fjuji ms- u uuiiiij - universitas islam indonesia

13
37 STUDI ISLAM DI INDONESIA ERA NULLENIUIVI KETIGA Oleh:SaefurRochmat' Abstract In doing Islamic studies in the third millennium needs to be redefined that relevant to the development of sciences and technology of the modem age. Islamic studies are directed to enhance the awakening of Islam, to create a great Islamic civilization. The resurgence of Islam setting in 15'^ H has not produced significant results because it is not supported by in depth Islamic studies, besides Moslem leaders have not enough developed modem sciences and technologies. Although the term of it originatesfrom the Western schol ars who worry of the success of the Revolution of Iran in 1979. From 1979 up to now there are no success Islamic revolutions, and thefall of commu nism in Russia starting in 1989, make the West more confident to pass the liberal capitalism. The West are so strong and developed so that we should followthesophisticated trends in the West. The West have said good by to the slogan of the end of the ideology and start to the time of the economic expansion throughfree trade bypushing the issuesof democracy and human rights I fjUJi ms- u uuiiiij ^ ji ajuii ouijoJi ^ ^ <^,1 j iSjJ Jl UljOJl J] iiu?! olilUb ^ ^ i3ji\ J J OlTj ^ ^^ JjUJl a ibji liAt jiXA- Jl ^ .6L-J>U ayj-ij aJljJji |»iki ^ hj^\ -ii Kata kunci: Studi Islam, Barat, Redifinisi, Modem, Ideologi ' StafPengajar Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: fjUJi ms- u uuiiiij - Universitas Islam Indonesia

37

STUDI ISLAM DI INDONESIA ERA NULLENIUIVI

KETIGA

Oleh:SaefurRochmat'

Abstract

In doing Islamic studies in the third millennium needs to be redefined thatrelevant to the development of sciences and technology of the modem age.Islamic studies are directed to enhance the awakening of Islam, to create agreat Islamic civilization. The resurgence of Islam setting in 15'̂ H has notproduced significant results because it is not supported by in depth Islamicstudies, besides Moslem leadershavenot enough developed modem sciencesand technologies. Although the term of it originatesfrom the Western scholars who worry of the success ofthe Revolution ofIran in 1979. From 1979up to now there are no success Islamic revolutions, and thefall of communism in Russia starting in 1989, make the West more confident topass theliberal capitalism. The West are so strong and developed so that we shouldfollowthesophisticated trends in the West. The West have said goodby to theslogan of the end of the ideology and start to the time of the economicexpansion throughfree trade bypushing the issuesof democracy and humanrights

I

fjUJi ms- u uuiiiij ^ ji ajuii ouijoJi ^^ <^,1 j iSjJ Jl UljOJlJ] iiu?! olilUb ^ ^ i3ji\ J

J OlTj ^ ^^JjUJl a ibji liAt jiXA- Jl ^

.6L-J>U ayj-ij aJljJji |»iki ^ hj^\ -ii

Kata kunci: Studi Islam, Barat, Redifinisi, Modem, Ideologi

' StafPengajar Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.

Page 2: fjUJi ms- u uuiiiij - Universitas Islam Indonesia

38 Millali Vol. II, No.I. Agustus 2002

A. Pendahuluan

Studi Islam di era millenium harus memperhatikan perkembangan duniamutakhir ini.Adabeberapa agenda yang perludiselesaikan kaum Muslimin

pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, supaya Islam mampu bersaingdengan dunia modern dan tampil sebagai alternatif bagi dekadensi peradabanBarat. Studi Islamhendaknya dilakukan dengan jangkauan yang luas, yaitumunculnya peradaban Islam. Maka dari itu studi Islam merupakan suatuusahauntuk mempercepat kebangkitan umatIslam.

Era kebangkitan Islam didengungkan kaum Muslimin pada abad ke-15Hijrah, bersamaan dengan timbulnya kekhawatiran pihak Barat terhadapmenyebarnya pengaruh Revolusi Islam Iran tahun 1979 dibawah dipimpinKhomeini. Sejak saat itu Iran menempatkan diri sebagai blok Islam untukmembedakan diri dengan dua blok yang telah ada, blok Barat dan blokTimur. Tekad Irantersebut mengalami kegagalan karena Iransecara ekonomidan iptek masih bergantung kepada pihak luar, baik itu dari blok Barat maupunblok Timur. Memang suatu peradaban harus didukung oleh iptek dan ekonomiyang kuat. Dengan demikian eksistensi Iran tergantung juga kepadakemampuannya untuk menjaga keseimbangan dalam konstalasi hubunganintemasional.

Apakah Revolusi Islam Iran tersebut mengalami kegagalan total? Sayakira tidak. Secara politik, tetap eksisnya Iran dari serangan Saddam Husein(Irak) yang mendapatkan dukungan dari negara-negara Arab yang Sunni dantergabung dalam Dewan Kerjasama Teluk {Council Cooperation of Gulf),merupakan prestasi luar biasa. Namun pecahnya Perang Iran-Irak (1980-1988) merupakan suatu pratanda hilangnya kesempatan Islam untuk tampilsebagai blok alternatif. Selama ini memang dipercayai hanya ada dua jalanmenuju revolusi, baikjalan komunis maupun jalan kapitalis; dan setelah melihattidak ada revolusi/gerakan Islam yang berhasil maka Barat memandangRevolusi Islam Iran dianggap sebagai suatu kekecualian. Barat semakin yakindengan jalan kapitalis-demokratis setelah tahun 1989, dengan. runtuhnyaTembok Berlin yang merupakan simbol hegemoni blok Komunis-Rusia.

-Sekarang komunisme memang sudah tidak menjadi ancaman besar bagiIslam, walaupun masih merupakan bahaya laten; namun ancaman dari blokBarat sudah di depan mata dan sangat menakutkan karena Barat sudah tidakpunya musuh lagi, yang selama ini sudi menolong bila kita mendapatkanancaman dari blokBarat. Contohnya ketika blokBarat tidak mau membanrnkita untuk memaksa Belanda meninggalkan Irian Jaya, maka Presiden Soekarnomeminta bantuan kepada USSR dan berhasil. Dalam konstalasi hubunganintemasional yang pincang itu, Indonesia dituntut pandai-pandai mensikapidan mengantisipasi setiap perubahan situasi dan kondisi dalam peta politikdunia supaya kita tetap eksis sebagai bangsa. Umat Islamjuga harus melakukan

Page 3: fjUJi ms- u uuiiiij - Universitas Islam Indonesia

StudiIslam di IndonesiaEra Milleniuni Ketiga 39

hal yang sama supaya Islam terlindung dari kontak zero-one game denganperadaban Barat, dengan demikian riantinya Islam diharapkan mampu tampil

*sebagaialternatif bagi dekadensiperadaban Barat bila gerakan Islam berhasilmengembangkanpemikiranyangkreatif, inovatif, komprehensif, terintegratif,dan transformatif. i

B. Tantangan Agama di Era Modem

Satu halyang dilupakan Barat danberusaha menghilangkan dari ingatannyaadalah masalah agama. Kitahams berusahamelumskanpersepsiBarattersebutmengenai agama pada umumnya daritidak terbatas padaIslam saja. CaranyaIndonesia hamsmampu menjadi contoh dalam kehidupan beragama. Indonesiadikenal sebagai *negara agama' dimana semua orarig Indonesia percaya kepadaeksistensi Tuhan, dan lebih khusus lagi Indonesia dikenal sebagai 'negara Islam' karena mayoritas orang Indonesia menganut agama Islam. Menciptakankehidupan agama yang harmonis harus menjadi tujuandari studi Islam di eramillenium ke-3 iniunmkmenunjukkan bahwaagama bukanlah sumberkonflik.Hal tersebut mempakan prasyarat bagi Barat supaya percaya terhadap agamasebagai altematifbagi peradaban Barat yang sudah tua, dimana telah melahirkandua kali perang dunia dan dua kali perang teluk.

Tugas tersebut sangat berat karena terdapat sejumlah perbedaan yangmendasar antara peradaban Barat dengan peradaban Islam dan peradabanTimur pada umumnya.' Walaupun saya tidak sependapat denganpengkategorian peradaban Islam deng^ peradaban Timur, namun hal tersebuttidakakandibahas di sini. Dengan ruhmhnya UniSoviet (USSR) makaduniaboleh jadi akan memasuki tahapan bam konflik antara peradaban Timurdengan peradaban Barat, seperti tanipak dalam tesis Samuel P. Huntingtontentang perbenturan peradaban.^ Peradaban Barat dan Timur berbeda secaradiametral dalam memandang agama' di era modern ini. Peradaban Timurberlandaskan kepada agama, sedangkan Barat telah mengembangkansekulerisme. Potensi konflik tersebut diuraikan secara kritis oleh MarkJuergensmeyer dalam bukunya The New Cold War? Religious NationalismConfronts the Secular State, yang tel^ diterbitkan oleh Mizan (1998 cet-1).Walaupun diabemsaha untuk menunjukkan sintesis diantara keduanya, namundia pesimis hal itu akan terjadi sejauji keduanya tidak bembah menganggapmusuh.^

1

Peradaban yang tumbuh mempakan bentuk identitas budaya sehinggakonflik identitas kemudian menjadi roh sejarah umat manusia dan peradabannya.

' Mark Juergensmeyer, 199S. Menentang Negara Sekuler.pensTitmahNooThMUBanduDg: Mizan, hal. 227.-Abdul Munir Mulkhan, 2002, Teologi Kiri: Landasan Gerakan Membela Kaum Musiadl'afin, Yogyakarta;

Kreasi Wacana, hal. 3 dan 10.

' Mark Juergensmeyer, lac. cit., hal. 234.

Page 4: fjUJi ms- u uuiiiij - Universitas Islam Indonesia

40 Millah Vol. II, No.l, Agustus 2002

Berbagai jenis konflik adalah produk peradaban modern yang dibangun dariideologisasi iptek, sedangkan model keberagamaan konservatif mempertajamkonflik ke wilayah teologi yang lebih keras dan absurd. Hal itu menghendakidialog antara iptek dengari agama supaya melahirkan tafsir agama yang saintifiksebagai bentuk tata budaya yang secara relatif "tetap" yang dapat dijadikandasar bagi setiap orang dan komunitas baik dari peradaban Barat maupunperadaban Timur untuk saling berhubungan.'^

Bentuktata budayayang menjadi mainstream akan ditentukanoleh peradabanBarat yang lebih unggul baik dalam iptek maupun intelektual. Sekarang Baratsedang mengembangkan prinsip-prinsip pergaulan seperti pluralisme,demokratis, dan hak azasi manusia (HAM) dan kita harus menghormatinyasebagai hasil dari pemikiran yang sudah terlembagakan dalam peradabanmodern.^ Hal ini juga menandai babak baru dalam peradaban Barat yangdisebut denganpost-modernism, dimana mereka mengakui adanya pluralismebudaya setelahperadabanBaratmelahirkandua kali perangduniadan konseptersebut telah diintroduksikan dalam Declaration ofHuman Rights PerserikatanBangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1945, di mana Richard McKeon menjadisalah seorang konseptornya.^

Barat tidak percaya kepada nilai-nilai agama untuk mengatur pluralismebudaya dan mereka mengandalkan kepada kemampuan akal manusia untukmelakukan dialog di antara berbagai peradaban. Sikap yang sama jugatercermin pada Anthony Giddens, konseptualis kebijakan PM Tony Blairdari Inggris. Sekarang mereka semakin yakin pada sekularisasi yangmengagungkan nilai-nilai individiialisme dan demokrasi, setelah terbukti ung^latas nilai-nilai komunisme, Sekularism'edimaksudkan untuk memisahkari urusanagama dan politik, dimana agama menjadi urusan pribadi dan negara diaturdengan hukum yang.legal-rasional. Hal itu,akan menghindari persaingan diantara pemeluk agama untuk memasukkan. hukum-hukum agama ke dalamkodifikasi hukum negara.

Barat memandang agama berdasar pada Hukum Tiga Tingkatan yangdikemukakan tokohsosiologi modernAugusteComte(1798-1857) dan EmileDurkheim(1858-1917) bahwasejarahduniaberkembang melalui tiga tahapan,yaitumitos, ideologi (agama), danilmu/modern. Periodisasi tersebut didasarkanpada tingkat penggunaan akal untuk mengatasi batasan lingkungan, dimanamanusia modem sudah dapat mengendalikan alam dengan kadar yang terusmeningkat. Di lain pihak, era modern yang berawal dari Zaman Renaissance

*Abdul Munir Mulkhan, op.cit., hal. 9-10.' Thoha Hamim, 2000, " Islam dan Civil Society (Masyarakat Madani): Tinjauan lentang Prinsip Human

Rights, Pluralism dan Religious Tolerance", dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokralisasldan Masyarakat Madani, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,hal. 118.

«Richard McKeon, 1990, Freedom andHistory and OtherEssays, Chicago: TheUniversity of Chicago Press,hal. vii.

Page 5: fjUJi ms- u uuiiiij - Universitas Islam Indonesia

StudiIslam di IndonesiaEra Millenium Ketiga 41

(abad ke-15) berusaha mendiskreditkan agama (Kristen) yang dianggap telahmengekang kebebasan akaldanyangberekses tertinggalnya Baratdari Islam.Adapun Zaman Renaissance memiliki karakteristik ingin mengganti wahyudengan akal, teologi dengan ilmu, kebudayaan teosentris dengan antroposentris,dan kebudayaan Kristen dengan paganisme."^

C.Dialektika Agama dan Iptek di Era ModernPenetapan zaman ilmu/modern tidak otomatis berakhirnya peranan agama

diBarat karena ternyata berlaku hukum Karl Marx thesis-antithesis-synthesissehingga lahir Zaman Reformasi, yaitu suatu gerakan yang ingin menggantikanteologi lama dengan teologi baru dalam Kristen.^ Durkheim dibuat bingungdengan kejadian tersebut sehingga dia mengakui kalau agama telah berperansebagai ideologi yang efektifdimasa lampau karena telah mampu membimbingumat manusia dan mendefinisikan 'pleasure of thefuture', namun dia yakinera agama sudah berakhir karena creative effervesence (spirit zaman) hanyasekali terjadi.® i

Sejarah Barat menunjukkan peranan ideologi tidak mudah dihindari, dankaum sekuler berusaha membuat ideologi bam yang didasarkan tidak padaagama melainkan pada the philosophy of the Enlightenment (FilsafatPencerahan) dan lahir ideologi humanisme yang didukung perkembanganiptek. Ilmusebagai ciri dari era modern sebenarnya bersifatnetral danbukanmenjadi karakteristik Barat. Westernisasi bemsaha menanamkan ideologisuperioritasBarat terhadapTimur sehinggaBaratmerasamemiliki 'misi suci'melalui gerakan pasifikasi/asimilasi kebudayaan untuk mendidik Timur supayaberadab. Gerakan tersebut digunakan untuk menutupi tindakan kolonialismedan imperialisme, dimana semangat agama Kristen sering dimonopoli untukkepentingan mated belaka. Kita semua umat beragama hams waspada terhadappolitik adu domba pihak sekuler. ^Albert Camus'® menilai dengan tepatperadaban Barat sebagai 'Therevolution of the twentieth century ...based oneconomics, ...isprimarilypolitical andideologicalHal tersebut menunjukkanbahwa ideologi masih menjadi sarana yang menentukan untuk melakukanrevolusi karena memang ideologilali yang memberikan justifikasi terhadapide thepleasure of thefuture. Akhirhya pada tahun 1960-an dan 1970-an diBarat lahir kelompok stmkturalis yang mengakui perlunya ideologi sebagaipisau analisisnya terhadap pembahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa agamamasih punyarelevansi di era millenium ketiga ini.

' Kuntowijoyo, 1999b, Pengantarllmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang, hal.45.»Ibid.

' Hamid Dabashi, 1993, Theology ofDiscontent: The Ideological Foundation ofthe Islamic Revolution inIran,New York: New York University Press, hal. 486.

P.J. Vatikiotis, 1972, Revolution in the Middle East andOther Case Studies, London; George Allen andUnwin Ltd, hal. 8.

Page 6: fjUJi ms- u uuiiiij - Universitas Islam Indonesia

42 Millah Vol. II. No. I, Agusius 2002

Memang ada-beberapa pemikir dari Barat yang merasakan pentingnyasuntikan agama ke dalam peradaban Barat, seperti sejarawan AJ. Toynbee(1889-1975), John Naisbitt dan Patricia Aburdane. Toynbee meyakini geraksiklus sejarah (yangmengikutiproses lahir-berkembang-mundur-runtuh) yangdirumuskan dalam teori challenge and response, bahwa peradaban modemakan mengalami kehancuran karena ide progresivisme bertentangan denganhakekat nature (alam).

Seiringdengan pemikiran Toynbee tersebut, dengan umurperadabanBaratyang semakin tua maka John Naisbitt dan Patricia Aburdane pada tahun1990-an meramal kebangkitan agama pada abad ke-21,. Memang peradabanBarat telah melahirkan penyakit anomali di tengah gemerlapnya kota metropolitan sehingga beberapa pemikir yang lahir di Barat merasakan perlunyabimbingan agama seperti Hamid Algar danMaryam Jameelah." Namun arusitu sangatkecil, meskipun tindakan tersebut sangat fundamental.

Memang di Indonesia ada kebangkitan agama dalam arti formal, yaitu adapeningkatan secara kuantitatif jumlah penganut semua agama baik Islam,Kristen, Katolik, Hindu, maupun Budha. Namun masing-masing umatberagama belum sepenuhnya menjalankan ajaran agama secara kaffah,melainkan hanya mengamalkan simbol-simbol ritual agama yang tidak dibarengidengan kesadaran spiritual. Indonesia sebagai "negara agama" atau "negaraIslam", karena mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi tingkat korupsi,kolusi, dannepotisme (KKN) sangat mencolok. Haltersebut tentu sajasangatmemalukan bila dibandingkan dengan negara-negara Barat yang mayoritaspenduduknya atheis namun mereka dapat mewujudkan aspek salvation agamadi duniaberupa kesejahteraan dan keadilan.

D.Agenda Studi Agama di Era Millenium Ketiga

1. Masalah Reinterpretasi AgamaUntuk dapat menghidupkan kembali gerakan kebangkitan Islam maka perlu

dilakukan studi yang' cermat tentang situasi dan kondisi dalam ruang danwaktu serta sejarah perjalanan umat Islam dalam mengarungi dialektika seginormatifdan sosiologis-historis tentang pemahaman keagamaan. Tantanganmodernisme yang telah diuraikan di atas perlu disikapi dengan kreatif dancerdas, sehingga Islam mampu menjawab tantangan dunia modern. Aktivitasgerakan kebangkitan Islam hams memperhatikan perkembangan di duniaBarat yang sudah melangkah lebih maju dalam mengatasi konflik antar agama,dimana Barat sudah mengikrarkan abad ke-20 sebagai the end of ideology(politik), dan beralih kepada ekspansi ekonomi dengan isu pasar bebas dan

Nurcholish Madjid, 1984, Khazanah Intelektual Islam, Jakarta: Bulan Bintang, hai. 77.

Page 7: fjUJi ms- u uuiiiij - Universitas Islam Indonesia

StudiIslam di IndonesiaEra Millenium Ketiga 43

globalisasi.'̂ Dengan begitu kita harus melakukan reorientasi dari perjuanganpolitik kepada usaha mengembangkan ekonomi yang akan berimplikasi padapengembangan iptek. Untuk itu gerakan kebangkitan Islam perlu menjalinkerjasama dengan penganut agama|lain, dan menggabungkan kebangkitanIslam dalam kebangkitan agama secara umum. Semua umat beragamaberkewajiban membasmi penyakit KKN yang telah menghancurkan bangsaini. Wabah itu berkembang subur karena dua kemungkinan. Pertama, kitasudahtercerabut dari akarbudaya religius sehingga kitatidakmerasa berdosaberbuat keji dan aniaya; sedangkan kedua, hukum yang legal-rasional sebagaisyarat dari negara modern tidak dapat berjalan.

Reinterpretasi ajaran agama bukan pekerjaan mudah karena banyak faktoryang menyebabkan hasil interpreitasi berbeda-beda dan kadang salingbertentangan. Hasil reinterpretasi berbagai kelompok dalam Islam seringkalisulit dicari titiktemunya karena duahal. Pertama, persaingan di antara merekauntuk mendapatkan dan mempertahankan dukungan dari pengikutnya;sedangkan kedua, Islam sebagai agama yang memberi penekanan kepadarasio, dimana setiap orang merasa berhak melakukan reinterpretasi terhadapagamanya. Sementara itu hasil reinterpretasi dalam Kristen (Katholik danProtestan) memang tidak kalah bervariasinya dengan Islam, tetapi di antaramereka mudah dilakukan dialog karena memiliki doktrin agama yang dapatmenyatukan, disamping persoalan reinterpretasi memang diserahkan kepadakelompok pendeta. |

Reinterpretasi dipengaruhi oleh dua arus besar, yaitu kesinambungan tradisidan modernisasi. Reinterpretasi agama hendaknya dapat mendukungpengikutnya untuk berkompetisi di dunia modern, di samping harusmempertahankan kelangsungan archetype(model dasar) dari tradisi tersebut.Hal penting yang perlu dilakukan adalah perubahan simbol maupun isi daritradisi yang telah usang. Namun h^ itu sulit dilakukan karena pemikiranagama cenderung berbalik menelusuri tapak tilas ke belakang. Salah satu cirikeyakinan dan pemikiran keagamaan adalah kuatnya ikatan emosional dengankelompoknya dan tradisinya. Perjuangan simbolik dari akar-akar historis-ideologis yang disebut the politics of meaning berpeluang besar terjadinyasaling tabrakan antara berbagai agama (ideologi) atau sesama umat beragamadan berakibat wacana politik kelihatan kurang visioner dan kurang rasional.

Agama dan politik dalam Islam mempunyai hubungan yang erat, bahkanIslam telah lama mengembangkan dan melembagakan suatu kebudayaan (tradisi)politik, setua umur Islam itu sendiri; namun demikian Islam tidak mempunyai

M. Dawam Rahardjo, 1988, Esei-Esei Ekonomi Politik, Jakarta: LP3ES. hal. 58-62.J.C. Cooper, 1994, "Symbolism, the Universal Language", dalam Harry Oldmeadow, Philosophy of

Religion: An Anthology ofReadings, Melbourne: Aquarian Press, hal. 102.

Page 8: fjUJi ms- u uuiiiij - Universitas Islam Indonesia

44 Millah Vol. II, No. I, Agustus 2002

kebudayaan (tradisi) politik yang seragam karena politikmemang dipengaruhioleh faktor ruang dan waktu. Politik dalam Islam memang suatu kehanisan,bukankah Allah telah menjadikan kita sebagai khalifah di muka bumi? ManusiaadalahmakhlukciptaanAUah yangpalingsempurna, sehingga diberi kekuasaanuntuk mengatur kehidupan di muka bumi ini. Politik dalam pengertian yangdipahami Platodanparapemikir Islamklasik, yaitu 'ministering the affairsofpolis [state]' merupakan suatukehanisan dalam Islam.

Pandangan politik setiap organisasi Islamberhubungan erat dengan masalahagama dankebudayaan (tradisi). Mempelajari kebudayaan (tradisi) dari suatumasyarakat merupakan suatu keharusan dalam rangka gerakan kebangkitanIslam. Bukankah keberhasilan dakwah Islam di Indonesia secara monumentalbaru terjadi pada masa Walisongo, yang berhasil melakukan inovasi danberhasil mengungguli kebudayaan (tradisi) lokal. Apa yang dilakukan olehWalisongo tersebut sudah menjadi tradisi yang sulit diubah. Para mubaligh/da'i harus mampu melakukan inovasi kebudayaan bilamereka ingin berhasildalam dakwahnya karena kebudayaan (tradisi) merupakan sarana untukmerefleksikan kesadaranreligius suatu masyarakat, di samping sebagai saranauntuk melakukan internalisasi/sosialisasi nilai dalam masyarakat.

Pandangan politikdalamIslamyang arif akan selalu mempertimbangkanfaktor kebudayaan (tradisi). Sekarang hal ituharus ditempatkan dalam konsepmasyarakat madani. Suatu istilah yang diambil dari perbendaharaan sejarahumat Islam, yaitu suatu masyarakat religio-politik bentukan Nabi MuhammadSAW di Madinah. Suatu masyarakat yang memiliki ciri-ciri seperti halnyamasyarakat sipil dalam pengertian modern, yaitu adanya pluralisme, toleransi,demokrasi danHAM. Dengan demikian konsep masyarakat madani merupakanusahaIslamisasi konsep civil society melalui projectingbacktheory.

Peradabanlah yang harus dikedepankan untuk mengatur kehidupan manusiadi dunia dan bukannya agama karena kenyataan historis bahwa satu agama

-tidak dianut oleh semua orang di dunia. Hal tesebut telah ditunjukkan Nabi^Muhammad SAW yang menjadi arsitek dalam Piagam Madinah. Nabi tidakmemaksakan penganut agama lain untuk tunduk kepada agama yang sedangdidakwahkannya melainkan mengajak mereka untuk bersama-samamenciptakan suatu peradaban di Madinah, termasuk di dalamnya tanggungjawab menjaga keamanan dan mempertahankan negaranya dari seranganbangsa lain. Dengan demikian peradaban lebih merupakan upaya pemikirankreatif manusia untuk mengatur tata kehidupan antar umat dari berbagaibangsa dan agama. Pemikiran kreatif tersebut bila didukung penguasaan iptekmaka akanmenciptakan suatu peradaban besar.

Farhang Rajaee, 1983, Islamic Values and World View, Boston: University Press ofAmerica Inc..Thoha Hamim, op. cit., hal. 115.

Page 9: fjUJi ms- u uuiiiij - Universitas Islam Indonesia

StudiIslam di IndonesiaEra Milleniwn Ketiga 45

Sekarang ini peradaban Baratlah yang sedang menjadi komando dalamtatapergaulan dunia karena memenuhi persyaratan berupa kehidupan lahiriahyang maju dan kemajuan itu cukup menonjol dibandingkan dengan kehidupanmasyarakat lain yang ada disekeliliiignya. Politik lebih berhubungan denganmasalah peradaban ini dan tidak ada alasan bagi politisasi agama. Memangagama berftingsi memberikan bimbingan moral terhadap urusan politik. Politikyang bertugas mengatur kehidupan' di dunia demi tercapai kesenangan didunia (aspek salvation) diberi arahah oleh agama, sehingga aspek salvationtersebut mempunyai daya jangkau yang lebih jauh lagi di akherat. Aspekakherat inisangat penting agar tindakan politik tidak dilakukan dengan pamrihmelainkan dilakukan dengan keikhlasan.

Hal mendasar dalam agama adalah aspek teologi, yaitu ilmu yang mempelajaritentang Tuhan dengan implikasi pada masalah siapa yang Muslim maupunkafir. Semua ormas keagamaan di Indonesia mengat^an sebagai golonganSunni {ahl sunnah waljama 'ah), namun perbedaan diantara mereka menyangkutmasalah (cabang) telah menghalangi berlangsungnya kerjasama yangharmonis karena adanya pandangan kelomponyalah yang melaksanakan Islamsecara kaffah. Fazlur Rahman, penggagas neo-modernisme dalam Islam,berkeyakinan bahwa teologi merupakan suatu usaha pemikiran sehingga tidakharam untuk dilakukan interpretasi lilang. Bahkan perumusan suatu teologisering dipengaruhi oleh faktor ruang dan waktu, disamping kepentingan politikyang selalu mewarnai urusan hidup b'erbangsa dan bernegara.

Teologi agama memberikan perhatian terhadap masalah individual hubunganpribadi dengan Yang Mutlak {theAbsolute/Ultimate Reality), dimana manusiamengakui kebesaran Tuhan dengan konsekuensi hidup mencari keselarasandengan hukum Tuhan tersebut. Komunikasi dengan Tuhan merupakan aspekintelektual agama (tawhid/Keesaan Allah), yaitu manusia hanya mengakuisupremasi Tuhan dan tidak merasa tergantung kepada kekuatan selain dariTuhan.Dalam melakukan komunikasi adaduajalan, yaitu melalui rasio danhati (emosi). Keduanya jalan itu dapat saja digabungkan secara serasi sepertiyang dilakukan al-Ghazali, namun ^ia baru dapat merasakan ketenanganhidup setelah menjalani hidup secaraisufi. Menurut al-GhazMi, pengalamankeagamaan secara emosional dapat membentuk manusia menjadi ihsan. Halini sangat penting bagi para pejabat dan'politisi di Indonesia untuk meningkatkankepekaan moral sebagai penangkal KKN ketika hukum legahformal sulitditegakkan karena masih banyak celah dalam hukum kita, disamping sebagianbesar penegak hukum tidak memiliki jkepekaan rasa keadilan.

Sufi dapat dipraktekkan oleh siap'a saja yang berkehendak untuk hidupsuci. Tentu kadar pemahamannya akan berbeda tergantung dari tingkat

Farhang Rajaee, op. at., hal. 36-38.

Page 10: fjUJi ms- u uuiiiij - Universitas Islam Indonesia

46 Millah Vol. II. No.l. Agustus 2002

rasionalitas seseorang, sehingga dikenal sufisme via purgiva (denganintelektualitas) dan sufisme praktis dalam bentuk yang kita kenal denganpraktek ritual dalam tarekat. Bagi rakyat kebanyakan, tarekat secara praksismemangdapatmemberikan kenyamanan psikologis dansosialsekaiigus, namunhal tersebut harus dilakukan secara proporsional dengan tidak melupakankewajiban sosial untuk menciptakan peradaban yang maju. Sedangkan bagisantri dan pelajar pada umumnya dapat mengadopsi cara-cara tasawufdalamIslam (bukan mistik dalam Islam yang rumit itu) untuk mengatasi ekses-eksesperadaban modern dan KKN yang telah mewabah di Indonesia. Simuh'"'mengutip pendapat IbnuKhaldun tentang tasawuf yang Islami adalah mendidikmenjadi 'abid (tekun beribadah) dan zahid (sederhana/tidak tamak), yangdilakukan dengan cara distansi (mengambil jarak dengan nafsu dan ikatandunia) dan konsentrasi (mawas diri/berdzikir). Cara-cara tersebut dapatdilakukan oleh semua umat beragama.

Tradisi ilmu-ilmu keislaman warisan masa lalu tersimpan dalam kitab-kitab yang di Indonesia dikenal dengan kitab kuning. Zaman itualam pikirandan peradaban Baghdad dan Cordova didominasi alam pikiran Yunani Kunoyang mengandalkanperenungan spekulatif (ketajaman logika), dimana merekamerumuskanajaran-ajaran Islam yang seharusnyamenurut pemahaman paraulama itu terhadap al-Qur'an dan Sunnah Rasullah. Sedangkan masalahbagaimana wujud pengamalan masyarakat Muslim terhadap hasil pemikirantersebutdalaminteraksinya denganlingkungan sosialbudaya setempat, belummenjadi perhatian sama sekali oleh para ulama masa lalu. Hasil pemikirantersebut tidak dapat diwujudkan secara murni oleh masyarakat dan mazhabyang berbeda dasar pemildrannya ternyata dapat didamaikan oleh masyarakatitu. Sebagai hasil pemikiran tentu tidak tabu untuk kritik dan direinterpretasisesuai dengan perubahan zaman.

Perkembangan dan kemajuan peradaban umat manusia memperkenalkanpendekatan bam yang lebih ilmiah, yaitu studi Islam {Islamic Study) ataukegiatan penelitian agama dengan perantaraan pengamatan dan analisis terhadapkehidupan pemikiran dan pengalaman agama. Pendekatan bam inimenuntutkualitas ulama yang mampu mengembangkan cara berpikir yang akademissehingga menghasilkan wawasan Islam yang makro, yang meliputi aspekajaran yang doktriner dan yang sosial historis. Jalannya hams mengubahcara berpikir, dari pendekatan membaca kitab (pendekatan doktriner) menjadimenjadi studi dan mengadakan penelitian atas dasar kritik sejarah, yaknipendekatan sintesis yang oleh Prof. A. Mukti Ali dinamakan pendekatanilmiah-cum-doktriner.

" Simuh, 1999, Sufisme Jawa; Transformasi TasawufIslam ke Mistik Jawa, Yogyakarta: Bentang, hal. 31.Simuh, 1996, Tasawufdan perkembangannya dalam Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. v-vil.

Page 11: fjUJi ms- u uuiiiij - Universitas Islam Indonesia

StudiIslam di IndonesiaEra Millenium Ketiga 47

2. Masalah Sistem Pendidikan

Pendidikan budi pekerti yang diberikan disekolah-sekolah tidak mempunyaijenis kelamin (agama) yang jelas dan menjadi tidak peka terhadap aspeksubyektivitas suatu agama. Padahal kita mengharapkan terjadi dialog antaragama dan bila mungkin antar inian. Hal im menghendaki pembaharuankurikulum pendidikan agama, dima'na pendidikaan agama yang menekankanaspek teologi harus diganti dengan penekan kepada aspek etika. Selama inipendidikan agama yang menekankan aspek teologi terbukti tidak dapatmenciptakan suatu langkah yang strategis dalam pembangunan bangsa karenateologi yang adabanyak diwarnai oleh nuansa politik, termasuk di dalamnyapertentangan antar kekuatan politik. Di kalangan umat Islam sendiri sudahterkotak-kotak ke dalam beberapa aliran dan masing-masing menganggappemahaman agama kelompoknyalah yang benar.

Pendidikan agama yang teologi minded tidak dapat mengembangkan dialogantar agama maupun sesama umat beragama karena menekankan kepadakesalehan individual. Siswa digiring untuk menjadi budak "agama" dengankewajiban menjalankan rutinitas ritual agama danmelupakan kesalehan sosialyang menjadi prasyarat bagi terbentiiknya peradaban. Untuk dapat melakukankesalehan sosial maka penguasaan |"ilmu sekuler" adalah suatu prasyarat.Sebenarnya pembedaan ilmu agama.dengan ilmu sekuler tidak dikenal dalamIslamkarenasemuakegiatan, termasukmencari ilmu, berdimensi ibadah. Dalammasalah ilmu ini, Islam mempunyai, konsep yang paling jelas, komprehensifdan mendalam. Tentunya konsep ilihu ini merupakan turunan dari tauhid(mengesakan Tuhan) yang merupakanItema sentral dan konsep dasar al-Qur'an.^^Dalam pengoperasionalan ilmu hams' diarahkan kepada dua atribut, yaitu amal(perbuatan) ddnfadhail (keutamaan) sehingga ilmu im rnenyam dengan dirinya.

Sejarah mencatat kebesaran peradaban Islam berkat kemajuan iptek, dimanapada wakm im dunia Islam menjadi kiblat perkembangan iptek dunia. Memangiptek yang mempakan unsur penting bagi terbenmknya suam peradaban bukanmenjadi monopoli suam agama. Kita sebagai seorang Muslim diwajibkanunmk mencari ilmu ke seluruh pelosok dunia walaupun berbeda keyakinandengan kita, sebagaimana disebutk^ dalam hadits yang artinya 'Tunmtlahilmu walau sampai ke negeri Cina'. Dengan deraikian dalam mengembangkanperadaban memerlukan kerjasama dari semua orang Indonesia tanpamembedakan agamanya. Yang perlu kita tegakkan adalah aturan untukmelakukan kerjasama tersebut. Disini dapat dikembangkan akhlak pergaulanatau etika pergaulan.

" Munawar Ahmad Anees, 2000, "Ilmu yang Mencerahkan", dalam Ziauddin Sardar (ed.), Merombak PolaPikirlnlelektualMuslim, penerjemah Agung Prihantoro dan Fuad ArifFudyamnto, Yogyakana: Pustaka Pelajar.

Page 12: fjUJi ms- u uuiiiij - Universitas Islam Indonesia

48 Milloh Vol. II, No.l, Agustus 2002

Dalam rangka menciptakanperadabanperlu dibuat sistem pendidikan yangmenekankan aspek humanisme untuk mengajarkan nilai-nilai dan tata caradalam bergaul dengansesamamanusiapenting karena sifat pluralitas bangsaIndonesia; dan untuk merealisasikan aspek salvation di dunia memerlukankerjasama dengan semua umatberagama. Usaha saling membantu {ta 'awun)dan saling berhubungan (ta'aruf) hanya bisa terealisir secara optimal biladibarengi dengan sifat toleransi dalam hal aqidah (keyakinan agama). Pluralitasagama merupakan suatu keniscayaan daripluralitas budaya, bahkan darisuatuagama memungkinkan lahirnya berbagai aliran sesuai dengan titik perhatiannyaberdasarkan kemampuan yang dimilikinya ataupun kemampuan parapendukungnya. Dengan demikian, pluralitas ormas keagamaan tersebutmerupakan suatu keharusan sejarah untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaanyangmultidimensional.^"

E. Penutup

Antara segi aqidah dan mu 'amalah (hubungan dengan sesama manusia) harussinkron karena Islam tidak hanya terbatas pada urusan hubungan komunikasipribadi dengan Tuhan, tetapi kita diutus sebagai khalifah di muka bumi untukmengembangkan peradaban yang humanis. Peradaban Islam akan maju jika nilai-nilai normatif agama dapat diselaraskan dengan realitas kebudayaan (tradisi) danpolitik. Hal tersebut prasyarat bagi pengembangan iptek, sebagai alat untukmewujudkan aspek salvation (keselamatan) diduniawi ini yang dipandang sebagaipenjamin bahwaagama tersebut di akhirat akan mendapat ridla dari Allah. Majunyaperadaban Indonesia memiliki makna ganda, yaitu berarti suksesnya kebangkitanagama dan sekaligus menjadikan agama sebagai alternatifbagi gejala dekandensiperadaban Barat yang selmlaristik dan rasionalistik.

DAFTAR PUSTAKA

Anees, Munawar Ahmad, 2000, "Ilm yang Mencerahkan", dalam ZiauddinSardar (ed.), Merombak Pola PikirIntelektual Muslim, penerjemahAgung Prihantoro dan Fuad Arif Fudyartanto, Yogyakarta: PustakaPelajar.

Cooper, J.C., 1994, "Symbolism, the Universal Language", dalam HarryOldmeadow, Philosophy of Religion: An Anthology of Readings,Melbourne: Aquarian Press.

'SeyyedHosseinNasr, 19%, Ideals and Realities ofIslam, Allen and Unwin, London, hal. 147.

Page 13: fjUJi ms- u uuiiiij - Universitas Islam Indonesia

Studi Islam di Indonesia Era MilleniumKetiga 49

Dabashi, Hamid, 1993, Theology ofDiscontent: The Ideological Foundationof the IslamicRevolution in Iran, NewYork: NewYork UniversityPress.

Hamim, Thoha, 2000, " Islam dan Civil Society (Masyarakat Madani):Tinjauan tentang Prinsip Human Rights, Pluralism dan ReligiousTolerance", dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan MasyarakatMadani, Yogyakarta; PustakaPelajar. I

1Juergensmeyer, Mark, 1998, Mehentang Negara Sekuler. penerjemah

Noorhaidi, Bandung: Mizari.

Kuntowijoyo, 1999, Pengantar IlmulSejarah, Yogyakarta: Bentang.I

Madjid, Nurcholish, 1984, Khasanah IntelektualIslam, Jakarta: Bulan Bintang.

McKeon, Richard 1990, Freedom and History and OtherEssays, Chicago:The University of Chicago Press.

Mulkhan, Abdul Munir, 2002, Teolpgi Kiri: Landasan Gerakan MembelaKaumMustadl'afin, Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Naisbitt, John dan Patricia Aburdanej 1990, Megatrends, a.b. Tim PenggebuWarta Ekonomi, Jakarta: Penggebu Warta Ekonomi.

Nasr, Seyyed Hossein, 1994, Ideals and Realities of Islam, London: Allenand Unwin. [

I

Rahardjo, M. Dawam, 1988, Esei-Es^i Ekonomi Politik, Jakarta: LP3ES.Rajaee, Farhang, 1983, Islamic Values and World View, Boston: University

Press of America Inc.. jSimuh, 1996, Tasawuf dan perkembangannya dalam Islam, Jakarta: Raja

Grafindo Persada. |

, 1999, Sufisme Jawa: Transformasi TasawufIslam ke Mistik Jawa,Yogyakarta: Bentang. •

Vatikiotis, P.J., 1972, Revolution in theMiddle Eastand OtherCase Studies,London: George Allen and l!jnwin Ltd.