farmakognosi. npm 105-109. halaman 21-25
TRANSCRIPT
Farmakognosi
Tugas Terjemahan Introduction Hal 21-25
Armydha Iga Pambudi 260110110105
Bimo Dwi Patra HS 260110110106
Gina Fajar Andinia 260110110107
Dilla Wulan Ningrum 260110110108
Isni Meisya Adzani 260110110109
Namun, penting untuk dijelaskan disini bahwa organisme hidup di alam (contohnya
tumbuhan, mikroba, dan binatang) dapat dianggap sebagai ibu alam yang indah dan besar
dari laboratorium biosintetik. Itu tidak hanya melayani untuk bertahan hidup yang disebut
sebagai “pembentuk kehidupan” dari bumi dalam hal memberikan spectrum yang luas dari
konstituen kimia esensial, contohnya protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin tetapi juga
secara cermat membawa keempat kuantum yang secara fisiologis aktif sebagai entitas kimia,
seperti alkaloid, glikosida, minyak volatile (terpenoid), steroid, antibiotik, prinsip bitter,
tannin, dan lain sebagainya.
Organisme hidup memberikan peningkatan sejumlah aspek fitokimia setelah
bertahun-tahun yang dapat dilihat dengan dekatnya tiga hal di bawah ini, disebut:
(i) Konstituen
(ii) Obat biosintesis (atau biogenesis)
(iii) Klasifikasi
1.4.1 Konstituen
Sejumlah besar zat kimia yang terdapat pada kingdom tumbuhan dan kingdom hewan dalam
satu bentuk atau yang lain disebut sebagai konstituen. Konstituen ini dapat dibagi lagi
menjadi dua kategori utama, yaitu:
a. Konstituen aktif
b. Konstituen inert
1.4.1.1 Konstituen Aktif
Entitas kimia yang bertanggungjawab bagi pharmakologikal yang ada, mikrobial atau dalam
arti luas kegiatan terapeutik biasanya diistilahkan sebagai konstituen aktif. Hampir semua
obat seperti : alkaloid, glikosida, steroid, terpenoid, prinsip pahit adalah anggota yang bonafit
dari kategori particular.
1.4.1.2 Kontituen Inert
Zat kimia, meskipun ada dalam bentuk kingdom tumbuhan dan hewan, yang tidak memiliki
apapun sebagai nilai dari terapi seperti itu tetapi sangat berguna baik sebagai tambahan dalam
perumusan suatu obat atau operasi secara kolektif dikenal sebagai konstituen inert.
Contohnya:
a. Obat tumbuhan : di bawah ini konstituen inert pada berbagai bagian dari tumbuhan,
disebut:
Selulosa : bentuk mikrokristalin dari selulosa digunakan sebagai kombinasi pengikat
disintegran pada proses tableting. Partikel selulosa kolodal bertujuan
dalam proses stabilisasi dan emulsifikasi dari cairan.
Lignin : untuk mengendapkan protein dan untuk stabilisasi emulsi aspal
Suberin : ester dari alcohol monohidrat yang lebih tinggi dan asam lemak
Kutin : membuat
Pati : sebagai tujuan farmasetik, contohnya pengisi tablet, pengikat,
disintegran
Albumin : albumin kedelai sebagai pengemulsi
Pewarna : chocineal untuk mewarnai produk makanan dan farmasetikal
b. Obat hewan : di bawah ini dijelaskan konstituen inert yang hampir semuanya ada
pada hewan, yaitu:
Keratin : untuk melapisi pil enteric yang tidak akan berpengaruh di dalam
lambung tapi terlarut oleh alkalin dalam sekresi intestinal.
Kitin : kitin deasilasi (sitosan) untuk perawatan air, kitin sulfat sebagai
antikoagulan di dalam laboratorium hewan.
Hal tersebut telah diamati bahwa kehadiran "konstituen inert" baik bertindak terhadap
memodifikasi atau memeriksa absorbansi dan indeks terapeutik dari “konstituen aktif”.
Jelas, untuk mendapatkan konstituen aktif pada saat yang tepat, seseorang harus
menyingkirkan sejumlah konstituen inert dengan mengadopsi berbagai metode yang dikenal
dengan pemisahan, pemurnian, dan kristalisasi. Oleh karena itu, hampir semua literatur
dengan variasi yang berbeda mengacu kepada bekas produk tanaman sekunder.
Kehadiran dari produk tanaman sekunder (konstituen aktif) diatur oleh dua mazhab,
yaitu:
a. Metabolit berlebihan: contohnya, substansi yang tidak mempunyai nilai dan
mungkin kehadirannya bertujuan untuk mengurangi mekanisme ekseretori di
dalamnya dan akhirnya hasilnya sebagai sisa lock up metabolit yang berlebih, dan
b. Karakteristik substansi yang bertahan: contohnya substansi yang memberikan
suatu nilai hidup positif pada tanaman di mana mereka benar-benar ada. Mereka
menawarkan lebih dan sedikit “mekanisme pertahanan alami” dimana tanaman ini
bertahan hidup dari perusakan karena zat mereka, berbau baik, dan fitur yang
enak.
Contoh : Racun alkaloidal terdapat pada tanaman; zat yang terdiri dari semak; dan minyak
atsiri yang tajam terdiri dari pohon, dan lain-lain.
1. Komposisi genetik (atau hereditas) : pada kenyataannya, efek genetik mengerahkan
kedua perubahan kualitatif dan kuantitatif dari konstituen tanaman medicinal.
Contohnya:
(i) Eugenol : secara alami, kehadiran kedua spesies yang bervariasi kuantitasnya
ada di bawah ini:
Eugenia caryophyllus (Sprengel) Bullock et Horrison : 70-95%
Syzgium aromaticum (L.) Merr et L.M. Perry : tidak kurang dari 85%
(ii) Gugus reserpine-rescinamin dari alkaloid
Rauvolfia serpentine (Linne) Bentahm : NTL * 0,15%;
Rauvolfia vomitoria Afzelius (dari Afrika) : NLT 0.20%;
(*NLT: Not less than: tidak kurang dari)
(iii) Rutin:
Fagopyrum esculatum Moznch : 3-8%;
Sophora japonica Linne : 20%;
(iv) Mentol
Menthe piperita L. : 50-60%
Mentha arvensis Linnevar : 75-90%
(Minyak mint jepang)
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan berkontribusi untuk aspek kuantitatif dari konstituen sekunder,
seperti konstituen aktif. Ini digunakan untuk menjelaskan disini bahwa tanaman
medicinal mempunyai kesamaan spesies yang secara fenotif identik, mereka secara
esensial menghasilkan kemiripan yang dekat serta berkenaan dengan bentuk dan
struktur, namun, secara genotif sama, memiliki komposisi genetik yang sama.
Fenomena alami partikel ini secara jelas memberikan kenaikan yang sama sekali
ditandai dan diucapkan berbeda dalam komposisi kimia mereka, khususnya dengan
referensi untuk konstituen aktif. Jika ditinjau lebih logis dan dengan cara scientific
dapat dikatakan tanaman ini dikategorikan mempunyai jenis kimia yang berbeda-
beda.
Contohnya:
(i) Ergontamin : perubahan strain claviceps purpurea (kentang goreng) telah
dikembangkan, secara khusus untuk bidang budidaya, yang mampu
menghasilkan hampir 0,35% dari ergontamine (dibandingkan dengan produksi
normal yang tidak kurang dari 0,15% dari total ergot alkaloid)
(ii) Eucalyptol (syn: cineole, cajeputol): ini ada pada daun yang segar dari
Eucalyptus globus Libillardiere sejauh 70-85%. Ini telah mengamati bahwa
jenis kimia dari beberapa spesies dari Eucalyptus yang tidak bervariasi dari
tampilan yang signifikan pada konten eucalyptus dan berhubungan dengan
minyak esensial yang ada.
Ada sejumlah faktor lingkungan yang mungkin cukup mampu mengubah konstituen
tanaman in aktif, misalnya : komposisi tanah (konten mineral); iklim (kering, lembab,
dingin); flora asosiasi (Rauvolfia serpentine dan R.vomitoria) dan di akhir metode
kultivasi (menggunakan galur modifikasi, manual, dan kultivasi mekanis). Untuk
contoh spesifik ini boleh disebut lagi sebagai tanah yang kaya akan nitrogen jelas
menimbulkan alkaloid yang relative lebih tinggi dalam tanaman medicinal; jika tanah
tersebut tidak begitu abdundant dalam nitrogen dan relatif tumbuh pada zona kering
dan menghasilkan peningkatan kuantum dari minyak atsiri.
3. Ontogenik (atau penuaan pada tanaman) :umur dari tanaman medicinal mempunyai
dampak langsung pada konsentrasi konstituen aktif. Namun, tidak selalu benar yang
lebih tua dari tanaman yang lebih besar akan menjadiprinsip yang aktif.
Contohnya:
(i) Kanabidiol : ini ada pada Canabis sativa L. (C sativa car. Indica Auth),
aktivitas ; dan mencapai level maksimum dalam sesi pertumbuhan dan
kemudian penurunan dimulai secara bertahap. Menariknya, konsentrasi dari
dronabinol (atau tetrahidrokanabinol) memulai untuk meningkatkan timbal
balik sampai tanaman akan sepenuhnya matang.
(ii) Morfin: analgesic dan narkotik yang terkenal dan banyak diketahui banyak
orang yang ada dalam udara-susu kering dikumpulkan oleh pengepakan kapsul
oleh Papaver somniferum Linne atau P. album. Dekandol ditemukan menjadi
puncak tertinggi hampir dua atau tiga minggu setelah berbunga. Penundaan
yang tidak semestinya dalam memanen dari periode kritis akhirnya dihasilkan
dalam dekomposisi morfin. Ini patut dicatat bahwa pemanenan premature
lateks pasti akan meningkatkan isi serumpun alkaloid seperti kodein dan
tebain.
Pendek kata, merupakan hal yang sangat penting untuk mempengaruhi pemanenan tanaman
obat pada saat yang tepat sehingga dapat memaksimalkan hasil utama yang aktif.
1.4.1.3 Biosintesis Obat (atau Biogenesis)
Pada masa lalu, banyak pengakuan yang baik juga penting dan pengakuan tersebut
telah dihubungkan dengan studi eksklusif jalur biokimia yang justru mengarah kepada
perumusan konstituen aktif, sebaliknya dimaksud sebagai konstituen sekunder yang hampir
dipekerjakan sebagai obat-obatan. Studi spesifik ini secara normal merupakan istilah
biosintesis obat atau biogenesis.
Sebagai ahli kimia medicinal disyaratkan untuk mengetahui sintesis dari klorokuin-
obat malaria dari campuran sintetis alami, seorang ahli fitokimia seharusnya mengetahu
biogenesis dari kuinin dalam cinchoma kulit. Dengan kedatangan campuran organik
isotopically berlabel diketahui dengan cepat lima puluh yang mungkin cukup untuk
mendirikan secara ilmiah diamana asam lemak yang sesuai dengan derivatifnya lebih dan
kurang direaksikan sebagai precursor dari kompleks alkaloid. Namun, pelajaran logis ini
dikonfirmasikan dengan cepat oleh hipotesis yang dinyatakan di atas oleh Trier pada 1912.
Gambar 1.6 merupakan kesimpulan dari variasi alur biosintesis dan hubungan luar
mereka yang pada akhirnya membangun formasi dari jenis berbeda dari suatu konstituen
sekunder (red.konstituen aktif) mempunyai kingdom tumbuhan yang tidak bervariasi serta
digunakan sebagai obat yang mempunyai indeks potensi terapetik.
1.4.1.4 Klasifikasi
Pada kenyataannya gugus-gugus kimia yang telah disebukan di atas biasanya terikat
pada rangka molekular (misal: aromatik, senyawa heterosiklik) dari keanekaragaman alam
yang tampak dan kompleksitas.
Dari dua pengamatan yang menggunakan cahaya, klasifikasi fitokimia bisa
diselesaikan lebih cepat pada perspektif yang lebih rasioal dan lebih luas:
a. Morfin dan asam salisilat memiliki gugus fenol-OH dalam molekulnya tetapi secara
struktur mereka memiliki dunia sendiri.
b. Minyak essensial (atau volatil) kebanyakan mengandung campuran zat kimia, seperti:
hidrokarbon, keton, fenol dan terpen.
Oleh karena itu, idealnya klasifikasi fitokimia semata-mata berdasar pada tipe-tipe konstituen
tumbuhan dalam produk alami, yaitu :
a. Hanya berisikan C dan H
b. Hanya berisikan C, H, dan O
c. Berisikan O dalam cincin heterosiklik
d. Berisikan N, S,dan P
e. Kebanyakan berisikan Nitrogen
f. Berisikan kimia yang sudah padti ada
g. Campuran
Klasifikasi fitokimia tersebut diatas akan dikarang lebih lanjut dengan bantuan beberapa
contoh khusus dari bidang farmakognosi seiring dengan strukturnya, kemungkinan
dimanapun, seperti di bawah ini:
1.4.1.4.1 Hanya berisikan C dan H : secara essensial terdiri dari hydrokarbon dalam produk
alami.
Contoh :
a. β-Myrcene : merupakan hidrokarbon asiklik tidak jenuh yang ditemukan dalam
minyak teluk, verbena, hop, dan lainya.
b. Ocimene : juga merupakan hidrokarbon asiklik tidak jenuh yang ditemukan dalam
destilat minyak essensial dari daun segar Ocimum basilicum L. dan dari buah Evodia
rutaecarpa (Juss) Hook & Thoms. Ocimene ada dalam dua modifikasi dan bentuk.
Bnetuk cis- dan trans- mengacu pada stereokimia ikatan ganda antara C-3 dan C-4.