaan Bangunan Utama (KP-02)

    Gambar 5-10 Skema Kantong Lumpur (Sand Trap)

    wH =

    vL , dengan v =

    HBQ

    di mana: H = kedalaman aliran saluran, m

    w = kecepatan endap partikel sedimen, m/dt

    L = panjang kantong lumpur, m

    H H

    L B

    A

    w

    v

    w

    v

    C

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-16

    v = kecepatan aliran air, m/dt

    Q = debit saluran, m3/dt

    B = lebar kantong lumpur, m

    ini menghasilkan: LB = WQ

    Ukuran butir yang harus diendapkan bergantung kepada kapasitas angkutan

    sedimen di jaringan saluran selebihnya.Dianjurkan bahwa sebagian besar (60-

    70%) dari pasir halus terendapkan.

    Sumber: Kriteria Perencanaan Bangunan Utama (KP-02)

    Gambar 5-11 Hubungan Antara Diameter Saringan dan Kecepatan Endap Untuk Air Tenang

    Perencanaan bangunan pengambil adalah sebagai berikut:

    0.02

    0.04

    0.06

    0.080.10

    0.20

    0.40

    0.60

    0.801.00

    2.00

    4.00

    6.008.00

    10.00

    0.2 0.4 0.61

    2 4 6 810

    20 40 60100 mm/dt = 0.1 m/dt

    0.2 0.40.6 1 2 4

    kecepatan endap w dalam mm/dt-m/dt

    diam

    eter

    aya

    k do

    dal

    am m

    m

    t=0

    10 20

    30 4

    0

    Red

    = 0

    .001 R

    ed =

    0.0

    1

    Red

    = 0

    .1

    Red

    = 1

    Red

    = 1

    0

    Red

    = 1

    00

    Red

    = 1

    000

    F.B=

    0.3

    F.B=

    0.7

    F.B=

    0.9

    F.B=

    1.0

    1

    2

    4

    68

    10

    Ps = 2650 kg/m Pw = 1000 kg/m F.B = faktor bentuk = C a.b(F.B = 0.7 untuk pasir alamiah)c kecil ; a besar ; b sedanga tiga sumbu yang saling tegak lurusRed = butir bilangan Reynolds = w.do/U

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-17

    Debit rencana sandtrap = 12,00 m3/det

    Panjang rencana sandtrap = 70,0 m

    Lebar rencana sandtrap = 8,0 m

    Diameter partikel rencana = 0,20 mm

    Suhu air rata-rata = 20 C

    Kecepatan aliran rencana = 0.40 m/det

    Kandungan sedimen = 0.05 kg/m3

    Waktu pembilasan = 365 hari

    Dari hasil perhitungan diperoleh:

    Waktu sedimentasi t = 70,83 detik

    Panjang minimum sandtrap (kondisi statis) = 28,33 m < 70,00 m OK!

    Kecepatan endap sedimen = 0.03 detik

    Kecepatan endap efektif = 0.03 detik

    Waktu pengendapan (kondisi turbulence) = 123,59 detik

    Panjang minimum sandtrap (kondisi turbulence) = 49,44 m < 70,00 m OK!

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-18

    Gambar 5-12 Potongan Memanjang Sand Trap

    Gambar 5-13 Potongan Memanjang Pelimpah Sand Trap

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-19

    3.2.4 Perhitungan Saluran Pembawa (Waterway)

    Saluran pembawa berfungsi untuk mengalirkan aliran air dari bangunan

    pengambilan (intake) ke kolam penenang (forebay). Selain pengoperasian dan

    perawatan yang cukup mudah, penggunaan saluran pembawa ini memiliki nilai

    kehilangan energi yang kecil. Penggunaan batu atau beton dalam pembuatan

    saluran pembawa diperlukan untuk mencegah kebocoran dan erosi saluran.

    Saluran pembawa harus memiliki kecepatan yang rendah, dimaksudkan agar

    tidak terjadi erosi dan aliran airnya tidak membawa sedimen. Terdapat beberapa

    nilai minimum dan maksimum kecepatan tergantung dari tipe saluran pembawa,

    dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 5-2 Nilai Kecepatan Saluran Pembawa

    No Tipe Saluran Kecepatan Max

    (m/det) Kecepatan Min

    (m/det) 1 Soil 0.6 0.30 2 Stone Masonry 2.00 0.30 3 Concrete 3.00 0.30

    Sumber: Kriteria Perencanaan Saluran (KP-04)

    Rumus yang digunakan untuk dimensi saluran pembawa adalah

    Manning/Strickler Formula. Rumus ini digunakan untuk open channel flow.

    21

    32

    IRKV =

    Dimana:

    Q = Debit kebutuhan (m3/det)

    I = Kemiringan saluran

    R = Jari-jari hidraulik (m)

    K = Koefisien strickler (1/n)

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-20

    Tabel 5-3 Nilai Koefisien Strickler

    (i) Irrigation Canal Canal condition Stricklers (K)

    Earth lined and unlined canals Q: over 10 m3/s 45

    Q: between 5 and 10 m3/s 42.5

    Q: between 1 and 5 m3/s 40

    Q: between 1.0 m3/s 35

    Lined canal/structure (a) Concrete 70

    (b) Masonry 60

    (ii) Drainage Canal Main Drain System Stricklers (K)

    h > 1.50 m 30

    h 1.50 m 25

    h = water depth in channel,m

    Sumber: Kriteria Perencanaan Saluran (KP-04)

    Perencanaan saluran pembawa adalah sebagai berikut:

    Debit rencana PLTM = 10,00 m3/detik.

    Debit perencanaan dimensi saluran (110% dari debit rencana) = 11,00 m3/detik

    Saluran pembawa direncanakan berbentuk trapesium dari pasangan batu yang

    diplester.

    Untuk menampung limpasan air hujan maupun alur-alur dari atas bukit, saluran

    pembawa dilengkapi dengan saluran drainase dan box control serta gorong-

    gorong di beberapa lokasi.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-21

    Gambar 5-14 Saluran Pembawa (Waterway)

    3.2.5 Perhitungan Kolam Penenang (Forebay)

    Kolam Penenang (forebay) direncanakan untuk mereduksi arus turbin sebelum

    aliran masuk ke dalam pipa pesat (penstock) dan tidak direncanakan sebagai

    reservoir air untuk jangka waktu tertentu. Kolam penenang juga berfungsi

    sebagai saringan akhir sebelum air masuk ke dalam penstock dan akhirnya ke

    turbin. Pada rencana PLTM Bulakan, bak penenang direncanakan pada posisi

    dengan kordinat geografis 6 37 37,55 LS ; 106 1 56,65 BT.

    Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam perhitungan dimensi bak

    penenang:

    Lebar kolam penenang disyaratkan minimum 3 x lebar saluran pembawa.

    Sedangkan panjang kolam adalah 2 x lebarnya. Ketentuan tersebut guna

    menjamin aliran steady di pipa penstock dan mampu meredam tekanan balik

    pada saat penutupan aliran di pipa penstock.

    Kolam penenang direncanakan dengan menetapkan kecepatan vertikal

    partikel sedimen 0.03 m/det.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-22

    Pipa pesat ditempatkan 50 cm di atas dasar kolam untuk menghindarkan

    masuknya batu atau benda-benda yang tidak diijinkan terbawa memasuki

    turbin, karena berpotensi merusak runner turbin.

    Pipa pesat ditempatkan pada jarak minimum 4 x D (diameter pipa pesat) dari

    muka air untuk menjamin tidak terjadi turbulensi dan pusaran yang

    memungkinkan masuknya udara bersama aliran air di dalam pipa pesat

    Kolam penenang dilengkapi trash rack untuk mencegah sampah dan benda-

    benda yang tidak diinginkan memasuki pipa pesat bersama aliran air.

    Untuk keperluan pembuangan endapan sedimen, kolam penenang dilengkapi

    dengan pintu penguras.

    Kolam penenang juga dilengkapi dengan pelimpas yang direncanakan untuk

    membuang kelebihan debit pada saat banjir. Bangunan bak penenang dan

    saluran pembawa direncanakan terjaga ketinggian permukaan pada saat

    banjir sampai maksimum 25% dari debit desain.

    Konstruksi kolam penenang dan sand trap berupa pasangan batu diplester

    dengan dasar bak berupa cor-an beton tumbuk (tanpa tulangan) kedap air.

    Perhitungan:

    Debit rencana PLTM = 10,00 m3/detik.

    Debit perencanaan dimensi saluran (110% dari debit rencana) = 11,00 m3/detik

    Lebar = 12,0 m

    Panjang = 24,0 m

    Kedalaman = 4,24 m

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-23

    Gambar 5-15 Potongan Memanjang Kolam Penenang (Forebay)

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-24

    3.2.6 Pipa Pesat (Penstock)

    Pipa pesat (penstock) adalah pipa yang yang berfungsi untuk mengalirkan air

    dari kolam penenang (forebay). Perencanaan pipa pesat mencakup pemilihan

    material, diameter penstock, tebal dan jenis sambungan (coordination point).

    Pemilihan material berdasarkan pertimbangan kondisi operasi, aksesibility, berat,

    sistem penyambungan dan biaya. Diameter pipa pesat dipilih dengan

    pertimbangan keamanan, kemudahan proses pembuatan, ketersediaan material

    dan friction losses seminimal mungkin. Ketebalan penstock dipilih untuk

    menahan tekanan hidrolik dan surge pressure yang dapat terjadi.

    Data dan asumsi awal perhitungan pipa pesat:

    Material pipa pesat menggunakan plat baja diroll dan dilas (welded rolled steel)

    Hal ini dipilih sebagai alternatif terbaik untuk mendapatkan biaya terkecil.

    Material yang digunakan adalah mild steel (ST 37) dengan kekuatan cukup.

    Head losses pada sistem pemipaan (penstock) diasumsikan sekitar 2%

    terhadap head gross.

    A. Diameter Penstock

    Diameter penstock ditentukan berdasarkan sudut rata-rata penstock dan debit

    rencana dengan menggunakan persamaan berikut:

    ( ) 5.0273.1 optVQD =

    Dimana:

    D = Diameter penstock (m)

    Q = Debit rencana, m3/det

    Vopt = Kecepatan optimum, m/det

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-25

    Kecepatan optimum penstock didapatkan dari grafik di bawah ini:

    Sumber: Manual and Guidelines for Micro-hydropower Development in Rural

    Electrification Vol. I, JICA, June 2009

    Gambar 5-16 Hubungan Antara Vopt Penstock dan Sudut Rata-rata Penstock

    Ap = Hp/Lp

    Dimana:

    Ap = Sudut rata-rata penstock

    Hp = Beda tinggi antara forebay dan powerhouse

    Lp = Panjang penstock

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-26

    Perhitungan:

    Debit rencana = 10,00 m3/det

    Hp = 77,0 m

    Lp = 420,0 m

    Ap = 0,1833

    Dari grafik didapat Vopt = 2,0 m/det

    Dengan menggunakan persamaan di atas, didapat nilai D = 2,52 m

    Digunakan D = 2,50 m

    Cek kecepatan di penstock:

    Q = 10,0 m/det

    A = 4,91 m2

    V = 2,04 m/det < Vmax penstock = 3 m/det OK!

    B. Tebal Pelat Penstock

    Ketebalan pipa perlu ditambah dengan faktor korosi (fk). Ketebalan korosi yang

    diizinkan untuk pipa pesat adalah antara 1 3 mm. sehingga tebal pipa adalah:

    t + fk, mm

    Diameter dan tebal pipa pesat hasil perhitungan akan disesuaikan dengan

    diameter dan tebal pipa pesat yang ada di pasaran.

    Tebal minimum untuk pipa pesat adalah:

    Sampai dengan diameter 0,8 m, tebal minimumnya adalah 5 mm.

    Sampai dengan diameter 1,5 m, tebal minimumnya adalah 6 mm.

    Sampai dengan diameter 2,10 m, tebal minimumnya adalah 12 mm.

    Pendekatan paling sederhana untuk menghitung ketebalan minimum pipa

    penstock adalah dengan menggunakan rekomendasi ASME, yakni untuk tebal

    penstock minimum (mm) adalah 2,5 kali diameter pipa (m) di tambah 1.2 mm.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-27

    t min = 2,5D + 1,2 mm

    Rekomendasi lain adalah:

    t min = (D+508)/1400 D dalam mm.

    Dari hasil perhitungan dan juga dengan mempertimbangkan ketebalan pipa

    penstock yang ada di pasaran, maka direncanakan ketebalan pipa penstock

    adalah 12 mm.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-28

    Gambar 5-17 Potongan Memanjang Pipa Penstock

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-29

    3.2.7 Power House

    Power house berupa bangunan permanen berdinding batu bata atau precast

    concrete sesuai dengan persyaratannya. Lantai dibuat dari plat beton yang

    mampu menahan beban peletakan sementara turbin air dan generator, dibuat

    terpisah dengan fondasi turbin dan generator. Powerhouse terletak pada lokasi

    dengan kordinat geografis 6 37' 23.55" LS - 106 1' 45.35" BT.

    Power house direncanakan dengan ukuran (21 x 42) m = 882 m2 dan secara umum

    dilengkapi antara lain:

    a. Ruang Pembangkit

    b. Ruang Panel dan Kontrol

    c. Ruang Service yang terdiri dari:

    Dapur (kitchen)

    Toilet (KM/WC)

    Gudang.

    Fasilitas power house antara lain adalah:

    a. Lampu penerangan luar dan dalam.

    b. Pintu geser jenis Henderson sebagai pitu utama dengan tinggi 3.5 meter untuk

    memudahkan keluar masuknya barang.

    c. Ventilasi alam.

    d. Portal Crane.

    Luas dan layout power house sangat tergantung dari kebutuhan ruang untuk

    berbagai macam peralatan yang akan ditempatkan didalamnya dan sangat

    tergantung pada design mekanikal elektrikal.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-30

    Gambar 5-18 Potongan Melintang Power House

    3.2.8 Tailrace

    Tailrace adalah bangunan yang berfungsi mengalirkan air pada pembuangan

    PLTM. Bentuk penampang yang akan direncanakan berbentuk tegak dari

    pasangan batu. Seperti pada saluran pembawa (waterway), rumus aliran yang

    digunakan untuk dimensi tailrace adalah Manning/Strickler Formula.

    Dimensi tailrace PLTM Bulakan adalah sebagai berikut:

    Debit rencana PLTM = 10,00 m3/detik.

    Debit perencanaan dimensi tailrace (110% dari debit rencana) = 11,00 m3/detik

    Lebar bawah = 2 x 4,0 m

    Tinggi air = 1,0 m

    Talud = 1 : 0

    Panjang = 155 m

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-31

    3.3 PERENCANAAN KOMPONEN MEKANIKAL PLTM

    Penentuan jumlah turbin diawali dengan turbin yang memerlukan debit yang

    kecil atau occurance yang besar (95%), penentuan berikutnya bisa sama dengan

    turbin awal atau lebih besar dari kapasitas terpasang turbin yang pertama.

    Kriteria utama dalam penentuan kapasitas dan jumlah turbin adalah komposisi

    yang paling optimum dari segi ekonomis. Kriteria selanjutnya adalah bagaimana

    agar kapasitas turbin hanya 2 macam saja dan syarat batasnya adalah areal

    lahan power house cukup untuk letak turbin bersama perangkat lainnya, serta

    kemudahan membawa turbin sampai ke lokasi penempatan turbin dengan

    perangkatnya (generator, dll).

    Guna mendapatkan jumlah turbin terpasang yang paling optimal, dilakukan

    simulasi antara kapasitas dan jumlah turbin dengan total energi yang dihasilkan

    pertahunnya. Dari hasil simulasi diperoleh hasil kapasitas turbin paling optimum

    adalah 2 x 3,5 MW.

    3.3.1 Penentuan Jenis Turbin

    Komponen mekanikal utama yang terdapat dalam PLTM adalah turbin air.

    Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi potensial, tekanan, dan

    energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Putaran

    poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi tenaga listrik. Berdasarkan

    prinsip kerjanya, turbin air dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu:

    Tabel 5-4 Jenis Turbin

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-32

    Pemilihan jenis turbin berdasarkan spesifikasi lokasi dan potensi yang ada,

    seperti yang diperlihatkan oleh tabel dan grafik berikut ini.

    Tabel 5-5 Spesifikasi Jenis Turbin

    Jenis Turbin Range Ketinggian/Head (m) Kaplan dan propeller 2 < H < 40

    Francis 10 < H < 350 Pelton 50 < H < 1300

    Banki/Cross-flow 3 < H < 250 Turgo 3 < H < 2500

    Sumber: Manual and Guidelines for Micro-hydropower Development in Rural

    Electrification Vol. I, JICA, June 2009

    Gambar 5-19 Grafik Penentuan Jenis Turbin (Flow dan Hnetto)

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-33

    Debit rencana PLTM Bulakan adalah 10 m3/detik dengan Hnetto 76 m. sehingga

    berdasarkan tabel dan grafik di atas, jenis turbin yang tepat untuk PLTM ini

    adalah jenis Francis.

    Penentuan jenis turbin dapat pula dengan berdasarkan specific speed (ns).

    Kecepatan spesific merupakan suatu istilah yang dipakai untuk

    mengelompokkan turbin-turbin atas dasar unjuk kerja dan ukuran

    perimbangannya.

    Untuk turbin air, gambar berikut dapat dipergunakan sebagai acuan awal untuk

    memilih jenis turbin yang sesuai. Rumus kecepatan spesifik yang dipergunakan

    adalah:

    43

    H

    Qnnq =

    dimana n = kecepatan putar [rpm]

    Q = laju aliran [m3/s]

    H = head [m]

    Gambar 5-20 Grafik Jenis Turbin Berdasarkan Kecepatan Spesifik (ns)

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-34

    Tabel berikut menunjukkan hubungan antara kecepatan spesifik dengan jenis

    turbin dan jumlah sudu turbin.

    Tabel 5-6 Data Kecepatan Spesifik Turbin Air

    No. Jenis Turbin

    Kecepatan Spesifik

    Roda Jalan ns

    Kecepatan Spesifik

    Roda Jalan nq

    Kecepatan Spesifik Instalasi Turbin

    qn

    Head (H)

    Max. [m]

    Jumlah Sudu

    Turbin

    1 Pelton, sudu lambat, 1 nosel

    5 10

    1,5 3

    1,5 3

    2000 1000

    40 30

    2 Pelton, sudu normal, 1 nosel

    15 20

    4,5 6

    4,5 6

    750 600

    26 22

    3 Pelton, sudu normal, 2 nosel

    15 20

    4,5 6

    6,5 8,5

    750 600

    26 22

    4 Pelton, sudu cepat, 1 nosel

    25 30 35

    7,5 9

    10,5

    7,5 9

    10,5

    500 400 300

    18 15 13

    5 Pelton, sudu cepat, 2 nosel

    25 30 35

    7,5 9

    10,5

    11 13 15

    500 400 300

    18 15 13

    6 Pelton, sudu cepat, 4 nosel

    25 30 35

    7,5 9

    10,5

    15 18 21

    500 400 300

    18 15 13

    7 Francis, sudu lambat 60 100 150

    18 30 45

    18 30 45

    400 250 120

    12 sampai

    18 8 Francis, sudu normal 200

    250 60 75

    60 75

    80 60

    12 sampai

    18 9 Francis, sudu cepat 300

    350 400 450

    90 105 120 135

    90 105 120 135

    45 35 30 25

    12 sampai

    18

    10 Kaplan atau propeler 400 600 800 1000

    120 180 240 300

    120 180 240 300

    40 20 10 5

    8 6 4 3

    Catatan : T diambil sama dengan 0,84, jadi nq = 0,3 ns.

    ns adalah kecepatan spesifik berdasarkan daya turbin dalam PK

    qn adalah kecepatan spesifik istalasi turbin, besarnya sama dengan nq

    dikalikan nz

    zn adalah jumlah nosel

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-35

    Jadi perlu diperhatikan apa beda kecepatan spesifik turbin dengan kecepatan

    spesifik roda jalan. Yang menentukan bentuk roda jalan adalah kecepatan spesifik

    roda jalan.

    Sebelum memperoleh specific speed ini, perlu ditentukan besarnya putaran

    runner (roda jalan) turbin (n). Putaran turbin tersebut harus disesuaikan dengan

    putaran generator yang telah tersedia. Rumus untuk mencari putaran generator

    adalah

    Pfn .120=

    f adalah frekuensi (50 Hz), dan P adalah jumlah pole yang nilanya selalu genap.

    Untuk turbin pada Bulakan, setelah melalui proses iterasi untuk mendapatkan

    turbin yang sesuai, ditentukan besarnya putaran turbin sebesar 750 rpm.

    Dari hasil simulasi diperoleh konfigurasi turbin yang paling optimal adalah

    dengan menggunakan 2 buah turbin, dimana debit maksimum total adalah

    sebesar 10 m3/det. Dari hasil perhitungan kecepatan spesifik diperoleh kecepatan

    spesifik maksimum sebesar 65, sehingga jenis turbin untuk lokasi PLTM Bulakan

    adalah turbin Francis sudu lambat.

    3.3.2 Katup

    Katup masuk yang digunakan adalah tipe/jenis butterfly valve yang digerakan

    dengan motor listrik.

    Katup masuk akan dirancang sedemikian rupa sehingga berfungsi dengan lancar

    tanpa menyebabkan vibrasi/getaran yang berlebihan serta fluktuasi tekanan yang

    berbahaya pada penstock.

    Katup masuk harus mampu membuka pada tinggi jatuh kotor maksimum 110 m

    tanpa tekanan yang sama dan akan mampu menutup pada ketinggian tersebut

    dan aliran maksimum yang sesuai ke guide vane pada saat terbuka penuh. Katup

    masuk harus mampu terbuka dan tertutup dalam 180 detik dalam kondisi di atas.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-36

    3.3.3 Sistem Hidrolik

    Sistem hidolik yang terdapat dalam PLTM meliputi Hydraulic Power Unit dan

    Hydraulic Governor. Governor berfungsi untuk menjaga putaran turbin konstan

    dengan mengatur bukaan Inlet Guide Vane. Detail komponen dalam kedua

    sistem tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 5-7 Detail Komponen Sistem Hidrolik

    1 Hydraulic Governor 2 Hydraulic Power Unit1 Oli Tank 1 Oli Tank2 Hydraulic Oil Pump (fixed) 2 Hydraulic Variable Pump3 Hydraulic Oil Hand Pump 3 Oil Level4 Oil Level 4 Temperature Gauge5 Oil Temperature Gauge 5 Pressure Switch6 Pressure Switch 6 Test Point7 Filter Breather 7 Off Line Filter Incl. Cooler8 Pressure Gauge 8 Control Valve9 Test Point 9 Electro Motor10 Flow Control Valve 10 Relief Valve11 Throttle Valve 11 Belhousing12 Electro Motor 12 Solenoid Valve13 Relief Valve 13 Coupling14 Bellhousing 14 Proportional Valve15 Solenoid Valve 15 VT Card16 Coupling 16 Check Valve17 Return Line Filter Non Cloging 17 Manifold18 Check Valve 18 Inline Filter19 Manifold 19 Cylinder 20 Cylinder 20 Fittings, Tubing-piping, Hoses21 Fittings, Tubbing-piping, Hoses 21 Accumulator22 Accumulator 22

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-37

    3.4 PERENCANAAN KOMPONEN ELEKTRIKAL PLTMH

    3.4.1 Kriteria Desain

    Instalasi pada sistem elektrikal dan kontrol yang dibangun pada PLTM secara

    konsisten akan mengikuti standard PUIL dan IEC serta standard internasional

    lainnya yang relevan.

    Pencapaian faktor kehandalan yang optimal dengan memudahkan proses

    dalam pengoperasian dan pemeliharaan yang mempertimbangkan pemakaian

    komponen yang modular dan dapat saling tukar antar unit serta

    meminimalkan jumlah suku cadang.

    Peralatan sistem elektrikal dan Kontrol harus di desain untuk meminimalkan

    biaya perawatan, kemudahan pengoperasian, dan kemudahan akses untuk

    inspeksi, kemudahan perawatan dan penggantian suku cadang.

    Pemanfaatan teknologi yang optimal dengan mempertimbangkan pemakaian

    perangkat keras hasil teknologi terkini yang umum dijumpai di pasar, dan

    penggunaan fiture fungsi yang menunjang produktivitas dan kehandalan.

    Terjaganya keamanan personil dan peralatan selama pengoperasian dan

    selama pemeliharaan peralatan pembangkit yang mempertimbangkan faktor

    fail safe pada operasi peralatan memalui pengaturan mode kerja dalam

    operasi dan sistem proteksi serta interlocking yang terkoordinasi.

    3.4.2 Standard

    Instalasi sistem elektrikal dan kontrol yang akan dibangun di PLTM ini mengacu

    kepada standard sebagai berikut :

    PUIL, Peraturan Umum Instalasi Listrik Standard Konstruksi Jaringan yang digunakan PLN Wilayah Jawa Barat dan

    Banten

    IEC, International Electrotechnical Commission NEMA, National Electrical Manufacturers Association

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-38

    IEEE, Institute of Electrical and Electronics Engineers

    3.4.3 Kondisi Lingkungan

    Kondisi lingkungan tempat peralatan elektrikal dan control, baik yang natural

    atau-pun yang dikondisikan pada PLTM yang akan dibangun ini diuraikan

    sebagai berikut:

    1. Klasifikasi Daerah tidak berbahaya (non hazardous area)

    2. Ambient Temperature Maksimum 45C Minimum 20 C

    3. Kelembaban Maksimum 95% Minimum 55%

    4. Korosifitas Lingkungannya termasuk pada daerah yang tidak korosif

    3.4.4 Filosofi Pemeliharaan dan Pengoperasian

    Peralatan sistem elektrikal dan control, baik yang utama maupun pada sistem

    pendukung didesain untuk dapat dioperasikan dengan aman oleh dua orang

    operator atau teknisi yang telah memperoleh pelatihan pengoperasian PLTM ini.

    Kompetensi operator atau teknisi tersebut akan dipaparkan pada bagian lain

    dokumen rencana pembangunan pada proyek ini.

    Pengoperasian dapat dilakukan dari ruang kontrol maupun secara lokal di area

    dekat turbin-generator. Oleh karena itu beberapa status peralatan untuk

    mengoperasikan pembangkit akan ditampilkan di ruang tempat pegoperasian

    tersebut dilakukan.

    Mode operasi sistem didesain manual, kecuali beberapa sistem seperti:

    Pengaturan eksitasi generator

    Pengaturan governor ( Automatic Governor Controller)

    Pengaturan pembebanan generator (Automatic Load Sharing)

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-39

    Sinkronisasi generator (Auto Shyncronize)

    Sistem proteksi pada PLTM ini didesain secara optimum untuk melindungi

    manusia dan peralatan dari kesalahan (failure) yang mungkin terjadi.

    3.4.5 Spesifikasi Sistem dan Peralatan Utama Elektrikal dan Kontrol

    1. Transformator

    Step-up transformer akan menggunakan type pendingin dengan minyak type

    SPLN 8, karena type ini cocok untuk daerah pegunungan terbuka yang

    berdekatan dengan gedung pembangkit serta sekelilingnya di pagar.

    Transformer harus dilengkapi oleh suatu relay dan alarm petunjuk

    temperatur minyak serta penyangganya (peralatan penyangga tersebut dapat

    dihilangkan untuk transformer kurang dari 1000 kVA). Penyangga

    transformer bila diperlukan akan ditempatkan pada bagian dalam gedung

    pembangkit dan di proteksi dengan pemutus primer.

    Kapasitas transformator dipilih sebisa mungkin sama dengan output

    generator. Kapasitas standard transformator yang tersedia adalah 160 kVA,

    200 kVA, 250 kVA, 315 kVA, 400 kVA, 500 kVA, 630 kVA, 800 kVA, 1000 kVA,

    1250 kVA, 1600 kVA, 2000 kVA, 2500 kVA, 3000 kVA, 4000 kVA.

    2. Switchgear

    Semua switchgear akan ditempatkan di bagian dalam gedung. Mekanisme

    pengoperasian menggunakan tipe pemutus bebas dengan pemutusan listrik.

    Installasi tegangan rendah (380 V) akan menggunakan Circuit Breaker udara

    (ACB) dengan proteksi arus lebih integral untuk generator circuit breaker.

    Circuit breaker dengan panel 20 kV lebih disukai terbuat dari metal untuk

    menambah reliabilitasnya.

  • STUDI KELAYAKAN PLTM BULAKAN

    3-40

    3. Instrumentasi

    Instrumentasi minimum dibutuhkan untuk pengoperasian PLTM secara aman

    antara lain adalah:

    Bantalan temperatur dan level minyak

    Governor Oil Pressure dan level

    Penstock Pressure Gauge

    Hour Run Meters

    Speed Monitoring and Overspeed Device

    Meteran Umum (General Metering) yaitu Machine Speed, Voltage,

    Current, Killowat/Hours, Frequency, Synchroscope, Kilowatt, Kilovolt

    4. Mesin Pembantu

    Governor drive dan excitor suply akan diubungkan ke terminal keluaran

    generator. Motor tambahan 380 V atau kontrol disuplai melalui Miniature

    Circuit Breaker (MCB) pada papan stasiun suplai distribusi

    5. Kabel Daya dan Instalasi Penerangan

    Kabel daya dan instalasi penerangan merupakan tambahan dari kabel daya

    termasuk perlengkapan governor, transformer, panel, swicthgear, swicthyard

    sampai dengan tahanan penerangan 20 kV, jaringan voltage medium 20 kV,

    instalasi penerangan gedung pembangkit, rumah operator dan lokasi site.

    Kabel tegangan rendah untuk generator, transformer, dan panel

    menggunakan satu kutub tipe NYY dengan ukuran yang sesuai pada saat ini.

    Kabel tegangan 20 kV digunakan tipe N2 x SEBY 20 kv 3 x 95 dengan ukuran

    yang sesuai. Sedangkan kabel yang digunakan untuk penerangan dilokasi

    kerja adalah jenis twisted cable saluran lebih dengan proteksi MCCB.

    Lampu yang dipasang di gedung pembangkit dan lokasi kerja adalah Mercury

    160 W/220V atau lampu low pressure sodium, sedangkan untuk