final pk 1

44
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK I PEMERIKSAAN DARAH RUTIN Oleh : Wisnu Satria A.K K1A004034

Upload: sidik-kaca-paiisan

Post on 06-Aug-2015

141 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: final pk 1

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK I

PEMERIKSAAN DARAH RUTIN

Oleh :

Wisnu Satria A.KK1A004034

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPROGRAM PENDIDIKAN DOKTER

PURWOKERTO

2006

Page 2: final pk 1

I. Tujuan

1. 1 Mengetahui cara pengambilan sampel darah vena

2. Mengetahui macam pemeriksaan darah rutin

3. Mengetahui cara pemeriksaan hemoglobin

4. Mengetahui cara menghitung jumlah lekosit

5. Mengetahui cara menghitung Laju Endap Darah (LED)

6. Mengetahui cara membuat apusan darah

II. Landasan Teori

Proses Pemeriksaan Dipengaruhi oleh berbagai macam sebab :

- Bahan pemeriksaan.

- Alat yang digunakan.

- Reagensia yang dipakai, batas kedaluwarsa dan kualitasnya.

- Suhu ruangan.

- Stabilitas tegangan listrik.

- Metode yang digunakan.

- Faktor pemeriksa :

Penguasaan materi

Ketelitian.

Keterampilan.

Motivasi.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan bahan untuk

pemeriksaan hematologi :

1. Faktor pemeriksa

- Tidak kasar / sabar.

- Tidak menakutkan terutama bila penderita anak kecil.

- Tidak menunjukkan sikap ragu – ragu.

- Terampil dan tidak ceroboh.

- Bekerja secara sistematis, aseptis dan bersih.

- Hindarkan pencemaran lingkungan.

- Perhatikan keselamatan orang lain dan diri sendiri.

Page 3: final pk 1

2. Faktor penderita

- Bila tidak ada keperluan tertentu, bahan pemeriksaan diambil dalam keadaan

puasa 12 jam.

- Bila penderita makan sesaat sebelum diambil darahnya, maka akan

meningkatkan volume plasma.

- Aktifitas fisik akan meningkatkan Hb, Eritrosit, LED.

- Posisi pada saat pengambilan tidur akan menurunkan nilai Hb dan Hematokrit.

- Beberapa jenis obat akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.

A. Sampling

Macam bahan pemeriksaan yang akan diambil sesuai dengan pemeriksaan

yang akan dilakukan. Misalnya darah vena : untuk darah rutin, darah kapiler untuk

hitung sel.

Macam bahan pemeriksaan :

1. Darah Vena

Darah Vena merupakan sampel darah yang dapat ditampung dengan atau

tanpa antikoagulan. Dengan darah vena dapat diperoleh bermacam – macam sampel

yaitu :

- Whole Blood / darah penuh - Defibrinated Blood

- Clot Blood - Plasma

- Serum

Daerah pengambilan pada :

Bayi baru lahir : Vena Umbilicalis.

Bayi : Vena Jugularis Eksterna.

Dewasa : Semua Vena superficial, terbaik Vena Mediana Cubiti.

Catatan :

- Daerah pengambilan mengalami kongesti akan menyebabkan hemokonsentrasi.

- Khusus untuk pemeriksaan koagulasi penusukan harus satu kali / tidak diulang-

ulang.

- Alat penampung harus bersih dan kering.

Page 4: final pk 1

- Jika ada penundaan pemeriksaan harus diberi antikoagulan.

- Pada saat menuang darah spuit ke dalam botol, jarum harus dilepas, tidak boleh

disemprotkan (harus dialirkan lewat dinding tabung) dan tidak boleh dikocok

terlalu keras.

2. Darah Kapiler

Sampel darah kapiler dapat digunakan untuk pemeriksaan :

- Hb - Golongan darah

- Hitung sel - Parasit malaria

- Mikrohematokrit

Daerah pengambilan pada :

Anak : Ujung ibu jari kaki.

Dewasa : Ujung jari tangan.

Karena suatu hal kadang – kadang kita tidak dapat segera melakukan

pemeriksaan sehingga kita memerlukan zat yang menyebabkan darah tidak membeku.

Ada macam – macam cara yang dilakukan :

1. Dengan memakai antikoagulansia.

2. Dengan memperoleh darah defebrilasi.

3. Dengan menggunakan alat – alat yang dilapisi silicon (dengan alat ini

pembekuan diperlambat).

Macam Antikoagulansia :

1. EDTA (Ethylen Diamine Tetra Acetic Acid)

- Dipakai dalam bentuk garam Natrium atau Kaliumnya.

- Sedikit toksik.

- Dipakai untuk hematologi rutin.

- Takaran yang diperlukan adalah 1 mg / ml darah.

- Bila dosis > 2 mg / ml darah akan menyebabkan :

Sel merah degenerasi.

Hematokrit menurun.

MCV menurun palsu.

MCHC meningkat palsu.

Trombosit meningkat palsu.

Page 5: final pk 1
Page 6: final pk 1

Digunakan untuk pemeriksaan :

- Rutin.

- Hematokrit.

- Osmotic Fragility Test.

- Golongan darah.

- Hitung sel.

- Tidak dapat digunakan dalam studi koagulasi, prothrombin time.

- Dapat digunakan dengan konsentrasi 10 %.

2. Heparin

- Takaran menurut Dacie : 12,5 – 17,5 IU / ml darah.

- Kosasih : 1,0 mg / 10 ml darah.

- Harga mahal

- Guna untuk pemeriksaan :

Osmotic Fragility Test.

Hemoglobin.

Hitung sel.

Hematokrit.

Golongan darah.

- Tidak dapat digunakan untuk darah hapus yang menggunakan cat

Romanowsky.

3. TSS (TRI SODIUM SITRAT)

- Dipergunakan dalam bentuk larutan : 0,106 M = 3,13 %

- Takaran = 9 volume darah : 1 volume antikoagulan.

- Digunakan untuk studi koagulasi.

4. NATRIUM SITRAT 3,8 %

- Tidak toksik.

- Aturan pakai :

Untuk studi koagulasi dipakai perbandingan darah dan antikoagulan

9:1.

LED dipakai darah dan antikoagulan 4 : 1.

Page 7: final pk 1

Dapat digunakan untuk pemeriksaan :

LED

Studi koagulasi

Transfusi

5. DOUBLE OXALAT

- Bersifat toksik.

- Digunakan dalam bentuk kering.

- Dengan takaran : 2 mg / ml darah.

- Mempengaruhi bentuk sel darah sehingga terjadi hemolisa.

- Dapat digunakan untuk pemeriksaan :

Kadar Hb.

LED.

Perhitungan sel darah

Pemeriksaan OFT

Golongan darah

6. NATRIUM FLUORIDE

- Harga mahal

- Digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah.

- Antikoagulan ini dapat mencegah glukolisis.

- Takaran pemakaian 10 mg / ml darah.

- Cukup dengan membasahi dinding spuit sudah cukup untuk 3 cc sampel darah.

7. ACD (Acid Citrate Dextrose)

- Takaran pakai tiap 1 ml untuk 4 ml darah.

- Dextrose untuk makanan darah sehingga darah dapat disimpan dalam waktu

lama.

- Pemeriksaan radioisotope (pemeriksaan hematologi).

Untuk pemeriksaan hematologi dapat mungkin tidak menunda pemeriksaan,

namun jika terpaksa menunda harus diberi antikoagulan. Batas waktu yang

disarankan jika darah disimpan ditemperatur ruang :

- Hb : relative stabil.

- Leukosit : 2 jam.

- Eritrosit / hematokrit : 6 jam.

- Hapusan darah : 1 jam.

- LED : 2 jam.

- Trombosit : 1 jam.

- Retikulosit : 6 jam.

Page 8: final pk 1

Jika bahan pemeriksaan hematologi harus kita kirim / rujuk ke lain tempat

maka harus diperhatikan hal – hal di bawah ini :

- Jarak tempat rujukan dengan batas kadaluwarsa.

- Penampung harus benar – benar rapat, terfiksir sehingga tidak ada yang

tumpah, tidak hemolisis karena goncangan, tidak ada es yang tercampur.

- Harus diberi es / es kering.

- Perhatikan proses pengangkutan jika kita tidak mengirim sendiri bahan

tersebut.

Pencatatan dan pelaporan sangat penting sebab walaupun semua proses

berjalan dengan baik kalau proses pencatatan dan pelaporan tidak baik, hasil yang

keluar juga tidak baik.

B. Darah Rutin

Macam pemeriksaan darah rutin antara lain:

1. Hemoglobin

2. Jumlah leukosit

3. Laju endap darah

4. Hitung jenis leukosit/ differensial counting

a. Pemeriksaan kadar hemoglobin

Kadar hemoglobin normal bervariasi tergantung:

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Geografi (tinggi rendahnya daerah)

Daerah tinggi : lebih sedikit O2→ jumlah eritrosit meninggi, kadar Hb meninggi

Daerah rendah : lebih banyak O2 → eritrosit menurun, kadar Hb menurun normal

Nilai rujukan menurut Dacie :

- Dewasa laki – laki : 12,5–18,0 gr %

- Dewasa wanita : 11,5–16,5 gr %

- Bayi < 3 bulan : 13,5–19,5 gr %

- Bayi > 3 bulan : 9,5–13,5 gr %

- Umur 1 tahun : 10,5–13,5 gr %

- Umur 3 – 6 tahun : 12,0–14,0 gr %

- Umur 10 – 12 tahun : 11,5–14,5 gr %

Page 9: final pk 1

Kriteria WHO untuk kadar hemoglobin :

Pria dewasa : 13 g/dl

Wanita tak hamil : 12 g/dl

Wanita hamil : 11 g/dl

Anak 6 bulan-6 tahun : 11 g/dl

6 tahun-14 tahun : 12 g/dl

Menurut WHO, kadar Hb wanita hamil dibagi menjadi 3 katagori :

- Normal : 11 g/dl atau lebih,

- Anemia ringan : 8 - < 11 g/dl dan

- Anemia berat : < 8 g/dl.

Pemeriksaan kadar hemoglobin dapat menggunakan metode:

Kalorimetrik / Fotoelektrik dengan cara cyanmethemoglobin / oxihemoglobin

Kalorimetri visual :

1. Tallquis 3. Haden Housser.

2. Spencer. 4. Sahli

Prinsip Pemeriksaan Hb Sahli :

Mengukur Kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb

menjadi asam hematin setelah penambahan HCl 0,1 N (tidak semua Hb terukur)

b. Hitung Jumlah Leukosit

Nilai Rujukan menurut Dacie :

Dewasa Pria : 4 – 11 ribu / mm3

Dewasa Wanita : 4 – 11 ribu / mm3

Bayi : 10 – 25 ribu / mm3

1 tahun : 6 – 18 ribu / mm3

12 tahun : 4,5 – 13 ribu / mm3

Prinsip Pemeriksaan :

Menghitung sel leukosit di dalam suatu larutan yang merusak sel – sel lain

dengan bilik hitung.

Page 10: final pk 1

c. Laju Endap Darah

Nilai Rujukan menurut :

     

JENIS KELAMIN DACIE WESTERGRREN

PRIA 0-5 mm/jam 0-15 mm/jam

WANITA 0-7 mm/jam 0-20 mm/jam

Macam Pemeriksaan Laju Endap Darah :

1. Westergreen.

2. Wintrobe (juga dapat mengukur hematokrit sekaligus)

3. Cutler.

4. Hellige Vollmer (menggunakan darah kapiler)

Prinsip Pemeriksaan :

Apabila sejmlah darah diberi antikoagulan, diletakkan dalam tabung gelas

dalam posisi tegak lurus maka sel – sel akan mengendap, sebaliknya plasma akan

bergerak ke atas. Hal ini karena perbedaan berat jenis.

Pemeliharaan alat :

- Tidak boleh dicuci dengan detergen.

- Dicuci dengan aquadest, dibilas dengan aceton.

d. Apus Darah

Prinsip Pemeriksaan Romanowsky

Yang digunakan pulasan menurut :

1. Wright.

2. Giemsa.

3. Pulasan paduan May Grunwald & Giemsa.

III. Alat dan Bahan

A. Sampling

Alat :

1. Disposible Spuit

2. Torniquet

3. Kapas

4. Botol Penampung

Bahan :

1. Alkohol 70 % 2. Antikoagulan (EDTA)

Page 11: final pk 1

B. Hb Sahli

Alat :

1. Hemomiter Sahli

- Tabung Pengencer panjang 12 cm, dinding bergaris mulai angka 2 (bawah)

s/d 22 (atas)

- Tabung standar Hb

- Pipet Hb dengan kare panjang 12,5 terdapat angka 20 μl

- Pipet HCl

- Botol tempat aquadest dan HCl 0,1 N

- Batang Pengaduk (dari kaca)

Bahan :

1. Sampel : Sampel Darah (EDTA) Vena / Darah Kapiler

2. Reagensia : HCl 0,1 N

C. Hitung Jumlah Leukosit

Alat :

1. Hemositometer : Bilik hitung (Improve Neubauer), pipet leukosit, pipet

eritrosit (tidak dipergunakan)

2. Cover glass dan mikroskop.

Bahan :

1. Sampel : Sampel Darah (EDTA) Vena / Darah Kapiler

2. Reagensia : Larutan Turk

- Gentian Violet 1 % : 1 ml

- Asam Asetat Glacial : 1 ml

- Aquadest ad : 100 ml

D. Laju Endap Darah

Alat :

1. Tabung Westergreen 2. Rak Westergreen

Bahan :

1. Sampel : Sampel Darah Vena

2. Reagensia : Larutan Natrium Sitrat 3,8 %

Page 12: final pk 1

E. Apus Darah

Alat :

1. Obyek Glass yang bersih

2. Spreader / Penggeser

3. Pipet Darah dan Pengaduk

4. Bak Pengecatan

5. Bak Pengeringan

6. Timer

7. Gelas Ukur

Bahan :

1. Sampel : Sampel Darah (EDTA) Vena atau Darah Kapiler

2. Reagensia :

a. Giemsa

b. Larutan Penyangga pH 6,4 atau dengan Aquadest pH 6,4

c. Methanol (90%) untuk fiksasi

IV. Cara Kerja

A. Sampling

1. Daerah proximal vena mediana cubiti dibendung agar tampak lebih jelas,

penderita diminta mengepal – ngepalkan tangannya.

2. Dilakukan desinfeksi pada daerah tersebut dengan kapas alkohol 70%.

3. Spuit diperiksa, adakah udara, jarum kencang, bisa dihisap dengan mudah.

4. Kulit ditegangkan setelah alkohol kering (tidak ditiup – tiup), ditusuk

dengan jarum dengan sudut 45 derajat, arah jarum sejajar dengan arah

vena, jarum menghadap ke atas.

5. Jarum diputar menghadap ke bawah setelah vena terasa tertusuk. Tusukan

dilanjutkan menghadap ke vena. Darah mengalir dengan sendirinya bila

tusukan tepat. Kepalan tangan dibuka, darah dihisap pelan-pelan. Darah

diambil pelan – pelan sesuai kebutuhan.

6. Torniquet dilepas, jarum ditarik kemudian ditekan dengan kapas alkohol.

Penderita diminta untuk tetap menekan dengan kapas alkohol.

7. Jarum dilepas dari spuit, darah dituang ke dalam botol penampung, dengan

cara mengalirkan darah lewat dindning botol penampung. Dicampur

perlahan – lahan dengan cara menggeser atau membolak – balikkan botol.

Page 13: final pk 1

B. Darah Rutin

a. Hb Sahli

1. Tabung Pengencer diisi dengan HCl 0,1 N sebanyak 5 tetes

2. Darah (EDTA) dihisap dengan pipet Hb sampai angka 20 μl, jangan sampai

ada gelembung udara yang ikut terhisap.

3. Darah yang ada di ujung pipet dihapus.

4. Darah dituang ke dalam tabung pengencer, bila masih ada darah dalam pipet

dibilas dengan HCl.

5. Dicatat waktunya.

6. Ditambahkan aquadest tetes demi tetes, diaduk dengan batang kaca

pengaduk.

7. Persamaan campuran dengan batang standar harus dicapai dalam waktu 3-5

menit setelah darah tercampur dengan HCl.

8. Diperiksa apakah warnanya sudah sama, bila sudah sama maka penambahan

aquadest dihentikan. Kadar Hb dibaca pada skala yang ada di tabung

pengencer / gr/ 100 ml darah.

b. Hitung Jumlah Leukosit

1. Bilik Hitung dicari dengan mikroskop, dicari kotak sedang di pojok ujung

bilik hitung.

2. Darah (EDTA) dihisap dengan pipet leukosit sampai angka 0,5 untuk

pengenceran 20 x atau sampai angka 1 untuk pengenceran 10 x (pada

praktium darah dihisap sampai angka 0,5 atau pengenceran 20x)

3. Darah yang ada di ujung pipet dihapus.

4. Dalam keadaan darah masih di dalam pipet, Larutan Turk dihisap sampai

garis tanda 11.

5. Pengambilan darah maupun Larutan Turk dilakukan dengan hati – hati jangan

sampai ada gelembung udara, jika ada gelembung udara maka harus

diulang.

6. Pipet diangkat dari cairan, lalu ujung pipet ditutup dengan ujung jari dan

karet penghisap dilepaskan.

7. Dikocok dengan arah horizontal selama 15 – 30 detik.

Page 14: final pk 1

8. Tiga tetes pertama dibuang.

9. Dituang pada bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup dan

diletakkan di mikroskop.

c. Laju Endap Darah

1. Larutan Natrium Sitrat 3,8% yang steril dihisap dalam semprit yang steril.

2. Dilakukan pungsi vena dengan semprit tersebut dan dihisap 1,6 ml darah

sehingga mendapatkan 2,0 ml campuran.

3. Campuran dimasukkan ke dalam tabung dan dicampur dengan baik.

4. Campuran darah dihisap ke dalam Pipet Westergreen sampai garis bertanda 0

mm, lalu pipet dibiarkan dalam keadaan tegak lurus dalam Rak Westergreen

selama 60 menit.

5. Dibaca tingginya lapisan plasma dengan milimeter dan dilaporkan angka

tersebut sebagai laju endap darah.

d. Apus Darah

1. Diambil Obyek Glass yang bersih, diletakkan 1 tetes darah (tidak melebihi 2

mm).

2. Tetesan darah (EDTA) disentuh dengan spreader, darah akan melebar

sepanjang spreader.

3. Spreader didorong ke arah kiri dengan sudut 450 kemudian dikeringkan.

4. Preparat diamati dan baik jika :

a. Tipis

b. Rata

c. Tidak terputus – putus

d. Ekor tidak robek

e. Bentuk seperti peluru

Page 15: final pk 1

Sediaan dibiarkan kering di udara, dan diberi identitas di kepala dengan

label, pensil atau lidi.

5. Difiksasi dengan methanol 90% selama 10 menit (beberapa buku

menyebutkan cukup 2 – 3 menit).

6. Dibuat larutan Giemsa Kerja dari Giemsa Stock dan Buffer Sorensen

dengan perbandingan 1 : 9 untuk buffernya.

7. Preparat yang telah dicat, digenangi larutan Giemsa selama 20 menit.

8. Dibilas dengan air mengalir.

9. Dikeringkan di udara.

10. Diolesi dengan lacquer

V. Hasil Praktikum Darah Rutin

Kelompok 4

Nama probandus : Tulus Satriasih

Umur : 20 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

1. Hb Sahli

- Waktu pertama kali meneteskan HCl pada darah pukul 13.02 WIB

- Waktu ketika warna sama dengan standar adalah pukul 13.05 WIB

- Lamanya perubahan warna adalah 3 menit 8 detik (sesuai dengan petunjuk

pelaksanaan)

- Kadar Hb pada skala di tabung pengencer 13,2 gr %

Hasil normal karena nilai normal Hb wanita menurut Dacie yaitu 11,5-16,5

gr%

2. Jumlah Leukosit

Rumus :

Leukosit tiap kotak sedang x 16 x tinggi bilik hitung x pengenceran.

Kotak yang dihitung

- Jumlah Leukosit pada lapang pandang I = 20

Page 16: final pk 1

- Jumlah Leukosit pada lapang pandang II = 66

- Jumlah Leukosit pada lapang pandang III = 24

- Jumlah Leukosit pada lapang pandang IV = 30

- Jumlah leukosit = 140 x 16 x 10 x 20 = 7000 mm3

96

Hasil normal karena Nilai normal jumlah leukosit wanita dewasa

menurut Dacie yaitu 4–11ribu/mm3.

Page 17: final pk 1

3. Laju Endap Darah

- Waktu pertama kali meletakkan pipet westergreen pada rak westergreen

pukul 13.08

- Setelah didiamkan selama 60 menit (pukul 14.08) skala LED menunjukkan

angka 17 mm/jam

Hasil ini normal karena nilai normal LED pada wanita dewasa

menurut Westergreen adalah 0 – 20 mm/jam

4. Apus Darah

- Ekor tidak robek - Tipis

- Tidak terputus - putus - Rata

- Bentuk seperti peluru

VI. Pembahasan

Pemeriksaan darah digunakan untuk berbagai kepentingan medis, salah

satunya untuk keperluan diagnosis. Adanya penyakit atau kelainan biasanya

ditandai dengan abnormalitas hasil pemeriksaan darah. Pemeriksaan darah dibagi

menjadi pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan lanjutan.

Hasil pemeriksaan darah dapat berbeda karena pengaruh dari keadaan-

keadaan berikut ini:

1. Berpuasa

2. Pengaruh obat-obatan

3. Pengaruh emosi

4. Pengaruh aktivitas otot

5. Posisi penderita

6. Variasi diurnal

7. Transfusi

Pembahasan pada laporan praktikum adalah seputar kegiatan apa saja

yang telah dilakukan saat praktikum PK I, membandingkan cara kerja yang telah

dilakukan dengan bahan ajar yang didapat, membandingkan hasil praktikum yang

Page 18: final pk 1

diperoleh dengan teori yang ada dan kemungkinan – kemungkinan yang

menyebabkan hal tersebut terjadi dll. Kegiatan yang dilakukan dalam praktikum

antara lain sampling darah vena, pengukuran kadar hemoglobin, penghitungan

jumlah leukosit, LED, dan membuat preparat darah hapus. Darah yang digunakan

adalah darah dari vena mediana cubiti. Apabila pemeriksaan tidak dapat segera

dilakukan setelah pengambilan darah maka diperlukan zat yang dapat

menghambat proses pembekuan darah. Antikoagulansia yang digunakan dalam

praktikum ini yaitu EDTA untuk pengukuran kadar hemoglobin, penghitungan

jumlah leukosit, dan preparat darah hapus sedangkan untuk LED antikoagulansia

yang digunakan adalah natrium sitrat. Antikoagulan lainnya antara lain adalah

trisodium citrate, heparin, natrium flourida, double oxalat, dan ACD (Acid Citrate

Dextrose). Pemakaian EDTA yang melebihi takaran 2 mg / ml darah dapat

menyebabkan eritrosit degenerasi, hematokrit menurun, MCV menurun palsu,

MCHC meningkat palsu, Trombosit meningkat palsu.

Sampel darah yang diperoleh tersusun atas sel-sel, pecahan-pecahan sel

dan larutan yang bersifat cair disebut plasma. Plasma terdiri dari 91 – 92 % air

sebagai medium transpor dan 8-9 % zat padat. Zat padat tersebut antara lain

protein-protein seperti albumin, globulin, faktor-faktor pembekuan ,enzim, unsur

organik seperti zat nitrogen nonprotein (urea, asam urat, xantin, kreatinin, asam

amino), lemak netral, fosfolipid, kolesterol ,glukosa dan unsur anorganik lain.

Peran utama albumin adalah mempertahankan volume darah dengan menjaga

tekanan osmotik koloid, keseimbangan pH dan elektrolit. Globulin sangat

berperan dalam pembentukan antibodi (imunoglobulin). Fibrinogen yang

jumlahnya hanya 4% merupakan salah satu faktor pembekuan darah.

Ada 3 macam sel utama yang terdapat dalam darah, yaitu sel darah

merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan fragmen sel yang disebut

trombosit. Eritrosit merupakan sel bertekstur halus, berbentuk bikonkaf tanpa inti,

diameter 6-8,5 μm, dan merupakan sel yang paling banyak ditemukan diantara

keseluruhan sel darah. Gambaran eritrosit pada mikroskop cahaya terlihat sebagai

Page 19: final pk 1

benda bulat dengan bagian tengah yang pucat. Bagian tengah eritrosit yang pucat

ini disebut “central pallor” yaitu bekas tempat inti sel.

A. SAMPLING

Cara memperoleh sampel darah menggunakan sampel darah vena dan

sampel darah kapiler. Sampel darah kapiler biasanya diambil pada ujung jari kaki

(pada anak-anak); ujung jari tangan 2,3,4 (pada dewasa); dan daun telinga.

Pengambilan sampel darah vena dapat dilakukan pada berbagai tempat misalnya

vena umbilicalis untuk bayi baru lahir, vena jugularis eksterna untuk bayi, dan

vena mediana cubiti untuk dewasa. Vena mediana cubiti merupakan tempat

pengambilan darah vena tersering karena paling sedikit menimbulkan

ketidaknyamanan pada pasien dibanding vena-vena yang lain. Sampel darah vena

biasanya digunakan untuk pemeriksaan darah rutin dan darah kapiler untuk hitung

sel.

Dari pengambilan sampel yang salah akan menyebabkan hasil

pemeriksaan yang tidak valid. Sehingga proses sampling sendiri termasuk penting

dalam pemeriksaan darah. Selain itu cara penyimpanan, pengiriman dll. Biasanya

kegagalan sampling disebabkan oleh :

1. Susah didapatkannya vena yang mudah untuk diambil darahnya.

2. Teknik pemeriksa dalam mengambil maupun .

3. cara menumpangkannya ke dalam botol penampung.

B. DARAH RUTIN

1. Hb

Sel induk dari eritrosit berasal dari hemositoblast yang berada di

sumsum tulang. Proses pembentukan eritrosit bermula dari sumsum tulang

kemudian menembus lapisan endothel pembuluh darah secara diapedesis, dan

mengikuti aliran darah. Proses yang sama juga berlaku di lien. Proses mitotif

aktif eritrosit terjadi sampai dengan stadium polikromatik eritroblast (early

erythroblast). Pada stadium orthokromatik tidak ditemukan proses mitosis

lagi. Seluruh proses eritropoeisis dalam sumsum tulang memerlukan waktu ±

Page 20: final pk 1

7 hari. Selanjutnya eritrosit akan beredar di dalam aliran darah kurang lebih

120 hari.

Eritrosit mengangkut hemoglobin, sedangkan hemoglobin

mengangkut oksigen. Banyaknya oksigen yang diterima oleh jaringan

bergantung kepada kadar dan fungsi hemoglobin yang tersedia, pola aliran

darah yang efektif, dan keadaan jaringan serta cairan yang menerima oksigen.

Kadar hemoglobin dapat diperkirakan dengan perubahan warna yang terjadi

akibat perubahan Hb menjadi menjadi asam hematin yang berwarna coklat tua

oleh HCl.

Hemoglobin

Anak-anak sebelum masa puber, nilai normal hemoglobin dan

jumlah eritrositnya pada wanita sama dengan pria. Namun kemudian pada

pria hemoglobin dan hematokrit meningkat dengan pubertas, lalu menetap

sampai usia 40-50 tahun, selanjutnya menurun perlahan-lahan hingga usia 70

tahun dan menurun lebih cepat setelah itu. Pada wanita, penurunan kadar

hemoglobin dan hematokrit dimulai saat pubertas, berbalik meningkat pada

usia 50 tahun, tetapi peningkatan ini tidak pernah mencapai nilai sebelum

masa puber atau menyamai nilai pada pria berusia sama. Perbedaan pada

wanita dan pria dewasa sebagian disebabkan oleh perdarahan menstruasi pada

wanita dan dampak androgen pada pria. Hal tersebut yang mengakibatkan

nilai normal pada wanita dewasa yang belum menopause lebih rendah

Page 21: final pk 1

dibanding pria dewasa. Kastrasi pria dewasa biasanya mengakibatkan nilai

hemoglobin dan hematokrit turun mendekati nilai pada wanita dewasa.

Pada praktikum sampel yang digunakan yaitu darah EDTA. Hal ini

dilakukan agar darah tidak membeku saat praktikum dilakukan.

Hasil praktikum probandus wanita dewasa tidak hamil sebesar 13,2

gr % yang menunjukkan kadar Hb normal karena rentang nilai normal Hb

untuk wanita dewasa menurut Dacie adalah 11,5-16,5% sedangkan menurut

WHO adalah 12-16 g/dl.

Kriteria WHO untuk kadar hemoglobin

Pria dewasa : 13 g/dl

Wanita tak hamil : 12 g/dl

Wanita hamil : 11 g/dl

Anak 6 bulan-6 tahun : 11 g/dl

Anak 6 tahun-14 tahun : 12 g/dl

Pada pemeriksaan tidak selalu didapatkan hasil yang normal, namun

juga dapat ditemukan kelainan, antara lain :

Kadar Hb meningkat pada :

Fisiologis : - Pada penduduk dataran tinggi

- Dehidrasi

Patologis : - Polisitemia vera

Kadar Hb menurun pada :

Fisiologis : Kehamilan

Patologis : - Anemia sickle-cell.

- Thallasemia

- Anemia defisiensi zat besi

- Anemia sideroblastik

- Kehilangan darah (perdarahan akut maupun kronik)

- Leukemia

- Demam Tifoid

- Anemia maupun hemoglobinopathi

Page 22: final pk 1

Kesalahan teknik dengan menggunakan metode ini ± 10% dan cara

ini sudah ditinggalkan. Cara cyanmethemoglobin dianggap lebih baik dari Hb

sahli.

1. Cara Sahli kurang teliti jika dibandingkan dengan cara

cyanmethemoglobin namun masih jauh lebih baik daripada Tallquis

yang menggunakan kertas dan dicocokkan dengan kertas standar.

2. Kesalahan sebesar 10 %.

3. Kemungkinan dapat terjadi kesalahan yang dapat dikarenakan oleh :

- Keadaan alat: Kotor, volume pipet tidak tepat, warna tabung standar

pucat.

- Reagensia : Kedaluwarsa, volume tidak tepat.

- Sampel : Tidak fresh, rusak.

- Praktikan : Teknik kurang, kurang teliti, ketajaman mata yang

berbeda-beda, intensitas sinar kurang, terdapat

gelembung udara, darah pada ujung pipet tidak dihapus,

waktu tidak tepat 1 menit, sehingga asam hematin

belum sempurna terbentuk..

2. Jumlah Leukosit

Gambar: perangkat hemositometer Gambar: penghitungan

leukosit

Page 23: final pk 1

Penghitungan jumlah leukosit dilakukan dengan neubauer atau

buerker yang terdiri dari 9 kotak, luas 3x3. Untuk penghitungan leukosit

dengan menggunakan kotak sedang di sudut yang berukuran ¼ x ¼. mm2.

pengenceran yang diberikan dengan reagensia bertujuan untuk mematikan

eritrosit dan trombosit sehingga tersisa leukosit yang akan diteliti.

Pada praktikum sampel yang digunakan yaitu darah EDTA. Hal ini

dilakukan agar darah tidak membeku saat praktikum dilakukan.

Hasil praktikum probandus wanita dewasa sebesar 7 ribu / mm3 yang

menunjukkan kadar leukosit normal karena rentang nilai normal leukosit

untuk wanita dewasa menurut Dacie adalah 4 - 11 ribu / mm3 .

Pada pemeriksaan tidak selalu didapatkan hasil yang normal, namun

juga dapat ditemukan kelainan, antara lain :

Setiap keadaan yang menyebabkan kenaikan jenis masing-masing

leukosit akan meningkatkan jumlah leukosit

1. Leukositosis neutrofil, pada:

Infeksi bakteri (terutama bakteri pyogenik), peradangan dan nekrosis

jaringan (miositis, vaskulitis, infark miokard, dan trauma), penyakit metabolik

(uremia, eklampsia, asidosis, gout), neoplasma semua jenis (karsinoma,

limfoma, melanoma), perdarahan/ hemolisis akut, penyakit mieloproliferatif

(leukemia granulositik kronis, polisitemia vera, mielosklerosis)

2. Leukositosis eosinofil (eosinofilia)

Alergi (misalnya asma), parasit (misal adanya cacing), neoplasma

ganas (misalnya penyakit Hodgkin), penyakit kulit tertentu, sensitivitas

terhadap obat, tuberkulosis, poliartritis nodosa, kehamilan

3. Leukositosis basofil (jarang) terjadi pada

Kelainan mieloproliferatif, leukimia granulositik kronis, polisitemia vera

4. Leukositosis monosit terjadi pada:

a. Infeksi bakteri kronis (TBC, bruselosis,

endokardilis, typhus abdominalis)

b. Penyakit-penyakit protozoa

Page 24: final pk 1

c. Penyakit Hodgkin

d. Leukemia mielomonositik dan monositik

Sedangkan penurunan jumlah leukosit (leukopenia) meliputi :

1. Neutropenia

a. Drug-Induced : obat anti radang, anti konvulasi, obat anti bakteri, anti tiroid

dll

b. Infeksi virus atau bakteri ganas, kegagalan sumsum tulang, splenomegali

dll

2. Limfopenia

- Kegagalan sumsum tulang berat

- Terapi kortikosteroid dan imunosupresi lain

- Penyakit hodgkin

- Penyinaran luas

Kesalahan lebih kecil dibanding penghitungan eritrosit

Kemungkinan dapat terjadi kesalahan yang dapat dikarenakan oleh :

Page 25: final pk 1

- Alat : Kotor, volume pipet tidak tepat

- Reagensia : Kedaluwarsa, volume tidak tepat

- Sampel : Tidak fresh (lebih dari 2 jam), rusak

- Pemeriksa : Teknik kurang, kurang teliti, terdapat gelembung udara,

darah pada ujung pipet tidak dihapus.

- Perawatan alat :

a) Pipet leukosit: begitu selesai digunakan harus segera dicuci, dengan

aquadest dan disemprot aceton. Bila tersumbat jendalan darah diambil

dengan kawat lembut. Bila gagal rendam dalam larutan (salah satu)

ethanol 95 %, asam acetat 0,5 %, dikromat cleaning solution,larutan

sodium bikarbonat 1 %.

b) Bilik hitung: dibersihkan secepat mungkin, rendam dalam larutan deterjen

2–3 jam, bilas air, bilas alkohol, keringkan dengan kain halus.

Page 26: final pk 1

3. LED

Laju endap darah menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan

antara eritrosit dengan plasma. Darah dengan antikoagulan yang dimasukkan ke

dalam tabung berlumen kecil dan diletakkan tegak lurus , akan menunjukkan

pengendapan eritrosit dengan kecepatan yang ditentukan oleh rasio permukaan :

volume eritrosit. Pengendapan sel ini yang disebut laju endap darah bertambah

cepat apabila berat sel meningkat, tetapi kecepatan berkurang jika permukaan sel

lebih luas. Sel – sel kecil mengendap lebih lambat dari pada sel – sel yang

menggumpal, karena jika sel – sel menggumpal peningkatan berat gumpalan lebih

besar dari pada peningkatan luas permukaan. Dalam darah normal nilai LED

relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi diimbangi oleh

tekanan ke atas akibat perpindahan plasma.

Jika viskositas plasma tinggi atau kadar kolesterol meningkat tekanan ke

atas mungkin dapat menetralisasi tarikan ke bawah terhadap setiap sel atau

gumpalan sel. Sebaliknya setiap keadaan yang meningkatkan penggumpalan atau

perlekatan sel satu dengan sel yang lain akan meningkatkan LED. Adanya

makromolekul dengan konsentrasi tinggi di dalam plasma, dapat mengurangi sifat

saling menolak di antara sel eritrosit, dan mengakibatkan eritrosit lebih mudah

melekat satu dengan yang lain, dan memudahkan terbentuknya rouleaux.

Rouleaux adalah gumpalan eritrosit yang terjadi bukan karena antibodi atau ikatan

kovalen, namun karena saling tarik menarik di antara permukaan sel. Jika

perbandingan globulin terhadap albumin meningkat atau kadar fibrinogen sangat

tinggi, pembentukan rouleaux dipermudah hingga LED meningkat.

LED bermanfaat untuk mengetahui ada tidaknya kelainan organik

ataupun dalam memantau perjalanan penyakit dan memantau keberhasilan terapi

penyakit kronik, contohnya : Artritis Reumatoid dan Tuberkulosis.

Pada praktikum LED darah yang digunakan bukanlah darah EDTA

seperti yang tercantum dalam buku petunjuk praktikum, namun yang digunakan

adalah darah vena yang masih segar. Hal ini dilakukan karena sifat EDTA sendiri

yang sedikit toksik serta dapat mempengaruhi laju endap darah sehingga hasil

yang didapat bukanlah hasil yang sesungguhnya.

Page 27: final pk 1

Natrium sitrat terutama digunakan untuk LED metode westergreen

namun tidak dapat digunakan untuk menghitung leukosit dan trombosit. Hasil

praktikum probandus wanita dewasa sebesar 17 mm/jam yang menunjukkan laju

endap darah normal karena rentang nilai normal laju endap darah untuk wanita

dewasa menurut Westergreen adalah 0 – 20 mm/jam.

APLIKASI KLINIS

Faktor yang mempercepat LED antara lain:

1. Pembentukan rouleaux, Rouleaux adalah gumpalan eritrosit yang terjadi

bukan karena antibodi atau ikatan kovalen tetapi karena saling tarik menarik

di antara permukaan sel. Biasanya disebabkan karena adanya makromolekul

dengan konsentrasi tinggi dalam plasma.

2. Kadar globulin dan fibrinogen naik

3. Eritrosit yang lebih berat

Faktor yang menghambat LED:

1. Poliglobuli

2. Kadar albumin naik

3. Viskositas darah naik

4. Eritrosit lebih kecil

Pada pemeriksaan tidak selalu didapatkan hasil yang normal, namun

juga dapat ditemukan kelainan, antara lain :

LED meningkat pada :

- Kadar globulin dan fibrinogen naik (pada keadaan) :

1. Respon terhadap trauma

2. Inflamasi (inflamasi akut lokal maupun akut sistemik, ataupun infeksi kronik)

3. Kehamilan

- Mieloma multiple dan disproteinemia

- Anemia berat

- LED moderat pada tumor yang mengalami nekrosis atau reaksi jaringan yang

meluas.

LED menurun pada :

- Hiperkolesterolemia

Page 28: final pk 1

- Sickle sel

- Spherosid

Kemungkinan dapat terjadi kesalahan yang dapat dikarenakan oleh :

- Alat : Kotor, volume pipet tidak tepat, kolom pipet sempit.

- Reagensia : Kedaluwarsa, volume tidak tepat

- Sampel : Tidak fresh (lebih dari 2 jam), rusak

- Pemeriksa : Teknik kurang, kurang teliti, terdapat gelembung udara, darah pada

ujung pipet tidak dihapus, posisi tabung dalam rak miring,

diletakkan di tempat yang panas dan sebagainya, terdapat vibrasi.

Rak Westergreen yang miring 3o akan menyebabkan kesalahan sampai 30 %.

4. APUS DARAH

Pembuatan apus darah dilakukan dengan prinsip romanowsky

menggunakan pulasan giemsa. Preparat apus darah dapat digunakan untuk

keperluan pemeriksaan hitung jenis leukosit dan menilai morfologi eritrosit. Pada

praktikum apus darah sampel yang digunakan adalah darah EDTA, seharusnya

sampel yang digunakan adalah darah tanpa EDTA.

Apus darah yang telah dibuat tipis, rata, ekor tidak robek dan tidak

berlubang, tidak terputus-putus dan berbentuk seperti peluru. Hasil ini bagus

karena telah memenuhi kriteria apus darah yang baik.

Gambar : preparat apusan darah yang baik

Kemungkinan dapat terjadi kesalahan yang dapat dikarenakan oleh :

- Alat : Kotor, spreader tidak rata

- Reagensia : Kedaluwarsa, volume tidak tepat

- Sampel : Tidak fresh (lebih dari 1 jam), rusak

Page 29: final pk 1

- Pemeriksa : Teknik kurang, kurang teliti, terdapat gelembung udara, darah pada

ujung pipet tidak dihapus, posisi tabung dalam rak miring,

diletakkan di tempat yang panas dan sebagainya, terdapat vibrasi.

VII. Kesimpulan

1. Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin, jumlah leukosit,

hitung jenis leukosit, dan LED.

2. Kadar Hb sahli : 13,2 gr % →normal (nilai rujukan dacie 11,5 gr %–16,5 gr %)

3. Jumlah leukosit melalui penghitungan dengan bilik hitung neubauer improved,

hasil sebesar 7000/mm3 → normal (nilai rujukan dacie 4-11 ribu / mm 3)

4. Laju Endap Darah dengan metode westergreen, hasil: 17 mm / jam→ normal

(nilai rujukannya dacie 0- 20 mm/jam)

5. Pembuatan apus darah menggunakan prinsip romanowsky dengan metode giemsa

yang dapat digunakan untuk hitung jenis leukosit dan morfologi eritrosit)

Page 30: final pk 1

DAFTAR PUSTAKA

1. A.V Hoffbrand, J.E. Petit. Sel darah putih. Dalam: Kapita Selekta Haematologi. 2nd

ed. Jakarta: EGC. 1996: 109-13

2. J.C.E Underwood. Darah dan sumsum tulang. Dalam: Patologi Umum dan

Sistematik. 2nd ed. Jakarta: EGC. 2000:708-09

3. E.N Kosasih. Hematologi dalam Praktek. Bandung: Alumni. 1984: 24-30.

4. Frances K Widmann. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 9.

Jakarta: EGC. 1995: 19.

5. Tim Patologi Klinik FK UNSOED. Petunjuk & Laporan Praktikum. Purwokerto : FK

UNSOED. 2006: 1-18.

6. http//: www.kalbefarma.com. Diakses tanggal 23 April 2006.

7. http//: www.wildco.com. Diakses tanggal 23 April 2006.

8. http//: www.cf.ac.uk. Diakses tanggal 23 April 2006.