final bab 05 alternatif banjir

26
PERSERO PT. VIRAMA KARYA KONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN BAB V STUDI ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR 5.1. Target Area Perlindungan Daerah yang dijadikan target area perlindungan dari pekerjaan pengendalian banjir yang diusulkan adalah sesuai dengan analisa daerah rawan banjir berdasarkan : data-data kejadian banjir yang ada, peta topografi skala 1 : 5000, peta foto udara, dan hasil analisis kapasitas dan luapan banjir sungai Tallo berdasarkan analisis hidrolika sungai kondisi penampang sungai eksisting. Sedangkan lokasi ruas sungai yang rawan terjadinya luapan banjir adalah sungai Tallo mulai dari muara ke hulu sampai di Jembatan Kalimate, serta Sungai Mangalarang sampai jembatan Mangalarang. Lokasi daerah rawan banjir tersebut antara lain meliputi areal seluas 4600 ha, dimana sekitar 3400 ha merupakan area pemukiman dengan populasi penduduk sebesar 430000 jiwa. 5.2. Periode Ulang Rencana Pengendalian Banjir Debit banjir rancangan akan dihitung sebagaiman yang telah diuraikan dalam analisis hidrologi. Sedangkan periode ulang banjir yang akan digunakan sebagai dasar perencanaan akan ditentukan dengan beberapa pertimbangan, termasuk diantaranya adalah dari hasil analisis ekonomi dan pertimbangan dari pemilik proyek. Dua faktor dasar berikut ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan periode ulang debit banjir yang akan digunakan. (1). Berdasarkan Buku Pedoman Flood Control Manual, Dep. PU., 1993 Kriteria penentuan periode ulang banjir berdasarkan standar adalah sebagai berikut : 5 - 1

Upload: fatkhur-rohman

Post on 25-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Pengendalian Banjir Sungai Tallo Kota Makassar

TRANSCRIPT

Page 1: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

BAB VSTUDI ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR

5.1. Target Area Perlindungan

Daerah yang dijadikan target area perlindungan dari pekerjaan pengendalian banjir yang diusulkan adalah sesuai dengan analisa daerah rawan banjir berdasarkan : data-data kejadian banjir yang ada, peta topografi skala 1 : 5000, peta foto udara, dan hasil analisis kapasitas dan luapan banjir sungai Tallo berdasarkan analisis hidrolika sungai kondisi penampang sungai eksisting.

Sedangkan lokasi ruas sungai yang rawan terjadinya luapan banjir adalah sungai Tallo mulai dari muara ke hulu sampai di Jembatan Kalimate, serta Sungai Mangalarang sampai jembatan Mangalarang. Lokasi daerah rawan banjir tersebut antara lain meliputi areal seluas 4600 ha, dimana sekitar 3400 ha merupakan area pemukiman dengan populasi penduduk sebesar 430000 jiwa.

5.2. Periode Ulang Rencana Pengendalian Banjir

Debit banjir rancangan akan dihitung sebagaiman yang telah diuraikan dalam analisis hidrologi. Sedangkan periode ulang banjir yang akan digunakan sebagai dasar perencanaan akan ditentukan dengan beberapa pertimbangan, termasuk diantaranya adalah dari hasil analisis ekonomi dan pertimbangan dari pemilik proyek. Dua faktor dasar berikut ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan periode ulang debit banjir yang akan digunakan.

(1). Berdasarkan Buku Pedoman Flood Control Manual, Dep. PU., 1993

Kriteria penentuan periode ulang banjir berdasarkan standar adalah sebagai berikut :

Tabel A.5.1. Periode Ulang Proyek Pengendalian Banjir Berdasarkan Standar

Tipe Proyek Pengendalian BanjirPeriode Ulang Banjir

Fase Awal Fase Akhir1. Proyek Emergensi 5 tahun 10 tahun2. Proyek Baru 10 tahun 25 tahun3. Updating Project - Penduduk < 2 juta jiwa 25 tahun 50 tahun- Penduduk > 2 juta jiwa 25 tahun 100 tahun

Sumber : Flood Control Manual, Departemen PU, Juni 1993Catatan :

1. Standar desain yang lebih tinggi harus diterapkan jika analisis ekonomi menunjukkan bahwa hal itu dibutuhkan, atau jika dianggap bahwa bahaya banjir tersebut menjadi ancaman dan resiko yang mengancam nyawa manusia

2. Proyek darurat dibangun tanpa adanya studi kelayakan teknis dan ekonomis sebelumnya, dimana persoalan banjir tersebut terjadi dan sangat mengancam nyawa manusia

3. Proyek baru mencakup proyek pengendalian banjir di suatu daerah dimana tidak ada proyek serupa atau proyek darurat yang sebelumnya dibangun

5 - 1

Page 2: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

4. Updating proyek mencakup proyek rehabilitasi dan peningkatan mutu terhadap proyek yang sudah ada. Sebagian besar dari proyek pengembangan wilayah sungai dianggap Updating Projects.

Berdasarkan Tabel A.5.1. tersebut, dengan anggapan bahwa tipe proyek pengendalian banjir adalah proyek baru (karena belum ada proyek pengendalian banjir di S. Tallo), dengan fase awal (tahap studi kelayakan dan detail desain), maka periode ulang banjir yang sesuai adalah 25 tahun.

(2). Periode ulang banjir yang telah diterapkan di Proyek Pengendalian banjir yang ada

Studi atau proyek-proyek pengendalian banjir sebelumnya di Indonesia telah menggunakan Periode Ulang banjir antara 5 sampai 50 tahun, sebagaimana diuraikan pada Tabel A.5.2. berikut ini :

Tabel A.5.2. Periode Ulang Banjir yang Digunakan pada Proyek Pengendalian Banjir di Indonesia

Sungai Propinsi Kota Periode Ulang Banjir (tahun)

Status Proyek

Maros Sulawesi Selatan Maros 5 D/D 1998Tallo Sulawesi Selatan Makassar 25 D/D 1997Topa Sulawesi Selatan Topa 10 D/D 1997Allu Sulawesi Selatan Allu 10 D/D 1997Jeneberang Sulawesi Selatan Makassar 50 SelesaiParado NTB Mataram Parado 20 D/D 1995Canggo NTB Mataram Bima 20 D/D 1995Porong Jawa Timur Sidoarjo 10 SelesaiBrantas Jawa Timur Kertosono 10 SelesaiPorong Jawa Timur Kertosono 50 D/D 2001Perbatasan Jawa Timur Sidoarjo 10 SelesaiWonorejo Jawa Timur Surabaya 10 D/D 1993Kedurus Jawa Timur Surabaya Timur 20 Selesai

Berdasarkan studi Rencana Induk Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Maros – Jeneponto, untuk sungai Tallo direkomendasikan untuk digunakan Hidrograf Banjir Rancangan dengan periode ulang 50-tahun dengan anggapan target area yang dilindungi merupakan kawasan metropolitan.

Dalam perencanaan detail ini akan digunakan periode ulang 25 tahun sebagai tahap awal pengendalian banjir, dan dalam tahap-tahap selanjutnya nantinya bisa ditingkatkan menjadi periode ulang 50 tahun.

5.3. Rencana Pola Pengendalian Banjir

Penyusunan Alternatif Pengendalian Banjir dilakukan setelah dilakukan kegiatan pengukuran sungai pada lokasi-lokasi daerah rawan banjir, dan kegiatan analisa hidrolika banjir di sungai. Data pengukuran Sungai Tallo dari muara (km. 0.00) ke hulu sampai dengan rencana Midle Ring Road (BM.AJ-04 / km. 15.2) diambil dari data pengukuran

5 - 2

Page 3: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

sungai oleh CV. Aria Jasa tahun 2003 (sesuai dengan TOR). Sedangkan pada pekerjaan ini dilakukan pengukuran sungai mulai dari BM AJ-04 (km. 15.2) ke hulu sampai di km. 29.00, titik percabangan S. Tallo dengan S. Mangalarang ke hulu sampai di rencana retarding basin Tamangapa (1.65 km), dan anak sungai Taccerekang (1.92 km), atau total pengukuran sungai sepanjang 17 km. Lokasi pengukuran ini merupakan ruas sungai yang rawan banjir (Gambar B.5.1.).

Dengan input hidrograf banjir rancangan sesuai dengan periode ulang rencana (25 tahun), selanjutnya dilakukan analisa hidrolika pada ruas sungai tersebut diatas. Dari analisa ini dapat diketahui kondisi muka air banjir di sungai. Lokasi-lokasi daerah yang meluap dan terjadi genangan banjir selanjutnya diidentifikasi sesuai dengan debit rencananya. Selanjutnya dapat disusun alternatif pengendalian banjirnya. Hasil analisa hidrolika Sungai Tallo pada kondisi penampang sungai eksisting dengan unsteady flow analisis menunjukkan bahwa dengan hidrograf banjir periode ulang 2 tahun telah terjadi luapan banjir mulai dari jembatan Mangalarang. Luapan banjir terjadi ke hilir sampai di muara sungai.

Diantara Alternatif-alternatif pengendalian banjir yang diusulkan dari studi sebelumnya adalah :1. Pembangunan tanggul kurung pada rencana Midle Ring Road dari Muara ke Jembatan

Tallo untuk melindungi area pemukiman, kampus, kawasan kima, dan area tambak.2. Pembuatan sudetan di hilir jembatan Tallo dan sekitar jembatan Bangkala3. Pembangunan tanggul antara Jembatan Tallo – Jembatan Nipa-Nipa4. Pembangunan retarding basin di hulu jembatan Nipa-Nipa

Resume dari usulan alternatif pengendalian banjir dari studi sebelumnya seperti disajikan pada Tabel A.5.3. berikut :

Tabel A.5.3. Resume Alternatif Pengendalian Banjir Studi TerdahuluPeriode Ruas Sungai

No. Konsultan Ulang (th) Muara - J.PLTU J.PLTU - J.PAM J.PAM - Hulu

1 Aria Jasa, 2003 25 (Zone I)- Tanggul kurung pada jalan Midle Ring Road dan Jalan Tol Reformasi

(Zone II)- Tanggul

(Zone III)- Retarding basin, dan barrage di hulu jembt. PAM

2 CTIE, 2001 50 - Normalisasi Sungai - Normalisasi Sungai - Normalisasi Sungai- Tanggul - Tanggul - Tanggul- Sudetan - Sudetan - Retarding Basin, 9

km²3 DDC, 1997/1998 25 - Tanggul - Tanggul - Tanggul

- Sudetan - Sudetan - Retarding Basin4 Indah Karya, 25 - Tanggul Kurung - Tanggul - Retarding basin

1994/1995

Beberapa keuntungan dan kendala dari alternatif pengendalian banjir tersebut dapat

5 - 3

Page 4: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

dianalisis sebagai berikut :

Tabel A.5.4. Analisis Keuntungan dan Kendala Alternatif Pengendalian Banjir Alternatif

Pengendalian banjirKeuntungan Kendala

Tanggul kurung dengan memanfaatkan jalan Midle Ring Road dan jalan Toll Reformasi pada ruas muara sampai Jembatan PLTU

- Secara teknis alternatif ini memungkinkan, dan relatif lebih efektif untuk daerah hilir yang dipengaruhi pasang air laut

- Alternatif ini mendukung upaya pelestarian pohon bakau dan nipah yang banyak tumbuh di sepanjang S. Tallo bagian hilir, serta tidak menimbulkan banyak perubahan pada habitat yang ada

- Alternatif ini sejalan dengan peruntukan kawasan di dalam tanggul kurung sebagai daerah konservasi sesuai dengan RUTR.

- Alternatif ini mendukung upaya menjadikan kawasan sungai Tallo sebagai daerah wisata.

- Dari segi biaya konstruksi pembuatan tanggul relatif lebih murah

- Diperlukan beberapa bangunan pengatur atau pintu klep pada bagian percabangan sungai

- Pembangunan tanggul akan membutuhkan beberapa bangunan outlet drainase

- Masih memerlukan reklamasi pada daerah di dalam tanggul kurung dengan peninggian dasar bangunan agar terbebas dari banjir

Normalisasi Sungai dan pembuatan sudetan di ruas sungai hilir (muara – Jembatan PLTU)

- Secara teknis alternatif ini memungkinkan, dan dapat meningkatkan kapasitas sungai serta menurunkan muka air banjir cukup banyak

- Normalisasi sungai pada tingkat tertentu dapat menghindari penggunaan bangunan pintu klep pada anak-anak sungai masuk

- Tidak memerlukan reklamasi pada Daerah di sekitarnya untuk menghindarkan luapan banjir

- Dari segi pelaksanaan konstruksi, lokasi ruas sungai yang akan disudet dengan penggalian masih memerlukan penyelidikan detail geologi dan mekanika tanah, mengingat pada daerah ini sebagian berupa batuan keras

- Dari segi biaya konstruksi pembuatan pembuatan sudetan akan membutuhkan biaya besar

- Alternatif ini akan menyebabkan terbongkarnya pohon bakau dan nipah, serta akan menimbulkan banyak perubahan pada habitat yang ada

- Alternatif ini tidak sejalan dengan peruntukan kawasan di dalam tanggul kurung sebagai daerah konservasi sesuai dengan RUTR.

- Alternatif ini tidak mendukung upaya menjadikan kawasan sungai Tallo sebagai daerah wisata.

Normalisasi sungai dan tanggul pada ruas sungai antara Jembatan PLTU dan Jembatan PDAM

- Secara teknis alternatif ini memungkinkan, dan dapat meningkatkan kapasitas sungai serta menurunkan muka air banjir cukup banyak

- Normalisasi sungai pada tingkat tertentu dapat menghindari penggunaan bangunan pintu klep pada anak-anak sungai masuk

- Alternatif ini akan menyebabkan terbongkarnya pohon bakau dan nipah, serta akan menimbulkan banyak perubahan pada habitat yang ada

- Alternatif ini tidak mendukung upaya menjadikan kawasan sungai Tallo sebagai daerah wisata.

5 - 4

Page 5: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

- Tidak memerlukan reklamasi pada Daerah di sekitarnya untuk menghindarkan luapan banjir

- Pembangunan tanggul yang berada diluar kawasan nipah-nipah masih memungkinkan dan dapat menjaga kelestariannya

Retarding basin di hulu Jembatan PDAM

- Secara teknis alternatif ini memungkinkan, dan dapat menurunkan debit puncak banjir di hilirnya

- Retarding basin alamiah memerlukan luas lahan yang cukup besar, dan areal tersebut pada musim hujan tidak dapat dimanfaatkan.

Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, dalam pekerjaan ini diusulkan pola umum pengendalian banjir sebagai berikut :

A. Struktural :

1. Tanggul kurung dengan memanfatkan rencana jalan Midle Ring Road mulai dari Jembatan PLTU sampai Jl. Ir. Sutami, Jl. Urip Sumoharjo, dan Jl. Toll Reformasi.

2. Pembangunan tanggul dengan jarak 100 m dari sisi sungai mulai Jembatan PDAM sampai Jembatan PLTU

3. Pembangunan waduk tunggu Nipa-Nipa di sebelah kanan sungai Tallo di hilir percabangan dengan Sungai Mangalarang dan pekerjaan normalisasi sungai sampai jembatan PDAM.

4. Normalisasi ruas sungai Mangalarang mulai dari jembatan Mangalarang sampai awal percabangan dengan Sungai Tallo, dengan memperdalam dan memperlebar alur sungai.

5. Normalisasi sungai di hilir retarding basin Tamangapa sampai percabangan Sungai Mangalarang, dengan memperdalam dan memperlebar alur sungai.

6. Peningkatan kapasitas daerah rawa-rawa di Tamangapa sebagai retarding basin dengan menambahkan tanggul keliling, bangunan pelimpah sederhana dan memanfaatkan Bangunan Pintu pengatur yang sudah ada.

B. Non Struktural :

Disamping alternatif penanganan struktural tersebut, akan direkomendasikan alternatif penanganan non struktural dalam rangka penanganan wilayah sungai secara keseluruhan, seperti : 1. Pengelolaan Daerah Pengaliran Sungai Tallo, 2. Penataan tata guna lahan di daerah hulu, 3. Pelestarian daerah yang berfungsi sebagai kantong-kantong air dengan melarang

adanya pembangunan pada daerah-daerah tersebut.4. Pengawasan terhadap pembangunan daerah rawan banjir di hilir sesuai dengan

peruntukannya melalui Perda, 5. Peringatan dini terhadap bahaya banjir dan upaya penyiapan dalam keadaan

darurat banjir

5 - 5

Page 6: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

5.4. Tinjauan Aspek Lingkungan dalam Pengendalian Banjir Sungai Tallo

Pada sebagian besar ruas Sungai Tallo saat ini relatif masih alami, terutama pada daerah hilir sampai dengan percabangan Sungai Bangkala dan Taccerekang. Dimana penampang melintang sungainya masih bervariasi dan banyak ditumbuhi vegetasi yang relatif lebat, terutama tumbuhan nipah dan bakau. Kondisi habitat seperti ini menguntungkan berbagai jenis flora dan fauna sungai (reptilia, mamalia sungai, amphibia sungai, ikan, bentos, dll). Disamping itu ternyata vegetasi ini mempunyai fungsi hidraulis yang sangat fital yaitu sebagai komponen resistensi banjir dan resistensi erosi dasar dan tebing sungai.

Kondisi ekologis yang alami dan faktor hidraulis sebenarnya saling mendukung. Pada saat banjir, vegetasi di sepanjang sungai akan berfungsi sebagai faktor retensi yang akan menghambat kecepatan aliran sungai ke daerah hilir. Karena kecepatan air diperlambat maka muka air akan naik dan menggenangi daerah bantaran sungai dimana vegetasi tumbuh. Penggenangan daerah bantaran secara dinamis dengan durasi alamiah ini justru sangat diperlukan oleh flora dan fauna sungai guna kelangsungan hidupnya.

Sedangkan pada ruas sungai Tallo bagian hulunya, vegetasi disisi kanan kiri sungai sudah sangat berkurang. Beberapa lokasi di daerah pinggir sungai dimanfaatkan sebagai daerah pemukiman dan perumahan, serta sebagian besar areal di daerah hulunya berupa daerah ladang dan persawahan. Kondisi tersebut antara lain menjadi penyebab terjadinya gerusan dan longsoran tebing sungai. Sehingga penampang sungai di hulu Jembatan Nipa-Nipa semakin berkurang dan tidak mampu lagi menampung debit banjir tahunan yang lewat. Gerusan dan longsoran ini juga menimbulkan pendangkalan pada ruas sungai di hilirnya.

Melihat kondisi Sungai Tallo tersebut, maka dalam menyusun pola pengendalian banjir akan diperhatikan aspek pelestarian vegetasi yang ada, terutama pada daerah hilir yang relatif masih alami. Untuk itu diusulkan tanggul yang posisinya berada diluar daerah vegetasi sungai pada jarak yang aman. Sedangkan pada daerah hulunya dimana vegetasinya sudah sangat kurang, serta mengingat kapasitas sungainya tidak mencukupi, maka dapat diusulkan pekerjaan pelebaran dan penggalian untuk meningkatkan kapasitas. Namun pekerjaan ini perlu diikuti dengan upaya menanam tumbuhan yang sesuai di daerah tebing sungai yang aman yang akan membantu meningkatkan kestabilan penampang sungai nantinya. Beberapa metode perlindungan tebing yang ramah lingkungan sudah mulai banyak digunakan dan terbukti bermanfaat, dan hal tersebut juga perlu dipertimbangkan untuk diterapkan pada Sungai Tallo.

Sedangkan pembangunan retarding basin dari segi ekologi sangat bermanfaat. Diantaranya disamping dapat berfungsi mengurangi ketinggian puncak banjir, juga dapat menyimpan sementara air banjir yang ada. Tersedianya banyak tampungan air akan membantu mengisi cadangan air tanah pada daerah sekitarnya serta meningkatkan konservasi air permukaan, disamping pemanfaatan lain seperti budidaya ikan dan penggunaan air untuk berbagai keperluan air baku.

5 - 6

Page 7: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

5.5. Kapasitas Aliran Sungai Yang Ada

Kapasitas aliran sungai dapat dianalisa dengan menggunakan data geometri sungai penampang sungai yang ada. Hasil analisa hidrolika unsteady flow untuk sungai Tallo seperti disajikan pada Tabel B.4.7., dengan rekapitulasi hasil profil memanjang sungai Tallo seperti pada Tabel B.4.8. Gambar potongan memanjang profil muka air sungai Tallo untuk kondisi penampang yang ada disajikan pada Gambar B.4.5.

Hasil analisis hidrolika profil muka air banjir pada penampang sungai yang ada menunjukkan bahwa luapan banjir pada sungai Tallo sudah terjadi pada hidrograf banjir periode ulang 2 tahun mulai pada ruas Sungai Mangalarang hulu (km. 29.0) ke arah hilir sampai di Jembatan PLTU (km. 13.0). Kapasitas aliran sungai di hulu jembatan Nipa-Nipa (km. 20 – 29) sangat kecil, dimana hanya bisa mampu menampung debit banjir dengan periode ulang kurang dari 2 tahun. Terjadinya luapan banjir juga dipengaruhi oleh terjadinya pasang naik air laut, dimana pengaruhnya sampai pada km. 25.0 dari muara. Kejadian banjir tahunan terutama terjadi pada saat terjadi pasang naik yang bersamaan dengan datangnya banjir dari hulu.

5.6. Rencana Alternatif Pengendalian Banjir

5.6.1. Tanggul Kurung

Tanggul kurung direncanakan dengan memanfatkan rencana jalan Midle Ring Road mulai dari Jembatan PLTU sampai Jl. Ir. Sutami, Jl. Urip Sumoharjo, dan Jl. Toll Reformasi. Elevasi muka air banjir di sungi pada ruas ini dari hasil analisis unsteady flow, nantinya dijadikan sebagai dasar penentuan elevasi jalan Midle Ring Road yang akan dibangun agar tidak memerlukan lagi tanggul khusus di sisi jalan ini. Sedangkan untuk elevasi jalan toll Reformasi diperkirakan sudah aman dari elevasi muka air banjir yang direncanakan. Untuk mengamankan kawasan pemukiman BTN Antara, maka direncanakan dibuat tanggul yang berada disisi sungai (sebelah kanan), diluar jalur Midle Ring Road. Pada lokasi outlet Saluran Pembuang Antara direncanakan bangunan outlet drainase yang dilengkapi fasilitas pintu klep dan pompa drainase.

5.6.2. Tanggul Sungai

Tanggul sungai direncanakan pada ke dua sisi sungai pada ruas di hulu jembatan PLTU (km. 13.01). Pada ruas sungai yang masih banyak rumpun nipahnya, direncanakan tanggul sungai berada pada jarak ± 50 m, atau diluar kawasan rumpun nipah. Sedangkan pada ruas sungai di hulu Jembatan Nipa-Nipa, dimana daerahnya terbuka dan vegetasinya kurang, maka direncanakan tanggul sungai berada pada jarak sekitar 10 m dari tepi sungai.

Pada lokasi-lokasi outlet saluran pembuang maupun anak sungai yang ada sedapat mungkin dibuat terbuka tanpa bangunan pintu klep. Namun apabila secara teknis tidak memungkinkan dibuat terbuka maka diusulkan bangunan outlet pembuang yang

5 - 7

Page 8: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

dilengkapi dengan pintu klep. Pada kondisi khusus yang sangat memerlukan, direncanakan juga fasilitas pompa drainase pada bangunan-bangunan outlet drainase ini.

5.6.3. Normalisasi Sungai

Pekerjaan normalisasi sungai diperlukan untuk meningkatkan kapasitas aliran sungai. Ruas sungai yang direncanakan pekerjaan normalisasi adalah dari km. 20 ke arah ke hulu untuk Sungai mangalarang dan Sungai Tallo Hulu. Usulan pekerjaan ini dilaksanakan pada ruas sungai yang mempunyai penampang melintang kecil dibanding dengan debit banjir yang harus dilewatkan. Agar tidak merusak ekologi sungai yang berupa hutan nipah, maka pekerjaan ini hanya diusulkan pada ruas sungai yang sudah jarang/kurang vegetasinya. Pekerjaan normalisasi yang diusulkan yaitu penggalian untuk memperdalam dan memperlebar penampang sungai, serta menimbun sebagian hasil galian di kedua sisinya sebagai tanggul pada jarak yang aman dari tepi tebing sungai.

5.6.4. Waduk Tunggu Nipa-Nipa

Waduk tunggu Nipa-Nipa yang direncanakan terletak di sebelah kanan sungai Tallo antara percabangan Sungai Mangalarang dan Jembatan Nipa-Nipa (km. 22.3 – 23.7). Potensi lahan yang ada yang bisa dimanfaatkan sebagai daerah waduk tunggu sekitar 150 ha. Elevasi tanah asli pada daerah ini berkisar antara + 1.00 sampai + 2.70. Saat ini sebagian areal berupa semak-semak, ladang, dan sebagian sawah tadah hujan. Pemanfaatan lahan untuk ladang dan persawahan dilakukan pada saat musim kemarau, karena pada musim hujan daerah ini selalu tergenang luapan banjir dari Sungai Tallo.

Dengan pembangunan waduk tunggu ini diharapkan akan dapat mereduksi puncak banjir agar dapat dikurangi terjadinya luapan banjir di ruas sungai di hilirnya. Lokasi rencana waduk tunggu ini direncanakan setelah percabangan Sungai Tallo dengan Sungai Mangalarang, sehingga pada lokasi ini terjadi akumulasi debit banjir yang menyebabkan luapan pada daerah sekitarnya. Selain untuk pengendalian banjir, waduk tunggu juga nantinya akan bermanfaat dalam konservasi sumber air, untuk perikanan dan penyediaan air baku.

5.6.5. Retarding Basin Tamangapa

Retarding Basin Tamangapa direncanakan untuk meningkatkan kapasitas tampungan danau alamiah yang ada. Posisi dari retarding basin ini terletak disisi sebelah kiri sungai Tallo Hulu, di Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Areal yang bisa dimanfaatkan sebagai retarding basin seluas lebih kurang 200 ha. Pada musim hujan setiap tahun, daerah ini dan areal persawahan di sekitarnya selalu tergenang banjir dengan kedalaman mencapai 2.0 m. Total daerah yang selalu tergenang banjir lebih dari 500 ha. Pada musim kemarau sebagian areal bekas genangan dimanfaatkan sebagai lahan persawahan oleh para petani untuk menanam padi. Sebagian besar areal ini berupa tanah kosong dan rawa-rawa.

Pada tahun 2003 di bagian pengeluaran dari danau alam ini dibangun pintu sorong sebagai bangunan pengatur oleh PIRASS untuk pekerjaan saluran pembuang Tallo dari

5 - 8

Page 9: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

proyek rehabilitasi jaringan irigasi Bili-Bili. Bangunan ini dimaksudkan untuk mengatur debit pengeluaran dari danau agar terjadi luapan banjir pada areal irigasi di hilirnya. Disamping itu juga dilakukan pekerjaan normalisasi saluran pembuang Tallo. Namun sebagian konstruksi belum bisa terlaksana. Selain itu di pinggir sebelah Utara dari danau alam ini juga telah dibangun tanggul oleh pengembang dari Perumnas Antang untuk melindungi kompleks perumahan ini dari luapan banjir yang berasal dari Danau Tamangapa.

Namun demikian sampai saat ini bangunan pengatur yang ada belum bisa berfungsi optimal dalam mengendalikan banjir yang selalu terjadi pada daerah ini. Beberapa kendala teknis yang ada diperkirakan antara lain karena belum terbangunnya tanggul disisi kiri Sungai Talo (hulu) di bagian hulu dari bangunan ini. Dengan meningkatkan kapasitas retarding basin Tamangapa, maka ketinggian puncak banjir untuk sungai Tallo di hilirnya dapat direduksi untuk menanggulangi luapan banjir.

5.6.6. Usulan Alternatif

Usulan Alternatif pengendalian banjir yang disusun merupakan kombinasi dari beberapa pekerjaan pengendalian banjir sebagaimana yang telah diuraikan diatas. Alternatif tersebut telah disesuaikan dengan pola pengendalian banjir yang diusulkan, dengan rincian sebagaimana diuraikan pada Tabel A.5.5. berikut :

Tabel A.5.5. Alternatif Pengendalian Banjir Sungai TalloPembagian ruas sungai (km)

No. Alternatif Sungai Tallo (Utama) S. Mangalarang S. Tallo Hulukm 0 - 13.0 km. 13.0 - 20.1 km. 20.1 - 22.3 km. 22.3 - 23.7 km. 23.7 - 29.0 Km. 0 - 1.7 km. 1.7 - 4

1 Alternatif : 1 Tanggul kurung pada jalan midle ring road dan jalan toll reformasi

Tanggul di kiri dan kanan sungai 50 m dari sisi sungai

Tanggul di kiri dan kanan sungai 50 m dari sisi sungai

Tanggul di kiri dan kanan sungai 10 m dari sisi sungai

Tanggul di kiri dan kanan sungai 10 m dari sisi sungai

Tanggul di kiri dan kanan sungai 10 m dari sisi sungai

Tanggul di kiri dan kanan sungai 10 m dari sisi sungai

2 Alternatif : 2 Tanggul kurung pada jalan midle ring road dan jalan toll reformasi

Tanggul di kiri dan kanan sungai 50 m dari sisi sungai

Tanggul di kiri dan kanan sungai 50 m dari sisi sungai

Waduk Tunggu 83.7 ha, El.+0.00, Spillway 200m; Tanggul

Tanggul di kiri dan kanan sungai 10 m dari sisi sungai

Tanggul di kiri dan kanan sungai 10 m dari sisi sungai

Tanggul di kiri dan kanan sungai 10 m dari sisi sungai

3 Alternatif : 3 Tanggul kurung pada jalan midle ring road dan jalan toll reformasi

Tanggul di kiri dan kanan sungai 50 m dari sisi sungai

Normalisasi sungai, b=55m;h=5.5m

Waduk Tunggu 83.7 ha, El.+0.00, Spillway 200m; Normalisasi sungai, b=35m;h=5.1m

Normalisasi sungai, b=25m;h=4.5m

Normalisasi sungai, b=25m;h=3.7m

Normalisasi sungai, b=25m;h=3.7m

4 Alternatif : 4 Tanggul kurung pada jalan midle ring road dan jalan toll reformasi

Tanggul di kiri dan kanan sungai 50 m dari sisi sungai

Normalisasi sungai, b=55m;h=5.5m

Waduk Tunggu 83.7 ha, El.+0.00, Spillway 200m; Normalisasi sungai, b=35m;h=5.1m

Normalisasi sungai, b=25m;h=4.5m

Normalisasi sungai, b=25m;h=3.7m

Retarding basin 200 ha, +tanggul keliling

5.7. Analisis Profil Muka Air Banjir

5 - 9

Page 10: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

5.7.1. Kondisi Analisis

Analisis hidrolika pada Sungai Tallo dilakukan dengan metode analisis aliran tidak tunak (Unsteady Flow), dengan kondisi Geometry Data dan Unsteady Flow Data sesuai dengan alternatif pola pengendalian banjir yang disusun, antara lain sebagai berikut :

1. Penampang sungai yang ada dengan hydrograf banjir rancangan periode ulang 2, 5, 10, 25, dan 50 tahun.

2. Penampang sungai yang ada ditambah rencana tanggul sesuai dengan pembagian ruas sungai (Tabel A.5.5. untuk Alternatif 1)

3. Penampang sungai yang ada ditambah rencana tanggul sampai ke hulu (km. 29), dan Waduk Tunggu Nipa-Nipa (Tabel A.5.5. untuk Alternatif 2)

4. Penampang sungai yang ada ditambah rencana tanggul sampai km. 20.1, dan rencana normalisasi pada ruas sungai hulunya, serta ditambah rencana waduk tunggu (Storage Area Geometry) (Tabel A.5.5. untuk Alternatif 3)

5. Penampang sungai yang ada ditambah rencana tanggul sampai km. 20.1, dan rencana normalisasi pada ruas sungai hulunya, ditambah rencana waduk tunggu Nipa-Nipa, dan Retarding Basin Tamangapa (Tabel A.5.5. untuk Alternatif 4)

5.7.2. Hasil Analisis Hidrolika

Hasil analisis profil muka air Sungai Tallo secara ringkas dapat dilihat pada Tabel A.5.6. berikut :

Tabel A.5.6. Elevasi Muka Air Banjir Sungai TalloNo. Titik Tinjauan/ Patok km. Alternatif

Percabangan 1 2 3 41 Muara S. Tallo P.0 0.000 0.80 0.80 0.80 0.802 S. Pampang P.33+83.6 1.775 1.02 1.02 1.02 0.993 SP. Biringkanaya I P.99 4.944 1.32 1.32 1.32 1.254 SP. Biringkanaya III P.37+74.9 7.353 1.79 1.79 1.79 1.675 SP. Daya T.44 7.787 1.95 1.95 1.95 1.816 SP. Antara U.27 11.352 2.56 2.56 2.56 2.367 Jembatan PLTU U.68 13.067 2.91 2.91 2.91 2.698 S.59 A P.1 15.237 3.40 3.40 3.40 3.149 SP. BTP 2 P.50 17.559 4.30 3.98 3.98 3.6510 SP. BTP 1 P.93 19.253 5.60 4.11 4.11 3.7611 SP. Daya I P.112 20.107 7.11 4.53 4.23 3.8812 S. Taccerekang P.118 20.422 7.84 4.59 4.29 3.9313 Jembatan Nipa-Nipa P.168+22 22.266 8.21 4.55 4.33 3.9414 Sluiceway WT P.185 23.108 - 4.55 4.35 3.9515 Spillway WT (d/s) P.194 23.448 - 4.55 4.38 3.9616 Spillway WT (u/s) P.198 23.658 - 4.55 4.38 3.9617 S. Mangalarang P.199 23.708 8.63 4.56 4.39 3.9618 Jembt. Mangalarang P.310 29.003 9.62 8.52 5.98 5.84

5 - 10

Page 11: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

5.8. Rencana Pekerjaan Pengendalian Banjir

5.8.1. Alternatif – 1

Rencana pengendalian banjir untuk Alternatif-1 adalah sebagai berikut :

Tabel A.5.7. Rencana Pengendalian Banjir Sungai Tallo (Alternatif -1)Ruas

Sungai(km)

Bagian SungaiSisi Uraian Pekerjaan Pengendalian Banjir Panjang

(km)0.0 – 13.0 Kanan Pemanfaatan rencana Midle Ring Road untuk tanggul

kurung-

Outlet drainase pada SP.BRK I, SP.BRK III, SP. Daya dibuat terbuka (tidak ada bangunan/pintu)

-

Tanggul banjir BTN Antara (km. 10.7 – 13.0) 2.26Bangunan drainase outlet pada SP. Antara (bangunan pintu klep dan fasilitas pompa drainase)

(1 bang.)

Kiri Pemanfaatan jalan toll Reformasi untuk tanggul kurung13.0 - 22.3 Kanan Tanggul diluar rumpun nipah atau jarak 50 m dari tepi

sungai9.30

Bangunan drainase outlet pada S. 59A/BTN Bung Permai (bangunan pintu klep dan fasilitas pompa drainase), km. 15.24

(1 bang.)

Bangunan drainase outlet pada : SP. BTP 2, SP. BTP. 1, SP. Daya I, dan S. Taccerekang

(4 bang.)

Kiri Tanggul diluar rumpun nipah atau jarak 50 m dari tepi sungai

9.30

22.3 - 29.0 Kanan Tanggul pada jarak 10 m dari tepi sungai 6.70

Kiri Tanggul pada jarak 10 m dari tepi sungai 6.70

5.8.2. Alternatif – 2

Rencana pengendalian banjir untuk Alternatif-2 adalah sebagai berikut :

Tabel A.5.8. Rencana Pengendalian Banjir Sungai Tallo (Alternatif -2)Ruas

Sungai(km)

Bagian SungaiSisi Uraian Pekerjaan Pengendalian Banjir Panjang

(km)0.0 – 13.0 Sama dengan Alternatif-113.0 - 22.3 Sama dengan Alternatif-122.3-23.7 Kanan Tanggul pada jarak 10 m dari tepi sungai 1.40

Waduk Tunggu Nipa-Nipa (luas 84 ha, dasar el. +0.50, spillway 200m, tanggul El.+5.00)

Kiri Tanggul pada jarak 10 m dari tepi sungai 1.4023.7 - 29.0 Kanan Tanggul pada jarak 10 m dari tepi sungai 5.30

Kiri Tanggul pada jarak 10 m dari tepi sungai 5.30

5 - 11

Page 12: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

5.8.3. Alternatif – 3

Rencana pengendalian banjir untuk Alternatif-3 adalah sebagai berikut :

Tabel A.5.9. Rencana Pengendalian Banjir Sungai Tallo (Alternatif -3)Ruas

Sungai(km)

Bagian SungaiSisi Uraian Pekerjaan Pengendalian Banjir Panjang

(km)0.0 – 13.0 Kanan

dan kiriSama dengan Alternatif-1

13.0 - 20.1 Kanan dan kiri

Sama dengan Alternatif-1 7.10

20.1-22.3 - Normalisasi sungai dengan pelebaran dan penggalian alur sungai dengan dimensi (b=55 m, h=5.5 m)

2.20

22.3-23.7 - Normalisasi sungai dengan pelebaran dan penggalian alur sungai dengan dimensi (b=35 m, h=5.1 m)

1.40

Kanan Waduk Tunggu Nipa-Nipa (luas 84 ha, dasar el. +0.50, spillway 200m, tanggul El.+5.00)

23.7 - 29.0 - Normalisasi sungai dengan pelebaran dan penggalian alur sungai dengan dimensi (b=25 m, h=4.5 m)

5.30

5.8.4. Alternatif – 4

Rencana pengendalian banjir untuk Alternatif-4 adalah sebagai berikut :

Tabel A.5.10. Rencana Pengendalian Banjir Sungai Tallo (Alternatif -4)Ruas

Sungai(km)

Bagian SungaiSisi Uraian Pekerjaan Pengendalian Banjir Panjang

(km)0.0 – 13.0 Kanan

dan kiriSama dengan Alternatif-1

13.0 - 20.1 Kanan dan kiri

Sama dengan Alternatif-1 7.10

20.1-22.3 - Normalisasi sungai dengan pelebaran dan penggalian alur sungai dengan dimensi (b=55 m, h=5.5 m)

2.20

22.3-23.7 - Normalisasi sungai dengan pelebaran dan penggalian alur sungai dengan dimensi (b=35 m, h=5.1 m)

1.40

Kanan Waduk Tunggu Nipa-Nipa (luas 84 ha, dasar el. +0.50, spillway 200m, tanggul El.+5.00)

23.7 - 29.0 - Normalisasi sungai dengan pelebaran dan penggalian alur sungai dengan dimensi (b=25 m, h=4.5 m)

5.30

0.0 - 2.0 S. Tallo Hulu

- Normalisasi sungai dengan pelebaran dan penggalian alur sungai dengan dimensi (b=25 m, h=4.5 m)

2.00

- Retarding basin Tamangapa (200 ha, dsr. El. 1.00, + tanggul keliling +4.50)

5.9. Pra Desain Pengendalian Banjir

5 - 12

Page 13: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

5.9.1. Tanggul Banjir

Rencana tanggul dari masing-masing alternatif yang diusulkan didesain berdasarkan elevasi muka air banjir dari hasil analisis hidrolika ditambah dengan tinggi jagaan. Besarnya tinggi jagaan dari muara sampai ke hulu diambil 0.60 m. Lebar mercu tanggul direncanakan 3.00 m. Kemiringan lereng talud luar dan dalam diambil 1 : 1.5.

5.9.2. Normalisasi Sungai

Rencana normalisasi sungai meliputi pekerjaan : memperdalam dan memperlebar penampang sungai serta meluruskan sebagian ruas sungai. Dalam perencanaan ini pelurusan sungai dengan sudetan yang panjang sedapat mungkin dihindari untuk tidak terlalu banyak merubah morfologi sungai. Dimensi normalisasi sungai direncanakan berdasarkan debit banjir yang lewat untuk masing-masing alternatif pengendalian banjir

Tabel A.5.11. Dimensi Rencana Normalisasi Sungai Tallo (dengan waduk regulasi)

RuasSungai (km)

Q(m3/dt)

Dimensi Sungaib

(m)h

(m)V

(m/dt) i k mW(m)

20 - 22 376 55 5.41 1.104 0.0001 40 1.5 0.6022 - 24 315 35 5.12 1.446 0.0002 40 1.5 0.6024 - 29 280 25 4.69 1.874 0.0004 40 1.5 0.60

Keterangan : km. 20 – 24 : debit puncak banjirnya sudah direduksi oleh adanya waduk tunggu (Alternatif 2 dan Alternatif 3)

5.9.3. Waduk Tunggu Nipa-Nipa

Waduk tunggu Nipa-Nipa direncanakan terletak pada sisi sebelah kanan sungai Tallo pada posisi setelah percabangan Sungai Mangalarang, atau pada km. 22.3 – 23.7. Dimensi pokok pra desain waduk tunggu Nipa-Nipa yang dijadikan untuk analisis hidrolika adalah sebagai berikut :

Luas genangan waduk tunggu = 83.70 ha Elevasi rencana dasar waduk tunggu = + 0.00 m Elevasi muka air maksimum di waduk tunggu = + 4.28 m Elevasi tanggul keliling = + 5.08 m Elevasi crest mercu pelimpah = + 3.36 m Panjang pelimpah = 170 m Pintu pengeluaran berupa pintu sorong = 3 x 5.0 x 4.0 m²

5.9.4. Retarding Basin Tamangapa

5 - 13

Page 14: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

Alternatif rencana retarding basin Tamangapa direncanakan terletak pada sisi sebelah kiri sungai Tallo Hulu pada posisi 2.0 km sebelum percabangan Sungai Mangalarang. Dimensi pokok pra desain waduk tunggu Nipa-Nipa yang dijadikan untuk analisis hidrolika adalah sebagai berikut :

Luas genangan retarding basin = 200 ha Elevasi rencana dasar retarding basin = + 1.00 m Elevasi muka air maksimum di retarding basin = + 5.14 m Elevasi tanggul keliling = + 5.94 m Elevasi crest mercu pelimpah = + 4.00 m Panjang pelimpah = 200 m Pintu sorong (yang ada) = 3 x 5.0 x 4.0 m²

5.10. Analisis Perbandingan Biaya Alternatif

Perkiraan biaya masing-masing alternatif pengendalian banjir disajikan pada Tabel B.5.2 terlampir. Perhitungan perkiraan biaya tersebut dilakukan hanya untuk pekerjaan-pekerjaan pokok dari masing-masing item pekerjaan. Rekapitulasi perbandingan biaya alternatif pengendalian banjir yang diusulkan seperti disajikan pada Tabel A.5.12. berikut :

Tabel A.5.12. Perbandingan Biaya Alternatif Pengendalian Banjir

No. Alternatif Jenis PekerjaanTotal Perkiraan

Biaya (Milyar Rp.)

Keterangan

1 Alternatif – 1 Tanggul kiri dan kanan sungai, total panjang 43.34 km.

Drainase inlet 8 buah Stasiun Pompa 2x0.5m3/dt Pembebasan lahan 77 ha 72.88  

2 Alternatif – 2 Tanggul kiri dan kanan sungai, total panjang 43.34 km.

Drainase inlet 6 buah Stasiun Pompa 2x0.5m3/dt Waduk tunggu 84 ha Pembebasan lahan 138 ha 87.35  

3 Alternatif – 3 Tanggul kiri dan kanan sungai, total panjang 29.74 km.

Normalisasi Sungai 13.6 km Drainase inlet 5 buah Stasiun Pompa 2x0.5m3/dt Waduk tunggu 84 ha Pembebasan lahan 129 ha 98.77  

4 Alternatif – 4 Tanggul kiri dan kanan 149.02

5 - 14

Page 15: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

sungai, total panjang 29.74 km.

Normalisasi Sungai 13.6 km Drainase inlet 5 buah Stasiun Pompa 2x0.5m3/dt Waduk Tunggu 84 ha Retarding basin 200 ha Pembebasan lahan 327 ha

5.11. Pemilihan Alternatif Pengendalian Banjir

Alternatif tanggul banjir pada ruas sungai hilir dan tengah sampai jarak 20.0 km dari hilir cukup efektif menahan luapan banjir, karena kemiringan dasar sungai yang sangat landai, dan pengaruh pasang air laut cukup dominan. Sehingga dari keempat alternatif pengendalian banjir, elevasi muka air banjir tidak berubah cukup banyak, bahkan cenderung sama. Normalisasi sungai dengan menggali dan memperlebar penampang sungai tidak berpengaruh banyak dalam menurunkan elevasi muka air banjir. Untuk itu pada ruas ini (km. 0 – 20) tidak diusulkan pekerjaan normalisasi sungai.

Akan tetapi untuk ruas sungai di hulunya kondisi penampang sungai yang ada relatif sangat kurang dibandingkan dengan kebutuhan untuk mengalirkan debit banjir. Untuk itu normalisasi sungai dengan menggali dan memperlebar penampang sungai cukup efektif dalam menurunkan elevasi muka air banjir. Alternatif penanggulan saja tanpa normalisasi sungai (Alternatif-1) menyebabkan elevasi muka air banjir hasil perhitungan unsteady flow menjadi sangat tinggi (el. m.a.b = + 9.62 m di km. 29.0), dibandingkan dengan elevasi tebing rata-rata di lokasi ini (+ 6.53 m). Untuk itu diperlukan tanggul dengan tinggi rata-rata sebesar 5.0 m. pada lokasi ini. Secara teknis alternatif tanggul saja (Alternatif-1) akan sulit dilaksanakan karena tingginya tanggul yang harus dibuat. Perbandingan tinggi rata-rata tanggul banjir yang diperlukan untuk masing-masing alternatif seperti disajikan pada Tabel B.5.1.

Sedangkan penambahan rencana waduk tunggu seluas 84 ha (Alternatif-2), secara efektif dapat menurunkan elevasi muka air banjir sampai ke hilir (km. 20.0), dan hal ini juga berpengaruh dalam menurunkan muka air banjir ke hulunya sampai di hulu (km. 29.0). Secara teknis Alternatif-2 ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan Alternatif-1, walaupun dari perbandingan perkiraan biaya yang dibutuhkan, Alternatif-1 masih lebih rendah.

Pada Alternatif-3 dengan pekerjaan normalisasi sungai pada ruas sungai hulu (km. 20 – km.29) elevasi muka air banjir menjadi lebih rendah lagi. Namun biaya konstruksi alternatif ini masih lebih besar dari alternatif sebelumnya karena ada penambahan pekerjaan normalisasi sungai.

Berdasarkan perbandingan alternatif tersebut selanjutnya diusulkan beberapa hal sebagai berikut :

5 - 15

Page 16: Final Bab 05 Alternatif Banjir

PERSERO PT. VIRAMA KARYAKONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN

Konstruksi tanggul dan fasilitas outlet drainasi pada ruas sungai hilir yang dikombinasikan dengan pekerjaan normalisasi sungai hulu, serta rencana konstruksi waduk regulasi (Alternatif – 3), diusulkan dipilih untuk bisa dilaksanakan secara bertahap mulai jangka pendek sampai jangka panjang, untuk pengendalian banjir Sungai Tallo. Walaupun secara ekonomis alternatif ini membutuhkan biaya yang besar, namun mempertimbangkan manfaat lain yang cukup besar terutama dalam konservasi sumber air. Sedangkan retarding basin Tamangapa disarankan untuk tetap dilestarikan sebagai penampungan sementara secara alamiah, dan jika memungkinkan secara bertahap dapat ditingkatkan kapasitasnya dengan penambahan tanggul keliling atau dengan penggalian dasar tampungan.

5.12. Tindakan Non Struktural Untuk Mengurangi Kerusakan Akibat Banjir

Upaya penanganan banjir secara struktural masih ada kekurangan dan kelemahannya sehingga ada kecenderungan untuk mengatasi masalah banjir secara komprehensip yaitu gabungan struktur dan non struktur secara menyeluruh dan terpadu dalam satu sistem. Masalah banjir tidak dapat diatasi secara tuntas 100% sehingga upaya yang dapat dilakukan berupa flood management atau flood damage management.

Kegiatan penanganan masalah banjir yang bersifat non struktural antara lain :1. Perencanaan tata guna lahan (ruang) di dataran banjir yang disesuaikan dengan

kemungkinan terjadinya genangan banjir serta disesuaikan dengan upaya perlindungan air dan sumber air.

2. Pelestarian daerah-daerah kantong air (danau atau rawa-rawa) yang selama ini sudah menjadi tempat penampungan air.

3. Pembangunan di daerah banjir yang menyesuaikan dengan kemungkinan terjadinya genangan banjir yang dapat terjadi setiap saat, antara lain dengan meninggikan pondasi bangunan atau membuat rumah-rumah panggung.

4. Pemasangan patok-patok peil banjir pada dataran banjir dengan mencantumkan bebagai elevasi banjir menurut kala ulangnya dan atau elevasi muka air banjir untuk banjir yang telah lewat.

5. Pemasangan dan pengoperasian sistem perkiraan dan pemberitaan dini peristiwa banjir kepada masyarakat.

6. Penyuluhan kepada masyarakat terhadap bahaya banjir dan peran sertanya dalam mengatasi dan upaya untuk mengurangi/menekan terjadinya masalah banjir dan kerugian yang ditimbulkan.

7. Lebih menggiatkan kampanye pembangunan dengan berwawasan kelestarian lingkungan.

5 - 16