Download - Presentasi Tesis Analisa Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di Tepi Sungai Musi - Palembang
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik (M.T)
Pada Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Oleh
MUHAMAD NUR NIM. 2009 2509 004
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Tesis : Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di
Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang
Nama : Muhamad Nur
NIM : 2009 2509 004
Program Studi : Teknik Sipil
Bidang Kajian Utama : Manajemen Infrastruktur
Menyetujui:
Pembimbing Pertama
Dr.Ir. Maulid M. Iqbal, MS NIP. 19600909 198811 1 001
Pembimbing Kedua
Ir. Ika Juliantina, MS. NIP. 19600701 198710 2 001
Ketua Program Studi
Teknik Sipil
Dr.Ir. Reini Silvia Ilmiaty, MT. NIP. 19660216 199102 2 001
a.n. Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sriwijaya
Asisten Direktur I
Ir. Sabaruddin, MSc.,Ph.D NIP. 19630517 198903 1 002
Tanggal Pengesahan :
ii
PERNYATAAN INTEGRITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhamad Nur
NIM : 2009 2509 004
Judul : Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di Daerah Tepian
Sungai Musi - Palembang
Menyatakan bahwa Tesis saya merupakaan hasil karya sendiri didampingi
Tim Pembimbing dan bukan hasil penjiplakan/plagiat. Apabila ditemukan unsur
penjiplakan/plagiat dalam Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi dari
Universitas Sriwijaya sesuai aturan yang berlaku.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan dari siapapun.
Inderalaya, 12 Mei 2014
Muhamad Nur
iv
“Falah, masih inget waktu awal tahun 2009, saat papa ajak kamu diskusi
tentang rencana papa untuk kuliah lagi di Program Pasca Sarjana (S2)
UNSRI? ... saat itu kamu kelas 5 SD ... dan Falah balik bertanya: S2 apa, Pah?
... Lalu Papa jelaskan jenjang pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA, Kuliah/S1,
s/d S2 ... dan Papa bertanya: Jika Papa-nya lulusan S2, anaknya gimana? ...
harus (minimal) S2 juga dong, Pah (itu jawab kamu saat itu)”..
Tesis ini kupersembahkan untuk anak-anak saya tercinta:
M. Helmi Falah Nur
Nurcholifaah
Naziah Amalia Firli
... I love you all for all my time.
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat ALLAH SWT,
karena berkat rakhmat dan hidayah-Nya penulisan Tesis yang berjudul Analisis
Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang
dapat diselesaikan dan Tesis ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan
pendidikan jenjang Strata 2 pada Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian
Utama Manajemen Infrastruktur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada Yth:
1. Bapak Prof. DR. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA. selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya.
2. Bapak Dr. Ir. Hj. Reini Silvia Ilmiaty, MT. selaku Ketua Program Studi
Magister Teknik Sipil Universitas Sriwijaya dan segenap Dosen – Dosen
Pengajar dan Penguji.
3. Bapak Dr. Ir. Maulid M. Iqbal, MS. selaku Dosen Pembimbing Pertama.
4. Ir. Ika Juliantina, MS. selaku Dosen Pembimbing Kedua.
5. Rekan-rekan Manajemen Infrastruktur Khususnya Angkatan 2009.
6. Sdr. Delli Noviarti Rachman, ST. MT. & Munawar Sukahati, ST. serta
rekan-rekan profesional atas kesediaan waktunya untuk berdiskusi dan
berbagi pustaka..
7. Dan sahabat-sahabat yang telah membantu dan memberi semangat proses
pembelajaran yang dijalani.
8. Serta Istriku Dra. Ernawati dan Ibunda Hj. Djubaedah atas doa dan kasih
sayangnya.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini belum sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis berharap
semoga proposal tesis ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Palembang, Mei 2014
Penulis
vi
ABSTRAK
Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang sering kali kurang mendapatkan perhatian. Buruknya kondisi sanitasi berpengaruh terhadap menurunnya kualitas lingkungan hidup.
Kawasan Kelurahan 11 Ulu – Palembang merupakan kawasan padat penduduk yang terletak di tepian Sungai Musi dan sangat terpengaruh dengan pasang surut air Sungai Musi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi eksisting sanitasi masyarakat, membuat prototype sarana sanitasi berupa MCK dan septic yang paling sesuai dengan kondisi eksisting, menghitung estimasi biaya konstruksinya, serta kemauan dan kemampuan masyarakat untuk membangun sesuai dengan prototype tersebut.
Berdasarkan analisis hasil survey, kondisi eksisting, dan keinginan responden maka sistem sanitasi di MCK masing–masing adalah yang paling cocok dan dengan teknik penanganan limbahnya dengan menggunakan instalasi Tripikon-S. Instalasi Tripikon-S adalah 3 (tiga) pipa septic masing-masing dengan ukuran berbeda yang dipasang secara konsentris, dipasang tegak lurus. Estimasi biaya tripikon dengan ∅ yang berbeda sesuai jumlah penduduk di rumah masing–masing. Ada 4 jenis prototype yang sesuai dengan kondisi di lingkungan ini, yaitu Tripikon–S tanpa closet, Tripikon–S dengan closet, MCK Kayu dengan Tripikon–S, dan MCK Batu dengan Tripikon–S. Biaya Tipe 1 - Instalasi Tripikon-S (Tanpa Closet) untuk kapasitas 1 – 5 jiwa dengan ∅ Pipa Intake 10”: Rp.2.567.000, kapasitas 6 – 10 jiwa dengan ∅ Pipa 14”: Rp.3.137.000, kapasitas 11 – 20 jiwa dengan ∅ Pipa 17” & 20”/Drum Aspal: Rp.4.454.500. Untuk biaya Tipe 2 - Instalasi Tripikon-S (Dengan Closet), kapasitas 1 – 5 jiwa dengan ∅ Pipa 10”: Rp.2.732.000, kapasitas 6 – 10 jiwa dengan ∅ Pipa 14”: Rp.3.302.000, kapasitas 11 – 20 jiwa dengan ∅ Pipa 17” & 20”/Drum Aspal: Rp.4.619.500. Biaya Tipe 3 - MCK Kayu dengan Instalasi Tripikon-S, dengan biaya MCK Kayu (1,20 x 1,75 M): Rp. 2.000.000, ditambah dengan Biaya Tripikon–S di atas (sesuai kapasitas yang dibutuhkan). Untuk biaya Tipe 4 - MCK Batu dengan Instalasi Tripikon-S , dengan Biaya MCK Batu (1,5 x 2 M); Rp. 5.200.000, ditambah dengan Biaya Tripikon–S di atas (sesuai kapasitas yang dibutuhkan).
Setelah dilaksanakan survey lanjutan, maka diketahui bahwa 73% masyarakat menginginkan untuk merubah kondisi WC nya agar menjadi layak, namun terkendala biaya. Peranan bantuan pemerintah sangat diperlukan untuk membantu masyarakat mewujudkan hal tersebut.
Key Words: Sanitasi Tepian Sungai, Tripikon–S, WC Batu, WC Kayu
vii
ABSTRACT
Sanitation is one of the basic services that often get less attention from the government. Poor sanitary conditions affect the declining quality of the environment.
Sub Region 11 Ulu - Palembang is a very densely populated areas, on the edge of the Musi River, affected by tidal water Musi River. The purpose of this study is to identify the existing condition of society sanitation, making prototype sanitation latrines and septic form most appropriate to the existing conditions and calculate the estimated cost of construction, and also knowing the what the people want and how the ability to built their prototype.
Based on the analysis of the survey results, existing conditions, the respondent wishes sanitation systems in each toilet is right with manufacture is using the installation Tripikon-S. Installation Tripikon-S is 3 (three) each septic pipe with different sizes concentrically mounted, mounted upright. Estimated cost of tripikon with different ∅ appropriate number of people in their homes. There are 4 types of prototype in accordance with the conditions in this environment, ie Tripikon-S without closet, Tripikon-S with closet, MCK wood with Tripikon-S and MCK stone with Tripikon-S. Cost Type 1 - Installation Tripikon-S (No Closet) for a capacity of 1-5 people with ∅ Pipe Intake 10”: Rp.2.567.000, capacity 6-10 people with ∅ Pipe 14”: Rp.3.137.000, capacity 11-20 people with ∅ Pipe 17" & 20"/Drum Asphalt: Rp.4.454.500. For the cost of Type 2 - Installation Tripikon-S (with Closet), capacity 1-5 people with ∅ Pipe 10” : Rp.2.732.000, capacity 6-10 people with ∅ Pipe 14”: Rp.3.302.000, capacity 11-20 people with ∅ Pipe 17”& 20”/Drum Asphalt: Rp.4.619.500. Cost Type 3 - Toilet Installation Wood with Tripikon-S, with the cost of MCK Wood (1.20 x 1.75 M): Rp.2,000,000, plus the cost of Tripikon-S above (corresponding capacity required). For the cost of Type 4 - Toilet Installation stone with Tripikon-S, with the cost of MCK Stone (1,5 x 2 M); Rp. 5,200,000, plus the cost of Tripikon-S above (corresponding capacity required).
After a follow-up survey conducted, it is known that 73% of people want to change the conditions of his WC to be feasible, but cost prohibitive. The Government regulation is needed to help people get their aims.
Key Words: Sanitation in the river, Tripikon-S, WC Stone, WC Wood
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN ............................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ v
KATA PENGANTAR ....................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................... vii
ABSTARCT ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
1.4. Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 5
1.5. Sistematika Penulisan .......................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 7
2.1. Studi Literatur Ilmiah .......................................................... 7
2.1.1. Air Limbah .............................................................. 7
2.1.2. Karakteristik Air Limbah ...................................... 7
2.1.2.1 Berdasarkan Sumber, Jenis, dan Macam Air Limbah .........................................................
7
2.1.2.2 Berdasarkan Kuantitas ................................. 8
2.1.2.3 Berdasarkan Kualitas ................................... 9
2.1.2.4 Berdasarkan Dekomposisi Air Limbah ....... 9
2.1.3 Air Limbah Rumah Tangga ..................................... 10
2.1.4. Sistem Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga .... 11
ix
Halaman
2.1.4.1. Pengolahan Individual ................................. 11
2.1.4.2. Pengolahan Individu Pada Lingkungan Terbatas ........................................................
12
2.1.4.3. Pengolahan Komunal ................................... 12
2.1.5. Tahapan Pengelolaan Air Limbah ........................... 14
2.1.6. Kriteria Sistem Pengeloaan Air Limbah Permukiman ............................................................
15
2.1.6.1. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Teknologi Sanitasi ........................................
15
2.1.6.2. Kriteria Perencanaan Pemilihan Teknologi Sanitasi .........................................................
15
2.2. Pilihan Teknologi Sanitasi ................................................... 18
2.2.1. Pilihan Bangunan MCK Berdasarkan Penggunanya 24
2.2.2 Pilihan Teknologi Bangunan Sanitasi Bagian Bawah ......................................................................
27
2.2.2.1. Tangki Septik Konvensional ....................... 27
2.2.2.2. Anaerobic Baffled Reactor .......................... 32
2.2.2.3. Anaerobic Upflow Filter .............................. 33
2.2.2.4. Rotating Biological Contactor ..................... 34
2.2.2.5. Biofiltrasi ..................................................... 35
2.2.2.6. Tripikon-S dan T-Pikon-H ......................... 37
2.3. Tinjauan Penelitian Sejenis ................................................. 41
2.4. Metode Pengumpulan Data ................................................. 42
2.4.1. Pedoman Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih (SAB) dan Lingkungan Perumahan .........................
43
2.4.2. Populasi dan Sampel ................................................ 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................... 49
3.1. Langkah – Langkah Penelitian ........................................... 50
3.1.1. Penyebaran Kuisioner Pertama ............................... 49
3.1.2. Penyebaran Kuisioner Kedua ................................. 50
3.2. Pilihan Teknologi MCK ...................................................... 50
3.3. Lokasi Penelitian ................................................................. 51
3.4. Gambaran Umum Penelitian ............................................... 52
3.5. Metode Pengumpulan Data ................................................. 53
3.6. Populasi Umum Penelitian ................................................. 53
x
Halaman
3.7. Populasi Khusus Penelitian ................................................ 53
3.8. Metode Pengambilan Sampel ............................................. 55
3.9. Pengolahan Data ................................................................. 57
3.10. Analisa Data dan Pembahasan ............................................ 57
3.10.1 Analisis Data Kuisioner Dengan Statistik Induktif 57
3.10.2. Analisis Kondisi Sanitasi ........................................ 58
3.11. Diagram Alir Penelitian ...................................................... 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................... 60
4.1. Kondisi Existing di Kelurahan 11 Ulu ............................... 60
4.1.1. Kondisi Umum Kawasan Kelurahan 11 Ulu ........... 60
4.1.2. Kondisi Existing Sarana dan Prasarana ................... 62
4.1.3. Data Kuisioner ......................................................... 68
4.2. Tingkat Pengetahuan, Kesadaran dan Prilaku Hidup Bersih Sehat Masyarakat (PHBS) Responden ................................
70
4.3. Kondisi Eksisting Teknis Sanitasi dan Septic di Kelurahan 11 Ulu ..................................................................................
75
4.4. Sarana Sanitasi yang Sesuai dengan Keinginan Masyarakat ..........................................................................
80
4.5. Perencanaan Sistem Sanitasi ............................................... 83
4.5.1. Dasar Perencanaan Pembuatan Pengolahan Limbah/Septic ..........................................................
83
4.5.2. Dasar Pemilihan Alternatif Pengolahan Limbah/Septic ..........................................................
84
4.5.3. Perencanaan Septictank Tripikon–S ........................ 88
4.5.4. Prototype Sanitasi dan MCK Pilihan Masyarakat ... 89
4.5.4.1. Tipe 1 - Instalasi Tripikon–S Tanpa Closet 90
4.5.4.2. Tipe 2 - Instalasi Tripikon–S Dengan Closet ..........................................................
91
4.5.4.3. Tipe 3 - MCK Kayu Dengan Instalasi Tripikon-S ....................................................
92
4.5.4.4. Tipe 3 - MCK Batu Dengan Instalasi Tripikon-S ....................................................
93
4.5.5. Tripikon–S Sebagai Septic Komunal ....................... 93
4.6. Kemauan dan Kemampuan Masyarakat Untuk Mengaplikasikan Teknologi Tripikon-S (Kuisioner Ke-2) .
94
4.6.1. Hasil Responden Berdasarkan Data Pribadi .............. 95
4.6.2. Kondisi Eksisting WC Yang Digunakan Masyarakat 96
xi
Halaman
4.6.3.Pengetahuan Dan Keinginan Masyarakat Terhadap Sanitasi .......................................................................
97
4.6.4.Pengetahuan Dan Keinginan Masyarakat Terhadap Program Bantuan Pemerintah ....................................
98
4.7. Sistem Pemeliharaan Tripikon-S ......................................... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 100
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 100
5.2. Saran .................................................................................... 103
Daftar Pustaka ......................................................................................... 104
Lampiran ................................................................................................. 108
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Metode Penerapan Sistem Air Limbah Berdasarkan Kriteria Kepadatan Penduduk dan Suplai Air Bersih ........
16
Tabel 2.2. Katalog Pilihan Jamban Sehat ............................................ 20
Tabel 2.3. Ketentuan MCK Umum ...................................................... 26
Tabel 2.4. Jumlah Pemakai MCK Dan Kapasitas Tangki Septik Yang Diperlukan .................................................................
31
Tabel 2.5. Tipikal Tripikon-S dan T-Pikon H ..................................... 40 Tabel 2.6. Tabel Kualifikasi Diagnosa Tingkat Resiko Pencemaran .. 44 Tabel 3.1. Jumlah KK Berdasarkan RW & RT ................................... 52 Tabel 3.2. Populasi Khusus Penelitian .............................................. 55 Tabel. 4.1. Data Jumlah Penduduk, Rumah, WC Pribadi & Tanah
Kosong di RT.3/RW1, RT.5/RW.2 Dan RT.10/RW.2 .......
61 Tabel 4.2. Kondisi Bangunan Rumah di RT.3/RW1, RT.5/RW.2 Dan
RT.10/RW.2 ........................................................................
62 Tabel 4.3. Hasil Survey Berdasarkan Data Pribadi Responden ........... 69
Tabel 4.4. Hasil Survey Respoden Mengenai Pendapat Masyarakat Tentang Tempat Pembuangan Limbah Yang Benar ...........
71
Tabel 4.5. Hasil Survey Berdasarkan Sumber Air Masyarakat ........... 72 Tabel 4.6. Hasil Survey Respoden Mengenai Tempat Mandi, BAB
Dan BAK Yang Digunakan Masyarakat ............................
74 Tabel 4.7. Jenis Penyakit Yang Sering Menyerang Warga
Masyarakat Di Lokasi Penelitian ........................................
75 Tabel 4.8. Hasil Kuisioner Nilai Inspeksi Pemeriksaan Sarana WC,
Saluran Pembuangan/Septic Tank Dan Sarana Pembuangan Sampah ..........................................................
79 Tabel 4.9. Hasil Kuisioner Sumber Dana, Keinginan Masyarakat
Dan Masalah Kesinambungan Dari Pembangunan Dan Pemeliharaan Sarana Sanitasi .............................................
81 Tabel 4.10. Parameter Pemilihan Septic/Pengolahan Limbah ............... 87
Tabel 4.11. Perhitungan Penggunaan Pipa Berdasarkan Jumlah Pengguna .............................................................................
89
Tabel 4.12. Estimasi Biaya Konstruksi Tripikon–S (Tanpa Closet) ...... 91
Tabel 4.13. Estimasi Biaya Konstruksi Tripikon–S (Dengan Closet) ... 91
Tabel 4.14. Estimasi Biaya Konstruksi MCK Kayu Dan Tripikon-S .... 92
Tabel 4.15. Estimasi Biaya Konstruksi MCK Beton Dan Tripikon-S ... 93
Tabel 4.16. Hasil Survey Ke-2 ............................................................... 99
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Kondisi Eksisting Sanitasi Masyarakat Kelurahan 11 Ulu ........................................................................
3
Gambar 2.1. Diagram Sistem Pengolahan Air Limbah Individual 12
Gambar 2.2. Diagram Sistem Pengolahan Air Limbah Individual Pada Lingkungan Terbatas ........................................
12
Gambar 2.3. Diagram Sistem Pengolahan Air Limbah Individual Komunal ....................................................................
13
Gambar 2.4. Jamban Dengan Permukaan Ditinggikan ................. 19
Gambar 2.5. Jamban Untuk Daerah Banjir/Pasang Surut/Rumah Panggung ...................................................................
23
Gambar 2.6. Sistem Sanitasi Komunal Untuk Daerah Padat Penduduk ...................................................................
24
Gambar 2.7. Tanki Septic Konvensional ....................................... 28
Gambar 2.8. Anaerobic Baffled Reactor ........................................ 32
Gambar 2.9. Anaerobic Upflow Filter ........................................... 33
Gambar 2.10. Rotating Biological Contactor ................................. 35
Gambar 2.11. Tangki Bio-Filter IATPI ............................................ 36
Gambar 2.12. Tripikon-S ................................................................. 37
Gambar 2.13. T-Pikon-H .................................................................. 38
Gambar 3.1. Peta Kelurahan 11 Ulu .............................................. 54
Gambar 3.2. Rancangan Random Sampling .................................. 56
Gambar 3.3. Flow Chart Tahapan Penelitian ................................. 59
Gambar 4.1. Akses Jalan Di Kawasan RT 3 Dan RT 5 ................. 63
Gambar 4.2. Lokasi Rumah Dan Kondisi Existing RT.3/RW.1 .... 64
Gambar 4.3. Lokasi Rumah Dan Kondisi Existing RT.5/RW.2 .... 65
Gambar 4.4. Lokasi Rumah Dan Kondisi Existing RT.10/RW.2 .. 66
Gambar 4.5. Ruang Terbuka di RT 3 dan RT 10 ........................... 67
Gambar 4.6. Kegiatan Mandi, Mencuci Pakaian Dan Perabotan Rumah Tangga ..........................................................
77
Gambar 4.7. Kondisi Tepian Sungai Musi di Kelurahan 11 Ulu Kecamatan Seberang Ulu II – Palembang .................
77
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Survey Penelitian Tesis (Lembar Kuisioner) ............................... 108
2. Survey Penelitian Tesis (Lembar Kuisioner II - Lanjutan) .......... 109
3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) ................................. 110
4. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) - Kuisioner Ke-2 (Lanjutan) ...................................................................................
111
5. Typikal MCK & Tripikon-S ........................................................ 112
6. Rencana Anggaran Biaya (MCK & Tripikon-S) ........................ 113
7. Dokumentasi Penelitian .............................................................. 114
8. Kumpulan Literatur Tentang Tripikon-S .................................... 115
9. Lembar Bimbingan ..................................................................... 116
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sanitasi menurut kamus bahasa Indonesia merupakan usaha untuk membina
dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan masyarakat. Selain
itu sanitasi juga dapat diartikan sebagai alat pengumpulan dan pembuangan tinja
serta air buangan masyarakat secara higienis sehingga tidak membahayakan bagi
kesehatan seseorang maupun masyarakat secara keseluruhan.
Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang seringkali kurang
mendapatkan perhatian dan menjadi prioritas pembangunan di beberapa daerah.
Buruknya kondisi sanitasi berpengaruh terhadap menurunnya kualitas lingkungan
hidup sehari-hari. Untuk itu penanganan sektor sanitasi sudah sepantasnya
menjadi fokus pembangunan. Pembangunan sanitasi sudah menjadi prioritas
pembangunan, khususnya di daerah perkotaan yang padat akan permukiman
dengan lahan yang terbatas, masih banyak ditemukan daerah-daerah yang kondisi
sanitasi-nya belum baik, tidak dilengkapi dengan sarana dan prasarana sanitasi
yang memadai.
Kondisi sanitasi yang buruk tentunya membahayakan masyarakat sendiri
dan dampaknya akan menimbulkan berbagai jenis penyakit. Untuk memperoleh
kondisi sanitasi yang baik, maka harus ditunjang dengan sarana dan prasarana
sanitasi yang memadai, seperti tersedianya air bersih, tersedianya tempat MCK
(Mandi, Cuci dan Kakus) yang layak yang dilengkapi dengan sistem pembuangan
atau pengolahan limbah, baik itu limbah cair ataupun limbah padat.
Air limbah rumah tangga seharusnya diolah sebelum dibuang ke badan air.
Pengolahan skala perkotaan idealnya menggunakan sistem perpipaan dimana
setiap bangunan disambung dengan jaringan pipa yang kemudian limbah
dikumpulkan untuk diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Kota Palembang dan Sungai Musi suatu hal yang tidak dapat dipisahkan
dalam kultur historis dan sosial budaya. Sebagian masyarakat Kota Palembang
bermukim di tepian Sungai Musi, khususnya di sekitar Jembatan Ampera,
1
2
permukiman penduduk sudah cukup padat dan perekonomian yang cukup baik,
namun memiliki kondisi sanitasi yang memprihatinkan. Kota padat penduduk
seperti Palembang menggunakan sungai sebagai drainase.
Kondisi umum di tepian Sungai Musi salah satunya adalah yang terletak di
Kelurahan 11 Ulu - Kecamatan Seberang Ulu II di Kota Palembang dengan
permukiman penduduk yang cukup padat dan merupakan daerah pasang surut
(rawa-rawa) dengan tipikal rumah panggung yang terlatak di atas Sungai Musi
dan sangat dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut sungai tersebut. Kelurahan
11 Ulu memiliki jumlah penduduk sebanyak 7.495 jiwa yang terdiri 1.821 Kepala
Keluarga (KK).
Kawasan permukiman ini merupakan kawasan yag sangat hidup dengan
aktivitas sosial dan aktivitas ekonomi yang sangat tinggi dengan letak
permukiman yang tidak terstruktur. Jarak antar bangunan sangat rapat, lorong –
lorong yang sangat sempit dan kondisi rumah yang terletak di atas aliran air
sungai semakin membuat kondisi kawasan ini menjadi sangat kumuh. Ditambah
lagi dengan keadaan kolong/bagian bawah rumah masyarakat yang berbentuk
rumah panggung dengan genangan air sungai dan sampah yang berkumpul disana.
Kondisi lingkungan yang tidak sehat dan tidak baik yang masih terjadi saat
ini di kawasan Kelurahan 11 Ulu adalah sebagai berikut:
• Sebagian besar penduduk menggunakan saluran sungai sebagai tempat
pembuangan limbah;
• Kegiatan mandi cuci kakus dilakukan di pinggir sungai atau di sekitar
rumah tempat tinggal, membuang sampah ke sungai, di bawah atau sekitar
rumah (bagi masyarakat yang memiliki rumah panggung)
• Mayoritas masyarakat belum mempunyai jamban yang sehat, tidak
mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat) dengan benar;
• Aroma lingkungan yang tidak sedap.
Hal ini tentu lama kelamaan akan membuat kualitas air di Sungai Musi
semakin menurun dan juga sangat berdampak bagi kesehatan masyarakat. Gaya
hidup masyarakat yang tidak sehat ini dapat dilihat secara langsung di kawasan
ini, salah satunya dengan memperhatikan kondisi sanitasi di Kelurahan 11 Ulu ini,
dengan kondisi eksisting (observasi awal) ditemui MCK Umum sebanyak 11 Titik
3
(mayoritas dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan/PNPM MPk/P2KP) dan WC Masyarakat sebanyak 427 unit dan
semuanya membuang limbahnya secara langsung maupun secara tidak langsung
ke aliran Sungai Musi.
Kondisi MCK umum yang dibangun oleh program bantuan pemerintah ini
masih berfungsi dan digunakan oleh masyarakat, tetapi kondisinya kurang
terawat. Jumlah bangunannya juga masih sangat sedikit dan tidak sesuai dengan
pemakai. MCK umum ini juga hanya terletak di kawasan daratan, tidak ada yang
berdiri di atas air bantaran Sungai Musi. Hal ini mempersulit warga yang tinggal
di daerah bantaran untuk menuju ke MCK umum karena jaraknya yang jauh
antara 150 – 250 m.
Sedangkan untuk WC masyarakat kondisinya bermacam – macam,
tergantung dengan bangunan rumah tempat MCK tersebut. Untuk rumah yang
permanen WC nya pun permanen, dan bagi yang memiliki rumah panggung WC
nya pun terbuat dari kayu. Ada Pula WC cemplung yang terletak di atas air di
pinggiran Sungai Musi. Namun yang paling dominan terlihat adalah bentuk WC
sederhana tanpa septic tank di belakang rumah penduduk yang hanya ditutup
dengan kain ataupun kayu. Kondisi eksisting sarana sanitasi di Kelurahan 11 Ulu
dapat dilihat pada Gambar 1.1.
(a) (b) (c)
Gambar 1.1 Kondisi Eksisting Sanitasi Masyarakat Kelurahan 11 Ulu; (a) Kegiatan mencuci di tepi Sungai Musi; (b) Kondisi MCK di kawasan Kelurahan 11 Ulu; (c) Kondisi bagian kolong rumah masyarakat Kelurahan 11 Ulu.
4
Pembuangan limbah secara langsung yang dilakukan oleh masyarakat
menyebabkan tingkat pencemaran yang semakin hari akan semakin tinggi.
Sedangkan tingkat penanganan air limbah/buangan di Kota Palembang, seperti
pada kawasan Kelurahan 11 Ulu ini, masih sangat rendah karena sarana dan
prasarana yang masih sangat terbatas. Apabila kita kaitkan dengan fungsi sungai
yang serba guna dan pola pasang surut air Sungai Musi, maka akan sangat
berdampak pada penurunan kualitas lingkungan dan berakibat lanjut pada
turunnya kondisi kesehatan masyarakat. Penyediaan fasilitas sanitasi dan sistem
air bersih yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
1.2 Perumusan Masalah
Wilayah Kota Palembang memiliki permukiman yang tidak terstruktur,
dengan sebagian besar penduduk menggunakan sistem pembuangan individual
contohnya septictank, cubluk, dan saluran sungai sebagai tempat pembuangan
limbah. Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
a) Bagaimana menganalisis sistem pengolahan limbah rumah tangga (septic)
dnegan konstruksi khusus yang ramah lingkungan pada MCK (mandi, cuci,
kakus) yang dapat diterapkan di Kelurahan 11 Ulu dengan
mempertimbangkan kondisi eksisting septic dari sanitasi yang ada, dan
dengan kebiasaan atau budaya masyarakat, serta kemampuan ekonomi
masyarakat;
b) Bagaimana pilihan opsi sanitasi yang cocok dan berapa besar biaya yang
dibutuhkan untuk pembangunannya.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan
faktual mengenai kondisi sanitasi dan perilaku masyarakat yang berkaitan dengan
sanitasi di Kelurahan 11 Ulu pada saat ini. Pemetaan kondisi sanitasi (sanitation
zonning) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya
sesuai dengan kondisi eksisting.
5
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi kondisi eksisting sistem sanitasi secara non teknis
(perilaku masyarakat terhadap kegiatan sanitasi dan perilaku hidup
sehat/PHBS) dan secara teknis (kondisi eksisting bangunan MCK dan
pengolahan limbah-nya) pada tepian Sungai Musi di Kelurahan 11 Ulu;
2. Analisis alternatif pilihan pengolahan limbah/septic dari MCK, baik limbah
padat maupun cair;
3. Menghitung estimasi biaya kontruksi yang diperlukan untuk pembangunan
sistem pengolahan limbah yang sesuai dengan kondisi eksisting wilayah
Kelurahan 11 Ulu (khususnya wilayah di tepian Sungai Musi).
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah studi kasus di daerah di Kelurahan
11 Ulu - Kecamatan Seberang Ulu II, Kota Palembang, yang meliputi identifikasi
kebutuhan sarana sanitasi yaitu berupa MCK dan manajemen pemeliharaan sarana
pengolahan air limbah, yang disesuaikan dengan jumlah pemakai, ruang terbuka
yang tersedia, kondisi eksisting Kelurahan 11 Ulu dan keinginan penduduk. Untuk
batasan wilayah penelitian hanya untuk daerah yang mengarah ke Sungai Musi di
Kelurahan 11 Ulu. Tahap awal penelitian mengunakan metode survey ke lapangan
melalui penyebaran kuisioner untuk mendapatkan data dasar Kelurahan 11 Ulu.
Dalam penelitian ini juga membahas mengenai bagian pembuangan dan
pengolahan limbah/septic dari sistem sanitasi tetapi tidak menitikberatkan
mengenai bangunan bagian atas dari bangunan sanitasi, dikarenakan bagian
bawah dari sistem sanitasi adalah penyebab pencemarannya.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini adalah:
BAB I – PENDAHULUAN; Bab ini berisikan tentang latar belakang,
perumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian dan
sistematika penulisan.
6
BAB II - STUDI LITERATUR; Bab ini membahas uraian teori dan
menginformasikan bahan-bahan yang berasal dari pustaka dan hasil penelitian
secara umum yang dijadikan dasar untuk melaksanakan penelitian yang diusulkan.
BAB III - METODOLOGI PENELITIAN; Bab ini membahas langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam penelitian ini serta metode-metode yang digunakan
dalam analisis.
BAB IV - HASIL DAN PEMBAHASAN; Setelah diperoleh landasan teoritis
dari bab-bab sebelumnya maka dalam BAB IV akan dibahas analisa
pelaksanaannya, dengan melakukan penyebaran melalui kuisioner yang diberikan
kepada responden, kemudian dianalisis sesuai dengan teori yang dipergunakan.
BAB V - KESIMPULAN DAN SARAN; Bab ini merupakan tahap akhir dalam
penelitian, dimana berisi kesimpulan dan saran yang bersifat membangun.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Studi Literatur Ilmiah
2.1.1. Air Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Pengertian dari limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan
yang berwujud cair. Menurut PP 82 tahun 2001, limbah cair adalah limbah yang
berbentuk air, karena umumnya limbah cair yang dihasilkan baik limbah rumah
tangga maupun industri adalah dalam bentuk air yang dibuang ke sungai. Air
limbah dapat juga diartikan sebagai air atau cairan yang merupakan sisa dari
kegiatan manusia dari hasil kegiatan rumah tangga atau lebih sering dengan
limbah domestik dan limbah industri.
2.1.2. Karakteristik Air Limbah
Berdasarkan Modul Rekayasa Lingkungan – Bab 3 Air Limbah (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011; 67), karakteristik air limbah dapat
dikelompokan berdasarkan sumber, jenis, macam air limbah, berdasarkan
kuantitas, berdasarkan kualitas, dan berdasarkan dekomposisi air limbah.
2.1.2.1 Berdasarkan Sumber, Jenis, dan Macam Air Limbah
Berdasarkan sumber, jenis dan macam air limbah dikelompokan
berdasarkan sumber penghasil atau penyebab air limbah yang secara umum terdiri
dari:
7
8
a. Air limbah domistik
Air limbah domistik adalah air limbah yang berasal dari kegiatan
penghunian, seperti rumah tinggal, hotel, sekolahan, kampus, perkantoran,
pertokoan, dan fasilitas - fasilitas pelayanan umum lainnya. Air limbah
domistik dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga), yaitu air buangan kamar
mandi, air buangan WC (air kotor/tinja) dan air buangan dapur/cucian.
b. Air limbah industri
Air limbah industri adalah air limbah yang berasal dari kegiatan industri,
seperti pabrik industri logam, tekstil, kulit, pangan (makanan dan minuman),
industri kimia, dan lain-lainnya.
c. Air limbah limpasan dan rembesan air hujan
Air limbah ini adalah air hujan yang melimpas di atas permukaan tanah dan
meresap ke dalam tanah.
2.1.2.2 Berdasarkan Kuantitas
Dan dari modul yang sama (Modul Rekayasa Lingkungan – Bab 3 Air
Limbah, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, hal. 67), untuk menentukan
kuantitas air limbah secara pasti akan sangat sulit karena banyak faktor – faktor
yang mempengaruhinya. Banyaknya air limbah yang dibuang dipengaruhi oleh:
a. Jumlah air bersih yang dibutuhkan perkapita akan mempengaruhi jumlah air
limbah yang dibuang. Pada umumnya besarnya air limbah ditentukan berkisar
60 - 70% dari banyaknya air bersih yang dibutuhkan;
b. Keadaan masyarakat dan lingkungan suatu daerah. Pembuangan pada suatu
daerah kota tentu akan memiliki jumlah limbah buangan yang lebih besar dari
pada di daerah perdesaan;
c. Keseragaman pembuangan air limbah tidak sama antara sumber yang satu
dengan yang lain dalam setiap harinya. Khusus untuk air limbah buangan
wc/air kotor/air tinja, besaran yang sering digunakan dalam perencanaan tanki
septic dan bangunan peresapan adalah 10 lt/org/hari dan 40 lt/org/tahun untuk
lumpur yang terkumpul.
9
2.1.2.3 Berdasarkan Kualitas
Berdasarkan Modul Rekayasa Lingkungan – Bab 3 Air Limbah (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011; 68), kualitas air limbah dapat
diketahui melalui beberapa sifat dan karakteristik yang meliputi:
a. Sifat fisik, yang terdiri atas:
• Bahan padat: terapung, tersuspensi, terlarut, dan mengendap. Untuk
endapan sendiri terdiri dari pasir, lumpur kasar, lumpur halus, lumpur
koloid;
• Warna, yang terdiri atas: coklat muda biasanya berumur sekitar 6 jam,
abu-abu tua (grey water) yang merupakan air limbah yang telah
mengalami pembusukan, dan hitam (black water) merupakan air limbah
yang sudah membusuk oleh bakteri anaerob.
b. Sifat kimia
• Organik yang terdiri atas minyak, lemak, protein, dan karbonat;
• Anorganik yang terdiri atas sulfat, Chlorida, nitrogen, fosfor, belerang,
dan logam berat (Fe, Al, Mn,Mg dan Pb);
• Gas–gas yang terdiri dari hydrogen sulfide, CO2, O2 dan metan.
c. Sifat biologis
Berbagai jenis mikroorganisme terdapat di dalam air limbah. Jenis
mikroorganisme yang terdapat di dalam air limbah dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
• Kelompok binatang besar, diantaranya rotifers (hewan bertulang
belakang), dan crustaceas (kerang – kerangan);
• Tumbuh-tumbuhan, diantaranya lumut dan pakis;
• Protista diantaranya bakteri (mikroorganisme).
2.1.2.4 Berdasarkan Dekomposisi Air Limbah
Berdasarkan Modul Rekayasa Lingkungan – Bab 3 Air Limbah (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011; 69-70), air limbah yang dibuang ke
dalam tanah maupun badan air akan mengalami proses dekomposisi secara alami
yang dilakukan oleh mikroorganisme, sehingga air limbah dapat menjadi bahan
10
yang stabil dan dapat diterima oleh lingkungan. Namun alam memiliki
keterbatasan dalam melakukan proses tersebut apabila jumlah limbah yang
dibuang melebihi kapasitas daya serapny1a.
Proses dekomposisi air limbah berdasarkan jenis bakterinya dapat
digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Secara anaerobic
Bahan organic terlarut akan dirombak/dibusukan oleh bakteri anaerob (yang
dapat hidup tanpa bantuan O2) menjadi senyawa organic sederhana seperti
CO2, Metan, Hidrogen Sulfida (H2S), Amonia (NH3) dan unsur – unsur ini
akan menimbulkan bau busuk yang cukup menyengat. Dalam proses ini air
limbah menjadi keruh, kotor, berbau busuk, serta terjadi pengendapan
lumpur cukup besar, serta proses perombakannya akan berjalan cukup lama.
b. Secara Aerobik
Bahan organic terlarut akan dirombak/diuraikan oleh bakteri aerob
(hidupnya memerlukan O2) dan akan menjadi energy, gas, bakteri baru dan
bahan buangan akhir yang stabil seperti: CO2, Nitrat, Sulfat, dan senyawa
organic lain yang stabil. Proses perombakan dilakukan oloh bakteri dengan
memanfaatkan O2 (yang terlarut dalam air limbah) untuk mengoksidasi
bahan organic terlarut sampai semuanya terurai secara lengkap. Agar proses
pembusukan biologis dapat berjalan dengan baik maka diperlukan O2 dalam
jumlah yang cukup besar dalam larutan air limbah.
2.1.3 Air Limbah Rumah Tangga
Air limbah rumah tangga seringkali dianggap lebih ringan dari pada limbah
industri. Anggapan seperti ini tentunya tidaklah sepenuhnya benar, karena kedua–
duanya memberikan kontribusi besar terhadap pencemaran lingkungan. Air
limbah rumah tangga lebih mencolok pada kuantitasnya yang besar walaupun
kualitasnya lebih ringan (low strange waste), sedangkan air limbah industri lebih
mencolok pada kualitasnya (high strength waste) dibandingkan kuantitasnya.
Dalam pengelolaan lingkungan, yang dalam hal ini terjadi pencemaran dapat
dihindari atau dikurangi dengan menggunakan konsep 4 R, yaitu Reducy
11
(pengurangan), Recycling (daur ulang), Reuse (pemanfaatan kembali), dan
Recovery (pemulihan). Konsep reduksi pada dasarnya merupakan langkah
pengolahan air limbah yang paling sederhana dan murah. Contoh penggunaan
aplikasi dari konsep tersebut adalah dengan penggunaan sistem tanki septic,
dimana air limbah rumah tangga dapat direduksi kuantitasnya, terutama jumlah
padatan (solid) yang berupa tinja karena akan tertinggal di dalam tanki tersebut.
Dalam Modul Rekayasa Lingkungan – Bab 3 Air Limbah (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011), berdasarkan sifat fisiknya air limbah
rumah tangga dibagi menjadi 2 jenis warna, yaitu abu - abu dan hitam. Air limbah
yang berwarna abu - abu adalah limbah yang berasal dari kegiatan–kegiatan
rumah tangga yaitu mencuci, mandi, masak, sisa makanan, dan lain–lain.
Sedangkan air limbah yang berwarna hitam adalah air limbah yang berasal dari
kegiatan buang air kecil dan buang air besar. Dari segi aspek kualitas air limbah
mengandung berbagai macam zat yang sifatnya komplek dan memiliki potensi
merusak kualitas lingkungan atau gangguan kesehatan. Kualitas air limbah ini
biasanya dinyatakan dengan parameter COD, BOD, SS, TS, pH, dan coli.
Umumnya tipikal kualitas air limbah adalah sebagai berikut: COD = 700 ml/g,
BOD = 400 mg/L, SS = 300 mg/L, pH = 6,5 dan coli 2.500.000/100 ml.
2.1.4. Sistem Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga
Berdasarkan Modul Rekayasa Lingkungan – Bab 3 Air Limbah (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011), sistem pengolahan air limbah dapat
dilakukan melalui proses pengolahan individual, pengolahan individu pada
lingkungan terbatas, dan pengolahan komunal.
2.1.4.1. Pengolahan Individual
Pengolahan air limbah individual adalah pengolahan yang dilakukan secara
sendiri – sendiri terhadap limbah domistik yang dihasilkan oleh masing – masing
rumah. Sistem pengolahan air limbah secara individual dapat diuraikan dalam
gambar 2.1. di bawah ini.
12
Gambar 2.1. Diagram Sistem Pengolahan Air Limbah Individual (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011)
2.1.4.2. Pengolahan Individu Pada Lingkungan Terbatas
Pengolahan air limbah domestic secara individu pada lingkungan terbatas
dilakukan secara terpadu dalam wilayah yang kecil atau terbatas seperti hotel,
rumah sakit, Bandar udara, pelabuhan dan fasilitas umum. Sistem
penanganan/pengolahan air limbah domistik secara indivual dapat diuraikan pada
gambar 2.2. di bawah ini.
Gambar 2.2. Diagram Sistem Pengolahan Air Limbah Individual Pada
Lingkungan Terbatas (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011)
2.1.4.3. Pengolahan Komunal
Pengolahan air limbah komunal adalah pengolahan air limbah yang
dilakukan pada suatu kawasan permukiman, industri, perdagangan di kota – kota
besar, yang pada umumnya dilayani/dibuang melalui jaringan roil kota untuk
kemudian dialirkan manuju ke suatu instalasi Pengolahan Air Limbah dengan
kapasitas besar. Sistem pengolahannya diuraikan pada gambar 2.3. di bawah ini.
• Air limbah dapur dari bangunan • Air Limbah Kamar Mandi dari
bangunan • Air kotor/tinja dari bangunan
Bak kontrol Peresapan
Tanah
Dapur/cucian
Kamar mandi
Air Kotor/WC
Lemak
Busa & Lemak
Bahan Organik
Bak Kontrol
Septic Tank/ Trpikon
Peresapan Tanah
13
Gambar 2.3. Diagram Sistem Pengolahan Air Limbah Individual Komunal (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011)
Sistem pengelolaan air limbah rumah tangga juga dapat dibedakan atas
dasar jenis limbahnya dalam bentuk sistem basah (wet system) dan kering (dry
system). Pada wet system pengolahan air limbah abu - abu dan air limbah hitam
dilakukan secara tercampur, sedangkan pada dry system dilakukan secara terpisah.
Berdasarkan lokasi penempatan sistem pengelolaan air limbah rumah tangga
secara garis besar terbagi sebagai berikut:
1. Sistem sanitasi setempat (On Site System). Pengolahan air limbah yang
ditujukan pada umumnya untuk black water dan dilakukan di sekitar
sumbernya secara individual, misalnya dengan menggunakan tanki septic dan
tripikon.
2. Sistem sanitasi terpusat (off site system). Penolahan air limbah yang ditujukan
pada black water maupun grey water dan dilakukan di luar jauh dari
sumbernya dengan cara menyalurkan air limbah tersebut melalui jaringan
(Riol) pipa air limbah secara menyeluruh untuk suatu permukiman.
Perencanaan bangunan pelengkap pada sistem jaringan adalah semua
bangunan yang diperlukan untuk menunjang kelancaran penyaluran air limbah
untuk menunjang kemudahan pemeliharaan sistem jaringan air limbah. Bangunan
pelengkap pada sistem jaringan air limbah meliputi manhole, drop manhole,
ventilasi udara, terminal clean out, bangunan penggelontor, dan syphone rumah
pompa. Perencanaan bangunan pelengkap pada system jaringan air limbah, yang
meliputi: letak, dimensi dan kebutuhan lahan yang mengacu pada standar teknis
dan tata cara perhitungan perencanaan teknis yang berlaku.
- Daerah Pemukiman - Daerah Industri - Daerah Perdagangan - Daerah Pendidikan
Bak Kontrol
Jaringan Riol Kota
IPAL Badan Air/ Peresapan
Tanah
14
2.1.5. Tahapan Pengelolaan Air Limbah
Dalam buku Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik Bab 3 (Badan
Pengkajian Dan Penerapan Teknologi, 2011), pengelolaan air limbah bertujuan
untuk menguraikan kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa
organik, padatan tersuspensi, mikroba pathogen dan senyawa organik yang tidak
dapat diuraikan oleh mikrooganisme yang terdapat di alam. Biasanya limbah grey
water tidak bisa langsung dibuang ke tanki septic karena kandungan detergen
dapat membunuh bakteri pengurai di dalam tanki septic. Pengolahan air limbah
tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap, yaitu:
1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahapan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses
pengolahan yang berlangsung pada tahap ini adalah screen and grit
removal, equalization and storage, serta oil separation.
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya pengolahan tahap ini memiliki tujuan yang sama dengan
pengolahan awal. Letak perbedaannya adalah pada prosesnya, yaitu
neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation,
dan filtration.
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Tujuannya adalah untuk menghilangkan zat–zat terlarut dari air limbah yang
tidak dapat dihilangkan dari proses fisik biasa. Peralatan dan pengolahan
yang umum digunakan pada tahap ini adalah activated sludge, anaerobic
lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating
biological, serta anaerobic contractor and filter.
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses yang terjadi di tahap ketiga ini adalah coagulation and
sedimentation, filtration, carbon absorption, ion exchange, membrane
separation serta thickening gravity and flatation.
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk dari hasil ke-empat tahap pengolahan sebelumnya
kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion,
15
pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying
bed, incineration atau landfill.
2.1.6. Kriteria Sistem Pengeloaan Air Limbah Permukiman
2.1.6.1. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Teknologi Sanitasi
Menurut Laporan Akhir Penyusunan DED Air Limbah, CV Kaditarin
Perdana, dan Nurmeyliandari (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan teknologi untuk sanitasi, yaitu:
a. Kepadatan Penduduk yang berhubungan dengan ketersediaan atau tidaknya
lahan yang cukup untuk membangun sistem pengolahan limbah;
b. Sumber Air; Untuk kondisi dimana ketersediaan air kurang, teknologi
pembuangan limbah setempat lebih cocok diterapkan dibandingkan mengan
menggunakan sistem pembuangan limbah terpusat;
c. Keadaan topografi Tanah;
d. Kemampuan membangun yang berhubungan dengan perencanaan dan
pemilihan teknologi;
e. Kondisi sosial ekonomi masyarakat; Penekanannya lebih kepada status
ekonomi masyarakat setempat, yang berkaitan kepada penyelenggaraan
operasional dan pemeliharaan sarana tersebut.
2.1.6.2. Kriteria Perencanaan Pemilihan Teknologi Sanitasi
Spesifikasi teknologi yang dipilih harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Dampak terhadap lingkungan agar mencegah terkontaminasinya air ataupun
tanah sekitar.
b. Pelaksanaan pembangunan yang cepat, mudah pengerjaannya dan
perbaikannya mampu mengadaptasi bahan dan tenaga setempat.
c. Mudah dan-nyaman dalam pemanfaatan dan pemeliharaan.
d. Pembiayaannya dapat dijangkau oleh masyarakat baik pembuatan maupun
pemeliharaannya.
e. Bentuk sarana sesuai dengan standar.
16
Penentuan kriteria sistem air limbah untuk permukiman ditentukan oleh
beberapa faktor seperti tipe permukiman, keadaan sosial ekonomi masyarakat,
suplai air bersih, dan jumlah penduduk. Alternatif pilihan pengelolaan tersebut
secara detail dapat dilihat pada Tabel 2.1. di bawah ini.
Tabel 2.1. Metode Penerapan Sistem Air Limbah Berdasarkan Kriteria Kepadatan Penduduk dan Suplai Air Bersih (Ditjen Cipta Karya, 1991)
No Kriteria Keterangan 1 Kepadatan penduduk
rendah (<150 jiwa/ha), tingkat suply air rendah (< 30 %)
Diarahkan untuk menggunakan metode on site sanitation (individual) dengan alasan kemungkinan terjadinya pencemaran kecil. Masyarakat pada golongan ini cendrung bukan berpenghasilan tinggi.
2 Kepadatan sedang (150 - 300 Jiwa/ha) tingkat suply air rendah (<30 %)
Diarahkan untuk menggunakan metode on site sanitation bersama dengan alasan menekan biaya pengelolaan fasilitas sanitasi. Masyarakat ini cenderung berpenghasilan rendah/sedang dan mampu untuk membuat fasilitas sanitasi bersama minimal 2 keluarga.
3 Kepadatan tinggi (300 - 500 jiwa/ha), tingkat suply air rendah (<60%)
Diarahkan untuk menggunakan metode on site/sanitasi komunal dengan pertimbangan untuk menekan biaya pengadaan fasilitas sanitasi. Masyarakat cendrung berpendapatan rendah-sedang dan diharapkan mampu membuat fasilitas sanitasi bersama
4 Kepadatan sangat tinggi (>500 jiwa) suply air rendah (<60 %)
Disarankan untuk menggunakan metode on site/sanitasi pribadi. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa masyarakat di daerah ini cendrung mempunyai penghasilan rendah dan memiliki sarana terbatas
5 Kepadatan rendah (<150 jiwa/ha), suply air sedang (30 - 60 %)
Diarahkan untuk menggunakan metode on site/sanitasi pribadi. Dengan pertimbangan bahwa masyarakat di daerah ini memiliki penghasilan sedang dan lahan masih tersedia untuk tempat pengolahan air buangan dan pencemaran lingkungan belum ada.
6 Kepadatan sedang (150 - 300 jiwa/ha) tingkat suply air sedang (30 - 60 %)
Diarahkan untuk menggunakan metode on site/sanitasi pribadi dan bersama. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa masyarakat di daerah ini berpenghasilan sedang dengan lahan yang cukup tesedia. Namun dibeberapa tempat juga dianjurkan untuk menggunakan sanitasi bersama untuk pencegahan pencemaran air tanah
Bersambung ....
17
Lanjutan Tabel 2.1 No Kriteria Keterangan
7 Kepadatan tinggi (300-500 jiwa/ha) suply air sedang (30 - 60%)
Diarahkan untuk menggunakan sistem off site dengan syarat bahwa sistem pengaliran air buangan masih memungkinkan akan ada suply penambahan air bersih. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa masyarakat di daerah ini berpenghasilan menengah dan dinilai mampu untuk membayar retribusi air buangan. Metode ini bertujuan untuk menghindari pencemaran lingkungan
8 Kepadatan sangat tinggi (>500 jiwa/ha), suply air sedang (30 - 60 %)
Diarahkan untuk menggunakan sistem on site dengan syarat bahwa sistem pengaliran air buangan masih memungkinkan atau akan ada suplai penambahan air bersih. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa masyarakat di daerah ini berpenghasilan rendah dengan sebagian dari mereka tidak mampu membayar retribusi air buangan
9 Kepadatan rendah (150 jiwa/ha), suplai air tinggi (60 %)
Diarahkan agar menggunakan metode on site sanitataion pribadi dengan pertimbangan penduduk di daerah ini berpenghasilan tinggi dan lahan cukup tersedia.
10 Kepadatan sedang (150 - 300 jiwa/ha) suplai air tinggi
Diarahkan untuk menggunakan off site sanitasi, dengan pertimbangan bahwa masyarakat di daerah ini berpenghasilan sedang-tinggi, permukiman teratur dan dibeberapa tempat metode sanitasi on site masih dilakukan terutama bila tidak memanuhi kriteria air buangan. Penduduk di daerah ini termasuk yang mampu membayar retribusi air buangan
11 Kepadatan tinggi (300 - 500 jiwa/ha), tingkat suply air tinggi (>60 %)
Diarahkan untuk menggunakan metode off site sanitasi yaitu sistem sewerage konvensional dengan pertimbangan bahwa masyarakat di daerah ini umumnya berpenghasilan sedang, permukiman teratur dan lahan tersedia cukup. Penduduk di daerah ini termasuk golongan yang mampu membayar retribusi air buangan
12 Kepadatan tinggi sekali (> 500 jiwa/ha) suplai air tinggi (>60 %)
Diarahkan ntuk menggunakan metode off site sanitasi dengan pertimbangan bahwa masyarakat tergolong berpenghasilan sedang, sedangkan lahan yang tersedia untuk penerapan sanatai on site tidak memadai
18
Berdasarkan uraian Tabel 2.1. di atas, kondisi Kelurahan 11 Ulu termasuk di
nomor 6, katagori kepadatan penduduk sedang yaitu 7.495 jiwa dengan luas
wilayah 30 Ha (150 -300 jiwa/ha), suplai air sedang (30% - 60%) karena PAM
sudah masuk ke kawasan ini, sehingga diarahkan kepada penggunaan metode on
site/sanitasi pribadi dan bersama.
Kendala utama dari kondisi di Kelurahan 11 Ulu adalah belum tersedianya
tanki septic sebagai sarana pengolahan limbah. Sebagian besar menggunakan
sungai sebagai sarana MCK, dan banyak juga masyarakat yang membuat MCK
seadanya tanpa tanki septic. Sistem penggelontoran tinja dan urin hanya
mengandalkan aliran sungai dan pasang surutnya, sehingga pada saat sungai surut
lingkungan menjadi bau dan kotor.
2.2. Pilihan Teknologi Sanitasi
Menurut katalog Informasi Sarana Sanitasi, Pamsimas (2009), sarana
sanitasi terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu di bagian atas, bagian tengah dan
bagian bawah. Untuk bagian atas maksudnya jenis material yang digunakan untuk
bangunan MCK tersebut, mulai dari atap dan dinding bangunan. Bagian tengah
adalah bagian lubang pembuangannya, dan bagian bawah adalah bagian
pengolahan limbahnya misalnya septictank, tanki septic modern, dan septic untuk
di wilayah khusus.
Berdasarkan Buku Informasi Pilihan Jamban Sehat (Water And Sanitation
Program, 2011), Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang:
1) Mencegah kontaminasi ke bidang air;
2) Mencegah kontak antara manusia dan tinja;
3) Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga serta binatang
lainnya;
4) Mencegah bau yang tidak sedap;
5) Konstruksi dudukannya dibuat denagn baik, aman dan mudah dibersihkan.
Masyarakat dapat membangun berbagai macam jamban yang dibangun
sendiri secara permanen dan semi permanen dengan bahan bangunan apapun
19
yang mudah mereka peroleh. Sepanjang jamban semi permanen ini dapat
memenuhi 5 (lima) persyaratan jamban yang sehat, maka hal ini bisa
dikatagorikan sebagai jamban yang sehat. Meskipun demikian, jamban-jamban
semi permanen ini lama kelaman bisa menjadi tidak sehat dan berbahaya karena
hujan, banjir, rusak atau roboh sehingga perlu menjadi lebih
permanen.dipelihara atau bahkan ditingkatkan.
Pada Tabel 2.2 (di halaman berikut) adalah katalog pilihan jamban sehat
yang mengklasifikasikan struktur semi permanen sebagai ‘jamban yang sehat’ dan
struktur yang lebih permanen sebagai ‘jamban sehat’. Dengan katalog ini
diharapkan memberikan informasi sarana jamban sehat, sehingga membatasi
terjadinya kontaminasi, membantu masyarakat dalam mengenali sarana jamban
sehat yang sesuai dengaan kebutuhan dan kemampuan masyarakat, serta sebagai
alat bantu komunikasi dalam pemilihan teknologi sarana jamban.
Untuk “kondisi khusus”, Buku Informasi Pilihan Jamban Sehat (Water And
Sanitation Program, 2011, p17-19) menuliskan:
1. Jamban dengan permukaan ditinggikan; Jenis jamban ini dapat diterapkan
untuk daerah dengan kondisi muka air tanah tinggi, daerah banjir dan
pasang surut (Lihat Gambar 2.4.);
Gambar 2.4. Jamban Dengan Permukaan Ditinggikan (Buku Informasi Pilihan Jamban Sehat (Water And Sanitation Program, 2011)
Tabel 2.2. Katalog Pilihan Jamban Sehat (Buku Informasi Pilihan Jamban Sehat, Water And Sanitation Program, 2011)
Bersambung ....
No. Prototype Jamban Spesifikasi Kelebihan Kekurangan Umur
Pemakaian Tips
Pembuatan 1 Rumah Jamban Tampa
Atap
Rangka dari kayu; dinding dari plastik/karung beras/gedek banbu; dan tanpa atap.
Biaya sangat murah; dapat dengan mudah dibangun oleh masyarakat; tidak mempunyai keterampilan tinggi; langkah awal dapat ditingkatkan menjadi rumah jamban yang lebih baik di kemudian hari.
Perlu sering diperbaiki dan dipelihara; dapat rusak oleh angin kencang dan kurang-nyaman selama musim hujan.
Singkat Sederhana
2 Rumah Jamban Dinding Gedek dengan Atap
Rangka kayu; dinding gedek dan atap dari daun.
Dapat digunakan untuk waktu yang lama; murah;-nyaman; mudah dibangun oleh keluarga; cepat dibangun.
Perlu sering diperbaiki, dipelihara; dan dapat rusak oleh rayap.
Sedang Akan lebih kuat bila semua bahan disemprot anti rayap atau diolesi dengan oli bekas.
20
21
Lanjutan Tabel 2.2.
Bersambung ....
No. Prototype Jamban Spesifikasi Kelebihan Kekurangan Umur
Pemakaian Tips
Pembuatan 3 Rumah Jamban Dinding
Kayu dengan Atap Seng.
Rangka kayu; dinding dengan atap seng.
Dapat digunakan untuk waktu yang lama. Mudah dikerjakan oleh tukang kayu; memberikan privasi yang baik kepada penggunanya.
Lebih mahal; sesekali perlu diperbaiki dan dipelihara; kayu dapat berkurang kekuatannya oleh rayap dan cairan.
Menengah sampai panjang usia (lama).
Kayu/papan akan kuat bila disemprot anti rayap/diolesi dengan oli bekas.
4 Rumah Jamban Dinding Batu Bata dan Gedek dengan Atap.
Rangka kayu; dinding ½ tembok dan ½ gedek dan atap seng/asbes.
Tahan lama;-nyaman; privasi; dan perlindungan yang baik; cepat; dan mudah bangun dengan sedikit keterampilan.
Sesekali perlu dipelihara; mahal dan bahan seng akan berkarat jika sering terkena air.
Lama Keterampilan pekerja sangat mempengaruhi kualitas konstruksi.
22
Lanjutan Tabel 2.2.
No. Prototype Jamban Spesifikasi Kelebihan Kekurangan Umur
Pemakaian Tips
Pembuatan 5 Rumah Jamban Dinding
Batu Bata dengan Atap.
Rangka kayu; dinding batu bata; lantai ubin; dan atap seng/genteng.
Desain sangat kuat dan tahan lama; memberikan privasi yang sangat baik; memerlukan sangat sedikit perbaikan jika dibangun dengan baik.
Memerlukan biaya yang lebih banyak; memerlukan tukang bangunan yang terlatih.
Lama Keterampilan pekerja sangat mempengaruhi kualitas konstruksi.
2. Jamban untuk daerah banjir/pasang surut/rumah panggung; Daerah-daerah
yang banjir selama musim hujan memerlukan pendekatan khusus. Sumur
penampung tinja masih dapat dibangun, tetapi di atas tanah. Sumur
hendaknya dihubungkan dengan slab dan kloset melalui sejumlah ring
beton dan pipa. Banyaknya ring beton dan panjangnya pipa akan
disesuaikan dengan ketinggian air selama banjir. Karena sumur akan
penuh selama banjir, maka bagian satu-satunya yang dapat digunakan dari
tangki adalah bagian yang melewati permukaan air banjir.Rumah jamban
perlu ditinggikan melebihi permukaan air yang tinggi. Jamban di derah
banjir lebih mahal daripada jenis jamban yang lain, dan bahan bangunan
dapat berkurang kekuatannya akibat terendam air, oleh karena itu
diperlukan bahan yang tahan air. (Lihat Gambar 2.5.)
Gambar 2.5. Jamban Untuk Daerah Banjir/Pasang Surut/Rumah Panggung (Buku Informasi Pilihan Jamban Sehat - Water And Sanitation Program, 2011)
3. Sistem sanitasi komunal untuk daerah padat penduduk; Pada wilayah yang
padat penduduk, sehingga lahan yang dapat digunakan untuk membangun
sarana sanitasi sangat terbatas, maka dapat dilakukan dengan membangun
jamban type komunal, yaitu beberapa bangunan jamban keluarga (5 – 6
23
24
jamban keluarga) dapat menggunakan satu sumur penampung tinja (septic
tank) yang dapat dibangun diantara bangunaan jamban, sehingga setiap
jamban dapat melakukan akses yang sama terhadap sumur penaampung
tinja. Tipe bangunan jamban ini sangat cocok untuk daerah semacam ini
karena hanya membutuhkan sedikit lahan, namun dapat memberikan akses
jamban kepada beberapa keluarga. Pemeliharaan bangunan jamban dapat
dilakukaan secara individu setiap keeluarga, namun untuk sumur
penampung tinja dilakukaan secara bersama (Lihat Gambar 2.6.).
Gambar 2.6. Sistem Sanitasi Komunal Untuk Daerah Padat Penduduk
(Buku Informasi Pilihan Jamban Sehat -Water And Sanitation Program, 2011)
Berdasarkan penggunanya jamban dibagi atas 3 (tiga), yaitu jamban
individual, jamban komunal, dan jamban institusi.
2.2.1. Pilihan Bangunan MCK Berdasarkan Penggunanya
Menurut catalog Informasi Sarana Sanitasi, Pamsimas (2009), sarana
sanitasi berdasarkan penggunanya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Jamban Individual merupakan jamban keluarga yang hanya dimiliki oleh
satu keluarga (rumah), serta memiliki bangunan penampungan tinja
25
setempat yang saniter seperti bangunan cubluk, tangki septik atau yang
sejenisnya. Pada prinsipnya setiap pembangunan suatu rumah harus
dilengkapi dengan sarana sanitasi yang memadai, seperti kamar mandi, WC
atau kakus, tempat cuci, tempat pembuangan limbah dan tempat
pembuangan sampah. Salah satu yang merupakan bagian yang penting
sanitasi adalah WC (kakus). Pembuatan WC merupakan usaha manusia
untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup
yang sehat. Dalam pembuatan WC sedapat mungkin harus diusahakan agar
WC tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu kontruksi yang
kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam pembuatan WC.
Persyaratan yang harus diperhatikan dalam pembuatan WC adalah sebagai
berikut:
1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum
dan permukaan tanah yang ada di sekitar jamban;
2. Menghindarkan berkembang biaknya/tersebarnya cacing tambang
pada permukaan tanah;
3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang
tidak sedap dipandang;
5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat
setempat..
b) Jamban komunal lebih merupakan jamban kolektif, biasanya berupa
bangunan MCK Umum yang digunakan untuk bersama dan dengan lokasi
yang terjangkau oleh penguna. Dilengkapi dengan penampungan tinjanya
yang digunakan juga secara bersama. Umumnya jamban komunal ini dapat
ditempatkan pada lokasi yang sudah ada atau daerah yang mempunyai lahan
terbuka.
Tata cara perencanaan bangunan MCK menurut SNI 03-2399-2002 (revisi
SNI 03-2399-1991) adalah sebagai berikut:
• Tersedianya lokasi tempat MCK umum
• Luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3 Ha
26
• Kapasitas pelayanan harus dapat melayani jam sibuk dan banyaknya
ruang tergantung pada jumlah pemakai.
• Tersedianya air, dengan standar jumlah air untuk mandi 20
ltr/org/hari, cuci 15 ltr/org/hari, kakus 10 ltr/org/hari.
• Bahan bangunan menggunakan bahan setempat dengan spesifikasi
sesuai standar bahan bangunan dengan konstruksi yang sederhana.
• Air limbah dari MCK umum harus diolah sebelum dibuang sehingga
tidak mencemari air, udara, dan tanah di lingkungan permukiman
• Adanya kemampuan pengelolaan MCK umum.
Ketentuan MCK umum menurut Permen Nomor 32 tahun 2006, dapat
dilihat di Tabel 2.3. berikut:
Tabel 2.3. Ketentuan MCK Umum (PERMEN 32 Tahun 2006)
Jumlah pemakai (Jiwa)
Jumlah dan Luas ruangan Luas Lahan
Minimal (M2)
Kamar mandi Tempat Cuci WC/Kakus Unit Luas Unit Luas Unit Luas
10 1 1,2 x 1,75 1 1,6 x 2,4 1 1,2 x 1,75 11 15 1 1,2 x 1,75 1 1,6 x 2,4 2 1,2 x 1,75 14 20 2 1,2 x 1,75 1 1,6 x 2,4 2 1,2 x 1,75 14 25 2 1,2 x 1,75 2 1,6 x 2,4 2 1,2 x 1,75 16
Untuk kapasitas pelayanan, semua ruangan dalam satu kesatuan dapat
menampung pelayanan pada waktu (jam-jam) paling sibuk dan banyaknya
ruangan pada setiap satu kesatuan MCK untuk jumlah pemakai tertentu
tercantum dalam tabel di atas. Untuk Bahan Bangunan MCK Umum, bahan
yang dapat dipergunakan adalah: bahan bangunan setempat; kemudahan
penyedian bahan bangunan, mudah dilaksanakan, dapat diterima oleh
masyarakat pemakai.
Persyaratan kamar mandi meliputi lantai luasnya minimal 1,2 m2 (1,0 m x
1,2 m) dan dibuat tidak licin dengan kemiringan kearah lubang tempat
27
pembuangan kurang lebih 1%, ukuran pintu: lebar 0,6 - 0,8 m dan tinggi
minimal 1,6 m.; bak mandi/bak penampung air untuk mandi dilengkapi
gayung. Sarana tempat cuci, luas lantai minimal 2,40 m2 (1,20 m x 2,0 m)
dan dibuat tidak licin dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan
kurang lebih 1%. Tempat menggilas pakaian dilakukan dengan jongkok atau
berdiri, tinggi tempat menggilas pakaian dengan cara berdiri 0,75 m di atas
lantai dengan ukuran sekurang-kurangnya 0,60 m x 0,80 m.
c) Jamban institusi merupakan jamban yang diperuntukan atas keperluan
lembaga/institusi, sekolah, kantor, masjid, terminal, pasar dan lain-lain.
2.2.2 Pilihan Teknologi Bangunan Sanitasi Bagian Bawah
Berdasarkan Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah
Spesifik (Water And Sanitation Program, 2010), banyak opsi teknologi
pengolahan air limbah yang dapat diterapkan. Kesulitan timbul pada saat
pemilihan teknologi yang paling tepat dan efisien terkait kondisi lingkungan yang
ada, khususnya untuk daerah spesifik. Langkah penyesuaian perlu dilakukan agar
teknologi yang ada dapat diterapkan. Secara umum, beberapa teknologi dasar
yang biasa diterapkan di Indonesia adalah teknologi tangki septik dengan sistem
resapan, anaerobic baffled reactor (ABR), anaerobic upflow filter (AUF),
biofiltrasi, dan rotating biological contactor (RBC). Disamping itu, terdapat
beberapa teknologi tepat guna seperti Tripikon-S dan T-Pikon-H.
Dalam penerapannya, opsi teknologi sistem pengolahan air limbah sangat
pada kebutuhan atau kapasitas pengolahan, kondisi lingkungan, ketersediaan
ruang, serta kemampuan pengguna atau pengelola dalam mengoperasikan dan
memeliharanya.
2.2.2.1. Tangki Septik Konvensional
Berdasarkan Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah
Spesifik (Water And Sanitation Program, 2010), fungsi tangki septik
konvensional adalah untuk mengolah air limbah domestik dengan memanfaatkan
proses biologis melalui pemisahan padatan dari cairan, dimana padatan tersebut
28 akan secara anaerobik terdekomposisi sementara airnya akan dialirkan ke sistem
pembuangan. Tangki septic konvensional yang dilengkapi dengan sistem resapan
merupakan metode yang paling umum untuk pengolahan air limbah rumah tangga
dari perumahan yang tidak tersambung dengan sistem perpipaan air buangan.
Tangki septik konvensional merupakan sistem pengolahan air limbah rumah
tangga yang paling banyak digunakan untuk sistem individual di Indonesia.
Tanki septic berfungsi sebagai alat pereduksi pencemaran, yang dalam hal
ini air limbah rumah tangga yang dicirikan dengan adanya padatan (solid) berupa
faeces dan secara keseluruhan memiliki kadar cemaran tinggi (COD, BOD)
diubah menjadi effluent yang memiliki kadar padatan jauh lebih rendah serta
kadar cemaran relative lebih rendah (30 - 40%).
Berdasarkan kondisi dan perkembangan teknologi, karena semakin
sempitnya lahan yang tersedia untuk perumahan yang menyebabkan pembuatan
septic tank menjadi kendala tersendiri maka sekarang telah tersedia produk septic
tank fabrikasi. Septic tank ini memiliki sistem kerja dengan menghasilkan air
limbah yang ramah lingkungan (tidak mencemari air tanah dan sungai) dan
memerlukan lahan yang relative kecil, yaitu septic tank biologis atau septic tank
modern. Air pembuangan dari septic tank ini sudah bersih dari bakteri dapat
dialirkan ke saluran drainase.
Gambar 2.7. Tanki Septic Konvensional (Water And Sanitation Program, 2010)
29
Septic tank ada 2 macam yaitu septic tank konvensional dan septic tank
modern. Septic tank konvensional adalah septic tank umum yang digunakan di
Indonesia. Pada septic tank konvensional ada 2 bagian yang penting yaitu bak
penampungan dan bak resapan. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-
2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak
horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran
(bidang resapan/tangki septic tank) harus lebih dari 11 meter, sedangkan jarak
sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih dari 50 meter (Mustafa
Kemal. Anda tinggal di Perumahan? Waspadalah!, Kompasiana, 2012).
Berdasarkan NMC CSRRP dalam Pedoman Perencanaan MCK, kapasitas
Tangki Septik adalah untuk MCK komunal rumus-rumus yang digunakan:
Th = 1,5 – 0,3 log (P x Q) > 0,2 hari …………………………….................... (2.1)
Dimana:
Th: Waktu penahanan minimum untuk pengendapan > 0,2 hari
P : Jumlah orang
Q : Banyaknya aliran, liter/orang/hari
Volume penampungan lumpur dan busa
A = P x N x S ……………………....……………………….......................…. (2.2)
Dimana:
A : Volume penampungan lumpur yang diperlukan (dalam liter)
P : Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septik
N : Jumlah tahun, jangka waktu pengurasan lumpur (min 2 tahun)
S : Rata-rata lumpur terkumpul (liter/orang/tahun). 25 liter untuk WC
yang hanya menampung kotoran manusia. 40 liter untuk WC yang juga
menampung air limbah dari kamar mandi.
Sedangkan untuk kebutuhan kapasitas penampungan untuk penahanan cairan
digunakan rumus sebagai berikut:
B = P x Q x Th ……………..…………………………………................…… (2.3)
Dimana:
P : Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septik
30
Q : Banyaknya aliran air limbah (liter/orang/hari)
Th : Keperluan waktu penahanan minimum dalam sehari.
Untuk tangki septik hanya menampung limbah WC (terpisah) digunakan rumus:
Th = 2,5 – 0,3 log (P.Q) > 0,5 ……………………………….................……. (2.4)
Untuk tangki septik yang menampung limbah WC + dapur + kamar mandi
(tercampur):
Th = 1,5 – 0,3 log (P.Q) > 0,2 …………………………….................………. (2.5)
Contoh Perhitungan untuk 1 unit tangki septik komunal
Dari uraian diatas maka dapat diperhitungkan kebutuhan tangki septik komunal
untuk lokasi yang direncanakan sebagai berikut:
• Jumlah penduduk terlayani: 50 orang;
• Waktu pengurasan direncanakan setiap (N) = 2 tahun (IKK Sanitation
Improvenment Programme, 1987);
• Rata-rata Lumpur terkumpul l/orang/tahun (S) = 40 lt, untuk air limbah dari
KM/WC (IKK Sanitation Improvenment Programme, 1987);
• Air limbah yang dihasilkan tiap orang/hari = 10 l/orang/hari (tangki septik
hanya untuk menampung limbah kakus).
Kebutuhan kapasitas penampungan untuk lumpur persamaan 2.2
A = P x N x S
= 50 org x 2 th x 40 l/org/th
= 4000 lt
= 4 m3
Kebutuhan kapasitas penampungan air dengan menggunakan persamaan 2.3
didapat:
B = P x Q x Th ……………………..........… (Persamaan 2.3)
Th = 2,5 – 0,3 log (P x Q) > 0,5 .…........…… (Persamaan 2.4)
B = 50 x 10 x (2,5 – 0,3 log (50 x 10)
= 845,2 lt
= 0,84 m3
31
• Volume tangki septik komunal = A + B = 4 + 0,84 = 4,84 m3
• Dimensi tangki septik komunal
Tinggi tangki septik (h) = 1,5 m + 0,3m (free board/tinggi jagaan)
Perbandingan Lebar tangki septik (L):
Panjang tangki (P) = 1: 2
Lebar tangki (L) = 1,3 m
Panjang tangki (P) = 2,6 m
Dengan cara yang sama dihasilkan Tabel 2.4. Jumlah Pemakai MCK Dan
Kapasitas Tangki Septik Yang Diperlukan berikut dibawah ini dengan pembulatan
untuk penyederhanaan.
Tabel 2.4. Jumlah Pemakai MCK Dan Kapasitas Tangki Septik Yang Diperlukan
Jml Pengguna
(Jiwa)
Kapasitas Tanki Septik
(m3)
Ukuran Tangki Septik
Lebar (m) Panjang (m)
10 1,0 0,60 1,20 15 1,5 0,70 1,40 20 2,0 0,80 1,60 25 2,4 0,90 1,80
Rumus – rumus di atas dapat digunakan untuk perhitungan dengan
menggunakan tanki septic lainnya.
Berdasarkan kriteria ideal dari sistem sanitasi setempat dapat dikatagorikan
sebagai berikut:
a. Bentuk dan Ukuran standar tanki septic adalah berbentuk persegi empat
dengan ukuran perbandingan antara panjang dan lebar adalah 2:1 sampai
3:1, misalnya tanki septic dengan lebar 1 m maka panjangnya antara 2 - 3 m,
sedangkan ketinggian tanki septic minimal 1,5 m termasuk ambang batas
0,3 m. Tanki septic ukuran kecil hanya melayani 1 keluarga dapat berbentuk
bulat dengan minimal diameter 1,2 m dan tinggi minimal 1,5 m termasuk
ambang batas.
32
b. Kemiringan pipa dari kamar mandi ke tanki septic berdasarkan SNI minimal
2%. Semakin panjang pipa pembuangan, semakin besar sudut kemiringan
yang dibentuk. Hal ini dilakukan agar kotoran padat tidak mengendap pada
pipa. Ukuran pipa juga berpengaruh pada kelancaran air limbah, semakin
besar ukuran maka akan semakin baik. Standar yang digunakan adalah pipa
diameter 4 inci untuk pipa PVC dan 150 mm. untuk pipa keramik.
2.2.2.2. Anaerobic Baffled Reactor
Anaerobic baffled reactor (ABR) dapat dikatakan sebagai pengembangan
tangki septik konvensional. ABR terdiri dari kompartemen pengendap yang
diikuti oleh beberapa reaktor baffle. Baffle ini digunakan untuk mengarahkan
aliran air ke atas (upflow) melalui beberapa seri reactor selimut lumpur (sludge
blanket). Konfigurasi ini memberikan waktu kontak yang lebih lama antara
biomasa anaerobic dengan air limbah sehingga akan meningkatkan kinerja
pengolahan. Seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 2.8. Anaerobic Baffled Reactor (Water And Sanitation Program, 2010)
Dari setiap kompartemen tersebut akan dihasilkan gas. Teknologi sanitasi
ini dirancang menggunakan beberapa baffle vertikal yang akan memaksa air
limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif. Pada ABR ini terdapat tiga
zone operasional: asidifikasi (proses pembentukan atau menjadi asam), fermentasi
33 (proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik/tanpa oksigen), dan
buffer. Zone asidifikasi terjadi pada kompartemen pertama dimana nilai pH akan
menurun karena terbentuknya asam lemak.
Oswar Mungkasa dalam Informasi Pilihan Teknologi Sanitasi (2012), Baffle
Reaktor/Septiktank Bersusun, terdiri beberapa bak; bak pertama menguraikan zat
yang mudah terurai, bak berikutnya menguraikan yang lebih sulit terurai.
Kebutuhan lahan: 60 m2 per 50 KK. Biaya: Bangunan Rp.49.200.000,- per 50 KK
(200 jiwa) – <Rp.900.000,- per KK>. Belum termasuk pemipaan (dari rumah ke
IPAL) & operasional & perawatan. Kelebihan Lahan yang dibutuhkan sedikit
karena dibangun dibawah tanah, Biaya pembangunan kecil, Biaya pengoperasian
dan perawatan murah dan mudah, Efisiensi pengolahan tinggi. Kelemahan
diperlukan tenaga ahli untuk desain dan pengawasan dan tukang ahli diperlukan
untuk pekerjaan plester kualitas tinggi.
2.2.2.3. Anaerobic Upflow Filter
Anaerobic upflow filter (AUF) merupakan proses pengolahan air limbah
dengan metode pengaliran air limbah ke atas melalui media filter anaerobik.
Sistem AUF ini memiliki waktu detensi yang panjang dan akan menghasilkan
efluen anaerob serta biasanya digunakan untuk mengolah air limbah yang telah
diolah sebelumnya dan juga perlu ada pengolahan lanjutan untuk mendapatkan
efluen yang memenuhi standar.
Gambar 2.9. Anaerobic Upflow Filter (Water And Sanitation Program, 2010)
34
Mekanisme dasar pengolahan pada sistem ini adalah secara fisik, yaitu
flokulasi, sedimentasi dan adsorpsi. Proses atau reaksi biologis secara anaerob
sangatlah lambat dan tidak memiliki dampak penurunan BOD yang signifikan
kecuali dengan waktu detensi yang lama. Namun beberapa organic toksik dapat
dikurangi melalui mekanisme fisik dan presipitasi kimiawi (misalnya dengan
sulfit) pada waktu detensi yang lebih pendek.(Onsite Wastewater Treatment
Systems Technology Fact Sheet 5, EPA).
Oswar Mungkasa dalam Informasi Pilihan Teknologi Sanitasi (2012),
Kolam Aerobik adalah Sistem pengolahan lanjutan atau akhir & sebagai kolam
indikator. Biasanya diperlukan dua atau tiga kolam. Harus dikuras sesering
mungkin. Biaya bangunan: Rp. 4.900.000,- per 50 KK. Kebutuhan lahan: 15 m2
per 50 KK. Kelebihannya memungkinkan partisipasi masyarakat pada saat
konstruksi dan opersional dan perawatan, serta pengoperasian dan perawatan
mudah. Kelemahannya membutuhkan lahan yang cukup dan hanya sesuai untuk
air limbah berbeban rendah
2.2.2.4. Rotating Biological Contactor
Rotating biological contactor (RBC) merupakan salah satu sistem
pengolahan air limbah secara aerobik dengan system lapisan tetap (aerobic fixed
film system). RBC sendiri merupakan media tempat menempelnya
mikroorganisme aerobik. Dalam sistem RBC terdapat tiga unit utama (Elisabeth v.
Münch, 2005), yaitu::
a. Zona primer: tangki sedimentasi dimana air limbah masuk dan padatan akan
terendapkan untuk kemudian dibuang dengan penyedotan. Proses anaerobik
dapat pula terjadi pada zona ini;
b. RBC: dimana pengolahan secara biologis terjadi. Sejumlah cakram (disk)
menempel pada tuas pemutar dan sebagian dari cakram ini akan terendam
oleh air buangan sehingga akan terbentuk lingkungan biomasa aktif pada
media. RBC ini secara perlahan berputar pada porosnya sehingga biomasa
yang ada dapat kontak dengan air limbah maupun oksigen di atmosfir secara
bergantian;
35
c. Zona pengendapan akhir: dimana terjadi pengendapan campuran air limbah
yang telah terolah dan biomasa yang berlebih.
Gambar 2.10. Rotating Biological Contactor (Water And Sanitation Program, 2010)
2.2.2.5. Biofiltrasi
Biofiltrasi merupakan teknologi pengolahan air limbah yang memanfaatkan
material hidup untuk menangkap dan secara biologis mendegradasi polutan
didalamnya. Biofiltrasi air limbah domestik merupakan proses pengolahan yang
unik dibandingkan dengan pengolahan biologis lainnya dimana mikroorganisme
menempel pada media kontak dan air limbah dialirkan melewatinya untuk diolah.
Teknologi biofiltrasi ini secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: (a)
sistem konvensional dimana mikroorganisme menempel secara alami pada media
kontak dan (b) penempelan mikroorganisme secara artifisial pada material
polimer.
Dalam sistem biofiltrasi modern, mikroorganisme ditempelkan pada media
kontak atau diperangkap dalam suatu membran sehingga dapat lebih
meningkatkan penyisihan BOD dan padatan tersuspensi dibandingkan dengan
teknologi biofiltrasi konvensional. Lebih jauh lagi, penyisihan BOD dan padatan
tersuspensi dalam air limbah dapat tercapai dengan baik apabila mekanisme dan
parameter yang mempengaruhi kekuatan penempelan biofilm pada permukaan
artifisial dapat diketahui dan dikontrol (Pract. Periodical of Haz, Toxic, and
Radioactive Waste Mgmt, Oct 2006).
36
Pada Gambar 2.11 berikut terlihat Tangki Biofilter adalah Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik (Ikatan Ahli Teknik Lingkungan
Indonesia/IATPI, Tangki Bio-Filter IATPI - Anaerobic Fluidized Bed Bio-Filter,
2012); rumahtangga – grey & black water, serta air buangan industry kecil,
dengan memanfaatkan proses penguraian secara biologis oleh bakteri anaerobic
dan atau aerobic secara upflow filter. Proses penguraian materi organik, secara
biologis akan menghasilkan efluen air limbah yang aman bagi lingkungan dengan
efektifitas reduksi hingga 90% zat pencemar. Tangki Biofilter dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pengolahan limbah domestik rumah tangga dan industri kecil,
secara individual, atau pelayanan secara komunal hingga 1500 jiwa pada kawasan
permukiman. Keunggulan-nya tidak memerlukan lahan yang luas, terbuat dari
bahan fiberglass yang kuat dan tahan lama, mudah dan tidak memerlukan waktu
yang lama dalam pemasangan/konstruksi, dapat langsung dioperasikan dengan
syarat tersedia tenaga ahli untuk komisioning dan pelatihan, tersedia bakteri
starter untuk seeding dan aklimatisasi, dan sistem knock down untuk komunal.
Kelemahannya perlu tenaga ahli khusus dalam pembuatan dan pengoperasiannya
serta biaya cukup mahal seperti untuk Individual kapasitas 0.6 M3 Rp.3.650.000,-
dan untuk 40 KK kapasitas 24 m3 Rp. 88.500.000,-, harga tersebut belum ongkos
kirim dari Jakarta (Ikatan Ahli Teknik Lingkungan Indonesia/IATPI - PT.
Biofilter Sanitasi Indonesia, Panduan Harga Biofilter, 2012).
Gambar 2.11. Tangki Bio-Filter IATPI (Ikatan Ahli Teknik Lingkungan
Indonesia, 2012)
37 2.2.2.6. Tripikon-S dan T-Pikon-H
Tripikon adalah instalasi pengolahan feses atau tinja yang dapat digunakan
pada daerah berair, pinggir sungai dan sebagainya. Tripikon memiliki fungsi yang
sama dengan Septick Tank, perbedaannya hanya pada desain dan pembuatannya.
Tripikon-S (Tri/Tiga Pipa Konsentris-Septik) merupakan salah satu alternatif
pengolahan air limbah domestik yang pada awalnya dikembangkan oleh
Laboratorium Teknik Sipil Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (Lihat Gambar
2.12.). Teknologi ini dikembangkan untuk menjawab tantangan kondisi
lingkungan yang dihadapi di daerah yang terpengaruh pasang surut, seperti
misalnya daerah pesisir pantai, muara, sungai, maupun rawa. Teknologi ini dapat
diterapkan untuk toilet individual maupun komunal. Kemudian teknologi
Tripikon-S ini dikembangkan lebih lanjut oleh Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta dengan melakukan perubahan dan rancang ulang sistem,
menghasilkan T-Pikon-H (T Pipa Horisontal).
Gambar 2.12. Tripikon-S (Brosur Tripikon-S Tiga Pipa Konsentris – Septik
(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003)
38
Pengolahan yang terjadi dalam T-Pikon-H (Lihat Gambar 2.13.) ini adalah
secara semi-aerob dan anaerob. Konsep dasar pengolahan adalah dengan
menggunakan 3 pipa, yaitu: (a) pipa kecil sebagai inlet dari toilet; (b) pipa
medium sebagai tempat terjadinya proses dekomposisi biologis, dan (c) pipa besar
sebagai pelimpah (overflow) efluen. Ketiga pipa tersebut diatur secara konsentris.
Kinerja kedua sistem ini masih perlu dikaji lebih lanjut, namun bila dilihat dari ide
pengolahannya, maka sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pengolahan air
limbah yang potensial untuk dikembangkan. Dalam studi ini, sistem Tripikon-S
menjadi salah satu rekomendasi.
Gambar 2.13. T-Pikon-H (Water And Sanitation Program, 2010
Konstruksi Tripikon-S terdiri dari 3 buah pipa konsentris dengan prinsip
kerja proses penguraian hampir sama dengan tanki septik konvensional. Limbah
padat dan cair masuk melalui pipa kecil dan mengalami penguraian di dalam pipa
sedang. Bagian atas dari pipa sedang merupakan tempat terjadinya proses aerobic,
bagian tengah merupakan lintasan dan bagian bawah merupakan tempat terjadinya
proses anaerobic. Selama melintas di pipa tengah, limbah akan terurai menjadi
gas, air, dan lumpur mineral. Waktu penguraian sekurang-kurangnya 3 hari.
Pipa yang terletak paling dalam merupakan pipa yang paling kecil dengan
ukuran diameter 5 cm yang dihubungkan dengan jamban leher angsa dari jamban
rumah tangga. Di luar pipa 5 cm dipasang pipa sedang dengan ukuran 15 - 25 cm.
Di dalam pipa itu terjadi perombakan limbah rumah tangga. Pada bagian bawah
pipa sedang, sekitar 10 - 20 cm dari dasar, dibuat lubang – lubang berdiameter 1
39 cm untuk jalan air dan pada ujung bawah-nya dibuat celah – celah sebesar 1-2 cm
yang mengelilingi pipa untuk keperluan pengurasan lumpur tinja. Pipa terluar atau
pipa besar dengan ukuran diameter 20 - 30 cm merupakan pipa peluap. Celah
antara pipa sedang dan pipa besar minimal 2 cm. Panjang pipa besar minimum 1
m dan harus selalu berada di atas permukaan air pasang tertinggi. Salah satu
faktor yang menjadi perimbangan dalam pemilihan tipe pengolahan limbah adalah
keterbatasan akan tanah. Tripikon-S merupakan salah satu alternatif penanganan
air limbah domestik dan industri rumah tangga yang tidak membutuhkan lahan
yang luas.
Pada Tabel 2.5. Tipikal Tripikon-S dan T-Pikon H dihalaman berikut,
terlihat tipikal Tripikon S dan Tripikon H yang ditulis oleh Imam Syarifudin
(2013) pada Solusi Sanitasi di Kawasan Muka Air Tinggi, Rawa, Pantai, Sungai.
Seperti terlihat pada Tabel 2.5. Tipikal Tripikon-S dan T-Pikon H di halaman
berikut ini.
Perhitungan Tripikon-S sama dengan perhitungan tanki septic dengan
ketentuan sebagai berikut:
• Volume Tripikon–S sama dengan volume air kotor dan tinja yang
ditampung selama 3 hari
• Perhitungan volume Tripikon–S menggunakan rumus:
V = ¼ π x dt2 x ht ………………………………...............……………. (2.6)
dimana dt = diameter terluar pipa dan ht = panjang pipa terluar
• Panjang pipa Tripikon–S berkisar antara 4-6 m
• Perhitungan volume perencanaan sama seperti tanki septic konvensional
(telah dibahas dalam sub bab 2.2.2.1)
Untuk bangunan peresapan pada Tripikon:
1. Pada permukiman di tepi sungai tidak perlu bangunan peresapan, karena
limbah yang telah diproses pada Tripikon–S langsung dibuang ke sungai.
2. Pada permukiman dengan muka air tanah yang dangkal dibuatkan bangunan
peresapan dari buis beton yang dipasang mengelilingi Tripikon–S.
40 Tabel 2.5. Tipikal Tripikon-S dan T-Pikon H (Solusi Sanitasi di Kawasan Muka
Air Tinggi, Rawa, Pantai, Sungai - Imam Syarifudin)
Sistem Pengolahan Aplikasi Pemeliha-
raan Kelebihan Kekurangan Kesesuaian lingkungan
Tripikon S • Dapat digunakan untuk system individual
• Cocok diterapkan di daerah MAT tinggi
• Sasarannya untuk diterapkan skala individual
• Digunakan hanya untuk mengolah black water
Tidak boleh ada sampah yang masuk ke dalam sistem
• Dapat menggunakan material lokal
• Kebutuhan lahan kecil
• Efisiensi penurunan BOD5 sekitar 75 %
• Kapasitas pengolahan kecil
• Sulit dalam melakukan pengurasan
• Efisiensi pengolahan belum diketahui secara jelas
• Rumah panggung
• Rumah di darat
T-Pikon H • Sangat cocok diterapkan di rumah apung
• Diterapkan untuk skala individual atau komunal kecil
• Digunakan hanya untuk mengolah black water
Sda. • Dapat menggunakan material lokal
• Dapat dikerjakan oleh tenaga lokal
• Semakin besar kapasitas makin semakin besar pula lahan yang diperlukan
• Pengurasan sulit dilakukan
• Rumah apung
• Rumah panggung
• Rumah di darat
Cara Kerja Tripikon
Input masuk atas menuju pipa dan turun ke bawah beserta sedimen,
kemudian air akan keluar melalui pipa pembuangan (pipa sebelah kanan). Untuk
menghilangkan endapan-endapan sedimen di dalam pipa dilakukan pengurasan
melalui pipa penguras, yaitu dengan menggelontorkan air dari pipa penguras
menuju tempat sedimen dan menghancurkan sedimen agar dapat keluar melalui
pipa pembuangan bersama air.
Pipa penguras tegak lurus memiliki tekanan air lebih maksimal
dibandingkan dengan pipa penguras dari samping, karena pipa penguras dari
samping akan terjadi benturan air dengan pipa lain yang mengakibatkan
penurunan tekanan air. Uap air di dalam pipa akan dikeluarkkan melalui pipa
pembuangan udara (pipa sebelah kiri). Pemasangan pipa pembuangan udara di
41 dua sisi yaitu kanan dan kiri akan lebih efektif dibandingkan dengan pemasangan
pipa pembuangan hanya pada satu sisi.
Pada Tripikon-S pipa tripikon bagian bawah memiliki diameter pipa 6 inch
dan bagian atasnya memiliki diameter 4 inch, sedangkan pipa penghubung kloset
dengan tripikon memiliki diameter 2,5 inch. Pada jenis ini pembuangan air dari
luar kloset dapat tempatkan pada daerah sekitar tripikon namun tidak masuk
dalam pipa tripikon. Pada jenis ini digunakan saluran penguras dari samping.
Saluran pembuangan air memiliki dua pembuangan yaitu pembuangan air kanan,
kiri dan satu pembuangan udara.
2.3. Tinjauan Penelitian Sejenis
Nurmeyliandari (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Study
Penyiapan Sarana Sanitasi di Desa Sungsang Kabupaten Banyuasin. Dalam
penelitiannya membahas sistem sanitasi yang cocok diterapkan di Desa Sungsang
dengan mempertimbangkan eksisting sanitasi yang ada dan kebiasaan serta
budaya masyarakat dan kemampuan ekonomi masyarakat agar kesehatan dan
kebersihan dapat terjaga. Tujuan penelitiannya adalah mengidentifikasi tingkat
kesadaran masyarakat tentang sanitasi, mengidentifikasi sistem sanitasi eksisting
yang sesuai di Desa Sungsang, membuat desain sarana sanitasi berupa MCK
Umum dan tempat pembuangan limbah, menghitung estimasi biaya kontruksi
yang diperlukan untuk pembangunan MCK Umum.
Media Kompas, sabtu 18 September 2010, dengan judul Diperkirakan 3
(tiga) Target MDGs Sulit Tercapai. Dalam beritanya Utusan Khusus Tujuan
Pembangunan Millenium, Nila Djuwita Moeloek seusai acara Parliament Stands
Up for MDGs di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jum’at (17/9) Target
MDGs yang rawan tidak tercapai ialah penurunan angka kematian ibu,
penghentian laju dan penurunan HIV/AIDs serta peningkatan air minum
perpipaan. Dikatakan juga Pemerintah telah mempunyai rencana-rencana untuk
pencapaian Target-target MDGs yang tergambar pula dalam rencana
pembangunan berjangka yang telah disusun. Disamping itu, upaya pencapaian
42 MDGs perlu didukung oleh Pemerintahan yang bersih dan infrastruktur
pendukung.
Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, 13 Januari 2009, Salah satu
kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan adalah masalah air bersih,
persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air bersih, pengelolaan sampah
yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah yang
langsung dialirkan pada saluran/sungai. Hal tersebut menyebabkan pandangkalan
saluran/sungai, tersumbatnya saluran/sungai karena sampah. Pada saat musim
penghujan selalu terjadi banjir dan menimbulkan penyakit.
CV. Kaditarin Perdana (2008), dalam laporan Akhirnya yang berjudul
Penyusunan DED Air Limbah Pasang Surut 3-4 Ulu dan 36 Ilir Palembang.
Dalam Laporan Akhirnya membahas mengenai pilihan teknologi yang sesuai
dengan kondisi pasang surut di wilayah Palembang agar dapat menanggulangi
permasalahan yang ada.
2.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam
penelitian. Ada beberapat metode pengumpulan data (Soehardi, 1999), yaitu:
1. Metode Observasi; adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan
oleh peneliti untuk mencatat kejadian atau peristiwa dengan
menyaksikannya. Orang yang mencatat atas dasar saksian disebut observer
(pengamat, pemantau).
2. Metode Documentary Historical; dilakukan jika tidak memungkinkan bagi
peneliti untuk melakukan kontak dengan pelaku atau partisipasi dari
kejadian atau peristiwa.
3. Metode Survei; adalah suatu metode pengumpulan data yang mengunakan
instrumen kuisioner atau wawancara untuk mendapatkan tanggapan dari
responden. Menurut Kerlinger (1996) survei adalah penelitian yang
dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari
adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga
ditemukan kejadian-kejadian yang relatif dan hubungan antar variabel
sosiologis maupun psikologis.
43 Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri atas:
a. Catatan Internal; Keuntungan data jenis ini adalah data selalu siap tersedia,
mudah dan cepat diperoleh, dan relevan dengan situasi yang bersangkutan
karena memberikan informasi situasi yang sesungguhnya pada waktu yang
lalu sampai sekarang.
b. Data Primer; Adalah data yang dikumpulkan untuk keperluan pengkajian
khusus. Proses pengumpulan, pencatatan dan jenis spesifikasinya ditentukan
oleh pemakai. Metode pengumpulannya dapat dilakukan dengan cara survei,
penelitian (research).
c. Data Sekunder; Adalah data yang pengumpulan, pencatatan dan penentuan
spesifikasinya dilakukan oleh pihak lain yang bukan pemakai. Data
sekunder membantu memperluas pengertian masalah yang dikaji dan dapat
menunjukkan alternatif pemecahan masalah karena permasalahan yang
dikaji mempunyai banyak sifat yang mirip.
d. Penilaian kualitas data; Kualitas hasil akhir analisis sebagian besar
tergantung kepada kualitas data yang digunakan. Oleh sebab itu penting
untuk mengadakan penilaian sebelumnya.
2.4.1. Pedoman Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih (SAB) dan Lingkungan Perumahan Inspeksi Sarana Air Bersih dan Lingkungan Perumahan merupakan salah
satu elemen pokok dalam pengawasan kualitas lingkungan yang efektif. Dalam
pelaksanaan-nya rumah – rumah yang disampling diamati, sehingga didapat
gambaran yang-nyata tentang keadaan SAB dan lingkungan perumahan di suatu
wilayah. Tujuan umum dari pelaksanaan inspeksi SAB ini adalah untuk
mengetahui cakupan dan keadaan SAB serta lingkungan perumahan suatu wilayah
sebagai data dasar untuk merencanakan tindak lanjut kegiatan penyehatan
lingkungan. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengetahui kualitas SAB,
mengetahui jenis dan kualitas sarana sanitasi perumahan.
Berdasarkan ketentuan dari Dinas Kesehatan Propinsi Jambi Sub-Dinas
Pembinaan Kesehatan Lingkungan Tahun 2005, tujuan dari Inspeksi SAB dan
Lingkungan perumahan bertujuan untuk mengetahui cakupan dan keadaan SAB
44 serta Lingkungan perumahan di suatu wilayah, sebagian data dasar untuk
merencanakan tindak lanjut kegiatan upaya penyediaan air bersih dan penyehatan
lingkungan permukiman yang memenuhi syarat. Ada beberapa hal yang menjadi
dasar penilaian dalam pedoman ini yaitu data umum, data sarana yang meliputi
sarana air bersih, jamban, SPAL, Pembuangan Sampah dan Rumah, jenis sarana,
berfungsi atau tidak, jumlah KK pemakai sarana, sumber dana pembangunan,
tingkat resiko pencemaran, kualitas fisik air, pengelola atau pemelihara sarana,
dan prilaku mayarakat terhadap kegiatan sanitasi tersebut. Untuk penilaian
terhadap questioner yang digunakan mengunakan Tabel 2.6. Tabel Kualifikasi
Diagnosa Tingkat Resiko pada halaman berikut ini.
Apabila dalam kuisioner yang disebar terdapat responden yang menjawab
“ya” sebanyak 9 atau 10 dari 10 pertanyaan maka akan memiliki nilai 9-10 dengan
kualifikasi amat tinggi, artinya perlu segera dilaksanakan tindak lanjut untuk
perbaikan kualitas lingkungan. Lingkungan yang berada di nilai ini akan
mendapatkan prioritas penanganan kesehatan. Untuk nilai 6-8 akan mendapatkan
prioritas penanganan yang ke dua, dan seterusnya.
Tabel 2.6. Tabel Kualifikasi Diagnosa Tingkat Resiko Pencemaran (Pedoman Inspeksi Sanitasi SAB dan Lingkungan Perumahan, Dinkes 2005
No Kualifikasi Diagnosa Tingkat Resiko Pencemaran
Nilai 9-10 6-8 3-5 0-2
1 Untuk Sarana Pembuangan Kotoran/Jamban
Amat tinggi
Tinggi Sedang Rendah
2 untuk Sarana Pembuangan Air Limbah dan Sampah
- Tinggi Sedang Rendah
Untuk saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah.
Jumlah pertanyaannya ada 8 buah. Apabila responden menjawab “ya“ sebanyak 6
sampai 8 pertanyaan dari 8 pertanyaan yang diajukan, maka akan memiliki nilai
tinggi, yang artinya kawasan tersebut perlu segera dilaksanakan tindak lanjut
untuk perbaikan kualitas lingkungannya. Skala prioritas menurun sesuai jumlah
45 jawaban “ya“ dari responden. Inspeksi ini dapat digunakan pada lingkungan darat
maupun daerah perairan pasang surut.
2.4.2. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2002), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya. Populasi
terbagi atas 2 (dua), yaitu:
• Populasi terbatas, yaitu mempunyai sumber data yang jelas batasannya yang
secara kuantitatif dapat dihitung jumlahnya.
• Populasi tak terbatas, yaitu mempunyai sumber data yang batasannya tidak
bisa ditentukan sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sumber datanya dan
mewakili seluruh populasi. Penggunaan sampel sangat membantu dalam
penelitian, karena memiliki beberapa keuntungan:
1. Membantu peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan jika
menggunakan populasi secara keseluruhan maka akan terlalu besar. Jadi
dengan menggunakan sampel jumlah lebih sedikit tetapi mewakili dari
populasi yang ada.
2. Penelitian lebih efisien.
3. Lebih teliti dalam pengumpulan data.
Teknik pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara pengambilan sampel yang
representatif dari populasi. Menurut Umar, Husein (2004), ada beberapa cara
teknik penarikan sampel, yaitu:
a. Penarikan sampel probabilitas yaitu menarik sampel yang memberikan
peluang yang sama terhadap semua anggota populasi. Ada beberapa metoda
penarikan sampel probabilitas:
46
• Penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling), metode
ini memberikan probabilitas yang sama terhadap anggota populasi
untuk menjadi anggota sampel dan dapat dilakukan dengan
mengunakan tabel acak. Setelah diterapkan cara pengambilan sampel,
berikutnya adalah menentukan besarnya ukuran sampel. Menurut
Ruseffendi (1998) dikenal 2 jenis rumus untuk menentukan besarnya
jenis ukuran sampel secara random, yaitu rumus untuk pendekatan
rata – rata populasi dan untuk pendekatan proporsi populasi. Dari
kedua rumus tersebut terbagi lagi masing – masing untuk pengambilan
sampel yang populasinya tidak terbatas dan terbatas. Rumus – rumus
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Proporsi populasi terbatas
n = N/ (N.d2) + 1) ………………...…..………............……… (2.7)
dimana:
n = Jumlah sample;
N = Jumlah polpulasi;
d2 = Presisi yang ditetapkan bias 10%, 20%, dsb (diambil 10% dengan tingkat kepercayaan 95%).
2. Proporsi populasi tak terbatas
Z2.p(1 – p) n = .....……………….................................. (2.8) j2.
Z = t
σ2 = S2
j = Z √ p (1 - p) .......................………………………..…… (2.9) n
3. Rata – Rata Populasi terbatas
N.σ2 n = ..................………............…….… (2.10)
(N – 1) D + σ2
B2 D = .....................……………………………..…..….…. (2.11)
4
B = 2 √ V (x) ......................……………………….……… (2.12)
47
S2 N – v V(x) = . ..............………………………...…… (2.13) n N
Σ xi ẋ = ……....…….............….……………….……. (2.14) n
4. Rata – Rata populasi tak terbatas
Z2.σ2 n = …...............…................……………...….. (2.15) j2 Z = t
σ2 = S2
Z σ j = .........................……………………...…….. (2.16)
√ n
Dimana:
N = Ukuran populasi; σ = Standar deviasi populasi (range/4 atau S/4); σ2 = Varians populasi dari penelitian sebelumnya; S2 = Variasi sampelnya; B = Bounds of error (batas kekeliruan estimasi); ρ = Rata – rata nilai observasi sampel yang berjangka dari
0 s.d 1; ñ = Rata – rata nilai observasi sampel; n = Besarnya ukuran sampel; j = setengah jarak kekeliruan terhadap rata – rata hitung
yang dapat divariasi; Z = Nilai Z untuk derajat konfidensi terpilih distribusi t; P = Perbandingan antara subjek yang menjadi objek
dengan seluruh bila p tidak diketahui p = 0,5.
• Penarikan sample secara startifikasi (stratified random sampling).
Populasi yang dianggap heterogen menurut suatu karakteristik tertentu
terlebih dahulu dikelompok–kelompokkan dalam beberapa sub
populasi sehingga tiap sub populasi yang ada memiliki anggota
sampel yang relatif homogen. Lalu dari tiap sub populasi ini secara
acak diambil anggota sampel-nya. Ada 4 metode stratified random
sampling, yaitu: metode alokasi sama besar, metode alokasi
proporsional, metode alokasi optimum, dan metode alokasi Neyman.
48
• Penarikan sampel cluster (cluster sampling), metode ini membagi
populasi dalam bentuk unit yang lebih kecil, namun masih heterogen.
Pemilihan unit sampel dan jumlah dapat menggunakan acak
sederhana. Penarikan sampelnya dilakukan secara acak dan berimbang
dengan ukuran sampel ditentukan berdasarkan fraction sumbernya,
yaitu:
Fi = ni/Ni …….…………..........……………………………… (2.17)
Dimana:
Fi = Besarnya fraction ke-i; ni = Jumlah unit anggota yang dipilih dari tahapan
sampling ke-i; Ni = Jumlah semua unit anggota yang ada pada tahapan
sampling ke-i.
b. Penarikan sampel non probabilitas yaitu penarikan sampel didasarkan pada
penilaian atau karakteristik tertentu. Beberapa metode non probabilitas
adalah:
• Penarikan sampel sistematis, dilakukan dengan ukuran yang sistematis
berdasarkan karakteristik tertentu. Metode ini cocok untuk populasi
yang disusun berurutan.
• Penarikan sampel kuota, penarikan sampel yang disesuaikan dengan
jumlah kuota yang telah ditetapkan, selama belum mencukupi kuota
penarikan sampel akan terus dilakukan sampai memenuhi kuota.
• Penarikan sample purposive, merupakan teknik pengambilan sampel
yang sumber datanya dilakukan dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini misalnya orang yang menjadi sumber datanya
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan sehingga
memudahkan penelitian.
Dalam penelitian ini akan digunakan teknik proporsi populasi terbatas,
karena disini peneliti akan mengambil sampel kepada masyarakat mengenai
sarana sanitasi yang ada, dengan menggunakan persamaan 2.7.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Langkah – Langkah Penelitian
Secara garis besar, prosedur kerja penelitian mempunyai tahapan-tahapan,
yaitu tahapan perencanaan penelitian, tahapan pelaksanaan penelitian, dan
terakhir tahapan penulisan laporan. Namun untuk lebih detailnya arus kegiatan
penelitian terdiri atas:
a. Menentukan metode penelitian dari objek penelitian, sumber data, teknik
sampling dan metode analisis;
b. Menyusun instrumen penelitian, dalam tesis ini yaitu menggunakan metode
penyebaran 2 (dua) kali kuisioner yang akan dibagikan kepada responden-
responden (detail pada Sub bab di bawah ini);
c. Pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder. Data primer
didapat penulis dari hasil survey, pengamatan (observasi) langsung ke objek
penelitian di lapangan, dan melalui kuisioner dan wawancara.
d. Data sekunder berupa data–data public (arsip, kepustakaan, laporan, jurnal,
petunjuk teknis). Dalam hal ini data public yang digunakan untuk
mendukung penelitan ini adalah data yang berasal dari:
• PU Cipta Karya;
• Literatur dan buku petunjuk teknis mengenai sanitasi;
• Dokumen PJM Kelurahan 11 Ulu;
e. Pengolahan data akan dijabarkan pada sub bab. 3.9;
f. Analisis dan pembahasan.
3.1.1. Penyebaran Kuisioner Pertama
Kuisioner pertama dilakukan pada awal penelitian. Kuisioner yang akan
disebarkan bertujuan untuk mencari data mengenai:
• Tingkat perekonomian masyarakat;
• Tingkat pengetahuan dan gaya hidup/kebiasaan masyarakat mengenai
49
50
sanitasi;
• Inspeksi sarana kesehatan yang berupa sarana jamban, sarana pembuangan
air limbah rumah tangga, dan sarana pembuangan sampah masyarakat;
• Keinginan masyarakat terhadap sarana sanitasi.
Lembar Kuisioner (pertama) dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.1.2. Penyebaran Kuisioner Kedua
Penyebaran kuisioner kedua yang bertujuan untuk mensosialisasikan hasil
penelitian dan untuk mengetahui prototype pilihan masyarakat serta kemampuan
masyarakat. Jumlah responden ke-2 tidak sebanyak responden pertama, tetapi
diusahakan agar dapat mewakili seluruh masyarakat. Kuisioner kedua
disebarkan setelah penelitian dilakukan untuk mencari data mengenai:
• Pilihan prototype MCK masyarakat sesuai dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan (Kuisioner ke-1);
• Kemauan masyarakat untuk membiayai jenis MCK pilihannya;
• Kemampuan masyarakat untuk membiayai jenis MCK pilihannya;
• Solusi bagi masyarakat terhadap permasalahan pembiayaan.
Lembar Kuisioner ke-2 dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.2 Pilihan Teknologi MCK
Telah dibahas pada sub bab 2.2, bahwa ada 8 (delapan) pilihan teknologi
MCK untuk bangunan di bagian atas, namun dari kondisi eksisting dan
kesinambungan perilaku hidup bersih dan sehat, type rumah jamban tanpa atap
tidak menjadi pilihan opsi teknologi, sehingga hanya 7 (tujuh) pilihan jamban
sehat yang akan diberikan di dalam kuisioner penelitian untuk bentuk jamban
pilihan masyarakat (lihat Lampiran 1: Kuisioner - Survey Penelitian Tesis -
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di Daerah Tepian Sungai Musi - Studi
Kasus Di Kelurahan 11 Ulu – Kota Palembang. Masing – masing responden akan
memilih 1 di antara 7 pilihan tersebut, yaitu:
1. Rumah Jamban Dinding Kayu dengan Atap Seng;
2. Rumah Jamban Dinding Gedek dengan Atap;
51
3. Rumah Jamban Dinding Batu Bata dan Gedek dengan Atap;
4. Rumah Jamban Dinding Batu Bata dengan Atap;
5. Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 1 (Jamban dengan permukaan
ditinggikan);
6. Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 2 (Jamban untuk daerah
banjir/pasang surut/rumah panggung);
7. Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 3 (Sistem sanitasi komunal untuk
daerah padat penduduk).
Hasil dari responden ini akan dipilih menjadi prototype pembangunan
MCK bagian atas. Sedangkan untuk bagian bawah/septic-nya, akan dilakukan
analisa terhadap 6 (enam) pilihan tenologi septic/pengolahan limbah bagian
bawah (di bahas pada sub bab 2.2.2 sebelumnya), yaitu:
1. Tangki Septik Konvensional
2. Anaerobic Baffled Reactor
3. Anaerobic Upflow Filter
4. Rotating Biological Contactor
5. Biofiltrasi
6. Tripikon-S dan T-Pikon-H
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di lingkungan Kelurahan 11 Ulu terutama di tepian
Sungai Musi, Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang Provinsi Sumatera
Selatan (Gambar 3.1. Peta Keelurahan 11 Ulu). Secara administrasi Kelurahan 11
Ulu terdiri dari 4 Rukun Warga (RW) dan 21 Rukun Tetangga (RT). Kelurahan 11
Ulu ini merupakan permukiman padat penduduk dengan luas total 30 Ha dan
berdasarkan Dokumen Perencanaan Jangka Menengah dan Rencana Tahunan
Program Penanggulangan Kemiskinan Lembaga Keswadayaan Masyarakat
(LKM) Bintang Lima Kelurahan 11 Ulu Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang Provinsi Sumatera Selatan (2019) secara geografis terletak di
Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Batas
wilayah Kelurahan 11 Ulu terbagi dalam:
52 • Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan 9/10 Ulu
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan 12 Ulu.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Musi
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan 16 Ulu.
Tabel 3.1. Jumlah KK Berdasarkan RW & RT (Pengolahan data dari Kantor
Lurah 11 Ulu, 2013)
No Rukun Warga Rukun Tetangga ∑ KK
1 RW 1 RT. 1,2,3,4,19 446
2 RW 2 RT. 5,6,7,8,9,10 395
3 RW 3 RT. 11,12,13,18,21 410
4 RW 4 RT. 14,15,16,17,20 570
Jumlah 21 RT 1.821
Kelurahan 11 Ulu merupakan kawasan dataran rendah yang sangat
dipengaruhi oleh pasang surut air Sungai Musi. Daerah ini termasuk dalam
kelompok tergenang terus menerus, maka sebagian besar rumah rakyatnya
terutama yang berada di tepian Sungai Musi merupakan rumah panggung atau
rumah yang bertiang.
3.4 Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melalui metode survey langsung tentang
pemetaan dan penilaian kondisi sanitasi serta pengisian kuisioner dengan
wawancara langsung kepada responden. Kuisioner disusun berdasarkan variable-
variabel yang ingin diketahui kondisinya dan berhubungan dengan penelitian.
Adapun variable-variabel itu adalah tingkat perekonomian masyarakat, tingkat
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang sanitasi, sarana sanitasi dasar
yang tersedia, sosialisasi dari pemerintah serta sarana dan prasarana yang
diinginkan oleh masyarakat. Setelah hasil pemetaan dan penilaian kondisi serta
53 kuisioner diperoleh maka akan dilakukan analisa data, identifikasi sistem
sanitasi eksisting dan sistem pengelolaan limbah yang tepat, efisien dan sesuai
dengan kondisi eksisting wilayah Kelurahan 11 Ulu.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, survey dan wawancara untuk mendapatkan data primer. Data primer
yang diperoleh dengan observasi ke lapangan, antara lain gambaran umum
daerah yang akan diteliti, peta wilayah Kelurahan 11 Ulu, batas administrasi
kelurahan, kondisi permukiman, tata letak dan jenis rumah, serta letak geografis
kelurahan. Sedangkan wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi-
informasi tentang daerah yang akan diteliti yang berhubungan dengan penelitian.
Survey yang dilakukan merupakan metode pengumpulan data yang mengunakan
kuisioner untuk mempermudah dalam memperoleh data-data dan informasi yang
diperlukan dalam penelitian.
3.6 Populasi Umum Penelitian
Populasi dalam penelitian diambil dari Kawasan Kelurahan 11 Ulu terdiri
dari 4 (empat) Rukun Warga yang meliputi 21 Rukun Tetangga (Lihat Tabel 3.1
Jumlah KK Berdasarkan RW & RT).
3.7 Populasi Khusus Penelitian
Wilayah kelurahan 11 Ulu terdiri dari kawasan daratan dan pinggiran
sungai Musi. Dalam penelitian sample (benda uji) yang diteliti akan
menitikberatkan pada perumahan masyarakat yang terletak di tepian Sungai
Musi, yaitu di RT.3/RW.1, RT.5/RW.2 dan RT.10/RW.2, dengan rincian seperti
pada Tabel 3.2 di halaman 55, dengan jumlah populasi di RT.3/RW.1 sebanyak
102 KK, RT.5/RW.2 sebanyak 76 KK dan RT.10/RW.2 sebanyak 79 KK,
sehingga jumlah populasi sebanyak 257 KK.
Gambar 3.1. Peta Kelurahan 11 Ulu (Kelurahan 11 Ulu, 2013)
Kawasan RT.3/RW.1, RT.5/RW.2 dan
RT.10/RW.2
Sungai Musi
Sungai. Musi
54
55
Tabel 3.2. Populasi Khusus Penelitian (Pengolahan data dari Kantor Lurah 11 Ulu, 2013)
No Rukun Warga Rukun Tetangga ∑ KK
1 RW 1 RT. 3 102
2 RW 2 RT. 5 76
3 RW 2 RT.10 79
Jumlah 3 RT 257
3.8. Metode Pengambilan Sampel
Nurmeliandari (2010), Metode pengambilan sampel mengunakan metode
random sampling. Berdasarkan data dari Kelurahan yaitu laporan
kependudukan, jumlah penduduk Kelurahan 11 Ulu di RT 3,5 dan 10 berjumlah
257 KK. Berdasarkan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Rakhmat
(1998;82), untuk menentukan ukuran sampel dapat dihitung dengan
mengunakan persamaan 2.7.
Sehingga jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini, dengan tingkat
keyakinan 90% dan kesalahan penarikan sampel sebesar 10% sehingga:
n = N/(N.d2) + 1)
= 257/(257 x (0.1)2) + 1
= 71,99 responden
= 72 KK
Dari jumlah 72 KK tersebut kemudian disebarkan menjadi 3 Rukun Tetangga.
Dengan mengunakan metode random sampling, maka dari 72 responden
akan dibagi menjadi sub populasi. Dimana jumlah sample untuk masing-masing
RT ditentukan proporsional terhadap jumlah KK, sehingga untuk RT.3
didapatkan jumlah sample 29 responden, RT.5 didapatkan jumlah sample 21
responden, dan RT.10 didapatkan jumlah sample 22 responden (seperti terlihat
pada Gambar 3.2 di bawah ini). Pembagian random sampling dilakukan
56
bedasarkan gender dan lokasi. Beberapa fakta penting yang menjadikan alasan
dipilihnya isu gender adalah kaum perempuan merupakan kolektor, pengangkut,
pengguna dan pengelola utama air untuk keperluan rumah tangga dan sebagai
promotor dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan air dan sanitasi
(Majalah Percik, Edisi April 2007, “Isu Gender Dalam Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi”, Jakarta 2007). Kegiatan penyebaran kuisioner dilakukan pada jam
kerja (09.00-15.00 WIB), sehingga yang ada di rumah biasanya para perempuan.
Keterangan: P = Perempuan; L = Laki-laki
Gambar 3.2. Rancangan Random Sampling
Secara garis besar metode pengambilan sampel secara random sampling
dapat dilihat pada Gambar 3.2 di atas. Dalam penelitian ini, persentase besarnya
responden direncanakan dengan jumlah responden perempuan 70% dan jumlah
responden laki - laki sebanyak 30%. Pembagian kedua berdasarkan lokasi, untuk
Kelurahan 11 Ulu (Tepian Sungai Musi)
Jumlah Sample = 72 KK dari Jumlah Populasi di Tepian Sungai Musi
Random Sampling: Dari perhitungan prosentase secara proporsional di dapat jumlah responden:
• RT 3 sebanyak 29 Responden • RT 5 sebanyak 21 responden • Rt 10 sebanyak 22 responden
Berdasarkan gender direncanakan responden 70% Perempuan dan 30% Laki-laki di setiap RT.
RT 3: 29 KK P = 20 (70%); L = 9 (30%)
RT.10 79 KK
RT.3 102 KK
RT.5 76 KK
RT 5: 21 KK P = 15 (70%); L = 6 (30%)
RT 10: 22 KK P = 15 (70%); L = 6 (30%)
57
lokasi terbagi menjadi tiga, yaitu jalan poros, jalan lorong dan jalan setapak.
3.9. Pengolahan Data
Pengolahan dan analisis data bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dari sekumpulan data. Data itu sendiri belum bermakna apa-apa
dalam suatu penelitian sebelum data itu diolah, karena itu menunjukan suatu
kecenderungan (Suryadi, 1992) dan Moerdjiani (2004). Keberhasilan suatu
penelitian akan tergantung dari kualitas data yang telah terkumpul, oleh karena
itu data yang telah terkumpul tersebut disusun sedemikian untuk mempermudah
pengolahan selanjutnya dan data tersebut dianalisa dengan mengunakan metode
deskriptif kuantitatif.
Data eksisting atau data primer yang akan dikumpulkan dan didapat
berupa keadaan lapangan terhadap kondisi eksisting sanitasi lingkungan
permukiman ditepian Sungai Musi dengan cara:
a. Observasi di lapangan, untuk melihat secara langsung sistem penataan
sanitasi lingkungan di Tepian Sungai Musi terutama di RT 3,5,dan 10
Kelurahan 11 Ulu;
b. Wawancara dilakukan terhadap tokoh masyarakat dan stakeholder yang
terlibat langsung dalam Penataan Sanitasi Lingkungan Tepian Sungai Musi
terutama kawasan RT 3,5,dan 10 di Kelurahan 11 Ulu;
c. Kuisioner, ditujukan kepada masyarakat yang tinggal di tepian Sungai
Musi khususnya RT 3, 5, dan 10 Kelurahan 11 Ulu;
d. Dokumentasi, berupa gambar atau photo-photo sanitasi lingkungan
permukiman.
3.10. Analisa Data dan Pembahasan
3.10.1 Analisis Data Kuisioner Dengan Statistik Induktif
Analisis ini bersifat uraian atau penjelasan dengan membuat tabel–tabel,
mengelompokan, dan menganalisis data berdasarkan pada hasil jawaban
kuisioner yang diperoleh dari hasil responden. Statistik Induktif merupakan
58
metode statistik yang digunakan untuk mengetahui tentang sebuah populasi
berdasarkan sampel yang akan ditarik menjadi suatu kesimpulan yang berlaku
umum, yang disajikan dalam suatu tabel atau bentuk grafik lainnya.
3.10.2. Analisis Kondisi Sanitasi
Salah satu akibat dari kegiatan rumah tangga adalah dihasilkannya air
limbah yang apabila pembuangannya tidak memperhatihan prinsip–prinsip
sanitasi akan menyebabkan pencemaran lingkunan yang tidak terkendali dan
penyebaran penyakit.
Adapun langkah–langkah yang dilakukan untuk memilih teknologi yang
paling tepat dalam pengolahan limbah sampai dengan untuk memperhitungkan
berapa besar jumlah biaya yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana desain pengolahan air limbah di Kawasan kelurahan
11 Ulu sesuai dengan kebutuhan kawasan;
2. Penyebaran kuisioner dan wawancara untuk mengidentifikasi beberapa hal
mengenai sanitasi di Kelurahan 11 Ulu;
3. Penyusunan skematik perencanaan sistem Infrastruktur kawasan seperti air
bersih dan drainase;
4. Pembuatan arahan pedoman desain pengelolaan limbah di kawasan
Kelurahan 11 Ulu;
5. Setelah diperoleh kejelasan mengenai kondisi eksisting, analisa kebutuhan
dan pengelolaan air limbah, maka dibuat gambar teknis serta penyusunan
Rencana Anggaran Biaya (RAB);
6. Setelah didapatkan pototipe yang sesuai dan Rencana Anggaran Biaya-
nya, maka akan dilaksanakan penyebaran kuisioner tambahan. Kuisioner
ke-2 ini intinya akan menanyakan kepada responden mengenai keinginan
dan kemampuan masyarakat untuk menggunakan dan merubah septic
ataupun bentuk MCK eksisting yang digunakan masyarakat. Kuisioner
tambahan ini tidak dibagikan kepada seluruh responden seperti pada
penyebaran kuisioner pertama, tetapi hanya dibagikan kepada perwakilan
masyarakat (Ketua RT, pengurus RT, dan beberapa perwakilan masyarakat
59
di setiap RT. Serta pengurus kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan (Ketua
LKM/pengurus LKM).
3.11. Diagram Alir Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan prosedur yang sistematik dengan
tahapan-tahapan yang dapat dilihat pada Gambar 3.3:
Gambar 3.3. Flow Chart Tahapan Penelitian
Gambar 3.3. Flow Chart Tahapan Penelitian
Mulai
Perumusan Masalah • Kondisi sanitasi yang buruk • Rendahnya tingkat kesadaran & pengetahuan tentang pentingnya sanitasi yang baik. • Kebiasaan hidup yang belum bisa dirubah.
Data Primer
• Observasi (kondisi existing) • Dokumentasi • Wawancara • Kuisioner
Analisis Data Kuisioner
Analisis Kondisi Sanitasi 1. Penentuan area beresiko sanitasi buruk 2. Penyusunan skematik perencanaan sistem infrastruktur sanitasi (limbah) 3. Arahan rencana pedoman desain pengelolaan limbah 4. Pembuatan gambar teknis dan perhitungan desain dan RAB 5. Mengetahui keinginan dan kemampuan masyarakat.
Pengumpulan Data
Study Literatur
Data Sekunder
• Peta Wilayah • Demografi • Jumlah Penduduk (KK & Jiwa)
Kesimpulan: Dapat memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi sanitasi eksisting di tepian Sungai Musi, khususnya RT 3, 5, dan 10 Kelurahan 11 Ulu pada saat ini, sehingga didapatkan sistem penanganan dan pembangunan serta pengelolaan limbah sanitasi yang tepat, serta keinginan dan kemampuan masyarakat terhadap pilihan masyarakat.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Existing di Kelurahan 11 Ulu
4.1.1 Kondisi Umum Kawasan Kelurahan 11 Ulu
Kelurahan ini terletak di daratan yang memiliki luas wilayah 30 Ha dengan
ketinggian 50 m di atas permukaan laut dan beriklim tropis, dengan total jumlah
penduduk sebanyak 7.495 jiwa, maka kawasan ini dikatakan kawasan dengan
jumlah penduduk sedang (150 - 300 jiwa/Ha). Kondisi pada kawasan Kelurahan
11 Ulu ini sedikit kurang teratur, disebabkan oleh pola tata ruang kawasan yang
telah lama terbentuk. Masalah ini diperparah lagi dengan adanya pendatang yang
bermukim di sekitar kawasan. Warga pendatang ini membangun rumah dengan
tidak menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Bangun –
bangunan existing yang ada di kawasan Kelurahan 11 Ulu ini kebanyakan tidak
terawat. Sebagian besar penduduk yang tidak mampu merenovasi rumahnya, yang
menyebabkan permukiman tersebut menjadi kumuh.
Kawasan 11 Ulu terdiri atas kawasan daratan dan pinggiran sungai. Setelah
diadakan penelitian lebih lanjut ke lokasi kawasan Kelurahan 11 Ulu, akan
diprioritaskan lokasi yang paling berdekatan dengan kawasan tepian atau
pinggiran Sungai Musi, yaitu RT.3/RW.1, RT.5/RW.2, dan RT.10/RW.2. Hal ini
diambil sesuai dengan tema penelitian ini.
Selain itu juga 3 (tiga) RT ini (RT. 3, 5 dan 10) juga dipilih karena memiliki
kepadatan penduduk yang cukup padat, keadaan rumah yang 90% berada di atas
air, kondisi rumah yang kumuh dan berdempetan. Secara detail Jumlah penduduk
dan jumlah rumahnya dapat dilihat pada Tabel 4.1. Data Jumlah Penduduk,
Rumah, WC Pribadi & Tanah Kosong di RT.3/RW1, RT.5/RW.2 Dan
RT.10/RW.2 pada halaman berikut. Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa di setiap
RT terdapat bedeng. Ada 4 unit bedeng dengan total 53 pintu. Dari 53 pintu yang
dihuni hanya terdapat 16 unit WC. Semua bedeng merupakan bedeng kayu. WC
yang digunakan penghuni bedeng adalah WC yang terbuat dari kayu tanpa septic.
Penghuni bedeng menggunakannya secara bergantian. WC ini terletak di tepian
60
61
Sungai Musi. Ada 3 jenis bentuk rumah di kawasan itu, yaitu rumah permanen,
rumah semi permanen dan rumah panggung. Rumah permanen ada yang terdiri
atas 1 ataupun 2 lantai, dimana lantai 1 dan lantai 2-nya semuanya terbuat dari
beton/batu. Sample rumah permanen sebanyak 8 rumah (lihat Tabel 4.2 di
halaman berikut) ini terletak di pinggir jalan utama yang tidak terlalu terpengaruh
dengan pasang surut air sungai. Untuk WC-nya digunakan WC permanen di
dalam rumah masing- masing yang terletak di lantai bawah dan ada juga yang di
atas (lantai 2). Untuk septic-nya digunakan pipa panjang yang langsung mengalir
ke bawah rumah/aliran Sungai Musi.
Tabel 4.1. Data Jumlah Penduduk, Rumah, WC Pribadi & Tanah Kosong di RT.3/RW1, RT.5/RW.2 Dan RT.10/RW.2
No Nama RT
Jumlah Penduduk
Jumlah KK
Jumlah Rumah
Jumlah WC Pribadi
Luas Tanah Kosong
1 3 491 102 41 + Bedeng 11
pintu
28 rmh + 4 bh. milik
bedeng
12 x 12 m
2 5 260 76 34 + bedeng 12
pintu
26 rumah + 4 bh. di bedeng
Tidak ada
3 10 289 79 35 + bedeng 30
pintu
27 rumah + 8 bh. di bedeng
Ada 2 Uk: 12 x 6 m 14 x 8 m
Jumlah 1.040 257 110 & 53 Bedeng
81 WC & 16 di Bedeng 328 M2
Rumah semi permanen umumnya terdiri dari 2 lantai, dengan komposisi bagian
bawahnya beton dan bagian atasnya kayu. Sama halnya dengan rumah permanen
umumnya rumah ini terletak di kawasan yang tidak terlalu sering kena banjir
akibat dari pasang surut air laut. Untuk WC-nya ada 2 macam, ada sudah
menggunakan WC permanen di lantai bawah rumah dan ada juga masih
menggunakan WC tidak standar dan tanpa septic yang terletak di bagian belakang
rumah mereka di lantai 2. Semuanya tidak memiliki septic.
62
Rumah panggung terbuat dari kayu, di bagian bawahnya tergenang air
Sungai Musi dan kotoran. Semua pengguna menggunakan WC kayu tanpa septic
karena kotoran langsung dibuang ke sungai. Letak WC-nya sejajar dengan lantai
rumah, ada yang di bagian depan rumah, bagian belakang dan di tangga. Di
RT.3/RW.1 terdapat 41 buah rumah dan 1 buah bedeng 11 pintu. Dari 41 unit
rumah ini terdapat 5 buah rumah permanen, 27 buah rumah panggung dan 9 unit
rumah semi permanen. Di RT.5/RW.2 terdapat 34 buah rumah dan 1 unit bedeng
12 pintu. Dari 34 buah rumah tersebut terdapat 3 buah rumah permanen, 3 buah
rumah semi permanen dan sisanya 28 buah rumah panggung. Di RT.10/RW.2
terdapat 35 rumah dan 2 unit bedeng dengan 1 unit bedeng 14 pintu dan 1 unit
bedeng 16 pintu. Dari 35 unit rumah tersebut terdapat 23 buah rumah panggung
dan 12 buah rumah semi permanen. Lebih detailnya dapat dilihat di Tabel 4.2 di
bawah ini.
Tabel 4.2. Kondisi Bangunan Rumah di RT.3/RW1, RT.5/RW.2 Dan RT.10/RW.2
Kondisi rumah/lokasi RT 3 RT 5 RT 10 Total % Permanen 5 3 0 8 7,27
Semi Permanen 9 3 12 24 21,82 Panggung 27 28 23 78 70,91
Total 41 34 35 110 100
4.1.2. Kondisi Existing Sarana dan Prasarana
Pembangunan jalur transportasi darat telah merubah sudut pandang
masyarakat sekitar bangunan baru yang semula berorientasi ke sungai. Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor seperti akses yang lebih banyak dan mudah ke
tempat tujuan. Sarana transportasi yang umumnya digunakan pada bagian Ulu laut
adalah ketek/perahu yang bermesin, karena daerah ini berbatasan dengan Sungai
Musi. Sedangkan untuk yang di darat kendaraan yang digunakan adalah bentor
(becak motor), becak biasa, motor, dan mobil taksi dengan trayek pasar 10 Ulu
sampai ke Plaju. Untuk sarana pasar, kesehatan, listrik, dan PDAM di kawasan
63
Kelurahan 11 Ulu ini sudah sangat memadai. Sarana perbelanjaan sudah cukup
lengkap mulai dari pasar tradisional yang terletak di kawasan 10 Ulu, sampai
supermarket telah tersedia di kawasan ini. Untuk kondisi existing dan lokasi
rumah pada RT 3, RT 5 dan RT 10 dapat dilihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2.
dan Gambar 4.3. pada halaman berikut ini.
1. Kondisi Tata Bangunan
Pola penyebaran bangunan di kawasan Kelurahan 11 Ulu ini berorientasi
kepada Sungai Musi sebagai jalur transportasi utama pada zaman dahulu. Hal ini
dapat dilihat dengan banyaknya bangunan-bangunan lama yang berdiri di sekitar
Sungai Musi. Bentuk–bentuk bangunan yang ada di kawasan Kelurahan 11 Ulu
laut berupa rumah panggung, rumah gudang dan beberapa rumah limas. Rumah-
rumah ini mempunyai kesamaan yaitu ditopang oleh tiang–tiang yang menjadikan
rumah – rumah ini berada tinggi di atas permukaan tanah.
Berdasarkan observasi di lapangan letak rumah–rumah di kawasan ini
berdekatan satu sama lain. Di setiap RT akan ditemui lorong–lorong. Akses jalan
antar rumah didukung bangunan jalan rabat beton dan jalan titian beton yang
dibangun oleh pemerintah, walaupun masih banyak juga jalan titian yang terbuat
dari kayu, seperti tanpak pada Gambar 4.1. berikut:
Gambar 4.1. Akses Jalan Di Kawasan RT 3 Dan RT 5
(a) RT. 3 (b) RT. 5
Jl. KH. AzhariRT 4
Legenda : Rumah Permanen5 unit : Rumah semi permanen 9 unit
: Rumah panggung : Belum punya Keterangan : : 27 unit WC
turap Jumlah Rumah : 41buah + Bedeng 11 pintu SUNGAI MUSI : BedengJumlah Penduduk 491 JiwaJumlah WC Pribadi : 27 Rumah + 4 Buah milik Bedeng : JembatanTaanah Kosong : 12 x 12 m
40
23 27 29 3139
41
LORONG LUMPUR 29
16 17 18 19 32
1
36
3
8
38
7 8 9 10 11 12
LORONG LUMPUR 1
7
437
22 26 28 305 6
21 252
4 5 6
LORONG LUMPUR BARAT
SUNGAI LUMPUR LUMPUR
13
14 15
MASJID JAMIK
PARKIRAN MASJID JAMIK
TANAH INFAK MASJID UNTUK
PEMBUATAN PERPUSTAKAA
N
33
34
3520 24
2
Kantor Lurah 11 Ulu tanah kosong 1 3
Gambar 4.2. Lokasi Rumah Dan Kondisi Existing RT.3/RW.1
64
65
Legenda :
: Rumahpanggung 28: Belum punya WC: Bedeng
: Rumah Permanen 3 unit: Rumah semipermanen 3 unt
Keterangan :Jumlah Rumah : 34 buah + Bedeng 12 pintuJumlah Penduduk 260 JiwaJumlah WC Pribadi : 27 Rumah + 5 Buah milik Bedeng
SUNGAI MUSI
TURAP
27 28
269
JL. KH. AZHARI
RT.6
10
11
12 13
31
1
3 4
5
SUNGAI LUMPUR LUMPU
2522 23 24
1415
7
8
323334
21
LORONG LUMPUR BARAT
RT.10
2
29
30
RT.09
16
17
18
19
20
6
Gambar 4.3. Lokasi Rumah Dan Kondisi Existing RT.5/RW.2
66
JL. KH. AZHARI
Legenda :
: Rumah panggung 23 unit: Belum punya WC: Bedeng
Keterangan : : Rumah Jumlah Rumah : 35 buah + Bedeng 30 pintu Permanen 3 unitJumlah Penduduk 789 Jiwa : Rumah semi Jumlah WC Pribadi : 27 Rumah Permanen 12 unitLuas Tanah Kosong : 12 x 6 m dan 14 x 8 m
TURAP SUNGAI MUSI
33
MUSHOLA
3534
19
TANAH KOSONG 14 x 6 M
20
30
17 18
4 8
6
31
32
26
27 28
29
RT.09
11
12
21
3
RT.09
13 14
15 16
RT.09
RT.05
5 9
10
7
21
22
TANAH KOSONG 12 x 6 M
24
25
23
Gambar 4.4. Lokasi Rumah Dan Kondisi Existing RT.10/RW.2
67
2. Ruang Terbuka yang tersedia untuk Pembangunan MCK Umum
Ruang terbuka di kawasan ini yang paling dominan adalah di tepian Sungai
Musi. Selain itu juga terdapat beberapa rawa yang dimanfaatkan sebagai areal
peresapan (lihat Gambar 4.5). Dengan menggunakan peta lokasi RT.3/RW1,
RT.5/RW.2 dan RT.10/RW.2, setiap lokasi yang mempunyai lahan kosong atau
ruang terbuka akan diberi tanda pada peta (Lihat kembali Gambar 4.1; 4.2 dan 4.3
di atas).
Gambar 4.5. Ruang Terbuka di RT 3 dan RT 10
3. Tinggi Muka Air Maksimal
Berdasarkan hasil pemantauan dan juga wawancara dengan warga dan ketua
RT.3/RW1, RT.5/RW.2 dan RT.10/RW.2, permukaan Sungai Musi sangat
dipengaruhi oleh pasang surut air laut dengan fluktuasi rata–rata mencapai 2,5 –
3,5 m tergantung dengan musimnya. Kondisi rumah panggung tidak terpengaruh
dengan kondisi pasang surut, karena ketinggian rumah panggung dari muka air
tertinggi masih bersisa 2 m dari aliran sungai. Yang sangat berpengaruh dengan
banjir adalah rumah semi permanen yang 2 lantai, karena bentuk asli rumah
tersebut untuk bagian bawahnya adalah tiang. Karena makin padatnya anggota
keluarga dan semakin jarang terjadi banjir di bagian bawah rumah, maka
penduduk menjadikan bagian bawah rumah mereka menjadi ruang yang bisa
(a) RT. 3 (b) RT. 10
68
ditinggali. Oleh karena itu masyarakat yang tinggal di rumah jenis ini cendrung
menggunakan WC di lantai atas, karena bebas banjir.
4.1.3 Data Kuisioner
Pada Bab IV ini akan dibahas hasil penelitian di lapangan dengan cara
menyebarkan 72 berkas kuisioner yang dibagikan kepada 72 responden yang
tinggal di kawasan tepian Sungai Musi sebanyak 3 RT, yaitu di RT. 3, 5, dan 10
Kelurahan 11 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 2, dilakukan secara random atau
acak, selama 7 (tujuh) hari, yaitu dari tanggal 17 – 23 Desember 2013. Dari
jawaban responden yang merupakan perwakilan masyarakat didapat variabel yang
dicari meliputi tingkat pengetahuan, kesadaran, dan kebiasaan masyarakat tentang
sanitasi, sarana sanitasi yang tersedia, serta sarana sanitasi yang dikehendaki oleh
masyarakat (Lihat Lampiran 3: Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden). Juga
diketahui bagaimana sosialisasi dari pemerintah kepada masyarakat. Dalam
analisis data akan digunakan analisis induktif yang mana secara garis besar
penyajian data dengan menggunakan tabel dan gambar yang kemudian akan
ditarik suatu kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan melalui kuisioner yang
disebarkan kepada masyarakat, untuk data pribadi yang meliputi usia, jenis
kelamin, dan jenis pekerjaan, didapatkan data 67% responden berusia antara 30 –
50 tahun dan 33% responden berusia 18 – 29 tahun. Dari 72 responden juga
didapat 78% adalah responden perempuan dan 22% adalah responden laki-laki.
Sedangkan berdasarkan pekerjaan didapatkan hasil 20% responden bekerja
sebagai pegawai baik swasta maupun negeri, 34% berprofesi sebagai buruh atau
tukang ojek, 43% berprofesi sebagai pedagang, dan 3% lain–lain dalam hal ini ibu
rumah tangga. Sedangkan untuk data kepemilikan rumah, besar penghasilan dan
kondisi rumah yang mereka tempati didapat hasil 25% merupakan rumah milik
sendiri, 43% merupakan rumah milik keluarga, dan 32% sisanya adalah rumah
sewa baik sewa bulanan maupun sewa tahunan. Untuk besar penghasilan didapat
data 44% responden memiliki penghasilan antara Rp.500.000 – Rp.1.000.000,
35% responden berpenghasilan antara Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000 dan 21%
69
sisanya memiliki penghasilan diatas Rp.2.000.000. Data responden berdasarkan
kondisi rumah yang mereka tempat didapat data 71% rumah yang mereka tempati
adalah rumah panggung, 21% rumah semi permanen dalam hal ini rumah
responden terdiri dari 2 lantai, dimana di lantai bawah sudah dibuat permanen
dengan menggunakan batu bata, namun di lantai atas masih menggunakan kayu.
Sebagian besar rumah responden adalah rumah panggung, karena memang
terletak di kawasan tepian Sungai Musi RT.3/RW1, RT.5/RW.2 dan RT.10/RW.2
Kelurahan 11 Ulu. Sisanya 8% adalah rumah permanen. Rumah permanen ini
umumnya terletak di bagian depan jalan dekat lorong. Maka dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar warga yang tinggal di tepian Sungai Musi adalah warga
kurang mampu, dimana mereka telah tinggal di wilayah tersebut secara turun
menurun. Secara ringkasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3. Hasil Survey Berdasarkan Data Pribadi Responden
No Indikator Data Pribadi Persentase 1 Jenis Kelamin Laki-laki 22% Perempuan 78%
2 Usia 30 – 50 Tahun 67% 18 – 29 Tahun 33%
3 Pekerjaan Pegawai (Swasta/PNS) 20% Buruh/Tukang Ojek 34% Pedagang 43% Ibu Rumah Tangga 3%
4 Kepemilikan Rumah Milik Sendiri 25% Milik Keluarga 43% Sewa 32%
5 Penghasilan Rp.500.000-Rp.1.000.000 44% Rp.1.000.000– Rp.2.000.000 35% > Rp.2.000.000 21%
6 Kondisi Rumah Rumah Panggung/Kayu 71% Semi Permanen 21%
Permanen/Batu 8%
70
Pada Bab 3 telah diungkapkan rencana untuk kuisioner kepada 70%
respoden perempuan karena mengingat perempuan adalah pengguna MCK lebih
dominan dari pada laki – laki, karena selain untuk mandi dan kegiatan BAB/BAK,
perempuan juga menggunakan MCK untuk keperluan mencuci pakaian dan
perabotan. Selain itu waktu pelaksanaan penyebaran kuisioner juga di jam kerja
(09.00 – 15.00), sehingga respondennya memang akan lebih banyak perempuan
dari pada laik – laki. Pada kenyataan di lapangan memang didapatkan responden
perempuan sebanyak 78%, lebih banyak dari dapa yang direncanakan.
Untuk kondisi rumah, responden sudah cukup mewakili, dimana yang
memiliki rumah panggung sebanyak 71%, rumah semi permanen sebanyak 21%
dan rumah permanen sebanyak 8%. Bila kita dikaitkan dengan Tabel 4.2 kondisi
eksisting rumah penduduk RT.3/RW1, RT.5/RW.2 dan RT.10/RW.2 dimana yang
memiliki rumah panggung sebanyak 70,91%, rumah semi permanen sebanyak
21,82% dan rumah permanen sebanyak 7,27% maka hasil responden ini sudah
cukup mewakili.
4.2. Tingkat Pengetahuan, Kesadaran dan Perilaku Hidup Bersih Sehat
Masyarakat (PHBS) Responden
Ada beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan indikator untuk menentukan
tingkat pengetahuan, kesadaran dan kebiasaan masyarakat Kelurahan 11 Ulu
mengenai sanitasi, yaitu tempat pembuangan limbah yang benar menurut
masyarakat, sumber air bersih yang digunakan masyarakat baik air minum, air
untuk masak, mandi, mencuci piring dan baju, serta pertanyaan mengenai dimana
tempat membuang air besar dan kecil, serta tempat mandi masyarakat di
Kelurahan 11 Ulu. Kemudian dampak dari pembuangan limbah tersebut, jenis
penyakit apa yang sering menyerang penduduk dalam kurun waktu 2 tahun
terakhir.
Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat ada 1 nomor kuisioner di B.8,
yang menanyakan dimana tempat pembuangan limbah yang benar. Dari hasil
survey ternyata 85% warga di Kelurahan 11 Ulu membuang limbah ke sungai,
13% warga membuang limbah di septic (baik tempat sampah ataupun septic tank),
71
dan 3% menjawab lain–lain yang dalam hal ini warga membuangnya langsung di
bawah rumah panggung mereka yang terletak di atas rawa–rawa dan sungai.
Secara ringkas disajikan pada Tabel 4.4. berikut:
Tabel 4.4. Hasil Survey Respoden Mengenai Pendapat Masyarakat Tentang Tempat Pembuangan Limbah Yang Benar
Tempat Pembuangan Limbah Yang Benar Sungai Septic Lain - Lain
Prosentase responden 86% 12% 2%
Hal ini disebabkan oleh perilaku warga yang telah terlaksana secara turun
menurun membuang kotoran dan sampah langsung ke sungai. Sebenarnya sudah
sering dilaksanakan penyuluhan, namun masyarakat berpendapat bahwa kalau
hanya mereka yang melaksanakan membuang sampah pada tempatnya dimana
lokasinya cukup jauh, sedangkan masyarakat lain langsung membuangnya ke
sungai, jadi untuk apa penyuluhan tersebut dilaksanakan karena memang sebagian
besar warga memang membuang sampah di sungai dan sampah juga akan
mengalir ke arah hilir sampai akhirnya menghilang.
Pada Tabel 4.5. Hasil Survey Berdasarkan Sumber Air Masyarakat berikut,
diketahui tingkat kesadaran dan kebiasaan masyarakat, digunakan instrument
menanyakan kepada responden dari mana sumber air bersih yang mereka gunakan
sehari–hari. Bahwa 66% warga menjawab bahwa mereka menggunakan sumber
air bersih dengan air PDAM Tirta Musi. Masyarakat banyak yang mendapatkan
subsidi dalam pemasangan PDAM, dimana warga yang kurang mampu hanya
membayar Rp.350.000 per-sambungan. Program bantuan pemerintah ini telah
dilaksanakan dari 2 (dua) tahun yang lalu.
72
Tabel 4.5. Hasil Survey Berdasarkan Sumber Air Masyarakat
No Kebutuhan Air Sumber Air
PDAM Hujan Tanah Sungai 1 Sumber air bersih 66% 8% 14% 12% 2 Sumber air minum 86% 0% 14% 0% 3 Sumber air masak 80% 0% 20% 0% 4 Sumber air mencuci 42% 5% 21% 32% 5 Sumber air mandi 42% 5% 21% 32%
Dari Hasil survey dapat disimpulkan bahwa bantuan pemerintah terhadap
masyarakat dengan mengadakan bantuan pemasangan PDAM sangat membantu
masyarakat kurang mampu. Inilah salah satu bentuk-nyata terhadap kepedulian
Pemerintah kepada masyarakat terutama masyarakat yang kurang mampu.
Kualitas air PDAM yang sangat baik tentu saja sangat menolong masyarakat
untuk pemenuhan kehidupan sehari hari secara layak. Air PDAM merupakan air
yang berkualitas sangat baik dengan ciri airnya bersih, tidak berbau, tidak
berwarna dan jernih. Tetapi bila air PDAM ini digunakan untuk minum,
masyarakat tetap merebusnya terlebih dahulu. Sangat berbeda dengan air PDAM,
air sungai memiliki kualitas yang sangat buruk. Warnanya sangat coklat, pekat
dan berbau. Tidak ada masyarakat yang menggunakannya untuk minum ataupun
masak.
Untuk pertanyaan B2 dimana masyarakat mendapatkan air minum,
berdasarkan survey didapatkan bahwa 86% warga menggunakan air PDAM/beli
dari galon untuk air minum. 14% menggunakan sumber air tanah, dalam hal ini
sumur gali. Tidak ada lagi warga yang menggunakan air sungai untuk keperluan
makan dan minum. Hal ini dikarenakan kualitas air Sungai Musi yang sudah
sangat buruk, dengan warnanya yang coklat serta berbau yang agak menyengat.
Warga juga menyadari bahwa kualitas air Sungai Musi bertambah buruk setiap
tahunnya.
Sama halnya untuk masak, masyarakat sebesar 80% membeli air galon dan
20% mengunakan air sumur. Agak terjadi perbedaan yang cukup mencolok antara
sumber air untuk masak dan untuk minum, hal ini terjadi karena air galon yang
73
harganya agak mahal maka warga hanya menggunakannya untuk minum. Bagi
masyarakat yang air sumurnya cukup baik, namum masih tetap agak berasa, lebih
memilih untuk menggunakan air sumur untuk memasak agar uang yang mereka
miliki bisa cukup juga untuk kebutuhan–kebutuhan yang lain.
Untuk keperluan mandi, didapatkan hasil survey bahwa 42% masyarakat
menggunakan air PDAM untuk kebutuhan mandi, 21% menggunakan air tanah
dalam hal ini air sumur, 32% masyarakat menggunakan air sungai dan 5%
menggunakan air hujan. Survey dilaksanakan di musim penghujan, oleh karena itu
masyarakat ada yang menjawab menggunakan air hujan. Air hujan dikumpulkan
di dalam drum penampung. Biasanya masyarakat yang menggunakan air hujan
menggunakan air sungai juga untuk keperluan mandi mereka. Sama dengan untuk
kebutuhan mencuci, hasil survey dari responden sebanyak 42% masyarakat
menggunakan air PDAM, 21% menggunakan air tanah, 32% menggunakan air
sumur, dan 5% menggunakan air hujan. Umumnya masyarakat melaksanakan
kegiatan mandi dan mencuci secara berbarengan.
Ada 2 (dua) pertanyaan yang bisa menjadi variable untuk menjawab
mengenai kondisi eksisting sarana sanitasi di wilayah ini, yaitu pertanyaan B.5
dan B.7. Pertanyaan B.5 mewakili untuk tempat mandi dan B.7 untuk tempat
melakukan BAB. Pada Tabel 4.6. Hasil Survey Respoden Mengenai Tempat
Mandi, BAB Dan BAK Yang Digunakan Masyarakat berikut, dari hasil survey
mengenai tempat mandi, BAB dan BAK yang digunakan masyarakat, diperoleh
data untuk tempat mandi 19% responden menjawab menggunakan WC Umum,
57% menggunakan WC pribadi, dan 24% menggunakan sungai sebagai tempat
mandi masyarakat. Masyarakat menggunakan sungai dengan cara langsung
melaksanakan mandi di tangga bagian belakang rumah mereka sambil mencuci
pakaian dan perabotan rumah tangga seperti piring dan lain–lain.
74
Tabel 4.6. Hasil Survey Respoden Mengenai Tempat Mandi, BAB Dan BAK Yang Digunakan Masyarakat
Tempat Mandi, Mencuci, BAB Dan BAK Masyarakat
WC Pribadi Sungai WC Umum
Prosentase responden 57% 24% 19%
Ada beberapa catatan sebagai hasil wawancara dengan responden di lokasi
penelitian, hal yang ditanyakan oleh penulis adalah mengenai permasalahan non
teknis, yang mencakup masalah perilaku atau kebiasaan masyarakat di Kelurahan
11 Ulu terhadap kegiatan sanitasi. Intinya adalah kebiasaan masyarakat di wilayah
tersebut memanfaatkan sungai sebagai sarana MCK dan air limbahnya dibuang
begitu saja ke sungai. Pada beberapa kawasan, penduduk mandi dan mencuci di
sekitar rumahnya dan air limbahnya dibuang di kolong rumah. Khusus untuk
kegiatan buang air besar kebanyakan penduduk membuat WC di tepi sungai dan
kotoran langsung dibuang ke sungai. Pada saat air pasang kadang kotoran ini
masuk sampai ke daerah permukiman. Kotoran ini tetap tertinggal di tepi sungai
menunggu sampai air pasang.
Mengenai kawasan rumah yang begitu tidak teratur, masyarakat mengatakan
bahwa mereka tidak memiliki biaya yang cukup untuk merenovasi ataupun pindah
dari kawasan tersebut. Yang cendrung terjadi adalah anak – anak mereka yang
telah bekeluarga juga membangun bangunan seadanya di samping bangunan
utama, sehingga kawasan tersebut cendrung bertambah kumuh. Kegiatan PHBS
yang tidak baik tentu akan berdampak kepada kesehatan warga di sekitar
lingkungan tersebut. Untuk itu maka penulis juga menanyakan secara langsung
kepada responden terhadap penyakit yang sering diderita oleh responden. Untuk
penyakit yang sering menjangkiti masyarakat dalam waktu 2 (dua) tahun terakhir
ada beberapa jenis penyakit, yaitu 47% responden menjawab sering dijangkiti
penyakit kulit, 13% menjawab pernah dijangkiti penyakit diare dan 40%
masyarakat menjawab pernah terjangkit penyakit muntaber, seperti terlihat pada
75
Tabel 4.7. Jenis Penyakit Yang Sering Menyerang Warga Masyarakat Di Lokasi
Penelitian berikut ini:
Tabel 4.7. Jenis Penyakit Yang Sering Menyerang Warga Masyarakat Di Lokasi Penelitian
Penyakit Yang Sering Dialami Masyarakat
Penyakit Kulit Muntaber Diare
Prosentase responden 47% 40% 13%
4.3 Kondisi Eksisting Teknis Sanitasi dan Septic di Kelurahan 11 Ulu
Kawasan Kelurahan 11 Ulu merupakan kawasan yang padat penduduk,
dimana sungai digunakan sebagai drainase air hujan yang juga dimanfaatkan
penduduk untuk keperluan mandi, mencuci pakaian dan perabot rumah tangga.
Disisi lain, jaringan tata air yang ada juga dimanfaatkan untuk membuang air
kotor dari rumah tangga secara langsung tanpa adanya penanganan yang cukup
baik, sehingga menurunkan kualitas lingkungan perairan.
Debit air Sungai Musi cendrung mengecil pada saat musim kemarau,
sedangkan sistem tata air Kota Palembang mempunyai fungsi yang cukup
kompleks, yang kadang–kadang selain untuk keperluan prasarana lalu lintas air,
juga sebagai tempat pembuangan air kotor rumah tangga. Kondisi ini akan
menyebabkan kualitas air sungai mengalami penurunan sejalan dengan
berkurangnya air hujan. Pencemaran di sungai juga diperberat oleh adanya zona
mati, dimana pada zona mati ini air dan sampah–sampah yang bertumpuk di
bawah rumah penduduk hanya bergerak turun naik, namun tidak keluar dari
daerah tersebut karena kurangnya gelontoran air dan kawasannya yang menjadi
sangat sempit akibat dari pembangunan rumah–rumah warga.
Penanganan yang harus dilakukan adalah pengaturan aliran dengan
memanfaatkan gerakan pasang surut tersebut untuk penggelontoran air. Selain itu
penanganan air buangan atau air kotor juga harus dilakukan sebaik-baiknya.
Tingkat penanganan air buangan atau air kotor dari rumah tangga di kawasan
Kelurahan 11 Ulu masih relatif sangat rendah, karena minimnya sarana dan
76
prasarana yang ada. Apabila kita kaitkan fungsinya dengan fungsi Sungai Musi
yang serba guna, maka akan menyebabkan turunnya kualitas lingkungan yang
berakibat lanjut pada turunnya kondisi kesehatan warga. Penyediaan sistem air
bersih dan fasilitas sanitasi yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Sarana sanitasi yang tersedia dijadikan acuan dalam penelitian ini. Di
kawasan Kelurahan 11 Ulu sudah banyak terdapat MCK, baik MCK pribadi
maupun MCK umum, namun bentuk dan kondisi MCK tersebut banyak yang
tidak sesuai dengan standar kesehatan dan tidak memadai, juga belum memiliki
septic yang sesuai dengan standar.
Hasil Survey yang di lapangan ada beberapa kondisi MCK di kawasan
Kelurahan 11 Ulu, yaitu:
1. WC darurat terbuat dari senga ataupun kayu, letaknya ada yang di depan
rumah, belakang, ataupun samping rumah. WC terbuat tanpa atap, WC juga
tidak dilengkapi septic tank.
2. WC yang standar terdapat di beberapa bangunan WC Umum bantuan
pemerintah. Septic Tanknya juga dibuat masih secara konvensional.
3. WC yang dibangun secara permanen, namun belum mempunyai septic tank,
semuanya dibuang ke sungai ataupun ke kolong rumah.
4. Kondisi tempat cuci yang banyak ditemukan adalah tempat cuci sederhana
yang terbuat dari lantai kayu, yang terletak di depan ataupun di belakang
rumah. Ada juga masyarakat yang menggunakan tangga rumahnya sebagai
tempat mencuci. Seperti terlihat pada Gambar 4.6 di halaman berikut.
5. Masyarakat sebenarnya telah memiliki tempat untuk melaksanakan kegiatan
sanitasi di rumah masing – masing, namun pembuangan limbahnya yang
masih belum bisa dipertanggung jawabkan karena masih dibuang langsung
ke sungai, dan bentuk MCK-nya juga belum sesuai standar, karena tidak ada
lubang pembuangan seperti leher angsa, seperti terlihat pada Gambar 4.7
pada halaman berikut.
77
Gambar 4.6. Kegiatan Mandi, Mencuci Pakaian Dan Perabotan Rumah
Tangga: (a) Kegiatan mencuci di tepian Sungai Musi RT./RW.2; (b) Kegiatan mencuci perabot rumah tangga di RT.10/RW.2; (c) Kegiatan mandi dan mencuci pakaian di RT.3/RW.1.
(a) Kakus darurat yang terbuat dari seng, dibuat tanpa penutup
(b) WC Umum PNPM PPK bantuan dari program pemerintah
(c) Kondisi perumahan warga pada umumnya
(d) Kondisi tempat pembuangan sampah warga
Gambar 4.7. Kondisi Tepian Sungai Musi di Kelurahan 11 Ulu Kecamatan Seberang Ulu II – Palembang
(a) (b) (c)
78
Dari Tabel 4.6 juga dapat dilihat bahwa 57% masyarakat telah memiliki WC
pribadi, namun kondisinya masih sangat sederhana. Bangunan-nya mengikuti
kondisi bangunan rumah mereka, bila rumah-nya terbuat dari papan/ panggung,
maka bangunan WC-nya pun terbuat dari kayu, dan bila rumah masyarakat
permanen maka WC-nya pun juga permanen. Dari hasil penelitian dapat dilihat
bahwa 57% masyarakat menggunakan WC pribadi dengan asumsi bahwa 90%
WC tersebut tidak permanen dan tidak layak/tidak sehat, dan sisanya 10% WC
tersebut permanen. Namun dapat disimpulkan bahwa 100% semuanya tidak
memiliki pengolahan limbah yang layak, karena semuanya membuang limbahnya
langsung ke sungai. Untuk hasil responden yang membuang limbah ke sungai,
mereka melakukannya dengan menggunakan WC ceplung yang ada di tepian
Sungai Musi, dan ada pula yang menggunakan talut tepian tepi sungai sebagai
tempat mandi, mencuci, BAB dan BAK. Untuk lebih memastikan pengetahuan
dan kondisi masyarakat, berdasarkan Tabel 4.5 di atas, kuisioner hanya
dilanjutkan khusus untuk responden yang memiliki MCK pribadi maupun MCK
umum (yang melakukan kegiatan mandi, BAB, BAK, dan mencuci) yaitu
sebanyak 55 kuisioner. Bagi warga yang melakukan MCK di sungai, penulis tidak
melaksanakan penelitian lanjutan. Kuisioner ini terbagi atas 3 pemeriksaan lebih
lanjut, yaitu Inspeksi sarana kesehatan lingkungan perumahan terhadap sarana
pembuangan kotoran/WC, inspeksi terhadap sarana pembuangan limbah atau
septic tank, dan inspeksi terhadap sarana pembuangan sampah.
Penilaian jawaban responden memiliki skor masing–masing. Semakin
banyak jawaban “ya” dari warga, maka akan semakin tinggi resiko pencemaran
yang dibuat. Berdasarkan hasil survey, maka didapat data seperti terlihat Pada
Tabel 4.8. berikut:
79
Tabel 4.8. Hasil Kuisioner Nilai Inspeksi Pemeriksaan Sarana WC, Saluran Pembuangan/Septic Tank dan Sarana Pembuangan Sampah
No Kualifikasi Diagnosa
Tingkat Resiko Pencemaran
Nilai skor resiko pencemaran (%) Resiko
Pencemaran 9-10 6-8 3-5 0-2
1 Sarana Pembuangan Kotoran/Jamban
84 16 0 0 Sangat tinggi
2 Sarana Pembuangan Air Limbah
91 9 0 Tinggi
3 Sarana Pembuangan Sampah
96 4 0 Tinggi
Dari hasil pemeriksaan lanjutan didapatkan data bahwa resiko pencemaran
yang sangat tinggi terjadi di kawasan tepian Sungai Musi ini. Rata–rata rumah
tangga membuang kotoran ke sungai. Hanya beberapa rumah yang memiliki tanki
septic di tanah. Hal ini berarti kawasan ini memerlukan penanganan secara cepat,
agar pencemaran lingkungan dapat segera dikurangi.
Berdasarkan data yang didapat di lapangan bahwa lebih dari 91% hasil
inspeksi menyatakan nilai yang sangat tinggi terhadap resiko pencemaran. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya septic tank di rumah warga. Walaupun memiliki
WC, namun salurannya langsung dibuang ke sungai. Hal ini terjadi karena bila
tanahnya dikeduk untuk membuat septictank, maka akan terdapat air yang sangat
besar di bawah tanah. Maka masyarakat memilih untuk menggunakan pipa yang
langsung dibuang ke badan sungai.
Dari Tabel 4.8. di atas terlihat data yang didapat di lapangan bahwa lebih
dari 96% hasil skor pencemaran menyatakan bahwa di tepian Sungai Musi sangat
tinggi resiko pencemaran akibat sampah. Hal ini dapat dilihat dari menumpuknya
sampah di tempat pembuangan umum yang tidak teratur. Di bawah rumah warga
pun sangat banyak sampah yang menumpuk. Jenis sampah mulai dari plastic
sampai sampah berbentuk sangat besar seperti kursi dan lain lain telah menumpuk
di sekitar rumah warga.
80
4.4 Sarana Sanitasi yang Sesuai dengan Keinginan Masyarakat
Ada 2 (dua) bentuk kuisioner yang dibagikan kepada masyarakat untuk
mengetahui sejauh mana keinginan masyarakat untuk memiliki WC yang layak.
Kuisioner pertama berisikan hal–hal utnuk mengetahui sumber dana
pembangunan WC yang mereka gunakan selama ini, bagaimana keinginan
masyarakat terhadap sarana sanitasi baik WC dan tempat pembuangan sampah
yang diinginkan, dan bagaimana kesinambungan dari bangunan yang telah
diberikan oleh pemerintah. Sejauh ini sudah ada beberapa MCK umum yang
dibangun oleh Pemerintah.
Kuisioner bentuk ke-2 adalah berbentuk opsi pilihan bentuk jamban yang
ideal menurut masyarat. Ternyata dari 72 responden, 100% responden
meginginkan WC di dalam rumah. Semua responden mengharapkan dapat
memiliki WC pribadi, agar tidak sulit dalam kegiatan MCK sehari hari, terutama
apabila keadaan air sedang pasang tinggi atau banjir dan hujan. Namun
keterbatasan biaya yang membuat mereka tetap menggunakan sarana eksisting
dengan kondisi seadanya. Masyarakat juga tidak mau menggunakan WC komunal
karena lokasi yang jauh dari rumah mereka, mereka harus antri dan membayar.
Responden juga tidak mempermasalahkan bentuk bagian atas jamban karena
akan mengikuti kondisi rumah masing – masing. Dalam penelitian lebih
menekankan masalah limbah buangan hasil kegiatan MCK yang dilakukan oleh
masyarakat. Termasuk untuk responden yang telah memiliki rumah permanen,
ternyata WC mereka tidak memiliki tanki septic. Limbah buangan langsung
dialirkan ke sungai melalui pipa, dengan alasan sudah tidak memiliki tanah lagi
untuk membuat tanki septic.
Pemeliharaannya dilakukan oleh warga sendiri. Ada juga yang membayar
kemudian uangnya akan digunakan untuk pemeliharaan kebersihan sarana itu
sendiri. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan kepada 72 responden
didapatkan hasil sebagai berikut (Tabel 4.9) berikut:
81
Tabel 4.9. Hasil Kuisioner Sumber Dana, Keinginan Masyarakat Dan Masalah Kesinambungan Dari Pembangunan Dan Pemeliharaan Sarana Sanitasi
No Keterangan Hasil Prosentase 1 Sumber dana pembangunan jamban yang digunakan masyarakat
sekarang: • Swadaya Sendiri 56 responden 77% • Bantuan Pemerintah 4 responden 6% • Lain–lain (tidak ada WC) 12 responden 17% 2 Sanitasi yang diharapkan oleh masyarakat: • Komunal (umum) 0 responden 0% • Masing – masing/WC Pribadi 72 responden 100% 3 Bagaimana pemeliharaan sarana sanitasi yang telah dibangun pemerintah
(Pertanyaan ini hanya ditanyakan kepada responden yang menjawab menggunakan WC umum) sebanyak 4 responden:
• Dilakukan bergotong royong oleh masyarakat
0 responden 0%
• Dilakukan oleh petugas yang dibayar masyarakat
4 responden 100%
4 Sumber dana Pembangunan tempat sampah rumah tangga • Swadaya sendiri 14 responden 20% • Bantuan Pemerintah 13 responden 17% • Lain–lain (langsung ke sungai) 45 responden 63% 5 Sarana tempat sampah yang diinginkan masyarakat • Di setiap rumah 12 responden 17% • Langsung membuang ke tempat
umum 60 responden 83%
Jadi berdasarkan survey diperoleh dapat ditarik beberapa kesimpulan
(statistic induktif) sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi eksisting non teknis responden terhadap pengetahuan tentang
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sebagai berikut:
a. Untuk pengetahuan mengenai tempat pembuangan dan pengolahan
limbah atau septic, 86% responden menjawab bahwa mereka belum
mengerti tentang pengolahan limbah/septic. Responden yang menjawab
tempat pembuangan limbah yang benar adalah 85% ke sungai, ke septik
82
13% dan pembuangan lain 3% (langsung di bawah rumah panggung
mereka yang terletak di atas rawa–rawa dan sungai).
b. Untuk kebiasaan dalam pemakaian air minum dan air untuk memasak,
lebih dari 80% responden menjawab menggunakan air PDAM. Tidak
ada responden yang menggunakan air sungai untuk keperluan minun
dan masak. Namun air sungai masih digunakan oleh 32% responden
untuk keperluan mencuci dan mandi.
c. Sesuai dengan PHBS yang telah dilakukan secara bertahun – tahun,
maka dampak terhadap kesehatan pun pasti terjadi. Menurut survey
dalam 2 tahun terakhir penyakit yang sering menjangkiti responden
adalah penyakit kulit sebanyak 47%, muntaber sebanyak 40% dan diare
sebanyak 13%. Hal ini lebih sering terjadi terutama di musim air
pasang.
2. Kondisi eksisting secara teknis, mengacu dari hasil item c di point 1, Dari
hasil survey didapat untuk tempat melaksanakan MCK adalah 57% responden
menjawab menggunakan WC pribadi, 24% menggunakan sungai sebagai
tempat kegiatan MCK, dan 19% responden menjawab menggunakan MCK
umum, dari hasil survey juga diketahui bahwa 90% bangunan tersebut tidak
permanen, terbuat dari papan, baik yang ada atap, ataupun tidak beratap, ada
juga yang hanya ditutupi seng, ataupun kain, dan terletak di bagian depan
ataupun bagian belakang rumah responden, dan masih jauh dari standar
kesehatan. 10% bangunan WC Batu sesuai dengan kondisi rumah tinggal
responden. Namun 100% WC tersebut tidak memiliki tanki septic, semuanya
membuang limbah langsung ke sungai. Untuk tempat MCK umum bantuan
dari program pemerintah kondisinya juga kurang terawat dan kelompok
pemakai serta pemelihara tidak berlangsung dengan baik.
3. Menurut survey, 100% responden menginginkan untuk memiliki WC yang di
rumah masing–masing hal ini untuk mempermudah kegiatan mereka. Namun
bila melihat dari kondisi di lokasi, sangatlah tidak mungkin untuk
membangun WC sesuai standar di masing–masing rumah lagi di lingkungan
tersebut, dikarenakan lokasinya yang sangat sempit. Kondisi bangunan bagian
atas WC bisa disesuaikan dengan standar rumah masing – masing, yang
83
terpenting adalah untuk memusatkan pembuangan limbah agar dapat
mengurangi pencemaran lingkungan.
4.5 Perencanaan Sistem Sanitasi
4.5.1. Dasar Perencanaan Pembuatan Pengolahan Limbah/Septic
Penanganan air limbah sangat penting karena sangat terkait dengan
kesehatan lingkungan yang secara langsung juga berpengaruh pada kesehatan
masyarakat. Sistem pembuangan limbah domestik kota terdapat beberapa sistem
sesuai dengan peruntukannya. Misalnya untuk daerah permukiman yang
terstruktur dan terletak di kawasan daratan biasanya menggunakan septic tank
baik secara individu dan komunal.
Pada lokasi permukiman yang tidak terstruktur seperti yang terjadi di
kawasan Kelurahan 11 Ulu, sebagian besar penduduk menggunakan sistem
individual misalnya septic tank, cubluk, dan saluran sungai sebagai tempat
pembuangan limbah. Air limbah yang dibuang berupa air bekas cucian, dapur dan
kamar mandi yang secara langsung dialirkan ke badan air sungai. Kawasan tepian
sungai sebagian besar membuang air limbah langsung ke badan air atau sungai.
Hal ini akan mempengaruhi kesehatan masyarakat di sekitar pemukinam sungai.
Beberapa hal yang menjadi dasar dari perencanaan pembuatan pengolahan
limbah di kawasan Kelurahan 11 Ulu harus mempertimbangkan hal–hal sebagai
berikut:
a. Sampai saat ini belum ada MCK masyarakat yang berada di lokasi paling
dekat dengan badan Sungai Musi di kawasan 3 RT (RT. 3, 5 dan 10) yang
memiliki system pengolahan air limbah yang memadai. Semua MCK baik
pribadi ataupun umum membuang limbahnya secara langsung ke Sungai
Musi;
b. Kawasan permukiman cendrung merupakan kawasan yang kumuh
disebabkan oleh padatnya penduduk, jarak bangunan sangat rapat, mayoritas
rumah terbuat dari kayu, dan jaringan infrastruktur yang kurang memadai.
Kondisi kawasan 11 Ulu yang sudah sedemikian padat menyebabkan tidak
memungkinkannya dibuat sistem sanitasi off site;
84
c. Hal-hal yang berkaitan dengan pembuangan air limbah di permukiman
tepian Sungai Musi adalah kurangnya sarana pembuangan limbah rumah
tangga, banyak rumah yang kamar mandinya tidak dilengkapi dengan septic
tank, sehingga kotoran dibuang begitu saja di kolong rumah, kurangnya
kesadaran penduduk akan lingkungan yang sehat, pengaruh pasang surut
yang membuat lingkungan tambah kotor;
d. Kawasan tepi sungai kondisinya masih belum memadai sebagai ruang
terbuka water front, karena tepian sungai banyak yang digunakan sebagai
kegiatan MCK dan banyaknya bangunan yang membelakangi sungai;
e. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi karena biasanya
mereka telah tinggal di kawasan tersebut secara turun menurun dan
kebiasaan membuang limbah secara langsung ke Sungai Musi pun dianggap
sebagai hal yang lumrah dan telah menjadi tradisi;
f. Masalah suplai air bersih bukanlah menjadi kendala, karena rata – rata
penduduk telah memasang saluran PDAM masing – masing;
g. Masyarakat sebenarnya telah memiliki WC/tempat mandi masing – masing
namun banyak yang belum sesuai standar, karena banyak yang masih
melaksanakan kegiatan tersebut di tangga belakang rumah ataupun dibagian
belakang-nya.
4.5.2. Dasar Pemilihan Alternatif Pengolahan Limbah/Septic
Seperti telah dijelaskan pada Sub Bab 2.2.2, dimana ada 6 (enam) pilihan
teknologi septic/pengolahan limbah bagian bawah, yaitu
1. Tangki Septik Konvensional
2. Anaerobic Baffled Reactor 3. Anaerobic Upflow Filter
4. Rotating Biological Contactor
5. Biofiltrasi
6. Tripikon-S dan T-Pikon-H
Dari ke-6 (enam) jenis pengolahan limbah tersebut, masing masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga nanti akan di dapatkan 1 pilihan
85
yang paling tepat untuk digunakan di lokasi kawasan pasang surut Kelurahan 11
Ulu Palembang. Ada beberapa asumsi umum yang menjadi parameter pemilihan
tersebut, yaitu spesifikasi, teknologi, biaya pembuatan, biaya pemeliharaan,
metode pelaksanaan, kapasitas, waktu, dan lokasi. Dari parameter yang disebutkan
di atas, maka akan dapat diketahui pilihan septic yang paling tepat. Secara
Detailnya dapat dilihat pada Tabel 4.10. Paramater Pemilihan Septic/Pengolahan
Limbah. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pengolahan limbah yang sesuai
dengan dengan kawasan pasang surut air sungai seperti kawasan 11 Ulu adalah
biofiltrasi dan Tripikon. Namun keduanya pun memiliki kelebihan dan
kekurangan masing – masing. Biofiltrasi memiliki teknologi tinggi, dengan
kapasitas yang tinggi, tetapi biayanya sangat mahal baik biaya pembelian dan
biaya pemeliharaannya. Sedangkan Tripikon memiliki teknologi yang sederhana,
namun biaya pembuatan dan pemeliharaannya murah dan bisa dijangkau oleh
masyarakat. Tripikon juga memiliki kelebihan lain, yaitu teknologi yang
sederhana membuatnya mudah untuk diaplikasikan kepada seluruh masyarakat di
berbagai kalangan.
Dari penelitian dan penyebaran kuisioner, bahwa mayoritas penduduk di
kawasan Kelurahan 11 Ulu adalah kalangan menengah ke bawah. Apabila
disesuaikan dengan kondisi dan keadaan tersebut, maka pilihan Tripikon adalah
yang tepat. Untuk wilayah daratan digunakan tripikon H (horizontal), sedangkan
Tripikon-S digunakan untuk di daerah perairan/pasang surut.
Dasar pertimbangan penentuan kriteria pemilihan sistem pengolahan limbah
yang sesuai dengan kondisi di wilayah Kelurahan 11 Ulu tepatnya di RT 3, 5 dan
10 telah di bahas pada Sub Bab 2.1.6.1, yaitu:
1. Berdasarkan pengolahan data kuisioner mengenai tingkat perekonomian
penduduk dimana masyarakat tergolong memiliki pendapatan rendah–sedang,
kepadatan penduduk sedang (150 – 300 Jiwa/Ha), maka berdasarkan Table
2.2. point 6, Metode Penerapan Sistem Air Limbah Berdasarkan Kriteria
Kepadatan Penduduk dan Suplai Air Bersih dari Ditjen Cipta Karya, 1991,
untuk kawasan Kelurahan 11 Ulu diterapkan sisten sanitasi on-site/sanitasi
pribadi bisa juga bersama dengan pertimbangan di tiap – tiap rumah sudah
ada tempat MCK walaupun sempit.
86
2. Masyarakat di RT 3, 5 dan 10 tersebut sudah banyak yang memasang saluran
PDAM, baik yang memasang meter sendiri ataupun yang menyambung
dengan tetangga masing – masing. Berdasarkan wawancara yang telah
dilakukan ke Ketua RT masing – masing, sekitar 40% warga mereka telah
memasang saluran PDAM di rumah masing – masing dan sebagian tetangga
lagi telah menyambung saluran dengan tetangga mereka, sehingga dapat
disimpulkan bahwa di kawasan tersebut memiliki suplay air sedang (30 -
60%) sesuai dengan tabel 2.2. point 6 maka disarankan sama halnya seperti
point 1 di atas.
3. Keadaan topografi tanah yang tidak memungkinkan untuk membuat septic
tank standar sangat tidak memungkinkan, sehingga pilihan teknologinya pun
harus disesuaikan dengan kondisi khusus, yaitu menggunakan metode sanitasi
pribadi dengan pembuangan air limbah menggunakan Tripikon – S.
4. Berdasarkan hasil survey dimana masyarakat sebenarnya telah memiliki
tempat mandi dan cuci darurat di rumah masing masing maka opsi dengan
membuatkan lubang WC sederhana kepada masing – masing rumah baik
yang telah memiliki WC ataupun yang masih melaksanakan membuang
limbah langsung ke sungai. Lubang WC tersebut menggunakan leher angsa
dan saluran pembuangannya dengan menggunakan Tripikon–S.
5. Pemilihan teknologi Tripikon – S adalah pilihan teknologi yang sederhana,
yang dapat dibuat oleh masing – masing keluarga dengan biaya yang ringan.
Bahkan dengan pelatihan khusus untuk pembuatan Tripikon – S yang
dilaksanakan kepada masyarakat, masyarakat tersebut dapat menjual
teknologi tersebut kepada keluarga lain yang tinggal di wilayah perairan yang
lain, sehingga lambat laun diharapkan teknologi ini dapat menyebar.
6. Pemeliharaan Tripikon-S sama seperti septic tank pada umumnya, tidak
memerlukan perawatan yang sangat khusus. Masalah perawatan ini akan di
bahas pada Sub Bab 4. 7.
Tabel 4.10. Parameter Pemilihan Septic/ Pengolahan Limbah
No. Pilihan Septic Bahan Teknologi
Biaya Metode Pelaksa
naan
Kapasitas
Waktu pengurasan
(Tahun) Lokasi
Pembuatan Pemeliharaan
1 Tangki Septik Konvensional
Bata Sederhana Konvensional dan harga tinggi
Murah Mudah Sedang Max 2 Darat & Perairan/Rawa
2 Anaerobic Baffled Reactor/Septiktank bersusun
Bata Tinggi Komunal (Rp. 49.200.000,- per 50
KK (200 jiwa) – Rp. 900.000/ KK)
Mahal Sedang Besar Max 2 Daratan
3 Anaerobic Upflow Filter/Septiktank Bersusun dengan Filter
Bata Tinggi Komunal (Rp.73.600.000,- per 50
KK/200 jiwa - Rp.1.500.000/KK)
Mahal Sedang Besar Max 2 Daratan
4 Rotating Biological Contactor
Bata Tinggi Komunal
Mahal Sedang Besar 1 - 2 Daratan
5 Biofiltrasi Fiber / tanki
Tinggi Komunal (Rp. 88.500.000,- per 40 KK - Rp. 3.650.000/KK,
harga tersebut belum ongkos kirim dari Jakarta)
Mahal Mudah Besar 1 - 2 Darat & Perairan/Rawa
6 Tripikon Pipa/ drum
Sederhana Individual (± Rp. 2.500.000 Juta/KK)
Murah Mudah Kecil 1 - 2 Darat & Perairan/Rawa
87
88
8. Hasil dari penyebaran kuisioner dan wawancara kepada masyarakat, bahwa
100% responden mengharapkan untuk memiliki sarana sanitasi pribadi di
rumah masing – masing. Masalah bentuk bagian atas septic akan
disesuaikan dengan kondisi WC di rumah masing – masing.
Atas pertimbangan kriteria di atas dan berdasarkan kebutuhan peningkatan
pelayanan, pengembangan, pembangunan sarana dan prasarana, keterbatasan
lahan serta kemampuan pembiayaan maka akan dilakukan perhitungan dalam
pembangunan sarana sanitasi yang akan dilakukan di kawasan ini, yaitu dengan
membuatkan sarana sistem pengolahan limbah individu dengan menggunakan
Tripikon–S di masing – masing rumah.
Usulan teknis yang dapat dilaksanakan untuk pembangunan Tripikon-S di
kawasan tepian Sungai Musi ini adalah:
a. Restrukturisasi/renovasi tangki septic yang ada dan dilengkapi dengan
bidang resapan. Jika memungkinkan diterapkan pengembangan dari tanki
septic konvensional menjadi tangki septic modern (Tripikon–S).
b. Perbaikan sistem seluruh sanitasi pribadi di masing rumah penduduk, agar
masyarakat memiliki lubang WC masing – masing. Pengolahan limbahnya
menggunakan Tripikon–S di masing –masing lubang.
4.5.3. Perencanaan Septictank Tripikon–S
Kelurahan 11 Ulu merupakan salah satu daerah pasang surut dimana muka
air tanahnya dangkal dan selalu tergenang air. Salah satu alternatif pengolahan
limbah domestik adalah Tripikon–S. Pipa Instalasi Tripikon–S dapat dibuat dari
pipa paralon atau dari drum aspal.
Sesuai dengan telah dibahas pada Sub Bab 2.1.2.2 dan Sub Bab 2.2.2.1,
bahwa Rata-rata Lumpur terkumpul l/orang/tahun (S) = 40 lt, untuk air limbah
dari KM/WC (IKK Sanitation Improvenment Programme, 1987) dan Air limbah
yang dihasilkan tiap orang/hari = 10 l/orang/hari (tangki septik hanya untuk
menampung limbah kakus). Hitungan volume lintasan juga dimensi Tripikon–S.
Perancangan Tripikon–S individual dapat dibuat dari pipa PVC. Dengan
menggunakan persamaan 2.2, 2.3 dan 2.4, maka di dapat volume septic yang bisa
89
di dapat adalah terlihat pada Tabel 4.11. berikut (detail perhitungan pada
Lampiran 4: Rencana Anggaran Biaya - Pekerjaan Pembangunan MCK Dan
Tripikon-S):
Tabel. 4.11. Perhitungan Penggunaan Pipa Berdasarkan Jumlah Pengguna
No Jumlah
Pengguna (Jiwa)
Kapasitas Tanki Septik
(M3)
Dimater Pipa Terluar (Inch)
1 1-5 0.30 10.00 2 6-10 0.59 14.00 3 11-15 0.88 17.00 4 16-20 1.16 20.00
Dari hasil penelitian yang dilakukan, penerapan Tripikon-S secara fungsional
sebagai septic tank individual memilki 6 bagian penting, yaitu inlet (lubang untuk
memasukan limbah tinja), pipa vent dan de-sludge (lubang untuk celah celah
pemasukan oksigen), pipa penyaluran gas yang menyalurkan gas dari ruang
pengumpul lumpur tinja yang telah melalui proses aerobic & anaerobic menuju
udara bebas, pipa besar sebagai pelimpah effluent (menyalurkan air yang sudah
mengalami proses perombakan & stabilisasi lumpur lewat proses anaerobic), dan
outlet sebagai tempat keluaran effluent hasil pengolahan. Hal ini akan mengurangi
kadar pencemaran air yang dibuang ke Sungai Musi.
4.5.4 Prototype Sanitasi dan MCK Pilihan Masyarakat
Ada 4 pilihan yang diinginkan masyarakat yang akan di bahas, yaitu:
1. Prototype Tripikon S tanpa closet; Prototype ini dipilih karena masyarakat
telah memiliki WC (Beton ataupun kayu) yang standar namun belum
memiliki septic-nya (Tipe 1);
2. Prototype Tripikon – S dengan menggunakan closet; Prototype ini dipilih
oleh masyarakat yang telah memuliki WC umumnya WC kayu, namun belum
ada closet/leher angsa dan septic-nya (Tipe 2);
90
3. Prototype MCK Kayu dan Tripikon S; Prototype ini dipilih oleh masyarakat
yang hanya memiliki WC seadanya (telah dibahas di sub bab 4.3) dan
disesuaikan dengan kondisi rumah yang ditempati masyarakat (Tipe 3);
4. Prototype MCK Batu dan Tripikon S; Prototype ini dipilih oleh masyarakat
yang umumnya tinggal di rumah semi permanen, dimana kondisi WC
eksisting mereka juga semi permanen, sehingga ingin mendapatkan keadaan
yang lebih baik (Tipe 4).
4.5.4.1 Tipe 1 - Instalasi Tripikon-S (Tanpa Closet)
Bagi WC yang telah memiliki leher angsa sebagai lubang pembuangan,
maka untuk instalasi Tripikon-S tidak lagi membetuhkan closet/leher angsa.
Untuk spesifikasi dan bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan Tripikon–
S adalah sebagai berikut:
1. Pipa yang paling dalam (pipa kecil) Ø pipa = 4" yang dapat disesuaikan
dengan ukuran leher angsa dari kloset;
2. Pipa sedang (pipa tengah) Ø pipa = 8" dan 10” sesuai dengan dimater pipa
besar;
3. Pipa besar (pipa luar) Ø pipa = 10”, 14”, 17”, dan 20“/drum dengan diameter
50 cm (sesuai hitungan di atas);
4. Celah antara pipa luar dan pipa sedang minimal 2 cm.;
5. Lobang-lobang bor pada pipa tengah mempunyai ukuran minimal Ø = 0,5 cm
terdiri dari 2 deret berjarak 4 cm;
6. Jarak deret bawah dari dasar TRIPIKON–S adalah 10 – 20 cm;
7. Lobang pada kaki berbentuk segiempat dengan ukuran (3 x 3) cm dan
berjumlah 4 buah;
8. Ruang pengapung yaitu jarak antara pipa terkecil dan pipa tengah adalah
setinggi > 20 cm.;
9. Panjang pipa besar digunakan dalam penelitian ini adalah 6 meter.
Catatan: Total panjang pipa yang direncanakan 6 m, yang tertanam ke dasar
sungai 1,5 m tinggi permukaan banjir 2,5 – 3 m, maka masih ada sisa pipa
tripikon yang keluar 1,5 – 2 m yang tidak terkena air. Dalam kondisi ini pipa
outlet dan pipa penguras tripikon akan aman dari airpasut.
91
Estimasi biaya konstruksi Tripikon-S untuk berbagai kapasitas, terlampir
pada Lampiran 6 dan rekapitulasi seperti terlihat pada Tabel 4.12 berikut (detail
perhitungan pada Lampiran 6 dan gambar pada Lampiran 5. Type 1: Instalasi
Tripikon-S tanpa Closet):
Tabel 4.12. Estimasi Biaya Konstruksi Tripikon–S (Tanpa Closet)
No Kapasitas
(Jiwa) Pipa Intake (∅ Inchi)
Biaya Konstruksi Tipe 1 (Rp)
1 1 - 5 10“ 2,567,000 2 6 - 10 14” 3,137,000 3 11 - 20 17” 4.454.500
4.5.4.2 Tipe 2 - Instalasi Tripikon-S (Dengan Closet)
Perbedaan tipe 1 dan 2 hanya pada unit closet/leher angsa yang akan
digunakan, untuk rumah yang memiliki WC tapi tidak memiliki closet/leher
angsa, agar pemanfaatan-nya dapat digunakan dengan normal. Estimasi biaya
konstruksi Tripikon-S untuk berbagai kapasitas, terlampir pada Lampiran 6 dan
rekapitulasi seperti terlihat pada Tabel 4.13 berikut (detail perhitungan pada
Lampiran 6 dan gambar pada Lampiran 5. Type 2: Instalasi Tripikon-S Dengan
Closet):
Tabel 4.13. Estimasi Biaya Konstruksi Tripikon–S (Dengan Closet)
No Kapasitas (Jiwa)
Pipa Intake (∅ Inchi)
Biaya Konstruksi Tipe 2 (Rp)
1 1 - 5 10“ 2,732,000 2 6 - 10 14” 3,302,000 3 11 - 20 17” 4,619,500
92
4.5.4.3 Tipe 3 - MCK Kayu Dengan Instalasi Tripikon-S
Sesuai dengan hasil survey yang telah dilaksanakan di RT. 3, 5, dan 10, dari
kuistioner bentuk jamban pilihan masyarakat, 57% (41 responden) memilih nomor
4 (Rumah Jamban Dinding Batu Bata dengan Atap), dan sisanya 43% (31
responden) memilih nomor 6 (Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 2/Jamban
untuk daerah banjir/pasang surut/rumah panggung. Maka 2 pilihan tersebut yang
akan dibuat prototype-nya khusus untuk bangunan bagian atas. untuk desain dan
RAB MCK sederhana dengan bahan utama dari kayu yang dapat diaplikasikan
untuk pemakaian di kawasan ini. Bangunan bagian atas ini akan dipadukan
dengan Tripikon–S yang telah dibahas pada Sub Bab 4.5.4, seperti terlihat pada
Lampiran 5. Type 3: MCK Kayu dengan Instalasi Tripikon-S.
Untuk spesifikasi dan bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan
MCK Kayu ini adalah sebagai berikut:.
1. Semua material terbuat dari kayu kelas 3
2. Pondasi menggunakan umpak kayu kukuran 10/10 x 4 m
3. Rangka atap menggunakan rangka kayu dan atap seng
4. Untuk Bagian pengolahan limbahnya menggunakan Tripikon-S.
Gambar pada Lampiran 5. Type 3: MCK Kayu dengan Instalasi Tripikon-S,
Dimensi (P X L) = (1,20 x 1,75) M (luas minimum WC berdasarkan Tabel 2.3 =
1,20 x 1,75 M) dan rincian biaya tipe 3 ini terlihat pada Tabel 4.15 berikut (detail
perhitungan pada Lampiran 6):
Tabel 4.14. Estimasi Biaya Konstruksi MCK Kayu Dan Tripikon-S
No Kapasitas (Jiwa)
Biaya Konstruksi Tripikon-S
Biaya Konstruksi Tipe 3 (x Rp.1.000)
∅ Pipa Biaya (x Rp.1.000) MCK Kayu MCK Kayu +
Tripikon-S
1 1 - 5 10" 2.567,0 2.000,0 4.567,0
2 6 - 10 14" 3.137,0 2.000,0 5.137,0
3 11 - 20 17" & 20" 4.454,5 2.000,0 6.454,5
93
4.5.4.4 Tipe 4 - MCK Batu Dengan Instalasi Tripikon-S
Untuk spesifikasi dan bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan
MCK Batu adalah sebagai berikut (Lihat Lampiran 5. Type 4: MCK Batu dengan
Instalasi Tripikon-S):
1. Pondasi dan dinding menggunakan batu bata
2. Pekerjaan sloof dan kolom menggunakan beton 1:2:3
3. Atap menggunakan rangka atap kayu dan seng
4. Untuk Bagian pengolahan limbahnya menggunakan Tripikon-S
Gambar pada Lampiran 5. Type 3: MCK Batu dengan Instalasi Tripikon-S,
Dimensi (P X L) = (1,5 x 2) M. (luas minimum WC berdasarkan Tabel 2.3 = 1,20
x 1,75 M) dan rincian biaya tipe 4 ini terlihat pada Tabel 4.15 berikut (detail
perhitungan pada Lampiran 6):
Tabel 4.15. Estimasi Biaya Konstruksi MCK Beton dan Tripikon-S
No Kapasitas
(Jiwa)
Biaya Konstruksi Tripikon-S
Biaya Konstruksi Type 4 (x Rp.1.000)
∅ Pipa Biaya
(x Rp.1.000) MCK Batu MCK Batu +
Tripikon-S
1 1 - 5 10" 2.567,0 5.200,0 7.767,0
2 6 - 10 14" 3.137,0 5.200,0 8.337,0
3 11 - 20 17" & 20" 4.454,5 5.200,0 9.654,5
4.5.5 Tripikon–S Sebagai Septic Komunal
Seyogyanya Tripikon-S bisa juga digunakan sebagai sarana instalasi
pengolahan limbah secara bersama/komunal. Namun banyak hal yang
dipertimbangkan untuk hal tersebut, yaitu:
1. Lokasi Tripikon–S sebagai septic komunal harus sesuai dengan tata ruang;
2. Pemilihan lokasi Tripikon–S di ujung muara pipa induk harus
mempertimbangkan aspek hidrolis dan aspek pembebasan lahan;
94
3. Aspek elevasi muka air yang turun naik sesuai dengan kondisi pasang surut
dan unsur gravitasi juga sangat menyulitkan untuk membuat Tripikon -S
sebagai IPAL.
Namun yang dapat dilakukan adalah menyatukan 4 sampai 5 unit WC di
rumah masyarakat dengan kapasitas pemakai total 20 jiwa untuk dijadikan 1
tempat septic-nya. Hal ini juga dapat dilakukan untuk menghemat biaya
pemasangan apabila masyarakat tidak sanggup untuk membuat dan memasang di
masing – masing rumah.
Telah di bahas di sub bab 4.5.4.1, bahwa nilai pemasangan septic Tripikon–
S untuk kapasitas 20 jiwa dengan menggunakan drum aspal yaitu sebesar
Rp.4.454.500. Hitungan ini belum ditambah dengan pemasangan pipa dari rumah
masing – masing ke lokasi Tripikon–S, yang diperkirakan masing – masong
rumah harus menambah pipa intake sepanjang lebih kurang 20 m dengan biaya
tambahan masing – masing rumah sekitar Rp.200.000 sampai dengan Rp.400.000.
4.6 Kemauan dan Kemampuan Masyarakat Untuk Mengaplikasikan
Teknologi Tripikon-S (Kuisioner Ke-2)
Kuisioner ini dibuat setelah selesai dilaksanakan penelitian dan perhitungan
terhadap pengolahan limbah yang paling sesuai untuk kondisi masyarakat di
lingkungan kelurahan 11 Ulu. Sosialisasi hasil penelitian dan pilihan prototype
yang terbaik bagi masyarakat dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon dari
masyarakat terhadap keinginan dan kemampuan masyarakat untuk merubah WC
eksisting yang digunakan
Di kuisioner ke-2 ini penulis hanya mengambil sampel yang lebih sedikit,
hanya melibatkan ketua RT, pengurus RT, kelompok BKM, dan beberapa
masyarakat yang mewakili dikarenakan keterbatasan waktu dan terutama sekali
ingin mendiskusikan ke-4 tipe yang telah didapat serta untuk mengetahui
kemampuan dan kemauan masyarakat untuk untuk memiliki dan membangun
MCK yang lebih baik. Di dalam kuisioner ini, akan disampaikan hasil penelitian
kepada masyarakat, pilihan prototype MCK dan besar biaya dari masing – masing
95
alternatif pilihan tersebut dan menyebarkan-nya kepada responden. Ada 4
indikator yang akan ditanyakan kepada responden, yaitu:
1. Data pribadi masyarakat;
2. Kondisi eksisting WC yang digunakan masyarakat;
3. Pengetahuan dan keinginan masyarakat terhadap sanitasi;
4. Pengetahuan dan keinginan masyarakat terhadap bantuan pemerintah.
4.6.1. Hasil Responden Berdasarkan Data Pribadi
Data pribadi responden diperlukan pada pembagian kuisioner kedua hanya
untuk mengetahui latar belakang responden survey kedua, dan hal ini tidak terlalu
berpengaruh pada hasil survey pertama. Setelah di laksanakan pengolahan data,
maka didapatkan hasil untuk data pribadi, yaitu untuk jenis kelamin responden
adalah 60% responden adalah perempuan dan 40% adalah laki – laki. Sebelum
kuisioner ini disebarkan telah dilaksanakan perbincangan dengan pihak dari
PNPM Mandiri Perkotaan dan bersedia untuk bertemu wakil masyarakat yang
difasilitasi oleh pihak PNPM Mandiri Perkotaan. Penyebaran kuisioner ini juga
hanya dilakukan di 4 titik, yaitu rumah ketua RT.3/RW.1, Rumah Ketua
RT.5/RW.2, dan Rumah sekretaris RT.10/RW.2, serta dilakukan juga di Kantor
Lurah. Hal inilah yang menyebabkan jumlah responden perempuan tidak sampai
70% seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan ke masing – masing - rumah
responden, juga adanya keterbatasan waktu. Untuk usia, 75% responden berusia di
atas 40 tahun dan 25% berusia di bawah 40 tahun. Untuk pekerjaan, 13%
responden bekerja sebagai pegawai, 10% sebagai buruh atau tukang ojek, 60%
berprofesi sebagai pedagang, dan 17% sebagai Ibu Rumah Tangga. Untuk
penghasilan di atas Rp.2.000.000 ada 13% responden, 40% responden memiliki
penghasilan antara Rp.1.000.000 - Rp.2.000.000, 47% responden memiliki
penghasilan tidak tetap antara Rp.500.000 - Rp.1.000.000. Penghasilan ini
berhubungan dengan pekerjaan respoden yang sebagian besar berprofesi sebagai
pedagang.
96
4.6.2. Kondisi Eksisting WC Yang Digunakan Masyarakat
Ada 3 pertanyaan yang diajukan kepada responden yang mewakili untuk
kondisi eksisting WC yang digunakan masyarakat. Pertanyaan pertama adalah
mengenai bahan bangunan/material yang digunakan. 10% responden menjawab
menggunakan WC permanen yang terbuat dari batu bata. Umumnya responden
yang menjawab ini memiliki rumah yang permanen juga. 60% responden
menjawab menggunakan WC kayu dan 3% menjawab menggunakan WC semi
permanen (responden ini umumnya memiliki rumah semi permanen dan rumah
panggung). 27% responden menjawab tidak memiliki WC pribadi. Dalam hal ini
responden menggunakan MCK umum dan ada juga yang langsung ke sungai.
Pertanyaan kedua menanyakan letak WC pribadi yang digunakan, 27%
menjawab tidak ada. Responden ini adalah respoden yang menjawab tidak
memiliki WC. 20% menjawab bahwa WC mereka terletak di lantai 1 baik di
samping, ataupun di depan dan di belakang rumah mereka. Dengan kata lain
terletak di luar rumah responden. WC ini umumnya terbuat dari kayu, dengan
lokasi di dekat tangga rumah warga, ada juga yang terletak di badan sungai. 10%
menjawab terletak di dalam rumah di lantai 1. Ini adalah responden yang
menggunakan WC permanen, karena rumah mereka memang terbuat dari batu.
43% menjawab bahwa WC terletak di lantai 2, bagian luar rumah. Ini umumnya
bentuk WC yang digunakan oleh pengguna rumah panggung dan rumah semi
permanen lainnya, karena di bagian bawahnya adalah air. Tidak ada yang
menjawab bahwa membuat WC di dalam rumah di lantai 2.
Sedangkan untuk ketersediaan septic, sama seperti jawaban di penyebaran
kuisioner 1, yaitu 100% KK tidak ada yang memiliki septic. Semuanya
menggunakan pipa pembuangan langsung ke sungai. Beberapa responden
mengetahui bahwa septic itu sangat penting, namun responden bingung untuk
membuat septic tank konvensional di rumah mereka, karena bagian bawah tanah
rumah mereka adalah aliran air sungai, dan pada saat digali langsung keluar mata
air.
97
4.6.3 Pengetahuan Dan Keinginan Masyarakat Terhadap Sanitasi
Ini adalah inti dari tujuan dilaksanakannya penyebaran kuisioner ke-2, yaitu
untuk mengetahui keinginan masyarakat dalam mengadakan perubahan bagi
lingkungan hidup. Dimulai dengan pertanyaan pertama ada 2% responden yang
telah mengikuti survey pertama dan dilanjutkan ke survey kedua. Mereka adalah
ketua RT 3 dan 5. 100% responden menjawab bahwa belum mengetahu tentang
teknologi Tripikon-S. Responden hanya mengetahui mengenai septic tank
konvensional. 67% Responden menjawab bahwa mereka mau untuk merubah
kondisi WC yang telah digunakan selama ini, baik hanya ingin merubah septicnya
saja, sampai ke bentuk WC-nya juga. Hal ini sangat baik, bila ada tanggapan
positif dari masyarakat yang diwakili oleh responden, tetapi yang menjadi
permasalahan adalah masalah biayanya, dimana penghasilan responden yang kecil
dan hanya cukup untuk makan sehari – hari saja. Hal inilah yang kemudian digali
lebih dalam, dan akan dibahas di sub bab 4.6.4.
Pertanyaan ke-4 menanyakan kepada responden mengenai prototype WC
pilihan responden. Telah dibahas pada sub bab sebelumnya bahwa ada 4 pilihan.
Pilihan pertama adalaha instalasi Tripikon – S saja (Tipe 1), yang hanya akan
digunakan oleh responden yang telah memiliki WC standar, tetapi belum
memiliki septic yang tepat, 27% responden memilih tipe ini karena mereka telah
memiliki WC dengan closet di bagian atasnya. Pilihan kedua adalah Instalasi
Tripikon–S dengan closed. 10% responden memilih tipe ke-2 ini. 56% responden
menjawab bahwa memilih MCK kayu yang dilengkapi dengan Tripikon–S karena
memang sebagian besar masyarakat menggunakan WC kayu yang tidak layak, dan
7% responden menjawab menginginkan MCK batu yang dilengkapi dengan
Tripikon–S. Responden telah memiliki WC, namun bentuknya belum standar
walau terbuat dari kayu, tetapi dindingnya ada yang hanya ditutup dengan seng,
kain, ataupun rumbia. Masyarakat juga menginginkan kondisi yang lebih baik.
Pertanyaan terakhir adalah mengenai kemauan & kemampuan masyarakat
dalam hal membiayai MCK pilihan mereka tersebut. Hasilnya 27% responden
mau untuk membiayai pilihan mereka tersebut (dari responden yang
berpenghasilan > Rp.2.000.000/bulan dan beberapa pedagang). Yang menjawab
“tidak” mau membiayainya sebanyak 73%. Hal ini dikarenakan penghasilan
98
mereka yang sangat kecil dan kehidupan yang sangat sulit. Hal ini menandakan
bahwa bantuan pemerintah sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
4.6.4 Pengetahuan Dan Keinginan Masyarakat Terhadap Program Bantuan
Pemerintah
Untuk mengkorelasikan program pemerintah yang sedang berjalan saat ini
di Kelurahan 11 Ulu, yaitu program bantuan pemerintah dalam hal ini PNPM
(Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri Perkotaan (P2KP).
Mengenai keberlanjutan dari hasil penelitian ini, yaitu bantuan pendanaan dari
program pemerintah PNPM Mandiri Perkotaan. 70% responden mengetahui
mengenai PNPM Perkotaan dan 100% responden mengharapkan bantuan dari
pemerintah melalui PNPM Perkotaan, walaupun dalam bentuk pinjaman bergulir.
Hal ini berdasarkan survey ke-2 yang telah dilakukan pada tanggl 30 April
2014 dengan pada Tabel 4.16. Hasil Survey Ke-2.
4.7. Sistem Pemeliharaan Tripikon-S
Pelaksanaan pemeliharaan ini dilakukan secara individual. Umumnya
pemeliharaan ini sama dengan pemeliharaan septic tank pada umumnya.
Pengurasan Tripikon–S minimal dilaksanakan 1 (satu) kali pertahun. Lakukan
pengurasan Tripikon-S di daerah pasang surut dengan pompa sembur, sedangkan
untuk di daerah darat dengan menggunakan pompa sedot. Permasalahan pada
Tripikon-S sama seperti pada septic tank, yaitu sering tersumbat. Oleh karena itu
jangan membuang tissue, kertas, dan barang lain ke dalam lubang WC.
99
Tabel4.16. Hasil Survey Ke-2
No Indikator PilihanJumlah
Responden Persentase
Laki-laki 12 40%Perempuan 18 60%
Jumlah 30 100%Di bawah 40 Tahun 10 25%Di atas 40 Tahun 30 75%
Jumlah 40 100%Pegawai (Swasta/PNS) 4 13%Buruh/Tukang Ojek 3 10%Pedagang 18 60%Ibu Rumah Tangga 5 17%
Jumlah 30 100%LEBIH DARI RP.2.000.000 4 13% RP. 2.000.000 - RP. 1.000.000 12 40%RP. 1.000.000 - RP. 500.000 14 47%KURANG DARI RP. 500.000. 0 0%
Jumlah 30 100%
PERMANEN (BATU) 3 10%TIDAK PERMANEN (KAYU) 18 60%SEDERHANA (SEMI PERMANEN) 1 3%TIDAK ADA 8 27%
Jumlah 30 100%SAMPING/BELAKANG/DEPAN RUMAH (Lt. 1) 6 20%DALAM RUMAH (Lt. 1) 3 10%SAMPING/BELAKANG/DEPAN RUMAH (Lt. 2) 13 43%DALAM RUMAH (Lt. 2) 0 0%TIDAK ADA 8 27%
Jumlah 30 100%Ada 0 0%
Tidak Ada 30 100%Jumlah 30 100%
Ya 2 7%Tidak 28 93%
Jumlah 30 100%Ya 0 0%Tidak 30 100%
Jumlah 30 100%Ya 20 67%Tidak 10 33%
Jumlah 30 100%TIPE 1 (Instalasi Tripikon-S saja) 8 27%
TIPE 2 (Instalasi Tripikon-S dengan Closet) 3 10%
TIPE 3 (MCK Kayu + Tripikon-S) 17 56%
TIPE 4 (MCK Batu + Tripikon-S) 2 7%Jumlah 30 100%
Ya 8 27%
Tidak 22 73%
Jumlah 30 100%
Ya 21 70%
Tidak 9 30%
Jumlah 30 100%
Ya 30 100%
Tidak 0 0%
Jumlah 30 100%
1Mengetahui mengenai PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP)
2Setuju bila pembuatan MCK dibantu PNPM P2KP
1. Data Pribadi
2. Kondisi Existing WC Masyarakat
3. Kondisi Pengetahuan dan Keinginan Masyarakat
4. Kondisi Pengetahuan dan Keinginan Masyarakat terhadap Program Pemerintah
3 Keinginan untuk merubah WC masyarakat
4 Prototipe pilihan Masyarakat
5Kemauan & kemampuan masyarakat untuk membiayai prototipe MCK
3 Ketersedian septic di WC masyarakat
1 Mengikuti Survey Pertama
2Pengetahuan mengenai Tripikon - S
4 Penghasilan
1 Kondisi WC existing warga
2 Lokasi WC eksisting warga
1 Jenis Kelamin
2 Usia
3 Pekerjaan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Dari hasil studi diperoleh hasil bahwa masyarakat Kelurahan 11 Ulu,
khususnya masyarakat yang tinggal di kawasan tepian Sungai Musi
(RT.3/RW.1, RT.5/RW.2 dan RT.10/RW.2) memiliki perilaku hidup tidak
bersih dan tidak sehat, dimana telah menjadi kebiasaan secara turun
menurun membuang kotoran dan sampah langsung ke sungai, sehingga
tercipta sanitasi yang tidak baik. Hasil penelitian terhadap 72 (tujuh puluh
dua) responden yang telah dilakukan, didapatkan kondisi eksisting system
sanitasi dan pengolahan limbah secara non teknis dan teknis adalah sebagai
berikut:
• Kondisi Rumah: Panggung terbuat dari kayu sebanyak 71%, Semi
Permanen sebanyak 21%, dan Bangunan Permanen dari batu sebanyak
8%;
• Tempat Mandi, mencuci, BAB dan BAK Masyarakat: Yang memiliki
WC Pribadi sebanyak 57%; ke sungai sebanyak 24%; menggunakan
WC Umum sebanyak 19%. Dari 57% responden yang menggunakan
WC pribadi tersebut, terdapat konstruksi bangunan MCK-nya tidak
permanen sebanyak 90%, terbuat dari papan, dengan atau tanpa
penutup, lokasi WC terletak di bagian depan ataupun bagian belakang
rumah, dan kondisinya masih jauh dari standar kesehatan. WC
Permanen sebanyak 10% bangunannya sesuai dengan kondisi rumah
tinggal responden. Dari penelitian didapatkan bahwa 100% masih
membuang limbah ke sungai dan WC/MCK tersebut tidak memiliki
tanki septic, dimana semuanya membuang limbah langsung ke sungai.
Untuk tempat MCK umum bantuan dari program pemerintah
kondisinya juga kurang terawat dan kelompok pemakai serta
pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik;
100
101
• Pemahaman masyarakat untuk tempat pembuangan limbah masih
sangat rendah, dimana sebanyak 85% ke sungai; ke septic sebanyak
12%; dan 3% membuang langsung di bawah rumah panggung mereka
yang terletak di atas rawa–rawa dan sungai;
• Untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam kegiatan rumah tangga,
sebanyak 66% menggunakan air dari PDAM, sedangkan lainnya
menggunakan air hujan (8%), air tanah (14%) dan air sungai (12%).
Untuk air minum mayoritas menggunakan air dari PDAM (86%) dan air
tanah (14%), demikian juga untuk memasak menggunakan air PDAM
sebanyak 80% dan air tanah sebanyak 20%. Untuk mencuci digunakan
air PDAM (42%), air hujan (5%); air tanah (21%) dan air sungai (32%).
Untuk mandi penggunaan air PDAM (42%), air hujan (5%), air tanah
(21%) dan air sungai (32%);
• Perilaku hidup yang tidak bersih dan tidak sehat tersebut di atas,
tercermin dari beberapa penyakit yang sering dialami masyarakat, yaitu
penyakit kulit (47%), muntaber (40%) dan penyakit diare (13%);
• Dari hasil pemeriksaan Sarana Pembuangan Kotoran/Jamban diperoleh
nilai skor resiko pencemaran 84%, ini adalah resiko pencemaran yang
sangat tinggi terjadi di kawasan tepian Sungai Musi ini. Rata–rata
rumah tangga membuang kotoran ke sungai. Untuk Sarana Pembuangan
Air Limbah, nilai skor resiko pencemaran 91% (sangat tinggi). Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya septic tank di rumah warga. Walaupun
memiliki WC, namun salurannya langsung dibuang ke sungai. Dan dari
Inspeksi Sarana Pembuangan Sampah diperoleh nilai skor resiko
pencemaran 96% (sangat tinggi). Hasil skor pencemaran tersebut
menyatakan bahwa di tepian Sungai Musi sangat tinggi resiko
pencemaran akibat sampah.
2. Berdasarkan alternatif pilihan sarana sanitasi MCK yang diinginkan
masyarakat adalah Rumah Jamban Dinding Batu Bata dengan Atap
sebanyak 57% dan Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 2 (Jamban untuk
daerah banjir/pasang surut/rumah panggung) sebanyak 43%. Dan dari
kondisi pencemaran yang telah terjadi, serta dari desain dengan kondisi
102
rumah yang ada serta instalasi pengolahan limbahnya di masing-masing
rumah yang tepat untuk pengolahan limbah rumah adalah septik Tripikon-S
(Tanpa atau dengan Closet) dan MCK Kayu/Batu dengan septik Tripikon-S.
Teknologi Konstruksi Tripikon-S dipilih berdasarkan kondisi eksisting
rumah-rumah masyarakat yang berada di tepian sungai dan berbentuk
panggung, daerah pasang surut/banjir, lahan yang terbatas, mudah
dikerjakan oleh masyarakat dan dapat mengoptimalkan material lokal
dengan biaya yang murah. Prosentase Pilihan masyarakat atas tipe
infrastruktur sanitasi adalah sebagai berikut:
• Tipe 1: Instalasi Tripikon-S (Tanpa Closet) = 27%;
• Tipe 2: Instalasi Tripikon-S (Dengan Closet) = 10%;
• Tipe 3: MCK Kayu dengan Instalasi Tripikon-S = 56%;
• Tipe 4: MCK Batu dengan Instalasi Tripikon-S = 7%.
3. Estimasi biaya kontruksi yang diperlukan untuk pembangunan sistem
pengolahan limbah yang sesuai dengan kondisi eksisting wilayah Kelurahan
11 Ulu (khususnya di tepian Sungai Musi) seperti yang disebutkan pada
point ke-2 di atas adalah sebagai berikut:
• Biaya Tipe 1 - Instalasi Tripikon-S (Tanpa Closet): Rp.2.567.000 s/d
Rp.4.454.500;
• Biaya Tipe 2 - Instalasi Tripikon-S (Dengan Closet): Rp.2.732.000 s/d
Rp.4.619.500;
• Biaya Tipe 3 - MCK Kayu dengan Instalasi Tripikon-S: Rp.4.567.000
s/d Rp.6.454.500;
• Biaya Tipe 4 - MCK Batu dengan Instalasi Tripikon-S: Rp.7.767.000
s/d Rp.9.654.500. Besaran biaya tersebut tergantung kepada kapasitas yang diperlukan.
4. Kondisi pengetahuan dan keingingan masyarakat didapat 100% responden
belum mengetahui tentang teknologi Tripikon–S dan sebanyak 67%
respoden menjawab bahwa mereka ingin merubah WC mereka agar sehat
dan layak, sedangkan 33% responden tidak mau merubah, hal ini
dikarenakan mereka tidak memiliki WC dan tidak memiliki cukup dana
untuk membuat WC serta faktor kebiasaan yang turun temurun. Serta 73%
103
responden menjawab tidak mampu untuk membiayai pembuatan WC
pilihan mereka, dan 27% menjawab sanggup untuk membiayai konstruksi
MCK yang dipilihnya.
5.2. Saran
1. Sehubungan dengan keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang sanitasi
(salah satunya cara pengolahan limbah, metode septik, instalasi tripikon,
dan lain lain), maka perlu sosialiasi dan capacity building untuk masyarakat
sekitar.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menilai/mengevaluasi kinerja
Konstruksi Tripikon-S dan sistem pemeliharaan serta operasionalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Cahyadi, Efrinda Ari Ayuningtyas, dan Bayu Argadyanto Prabawa, 2013,
“Urgensi Pengelolaan Sanitasi Dalam Upaya Konservasi
Sumberdaya Air Di Kawasan Karst Gunungsewu Kabupaten
Gunungkidul”, Indonesian Journal of Conservation.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), 2011, “Modul Rekayasa
Lingkungan – Bab 3 Air Limbah”.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/rekayasa_lingkungan/bab
3_air_limbah.pdf, Jakarta
Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 2002, “SNI 03-2398-2002 - Tata Cara
Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan”,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Bappeda Kota Palembang (2008), “Laporan Akhir - Penyusunan DED Air
Limbah Pasang Surut 3-4 Ulu dan 36 Ilir Palembang”, CV. Kaditarin
Perdana, Palembang.
Bappeda Kota Palembang, 2013, “Standarisasi Harga Satuan Upah, Bahan
Bangunan dan Gedung”, Palembang.
Chandra, B., 2007, “Pengantar Kesehatan Lingkungan”. Kedokteran EGC,
Jakarta.Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003, “Brosur
Tripikon-S Tiga Pipa Konsentris – Septik”, Universitas Yogyakarta,
Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Ditjen Pengendalian Penyakit &
Penyehatan Lingkungan, 2005, “Panduan Teknis, Pemanfaatan
dan Pemeliharaan Sarana Air Bersih Non Perpipaan”, WSLIC-2,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 2005, “60 Tahun Perjalanan Membangun
Bangsa Menuju Masyarakat yang Adil dan Sejahtera”,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
104
105
Departemen Permukiman dan Pengembangan, Wilayah, 2002, “Dirjen
Pengembangan Perdesaan, Buku Petunjuk Tentang Rural
Water Supply and Sanitation Project (ADB 1352-INO)”,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Jambi Sub Dinas Pembinaan Kesehatan Lingkungan,
2005, “Pedoman Inspeksi Sanitasi dan Sarana Air Bersih
Lingkungan Perumahan”, Jambi.
Dinar Putranto, 2005, “Buku Petunjuk Penulisan Tesis Program Studi Teknik
Sipil”, Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya, Palembang.
Direktur Jendral Cipta Karya Departeman PU, 2009, “Pedoman Pelaksanaan
PAMSIMAS di Tingkat Masyarakat”, Pamsimas, Jakarta.
Direktur Jendral Cipta Karya Departeman PU, 2009, “Informasi Sarana
Sanitasi”, Pamsimas, Jakarta.
Enrico Rahadi Djonoputro, Isabel Blackett, Almud Weitz, Alfred Lambertus,
Reini Siregar, Ikabul Arianto dan Job Supangkat, 2010, “Buku
Penuntun Opsi Sanitasi yang Terjangkau untuk Daerah Spesifik”,
Water and Sanitation Program (WSP), Jakarta.
H. Subagyo, 2006, “Karakteristik Pengelolaan dan Pengelolaan Lahan Rawa”.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian.Bogor, Bogor.
Husein Umar, 2008, “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”,
Edisi Kedua, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Ikatan Ahli Teknik Lingkungan Indonesia/IATPI, 2012, “Tangki Bio-Filter
IATPI - Anaerobic Fluidized Bed Bio-Filter”, Jakarta.
Ikatan Ahli Teknik Lingkungan Indonesia/IATPI - PT. Biofilter Sanitasi
Indonesia -, 2012, “Panduan Harga Biofilter”, Jakarta.
Imam Syarifudin, 2013, “Solusi Sanitasi di Kawasan Muka Air Tinggi, Rawa,
Pantai, Sungai”, http://www.lptp.or.id/articles-
detail.php?id=8&topic=1366696887, LPTP (Lembaga Pengem-
bangan Masyarakat Pedesaan), Surakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum, 2010, “Modul 4 – Topik: Prasarana Dasar
Infrastruktur PNPM”, P2KP, Jakarta.
106
Kementerian Pekerjaan Umum, 2008, “Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 16 - 2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman”,
Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
Kompas, 2010, “Diperkirakan 3 Target MDGs Sulit Tercapai”, PT. Kompas
Media Nusantara, Jakarta, 18 September 2010, Hal. 1, Jakarta.
LKM Bintang Lima, 2009, “Dokumen Perencanaan Jangka Menengah dan
Rencana Tahunan”, Program Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan, Palembang.
Majalah Percik, 2007, “Isu Gender Dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi”,
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja
AMPL), Jakarta
Masrur Alatas, 2013, “Pengolahan Limbah Cair - Tripikon”, EcoCom Dev
Indonesia, Yogyakarta.
Mary Selintung & Miranda R. Malamassam, 2011, “Pengolahan Air Limbah
Rumah Tangga Pada Lahan Sempit”, Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin, PRO SID ING 201 1, Makassar.
Mustafa Kemal, 2012, “Anda tinggal di Perumahan?Waspadalah!”, Kompasiana,
Jakarta.
Oswar Mungkasa, 2012, “Presentasi Informasi Pilihan Teknologi Sanitasi”,
Bappenas, Jakarta.
Rahmadi, 2006, “Strategi Sanitasi Lingkungan Permukiman di Bantaran
Sungai Musi di Kota Sekayu Kabupaten Banyuasin”, Tesis
program Pasca Sarjana Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman,
Institut Teknologi Surabaya.
Revianty Nurmeyliandari, 2010, “Studi Penyiapan Sarana Sanitasi di Desa
Sungsang Kabupaten Banyuasin”,Tesis Program Pasca Sarjana
Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya, Palembang.
107
Sekretaris Kabinet, 2001, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82
Tahun 2001 - Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air”, Sekretaris Kabinet, Jakarta.
Soekirno, Purnomo, 2003, “Manajemen Pemeliharaan Infrastruktur”, Jakarta.
Soeparman dan Suparmin, 2002, “Pembuangan Tinja & Limbah Cair (Suatu
Pengantar)”, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sugiyono, 2005, “Memahami Penelitian Kualitatif”, Alfabeta, Bandung.
Sugiyono, 2009, “Statistika untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung.
The Water and Sanitation Program, 2011, “Buku Penuntun Opsi Sanitasi
Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik”, WSP, Jakarta.
Tim Penyusun Karya Tulis Ilmiah Universitas Sriwijaya, 2013. “Pedoman
Umum Penulisan Karya Tulis Ilmiah”, Universitas Sriwijaya,
Palembang.
Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS), 2010, “Bergerak Bersama dengan
Strategi Sanitasi Kota”, TTPS, Jakarta.
Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS), 2010, “Buku Referensi – Opsi
Sistem dan Teknologi Sanitasi”, TTPS, Jakarta.
Waspola, 2008, “Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia”,
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.
Water and Sanitation Program (WSP), 2011, “Informasi Pilihan Jamban
Sehat”, Water and Sanitation Program (WSP), Jakarta.
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya
Lampiran 1:
Survey Penelitian Tesis (Lembar Kuisioner)
Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
108
SURVEY PENELITIAN TESIS
KUISIONER
TEMA ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI (STUDI KASUS DI KELURAHAN 11 ULU – KOTA PALEMBANG)
Program Studi Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
LEMBAR PERTANYAAN (No. Quistioner: ..............) DIAGNOSA TINGKAT RESIKO PENCEMARAN
DATA LOKASI PROVINSI : SUMATERA SELATAN Nomor Rumah : ______________ KOTA : PALEMBANG Nama Kepala Rumah Tangga : ______________ KECAMATAN : SEBERANG ULU II Tanggal Wawancara : ____________ 2013 KELURAHAN : 11 Ulu Jam Wawancara : ____ - ____ WIB. RW/RT : ____ / ____ Pewancara
Cara memberikan jawaban adalah dengan cara memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia dengan memberi tanda “ √ ” pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. A. Soal no 1- 7 untuk mengetahui tingkat perekonomian masyarakat.
NO PERTANYAAN JAWABAN RESPONDEN KE
1 Nama responden ..........................................................................
2 Usia responden TAHUN
3 Jenis Pekerjaan A. PEGAWAI NEGERI ATAU SWASTA B. WIRASWASTA / DAGANG C TUKANG OJEK / BURUH LEPAS D. ………………………………………….
4 Jenis Kelamin A. PEREMPUAN B. LAKI - LAKI
5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini ditempati?
A. MILIK SENDIRI B. MILIK ORANG TUA/ KELUARGA C. KONTRAK/ SEWA
1. HARIAN 2. BULANAN 3. TAHUNAN
D. DINAS/INSTANSI/ JABATAN E. LAINNYA (SEBUTKAN)
6 Berapa besar penghasilan anda sebulan?
A. LEBIH DARI RP.2.000.000,- B. RP. 2.000.000,- - RP. 1.000.000,- C. RP. 1.000.000,- - RP. 500.000,- D. KURANG DARI RP. 500.000,-
7 Kondisi rumah : A. KAYU (PANGGUNG ) B. PERMANEN C. SEMI PERMANEN
1 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI (STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
B. KUISIONER BERIKUT UNTUK MENGETAHUI TINGKAT PENGETAHUAN, KESADARAN DAN KEBIASAAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI
1 Dimana anda memperoleh air bersih?
AIR HUJAN AIR TANAH AIR SUNGAI LAIN-LAIN ...............................
2 Untuk minum biasanya anda menggunakan air yang berasal dari :
AIR HUJAN AIR TANAH AIR SUNGAI LAIN-LAIN ...............................
3 Untuk memasak biasanya anda menggunakan air yang berasal dari :
AIR HUJAN AIR TANAH AIR SUNGAI LAIN-LAIN ...............................
4 Untuk mandi biasanya anda menggunakan air yang berasal dari :
AIR HUJAN AIR TANAH AIR SUNGAI LAIN-LAIN ...............................
5 Dimana anda biasanya mandi?
KAMAR MANDI DI RUMAH KAMAR MANDI UMUM LANGSUNG KE SUNGAI
6 Untuk mencuci baju dan mencuci
piring biasanya anda menggunakan air?
AIR HUJAN AIR TANAH AIR SUNGAI LAIN-LAIN ...............................
7 Dimana anda biasanya BAB dan BAK?
KAMAR MANDI DI RUMAH KAMAR MANDI UMUM LANGSUNG KE SUNGAI
8 Menurut pendapat Bapak/Ibu/sdr/i, tempat pembuangan limbah yang
benar adalah ?
TEMPAT PEMBUANGAN LIMBAH (SEPTIK ) SUNGAI LAINNYA ................
9 Dalam kurun waktu 10 Tahun
terakhir, penyakit apa yang paling sering diderita oleh penduduk ?
DIARE MUNTABER KERUSAKAN GIGI PENYAKIT KULIT DAN LAIN – LAIN ...................
2 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI (STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
C. INSPEKSI SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN SARANA PEMBUANGAN KOTORAN/JAMBAN
No Pertanyaan Resiko pencemaran
YA TIDAK 1 Apakah jarak dari lubang penampungan kotoran atau dinding
resapan jamban kurang dari 10 meter dari sumber air bersih
2 Apabila jarak lubang penampungan kotoran atau dinding resapan kurang dari 10 m apakah letak lubang/resapan tersebut terletak di bagian yang lebih tinggi dari sumber air?
3 Apakah air buangan dari septik tank kotoran dialirkan ke sungai/kolam/laut?
4 Apakah luas slab jamban kurang dari 1 m2? 5 Apakah konstruksi rumah jamban dapat menimbulkan
kecelakaan (tinggi pintu ke atap kurang dari 1,5 M)?
6 Apakah jamban tidak dilengkapi pipa ventilasi? 7 Apakah di dalam jamban/di sekitar jamban terdapat lalat? 8 Apakah lantai jamban kotor? 9 Apakah jamban tidak dilengkapi baik air? 10 Apakah di jamban tidak tersedia sabun?
T O T A L D. INSPEKSI SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN
SARANA PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA No Pertanyaan Resiko pencemaran
YA TIDAK 1 Apakah air limbah dibuang begitu saja sehingga mencemari
lingkungan?
2 Apakah jarak dari lubang penampungan limbah dengan sumber air bersih kurang dari 10 m ?
3 Apabila jarak lubang penampungan air limbah kurang dari 10 m, apakah letak lubang resapan tersebut terletak di bagian yang lebih tinggi dari sumber air?
4 Apakah saluran limbah tersumbat/tidak lancar? 5 Apakah lubang/saluran air limbah terbuka? 6 Apakah air limbah menimbulkan genangan air? 7 Apakah SPAL tersebut sebagai tempat berkembang biak
nyamuk?
8 Apakah sekitar lubang penampungan air limbah banyak lalat? T O T A L
3 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI (STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
E. INSPEKSI SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN SARANA PEMBUANGAN SAMPAH RUMAH TANGGA
No Pertanyaan Resiko pencemaran
YA TIDAK 1 Apakah di dalam rumah tidak tersedia tempat sampah? 2 Apakah tempat sampat tersebut kedap air? 3 Apakah sampah dibuang ke selokan/sungai? 4 Apabila tempat sampah berupa galian, apakah sampah tertutup
tanah?
5 Apakah tempat pembuangan sampah letaknya dekat sumber air? 6 Apakah di tempat pembuangan sampah terdapat banyak lalat? 7 Apakah tempat pembuangan sampah menimbulkan bau? 8 Apakah jarak TPA/TPS ke pemukiman kurang dari 50 M? T O T A L
F. KUISIONER BERIKUT UNTUK MENGETAHUI SUMBER DANA,
KEINGINAN MASYARAKAT DAN MASALAH KESINAMBUNGAN DARI PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN SARANA SANITASI
1 Dari mana sumber dana pembangunan jamban yang anda gunakan?
SWADAYA SENDIRI BANTUAN PEMERINTAH LAIN-LAIN ...............................
2 Dari mana sumber dana pembangunan tempat sampah rumah tangga2
SWADAYA SENDIRI BANTUAN PEMERINTAH LAIN-LAIN ...............................
3 Bagaimana sanitasi yang diharapkan oleh masyarakat
KOMUNAL ( UMUM ) MASING – MASING LAIN – LAIN ……………………
4 Bagaimana sarana tempat sampah yang diharapkan oleh masyarakat?
DI SETIAP RUMAH (MASING MASING) KOMUNAL LAIN – LAIN ………………………
5 Bagaimana pemeliharaan sarana sanitasi yang telah dibangun oleh Pemerintah?
DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT DILAKUKAN OLEH PETUGAS YANG TELAH DIBAYAR MASYARAKAT LAIN – LAIN ……………………………..
4 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI (STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
G. QUISIONER BENTUK JAMBAN PILIHAN MASYARAKAT
NO TYPE JAMBAN PILIHAN NO TYPE JAMBAN PILIHAN
1
Rumah Jamban Dinding Kayu dengan Atap Seng
2
Rumah Jamban Dinding Gedek dengan Atap
3
Rumah Jamban Dinding Batu Bata dan Gedek dengan Atap
4
Rumah Jamban Dinding Batu Bata dengan Atap
5
Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 1 (Jamban dengan permukaan ditinggikan)
6
Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 2 (Jamban untuk
daerah banjir/pasang surut/rumah panggung)
7
Model Jamban Sehat Kondisi Khusus 3 (Sistem sanitasi komunal untuk daerah padat penduduk)
5 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI (STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya
Lampiran 2:
Survey Penelitian Tesis (Lembar Kuisioner II - Lanjutan)
Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
109
SURVEY PENELITIAN TESIS
KUISIONER KE-2 (LANJUTAN)
TEMA ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI (STUDI KASUS DI KELURAHAN 11 ULU – KOTA PALEMBANG)
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
Questioner II
SURVEY UNTUK MENGETAHUI KEINGINAN
MASYARAKAT UNTUK MEMPERBAIKI LINGKUNGAN DI KELURAHAN 11 ULU RT 3, 5, DAN 10
I. PENDAHULUAN
Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang sering kali kurang
mendapatkan perhatian dan menjadi prioritas pembangunan di beberapa
daerah. Buruknya kondisi sanitasi berpengaruh terhadap menurunnya kualitas
lingkungan hidup.
Kawasan 11 Ulu – Palembang merupakan kawasan padat penduduk yang
sangat terpengaruh dengan pasang surut air Sungai Musi. Minimnya
pengetahuan dan kesadaran warga akan sanitasi menyebabkan kawasan
tersebut menjadi lingkungan yang tidak sehat dan terancam kelestariannya
akibat dari pembuangan limbah yang sembarangan.
Berdasarkan analisis hasil survey pertama yang telah dilaksanakan oleh
penulis, kondisi eksisting, keterbatasan lahan dan keinginan responden maka
diharapkan diperoleh system sanitasi di MCK masing – masing yang terbaik
dan salah satu alternative teknik penanganan limbah domestic pada lokasi
dimaksud di atas yang murah dan mudah pembuatannya adalah dengan
menggunakan instalasi TRIPIKON-S. Instalasi TRIPIKON-S adalah 3 (tiga)
pipa septic masing-masing dengan ukuran berbeda yang dipasang secara
konsentris, dipasang tegak lurus dan di pakai untuk menangani limbah
organic dari rumah tangga, industri maupun limbah organik lainnya.
II. TUJUAN PELAKSANAAN SURVEY
Survey ini melanjutkan dari survey pertama. Tujuan pelaksanaan survey ke
dua ini adalah untuk melihat keinginan dan kemauan masyarakat untuk
merubah lingkungan di kawasan Kelurahan 11 Ulu, menuju ke kondisi yang
lebih baik, salah satunya adalah dengan merubah MCK dan pengolahan
1 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI
(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
Questioner II
limbah masyarakat di Kelurahan11 Ulu khususnya di RT.3/RW.1,
RT.5/RW.2 dan RT.10/RW.2 karena lokasi di 3 RT ini adalah yang paling
dekat dengan pinggiran sungai Musi.
III. HASIL SURVEY PERTAMA
Setelah dilaksanakan survey yang pertama, didapatkan perhitungan estimasi
biaya tripikon dengan ∅ yang berbeda sesuai jumlah pemakai di KK masing
–masing sebagai berikut:
Adapun bentuk gambar desain MCK yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat di kawasan 11 Ulu dapat dilihat pada gambar di samping ini dan
halaman berikut:
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4
Tripikon-STripikon-S &
Closet MCK KayuMCK Kayu &
Tripikon-S MCK BatuMCK Batu &
Tripikon-S
1 1 - 5 10" 2.567.000,00 2.732.000,00 2.000.000 4.567.000,00 5.200.000 7.767.000,00
2 6 - 10 14" 3.137.000,00 3.302.000,00 2.000.000 5.137.000,00 5.200.000 8.337.000,00
3 11 - 20 17" & 20" 4.454.500,00 4.619.500,00 2.000.000 6.454.500,00 5.200.000 9.654.500,00
No Kapasits ∅ Pipa
2 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI
(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
Questioner II
Panjang Pipa 6 M (Ukuran ∅ 10”; 14”; 17”; 20”)
Panjang Pipa 6 M (Ukuran ∅ 10”; 14”; 17”; 20”)
Ukuran: (1.20 x 1.75) M
Ukuran: (1.50 x 2.00) M
Tipe 1: Instalasi Tripikon-S
Tipe 2: Instalasi Tripikon-S
dengan Closet
Tipe 3: MCK Kayu + Tripikon-S
Tipe 4: MCK Batu + Tripikon-S
3 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI (STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
Questioner II
LEMBAR PERTANYAAN (No. Quistioner: ..............)
DATA LOKASI PROVINSI : SUMATERA SELATAN Nomor Rumah : ___________________________
KOTA : PALEMBANG Nama Kepala Rumah : ___________________________
KECAMATAN : SEBERANG ULU II Tanggal Wawancara : 30 April 2014
KELURAHAN : 11 Ulu Jam Wawancara : ______ - ______ WIB.
RW/RT : ____ / ____ Pewancara : M. Nur
Cara memberikan jawaban adalah dengan cara memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia dengan memberi tanda “ √ ” pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
NO PERTANYAAN JAWABAN RESPONDEN
1 Nama ........................................... L/ P
2 Usia TAHUN
3 Jenis Pekerjaan A. PEGAWAI NEGERI ATAU SWASTA B. WIRASWASTA / DAGANG C TUKANG OJEK / BURUH LEPAS D. ………………………………………….
4 Penghasilan perbulan? A. LEBIH DARI RP.2.000.000,- B. RP. 2.000.000,- - RP. 1.000.000,- C. RP. 1.000.000,- - RP. 500.000,- D. KURANG DARI RP. 500.000,-
5 Bagaimana kondisi WC yang anda gunakan sekarang?
A. PERMANEN (BATU) B. TIDAK PERMANEN (KAYU) C. SEDERHANA (SEMI PERMANEN) D. TIDAK ADA
6 Dimana lokasi WC anda saat ini? A. SAMPING/BELAKANG/DEPAN RUMAH (LANTAI 1)
B. DALAM RUMAH (LANTAI 1) C. SAMPING/BELAKANG/DEPAN
RUMAH (LANTAI 2) D. DALAM RUMAH (LANTAI 2) E. TIDAK ADA
4 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI
(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
Questioner II
NO PERTANYAAN JAWABAN RESPONDEN
7 WC memiliki pengolahan limbah/Septik?
A. YA B. TIDAK KETERANGAN TAMBAHAN : .......................................................................
8 Dari Pertanyaan No.7, jika Ya, apa jenis pengolahan limbah/Septik yang dimiliki?
A. SEPTIKTANK DARI BATU BATA B. SEPTIKTANK DARI BUIS BETON C. DAN LAIN – LAIN
(...............................................................)
9 Apakah anda telah mengikuti survey awal?
A. YA B. TIDAK
10 Apakah Anda mengetahui tentang Tripikon–S (Instalasi TRIPIKON-S adalah 3 pipa septic masing-masing dengan ukuran berbeda yang dipasang secara konsentris, dipasang tegak lurus dan di pakai untuk menangani limbah)?
A. YA B. TIDAK
11 Apakah anda ingin WC anda lebih baik?
A. YA B. TIDAK
12 Dari tipe-tipe pilihan hasil penelitian di atas, tipe yang mana yang anda pilih dan sesuai dengan kondisi rumah anda saat ini?
A. TIPE 1 (Instalasi Tripikon-S saja) B. TIPE 2 (Instalasi Tripikon-S dengan Closet) C. TIPE 3 (MCK Kayu + Tripikon-S) D. TIPE 4 (MCK Batu + Tripikon-S) KETERANGAN TAMBAHAN : .......................................................................
13 Dari pertanyaan No. 12 di atas, apakah anda bersedia dan sanggup membiayai pembangunan pilihan tersebut?
A. YA B. TIDAK
14 Apakah anda mengenal program PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP)/
A. YA B. TIDAK
5 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI
(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
Questioner II
NO PERTANYAAN JAWABAN RESPONDEN
15 Apakah anda setuju apabila Program PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP) membantu pembuatan WC ataupun Tripikon–S melalui pembiayaan pembangunan dan atau pinjaman bergulir?
A. YA B. TIDAK
Catatan tambahan : …………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
6 KAJIAN PENANGANAN SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI
(STUDY KASUS DI KELURAHAN 11 ULU PALEMBANG)
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya
Lampiran 3:
Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden)
Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
110
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)
DATA RESPONDEN
Provinsi : Sumatera Selatan Kecamatan : Seberang Ulu II
Kota : Palembang Kelurahan : 11 Ulu
No.
QuistionerRW/RT
Nama Kepala
Rumah TanggaTanggal Wawancara
Jam
WawancaraPewancara
1 3 Bp. Seno 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
2 3 Bp. Nardi 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
3 3 Bp. Syamsul Bahri 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
4 3 Bp. Bunyani 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
5 3 Bp. Fahrul Rizal 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
6 3 Bp. Sutarman 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
7 3 Bp. Ekp 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
8 3 Bp. M. Syahri 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
9 10 Bp. Bahtiar 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
10 10 Bp. Didi 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
11 10 Bp. M Yasin 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
12 10 Bp. Sartono 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
13 10 Bp. Afriansyah 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
14 10 Bp. M. Nasin 17 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
15 5 Bp. M. Kurnain 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
16 5 Bp. Sukamto 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
17 5 Bp. John Sahibi 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
18 5 Bp. Wakijan 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
19 5 Bp. Yusri Dewan 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
20 5 Bp. Yanto ( ALM ) 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
21 3 Bp. Zulkifli 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
22 3 Bp. Widardi 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
23 3 Bp. Mat Soleh ( ALM ) 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
24 3 Bp. Iskandar 18 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
25 3 Bp. Jonsi 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
26 3 Bp. Tomi 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
27 3 NBp. Alex 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
28 3 Bp. Radiman 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
29 3 Bp. A. Rohin 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
30 3 Bp. Lekad 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
31 3 Bp. Sumito 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
32 3 Bp. Nursito (ALM ) 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
33 3 Bp. Supardi 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
34 3 Bp. Karsan 19 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
35 10 Bp. Supri 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
36 10 Bp. Kijun 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
37 10 Bp. Nur 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 2
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
No.
QuistionerRW/RT
Nama Kepala
Rumah TanggaTanggal Wawancara
Jam
WawancaraPewancara
38 10 Bp. Ahmad 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
39 10 Bp. Saiful 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
40 10 Bp. Sabran 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
41 5 Bp. Salam 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
42 5 Bp. Nupi 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
43 5 Bp. Jefri 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
44 5 Bp. Zandi 20 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
45 3 Bp. Haryo ( ALM ) 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
46 3 Bp. Eka 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
47 3 Bp. Gusdi 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
48 3 Bp. Ridwan 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
49 3 Ibu. Juli 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
50 5 Bp. Alam 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
51 5 Bp. Narsianto 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
52 5 Bp. Soni 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
53 5 Bp. Mat Namin 21 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
54 5 Bp. Iqbal 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
55 5 Bp. Taswan 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
56 5 Bp. Reza 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
57 5 Bp. Ujang 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
58 5 Bp. Edwin 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
59 5 Bp. Junaidi 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
60 3 Bp. Rian 22 Desember 2013 10.00-14.30 Widodo
61 3 Bp. Didi 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
62 3 Ibu. Desi 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
63 3 Bp. Hapis 22 Desember 2013 10.00-14.30 M. Faisal
64 10 Bp. Herizal 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
65 10 Bp. Munawar ( ALM ) 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
66 10 Bp. Erik 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
67 10 Ibu Linda 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
68 10 Bp. Asmal 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
69 10 Bp. Hendri 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
70 10 Bp. Imam 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
71 10 Bp. Iwan 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
72 10 Ibu Novia 23 Desember 2013 10.00-14.30 M. Nur
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 2
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)
A. TINGKAT PEREKONOMIAN MASYARAKAT
Jenis Kelamin Status Pemilikan Rumah1
Penghasilan per Bulan
(Rp)2 Kondisi Rumah
3
P L A B C-1 C-2 C-3 D E A B C D A B C
1 2 3 4 5 6 7
1 Ibu Sunarti 44 Dagang 1 1 1 1
2 Ibu. Ros 28 BHL 1 1 1 1
3 Ibu. Salbiya 45 BHL 1 1 1 1
4 Bp. Bunyani 39 Pegawai 1 1 1 1
5 Ibu Sri 41 Dagang 1 1 1 1
6 Ibu Siti 45 BHL 1 1 1 1
7 Ibu Nela 27 Pegawai 1 1 1 1
8 Ibu Maryam 46 BHL 1 1 1 1 1
9 Ibu Nurmala 49 Dagang 1 1 1 1
10 Ibu Indah 38 Dagang 1 1 1 1
11 Ibu Jannah 28 Dagang 1 1 1 1
12 Ibu Seli 37 Dagang 1 1 1 1
13 Ibu Debi 36 Ibu Rumah Tangga 1 1 1 1
14 Ibu Poni 33 Dagang 1 1 1 1
15 Bp. M. Kurnain 40 BHL 1 1 1 1
16 Ibu Jamilah 26 Pegawai 1 1 1 1
17 Ibu Sefti 45 Dagang 1 1 1 1
18 Ibu Nurhayati 50 Pegawai 1 1 1 1
19 Bp. Yusri Dewan 25 BHL 1 1 1 1
20 Ibu Asna 44 Dagang 1 1 1 1
21 Ibu Suci 37 Dagang 1 1 1 1
22 Bp. Widardi 25 BHL 1 1 1
23 Ibu Semiyem 48 Pegawai 1 1 1 1
24 Ibu Reni 29 Dagang 1 1 1 1
25 Ibu Mariati 27 Dagang 1 1 1 1
26 Ibu Tina 36 Dagang 1 1 1 1
No.Nama Responden Usia Jenis Pekerjaan
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 3
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
Jenis Kelamin Status Pemilikan Rumah1
Penghasilan per Bulan
(Rp)2 Kondisi Rumah
3
P L A B C-1 C-2 C-3 D E A B C D A B C No.
Nama Responden Usia Jenis Pekerjaan
27 NBp. Alex 39 BHL 1 1 1 1
28 Ibu Rika 48 Pegawai 1 1 1 1
29 Bp. A. Rohin 28 Pegawai 1 1 1 1
30 Ibu Neneng 44 Dagang 1 1 1 1
31 Bp. Sumito 49 BHL 1 1 1 1
32 Ibu. Milah 50 Dagang 1 1 1 1
33 Ibu Pipit 29 Pegawai 1 1 1 1
34 Idu Dijah 42 BHL 1 1 1 1
35 Bp. Supri 39 BHL 1 1 1 1
36 Ibu Santi 26 Dagang 1 1 1 1
37 Ibu Fera 40 Ibu Rumah Tangga 1 1 1 1
38 Ibu Lince 27 BHL 1 1 1 1
39 Bp. Saiful 45 Pegawai 1 1 1 1
40 Bp. Sabran 43 BHL 1 1 1 1
41 Ibu Ning 43 Pegawai 1 1 1 1
42 Ibu eni 29 Dagang 1 1 1 1
43 Ibu Pur 41 Dagang 1 1 1 1
44 Ibu Eliya 39 Pegawai 1 1 1 1
45 Ibu Wati 48 BHL 1 1 1 1
46 Ibu hani 28 Dagang 1 1 1 1
47 Ibu Faujiah 50 Pegawai 1 1 1 1
48 Ibu Des 45 Dagang 1 1 1 1
49 Ibu. Juli 27 BHL 1 1 1 1
50 Bp. Alam 46 BHL 1 1 1 1
51 Ibu Mimi 48 Dagang 1 1 1 1
52 Ibu Indah 26 BHL 1 1 1 1
53 Ibu Puspita 49 Pegawai 1 1 1 1
54 Ibu Sari 39 Dagang 1 1 1 1
55 Bp. Taswan 25 BHL 1 1 1 1
56 Ibu Elpin 48 Dagang 1 1 1 1
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 3
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
Jenis Kelamin Status Pemilikan Rumah1
Penghasilan per Bulan
(Rp)2 Kondisi Rumah
3
P L A B C-1 C-2 C-3 D E A B C D A B C No.
Nama Responden Usia Jenis Pekerjaan
57 Ibu Ranti 26 Dagang 1 1 1 1
58 Ibu Mey 49 Dagang 1 1 1 1
59 Bp. Junaidi 28 Pegawai 1 1 1 1
60 Ibu Susi 39 BHL 1 1 1 1
61 Bp. Didi 29 BHL 1 1 1 1
62 Ibu. Desi 38 Dagang 1 1 1 1
63 Ibu Endah 27 Dagang 1 1 1 1
64 Ibu Tiwi 42 Dagang 1 1 1 1
65 Ibu Salimah 43 BHL 1 1 1 1
66 Bp. Erik 45 BHL 1 1 1 1
67 Ibu Linda 28 Dagang 1 1 1 1
68 Ibu Yemi 41 BHL 1 1 1 1
69 Bp. Hendri 38 BHL 1 1 1 1
70 Ibu Etik 29 Dagang 1 1 1 1
71 Ibu. Nurul 37 Dagang 1 1 1 1
72 Ibu Novia 29 BHL 1 1 1 1
Jumlah 72 56 16 18 31 0 12 11 0 0 15 25 32 0 51 6 15
Prosentase 78% 22% 25% 43% 0% 17% 15% 0% 0% 21% 35% 44% 0% 71% 8% 21%
Keterangan:
1
2
3
A. MILIK SENDIRI; B. MILIK ORANG TUA/KELUARGA; C. KONTRAK/SEWA:1. HARIAN/2. BULANAN/3. TAHUNAN; D. DINAS/INSTANSI/JABATAN; E. LAINNYA
(SEBUTKAN)
A. LEBIH DARI RP.2.000.000,-; B. RP. 2.000.000,- - RP. 1.000.000,-; C. RP. 1.000.000,- - RP. 500.000,-; D. KURANG DARI RP. 500.000,-.
A. KAYU (PANGGUNG ); B. BATU PERMANEN; C. SEMI PERMANEN
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 3 of 3
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)
B. TINGKAT PENGETAHUAN, KESADARAN DAN KEBIASAAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI
Sumber Air Bersih Sumber Air Minum Sumber Air Memasak Sumber Air Untuk MandiTempat Biasa Untuk
Mandi
Sumber Air Untuk Cuci Baju
& Piring
Tempat Biasa BAB &
BAK
Tempat Pembuangan
Limbah Yang Benar
Penyakit Yang Sering Diderita
Masyarakat (10 Tahun Terakhir)
Hujan Tanah Sungai Dll. Hujan Tanah Sungai Dll. Hujan Tanah Sungai Dll. Hujan Tanah Sungai Dll.KM
Rumah
KM
UmumSungai Hujan Tanah Sungai Dll.
KM
Rumah
KM
UmumSungai Septik Sungai Dll. Diare
Muntab
erGigi Kulit Dll.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1
No.
Responden
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 2
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
Sumber Air Bersih Sumber Air Minum Sumber Air Memasak Sumber Air Untuk MandiTempat Biasa Untuk
Mandi
Sumber Air Untuk Cuci Baju
& Piring
Tempat Biasa BAB &
BAK
Tempat Pembuangan
Limbah Yang Benar
Penyakit Yang Sering Diderita
Masyarakat (10 Tahun Terakhir)
Hujan Tanah Sungai Dll. Hujan Tanah Sungai Dll. Hujan Tanah Sungai Dll. Hujan Tanah Sungai Dll.KM
Rumah
KM
UmumSungai Hujan Tanah Sungai Dll.
KM
Rumah
KM
UmumSungai Septik Sungai Dll. Diare
Muntab
erGigi Kulit Dll.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
No.
Responden
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1
49 1 1 1 1 1 1 1 1 1
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1
52 1 1 1 1 1 1 1 1 1
53 1 1 1 1 1 1 1 1 1
54 1 1 1 1 1 1 1 1 1
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1
56 1 1 1 1 1 1 1 1 1
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1
60 1 1 1 1 1 1 1 1 1
61 1 1 1 1 1 1 1 1 1
62 1 1 1 1 1 1 1 1 1
63 1 1 1 1 1 1 1 1 1
64 1 1 1 1 1 1 1 1 1
65 1 1 1 1 1 1 1 1 1
66 1 1 1 1 1 1 1 1 1
67 1 1 1 1 1 1 1 1 1
68 1 1 1 1 1 1 1 1 1
69 1 1 1 1 1 1 1 1 1
70 1 1 1 1 1 1 1 1 1
71 1 1 1 1 1 1 1 1 1
72 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 6 10 9 47 0 10 0 62 0 14 0 58 4 15 23 30 41 14 17 4 15 23 30 41 14 17 9 61 2 9 29 0 34 0
Prosentase 8% 14% 13% 65% 0% 14% 0% 86% 0% 19% 0% 81% 6% 21% 32% 42% 57% 19% 24% 6% 21% 32% 42% 57% 19% 24% 13% 85% 3% 13% 40% 0% 47% 0%
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 2
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)
C. RESIKO PENCEMARAN SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN SARANA PEMBUANGAN KOTORAN/JAMBAN
Jarak dari lubang
penampungan kotoran
atau dinding resapan
jamban kurang dari 10
meter dari sumber air
bersih
Jarak lubang
penampungan kotoran
atau dinding resapan
kurang dari 10 m &
letak lubang/resapan
tersebut terletak di
bagian yang lebih tinggi
dari sumber air
Air buangan dari
septik tank kotoran
dialirkan ke
sungai/kolam/laut
Luas slab
jamban kurang
dari 1 m2
Konstruksi rumah
jamban dapat
menimbulkan
kecelakaan (tinggi pintu
ke atap kurang dari 1,5
M)
Jamban tidak
dilengkapi
pipa ventilasi
Di dalam
jamban/di
sekitar jamban
terdapat lalat
Lantai jamban
kotor
Jamban tidak
dilengkapi
baik air
Di jamban
tidak tersedia
sabun
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak S 9-10 S 6-8 S 3-5 S 0-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
No.
Responden
Rekap Nilai Skor
(Hanya Jawaban "Ya")Total
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 2
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
Jarak dari lubang
penampungan kotoran
atau dinding resapan
jamban kurang dari 10
meter dari sumber air
bersih
Jarak lubang
penampungan kotoran
atau dinding resapan
kurang dari 10 m &
letak lubang/resapan
tersebut terletak di
bagian yang lebih tinggi
dari sumber air
Air buangan dari
septik tank kotoran
dialirkan ke
sungai/kolam/laut
Luas slab
jamban kurang
dari 1 m2
Konstruksi rumah
jamban dapat
menimbulkan
kecelakaan (tinggi pintu
ke atap kurang dari 1,5
M)
Jamban tidak
dilengkapi
pipa ventilasi
Di dalam
jamban/di
sekitar jamban
terdapat lalat
Lantai jamban
kotor
Jamban tidak
dilengkapi
baik air
Di jamban
tidak tersedia
sabun
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak S 9-10 S 6-8 S 3-5 S 0-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
No.
Responden
Rekap Nilai Skor
(Hanya Jawaban "Ya")Total
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
61 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
63 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
64 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 1
65 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
66 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
67 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1
68 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
69 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
72 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1
Jumlah : 55 55 0 55 0 55 0 55 0 55 0 55 0 55 0 55 0 42 13 26 29 46 9 0 0
Prosentase 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 76% 24% 47% 53% 84% 16% 0% 0%
Keterangan:
* Khusus untuk responden yang memiliki MCK pribadi maupun MCK umum (yang melakukan kegiatan mandi, BAB, BAK, dan mencuci) yaitu sebanyak 55 kuisioner.
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 2
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)
D. RESIKO PENCEMARAN SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN SARANA PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA
Air limbah dibuang
begitu saja sehingga
mencemari lingkungan
Jarak dari lubang
penampungan limbah
dengan sumber air bersih
kurang dari 10 m
Jarak lubang penampungan
air limbah kurang dari 10 m,
apakah letak lubang resapan
tersebut terletak di bagian
yang lebih tinggi dari sumber
air.
Saluran limbah
tersumbat/tidak lancar
Lubang/saluran air
limbah terbuka
Air limbah
menimbulkan
genangan air
SPAL tersebut sebagai
tempat berkembang
biak nyamuk
Sekitar lubang
penampungan air
limbah banyak lalat
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak S 6-8 S 3-5 S 0-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 3 5 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 3 5 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 3 5 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
33 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1 3 5 1
36 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
46 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
No.
Responden
Rekap Nilai Skor
(Hanya Jawaban "Ya")Total
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 2
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
Air limbah dibuang
begitu saja sehingga
mencemari lingkungan
Jarak dari lubang
penampungan limbah
dengan sumber air bersih
kurang dari 10 m
Jarak lubang penampungan
air limbah kurang dari 10 m,
apakah letak lubang resapan
tersebut terletak di bagian
yang lebih tinggi dari sumber
air.
Saluran limbah
tersumbat/tidak lancar
Lubang/saluran air
limbah terbuka
Air limbah
menimbulkan
genangan air
SPAL tersebut sebagai
tempat berkembang
biak nyamuk
Sekitar lubang
penampungan air
limbah banyak lalat
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak S 6-8 S 3-5 S 0-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
No.
Responden
Rekap Nilai Skor
(Hanya Jawaban "Ya")Total
47 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
51 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
53 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
55 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
56 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
57 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
58 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
59 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
60 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
61 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
63 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
64 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
65 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
66 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
67 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
68 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
69 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
72 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
Jumlah : 55 54 1 54 1 55 0 33 22 22 33 51 4 50 5 43 12 50 5 0
Prosentase 98% 2% 98% 2% 100% 0% 60% 40% 40% 60% 93% 7% 91% 9% 78% 22% 91% 9% 0%
Keterangan:
* Khusus untuk responden yang memiliki MCK pribadi maupun MCK umum (yang melakukan kegiatan mandi, BAB, BAK, dan mencuci) yaitu sebanyak 55 kuisioner.
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 2
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)
E. RESIKO PENCEMARAN SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN SARANA PEMBUANGAN SAMPAH RUMAH TANGGA*
Di dalam rumah tidak
tersedia tempat sampah
Tempat sampat tersebut
kedap air
Sampah dibuang ke
selokan/sungai
Tempat sampah
berupa galian,
apakah sampah
tertutup tanah
Tempat
pembuangan
sampah letaknya
dekat sumber air
Di tempat
pembuangan
sampah terdapat
banyak lalat
Tempat
pembuangan
sampah
menimbulkan bau
Jarak TPA/TPS ke
pemukiman kurang
dari 50 M
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak S 6-8 S 3-5 S 0-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
33 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1 3 5 1
36 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
No.
Responden
Rekap Nilai Skor
(Hanya Jawaban "Ya")Total
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 2
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
Di dalam rumah tidak
tersedia tempat sampah
Tempat sampat tersebut
kedap air
Sampah dibuang ke
selokan/sungai
Tempat sampah
berupa galian,
apakah sampah
tertutup tanah
Tempat
pembuangan
sampah letaknya
dekat sumber air
Di tempat
pembuangan
sampah terdapat
banyak lalat
Tempat
pembuangan
sampah
menimbulkan bau
Jarak TPA/TPS ke
pemukiman kurang
dari 50 M
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak S 6-8 S 3-5 S 0-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
No.
Responden
Rekap Nilai Skor
(Hanya Jawaban "Ya")Total
46 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
47 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
51 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
53 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
55 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
56 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
57 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
58 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
59 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
60 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
61 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
63 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
64 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
65 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
66 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
67 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1
68 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
69 1 1 1 1 1 1 1 1 6 2 1
72 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1
Jumlah 54 1 54 1 55 0 35 20 25 30 53 2 53 2 46 9 53 2 0
Prosentase 98% 2% 98% 2% 100% 0% 64% 36% 45% 55% 96% 4% 96% 4% 84% 16% 96% 4% 0%
Keterangan:
* Khusus untuk responden yang memiliki MCK pribadi maupun MCK umum (yang melakukan kegiatan mandi, BAB, BAK, dan mencuci) yaitu sebanyak 55 kuisioner.
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 2
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)
F. SUMBER DANA, KEINGINAN MASYARAKAT DAN MASALAH KESINAMBUNGAN DARI PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN SARANA SANITASI
Sumber dana pembangunan jamban yang
digunakan
Sumber dana pembangunan tempat sampah
rumah tanggaSanitasi yang diharapkan oleh masyarakat
Sarana tempat sampah yang diharapkan
oleh masyarakat
Pemeliharaan sarana sanitasi yang telah
dibangun oleh Pemerintah
Swadaya Sendiri Pemerintah Lain-lain Swadaya Sendiri Pemerintah Lain-lain Komunal Maing-masing Lain-lain Setiap Rumah Komunal Lain-lain Masyarakat Petugas Lain-lain
1 2 3 4 5
1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1
22 1 1 1 1 1
23 1 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 1
26 1 1 1 1 1
27 1 1 1 1 1
28 1 1 1 1 1
29 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 1
31 1 1 1 1 1
32 1 1 1 1 1
33 1 1 1 1 1
34 1 1 1 1 1
35 1 1 1 1 1
36 1 1 1 1 1
No.
Responden
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 2
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
Sumber dana pembangunan jamban yang
digunakan
Sumber dana pembangunan tempat sampah
rumah tanggaSanitasi yang diharapkan oleh masyarakat
Sarana tempat sampah yang diharapkan
oleh masyarakat
Pemeliharaan sarana sanitasi yang telah
dibangun oleh Pemerintah No.
Responden37 1 1 1 1 1
38 1 1 1 1 1
39 1 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 1
45 1 1 1 1 1
46 1 1 1 1 1
47 1 1 1 1 1
48 1 1 1 1 1
49 1 1 1 1 1
50 1 1 1 1 1
51 1 1 1 1 1
52 1 1 1 1 1
53 1 1 1 1 1
54 1 1 1 1 1
55 1 1 1 1 1
56 1 1 1 1 1
57 1 1 1 1 1
58 1 1 1 1 1
59 1 1 1 1 1
60 1 1 1 1 1
61 1 1 1 1 1
62 1 1 1 1 1
63 1 1 1 1 1
64 1 1 1 1 1
65 1 1 1 1 1
66 1 1 1 1 1
67 1 1 1 1 1
68 1 1 1 1 1
69 1 1 1 1 1
70 1 1 1 1 1
71 1 1 1 1 1
72 1 1 1 1 1
Jumlah 56 4 12 14 13 45 0 72 0 12 60 0 0 4 68
Prosentase 78% 6% 17% 19% 18% 63% 0% 100% 0% 17% 83% 0% 0% 6% 94%
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 2
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)
G. BENTUK JAMBAN PILIHAN MASYARAKAT
Rumah Jamban
Dinding Kayu dengan
Atap Seng
Rumah Jamban
Dinding Gedek dengan
Atap
Rumah Jamban
Dinding Batu Bata dan
Gedek dengan Atap
Rumah Jamban
Dinding Batu Bata
dengan Atap
Model Jamban Sehat
Kondisi Khusus 1 (Jamban
dengan permukaan
ditinggikan)
Model Jamban Sehat Kondisi
Khusus 2 (Jamban untuk
daerah banjir/pasang
surut/rumah panggung)
Model Jamban Sehat Kondisi
Khusus 3 (Sistem sanitasi
komunal untuk daerah padat
penduduk)
1 2 3 4 5 6 7
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 1
7 1
8 1
9 1
10 1
11 1
12 1
13 1
14 1
15 1
16 1
17 1
18 1
19 1
20 1
21 1
22 1
23 1
24 1
No.
Responden
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 1 of 3
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
Rumah Jamban
Dinding Kayu dengan
Atap Seng
Rumah Jamban
Dinding Gedek dengan
Atap
Rumah Jamban
Dinding Batu Bata dan
Gedek dengan Atap
Rumah Jamban
Dinding Batu Bata
dengan Atap
Model Jamban Sehat
Kondisi Khusus 1 (Jamban
dengan permukaan
ditinggikan)
Model Jamban Sehat Kondisi
Khusus 2 (Jamban untuk
daerah banjir/pasang
surut/rumah panggung)
Model Jamban Sehat Kondisi
Khusus 3 (Sistem sanitasi
komunal untuk daerah padat
penduduk)
1 2 3 4 5 6 7
No.
Responden
25 1
26 1
27 1
28 1
29 1
30 1
31 1
32 1
33 1
34 1
35 1
36 1
37 1
38 1
39 1
40 1
41 1
42 1
43 1
44 1
45 1
46 1
47 1
48 1
49 1
50 1
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 2 of 3
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 3
Rumah Jamban
Dinding Kayu dengan
Atap Seng
Rumah Jamban
Dinding Gedek dengan
Atap
Rumah Jamban
Dinding Batu Bata dan
Gedek dengan Atap
Rumah Jamban
Dinding Batu Bata
dengan Atap
Model Jamban Sehat
Kondisi Khusus 1 (Jamban
dengan permukaan
ditinggikan)
Model Jamban Sehat Kondisi
Khusus 2 (Jamban untuk
daerah banjir/pasang
surut/rumah panggung)
Model Jamban Sehat Kondisi
Khusus 3 (Sistem sanitasi
komunal untuk daerah padat
penduduk)
1 2 3 4 5 6 7
No.
Responden
51 1
52 1
53 1
54 1
55 1
56 1
57 1
58 1
59 1
60 1
61 1
62 1
63 1
64 1
65 1
66 1
67 1
68 1
69 1
70 1
71 1
72 1
Jumlah 0 0 0 41 0 31 0
Prosentase 0% 0% 0% 57% 0% 43% 0%
L.3. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden) 3 of 3
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya
Lampiran 4:
Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden)
Kuisioner Ke-2 (Lanjutan)
Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
111
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang
Lampiran 4
L.4. Daftar Hasil Survey (Jawaban Responden)_Questioner ke-2_140509 1 of 13
DAFTAR HASIL SURVEY (JAWABAN RESPONDEN)
QUESTIONER KE-2
Provinsi : Sumatera Selatan Tanggal Wawancara : 30 April 2014Kota : Palembang Pewancara : M. NurKecamatan/Kelurahan : Seberang Ulu II/11 Ulu
Penghasilan per Bulan(Rp)1 Kondisi WC saat ini2 Lokasi WC anda saat ini3
WC memiliki pengolahan
limbah/Septik
Jenis pengolahan limbah/Septik yang
dimiliki4Mengikuti
survey awal
Mengetahui tentang
Tripikon–S
Ingin WC anda lebih
baik
Pilihan tipe yang sesuai dengan kondisi rumah anda saat ini5
Bersedia dan sanggup
membiayai pembangunan
pilihan tersebut
Mengenal Program PNPM Mandiri
Perkotaan (P2KP)
Setuju apabila Program PNPM Mandiri Perkotaan
(P2KP) membantu pembuatan WC ataupun
Tripikon–S melalui pembiayaan pembangunan dan atau pinjaman bergulir
P L A B C D A B C D A B C D E Ya Tidak A B C Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Ibu Suci 1 41 Pedagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Ibu Norma 1 40 IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Bp. Sulyadi 1 46 Tukang Ojek 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Bp. Nurdin 1 42 Pegawai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Ibu Sunarti 1 44 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Bp. Roni 1 51 BHL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 Bp. Bunyani 1 39 Pegawai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Ibu Ana 1 34 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Bp. Leman 1 43 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 110 Ibu. Maya 1 37 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 111 Bp. Ali 1 41 Pedagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 112 Ibu Nurul 1 39 IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 113 Bp. Deri 1 44 Tukang Ojek 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 114 Ibu Resna 1 38 Pegawai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 115 Ibu Aty 1 31 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 116 Bp. Muhajir 1 46 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 117 Ibu Pikoh 1 47 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 118 Bp. Nasrul 1 51 Pedagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 119 Ibu Silmi 1 44 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 120 Bp. Agus 1 46 Pedagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 121 Ibu Tati 1 41 IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 122 Bp. Pur 1 35 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 123 Ibu Sari 1 55 Pedagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 124 NBp. Rido 1 43 Pedagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 125 Ibu Fatma 1 41 IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 126 Ibu Ika 1 39 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 127 Ibu Desi 1 50 Pegawai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 128 Ibu Reni 1 48 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 129 Ibu Despa 1 35 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 130 Ibu Diah 1 46 Dagang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 30 18 12 4 12 14 0 3 18 1 8 6 3 13 0 8 0 30 0 0 0 2 28 0 30 20 10 8 3 17 2 8 22 21 9 30 0Prosentase 60% 40% 13% 40% 47% 0% 10% 60% 3% 27% 20% 10% 43% 0% 27% 0% 100% 0% 0% 0% 7% 93% 0% 100% 67% 33% 27% 10% 56% 7% 27% 73% 70% 30% 100% 0%Keterangan:
1 A. LEBIH DARI RP.2.000.000; B. RP. 2.000.000 - RP. 1.000.000; C. RP. 1.000.000 - RP. 500.000; D. KURANG DARI RP. 500.000.2 A. PERMANEN (BATU); B. TIDAK PERMANEN (KAYU); C. SEDERHANA (SEMI PERMANEN); D. TIDAK ADA3 A. SAMPING/BELAKANG/DEPAN RUMAH (LANTAI 1); B. DALAM RUMAH (LANTAI 1); C. SAMPING/BELAKANG/DEPAN RUMAH (LANTAI 2); D. DALAM RUMAH (LANTAI 2); E. TIDAK ADA4 A. SEPTIKTANK DARI BATU BATA; B. SEPTIKTANK DARI BUIS BETON; C. DAN LAIN – LAIN5 A. TIPE 1 (Instalasi Tripikon-S saja); B. TIPE 2 (Instalasi Tripikon-S dengan Closet); C. TIPE 3 (MCK Kayu + Tripikon-S); D. TIPE 4 (MCK Batu + Tripikon-S)
No. Nama Responden Usia Jenis Pekerjaan
Jenis Kelamin
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya
Lampiran 5:
Typikal MCK & Tripikon-S
Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
112
Lampiran 5:
Type 1:. Konstruksi Tripikon-S (Tanpa Closet)
Perhitungan Penggunaan Pipa Berdasarkan Jumlah Pengguna:
No Jumlah
Pengguna (Jiwa)
Kapasitas Tanki Septik
(M3)
Dimater Pipa Terluar (Inch)
1 1-5 0.30 10.00 2 6-10 0.59 14.00 3 11-15 0.88 17.00 4 16-20 1.16 20.00
±250 - 300 Cm.
Muka Air Max
600 Cm.
50 Cm.
100 - 200 Cm.
150 - 200 Cm.
Limbah dari Closet
113 - 1
Lampiran 5:
Type 2:. Konstruksi Tripikon-S (Dengan Closet)
±250 - 300 Cm.
Muka Air Max
600 Cm.
50 Cm.
100 - 200 Cm.
150 - 200 Cm.
113 - 2
Lampiran 5:
SKALA 1 : 25
TRIPIKON TYPE S
PENUTUP PIPA PVC 4"
PENUTUP PIPA PVC 8"
PENUTUP PIPA PVC 8"
PIPA PVC 4"
PIPA UDARA 1"
PIPA PVC 3"
PENUTUP PIPA PVC 4"
PIPA PEMBUANGAN
h
H
h
H
PENUTUP PIPA PVC 4"
PENUTUP PIPA PVC 8"
PENUTUP PIPA PVC 8"
PIPA PVC 4"
PIPA UDARA 1"
PIPA PVC 3"
PENUTUP PIPA PVC 4"
PIPA PEMBUANGAN
h
H
PENUTUP PIPA PVC 4"
PENUTUP PIPA PVC 8"
PENUTUP PIPA PVC 8"
PIPA PVC 4"
PIPA UDARA 1"
PIPA PVC 3"
PENUTUP PIPA PVC 4"
PIPA PEMBUANGAN
SKALA 1 : 25TAMPAK SAMPING
SKALA 1 : 25
SKALA 1 : 25TAMPAK DEPAN
DENAH WC
Type 3: MCK Kayu dengan Instalasi Tripikon-S
113 - 3
Lampiran 5:
PENUTUP PIPA PVC 4"
PIPA PVC 4"
PENUTUP PIPA PVC 8"
H
h
PIPA PEMBUANGAN
PENUTUP PIPA PVC 4"
PIPA PVC 4"
PENUTUP PIPA PVC 8"
H
h
PIPA PVC 3"PIPA PVC 3"
PENUTUP PIPA PVC 8"PENUTUP PIPA PVC 8"
PENUTUP PIPA PVC 4"
PENUTUP PIPA PVC 4"
PIPA PVC 4"
PENUTUP PIPA PVC 8"
H
h
PIPA PEMBUANGAN
PENUTUP PIPA PVC 4"
PIPA PVC 4"
PENUTUP PIPA PVC 8"
H
h
PIPA PVC 3"PIPA PVC 3"
PENUTUP PIPA PVC 8"PENUTUP PIPA PVC 8"
PENUTUP PIPA PVC 4"
POT. A-A
PIPA PEMBUANGAN
PENUTUP PIPA PVC 4"
PIPA PVC 3"
PIPA UDARA 1"
PIPA PVC 4"
PENUTUP PIPA PVC 8"
PENUTUP PIPA PVC 8"
PENUTUP PIPA PVC 4"
H
h
PIPA PEMBUANGAN
PENUTUP PIPA PVC 4"
PIPA PVC 3"
PIPA UDARA 1"
PIPA PVC 4"
PENUTUP PIPA PVC 8"
PENUTUP PIPA PVC 8"
PENUTUP PIPA PVC 4"
H
h
DENAH WC
T. DEPAN
A A
B
B
POT. B-B
Type 4: MCK Batu dengan Instalasi Tripikon-S
113 - 4
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya
Lampiran 6:
Rencana Anggaran Biaya (MCK & Tripikon-S)
Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
113
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang
Lampiran 6
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 1 of 30
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4
Tripikon-S Tripikon-S & Closet MCK Kayu MCK Kayu &
Tripikon-S MCK Batu MCK Batu & Tripikon-S
1 1 - 5 10" 2.567.000,00 2.732.000,00 2.000.000 4.567.000,00 5.200.000 7.767.000,00
2 6 - 10 14" 3.137.000,00 3.302.000,00 2.000.000 5.137.000,00 5.200.000 8.337.000,00
3 11 - 20 17" & 20" 4.454.500,00 4.619.500,00 2.000.000 6.454.500,00 5.200.000 9.654.500,00
REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BIAYA
PEKERJAAN PEMBANGUNAN MCK dan TRIPIKON - S
No Kapasitas ∅ Pipa
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang
Lampiran 6
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 2 of 30
(Kapasitas 1 - 5 Jiwa)Harga Satuan Harga Total
( Rp ) ( Rp. )
I Bahan dan Aksesoris
1 Pipa besar inlet ( PVC Dia. 10" ) 6 m' 168.750,00 1.012.500,00
2 Pipa kecil (PVC Dia. 4" ) 1 m' 46.250,00 46.250,00
3 Pipa penguras ( PVC Dia. 4" ) 5 m' 46.250,00 231.250,00
4 Pipa Sedang ( PVC Dia. 8" ) 6 m' 141.250,00 847.500,00
5 Knee Dia 2" 2 Buah 10.000,00 20.000,00
6 Knee Dia 4" 1 Buah 12.500,00 12.500,00
7 Dop Pipa Dia 4" 2 Buah 20.000,00 40.000,00
8 Dop Pipa Dia 10" 1 Buah 45.000,00 45.000,00
9 Lem pipa 1 kg 12.000,00 12.000,00
II Biaya Pembuatan (Alat & Upah Kerja)
1 Ls 300.000,00 300.000,00
JUMLAH 2.567.000,00
Type 1:. Konstruksi Tripikon-S (Tampa Closet):
RENCANA ANGGARAN BIAYAPEKERJAAN : PEMBUATAN TRIPIKON-S ∅ 10"
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan
±250 - 300 Cm.
Muka Air Max
600 Cm.
50 Cm.
100 - 200 Cm.
150 - 200 Cm.
Limbah dari Closet
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang
Lampiran 6
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 3 of 30
(Kapasitas 1 - 5 Jiwa)Harga Satuan Harga Total
( Rp ) ( Rp. )
I Bahan dan Aksesoris
1 Pipa besar inlet ( PVC Dia. 10" ) 6 m' 168.750,00 1.012.500,00
2 Pipa kecil (PVC Dia. 4" ) 1 m' 46.250,00 46.250,00
3 Pipa penguras ( PVC Dia. 4" ) 5 m' 46.250,00 231.250,00
4 Pipa Sedang ( PVC Dia. 8" ) 6 m' 141.250,00 847.500,00
5 Knee Dia 2" 2 Buah 10.000,00 20.000,00
6 Knee Dia 4" 1 Buah 12.500,00 12.500,00
7 Dop Pipa Dia 4" 2 Buah 20.000,00 40.000,00
8 Dop Pipa Dia 10" 1 Buah 45.000,00 45.000,00
9 Lem pipa 1 kg 12.000,00 12.000,00
10 Closet Jongkok 1 Unit 165.000,00 165.000,00
II Biaya Pembuatan (Alat & Upah Kerja)
1 Ls 300.000,00 300.000,00
JUMLAH 2.732.000,00
Type 2:. Konstruksi Tripikon-S (Dengan Closet):
RENCANA ANGGARAN BIAYAPEKERJAAN : PEMBUATAN TRIPIKON-S ∅ 10" (Dengan Closet)
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan
±250 - 300 Cm.
Muka Air Max
600 Cm.
50 Cm.
100 - 200 Cm.
150 - 200 Cm.
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang
Lampiran 6
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 4 of 30
(Kapasitas 6 - 10 Jiwa)Harga Satuan Harga Total
( Rp ) ( Rp. )
I Bahan dan Aksesoris
1 Pipa PVC Dia. 14" 6 m' 218.750,00 1.312.500,00
2 Pipa kecil (PVC Dia. 4" ) 1 m' 46.250,00 46.250,00
3 Pipa penguras ( PVC Dia. 4" ) 5 m' 46.250,00 231.250,00
4 Pipa Sedang PVC Dia.10" 6 m' 168.750,00 1.012.500,00
5 Knee Dia 2" 2 Buah 10.000,00 20.000,00
6 Knee Dia 4" 1 Buah 12.500,00 12.500,00
7 Dop Pipa Dia 4" 2 Buah 20.000,00 40.000,00
8 Dop Pipa Dia 14" 1 Buah 50.000,00 50.000,00
9 Lem pipa 1 kg 12.000,00 12.000,00
II Biaya Pembuatan (Alat & Upah Kerja)
1 Ls 400.000,00 400.000,00
JUMLAH 3.137.000,00
Type 1:. Konstruksi Tripikon-S (Tampa Closet):
RENCANA ANGGARAN BIAYAPEKERJAAN : PEMBUATAN TRIPIKON -S ∅ 14"
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan
±250 - 300 Cm.
Muka Air Max
600 Cm.
50 Cm.
100 - 200 Cm.
150 - 200 Cm.
Limbah dari Closet
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang
Lampiran 6
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 5 of 30
(Kapasitas 6 - 10 Jiwa)Harga Satuan Harga Total
( Rp ) ( Rp. )
I Bahan dan Aksesoris
1 Pipa PVC Dia. 14" 6 m' 218.750,00 1.312.500,00
2 Pipa kecil (PVC Dia. 4" ) 1 m' 46.250,00 46.250,00
3 Pipa penguras ( PVC Dia. 4" ) 5 m' 46.250,00 231.250,00
4 Pipa Sedang PVC Dia.10" 6 m' 168.750,00 1.012.500,00
5 Knee Dia 2" 2 Buah 10.000,00 20.000,00
6 Knee Dia 4" 1 Buah 12.500,00 12.500,00
7 Dop Pipa Dia 4" 2 Buah 20.000,00 40.000,00
8 Dop Pipa Dia 14" 1 Buah 50.000,00 50.000,00
9 Lem pipa 1 kg 12.000,00 12.000,00
10 Closet Jongkok 1 Unit 165.000,00 165.000,00
II Biaya Pembuatan (Alat & Upah Kerja)
1 Ls 400.000,00 400.000,00
JUMLAH 3.302.000,00
Type 2:. Konstruksi Tripikon-S (Dengan Closet):
RENCANA ANGGARAN BIAYAPEKERJAAN : PEMBUATAN TRIPIKON -S ∅14" (Dengan Closet)
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan
±250 - 300 Cm.
Muka Air Max
600 Cm.
50 Cm.
100 - 200 Cm.
150 - 200 Cm.
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang
Lampiran 6
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 6 of 30
RENCANA ANGGARAN BIAYAPEKERJAAN : PEMBUATAN TRIPIKON-S ∅ 17"
(Kapasitas 11 - 20 Jiwa)Harga Satuan Harga Total
( Rp ) ( Rp. )
I Bahan dan Aksesoris
1 Drum diameter 50 cm 6 m' 430.000,00 2.580.000,00
2 Pipa kecil (PVC Dia. 4" ) 1 m' 46.250,00 46.250,00
3 Pipa penguras ( PVC Dia. 4" ) 5 m' 46.250,00 231.250,00
4 Pipa Sedang PVC Dia.10" 6 m' 168.750,00 1.012.500,00
5 Knee Dia 2" 2 Buah 10.000,00 20.000,00
6 Knee Dia 4" 1 Buah 12.500,00 12.500,00
7 Dop Pipa Dia 4" 2 Buah 20.000,00 40.000,00
8 Lem pipa 1 kg 12.000,00 12.000,00
II Biaya Pembuatan (Alat & Upah Kerja)
1 Ls 500.000,00 500.000,00
JUMLAH 4.454.500,00
Type 1:. Konstruksi Tripikon-S (Tampa Closet):
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan
±250 - 300 Cm.
Muka Air Max
600 Cm.
50 Cm.
100 - 200 Cm.
150 - 200 Cm.
Limbah dari Closet
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang
Lampiran 6
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 7 of 30
RENCANA ANGGARAN BIAYAPEKERJAAN : PEMBUATAN TRIPIKON-S ∅ 10" (Dengan Closet)
(Kapasitas 11 - 20 Jiwa)Harga Satuan Harga Total
( Rp ) ( Rp. )
I Bahan dan Aksesoris
1 Drum diameter 50 cm 6 m' 430.000,00 2.580.000,00
2 Pipa kecil (PVC Dia. 4" ) 1 m' 46.250,00 46.250,00
3 Pipa penguras ( PVC Dia. 4" ) 5 m' 46.250,00 231.250,00
4 Pipa Sedang PVC Dia.10" 6 m' 168.750,00 1.012.500,00
5 Knee Dia 2" 2 Buah 10.000,00 20.000,00
6 Knee Dia 4" 1 Buah 12.500,00 12.500,00
7 Dop Pipa Dia 4" 2 Buah 20.000,00 40.000,00
8 Lem pipa 1 kg 12.000,00 12.000,00
9 Closet Jongkok 1 Unit 165.000,00 165.000,00
II Biaya Pembuatan (Alat & Upah Kerja)
1 Ls 500.000,00 500.000,00
JUMLAH 4.619.500,00
Type 2:. Konstruksi Tripikon-S (Dengan Closet):
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan
±250 - 300 Cm.
Muka Air Max
600 Cm.
50 Cm.
100 - 200 Cm.
150 - 200 Cm.
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 6
(Analisa SNI 2008)
Harga satuanJumlah harga
bahanJumlah tenaga
Jumlah bahan
+ tenaga
1 1 M' Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
Bahan
0,012 M3 Kayu 5/7 kelas IV 1.200.000,00 14.400,00 14.400,00
0,020 Kg Paku biasa 18.150,00 363,00 363,00
0,007 M3 Kayu papan 3/20 kelas IV 1.200.000,00 8.400,00 8.400,00
Tenaga
0,1 Oh Tukang kayu 75.000,00 7.500,00 7.500,00
0,1 Oh Pekerja 55.000,00 5.500,00 5.500,00
0,1 Oh Kepala tukang 85.000,00 8.500,00 8.500,00
0,005 Oh Mandor 100.000,00 500,00 500,00
Jumlah 23.163,00 22.000,00 45.163,00
2 1 M2 Membershkan Lapangan dan Peralatan
Tenaga
0,1 Oh Pekerja 55.000,00 5.500,00 5.500,00
0,05 Oh mandor 100.000,00 5.000,00 5.000,00
Jumlah - 10.500,00 10.500,00
3 1 M3 Galian tanah Biasa sedalam 2 Meter
Tenaga
0,526 Oh Pekerja 55.000,00 28.930,00 28.930,00
0,052 Oh Mandor 100.000,00 5.200,00 5.200,00
Jumlah 34.130,00 34.130,00
4 1 M3 Galian tanah biasa sedalam 3 Meter
Tenaga
0,735 Oh Pekerja 55.000,00 40.425,00 40.425,00
0,073 Oh Mandor 100.000,00 7.300,00 7.300,00
Jumlah 47.725,00 47.725,00
5 1 M3 Pembuangan Tanah Sejauh 150 Meter
Tenaga
0,516 Oh Pekerja 55.000,00 28.380,00 28.380,00
0,05 Oh mandor 100.000,00 5.000,00 5.000,00
Jumlah 33.380,00 33.380,00
6 1 M3 urugan kembali
Tenaga
0,192 Oh Pekerja 55.000,00 10.560,00 10.560,00
0,019 Oh mandor 100.000,00 1.900,00 1.900,00
Jumlah 12.460,00 12.460,00
7 1 M3 Urugan Pasir
Bahan
1,2 M3 Pasir Urug 70.000,00 84.000,00 84.000,00
Tenaga
0,3 Oh Pekerja 55.000,00 16.500,00 16.500,00
0,1 Oh Mandor 100.000,00 10.000,00 10.000,00
Jumlah 84.000,00 26.500,00 110.500,00
8 1 m3 Timbunan Tanah
Bahan
1,2 M3 Tanah Urug 37.400,00 44.880,00 44.880,00
Tenaga -
0,3 Pekerja 55.000,00 16.500,00 16.500,00
0,033 Mandor 100.000,00 3.300,00 3.300,00
Jumlah 44.880,00 19.800,00 64.680,00
9 1 M3 Pasangan batu bata ad. 1:4
Bahan
782 Buah Batu bata 450,00 351.900,00 351.900,00
2,024 zak Semen Portland 58.000,00 117.392,00 117.392,00
0,406 M3 Pasir pasang 75.000,00 30.450,00 30.450,00
Upah
0,6 Oh Tukang Batu 75.000,00 45.000,00 45.000,00
0,06 Oh Kepala tukang 85.000,00 5.100,00 5.100,00
DAFTAR ANALISA PEKERJAAN
No Uraian
Satuan Harga
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 1 of 8
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 6
Harga satuanJumlah harga
bahanJumlah tenaga
Jumlah bahan
+ tenaga
No Uraian
Satuan Harga
1,5 Oh Pekerja 55.000,00 82.500,00 82.500,00
0,075 Oh Mandor 100.000,00 7.500,00 7.500,00
Jumlah 499.742,00 140.100,00 639.842,00
10 1 M2 Pasangan dinding bata ad. 1:2
Bahan
140 Buah Batu bata 450,00 63.000,00 63.000,00
0,87 zak Semen Portland 58.000,00 50.460,00 50.460,00
0,08 M3 Pasir pasang 75.000,00 6.000,00 6.000,00
Upah
0,65 Oh Pekerja 55.000,00 35.750,00 35.750,00
0,2 Oh Tukang Batu 75.000,00 15.000,00 15.000,00
0,02 Oh Kepala Tukang 85.000,00 1.700,00 1.700,00
0,03 Oh Mandor 100.000,00 3.000,00 3.000,00
Jumlah 119.460,00 55.450,00 174.910,00
11 1 M2 Pasangan dinding bata ad. 1:4
Bahan
140 Buah Batu bata 450,00 63.000,00 63.000,00
0,531 zak Semen Portland 58.000,00 30.798,00 30.798,00
0,0093 M3 Pasir pasang 75.000,00 697,50 697,50
Upah
0,65 Oh Pekerja 55.000,00 35.750,00 35.750,00
0,2 Oh Tukang Batu 75.000,00 15.000,00 15.000,00
0,02 Oh Kepala Tukang 85.000,00 1.700,00 1.700,00
0,03 Oh Mandor 100.000,00 3.000,00 3.000,00
Jumlah 94.495,50 55.450,00 149.945,50
12 1 M2 plesteran ad. 1:4
Bahan
0,104 zak Semen Portland 58.000,00 6.032,00 6.032,00
0,02 M3 Pasir pasang 75.000,00 1.500,00 1.500,00
Upah
0,2 Oh Pekerja 55.000,00 11.000,00 11.000,00
0,15 Oh Tukang Batu 75.000,00 11.250,00 11.250,00
0,015 Oh Kepala Tukang 85.000,00 1.275,00 1.275,00
0,01 Oh Mandor 100.000,00 1.000,00 1.000,00
Jumlah 7.532,00 24.525,00 32.057,00
13 1 M2 plesteran ad. 1:2 ps
Bahan
0,1704 zak Semen Portland 58.000,00 9.883,20 9.883,20
0,017 M3 Pasir pasang 75.000,00 1.275,00 1.275,00
Upah
0,2 Oh Pekerja 55.000,00 11.000,00 11.000,00
0,15 Oh Tukang Batu 75.000,00 11.250,00 11.250,00
0,015 Oh Kepala Tukang 85.000,00 1.275,00 1.275,00
0,01 Oh Mandor 100.000,00 1.000,00 1.000,00
Jumlah 11.158,20 24.525,00 35.683,20
14 1M3 Pasang Konstruksi Kuda - Kuda Kayu Kelas III
Bahan
1,1 M3 Kayu balok kelas III 2.350.000,00 2.585.000,00 2.585.000,00
15,8 kg Besi strip 8.250,00 130.350,00 130.350,00
0,8 kg Paku biasa 18.150,00 14.520,00 14.520,00
Tenaga
4 Oh Pekerja 55.000,00 220.000,00 220.000,00
12 Oh Tukang Kayu 75.000,00 900.000,00 900.000,00
1,2 Oh Kepala tukang 85.000,00 102.000,00 102.000,00
0,2 Oh Mandor 100.000,00 20.000,00 20.000,00
Jumlah 2.729.870,00 1.242.000,00 3.971.870,00
15 1 M2 Langit - langit plywood tebal 3 mm
Bahan
0,36 Lbr Playwood tebal 3 mm 35.000,00 12.600,00 12.600,00
0,03 Kg Paku 18.150,00 544,50 544,50
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 2 of 8
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 6
Harga satuanJumlah harga
bahanJumlah tenaga
Jumlah bahan
+ tenaga
No Uraian
Satuan Harga
Tenaga
0,07 Oh Pekerja 55.000,00 3.850,00 3.850,00
0,1 Oh Tukang Kayu 75.000,00 7.500,00 7.500,00
0,01 Oh Kepala tukang 85.000,00 850,00 850,00
0,0035 Oh Mandor 100.000,00 350,00 350,00
Jumlah 13.144,50 12.550,00 25.694,50
16 1M3 Pasang Pondasi Batu Kali 1 pc: 4 Ps
Bahan
1,1 M3 Batu Belah 15/20 291.500,00 320.650,00 320.650,00
163 Kg Semen PC 1.160,00 189.080,00 189.080,00
0,52 M3 pasir Pasang 75.000,00 39.000,00 39.000,00
Tenaga
1,5 Oh Pekerja 55.000,00 82.500,00 82.500,00
0,6 Oh Tukang Batu 75.000,00 45.000,00 45.000,00
0,06 Oh Kepala Tukang 85.000,00 5.100,00 5.100,00
0,075 Oh Mandor 100.000,00 7.500,00 7.500,00
Jumlah 548.730,00 140.100,00 688.830,00
17 1 M3 Pasang Pondasi batu Kosong
Bahan
1,2 M3 Batu Belah 15/20 291.500,00 349.800,00 349.800,00
0,3 M3 pair Urug 70.000,00 21.000,00 21.000,00
Tenaga
0,78 Oh Pekerja 55.000,00 42.900,00 42.900,00
0,39 Oh Tukang Batu 75.000,00 29.250,00 29.250,00
0,039 Oh Kepala Tukang 85.000,00 3.315,00 3.315,00
0,039 Oh Mandor 100.000,00 3.900,00 3.900,00
Jumlah 370.800,00 79.365,00 450.165,00
18 1 M3 Plesteran 1 Pc : 1 Ps, Tebal 15 mm
Bahan
12,920 Kg Semen Portland 1.160,00 14.987,20 14.987,20
0,013 M3 Pasir Pasang 75.000,00 975,00 975,00
Tenaga
0,2 Oh Pekerja 55.000,00 11.000,00 11.000,00
0,15 Oh Tukang Batu 75.000,00 11.250,00 11.250,00
0,015 Oh Kepala Tukang 85.000,00 1.275,00 1.275,00
0,01 Oh Mandor 100.000,00 1.000,00 1.000,00
Jumlah 15.962,20 24.525,00 40.487,20
19 1 M' Pengadaan dan Pemasangan Pipa PVC dia. 100 mm
Bahan
1 M' Pipa PVC dia. 100 mm 57.200,00 57.200,00 57.200,00
0,217 M3 Tanah Urug 37.400,00 8.115,80 8.115,80
Tenaga
0,02 Oh Mandor 100.000,00 2.000,00 2.000,00
0,2 Oh Tukang Pipa 75.000,00 15.000,00 15.000,00
0,5 Oh Pekerja 55.000,00 27.500,00 27.500,00
Jumlah 65.315,80 44.500,00 109.815,80
20 1 M3 Membuat lantai Kerja Beton Tumbuk, 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr, tebal 5 Cm
Bahan
4,36 Zak Semen Portland 58.000,00 252.880,00 252.880,00
0,52 M3 Pasir Beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,87 M3 Koral Beton 225.000,00 195.750,00 195.750,00
Tenaga
1,65 Oh Pekerja 55.000,00 90.750,00 90.750,00
0,25 Oh Tukang batu 75.000,00 18.750,00 18.750,00
0,025 Oh Kepala Tukang 85.000,00 2.125,00 2.125,00
0,08 Oh Mandor 100.000,00 8.000,00 8.000,00
Jumlah 487.630,00 119.625,00 607.255,00
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 3 of 8
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 6
Harga satuanJumlah harga
bahanJumlah tenaga
Jumlah bahan
+ tenaga
No Uraian
Satuan Harga
21 1 M3 Membuat Beton Bertulang, 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr
Bahan
6,8 Zak Semen Portland 58.000,00 394.400,00 394.400,00
0,52 M3 Pasir Beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,82 M3 Koral Beton 225.000,00 184.500,00 184.500,00
Tenaga
1,65 Oh Pekerja 55.000,00 90.750,00 90.750,00
0,25 Oh Tukang batu 75.000,00 18.750,00 18.750,00
0,025 Oh Kepala Tukang 85.000,00 2.125,00 2.125,00
0,08 Oh Mandor 100.000,00 8.000,00 8.000,00
Jumlah 617.900,00 119.625,00 737.525,00
22 1 M3 Tulang Besi Plat Beton
Bahan
110 kg Besi Beton 12.320,00 1.355.200,00 1.355.200,00
2 Kg Kawat Pengikat 18.700,00 37.400,00 37.400,00
Tenaga
6,75 Oh Tukang 75.000,00 506.250,00 506.250,00
2,25 Oh Kepala Tukang 85.000,00 191.250,00 191.250,00
6,75 Oh Pekerja 55.000,00 371.250,00 371.250,00
Jumlah 1.392.600,00 1.068.750,00 2.461.350,00
23 Bekisting ( kayu cetakan)/M3 plat
Bahan
4 kg Paku biasa 18.150,00 72.600,00 72.600,00
50 Btg Kayu Gelam 7.150,00 357.500,00 357.500,00
0,4 m3 Kayu Kelas IV 1.200.000,00 480.000,00 480.000,00
Tenaga
5 Tukang 75.000,00 375.000,00 375.000,00
0,5 Kepala tukang 85.000,00 42.500,00 42.500,00
2 Pekerja 55.000,00 110.000,00 110.000,00
0,1 Mandor 100.000,00 10.000,00 10.000,00
Jumlah 910.100,00 537.500,00 1.447.600,00
24 Biaya pembongkaran bekisting
Tenaga
4 Pekerja 55.000,00 220.000,00 220.000,00
25 1 M3 Membuat tiang Pondasi Beton bertulang
Bahan
0,2 M3 Kayu kelas IV 1.200.000,00 240.000,00 240.000,00
1,5 Kg Paku biasa 18.150,00 27.225,00 27.225,00
150 Kg Besi beton polos 12.320,00 1.848.000,00 1.848.000,00
2,25 Kg Kawat beton 18.700,00 42.075,00 42.075,00
4,64 zak PC 58.000,00 269.120,00 269.120,00
0,52 m3 Pasir beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,78 m3 Koral beton 225.000,00 175.500,00 175.500,00
Tenaga
3,9 Oh Pekerja 55.000,00 214.500,00 214.500,00
0,35 Oh Tukang Batu 75.000,00 26.250,00 26.250,00
1,04 Oh Tukang Kayu 75.000,00 78.000,00 78.000,00
1,05 Oh Tukang besi 75.000,00 78.750,00 78.750,00
0,254 Oh Kepala Tukang 85.000,00 21.590,00 21.590,00
0,165 Oh Mandor 100.000,00 16.500,00 16.500,00
Jumlah 2.640.920,00 435.590,00 3.076.510,00
26 1 M3 Membuat Kolom Beton bertulang
Bahan
0,4 M3 Kayu kelas IV 1.200.000,00 480.000,00 480.000,00
4 Kg Paku biasa 18.150,00 72.600,00 72.600,00
100 Kg Besi beton polos 12.320,00 1.232.000,00 1.232.000,00
4,5 Kg Kawat beton 18.700,00 84.150,00 84.150,00
4,64 zak PC 58.000,00 269.120,00 269.120,00
0,52 M3 Pasir beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,78 M3 Koral beton 225.000,00 175.500,00 175.500,00
0,78 M3 Kayu balok kelas IV 1.200.000,00 936.000,00 936.000,00
20 Btg Dolken 7.150,00 143.000,00 143.000,00
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 4 of 8
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 6
Harga satuanJumlah harga
bahanJumlah tenaga
Jumlah bahan
+ tenaga
No Uraian
Satuan Harga
Tenaga -
7,3 Oh Pekerja 55.000,00 401.500,00 401.500,00
0,35 Oh Tukang Batu 75.000,00 26.250,00 26.250,00
3,3 Oh Tukang Kayu 75.000,00 247.500,00 247.500,00
2,1 Oh Tukang besi 75.000,00 157.500,00 157.500,00
0,57 Oh Kepala Tukang 85.000,00 48.450,00 48.450,00
0,25 Oh Mandor 100.000,00 25.000,00 25.000,00
Jumlah 3.431.370,00 906.200,00 4.337.570,00
27 1 M3 Membuat Balok Beton bertulang
Bahan
0,32 M3 Kayu kelas IV 1.200.000,00 384.000,00 384.000,00
3,2 Kg Paku biasa 18.150,00 58.080,00 58.080,00
110 Kg Besi beton polos 12.320,00 1.355.200,00 1.355.200,00
2,25 Kg Kawat beton 18.700,00 42.075,00 42.075,00
4,64 zak PC 58.000,00 269.120,00 269.120,00
0,52 m3 Pasir beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,78 m3 Koral beton 225.000,00 175.500,00 175.500,00
0,12 M3 Kayu balok kelas IV 1.200.000,00 144.000,00 144.000,00
32 Btg Dolken 7.150,00 228.800,00 228.800,00
Tenaga -
5,8 Oh Pekerja 55.000,00 319.000,00 319.000,00
0,35 Oh Tukang Batu 75.000,00 26.250,00 26.250,00
2,8 Oh Tukang Kayu 75.000,00 210.000,00 210.000,00
1,05 Oh Tukang besi 75.000,00 78.750,00 78.750,00
0,42 Oh Kepala Tukang 85.000,00 35.700,00 35.700,00
0,185 Oh Mandor 100.000,00 18.500,00 18.500,00
Jumlah 2.695.775,00 688.200,00 3.383.975,00
28 1 M3 Membuat dinding Beton bertulang 1:2:3
Bahan
0,24 M3 Kayu kelas IV 1.200.000,00 288.000,00 288.000,00
3,2 Kg Paku biasa 18.150,00 58.080,00 58.080,00
150 Kg Besi beton polos 12.320,00 1.848.000,00 1.848.000,00
2,25 Kg Kawat beton 18.700,00 42.075,00 42.075,00
4,64 zak PC 58.000,00 269.120,00 269.120,00
0,52 m3 Pasir beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,78 m3 Koral beton 225.000,00 175.500,00 175.500,00
0,16 M3 Kayu balok kelas IV 1.200.000,00 192.000,00 192.000,00
24 Btg Dolken 7.150,00 171.600,00 171.600,00
Tenaga -
5,6 Oh Pekerja 55.000,00 308.000,00 308.000,00
0,35 Oh Tukang Batu 75.000,00 26.250,00 26.250,00
2,64 Oh Tukang Kayu 75.000,00 198.000,00 198.000,00
1,05 Oh Tukang besi 75.000,00 78.750,00 78.750,00
0,4 Oh Kepala Tukang 85.000,00 34.000,00 34.000,00
0,193 Oh Mandor 100.000,00 19.300,00 19.300,00
Jumlah 3.083.375,00 664.300,00 3.747.675,00
29 1 M3 Membuat Plat Beton bertulang 1:2:3
Bahan
0,12 M3 Kayu kelas IV 1.200.000,00 144.000,00 144.000,00
3,2 Kg Paku biasa 18.150,00 58.080,00 58.080,00
100 Kg Besi beton polos 12.320,00 1.232.000,00 1.232.000,00
1,25 Kg Kawat beton 18.700,00 23.375,00 23.375,00
4,64 zak PC 58.000,00 269.120,00 269.120,00
0,52 m3 Pasir beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,78 m3 Koral beton 225.000,00 175.500,00 175.500,00
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 5 of 8
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 6
Harga satuanJumlah harga
bahanJumlah tenaga
Jumlah bahan
+ tenaga
No Uraian
Satuan Harga
Tenaga
5,6 Oh Pekerja 55.000,00 308.000,00 308.000,00
0,35 Oh Tukang Batu 75.000,00 26.250,00 26.250,00
2,64 Oh Tukang Kayu 75.000,00 198.000,00 198.000,00
1,05 Oh Tukang besi 75.000,00 78.750,00 78.750,00
0,4 Oh Kepala Tukang 85.000,00 34.000,00 34.000,00
0,193 Oh Mandor 100.000,00 19.300,00 19.300,00
Jumlah 1.941.075,00 664.300,00 2.605.375,00
30 1 M2 Pasang atap seng
Bahan
1,02 M2 Seng 35.000,00 35.700,00 35.700,00
0,02 Kg paku biasa 18.150,00 363,00 363,00
Tenaga
0,12 Oh Pekerja 55.000,00 6.600,00 6.600,00
0,06 Oh Tukang Kayu 75.000,00 4.500,00 4.500,00
0,006 Oh Kepala Tukang 85.000,00 510,00 510,00
0,006 Oh Mandor 100.000,00 600,00 600,00
Jumlah 36.063,00 12.210,00 48.273,00
31 1 M' Pasang Atap bubungan Nok/ seng
Bahan
1 M' Seng datar lebar 33 cm 6.600,00 6.600,00 6.600,00
0,04 kg Paku biasa 18.150,00 726,00 726,00
Tenaga
0,15 Oh Pekerja 55.000,00 8.250,00 8.250,00
0,07 Oh Tukang Kayu 75.000,00 5.250,00 5.250,00
0,008 Oh Kepala Tukang 85.000,00 680,00 680,00
0,09 Oh Mandor 100.000,00 9.000,00 9.000,00
Jumlah 7.326,00 23.180,00 30.506,00
32 1 m2 Pengapuran/tembok/kayu
Bahan
0,2 kg Kapur/cat 3.575,00 715,00 715,00
Tenaga
0,02 Oh Pekerja 55.000,00 1.100,00 1.100,00
0,063 Oh Tukang Cat 75.000,00 4.725,00 4.725,00
0,0063 Oh Kepala Tukang 85.000,00 535,50 535,50
0,0025 Oh Mandor 100.000,00 250,00 250,00
Jumlah 715,00 6.610,50 7.325,50
33 1 M2 Pengecatan Bidang kayu Baru
Bahan
0,2 Kg Cat meni 35.475,00 7.095,00 7.095,00
0,15 Kg Plamir 24.750,00 3.712,50 3.712,50
0,17 Kg Cat dasar 22.000,00 3.740,00 3.740,00
0,26 Kg Cat penutup 79.750,00 20.735,00 20.735,00
Tenaga
0,07 Oh Pekerja 55.000,00 3.850,00 3.850,00
0,009 Oh Tukang cat 75.000,00 675,00 675,00
0,006 Oh Kepala tukang 85.000,00 510,00 510,00
0,0025 Oh Mandor 100.000,00 250,00 250,00
Jumlah 35.282,50 5.285,00 40.567,50
34 1 M3 Pasang kusen pintu dan jendela kayu kelas III
Bahan
1,2 M3 kayu kelas III 2.350.000,00 2.820.000,00 2.820.000,00
-
Tenaga -
6 Oh Pekerja 55.000,00 330.000,00 330.000,00
18 Oh Tukang Kayu 75.000,00 1.350.000,00 1.350.000,00
2 Oh Kepala Tukang 85.000,00 170.000,00 170.000,00
0,3 Oh mandor 100.000,00 30.000,00 30.000,00
Jumlah 2.820.000,00 1.880.000,00 4.700.000,00
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 6 of 8
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 6
Harga satuanJumlah harga
bahanJumlah tenaga
Jumlah bahan
+ tenaga
No Uraian
Satuan Harga
35 1 M2 membuat lantai kerja beton tumbuk 1:3:5, tebal 5 cm
Bahan
0,2 zak Semen PC 58.000,00 11.600,00 11.600,00
0,026 M3 Pasir beton 75.000,00 1.950,00 1.950,00
0,044 M3 Koral Beton 225.000,00 9.900,00 9.900,00
Tenaga
1,15 Oh Pekerja 55.000,00 63.250,00 63.250,00
0,02 Oh Tukang Batu 75.000,00 1.500,00 1.500,00
0,002 Oh Kepala Tukang 85.000,00 170,00 170,00
0,006 Oh mandor 100.000,00 600,00 600,00
Jumlah 23.450,00 65.520,00 88.970,00
36 1 M3 pas. Pondasi batu bata ad. 1:2
Bahan
782 buah Bata 450,00 351.900,00 351.900,00
3,296 zak PC 58.000,00 191.168,00 191.168,00
0,333 M3 Pasir pasang 75.000,00 24.975,00 24.975,00
Tenaga
0,6 Oh Tukang batu 75.000,00 45.000,00 45.000,00
0,006 Oh Kepala tukang 85.000,00 510,00 510,00
1,5 Oh Pekerja 55.000,00 82.500,00 82.500,00
0,075 Oh mandor 100.000,00 7.500,00 7.500,00
Jumlah 568.043,00 135.510,00 703.553,00
37 1 M3 Membuat Plat Beton bertulang 1:1,5:2,5
Bahan
0,12 M3 Kayu kelas IV 1.200.000,00 144.000,00 144.000,00
3,2 Kg Paku biasa 18.150,00 58.080,00 58.080,00
100 Kg Besi beton polos 12.320,00 1.232.000,00 1.232.000,00
1,25 Kg Kawat beton 18.700,00 23.375,00 23.375,00
7,72 zak PC 58.000,00 447.760,00 447.760,00
0,47 m3 Pasir beton 75.000,00 35.250,00 35.250,00
0,78 m3 Koral beton 225.000,00 175.500,00 175.500,00
Tenaga
5,6 Oh Pekerja 55.000,00 308.000,00 308.000,00
0,35 Oh Tukang Batu 75.000,00 26.250,00 26.250,00
2,64 Oh Tukang Kayu 75.000,00 198.000,00 198.000,00
1,05 Oh Tukang besi 75.000,00 78.750,00 78.750,00
0,4 Oh Kepala Tukang 85.000,00 34.000,00 34.000,00
0,193 Oh Mandor 100.000,00 19.300,00 19.300,00
Jumlah 2.115.965,00 664.300,00 2.780.265,00
38 1 M3 Membuat dinding Beton bertulang 1:1,5:2,5
Bahan
0,24 M3 Kayu kelas IV 1.200.000,00 288.000,00 288.000,00
3,2 Kg Paku biasa 18.150,00 58.080,00 58.080,00
150 Kg Besi beton polos 12.320,00 1.848.000,00 1.848.000,00
2,25 Kg Kawat beton 18.700,00 42.075,00 42.075,00
7,72 zak PC 58.000,00 447.760,00 447.760,00
0,52 m3 Pasir beton 75.000,00 39.000,00 39.000,00
0,47 m3 Koral beton 225.000,00 105.750,00 105.750,00
0,16 M3 Kayu balok kelas IV 1.200.000,00 192.000,00 192.000,00
24 Btg Dolken 7.150,00 171.600,00 171.600,00
Tenaga
5,6 Oh Pekerja 55.000,00 308.000,00 308.000,00
0,35 Oh Tukang Batu 75.000,00 26.250,00 26.250,00
2,64 Oh Tukang Kayu 75.000,00 198.000,00 198.000,00
1,05 Oh Tukang besi 75.000,00 78.750,00 78.750,00
0,4 Oh Kepala Tukang 85.000,00 34.000,00 34.000,00
0,193 Oh Mandor 100.000,00 19.300,00 19.300,00
Jumlah 3.192.265,00 664.300,00 3.856.565,00
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 7 of 8
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 6
Harga satuanJumlah harga
bahanJumlah tenaga
Jumlah bahan
+ tenaga
No Uraian
Satuan Harga
39 1 M3 Pekerjaan Kayu, Kayu Penahan/Tiang Kolom
Bahan :
1,000 m3 Kayu Klas III 2.350.000,00 2.350.000,00 2.350.000,00
0,100 Kg Paku 18.150,00 1.815,00 1.815,00
Tenaga
3,500 Org Pekerja 55.000,00 192.500,00 192.500,00
7,000 Org Tukang 75.000,00 525.000,00 525.000,00
1,050 Org Kepala Tukang 85.000,00 89.250,00 89.250,00
0,175 Org Mandor 100.000,00 17.500,00 17.500,00
Jumlah 2.351.815,00 824.250,00 3.176.065,00
40 1 M2 Pek. Lantai Papan
Bahan
0,030 m3 Kayu Klas III 2.350.000,00 70.500,00 70.500,00
0,250 Kg Paku 18.150,00 4.537,50 4.537,50
Tenaga
0,800 Org Tukang 75.000,00 60.000,00 60.000,00
0,280 Org Pekerja 55.000,00 15.400,00 15.400,00
0,014 Org Mandor 100.000,00 1.400,00 1.400,00
Jumlah 75.037,50 76.800,00 151.837,50
41 1 M2 Pek. Pasang Dinding Papan
Bahan
0,030 m3 Kayu Klas III 2.350.000,00 70.500,00 70.500,00
0,2 Kg Paku Biasa 18.150,00 3.630,00 3.630,00
Tenaga
0,800 Org Tukang 75.000,00 60.000,00 60.000,00
0,080 Org Kepala Tukang 85.000,00 6.800,00 6.800,00
0,280 Org Pekerja 55.000,00 15.400,00 15.400,00
0,014 Org Mandor 100.000,00 1.400,00 1.400,00
Jumlah 74.130,00 83.600,00 157.730,00
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 8 of 8
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 6
NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN KETERANGAN
A UPAH
1 Tukang oh 75.000
2 Kepala Tukang oh 85.000
3 Pekerja oh 55.000
4 Mandor oh 100.000
B BAHAN/MATERIAL
1 Pasir Pasang m3 75.000
2 Pasir Urug m3 70.000
3 Pasir Beton m3 75.000
4 Tanah Urug m3 37.400
5 Semen Portland zak 58.000
6 Semen Portland kg 1.160
7 Batu kali m3 291.500
8 Koral Beton m3 225.000
9 Besi beton kg 12.320
10 Kawat Beton kg 18.700
11 Paku biasa kg 18.150
12 Kayu kelas IV m3 1.200.000
13 Kayu gelam dia 6-8 cm btg 7.150
14 Pipa PVC dia 100 mm m' 57.200
15 Ijuk kg 7.700
16 Geotextile m2 15.000
17 Batu bata buah 450
18 Kayu Kelas III m3 2.350.000
19 Besi strip kg 8.250
20 Ply wood 3mm lbr 35.000
21 Seng gelombang m2 35.000
22 Seng datar 33 cm m' 6.600
23 Kapur kg 3.575
24 Cat meni Kg 35.475
25 Plamir Kg 24.750
26 Cat dasar Kg 22.000
27 Cat penutup Kg 79.750
28 Rooster Buah 20.000
29 Tedmon Kap. 1.500 ltr buah 1.500.000
30 Pipa PVC 3" btg 121.275
31 Pas elbow 3" buah 4.000
32 pipa PVC 2" btg 57.200
33 T Dus PVC 3-2 buah 3.500
DAFTAR HARGA SATUAN UPAH DAN BAHAN
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 1 of 2
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi
Di Daerah Tepian Sungai Musi - PalembangLampiran 6
NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN KETERANGAN
34 Pas elbow 2" buah 3.000
35 Kran air buah 15.000
36 Pipa 3/4" m' 4.675
37 Pengadaan pompa air unit 450.000
38 Closed jongkok mutu B buah 165.000
39 Foor drain buah 25.100
40 Drum Dia 45 cm p=1m buah 430.000
41 Pipa PVC Dia. 14" m' 218.750 AW
42 Pipa PVC Dia. 10" m' 168.750 AW
43 Pipa PVC Dia. 8" m' 141.250 AW
44 Pipa PVC Dia. 6" m' 106.975 AW
45 Pipa PVC Dia. 4" m' 46.250 AW
46 Pipa PVC Dia. 2" Btg 57.200 AW
47 Knee Dia 2" Buah 10.000
48 Knee Dia 4" Buah 12.500
49 Dop Pipa Dia 4" Buah 20.000
50 Dop Pipa Dia 12" Buah 45.000
51 Lem pipa Kg 12.000
52 Gergaji buah 35.000
53 Mesin bor Buah 350.000
54 Pintu fiber + pemasangan unit 435.000
55 Kloset Fiber (70x70) Bh 155.000
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 2 of 2
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi Di Daerah Tepian Sungai Musi - Palembang
Lampiran 6
L.6. RAB MCK & Tripikon-S_1404229 30 of 30
Perhitungan volume pengendapan lumpur dan busa ( Persamaan 2.2 )( A = P x N x S )
P (Orang max) N S A (Ltr) A (m3)
5,00 1,00 40,00 200,00 0,20 10,00 1,00 40,00 400,00 0,40 15,00 1,00 40,00 600,00 0,60 20,00 1,00 40,00 800,00 0,80
Di mana :A : Volume penampungan lumpur yang diperlukan (dalam liter )P : Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septikN : Jumlah tahun, jangka waktu pengurasan lumpur (diambil per 1 tahun)S : Rata-rata lumpur terkumpul (liter/orang/tahun). 25 liter untuk WC yang hanya menampung kotoran manusia. 40 liter untuk WC yang juga menampung air limbah dari kamar mandi.
Perhitungan kapasitas penampung cairan limbah B = P x Q x Th ( Persamaan 2.3 ) dan Th = 2,5 – 0,3 log (P.Q) > 0,5 ( Persamaan 2.4 )
P (Jumlah Pemakai) Q PxQ Log PQ 0,3log PQ 2,5-0,3(log PQ
) > 0,5 B ( Ltr ) B ( M3 )
1-5 10,00 50,00 1,70 0,51 1,99 99,52 0,10 6-10 10,00 100,00 2,00 0,60 1,90 190,00 0,19 11-15 10,00 150,00 2,18 0,65 1,85 277,08 0,28 16-20 10,00 200,00 2,30 0,69 1,81 361,94 0,36
Di mana :P : Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septikQ : Banyaknya aliran air limbah (liter/orang/hari)Th : Keperluan waktu penahanan minimum dalam sehari.
Volume septik total
Vol A (m3) Vol B (m3) Total (m3)
0,2 0,10 0,30 0,4 0,19 0,59 0,6 0,28 0,88 0,8 0,36 1,16
Perhitungan diameter pipa terluar untuk Tripikon SV = ¼ x 3.14 x dt2 x ht ( Persamaan 2.6 )
V Total 1/4 x π ht (m) (2) x (3) dt2 dt (m) dt (cm) dt (inchi) dt (inchi)
1 2 3 4 5 6 7 8 90,30 0,785 6 4,71 0,06 0,25 25,22 9,93 10,00 0,59 0,785 6 4,71 0,13 0,35 35,39 13,93 14,00 0,88 0,785 6 4,71 0,19 0,43 43,15 16,99 17,00 1,16 0,785 6 4,71 0,25 0,50 49,67 19,55 20,00
Dimana :V = Volume total septic yang direncanakanDt = Diameter luar pipaHt = Panjang pipa direncanakan 6 m
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya
Lampiran 7:
Dokumentasi Penelitian
Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
114
Lampiran 7:
L.7. Dokumentasi Lokasi Penelitian_140423 1 of 6
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen InfrastrukturFakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang
Dokumentasi PenelitianANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
MCK Masyarakat di Tepian Sungai Musi (dari seng - dibuat
tanpa penutup).
Dialok dengan Responden/masyarakat tentang MCK Umum dari Pemerintah
(PNPM Mandiri Perkotaan) yang terlihat distribusi air-nya belum
optimal dan kelompok pengguna & pemelihara belum teratur.
Diskusi dengan Responden dan dilanjutkan dengaan pengisian
questioner.
Lampiran 7:
L.7. Dokumentasi Lokasi Penelitian_140423 2 of 6
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen InfrastrukturFakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang
Akses jalan di RT. 3/RW.1 yang digunakan masyarakat,
menggunakan jalan titian (jalan cor beton dengan tiang/kaki)
Akses jalan di RT. 5/RW.2 yang digunakan masyarakat,
menggunakan jalan titian (jalan cor beton dengan tiang/kaki)
Akses jalan di RT. 10/RW.2 yang digunakan masyarakat,
menggunakan jalan titian (jalan cor beton dengan tiang/kaki)
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
Dokumentasi Penelitian
Lampiran 7:
L.7. Dokumentasi Lokasi Penelitian_140423 3 of 6
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen InfrastrukturFakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang
Dokumentasi PenelitianANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
Kondisi eksisitng di RT.3/RW.1 yang terjadi pencemaran
lingkungan akibat pembuangan limbah secara sembarangan oleh
penduduk.
Kondisi eksisitng di RT.5/RW.2 yang terjadi pencemaran
lingkungan akibat pembuangan limbah secara sembarangan oleh
penduduk.
Kondisi eksisitng di RT.10/RW.2 yang terjadi
pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah secara
sembarangan oleh penduduk.
Lampiran 7:
L.7. Dokumentasi Lokasi Penelitian_140423 4 of 6
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen InfrastrukturFakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang
Dokumentasi PenelitianANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
Kondisi eksisitng di RT.3/RW.1 yang terjadi pencemaran
lingkungan akibat pembuangan limbah secara sembarangan oleh
penduduk.
Kondisi eksisitng di RT.5/RW.2 yang terjadi pencemaran
lingkungan akibat pembuangan limbah secara sembarangan oleh
penduduk.
Kondisi eksisitng di RT.10/RW.2 yang terjadi
pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah secara
sembarangan oleh penduduk.
Lampiran 7:
L.7. Dokumentasi Lokasi Penelitian_140423 5 of 6
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen InfrastrukturFakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang
Dokumentasi PenelitianANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
Kegiatan mandi dan mencuci pakaian di RT.3/RW.1.
Kegiatan mencuci di bantaran Sungai Musi RT.5/RW.2.
Mayoritas masyarakat Kelurahan 11 Ulu, khususnya di daerah
bantaran Sungai Musi menggunkan air sungai ssebagai
sumber mandi dan cuci.
Lampiran 7:
L.7. Dokumentasi Lokasi Penelitian_140423 6 of 6
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen InfrastrukturFakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang
Dokumentasi PenelitianANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
Kegiatan cuci makanan dengan air sungai
Survey ke-2 dengan Ibu RT. 5(30 April 2014)
Diskusi hasil Tesis dan pembangunan MCK serta wacana
penerapan instalasi pengolahan Tripikon-S dengan Rekan-rekan
Konsultan PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP) Kota
Palembang
Air Sungai
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya
Lampiran 8:
Kumpulan Literatur Tentang Tripikon-S
Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
115
Sumber: http://www.lptp.or.id/articles-detail.php?id=8&topic=1366696887
Solusi Sanitasi di Kawasan Muka Air Tinggi, Rawa, Pantai, Sungai Oleh : Imam Syarifudin
Sanitasi menurut kamus bahasa Indonesia merupakan usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan masyarakat. Hal tersebut berhubungan dengan sampah, saluran air kotor, limbah dan perilaku kebersihan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu sanitasi dapat diartikan sebagai alat pengumpulan dan pembuangan tinja serta air buangan masyarakat secara higienis sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan seseorang maupun masyarakat secara keseluruhan.
Dari sanitasi juga dapat terlihat derajat kehidupan masyarakat/komunitas. Apabila pengelolaan sanitasi semakin baik maka derajat kehidupan masyarakat tersebut semakin baik pula. Begitu pula sebaliknya apabila pengelolaan sanitasi buruk maka semakin buruk pula derajat kehidupan masyarakatnya. Pengelolaan sanitasi yang buruk dalam suatu komunitas terlihat secara kasat mata antara lain banyaknya genangan air kotor sekitar pemukiman, aliran limbah cair domestik tidak mengalir lancar, tumpukan sampah dimana-mana, lalat, nyamuk serta aroma di pemukiman yang khas dan kumuh. Apalagi bila di tambah lagi dengan kotoran hewan piaraan berserakan dimana-mana. Contoh-contoh pengelolaan sanitasi yang buruk banyak terlihat di daerah pasang surut, daerah muara sungai, daerah rawa-rawa dan sebagainya.
Indonesia merupakan negara yang memiliki sistem sanitasi terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar. Hal itu pernah disampaikan Sekretaris Koordinator Indonesian Sanitation Sector Development Program (ISSDP), Nugroho Tri Utomo. Dalam kurun 30 tahun terakhir ini pemerintah Indonesia hanya menyediakan dana sekitar 820 juta Dolar AS untuk sektor sanitasi. Artinya hanya Rp 200,- per tahun untuk setiap penduduk.
Contoh kebiasaan buruk sanitasi
DAMPAK YANG TERJADI AKIBAT BURUKNYA PENGELOLAAN SANITASI Pengelolaan sanitasi yang buruk akan menimbulkan banyak ragam penyakit yang terkenal dengan Water borne diseases misalnya penyakit kulit, mata dan diare. Bahkan pada saat-saat musim tertentu akan terjadi “out brake”. Hal tersebut akan semakin gawat dan parah apabila terdapat perilaku buang air besar secara terbuka dan sembarangan. Limbah manusia atau tinja mengandung mikroba, sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri salmonela typhi penyebab tifus, bakteri vibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab hepatitis A, dan virus penyebab polio serta tinja yang mengandung puluhan miliar mikroba termasuk bakteri koli-tinja. Selain itu tinja mengandung materi organik yang sebagian merupakan sisa dan ampas makanan yang tidak tercerna. Ia dapat membentuk karbohidrat, dapat pula berupa protein, enzim, lemak, mikroba, dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BOD. Kandungan tinja akan semakin buruk, apabila ada yang cacingan. Beragam cacing dapat dijumpai, seperti cacing kremi, cacing
1
cambuk, cacing tambang serta cacing gelang. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap berkembang biak di perut seseorang. Kandungan lain tinja adalah nutrien, umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa sisa-sisa protien dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk solfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 mg dan fosfat seberat 30 mg. Menutur Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Indonesia setiap tahunnya mengalami kerugian ekonomi mencapai Rp 58 triliun akibat sanitasi yang buruk. Hal ini terkait produktivitas masyarakat yang terganggu karena kerap jatuh sakit gara-gara sanitasi yang buruk.
Selain penyakit diare, muntaber dan sejenisnya menutur Menteri Pekerjaan Umum, BAB sembarangan juga menyebabkan puluhan sungai di Jawa, Sumatra, Bali dan Sulawesi tercemar berat oleh bahan organik dan zat amonium.
Sedikitnya 50 ribu anak-anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia setiap tahun meninggal karena penyakit seperti diare yang disebabkan air dan sanitasi buruk. Menurut Spesialis Komunikasi Program Air Bersih dan Sanitasi Bank Dunia, Yosa Yuliarsa, jumlah ini terbilang besar.
Pada intinya kata kunci yang harus diperhatikan adalah sebelum di buang alam bebas tinja harus diolah terlebih dahulu agar tidak mencemari lingkungan sehingga penyakit yang di sebabkan oleh buruknya sanitasi dapat di kendalikan.
Praktek BAB Yang Perlu Diubah Kebiasaan praktek buang air besar yang biasa dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi hunian yang antara lain sebagai berikut :
1. Daerah pantai, muara, rawa dan daerah sungai. Hunian dibangun bervariasi antara lain rumah panggung, rumah apung dan rumah didarat.
2. Kebiasaan BAB dilakukan disesuaikan dengan kondisi hunian tersebut. Kebiasaan ini ada tiga. Pertama kebiasaan BAB di dalam rumah dilakukan di lubang WC atau di lubang yang di sediakan khusus di lantai. Yang kedua kebiasaan BAB di luar rumah dilakukan di jamban umum, WC apung/gantung dan di tempat terbuka. Sedang yang ketiga kebiasaan BAB baik di dalam rumah maupun diluar rumah tidak disediakan sarana pengolahan tinja yang representatif sehingga tinja langsung dibuang pada air permukaan dan air tanah (laut, sungai, rawa)
3. Perubahan yang akan dilakukan adalah sebelum tinja dibuang ke lingkungan sekitar diperlukan suatu media pengolahan sehingga tidak mencemari lingkungan. Sehingga BAB dilakukan di WC/jamban baik keluarga maupun WC komunal yang dilengkapi media pengolah tinja yang memenuhi standar kesehatan sehinga tidak mencemari lingkungan.
Dekomposisi Air Limbah BAB (Tinja) Untuk perhitungan perencanaan tangki septik setiap orang secara umum menghasilkan 25 liter/orang/hari. Hal tersebut dihitung dari tinja yang dibuang di tambah air untuk membersihkannya. Kualitas air linbah tersebut dapat dilihat dari sifat dan karakteristiknya yang antara lain, Sifat fisik :
• Bahan padat, terapung, tersuspensi, terlarut dan mengendap.
2
• Warna, coklat muda pada saat umur 6 jam, abu-abu tua pada saat mengalami pembusukan, hitam pada saat membusuk oleh bakteri anaerob.
• Terasa bau busuk pada saat terurai oleh bakteri anaerob • Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari air bersih.
Sifat kimia,
• Organik, minyak, lemak, protein dan karbonat • Anorganik, sulfat, nitrogen, chlorida, phospor, belerang dan logam berat( Fe, Mn,
Pb, Al, Mg) • Gas, H2S (hidrogen sulfida), CO2 (karbon dioksida), O2 dan CH4 metan
Proses dekomposisi
• Secara anaerobik, bahan organik terlarut akan di rombak/dibusukkan oleh bakteri anaerob (bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen O2) menjadi senyawa organik sederhana seperti, CO2 (karbon dioksida, CH4 (metan), hidrogen sulfida (H2S), NH3 (amonia) dan gas-gas bau.Dalam proses ini air limbah menjadi keruh, kotor dan berbau busuk serta terjadi endapan lumpur yang cukup besar. Proses anaerobik ini memakan waktu yang relatif lama.
• Secara aerobik, bahan-bahan organik tersebut diuraikan oleh bakteri aerob yang memanfaatkan oksigen yang terlarut dalam air untuk mengoksidasi bahan organik terlarut sampai terurai secara lengkap, hasil yang di dapatkan berupa, gas karbon dioksida (CO2), nitrat (NO3), sulphat (SO4) dan senyawa-senyawa stabil
Tripikon s dan T-Pikon-H Sebuah Tawaran Solusi Kesulitan dalam pengolahan limbah tinja di kawasan Rawa, sungai dan daerah muara secara umum adalah tingginya muka air tanah dan lahan yang gembur sehingga kesulitan membuat tangki septik reguler yang memenuhi standart kesehatan. Tripikon S merupakan rekayasa dari Prof Harjoso dari UGM sangat cocok untuk media pegolahan limbah tinja di wilayah rawa, sungai dan daerah muara/pantai, dan kemudian di kembangkan lebih lanjut menjadi T-pikon H oleh universitas muhammadiyah Yogyakarta(UMY) Tripikon S dan T-pikon-H Tripikon S terdiri dari 3 pipa PVC (atau bahan lain yang sesuai dengan daerah setempat) dengan dimensi berlainan yang di pasang secara konsentris dan bersumbu pada satu As. Tripikon S adalah tempat untuk mengolah/merombak/menguraikan/membusukan tinja baik secara aerobik maupun anaerobik yang berlangsung selama 3 hari sama seperti tangki septik reguler. Perhitungan tripikon S sama seperti tangki septik sebagai berikut:
• Volume tripikon S adalah sama dengan volume air tinja yang tersimpan selama 3 hari.
• Volume tripikon S adalah V = ¼.p.(dt x dt). ht , dimana dt = diameter pipa terluar dan ht = panjang/tinggi pipa terluar.
• Panjang pipa tripikon S rata-rata 4 -6 meter • Bangunan peresapan
a. Untuk bangunan di tepi pantai tidak perlu peresapan, langsung di buang ke sungai b. Untuk bangunan di darat yang muka air dangkal perlu di buat peresapan dari buis beton mengelilingi pipa luar tersebut (sebagaimana gambar di bawah)
3
Untuk menghitung peresapan di gunakan perhitungan sebagai berikut: Luas bidang resapan = debit air kotor Kecepatan meresap ketanah Luas buis beton =1/4. p.(db x db) = luas bidang Tripikon s + luas bidang resapan Db = Diameter buis beton Tinggi buis beton = hb = volume air kotor Luas bidang resapan T-pikon-H secara konstruksi merupakan pengembangan dari tripikon S sehingga secara perhitungan sama. Adapun penggunaanya sebagaimana tabel di bawah ini :
Sistem pengolahan
Aplikasi Pemeliha-
raan
kelebihan Kekurangan Kesesuaian lingkungan
Tripikon S • Dapat digunakan untuk system individual
• Cocok diterapkan di daerah MAT tinggi
• Sasarannya untuk diterapkan skala individual
• Digunakan hanya untuk mengolah black water
• Tidak boleh ada sampah yang masuk ke dalam sistem
• Dapat menggunakan material lokal
• Kebutuhan lahan kecil
• Efisiensi penurunan BOD5 sekitar 75 %
• Kapasitas pengolahannya kecil
• Sulit dalam melakukan pengurasan
• Efisiensi pengolahan belum diketahui secara jelas
• Rumah panggung
• Rumah di darat
T-Pikon H • Sangat cocok diterapkan di rumah apung
• Diterapkan untuk skala individual atau komunal kecil
• Digunakan hanya untuk mengolah black water
• Tidak boleh ada sampah yang masuk ke dalam sistem
• Dapat menggunakan material lokal
• Dapat dikerjakan oleh tenaga lokal
• Semakin besar kapasitas makin semakin besar pula lahan yang diperlukan
• Pengurasan sulit dilakukan
• Rumah apung
• Rumah panggung
• Rumah di darat
4
Gambaran Desain Tripikon S
Gambaran Desain T-pikon H Referensi :
1. Suparman suparmin, suatu pengantar, Pembuangan tinja dan limbah cair, penerbit buku kedokteran ECC, 2002
2. WSP, Opsi sanitasi di daerah spesifik, buku penuntun
5
PROS ID ING 20 1 1© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil
Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Sipil ISBN : 978-979-127255-0-6
TS7 - 1
PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT
Mary Selintung & Miranda R. Malamassam
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10Tamalanrea - Makassar, 90245
Telp./Fax: (0411) 587636/(0411) 580505 E-mail: [email protected]
Abstrak Pada pemukiman padat baik didarat maupun di daerah rawa dan sungai, penanganan limbah cair semakin dirasakan sulit. Hal ini disebabkan semakin sempitnya lahan yang diperuntukkan bagi suatu tanah kapling dan karena adanya rumah diatas air atau lokasi perumahan yang berada pada daerah rawa yang mempunyai air tanah yang agak tinggi. Salah satu alternatif teknik penanganan limbah domestik pada lokasi termaksud diatas yang murah dan mudah pembuatannya adalah dengan menggunakan instalasi TRIPIKON S. Instalasi TRIPIKON S adalah 3 (tiga) pipa septik masing-masing dengan ukuran berbeda yang dipasang secara konsentris dan dipasang tegak lurus dan dipakai untuk menangani limbah organik dari rumah tangga, industri maupun limbah organik lainnya. Pada penelitian ini akan diteliti efektifitas dari alat ini sebagai suatu alat penanganan limbah organik (tinja) pada suatu lahan yang sempit dari suatu pemukiman. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dan analisis hasil laboratorium. Untuk itu dilakukan pemeriksaan/pengujian sifat-sifat fisik dan kimia dilaboratorium dan melakukan perbandingan untuk mengetahui perbedaan kandungan bahan organik limbah yang masuk pada inlet dengan kandungan bahan organik limbah yang keluar pada outlet. Dari hasil pengujian di laboratorium diperoleh kandungan bahan organik limbah pada saat pengeluaran (outlet) pada instalasi ini adalah sangat berbeda dengan kondisi kandungan bahan organik air limbah pada saat pemasukan (inlet), dimana kandungan bahan organiknya lebih kecil pada outlet. Hal ini menunjukkan bahwa instalasi TRIPIKON S dapat menjadi salah satu alternatif penanganan limbah cair yang baik. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas lingkungan. Kata kunci : Air Limbah Rumah Tangga, Lahan sempit, Tripikon S, Kandungan Bahan
Organik
PENDAHULUAN Latar Belakang
Dewasa ini masalah yang berkaitan dengan teknik penyehatan dan teknik lingkungan hidup semakin bertambah. Pertambahan penduduk, perkembangan jumlah industri, kenaikan jumlah konsumen menambah beban pada lingkaran biologis dan kimiawi yang sudah ada dalam lingkungan kehidupan manusia. Khususnya kawasan pemukiman di kota-kota besar saat ini cenderung semakin sempit pada setiap kaplingnya. Demikian juga pemukiman di daerah rawa dan sungai. Penanganan limbah cair pada pemu-kiman yang padat tersebut semakin dirasakan sulit, karena adanya kendala dalam pembuatan septiktank horizontal yang lazim digunakan pada penanganan limbah cair domestik. Kendala dalam pembuatan tangki septik tradisional sebagai prasarana penyehatan lingkungan antara lain berupa lahan yang semakin sempit dan sering tergenang air karena semakin tingginya permukaan air tanah. Salah satu alternatif teknik pena-nganan limbah domestik (rumah tangga) yang murah dan mudah pembuatannya adalah dengan menggunakan instalasi TRIPIKON-S yang ditemukan oleh Prof. Hardjoso Prodjopangarso. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Pengolahan Air Limbah Rumah… Mary Selintung & Miranda R. Malamassam
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil
ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Sipil Volume 5 : Desember 2011
TS7 - 2
1. Berapa besar kadar kandungan bahan organik sebelum masuk dalam instalasi TRIPIKON-S (inlet) 2. Berapa besar kadar kandungan bahan organik setelah melampaui waktu tinggal tiga hari yang dapat diambil
melalui pipa outlet.
Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk meninjau efektifitas dari instalasi TRIPIKON-S (inlet) melalui pemeriksaan kandungan bahan organik dari air limbah di laboratorium. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa perbedaan kandungan bahan organik limbah yang masuk pada inlet dengan kandungan bahan organik limbah yang keluar pada outlet LANDASAN TEORI Dasar
Instalasi TRIPIKON-S terdiri dari 3 (tiga) buah pipa konsentris ukuran kecil, sedang dan besar dengan prinsip kerja yang serupa dengan tangki septik tradisional. Limbah padat dan limbah cair masuk melalui pipa kecil dan mengalami perombakan didalam pipa sedang. Bagian atas dari pipa sedang merupakan tempat terjadinya proses aerobik, bagian tengah merupakan lintasan dan bagian bawah merupakan tempat terjadinya proses anaerobik. Untuk memperluas tempat terjadinya proses aerobik maka dapat dipasang lagi 1 pipa secara horizontal (TRIPIKON–S+). Selama melintas dipipa tengah (ukuran sedang), limbah akan terurai menjadi gas, air dan lumpur. Pada tangki septik tradisional, proses lintasan terjadi secara horizontal sedangkan pada instalasi TRIPIKON-S proses lintasan terjadi secara vertikal. Bagian pertama lintasan adalah mengarah kebawah (dalam pipa sedang) dan bagian kedua adalah mengarah keatas yaitu melalui celah antara pipa sedang dan pipa luar (pipa besar). Pipa Instalasi TRIPIKON-S dapat dibuat dari pipa paralon atau dari drum aspal. Dimensi Tripikon S 1. Pipa yang paling dalam (pipa kecil) Ø pipa = 4" yang dapat disesuaikan dengan ukuran leher angsa dari
kloset. 2. Pipa sedang (pipa tengah) Ø pipa = 8" (dapat disesuaikan) 3. Pipa besar (pipa luar) Ø pipa = 16" (dapat disesuaikan) 4. Celah antara pipa luar dan pipa sedang minimal 2 cm 5. Lobang-lobang bor pada pipa tengah mempunyai ukuran minimal Ø = 0,5 cm terdiri dari 2 deret berjarak 4
cm. Jarak deret bawah dari dasar TRIPIKON S adalah 10 – 20 cm 6. Lobang pada kaki berbentuk segiempat dengan ukuran (3 x 3) cm dan berjumlah 4 buah 7. Ruang pengapung yaitu jarak antara pipa terkecil dan pipa tengah adalah setinggi > 20 cm 8. Panjang pipa besar yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 meter 9. Peritungan volume total dari TRIPIKON- S atau volume pipa yang paling besar dapat dicontohkan sebagai
berikut : Misal :
Instalasi untuk 6 orang Waktu menetap (waktu tinggal) = 3 hari Asumsi kebutuhan per orang/hari = 25 liter Jadi V = 6 x 3 x 25 = 600 liter = 600 dm3
Diameter pipa luar dapat dihitung sebagai berikut : Misal panjang pipa = 6 m = 60 dm Luas penampang pipa = ¼ π D2 = 600/60 = 10 dm2 D = ± 35 cm Untuk panjang pipa 6 m maka diameter pipa paling luar = 35 cm
Cara pengoperasian 1. Pemasukan limbah Sebelum limbah dimasukkan untuk pertama kali, maka instalasi harus terisi penuh dengan air tawar. Limbah dimasukkan kedalam Tripikon-S lewat bowl (atau lewat lubang jamban). Limbah yang ada didalam instalasi yang sudah mengeram selama 3 (tiga) hari akan keluar dengan adanya limbah baru yang dimasukkan.
PROS ID ING 20 1 1© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil
Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Sipil ISBN : 978-979-127255-0-6
TS7 - 3
2. Pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan untuk pemeriksaan/pengujian di laboratorium. Limbah cair yang akan dimasukkan diambil sebagai sampel inlet dan limbah yang keluar dari TRIPIKON-S diambil sebagai sampel outlet. Masing-masing sampel akan diperiksa : pH (tingkat keasaman), zat organic, suhu, rasa, bau, kekeruhan, BOD5 dan COD. Pemeriksaan/pengujian pH adalah untuk mengetahui kadar keasaman atau basa dalam suatu larutan melalui konsentrasi ion Hidrogen H+. Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dioksidasikan melalui proses kimia dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut didalam air. Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi didalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat yang tersuspensi dalam air. Reaksi biologis pada tes BOD dilakukan pada temperatur inkubasi 200C dan dilakukan selama 5 hari hingga mempunyai istilah BOD20
5. Satuan BOD adalah mg O2/ltr. Tabel 1. Perbandingan rata-rata antara BOD5 dan COD untuk berbagai jenis air buangan
Nilai BOD5/COD Jenis Air Buangan (a.b.) 0,4 – 0,6 a.b. penduduk
0,6 a.b. penduduk setelah pengendapan primer
0,2 a.b. penduduk setelah diolah secara biologis
0,1 Air sungai yang tidak tercemar
0,5 – 0,65 a.b. industri organis tanpa racun
0,0 – 0,2 a.b. industri anorganis atau bercun
Sumber : Alaerts & Santika, 1984 Kalau sampel BOD mengandung zat beracun maka pertumbuhan bakteri akan terhalang sehingga angka BOD rendah. Namun hal ini tidak mempengaruhi analisa COD yang tidak tergantung dari pertumbuhan bakteri. Analisa BOD dan COD saling melengkapi yang dapat dilihat dari perbandingan antara BOD dan COD yang dapat menunjukkan adanya gangguan. Tabel 1 menunjukkan nilai perbandingan angka BOD dengan COD untuk beberapa jenis air buangan. METODA PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada Laboratorium Sanitasi Lingkungan Fakultas Teknik Jurusan Sipil (outdoor). Perakitan alat dan pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus hingga tanggal 22 Agustus 2011
Tahap Penelitian
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengadaan alat-alat seperti pipa paralon dengan berbagai ukuran yaitu pipa dengan ukuran 4", 8" dan 16". 2. Perakitan alat hingga dapat terpasang 3 pipa yang dipasang secara konsentris lengkap dengan pipa-pipa
udara dan peluap (lihat Gambar 1). 3. Pengambilan sampel sebelum dimasuk-kan pada inlet untuk pemeriksaan kandungan bahan organiknya. 4. Pengambilan sampel yang keluar melalui pipa peluap untuk diperiksa kandungan bahan organiknya, setelah
bahan uji berada 3 hari di dalam pipa instalasi Tipikon-S
Pengolahan Air Limbah Rumah… Mary Selintung & Miranda R. Malamassam
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil
ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Sipil Volume 5 : Desember 2011
TS7 - 4
Gambar 1. Tripikon-S HASIL DAN BAHASAN Dari hasil pengujian di laboratorium sebagaimana tertera dalam Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa ada perubahan kualitas limbah yang masuk di inlet dan kualitas air yang keluar dari outlet. Setelah melalui instalasi ini bahan organik menurun = 20,86 %, BOD5 = 35,03 % dan COD = 23,92 % Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
No. Parameter Satuan Hasil Pemeriksaan
Sebelum pengolahan
Sesudah pengolahan
I. F I S I K 1. Suhu 0C 25 25 2. Kekeruhan NTU 75 72 3. Rasa - Berasa Berasa 4. Bau - Berbau Berbau
II. K I M I A 1. pH - 6,5 6,2 2. Zat Organik mg/l 178,61 141,35 3. BOD mg/l 361,78 235,06 4. COD mg/l 532,65 405,21
Sumber : Hasil Pemeriksaan di Laboratorium Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa instalasi ini dapat menurunkan bahan organic dalam limbah cair. Jadi dapat digunakan utamanya pada buangan tinja. Hasil kualitas dari outlet dapat pula disesuaikan dengan standar air buangan sebagaimana pada Tabel 1 dimana perbandingan antara BOD5 dan COD mencapai angka 0,58. Ini berarti air buangan ini masih tergolong dalam buangan air penduduk tanpa racun. Hasil-hasil pemeriksaan lainnya seperti suhu, kekeruhan dan pH mengalami perubahan nilai yang kecil dan masih berada pada batas-batas yang diizinkan sebagai air buangan penduduk. Instalasi TRIPIKON –S masih dapat disesuaikan dengan banyaknya pengguna instalasi dan waktu tinggal untuk mendapatkan kualitas air buangan yang memenuhi standar.
Pipa paralon kecil
Pipa paralon sedang
Pipa luapan
Pipa paralon besar Lubang atas
Lubang bawah
Pipa penguras
Arah aliran
Endapan
Pipa ventilasi Lantai WC
PROS ID ING 20 1 1© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil
Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Sipil ISBN : 978-979-127255-0-6
TS7 - 5
SIMPULAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan bahan organik pada air limbah di Laboratorium maka TRIPIKON-S sebagai salah satu alternatif teknik penanganan limbah domestik dapat memberikan banyak manfaat dan keuntungan antara lain: 1. Adanya peningkatan kualitas lingkungan 2. Teknologi cukup sederhana sehingga dapat dilakukan oleh masyarakat 3. Pembuatannya mudah dan murah 4. Pemeliharannya dapat dilakukan sendiri oleh pemakai 5. Lahan yang digunakan sangat kecil sehingga cocok untuk pemukiman padat 6. Cocok untuk daerah rawa dan sungai Saran
1. TRIPIKON-S hanya untuk membuang kotoran manusia (tinja). 2. Untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih permanen maka perlu diadakan beberapa kali
pemasukan dan pemeriksaan sampel uji di laboratrium secara runtut waktu.
DAFTAR PUSTAKA 1. Alaerts G dan Santika Sri Simestri (1984) Metode Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional, Surabaya 2. Malamassam Miranda (2002). Laporan Pelatihan Pada Laboratorium Teknik Penyehatan dan Lingkungan
(Audit Lingkungan) UGM 3. Parmley O. Robert (2003). Civil Engineer’s Illustrated Source Book. The Mac Graw Hill Companies 4. Prodjopangarso Hardjoso. Penuntun Praktikum Teknik Penyehatan dan Lingkungan UGM 3. Sugiharto (1987). Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Penerbit Universitas Indonesia 4. Thohir A. Kaslan (1985). Butir-butir Tata Lingkungan. Penerbit PT Bina Aksara, Jakarta 5. Wardhana A. Wisnu (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi, Jogyakarta
23
URGENSI PENGELOLAAN SANITASI DALAM UPAYA KONSERVASI SUMBERDAYA AIR DI KAWASAN KARST
GUNUNGSEWU KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Ahmad Cahyadi 1), Efrinda Ari Ayuningtyas2) dan Bayu Argadyanto Prabawa2) 1),2),3)Mahasiswa Magister Perencaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS), Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1),2),3)Karst Student Forum (KSF) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Email: 1)[email protected]
ABSTRACT
Karst area in Gunungkidul Regency has a unique hydrological conditions. Groundwater system in this region is dominated by dissolution cracks which caused drier conditions at the surface. The condition also causes the groundwater in this area have groundwater vulnerability to pollution is high. Some of the re-sults of previous studies is that some sources of water from groundwater in karst areas in Gunung Esch-erecia coli bacteria contaminated. These bacteria are thought to originate from the sanitary conditions are not good. This paper discusses the sanitary conditions in Gunungkidul karst area, sanitation systems are in harmony with conservation of groundwater in karst areas, as well as to discuss the efforts that must be done so that the sanitary conditions in Gunungkidul karst area be in harmony with the conservation of groundwater in the region. Sanitary conditions in Gunungkidul karst area is currently in poor condition so it could potentially cause contamination of groundwater in the region. Sanitary waste can be managed with the use of septic tank system modifications such as tripikon-s which will produce output that is envi-ronmentally friendly. As well as the system of sanitation in Gunungkidul karst area is more suited made with system communal, is built on the karst alluvial plains with adding a channels filters which can be utilized as a media crop.
Keywords: Karst, Groundwater Vulnerability, Groundwater Conservation, Sanitation
ABSTRAK
Kawasan Karst Gunungkidul memiliki kondisi hidrologi yang unik. Sistem airtanah di kawasan ini di dominasi oleh celah-celah hasil pelarutan yang menyebabkan kondisi kering di permukaan. Kondisi terse-but juga menyebabkan airtanah di kawasan ini memiliki kerentanan airtanah terhadap pencemar yang tinggi. Beberapa hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa beberapa sumber air yang berasal dari airtanah di Kawasan Karst Gunungkidul telah tercemar bakteri Escherecia coli. Bakteri ini diperkirakan berasal dari kondisi sanitasi yang tidak baik. Makalah ini membahas kondisi sanitasi di Kawasan Karst Gunungkidul, sistem sanitasi yang selaras dengan upaya konservasi airtanah di kawasan karst, serta un-tuk membahas upaya yang harus dilakukan agar kondisi sanitasi di Kawasan Karst Gunungkidul dapat selaras dengan upaya konservasi airtanah di kawasan tersebut. Kondisi sanitasi di Kawasan Karst Gunungkidul saat ini masih dalam kondisi kurang baik sehingga sangat berpotensi menyebabkan ter-jadinya pencemaran airtanah di kawasan tersebut. Limbah sanitasi dapat dikelola dengan menggunakan sistem septic tank modifikasi seperti tripikon-s yang akan menghaasilkan keluaran yang ramah lingkungan. Selain itu, sistem sanitasi di Kawasan Karst Gunungkidul lebih cocok dibuat dengan sistem komunal, dibangun pada dataran aluvial karst dengan menambahkan saluran penyaring yang dapat dimanfaatkan sebagai media tanaman.
Kata Kunci: Karst, Kerentanan Airtanah, Konservasi Airtanah, Sanitasi
Indonesian Journal of Conservation Vol. 2 No. 1 - Juni 2013 [ISSN: 2252-9195] Hlm. 23—32
24
Indonesian Journal of Conservation Vol. 2 No. 1 - Juni 2013
PENDAHULUAN
Karst adalah sebuah istilah dalam Ba-hasa Jerman yang diturunkan dari Bahasa Slovenia yang berarti lahan gersang berbatu (Adji dkk, 1999). Istilah tersebut sebenarnya menggambarkan kondisi yang sering ditemui di banyak daerah yang berbatuan karbonat atau batuan lain yang memiliki sifat mudah larut. Definisi yang lebih spesifik diungkap-kan oleh Ford dan Williams (1992) yang mendefinisikan karst sebagai medan dengan karakteristik hidrologi dan bentuklahan yang diakibatkan oleh kombinasi batuan yang mu-dah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang dengan baik.
Karst di wilayah Gunungkidul pertama kali diperkenalkan oleh Danes (1910) dan Lehmann (1936) dan lebih dikenal di dunia dengan nama karst Gunungsewu. Karst ini dicirikan oleh perkembangan kubah karst (kegelkarst), salah satu bentuklahan positif yang lebih dikenal dengan kubah sinusoidal. Gunungsewu juga dapat dikategorikan sebagai karst terbuka (bare/nackter karst) berupa conical hills yang tidak dijumpai di kawasan karst lainnya di seluruh dunia. Selain itu, kawasan karst Gunungsewu juga merupakan salah satu kawasan karst yang sangat unik di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya penghargaan dari Asia-Pasific Forum on Karst Ecosystem and World Heritage sebagai World Natural Heritage. Salah satu sistem yang memerlukan pengelolaan dari kawasan unik ini adalah airtanahnya.
Airtanah adalah air yang terletak pada wilayah jenuh di bawah permukaan tanah (Asdak, 2007). Sumberdaya airtanah merupakan sistem hidrologi utama yang sangat potensial di kawasan karst Gunungsewu. Sistem hidrologi kawasan karst yang unik sangat dipengaruhi oleh po-rositas sekunder (aliran airtanah melalui ce-lah-celah pelarutan) yang menyebabkan air masuk ke dalam sistem aliran bawah tanah dan menyebabkan kondisi kering di per-mukaan tanah. Sungai permukaan di kawa-san karst sangat minim, tetapi sistem sungai bawah permukaan berkembang dengan baik yang dikenal dengan sungai bawah tanah. Namun demikian, akuifer karst memiliki kerentanan terhadap pencemaran yang cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan karena
lapisan tanah di kawasan karst yang tipis, konsentrasi aliran yang terdapat di daerah epikarst, dan resapan air yang melalui ponor, sehingga kontaminan mudah mencapai airtanah (Widyastuti, 2010). Oleh karena itu, maka diperlukan adanya upaya perlindungan airtanah di kawansan karst dari ancaman pencemaran. SUMBERDAYA AIR DI KAWASAN KARST GUNUNGSEWU KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAN PERANANNYA BAGI PENYEDIAAN AIR BERSIH
Air merupakan komponen penting di
alam, tetapi keberadaannya yang tidak terdistribusi merata secara ruang dan waktu sering kali menimbulkan permasalahan bagi kehidupan manusia (Cahyadi dkk, 2011). Salah satu bentang alam yang memiliki nilai hidrologi cukup besar dan penting sebagai penyedia sumberdaya air adalah kawasan karst. Karst merupakan wilayah dengan hi-drologi unik dan terbentuk dari kombinasi antara tingginya pelarutan batuan dengan porositas yang berkembang baik. Kondisi tersebut menyebabkan air yang jatuh di permukaan akan mengalir melalui celah-celah dan lorong bawah tanah dan terkumpul dalam akuifer karst atau sungai bawah tanah (Cahyadi, 2010). Beberapa sungai bawah tanah kemudian muncul kembali di permukaan pada topografi yang lebih rendah sebagai mata air. Salah satu keunggulan dari mata air karst adalah waktu tunda yang panjang antara hujan hingga keluar ke mataair sehingga beberapa mata air karst akan memiliki debit yang besar saat musim kermarau. Hal ini yang menyebabkan kawa-san karst sering dijuluki sebagai “tanki air tawar raksasa” yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia (Haryono, 2001 ).
Kawasan Karst Gunungsewu di Kabupaten Gunungkidul hanya terletak di bagian selatan dan timur Kabupaten Gunungkidul, namun airtanah dari kawasan karst ini telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di hampir seluruh wila-yah Kabupaten Gunungkidul. Suryono (2006) menyebutkan bahwa sistem pemenu-han kebutuhan air di kawasan karst Gunung-
25
kidul dan sekitarnya dibagi menjadi empat, yakni: (1) Sistem Airtanah Bribin yang me-menuhi kebutuhan air bersih di Kecamatan Rongkop, Kecamatan Girisubo, Kecamatan Tepus, dan Kecamatan Semanu; (2) Sistem Airtanah Seropan yang memenuhi kebu-tuhan air bersih di Kecamatan Ponjong, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Ka-rangmojo, Kecamatan Semin, dan Kecama-tan Semanu; (3) Sistem air tanah Ngobaran yang memenuhi kebutuhan air bersih di Kecamatan Saptosari, Kecamatan Paliyan, Kecamatan Panggang dan Kecamatan Pur-wosari; dan (4) Sistem airtanah Baron yang melayani kebutuhan air bersih Kecamatan Tanjungsari.
Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan oleh MacDonalds and Partners (1984), sungai bawah tanah yang saat ini digunakan sebagai sumber baku air minum memang memiliki debit yang besar. Debit pada masing-masing sungai bawah tanah tersebut yaitu Bribin dengan debit 1500 lt/dt, Seropan 400 lt/dt, Baron 8000 lt/dt, dan Ngobaran 150 lt/dt. Selain itu, MacDonalds
and Partners (1984) mengemukakan terdapat belasan sistem sungai bawah tanah dengan debit dibawah 100 lt/dt, serta ratusan mata air dengan debit yang bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa sistem sungai bawah tanah dan keluarannya berupa mata air m e m p u n y a i r e s e r v o i r a i r y a n g mengimbuhnya dalam jumlah simpanan yang besar.
Haryono (2001) menyebutkan bahwa bukit‐bukit karst berperan sebagai reservoir utama air di kawasan karst, dan tidak ada zona untuk menyimpan aliran conduit karena geraknya sangat cepat dan segera mengalir ke laut (Haryono, 2001). Zona permukaan bukit karst ini disebut zona epikarst yaitu zona di-mana air terkonsentrasi dari hasil infiltrasi air hujan. Zone epikarst memiliki permeabilitas dan porositas akibat pelebaran celah dari hasil pelarutan dibandingkan lapisan lainnya (Klimchouk, 1997), sehingga menjadi zone penyimpan yang bagus karena berkontribusi di dalam mengimbuh aliran utama di sungai bawah tanah pada saat musim kemarau. KERENTANAN AIRTANAH DI
Gambar 1. Zona epikarst sebagai reservoir kawasan karst (Haryono, 2004)
Urgensi Pengelolaan Sanitasi… — Ahmad Cahyadi, dkk.
26
Indonesian Journal of Conservation Vol. 2 No. 1 - Juni 2013
KAWASAN KARST GUNUNG SEWU KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Kerentanan yang dimaksud dalam
penulisan ini adalah mengenai penurunan kualitas airtanah akibat masuknya bahan pencemar atau kontaminan. Hal ini sesuai dengan definisi yang dikemukaan oleh Margat (1960) dalam Vrba dan Zaporozec (1994) yang mengemukakan bahwa kerentanan airtanah adalah tingkat kermu-dahan atau kesulitan airtanah untuk ter-kontaminasi sebagai fungsi dari kondisi hi-drogeologi suatu daerah yang di dalamnya menunjukkan perlindungan yang diberikan oleh lingkungan pada lokasi berbeda-beda. Pengertian yang sama dikemukakan oleh Harter dan Walker (2001) yang menyebutkan bahwa kerentanan airtanah adalah ukuran tingkat kemudahan dan kesulitan suatu
polutan untuk mencemari airtanah di suatu wilayah.
Secara umum komponen aliran karst dibedakan menjadi 2 tipe aliran yaitu aliran conduit and aliran diffuse (Domenico and Schwartz, 1990). Aliran diffuse perlahan‐lahan mengisi sungai bawah tanah melalui retakan‐retakan yang berukuran 10‐3 ‐ 10 mm sebagai aliran infiltrasi (Bonacci, 1990 dalam Adji 2010). Aliran tipe ini biasanya menetes atau merembes pada ornamen gua. Se-dangkan aliran conduit bergerak dengan cepat dari permukaan menuju sungai bawah tanah melalui lorong‐lorong yang lebih besar yaitu berukuran 102‐104 mm. Akibatnya, apabila terdapat masukan aliran yang besar melalui saluran ini, maka muka air di sungai bawah tanah akan cepat naik dan banyak pencemar dapat ikut masuk ke dalam sistem sungai bawah tanah.
Gambar 2. Aliran diffuse dan conduit di karst (Domenico and Schwartz, 1990)
Gambar 3. Perjalanan pencemar dari permukaan menuju sungai bawah tanah melalui celah conduit di kawasan karst (Haryono, 2004)
27
Berdasarkan kondisi tersebut, dapat digambarkan bahwa airtanah di kawasan karst Gunungsewu yang memiliki peranan yang sangat besar bagi pemenuhan kebu-tuhan air, ternyata juga memiliki airtanah yang sangat rentan terhadap pencemaran. Kerentanan ini berkaitan erat dengan kompo-nen batuan karst yang berupa saluran conduit dengan porositas sekunder yang besar, serta kemungkinan aktivitas manusia yang dapat mencemari airtanah seperti pembuangan limbah domestik di permukaan tanah yang berpengaruh besar terhadap pencemaran air-tanah.
PENGELOLAAN SANITASI DI KAWA-
SAN KARST & DAMPAKNYA TER-
HADAP SUMBERDAYA AIRTANAH
Sanitasi merupakan kebutuhan setiap
orang. Sanitasi yang dimaksud dalam penu-lisan karya tulis ini hanya mencakup pembu-angan air limbah yang berasal dari kegiatan mandi, cuci, dan kakus (MCK). Limbah merupakan salah satu faktor yang berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran airta-nah di kawasan karst. Pendugaan ini didasar-kan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumayudha (2005) yang menyebut-kan 8 sampel air yang diambil dari 8 lokasi aliran bawah tanah karst di Gunungkidul telah tercemar oleh bakteri Escherecia coli, yang diperkirakan berasal dari sanitasi yang tidak dikelola dengan baik. Hal serupa juga dikemukakan oleh Haryono (2001) yang me-nyebutkan 5 dari 11 mataair di Kecamatan Ponjong telah mengalami pencemaran oleh bakteri Escherecia coli, serta Sudarmadji dkk (2005) yang menyebutkan bahwa kandungan bakteri Escherecia coli dienam sistem sungai bawah tanah pada musim penghujan telah melampaui batas baku mutu air minum. Oleh karena airtanah Kawasan Karst Gunungkidul begitu penting untuk memen-uhi kebutuhan air bersih di Kabupaten terse-but, maka usaha untuk menjaga kelestariann-
ya baik secara kuantitas dan kualitas harus terus dilakukan.
Nayono dkk. (2011) menyebutkan bah-wa 68 % masyarakat di Kawasan Karst Keca-matan Semanu Kabupaten Gunungkidul menggunakan toilet leher angsa, 30%. Seba-gian besar toilet tersebut dilengkapi dengan suatu konstruksi sederhana yang mereka se-but sebagai septic tank. Namun demikian, konstruksi dari septic tank yang dibuat tern-yata masih memungkinkan menyebabkan pencemaran airtanah. Hal ini karena pada lapisan bawah septic tank tidak terdapat lapisan semen sehingga air dari septic tank dapat langsung meresap ke dalam sistem air-tanah.
Bappeda Gunungkidul (2010) me-nyebutkan bahwa kondisi pengolahan grey water (air limbah dari kegiatan mencuci dan mandi) di Kawasan Karst Gunungkidul han-ya dibuang di permukaan (86%) dan hanya 14% yang mendaur ulang atau menggunakan kembali air limbahnya. Nayono dkk. (2011) m e n a m b a h k a n b a h w a k e g i a t a n menggunakan kembali grey water meliputi; (1) 53% menggunakan kembali air limbahnya untuk menyiram tanaman, (2) 38% untuk peternakan dan perikanan dan (3) 9% sisanya untuk memandikan ternak. Pembuangan air limbah ke permukaan tanah menyebabkan bau yang tidak sedap dan kondisi tanah yang berlumpur. Kondisi semacam, ini juga dapat menyebabkan pencemaran airtanah meng-ingat kemampuan kawasan karst meresapkan air sangatlah tinggi.
REKOMENDASI PENGELOLAAN SA-
NITASI
Permasalahan sanitasi di kawasan karst
yang paling mengancam sumberdaya airta-nah kawasan karst adalah kualitas air bu-angan yang memiliki kualitas yang buruk. Hal tersebut karena kondisi sistem airtanah kawasan karst yang hanya sedikit atau bahkan tanpa penyaring (filter) berupa tanah akan menyebabkan air dari buangan sanitasi ini masuk langsung atau tidak tersaring dengan baik (Adji, 2006). Oleh karena itu,
Urgensi Pengelolaan Sanitasi… — Ahmad Cahyadi, dkk.
28
Indonesian Journal of Conservation Vol. 2 No. 1 - Juni 2013
hasil buangan sanitasi yang dalam penulisan ini meliputi aktivitas mandi, cuci dan kakus (MCK) haruslah dimasukkan ke dalam se-buah sistem yang mampu mengolahnya men-jadi air atau zat cair yang tidak menimbulkan pencemaranm bagi airtanah.
Limbah yang dikeluarkan dari kegiatan mandi, cuci dan kakus dibedakan menjadi dua, yaitu limbah buangan hasil fisiologi manusia (urin dan tinja) dan air dari kegiatan mandi dan mencuci yang sering disebut se-bagai grey water. Pengelolaan dua jenis limbah ini harus dipisahkan karena keduanya memiliki sifat yang berbeda. Limbah berupa urin dan tinja didominasi pencemar berupa bakteri, sedangkan grey water didominasi limbah kimia dari detergen dan sabun. Sugi-harto (2008) menyebutkan bahwa limbah yang berupa tinja dan urin dapat dikelola dengan menggunakan septic tank standar ataupun dengan septic tank modifikasi, se-dangkan limbah grey water harus dikelola dengan septic tank modifikasi. Meskipun demikian, penggunaan septic tank modifikasi lebih disarankan karena keluaran dari septic tank modifikasi bersifat tidak berbahaya, se-dangkan keluaran septic tank standar masih memerlukan penyaringan melalui media tanah.
Syarat penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan septic tank modifikasi ada-lah dinding terbuat dari bahan yang kedap air sehingga tidak terjadi kebocoran air limbah yang belum selesai terproses. Selain itu, uku-
ran menjadi sangat penting agar septic tank dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama minimal 5 tahun (Sugiharto, 2008). Ukuran yang digunakan disesuaikan dengan jumlah orang yang menggunakannya.
Salah satu jenis septic tank modifikasi yang baik untuk digunakan adalah jenis Tripikon-s. Tripikon-s bekerja hampir sama seperti septic tank biasa. Perbedaannya ter-letak pada arah aliran air limbah dalam pipa pemrosesan. Dalam septic tank biasa, air men-galir horizontal sedangkan dalam Tripikon-S, air mengalir vertikal. Air limbah masuk ke dalam Tripikon-S melalui pipa kecil (inlet) dihubungkan dengan toilet dan dilanjutkan dengan pipa sedang. Waktu tunda air dalam Tripikon-S adalah 3 hari.
Proses pengolahan limbah dalam tri-pikon-s terjadi dua kali di dalam tabung se-dang. Proses pertama adalah proses kimiawi. Pada proses ini, kotoran manusia yang bercampur dengan air akan melalui proses reduksi. 60-70 % kotoran akan tertinggal pa-da bagian dasar. Bagian yang tidak mengan-dung kotoran sebagian besar akan menga-pung sehingga membentuk lapisan buih. Lapisan ini berfungsi untuk memperbaiki kondisi anaerobik dalam dasar pipa sehingga bakteri anaerobik yang berfungsi dalam pros-es dekomposisi dapat berkembang cepat.
Gambar 3. Perbedaan karakteristik pencemaran bakteri dan pencemaran kimia. Pencemaran bakteri dapat mencapai 11 meter pada media tanah, sedangkan pencemaran kimia dapat mencapai 95 meter pada media tanah (Sugiharto, 2008)
29
Proses yang kedua yaitu proses biologis yang berupa dekomposisi lumpur oleh bakteri an-aerobik. Kotoran akan terbagi menjadi bagi-an-bagian yang kecil dan keluar sebagai resa-pan yang tidak tercemar dan ramah ling-kungan.
Selain terjadi pada proses dekomposisi, proses reduksi bakteri patogen seperti Eschere-cia coli juga terjadi di bagian pipa sedang. Bakteri Escherecia coli merupakan bakteri yang memerlukan oksigen untuk tetap bertahan hidup. Oksigen dalam Tripikon-S akan men-jadi lebih mudah didapat pada bagian atas permukaan lapisan air. Berdasarkan hal terse-but, maka bakteri Escherecia coli cenderung berada pada bagian paling atas dari lapisan air untuk mendapatkan oksigen. Selain bak-teri Escherecia coli, terdapat bakteri aerobik
lain yang hidup dalam pipa Tripikon-S. Bak-teri-bakteri ini juga memiliki kecenderungan untuk berada pada bagian atas dari per-mukaan air. Dikarenakan ketersediaan oksi-gen dalam air yang terbatas, terdapat proses kanibalisme antar bakteri untuk mendapat-kan oksigen yang cukup, sehingga proses ini dapat mengurangi jumlah bakteri Escherecia coli. Air limbah yang telah melalui proses dekomposisi akan keluar melalui
Pengelolaan sani tas i dengan mengunakan septik tank yang dibahas sebe-lumnya haruslah disesuaikan dengan kondisi di kawasan karst Gunungkidul. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan sistem sanitasi di kawasan karst Gunungkidul adalah kondisi ekonomi, kondisi morfologi atau topografi dan kondisi sosial masyarakat. Hal-hal tersebut penting dilakukan untuk
Gambar. 4 Septic tank model tripikon-s
Urgensi Pengelolaan Sanitasi… — Ahmad Cahyadi, dkk.
30
Indonesian Journal of Conservation Vol. 2 No. 1 - Juni 2013
menjamin kemungkinan suatu rencana dapat diterapkan dan keberlanjutannya dapat diper-tahankan tanpa mengurangi manfaat yang diharapkan bagi tujuan utama kegiatan terse-but yakni konservasi airtanah.
Hasil penelitian Mawarni (2010) me-nyebutkan bahwa 90,95% penduduk di kawasan karst Gunungkidul bagian tengah memiliki pekerjaan sebagai petani, 5,07% sebagai buruh dan sisanya bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan pedagang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mawarni (2010) juga menyebutkan bahwa pekerjaan paling dominan di kawasan karst Gunungkidul ba-gian barat adalah petani, yakni mencapai 96,16%. Hasil penelitian lain yang dilakukan Cahyadi (2010) menyebutkan bahwa persen-tase petani di kawasan karst Gunungkidul bagian timur mencapai 79,59%. Pendapatan petani di kawasan karst Gunungkidul sanga-tlah minim karena tanah di kawasan ini tidak begitu subur dan hanya mengandalkan air hujan, sehingga pada musim kemarau ban-yak diantara mereka yang merantau ke kota (Worosuprojo, 1997).
Kondisi ekonomi seperti di atas ten-tunya akan menyulitkan pelaksanaan pembu-atan septik tank yang ramah lingkungan pada tingkat rumah tangga, karena biaya yang di-perlukan cukup banyak. Oleh karena itu, maka pembuatan septik tank komunal akan lebih mudah dilakukan. Hal ini karena pem-buatannya dilakukan bersama-sama oleh masyarakat sehingga biaya yang ditanggung untuk setiap rumah tangga akan semakin kecil.
Analisis pola spasial yang dilakukan terhadap permukiman di kawasan karst Gunungkidul dengan menggunakan Citra Quickbird hasil pemotretan tahun 2010 dengan resolusi spasial 0,6 meter menunjuk-kan bahwa pola permukiman di Kawasan Karst Gunungkidul adalah mengelompok. Hal ini tentunya akan memudahkan dalam pembuatan septik tank secara komunal, kare-na jaringan pipa yang dibutuhkan akan lebih pendek dibandingkan dengan pola per-mukiman yang acak.
Kondisi morfologi yang berupa per-bukitan karst menyebabkan tidak di semua tempat dapat dijadikan lokasi septik tank komunal. Lokasi yang paling tepat untuk penempatan septik tank komunal adalah pada
dataran aluvial karst, baik yang berupa cockpit (lembah antar perbukitan karst), doline atau-pun polje. Letaknya yang berada di tempat yang paling rendah dibandingkan dengan tempat di sekitarnya akan menyebabkan ali-ran limbah dari sanitasi menuju septik tank secara gravitatif.
Dataran alluvial karst biasanya mem-iliki tanah yang relatif lebih tebal dibanding-kan wilayah di sekitarnya, namun karena merupakan tanah hasil pengendapan yang dominan lempung, maka tanah pada wilayah ini memiliki permeabilitas (kemampuan tanah untuk mengalirkan air) yang rendah. Hal ini akan menyebabkan septic tank akan cepat penuh karena aliran keluaran tidak dapat mengalir. Oleh karenanya diperlukan suatu modifikasi terhadap bentuk dari sistem sanitasi ini.
Salah satu metode yang dapat dil-akukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah pembuatan saluran penyaring dengan bahan lain yang memiliki permeabili-tas yang tinggi seperti pasir dan koral, yang dikombinasikan dengan pipa-pipa penyebar air ke seluruh dataran aluvial karst. Teknik ini dapat dipadukan dengan menjadikan ba-gian atas saluran penyaring sebagai media tanam bagi sayuran atau tanaman kacang-kacangan sehingga dapat menambah penda-patan petani termasuk pada musim kemarau. Namun demikian, metode terkhir ini hanya dapat dilakukan untuk saluran penyaring dari air seni dan tinja, sedangkan yang berasal dari grey water tidak dapat digunkan sebelum proses berakhir.
Permasalahan sosial yang dihadapi dalam konservasi airtanah kawasan karst di-antaranya adalah rendahnya pengetahuan masyarakat terkait dengan kerentanan airta-nah kawasan karst yang tinggi. Hal ini harus-lah diselesaikan dengan upaya-upaya sosial-isasi baik berupa sosialisasi di dalam ruangan ataupun kunjungan lapangan misalnya pene-lusuran gua, instalasi sumber air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) serta melakukan diskusi-diskusi tentang kesehatan lingkungan. Metode lain yang dapat dil-akukan adalah pengenalan lingkungan karst kepada anak-anak melalui pelajaran ataupun kegiatan lain di luar jam sekolah. Hal ini penting untuk menjaga keberlanjutan pro-gram konservasi airtanah di kawasan karst
31
dimasa mendatang.
SIMPULAN
Penanganan persoalan sanitasi di kawasan karst Gunungkidul mendesak untuk dilakukan. Hal ini karena sumberdaya airtanah di Gunungkidul sangat penting dan bukti adanya pencemaran pada beberapa sumber air yang digunakan telah teridentifikasi. Penanganan ini harus melibat semua pihak sehingga dapat tercapai dengan lebih mudah dan berkelanjutan, serta memperhatikan karakteristik kawasan karst yang unik.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Adji, T. N. 2006. Peranan Geomorfologi dalam Kajian Kerentanan Air Bawah Tanah Karst. Gunung Sewu, Indonesia Cave and Karst Journal, 2(1). 68-79
Adji, T. N., 2010. Variasi Spasial-Temporal Hidrogeokimia dan Sifat Aliran untuk Karakterisasi Sistem Karst Dinamis di Sungai Bawah Tanah Bribin Kabupaten Gunungkidul, D.I. Yogyakarta. Disertasi. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Cahyadi, Ahmad. 2010. Pengelolaan Kawasan Karst dan Peranannya dalam Siklus Karbon di Indonesia. Makalah dalam Semi-nar Nasional Perubahan Iklim di Indonesia. Sekolah Pasca Sarjana UGM Yogyakarta, 13 Oktober 2010.
Cahyadi, A., Lestariningsih, S.P., Zein, A.G., dan Rahmat, P.N. 2010. Tekanan Penduduk Terhadap Lahan di Kawasan Karst Gunungkidul (Studi Kasus Desa Songbanyu dan Desa Jerukwudel). Laporan Penelitian. Yogyakarta: Karst Student Fo-rum (KSF) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Cahyadi, Ahmad; Priadmodjo, Anggit dan Yananto, Ardila. 2011. Criticizing The Conventional Paradigm of Urban Drain-
age. Proceeding The 3rd International Graduat-ed Student Conference on Indonesia. Yogya-karta, 8-9 November 2011. Hal: 547-553.
Domenico,P.A. and Schwartz, F.W. 1990. Physical and Chemical Hydrogeology. 2nd Ed. John Wiley & Sons.
Danes, J.V., 1910. Die Karstphanomene in Goenoeng Sewoe auf Java, Tjdschrift van het kon. Ned. Aardrijksk. Gen.Tweede Serie, deel XXVII, 247‐260.
Ford, D. Dan Williams, P. 1992. Karst Geomorphology and Hydrology. London: Chapman and Hall
Harter, T. Dan Walker, L.G. 2001. Assesing Vulnerability of Groundwater. California: California Department of Health Service.
Haryono, E., 2001. Nilai Hidrologis Bukit Karst. Makalah pada seminar Nasional, Eko- Hidrolik. 28-29 Maret 2001 .Jurusan Teknik Sipil , UGM
Haryono, Eko. 2004. Hidup Bersahabat dengan Kawasan Karst. Yogyakarta: Forum Karst Goenoeng Sewoe.
Klimchouk, A., 1997. The nature and principal characteristics of epikarst. In: P.‐Y. Jean-nin (Editor), 12th International Congress of Speleology, La Chaux‐de‐Fonds, pp. 306.
Kusumayudha, S.B. 2005. Hidrogeologi Karst dan Geometri Fraktal di Daerah Gunung-kidul. Yogyakarta: Adi Cita.
Lehmann, H., 1936. Morfologiche Studien auf Java, Gohr, Abh, 3, Stutgart.
MacDonalds and Partners. 1984. Greater Yogya-karta – Groundwater Resources Study. Vol 3C: Cave Survey. Yogyakarta, Directorate General of Water Resources Development Project (P2AT).
Mawarni, A. 2010. Kiat Hidup Masyarakat di La-han Kering (Kasus Desa Giri Panggung Tepus Gunungkidul). Yogyakarta: Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gad-jah Mada.
Nayono, S., Lehn, H., Kopfmuller, J. dan Lon-dong, J. 2011. Options for Decentralized Waste Water Teratment in Rural Karst Area in Gunungkidul: Social Acceptance. Makalah dalam Asian Trans-Disciplinary Karst Conference 2011 Tanggal 7-10 Januari 2011. Yogyakarta: Fakultas Geografi Uni-versitas Gadjah Mada.
Sudarmadji, Haryono, E., Widyastuti, M., 2005.
Urgensi Pengelolaan Sanitasi… — Ahmad Cahyadi, dkk.
32
Indonesian Journal of Conservation Vol. 2 No. 1 - Juni 2013
Pengembangan Metode Konservasi Air Bawah Tanah di Kawasan Karst Sistem Bribin‐Baron, Kab. Gunungkidul, Laporan Penelitian Hibah bersaing XIII/1
Sugiharto. 2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Vrba j., Zaporosec A., 1994. Guidebook on Mapping Groundwater Vulnerability. Vol.16 Internation-al Association of Hydrogeologist. Hannover : Verlag Heinz Heise.
Widyastuti, M. 2010. Karakterisasi Daerah
Tangkapan Ponor Karst Gunungsewu sebagai Variabel Penentu Kerentanan Airtanah terhadap Pencemaran (Studi Kasus di DAS Bribin). Laporan Akhir Kegiatan Penelitian Hibah Disertasi Doktor. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Worosuprojo, S. 1997. Kajian Ekosistem Karst di Kabupaten Gunungkidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian. Biro Bina Lingkungan Hidup Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Program Magister Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Manajemen Infrastruktur Fakultas Teknik - Universitas Sriwijaya
Lampiran 9:
Lembar Bimbingan
Tesis:
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR SANITASI
DI DAERAH TEPIAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG
116