farmakoterapi infeksi saluran pernafasan atas

Upload: nisanurlaks

Post on 07-Mar-2016

65 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

farmakoterapi ispa (infeksi saluran pernafasan atas)

TRANSCRIPT

  • 29/09/2013

    1

    1

    PENATALAKSANAAN & FARMAKOTERAPI INFEKSI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

    (ISPA)NANANG MUNIF YASIN, M.PHARM, APT

    FAKULTAS FARMASI UGM

    [email protected]

    29/29/2013 2

  • 29/09/2013

    2

    9/29/2013

    3

    ISPISP ATAS ISP BAWAH

    CROUPSINUSITISOTITIS MEDIATONSILITIS

    FARINGITISEPIGLOTITISLARINGITIS

    PNEUMONIA

    KLASIFIKASI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

    BRONKITISBRONKIOLITIS

    9/29/2013

    4

    TUJUAN TERAPI

    1. Mencegah kematian2. Menyembuhkan penderita3. Mencegah kekambuhan4. Menurunkan tingkat penularan

  • 29/09/2013

    3

    9/29/2013

    5

    1. Keluhan/gejala pasien :

    Sesak nafas, demam, batuk, pilek

    2. Faktor penyebab :

    bakteri, virus

    3. Komplikasi :

    Otitis media : mastoiditis,meningitis

    Sinusitis : meningitis, septikemia

    Bronkitis : PPOK, bronkhiektasis

    Pneumonia : atelektasis, abses paru,

    efusi paru, bakteremia

    SASARAN TERAPI

    9/29/2013

    6

    1. Perbaiki kondisi pasien

    Hidrasi, oksigenasi

    2. Ringankan keluhan/ gejala pasien

    3. Atasi faktor penyebab

    4. Cegah dan atasi komplikasi

    STRATEGI TERAPI

  • 29/09/2013

    4

    Sinusitis: Peradangan satu atau lebih dari rongga

    sinus paranasal, kemungkinan disebabkan

    alergi, virus, bakteri, atau jamur (jarang).

    Akut sinusitis berlangsung 4 minggu

    Recurrent 4 atau lebih episode sinusitis akut

    per tahun berlangsung setiap 10 hari

    atau lebih

    dan

    - tidak adanya gejala antara episode

    Kronik sinusitis berlangsung 12 minggu atau

    lebih dengan atau tanpa pengobatan

    Rhinitis: Peradangan pada mukosa hidung,

    penyebab paling umum virus atau alergi.

    Rhinosinusitis:Peradangan mukosa hidung dan lapisan

    sinus, penyebab paling umum virus atau

    alergi.

    SINUSITIS

    Catatan: Rhinitis dan rinosinusitis sering misdiagnosed sebagai sinusitis.

    Virus di pernapasan

    biasanya

    menyebabkan

    peradangan pada

    mukosa hidung dan

    sinus maksilaris.

    Kebanyakan kasus

    rinosinusitis akut

    akibat infeksi virus

    yang tidak komplek.

    LATAR BELAKANG

    Beda sinusitis karena

    bakteri dengan virus

    sangat ditentukan

    oleh durasi dan

    keparahan gejala

    Sinusitis virus kualitas

    dan warna sekret

    jernih dan cair.

    Rinosinusitis karena

    bakteri mungkin

    terjadi jika gejala

    menetap > 10 hari ,

    atau memburuk

    setelah 5-7 hari dan

    ada lokalisasi ke sinus

    maksilaris.(J Clin Microbiol 1997;

    35:2864; JAMA 1967;

    202:158).

    DIAGNOSIS

  • 29/09/2013

    5

    PENATALAKSANAANGEJALA

    FARMAKOTERAPI

    Terapi atibiotik umumnya tidak diindikasikan

    Analgesik-antipiretik untuk mengatasi nyeri dan demam

    Pengobatan dengan uap, humidifier dan semprot nasal salin

    Dekongestan topikal atau sistemik dengan durasi pendek

    bermanfaat (3-4 hari)

    hidung tersumbat ,

    sekret hidung kental

    dan nyeri wajah

    + / - demam, sakit

    gigi rahang atas,

    wajah bengkak

    Membebaskan obstruksi

    Me(-) viskositas sekret

    Eradikasi bakteri

    OUT COME

  • 29/09/2013

    6

    CATATAN KHUSUSDekongestan topikal atau sistemik dengan durasi pendek bermanfaat, tapi jika

    digunakan jangka panjang (> 5 hari) mengakibatkan penyumbatan berulang,

    komplikasi lokal (iritasi tenggorakan), dan tidak dianjurkan. (Madigan Army Medical Center. Sinusitis referral guideline. January 2004)

    Dekongestan oral yang mengandung fenilpropanolamin (PPA) tidak disarankan untuk

    digunakan dalam sinusitis bakteri akut.

    ADE: cemas, imsononia, takikardi, peningkatan tekanan darah, tremor

    (MMWR August 16, 1996: Adverse Events Associated with Ephedrine-Containing Products -Texas, December 1993 - September 1995)

    Antihistamin harus dihindari pada sinusitis akut karena kecenderungan mereka untuk

    menyebabkan kekeringan yang berlebihan dengan penebalan cairan dan pengerasan

    kulit sehingga mengurangi drainase sinus ,yang dapat memperburuk sinusitis.(Stafford C. The clinicians view of sinusitis. Otolaryngology Head and Neck Surgery, 1990; 103 (5 part 2): 870-874)

    Penggunaan kortikosteroid semprotan hidung kontroversial di sinusitis akut.

    Kortikosteroid bermanfaat dalam sinusitis kronis karena kemampuan untuk

    mengurangi edema dan inflamasi hidung dan dengan demikian menghasilkan

    drainage. (Poole M. A focus on acute sinusitis in adults: changes in disease management. American Journal Medicine, May 1999; 106(5A): 38S-47S).

    PENATALAKSANAANPRINSIP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

    Kebanyakan pasien dengan rinosinusitis bakteri akut membaik tanpa pengobatan

    antibiotik. Sekitar 81% pasien yang diobati dengan antibiotik dan 66% dari kontrol

    meningkat pada 10-14 hari (manfaat absolut dari 15%).

    S pneumoniae & H influenzae terlibat di lebih dari 50% kasus sinusitis akut pada

    orang dewasa dan anak-anak. Moraraxella catarrhalis juga penyebab umum sinusitis

    akut.

    Pasien dengan gejala sedang atau berat mendapat manfaat dari terapi antibiotik.

    Amoksisilin tetap menjadi pilihan antibiotik untuk sinusitis bakteri akut :

    Mencover organisme yang terlibat dalam sinusitis akut Memiliki aktivitas terbaik dari semua agen -laktam dalam mengatasi penicillin

    intermediate Streptococcus pneumoniae

    Efek samping yang relatif sedikit Potensi untuk terjadinya resisten rendah Tidak ada agen antibiotik lainnya telah terbukti unggul untuk amoksisilin dalam uji

    klinis

    Pertimbangkan agen lini kedua jika tidak ada perbaikan atau memburuk > 72 jam.

  • 29/09/2013

    7

  • 29/09/2013

    8

    OTITIS MEDIAOtitis media adalah

    peradangan dan/atau

    infeksi telinga tengah.

    Otitis media akut terjadi

    bila ada infeksi bakteri

    atau virus di cairan

    telinga tengah yg

    menyebabkan produksi

    cairan / nanah.

    Otitis media efusi :

    cairan tanpa

    peradangan akut

    Otitis media kronis :

    cairan (otorrhea) yang

    purulen shg diperlukan

    drainase.

  • 29/09/2013

    9

    Pada kebanyakan kasus, otitis media disebabkan oleh virus, namun sulit dibedakan etiologi antara virus atau bakteri berdasarkan presentasi klinik maupun pemeriksaan menggunakan otoskop saja.

    ETIOLOGI

    OTITIS MEDIA AKUT OTITIS MEDIA KRONIK

    29/09/2013

    17

    Bakteri yang terlibat :P. aeruginosa,

    Proteus species, Staphylococcus aureus,dan

    gabungan anaerob

    Bakteri yang terlibat :Streptococcus pneumoniae,

    Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis

    TANDA DAN GEJALA

    OTITIS MEDIA AKUT OTITIS MEDIA KRONIK

    29/09/2013

    18

    Dijumpainya cairan (otorrhea) yang purulen sehingga diperlukan drainase.

    Otorrhea semakin meningkat pada saat ISP atau setelah terekspose air.

    Nyeri jarang dijumpai padaotitis kronik, kecuali pada eksaserbasi akut.

    Hilangnya pendengaran disebabkan oleh karena destruksi membrana timpani dan tulang rawan.

    Peradangan lokal, otalgia, otorrhea, iritabilitas, kurang istirahat, nafsu makan turun, nyeri, hilangnya pendengaran, demam, & leukositosis

    Anak < 3 tahun :Seringkali bersifat non-spesifik seperti iritabilitas, demam, terbangun pada malam hari, nafsu makan turun, pilek dan tanda rhinitis, konjungtivitis

  • 29/09/2013

    10

    Otitis media didiagnosis denganmelihat membrana timpani menggunakan Otoscope.

    Tes diagnostik lain adalahdengan mengukur kelenturanmembrana timpani denganTympanometer. Dari tes ini akan

    tergambarkan ada tidaknyaakumulasi cairan di telingabagian tengah.

    Pemeriksaan lain menggunakanX-ray dan CT-scan ditujukanuntuk mengkonfirmasi adanyamastoiditis dan nekrosis tulangpada otitis maligna ataupunkronik.

    DIAGNOSIS

    29/09/2013

    19

    Oleh karena sebagian besar otitis media didahuluioleh infeksi pernapasan atas, maka metodepenularan adalah sama seperti pada infeksipernapasan tersebut.

    PENULARAN & FAKTOR RESIKO

    29/09/2013

    20

    Faktor risiko untuk mengalami otitis media semakintinggi pada anak dengan otitis-prone yang mengalami infeksi pernapasan atas.

  • 29/09/2013

    11

    Komplikasi otitis media meliputi: Mastoiditis Paralisis syaraf ke-7 Thrombosis sinus lateral Meningitis Abses otak Labyrinthitis.

    KOMPLIKASI

    29/09/2013

    21

    PENATALAKSANAANGEJALA

    FARMAKOTERAPI

    Acetaminophen atau ibuprofen untuk mengatasi nyeri / demam Dekongestan, antihistamin, & kortikosteroid tidak direkomendasikan

    krn tidak bermanfaat dalam pengobatan namun justru meningkatkan

    risiko efek samping.

    Catatan:

    Beberapa ahli percaya bahwa antihistamin dan atau dekongestan mungkin bermanfaat ketika alergi berperan dalam etiologi OM.

    Prednison 2 x5 mg efektif menghentikan efusi pd otitis media kronik

    NYERI

    OTORRHEA

    IRITABILITAS

    NAFSU MAKAN 10 hari).

  • 29/09/2013

    17

    TANDA DAN GEJALA

    29/09/2013

    33

    Batuk (sputum) yang menetap, >> parah pd malam hari Rhinorrhea (biasanya disebabkan oleh rhinovirus) Sesak napas bila harus melakukan gerakan eksersi

    (naik tangga, mengangkat beban berat) Lemah, lelah, lesu Nyeri telan (faringitis) Laringitis (biasanya bila penyebab adalah chlamydia) Nyeri kepala Demam Adanya ronchii Skin rash (25% kasus)

    Tes C- reactive protein (CRP) sensitifitas : 80-100%, spesifisitas 60-70% ............. dalam mengidentifikasi infeksi bakteri.

    Pemeriksaan sel darah putih, 25% kasus meningkat

    Pulse oksimetri, gas darah arteri dan tes fungsiparumengevaluasi saturasi oksigen di udara kamar.

    Pewarnaan Gram pada sputum tidak efektif dalam menentukan etiologi

    maupun respon terhadap terapi antibiotika.

    DIAGNOSIS

    29/09/2013

    34

  • 29/09/2013

    18

    Merokok Infeksi sinus dapat menyebabkan iritasi

    pada saluran pernapasan atas danmenimbulkan batuk kronik Bronkhiektasi Anomali saluran pernapasan Foreign bodies Aspirasi berulang

    FAKTOR RESIKO

    29/09/2013

    35

    Komplikasi jarang terjadi kecuali padaanak yang tidak sehat.

    Komplikasi meliputi antara lain : PPOK, bronkhiektasis, dilatasi yang bersifat irreversible dan destruksi dinding bronkhial.

    KOMPLIKASI

    29/09/2013

    36

  • 29/09/2013

    19

    PENATALAKSANAANTEMUAN

    Antibiotik TIDAK direkomendasikan dalam pengelolaan bronkitis akut

    Menghentikan rokok

    Meningkatkan kelembaban/ vaporizer

    Hidrasi yang baik

    Analgesik / antipiretik (parasetamol, NSAID)

    Bronkodilator (salbutamol, albuterol) : batuk berlarut-larut

    Antitusif (dextrometorfan, codein): meringankan batuk tapi tidak mengurangi durasi penyakit

    CATATAN:

    Kortikosteroid (dihirup atau oral) tidak direkomendasikan karena tidak cukup bukti yang

    mendukung penggunaannya dalam bronkitis akut

    Ekspektoran tidak secara rutin dianjurkan karena kemanjuran terbatas

    FARMAKOTERAPI

    MENGATASI GEJALA

    MENGHILANGKAN

    EKSASERBASI

    OUT COME

    Tanda dan gejala

    Batuk persisten > 5 1 mingguSakit tenggorokan, malaise, sakit

    kepala

    Demam jarang> 39 C

    Pemeriksaan fisik

    Ronki, lembab, rales bilateral

    Dahak purulen (50% pasien)

    Radiografi

    Normal

    FARMAKOTERAPI: SUPORTIF

    Analgesik-antipiretik membantu dalam meringankan kelesuan, malaise, dan demam

    Aspirin atau asetaminofen (650 mg pada dewasa atau 10-15 mg / kg per dosis pada

    anak-anak; maksimum dosis harian pediatrik 60 mg / kg; maksimum 4 dosis dewasa

    harian g) atau ibuprofen (200-800 mg pada orang dewasa atau 10 mg / kg per dosis

    pada anak-anak; dosis harian maksimum 40 pediatrik mg / kg; dosis dewasa harian

    maksimum 3.2 g) harus diberikan setiap 4 sampai 6 jam.

    Pada anak-anak, aspirin harus dihindari karena menyebabkan Reye syndrome.

    Ibuprofen durasi efek antipiretik lebih lama (5-6 jam) dibanding aspirin dan

    parasetamol (3-4 jam)

    Aspirin dan ibuprofen dapat memperburuk fungsi ginjal pada pasien lebih muda dari

    3 bulan, lansia pasien, dan individu dengan fungsi ginjal yang buruk.

  • 29/09/2013

    20

    FARMAKOTERAPI: SUPORTIF

    OTC mengandung antihistamin, simpatomimetik, dan antitusif tidak terbukti

    efiktivitasnya, malah memperburuk dan memperpanjang proses pemulihan.

    Batuk, yang mungkin mengganggu, dapat diobati dengan dekstrometorfan atau

    kodein (tetapi tidak rutin digunakan terutama batuk produktif)

    Pada kasus yang berat, batuk mungkin terus-menerus cukup untuk mengganggu

    tidur, disarankan penggunaan obat penekan batuk disertai obat penenang ringan-

    hipnotis

    Penggunaan ekspektoran masih dipertanyakan efektivitas klinisnya

    FARMAKOTERAPI: ANTIBIOTIKBakteri patogen dipercaya memiliki peran minimal pada bronkitis akut.

    Meskipun S pneumoniae dan H influenzae kadangkala ditemukan pada kultur

    mikrobiologi, namun ini hanya menunjukkan kolinisasi daripada infeksi.

    Suatu meta-analisis yang mencakup 6 dari studi ini menyimpulkan bahwa tidak

    ada bukti untuk mendukung penggunaan antibiotika untuk bronkitis akut

    Empat uji klinik yang mengevaluasi eritromisin, doksisiklin, atau TMP / SMX

    menunjukkan perbaikan yang minimal dalam gejala dan/atau waktu kerja yang

    hilang pada kelompok yang mendapat antibiotik.

    Empat uji lainnya menunjukkan tidak ada perbedaan hasil antara kelompok

    plasebo dan mereka yang diterapi dengan eritromisin atau doksisiklin.

    Suatu meta-analisis dari 9 studi yang mengevaluasi pengobatan antibiotik untuk

    pencegahan infeksi bakteri pada penyakit pernapasan karena virus

    menyimpulkan bahwa antibiotik tidak mencegah atau mengurangi keparahan

    infeksi karena bakteri

  • 29/09/2013

    21

    FARMAKOTERAPI: ANTIBIOTIKTerapi antibiotik pada bronkitis akut tidak dianjurkan kecuali bila disertai

    demam dan batuk yang menetap lebih dari 6 hari, karena dicurigai adanya

    keterlibatan bakteri saluran nafas seperti S pneumonia, H influenzae.

    PNEUMONIA

    Pneumonia

    Infeksi di ujung bronkial dan alveoli yang

    dapat disebabkan oleh berbagai patogen

    seperti bakteri, virus, jamur,dan parasit.

    Macamnya dibagi 3 :

    1. Community acquired pneumonia (CAP)

    2. Hospital (Nosokomial) acquired

    pneumonia (HAP)

    3. Aspiration pneumonia (AP)

  • 29/09/2013

    22

    Tanda dan gejala

    Demam tiba-tiba, menggigil, dyspnea, dan

    batuk produktif

    Sputum berwarna (karat) atau hemoptysis

    Nyeri dada pleuritik

    Pemeriksaan fisik

    Sianosis

    Takipnea

    Takikardi

    Focal signs :

    konsolidasi (padat-inelastis)

    krepitasi

    Dada radiografi

    Lobar padat atau Infiltrat segmental

    Tes laboratorium

    Leukositosis dengan dominasi sel

    polymorphonuclear

    Saturasi oksigen yang rendah pada gas darah

    arteri atau nadi oksimetri

    PENATALAKSANAANGEJALA

    FARMAKOTERAPI

    Pemberian oksigen : px dg sesak nafas, hipoksemia Bronkodilator : px dg bronkospasme Fisioterapi dada : pengeluaran sputum Nutrisi yang baik dan cukup Hidrasi yang cukup, bila perlu dg parenteral Antipiretik pada pasien demam Terapi empiris dengan antibiotik spektrum luas sambil

    menunggu hasil kultur

    DEMAM

    BATUK (sputum)

    TAKIPNEA

    TAKIKARDI

    KONSOLIDASI

    MENCEGAH KEMATIAN

    ERADIKASI BAKTERI

    SEMBUH PARIPURNA

    OUT COME

  • 29/09/2013

    23

  • 29/09/2013

    24

  • 29/09/2013

    25

    9/29/2013

    50

    TERAPI DENGAN ANTIBIOTIK

    Pilihan pertama Lini kedua

    Otitis media Amoksisilin Koamoksiklav, Cefuroksim

    Klaritromisin, Azitromisin,

    Ceftriaxone

    Sinusitis Amoksisilin,

    Kotrimoksazol,

    Doksisiklin (dewasa)

    Koamoksiklav, Cefuroksim,

    Klaritromisin, Azitromisin,

    Levofloxacin (dewasa)

    Faringitis Penisilin G, Penisilin V,

    Amoksisilin,

    Koamoksiklav

    Eritromisin, Klaritromisin,

    Azitromisin, Sefalosporin

    gen 1-2, Levofloxacin

    Bronkitis akut Tanpa antibiotik Amoksisilin, Koamoksiklav

    Makrolida

    Pneumonia

    (CAP)

    Makrolida (Eritromisin,

    Klaritromisin,

    Azitromisin)

    Koamoksiklav, Sefalosporin

    gen-3, Fluorokuinolon

  • 29/09/2013

    26

    9/29/2013

    51

    AntibiotikGRAM (+) AEROB GRAM (-) AEROB

    SA MRSA SE MR SE St EcE

    ColiKP EB PM SM PA HI HI*

    Penisilin + - + - ++++ ++ - - - - - - - -

    Ampisilin + - + - ++++ ++ ++ - - +++ - - ++++ -

    Ticarcilin + - + - ++++ - ++ + ++ +++ +++ ++ +++ -

    Co-amoxiclav ++++ + ++++ - ++++ ++ +++ ++ - ++++ - - ++++ ++++

    Cefazolin ++++ - ++++ - ++++ - +++ +++ - ++++ - - + -

    Cefuroxime ++++ - ++++ - ++++ - +++ +++ + ++++ + - ++++ ++++

    TGC +++ - ++ - ++++ - ++++ ++++ + ++++ ++++ + ++++ ++++

    Cefepime +++ - ++++ - ++++ - ++++ ++++ +++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++

    Cotrimoxazol ++++ +++ ++++ + ++++ + +++ +++ ++++ ++++ +++ - ++++ ++++

    Eritromisin ++ - + - ++++ -

    Gentamisin ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ +++ ++ ++

    Ciprofloksazin +++ ++ +++ ++ + + ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ +++ ++++ ++++

    Fluoroquinolon ++++ ++ +++ ++ ++++ ++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++

    Imipenem ++++ + ++++ - ++++ ++ ++++ ++++ ++++ +++ ++++ ++++ ++++ ++++

    Aztreonam - - - - - - ++++ ++++ + ++++ ++++ +++ ++++ ++++

    Vancomisin ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ +++

    9/29/2013

    52

    AntibiotikAN AEROB KETERANGAN

    BF P PS C SA = Staphylococcus aureusSE = Staphylococcus epidermidisSt = StreptococciEc = EnterococciKP = Klebsiella pneumoniaeEB = EnterobactercioacaePM = Proteus MirabilisSM = Serratia marcescensPA = pseudomonas aeruginosaHI = Haemophillus InfluenzaeBF = bacteroides fragilisP = PeptococcusPS = PeptostreptococccusC = Clostridia

    Penisilin + - + -

    Ampisilin + - + -

    Ticarcilin + - + -

    Co-amoxiclav ++++ + ++++ -

    Cefazolin ++++ - ++++ -

    Cefuroxime ++++ - ++++ -

    TGC +++ - ++ -

    Cefepime +++ - ++++ -

    Cotrimoxazol ++++ +++ ++++ +

    Eritromisin ++ - + -

    Gentamisin

    Ciprofloksazin +++ ++ +++ ++

    Fluoroquinolon ++++ ++ +++ ++

    Imipenem ++++ + ++++ -

    Aztreonam - - - -

    Vancomisin ++++ ++++ ++++ ++++

  • 29/09/2013

    27

    OBAT MANFAAT RESIKO

    Parasetamol Demam Infeksi virus pada anak Nyeri ringan-sedang Inflamasi & nyeri terkait

    dengan penyakit RA & OA

    Harga murah

    ESO : minimal

    Overdose, menyebabkan

    hepatotoksik

    Ibuprofen Demam Inflamasi & nyeri terkait

    dengan penyakit RA & OA

    Nyeri ringan-sedang Dismenorrhea

    ESO :

    efek GI (kram perut, mual,

    pendarahan, iritasi, ulser)

    efek SSP (sakit kepala,

    pusing)

    efek kulit (ruam kulit,

    urtikaria)9/29/2013 53

    Macamnya : Parasetamol, Ibuprofen

    Mekanisme aksi

    Parasetamol : menghambat sintesis prostlagandin di SSP

    Ibuprofen : menghambat COX yang memproduksi prostaglandin

    ANALGETIK-ANTIPIRETIK

    OBAT MANFAAT RESIKO

    Generasi 1 Antialergi Motion sickness Antiemetik(prometazin)

    ESO :

    efek sedasi

    hipertensi ortostatik

    efek samping antikolinergik

    (mengeringkan hidung meler)

    Generasi 2 Antialergi >> ESO : efek sedasi lebih ringan

    tremor

    sakit kepala

    ruam kulit

    aritmia (terfenadin, makanya di

    AS sudah ditarik )9/29/2013 54

    Selama beberapa tahun antihistamin digunakan dalam terapi rhinitis alergi.

    Macamnya : Generasi pertama : CTM, difenhidramin

    Generasi kedua : Setirizin, Loratadin

    Mekanisme aksi : Kompetisi dengan histamin pada reseptor H1

    ANTIHISTAMIN

  • 29/09/2013

    28

    OBAT MANFAAT RESIKO

    Dekongestan

    oral

    Nasal dekongestan ESO (sistemik): takikardi, gelisah, tremor, imsonia,

    hipertensi

    KI pada pasien hipertensi,

    past MI, atau hipertiroid

    sebab dapat meningkatkan

    tekanan darah

    Dekongestan

    topikal

    Nasal dekongestan ESOKongesti berulang (max 7 hari)

    Pusing, sakit kepala, tremor9/29/2013 55

    Dekongestan nasal digunakan sebagai terapi simtomatik pada beberapa kasus

    infeksi nafas karena efeknya terhadap nasal yang meradang, sinus,serta mukosa

    tuba eustachius.

    Macamnya : dekongestan oral (pseudoefedrin, PPA)

    dekongestan topikal (oxymetazolin, fenilefrin, xylometazolin)

    Mekanisme aksi : vasokonstriksi pembuluh darah di mukosa nasal

    DEKONGESTAN

    OBAT MANFAAT RESIKO

    Adrenoceptor

    Agonist

    Bronkodilatorefek cepat

    ESO (terutama sediaan oral)

    TD turun, Nadi meningkat

    Tremor

    Cemas & eksitasi

    Lemah, pusing

    Rasa terbakar pada wajah & kulit

    Mual dan muntah

    Metilxantine Bronkodilatordurasi lama

    ESO

    Iritasi GI

    Kejang (stimulasi SSP)

    Interaksi obat : makrolida9/29/2013 56

    Penggunaan bronkodilator pada infeksi pernafasan bawah adalah pada kasus

    bronkitis kronik yang disertai obstruksi pernafasan.

    Macamnya : Adrenoceptor Agonist : Salbutamol, Terbutalin

    Metilxantine : Teofilin

    Mekanisme aksi

    Stimulasi -2 menyebabkan meningkatnya AC yang akan meningkatkan cAMP

    di otot polos sehingga mengakibatkan bronkodilatasi

    BRONKODILATOR

  • 29/09/2013

    29

    9/29/2013 57

    Kortikosteroid digunakan untuk mengurangi oedema subglotis dengan cara

    menekan proses inflamasi lokal.

    Sampai saat ini efektivitas kortikosteroid masih diperdebatkan, namun hasil suatu

    studi meta-analisis menunjukkan bahwa steroid mampu mengurangi gejala dalam

    24 jam serta mengurangi kebutuhan untuk intubasi endotrakeal.

    Macamnya : deksametason, prednison

    Mukolitik merupakan obat yang dipakai untuk mengencerkan mukus yang kental,

    sehingga mudah dikeluarkan.

    Umumnya dipakai pada terapi tambahan pada bronkitis dan pneumonia.

    Agen yang banyak dipakai asetilsistein, dengan mekanisme kerja membuka ikatan

    gugus sulfidril pada mucoprotein sehingga menurunkan viskositas mukus.

    KORTIKOSTROID

    MUKOLITIK

    9/29/2013

    58

    INFORMASI PADA PASIEN

    1. Tanda-tanda alergi & tindakan yang harus dilakukan

    2. Hentikan faktor pencetus, misal rokok, alergen

    3. Kontinuitas terapi sampai dengan antibiotik habis

    untuk meminimalkan resiko resistensi

    4. Efek samping obat dan penanganannya

    5. Perhatian khusus penggunaan obat

    Tetes telinga, tetes hidung, obat kumur Minum dengan segelas air : doksisiklin

    6. Terapi suportif : nutrisi, hidrasi yang cukup, fisioterapi

    7. Edukasi pencegahan: cuci tangan, masker, sanitasi

  • 29/09/2013

    30

    9/29/2013

    59

    CONTOH DRUG RELATED PROBLEMS

    1. Pasien memerlukan tambahan terapi obat

    Pasien sesak perlu bronkodilator2. Pasien dapat terapi obat yang tidak perlu

    ISPA ringan pada anak (umumnya karena virus) diberikan antibiotik3. Pasien mendapatkan obat yang salah

    Pasien anak dapat aspirin untuk terapi demamnya4. Pasien mendapatkan dosis terlalu rendah

    Durasi terapi sinusitis dengan amoksisilin hanya 5 hari5. Pasien mengalami ROTD

    Interaksi obat : siprofloksazin dengan antasida, eritromisin dengan teofilin

    6. Dosis terlalu tinggi untuk pasien

    Frekuensi antibiotik terlalu sering7. Pasien tidak patuh

    Pasien hanya mampu menebus resep antibiotik setengahnya

    9/29/2013

    60

    PUSTAKA ACUAN1. Dipiro, J.T, Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, A., Wells, B.G.,

    Pasey, L.M., 2008, Pharmacotherapy : A PathophysiologicApproach, Appleton & Lange, Philadelphia.

    2. Walker R,Edward C, Clinical Pharmacy & Therapeutics,2003, Churchill Livingstone

    3. Depkes RI, 2006, Pharmaceutical care untuk penyakit infeksisaluran pernafasan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

    4. Pelletier, CE, 2003, Lange Smart Charts: Pharmacology,McGraw-Hill Companies,Inc.

    5. WHO dan pustaka lain