fix makalah habronemiasis kuda
DESCRIPTION
habronemiasisTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Keberadaan endoparasit tidak dapat dipisahkan dari dunia kedokteran
hewan. Endoparasit bisa bersifat patogen ataupun non patogen tergantung dari
jenis endoparasit tersebut. Endoparasit yang bersifat patogen merupakan salah
satu agen penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus, contohnya cacing atau
helmins. Cacing memiliki peranan penting dalam kesehatan hewan. Tidak sedikit
jenis cacing yang diketahui menyerang hewan. Hal ini terkait dengan kebutuhan
cacing terhadap nutrisi yang ada pada hewan yang diserangnya.
Parasit merupakan suatu organisme yang hidupnya menumpang pada
organisme lain (inang definitif). Parasit dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang berada di luar atau
permukaan tubuh inang, sedangkan endoparasit adalah parasit yang berada di
dalam tubuh inang (Dyah, 2008). Helminthologi merupakan cabang ilmu
endoparasit yang mempelajari tentang cacing khususnya cacing parasitik. Cacing
dibagi dalam tiga filum yaitu Platyhelminthes, Nemathelminthes serta
Acanthocephala. Filum Platyhelminthes terdiri dari dua kelas, yaitu Cestoda dan
Trematoda sedangkan filum Nemathelminthes hanya ada satu kelas yaitu
Nematoda. Ketiga kelas inilah yang sering menjadi parasit pada hewan maupun
manusia.
Habronemosis atau habronemiasis merupakan penyakit cacing nematoda
yang dapat menyerang kuda dan disebabkan oleh Habronema sp. dengan
predeleksi cacing pada lambung kuda. Infeksi yang timbul disebabkan oleh larva
nematoda yang dibawa oleh lalat. Cacing dewasa yang ditemukan di dalam perut
kuda dan larva dilewatkan dalam kotoran kuda. Dua jenis yang paling umum dari
infeksi Habronema sp. adalah lesi kulit dan mata. Habronemiasis diyakini sebagai
reaksi hipersensitivitas terhadap antigen yang sekarat atau larva mati.
Habronemiasis paling sering terlihat selama musim semi dan musim panas, ketika
populasi lalat berada di puncak mereka.
TINJAUAN PUSTAKA
Habronemiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh nematoda larva
Habronema spp. Biasanya, larva ini tertelan oleh kuda, tapi kadang-kadang larva
ini disimpan di dekat mata atau luka yang menyebabkan kulit habronemiasis. Di
tempat di mana larva berada, larva membentuk jaringan parut pada luka yang
menyebabkan ketidaknyamanan besar untuk kuda dan kerugian ekonomi yang
besar bagi produsen (Andrade, 2002).
Haematobia exigua merupakan salah satu inang antara dari Habronema
(H. microstoma) dengan ukuran tubuh hanya setengah dari M. domestica,
berwarna kelabu dan dicirikan dari adanya 2 garis hitam longitudinal pada toraks.
Memiliki bagian mulut dengan palpus yang kokoh dan sama panjang dengan
probosis. Arista dan venasi sayap mirip seperti lalat Stomoxys calsitrans. Daur
hidup Haematobia dimulai dari: Telur diletakkan satu-persatu atau kelompok
berjumlah 4-6 butir pada feses sapi/ hewan besar yang segar. Perkembangan dari
telur hingga mencapai dewasa dapat berlangsung selama 10 hari- 2 minggu. Lalat
dewasa aktif menghisap darah pada siang hari dan menyerang hewan dalam
jumlah besar. Lalat ini dapat dkatakan ektoparasit obligat karena hampir selalu
berada pada inang, baik pada saat makan maupun istirahat (Levine, 1990).
Biopsy adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia
untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Istilah biopsi berasal dari kata : ”bios”
artinya hidup dan “opsis” artinya melihat, jadi biopsi adalah mengambil sepotong
jaringan yang masih dalam keadaan hidup dan memeriksa secara mikroskopis.
Bagian apapun dari tubuh, seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat
diperiksa. X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat dilakukan terlebih dahulu
untuk mengalokasikan area biopsi. Biopsi dapat dilakukan juga dengan proses
pembedahan. Dengan demikian biopsi adalah pemeriksaan penunjang untuk
membantu diagnosa dokter (Brown dan Tony, 2005).
Cryosurgery adalah penggunaan suhu ekstrem (sangat dingin) untuk
memusnahkan jaringan yang sakit. Penggunaan cryosurgery untuk memusnahkan
tumor kulit, hanya dapat digunakan untuk memusnahkan tumor ganas di dalam
tubuh. Ketika sel kanker menyebar melalui tubuh, satu di antara organ dalam yang
biasa dijangkiti adalah hati (liver). Cryosurgery memanfaatkan sebuah peranti
kecil untuk membekukan tumor. Begitu peranti tersebut berhasil disisipkan,
peranti akan mengeluarkan nitrogen cair pada suhu kira-kira -200°C untuk
membekukan tumor serta membunuh sel kankernya.
Radioterapi adalah metoda pengobatan penyakit (maligna) dengan
menggunakan sinar peng-ion. Metoda pengobatan ini mulai digunakan orang
sebagai salah satu regimen pengobatan tumor ganas, segera setelah ditemukannya
sinar—X oleh WC Rontgen, sifat-sifat radioaktivitas oleh Becquerel dan radium
oleh Pierre dan Marie Curie, yaitu pada akhir abad ke 19. Pada saat itu, para
medis amat berbesar hati melihat suksesnya hasil pengobatan pada berbagai jenis
kanker kulit serta neoplasma yang letaknya superfisial. Bahkan mereka
menggunakan sinar ini untuk kelainan-kelainan yang sama sekali tidak ada
hubungannya dengan proses neoplastik seperti acne, artritis, verruca atau untuk
epilasi dari rambut-rambut yang tidak dikehendaki. Mereka mengatakan bahwa
keajaiban di dunia pengobatan kanker telah ditemukan ("miraculous cure"). Tetapi
gambaran ini berubah sama-sekali, ketika ditemukan bahwa tumor-tumor yang
semula hilang karena terapi radiasi kembali muncul dan kerusakan pada jaringan
sehat akibat radiasi mulai tampak. Setelah itu selama kurang lebih 25 tahun
radioterapi memasuki jaman kegelapan di dalam evolusinya, bahkan hampir
ditinggalkan orang kalau saja pionirpionir dari "Fondation Curie" di Paris yang
dipimpin oleh Claude Regaud tidak segera berhasil memecahkan misteri sinar ini.
MORFOLOGI
Habronemosis merupakan penyakit cacing Nematoda yang dapat
menyerang kuda dan disebabkan oleh Habronema sp. dengan predeleksi cacing
pada lambung kuda antara lain Habronema muscae, Habronema megastoma, dan
Habronema microstoma. Habronema muscae merupakan cacing lambung pada
kuda dan sebangsanya. Cacing ini kecil berwarna putih, buccal kapsul
berkembang baik dan bentuk ekor cacing jantan berupa kumparan. Vulva cacing
betina dekat dengan pertengahan tubuh. Panjang cacing jantan 22 mm dan betina
35 mm. Telur kecil dan berembrio ketika dikeluarkan. Ukuran telur 40 – 50 X 10-
12 mikron.
SIKLUS HIDUP
Habronema, sering disebut sebagai cacing perut, adalah cacing nematoda
yang tertarik pada membran mukosa lembab anatomi kuda, termasuk mata, bibir,
mulut, luka, dan preputium. Larva ini dapat dilihat melalui mikroskop. Paling
aktif selama musim panas, habronema menyebabkan "luka musim panas" yang
gatal, dapat terinfeksi, dan menyerupai sacroid atau karsinoma sel skuamosa,
terutama di sekitar mata atau selubung penis. Habronema spp menghasilkan telur
dalam perut kuda, dan larva bergerak melalui saluran pencernaan dan keluar
melalui kotoran kuda. Larva Habronema spp. bermigrasi ke bagian mulut lalat
sehingga dapat menyebar ke kuda lainnya. Jika larva bermigrasi ke paru-paru,
larva tersebut kemudian akan membentuk kista yang biasanya tidak berbahaya.
Saat larva bermigrasi melalui kulit dapat menyebabkan iritasi kulit dan ulserasi.
Ketika lalat hinggap pada luka di kulit atau di sekitar mata, larva Habronema
mungkin muncul dan masuk ke dalam luka atau konjungtiva. Dalam hal ini, tidak
terkadi perkembangan lebih lanjut tetapi lesi granulomatosa dapat terjadi. Kondisi
ini dikenal sebagai "habronemiasis kulit" atau "luka musim panas." Larva juga
dapat bermigrasi ke jaringan yang lebih dalam dan menghasilkan lesi di paru-
paru. Terkadang cacing dewasa H. megastoma dapat menyebabkan penyakit klinis
dalam perut dengan menginduksi host untuk memproduksi nodul berserat.
Habronema muscae dan H. microstoma mirip H. megastoma, tetapi tidak
menghasilkan nodul di dinding perut.
Lalat rumah dan lalat kandang merupakan host perantara untuk parasit ini,
yang berarti bahwa mereka menelan larva dan kemudian mengeluarkan larva ke
kulit. Larva kadang-kadang disimpan di sekitar mulut. Cacing dewasa pada
lambung kuda akan mengeluarkan telur atau larva melalui feses, kemudian
dimakan oleh induk semang antara dari larva lalat dan perkembangan terjadi di
dalam tubuh lalat. Apabila larva lalat dimakan atau diletakkan pada bagian luka
dari kuda maka kuda terinfeksi.
DISTRIBUSI GEOGRAFIS
Penyebaran Habronema ada di seluruh dunia yang memiliki musim panas.
Penularan dari Habronemosis adalah secara tidak lansung yaitu melalui induk
semang antara dari lalat Musca domestica, Stomoxys calcitrans, dan Haematobia
exigua.
PATOGENESIS DAN GEJALA KLINIS
Gastritis habronemiasis oleh H. megastoma didalam lambung kuda
menyebabkan tumor atau pembengkakan besar pada dinding lambung yang
mempunyai satu atau lebih rongga berisi cacing. Tumor yang terbentuk ini akibat
cacing masuk ke dalam sub mukosa lambung dan membentuk nodul bulat dan
terjadi granulasi jaringan, kemudian terjadi infiltrasi sel. Nodul-nodul ini
bertambah besar menyerupai tumor dan dapat menonjol ke dalam lumen
lambung, sehingga dapat mengganggu fungsi lambung. Spesies lain hidup bebas
di dalam lambung dan penetrasi ke dalam mukosa sehingga menghasilkan iritasi
yang mengakibatkan gastrisis chatral chronic dengan membentuk banyak mukus.
Juga menghasilkan ulcer sehingga dapat terjadi perdarahan. Cutaneus
habronemiasis disebabkan larva Habronema sp. yang diletakkan didalam luka
yang ada pada bagian tubuh kuda oleh lalat infektif. Larva ini tidak dapat
ditembus kulit dan secara alami larva pernah ditemukan didalam luka.
Gejala klinis yang muncul dapat berupa ulserasi daerah lembab di sekitar
mata, mulut, hidung, luka, rasa gatal, luka terbuka yang tidak beraturan dan basah
disertai nanah. Luka terbuka yang membesar, ulcerasi, dan ditutupi dengan
jaringan-kuning kemerahan yang mudah berdarah. Pertumbuhan penampilan
menyerupai karsinoma sel skuamosa atau sacroid. Perubahan anatomi yang terjadi
antara lain degradasi dari lemak, viscera pucat/membrana mukosa pucat, anemia,
cacing ditemukan pada lambung, terjadi ulcer dan cacing terlihat pada ulcer.
TEKNIK DIAGNOSA
Diagnosis umumnya didasarkan pada penampilan klinis dan perilaku dari
lesi. Pruritis (gatal), pembengkakan dan granulasi berlebihan biasanya jelas terjadi
hipersensitivitas terhadap larva. Dalam banyak kasus, butiran kuning kecil terlihat
dalam reaksi granulomatosa. Biopsi kulit adalah cara terbaik untuk mendiagnosis
habronemiasis kulit.
PENCEGAHAN
Kontrol lalat adalah pencegahan terbaik. Menjaga daerah stable dan
padang rumput yang bersih dan bebas dari kotoran akan mencegah populasi lalat.
Penyemprotan kandang dan daerah stable untuk membunuh lalat dan
menggunakan repellants khusus untuk kuda dalam bentuk semprotan atau produk
kulit yang dioleskan di sekitar mata akan meminimalkan paparan larva yang
dibawa oleh lalat. Dalam beberapa kasus, masker wajah dan penutup pelindung
lainnya akan membantu menjaga kuda nyaman dan eksposur batas.
PENGOBATAN DAN PENGENDALIAN
Pembedahan diindikasikan dalam dua kasus, pertama dalam luka yang
tidak menyembuhkan dan kedua dalam nodul kalsifikasi yang menyebabkan
gangguan estetika. Selain itu, dapat menggunakan cryosurgery dan radioterapi
(Smith, 1994). Pengobatan obat sistemik dapat dilakukan dengan triklorfon
22mg/kg IV, diencerkan dalam 5% dekstrosa atau salin, ulangi dalam 2 minggu,
triklorfon 2ml pada kerusakan yang berbeda selama 15 hari, diethylcarbamazine
6.6mg/kg (IDB) selama 2 atau 3 minggu, Fenthion: SC dalam 5 ml/5cm cedera
lesi selama 10 hari; Short-acting kortikosteroid, methylglucamine antimonate: 20
mg / KG IM/20 hari; Ivermectin 0,2 mg / kg IM, yang merupakan pengobatan
pilihan (Smith, 1994).
Pengobatan topikal dapat dilakukan dengan aplikasi topikal atau
albocresil; Membersihkan luka dengan larutan Dakin, aplikasi dengan
organofosfat; anti-inflamasi (deksametason) setiap hari, pulp dengan 85% gliserin
+ 5% + 10% minyak tar fenol (beberapa penulis berpikir bahwa gliserin bertindak
osmotik dalam larva), asam kromat 10% dua sampai tiga kali kerusakan,
membunuh larva dan membentuk kerak (Smith, 1994). Pengobatan secara
umum : Carbon bisulphide : 5 ml/100 kg, Sodium bikarbonat 2% 8-10 liter.
Biopsi kulit adalah cara terbaik untuk mendiagnosis habronemiasis kulit.
Setelah didiagnosis, diberikan obat bersama dengan topikal steroid yang
membantu mengurangi eksposur, peradangan, dan iritasi. Dokter hewan sering
merekomendasikan pasta Ivermectin, yang efektif terhadap kedua cacing dewasa
di perut dan larva pada luka. Massa jaringan besar yang terinfeksi memerlukan
operasi pengangkatan dengan perawatan yang tepat setelahnya untuk mencegah
infeksi lebih lanjut.
Terdapat empat strategi untuk mengatasi habronemiasis, yaitu pemberian
Ivermectin dua dosis penuh diberikan 2 minggu terpisah, topikal dan sistemik
menggunakan terapi steroid. Steroid efektif menekan hipersensitivitas kebal
terhadap larva, sehingga mengurangi pembengkakan, granulasi, dan nyeri. Fly
Control dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi pengusir lalat,
penggunaan kipas juga akan membantu untuk mengurangi jumlah lalat di
lingkungan. Selain itu, dapat juga dilakukan topical perawatan luka dengan
memakai salep yang tebal (seperti Vet yang Lengkap ® Luka Creme) untuk
menutup luka terbuka yang dapat membantu dalam mencegah lalat dan deposit
larva ke dalam jaringan.
Pengendalian terhadap habronemiasis relatif sulit dilakukan. Sanitasi dan
kebersihan kandang merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan populasi lalat. Penggunaan insektisida juga merupakan cara
digunakan untuk membunuh lalat dengan cara menyemprot kandang dengan
Lindane 0,03-0,05 %, Toxaphene 0,5%, Metoxychlor 0,05 %, Coumaphos 0,125
%, Dioxanthion 0,15 %, Malation 0,5 %, atau Ronnel 0,75 %. Pemberian
dichlorvos dalam minyak mineral diberikan setiap hari juga mampu mengusir lalat
untuk hinggap dipermukaan tubuh hewan. Selain dichlorvos bisa juga digunakan
coumophos, malathion atau tetrachlorvinphos yang diberikan 2 sampai 3 kali
seminggu dalam sediaan tabur. Aplikasi insektisida dapat dilakukan dengan cara
Dipping (populasi ternak banyak), spraying, Back Rubber, Dust bag, Pour on,
lewat makanan dan menggunakan keping resin (seperti kalung).
DAFTAR PUSTAKA
Andrade, S.F. Manual de Terapêutica Veterinária. 2 ed. São Paulo: Roca, p.99-112,
2002.
Brown, RG dan Tony Burns. 2005. Dermatologi ed 8. Jakarta : EMS
Levine ND. 1990. Parasitologi Veteriner. Yogyakarta UGM Press.
Smith, B.P. Tratado de medicina interna de grandes animais. 1 ed. São Paulo:
Manole, v.2, 1994.