filter resin kation pelunak air sadah sumur gali

6
134 p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No.3, Februari 2018, pp.134-139 http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Filter Resin Kation Pelunak Air Sadah Sumur Gali Winarni Kristanti*, Narto*, Muryoto* *Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi 3, Gamping, Sleman, DIY, 55293 email : [email protected] Abstract Water quality which is not met the standard can cause disturbance and health problems. Water that contain high hardness can lead to soap wastefulness, forming precipitation and cookware crust, and become one of the risk factors for kidney failure. Various ways can be applied to re- duce water hardness, one of which is filtration using ion exchange media. The ion exchange media used in this study is cation resin. The purpose of this study was to determine the effect of cation resin thickness variation at filter on the decrease of well water hardness. This research was an experiment with pre-test post-test with control group design, and was conducted in Ja- nuary 2018, located in Pereng hamlet of, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo Regency. The data were analysed using one way anova. The average water hardness before processing was 460 mg/l, while the mean decrease in the control group was 42,66 mg/l; in P1 group was 197,33 mg /l, in P2 group was 197,33 mg/l, and in P3 group was 197,33 mg/l. The results of data analysis showed that the thickness variations of cation resin influence the decrease of well water hard- ness in the control group, and P1, P2, and P3 groups (p-value <0,001). The most effective ca- tion resin thickness is the P3 group, i.e. filter with 11 cm thickness cation resin. Keywords : filtration, cation resin, water hardness Intisari Kualitas air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan gangguan dan masalah kesehatan. Air yang mengandung kesadahan tinggi dapat mengakibatkan pemborosan sabun, membentuk endapan dan kerak pada alat masak, dan menjadi salah satu faktor risiko penyakit gagal ginjal. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menurunkan kesadahan, salah satunya ada- lah dengan cara filtrasi menggunakan media penukar ion. Media penukar ion yang digunakan pada penelitian ini adalah resin kation.Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variasi ketebalan resin kation pada filter terhadap penurunan kesadahan air sumur gali. Pene- litian ini adalah eksperimen dengan menggunakan rancangan pre-test post-test with control group. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018. Lokasi penelitian dilaksanakan di Dusun Pereng, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo. Analisis data menggunakan one way Anova. Rata-rata kesadahan air sumur gali sebelum diolah adalah 460 mg/l, sedangkan rata-rata pe- nurunan pada kelompok kontrol adalah 42,66 mg/; kelompok P1, 197,33 mg/l; kelompok P2, 294 mg/l; dan kelompok P3, 388,6 mg/l. Hasil analisis data menunjukkan adanya pengaruh va- riasi ketebalan resin kation terhadap penurunan kesadahan air sumur gali pada kelompok kon- trol, P1, P2, dan P3 (nilai p <0,001). Ketebalan resin kation yang paling efektif sebagai penurun kesadahan air sumur gali adalah kelompok P3, yaitu ketebalan resin kation 11 cm pada filter. Kata Kunci : filtrasi, resin kation, kesadahan PENDAHULUAN Air adalah kebutuhan pokok yang harus tersedia setiap saat bagi mahluk hidup di bumi ini. Dengan adanya air, semua makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang. Air juga merupakan kandu- ngan terbesar dalam tubuh manusia, ya- itu sekitar 50-70 %. Oleh karena itu, apa- bila terjadi kekurangan air, tubuh akan menjadi lemah akibat munculnya ber- bagai penyakit. Bahkan kehilangan air sebanyak 15 % dari berat tubuh manusia dapat menyebabkan kematian 1) . Masalah utama sumber daya air di Indonesia meliputi kuantitas air yang su- dah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan-kegiaatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air. Salah satunya, menyebabkan penurunan kuali- tas air 1) .

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Filter Resin Kation Pelunak Air Sadah Sumur Gali

133p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896

Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Sya’diyah, Suwarni & Kasjono, Pengaruh Penerapan SOP …

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

responden ketika masih duduk di seko-lah menengah atas, antara lain kebijak-an sekolah untuk menerapkan perilaku K3 di laboratorium.

Dari meningkatnya skor perilaku pa-da kelompok eksperimen dapat disimpul-kan bahwa penerapan SOP akan me-ningkatkan perilaku mahasiswa dalam upaya K3. Penelitian yang meneliti ten-tang penerapan SOP perilaku selamat dan kejadian kecelakaan kerja di Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar. Menye-butkan bahwa untuk mengurangi risiko kejadian kecelakaan kerja diperlukan SOP perilaku selamat dalam menjalan-kan aktifitas kerja 4). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa lingkungan kerja dan SOP mempunyai pengaruh yang po-sitif dan sangat kuat terhadap produktifi-tas karyawan 5).

Perilaku K3 yang dimiliki mahasis-wa, baik pada kelompok eksperimen atau kelompok kontrol, mempunyai skor rata-rata tertinggi pada penilaian postperlakuan yang ke-tiga, yaitu pada pe-laksanaan ujian praktik mata kuliah Ki-mia di laboratorium. Hal ini dikarenakan ketika dilaksanakannya ujian tersebut, penggunaan alat pelindung diri (APD) dan perilaku aman dalam pelaksanaan kegiatan praktik mendapatkan poin pe-nilaian dan ada penegasan dari dosen pembimbing bahwa setiap peserta ujian harus memenuhi semua tata tertib labo-ratorium yang telah ditentukan. Selain itu, APD juga disediakan oleh peneliti se-hingga praktikan dapat langsung meng-gunakannya sebelum pelaksanaan ke-giatan praktik.

Dalam penelitian yang dilaksanakan oleh Pradipta dkk 6) disebutkan bahwa ketersediaan APD adalah faktor lingku-ngan yang sangat penting bagi terben-tuknya perilaku seseorang 6). Kebijakan pimpinan juga sangat berpengaruh ter-hadap kepatuhan mahasiswa melaksa-nakan tata tertib dan peraturan yang di-terapkan. Hal ini sesuai dengan peneli-tian yang dilakukan oleh Megantara dkk yang menyebutkan bahwa kepemimpin-an memiliki pengaruh yang lebih besar daripada SOP terhadap kinerja karya-wan, secara parsial maupun simultan 7).

Kegiatan monitoring dan evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui dan menjaga keberkelanjutan dari pengaruh penerapan tata tertib laboratorium dan SOP praktik dan mencapai perilaku yang optimal dalam pelaksanaan K3 di labo-ratorium. Monitoring dan evaluasi meru-pakan bagian yang penting dari proses manajemen karena dari evaluasi akan diperoleh umpan balik (feed back) ter-hadap program atau pelaksanaan kegia-tan sehingga dapat diketahui sejauh ma-na tujuan yang direncanakan telah ter-capai 8).

Teori Green menyatakan bahwa pe-rilaku seseorang tentang kesehatan di-tentukan oleh pengetahuan, sikap, kep-percayaan, dan sebagainya dari orang tua atau masyarakat yang bersangkutan, sehingga pengetahuan sangat menentu-kan bagi terjadinya peningkatan perilaku. Keberhasilan upaya K3 di laboratorium sangat berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa.

Hasil analisis dari penelitian ini me-nyimpulkan bahwa peningkatan nilai pe-ngetahuan juga diikuti dengan peningka-tan nilai perilaku mahasiswa dalam upa-ya K3, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Notoatmojo bahwa pengetahuan adalah hasil tahu dari suatu penginderaan dari suatu objek tertentu, dimana penginderaan meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, serta rasa, dan raba 9).

Penerapan SOP terbukti dapat me-ningkatkan kinerja, efektifitas kerja, dan meningkatkan kualitas pelayanan kepa-da masyarakat. Beberapa penelitian lain yang mendukung tentang kegunaan SOP antara lain Yunitasari 10) yang me-nyimpulkan bahwa kinerja karyawan sa-ngat baik setelah diimplementasikannya SOP dan menunjukkan ada pengaruh implementasi SOP terhadap kinerja kar-yawan food product restoran mie reman di Kota Bandung.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dapat disimpul-kan bahwa penerapan SOP praktik labo-

Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.9, No.3, Februari 2018, pp.128-133

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

raboratorium berpengaruh terhadap ting-kat pengetahuan dan perilaku mahasis-wa dalam upaya K3.

Untuk itu, kepada Unit Laboratorium Poltekkes Kemenkes Yogyakarta disa-rankan untuk menerapkan dan menjamin pelaksanaan SOP praktik laboratorium dan tata tertib laboratorium sehingga da-pat dilaksanakan oleh semua pihak se-bagai pelaksana kegiatan praktikum.

Disarankan pula untuk melengkapi sarana dan prasarana K3 yang harus ada di laboratorium, serta menerapkan pengelolaan sampah yang baik terhadap bekas pemakaian alat pelindung diri ke-giatan di laboratorium yang bersifat se-kali pakai, seperti sarung tangan dan masker yang jumlahnya tentu sangat ba-nyak seiring dengan padatnya kegiatan praktikum yang diikuti oleh jumlah maha-siswa yang banyak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Raharjo, T. J., 2017. Dasar-Dasar Manajemen Keselamatan dan Kese-hatan Kerja di Laboratorium. Yogya-karta Makalah dalam Pelatihan K3 Laboratorium 31 Agustus 2017, Poli-teknik Kesehatan Yogyakara.

2. Nuryani, R., 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi, Universitas Negeri Malang, Malang.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Ta-hun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kese-hatan Kerja, 2012. Kementerian Se-kretariat Negara RI, Jakarta.

4. Andani, R. dan Saptuti, S., 2015. Pe-nerapan standar operasional prose-dur perilaku selamat dan kecelakaan

kerja di Pabrik Gula Tasikmadu Ka-ranganyar, Jurnal Kesehatan Komu-nitas, 2 (6)

5. Darmayanti, Y., 2017. Pengaruh ling-kungan kerja dan standar operasio-nal prosedur terhadap produktivitas kerja karyawan Pengawas Urusan Gerbong Sukacinta (PUG SCT) Per-sero Kabupaten Lahat, Jurnal Pendi-dikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB), 5 (1), E-ISSN:2302-2663

6. Pradipta, N. R., Kurniawan, B., Ja-yanti, S., 2016. Analisis kepatuhan pelaksanaan standar operasional prosedur (SOP) pada pekerja kelistri-kan di PT Angkasa Pura I Semarang, Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-jo-urnal), 4 (3) ISSN: 2356-3346

7. Megantara, I. R., Saptuti, W. S., 2014. Pengaruh kepemimpinan dan standar operasional prosedur terha-dap kinerja karyawan studi kasus pa-da Departemen Housekeeping Hotel Crown Plaza Semarang, JMS-Indo-nesian Journal on Medical Science – Volume, 1 (2).

8. Notoatmodjo, S., 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta.

9. Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Ke-sehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta:

10. Yunitasari, N., 2014. Efektifitas Pe-nerapan Standar Oprasional Prose-dur (SOP) terhadap kinerja karyawan food product Mie Reman di kota Bandung, Thesis, Universitas Pendi-dikan Indonesia, Bandung.

134p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896

Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No.3, Februari 2018, pp.134-139 http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896

Filter Resin Kation Pelunak Air Sadah Sumur Gali

Winarni Kristanti*, Narto*, Muryoto*

*Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi 3, Gamping, Sleman, DIY, 55293

email : [email protected]

Abstract

Water quality which is not met the standard can cause disturbance and health problems. Water that contain high hardness can lead to soap wastefulness, forming precipitation and cookware crust, and become one of the risk factors for kidney failure. Various ways can be applied to re-duce water hardness, one of which is filtration using ion exchange media. The ion exchange media used in this study is cation resin. The purpose of this study was to determine the effect of cation resin thickness variation at filter on the decrease of well water hardness. This research was an experiment with pre-test post-test with control group design, and was conducted in Ja-nuary 2018, located in Pereng hamlet of, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo Regency. The data were analysed using one way anova. The average water hardness before processing was 460 mg/l, while the mean decrease in the control group was 42,66 mg/l; in P1 group was 197,33 mg /l, in P2 group was 197,33 mg/l, and in P3 group was 197,33 mg/l. The results of data analysis showed that the thickness variations of cation resin influence the decrease of well water hard-ness in the control group, and P1, P2, and P3 groups (p-value <0,001). The most effective ca-tion resin thickness is the P3 group, i.e. filter with 11 cm thickness cation resin.

Keywords : filtration, cation resin, water hardness

Intisari

Kualitas air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan gangguan dan masalah kesehatan. Air yang mengandung kesadahan tinggi dapat mengakibatkan pemborosan sabun, membentuk endapan dan kerak pada alat masak, dan menjadi salah satu faktor risiko penyakit gagal ginjal. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menurunkan kesadahan, salah satunya ada-lah dengan cara filtrasi menggunakan media penukar ion. Media penukar ion yang digunakan pada penelitian ini adalah resin kation.Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variasi ketebalan resin kation pada filter terhadap penurunan kesadahan air sumur gali. Pene-litian ini adalah eksperimen dengan menggunakan rancangan pre-test post-test with control group. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018. Lokasi penelitian dilaksanakan di Dusun Pereng, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo. Analisis data menggunakan one way Anova. Rata-rata kesadahan air sumur gali sebelum diolah adalah 460 mg/l, sedangkan rata-rata pe-nurunan pada kelompok kontrol adalah 42,66 mg/; kelompok P1, 197,33 mg/l; kelompok P2, 294 mg/l; dan kelompok P3, 388,6 mg/l. Hasil analisis data menunjukkan adanya pengaruh va-riasi ketebalan resin kation terhadap penurunan kesadahan air sumur gali pada kelompok kon-trol, P1, P2, dan P3 (nilai p <0,001). Ketebalan resin kation yang paling efektif sebagai penurun kesadahan air sumur gali adalah kelompok P3, yaitu ketebalan resin kation 11 cm pada filter.

Kata Kunci : filtrasi, resin kation, kesadahan

PENDAHULUAN

Air adalah kebutuhan pokok yang harus tersedia setiap saat bagi mahluk hidup di bumi ini. Dengan adanya air, semua makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang. Air juga merupakan kandu-ngan terbesar dalam tubuh manusia, ya-itu sekitar 50-70 %. Oleh karena itu, apa-bila terjadi kekurangan air, tubuh akan menjadi lemah akibat munculnya ber-bagai penyakit. Bahkan kehilangan air

sebanyak 15 % dari berat tubuh manusia dapat menyebabkan kematian 1).

Masalah utama sumber daya air di Indonesia meliputi kuantitas air yang su-dah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan-kegiaatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air. Salah satunya, menyebabkan penurunan kuali-tas air 1).

Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.9, No.3, Februari 2018, pp.134-139

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Kualitas air turut mempengaruhi ke-langsungan hidup manusia, terutama ke-sehatan. Kualitas air yang tidak meme-nuhi persyaratan dapat menimbulkan gangguan dan masalah kesehatan. Le-bih dari 75 juta penduduk Indonesia be-lum memiliki akses air minum yang a-man 2). Selain itu, orang yang mempu-nyai air sumur dengan kesadahan tinggi berisiko 22,969 kali lebih besar terkena penyakit batu ginjal dibandingkan de-ngan orang yang mempunyai air sumur dengan kesadahan rendah 3).

Masyarakat di wilayah pedesaan kerap mengembangkan pelayanan air bersih dan air minum sendiri dengan me-manfaatkan mata air, air hujan dan air tanah 2). Secara alamiah kualitas air di alam mengandung zat-zat mineral, baik dalam jumlah sedikit maupun dalam jum-lah yang berlebihan. Zat–zat mineral ter-sebut antara lain kalsium, magnesium, dan logam berat seperti besi dan ma-ngan 4).

Salah satu parameter kimia untuk air bersih adalah kesadahan. Umum-nya, kesadahan disebabkan oleh adanya logam atau kation yang bervalensi 2, se-perti Ca, Mg, dan Fe. Tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) 5).

Air yang mengandung kesadahan tinggi dapat mengakibatkan pemborosan sabun, membentuk endapan dan kerak pada alat masak, dan dapat meledakkan boiler 4). Selain itu, kesadahan yang ting-gi juga merupakan salah satu faktor risi-ko penyebab penyakit gagal ginjal 3).

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengeluarkan peraturan-peratur-an sebagai upaya untuk menjaga dan melindungi masyarakat dari penggunaan air yang tidak aman yang dapat menye-babkan gangguan kesehatan. Salah satu peraturan tersebut adalah Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Ba-ku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Per-syaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum.

Beberapa cara yang dapat dilaku-kan untuk menghilangkan kesadahan yaitu melalui proses pemanasan, proses

pengendapan kimia, dan proses pertu-karan ion 5).

Secara geografis, Kelurahan Bumi-rejo khususnya Wilayah Dusun Pereng merupakan kawasan pedesaan yang berada di daerah perbukitan kapur. Se-bagian besar masyarakatnya mengguna-kan sumber air bersih dari sumur.

Pengambilan sampel yang dilaku-kan dengan mengambil sampel air su-mur gali dari empat sumber di wilayah itu, berdasarkan pemeriksaan kesadah-an di Laboratorium Dasar Jurusan Ke-sehatan Lingkungan Poltekkes Kemen-kes Yogyakarta, menunjukkan hasil bah-wa air sumur gali A mengandung kesa-dahan 373,8 mg/l; sumur gali B, 462,8 mg/l; sumur gali C, 302,6 mg/l, dan su-mur gali D, 356 mg/l.

Baku mutu kualitas air bersih untuk parameter kesadahan yang tercantum dalam Permenkes RI No. 32 tersebut ya-itu 500 mg/l. Namun kesadahan tinggi di-atas 300 mg/l bila dikonsumsi secara terus menerus akan mengganggu kese-hatan, di antaranya adalah merusak fungsi ginjal manusia dan konsumsi air yang batas kesadahannya lebih dari 150 mg/l dapat menimbulkan kerugian-ke-rugian 6).

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti melakukan pene-litian pengolahan air menggunakan filter dengan menggunakan media resin ka-tion. Tujuan dari penelitian ini adalah un-tuk mengetahui apakah ada pengaruh berbagai variasi tebal resin kation ter-hadap penurunan kesadahan air sumur gali di Dusun Pereng, Kelurahan Bumi-rejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Ku-lon Progo, DIY.

METODA

Penelitian ini adalah eksperimen de-ngan desain pre-test post-test with con-trol group. Pemeriksaan kesadahan dila-kukan di Laboratorium Dasar Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yog-yakarta.

Filter yang digunakan adalah tabung housing filter berukuran 10” dan tabung cartridge dengan ukuran diameter 7 cm.

Page 2: Filter Resin Kation Pelunak Air Sadah Sumur Gali

135p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896

Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No.3, Februari 2018, pp.134-139 http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896

Filter Resin Kation Pelunak Air Sadah Sumur Gali

Winarni Kristanti*, Narto*, Muryoto*

*Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi 3, Gamping, Sleman, DIY, 55293

email : [email protected]

Abstract

Water quality which is not met the standard can cause disturbance and health problems. Water that contain high hardness can lead to soap wastefulness, forming precipitation and cookware crust, and become one of the risk factors for kidney failure. Various ways can be applied to re-duce water hardness, one of which is filtration using ion exchange media. The ion exchange media used in this study is cation resin. The purpose of this study was to determine the effect of cation resin thickness variation at filter on the decrease of well water hardness. This research was an experiment with pre-test post-test with control group design, and was conducted in Ja-nuary 2018, located in Pereng hamlet of, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo Regency. The data were analysed using one way anova. The average water hardness before processing was 460 mg/l, while the mean decrease in the control group was 42,66 mg/l; in P1 group was 197,33 mg /l, in P2 group was 197,33 mg/l, and in P3 group was 197,33 mg/l. The results of data analysis showed that the thickness variations of cation resin influence the decrease of well water hard-ness in the control group, and P1, P2, and P3 groups (p-value <0,001). The most effective ca-tion resin thickness is the P3 group, i.e. filter with 11 cm thickness cation resin.

Keywords : filtration, cation resin, water hardness

Intisari

Kualitas air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan gangguan dan masalah kesehatan. Air yang mengandung kesadahan tinggi dapat mengakibatkan pemborosan sabun, membentuk endapan dan kerak pada alat masak, dan menjadi salah satu faktor risiko penyakit gagal ginjal. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menurunkan kesadahan, salah satunya ada-lah dengan cara filtrasi menggunakan media penukar ion. Media penukar ion yang digunakan pada penelitian ini adalah resin kation.Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variasi ketebalan resin kation pada filter terhadap penurunan kesadahan air sumur gali. Pene-litian ini adalah eksperimen dengan menggunakan rancangan pre-test post-test with control group. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018. Lokasi penelitian dilaksanakan di Dusun Pereng, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo. Analisis data menggunakan one way Anova. Rata-rata kesadahan air sumur gali sebelum diolah adalah 460 mg/l, sedangkan rata-rata pe-nurunan pada kelompok kontrol adalah 42,66 mg/; kelompok P1, 197,33 mg/l; kelompok P2, 294 mg/l; dan kelompok P3, 388,6 mg/l. Hasil analisis data menunjukkan adanya pengaruh va-riasi ketebalan resin kation terhadap penurunan kesadahan air sumur gali pada kelompok kon-trol, P1, P2, dan P3 (nilai p <0,001). Ketebalan resin kation yang paling efektif sebagai penurun kesadahan air sumur gali adalah kelompok P3, yaitu ketebalan resin kation 11 cm pada filter.

Kata Kunci : filtrasi, resin kation, kesadahan

PENDAHULUAN

Air adalah kebutuhan pokok yang harus tersedia setiap saat bagi mahluk hidup di bumi ini. Dengan adanya air, semua makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang. Air juga merupakan kandu-ngan terbesar dalam tubuh manusia, ya-itu sekitar 50-70 %. Oleh karena itu, apa-bila terjadi kekurangan air, tubuh akan menjadi lemah akibat munculnya ber-bagai penyakit. Bahkan kehilangan air

sebanyak 15 % dari berat tubuh manusia dapat menyebabkan kematian 1).

Masalah utama sumber daya air di Indonesia meliputi kuantitas air yang su-dah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan-kegiaatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air. Salah satunya, menyebabkan penurunan kuali-tas air 1).

Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.9, No.3, Februari 2018, pp.134-139

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Kualitas air turut mempengaruhi ke-langsungan hidup manusia, terutama ke-sehatan. Kualitas air yang tidak meme-nuhi persyaratan dapat menimbulkan gangguan dan masalah kesehatan. Le-bih dari 75 juta penduduk Indonesia be-lum memiliki akses air minum yang a-man 2). Selain itu, orang yang mempu-nyai air sumur dengan kesadahan tinggi berisiko 22,969 kali lebih besar terkena penyakit batu ginjal dibandingkan de-ngan orang yang mempunyai air sumur dengan kesadahan rendah 3).

Masyarakat di wilayah pedesaan kerap mengembangkan pelayanan air bersih dan air minum sendiri dengan me-manfaatkan mata air, air hujan dan air tanah 2). Secara alamiah kualitas air di alam mengandung zat-zat mineral, baik dalam jumlah sedikit maupun dalam jum-lah yang berlebihan. Zat–zat mineral ter-sebut antara lain kalsium, magnesium, dan logam berat seperti besi dan ma-ngan 4).

Salah satu parameter kimia untuk air bersih adalah kesadahan. Umum-nya, kesadahan disebabkan oleh adanya logam atau kation yang bervalensi 2, se-perti Ca, Mg, dan Fe. Tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) 5).

Air yang mengandung kesadahan tinggi dapat mengakibatkan pemborosan sabun, membentuk endapan dan kerak pada alat masak, dan dapat meledakkan boiler 4). Selain itu, kesadahan yang ting-gi juga merupakan salah satu faktor risi-ko penyebab penyakit gagal ginjal 3).

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengeluarkan peraturan-peratur-an sebagai upaya untuk menjaga dan melindungi masyarakat dari penggunaan air yang tidak aman yang dapat menye-babkan gangguan kesehatan. Salah satu peraturan tersebut adalah Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Ba-ku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Per-syaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum.

Beberapa cara yang dapat dilaku-kan untuk menghilangkan kesadahan yaitu melalui proses pemanasan, proses

pengendapan kimia, dan proses pertu-karan ion 5).

Secara geografis, Kelurahan Bumi-rejo khususnya Wilayah Dusun Pereng merupakan kawasan pedesaan yang berada di daerah perbukitan kapur. Se-bagian besar masyarakatnya mengguna-kan sumber air bersih dari sumur.

Pengambilan sampel yang dilaku-kan dengan mengambil sampel air su-mur gali dari empat sumber di wilayah itu, berdasarkan pemeriksaan kesadah-an di Laboratorium Dasar Jurusan Ke-sehatan Lingkungan Poltekkes Kemen-kes Yogyakarta, menunjukkan hasil bah-wa air sumur gali A mengandung kesa-dahan 373,8 mg/l; sumur gali B, 462,8 mg/l; sumur gali C, 302,6 mg/l, dan su-mur gali D, 356 mg/l.

Baku mutu kualitas air bersih untuk parameter kesadahan yang tercantum dalam Permenkes RI No. 32 tersebut ya-itu 500 mg/l. Namun kesadahan tinggi di-atas 300 mg/l bila dikonsumsi secara terus menerus akan mengganggu kese-hatan, di antaranya adalah merusak fungsi ginjal manusia dan konsumsi air yang batas kesadahannya lebih dari 150 mg/l dapat menimbulkan kerugian-ke-rugian 6).

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti melakukan pene-litian pengolahan air menggunakan filter dengan menggunakan media resin ka-tion. Tujuan dari penelitian ini adalah un-tuk mengetahui apakah ada pengaruh berbagai variasi tebal resin kation ter-hadap penurunan kesadahan air sumur gali di Dusun Pereng, Kelurahan Bumi-rejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Ku-lon Progo, DIY.

METODA

Penelitian ini adalah eksperimen de-ngan desain pre-test post-test with con-trol group. Pemeriksaan kesadahan dila-kukan di Laboratorium Dasar Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yog-yakarta.

Filter yang digunakan adalah tabung housing filter berukuran 10” dan tabung cartridge dengan ukuran diameter 7 cm.

Page 3: Filter Resin Kation Pelunak Air Sadah Sumur Gali

135p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896

Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No.3, Februari 2018, pp.134-139 http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896

Filter Resin Kation Pelunak Air Sadah Sumur Gali

Winarni Kristanti*, Narto*, Muryoto*

*Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi 3, Gamping, Sleman, DIY, 55293

email : [email protected]

Abstract

Water quality which is not met the standard can cause disturbance and health problems. Water that contain high hardness can lead to soap wastefulness, forming precipitation and cookware crust, and become one of the risk factors for kidney failure. Various ways can be applied to re-duce water hardness, one of which is filtration using ion exchange media. The ion exchange media used in this study is cation resin. The purpose of this study was to determine the effect of cation resin thickness variation at filter on the decrease of well water hardness. This research was an experiment with pre-test post-test with control group design, and was conducted in Ja-nuary 2018, located in Pereng hamlet of, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo Regency. The data were analysed using one way anova. The average water hardness before processing was 460 mg/l, while the mean decrease in the control group was 42,66 mg/l; in P1 group was 197,33 mg /l, in P2 group was 197,33 mg/l, and in P3 group was 197,33 mg/l. The results of data analysis showed that the thickness variations of cation resin influence the decrease of well water hard-ness in the control group, and P1, P2, and P3 groups (p-value <0,001). The most effective ca-tion resin thickness is the P3 group, i.e. filter with 11 cm thickness cation resin.

Keywords : filtration, cation resin, water hardness

Intisari

Kualitas air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan gangguan dan masalah kesehatan. Air yang mengandung kesadahan tinggi dapat mengakibatkan pemborosan sabun, membentuk endapan dan kerak pada alat masak, dan menjadi salah satu faktor risiko penyakit gagal ginjal. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menurunkan kesadahan, salah satunya ada-lah dengan cara filtrasi menggunakan media penukar ion. Media penukar ion yang digunakan pada penelitian ini adalah resin kation.Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variasi ketebalan resin kation pada filter terhadap penurunan kesadahan air sumur gali. Pene-litian ini adalah eksperimen dengan menggunakan rancangan pre-test post-test with control group. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018. Lokasi penelitian dilaksanakan di Dusun Pereng, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo. Analisis data menggunakan one way Anova. Rata-rata kesadahan air sumur gali sebelum diolah adalah 460 mg/l, sedangkan rata-rata pe-nurunan pada kelompok kontrol adalah 42,66 mg/; kelompok P1, 197,33 mg/l; kelompok P2, 294 mg/l; dan kelompok P3, 388,6 mg/l. Hasil analisis data menunjukkan adanya pengaruh va-riasi ketebalan resin kation terhadap penurunan kesadahan air sumur gali pada kelompok kon-trol, P1, P2, dan P3 (nilai p <0,001). Ketebalan resin kation yang paling efektif sebagai penurun kesadahan air sumur gali adalah kelompok P3, yaitu ketebalan resin kation 11 cm pada filter.

Kata Kunci : filtrasi, resin kation, kesadahan

PENDAHULUAN

Air adalah kebutuhan pokok yang harus tersedia setiap saat bagi mahluk hidup di bumi ini. Dengan adanya air, semua makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang. Air juga merupakan kandu-ngan terbesar dalam tubuh manusia, ya-itu sekitar 50-70 %. Oleh karena itu, apa-bila terjadi kekurangan air, tubuh akan menjadi lemah akibat munculnya ber-bagai penyakit. Bahkan kehilangan air

sebanyak 15 % dari berat tubuh manusia dapat menyebabkan kematian 1).

Masalah utama sumber daya air di Indonesia meliputi kuantitas air yang su-dah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan-kegiaatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air. Salah satunya, menyebabkan penurunan kuali-tas air 1).

Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.9, No.3, Februari 2018, pp.134-139

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Kualitas air turut mempengaruhi ke-langsungan hidup manusia, terutama ke-sehatan. Kualitas air yang tidak meme-nuhi persyaratan dapat menimbulkan gangguan dan masalah kesehatan. Le-bih dari 75 juta penduduk Indonesia be-lum memiliki akses air minum yang a-man 2). Selain itu, orang yang mempu-nyai air sumur dengan kesadahan tinggi berisiko 22,969 kali lebih besar terkena penyakit batu ginjal dibandingkan de-ngan orang yang mempunyai air sumur dengan kesadahan rendah 3).

Masyarakat di wilayah pedesaan kerap mengembangkan pelayanan air bersih dan air minum sendiri dengan me-manfaatkan mata air, air hujan dan air tanah 2). Secara alamiah kualitas air di alam mengandung zat-zat mineral, baik dalam jumlah sedikit maupun dalam jum-lah yang berlebihan. Zat–zat mineral ter-sebut antara lain kalsium, magnesium, dan logam berat seperti besi dan ma-ngan 4).

Salah satu parameter kimia untuk air bersih adalah kesadahan. Umum-nya, kesadahan disebabkan oleh adanya logam atau kation yang bervalensi 2, se-perti Ca, Mg, dan Fe. Tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) 5).

Air yang mengandung kesadahan tinggi dapat mengakibatkan pemborosan sabun, membentuk endapan dan kerak pada alat masak, dan dapat meledakkan boiler 4). Selain itu, kesadahan yang ting-gi juga merupakan salah satu faktor risi-ko penyebab penyakit gagal ginjal 3).

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengeluarkan peraturan-peratur-an sebagai upaya untuk menjaga dan melindungi masyarakat dari penggunaan air yang tidak aman yang dapat menye-babkan gangguan kesehatan. Salah satu peraturan tersebut adalah Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Ba-ku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Per-syaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum.

Beberapa cara yang dapat dilaku-kan untuk menghilangkan kesadahan yaitu melalui proses pemanasan, proses

pengendapan kimia, dan proses pertu-karan ion 5).

Secara geografis, Kelurahan Bumi-rejo khususnya Wilayah Dusun Pereng merupakan kawasan pedesaan yang berada di daerah perbukitan kapur. Se-bagian besar masyarakatnya mengguna-kan sumber air bersih dari sumur.

Pengambilan sampel yang dilaku-kan dengan mengambil sampel air su-mur gali dari empat sumber di wilayah itu, berdasarkan pemeriksaan kesadah-an di Laboratorium Dasar Jurusan Ke-sehatan Lingkungan Poltekkes Kemen-kes Yogyakarta, menunjukkan hasil bah-wa air sumur gali A mengandung kesa-dahan 373,8 mg/l; sumur gali B, 462,8 mg/l; sumur gali C, 302,6 mg/l, dan su-mur gali D, 356 mg/l.

Baku mutu kualitas air bersih untuk parameter kesadahan yang tercantum dalam Permenkes RI No. 32 tersebut ya-itu 500 mg/l. Namun kesadahan tinggi di-atas 300 mg/l bila dikonsumsi secara terus menerus akan mengganggu kese-hatan, di antaranya adalah merusak fungsi ginjal manusia dan konsumsi air yang batas kesadahannya lebih dari 150 mg/l dapat menimbulkan kerugian-ke-rugian 6).

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti melakukan pene-litian pengolahan air menggunakan filter dengan menggunakan media resin ka-tion. Tujuan dari penelitian ini adalah un-tuk mengetahui apakah ada pengaruh berbagai variasi tebal resin kation ter-hadap penurunan kesadahan air sumur gali di Dusun Pereng, Kelurahan Bumi-rejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Ku-lon Progo, DIY.

METODA

Penelitian ini adalah eksperimen de-ngan desain pre-test post-test with con-trol group. Pemeriksaan kesadahan dila-kukan di Laboratorium Dasar Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yog-yakarta.

Filter yang digunakan adalah tabung housing filter berukuran 10” dan tabung cartridge dengan ukuran diameter 7 cm.

136p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896

Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Kristanti, Narto & Muryoto, Filter Resin Kation …

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Media filtrasi menggunakan resin kation dan kerikil sebagai lapisan penyangga.

Kelompok perlakuan dibagi menjadi empat, yaitu: P1, kelompok resin kation dengan ketebalan lapisan 5 cm; P2, ke-lompok resin kation ketebalan 8 cm, dan P3, kelompok resin kation ketebalan 11 cm serta kelompok kontrol, yaitu filter tanpa penambahan resin kation.

Ketebalan resin kation adalah tinggi susunan resin kation pada tabung cart-ridge filter air dengan diameter 7 cm yang diukur dari dasar sampai batas per-mukaan media. Sedangkan kadar kesa-dahan adalah jumlah CaCO3 air sumur gali dalam satuan mg/l yang diperiksa menggunakan larutan EDTA dalam 50 ml air sampel, sebelum dan sesudah pe-ngolahan menggunakan filter resin kati-on.

Pengambilan sampel setelah perla-kuan dilakukan masing-masing tiga me-nit setelah air mengalir dari filter. Peng-ulangan dilakukan sebanyak tiga kali.

Untuk mengetahui tingkat kemak-naan pengaruh ketebalan resin kation terhadap penurunan kesadahan air su-mur gali, dilakukan uji one way anova terhadap hasil rata-rata penurunan kesa-dahan pada tiap perlakuan. Analisis di-lanjutkan dengan uji LSD untuk menge-tahui filter yang paling efektif.

HASIL

Tabel 1 berikut ini menyajikan data

hasil penelitian.

Tabel 1. Penurunan kesadahan

pada masing-masing perlakuan

Ulangan

Penurunan kesadahan (mg/l)

Klpk kontrol Klpk P1 Klpk P2 Klpk P3

I 44 (9,69%)

190 (40.94%)

306 (66,23%)

398 (85,77%)

II 46 (10,00%)

194 (42.54%)

292 (62,12%)

378 (83,62%)

III 38 (8,29%)

208 (45.02%)

284 (62,55%)

390 (84,78%)

Rata2 42,66 (9,32%)

197,33 (42,83%)

294 (63,63%)

388,66 (84,72%)

Berdasarkan tabel di atas dapat di-amati bahwa rata-rata penurunan kesa-dahan pada kelompok kontrol adalah 42,66 mg/l atau 9,32 %, kelompok P1 dengan ketebalan resin kation 5 cm ada-lah 197,33 mg/l atau 42,83 %, kelompok P2 dengan ketebalan resin kation 8 cm adalah 294 mg/l atau 63,63 %, dan ke-lompok P3 dengan ketebalan resin kati-on 11 cm adalah 388.66 mg/l atau seba-nyak 84,72 %.

Kelompok P3 yaitu filter dengan ke-tebalan resin kation 11 cm merupakan kelompok yang mampu menurunkan ke-sadahan air sumur gali paling tinggi. Un-tuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dapat dilihat dari nilai persentase rata-rata penurunan kadar kesadahan air sumur gali setelah dilakukan pengolahan pada grafik berikut ini:

Grafik 1.

Persentase rata-rata penurunan kesadahan air sumur gali

Hasil penelitian yang disajikan pada

grafik di atas menunjukkan bahwa per-sentase penurunan kesadahan air sumur gali pada kelompok perlakuan dengan ketebalan resin kation 11 cm, lebih besar dibandingkan penurunan yang terjadi pa-da kelompok perlakuan dengan ketebal-an resin kation 8 cm dan 5 cm.

Data hasil penelitian kemudian diuji dengan analisis one way anova pada = 0,05 untuk mengetahui tingkat kemakna-an pengaruh ketebalan resin kation pada kelompok perlakuan terhadap penurun-an kesadahan air sumur gali, dan diper-

9.32

42.83

63.63

84.72

0102030405060708090

Kontrol P1 P2 P3Pers

enta

se P

enur

unan

Kes

adah

an (%

)

Perlakuan

Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.9, No.3, Februari 2018, pp.134-139

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

oleh nilai p lebih kecil dari 0,001; yang berarti bahwa perbedaan penurunan ke-sadahan di antara kelompok perlakuan tersebut adalah signifikan.

Berdasarkan hasil uji statistik terse-but maka dapat diinterpretasikan bahwa variasi ketebalan media resin kation ber-pengaruh terhadap penurunan kadar ke-sadahan air sumur gali antara kelompok kontrol, P1, P2, dan P3.

Selanjutnya, untuk melihat ketebal-an mana yang paling berpengaruh di an-tara keempat variasi, hasil uji LSD pada menu post hoc test menunjukkan bahwa filter kontrol dengan filter P1, P2, dan P3 menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p masing-masing lebih kecil dari 0,001. Dari output uji statistik yang sama terlihat pula bahwa antara filter P1 dengan P2 dan P3 ada perbedaan yang signifikan karena nilai p yang diperoleh lebih kecil dari 0,001; dan antara filter P2 dan filter P3 juga ada perbedaan yang signifikan (nilai p < 0,001).

Dari hasil uji post hoc tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok filter P3 mempunyai nilai mean difference yang lebih besar dari kelompok filter kontrol, P1, dan P2, sehingga ketebalan resin kation yang paling efektif dalam penu-runan kesadahan air sumur gali adalah pada kelompok P3.

PEMBAHASAN

Kesadahan merupakan sifat air yang mengandung ion-ion logam ber-valensi dua dan ion penyebab utama ke-sadahan adalah Ca dan Mg. Air sadah banyak dijumpai pada daerah yang lapi-san tanah atasnya tebal dan ada pem-bentukan batu kapur 9).

Dusun Pereng merupakan wilayah berbukit dengan pegunungan kapur se-hingga air tanahnya mengalami kontak dengan batuan kapur yang menyebab-kan air tersebut mengandung Ca dan Mg atau disebut sebagai sadah.

Berdasarkan hasil pemeriksaan da-pat diketahui adanya penurunan kadar kesadahan pada kelompok kontrol, serta kelompok P1, P2, dan P3. Hasil peng-olahan kesadahan menggunakan media

penukar ion resin kation yang dilakukan peneliti lain 7) 8) juga menunjukkan penu-runan kesadahan yang bermakna. Pene-litian menggunakan resin kation sachet dengan dosis efektif, yaitu 6 gr/l, mampu menurunkan kesadahan sebesar 160,60 mg/l atau 30,47 % 7), sedangkan peneli-tian dengan dosis 20 mg/l mampu menu-runkan kadar kesadahan hingga men-capai 39,80 % 8).

Menurut Permenkes no. 32 tahun 2017, baku mutu parameter kesadahan yang dipersyaratkan yaitu maksimum 500 mg/l, namun air yang mengandung kesadahan >300 mg/l merupakan air yang sangat sadah 5), sedangkan batas maksimum kadar kesadahan yang aman untuk dikonsumsi adalah 150 mg/l 6).

Berdasarkan hal tersebut maka pe-ngolahan air pada kelompok kontrol, serta kelompok P1 dan P2 tidak meng-hasilkan air yang aman untuk di konsum-si, sedangkan pengolahan air pada ke-lompok P3 dapat menghasilkan air yang aman untuk di konsumsi.

Sebenarnya, ion-ion mineral terma-suk Ca dan Mg diperlukan oleh tubuh namun dalam jumlah yang sangat sedi-kit. Ca diperlukan oleh tubuh untuk per-tumbuhan tulang dan gigi, sedangkan Mg merupakan zat yang membantu kerja enzim, sehingga kandungan Ca dan Mg dalam air seharusnya tidak sampai nol. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7-35 mg unsur tersebut per hari yang ti-dak hanya diperoleh dari air 9).

Penurunan kesadahan air sumur gali di Dusun Pereng, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo dilakukan melalui proses fil-trasi antara media filter dengan air baku sehingga terjadi pengolahan secara fisik dan kimia untuk menghilangkan partikel padat yang terlarut dalam air. Filtrasi di-perlukan untuk menyempurnakan penu-runan kadar kontaminan seperti bakteri, warna, rasa, bau dan kandungan mineral dalam air sehingga diperoleh air bersih yang memenuhi persyaratan 10). Proses filtrasi dalam pengolahan air dipilih kare-na proses ini mudah untuk diterapkan oleh masyarakat.

Penurunan kesadahan dengan cara pertukaran ion berlangsung dengan cara

Page 4: Filter Resin Kation Pelunak Air Sadah Sumur Gali

137p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896

Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Kristanti, Narto & Muryoto, Filter Resin Kation …

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Media filtrasi menggunakan resin kation dan kerikil sebagai lapisan penyangga.

Kelompok perlakuan dibagi menjadi empat, yaitu: P1, kelompok resin kation dengan ketebalan lapisan 5 cm; P2, ke-lompok resin kation ketebalan 8 cm, dan P3, kelompok resin kation ketebalan 11 cm serta kelompok kontrol, yaitu filter tanpa penambahan resin kation.

Ketebalan resin kation adalah tinggi susunan resin kation pada tabung cart-ridge filter air dengan diameter 7 cm yang diukur dari dasar sampai batas per-mukaan media. Sedangkan kadar kesa-dahan adalah jumlah CaCO3 air sumur gali dalam satuan mg/l yang diperiksa menggunakan larutan EDTA dalam 50 ml air sampel, sebelum dan sesudah pe-ngolahan menggunakan filter resin kati-on.

Pengambilan sampel setelah perla-kuan dilakukan masing-masing tiga me-nit setelah air mengalir dari filter. Peng-ulangan dilakukan sebanyak tiga kali.

Untuk mengetahui tingkat kemak-naan pengaruh ketebalan resin kation terhadap penurunan kesadahan air su-mur gali, dilakukan uji one way anova terhadap hasil rata-rata penurunan kesa-dahan pada tiap perlakuan. Analisis di-lanjutkan dengan uji LSD untuk menge-tahui filter yang paling efektif.

HASIL

Tabel 1 berikut ini menyajikan data

hasil penelitian.

Tabel 1. Penurunan kesadahan

pada masing-masing perlakuan

Ulangan

Penurunan kesadahan (mg/l)

Klpk kontrol Klpk P1 Klpk P2 Klpk P3

I 44 (9,69%)

190 (40.94%)

306 (66,23%)

398 (85,77%)

II 46 (10,00%)

194 (42.54%)

292 (62,12%)

378 (83,62%)

III 38 (8,29%)

208 (45.02%)

284 (62,55%)

390 (84,78%)

Rata2 42,66 (9,32%)

197,33 (42,83%)

294 (63,63%)

388,66 (84,72%)

Berdasarkan tabel di atas dapat di-amati bahwa rata-rata penurunan kesa-dahan pada kelompok kontrol adalah 42,66 mg/l atau 9,32 %, kelompok P1 dengan ketebalan resin kation 5 cm ada-lah 197,33 mg/l atau 42,83 %, kelompok P2 dengan ketebalan resin kation 8 cm adalah 294 mg/l atau 63,63 %, dan ke-lompok P3 dengan ketebalan resin kati-on 11 cm adalah 388.66 mg/l atau seba-nyak 84,72 %.

Kelompok P3 yaitu filter dengan ke-tebalan resin kation 11 cm merupakan kelompok yang mampu menurunkan ke-sadahan air sumur gali paling tinggi. Un-tuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dapat dilihat dari nilai persentase rata-rata penurunan kadar kesadahan air sumur gali setelah dilakukan pengolahan pada grafik berikut ini:

Grafik 1.

Persentase rata-rata penurunan kesadahan air sumur gali

Hasil penelitian yang disajikan pada

grafik di atas menunjukkan bahwa per-sentase penurunan kesadahan air sumur gali pada kelompok perlakuan dengan ketebalan resin kation 11 cm, lebih besar dibandingkan penurunan yang terjadi pa-da kelompok perlakuan dengan ketebal-an resin kation 8 cm dan 5 cm.

Data hasil penelitian kemudian diuji dengan analisis one way anova pada = 0,05 untuk mengetahui tingkat kemakna-an pengaruh ketebalan resin kation pada kelompok perlakuan terhadap penurun-an kesadahan air sumur gali, dan diper-

9.32

42.83

63.63

84.72

0102030405060708090

Kontrol P1 P2 P3Pers

enta

se P

enur

unan

Kes

adah

an (%

)

Perlakuan

Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.9, No.3, Februari 2018, pp.134-139

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

oleh nilai p lebih kecil dari 0,001; yang berarti bahwa perbedaan penurunan ke-sadahan di antara kelompok perlakuan tersebut adalah signifikan.

Berdasarkan hasil uji statistik terse-but maka dapat diinterpretasikan bahwa variasi ketebalan media resin kation ber-pengaruh terhadap penurunan kadar ke-sadahan air sumur gali antara kelompok kontrol, P1, P2, dan P3.

Selanjutnya, untuk melihat ketebal-an mana yang paling berpengaruh di an-tara keempat variasi, hasil uji LSD pada menu post hoc test menunjukkan bahwa filter kontrol dengan filter P1, P2, dan P3 menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p masing-masing lebih kecil dari 0,001. Dari output uji statistik yang sama terlihat pula bahwa antara filter P1 dengan P2 dan P3 ada perbedaan yang signifikan karena nilai p yang diperoleh lebih kecil dari 0,001; dan antara filter P2 dan filter P3 juga ada perbedaan yang signifikan (nilai p < 0,001).

Dari hasil uji post hoc tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok filter P3 mempunyai nilai mean difference yang lebih besar dari kelompok filter kontrol, P1, dan P2, sehingga ketebalan resin kation yang paling efektif dalam penu-runan kesadahan air sumur gali adalah pada kelompok P3.

PEMBAHASAN

Kesadahan merupakan sifat air yang mengandung ion-ion logam ber-valensi dua dan ion penyebab utama ke-sadahan adalah Ca dan Mg. Air sadah banyak dijumpai pada daerah yang lapi-san tanah atasnya tebal dan ada pem-bentukan batu kapur 9).

Dusun Pereng merupakan wilayah berbukit dengan pegunungan kapur se-hingga air tanahnya mengalami kontak dengan batuan kapur yang menyebab-kan air tersebut mengandung Ca dan Mg atau disebut sebagai sadah.

Berdasarkan hasil pemeriksaan da-pat diketahui adanya penurunan kadar kesadahan pada kelompok kontrol, serta kelompok P1, P2, dan P3. Hasil peng-olahan kesadahan menggunakan media

penukar ion resin kation yang dilakukan peneliti lain 7) 8) juga menunjukkan penu-runan kesadahan yang bermakna. Pene-litian menggunakan resin kation sachet dengan dosis efektif, yaitu 6 gr/l, mampu menurunkan kesadahan sebesar 160,60 mg/l atau 30,47 % 7), sedangkan peneli-tian dengan dosis 20 mg/l mampu menu-runkan kadar kesadahan hingga men-capai 39,80 % 8).

Menurut Permenkes no. 32 tahun 2017, baku mutu parameter kesadahan yang dipersyaratkan yaitu maksimum 500 mg/l, namun air yang mengandung kesadahan >300 mg/l merupakan air yang sangat sadah 5), sedangkan batas maksimum kadar kesadahan yang aman untuk dikonsumsi adalah 150 mg/l 6).

Berdasarkan hal tersebut maka pe-ngolahan air pada kelompok kontrol, serta kelompok P1 dan P2 tidak meng-hasilkan air yang aman untuk di konsum-si, sedangkan pengolahan air pada ke-lompok P3 dapat menghasilkan air yang aman untuk di konsumsi.

Sebenarnya, ion-ion mineral terma-suk Ca dan Mg diperlukan oleh tubuh namun dalam jumlah yang sangat sedi-kit. Ca diperlukan oleh tubuh untuk per-tumbuhan tulang dan gigi, sedangkan Mg merupakan zat yang membantu kerja enzim, sehingga kandungan Ca dan Mg dalam air seharusnya tidak sampai nol. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7-35 mg unsur tersebut per hari yang ti-dak hanya diperoleh dari air 9).

Penurunan kesadahan air sumur gali di Dusun Pereng, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo dilakukan melalui proses fil-trasi antara media filter dengan air baku sehingga terjadi pengolahan secara fisik dan kimia untuk menghilangkan partikel padat yang terlarut dalam air. Filtrasi di-perlukan untuk menyempurnakan penu-runan kadar kontaminan seperti bakteri, warna, rasa, bau dan kandungan mineral dalam air sehingga diperoleh air bersih yang memenuhi persyaratan 10). Proses filtrasi dalam pengolahan air dipilih kare-na proses ini mudah untuk diterapkan oleh masyarakat.

Penurunan kesadahan dengan cara pertukaran ion berlangsung dengan cara

PEMBAHASAN

Page 5: Filter Resin Kation Pelunak Air Sadah Sumur Gali

137p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896

Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Kristanti, Narto & Muryoto, Filter Resin Kation …

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Media filtrasi menggunakan resin kation dan kerikil sebagai lapisan penyangga.

Kelompok perlakuan dibagi menjadi empat, yaitu: P1, kelompok resin kation dengan ketebalan lapisan 5 cm; P2, ke-lompok resin kation ketebalan 8 cm, dan P3, kelompok resin kation ketebalan 11 cm serta kelompok kontrol, yaitu filter tanpa penambahan resin kation.

Ketebalan resin kation adalah tinggi susunan resin kation pada tabung cart-ridge filter air dengan diameter 7 cm yang diukur dari dasar sampai batas per-mukaan media. Sedangkan kadar kesa-dahan adalah jumlah CaCO3 air sumur gali dalam satuan mg/l yang diperiksa menggunakan larutan EDTA dalam 50 ml air sampel, sebelum dan sesudah pe-ngolahan menggunakan filter resin kati-on.

Pengambilan sampel setelah perla-kuan dilakukan masing-masing tiga me-nit setelah air mengalir dari filter. Peng-ulangan dilakukan sebanyak tiga kali.

Untuk mengetahui tingkat kemak-naan pengaruh ketebalan resin kation terhadap penurunan kesadahan air su-mur gali, dilakukan uji one way anova terhadap hasil rata-rata penurunan kesa-dahan pada tiap perlakuan. Analisis di-lanjutkan dengan uji LSD untuk menge-tahui filter yang paling efektif.

HASIL

Tabel 1 berikut ini menyajikan data

hasil penelitian.

Tabel 1. Penurunan kesadahan

pada masing-masing perlakuan

Ulangan

Penurunan kesadahan (mg/l)

Klpk kontrol Klpk P1 Klpk P2 Klpk P3

I 44 (9,69%)

190 (40.94%)

306 (66,23%)

398 (85,77%)

II 46 (10,00%)

194 (42.54%)

292 (62,12%)

378 (83,62%)

III 38 (8,29%)

208 (45.02%)

284 (62,55%)

390 (84,78%)

Rata2 42,66 (9,32%)

197,33 (42,83%)

294 (63,63%)

388,66 (84,72%)

Berdasarkan tabel di atas dapat di-amati bahwa rata-rata penurunan kesa-dahan pada kelompok kontrol adalah 42,66 mg/l atau 9,32 %, kelompok P1 dengan ketebalan resin kation 5 cm ada-lah 197,33 mg/l atau 42,83 %, kelompok P2 dengan ketebalan resin kation 8 cm adalah 294 mg/l atau 63,63 %, dan ke-lompok P3 dengan ketebalan resin kati-on 11 cm adalah 388.66 mg/l atau seba-nyak 84,72 %.

Kelompok P3 yaitu filter dengan ke-tebalan resin kation 11 cm merupakan kelompok yang mampu menurunkan ke-sadahan air sumur gali paling tinggi. Un-tuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dapat dilihat dari nilai persentase rata-rata penurunan kadar kesadahan air sumur gali setelah dilakukan pengolahan pada grafik berikut ini:

Grafik 1.

Persentase rata-rata penurunan kesadahan air sumur gali

Hasil penelitian yang disajikan pada

grafik di atas menunjukkan bahwa per-sentase penurunan kesadahan air sumur gali pada kelompok perlakuan dengan ketebalan resin kation 11 cm, lebih besar dibandingkan penurunan yang terjadi pa-da kelompok perlakuan dengan ketebal-an resin kation 8 cm dan 5 cm.

Data hasil penelitian kemudian diuji dengan analisis one way anova pada = 0,05 untuk mengetahui tingkat kemakna-an pengaruh ketebalan resin kation pada kelompok perlakuan terhadap penurun-an kesadahan air sumur gali, dan diper-

9.32

42.83

63.63

84.72

0102030405060708090

Kontrol P1 P2 P3Pers

enta

se P

enur

unan

Kes

adah

an (%

)

Perlakuan

Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.9, No.3, Februari 2018, pp.134-139

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

oleh nilai p lebih kecil dari 0,001; yang berarti bahwa perbedaan penurunan ke-sadahan di antara kelompok perlakuan tersebut adalah signifikan.

Berdasarkan hasil uji statistik terse-but maka dapat diinterpretasikan bahwa variasi ketebalan media resin kation ber-pengaruh terhadap penurunan kadar ke-sadahan air sumur gali antara kelompok kontrol, P1, P2, dan P3.

Selanjutnya, untuk melihat ketebal-an mana yang paling berpengaruh di an-tara keempat variasi, hasil uji LSD pada menu post hoc test menunjukkan bahwa filter kontrol dengan filter P1, P2, dan P3 menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p masing-masing lebih kecil dari 0,001. Dari output uji statistik yang sama terlihat pula bahwa antara filter P1 dengan P2 dan P3 ada perbedaan yang signifikan karena nilai p yang diperoleh lebih kecil dari 0,001; dan antara filter P2 dan filter P3 juga ada perbedaan yang signifikan (nilai p < 0,001).

Dari hasil uji post hoc tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok filter P3 mempunyai nilai mean difference yang lebih besar dari kelompok filter kontrol, P1, dan P2, sehingga ketebalan resin kation yang paling efektif dalam penu-runan kesadahan air sumur gali adalah pada kelompok P3.

PEMBAHASAN

Kesadahan merupakan sifat air yang mengandung ion-ion logam ber-valensi dua dan ion penyebab utama ke-sadahan adalah Ca dan Mg. Air sadah banyak dijumpai pada daerah yang lapi-san tanah atasnya tebal dan ada pem-bentukan batu kapur 9).

Dusun Pereng merupakan wilayah berbukit dengan pegunungan kapur se-hingga air tanahnya mengalami kontak dengan batuan kapur yang menyebab-kan air tersebut mengandung Ca dan Mg atau disebut sebagai sadah.

Berdasarkan hasil pemeriksaan da-pat diketahui adanya penurunan kadar kesadahan pada kelompok kontrol, serta kelompok P1, P2, dan P3. Hasil peng-olahan kesadahan menggunakan media

penukar ion resin kation yang dilakukan peneliti lain 7) 8) juga menunjukkan penu-runan kesadahan yang bermakna. Pene-litian menggunakan resin kation sachet dengan dosis efektif, yaitu 6 gr/l, mampu menurunkan kesadahan sebesar 160,60 mg/l atau 30,47 % 7), sedangkan peneli-tian dengan dosis 20 mg/l mampu menu-runkan kadar kesadahan hingga men-capai 39,80 % 8).

Menurut Permenkes no. 32 tahun 2017, baku mutu parameter kesadahan yang dipersyaratkan yaitu maksimum 500 mg/l, namun air yang mengandung kesadahan >300 mg/l merupakan air yang sangat sadah 5), sedangkan batas maksimum kadar kesadahan yang aman untuk dikonsumsi adalah 150 mg/l 6).

Berdasarkan hal tersebut maka pe-ngolahan air pada kelompok kontrol, serta kelompok P1 dan P2 tidak meng-hasilkan air yang aman untuk di konsum-si, sedangkan pengolahan air pada ke-lompok P3 dapat menghasilkan air yang aman untuk di konsumsi.

Sebenarnya, ion-ion mineral terma-suk Ca dan Mg diperlukan oleh tubuh namun dalam jumlah yang sangat sedi-kit. Ca diperlukan oleh tubuh untuk per-tumbuhan tulang dan gigi, sedangkan Mg merupakan zat yang membantu kerja enzim, sehingga kandungan Ca dan Mg dalam air seharusnya tidak sampai nol. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7-35 mg unsur tersebut per hari yang ti-dak hanya diperoleh dari air 9).

Penurunan kesadahan air sumur gali di Dusun Pereng, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo dilakukan melalui proses fil-trasi antara media filter dengan air baku sehingga terjadi pengolahan secara fisik dan kimia untuk menghilangkan partikel padat yang terlarut dalam air. Filtrasi di-perlukan untuk menyempurnakan penu-runan kadar kontaminan seperti bakteri, warna, rasa, bau dan kandungan mineral dalam air sehingga diperoleh air bersih yang memenuhi persyaratan 10). Proses filtrasi dalam pengolahan air dipilih kare-na proses ini mudah untuk diterapkan oleh masyarakat.

Penurunan kesadahan dengan cara pertukaran ion berlangsung dengan cara

PEMBAHASAN

138p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896

Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Kristanti, Narto & Muryoto, Filter Resin Kation …

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

melewatkan air sadah ke dalam unggun butiran yang terbuat dari bahan yang memiliki kemampuan menukarkan ion. Dalam proses pertukaran ion tersebut, kalsium dan magnesium ditukar dengan sodium 5).

Metoda proses penurunan kesadah-an menggunakan proses pertukaran ion yang digunakan pada penelitian ini ada-lah sistem terfluidasi (fluidized bed). Per-tukaran ion dengan sistem terfluidisasi dilakukan dengan cara mengalirkan air baku ke dalam reaktor penukar ion de-ngan aliran dari bawah ke atas, se-hingga resin penukar ion yang ada di da-lam reaktor terfluidisasi atau bergerak dan volume unggun resin menjadi lebih besar (mengembang). Sistem ini mem-punyai keuntungan antara lain partikel padatan tersuspensi yang ada di dalam air baku tidak tertahan di dalam unggun resin 5).

Penurunan kesadahan air sumur gali setelah dilakukan pengolahan meng-gunakan filter resin kation disebabkan o-leh pertukaran ion-ion penyebab kesada-han dengan ion yang ada pada resin ka-tion. Resin memiliki ion positif yaitu Na+, dimana pada saat air sadah dikontakkan dengan resin kation, maka resin kation akan melepaskan ion Na+ tersebut untuk menggantikan ion Ca+ dan Mg+ di dalam air sadah 11). Reaksi pertukaran ion da-lam proses penghilangan kesadahan de-ngan menggunakan resin kation tersebut dapat ditulis sebagai berikut 5):

R-Na2 + Ca(HCO3)2 R-Ca + 2 Na(HCO3)

R-Na2 + Mg(HCO3)2 R-Mg + 2 Na(HCO3)

Apabila operasi berlangsung terus

menerus, maka seluruh resin akan di-tempati oleh ion kalsium dan magne-sium. Pada kondisi seperti ini, resin di-nyatakan jenuh dan harus diregenerasi kembali. Proses regenerasi dapat dilaku-kan dengan cara mengalirkan larutan asam kuat misalnya HCl atau H2SO4 a-tau larutan NaCl atau garam dapur 5). Namun pada penelitian ini tidak sampai ke tahap mengetahui berapa lama resin kation akan jenuh.

Ketebalan lapisan media mempe-ngaruhi hasil filtrasi. Pada kelompok per-lakuan P3 dengan ketebalan resin kation 11 cm memiliki hasil penurunan kesa-dahan yang paling tinggi, yaitu sebesar 84,72 %. Ketebalan berpengaruh terha-dap lama waktu kontak dengan media karena semakin tebal suatu lapisan me-dia filter, maka membutuhkan waktu yang lebih lama bagi air untuk kontak dengan media 10).

Dalam hal ini, semakin tebal resin kation pada filter maka semakin banyak pertukaran ion yang terjadi antara ion Ca dan Mg pada air sadah dengan ion Na dalam resin kation. Hasil ini sejalan de-ngan penelitian serupa yang menunjuk-kan bahwa ketebalan filter PAKOZA mempengaruhi penurunan kesadahan air sumur gali dengan nilai-p <0,001 12). Selain itu, penelitian lain juga menunjuk-kan bahwa semakin tebal zeolit yang di-lalui air baku, maka semakin besar per-sentase penurunan kesadahan 13).

Faktor yang mempengaruhi hasil fil-trasi penurunan kesadahan mengguna-kan resin kation adalah lama waktu kon-tak antara media resin kation dengan air sadah. Lama waktu kontak ini juga ber-kaitan dengan debit yang dialirkan dalam tabung filter. Debit aliran dalam peneli-tian ini berdasarkan kebutuhan air di ru-mah tangga yaitu sebesar 8,67 ml/detik atau dalam satu hari dapat menghasil-kan air sebanyak 750 l, sehingga diha-rapkan mampu memenuhi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari.

KESIMPULAN

Variasi ketebalan resin kation pada

filter berpengaruh terhadap penurunan kesadahan air sumur gali. Ketebalan re-sin kation yang efektif adalah 11 cm, de-ngan penurunan kesadahan mencapai 388,66 mg/l atau 84,72 %.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fakhrurroja, H., 2010. Membuat Su-mur Air di Berbagai Lahan, Griya Kreasi (Penebar Swadaya), Jakarta.

Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.9, No.3, Februari 2018, pp.134-139

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

2. PAMSIMAS, 2014. Menjawab Tan-tangan Air Minum dan Sanitasi di Wilayah Perdesaan Indonesia, Pu-blikasi Bank Dunia, Jakarta (diak-ses 22 November 2017 dari http: //documents.worldbank.org/curated/en/257891467999387680/pdf/101178-BAHASA-WP-P085375-PUBLIC-Box393259B.pdf).

3. Krisna, D. N. P., 2011. Faktor risiko kejadian batu ginjal di wilayah kerja Puskesmas Margasari Tegal, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7 (1), diak-ses 30 November 2017 dari https ://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/1793/1984).

4. Chandra, B., 2012. Pengantar Kese-hatan Lingkungan, Buku KedokteranEGC, Jakarta,

5. Said, N. I., Ruliasih, 2008. Teknologi Pengelolaan Air Minum “Teori dan Pengalaman Praktis”, Pusat Tekno-logi Lingkungan, Jakarta.

6. Chandra, B., 2006. Pengantar Kese-hatan Lingkungan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

7. Astrini, N., Haryono & Suwerda, B., 2016. Efektifitas berbagai dosis re-kashet untuk menurunkan kesadah-an air sumur gali di Desa Jimbung,

Kalikotes, Klaten, Jurnal Sanitasi, 7 (3).

8. Wijayanti, A. N. D., Purwanto & Fa-uzi, M. M., 2012. Efektifitas variasi dosis resin dalam penurunan kesa-dahan air sumur gali di Perumahan Griya Citra Asri Temuwuh Kidul Ba-lecatur Gamping Sleman Yogyakar-ta, Jurnal Sanitasi, 4: pp.1-50.

9. Sutrisno, T., Suciastuti, E. 2010. Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka Cipta, Jakarta.

10. Asmadi, K., Kasjono, H. S., 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum, Gosyen Publishing, Yogyakarta.

11. Budiyono & Siswo, S., 2013. Teknik Pengolahan Air, Graha Ilmu, Yogya-karta.

12. Ariyani, R. 2017. Filter PAKOZA un-tuk menurunkan kesadahan air su-mur gali, karya tulis ilmiah, JKL Pol-tekkes Kemenkes Yogyakarta.

13. Marsidi, R., 2001. Zeolit untuk me-ngurangi kesadahan air, Jurnal Tek-nologi Lingkungan, 2 (1), diakses 29 November 2017 dari http://kelair.bp-pt.go.id/Jtl/2001/vol2-1/01zeolit.pdf.

KESIMPULAN

Page 6: Filter Resin Kation Pelunak Air Sadah Sumur Gali

139p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896

Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

Kristanti, Narto & Muryoto, Filter Resin Kation …

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

melewatkan air sadah ke dalam unggun butiran yang terbuat dari bahan yang memiliki kemampuan menukarkan ion. Dalam proses pertukaran ion tersebut, kalsium dan magnesium ditukar dengan sodium 5).

Metoda proses penurunan kesadah-an menggunakan proses pertukaran ion yang digunakan pada penelitian ini ada-lah sistem terfluidasi (fluidized bed). Per-tukaran ion dengan sistem terfluidisasi dilakukan dengan cara mengalirkan air baku ke dalam reaktor penukar ion de-ngan aliran dari bawah ke atas, se-hingga resin penukar ion yang ada di da-lam reaktor terfluidisasi atau bergerak dan volume unggun resin menjadi lebih besar (mengembang). Sistem ini mem-punyai keuntungan antara lain partikel padatan tersuspensi yang ada di dalam air baku tidak tertahan di dalam unggun resin 5).

Penurunan kesadahan air sumur gali setelah dilakukan pengolahan meng-gunakan filter resin kation disebabkan o-leh pertukaran ion-ion penyebab kesada-han dengan ion yang ada pada resin ka-tion. Resin memiliki ion positif yaitu Na+, dimana pada saat air sadah dikontakkan dengan resin kation, maka resin kation akan melepaskan ion Na+ tersebut untuk menggantikan ion Ca+ dan Mg+ di dalam air sadah 11). Reaksi pertukaran ion da-lam proses penghilangan kesadahan de-ngan menggunakan resin kation tersebut dapat ditulis sebagai berikut 5):

R-Na2 + Ca(HCO3)2 R-Ca + 2 Na(HCO3)

R-Na2 + Mg(HCO3)2 R-Mg + 2 Na(HCO3)

Apabila operasi berlangsung terus

menerus, maka seluruh resin akan di-tempati oleh ion kalsium dan magne-sium. Pada kondisi seperti ini, resin di-nyatakan jenuh dan harus diregenerasi kembali. Proses regenerasi dapat dilaku-kan dengan cara mengalirkan larutan asam kuat misalnya HCl atau H2SO4 a-tau larutan NaCl atau garam dapur 5). Namun pada penelitian ini tidak sampai ke tahap mengetahui berapa lama resin kation akan jenuh.

Ketebalan lapisan media mempe-ngaruhi hasil filtrasi. Pada kelompok per-lakuan P3 dengan ketebalan resin kation 11 cm memiliki hasil penurunan kesa-dahan yang paling tinggi, yaitu sebesar 84,72 %. Ketebalan berpengaruh terha-dap lama waktu kontak dengan media karena semakin tebal suatu lapisan me-dia filter, maka membutuhkan waktu yang lebih lama bagi air untuk kontak dengan media 10).

Dalam hal ini, semakin tebal resin kation pada filter maka semakin banyak pertukaran ion yang terjadi antara ion Ca dan Mg pada air sadah dengan ion Na dalam resin kation. Hasil ini sejalan de-ngan penelitian serupa yang menunjuk-kan bahwa ketebalan filter PAKOZA mempengaruhi penurunan kesadahan air sumur gali dengan nilai-p <0,001 12). Selain itu, penelitian lain juga menunjuk-kan bahwa semakin tebal zeolit yang di-lalui air baku, maka semakin besar per-sentase penurunan kesadahan 13).

Faktor yang mempengaruhi hasil fil-trasi penurunan kesadahan mengguna-kan resin kation adalah lama waktu kon-tak antara media resin kation dengan air sadah. Lama waktu kontak ini juga ber-kaitan dengan debit yang dialirkan dalam tabung filter. Debit aliran dalam peneli-tian ini berdasarkan kebutuhan air di ru-mah tangga yaitu sebesar 8,67 ml/detik atau dalam satu hari dapat menghasil-kan air sebanyak 750 l, sehingga diha-rapkan mampu memenuhi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari.

KESIMPULAN

Variasi ketebalan resin kation pada

filter berpengaruh terhadap penurunan kesadahan air sumur gali. Ketebalan re-sin kation yang efektif adalah 11 cm, de-ngan penurunan kesadahan mencapai 388,66 mg/l atau 84,72 %.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fakhrurroja, H., 2010. Membuat Su-mur Air di Berbagai Lahan, Griya Kreasi (Penebar Swadaya), Jakarta.

Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.9, No.3, Februari 2018, pp.134-139

p-ISSN: 1978-5763; e-ISSN: 2579-3896 Online: http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi

2. PAMSIMAS, 2014. Menjawab Tan-tangan Air Minum dan Sanitasi di Wilayah Perdesaan Indonesia, Pu-blikasi Bank Dunia, Jakarta (diak-ses 22 November 2017 dari http: //documents.worldbank.org/curated/en/257891467999387680/pdf/101178-BAHASA-WP-P085375-PUBLIC-Box393259B.pdf).

3. Krisna, D. N. P., 2011. Faktor risiko kejadian batu ginjal di wilayah kerja Puskesmas Margasari Tegal, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7 (1), diak-ses 30 November 2017 dari https ://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/1793/1984).

4. Chandra, B., 2012. Pengantar Kese-hatan Lingkungan, Buku KedokteranEGC, Jakarta,

5. Said, N. I., Ruliasih, 2008. Teknologi Pengelolaan Air Minum “Teori dan Pengalaman Praktis”, Pusat Tekno-logi Lingkungan, Jakarta.

6. Chandra, B., 2006. Pengantar Kese-hatan Lingkungan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

7. Astrini, N., Haryono & Suwerda, B., 2016. Efektifitas berbagai dosis re-kashet untuk menurunkan kesadah-an air sumur gali di Desa Jimbung,

Kalikotes, Klaten, Jurnal Sanitasi, 7 (3).

8. Wijayanti, A. N. D., Purwanto & Fa-uzi, M. M., 2012. Efektifitas variasi dosis resin dalam penurunan kesa-dahan air sumur gali di Perumahan Griya Citra Asri Temuwuh Kidul Ba-lecatur Gamping Sleman Yogyakar-ta, Jurnal Sanitasi, 4: pp.1-50.

9. Sutrisno, T., Suciastuti, E. 2010. Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka Cipta, Jakarta.

10. Asmadi, K., Kasjono, H. S., 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum, Gosyen Publishing, Yogyakarta.

11. Budiyono & Siswo, S., 2013. Teknik Pengolahan Air, Graha Ilmu, Yogya-karta.

12. Ariyani, R. 2017. Filter PAKOZA un-tuk menurunkan kesadahan air su-mur gali, karya tulis ilmiah, JKL Pol-tekkes Kemenkes Yogyakarta.

13. Marsidi, R., 2001. Zeolit untuk me-ngurangi kesadahan air, Jurnal Tek-nologi Lingkungan, 2 (1), diakses 29 November 2017 dari http://kelair.bp-pt.go.id/Jtl/2001/vol2-1/01zeolit.pdf.