fraksi aktif ekstrak dau sansevieria trifasciata prain ... · terima kasih atas bantuan dan...
TRANSCRIPT
i
FRAKSI AKTIF EKSTRAK DAU� Sansevieria
trifasciata Prain SEBAGAI PE�GHAMBAT
PERTUMBUHA� SEL LESTARI HeLa
�URLAILA
DEPARTEME� KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DA� ILMU PE�GETAHUA� ALAM
I�STITUT PERTA�IA� BOGOR
BOGOR
2011
ii
ABSTRAK
NURLAILA. Fraksi Aktif Ekstrak Daun Sansevieria trifasciata Prain Sebagai
Penghambat Pertumbuhan Sel Lestari HeLa. Dibimbing oleh DONDIN SAJUTHI
dan IRMA HERAWATI SUPARTO.
Lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain) merupakan tanaman hias yang
juga bermanfaat sebagai antibakteri dan antioksidan. Penelitian tentang tumbuhan
ini sebagai antikanker belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, tujuan penelitian
ini adalah mengisolasi senyawa bioaktif dari daun lidah mertua yang dapat
menghambat pertumbuhan sel lestari HeLa secara in vitro. Teknik ekstraksi yang
digunakan ialah maserasi dalam metanol 96% lalu maserat dipekatkan
menggunakan penguap putar. Ekstrak kasar yang diperoleh kemudian difraksinasi
menggunakan kromatografi kolom dengan fase diam silika gel dan fase gerak
kloroform-etil asetat secara bergradien. Uji fitokimia dan uji penghambatan
pertumbuhan sel lestari HeLa dengan metode MTT (3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-
difeniltetrazolium bromida) dilakukan terhadap ekstrak kasar dan hasil fraksinasi
pada konsentrasi 200-10000 ppm. Hasil uji fitokimia ekstrak kasar positif
menunjukkan flavonoid, alkaloid, dan steroid, akan tetapi ekstrak kasar tersebut
tidak dapat menghambat pertumbuhan sel. Dari hasil fraksinasi kromatografi
diperoleh 10 fraksi dan hanya 1 fraksi teraktif dengan nilai inhibisinya sebesar
87,52% pada konsentrasi 10000 ppm. Golongan senyawa yang terdapat dalam
fraksi tersebut ialah flavonoid dan alkaloid.
ABSTRACT
NURLAILA. Active Fraction in Extract of Sansevieria trifasciata Prain Leaves as
Proliferation Inhibitor of HeLa Cell Line. Supervised by of DONDIN SAJUTHI
and IRMA HERAWATI SUPARTO.
Sansevieria trifasciata Prain is an ornamental plant which is also useful as a
source of antibacterial and antioxidant agent. Studies of S. trifasciata Prain as
anticancer have not been reported. Therefore, the objective of this study is to
isolate bioactive compounds of S. trifasciata Prain leaves that shows in vitro
proliferation inhibition of HeLa cell lines. The sample was macerated in 96%
methanol and concentrated using a rotary evaporator. The crude extract was
fractionated using chromatography column with silica gel as the stationary phase
and gradient chloroform-ethyl acetate as the mobile phase. Qualitative
phytochemical and inhibition activity using MTT assay (3- (4,5-dimethylthiazol-
2-yl)-diphenyltetrazolium-2,5-bromide) were performed on the crude extract and
its fractions at concentrations between 200 and 1000 ppm. The crude extract
contained flavonoids, alkaloids, and steroids, but the crude extract could not
inhibit proliferation of HeLa cell lines. The chromatography resulted 10 fractions,
however, there was only one fraction with the highest proliferation inhibition was
87.52% at concentration of 10000 ppm that. This fraction contained flavonoids
and alkaloids.
iii
FRAKSI AKTIF EKSTRAK DAU� Sansevieria
trifasciata Prain SEBAGAI PE�GHAMBAT
PERTUMBUHA� SEL LESTARI HeLa
�URLAILA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEME� KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DA� ILMU PE�GETAHUA� ALAM
I�STITUT PERTA�IA� BOGOR
BOGOR
2011
iv
Judul : Fraksi Aktif Ekstrak Daun Sansevieria trifasciata Prain Sebagai
Penghambat Pertumbuhan Sel Lestari HeLa
Nama : Nurlaila
NIM : G44060817
Menyetujui
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. drh. Dondin Sajuthi, MST, PhD
NIP 19541027 197603 1 001 Dr. dr. Irma H. Suparto, MS
NIP 19581123 198603 2 002
Mengetahui
Ketua Departemen,
Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS
NIP 19501227 197603 2002
Tanggal Lulus :
v
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah ini yang dilaksanakan sejak
bulan Februari hingga Oktober 2010 di Laboratorium Kimia Anorganik
Departemen Kimia dan Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor (IPB).
Judul karya ilmiah ini adalah “ Fraksi Aktif Daun Sanseviria trifasciata Prain
Sebagai Penghambat Pertumbuhan Sel Lestari HeLa”
Selama penelitian sampai penulisan karya ilmiah ini, penulis mendapatkan
banyak bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. drh. Dondin Sajuthi, MST, PhD.
dan Dr. dr. Irma H. Suparto, MS. selaku pembimbing penelitian ini. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, keluarga, seluruh staf
laboratorium Kimia Anorganik dan Pusat Studi Satwa Primata IPB khususnya kak
Willy Praira, serta teman-teman seperjuangan angkatan 43 (Gita, Rania, Agnes,
Chandra, Atha, Irma, Nisa, Shaq, Indri, Erica, dan Nonop) yang selalu
memberikan dorongan dan doa. Terima kasih atas bantuan dan semangat yang
diberikan, semoga mendapat balasan pahala dari Allah SWT.
Semoga laporan ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2011
�urlaila
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 26 Mei 1988 dari pasangan Abubakar
Kahar dan Zahra Azis. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMAN 1 Sentani dan pada tahun yang sama
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis masuk Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Bulan Juli sampai dengan Agustus 2009,
penulis berkesempatan melaksanakan kegiatan praktik lapangan di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Cimanggu.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Sansevieria trifasciata Prain .................................................................. 1
Kanker .................................................................................................... 2
Antikanker .............................................................................................. 2
Ekstraksi dan Fraksinasi Senyawa Metabolit Sekunder ........................ 3
MTT (3-(4,5-Dimetiltiazol-2-yl)-2,5-difeniltetrazolium bromida) ........ 3
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ..................................................................................... 4
Lingkup Kerja ...................................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air .............................................................................................. 5
Ekstraksi ............................................................................................... 6
Uji Fitokimia ........................................................................................ 6
Uji Penghambatan Proliferasi Sel Lestari HeLa oleh Ekstrak Kasar ... 6
Fraksinasi ............................................................................................. 7
Uji Penghambatan Proliferasi Sel Lestari HeLa oleh Fraksi Daun ...... 8
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ............................................................................................. 8
Saran ..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9
LAMPIRAN ..................................................................................................... 12
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Uji fitokimia ekstrak kasar daun S. trifasciata Prain .................................... 6
2 Rendemen fraksi hasil pemisahan dengan kromatografi kolom ................... 7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 S. trifasciata Prain ......................................................................................... 2
2 Eksperimen dasar dari kromatografi kolom .................................................. 3
3 Kromatografi lapis tipis (KLT) ..................................................................... 3
4 Reduksi MTT menjadi formazan .................................................................. 3
5 Profil KLT eluen terbaik. .............................................................................. 7
6 Inhibisi proliferasi sel lestari HeLa dari fraksi 2 pada berbagai konsentrasi 8
DAFTAR LAMPIRA�
Halaman
1 Diagram alir penelitian ................................................................................. 12
2 Rendemen fraksi daun S. trifasciata Prain .................................................... 13
3 Pola KLT hasil fraksinasi ekstrak S. trifasciata Prain .................................. 14
4 Hasil ui penghambatan fraksi daun S. trifasciata Prain ............................... 15
5 Hasil ui fitokimia fraksi daun S. trifasciata Prain ........................................ 16
1
PE�DAHULUA�
Kanker atau tumor ganas merupakan
penyakit paling mematikan di dunia setelah
jantung koroner. Lebih dari 10 juta orang
didiagnosa mengidap penyakit kanker tiap
tahunnya, bahkan penyakit ini menyebabkan
kematian hingga 12% per tahun dari populasi
dunia (WHO 2004). Salah satu kanker yang
banyak meyebabkan kematian di seluruh
dunia, yaitu kanker serviks (mulut rahim).
Kanker ini merupakan kanker nomor dua
yang paling sering menyerang wanita di
seluruh dunia. Tiap tahunnya sekitar
seperempat juta wanita meninggal karena
penyakit ini (Simajuntak 2008)
Teknik pengobatan kanker yang saat ini
berkembang di antaranya adalah radioterapi,
kemoterapi, immunoterapi, gen terapi, dan
pembedahan. Meskipun saat ini pengobatan
tersebut merupakan pengobatan utama kanker,
tetapi terapi ini membutuhkan biaya yang
sangat mahal dan timbul efek samping dalam
pengobatan, seperti mual, pusing, diare,
penurunan sel darah putih, terjadinya
malnutrisi, dan kebotakan. Hal ini
menyebabkan banyak penderita kanker
cenderung mencari alternatif pengobatan lain,
yaitu dengan penggunaan tanaman obat.
Penggunaan tanaman obat untuk kanker
meningkat karena murah dan dianggap efek
sampingnya rendah. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengkajian potensi antikanker dari
tanaman-tanaman yang diketahui berpotensi
dalam mengobati kanker. Salah satu tanaman
obat yang memiliki potensi antikanker, yaitu
tanaman lidah mertua.
Lidah mertua (Sansevieria sp) merupakan
jenis tanaman yang telah lama dikenal oleh
banyak orang dan mulai dibudidayakan
sebagai tanaman hias mulai abad ke-19. Selain
bermanfaat sebagai tanaman hias, lidah
mertua juga dapat digunakan sebagai bahan
baku tekstil dengan cara diambil seratnya,
yang banyak digunakan di Cina dan New
Zealand (Purwanto 2006). Di Afrika, getah
dari tanaman tersebut dapat digunakan sebagai
antiracun ular dan serangga.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
menggali potensi tanaman ini. Menurut
Afolayan et al. (2008). S. hyacinthoides
mengandung senyawa fenol, proantosianidin,
dan flavonoid yang berpotensi terhadap
antibakteri dan antioksidan. Adanya zat-zat
alami pada daun lidah metua yang bekerja
sebagai antioksidan, diharapkan dapat
menaggulangi perkembangan sel kanker.
Daun S. ehrenbergii mengandung saponin
yang dapat menghambat pertumbuhan sel
kanker (Pettit et al. 2005). Meskipun lidah
mertua berpotensi untuk dijadikan sebagai
antikanker, tetapi pemanfaatannya masih
sangat terbatas sebagai tanaman hias dan
belum terdapat penelitian terhadap S.
trifasciata Prain sebagai antikanker.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi
senyawa bioaktif dari daun S. trifasciata Prain
yang dapat menghambat pertumbuhan sel
lestari HeLa secara in vitro. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi
bahwa fraksi aktif dari ekstrak metanol daun
S. trifasciata Prain dapat menghambat
aktivitas pertumbuhan sel lestari HeLa.
TI�JAUA� PUSTAKA
S. trifasciata Prain
Century plant, lucky plant, mother-in-law’s
tongue (lidah mertua) atau snake plant
(tanaman ular) merupakan nama lain dari
tanaman Sansevieria. Tanaman ini sangat
dikenal sebagai obat tradisional yang secara
empiris digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit. S. trifasciata Prain termasuk dalam
divisi Mognoliophyta, kelas Liliopsida, ordo
Liliales, famili Agavaceae, genus Sansevieria,
dan spesies S. trifasciata Prain.
Daerah tropis kering dan mempunyai iklim
gurun yang panas atau pegunungan yang
curah hujannya rendah merupakan habitat asli
Sansevieria, sehingga Sansevieria termasuk
golongan tanaman daerah kering (zerophytic)
(Purwanto 2006). Akan tetapi di negara yang
memiliki empat musim pun tanaman ini dapat
bertahan hidup, sehingga banyak mengalami
penyimpangan bentuk, corak, dan warna.
Secara morfologinya Sansevieria berakar
serabut, batang berada di dalam tanah,
pendek, dan beruas. Batang inilah yang
kadang disebut sebagai rhizome atau rimpang.
Daunnya berbentuk pipih, bagian ujungnya
meruncing, lebar 4-9 cm dan panjang 15-150
cm dengan warna hijau bernoda putih atau
kuning dengan tekstur rata dan halus
(Gambar 1). Lingga (2005) menyatakan
bahwa mahkota bunga jantan dan betina
Sansevieria berwarna putih kekuningan.
Bunganya bertipe malai dan menurut
Purwanto (2006) bunga Sansevieria termasuk
bunga uniseksual.
Berdasarkan penelitian, Sansevieria
mengandung banyak senyawa metabolit
sekunder. Bagian tanaman Sansevieria yang
berpotensi sebagai obat adalah bagian daun
dan rimpangnya. Kandungan kimia daun dan
2
rimpang S. trifasciata yang telah dilaporkan
adalah vitamin C, tanin, glukogalin, asam
galat, asam elegat, korilagin, terchebin,
chebulagic acid, chebulinic acid, 3,6-
digaloilglukosa, mucid acid, phylembic acid,
dan emblikol (Hariana 2007). Selain itu,
dalam uji fitokimia yang dilakukan oleh
Yoshihiro et al. tanaman ini mengandung
karbohidrat, saponin, glikosida (1996), dan
steroid (1997).
Gambar 1 Sansevieria trifasciata Prain
Kanker
Kanker adalah suatu penyakit sel dengan
ciri-ciri kegagalan mekanisme pengatur
multiplikasi dan fungsi homeostatis lain pada
organisme multiseluler. Sel-sel kanker akan
terus membelah diri, terlepas dari
pengendalian pertumbuhan dan tidak menuruti
hukum-hukum pembiakan. Sel kanker akan
terus berkembang tumbuh menyusup ke
jaringan sekitarnya (invasif), lalu membuat
anak sebar (metastasis) ke tempat yang lebih
jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh
getah bening. Sel kanker tersebut akan timbul
menjadi kanker baru di tempat lain sampai
akhirnya menyebabkan kematian penderitanya
(Nafrialdi & Gan 2000).
Ada beberapa jenis kanker seperti
karsinoma, sarkoma, leukemia, dan limfoma.
Karsinoma, yaitu kanker yang tumbuh dari sel
epitel. Sarkoma, yaitu kanker yang tumbuh
dari jaringan penunjang tubuh. Leukemia,
yaitu kanker yang tumbuh pada jaringan yang
menghasilkan darah. Limfoma, yaitu kanker
yang tumbuh pada daerah limfa. Penyebab
kanker belum diketahui dengan pasti, akan
tetapi ada bahan-bahan yang diduga dapat
menjadi penyebab kanker, yaitu senyawa
kimia, faktor fisika, virus, dan hormon. Buah
dan sayur, terutama yang banyak mengandung
serat, dapat menurunkan resiko kanker
terutama pada saluran pencernaan (Greenwald
1991).
Antikanker
Antikanker adalah agen yang memiliki
sifat sitostatik (dapat menghambat
pertumbuhan sel kanker) dan atau sitosidal
(dapat mematikan sel kanker). Beberapa
metabolit sekunder memiliki aktivitas sebagai
agen antikanker. Oleh karena itu, akhir-akhir
ini banyak dikembangkan penelitian untuk
mencari senyawa metabolit sekunder yang
memiliki bioaktivitas sebagai senyawa
antikanker yang kemudian akan
dikembangkan dalam kemometri untuk
pengobatan kanker (Boik 1996).
Untuk pemeriksaan suatu senyawa agen
antikanker dari tanaman obat, National Cancer
Institute (NCI) Amerika Serikat pada tahun
1980, menentukan prosedur penapisan, yaitu
preparasi, pra penapisan, penapisan,
pemantauan, dan uji klinik. Preparasi yang
dilakukan berupa pengumpulan tanaman dan
ekstraksi. Uji pra penapisan dilakukan dengan
uji in vitro atau in vivo secara sederhana untuk
mengidentifikasi ekstrak yang berpotensi
antikanker. Ekstrak yang aktif kemudian
ditapis melawan sel yang lebih banyak secara
in vivo. Ekstrak yang berhasil ditapis akan
dilakukan tahap pemantauan, yaitu
difraksinasi untuk memperoleh senyawa aktif
yang murni. Senyawa yang murni ini
kemudian diuji secara in vivo. Senyawa yang
berhasil menunjukkan aktivitas antikanker
lalu dilakukan uji klinik. (Hartati & Hanafi
2001).
Metode yang digunakan dalam
pengembangan dan penemuan obat antikanker
dari bahan bioaktif tanaman dapat dilakukan
secara in vivo dan in vitro. Penelitian ini
menggunakan uji in vitro, yaitu dengan
melihat kemampuan ekstrak atau fraksi dalam
menghambat pertumbuhan sel lestari HeLa.
Sel lestari HeLa merupakan sel berlapis satu
yang diturunkan dari sel kanker serviks yang
diambil dari seorang wanita bernama
Henrietta Lacks. Sel ini bersifat immortal dan
dapat membelah hingga jumlah yang tak
terbatas selama kondisi kebutuhan sel
terpenuhi. Sekarang, sel HeLa dapat tumbuh
dalam berbagai media kultur sel, tetapi semua
sel HeLa diturunkan dari keturunan yang
sama (Goodwin & DiMaio 2000).
3
Ekstraksi dan Fraksinasi Senyawa
Metabolit Sekunder dari Tumbuhan
Ekstraksi senyawa aktif dari tanaman obat
adalah suatu proses yang secara selektif
mengambil zat terlarut yang terkandung dalam
suatu campuran dengan bantuan pelarut.
Metode ekstraksi yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu metode maserasi dengan
menggunakan metanol sebagai larutan
pengekstrak (Pittaya et al. 2003). Metode
ekstraksi maserasi digunakan untuk
mengekstrak suatu komponen kimia yang
tidak tahan panas, kekurangan dari metode ini,
yaitu diperlukan waktu yang lama dan banyak
menggunakan larutan pengekstrak. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
pelarut adalah selektivitas, kepolaran, sifat
racun, dan kemudahan untuk diuapkan.
Fraksinasi adalah proses pemisahan
komponen dalam suatu ekstrak menjadi
kelompok-kelompok senyawa yang memiliki
kemiripan karakteristik secara kimia
(Houghton & Raman 1998). Kromatografi
kolom merupakan teknik analisis, dalam
penentuan jumlah komponen dalam suatu
campuran senyawa, dan juga untuk pemisahan
dan pemurnian komponen senyawa tertentu
dari campurannya. Dalam pemisahan
kromatografi kolom ini, suatu pelarut
pengelusi dialirkan secara kontinu melalui
kolom dan komponen demi komponen dari
campuran yang pada akhirnya keluar dari
kolom dapat dikumpulkan dan difraksinasi
(Rouessac & Rouessac 1994).
Gambar 2 Eksperimen dasar kromatografi
kolom (a) bahan yang dibutuhkan
(C, kolom; SP, fase stasioner; MP,
fase mobil; dan S, sampel); (b)
sampel dimasukkan; (c) proses
elusi dimulai; (d) hasil separasi
diperoleh; (Rouessac & Rouessac
1994).
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan
jenis kromatografi partisi menggunakan
sebuah lapis tipis silika atau alumina yang
seragam pada sebuah lempeng gelas atau
logam yang keras. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali juga
mengandung substansi yang dapat berpendar
dalam sinar ultra violet. Fase gerak
merupakan pelarut atau campuran pelarut
yang sesuai (Furniss et al. 1989). Teknik
kromatografi lapis tipis pergerakan zat relatif
terhadap garis depan pelarut dalam sistem
kromatografi tertentu dapat didefinisikan
sebagai nilai Rf adalah perbandingan jarak
tempuh zat dengan jarak tempuh garis depan
pelarut.
(a) (b)
Gambar 3 Kromatografi lapis tipis, (a)
chamber, tempat pengembangan
pelat KLT; (b) plat KLT dalam
penentuan Rf (Furniss et al.
1989).
MTT (3-(4,5-Dimetiltiazol-2-yl)-2,5-
difeniltetrazolium bromida)
Senyawa MTT, merupakan suatu garam
monotetrazolium yang digunakan untuk
menilai poliferasi sel dengan cara menghitung
jumlah sel.
Gambar 4 Reduksi MTT ( 3- (4,5
dimetiltiazol- 2 - yl ) -2,5-
difeniltetrazolium) bromida
menjadi formazan
4
MTT akan mengalami reaksi reduksi oleh
enzim mitokondrial reduktase yang terdapat
dalam mitokondria sel hidup yang bersifat
aktif, sehingga menghasilkan biru-formazan
(Gambar 4). Kadar dari fornazan ditetapkan
secara spektrofotometrik dengan panjang
gelombang 595 nm. Intensitas warna biru
yang terbentuk berbanding lurus dengan
jumlah sel yang aktif melakukan metabolisme
(Wang et al. 2009).
BAHA� DA� METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah S. trifasciata Prain yang
diperoleh dari kebun percobaan kampus
Lodaya IPB, sel lestari HeLa, DMEM
(Dulbeco’s Minimum Essential Medium),
penisilin sterptomisin, PBS (phosphate bovine
serum), glass wool, dan silika gel G60F254.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah lempeng KLT analitik G60F254,
kolom kromatografi, sumuran (96 well plate),
sentrifuse Flexpin merk Tomy dengan tipe
LC.200, mikroskop (Nikon), hemositometer,
inkubator, spektrofotometer microplate,
lampu UV, dan alat-alat gelas.
Lingkup Kerja
Persiapan Sampel Sampel yang digunakan adalah daun S.
trifasciata Prain. Daun tersebut dicuci,
dipotong-potong, lalu dikeringkan dalam oven
selama 3×24 jam pada suhu 50°C. Diagram
alir penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penentuan Kadar Air (AOAC 2006) Cawan porselin dikeringkan pada suhu
105ºC selama 30 menit lalu didinginkan
dalam eksikator dan ditimbang. Sebanyak 1 g
daun ditimbang dan dimasukkan ke dalam
cawan yang telah diketahui bobotnya,
kemudian dipanaskan di dalam oven bersuhu
105ºC selama 24 jam. Cawan didinginkan di
dalam eksikator selama 30 menit dan
bobotnya ditimbang. Pemanasan dan
penimbangan diulang sampai didapat bobot
tetap. Kadar air dihitung dengan rumus
Kadar air (%) = × 100%
dengan
a adalah bobot sampel (g)
b adalah bobot sampel setelah dikeringkan (g)
Ekstraksi Sebanyak 20 g sampel daun direndam
dengan menggunakan 200 ml metanol 96%.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan alat
pengocok pada suhu kamar selama 3×24 jam
dan dilakukan penyaringan. Selanjutnya
ekstrak metanol dipekatkan dengan
menggunakan rotavapor pada suhu 40°C
sehingga diperoleh ekstrak kasar yang bebas
pelarut.
Rendemen ekstrak (%) = × 100%
dengan
a adalah bobot ekstrak (g)
b adalah bobot sampel kering (g)
ka adalah kadar air
Uji Fitokimia (Harborne 1987) Saponin, Tanin. Sebanyak 0,1 g ekstrak
dilarutkan dengan 10 ml akuadestilata
kemudian didihkan selama 5 menit. Campuran
disaring dan filtrat dibagi ke dalam dua tabung
reaksi. Bagian pertama, uji saponin, filtrat
didiamkan sampai agak dingin dan kemudian
dikocok kuat sampai timbul busa. Bila busa
stabil dalam 10 menit, maka filtrat positif
mengandung saponin. Bagian kedua, uji tanin,
filtrat ditambahkan FeCl3 1%, bila dihasilkan
warna hijau, biru, atau hitam maka filtrat
positif mengandung tanin.
Steroid/ Triterpenoid. Sebanyak 0,1 g
ekstrak dilarutkan dengan 25 ml etanol panas
(50ºC), kemudian disaring ke dalam pinggan
porselen dan diuapkan sampai kering. Residu
dilarutkan dalam eter dan dipindahkan ke
dalam tabung reaksi lalu ditambahkan
Lieberman-Burchard (3 tetes anhidrida asam
asetat dan 1 tetes H2SO4 pekat). Terbentuknya
warna merah atau ungu menunjukkan adanya
kandungan triterpenoid, sedangkan jika
terbentuk warna hijau atau biru menunjukan
adanya steroid.
Alkaloid. Sebanyak 0,1 g ekstrak
dilarutkan dalam 10 ml kloroform lalu
ditambahkan beberapa tetes kloroform-amonia
0,05 N lalu disaring. Filtrat yang diperoleh
ditambahkan 10 tetes H2SO4 2 M, kemudian
dikocok sehingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan
asam yang tidak berwarna dipindahkan ke
dalam tabung reaksi lain, lalu diteteskan pada
lempeng tetes dan ditambahkan pereaksi
Dragendorf, Mayer, dan Wagner. Uji positif
jika berturut-turut didapat endapan berwarna
jingga, putih, dan coklat.
5
Flavonoid. Sebanyak 0,1 g ekstrak
ditambahkan 10 ml air panas lalu dipanaskan
selama 5 menit dan disaring. Sebanyak 5 ml
filtrat ditambahkan 0,05 g serbuk Mg dan 1 ml
HCl pekat dan 1 ml amil alohol kemudian
dikocok. Adanya flavonoid ditunjukkan
dengan terbentuknya warna merah/
jingga/kuning pada lapisan amil alkohol.
Pemilihan Eluen Terbaik Pelat KLT yang digunakan adalah pelat
alumunium jenis silika gel G60F254. Ekstrak
pekat teraktif dari sampel ditotolkan pada
pelat KLT. Setelah kering langsung dielusi
dalam ruang elusi yang telah dijenuhkan oleh
uap eluen pengembang. Eluen yang
digunakan, yaitu kloroform:etil aseatat (9:1,
6:1, 3:1, 2:1, 1:1, 1:9, 1:6, 1:3, 1:2). Noda
hasil elusi diamati di bawah lampu UV pada
panjang gelombang 254 dan 366 nm.
Fraksinasi Ekstrak metanol sampel daun dilarutkan
dalam kloroform dan kemudian dipisahkan
komponen-komponennya menggunakan
kromatografi kolom. Kromatografi ini
menggunakan elusi dengan eluen
kloroform:etil asetat yang semakin meningkat
kepolarannya (10:0, 9:1, 6:1, 3:1, 2:1, 1:1, 1:9,
1:6, 1:3, 1:2, dan 0:10). Sebanyak 5 ml eluat
ditampung dalam tiap tabung reaksi yang
telah diberi nomor, kemudian diuji dengan
KLT. Eluat yang memiliki Rf dan pola KLT
yang sama digabungkan sebagai satu fraksi
kemudian diuji kembali aktivitas
antikankernya untuk mendapatkan fraksi yang
paling aktif.
Kultur Sel Lestari Sel lestari yang telah tumbuh menjadi
monolayer (berlapis satu) diremajakan
kembali dengan membuang medianya.
Selanjutnya ditambahkan PBS 5 ml untuk
membersihkan botol kultur dari sisa media.
Sebanyak 2,5 ml tripsin ditambahkan ke
dalam botol kultur, lalu diinkubasi pada 37ºC
selama 5 menit. Sel yang telah lepas
ditambahkan DMEM 5 ml lalu dimasukkan ke
dalam tabung sentrifus 15 ml, kemudian
disentrifus selama 5 menit, 700 g, dan
supernatan dibuang. Sebanyak 3 ml DMEM
ditambahkan pada tabung sentrifus tersebut
lalu 50 µl larutan diambil dan ditambahkan
dengan 50 µl tripan biru. Viabilitas sel
dihitung dengan hemositometer. Sel yang
hidup tidak berwarna, sedangkan sel yang
mati akan berwarna biru.
Uji Penghambatan Pertumbuhan
Sel Lestari HeLa Sel ditumbuhkan menggunakan pelat
biakan 96 sumur sebanyak 100 µl/sumur
dengan jumlah 3×105 sel/sumur diinkubasi
pada 37ºC selama 24 jam. Media kultur yang
mengandung sampel dibuang, setelah itu
ditambahkan sampel uji sebanyak 100
µl/sumur dengan tiga kali pengulangan.
Sampel yang diujikan, yaitu ekstrak S.
trifasciata Prain dengan konsentrasi 200, 400,
600, 800, 1000, 1500, 2000 ppm dan fraksi
hasi kolom dengan konsentrasi 2500, 5000,
7500, dan 10000 ppm. Lalu diinkubasi
kembali pada 37ºC selama 48 jam, setelah itu
tambahkan reagen MTT sebanyak 10
µl/sumur dan inkubasi kembali pada suhu
37ºC selama 4 jam hingga terbentuk formazan
berwarna biru ungu pada sel hidup.
Ditambahkan HCl isopropanol 0,1 N
sebanyak 100 µl/sumur kemudian digojog
selama 10 menit dan dibaca serapannya
dengan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 595 nm. Hasil uji berupa
serapan kemudian dikonversikan dalam
bentuk persen penghambatan dengan rumus:
%penghambatan:
serapan kontrol-serapan sampel x 100%
serapan kontrol
HASIL DA� PEMBAHASA�
Kadar Air
Sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah daun S. trifasciata Prain. Penentuan
kadar air dilakukan untuk mengetahui
kandungan air yang terkandung di dalam
sampel tersebut. Selain itu, juga dengan
mengetahui kadar air suatu sampel dapat
diperkirakan jumlah sampel yang dibutuhkan
jika ingin mengekstrak sampel langsung
dalam keadaan basah. Kadar air yang
diperoleh dari daun segar sebesar 90,60%,
sedangkan dari daun kering kadar airnya,
yaitu 7,40% .
Berdasarkan nilai kadar air yang diperoleh
berarti dalam 100 g sampel terdapat
kandungan 7 g air. Hasil ini menunjukkan
daun S. trifasciata Prain dapat disimpan dalam
jangka waktu relatif lama. Kadar air yang baik
adalah kurang dari 10%, karena pada tingkat
kadar air tersebut waktu simpan sampel akan
relatif lebih lama dan terhindar dari
pencemaran yang disebabkan oleh mikroba
(Winarno 1992). Kadar air pada sampel tidak
selalu sama karena dipengaruhi oleh
6
kelembaban, perlakuan terhadap sampel, dan
besarnya penguapan. Kandungan air
dihilangkan dengan pemanasan pada suhu
105ºC. Menurut Harjadi (1993), air yang
terikat secara fisik dapat dihilangkan dengan
pemanasan pada suhu 100-105ºC.
Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan adalah
maserasi. Ekstraksi dilakukan menggunakan
pelarut metanol 96% dengan nisbah antara
sampel dan pelarutnya adalah sebesar 1:10.
Ekstrak yang diperoleh selanjutnya
dipekatkan dengan menggunakan rotavapor
pada suhu 40ºC. Rendemen ekstrak kasar
dengan pelarut metanol 96% sebesar 15,50%.
Metode maserasi meskipun memerlukan
waktu yang lama dan membutuhkan banyak
pelarut. Keuntungan teknik ini, yaitu sampel
yang diekstrak dapat langsung dikerjakan
dalam jumlah banyak dan dapat menjaga agar
kandungan senyawa dalam sampel yang tidak
tahan panas tidak rusak (Harborne 1987).
Metanol 96% digunakan karena tidak hanya
senyawa polar yang dapat terekstrak tetapi
senyawa non polar juga dapat terekstrak.
Semakin besar nisbah pelarut dibandingkan
sampel maka kemampuan melarutkan sampel
juga akan semakin lebih besar dan efektif.
Uji Fitokimia
Uji fitokimia merupakan uji yang
dilakukan untuk mengetahui kandungan
senyawa metabolit sekunder yang terdapat di
dalam sampel. Hasil uji fitokimia dari ekstrak
kasar daun S. trifasciata Prain (Tabel 1),
menunjukkan positif terhadap golongan
alkaloid, flavonoid, dan steroid.
Tabel 1 Uji fitokimia ekstrak kasar daun S.
trifasciata Prain
Senyawa Hail Uji
Alkaloid +
Flavonoid +
Saponin -
Tanin -
Triterpenoid -
Steroid +
Keterangan: (-): tidak terdeteksi; (+): terdeteksi
Hasil dari uji steroid yang dilakukan sesuai
dengan hasil uji fitokimia yang telah
dilaporkan oleh Yoshihiro et al. (1997) yang
menyatakan bahwa ekstrak daun S. trifasciata
positif adanya steroid. Perbedaan pada uji
fitokimia terdapat pada uji flavonoid dan
alkaloid. Uji flavonoid dan alkaloid yang
dilaporkan sebelumnya memberikan hasil
negatif, sedangkan uji fitokimia yang
dilakukan pada penelitian ini menunjukkan
hasil yang positif. Hal ini dapat disebabkan
karena perbedaan pelarut yang digunakan,
perbedaan habitat tanama, dan jumlah unsur
hara yang terkandung dalam tanah (Ersam
2001).
Uji Penghambatan Proliferasi Sel
Lestari HeLa oleh Ekstrak Kasar
Uji aktivitas antikanker ekstrak kasar
daun S. trifasciata Prain terhadap sel lestari
HeLa dilakukan pada konsentrasi 200, 400,
600, 800, 1000, 1500, dan 2000 ppm.
Konsentrasi yang digunakan dipilih
berdasarkan uji antikanker yang telah
dilakukan sebelumnya oleh Pettit et al. (2005)
dengan menggunakan S. ehrenbergii, yaitu
berkisar antara 250 hingga 1000 ppm. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini menggunakan
konsentrasi di bawah dan di atas 1000 ppm.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai %
penghambatan yang diperoleh ekstrak kasar
daun S. trifasciata Prain dengan konsentrasi
200 sampai dengan 2000 ppm, yaitu 0%.
Penambahan MTT pada sumur uji
menghasilkan warna biru tua yang
menunjukkan terdapatnya aktivitas sel yang
masih hidup. Sel yang hidup memilki enzim
mitokondrial reduktase yang dapat mereduksi
MTT menjadi kristal formazan berwarna biru,
sehingga apabila diukur serapannya pada
panjang gelombang 595 nm maka akan
menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Nilai
absorbansi sebanding dengan jumlah sel yang
hidup. Semakin tinggi nilai absorbansi berarti
semakin banyak juga jumlah sel lestari HeLa
yang hidup. Jadi dapat dikatakan bahwa
ekstrak kasar daun S. trifasciata Prain tidak
menghambat pertumbuhan sel lestari HeLa.
Ketiadaan hambatan proliferasi sel lestari
HeLa pada ekstrak kasar metanol tidak berarti
bahwa daun S. trifasciata Prain tidak
mempunyai potensi untuk menghambat
pertumbuhan sel lestari HeLa. Menurut
Restasari et al. (2005) dapat dilakukan
pemurnian untuk mengetahui lebih lanjut
potensi yang dimilki sampel uji. Pada
penelitian ini, dilakukan fraksinasi agar dapat
terlihat pengaruh pemisahan metabolit
sekunder yang dimiliki ekstrak daun S.
7
trifasciata Prain terhadap potensinya dalam
penghambat proliferasi sel lestari HeLa.
Fraksinasi
Untuk meningkatkan kemurnian senyawa
yang terekstrak oleh metanol, maka sebanyak
2,5010 g ekstrak etil asetat difraksinasi pada
kolom. Fase diam yang digunakan adalah
silika gel dan fase geraknya adalah kloroform
dan etil asetat (eluen terbaik) secara gradien
kepolaran. Hal ini bertujuan agar dengan
peningkatan polaritas sistem eluen, semua
komponen akan terbawa lebih cepat (Harvey
2000). Elusi diawali dengan pelarut
kloroform, kemudian diikuti kloroform:etil
asetat dengan perbandingan 9:1, 6:1, 3:1, 2:1,
1:1, 1:9, 1:6, 1:3, 1:2, dan diakhiri dengan
pelarut etil asetat. Hasil pengoloman
dimonitor dengan kromatografi lapis tipis
(KLT) dengan fase gerak eluen terbaik
kloroform:etil asetat (1:6). Pemisahan dengan
KLT dan kolom didasarkan pada interaksi
antara fase gerak, fase diam, dan analat.
Gambar 5 Profil KLT eluen terbaik
kloroform:etil asetat (1:6).
Pergerakan suatu senyawa pada bidang
adsorban tergantung pada kepolaran antara
eluen dengan senyawa tersebut. Fraksinasi ini
menggunakan adsorban silika gel. Sifat dari
silika gel adalah polar sehingga silika gel akan
mengikat senyawa yang bersifat polar juga.
Hubungannya dengan eluen, yaitu senyawa
yang polar akan cepat bergerak jika
menggunakan pelarut yang polar begitu juga
sebaliknya (Harvey 2000). Senyawa yang
kurang polar akan keluar terlebih dahulu dari
kolom dengan eluen kloroform dan
dilanjutkan dengan senyawa semi polar
dengan campuran kloroform:etil asetat dan
terakhir senyawa polar dengan eluen etil
asetat.
Spot yang terbentuk dapat dideteksi
dengan sinar UV pada panjang gelombang
254 nm dan 366 nm. Pada panjang gelombang
ini, adanya senyawa yang berfloresens jika
disinari dengan sinar ultra lembayung
sehingga spot akan terlihat. Eluen dalam
tabung reaksi yang memiliki pola dan Rf yang
sama dijadikan satu fraksi. Oleh karena itu,
hasil fraksinasi ekstrak metanol daun S.
trifasciata Prain diperoleh 10 fraksi
(Lampiran 3). Setiap fraksi dikeringkan lalu
bobotnya ditimbang dan dihitung
rendemennya. Fraksi 5 memiliki rendemen
yang paling besar, yaitu 2,32%, sedangkan
fraksi 8 memilki rendemen yang paling
rendah, yaitu 0,59% (Tabel 2).
Tabel 2 Rendemen fraksi hasil pemisahan
dengan kromatografi kolom
Fraksi Rendemen (%) eluen
1 2,16 KLO
2 1,82 KLO:EA (9:1)
3 1,30 KLO:EA (6:1)
4 1,41 KLO:EA (3:1)
5 2,32 KLO:EA (2:1)
6 1,71 KLO:EA (1:1)
7 0,80 KLO:EA (1:9)
8 0,59 KLO:EA (1:6)
9 1,46 KLO:EA (1:3)
10 2,36 KLO:EA (1:2)
Keterangan: KLO: Kloroform; EA: Etil Asetat
Uji Penghambatan Proliferasi Sel
Lestari HeLa oleh Fraksi Daun
Pengujian aktivitas antikanker dilakukan
terhadap 10 fraksi hasil fraksinasi dengan
konsentrasi yang digunakan, yaitu 2500, 5000,
7500, dan 10000 ppm. Konsentrasi yang
digunakan dipilih di atas 2500 ppm karena
pada uji ekstrak kasar, konsentrasi di bawah
2500 ppm tidak memberikan hasil yang positif
terhadap daya hambat pertumbuhan sel HeLa
sehingga diharapkan dengan bertambahnya
konsentrasi akan memberikan hasil yang
positif.
Berdasarkan hasil pengukuran
spektrofotometer microplate, nilai absorban
fraksi yang terbaca cukup rendah. Hal ini
dikarenakan warna fraksi ketika ditambahkan
MTT, yaitu membentuk warna kuning.
Terbentuknya warna kuning menandakan
bahwa tidak terdapatnya aktivitas sel yang
hidup. Ketika sel mati maka tidak terdapatnya
enzim mitokondrial reduktase yang akan
mereduksi MTT menjadi kristal formazan
sehingga warna biru tidak akan terbentuk.
8
Metode MTT digunakan karena relatif cepat,
sensitif, akurat, dapat digunakan untuk
mengukur sampel dalam jumlah banyakr dan
hasilnya bisa untuk memprediksi sifat
sitotoksik suatu bahan (Freshney 2005).
Metode ini juga mempunyai kelemahan, yaitu
tidak dapat menggambarkan morfologi sel,
sehingga apabila terdapat kelainan morfologi
akan tetap dihitung sebagai sel hidup,
walaupun perubahan morfologi dari suatu sel
dapat dikategorikan sebagai akibat dari
toksisitas suatu bahan (Doyle & Griffiths
2000).
Hasil pengujian aktivitas antikanker
(Lampiran 4) menunjukkan bahwa fraksi 1
sampai dengan fraksi 10 memiliki aktivitas
dalam penghambatan antikanker. Fraksi yang
merupakan fraksi teraktif adalah fraksi 2
karena memiliki nilai penghambatan yang
paling besar, yaitu sebesar 87,52% pada
konsentrasi 10000
ppm, dan dengan
konsentrasi terendah pun fraksi 2 masih dapat
menghambat pertumbuhan sel lestari HeLa,
yaitu dengan persen penghambatannya
sebesar 37,09% (Gambar 6). Hasil uji
fitokimia yang dilakukan pada fraksi 2
memberikan hasil bahwa fraksi 2 mengandung
senyawa flavonoid dan alkaloid dengan eluen
untuk fraksinasi, yaitu kloroform: etil asetat
(9:1).
Gabungan dari senyawa alkaloid dan
flavonoid dalam satu fraksi memberikan hasil
penghambatan yang cukup baik bila
dibandingkan dengan keberadaan alkaloid
sendiri. Hal ini dapat dilihat pada nilai %
penghambatan yang diperoleh fraksi 1 yang
mengandung steroid dan alkaloid, fraksi 3
sampai dengan 9 yang hanya memilki
kandungan senyawa alkaloid saja. Nilai %
penghambatan yang diperoleh fraksi-fraksi
tersebut tidak melebihi nilai % penghambatan
fraksi 2 dan fraksi 10 (Lampiran 4) yang
mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid.
Keberadaan senyawa alkaloid dan flavonoid
yang dimiliki oleh fraksi daun S. trifasciata
Prain diduga memiliki sifat yang sinergis
apabila kedua senyawa tersebut berada dalam
fraksi yang sama.
Hasil pengujian terhadap fraksi
menunjukkan perbedaan dengan hasil uji
ekstrak kasar. Hasil uji ekstrak kasar tidak
menunjukkam adanya penghambatan terhadap
sel lestari HeLa, sedangkan setelah fraksinasi
hasil uji memberikan aktivitas penghambatan.
Hal ini dapat dilihat dari persen
penghambatan yang diperoleh. Perbedaan ini
dapat disebabkan karena adanya perbedaan
konsentrasi yang digunakan. Konsentrasi
maksimum ekstrak kasar adalah 2000 ppm
sedangkan konsentrasi maksimum fraksi
adalah 10000 ppm. Penambahan jumlah
konsentrasi akan menambahkan jumlah
senyawa sehingga dihasilkan penambahan
daya hambat.
Efek farmakologi dari senyawa golongan
alkaloid terhadap kanker telah dilaporkan,
yaitu alkaloid vinkristin dan vinblastin dari
tanaman Vinca yang menghentikan
pembelahan sel pada tahap metaphase
sehingga sel kanker dapat dihambat
pertumbuhannya (Noogrady 1992).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah ada,
senyawa flavonoid diketahui mampu
menginduksi terjadinya apoptosis melalui
beberapa mekanisme antara lain
penghambatan aktivitas DNA topoisomerase
I/II, modulasi signaling pathways, penurunan
ekspresi gen Bcl-2 dan Bcl-XL, peningkatan
ekspresi gen Bax dan Bak serta aktivitas
endonuklease (Ren et al. 2003).
Gambar 6 Inhibisi proliferasi sel lestari
HeLa dari fraksi 2 pada
berbagai konsentrasi
SIMPULA� DA� SARA�
Simpulan
Ekstrak kasar metanol daun S. trifasciata
Prain tidak dapat mnghambat pertumbuhan sel
lestari HeLa. Hasil fraksinasi kromatografi
kolom diperoleh 10 fraksi, fraksi teraktifnya
memberikan daya hambat proliferasi terbesar,
yaitu 87,52% pada konsentrasi 1000 ppm.
Identifikasi senyawa teraktif positif terhadap
flavonoid dan alkaloid.
9
Saran
Perlu dilakukan pemisahan lebih lanjut
pada fraksi 2 untuk mendapatkan senyawa
lebih murni yang bersifat aktif. Selain itu
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai mekanisme penghambatan
pertumbuhan sel kanker serta pengujian
sitotoksik terhadap sel normal.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC]Association of Official Analytical
Chemists. 2006. Official Methods of
Analysis of AOAC International. 5th
Revision. Volume 2. Cunnif P, editor.
Maryland: AOAC International.
Afolayan AJ, Jimoh FO, Aliero AA.
2008. Antioxidant and antibacterial
properties of Sansevieria hyacinthoides.
IJPAS 2(3):103-10.
Boik J. 1996. Cancer and �atural Medicine:
A Textbook of Basic Science and Clinical
Research. New York: Oregon Medical Pr.
Doyle A, Griffiths B. 2000. Cell and tissue
culture for medical research. New York:
John Wiley and Sons Inc.
Ersam T. 2001. Senyawa kimia makromolekul
beberapa tumbuhan Artocarpus hutan
tropika Sumatra Barat [disertasi].
Bandung: Departemen Kimia FMIPA ITB,
Institut Teknologi Bandung.
Freshney RI. 2005. Cultur of animal cell: A
manual of basic techniques 5th
ed.
London:John Wiley and Sons Inc.
Furniss BS. et al. 1989. Vogel’s Textbook of
Practical Organic Chemistry 4th. New
York: John Wiley & Sons, Ltd.
Greenwald P. 1991. The Future of Nutrition
Research in Cancer Prevention. Di dalam:
Laidlaw SA, Swendseid ME, editor.
Vitamins and Cancer Prevention.
Philadelphia: Wiley-Liss. hlm. 111–127.
Goodwi EC, DiMaio D. 2000. Repression of
human papillomavirus oncogenes in Hela
cervical carcinoma cells causes the orderly
reactivation of dormant tumor suppressor
pathways. Biochemistry 97(23).
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia:
Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Padmawinata, I Sudiro,
penerjemah. Bandung: Institut Teknologi
Bandung. Terjemahan dari: Phytochemical
Method.
Hariana A. 2007. Tumbuhan Obat dan
Khasiat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
Jakarta: Gramedia.
Hartati S, Hanafi M. 2001. Reduksi
esterifikasi dan uji aktifitas biologinya. Di
dalam: Kimia dalam Industri dan
Lingkungan. Jakarta:Pusat Penelitian
Kimia Tanggerang. hlm:854-4778.
Harvey D. 2000. Modern Analytical
Chemistry. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Houghton J, Raman. 1998. Laboratory
handbook for the Fractionation of �atural
Ekstract. London: Chapman & Hall.
Lingga L. 2005. Panduan Budi Daya
Sansevieria. Depok: Agromedia Pustaka.
Nafrialdi, Gan S. 2000. Antikanker. Di dalam:
Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. hlm.
686–701.
Noogrady T. 1992. Kimia Medisinal. Rasyid
R, Musadad A, penerjemah; Niksolihin
SM, editor. Bandung ITB Pr. Terjemahan
dari: Medicinal Chemistry.
Pittaya T et al. 2007. Sulfur-containing
compounds from Clinacanthus siamensis
[Abstrak]. Pharm Soc Jpn 51:1423–1425.
Pettit GR et al. 2005. Antineoplastic agents.
534. from the African Sansevieria
ehrenbergii. J �at Prod 68(5):729-33.
Purwanto A. 2006. Sansevieria Flora Cantik
Penyerap Racun. Yogyakarta: Kanisius.
Rouessac F, Rouessac A. 1994. Chemical
Analysis Modren Instrumentation Methods
and Techniques 2nd. USA: John Wiley &
Sons, Ltd.
Ren W, Qiao Z, Wang H, Zhu L, Zhang L.
2003. Flavonoids: Promising anticancer
10
agents. Medicinal Research Reviews
23(4):519-534.
Restasari A et al. 2005. Isolasi dan identifikasi
fraksi teraktif daun ketapang [skripsi].
Semarang: Departemen Kimia FMIPA
UNDIP, Universitas Diponegoro.
Simanjuntak L. 2008. Kanker serviks.
[terhubung berkala]. http://www. chem-is-
try. org/ artikel_kimia/ berita/ antikanker
dan kanker serviks/. [ 26 Jan 2010].
Wang Y, Hong C, Zhou C, Xu D, Qu H,
Cheng Y. 2009. Screening antitumor
compounds psoralen amd isopsoralen from
psorala corylifolia L. Seeds Departmnent
of Chinese Medicine Science and
Engineering, Collage of Pharmaceutical
Science, Zhejiang Univercsity, Hang zhou.
China.
WHO. 2004. Cancer . [terhubung berkala].
http://www.who.int/cancer/. [25 Jan 2010].
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yoshihiro M, Tomoshiro I, Minpei K,
Yutaka S. 1996. Steroidal saponin
from Sansevieria trifasciata.
Phytochemistry 43(6):1325–1331.
Yoshihiro M, Tomoshiro I, Minpei K,
Yutaka S. 1997. Pregnane glycosides
from Sansevieria trifasciata.
Phytochemistry 44(6):107–111.
12
LAMPIRA�
12
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
- Uji fitokimia
- Uji antikanker
(200, 400, 600, 800,
1000, 1500, 2000 ppm)
Ekstrak metanol
Maserasi metanol
(3x24 jam)
Pemisahan
dengan KLT
F-1 F-2 F-3 F-4 F-5 F-n
Uji antikanker
(10000,7500,500,2500 ppm)
Fraksi aktif
Daun
S. trifasciata Prain
Uji fitokimia
Golongan senyawa
fraksi aktif
Fraksinasi dengan
Kromatografi Kolom
13
Lampiran 2 Rendemen fraksi daun S. trifasciata Prain
Ulangan Bobot fraksi (g) Bobot sampel ekstrak (g) Rendemen (%)
1 0,0501 25,010 2,16
2 0,0421 25,010 1,82
3 0,0302 25,010 1,30
4 0,0326 25,010 1,41
5 0,0538 25,010 2,32
6 0,0396 25,010 1,71
7 0,0186 25,010 0,80
8 0,0138 25,010 0,59
9 0,0338 25,010 1,46
10 0,0548 25,010 2,36
Contoh perhitungan :
2,16%
%1002,5010gram x 0.074)-(1
gram0501,0
%100)ekstrak (Bobot x air)kadar -(1
fraksiBobot Rendemen
=
×=
×=
14
Lampiran 3 Pola KLT hasil fraksinasi ekstrak S. trifasciat dengan eluen
kloroform:etil asetat (1:6)
15
Lampiran 4 Hasil uji penghambatan fraksi daun S. trifasciata Prain pada sel
lestari HeLa
Fraksi Konsentrasi
(ppm) Serapan I Serapan II
%
penghambatan Rerata
I 2500 0,2910 0,5920 0,4415 0
5000 0,1260 0,2680 0,1970 52,7
7500 0,1360 0,1930 0,1645 60,5
10000 0,2630 0,0810 0,1720 58,7
II 2500 0,2340 0,2900 0,2620 37,09
5000 0,0810 0,1160 0,0985 76,35
7500 0,0690 0,1080 0,0885 78,75
10000 0,0580 0,0460 0,0520 87,52
III 2500 0,2930 0,2820 0,2875 30.97
5000 0,2380 0,2100 0,2240 46,23
7500 0,1950 0,2160 0,2055 50,66
10000 0,1760 0,2280 0,2020 51,5
IV 2500 0,2700 0,3050 0,2875 30,97
5000 0,1390 0,1870 0,1630 60,86
7500 0,1360 0,2220 0,1790 57,02
10000 0,1630 0,1430 0,1530 63,27
V 2500 12,610 0,8210 10,410 0
5000 0,1600 0,1990 0,1795 56,9
7500 0,1720 0,2860 0,2290 45,02
10000 0,2080 0,1640 0,1860 55,34
VI 2500 0,1870 0,2450 0,2160 48,14
5000 0,2030 0,1910 0,1970 52,7
7500 0,2530 0,2020 0,2275 45,38
10000 0,2110 0,2520 0,2315 44,42
VII 2500 0,2130 0,2550 0,2340 43,82
5000 0,1970 0,2160 0,2065 50,42
7500 0,2150 0,2260 0,2205 47,06
10000 0,3070 0,2300 0,2685 35,53
VIII 2500 0,2090 0,2320 0,2205 47,06
5000 0,2430 0,2780 0,2605 37,45
7500 0,2780 0,2400 0,2590 37,82
10000 0,2710 0,2790 0,2750 33,97
IX 2500 0,8280 0,7540 0,7910 0
5000 0,1640 0,1500 0,1570 62,3
7500 0,1670 0,1530 0,1600 61,58
10000 0,1940 0,1560 0,1750 57,98
X 2500 0,2360 0,2350 0,2355 43,46
5000 0,1560 0,1410 0,1485 64,35
7500 0,1440 0,1400 0,1420 65,91
10000 0,1370 0,1500 0,1435 65,55
Kontrol Sel
0,4100
0,4230
0,4165
16
Contoh perhitungan :
%penghambatan = serapan kontrol-serapan sampel x 100%
serapan kontrol
= 0,4165-0,1720 x 100%
0,4165
=58,70%
Lampiran 5 Hasil uji fitokimia fraksi daun S. trifasciata Prain
Fraksi Uji Fitokimia
FV* SP* TN* ST* TR* AL*
1 - - - + - +
2 + - - - - +
3 - - - - - +
4 - - - - - +
5 - - - - - +
6 - - - - - +
7 - - - - - +
8 - - - - - +
9 - - - - - +
10 + - - - - + Keterangan: (-): tidak terdeteksi; (+): terdeteksi FV: Flavonoid; SP: Saponin; TN: Tanin; ST:
Steroid ; TR: Triterpenoid; Al: Alkaloid.