fix makalah habronemiasis kuda

12
PENDAHULUAN Keberadaan endoparasit tidak dapat dipisahkan dari dunia kedokteran hewan. Endoparasit bisa bersifat patogen ataupun non patogen tergantung dari jenis endoparasit tersebut. Endoparasit yang bersifat patogen merupakan salah satu agen penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus, contohnya cacing atau helmins. Cacing memiliki peranan penting dalam kesehatan hewan. Tidak sedikit jenis cacing yang diketahui menyerang hewan. Hal ini terkait dengan kebutuhan cacing terhadap nutrisi yang ada pada hewan yang diserangnya. Parasit merupakan suatu organisme yang hidupnya menumpang pada organisme lain (inang definitif). Parasit dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang berada di luar atau permukaan tubuh inang, sedangkan endoparasit adalah parasit yang berada di dalam tubuh inang (Dyah, 2008). Helminthologi merupakan cabang ilmu endoparasit yang mempelajari tentang cacing khususnya cacing parasitik. Cacing dibagi dalam tiga filum yaitu Platyhelminthes, Nemathelminthes serta Acanthocephala. Filum Platyhelminthes terdiri dari dua kelas, yaitu Cestoda dan Trematoda sedangkan filum Nemathelminthes hanya ada satu kelas yaitu Nematoda. Ketiga kelas inilah yang sering menjadi parasit pada hewan maupun manusia.

Upload: grady-priasdhika

Post on 02-Dec-2015

288 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

habronemiasis

TRANSCRIPT

Page 1: Fix Makalah Habronemiasis Kuda

PENDAHULUAN

Keberadaan endoparasit tidak dapat dipisahkan dari dunia kedokteran

hewan. Endoparasit bisa bersifat patogen ataupun non patogen tergantung dari

jenis endoparasit tersebut. Endoparasit yang bersifat patogen merupakan salah

satu agen penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus, contohnya cacing atau

helmins. Cacing memiliki peranan penting dalam kesehatan hewan. Tidak sedikit

jenis cacing yang diketahui menyerang hewan. Hal ini terkait dengan kebutuhan

cacing terhadap nutrisi yang ada pada hewan yang diserangnya.

Parasit merupakan suatu organisme yang hidupnya menumpang pada

organisme lain (inang definitif). Parasit dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu

ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang berada di luar atau

permukaan tubuh inang, sedangkan endoparasit adalah parasit yang berada di

dalam tubuh inang (Dyah, 2008). Helminthologi merupakan cabang ilmu

endoparasit yang mempelajari tentang cacing khususnya cacing parasitik. Cacing

dibagi dalam tiga filum yaitu Platyhelminthes, Nemathelminthes serta

Acanthocephala. Filum Platyhelminthes terdiri dari dua kelas, yaitu Cestoda dan

Trematoda sedangkan filum Nemathelminthes hanya ada satu kelas yaitu

Nematoda. Ketiga kelas inilah yang sering menjadi parasit pada hewan maupun

manusia.

Habronemosis atau habronemiasis merupakan penyakit cacing nematoda

yang dapat menyerang kuda dan disebabkan oleh Habronema sp. dengan

predeleksi cacing pada lambung kuda. Infeksi yang timbul disebabkan oleh larva

nematoda yang dibawa oleh lalat. Cacing dewasa yang ditemukan di dalam perut

kuda dan larva dilewatkan dalam kotoran kuda. Dua jenis yang paling umum dari

infeksi Habronema sp. adalah lesi kulit dan mata. Habronemiasis diyakini sebagai

reaksi hipersensitivitas terhadap antigen yang sekarat atau larva mati.

Habronemiasis paling sering terlihat selama musim semi dan musim panas, ketika

populasi lalat berada di puncak mereka.

TINJAUAN PUSTAKA

Habronemiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh nematoda larva

Habronema spp. Biasanya, larva ini tertelan oleh kuda, tapi kadang-kadang larva

Page 2: Fix Makalah Habronemiasis Kuda

ini disimpan di dekat mata atau luka yang menyebabkan kulit habronemiasis. Di

tempat di mana larva berada, larva membentuk jaringan parut pada luka yang

menyebabkan ketidaknyamanan besar untuk kuda dan kerugian ekonomi yang

besar bagi produsen (Andrade, 2002).

Haematobia exigua merupakan salah satu inang antara dari Habronema

(H. microstoma) dengan ukuran tubuh hanya setengah dari M. domestica,

berwarna kelabu dan dicirikan dari adanya 2 garis hitam longitudinal pada toraks.

Memiliki bagian mulut dengan palpus yang kokoh dan sama panjang dengan

probosis. Arista dan venasi sayap mirip seperti lalat Stomoxys calsitrans. Daur

hidup Haematobia dimulai dari: Telur diletakkan satu-persatu atau kelompok

berjumlah 4-6 butir pada feses sapi/ hewan besar yang segar. Perkembangan dari

telur hingga mencapai dewasa dapat berlangsung selama 10 hari- 2 minggu. Lalat

dewasa aktif menghisap darah pada siang hari dan menyerang hewan dalam

jumlah besar. Lalat ini dapat dkatakan ektoparasit obligat karena hampir selalu

berada pada inang, baik pada saat makan maupun istirahat (Levine, 1990).

Biopsy adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia

untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Istilah biopsi berasal dari kata : ”bios”

artinya hidup dan “opsis” artinya melihat, jadi biopsi adalah mengambil sepotong

jaringan yang masih dalam keadaan hidup dan memeriksa secara mikroskopis.

Bagian apapun dari tubuh, seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat

diperiksa. X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat dilakukan terlebih dahulu

untuk mengalokasikan area biopsi. Biopsi dapat dilakukan juga dengan proses

pembedahan. Dengan demikian biopsi adalah pemeriksaan penunjang untuk

membantu diagnosa dokter (Brown dan Tony, 2005).

Cryosurgery adalah penggunaan suhu ekstrem (sangat dingin) untuk

memusnahkan jaringan yang sakit. Penggunaan cryosurgery untuk memusnahkan

tumor kulit, hanya dapat digunakan untuk memusnahkan tumor ganas di dalam

tubuh. Ketika sel kanker menyebar melalui tubuh, satu di antara organ dalam yang

biasa dijangkiti adalah hati (liver). Cryosurgery memanfaatkan sebuah peranti

kecil untuk membekukan tumor. Begitu peranti tersebut berhasil disisipkan,

Page 3: Fix Makalah Habronemiasis Kuda

peranti akan mengeluarkan nitrogen cair pada suhu kira-kira -200°C untuk

membekukan tumor serta membunuh sel kankernya.

Radioterapi adalah metoda pengobatan penyakit (maligna) dengan

menggunakan sinar peng-ion. Metoda pengobatan ini mulai digunakan orang

sebagai salah satu regimen pengobatan tumor ganas, segera setelah ditemukannya

sinar—X oleh WC Rontgen, sifat-sifat radioaktivitas oleh Becquerel dan radium

oleh Pierre dan Marie Curie, yaitu pada akhir abad ke 19. Pada saat itu, para

medis amat berbesar hati melihat suksesnya hasil pengobatan pada berbagai jenis

kanker kulit serta neoplasma yang letaknya superfisial. Bahkan mereka

menggunakan sinar ini untuk kelainan-kelainan yang sama sekali tidak ada

hubungannya dengan proses neoplastik seperti acne, artritis, verruca atau untuk

epilasi dari rambut-rambut yang tidak dikehendaki. Mereka mengatakan bahwa

keajaiban di dunia pengobatan kanker telah ditemukan ("miraculous cure"). Tetapi

gambaran ini berubah sama-sekali, ketika ditemukan bahwa tumor-tumor yang

semula hilang karena terapi radiasi kembali muncul dan kerusakan pada jaringan

sehat akibat radiasi mulai tampak. Setelah itu selama kurang lebih 25 tahun

radioterapi memasuki jaman kegelapan di dalam evolusinya, bahkan hampir

ditinggalkan orang kalau saja pionirpionir dari "Fondation Curie" di Paris yang

dipimpin oleh Claude Regaud tidak segera berhasil memecahkan misteri sinar ini.

MORFOLOGI

Habronemosis merupakan penyakit cacing Nematoda yang dapat

menyerang kuda dan disebabkan oleh Habronema sp. dengan predeleksi cacing

pada lambung kuda antara lain Habronema muscae, Habronema megastoma, dan

Habronema microstoma. Habronema muscae merupakan cacing lambung pada

kuda dan sebangsanya. Cacing ini kecil berwarna putih, buccal kapsul

berkembang baik dan bentuk ekor cacing jantan berupa kumparan. Vulva cacing

betina dekat dengan pertengahan tubuh. Panjang cacing jantan 22 mm dan betina

35 mm. Telur kecil dan berembrio ketika dikeluarkan. Ukuran telur 40 – 50 X 10-

12 mikron.

SIKLUS HIDUP

Page 4: Fix Makalah Habronemiasis Kuda

Habronema, sering disebut sebagai cacing perut, adalah cacing nematoda

yang tertarik pada membran mukosa lembab anatomi kuda, termasuk mata, bibir,

mulut, luka, dan preputium. Larva ini dapat dilihat melalui mikroskop. Paling

aktif selama musim panas, habronema menyebabkan "luka musim panas" yang

gatal, dapat terinfeksi, dan menyerupai sacroid atau karsinoma sel skuamosa,

terutama di sekitar mata atau selubung penis. Habronema spp menghasilkan telur

dalam perut kuda, dan larva bergerak melalui saluran pencernaan dan keluar

melalui kotoran kuda. Larva Habronema spp. bermigrasi ke bagian mulut lalat

sehingga dapat menyebar ke kuda lainnya. Jika larva bermigrasi ke paru-paru,

larva tersebut kemudian akan membentuk kista yang biasanya tidak berbahaya.

Saat larva bermigrasi melalui kulit dapat menyebabkan iritasi kulit dan ulserasi.

Ketika lalat hinggap pada luka di kulit atau di sekitar mata, larva Habronema

mungkin muncul dan masuk ke dalam luka atau konjungtiva. Dalam hal ini, tidak

terkadi perkembangan lebih lanjut tetapi lesi granulomatosa dapat terjadi. Kondisi

ini dikenal sebagai "habronemiasis kulit" atau "luka musim panas." Larva juga

dapat bermigrasi ke jaringan yang lebih dalam dan menghasilkan lesi di paru-

paru. Terkadang cacing dewasa H. megastoma dapat menyebabkan penyakit klinis

dalam perut dengan menginduksi host untuk memproduksi nodul berserat.

Habronema muscae dan H. microstoma mirip H. megastoma, tetapi tidak

menghasilkan nodul di dinding perut.

Page 5: Fix Makalah Habronemiasis Kuda

Lalat rumah dan lalat kandang merupakan host perantara untuk parasit ini,

yang berarti bahwa mereka menelan larva dan kemudian mengeluarkan larva ke

kulit. Larva kadang-kadang disimpan di sekitar mulut. Cacing dewasa pada

lambung kuda akan mengeluarkan telur atau larva melalui feses, kemudian

dimakan oleh induk semang antara dari larva lalat dan perkembangan terjadi di

dalam tubuh lalat. Apabila larva lalat dimakan atau diletakkan pada bagian luka

dari kuda maka kuda terinfeksi.

DISTRIBUSI GEOGRAFIS

Penyebaran Habronema ada di seluruh dunia yang memiliki musim panas.

Penularan dari Habronemosis adalah secara tidak lansung yaitu melalui induk

semang antara dari lalat Musca domestica, Stomoxys calcitrans, dan Haematobia

exigua.

PATOGENESIS DAN GEJALA KLINIS

Gastritis habronemiasis oleh H. megastoma didalam lambung kuda

menyebabkan tumor atau pembengkakan besar pada dinding lambung yang

mempunyai satu atau lebih rongga berisi cacing. Tumor yang terbentuk ini akibat

cacing masuk ke dalam sub mukosa lambung dan membentuk nodul bulat dan

terjadi granulasi jaringan, kemudian terjadi infiltrasi sel. Nodul-nodul ini

bertambah besar menyerupai tumor dan dapat menonjol ke dalam lumen

lambung, sehingga dapat mengganggu fungsi lambung. Spesies lain hidup bebas

di dalam lambung dan penetrasi ke dalam mukosa sehingga menghasilkan iritasi

yang mengakibatkan gastrisis chatral chronic dengan membentuk banyak mukus.

Juga menghasilkan ulcer sehingga dapat terjadi perdarahan. Cutaneus

habronemiasis disebabkan larva Habronema sp. yang diletakkan didalam luka

yang ada pada bagian tubuh kuda oleh lalat infektif. Larva ini tidak dapat

ditembus kulit dan secara alami larva pernah ditemukan didalam luka.

Gejala klinis yang muncul dapat berupa ulserasi daerah lembab di sekitar

mata, mulut, hidung, luka, rasa gatal, luka terbuka yang tidak beraturan dan basah

disertai nanah. Luka terbuka yang membesar, ulcerasi, dan ditutupi dengan

jaringan-kuning kemerahan yang mudah berdarah. Pertumbuhan penampilan

menyerupai karsinoma sel skuamosa atau sacroid. Perubahan anatomi yang terjadi

Page 6: Fix Makalah Habronemiasis Kuda

antara lain degradasi dari lemak, viscera pucat/membrana mukosa pucat, anemia,

cacing ditemukan pada lambung, terjadi ulcer dan cacing terlihat pada ulcer.

TEKNIK DIAGNOSA

Diagnosis umumnya didasarkan pada penampilan klinis dan perilaku dari

lesi. Pruritis (gatal), pembengkakan dan granulasi berlebihan biasanya jelas terjadi

hipersensitivitas terhadap larva. Dalam banyak kasus, butiran kuning kecil terlihat

dalam reaksi granulomatosa. Biopsi kulit adalah cara terbaik untuk mendiagnosis

habronemiasis kulit.

PENCEGAHAN

Kontrol lalat adalah pencegahan terbaik. Menjaga daerah stable dan

padang rumput yang bersih dan bebas dari kotoran akan mencegah populasi lalat.

Penyemprotan kandang dan daerah stable untuk membunuh lalat dan

menggunakan repellants khusus untuk kuda dalam bentuk semprotan atau produk

kulit yang dioleskan di sekitar mata akan meminimalkan paparan larva yang

dibawa oleh lalat. Dalam beberapa kasus, masker wajah dan penutup pelindung

lainnya akan membantu menjaga kuda nyaman dan eksposur batas.

PENGOBATAN DAN PENGENDALIAN

Pembedahan diindikasikan dalam dua kasus, pertama dalam luka yang

tidak menyembuhkan dan kedua dalam nodul kalsifikasi yang menyebabkan

gangguan estetika. Selain itu, dapat menggunakan cryosurgery dan radioterapi

(Smith, 1994). Pengobatan obat sistemik dapat dilakukan dengan triklorfon

22mg/kg IV, diencerkan dalam 5% dekstrosa atau salin, ulangi dalam 2 minggu,

triklorfon 2ml pada kerusakan yang berbeda selama 15 hari, diethylcarbamazine

6.6mg/kg (IDB) selama 2 atau 3 minggu, Fenthion: SC dalam 5 ml/5cm cedera

lesi selama 10 hari; Short-acting kortikosteroid, methylglucamine antimonate: 20

mg / KG IM/20 hari; Ivermectin 0,2 mg / kg IM, yang merupakan pengobatan

pilihan (Smith, 1994).

Pengobatan topikal dapat dilakukan dengan aplikasi topikal atau

albocresil; Membersihkan luka dengan larutan Dakin, aplikasi dengan

organofosfat; anti-inflamasi (deksametason) setiap hari, pulp dengan 85% gliserin

Page 7: Fix Makalah Habronemiasis Kuda

+ 5% + 10% minyak tar fenol (beberapa penulis berpikir bahwa gliserin bertindak

osmotik dalam larva), asam kromat 10% dua sampai tiga kali kerusakan,

membunuh larva dan membentuk kerak (Smith, 1994).  Pengobatan secara

umum : Carbon bisulphide : 5 ml/100 kg, Sodium bikarbonat 2% 8-10 liter.

Biopsi kulit adalah cara terbaik untuk mendiagnosis habronemiasis kulit.

Setelah didiagnosis, diberikan obat bersama dengan topikal steroid yang

membantu mengurangi eksposur, peradangan, dan iritasi. Dokter hewan sering

merekomendasikan pasta Ivermectin, yang efektif terhadap kedua cacing dewasa

di perut dan larva pada luka. Massa jaringan besar yang terinfeksi memerlukan

operasi pengangkatan dengan perawatan yang tepat setelahnya untuk mencegah

infeksi lebih lanjut.

Terdapat empat strategi untuk mengatasi habronemiasis, yaitu pemberian

Ivermectin dua dosis penuh diberikan 2 minggu terpisah, topikal dan sistemik

menggunakan terapi steroid. Steroid efektif menekan hipersensitivitas kebal

terhadap larva, sehingga mengurangi pembengkakan, granulasi, dan nyeri. Fly

Control dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi pengusir lalat,

penggunaan kipas juga akan membantu untuk mengurangi jumlah lalat di

lingkungan. Selain itu, dapat juga dilakukan topical perawatan luka dengan

memakai salep yang tebal (seperti Vet yang Lengkap ® Luka Creme) untuk

menutup luka terbuka yang dapat membantu dalam mencegah lalat dan deposit

larva ke dalam jaringan.

Pengendalian terhadap habronemiasis relatif sulit dilakukan. Sanitasi dan

kebersihan kandang merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mengendalikan populasi lalat. Penggunaan insektisida juga merupakan cara

digunakan untuk membunuh lalat dengan cara menyemprot kandang dengan

Lindane 0,03-0,05 %, Toxaphene 0,5%, Metoxychlor 0,05 %, Coumaphos 0,125

%, Dioxanthion 0,15 %, Malation 0,5 %, atau Ronnel 0,75 %. Pemberian

dichlorvos dalam minyak mineral diberikan setiap hari juga mampu mengusir lalat

untuk hinggap dipermukaan tubuh hewan. Selain dichlorvos bisa juga digunakan

coumophos, malathion atau tetrachlorvinphos yang diberikan 2 sampai 3 kali

Page 8: Fix Makalah Habronemiasis Kuda

seminggu dalam sediaan tabur. Aplikasi insektisida dapat dilakukan dengan cara

Dipping (populasi ternak banyak), spraying, Back Rubber, Dust bag, Pour on,

lewat makanan dan menggunakan keping resin (seperti kalung).

DAFTAR PUSTAKA

Andrade, S.F. Manual de Terapêutica Veterinária. 2 ed. São Paulo: Roca, p.99-112,

2002.

Brown, RG dan Tony Burns. 2005. Dermatologi ed 8. Jakarta : EMS

Levine ND. 1990. Parasitologi Veteriner. Yogyakarta UGM Press.

Smith, B.P. Tratado de medicina interna de grandes animais. 1 ed. São Paulo:

Manole, v.2, 1994.