fraktur femur tertutup
DESCRIPTION
fraktur pada luka tertutupTRANSCRIPT
1
Fraktur Femur Tertutup 1/3 Distal Dextra
PENDAHULUAN
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi
tulang / osteoporosis.
Batang femur dapat mengalami fraktur oleh trauma langsung, puntiran (twisting), atau
pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada kecelakaan jalan raya.
Femur merupakan tulang terbesar dalam tubuh dan batang femur pada orang dewasa sangat
kuat. Dengan demikian, trauma langsung yang keras, seperti yang dapat dialami pada
kecelakaan mobil, diperlukan untuk menimbulkan fraktur batang femur. Perdarahan interna
yang masih dapat menimbulkan renjatan berat.
Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas di Indonesia baik dari segi jumlah
pemakai jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan dan bertambahnya jaringan
jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas kemungkinan terjadinya fraktur adalah akibat
kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas sering mengakibatkan trauma kecepatan tinggi
dan kita harus waspada terhadap kemungkinan polytrauma yang dapat mengakibatkan trauma
organ – organ lain. Trauma – trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja,
cedera olah raga. Kita harus dapat membayangkan rekonstruksi terjadinya kecelakaan agar
dapat menduga fraktur yang dapat terjadi. Setiap trauma yang dapat mengakibatkan fraktur
juga dapat sekaligus merusak jaringan lunak disekitar fraktur mulai dari otot, fascia, kulit,
tulang, sampai struktur neurovaskuler atau organ – organ penting lainnya.
PEMBAHASAN
SKENARIO XI
Seorang laki-laki berusia 18 tahun, dibawa ke UGD RS dengan keluhan sakit pada
kaki kanannyasetelah mengalami kecelakaan sepeda motor 1 jam yang lalu. Laki-laki tersebut
mengalami kesakitan pada tungkai bawah kanan diatas sendi lutut. Laki-laki tersebut tidak
1
dapat berdiri & merasa kesakitan ketika berusaha mengangkat pahanya. Pada pemeriksaan
fisik, didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada regio femur dextra 1/3 distal
tampak edema, hematom dan deformitas, krepitasi (+), nyeri tekan (+), pulsasi distal teraba,
tidak melemah, gerakan tungkai terbatas.
PEMERIKSAAN
Anamnesis
Anamnesis berasal dari kata Yunani artinya mengingat kembali. Anamnesis adalah cara
pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien (Auto anamnese)
atau pada orang tua atau sumber lain (Allo anamnese). 80% untuk menegakkan diagnosa
didapatkan dari anamnesis. Anamnesis adalah bertujuan untuk:
mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya mengenai penyakit pasien
Membantu menegakkan diagnosa sementara. Ada beberapa penyakit yang sudah
dapat ditegaskan dengan anamnese saja
Menetapkan diagnosa banding
Membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya
Pemeriksaan Fisik
1. Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi,
rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah
kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera
terbuka
2. Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari
fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah
adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan.
3. Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting
untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian distal
cedera.
Pemeriksaan Penunjang
1
Laboratorium :
Darah rutin,
Faktor pembekuan darah,
Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi),
Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin).
Radiologi :
Pemeriksaan dengan sinar x harus dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu anterior posterior
dan lateral, kekuatan yang hebat sering menyebabkan cidera pada lebih dari satu tingkat
karena itu bila ada fraktur pada femur atau kalkaneus perlu juga diambil foto sinar-X pada
pelvis dan tulang belakang.1
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : Fraktur femur tertutup 1/3 distal dekstra
Fraktur tulang adalah putusnya kesinambungan suatu tulang. Fraktur dapat terjadi
pada semua bagian tubuh salah satunya adalah fraktur femur 1/3 distal yaitu suatu patahan
yang mengenai 1/3 bagian bawah tulang paha.2
Tetapi trauma yang cukup untuk menyebabkan fraktur, hampir tidak dapat dielakkan
menimbulkan cedera jaringan lunak. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang
berlebihan.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma
tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah
yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat
menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. 3
ETIOLOGI
Sebagian besar fraktur femur disebabkan oleh trauma berenergi tinggi, seperti
kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan industri, luka tembak dan terjatuh dari
1
ketinggian. Penyebab fraktur tulang yang paling sering adalah trauma, terutama pada anak-
anak dan dewasa muda.4
Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Cedera traumatik
cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit di atasnya.
2. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
3. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
b. Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
1. Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
2. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
3. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D
yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh
defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi
Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus.1
EPIDEMIOLOGI
Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada
fraktur collum, fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan usia
lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik, trauma yang dialami oleh
1
wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi) sedangkan pada penderita
muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan. Sedangkan fraktur batang femur, fraktur
supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur condyler femur banyak terjadi pada penderita
laki – laki dewasa karena kecelakaan ataupun jatuh dari ketinggian. Sedangkan fraktur batang
femur pada anak terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah.
PATOFISIOLOGI
Sewaktu tulang patah ( fraktur ) mengakibatkan terpajannya sum-sum tulang atau
pengaktifan saraf simpatis yang mengakibatkan tekanan dalam sum-sum tulang, sehingga
merangsang pengeluaran katekolamin yang akan merangsang pembebasan asam lemak
kedalam sirkulasi yang menyuplai organ, terutama organ paru sehingga paru akan terjadi
penyumbatan oleh lemak tersebut maka akan terjadi emboli dan menimbulkan distress atau
kegagalan pernafasan.
Trauma yang menyebabkan fraktur ( terbuka atau tertutup ) yang mengakibatkan
perdarahan terjadi disekitar tulang yang patah dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang
tersebut dan terjadi perdarahan masif yang bila tidak segera ditangani akan menyebabkan
perdarahan hebat, terutama pada fraktur terbuka ( shock hypopolemik ).
Perdarahan masif ini ( pada fraktur tertutup ) akan meningkatkan tekanan dalam suatu
ruang diantara tepi tulang yang yang fraktur dibawah jaringan tulang yang membatasi
jaringan tulang yang fraktur tersebut, menyebabkan oedema sehingga akan menekan
pembuluh darah dan saraf disekitar tulang yang fraktur tersebut maka akan terjadi sindrom
kompartemen ( warna jaringan pucat, sianosis, nadi lemah, mati ras dan nyeri hebat. )dan
akan mengakibatkan terjadinya kerusakan neuro muskuler (4-6 jam kerusakan yang
irreversible, 24-48 jam akan mengakibatkan organ tubuh tidak berfungsi lagi).
Perdarahan masif juga dapat menyebabkan terjadinya hematoma pada tulang yang fraktur
yang akan menjadi bekuan fibrin yang berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru.
Aktivitas osteoblas segera terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut kalus.
Bekuan fibrin direabsorbsi sel-sel tulang baru secara perlahan mengalami remodeling
(membentuk tulang sejati) tulang sejati ini akan menggantikan kalus dan secara perlahan
mengalami kalsifikasi ( jadi tulang yang matur ).
Namun secara fisiologis, tulang mempunyai kemampuan untuk menyambung sendiri setelah
patah tulang. Proses penyambungan tulang pada setiap individu berbeda-beda. Faktor-faktor
yang mempengaruhi penyambungan tulang adalah (1) usia pasien, (2) jenis fraktur, (3) lokasi
fraktur, (4) suplai darah, (5) kondisi medis yang menyertainya.5
1
Jenis-jenis fraktur
1. Complete fracture (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan
melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
2. Closed fracture (simple fracture), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit
masih utuh.
1
3. Open fracture (compound frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur
dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai
menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka
digradasi menjadi:
o Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.
o Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
o Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif.
4. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
5. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.
6. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
7. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
8. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
9. Depresi, fraktur dengan frakmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada
tulang tengkorak dan wajah).
10. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
11. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget,
metastasis tulang, tumor).
12. Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.
13. Epifisial, fraktur melalui epifisis.
14. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.6,7
Proses penyembuhan fraktur tulang
1. Fase hematoma: Proses terjadinya hematoma dalam 24 jam. Apabilaterjadi fraktur
pada tulang panunjang, maka pembuluh darah kecil yangmelewati kanalikuli dalam
1
sistem haversian mengalami robekan padadaerah luka dan akan membentuk hematoma
diantar kedua sisi fraktur. Fase hematoma terjadi perdarahan di sekitar patahan tulang
yangdisebabkan terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost.Perdarahan ini
akan memebentuk hematoma disekitar dan di dalam fraktur, dan yang tidak mendapat
persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter. Fase ini berlangsung
selama 2-3 minggu setelah fraktur.
2. Fase proliferasi/ fibrosa: terjadi dalam waktu sekitar 5 hari. Pada saat initerjadi reaksi
jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan, karena adanya sel-
sel osteogenik yang berpoliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksternal
serta pada daerah endosteum membentuk kalus internal sebagai aktifitas seluler
dalamkanalis medularis. Fase radang dan proliferasi seluler. Proliferasi sel-sel
periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah proliferasi sel-sel lapisan dalam
periosteal dekat daerah fraktur. Hematoma terdesak dan diabsorbsi olehtubuh.
Bersamaan dengan aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadiaktifitas sel-sel dari
kanalis medularis masing-masing fragmen. Proses dari periosteum dan kanalis
medularis dari masing-masing fragmenbertemu dalam satu proses yang sama
sehingga menjembatani permukaan fraktur satu sama lain. Pada fase ini sudah terjadi
pengendapan kalsium.
3. Fase Pembentukkan callus: Waktu pembentukan kalus 3-4 minggu.Setelah
pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiapfragmen sel dasar yang
berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan. Fase
pembentukan kalus (pertautan klinis) minggu Pada fase ini terbentuk kalus fibrosa
dan disini tulang menjadi osteoporotik akibat resorbsi kalsium untuk penyembuhan.
Sel-sel osteoblas mengeluarkan matriks intraselluler yang segera bersatu dengan
garam-garam kalsium, membentuk tulang immature atau young callus Pada akhir
stadium terdapat 2 macam kalus internal callus dan diluar disebut external callus.
4. Fase Osifikasi: Pembentukan halus mulai mengalami perulangan dalam2-3 minggu,
patah tulang melalui proses penulangan endokondrol,mineral terus-menerus ditimbun
sampai tulang benar-benar telah bersatudengan keras. Fase konsolidasi (minggu 8-
1callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan pembentukan lamela-
lamela. Terjadi pergantianfibrous callus menjadi primary callus. Secara berangsur-
angsur primarybone callus diresorbsi dan diganti dengan second bone callus yang
sudah mirip dengan jaringan tulang yang normal. Kekuatan kalus ini samadengan
tulang biasa. Fase ini terjadi pada minggu ke 8-12 setelah fraktur. Fase Remodeling:
1
Waktu pembentukan 4-6 bulan. Pada fase ini perlahan-lahan terjadi reabsorbsi secara
eosteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksternal
secara perlahan-lahan menghilang.
5. Fase remodeling
union sudah lengkap, tulang baru yang terbentuk padaumumnya berlebihan, mengelilingi
daerah fraktur. Dengan mengikutistress/tekanan dan tarik mekanis, misalnya gerakan,
kontraksi otot dansebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pelan
terhisapkembali dengan kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yangsesuai
dengan aslinya. Fase ini terjadi 12 minggu setelah fraktur terjadi.
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur :
-Imobilisasi fragmen tulang.
-Kontak fragmen tulang minimal.
-Asupan darah yang memadai.
-Nutrisi yang baik.
-Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.
-Hormon-hormon pertumbuhan tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik.
-Potensial listrik pada patahan tulang.
MANIFESTASI KLINIS
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat
di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melengketnya obat.
1
Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.2
KOMPLIKASI
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan
di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor
resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun,
usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang
imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya
komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal
bila terjadi pada bedah ortopedil
1
8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.
9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf
simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri,
perubahan tropik dan vasomotor instability.4
PENATALAKSANAAN
Mentosa :
Analgetik
Antibiotik
Vit K
Antibiotik TT ( Toksoid Tetanus )
Antitrombolitik
Non medika mentosa :
a Recognition: mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis,
pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan: lokasi,
bentuk fraktur, menentukan teknnik yang sesuaiuntuk pengobatan, komplikasi yang
mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan.
b Reduction: reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragment fraktur sehingga didapat
posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis
dan sedapat mungkin mengembalikan fungsinormal dan mencegah komplikasi seperti
kekakuan, deformitas sertaperubahan osteoartritis dikemudian hari. Posisi yang baik
adalah:alignment yang sempurna dan aposisi yang sempurna. Fraktur yang
tidak memerlukan reduksi seperti fraktur klavikula, iga, fraktur impaksi dari humerus,
angulasi
1
c Retention, immobilisasi fraktur: mempertahankan posisi reduksi danmemfasilitasi
union sehingga terjadi penyatuan, immobilisasi dapatdilakukan dengan fiksasi
eksterna meliputi pembalut gips, bidai, traksi,dan fiksasi interna meliputi inplan logam seperti
screw.
d Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.
Cara operatif di lakukan apabila:
1. Bila reposisi mengalami kegagalan akibat yang lebih buruk.
2. Pada orang tua dan lemah (imobilisasi)
3. Fraktur multipel pada ekstrimitas bawah.
4. Fraktur patologik.
5. Penderita yang memerluka imobilisasi cepat.
Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi
dilakukan pemasangan gips adalah :
- Immobilisasi dan penyangga fraktur
- Istirahatkan dan stabilisasi
- Koreksi deformitas
- Mengurangi aktifitas
- Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :
- Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
- Gips patah tidak bisa digunakan
- Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
- Jangan merusak / menekan gips
- Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
- Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
c. Pembidaian
Tujuan utama pembidaian adalah untuk mencegah terjadinya pergerakan anggota tubuh yang
cedera.
Bidai harus mencakup sendi dan tulang agar efektif.
1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
1
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mengurangi risiko kejadian fat embolism syndrome dan syok
6. Mengurangi perdarahan
Membantu mempercepat proses penyembuhan
1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mengurangi risiko kejadian fat embolism syndrome dan syok
6. Mengurangi perdarahan
7. Membantu mempercepat proses penyembuhan
PENCEGAHAN
Pencegahan tulang bisa diberikannya sumber-sumber kalsium pada tulang yang pernah hilang
seperti mengkonsumsi :
Kalsium, dapat membantu dalam memperkuat pembentukan tulang, membuat tulang
jadi padat dan tulang tetap sehat seiring kita bertambah usia. Kalsium adalah mineral
yang penting dalam hidup.
Vitamin K, berperan banyak dalam berbagai fungsi tubuh, tetapi penelitian ilmiah
telah menghubungkan nutrisi penting ini dengan kesehatan tulang. Studi yang
berlangsung saat ini mengindikasi bahwa vitamin K dapat mencegah penyerapan
kembali dan masuknya makanan secara cukup, dimana hal ini penting untuk
mencegah kerapuhan tulang.
VitaminD, selalu memainkan peranan penting dalam membangun dan melindungi
tulang. Vitamin D membantu daya serap kalsium, dan memiliki kandungan vitamin D
rendah memiliki tingkat kepadatan tulang yang rendah. Mereka juga memiliki
kecenderungan akan tulang rapuh seiring bertambahnya umur. Vitamin D secara
alami bisa diperoleh di dalam makanan tertentu saja (misal minyak ikan cod), tetapi
juga dapat memperolehnya dari sinar matahari, dan banyak makanan yang sudah
diperkuat dengan nutrisi.
Magnesium, memiliki banyak fungsi bagi tubuh, dan salah satunya adalah untuk
membuat tulang tetap kuat (50% dari tubuh magnesium ditemukan dalam tulang).
Memakan berbagai makanan dapat membantu untuk menjamin magnesium masuk ke
tubuh secara cukup. Wanita diatas 30 tahun harus memenuhi sekitar 320mg
1
magnesium setiap hari, sedangkan pria sekitar 400-420mg. Jumlah tersebut mudah
didapatkan dengan mengkonsumsi, kacang-kacangan seperti almond, kacang kedelai,
gandum, dan sayuran yang berwarna gelap seperti bayam.
Mengurangi kecepatan
Berhati-hati dalam mengendarai sepeda motor
PROGNOSIS
Baik, kalau penanganannya bagus tapi kalau ada penyakit lain tergantung seberapa besar
komplikasinya kemungkinan untuk sembuh buruk.
PENUTUP
Dapat disimpulkan Fraktur pada tulang biasanya disebabkan oleh adanya trauma
gangguan gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas
yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh.
1
REFERENSI
1. Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta
2. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, ed revisi, EGC. Jakarta:
2005. pp. 1138-96
3. Fraktur femur tertutup. Diunduh dari file:///F:/frakur%202.htm pada tanggal 26 maret
2011
4. Elisabeth J, Corwin. Patofisiologi.Ed 3. Jakarta : EGC,2009
5. Carter MA, Price SA, dan Wilson LM,Fraktur dan dislokasi .Dalam patofisiologi.
Edisi ke 6, volume 2. Jakarta. EGC.2006.Hal 1365-1370
6. Guyton AC, dan Hall JE.Sensasi Somatik: II Sensasi Nyeri, Nyeri kepala, dan
sensasisuhu. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-sembilan. Jakarta: EGC.
Hal 761-770
7. Sjamsuhidajat, R & De Jong, Wim. Sistem Muskuloskelatal dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal 840-8459.