fitoakumulasi ion logam tembaga (cu2+) dan kobal …

39
Skripsi FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu 2+ ) DAN KOBAL (Co 2+ ) OLEH TANAMAN BAYAM MERAH (Amaranthus Tricolor L.) PADA TANAH TERCEMAR ALPIAN H311 16 023 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

Skripsi

FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+

) DAN KOBAL (Co2+

)

OLEH TANAMAN BAYAM MERAH (Amaranthus Tricolor L.)

PADA TANAH TERCEMAR

ALPIAN

H311 16 023

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020

Page 2: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+

) DAN KOBAL (Co2+

)

OLEH TANAMAN BAYAM MERAH (Amaranthus Tricolor L.)

PADA TANAH TERCEMAR

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana sains

Oleh:

ALPIAN

H311 16 023

MAKASSAR

2020

Page 3: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …
Page 4: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …
Page 5: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

v

LEMBAR PERSEMBAHAN

Sebab Aku mengetahui rancangan-rancangan yang Aku

rancangkan atasmu, firman YAHWEH, rancangan damai

sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk

memberikan kepadamu massa depan dan pengharapan.

YEREMIA 29:11

Page 6: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada TUHAN Yang Maha Esa karena

atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir yang berjudul “FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+

)

DAN KOBAL (Co2+

) OLEH TANAMAN BAYAM MERAH (Amaranthus

tricolor L.) PADA TANAH TERCEMAR” sebagai salah satu syarat yang

diajukan untuk menyelesaikan studi pada Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Departemen Kimia Universitas Hasanuddin. Tugas akhir ini

disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Kimia

Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Laboratorium

Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.

Penulis banyak menemui kendala dalam pelaksanaan maupun dalam

penulisan skripsi ini. Tapi berkat bantuan dari bantuan berbagai pihak maka

segala kendala dapat diatasi. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Keluarga tercinta, untuk Papa (Alm. Taruk) dan dan Mama (Uttik) yang

telah menyayangi, mencintai, mendukung, dan selalu mendoakan penulis

secara keseluruhan mulai dari penulis dalam kandungan hingga sampai

dewasa. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerja keras dari kedua

orang tuaku yang telah berjeri lelah mencari nafkah untuk membiayai

pendidikan hingga sampai di bangku perkuliahan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan jenjang pendidikan perguruan tinggi tanpa kekuaran

sesuatu apapun. Untuk adik-adikku tercinta Arnes dan Gabriel Gelfin, om

dan tante serta semua keluarga yang boleh terlibat sehingga penulis dapat

Page 7: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

vii

menyelesaikan pendidikan ini, terima kasih atas kasih sayang, perhatian,

motivasi dan dukungan doanya.

2. Bapak Dr. Eng. Amiruddin, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Imu

Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.

3. Bapak Dr. Abdul Karim, M.Si, selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas

Matematika dan Imu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.

4. Ibu Dr. Nursiah La Nafie, M.Sc dan Dr. Syarifuddin Liong, M.Si,

selaku pembimbing, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan, arahan, motivasi dan solusi mulai dari awal penelitian hingga

selesainya penulisan ini.

5. Ibu Prof. Dr. Nunuk Hariani S., MS dan ibu Erna Mayasari, S.Si,,

M.Si selaku tim penguji, atas segala diskusi dan saran yang telah diberikan

demi perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Indah Raya, M.Si, Bapak Dr. Dr. Abdul Karim, M.Si dan Ibu

Dr. Nursiah La Nafie, M.Sc selaku penasehat akademik, yang telah

memberikan saran, motivasi, dan dukungan selama masa studi.

7. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.

8. Seluruh dosen, staf dan karyawan Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.

9. Kepala Laboratorium Kimia Analitik, Kimia Anorganik, Biokimia, Kimia

Fisika, Kimia Organik, Kimia Dasar, Biologi Dasar, dan Fisika Dasar.

10. Seluruh Analis di Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin atas

segala fasilitas dan bantuan yang telah diberikan terkhusus Kak Fibyanti.

Page 8: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

viii

11. Teman dan sahabat tercinta William Mesalangi, Alexander Edward P.,

Patrick M. Wongso, Wira Harimurti AP. Tonapa, dan Maria

Elisabeth R. yang telah banyak membantu, memberi motivasi dan

dukungan doa kepada penulis selama masa studi.

12. Teman-teman sepelayanan di HEROES dan Magnet STRONGER YHS

Church Makassar senantiasa memberi motivasi dan dukungan doa

kepada penulis selama masa studi.

13. Kakak-kakak, teman-teman dan adik-adik sepelayanan di PMKO

Filadelfia MIPA_Farmasi Unhas dan GMKI Komisariat FMIPA

Unhas yang senantiasa memberi semangat dan dukungan doa kepada

penulis.

14. Teman Panel, Hasmawati Asri dan Putri Yunita Monique atas kerja

samanya, dukungan, dan semangat sehingga penelitian terselesaikan.

15. Teman-teman ENA-ENA; Michael, Rey, Septian, Fajar, Novi, Afdhal,

Mena, Dira, Eka dan Nisya yang telah banyak membantu dan berbagi

ilmu pengetahuan selama masa studi.

16. Teman-teman angkatan 2016 yang telah banyak membantu dan kerja sama

selama masa studi terkhusus KROMOFOR.

17. Teman-teman Legend of MIPA 4 yang telah banyak membantu dan

memberi motivasi selama masa studi.

18. Teman-teman KKN Desa Sehat Gowa gelombang 102 Kecamatan

Manuju, Desa Tamalatea: Riswan, Angra, Devi, Eka, Anita, Marwah,

Thira, Janna, dan Jumarni yang telah memberi dukungan dan motivasi.

Page 9: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

ix

19. Serta ucapan terima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah memberikan

bantuan secara langsung ataupun tidak langsung, yang tidak sempat kami

sebutkan satu per satu disini.

Atas segala kebaikan yang telah diberikan oleh berbagai pihak, penulis

mengucapkan banyak terima kasih, semoga TUHAN Yang Maha Esa membalas

kebaikan yang berlipat ganda kepada mereka.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca, kiranya dapat

memberikan sumbangan pemikiran demi kesempurnaan dan pembaharuan tugas

akhir ini.

Akhir kata, semoga TUHAN Yang Maha Esa melimpahkan kasih dan

Rahmat-Nya kepada kita dan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

Makassar, November 2020

Penulis

Page 10: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

x

ABSTRAK

Limbah dari aktivitas manusia mengandung ion logam berat Cu2+

dan Co2+

yang

dapat mencemari lingkungan. Pengolahan limbah yang mengandung ion logam

berat Cu2+

dan Co2+

dapat dilakukan dengan menggunakan teknik fitoremediasi.

Fitoremediasi merupakan proses pemulihan suatu lahan yang tercemar dengan

menggunakan suatu tanaman yang dapat bertindak sebagai remediasinya. Pada

penelitian ini digunakan tanaman bayam merah (Amaranthus Tricolor L.) untuk

mengakumulasi ion logam berat Cu2+

dan Co2+

. Tujuan penelitian ini adalah untuk

menentukan daya serap, sifat hiperakumulator dan mekanisme fitoremediasi

bayam merah dalam mengakumulasi ion logam berat Cu2+

dan Co2+

. Konsentrasi

ion logam berat Cu2+

dan Co2+

sebagai pencemar yang digunakan

yaitu 400 mg/kg. Konsentrasi ion logam berat Cu2+

dan Co2+

dapat diukur dengan

menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tanaman bayam merah (Amaranthus Tricolor L.) mampu

mengakumulasi ion logam berat Cu2+

dan Co2+

selama 23 hari secara

berturut-turut sebesar 60,33 mg/kg dan 111,10 mg/kg. Tanaman bayam merah

tidak bersifat hiperakumulator terhadap ion logam berat Cu2+

dan Co2+

. Jenis

mekanisme fitoremediasi yang terjadi pada akumulasi ion logam berat Cu2+

dan

Co2+

adalah fitostabilisasi.

Kata Kunci: Cu, Co, Fitoremediasi, Hiperakumulator, Amaranthus Tricolor L.

Page 11: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

xi

ABSTRACT

Waste from human activities contains heavy metal ions Cu2 +

and Co2+

which can

pollute the environment. Waste treatment containing heavy metal ions Cu2+

and

Co2+

can be done using phytoremediation techniques. Phytoremediation is the

process of restoring a contaminated land by using a plant that can act as a

remediation. In this research, red spinach (Amaranthus Tricolor L.) was used to

accumulate heavy metal ions Cu2+

and Co2+.

The purpose of this study was to

determine the absorption, hyperaccumulatory properties and phytoremediation of

red spinach in accumulating Cu2+

and Co2+

heavy metal ions. The concentrations

of heavy metal ions Cu2+

and Co2+

as pollutants used were 400 mg/kg. The

concentrations of heavy metal ions Cu2+

and Co2+

can be measured using an

Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). The results showed that red

spinach (Amaranthus Tricolor L.) was able to accumulate heavy metal ions Cu2+

and Co2+

for 23 days, respectively 60,33 mg/kg and 111,10 mg/kg. Red spinach

plants are not hyperaccumulator against heavy metal ions Cu2+

and Co2+

. The type

of phytoremediation that occurs in the accumulation of Cu2+

and Co2+

heavy metal

ions is phytostabilization.

Keywords: Cu, Co, Phytoremediation, Hyperaccumulator, Amaranthus Tricolor L

Page 12: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii

HALAMAN PENGEESAHAN .............................................................. iii

LEMBAR PEREMBAHAN ................................................................... v

PRAKATA ............................................................................................ vi

ABSTRAK ............................................................................................ x

ABSTRACT .......................................................................................... xi

DAFTAR ISI ......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvii

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN ............................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................... 4

1.3.1 Maksud Penelitian .............................................................. 4

1.3.2 Tujuan Penelitian ................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 6

2.1 Ftioremediasi ......................................................................... 6

2.2 Fitoremediasi Lingkungan yang Tercemar Logam Berat

Cu dan Co .............................................................................. 12

2.3 Logam Berat .......................................................................... 13

Page 13: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

xiii

2.3.1 Logam Berat Tembaga (Cu) ................................................ 14

2.3.2 Logam Berat Kobal (Co) ..................................................... 16

2.4 Tanaman Bayam Merah (Amaranthus Tricolor L.) ................. 17

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 22

3.1 Bahan Penlitian ....................................................................... 22

3.2. Alat Penelitian ....................................................................... 22

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................. 22

3.4 Prosedur Penelitian ................................................................. 22

3.4.1 Penyiapan Media Tanah ....................................................... 22

2.4.2 Pembuatan Tanah Terkontaminasi Ion Logam Cu2+

dan Co2+ .............................................................................. 23

3.4.3 Penyiapan Media Tanam ...................................................... 23

3.4.4 Penanaman Bayam Merah .................................................... 23

3.4.5 Perlakuan Sampel ................................................................. 24

3.4.5.1 Preparasi Sampel ............................................................... 24

3.4.5.2 Penentuan Kadar Air ......................................................... 24

3.4.5.3 Destruksi dan Analisis Kadar Ion Logam Cu2+ dan Co2+

pada Akar, Batang dan Daun ................................................... 24

3.4.6 Penentuan Kadar Ion Logam ................................................ 25

3.4.6.1 Pembuatan Deret Standar Larutan Cu dan Co .................... 25

3.4.6.2 Penentuan Konsentrasi Ion Logam .................................... 25

3.4.7 Penentuan Mekanisme Fitoakumulasi Ion Logam Berat ....... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 27

4.1 Hasil Analisis Pendahuluan ..................................................... 27

4.2 Kandungan Ion Logam Cu2+ dan Co2+ pada Akar,

Batang dan Daun Tanaman Bayam Merah............................... 28

Page 14: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

xiv

4.3 Mekanisme Akumulasi Ion Logam Cu2+ dan Co2+ ................... 31

4.3.1 Mekanisme Akumulasi Ion Logam Cu2+ dan Co2+

pada Tanaman Bayam Merah ............................................... 31

4.3.2 Distribusi Ion Logam Cu2+ dan Co2+ pada Tanaman

Bayam Merah ...................................................................... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 36

5.1 Kesimpulan ............................................................................. 36

5.2 Saran ....................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 37

LAMPIRAN .......................................................................................... 45

Page 15: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Klasifikasi Asam Basa Keras Lunak ................................................ 12

2. Kandungan Logam Berat dalam Tanah Secara Alamiah ................... 14

3. Kandungan Ion Logam Cu2+ dan Co2+ pada Tanah dan

Pupuk Kompos ................................................................................. 28

4. Sifat Kimia Tanah yang Digunakan .................................................. 28

5. Konsentrasi ion Logam Cu2+ dan Co2+ pada Akar, Batang dan Daun

Tanaman Bayam Merah .................................................................... 30

6. Nilai BCF dan TF ............................................................................. 33

7. Kadar Air pada Akar, Batang dan Daun Bayam Merah ...................... 34

Page 16: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Reaksi Logam Cu dengan Fitokelattin .............................................. 10

2. Reaksi Logam Co dengan Fitokelatin ............................................... 10

3. Tembaga ........................................................................................... 14

4. Kobal................................................................................................ 16

5. Tanaman Bayam Merah (Amaranthus Tricolor L.).................. .......... 17

6. Vitamin C dan Vitamin A ................................................................. 18

7. Distribusi Ion Logam Cu2+ dan Co2+ pada Tanaman ......................... 35

Page 17: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Bagan Kerja ...................................................................................... 44

2. Diagram Alir .................................................................................... 50

3. Perhitungan ...................................................................................... 51

4. Dokumentasi Pengamatan ................................................................. 62

5. Hasil Analisis Contoh Tanah ............................................................ 66

Page 18: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

xviii

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

HSAB = Hard Soft Acid Base

SSA = Spektrofotometer Serapan Atom

BAC = Biological Accumulation Coefficient

BCF = Biological Concentration Factor

TF = Translocation Factor

Page 19: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia berkembang dengan pesat. Saat

ini khususnya di Indonesia, ekonomi berkembang dengan pesat terutama dalam

bidang industri. Pembangunan industri yang begitu besar dan cepat akan

meningkatkan kualitas hidup manusia seiring dengan meningkatnya

perekonomian masyarakat. Pembangunan industri juga berdampak pada

menurunnya kualitas lingkungan karena pencemaran dari suatu industri dan

rumah tangga. Pembangunan yang begitu pesat dan penggunaan berbagai macam

bahan baku logam dapat menimbulkan dampak negatif (Widowati dkk., 2008).

Pembangunan industri juga memberikan dampak positif bagi masyarakat

luas, seperti pembangunan industri yang dapat menciptakan lapangan kerja bagi

masyarakat sekitar. Namun keberhasilan itu juga dapat berdampak negatif yang

merugikan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Pembangunan suatu kawasan

industri di daerah pertanian produktif menyebabkan berkurangnya luas lahan,

terjadinya pencemaran tanah yang dapat menurunkan hasil atau produksi

pertanian dan terganggunya kenyamanan serta kesehatan manusia atau makhluk

hidup lainnya (Darmono, 2001).

Penyebab pencemaran selain dari kegiatan industri, juga diakibatkan oleh

kegiatan pertanian dan kegiatan pertambangan, sehingga adanya kegiatan tersebut

memberikan produk sampingan atau limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah

organik maupun limbah anorganik (Mulyadi dan Nono, 2000). Limbah anorganik

Page 20: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

2

umumnya dihasilkan berupa logam berat. Logam berat adalah unsur dengan berat

molekul tinggi, yang bersifat toksik dalam kadar yang tinggi (Suprabawati dan

Yusi, 2015), berat jenisnya lebih besar dari 5 g/cm3 (Clemens dkk., 2002). Logam

berat dapat mencemari tanah maupun perairan. Pencemaran yang disebabkan oleh

logam berat memberikan dampak negatif untuk makhluk hidup, baik dari sifat

toksik maupun karsinogeniknya (Hardiani, 2009).

Logam berat merupakan unsur berbahaya yang dapat ditemukan di

permukaan bumi (Darmono, 1995). Logam berat pada umumnya berasal dari

limbah khususnya limbah yang mengandung bahan kimia. Beberapa logam yang

memiliki nilai toksisitas yang tinggi seperti timbal (Pb), tembaga (Cu), arsen (As),

kadmium (Cd), seng (Zn), merkuri (Hg) dan nikel (Ni) (Razikin, 2015).

Kobal (Co) dan tembaga (Cu) adalah bagian dari logam berat yang bersifat

esensial yang sangat dibutuhkan oleh organisme, akan tetapi dapat menimbulkan

efek racun dalam jumlah yang berlebihan (Irhamni dkk., 2017; Yanti dkk, 2013).

Pada umumnya, sumber pencemar kobal berasal dari kegiatan, industri logam,

pigmen, plastik, farmasi, limbah rumah tangga, aktivitas penambangan, cat,

kegiatan pertanian, tinta, maupun radionclida untuk perawatan medis (Purbalisa

dan Dewi, 2019). Logam tembaga (Cu) merupakan logam yang bersumber dari

aktivitas industri yang memiliki sifat toksik dalam tubuh dalam jumlah yang

berlebihan. Apabila ketersediaan logam Cu dalam tanah lebih besar dari

100 ppm sedangkan pada tanaman lebih dari 20 ppm, maka tanah dan tanaman

tersebut sudah tercemar oleh logam Cu (Wahyudi, 2011).

Page 21: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

3

Masalah kontaminasi dari logam berat dapat ditanggulangi dengan

menggunakan berbagai metode. Salah satunya adalah fitoremediasi. Fitoremediasi

merupakan salah satu metode di mana proses pemulihan suatu lahan yang

tercemar dengan menggunakan suatu tanaman yang dapat bertindak sebagai

remediasinya. Tanaman yang bertindak sebagai agen remediasi mampu

mengakumulasi ion logam pada konsentrasi yang tinggi tanpa mengalami

penurunan hasil akibat keracunan logam (Hardiani, 2009). Salah satu contoh

adalah tanaman bayam merah (Amaranthus Tricolor L.) (Raziki, 2015). Tanaman

Amaranthus Tricolor L. mengandung protein dengan gugus amina (-NH2), gugus

sulfuhidril (-SH) dan gugus karboksil (-COOH). Selain itu pada jaringan tanaman,

terdapat dinding sel yang penyusunnya adalah lignin dan selulosa yang

mengandung gugus hikdroksil (-OH) yang mampu mengikat logam berat

(Mohamad, 2013).

Beberapa penelitian terkait mengenai penggunaan tanaman yang dapat

digunakan dalam menanggulagi cemaran logam berat pada tanah. Junyo dan

Handayanto (2017) menggunakan varietes tanaman sawi untuk menyerap logam

merkuri (Hg) yang mampu menurunkan kadar logam merkuri dalam tanah dan

tanaman tersebut bersifat fitostabilisator. Jenis varietes sawi yang menyerap

logam merkuri dengan baik yaitu pakcoy (brassica rapa) sebesar 0,311 ppm.

Viobeth dkk., (2012) meneliti kemampuan tanaman kiambang untuk menyerap

logam nikel (Ni) dapat menurunkan konsentrasi nikel sebesar 2,5 mg/L dan 3

mg/L. Suchaida dkk., (2015) menggunakan tanaman kangkung darat (Ipomea

reptans poir) dengan kemampuan menyerap logam besi (Fe) sebesar 13,9 % dan

logam aluminium (Al) sebesar 11 %. Mohamad (2012) menggunakan tanaman

bayam (Amaranthus spinosus L.) untuk menyerap logam kadmium (Cd) dengan

Page 22: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

4

hasil pada daun sebesar 7,659 %, batang sebesar 6,429 % dan akar sebesar

5,585 %.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pada

penelitian ini menggunakan tanaman bayam dengan spesies yang berbeda yaitu

tanaman bayam merah (Amaranthus Tricolor L.) untuk meremediasi logam kobal

dan tembaga dari tanah. Penggunaan tanaman bayam merah (Amaranthus Tricolor

L.) pada penelitian ini merujuk pada penelitian Mohamad (2015).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. berapa besar kemampuan tanaman bayam merah (Amaranthus Tricolor L.)

dalam mengakumulasi ion logam Cu2+

dan Co2+

?

2. apakah tanaman bayam merah (Amaranthus Tricolor L.) bersifat

hiperakumulator terhadap ion logam Cu2+

dan Co2+

?

3. bagaimana mekanisme akumulasi tanaman bayam merah (Amaranthus

Tricolor L.) terhadap ion logam Cu2+

dan Co2+

?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menentukan kemampuan tanaman

bayam merah (Amaranthus Tricolor L.) dalam mengakumulasi ion logam Cu2+

dan Co2+

.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. menentukan kemampuan tanaman bayam merah (Amaranthus Tricolor L.)

dalam mengakumulasi ion logam Cu2+

dan Co2+

.

Page 23: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

5

2. menentukan tanaman bayam merah (Amaranthus Tricolor L.) bersifat

hiperakumulator terhadap ion logam Cu2+

dan Co2+

.

3. menentukan mekanisme akumulasi tanaman bayam merah (Amaranthus

Tricolor L.) terhadap ion logam Cu2+

dan Co2+

.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi

tentang tanaman bayam merah (Amaranthus Tricolor L.) yang dapat digunakan

sebagai tanaman akumulator terhadap ion logam Cu2+

dan Co2+

.

Page 24: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fitoremediasi

Fitoremediasi merupakan suatu kegiatan untuk memulihkan atau

membersihkan permukaan tanah yang terkontaminasi logam berat dengan

memanfaatkan tanaman yang dapat menyerap logam berat tersebut (Raras dkk.,

2015; Wulandari ddk., dalam Khairuru, 2015; Wahyudi, 2011). Metode

fitoremediasi berkembang dengan cepat dikarenakan metode ini memiliki

keunggulan dimana secara finansial biaya yang digunakan relatif murah jika

bandingkan degan metode lain. Fitoremediasi juga dikenal dengan istilah

fitoteknologi yang merupakan bagian dari konsep teknologi alami yang

memusatkan pada peran tumbuhan sebagai proses penyelesaian masalah

lingkungan (Permen Kesehatan No. 492 Tahun 2010).

Fitoremediasi sudah lama diterapkan dengan menggunakan tanaman

sebagai agen untuk membersihkan lingkungan ataupun sebagai penyegar udara

disekitar (Prianto dan Priyitno, 2006). Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari

beberapa konsep dasar yaitu (Pivetz, 2001):

1. fitoekstraksi yaitu penyerapan zat kontaminan oleh tumbuhan dari media

sehingga berakumulasi di sekitar akar tumbuhan dan selanjutnya

ditranslokasi ke dalam organ tumbuhan. Tanaman yang bersifat sebagai

fitoekstraksi disebut dengan hiperakumulator. Apabila polutan telah

terakumulasi, maka tanaman tersebut dapat dipanen namun tidak dapat

Page 25: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

7

dikonsumsi. Selanjutnya akan dimusnahkan dengan insinerator kemudian

dilandfiling. Proses ini baik untuk dekontaminasi zat-zat anorganik.

2. rizofiltrasi adalah proses penyerapan polutan oleh tanaman dimana akan

berlaku apabila medium yang tercemar adalah badan perairan.

3. fitostabilisasi yaitu penempelan zat-zat kontaminan tertentu pada akar

sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media. Proses ini akan

mengurangi mobilisasi kontaminan.

4. rizodegdradasi yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas mikroba

yang berada di sekitar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi atau bakteri.

5. fitodegdradasi yaitu proses oleh tumbuhan untuk menguraikan zat

kontaminan yang memiliki molekul kompleks menjadi bahan yang tidak

berbahaya dengan susunan molekul yang lebih sederhana, yang dapat

berguna bagi pertumbuhan tumbuhan tersebut.

6. fitovolatilisasi yaitu proses penyerapan polutan oleh tanaman yang

kemudian polutan tersebut diubah menjadi senyawa yang bersifat volatil.

Teknik ini lebih tepat untuk fitoremediasi senyawa-senyawa organik yang

pada umumnya bersifat volatil.

Proses penyerapan dan akumulasi suatu logam berat oleh tanaman dibagi

menjadi tiga tahapan yaitu (Patandungan dalam Handayani, 2013):

1. penyerapan melalui akar tanaman. Dalam proses penyerapan polutan oleh

suatu tanaman umumnya polutan tersebut harus berbentuk larutan

sehingga dapat diserap oleh akar tanaman. Akar tanaman akan menyerap

Page 26: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

8

air dan senyawa yang dapat larut dalam air. Sedangkan senyawa yang

bersifat hidrofobik akan diserap oleh permukaan tanaman itu sendiri.

2. penyebaran logam dari akar ke bagian tanaman lain. Pada proses ini,

setelah polutan menembus lapisan endodermis akar tanaman kemudian

diteruskan ke bagian atas tanaman melalui jaringan pengangkut yaitu xilem

dan floem ke bagian tanaman lainnya.

3. penyebaran logam pada sel jaringan. Dalam proses ini tanaman akan

berusaha untuk mencegah keracunan logam terhadap selnya dengan cara

menimbun logam di dalam organ tertentu seperti pada akar agar tida

meghambat proses metabolisme tanaman.

Fitoakumulasi atau biasa disebut juga fitoekstraksi adalah salah satu

metode dalam fitoremediasi yang mencakup 4 hal utama yaitu pengelolaan

tanaman pada lokasi yang tercemar, pemindahan logam melalui biomassa yang

dipanen, dilakukan perlakuan terhadap biomassa yang dipanen dan penghilangan

logam dari biomassa yang dipanen. Proses fitoakumulasi sangat baik dilakukan

untuk memindahkan kontaminan, terutama kontaminan dari tanah yang kemudian

mengisolasinya tanpa merusak struktur dan kesuburan tanah. Salah faktor yang

harus diperhatikan pada metode ini adalah tanaman yang digunakan harus dapat

mengekstrak logam dalam konsentrasi yang tinggi ke dalam akar, yang kemudian

mengalokasikannya ke tajuk sehingga dapat memproduksi tanaman dalam jumlah

yang besar. Faktor lain yang perlu diperhatikan pada tanaman adalah laju

pertumbuhan, selektifitas elemen, resisten terhadap penyakit serta metode panen

(Purakayastha dan Chlonkar, 2010).

Page 27: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

9

Proses reklamasi dengan metode fitoremediasi saat ini mengalami

perkembangan yang begitu pesat. Hal ini dikarenakan teknik ini lebih murah jika

dibandingkan dengan metode lainnya. Fitoremediator dapat berupa semak, herbal

maupun pohon. Pada umunya semua tumbuhan dapat menyerap logam berat

dalam jumlah yang bervariasi. Akan tetapi ada juga tumbuhan yang mampu

menyerap logam berat dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Penelitian terkait

keberhasilan penggunaan tanaman sebagai agen remediasi sudah banyak

dibuktikan (Rondonuwu, 2014).

Kandungan logam berat dalam tanah bukan tolak ukur yang baik dari

ketersediaan logam untuk tanaman (Davies dkk., 2002). Logam yang telah diserap

oleh tanaman dapat dihilangkan dari tempat kontaminasi tanaman dapat di

tempatkan pada pembuangan limbah berbahaya untuk diproses lebih lanjut.

Logam berat dapat diikat oleh protein yang ada pada tanaman. Protein yang ada

pada tanaman adalah suatu polimer dari asam amino yang kemudian dihubungkan

dengan ikatan peptida. Kemampuan logam berat untuk berikatan dengan protein

yang kemudian dapat membentuk kelat protein yang diketahui bahwa gugus

karboksil (-COOH) dan amina (-NH2) dapat bereaksi dengan logam berat Cu.

(Mohamad, 2011).

Menurut Chen dan Cutright (2002) bahwa, ada dua gugus fungsi yang

terlibat dalam membantu proses penyerapan logam berat yaitu produksi senyawa

logam pengkelat untuk membentuk senyawa kompleks yang lebih mobile dan

kurang beracun dan kelarutan logam yang dapat mengasamkan rhizophere.

Apabila tanaman terkontaminasi logam berat, maka tanaman tersebut

menghasilkan fitokelat yang dapat membantu dalam kedua fungsi tersebut untuk

memfasilitasi proses penyerapan logam berat. Fitokelatin adalah reaktif peptida-

Page 28: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

10

tiol yang terdiri dari glutation (Glu), sistein dan glisin (Gupta dkk., 2004; Yang

dkk., 2005). Glutation adalah antioksidan alami yang digunakan pada reaksi

enzim selama pembentukan fitokelatin. Fitokelatin akan menyimpan logam berat

dalam vakuola yang merupakan sel tempat penyimpanan cadangan makanan pada

tumbuhan (Schützendübel dan Polle, 2001). Apabila logam berat Cu dan Co

berikatan dengan fitokelatin, makan akan terbentuk ikatan sulfida di ujung

belerang pada sistein. Reaksi pengikatan logam Cu dan Co dengan fitokelatin

dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Reaksi Logam Cu dengan Fitokelatin

Gambar 2. Reaksi Logam Co dengan Fitokelatin

Page 29: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

11

Penyerapan logam berat oleh tanaman yang nantinya akan berikatan

dengan protein membentuk senyawa kompleks melalui ikatan koordinasi sebagai

hasil penggunaan elektron secara bersama-sama. Suatu kation yang mempunyai

daya polarisasi tinggi disenangi oleh ligan karena kerapatan muatan positif tinggi

sehingga menghasilkan interaksi yang kuat. Ion-ion logam yang bermuatan positif

besar, bilangan oksidasi tinggi memberikan polarisabilitas kecil yang

dikelompokkan dalam asam keras dan sebaliknya ion-ion yang bermuatan kecil

atau nol termasuk dalam kelompok asam lunak. Ligan-ligan dengan atom donor

yang sangat elektronegatif merupakan basa keras (Meriatna, 2008).

Menurut konsep yang telah dijabarkan oleh Lewis bahwa asam adalah

spesi yang dapat menerima pasangan elektron dan basa adalah suatu spesi yang

dapat mendonorkan pasangan elektron. Asam dan basa keras umumnya dijelaskan

dari segi interaksi ionik, sedangkan asam dan basa lunak dapat dibandingkan

dengan asam dan basa keras dan lebih bersifat kovalen. Asam keras cenderung

mengikat basa keras, asam lunak mengikat basa lunak. Kuat ikatan semakin besar

jika polaritas semakin besar. Ditinjau dari kekuatan asam, dalam teori HSAB

(Hard Soft Acid Base), ion Cu(II) dan Co(II) digolongkan kedalam borderline.

Menurut teori HSAB (Hard Soft Acid Base) yaitu asam keras akan mudah

berinteraksi dengan basa keras, sedangkan asam lemah mudah berinteraksi dengan

basa lemah, sehingga ion logam Cu(II) dan Co(II) akan mudah berinteraksi

dengan gugus aktif yang terdapat pada tanaman bayam merah (Amaranthus

tricolor L.) yaitu gugus amina (–NH) dan gugus hidroksi (-OH) yang merupakan

basa keras (Robert, 1992). Berikut pada Tabel 1 merupakan tabel klasifikasi asam

basa keras lunak.

Page 30: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

12

Tabel 1. Klasifikasi Asam Basa Keras Lunak (Huheyy dkk., 1997) Keras Menengah Lunak

Asam

H+, Li

+, Na

+, K

+,

Be2+

, Mg2+

,Ca2+

, Cr2+

,

Cr3+

, Al3+

, Mn2+

, BF3

Fe2+,

Co2+

, Ni2+

,

Cu2+

, Zn2+

, Pb2+

Bi3+

, SO2,

Pd2+

, Pt2+

, Cu+, Ag

+,

Au+, Cd

2+, Hg

2+, , Hg

2+,

BH3, TI+

Basa

NH3, H2O , OH-, O

2-,

CO32-

, NO3-, PO4

3-

SO42-

, ClO4-, F

-

C5H5N, C5H5N, NO2-,

SO32-

, Br-,

H-, R

-, C6H5, CN

-, CO,

SCN-, R3P, R2S, RSH,

RS-, I

-

2.2 Fitoremediasi Lingkungan yang Tercemar Logam BSerat Cu dan Co

Secara umum tanaman memiliki sifat yang mampu menyerap ion-ion dari

lingkungannya ke dalam organ tanaman tersebut melalui membran sel. Ada dua

sifat yang dimiliki tanaman dalam menyerap ion yaitu adanya faktor konsentrasi,

dimana kemampuan tanaman dalam menyerap ion sampai tingkat konsentrasi

tertentu, bahkan dapat mencapai beberapa tingkat lebih besar dari konsentrasi ion

didalam mediumnya dan adanya perbedaan secara kuantitatif akan kebutuhan

unsur hara yang berbeda pada tiap jenis tanaman (Fitter dan Hay, 1991 dalam

Panjaitan, 2009).

Tanaman bayam merah memiliki peran sebagai penyerap, pengangkut

maupun penimbun zat yang memiliki sifat toksik yang berasal dari lingkungan

tempat bayam merah tersebut tumbuh. Salah satu zat yang bersifat toksik adalah

logam berat. Bayam merah akan menyerap logam berat yang ada dalam tanah

dengan menggunakan akarnya. Selanjutnya logam berat tersebut akan

terakumulasi dari akar menuju ke batang hingga ke daun bayam merah.

Akumulasi logam dalam suatu tanaman dapat dijabarkan sebagi Biological

Accumulation Coefficient (BAC) yang merupakan rasio konsentrasi logam dalam

tajuk tanaman dengan konsentrasi logam dalam tanah. Tanaman yang memiliki

Page 31: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

13

nilai BAC > 1 maka mekanisme penyerapan tanaman tersebut adalah fitoekstraksi

(Handayanto dkk., 2019). Mobilitas logam berat dari media tercemar ke dalam

akar tanaman dan kemampuan tanaman tersebut untuk mentranslokasikan logam

dari akar ke tajuk dapat pula dievaluasi menggunakan Biological Concentration

Factor (BCF) dan Translocation Factor (TF). Biological Concentration Factor

adalah rasio konsentrasi logam dalam akar tanaman dengan konsentrasi logam

dalam tanah, sedangkan Translocation Factor adalah rasio konsentrasi logam

dalam tajuk tanaman dengan konsentrasi logam dalam akar tanaman. Tanaman

dengan nilai BCF > 1 dan TF < 1 maka mekanisme penyerapan tanaman tersebut

adalah fitostabilisasi (Handayanto dkk., 2019).

2.3 Logam Berat

Logam umumnya berasal dari kerak bumi berupa bahan murni. Pada

dasarnya logam mula-mula diambil dari wilayah pertambangan di kerak bumi atau

bawah tanah. Logam yang telah diambil yang kemudian dicairkan dan murnikan

dalam pabrik (Palar, 2008). Logam berat adalah suatu unsur logam yang memiliki

berat molekul tinggi dan bersifat toksik dalam kadar yang tinggi (Suprabawati dan

Yusi, 2015). Logam berat berbahaya karena rapat jenis yang tinggi dan

konsentrasi dalam jumlah kecil dapat bersifat racun dan berbahaya. Logam berat

dapat ditemukan pada alat rumah tangga, baterai, rokok, bensin dan material

lainnya (Alloway, 2013). Logam berat juga dikategorikan sebagai zat pencemar

karena sifatnya yang sangat stabil dan sulit untuk terurai (Sandro dkk., 2013).

Menurut Murniasih dan Sukirno (2012) bahwa logam berat yang sifatnya

berbahaya yang sering mencemari lingkungan yaitu merkuri (Hg), timbal (Pb),

arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr) dan nikel (Ni). Logam berat tersebut

Page 32: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

14

dapat terakumulasi di dalam tubuh mikroorganisme dan tetap tinggal dalam

jangka waktu yang lama sebagai racun. Pada umumnya kandungan logam berat

dalam tanah sangat rendah, kecuali tanah yang sudah tercemar. Kandungan logam

berat yang ada dalam tanah sangat mempengaruhi tanaman yang tumbuh di atas

tersebut, kecuali terjadi interaksi di antara logam itu sehingga terjadi hambatan

penyerapan logam tersebut oleh tanaman. Akumulasi logam dalam tanah tidak

hanya tergantung pada kandungan logam yang ada pada tanah, akan tetapi juga

bergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah dan spesies tanaman

yang sensitif terhadap logam berat tertentu (Widyaningrum dkk., 2007). Berikut

merupakan Tabel kandungan logam berat dalam tanah secara alamiah:

Tabel 2. Kandungan Logam Berat dalam Tanah Secara Alamiah (Alloway dan

Peterson, 1995)

Logam Berat Kandungan dalam tanah (Rata-rata, mg/kg)

As (arsenik) 100

Co (kobal) 8

Cu (tembaga) 20

Pb (timbal) 10

Zn (seng) 5

Cd (kadmium) 0,06

Hg (merkuri) 0,03

2.2.1 Logam Berat Tembaga (Cu)

Gambar 3. Tembaga (Sumber: www.wikipedia.com)

Page 33: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

15

Tembaga adalah salah satu unsur logam transisi yang berwarna cokelat

kemerahan. Tembaga memiliki lambang Cu dengan nomor atom 29. Massa atom

relatif 63,546 gram/mol, titik didih 2567 oC dan titik lebur 1983,4

oC .Tembaga

memiliki sifat mudah dibentuk, lunak dan konduktor panas yang sangat baik

(Sunardi, 2006; Agusti, 2019). Logam berat Cu memiliki sifat beracun dan

berbahaya. Namun tembaga juga banyak dimanfaatkan dalam industri, terutama

dalam industri eletroplating, tekstil dan industri logam (alloy). Ion Cu(II) dapat

pula terakumulasi di otak, jaringan kulit, hati, pangkreas, dan miokardium

(Fitriyah dkk., 2013).

Sunardi (2006) menjelaskan bahwa, ada beberapa kegunaan tembaga (Cu)

yaitu sebagai berikut:

1. digunakan untuk membuat alat-alat listrik contohnya kabel,

2. digunakan sebagai campuran atau paduan logam seperti kuningan,

perunggu alniko, monel, dan paduan-paduan logam lainnya,

3. senyawa CuSO4 digunakan untuk menguji kemurnian alkohol, dan sebagai

campuran pereaksi Fehling A dan Fehling B yang berguna untuk menguji

senyawa hidrokarbon yang mengandung gugus aldehid. Tembaga(II)

hidroksida dalam larutan NH4OH digunakan untuk melarutkan selulosa

pada pembuatan rayon,

4. campuran Cu(OH)2 dan CaSO4 digunakan sebagai obat anti hama dan

serangga.

Unsur tembaga umunya ditemukan di alam dalam bentuk logam bebas,

akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk senyawa. Tembaga termasuk

dalam kelompok logam esensial, dibutuhkan oleh organisme sebagai kofaktor

enzim dalam proses metabolisme tubuh dalam kadar yang rendah, sedangkan

bersifat beracun apabila dalam kadar yang tinggi (Fitriyah dkk., 2013). Akibat

Page 34: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

16

yang ditimbulkan oleh tembaga pada dosis yang rendah yaitu dapat menimbulkan

rasa kesat, korosi pada pipa, sambungan dan peralatan dapur, sedangkan apabila

terakumulasi dalam tubuh dengan kadar yang tinggi dapat mengakibatkan

kerusakan pada ginjal, hati, muntaber, pusing kepala, anemia, koma dan dapat

meninggal (Suryati, 2011).

Asam nitrat kepekatan sedang dengan konsentrasi 8 M dapat melarutkan

tembaga menurut reaksi sebagai berikut:

Cu(s) + 2NO3- (aq) + 4H

+ (aq) Cu

2+ (aq) + 2NO2 (g) + 2H2O (l)

Tembaga memiliki dua deret senyawa. Senyawa tembaga (I) diturunkan

dari tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah dan mengandung ion Cu+.

Umumnya garam tembaga (I) tidak larut dalam air, namun mudah dioksidasi

menjadi senyawa tembaga (II). Garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik

dalam bentuk hidrat maupun dalam bentuk larutan air (Taufikurrahman, 2016).

2.2.2 Logam Berat Kobal

Gambar 4. Kobal (Sumber: www.wikipedia.com)

Kobal adalah salah satu unsur kimia dengan lambang Co. Kobal memiliki

nomor atom 27 dengan massa atom relatifnya 58,9331 gram/mol. Titik didih dan

titik lebur kobal secara bertut-turut yaitu 2627 oC dan 1495

oC. Logam kobal

merupakan logam transisi yang terdapat pada golongan VIII B. Umumnya, unsur

Page 35: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

17

kobal digunakan pada pembuatan kertas perak dan kawat. Kobal dapat berikatan

dengan perak, nikel, tembaga, timbal maupun biji besi yang dapat didapatkan

pada hasil produksi. Unsur kobal banyak digunakan sebagai bahan dalam kegiatan

industri seperti campuran pembuatan mesin pesawat, alat penggiling, magnet,

keramik, pewarna kaca, cat, dan keramik (Cotton dan Wilkinson, 1988).

Menurut US Department of Health and Human Services, bahwa kebutuhan

kobal dalam tubuh sekitar 0,02-0,10 mg/kg/hari (Muarip, 2012). Vitamin B12

mengandung sekitar 4 % kobal. Penyebab utama defisiensi kobal adalah

kekurangan vitamin B12. Kekurangan kobal menyebabkan malas, nafsu makan

berkurang, bobot badan menurun, lemah, dan anemia (Arifin, 2008). Meskipun

kobal memiliki sifat toksik, namun juga diperlukan manusia dan hewan sebagai

koenzim pembentuk vitamin B12, sebagai pembentuk folat maupun membantu

dalam proses metabolisme lemak. Keracunan kobal pada manusia dapat

menyebabkan kardiomyopatby dan dapat membahayakan otot jantung (Purbalisa

dan Dewi, 2019).

2.3 Tanaman Bayam Merah (Amaranthus Tricolor L.)

Salah satu sayuran yang sangat berguna bagi kesehatan dan bernilai

ekonomis yang tinggi karena kandungan seratnya yang tinggi adalah bayam

Gambar 5. Bayam Merah (Sumber: Rukmana, 1995)

Page 36: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

18

merah (Amaranthus tricolor L.) (Setyorini dan Husnain, 2004). Bayam merah

merupakan salah satu anggota famili Amaranthaceae yang memiliki karakter

sangat mudah menyesuaikan dengan perubahan iklim. Dalam pertumbuhannya,

bayam merah memerlukan suatu unsur hara yang salah satunya yaitu nitrogen

sebagai makronutrien (Wan dkk., 2015).

Bayam juga termasuk dalam tanaman pangan yang serbaguna dimana

tahan terhadap perubahan lingkungan baik stress biotik ataupun abiotik sehingga

sangat mudah dibudidayakan (Khanam dan Oba, 2013). Umumnya tanaman

bayam yang banyak dimanfaatkan di Asia Tenggara termasuk Indonesia yaitu

bayam merah (Amaranthus tricolor L.). Amaranthus tricolor L. memiliki warna

daun berwarna merah karena adanya pigmen merah yang mana termasuk dalam

senyawa fenolik yaitu antosianin yang berperan sebagai antioksidan dimana

berfungsi untuk mencegah terjadinya pembentukan radikal bebccas (Amin dkk.,

2006; Rangkuti dkk., 2017). Daun dewasa bayam merah mengandung betasianin

yang dapat memberi warna merah-ungu (Khandaker dkk., 2010). Daun bayam

merah mengandung senyawa protein, lemak, karbohidrat, kalsium, zat besi,

karotenoid, vitamin C (tertera pada gambar 4a), fenolik, vitamin A (tertera pada

gambar 4b), flavonoid, mineral dan serat (Amin dkk., 2006; Khandaker dkk.,

2010; Khanam dan Oba, 2013).

(a) (b)

Gambar 6. (a) Vitamin C, (b) Vitamin A

Page 37: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

19

Menurut Fazria (2011) bayam merah dapat diklasifikasikan dalam

sistematika tumbuhan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dycotiledoneae

Ordo : Amaranthales

Family : Amaranthaceae

Genus : Amaranthus

Spesies : Amaranthus tricolor L.

Pada umumnya morfologi tanaman bayam merah dapat diuraikan dengan

ciri-ciri dimana batang berdiri tegak, namun ada juga bayan yang batangnya

menjalar, bercabang maupun tidak bercabang. Warna batangnya berwarna merah

atau warna kombinasinya. Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak

meruncing dimana urat-urat pada daun terlihat jelas. Warna daun berwarna merah

(Hadisoeganda, 1996). Bunga tersusun dalam malat dimana tumbuh dengan tegak

yang keluar dari ujung tanaman ataupun dari ketiak-ketiak daun (Ariyanto, 2008).

Pada biji bayam merah terbelah dua, warna kulit biji hitam ataupun cokelat tua.

Ukuran biji sangat kecil, bentuknya bulat dan berwarna cokelat tua mengkilap.

Sistem perakaran pada bayam merah adalah akar tunggang dan menyebar. Akar

bayam merah berwarna putih kecokelatan dengan rambut akar yang banyak

(Hadisoeganda, 1996).

Tanaman bayam merah memiliki syarat tumbuh dimana dapat ditanam di

kebun atau di pekarangan rumah karena bayam dapat tumbuh sepanjang tahun

Page 38: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

20

pada musim hujan maupun musim kemarau dimana dapat ditanam di dataran

rendah atau tinggi. Idealnya penanaman bayam dapat dilakukan pada awal musim

hujan atau awal musim kemarau. Suhu udara yang tepat untuk penanaman bayam

merah yaitu sekitar 20-30 oC. Bayam merah akan tumbuh dengan baik pada pH

tanah sekitar 6-7. Apabila pH kurang dari 6 maka akan mengurangi unsur hara

yang terdapat dalam tanah. Sedangkan apabila pH diatas 7, maka tanaman bayam

merah akan mengalami klorosis. Penyebab utama mengalami klorosis selain pH

diatas 7 yaitu defisiensi unsur hara total. Gejalah klorosis ini memiliki ciri-ciri

yaitu timbulnya warna putih kekuningan terutama pada daun yang masi mudah

(Saparinto, 2013). Pertumbuhan bayam merah perlu juga diperhatikan faktor-

faktor iklim seperti sinar matahari, suhu dan kelembaban. Lokasi tempat

penanaman bayam merah harus mendapat sinar matahari penuh dan memiliki

tanah yang subur dan gembur serta banyak mengandung bahan organik. Kondisi

iklim yang diperlukan dalam pertumbuhan bayam merah adalah curah hujan

sekitar 1000-2000 mm dan kelembaban udara 50-60 % (Lestari, 2009).

Metode yang digunakan untuk menganalisis jumlah logam yang diserap

oleh tanaman bayam merah yaitu Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Raras

dkk., (2005), menyebutkan bahwa tanaman kayu apu mampu menyererap logam

Cu pada air tercemar selama pengukuran 4 minggu yaitu sebesar 4,18 ppm, 4,48

ppm, 3,75 ppm dan 2,53 ppm. Liestianty dkk., (2014) menggunakan kedelai

(Glycine max L) untuk mengakumulasi logam tembaga. Tanaman kedelai tersebut

mampu mengakumulasi logam tembaga sebesar 59,69 mg/g. Menurut Yuliani

dkk., (2013), tanaman Kiambang mampu menyerap logam berat dengan total

persentase logam Cu pada air limbah sebesar 81,68 % dari konsentrasi 20 ppm.

Page 39: FITOAKUMULASI ION LOGAM TEMBAGA (Cu2+) DAN KOBAL …

21

Kurnia dkk., (2004), menyatakan bahwa tanaman mendong (Fimbristyllis

globulosa) mampu menurunkan kadar logam Cu pada tanah dari yang semula 0,13

dan 58 ppm menjadi 50 ppm.

Handayanto dkk., (2017) dalam bukunya menyatakan bahwa, logam kobal

(Co) dapat diserap oleh tanaman Humaniastrum roberti sebesar 4000 kg/ha.

Parenreng dan Mabe (2016) menggunakan tanaman akar wangi (Vetiveria

Zizanioides) untuk menyerap logam kobal yang mampu menurunkan kadar logam

kobal sebesar 18,62 ppm. Penelitian yang dilakukan oleh Purbalisa dan Dewi

(2019) yang menggunakan bioremediator dan amelioran yang menurunkan kadar

logam kobal sebesar 76 %.