fikih kedokteran kontemporerrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v surat...
TRANSCRIPT
-
i
FIKIH KEDOKTERAN KONTEMPORER
(Analisis Produk Pemikiran Hukum Majma‘ al-Fiqh al-
Isla>mi> 1985 – 2010 dalam Bidang Kedokteran)
DISERTASI
Diajukan guna memenuhi syarat-syarat memperoleh
gelar Doktor (S3) Konsentrasi Syariah
Oleh :
Endy Muhammad Astiwara
NIM : 09.05.3.00.1.01.01.0073
Pembimbing:
Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo, MA
Prof. Dr. dr. M.K. Tajudin, Sp.And
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1436 H / 2014 M
-
ii
-
iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Endy Muhammad Astiwara
NIM : 09.05.3.00.1.01.01.0073
Program : Strata-3
Judul Disertasi : FIKIH KEDOKTERAN KONTEMPORER (Analisis
Produk Pemikiran Hukum Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> 1985 – 2010 dalam
Bidang Kedokteran)
Menyatakan bahwa Disertasi tersebut adalah karya orisinil hasil penelitian saya
sendiri dan tidak mengandung unsur-unsur plagiarisme sebagaimana yang
disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan
Tinggi. Adapun tulisan atau pendapat orang lain, telah saya sebutkan kutipannya
secara jelas dan sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Saya pun telah
melakukan pengecekan melalui http://www.plagiarisma.net dengan hasil sebagai
berikut (bukti pengecekan terlampir):
1. Bab 1 : 94% originality 2. Bab 2 : 100% originality 3. Bab 3 : 95% originality 4. Bab 4 : 97% originality 5. Bab 5 : 98% originality 6. Bab 6 : 100% originality 7. Bab 7 : 100% originality 8. Bab 8 : 99% originality
Apabila di kemudian hari terbukti bahwa disertasi ini merupakan hasil plagiarisme,
maka saya bersedia untuk menerima sanksi pencabutan gelar yang saya terima
maupun sanksi akademik lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Jakarta, 28 Januari 2015
7 Rabi>‘ al-Tha>ni> 1436
Saya yang membuat pernyataan,
(Endy Muhammad Astiwara)
-
iv
HASIL UJI PLAGIARISME
Berikut ini ialah hasil uji naskah disertasi untuk mencegah
plagiarism. Nilai arbahwa setiap kutipan teks selalu disertai dengan catatan
kaki sebagai keterangan sumber. Dengan cara ini dapat dieliminir adanya
kemungkinan plagiat dalam suatu karya ilmiah.
Pengujian ini menggunakan Plagirisma.net sebagai Plagiarism
Checker, karena inilah metode yang paing valid dan dapat untuk menguji
karakter teks yang sangat banyak dan mampu menjangkau hingga kl 158
bahasa di dunia.
Pengujian dilakukan per Bab sesuai dengan Bab-bab dalam disertasi. Akan
tetapi telah dilakukan sejumlah perubahan hingga dalam bentuk buku ini.
Results generated by Plagiarisma.Net
http://plagiarisma.net
1. Total 42675 chars (2000 limit exeeded) , 263 words, 13 unique
sentences, 94% originality
2. Total 151644 chars (2000 limit exeeded) , 264 words, 1 unique
sentences, 100% originality
3. Total 37708 chars (2000 limit exeeded) , 276 words, 13 unique
sentences, 95% originality
4. Total 262069 chars (2000 limit exeeded) , 291 words, 28 unique
sentences, 97% originality
5. Total 52463 chars (2000 limit exeeded) , 303 words, 25 unique
sentences, 98% originality
6. Total 197999 chars (2000 limit exeeded) , 273 words, 17 unique
sentences, 100% originality
7. Total 170400 chars (2000 limit exeeded) , 284 words, 28 unique
sentences, 100% originality
8. Total 4731 chars (2000 limit exeeded) , 252 words, 13 unique sentences,
99% originality
http://plagiarisma.net/
-
v
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disertasi yang berjudul "Fikih Kedokteran Kontemporer (Analisis Produk
Pemikiran Hukum Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> 1985 – 2010 dalam Bidang
Kedokteran)" yang disusun oleh Endy Muhammad Astiwara, NIM:
09.05.3.00.1.01.01.0073, telah dikomunikasikan dengan Pembimbing dan dinilai
layak untuk diajukan dalam Ujian Promosi Terbuka pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta..
Jakarta, 30 Januari 2015
Pembimbing:
Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo, MA ………………………….
Tanggal: ………………..
Prof. Dr. dr. M.K. Tajudin, Sp. And …………………………..
Tanggal: …………………
-
vi
-
vii
SURAT PERSETUJUAN PENGUJI
Disertasi yang berjudul "Fikih Kedokteran Kontemporer (Analisis Produk
Pemikiran Hukum Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> 1985 – 2010 dalam Bidang
Kedokteran)" yang disusun oleh Endy Muhammad Astiwara, NIM:
09.05.3.00.1.01.01.0073, telah diperbaiki dan dikomunikasikan dengan Para Penguji
Ujian Pendahuluan serta dinilai layak untuk diajukan dalam Ujian Promosi Terbuka
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Januari 2015
TIM PENGUJI:
Prof. Dr. SUWITO, MA
(Ketua sidang merangkap Penguji)
Prof. Dr. H. M. ATHO MUDZHAR, MSPD
(Penguji)
Prof. Dr. dr. ICHRAMSJAH A. RACHMAN, SpOG (K)
(Penguji)
Prof. Dr. dr. M.K. TAJUDIN, SpAnd
(Pembimbing merangkap Penguji)
Prof. Dr. HUZAEMAH T. YANGGO, MA
(Pembimbing merangkap Penguji)
(……………………)
(……………………..)
(……………………..)
(……………………..)
(…………………….)
-
viii
-
ix
Kata Pengantar
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Alla>h Taba>raka wa Ta‘a>la>, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul
"FIKIH KEDOKTERAN KONTEMPORER (Analisis Produk Pemikiran Hukum
Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> 1985 – 2010 dalam Bidang Kedokteran)". Penyusunan
disertasi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam
program studi Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam
Negeri (UIN) Jakarta.
Dalam penyusunan disertasi ini, berbagai pihak telah banyak memberikan
dorongan, bantuan serta masukan yang sangat berharga bagi penulis. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA atas semua kebijakannya dalam memudahkan
penulis menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA dan Direktur Sekolah
Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA atas semua kebijakannya
dalam memberikan fasilitas dan pelayanan maksimal yang mendukung
studi penulis selama menimba ilmu di Sekolah Pascasarjana (SPs)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Direktur Program Doktor Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta; Bapak Prof. Dr. Suwito, MA
yang telah banyak meluangkan waktu kepada penulis untuk berdiskusi dan
memberi masukan yang sangat berharga.
4. Ibu Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo, MA dan Bapak Prof. Dr. dr. M.K. Tajudin, Sp.And selaku promotor yang dengan penuh ketulusan dan
kesungguhan telah memberikan pengetahuan dan bimbingannya yang
sangat bermanfaat bagi penulisan hingga penyelesaian disertasi ini.
5. Bapak Prof. Dr. H. M. Atho Mudzhar, MSPD dan Bapak Prof. Dr. Dr. Ichramsjah A. Rachman, SPOG (K), yang telah berkenan meluangkan
waktu kepada penulis untuk berdiskusi dan memberi masukan yang sangat
berharga.
6. Direktur Program Magister Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta; Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA,
yang sebelumnya menjabat sebagai Deputi Direktur Bidang Administrasi,
-
x
dan telah banyak membantu proses administrasi penulis sehingga dapat
menyelesaikan program Doktor ini.
7. Seluruh dosen dan staf pengajar serta karyawan Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan pelayanannya dengan sungguh-sungguh baik berupa ilmu
pengetahuan maupun proses administrasi selama penulis menimba ilmu di
Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta ini.
8. Yang teramat mulia ibunda tercinta, Ibu Hj. Sriyatin Mulyati yang dengan tulus ikhlas selalu mendo’akan keberhasilan penulis dalam menempuh dan
menyelesaikan studi ini.
9. Yang tercinta isteri penulis, Euis Nurmala, S.Pd, yang dengan penuh kesetiaan mendampingi penulis dalam suka maupun duka selama
menempuh studi di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Tentu saja
yang paling istimewa kedua buah hati penulis; Fathiyyah Ash-Shafa dan
Mumtaz Arafah yang selalu menjadi pendorong motivasi penulis untuk
menyelesaikan studi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam studi maupun dalam penyelesaian disertasi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya
satu persatu. Semoga Alla>h Jalla wa ‘Ala> membalas semua kebaikan
mereka dengan balasan yang berlipat ganda. Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan disertasi ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
konstruktif sangat penulis harapkan guna menyempurnakan penulisan disertasi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga disertasi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 28 Januari 2015
7 Rabi>‘ al-Tha>ni> 1436
Penulis,
Endy Muhammad Astiwara
-
xi
A B S T R A K
Disertasi ini memperoleh temuan bahwa dalil sadd al-dhari>‘ah digunakan dalam semua topik kedokteran dalam mu'tamar-mu'tamar Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi>
al-Dawli> yang dibahas dalam penelitian ini. Masing-masing topik menggunakan
beberapa dalil atau metode, dengan satu metode utama, yaitu metode sadd al-dhari>‘ah digunakan pada pembahasan Bank Sperma dan Rahim Titipan; al-istis}h}a>b dan al-mas}lah}ah al-mursalah digunakan pada pembahasan Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung; al-istih}sa>n bi al-nas}s} dan sadd al-dhari>‘ah digunakan pada pembahasan Bank Air Susu Ibu; al-istih}sa>n bi qa‘idah raf‘ al-h}araj wa al-mashaqqah dan sadd al-dhari>‘ah digunakan pada pembahasan Alat Bantu Hidup dan Penentuan Kematian; serta al-mas}lah}ah al-mursalah dan al-istih}sa>n bi al-mas}lah}ah digunakan pada pembahasan Transplantasi Organ. Hal tersebut membuktikan
bahwa semakin suatu tindakan medis membawa kepada kerusakan (mafsadat) yang
lebih besar, maka lebih cenderung digunakan dalil yang bersifat preventif.
Disertasi ini mendukung hasil kajian Jam‘i>yah al-‘Ulu>m al-T{ibbi>yah al-
Isla>mi>yah al-Urduni>yah dalam buku Qad}a>ya> T{ibbi>yah Mu‘a>s}irah. Namun demikian berbeda dengan hasil penelitian Mus}t}afa> Di>b al-Bugha> dalam bukunya Athar al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> fi> al-Fiqh al-Isla>mi> dan penelitian Mus}lih} Ibn ‘Abd al-H{ayy al-Najja>r dalam bukunya Al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> ‘inda al-Us}u>li>yyi>n wa Tat}biqa>tuha> al-Mu‘a>s}irah.
Sumber primer disertasi ini ialah “Majallah Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi>”>, yang berisi kumpulan makalah penyaji, pembanding, dan notulen mu'tamar-
mu'tamar Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> al-Dawli> Munaz}z}amah al-Ta‘a>wun al-Isla>mi>
atau International Islamic Fiqh Academy of Organization of Islamic Cooperation
(IIFA – OIC). Hingga tahun 2010, Majallah Majma‘ berjumlah 36 jilid buku, masing-masing setebal kurang lebih 500 halaman. Adapun bidang kedokteran
mencakup sekitar 10% dari seluruh topik pembahasan Majma‘. Selama kurun
waktu 1985 s.d. 2010 telah dibahas 23 masalah kedokteran dalam 29 kali mu'tamar.
Penelitian ini memilih 4 (empat) dari 23 topik di atas, dengan alasan bahwa topik-
topik tersebut merupakan tema yang penting dalam dunia kedokteran serta menjadi
acuan pokok dari topik-topik kedokteran berikutnya.
Penulis menganalisis cara pengeluaran hukum (t}ari>q al-istinba>t}) yang dilakukan oleh Majma‘ al-Fiqh dari seluruh sumber-sumber hukum Islam yang ada.
Selanjutnya menguji dalil-dalil manakah yang paling relevan untuk digunakan
memecahkan persoalan kedokteran tersebut. Dengan demikian disertasi ini
menggunakan metode penelitian deskriptif analitis yang bersifat yuridis melalui
pendekatan us}u>l al-fiqh, al-qawa>‘id al-fiqhi>yah, fiqh, ilmu kedokteran, dan lain-lain.
-
xii
-
xiii
A B S T R A C T
This research is written on the basis of the fiqh contemporary issues on medical field. Since medicine is not merely a science but also an implemented
knowledge which directly embraces every side of human life. Medicine has become
the example of contemporary problems which dynamically move along with human
notion about healthy and sickness, life and death, and aesthetical matters.
The main source of this research is “Majallah Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi>”, a series of books consists of selective papers (either of the presenters, discussants or
comparators) and minutes of meeting of conferences of Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi>
al-Dawli> Munaz}z}amah al-Ta‘a>wun al-Isla>mi> or International Islamic Fiqh
Academy-Organization of Islamic Cooperation (IIFA –OIC). IIFA-OIC has released
36 volumes up to the year of 2010 and each volume consists of more than 500
pages whereas only 10% concerning medicine topics. During the year of 1985 to
2010, the conference has been discussing 23 medical topics concerning medical
issues in 29 conferences. However, only 4 topics of medical issues have been
chosen to be discussed in this research.
The author is to analyse medical problems from the point of view of all of Islamic legal main resources.
This research concludes that even one of the medical treatment more carry
to make a damage (mafsadat), so it's the way through to be prevented. The reason of its conclusion is that Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> has been
using several methods in each topic of contemporary medical issues. The main
method of sadd al-dhari>‘ah is used in Sperm Banking and Surrogacy; al-istis}h}a>b and al-mas}lah}ah al-mursalah method are used in Artificial Insemination and Test Tube Baby; al-istih}sa>n bi al-nas}s} and sadd al-dhari>‘ah are used in Breastmilk; al-mas}lah}ah al-mursalah and al-istih}sa>n bi al-mas}lah}ah are used in Organ Transplantation; al-istih}sa>n bi qa‘idah raf‘ al-h}araj wa al-mashaqqah and sadd al-dhari>‘ah also used in Ventilator as well as Definition of Death. And last, the research reveals that sadd al-dhari>‘ah method is used in all of the topics also.
The conclusion above is relatively equal to study of Jam‘i>yah al-‘Ulu>m al-
T{ibbi>yah al-Isla>mi>yah al-Urduni>yah in its book named Qad}a>ya> T{ibbi>yah Mu‘a>s }irah. Nevertheless, it has been distinctiveness with the standpoint of Mus}t}afa> Di>b al-
Bugha> in his book named Athar al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> fi> al-Fiqh al-Isla>mi> and Mus}lih} Ibn ‘Abd al-H{ayy al-Najja>r in his book named Al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> ‘inda al-Us}u>li>yyi>n wa Tat}biqa>tuha> al-Mu‘a>s}irah.
Along with the more complexity of modern issues or problems, the more
demand for the scholar verdicts or fatwa> or decision for ijtiha>d deserves more authoritative way among Muslim society in the form of collective ijtiha>d (al-ijtiha>d al-jama>‘i>)) rather than individual ijtihad (al-ijtiha>d al-fardi>). Collective ijtiha>d means that the opinion of Islamic laws or fata>wa> issued are based on the ijtiha>d of the expert assembly which consists of Islamic jurists and medical doctors in various
related knowledge.
-
xiv
-
xv
ملخص البحث
،ذل مااتذناالطذالطاا ذ ااوذياا ذضوعااولتذل ب اا الطبقضاات تذهذالرسااتل ذاختاات هذ اا
ذ.ذنواحيذل يتةالبشر ال يذ تع قذنيذوتطبيقيذل منتحيتيذ
كثاارةذالمئااتلمذالمعتااارةذالشااتلو ذالماا كو ةذتتط اا ذاللتااتومذالتاا ذالت ضاا ذضاا ذ
ذ.ضنهجذاإلسالمذضنذنتحي ،ذوضنذنتحي ذأخرمذتواك ذتطو اهذال يتة
ذالتعااتوطرجاا ذ اا االب ذ ااوذضم اا ذالممماا ذاللقااوذاإلسااالضيذالاا وليذلمن ماا ذض
أضاتذ.ذاإلسالضيذالمطبوعذنئ ذوثالثينذضم اذوفيذخمسذضتل ذال ذفيذكمذضم ذتقر بت
ضئتلمذالطبي ذالتيذن ثنتذلنهتذفتشممذلشرةذنتلمتلا ذضانذجميا ذالموعاولتهذالتايذن ا ذ
ذ02ون ااا ذالمممااا ذاللقاااوذذ0252حتااا ذذ5891المممااا ذاللقاااوذلنهاااتذضااانذضااا ةذسااان ذ
لناتو نذضنهاتذل ب ا ذفايذ ا هذالرساتل ذذ4ضؤتمراه،ذوضنذثمذ ختات ذذ08ضوعولتهذفيذ
ذ.ال كتو ة
ضمماا ذاللقااوذالاا وليذ ااوذذت اا ذولا ةذوضئاا ولي ذا ضتناا ذالعتضاا ذل من ماا ذو ااوذ
ضنئاا ذليوااوطذض اامذال اساا ذفاايذ اا هذالرسااتل ،ذ نااوذالممماا ذالاا وليذالمعاارو ذنقااوةذ
إلحتط ذنوامذالما ا ذالمتبعا ذفضاالذلانذالب اورذوال اساتهذالمق ضا ذضانذاإلستنبتطذوا
ذ.الع متذوذالبتحثين،ذكمتذأطذذلضو ذالممم ذتمثمذالب اطذا لضتءذنتلمن م
أضتذضنذنتحي ذوستنبتطذالممم ،ذ رمذالبتح ذنلنوذالذنوتليذنتلمصاتل ذوا ااو ذ
ذا ااو ذالمخت افذفيهاتذالمتلقذل يهتذف ئ ذولونذ تتجذول ذا او ذا خرمذوتئام
أوذا لل ذالمخت فذفيهتذو ايذاإلست ئاتطذوالمصاتللذالمرسا ذوسا ذال عا ذو ارعذضانذ
كاااامذذالبتحاااا ذذط اااا وضاااانذ نااااتذا.ذقب نااااتذواإلستصاااا ت ذوأقااااوا ذالصاااا تن ذوالعاااار
كثاارذوسااتخ اضهتذمخت اافذفيهااتذالضصااتل ا حوتمذوضبااتلحذا حوااتمذضاانذالمتلااقذل يهااتذوذ
.الممم كمصتل ذالستنبتطذنلتتومذ
أطذك متذا لمت ذالطبي ذتميمذوليذضلئ ةذضنذوخالا ذضتذتوامذوليوذالبتح ذ وذ
ذا لل ذأوذ ئتخ مذل ةذأطذالممم ذذتؤخ ذالخالا ذضنذ.أيذضلتس ذفهنتكذ نبغيذتمنبهت
تذذكرذفيذوأ مذا او ذ ت ققذفيذكمذالموعوعذكم.ذالمنهمي ذفيذكمذضوعوعذاللتوم
ذالتتلي ذاستخ م. ذلنذفتإلست ئتط ذن ذال ي ونن ذاإلنعتشوذك ذال يتةذذأجه ة ونهت
ذوذ.اإلنئتني ذأضت ذالمرس ذوت خ ضاسالمصتلل ذالصنتلي ذالت قيل ذن ذلن أطلت ذ
ذس ذال ع أضتذوذ.ونـتلتعذاإلنئـتطذنللضـتءذجئمذونئـتطذأخرذحيتذكتطذأوذضيتتوذا نتني
ذت خ ضاس ذن ذلن ذو ذالمني ذذ.المئتلجرذمالرحننوك ذضنهج ذال ع وأ ضت ذس
ذ.لن ذكمذضوعوعذالطبي ذت خ ضاس
تتمثامذفايذاإلجتهاتلذالمماتليذالم ا ةذذممئتلالل ا،ذقرا اهذاللقهي ذالموثوقذضنذ
ذ.نع ومذالطبي ذذالخبراءاللقهتءذوذول ذضنضممعاللتتومذيذا هذ ال
ذ
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CEUQFjAE&url=http%3A%2F%2Fwww.eiiit.org%2Fresources%2Feiiit%2Feiiit%2Feiiit_article_read.asp%3FarticleID%3D616&ei=9g3XU6PTFtC_uASAi4KwAQ&usg=AFQjCNHBir90VWSnYr5dcuATr6JePto4QQ&sig2=660fnbuHxlYRu5ScotNmPA
-
xvi
-
xvii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
alif Tidak اdilambangkan
Tidak dilambangkan
ba b be ب
ta t te ت sa th te dan ha ث Jim j je ج (ha ḥ ha (titik di bawah ح kha kh ka dan ha خ dal d de د zal dh de dan ha ذ ra r er ر zai z zet ز sin s es س shin sh es dan ha ش (sad ṣ es (titik di bawah ص (dad ḍ de (titik di bawah ض (ta ṭ te (titik di bawah ط (za ẓ zet (titik di bawah ظ ain ...‘..... Koma terbalik di atas‘ ع gain gh ge dan ha غ fa f ef ف qaf q qi ق kaf k ka ك lam l el ل mim m em م nun n en ن wau w we و ha h ha ه hamzah ...’ ... apostrof ء ya y ye ي
-
xviii
Catatan:
Huruf madd berupa alif dilambangkan dengan ā seperti qāla (قال) Huruf madd berupa waw dilambangkan dengan ū seperti qālū (قالوا) Huruf madd berupa ya dilambangkan dengan ī seperti qīla (قيل) Huruf tā’ marbūṭah (ة) yang terletak di akhir kata ditulis h, Sedangkan tā’ marbūṭah (ة) yang menjadi mu«āf ditulis t seperti wazārat al-tarbiyah (وزارة الرتبية). Sedangkan kata yang di akhirnya tā marbūṭah (ة) yang menjadi ṣifat dan mawṣūf ditulis h seperti al-risālah al-qaṣīrah (الرسالة القصرية) Kata-kata serapan dari bahasa Arab yang telah biasa digunakan, ditulis sesuai
dengan ejaan bahasa Indonesia, seperti: Islam, darurat, fikih.
-
xix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
HASIL UJI PLAGIARISME
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERSETUJUAN PENGUJI
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
i
iii
iv
v
vii
ix
xi
xvii
xix
xxv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah 2. Pembatasan Masalah 3. Perumusan Masalah
C. Kajian Terdahulu yang Relevan D. Kerangka Teori E. Metodologi Penelitian F. Tujuan dan Manfaat Penelitian G. Sistematika Penulisan
1
1
9
9
11
12
13
14
15
17
18
BAB II
TEORI ISTINBA
-
xx
BAB III
F. Qawl al-S{ah}a>bi> G. Shar‘u Man Qablana> H. Al-Istih{sa>n I. Al-Mas}a>lih{ al-Mursalah J. Sadd al-Dhara>’i‘ K. Al-‘Urf
PROFIL MAJMA‘ AL-FIQH AL-ISLA><
A. Latar Belakang dan Sejarah B. Struktur Organisasi C. Pedoman dan Prosedur Mu'tamar Majma‘
51
57
60
64
70
75
85
85
95
104
BAB IV REPRODUKSI DAN PERMASALAHANNYA
A. Teori Kromosom B. Fertilisasi C. Tahapan Perkembangan Embrio D. Infertilitas E. Macam-macam Terapi Infertilitas F. Bayi Tabung G. Pembahasan Fikih tentang Inseminasi Buatan
dan Bayi Tabung
1. Filosofi Pernikahan dalam Pandangan Islam 2. Inseminasi Buatan dalam Sejarah Kedokteran Islam 3. Proses Awal Kejadian Manusia 4. Keselarasan Wahyu dan Logika vs Materialisme Barat 5. Ruang Lingkup Terapi Fertilitas dan Problematikanya 6. Analisis ‘Illat Hukum Bayi Tabung 7. Obyek Hukum pada Kasus Bayi Tabung 8. Dasar Pertimbangan Majma‘
H. Keputusan Majma‘ al-Fiqh tentang Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung
I. Pengantar Pembahasan Bank Sperma J. Analisis Kualitas Sperma K. Pembekuan dan Penyimpanan Sperma L. Bank Sperma M. Pembahasan Fikih tentang Bank Sperma
1. Pandangan dari Al-Qur'a>n dan al-H{adi>th 2. Pandangan dari Para Fuqaha>' 3. Nikah istibd}a>‘ Versi Kontemporer 4. Dasar Pertimbangan Majma‘
N. Rahim dan Kehamilan dalam Pandangan Kedokteran O. Rahim Titipan P. Pembahasan Fikih tentang Rahim Titipan
1. Hukum Memiliki Anak 2. Pandangan Ulama tentang Rahim Titipan
107
109
115
116
123
130
141
144
144
149
150
152
154
160
166
171
177
178
182
184
191
195
196
197
200
202
205
217
222
222
223
-
xxi
3. Perdebatan Ulama tentang Status Ibu dari Bayi yang Dilahirkan
4. Perdebatan Ulama Seputar Alasan Keharaman Rahim Titipan
5. Dasar Pertimbangan Majma‘
226
231
234
BAB V
BANK AIR SUSU IBU (BUNUn 4. Kemuliaan Jiwa Manusia 5. Pengertian tentang Jiwa, Kapan Seseorang Dikatakan
Hidup atau Mati Menurut Al-Qur'a>n
6. Kehidupan dan Kematian Menurut Para Fuqaha’ 8. Penggunaan Alat Bantu Hidup 9. Dasar Pertimbangan Majma‘
M. Keputusan Majma‘ al-Fiqh
267
268
279
286
290
293
297
300
306
310
313
321
323
324
325
328
335
337
344
350
351
355
361
-
xxii
BAB VII TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DARI ORANG
HIDUP MAUPUN DARI JENAZAH (INTIFA
-
xxiii
BAB VIII PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran-Saran
441
441
442
DAFTAR PUSTAKA
A. Jurnal dan Buletin Ilmiah B. Buku-Buku C. Kepustakaan dari Internet D. Rujukan Utama untuk Takhri>j al-H{adi>th
GLOSARI
INDEKS
BIODATA PENULIS
445
445
464
476
485
487
491
503
-
xxiv
-
xxv
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Tahapan Mitosis
Struktur Spermatozoa
Proses Oogenesis
Fertilisasi Sperma Menuju Ovum
Stadium Cleavage
Bentuk Morula pada Embrio Manusia
Throphoblast pada Endometrium
Stadium Blastula
Primordial Germ Cells and Yolk Sac
Janin (Foetus) Usia 12 Minggu
Ukuran Kepala Janin Dibandingkan dengan Tubuh
Janin dalam Rahim pada Posisi Normal
Prosentase Penyebab Infertilitas di Amerika Serikat
Prosedur ART
Perkembangan Ovum dari Ovarium
Teknik Fertilisasi In Vitro dan Tranplantasi Embrio
Potongan Sagital Organ Reproduksi Pria
Potongan Testis dan Pembelahan Sel Sperma
Potongan Sagital Organ Reproduksi Wanita
Anatomi Uterus dan Cervix Uteri
Anatomi Uterus dan Sekitarnya
Sel Neuron
Potongan Sagital Anatomi Otak
Pembagian Area Fisiologi Otak
Skema Area Fisiologi Otak dan Batang Otak
Arah Kompresi Dada pada RJP
Alat Ventilator
Defibrilator Internal Terpasang
Pemasangan Implantable Defibrillator
Transplantasi yang Umum Dilakukan di AS
109
111
113
115
116
117
118
118
120
121
122
123
126
131
135
136
178
181
206
209
211
269
272
273
275
303
306
311
312
371
-
xxvi
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Masalah Kedokteran yang Dibahas Majma‘ 1985-2010
Organ Reproduksi Pria dan Fungsinya
Kandungan Semen pada Pria
Grafik Kadar Hormon pada Siklus Haid
Tabel Keputusan Majma‘ tentang Reproduksi
Cara Menegakkan Diagnosa Mati Batang Otak (MBO)
Beberapa Kesukaran Dalam Diagnosa MBO
Refleks untuk Menegakkan Diagnosa MBO
Kesimpulan Majma‘ tentang Penghentian Alat Bantu Hidup
Transplantasi Organ Tubuh yang Biasa Dilakukan
Negara-Negara yang Menggunakan Sistem Opt-In
(Informed Consent) dan Opt-Out (Presumed Consent)
Masa Hidup Pasien pada Berbagai Jenis Transplantasi
Kesimpulan Majma‘ tentang Transplantasi dari Sisi
Pendonor
Kesimpulan Penggunaan Dalil dalam Masalah Kedokteran
10
179
184
213
240
294
296
297
362
369
378
381
439
441
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Masalah-masalah Kontemporer dalam Bidang Kedokteran Kedokteran merupakan salah satu cabang ilmu terapan (applied science)
yang terpenting, kalau tidak dapat dikatakan yang terpenting. Hal tersebut karena
bidang ini menyentuh secara langsung ke dalam kehidupan setiap insan. Persoalan-
persoalan dalam bidang kedokteran merupakan suatu contoh problematika
kontemporer. Bidang tersebut selalu bergerak dinamis seiring cara pandang
masyarakat tentang sehat dan sakit, hidup dan mati, hasrat manusiawi untuk tetap
sehat dan bugar, estetika, serta perkembangan teknologi medis yang terus
berkembang pesat.
Demikian pula dari sisi klasifikasi sains, ilmu kedokteran terus maju dan
berkembang, yang mengerucut kepada fokus yang lebih detail, seperti bidang-
bidang subspesialisasi yang sebelumnya belum pernah ada. Misalnya bidang
radiologi intervensi, kardiologi anak non-invasive, rehabilitasi medik geriatri, dsb.
Ketatnya tuntutan spesialisasi dalam ranting disiplin ilmu tertentu membawa
pengaruh pula terhadap penguasaan seorang dokter terhadap ilmu pengetahuan
kedokteran secara umum.
Istilah kedokteran kontemporer mencakup semua masalah kedokteran yang
muncul pada akhir abad 20 dan awal abad 21 ini, dan oleh karenanya membutuhkan
penetapan hukum fikih untuk menerima, menolak, ataupun memodifikasinya agar
sesuai syariah islam. Bidang ini meliputi berbagai aspek yang saling berkaitan.
Diantaranya ialah timbulnya penyakit-penyakit degeneratif yang terkait dengan
gaya hidup,1 pekerjaan,
2 maupun dampak pencemaran lingkungan.
3 Kemudian
teknologi kedokteran yang berkembang pesat berikut penggunaannya yang semakin
merata, baik untuk diagnosa maupun terapi.4 Juga akibat berubahnya paradigma
masyarakat terhadap hal-hal yang mendasar dalam kehidupan umat manusia,
misalnya apa yang disebut sakit, konsep menjadi tua adalah masalah, pandangan
materialistik tentang apa yang disebut dengan baik dan sempurna.5
Adapun disertasi ini menjadikan sejumlah problema kedokteran
kontemporer sebagai obyek penelitiannya. Namun demikian, agar lebih fokus
1Biasa diistilahkan dengan life style disease. Seperti penyakit gastritis kronis
akibat terlalu sibuk bekerja sehingga makan tidak teratur, atau atherosclerosis akibat terlalu
banyak memakan junk food.
2Biasa disebut dengan occupational disease, yaitu penyakit akibat jenis pekerjaan
tertentu, seperti conjunctivitis kronis pada pekerja yang banyak terpapar bahan kimia.
3Seperti dermatitis allergic pada penduduk yang menggunakan air sungai yang
tercemar limbah industri.
4Seperti cryopreservasi pada penyimpanan sperma di Bank Sperma.
5Bagi masyarakat yang semakin hedonistic, maka menjadi tua adalah sebuah
tragedi. Akibatnya tumbuh menjamur berbagai sentra terapi agar orang (tampak) lebih
muda, dari mulai terapi hormonal, botox, hingga bedah kosmetik.
-
2
kepada apa yang dituju dalam penelitian ini dan tidak melebar kepada hal-hal
lainnya, maka topik-topik yang dipilih ialah yang pada umumnya menjadi dasar
dari problema-problema kedokteran yang terus berkembang. Contohnya ialah
pembahasan tentang transplantasi organ. Kesimpulan hukum atas topik ini ini
menjadi dasar untuk pembahasan Majma‘ al-Fiqh selanjutnya, yaitu tentang stem
cell, kloning, transplantasi organ janin, dan lain-lain.
2. Urgensi Ijtihad dalam Mengatasi Problematika Kontemporer Apabila kita menelaah nus}u>s} (teks-teks) Al-Qur'a>n atau sunnah Nabi, maka
akan dijumpai bahwa sebagian hukum telah diputuskan secara tegas dan jelas.
Namun sebagian lainnya, bahkan sebagian terbesar, belum atau tidak dinyatakan
demikian.6 Oleh karenanya Alla>h menyediakan indikasi (amara>t) dan sarana yang
memungkinkan manusia untuk memutuskannya melalui upaya intelektual yang
sungguh-sungguh, yaitu ijtihad.7 Hal inilah sebenarnya yang dapat menjadikan
hukum Islam mampu menjawab setiap persoalan umat manusia, yang semakin
banyak dan kompleks. Tanpa adanya ijtihad, seolah-olah hukum Islam tidak
berdaya menghadapi kemajuan zaman. Di sinilah tampak urgensi ijtihad.8
Namun demikian dalam sejarah intelektual umat Islam, telah terjadi
kebekuan berijtihad selama berabad-abad. Setelah melalui masa jumu>d yang cukup
6Muhammad Shahru>r, Nah}w Us}u>l Jadi>dah li al-Fiqh al-Isla>mi>, terj: Sahiron et al.
(Yogyakarta: Elsaq Press, 2004) , 295-303.
7Kata ‚ijtiha>d‛ diambil dari kata al-jahd dan al-juhd yang berarti kemampuan dan
kesungguhan, yaitu bersungguh-sungguh dalam menuntut sesuatu. Adapun secara
terminologis, terdapat beragam definisi yang berbeda-beda, namun memiliki inti pengertian
yang relatif sama, yaitu: ‚Ijtihad ialah segala daya upaya yang dicurahkan oleh seorang
faqi>h untuk menghasilkan suatu hukum shara‘ yang bersifat z}ann‛. Lihat: ‘Abd al-Ma>jid l-Su>su>h, Dirasa>t fi> al-Ijtiha>d (Bayru>t: Da>r al-Bas}a’ir al-Islami>yah, 1423H-2003M), 11-12, 15. ‘Abd al-Rah}ma>n al-Bana>ni>, H}ashi>yah al-Bana>ni> (Bayrut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1418H-1998M), j. II, 585-586. Abu> H}a>mid al-Ghaza>li>, al-Mustas}fa> (Bayrut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, t.t), j. II, 350.Al-T}ayyib Khud}ri> al-Sayyid, Al-Ijtiha>d fi>ma> La> Nas}s} fi>h (Al-Riya>d}: Maktabah al-Haramayn, 1983), j. I, 11.
8Menilik kepada perbincangan di atas mengenai ijtihad, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat empat kriteria yang harus dipenuhi dalam definisi ijtihad, yaitu:
a. Mencurahkan semua kemampuan (istifra>gh al-wus‘), baik konsentrasi, kemampuan intelektual, maupun komitmen moral dan akhlaq.
b. Seorang ahli fikih (al-faqi>h), meskipun tidak mencapai peringkat mujtahid. Diantara syarat terpenting bagi seorang faqi>h ialah memahami situasi dan kondisi kontemporer,
serta memahami permasalahan yang akan difatwakan. Bahkan seorang faqi>h tidak boleh
berfatwa tentang sesuatu yang tidak faham tentang masalah tersebut dengan baik.
c. Menghasilkan kesimpulan hukum yang bersifat z}anni> (li tah}s}i>l al-z}ann), tidak sampai kepada peringkat qat}‘i>.
d. Hukum shara‘ (bi h}ukm shar‘i>), yaitu bidang yang dilakukan ijtihad ialah hanya pada hukum-hukum shara‘ saja. Bukan pada topik-topik keimanan dan akhlak, dan bukan
pula pada perkara-perkara yang semata-mata bersifat empiris (h}issi>ya>t) dan rasional (‘aqli>ya>t) saja.
-
3
lama, kemudian muncul para pembaharu (mujaddid) dan mujtahid untuk menyelesaikan persoalan yang timbul pada masanya.
9
Adapun bagi ulama dan pakar keislaman pada era kontemporer ini, dapat
dikatakan seluruhnya berpendapat bahwa tidak boleh dalam suatu periode terjadi
kekosongan dari keberadaan mujtahid. Mereka pun sepakat untuk menyatakan
bahwa keberadaan mujtahid dan ijtihad adalah wa>jib kifa>’i>.10 Ijtihad, tak dapat dipungkiri, diperlukan untuk masuk di relung-relung
kehidupan masyarakat yang semakin majemuk ini. Sejak generasi awal umat ini
sudah menggalakkan ijtihad dalam area yang memang tidak tersentuh Al-Qur'a>n
dan al-Sunnah secara rinci. Ini bisa disimak dari hadis yang sangat masyhur,
manakala Rasulullah SAW akan mengangkat Mu‘a>dh Ibn Jabal sebagai gubernur di
Yaman:
: "
:
:
" .11
Sesungguhnya tatkala Rasu>lulla>h SAW mengutus Mu‘a>dh ke Yaman, Beliau
bertanya: "Bagaimana engkau memutuskan hukum jika diajukan kepadamu suatu
masalah?". Dia menjawab:"Aku memutuskan dengan Kitab Alla>h". Beliau bertanya
lagi:"Lalu apabila engkau tidak dapati di dalam Kitab Alla>h?" Dia menjawab: "Aku
akan memutuskan dengan Sunnah Rasu>lulla>h SAW". Beliau pun bertanya lagi:" lalu
apabila tidak kau dapati dalam Sunnah Rasu>lulla>h?" Dia pun menjawab: "Aku akan
berijtihad dengan pikiranku dan tidak berpaling (lagi) darinya". Kemudian Nabi
SAW menepuk dadanya seraya berkata: "Segala puji bagi Alla>h yang telah
menepati Rasu>lulla>h SAW dengan apa yang Dia ridhai untuk Rasu>lulla>h".
Secara umum, para ulama mengklasifikasikan dalil-dalil Al-Qur’a>n dan al-
Sunnah, kepada al-Thawa>bit dan al-Mutaghayyira>t. Yang pertama berarti hal-hal yang baku (qat}’i>) dan tetap sepanjang masa serta tidak memerlukan ijtihad, sedangkan yang kedua ialah hal-hal yang dapat bahkan harus terus dilakukan
interpretasi dan reinterpretasi agar sesuai dengan kemaslahatan pada masa dan
tempat tertentu dalam sejarah.12
Di samping itu, ijtihad yang diperlukan pada masa kini ialah termasuk
bagaimana mempermudah penerapan syariah Islam di tengah masyarakat, serta
bagaimana mendorong mereka untuk melaksanakan perintah-perintah agama dan
menjauhkan diri dari larangan-larangannya.13
Hukum Islam (dalam arti fiqh) adalah
9Lihat buku-buku tentang Ta>ri>kh al-Tashri>‘ (sejarah perkembangan hukum Islam).
10
Jama>l ‘At}i>yah, Al-Tajdi>d al-Fiqhi> al-Manshu>d (Dimashq: Da>r al-Fikr, 1422H-2002M), 19.
11
Riwayat Abu> Da>wud, al-Tirmidhi>, Ah}mad, al-Da>rimi>, al-Bayhaqi>, ‘Abd Ibn
H{umayd, Abu> Da>wud al-T{aya>li>si>, Ibn Abi> Shaybah, al-T{abra>ni>, al-T{ah}a>wi>, Muh}ammad Ibn
Sa‘d al-Zuhri>, Ibn ‘Asa>kir, Yu>suf al-Mizzi>, dan al-Khat}i>b al-Baghda>di>.
12
Wahbah al-Zuh}ayli>, Tajdi>d al-Fiqh al-Isla>mi> (Dimashq: Da>r al-Fikr, 2002), 172.
13Sali>m al-‘Awwa>, Al-Fiqh al-Isla>mi> fi> T}ari>q al-Tajdi>d (Dimashq: al-Maktab al-
Isla>mi>, 1998), 15.
-
4
hukum yang berkembang secara kontinyu. Perkembangan itu merupakan tabiat
hukum Islam yang terus hidup.14
Dalam pada itu sifat dinamis dari fikih tersebut, haruslah tetap mengacu
secara teguh kepada Al-Qur’a >n dan Hadis Sahih. Hal ini senantiasa diingatkan oleh
para ulama us}ul al-fiqh, diantaranya ialah ‘Abd al-Maji>d al-Su>su>h: ‚Fikih merupakan hasil ijtihad para ulama atas shari>’ah Isla>mi>yah, dimana
syariat Islam ini bersumber kepada wahyu Alla>h Ta‘a>la, baik berupa Al-Qur’a>n
maupun al-H{adi>th al-S}ah}i>h}. Oleh karenanya maka ijtihad bukanlah suatu keputusan
yang sama sekali baru (al-insha>’), melainkan merupakan uraian, prediksi, maupun implementasi dari apa-apa yang diinginkan oleh Alla>h Jalla> wa ‘Ala> bagi ummat
manusia (al-kashf wa al-iz}}ha>r li mura>d al-Sha>ri‘).‛ 15 Dalam terminologi fikih, masalah-masalah kedokteran, termasuk dalam apa
yang disebut dengan na>zilah (jamak: nawa>zil), yaitu masalah-masalah baru yang belum pernah dibahas oleh para fuqaha>' sebelumnya.
16 Mengingat kompleksitas dan
keragaman masalah-masalah kontemporer,17
mujtahid18
dewasa ini dipandang
belum cukup memadai jika hanya memenuhi persyaratan-persyaratan ijtihad hukum
fikih terdahulu semata,19
sebagaimana telah dirumuskan oleh ulama terdahulu.20
Untuk masa sekarang ini persyaratan dan ilmu lain perlu juga dimiliki oleh faqi>h, seperti epistemologi, sosiologi, antropologi budaya, dan pengetahuan tentang
masalah yang akan digali hukumnya.21
Ilmu-ilmu ini menjadi lebih penting, jika
masalah yang akan digali hukumnya adalah masalah-masalah kontemporer yang
bukan hanya tidak dimuat secara jelas dalam teks Al-Qur'an dan al-Sunnah, namun
juga masalah-masalah tersebut terus berkembang seiring kemajuan ilmu dan
teknologi. Jika masalah itu berkaitan dengan masalah kedokteran dan kesehatan
misalnya, maka dari seorang ulama dituntut pula untuk memahami kerangka
berfikir dan prinsip-prinsip ilmu kedokteran, terutama yang langsung berkaitan
dengan masalah yang sedang dibahas. Tidak terkecuali dalam hal ini ialah jtihad
dalam memformulasikan pandang-dunia Islam (Islamic world view) maupun fikih Islam tentang kedokteran kontemporer.
14Muhammad Shahru>r, Nah}w Us}ul Jadi>dah li al-Fiqh al-Isla>mi>, 44-45.
15
‘Abd al-Maji>d al-Su>su>h, Dira>sa>t fi> al-Ijtiha>d wa Fahm al-Nass}}, 136. 16
Yu>suf Ibn ‘Abdilla>h Ibn Ah}mad al-Ah}mad, Ah}ka>m Naql A‘d}a>' al-Insa>n fi> al-Fiqh al-Isla>mi> (Al-Riyad}: Da>r Kunu>z Ishbi>li>ya, 1427H-2006M), 25.
17Muh}ammad al-Shawka>ni>, Irsha>d al-Fuh}u>l (Bayru>t: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>,
1424H-2003M), j.II, 205-227.
18
Ta>j al-Di>n al-Subki>, Al-Ibha>j fi> Sharh} al-Minha>j (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1404H-1984M), j.III, 254-256.
19
Ibn al-Qayyim al-Jawzi>yah, I‘la>m al-Muwaqqi‘i >n (Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1397H-1977M), j.IV, 205-218.
20
Abu> al-Baraka>t Hafiz} al-Di>n al-Nasafi>, Kashf al-Asra>r (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, t.t.) j.II, 300-310. Muh}ammad Ibn al-Najja>r, Sharh} al-Kawkab al-Muni>r (Makkah al-Mukarramah: Ja>mi‘ah Umm al-Qura>, 1408H-1987M) j.IV, 459-472.
21
‘Abd al-Wahha>b Khalla>f, Us}u>l al-Fiqh (Al-Kuwayt: Al-Da>r al-Kuwayti>yah, 1968), 17.
-
5
3. Ijtiha>d Jama>‘i> (Ijtihad Kolektif) dalam Bidang Kedokteran Pada uraian di atas, tampak bahwa ajaran Islam tidak bisa diartikan
seluruhnya sebagai agama langit yang rigid, final, dan siap pakai. Kejumudan akan membuat Islam segera usang dan kehilangan kemampuan untuk menghadapi
berbagai persoalan yang terus berkembang dengan pesat. Selain itu, eksistensi
manusia sebagai makhluk yang berakal, harus dihargai dengan cara memberinya
peluang untuk berpikir lebih maju. Oleh karena itu, berkenaan dengan bidang
hukum, Alla>h Ta‘a>la> tidak menjelaskan semua hukum secara rigid (qat}‘i>) dalam setiap aspek kehidupan insani.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh individu faqi>h untuk berijtihad, ialah sebagaimana yang disebutkan oleh Imam al-Subki> dalam Jam‘ al-Jawa>mi‘ :22 a. Ba>ligh, yaitu telah sampai pada usia yang mampu mengidentifikasi hal-hal yang
baik dan buruk, serta berperilaku baik.
b. Berakal (‘a>qil), yaitu seorang faqi>h yang yang telah mumayyiz, dalam keadaan sadar (alert) dan tanpa tekanan dari pihak manapun.
c. Mengetahui dalil ‘aqli> dan memiliki kecakapan hukum (mukallaf) dalam rangka menerapkan keputusan tersebut.
d. Memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang bahasa, baik i‘ra>b, lughah, maupun bala>ghah.
e. Memahami ayat-ayat Al-Qur’a>n dan al-Sunnah yang terkait dengan masalah-masalah hukum, meskipun tidak menghafalnya.
f. Mengerti kaidah-kaidah syara’ secara global serta penggunaannya, yang dikaitkan dengan maqa>s}id al-shari>‘ah.
g. Mengerti ilmu-ilmu Al-Qur’a>n, terutama al-na>sikh wa al-mansu>kh dan asba>b al-nuzu>l.
h. Mengerti tentang hadis-hadis mutawa>tir dan a>ha>d, s}ahi>h dan d}a‘i>f, serta perihal para periwayat hadits.
Hal yang penting dicatat ialah bahwa Imam Ibn al-Subki> tidak
mensyaratkan bagi mujtahid untuk mengerti Ilmu Kalam dan cabang-cabang fikih.
Selain Ibn al-Subki>, banyak ulama yang menyusun persyaratan bagi seseorang yang
akan berijtihad. Semuanya dilandasi pertimbangan agar klaim ijtihad tidak secara
gegabah disandarkan kepada siapa saja yang belum memiliki kapabilitas untuk itu.
Adapun persyaratan yang diajukan oleh Imam al-Ra>fi‘i> dan al-Nawawi> ialah:23
a. Memahami ayat-ayat Al-Qur’a>n yang berkaitan dengan bidang hukum, dan tidak diharuskan memahami seluruh ayat Al-Qur’a>n. Demikian pula tidak
disyaratkan hafal Al-Qur’a>n.
b. Memahami hadis-hadis Nabi SAW yang berkaitan dengan hukum. c. Mengetahui pendapat para ulama dari kalangan sahabat Nabi serta generasi
sesudahnya, baik yang disepakati maupun yang diperselisihkan.
d. Memahami tentang qiya>s.
22Al-Bana>ni>, H}a>shi>yah al-Bana>ni>, j. II, 589-594.
23
Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>, Taysi>r al-Ijtiha>d (Makkah al-Mukarramah: Al-Maktabah al-Tija>ri>yah, t.t.), 33-34.
-
6
e. Memahami bahasa Arab dengan baik.
Pada sisi lain, para ulama era modern sekarang ini menambahkan sejumlah
kriteria bagi yang akan berijtihad, yaitu:24
a. Memiliki kapabilitas intelektual. b. Memiliki kemampuan berpikir dan analisa yang cermat, sehingga relatif dapat
dikatakan ra>sikh fi> al-‘ulu>m. c. Memahami isu-isu sentral pada zamannya. d. Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap persoalan-persoalan kemasyarakatan.
Kebutuhan akan seorang faqi>h dengan kapasitas yang memenuhi kualifikasi di atas, juga disitir oleh Omar Hasan Kasule, guru besar dalam bidang fikih
kedokteran:
Religion, rationality and wisdom call us to employ our minds to look for the public interest and to accurately evaluate the ensuing needs so that we can be fully aware of the particularities of our present era. The ultimate goal is to acquire a thorough understanding of our contemporary problems, issues and needs.25 ‚Agama, rasionalitas, dan sikap bijaksana menuntut kita untuk menggunakan akal
pikiran dalam bidang kepentingan publik dan secara akurat menilai kebutuhan-
kebutuhan umat manusia, sehingga mampu menyadari karakteristik zaman kini.
Tujuan akhirnya ialah untuk memahami secara utuh tentang problem-problem
kontemporer, topik-topik, dan kebutuhannya‛.
Dengan demikian, persyaratan untuk berijtihad tidaklah mudah, namun
tidak terlalu sulit untuk dipenuhi. Para ulama memberikan motivasi kepada setiap
muslim untuk tetap membuka pintu ijtihad. Diantara keterangan yang mereka
sampaikan kepada kita ialah:
‚Ijtihad pada zaman kini adalah lebih mudah dibandingkan pada masa awal. Hal ini disebabkan karena telah tersedianya pelbagai sarana untuk meneliti hadis-hadis dan bidang-bidang lainnya yang telah dibukukan, sehingga lebih mudah untuk mengambil referensi darinya. Ini berbeda dengan pada masa awal, dimana sarana-sarana ijtihad belum dibukukan secara sistematis‛.26
Secara teoritis, berkat kemajuan sains dan teknologi, ketersediaan fasilitas
untuk menguasai ilmu-ilmu yang menjadi persyaratan ijtihad akan semakin mudah.
Akan tetapi, semakin kompleksnya persoalan modern, maka dituntut suatu
keputusan fatwa yang bukan hanya sesuai (comply) dengan ajaran nilai-nilai Islam, namun juga dapat diterapkan (applicable) di dunia nyata.
Demikian pula dalam bidang ilmu-ilmu keislaman (al-‘ulu>m al-Isla>mi>yah), seperti fikih. Bisa jadi seorang yang faqi>h dalam ilmu fiqh al-mu‘a>mala>t, namun
tidak sedalam itu pengetahuannya dalam fiqh al-‘iba>da>t. Belum lagi mungkin yang
bersangkutan mendalaminya dari sisi mazhab tertentu saja, dan tidak dari sisi
24Bust}a>mi> Sa‘i>d, Mafhu>m Tajdi>d al-Di>n, 31-33.
25
Abdulaziz Othman Altawjiri, Ijtihad and Modernity in Islam, p.5, http://www.isesco. org.ma/english/publications/Islamtoday/24/p1.php. Diakses pada 15
Nopember 2013.
26
Al-Suyu>t}i>, Taysi>r al-Ijtiha>d, 27.
-
7
mazhab yang lain. Termasuk dalam hal ini ialah penguasaan ilmu-ilmu yang
menjadi persyaratan mujtahid. Apalagi jika kategorisasi fikih dipandang dari sudut
ilmu pengetahuan modern, maka akan memunculkan pendekatan-pendekatan baru
dalam ilmu tersebut. Misalnya fikih ekonomi, fikih wanita, fikih pariwisata, dan
fikih kedokteran.
Ijtihad individual (ijtiha>d fardi>), lebih banyak menerima kritik dan bantahan dibandingkan dengan hasil ijtihad kolektif (ijtiha>d jama>‘i>). Hal ini disebabkan karena keterbatasan penguasaan ilmu-ilmu kontemporer dari seorang pemberi
fatwa.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa ijtiha>d fardi> pada era modern nampaknya akan menemui banyak kendala untuk dapat diterima luas oleh masyarakat. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kegiatan ijtihad yang lebih otoritatif ialah dengan mengambil bentuk ijtiha>d jama>‘i>. Ijtihad jenis ini dalam implementasinya di bidang kedokteran ialah berupa
himpunan sejumlah pakar yang terdiri dari para ahli ilmu-ilmu Islam serta para ahli
dalam berbagai bidang kedokteran, sehingga kelompok tersebut telah memenuhi
persyaratan yang diperlukan dalam berijtihad. Dengan kata lain, segala persyaratan
ijtihad yang telah dirumuskan oleh para ahli us}u>l al-fiqh telah terpenuhi secara
kolektif oleh kelompok/lembaga yang melakukan ijtihad, dan bukan secara
individual. Dengan demikian, lembaga ijtihad kolektif inilah yang berperan
melakukan kegiatan ijtihad.
Salah Osman27
menjelaskan dengan ringkas akan kebutuhan terhadap
ijtihad kolektif tersebut:
Finally, given the complexity of contemporary issues and their distribution among astronomy, medicine, law and economics, as well as morality and aesthetics, there is no room for the individual absolute ijtihad in our time, in the sense that the problems of today are not as those in the past time, which can be solved by one jurist. But the efforts of scientists and experts from various fields must be combined to reach the religious opinion that is suit variables of our era. That requires that the jurist, or the jurisdiction, have experts in the various disciplines, should be consulted, and they must be, naturally, from the people of piety and devoutness, in addition to their expertise and specializations.28
"Akhirnya, untuk menghadapi kompleksitas masalah-masalah dalam bidang
astronomi, kedokteran, hukum, dan ekonomi, sebagamana juga problema moralitas
dan estetika modern, maka tidak ada ruang bagi ijtihad individual pada era kita ini.
Dengan suatu pemikiran bahwa problem-problem masa kini tidak sama dengan
problem-problem pada masa lalu, ketika dapat diselesaikan oleh seorang faqi>h.
Upaya para saintis dan para ahli dalam berbagai bidang harus dipadukan untuk
dapat menghasilkan opini syariah yang cocok dengan zaman sekarang. Semua hal
itu memerlukan ahli fikih, atau bahkan tata hukum, yang mempunyai keahlian
27Salah Mahmoud Osman Mohamed. Guru besar ilmu logika dan filsafat sains pada
Munifiya university, Mesir. Menjadi pembicara dalam sejumlah seminar Kedokteran Islam
tingkat internasional.
28
Salah Osman, A Contemporary Reading of the Logic of Islamic Jurisprudential Measurement (Paper, offprint, 2006), 35.
-
8
dalam sejumlah disiplin ilmu, diman mereka sepatutnya lahir dari kalangan
masyarakat yang tulus dan penuh pengabdian".
Pada saat ini terdapat banyak Lembaga Fatwa atau lembaga ijtihad kolektif
(ijtiha>d jama>‘i>) di berbagai negeri muslim. Lembaga-lembaga tersebut pada umumnya lebih dapat dipercaya dan menjadi panutan bagi komunitasnya. Ada yang
berskala nasional dan lebih dikenal sehingga diikuti oleh komunitas mereka masing-
masing, seperti Majlis Tarjih Muhammadiyah, Bahtsul Masa-il Nahdlatul ’Ulama,
Dewan Hisbah Pusat Pimpinan Persatuan Islam (PERSIS). Ada pula yang bersifat
lokal, seperti Lajnah Mut}a>la’ah dari suatu Pesantren, MUI Kabupaten, ataupun Tim
Pengasuh rubrik fikih di sejumlah majalah atau web Islam.
Di samping itu terdapat pula lembaga fatwa berskala nasional yang
memiliki otoritas di pemerintah (regulator) dan masyarakat pada umumnya.
Lembaga dalam kategori ini di Indonesia ialah Majelis Ulama Indonesia, dimana
fatwa-fatwanya dikeluarkan oleh Komisi Fatwa MUI, sedangkan fatwa dalam
bidang ekonomi dan keuangan dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional ” MUI.
Selain lembaga-lembaga tersebut di atas, terdapat pula sejumlah lembaga
fatwa, yang berskala nasional maupun internasional, yang tidak jarang dijadikan
sebagai referensi penting ataupun pembanding bagi banyak lembaga fatwa tingkat
nasional maupun lokal, termasuk dalam bidang kedokteran. Diantara lembaga-
lembaga tersebut ialah:
a. Majma‘ al-Buhu>th al-Isla>mi>, al-Azha>r al-Shari>f, Kairo. b. Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> li Ra>bit}ah al-‘Ami>, Makkah. c. Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> Munaz}z}amah al-Mu’tamar al-Isla>mi>, Jeddah. d. Jama>‘ah Ahl al-H{adi>th, Isla>ma>ba>d. e. Hay’ah Kiba>r al-ulama, Riya>d}. f. Hay’ah al-Muh}a>sabah wa al-Mura>ja‘ah li al-Mu’assasa>t al-Ma>li>yah al-
Isla>mi>yah (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions), Bah}rayn.
g. Ida>rah al-Da‘wah wa al-Irsha>d al-Di>ni>, Qat}r. h. Lajnah al-Fatwa> bi al-Kuwa>yt. i. Al-Hay'ah al-‘A
-
9
seiring cara pandang masyarakat tentang sehat dan sakit, hidup dan mati, estetika,
serta perkembangan teknologi medis yang terus berkembang pesat.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah Disertasi ini berjudul "FIKIH KEDOKTERAN KONTEMPORER (Analisis
Produk Pemikiran Hukum Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> 1985 ” 2010 dalam Bidang
Kedokteran)". Ini menunjukkan bahwa penelitian ini menjadikan bidang fikih
sebagai acuan pokok. Lebih spesifik lagi ialah analisis terhadap produk hukum hukum, sehingga ini berarti menitikberatkan kepada metodologi pengambilan keputusan hukum, dan bukan kepada hasil keputusan hukumnya. Di samping itu istilah kontemporer berarti bahwa masalah yang dibahas ialah problem kedokteran
yang berkembang dewasa ini.
Sebelum penulis masuk ke dalam pokok kajian, maka perlu diterangkan
bahwa terdapat beberapa lembaga di dunia Islam yang menggunakan nama Majma‘
al-Fiqh. Adapun Lembaga Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> yang dimaksud dalam
penelitian ini ialah Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> al-Dawli> Munaz}z}amah al-Ta‘a>wun al-
Isla>mi> atau International Islamic Fiqh Academy of Organization of Islamic
Cooperation (IIFA ” OIC). Lembaga ini merupakan lembaga keulamaan yang
bersifat otonom di bawah kordinasi Sekretariat Jenderal OIC (Organisation of
Islamic Cooperation, dulu bernama Organisation of Islamic Conference.
Selanjutnya disebut: OKI ” Organisasi Kerjasama Islam). Untuk selanjutnya,
Majma‘ al-Fiqh yang dimaksud, akan cukup disebut dengan Majma‘. Kantor Majma‘ berdekatan dengan kantor Sekretariat Jenderal OKI di ‘Imarah al-Qurayshi>,
Sha>ri‘ Filist}i>n, Jeddah, Saudi Arabia. Adapun sidang-sidang atau rapat-rapat
Majma‘ diselenggarakan berpindah-pindah di berbagai negara anggota OKI.
Sumber utama disertasi ini ialah makalah-makalah (penyaji, pembanding,
dan penyanggah) serta notulasi atas diskusi-diskusi pada mu'tamar-mu'tamar
Majma‘. Yang dimaksud dengan mu'tamar Majma‘ ialah rapat tahunan yang
dihadiri oleh seluruh anggota Majma‘ dan pakar-pakar yang diundang untuk
membahas suatu masalah. Sebagian besar masalah yang dibahas dalam mu'tamar
Majma‘ ialah bidang ekonomi dan keuangan. Selain itu bidang-bidang bahasan
berikutnya ialah penerapan suatu prinsip atau kaidah us}u>l al-fiqh, politik, budaya,
akidah, hak-hak sipil, hak dan peranan wanita, hukum perang dan damai, zakat, dan
‘iba>dah mah}d}ah. Adapun penelitian ini berfokus pada topik bidang kedokteran dan
kesehatan. Pemilihan ini beralasan bahwa:
a. Bidang kedokteran termasuk bidang yang paling pesat perkembangannya, seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, baik dari sisi diagnostik maupun
terapi, berikut berbagai perangkat penunjangnya.
b. Bidang tersebut bersifat urgen dan vital bagi keberlangsungan kehidupan manusia.
-
10
Berikut ini adalah tabel daftar masalah-masalah kedokteraan yang dibahas
dalam mu'tamar Majma‘ pada periode 1985 s.d. 2010. Beberapa topik dibahas
sampai dua atau tiga kali mu'tamar. Hingga tahun 2014, tidak ada penambahan
masalah kedokteran yang dibahas oleh Majma‘.
Tabel 1. Masalah Kedokteran yang Dibahas Majma‘ pada 1985-2010
TOPIK
1 Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung
2 Bank Air Susu Ibu
3 Alat Bantu Hidup
4 Transplantasi Organ Tubuh Manusia dari Orang Hidup atau dari Jenazah
5 Keluarga Berencana
6 Transplantasi Otak dan Sumsum Tulang Belakang
7 Inseminasi In-Vitro ketika Sangat Diperlukan
8 Penggunaan Janin untuk Transplantasi Organ
9 Transplantasi Organ Reproduksi
10 Transplantasi Anggota Tubuh pada Orang Cacat Akibat Hukum Qis}a>s}
11 Terapi Medik
12 Rahasia Profesi Dokter
13 Etika Kedokteran: Konsekuensi dan Cakupannya
14 Diagnosa dan Terapi oleh Dokter Pria pada Pasien Wanita
15 Penyakit AIDS
16 Penyakit AIDS dan Hukum-hukum Fikih yang Terkait Dengannya
17 Pembatal-pembatal Puasa karena Menjalani Terapi Medik
18 Kloning pada Manusia
19 Tanggung Jawab Profesi Medik
20 Batasan-batasan Syariat Islam dalam Pembahasan Biologi Medik
pada Manusia
21 Diabetes dan Puasa Ramad}a>n
22 Operasi Kecantikan dan Hukum-hukum Fikih Tentangnya
23 Izin pada Tindakan Operasi Gawat Darurat
-
11
Dari keseluruhan topik mu'tamar Majma‘ selama kurun waktu tersebut,
bidang kesehatan dan kedokteran mencakup hanya sekitar 10% (sepuluh persen)
dari keseluruhan topik pembahasan Majma‘. Dalam kurun waktu tahun 1985 s.d.
2010 telah dibahas 23 masalah kedokteran dalam 29 kali mu'tamar. Dari jumlah
tersebut dipilih 4 (empat) diantaranya. Adapun alasan pemilihannya ialah bahwa
topik-topik tersebut merupakan masalah kontemporer yang belum menjadi
pembahasan para ulama terdahulu, serta menjadi acuan berpikir (pokok) dalam
membahas topik-topik kedokteran lainnya. Topik-topik kedokteran yang dibahas
pada mu'tamar-mu'tamar berikutnya, pada umumnya adalah derivasi dari tema
pokok yang dibahas dalam disertasi ini.
Dengan demikian dapat diidentifikasi masalah pokok dalam penelitian ini,
ialah mengenai bagaimana prosedur dan proses berlangsungnya pembahasan topik-
topik kedokteran kontemporer dalam mu'tamar-mu'tamar Majma‘. Selain itu dapat
pula diidentifikasi bahwa dari seluruh sumber hukum Islam, maka sumber atau
metodologi us}u>l al-fiqh apa saja yang digunakan oleh Majma‘ untuk mengambil keputusan fikih terhadapnya.
2. Pembatasan Masalah Penulis berasumsi bahwa untuk memecahkan masalah-masalah kedokteran
kontemporer tidak cukup hanya berpedoman kepada sumber-sumber hukum Islam
klasik yang telah disepakati, yaitu Al-Qur’a>n, al-H{adi>th, al-Ijma>‘, dan al-Qiya>s.
Masing-masingnya, al-Qur’a>n dan al-Sunnah dikenal sebagai mas}a>dir al-ah}ka>m,
sedangkan al-Ijma>‘ dan al-Qiya>s dikenal sebagai maba>di’ al-ah}ka>m. Dikenal dengan
istilah al-us}u>l al-muttafaq ‘alayha>. Untuk itu masih diperlukan lagi perangkat us}u>l al-fiqh yang cukup penting
yaitu sejumlah sumber pokok di luar yang empat tersebut, meskipun sumber-
sumber yang terakhir ini diperselisihkan oleh para ulama tentang penggunaannya.
Sumber-sumber hukum Islam jenis ini terdiri dari 7 (tujuh) pokok yang
biasa dijadikan acuan oleh para fuqaha>'. Acuan ini merupakan suatu cara berpikir
dalam memutuskan suatu hukum, yang oleh karenanya disebut pula sebagai
metodologi pokok dalam hukum Islam. Metode tertentu digunakan oleh sebagian
fuqaha>' dan sebagian lainnya menggunakan metode yang lain lagi. Oleh karena itu
metodologi hukum Islam ini biasa disebut dengan al-us}u>l al-mukhtalaf fi>ha> atau al-adillah al-mukhtalaf fi>ha>, yaitu : a. Al-Istis}h}a>b b. Qawl al-S{ah}a>bi> c. Shar‘ Man Qablana> d. Al-Istih}sa>n e. Al-Mas}lah}ah al-Mursalah f. Sadd al-Dhari>‘ah g. Al-‘Urf
-
12
Asumsi tersebut di atas didasarkan pada penelitian Mus}t}afa> Di>b al-Bugha>
dalam bukunya Athar al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> fi> al-Fiqh al-Isla>mi>,29 dan penelitian Mus}lih} Ibn ‘Abd al-H{ayy al-Najja>r dalam bukunya Al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> ‘inda al-Us}u>li>yyi>n wa Tat}biqa>tuha> al-Mu‘a>s}irah.30 Namun demikian, contoh-contoh kasus implementasi yang disebutkan
dalam kedua buku di atas bukanlah masalah-masalah kedokteran saja. Berbeda
dengan itu, penelitian ini mengambil kasus pada problematika kedokteran
kontemporer. Dengan demikian penelitian ini menggunakan seluruh sumber hukum
Islam yang ada sebagai pisau analisis terhadap masalah-masalah kedokteran yang
dibahas oleh Majma‘. Keseluruhan sumber hukum Islam yang dimaksud ialah empat
yang disepakati (Al-Qur'a>n, al-Sunnah, al-Ijma>‘, al-Qiya>s) dan tujuh yang
diperselisihkan (al-Istis}h}a>b, Qawl al-S{ah}a>bi>, Shar‘ Man Qablana>, al-Istih}sa>n, al-
Mas}lah}ah al-Mursalah, Sadd al-Dhari>‘ah, al-‘Urf).
Atas dasar itu, kemudian disusun sistematika pembahasan dalam penelitian
ini sebagai berikut:
a. Profil kelembagaan Majma‘. Berikut pedoman dan referensi kepustakaan Majma‘ dalam pengambilan keputusan hukum fikih (qara>r), serta prosedur penetapan fatwa Majma‘.
b. Pemaparan dari sisi ilmu kedokteran yang terkait dengan masalah yang akan dibahas dalam mu'tamar.
c. Pemaparan dan analisis penulis terhadap makalah-makalah dan diskusi para ulama anggota Majma‘.
d. Kesimpulan analisis penulis tentang t}ari>q al-istinba>t} dalam masalah kedokteran terkait.
3. Perumusan Masalah Penelitian ini mengkaji, menyusun, dan melakukan kategorisasi berbagai
dalil dan alur berpikir para anggota Majma‘ yang didiskusikan dalam mu'tamar-
mu'tamar hingga keputusan Majma‘. Rumusan masalah disertasi ini ialah dalil-dalil
atau metodologi us}u>l al-fiqh apa saja yang digunakan oleh Majma al-Fiqh al-Isla>mi>
al-Dawli> dalam fatwa-fatwanya (qara>ra>t) tentang masalah-masalah kedokteran, dan bagaimana kecenderungan pengutamaan penggunaan dalil tertentu dibandingkan
dengan dalil lainnya. Rumusan masalah ini dapat dirinci ke dalam dua pertanyaan
pokok, yaitu:
29Buku tersebut berasal dari disertasinya dalam bidang Us}u>l al-Fiqh pada
universitas al-Azhar Mesir, dan lulus dengan peringkat cum laude. Urgensi al-adillah al-mukhtalaf fi>ha> disebutkan secara ringkas dalam pengantar bukunya, serta diuraikan panjang lebar pada setiap babnya. Lihat: Mus}t}afa> Di>b al-Bugha>, Athar al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> fi> al-Fiqh al-Isla>mi> (Dimashq: Da>r al-Qalam, 1993), 7-9.
30Dalam banyak bagian dari bukunya, al-Najja>r menguraikan urgensi keempat
pokok tersebut berikut implementasinya yang relevan dengan problematika kontemporer.
Mus}lih} Ibn ‘Abd al-Hayy al-Najja>r, Al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> ‘inda al-Us}u>li>yi>n wa Tat}bi>qa>tuha> al-Mu‘a>s}irah (Al-Riya>d}: Maktabah al-Rushd, 1424H-2003M), 13-15.
-
13
1. Dalil-dalil apa saja yang digunakan dan diutamakan oleh Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> al-Dawli> dalam fatwa-fatwanya (qara>ra>t) tentang masalah-masalah kedokteran;
2. Bagaimana pola kecenderungan penggunaan dalil dalam fatwa-fatwa (qara>ra>t) Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> al-Dawli> dalam masalah-masalah kedokteran.
C. Kajian Terdahulu yang Relevan
Penulis belum menjumpai tulisan dengan topik yang serupa ataupun yang
menganalisis Keputusan-keputusan Majma‘, khususnya dalam bidang kedokteran.
Akan tetapi penulis mendapati penelitian lain dengan obyek ijtihad secara
kolegial. Penelitian tersebut dilakukan oleh M. Atho Mudzhar, Fathurrahman
Djamil, Wahiduddin Adams,31
dan Hasanudin. Penelitian yang dilakukan oleh Atho,
membuktikan adanya pengaruh politik terhadap fatwa dan dinamika respon
masyarakat terhadap fatwa.32
Penelitian yang dilakukan oleh Djamil, membuktikan
penggunaan prinsip-prinsip maqa>s}id al-shari>ah dalam pengambilan keputusan fatwa.
33 Penelitian Wahiduddin menunjukkan proses transformasi fatwa dalam
peraturan perundang-undangan, serta membuktikan adanya pengaruh dan
sumbangsih fatwa dalam penyusunan perundang-undangan. Penelitian ini
menunjukkan adanya dialektika antara MUI (juga fatwa) dengan negara.
Disamping itu, terdapat disertasi Dede Rosyada di IAIN Jakarta (1998),
yang menelusuri ijtihad kolektif para ulama Dewan Hisbah Persis tentang proses
penetapan hukum dan metode-metode yang digunakan dalam penetapan hukum.
Penelitian berikutnya adalah disertasi Hasanudin tentang fatwa Dewan
Syariah Nasional, lembaga otonom di MUI yang berfungsi mengeluarkan fatwa
ekonomi syariah. Disertasi ini membuktikan adanya pergeseran pemikiran hukum
Islam ulama Indonesia (MUI) dengan mengadopsi konsep multi akad yang
sebelumnya ditolak oleh para ulama. Fatwa yang dikeluarkan oleh DSN”MUI ini
menjadi rujukan bagi lembaga dan otoritas keuangan di Indonesia.34
Adapun kajian terdahulu yang berupa penelitian tentang pandangan fikih
terhadap bidang kedokteran tertentu, maka penulis mencermati empat karya ilmiah
yang cukup penting:
a. Ah}ka>m al-Jara>h}ah al-T{ibbi>yah wa al-Ar al-Mutarattabah ‘Alayha> (Hukum-hukum Pembedahan dan Berbagai Implikasi yang Terkait Dengannya), terdiri
dari 2 jilid, ditulis oleh Muh}ammad Ibn Muh}ammad al-Mukhta>r Ibn Ah}mad
Mazi>d al-Jakni> al-Shanqit}i> ini. Buku ini pada asalnya adalah disertasi Doktor
31Lihat: Wahiduddin Adams, Pola Penyerapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia
MUI dalam Peraturan Perundang-undangan 1975 ” 1997 (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah), Disertasi.
32 Lihat: M. Atho Mudzhar, Fatwas of the Council of Indonesia Ulama: a Study of
Islamic Legal Thought in Indonesia 1975 ” 1988 (INIS, t.t.), Disertasi.
33Fathurrahman Djamil, Ijtihad Muhammadiyah dalam Masalah Fikih
Kontemporer, (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 1994), Disertasi.
34Hasanudin, Konsep Multi Akad dalam Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), Disertasi.
-
14
bidang fikih di Universitas Madi>nah tahun 1414H. Diterbitkan oleh Maktabah
al-S}ah}a>bah, al-Shariqah, al-Ima>ra>t al-‘Arabi>yah al-Muttah}idah (Uni Emirat
Arab) tahun 2010.
b. Ah}ka>m Naql A‘d}a>' al-Insa>n fi> al-Fiqh al-Isla>mi> (Hukum-hukum Transplantasi Organ Manusia dalam Pandangan Fikih Islam), yang ditulis oleh Yu>suf Ibn
‘Abdilla>h Ibn Ah}mad al-Ah}mad. Buku ini pada asalnya merupakan disertasi
Doktor pada Universitas Imam Muh}ammad Ibn Su‘u>d di Riyad} pada tahun
1425H. Diterbitkan oleh Da>r Kunu>z Ishbiliya>, Riya>d} tahun 1427H-2006M.
c. Qad}a>ya> T{ibbi>yah Mu‘a>s}irah (Keputusan-keputusan Masalah Kedokteran Masa Kini), terdiri dari 2 jilid. Disusun oleh tim Jam‘i>yah al-‘Ulu>m al-T{ibbi>yah al-
Isla>mi>yah, suatu sindikasi (niqa>bah) dari Asosiasi Dokter Yordania. Diterbitkan oleh Da>r al-Bashi>r, ‘Amma>n, Yordania pada tahun1415H-1995M.
d. Ikhtiya>r Jins al-Jani>n wa al-Intifa>‘ bi al-Ajinnah wa al-Khala>ya> al-Jidh‘i >yah wa al-Ikhs}a>b al-T{ibbi> al-Musa>‘id min Manz }u>r al-Isla>mi> (Pemilihan Kelamin Janin dan Penggunaan Organ Janin dan Otak Janin dan Sumsum Tulang Belakangnya
dan Fertilisasi Buatan dalam Pandangan Islam), yang ditulis oleh ‘Abd al-
Fatta>h Mah}mu>d Idri>s, Guru Besar dan Kepala Departemen Fikih Perbandingan,
Fakultas Syariah dan Perundang-Undangan, Universitas al-Azhar. Diterbitkan
oleh Da>r al-S{ami>‘i>, Riya>d} tahun 1433H-2012M.
Buku Ah}ka>m al-Jara>h}ah al-T{ibbi>yah berisi tentang pembedahan dan berbagai masalah yang terkait dengannya dari sudut pandang fikih. Buku Ah}ka>m Naql A‘d}a>' al-Insa>n membahas tentang transplantasi berbagai macam organ tubuh dari sudut pandang fikih.
Adapun buku Ikhtiya>r Jins al-Jani>n wa al-Intifa>‘ merupakan pembahasan fikih dalam masalah seputar janin. Yaitu meliputi proses embriologi dalam
pandangan Al-Qur'a>n, pemilihan jenis kelamin janin dan bagaimana status hukum
fikih tentang pemanfataan organ janin. Agak berbeda dengan buku-buku tersebut,
buku Qad}a>ya> T{ibbi>yah Mu‘a>s}irah membahas status hukum fikih terhadap banyak masalah kedokteran, namun dengan pembahasan fikih yang jauh lebih ringkas
dibandingkan dengan paparan makalah dan pembahasan Majma‘ al-Fiqh.
Berbeda dengan karya-karya ilmiah di atas, hal terpenting dari disertasi ini ialah fokus pada proses ataupun diskusi metodologi fikih yang digunakan, bukan pada kesimpulan hukum fikihnya.
D. Kerangka Teori
Sebelum ini telah diuraikan bahwa pokok masalah yang hendak dijadikan
kajian dalam disertasi ini ialah uraian masalah kedokteran yang dijadikan materi
pembahasan. Mengingat bahwa mu'tamar Majma‘ terkait telah berlangsung cukup
lama, maka penulis merekonstruksi kembali dengan referensi kedokteran yang lebih
mutakhir. Referensi tersebut baik berupa buku teks maupun jurnal-jurnal
kedokteran. Di samping itu penulis pun meringkas pemaparannya dibandingkan
dengan teori kedokteran yang disajikan dalam mu'tamar Majma‘.
Selain itu teori us}u>l al-fiqh tentang metode istinba>t} yang diambil dari kitab-kitab ulama periode klasik maupun periode modern, ditulis secara ringkas dan
-
15
dipilih yang relevan dengan penelitian ini. Sebagai pengantar pembahasan, uraian
ringkas tentang teori sumber hukum Islam dimuat dalam Bab II.
E. Metodologi Penelitian 35
1. Jenis Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis yang bersifat
yuridis, melalui ilmu interdisipliner. Ilmu-ilmu yang menonjol digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan us}u>l al-fiqh, qawa>‘id fiqhi>yah, fiqh, dan ilmu kedokteran. Penggunaan pendekatan us}u>l al-fiqh dan qawa>‘id fiqhi>yah dimaksudkan
untuk membuat rekonstruksi secara sistematis dan objektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensintesiskan data-data
untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dalam penelitian ini
penulis membatasi pada periode persidangan 1985 s.d. 2010. Periodisasi ini
diperlukan agar dapat dipetakan peran dan perkembangan ijtihad Majma‘ pada
kurun waktu tersebut.
2. Sumber, Teknik dan Proses Pengumpulan Data Sumber utama disertasi ini ialah ‚Majallah Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi‛>, yaitu serial buku yang berisi kumpulan makalah (penyaji, pembanding, dan
penyanggah) serta notulasi atas diskusi-diskusi pada mu'tamar-mu'tamar Majma‘.
Yang dimaksud dengan mu'tamar Majma‘ ialah rapat tahunan yang dihadiri oleh
seluruh anggota Majma‘ dan pakar-pakar yang diundang untuk membahas berbagai
masalah. Dengan demikian ‚Majallah‛ ialah judul dari rangkaian buku-buku yang terus bertambah seiring dengan diadakannya rapat-rapat Majma‘. Hingga tahun
2010 telah dibukukan dalam 36 jilid, masing-masing setebal kurang lebih 450-520
halaman. Penelitian ini hanya mengambil masalah kedokteran dan kesehatan.
Di dalam sumber utama penelitian tersebut, tidak terdapat kata ataupun
istilah yang menunjukkan bahwa Majma‘ menggunakan metodologi fikih tertentu
dalam pengambilan keputusannya. Penulis yang menganalisis dan menarik
kesimpulan bahwa Majma‘ menggunakan metodologi fikih tertentu untuk setiap
topik kedokteran yang dibahas dalam disertasi ini.
Ada dua jenis data dalam penelitian ini, primer dan sekunder baik yang
bersumber dari kepustakaan, lembaga-lembaga atau individual. Data primer adalah
data yang berasal dari makalah-makalah para anggota Majma‘ yang disajikan pada
rapat-rapat (disebut dengan mu'tamar) Majma‘ berikut notulen atas diskusi yang
terjadi. Selain itu penulis melakukan studi kepustakaan, baik terhadap rujukan yang
mereka gunakan maupun referensi-referensi lainnya yang signifikan.
Data primer adalah data yang diperoleh dari literatur atau kepustakaan.
Penelitian ini berangkat dari referensi yang digunakan para pemakalah, kemudian
35Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Malang:
Bayumedia Publishing, 2006), 284-292. Mattulada, Studi Islam Kontemporer, dalam Taufik Abdullah et.al., Metodologi Penelitian Agama (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), 3-8.
-
16
diperluas dengan kepustakaan yang relevan dengan masalah yang dibahas. Data
primer dari literatur terbagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder.
a. Sumber primer adalah kumpulan makalah, notulasi rapat dan pernyataan keputusan rapat (mu'tamar) Majma’, yang merupakan kajian dan pembahasan
yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian.
b. Sumber sekunder adalah buku-buku referensi atau buku-buku teks. Penulis mengkaji referensi dalam berbagai bidang ilmu, khususnya ilmu kedokteran,
tafsi>r Al-Qur'a>n, sharh} al-h}adi>th, us}u>l al-fiqh dan fiqh. Ini semua dalam rangka untuk memahami latar belakang, argumentasi, alur dan corak pemikiran para
anggota Majma‘ tersebut.
Demikian pula, penulis telah tiga kali berkunjung ke kantor sekretariat
Majma‘ al-Fiqh di Jeddah. Penulis sempat berdialog dengan Usta>dh Muh}ammad
‘Adna>n (sekretaris Majma‘) dan Shaykh Dr. ‘Abd al-H{ali>m (anggota Majma‘ yang
sering berada di kantor Majma‘).
3. Pengolahan dan Analisis Data Karya tulis ini disusun secara teratur dan sistematis, sehingga penelitian ini
bersifat kualitatif deskriptif analitis. Untuk melakukan analisis terhadap data,
penulis mengelompokkan data-data tersebut dalam kategori-kategori tertentu
sesuai dengan pokok permasalahan yang ingin dijawab.
Pada tahap analisis ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif36
kualitatif, dengan pendekatan analisis isi (content analysis).37 Analisis tersebut mengikuti tahapan-tahapan berikut; reduksi data, display data, dan kesimpulan. Adapun penjelasan tentang tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Reduksi Data. Data yang diperoleh melalui studi dokumen dan kepustakaan akan dicek kelengkapannya dan kemudian dipilah-pilah berdasarkan satuan
konsep, kategori, atau tema tertentu. Konsep yang dimaksud ialah konsep
tentang ‚Sumber-sumber hukum Islam‛. Konsep berikutnya ialah tentang topik
masalah kedokteran yang dibahas Majma‘.
Tema yang diteliti ialah tema-tema kedokteran saja, dengan kategorisasi ilmu
kedokteran modern. Selanjutnya dikaji lebih jauh dari segi metodologi us}u>l al-fiqh yang digunakannya. Sementara itu data yang tidak diperlukan disisihkan, yaitu tema non-kedokteran, sehingga yang diperlukan saja yang akan dipakai.
b. Kesimpulan. Data yang telah dipolakan dan disusun secara sistematik, baik melalui penentuan topik, tema maupun kategorisasi yang telah dibuat,
kemudian dianalisis sehingga makna data dapat ditemukan.
36Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:
Rineka Cipta, 1996), 243.
37
Sutrisno Hadi, Methodology Research (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), j.II, 12.
-
17
4. Teknik Penulisan Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada ‚Pedoman Penulisan Bahasa
Indonesia, Transliterasi, dan Pembuatan Notes dalam Karya Ilmiah" Sekolah
Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
Februari 2014.
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian Penelitian ini akan mengurai alur berpikir dalam pembahasan topik-topik
kedokteran oleh para anggota Majma‘. Setelah itu dapat ditarik kesimpulan
mengenai dalil-dalil atau metodologi us}u>l al-fiqh apa saja yang dominan digunakan
oleh Majma‘ dalam mengambil keputusan hukum Islam. Oleh karenanya tujuan dari
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui apakah Majma‘ menggunakan dalil atau metode tersebut sesuai dengan kaidah dan cara para ulama terdahulu.
b. Di antara metode-metode tersebut, metode yang mana saja yang lebih dominan digunakan dalam pengambilan keputusan Majma‘
2. Manfaat Penelitian Penulis memilih topik tersebut di atas, mengingat manfaat dan urgensinya
yang dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu:
a. Keputusan-keputusan Majma‘ sering menjadi bahan pertimbangan yang sangat penting bagi banyak lembaga-lembaga keulamaan (fatwa) di seluruh dunia.
Oleh karenanya dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
aplikatif tentang prosedur dan metode ijtihad bagi para pengambil keputusan
bidang hukum Islam.
b. Dengan ditelitinya cara pengambilan keputusan Majma‘, maka dapat menjadi benchmark bagi lembaga-lembaga serupa di Indonesia, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majlis Tarjih Muhammadiyah, Bahts al-Masa’il NU
(Nahdhatul Ulama), Dewan Hisbah PERSIS (Persatuan Islam), dan lain-lain.
c. Dapat memahami urgensi atas penguasaan dalil-dalil atau metodologi us}u>l al-fiqh, baik yang disepakati maupun yang diperselisihkan, bagi pemecahan
masalah kedokteran kontemporer.
d. Pemahaman atas metode-metode tersebut, berikut aplikasinya dapat menjadi bahan masukan bagi kurikulum serta studi lanjutan, baik untuk Fakultas
Kedokteran UIN maupun komunitas akademik profesi hukum Islam dan profesi
kedokteran.
-
18
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah,
Identifikasi dan Pembatasan serta Perumusan Masalah, Langkah-langkah
Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan
BAB II : TEORI ISTINBAt} hukum, pengertian beberapa kata kunci
dalam us}u>l al-fiqh, dan sumber-sumber hukum Islam. Dalam setiap pembahasannya,
disertakan perdebatan ataupun perbedaan pendapat ulama tentang suatu sumber
hukum tertentu, namun dibuat secara ringkas dan dipilih yang relevan dengan
penelitian ini.
BAB III : PROFIL MAJMA‘ AL-FIQH AL-ISLA
-
19
BAB II
TEORI ISTINBAt} dan Dalil Hukum Islam 1
Kata istinba>t} secara etimologis berarti ‚mengeluarkan sesuatu dari persembunyiannya‛, sedangkan secara terminologis berarti ‚upaya mengeluarkan hukum dari sumbernya‛, yaitu pemahaman, penggalian, dan perumusan hukum dari sumber-sumber hukum Islam.
Secara garis besar terdapat ada dua pendekatan yang dikembangkan oleh
para ulama dalam melakukan istinba>t}, yakni melalui: 1. Analisa kaidah-kaidah linguistik ialah memahami bahasa teks ayat-ayat Al-
Qur’a>n dan al-Sunnah, menggunakan tata bahasa Arab. Diantaranya ialah
memahami makna amr, nahy, ‘am, khas, mutlaq, muqayyad, mufassar,
mubham, dll. Demikian pula termasuk analisa untuk menggali hukum melalui
makna suatu pernyataan hukum, yaitu analisa makna terjemah (‘iba>rah al-nas}s}), analisa pengembangan makna (dila>lah al-nas}s}), analisa kata kunci dari suatu pernyataan (isha>rah al-nas}s}), dan analisa relevansi makna (iqtid}a>’ al-nas}s}).2
2. Pemahaman tentang maksud dan tujuan syariat (maqa>s}id al-shari>‘ah).3
Kata "sumber" dalam terminologi us}u>l al-fiqh berarti rujukan yang pokok atau utama dalam menetapkan hukum Islam. Adapun "dali>l" secara terminologis berarti suatu petunjuk yang dijadikan landasan berfikir yang benar untuk meraih
keputusan hukum syariat yang bersifat praktis, atau bisa pula berarti segala sesuatu
yang menunjukan kepada madlu>l. Madlu>l itu adalah hukum syariat yang diaplikasikan berdasarkan dalil. Untuk sampai kepada madlu>l dibutuhkan pemahaman atau tanda penunjuknya (dala>lah).4
Adapun kata istidla>l berarti upaya menemukan landasan hukum Islam atas suatu kasus. Imam al-Dimyathi memberikan arti istidlâl secara umum, yaitu mencari dalil untuk mencapai tujuan yang diminta. Ada ulama yang bependapat
bahwa istilah istibat ialah mengeluarkan hukum dari nass, sedangkan istidlal ialah
mengeluarkan hukum dari selain nas}s}, ijma>‘ dan qiya>s, yaitu mengambilnya dari
sumber-sumber ijtiha>di>yah, seperti istis}h}a>b, istih}sa>n, dan lain-lain.5
Berikut ini adalah klasifikasi ringkas tentang dali>l:
1. Dali>l ditinjau dari segi asalnya:
a. Dali>l al-naqli>; yaitu dalil-dalil yang berasal langsung dari nas}s} Al-Qur'a>n dan al-Sunnah.
1Wahbah al-Zuh}ayli>, Us}u>l al-Fiqh al-Isla>mi>, (Dimashq: Da>r al-Fikr, 1406H-
1986M), j.I, 197-203. 2‘Abd al-Wahha>b Khalla>f, Us}u>l al-Fiqh, 126-134. Wahbah al-Zuh}ayli>, Us}u>l al-Fiqh
al-Isla>mi>, 249-356. 3‘Abd al-Wahha>b Khalla>f, Us}u>l al-Fiqh, 173-181.
4Abu> al-Qa>sim Muh}ammad Ibn Ah}mad al-Kalbi> al-Gharna>t}i>, Taqri>b al-Wus}u>l ila>
‘Ilm al-Us}u>l (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1424H-2003M), 145. 5Al-Shawka>ni>, Irsha>d al-Fuh}u>l, j.II, 172.
-
20
b. Dali>l al-‘aqli>, yaitu dalil-dalil yang berasal bukan dari nas}s} langsung, melainkan dengan menggunakan akal pikiran (Ijtihad).
2. Dalil ditinjau dari ruang lingkupnya:6
a. Dali>l al-kulli>, yaitu dalil yang mencakup banyak satuan ataupun kaidah-kaidah yang bersifat menyeluruh atau global.
b. Dalil al-juz'i>, atau tafs}i>li> yaitu dalil yang menunjukkan kepada suatu hukum tertentu atau yang terperinci.
3. Dalil ditinjau dari sisi kekuatannya: 7
a. Dali>l al-qat}'i>., yang terdiri dari dua jenis, yaitu: 1) Dali>l qat}‘i> al-wuru>d, yaitu dalil yang meyakinkan dan tidak
mengandung keraguan sedikitpun akan keberadaannya. Dalil ini sampai
kepada umat Islam secara mutawa>tir, yaitu Al-Qur'a>n dan Hadis
Mutawa>tir.
2) Dali>l qat}‘i> al-dala>lah, yaitu dalil yang secara literal memiliki pengertian dan maksud tertentu secara tegas dan jelas, sehingga tidak membuka
peluang multitafsir.
b. Dali>l al-z}anni>, yang terdiri dari dua jenis pula: 1) Z{anni> al-wuru>d, yaitu dalil yang memiliki asumsi kuat berasal dari
Nabi SAW. Dalam hal ini masuk kategori hadis a>h}a>d. 2) Z{anni> al-dala>lah, yaitu dalil yang secara literal dapat memiliki beberapa
alternatif pemahaman. Tidak menunjukan kepada satu arti dan maksud
tertentu.
Pertentangan diantara Dalil-dalil dan Penyelesaiannya
Pertentangan diantara dalil-dalil disebut dengan ta‘a>rud} al-adillah. Imam al-Shawka>ni> mendefinisikannya dengan: ‚Suatu dalil menentukan hukum tertentu
terhadap satu kasus, sedangkan dalil yang lain menentukan hukum yang berbeda‛.
Para ulama menetapkan bahwa pertentangan antar dalil itu sebenarnya bersifat
superficial ( ), dan bukan pada hakekatnya. Demikian pula apabila
pertentangan itu terjadi pada dalil yang berbeda derajat, seperti pertentangan antara
dalil yang qat}‘i> dan dalil yang z}anni>, maka yang diunggulkan adalah dalil yang
qat}‘i>.8 Wahbah az-Zuhaili berpendapat bahwa pertentangan itu tidak mungkin
muncul dari dalil-dalil fi‘li>yah (perbuatan). Misalnya, jika ada dalil yang menunjukkan Rasu>lulla>h berpuasa pada hari tertentu, sementara ada dalil lain yang
menyatakan bahwa pada hari itu beliau juga berbuka (tidak berpuasa).9
Cara penyelesaian dua dalil yang bertentangan menurut ulama kalangan
Ma>liki>yah, Sha>fi‘i>y