ffa
DESCRIPTION
ddddTRANSCRIPT
METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS
1.1 Pendahuluan
Dalam usaha untuk mendapatkan susunan mengenai lapisan bumi,
kegiatan penyelidikan melalui permukaan tanah atau bawah tanah
haruslah dilakukan agar bisa diketahui kedalaman , ketebalan pada suatu
tempat sehingga dapat diketahui kualitas tanah masih bisa di gunakan atau
tidak. Penyelidikan permukaan tanah merupakan awal penyelidikan yang
cukup penting, paling tidak dapat memberikan suatu gambaran mengenai
tahanan tanah dan kedalaman tanahnya. Itulah pada dasarnya tujuan dan arti
ilmu geofisika secara tidak langsung.
Dalam mendapatkan susunan mengenai lapisan bumi yang ada,
beberapa metode penyelidikan permukaan tanah yang dapat dilakukan,
diantaranya :metode geologi, metode gravitasi, metode magnit, metode
seismik, dan metode geolistrik. Dari metode-metode tersebut, metode
geolistrik merupakan metode yang banyak sekali digunakan dan hasilnya
cukup baik (Bisri,1991).
Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di
dalam bumi dan bagaiman cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam
hal ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang
terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Ada
beberapa macam metoda geolistrik, antara lain : metoda potensial diri, arus
telluric, magnetotelluric, IP (Induced Polarization), resistivitas (tahanan
jenis) dan lain lain.
Dimana prinsip kerja pendugaan geolistrik sendiri adalah mengukur
tahanan jenis ( resistivity ) dengan mengalirkan arus listrik kedalam batuan
atau tanah melalui elektroda arus ( current electrode ), kemudian arus
diterima oleh elektroda potensial. Beda potensial antara dua elektroda
tersebutdiukur dengan volt meter. Dari hasil pengukuran arus dan beda
potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat
diturunkan variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan dibawah
titik ukur (sounding point).
1.2 Apa Itu Metode Geolistrik
Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di dalam bumi dan bagaiman cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Ada beberapa macam metoda geolistrik, antara lain : metoda potensial diri, arus telluric, magnetotelluric, IP (Induced Polarization), resistivitas (tahanan jenis) dan lainlain.
Pada metoda geolistrik tahanan jenis ini, arus listrik diinjeksikan ke dalam bumimelalui dua elektroda arus. Kemudian beda potensial yang terjadi diukurmelalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensialuntuk setiap jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan dibawah titik ukur (sounding point).
Metoda ini lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang
sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih
dari 1000 feet atau 1500 feet. Oleh karena itu metoda ini jarang digunakan
untuk eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang
engineering geology seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian
reservoar air, juga digunakan dalam eksplorasi geothermal. Berdasarkan
letak (konfigurasi) elektroda-elektroda potensial dan elektroda-elektroda
arus, dikenal beberapa jenis metoda resistivitas tahanan jenis seperti metode
Sclumberger, Wenner dan Wenner Slumberger.
1.3 Macam-macam Konfigurasi
Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4
buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda
AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu
konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai
metoda perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan
jenis batuan di bawah permukaan. Metoda geolistrik konfigurasi
Schlumberger sendiri merupakan metoda favorit yang banyak digunakan
untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan dengan
biaya survei yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna,
seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan
batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat
berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data
geolistrik menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat
mempengaruhi homogenitas lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang
menyisip pada lapisan, faktor ketidakseragaman dari pelapukan batuan
induk, material yang terkandung pada jalan, genangan air setempat,
perpipaan dari bahan logam yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat
yang terhubung ke tanah dsbnya.
‘Spontaneous Potential’ yaitu tegangan listrik alami yang umumnya
terdapat pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar
yang secara kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-
mineral dari lapisan batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-
homogenan lapisan batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif
kecil, tetapi bila digunakan konfigurasi Schlumberger dengan jarak
elektroda AB yang panjang dan jarak MN yang relatif pendek, maka ada
kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut menyumbang pada hasil
pengukuran tegangan listrik pada elektroda MN, sehingga data yang terukur
menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum
dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik
alami tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol.
Dengan demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik
yang benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB.
Multimeter yang mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada
multimeter dengan akurasi tinggi.
A. Metode Wenner
Aturan elektroda wenner pertama kali diperkenalkan oleh Wenner pada
tahun 1915. Aturan elektroda ini banyak berkembang di Amerika. Aturan ini
dapat dipakai baik untuk resistivity mapping maupun resistivity sounding.
Jenis konfigurasi ini hanya dapat dilakukan dengan kondisi yang sesuai
dengan syarat-syarat batas yang berlaku pada persamaan yang diturunkan
pada kasus bumi datar, sehingga konfigurasi wenner-pun harus diterapkan
hanya pada daerah yang permukaanya relatif datar. Jika konfigurasi ini
diterapkan untuk kasus permukaan bumi yang miring maka perlu adanya
koreksi yang diperlukan. Pada Konfigurasi wenner, elektroda arus dan
elektroda potensial diletakkan secara simetris terhadap titik sounding. Jarak
antar elektroda arus adalah tiga kali jarak antar elektroda potensial. Jadi jika
jarak masing-masing elektroda arus terhadap titik sounding adalah a/2 maka
jarak maisng-masing elektroda arus terhadap titik soun ding adalah 3a/2.
Perlu diingat bahwa keempat elektroda dengan titik sounding harus
membentuk suatu garis.
Keuntungan dan keterbatasan Metode Wenner:
a) Sangat sensitif terhadap perubahan lateral setempat (gawir/lensa
setempat).
b) Karena bidang equipotensial untuk benda homogen berupa bola, data
lebih mudahdiproses dan dimengerti.
c) Jarak elektroda arus-potensial relatif lebih pendek dari Metode
Schlumberger, sehingga daya tembus alat yang sama lebih besar.
d) Memerlukan tenaga/buruh lebih banyak (mahal).
Gambar 2. Konfigurasi Metode Wenner (Sumber.
Oktavianus Fernandes. 2002)
GAMBAR 2 KONFIGURASI METODE WENNER
(Sumber.Oktavianus Fernandes.2002)
Pada resitivity mapping, jarak spasi elektroda tersebut tidak berubah-
ubah untuk setiap titik sounding yang diamati (besarnya a tetap). Sedang
pada resitivity sounding, jarak spasi elektroda tersebut diperbesar secara
gradual, mulai dari harga kecil, untuk suatu titik sounding. Batas
pembesaran spasi elektroda ini tergantung pada kemampuan alat yang
dipakai. Makin sensitif dan besar arus yang didapat dihasilkan alat tersebut
maka makin leluasa pula kita dalam memperbesar jarak spasi elektroda
tersebut, sehingga makin dalam pula lapisan yang
terdeteksi/teramati(Hendrajaya dkk, 1988).
Faktor Geometri :
B. Metode Sclumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-
kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena
keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar
maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak
lebih besar dari 1/5 jarak AB.
GAMBAR 3 KONFIGURASI SCHLUMBERGER
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan
tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB
yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai
karakteristik ‘high impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa
mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau
dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai
tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah
kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada
permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika
terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka
ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar.
Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB
yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian
kecil, misalnya 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai
perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan
yang lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai alat utama
pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar,
katakanlah 1000 Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada
elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0 milliVolt.
Secara garis besar, aturan elektroda schlumberger mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut :
1. Elektroda potensial tidak sering diubah-ubah sehingga mengurangi
jumlah pekerja yang dipergunakan
2. Tetapi dengan tidak seringnya elektroda potensial tersebut diubah
menyebabkan aturan ini tidak sensitif terhadap adanya ketidakhomogenan
lokal pada laposan dangkal, seperti gawir-gawir dan lensa-lensa. Oleh
karena itu, aturan ini dianjurkan untuk dipakai pada penyelidikan dalam
3. Harga perbandingan L/I harus cukup besar, tetapi jika terlalu besar
juga akan menimbulkan deviasi pada faktor geometri. Akibatnya disarankan
agar harga perbandingan tersebut terletak adiantara 5-50. Lebih baik lagi
jika perbuahn jerak elektroda arus berdasarkan hasil penggambaran
hargaresistivitas terbaca terhadap jarak L yang dilakukan pada saat
interpretasi pendahuluan. Pengubahan jarak lektroda potensial tersebut
dilakukan jika terdapat loncatan bentuk kurva lapangan tersebut
C. Metode Werner-Sclumberger
Modifikasi dari bentuk konfigurasi Wenner dan konfigurasi
Schlumberger dapat digunakan pada sistem konfigurasi yang menggunakan
aturan spasi yang konstan dengan catatan faktor untuk konfigurasi ini adalah
perbandingan jarak antara elektroda C1-P1 dan C2-P2 dengan spasi antara
elektroda P1-P2. Dimana, a adalah jarak antara elektroda P1-P2. Konfigurasi
ini secara efektif menjadi konfigurasi Schlumberger ketika faktor n menjadi
2 dan seterusnya. Sehingga ini sebenarnya merupakan kombinasi antara
konfigurasi Wenner-Schlumberger yang menggunakan spasi elektroda yang
konstan (seperti yang biasanya digunakan dalam penggambaran penampang
resistivity 2D). Disamping itu cakupan horizontal lebih baik, penetrasi
maksimum dari konfigurasi ini 15 % lebih baik dari konfigurasi Wenner.
Dan untuk meningkatkan penyelidikan kedalaman maka jarak antara
elektroda P1- P2ditingkatkan menjadi 2a dan pengukuran diulangi untuk n
yang sama sampai pada elektroda terakhir, kemudian jarak antara elektroda
P1-P2 ditingkatkan menjadi 3a (Sakka, 2001).
GAMBAR 5 KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER
D. Metode Pole-Dipole
Konfigurasi Pole Dipole, yaitu sumber arus tunggal tetapi pengukuran
beda potensial dilakukan pada elektroda P1 dan P2 yang membentuk dipole
(saling berdekatan) dengan jarak a. Konfigurasi Pole-diPole, yaitu
merupakan konfigurasi elektroda elementer dimana terdapat satu titik
sumber arus dan satu titik ukur potensial. Untuk itu salah satu elektroda arus
C2 dan elektroda potensial P2 ditempatkan di tempat yang cukup jauh relatif
terhadap C1 dan P1 sehingga pengaruhnya dapat diabaikan ( Harnovi,
2011).
Faktor Geometri
GAMBAR 6 POLE-DIPOLE
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Agung dan Gatot Yulianto. 2007. Estimasi Arah Strike
menggunakan Resistivitas konfigurasi Persegi. Jurnal berkala Fisika. Vol 10. ,
No.1, Januari 2007, hal 45-51. Halaman 45-46
Harnovi. 2011. Metode Geolistrik. http:// harnovi. wordpress. com/2011/03/29/
metode-geolistrik/. Diakses pada 31 Mei pukul 00.10 WIB
Hendrajaya, Lilik dan Idam Arif. 1985. Geolistrik Tahanan Jenis.
Laboratorium Fisika Bumi Jurusan Fisika FMIPA. ITB : Bandung
Sakka, 2002. Metoda Geolistrik Tahanan Jenis. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam – UNHAS, Makassar