fakultas keguruan dan ilmu pendidikan … · 1 penerapan peta konsep untuk ... bab ii landasan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK
NILAI-NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA
IX BATUWARNO TAHUN PELAJARAN 2009/2010
( Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
DYAH RETNO PALUPI
K 6405016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
PENGAJUAN
PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK
NILAI-NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA
IX BATUWARNO TAHUN PELAJARAN 2009/2010
( Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh :
DYAH RETNO PALUPI
K 6405016
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan telah diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Ketua : Drs. Machmud, AR, SH, M.Si .............................
Sekretaris : Winarno, S.Pd, M.Si ..................................
Anggota I : Dra. Rusnaini, M.Si ..................................
Anggota II : Drs. H. Utomo, M.Pd ...................................
Disusun oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19621126 198103 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
ABSTRAK
Dyah Retno Palupi. PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK NILAI-NILAI PANCASILA
PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA IX BATUWARNO TAHUN
PELAJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas). Skripsi, Surakarta :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Januari 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
Kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Ajaran 2009/2010 pada materi
pokok nilai-nilai pancasila dengan penerapan peta konsep.
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan model
siklus. Tiap siklus ada 4 tahapan, yaitu : (1) perencanaan tindakan (Planning), (2)
Pelaksanaan Tindakan ( Acting), (3) Observasi (Observing) dan (4) refleksi
(Reflecting). Sebagai subjeknya adalah siswa kelas VIII B SMP Pancasila IX
Batuwarno yang berjumlah 31 siswa. Subjek ini dipilih karena kelas ini
mempunyai rata- rata kelas terendah di antara kelas VIII yang lainnya. Teknik
pengumpulan data untuk variabel peningkatan prestasi/hasil belajar PKn melalui
penerapan peta konsep. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
wawancara, observasi, dokumentasi, tes, angket balikan siswa serta foto. Teknik
analisis data yang digunakan adalah model interaktif yang mempunyai 3 buah
komponen, yaitu : pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan, bahwa penelitian
tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan prestasi/hasil
belajar PKn untuk materi pokok nilai-nilai pancasila pada siklus I bisa
mendapatkan rata-rata kelas 64,83 yang semula pada tes awal rata-rata kelasnya
hanya 57,42 mengalami peningkatan, begitu juga pada siklus II juga mengalami
peningkatan sebesar 5,65 % yaitu menjadi 70,48. Dengan demikin, dapat
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran PKn dengan penerapan peta
konsep dapat meningkatkan prestasi/hasil belajar PKn pada siswa Kelas VIII B
SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Ajaran 2009/2010.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
ABSTRACT
Dyah Retno Palupi. THE APPLICATION OF CONCEPT MAP IN
IMPROVING THE CITIZENSHIP EDUCATION LEARNING
ACHIEVEMENT IN THE SUBJECT MATTER OF PANCASILA VALUES IN
VIII GRADER OF SMP PANCASILA IX BATUWARNO IN THE SCHOOL
YEAR OF 2009/2010 (Classroom Action Research). Thesis, Surakarta: Teacher
Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, January
2010.
The objective of research is to improve the learning achievement of VIII B
grader of SMP Pancasila IX Batuwarno in the School Year of 2009/2010 in the
subject matter of pancasila values using the application of concept map.
This study belongs to a Classroom Action Research with cycle model,
there are 4 stages in each cycle: (1) planning, (2) acting, (3) observing, and (4)
reflecting. The subject was the VIII B graders of SMP Pancasila IX Batuwarno in
the School Year of 2009/2010 as many as 31 students. The subject of research was
selected because this class has the lowest mean value among other VIII classes.
Technique of collecting data used for the learning achievement/result of
Citizenship subject was the application of conceptual map. Techniques of
collecting data employed were interview, observation, documentation, test,
students’ returned questionnaire as well as photograph. Technique of analyzing
data used was an interactive model with 3 components: data collection, reduction,
display and conclusion drawing or verification.
Based on the result of research, it can be concluded that the classroom
action research in cycle I shows the improvement of achievement/result of
Citizenship subject in the subject matter of pancasila values in cycle I of 64.83
from 57.42 in prior condition, and in cycle II it also increases by 5.65% to 70.48.
Thus, it can be recommended that the Citizenship learning with the application of
conceptual map can improve the achievement/result of Citizenship subject in the
VIII B graders of SMP Pancasila IX Batuwarno in the School Year of 2009/2010.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
MOTTO
“Akar prestasi sejati adalah niat untuk mencapai yang terbaik”
(Harold Yaylor)
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan
Kepada:
Ibu dan Bapak tercinta,
Adik-adikku tersayang,
Teman-teman Seperjuangan Angkatan 2005,
Dan Almamater.
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya skipsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk
memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi
ini.
2. Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian
untuk penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Program Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan ijin
penelitian untuk penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Rusnaini, M.Si, Pembimbing I yang dengan sabar telah
memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
5. Bapak Drs. H. Utomo, M.Pd, Pembimbing II dan Pembimbing Akademik
yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan
motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Prodi PKn yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala sekolah SMP Pancasila IX Batuwarno yang telah memberikan ijin
untuk mengadakan penelitian.
8. Guru pendidikan kewarganegaraan di SMP Pancasila IX Batuwarno yang
telah membantu kelancaran dalam penelitian ini.
9. Almamater PKn angkatan 2005 yang telah memberikan motivasi untuk
meyelesaikan skripsi ini.
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
10. Semua pihak yang telah membantu penulis untuk kelancaran penulisan
skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun
penulis menyadari masih ada banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
menyempurnakannya. Penulis berharap semoga semoga skripsi ini bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan.
Surakarta, Januari 2010
Penulis
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................
HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
HALAMAN ABSTRAK ..............................................................................
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
B. Identifikasi Masalah .......................................................................
C. Pembatasan Masalah ......................................................................
D. Rumusan Masalah ..........................................................................
E. Tujuan Penelitian ...........................................................................
F. Manfaat Penelitian .........................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar PKn
a. Prestasi Belajar ...................................................................
b. Pendidikan Kewarganegaraan ............................................
2. Peta Konsep
a. Pengertian Peta Konsep .....................................................
b. Ciri-ciri Peta Konsep...........................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
xi
xv
xvi
xvii
1
3
3
4
4
4
5
9
16
17
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c. Teknik Menyusun Peta Konsep .........................................
d. Manfaat Peta Konsep .........................................................
e. Kelebihan dan Kekurangan Peta Konsep ...........................
3. Materi Pokok Nilai-nilai Pancasila
a. Pancasila
1) Pengertian Pancasila ....................................................
2) Sejarah Perumusan Pancasila ......................................
3) Pancasila sebagai Dasar Negara RI .............................
4) Pancasila sebagai Ideologi Negara ..............................
b. Nilai-nilai Pancasila
1) Pengertian dan Jenis Nilai ...........................................
2) Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi
Negara .........................................................................
3) Pancasila sebagai Ideologi Terbuka ............................
4) Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan ...............
B. Penelitian yang Relevan .................................................................
C. Kerangka Berpikir ..........................................................................
D. Hipotesis Tindakan ........................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................
B. Pendekatan Penelitian ....................................................................
C. Subjek Penelitian ...........................................................................
D. Sumber Data ...................................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................
F. Validitas Data .................................................................................
G. Analisis Data ..................................................................................
H. Indikator Kinerja ............................................................................
I. Prosedur penelitian .........................................................................
18
19
22
24
25
27
29
30
31
33
34
38
39
41
42
43
45
46
47
51
52
54
54
59
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
AB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Profil Sekolah ………………………………………………...
2. Visi Misi ……………………………………………………..
3. Keadaan Guru ……………………………………………......
4. Keadaan Siswa ……………………………………………….
5. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah ……………………..
6. Subjek Penelitian
a. Profil Guru Mitra ………………………………………...
b. Profil Siswa ………………………………………………
B. Deskripsi Umum Pembelajaran
1. Obsevasi awal Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) Kelas VIII B di SMP Pancasila IX Batuwarno ………
2. Penelitian Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan I ……………………….....
b. Pelaksanaan Tindakan I ………………………………….
c. Observasi dan Interpretasi Tindakan I …………...............
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I ………………...............
3. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I dan Temuan
Penelitian
a. Hasil Observasi Siswa ........................................................
b. Hasil Observasi Kinerja Guru ............................................
c. Hasil Tes ............................................................................
d. Hasil Angket Tanggapan Balikan Siswa ............................
e. Hasil Refleksi .....................................................................
f. Temuan Penelitian untuk Perbaikan Siklus Siklus II .........
4. Penelitian Siklus II
a. Perencanaan Tindakan II ……………………………........
b. Pelaksanaan Tindakan II .....……………………………...
c. Observasi Tindakan II ….………………………………...
d. Refleksi Tindakan II …………………………………......
60
60
62
63
64
64
67
69
71
73
74
75
76
76
78
80
82
82
85
87
88
89
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
5. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II dan Temuan
Penelitian
a. Hasil Observasi Siswa ........................................................
b. Hasil Observasi Kinerja Guru ............................................
c. Hasil Tes ............................................................................
d. Hasil Angket Balikan Siswa ..............................................
e. Hasil Refleksi .....................................................................
f. Temuan Penelitian Siklus II ...............................................
C. Analisis Pelaksanaan Tindakan kelas dalam Penerapan Peta
Konsep pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
1. Perencanaan yang Dilakukan Guru untuk Mempersiapkan
Penerapan Peta Konsep ............................................................
2. Implikasi Penerapan Peta Konsep Terhadap Peningkatan
Prestasi Belajar PKn ................................................................
3. Hambatan atau Kendala yang Dihadapi Guru dalam
Penerapan Peta Konsep ............................................................
4. Upaya untuk Mengatasi Hambatan atau Kendala yang
Dihadapi Guru dalam Penerapan Peta Konsep ........................
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Implikasi ........................................................................................
C. Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
LAMPIRAN ...............................................................................................
90
90
91
93
94
97
98
98
99
101
101
101
103
106
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Waktu Penelitian ..............................................................
2. Indikator Kinerja Penelitian .............................................
3. Kriteria Keberhasilan Tindakan untuk Kualitas Hasil
Belajar ..............................................................................
4. Daftar Nama Guru SMP Pancasila IX Batuwarno ...........
5. Jumlah Siswa SMP Pancasila IX Batuwarno....................
6. Daftar Siswa Kelas VIII B ...............................................
7. Data Keaktifan Siswa Kelas VIII B Siklus I ....................
8. Hasil Tes Kemampuan Awal ...........................................
9. Hasil Tes Siklus I .............................................................
10. Hasil Angket Tanggapan Balikan Siswa Siklus I ............
11. Data Keaktifan Siswa Kelas VIII B Siklus II ..................
12. Hasil Tes Siklus II ............................................................
13. Hasil Angket Tanggapan Balikan Siswa Siklus II ...........
14. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I
dan Siklus II .....................................................................
15. Perbandingan Tingkat Keaktifan siswa Siklus I dan
Siklus II ............................................................................
42
54
54
62
63
66
75
76
77
79
89
90
92
95
96
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Peta Konsep Materi Pokok Nilai-nilai Pancasila .............
2. Skema Kerangka Berpikir ................................................
3. Siklus PTK .......................................................................
4. Model Analisis Interaktif .................................................
5. Skema Prosedur Penelitian ...............................................
6. Diagram Keaktifan Siswa Siklus I ..................................
7. Diagram Hasil Tes Kemampuan Awal ............................
8. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ....................
9. Diagram Keaktifan Siswa Siklus II ..................................
10. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ...................
11. Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus
I dan Siklus II ...................................................................
12. Diagram Perbandingan Tingkat Keaktifan Siswa Siklus I
dan Siklus II .....................................................................
23
40
45
53
58
75
77
78
89
91
95
96
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ................................................................................
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tes Kemampuan
Awal ...................................................................................
3. Kisi-kisi Soal ......................................................................
4. Soal-soal Tes ......................................................................
5. Kunci Jawaban Soal ...........................................................
6. Uji Validitas Tes .................................................................
7. Soal Hasil Uji Validitas ......................................................
8. Lembar Observasi Kinerja Guru ........................................
9. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ...................................
10. Angket Tanggapan Balikan Siswa ......................................
11. Pedoman Wawancara .........................................................
12. Hasil Wawancara ................................................................
13. Dokumentasi Penelitian ......................................................
14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .....................
15. Daftar Kelompok Belajar Siklus I ......................................
16. Soal Diskusi Kelompok Siklus I .........................................
17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ....................
18. Daftar Kelompok Belajar siklus II .....................................
19. Soal Diskusi Kelompok siklus II ........................................
20. Hasil Skor Keaktifan Siswa Siklus I ..................................
21. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ...............................
22. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal ...................................
23. Daftar Nilai Tes Siklus I .....................................................
24. Hasil Skor Keaktifan Siswa Siklus II .................................
25. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ..............................
107
109
111
112
123
125
131
142
143
144
147
148
150
153
157
158
162
166
167
173
175
176
177
178
180
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
26. Daftar Nilai Tes Siklus II ...................................................
27. Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Tentang Ijin Menyusun Skripsi/ Makalah .......
28. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan FKIP
Universitas Sebelas Maret ..................................................
29. Surat Ijin Akan Melakukan Penelitian yang Ditujukan
Kepada Kepala Sekolah ......................................................
30. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian ...............
181
182
183
184
185
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesat, menggugah para
pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah
pada penguasaan konsep materi pembelajaran, yang dapat menunjang kegiatan
sehari-hari dalam masyarakat. Untuk dapat menyesuaikan perkembangan sains
dan teknologi, kreativitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak yang
perlu ditingkatkan. Jalur yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia
adalah melalui jalur pendidikan.
Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam meningkatkan
pengetahuan. tanpa adanya pendidikan manusia tidak dapat menggunakan
segenap kemampuannya. Keberhasilan di dalam dunia pendidikan antara lain
ditunjukkan oleh adanya peningkatan kualitas dari hasil pendidikan dan dapat
dilihat pada prestasi belajar yang baik.
Berdasarkan pengalaman mengajar di SMP Pancasila IX Batuwarno,
perilaku siswa cenderung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang
diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan pendapat
tentang materi yang diberikan. Melihat kondisi ini, peneliti berusaha untuk
mencarikan metode pembelajaran lain yaitu metode pembelajaran diskusi. Siswa
dibagi atas beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang (melihat kondisi
siswa di kelas). Dari diskusi yang telah dilaksanakan, ternyata siswa masih kurang
mampu dalam mengemukakan pendapat, sebab kemampuan dasar siswa masih
rendah. Dalam bekerja kelompok, hanya satu atau dua orang saja yang aktif,
sedangkan yang lainnya membicarakan hal lain yang tidak berhubungan dengan
tugas kelompok. Berhubung tidak semua anggota kelompok yang aktif, maka
tanggung jawab dalam kelompok menjadi kurang, bahkan dalam kerja kelompok
(diskusi), peneliti juga menemukan ada di antara anggota kelompok yang egois
sehingga tidak mau menerima pendapat teman.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Melihat kenyataan-kenyataan yang peneliti temui pada sikap siswa di
dalam proses pembelajaran tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa aktivitas
siswa di SMP Pancasila IX Batuwarno dalam pembelajaran Kewarganegaraan
sangat kurang.
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran Kewarganegaraan. Guru
sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab, sehingga
siswa tidak terstimulasi untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif. Dari
pengalaman yang peneliti hadapi di dalam proses pembelajaran Kewarganegaraan
yang tidak aktif maka peneliti berusaha mencarikan strategi pembelajaran lain,
sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas. Strategi
pembelajaran yang akan peneliti coba adalah dengan pembelajaran menggunakan
peta konsep. Strategi pembelajaran dengan bantuan pemetaan konsep merupakan
salah satu alternatif yang dapat membantu dalam meningkatkan hasil belajar
(Jegede, Alaiyemola, dan Okebuola: 1990: 146)
Sebagai salah satu strategi pemecahan masalah menuju belajar bermakna,
peta konsep menerapkan prinsip pembelajaran kontekstual yang meliputi prinsip
relating, experiencing, applying, cooperating dan transfering. Hal ini sesuai
dengan teori belajar asimilasi kognitif dari David P. Ausubel yang dianggap
sebagai sumber aspirasi lahirnya teknik peta konsep ( Hisyam Zaini, 2002: 19).
Dalam teori belajar asimilasi kognitif ini dijelaskan bahwa proses belajar
bermakna akan terjadi apabila para siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya dengan konsep-konsep atau pengetahuan yang baru.
Peta Konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna
antara konsep-konsep dalam bentuk preposisi (yaitu pernyataan yang dapat
bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya). Preposisi ini merupakan dua atau
lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam satu unit. Disini peta
konsep yang digunakan merupakan subuah pernyataan grafik dua dimensi pada
suatu pengetahuan yang dominan (Novak & Gowin, 1984), peta konsep
digunakan secara efektif untuk pembentukan pengetahuan, untuk dasar
pembelajaran, perekam perubahan konsep selama pengembangan koognitif, dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
suatu evaluasi. strategi ini, hanya meminimalkan kumpulan dari relation names
yang digunakan dalam pemilihan konstruksi ranah konsep/peta konsep.
Ketertarikan peneliti mengambil strategi pembelajaran peta konsep, karena
peneliti melihat dalam strategi pembelajaran peta konsep semua siswa diberi tugas
dan tanggungjawab, baik individu maupun kelompok. Oleh sebab itu, dalam
penelitian ini peneliti mengambil sebuah judul yaitu: “Penerapan Peta Konsep
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Materi
Pokok Nilai-Nilai Pancasila Pada Siswa Kelas VIII SMP Pancasila IX
Batuwarno Tahun Pelajaran 2009/2010” (Penelitian Tindakan Kelas).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan, antara lain:
1. Siswa tidak terstimulasi untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif.
2. Strategi dalam pembelajaran yang diterapkan belum tepat dan belum
berdasarkan pada kebutuhan yang bersangkutan, tetapi lebih cenderung pada
tuntutan pokok bahasan.
3. Proses pembelajaran yang terjadi hanya satu arah yaitu berpusat pada guru
(teacher center).
4. Prestasi belajar siswa rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah di atas,
maka permasalahan difokuskan pada prestasi belajar siswa kelas VIII B SMP
Pancasila IX Batuwarno pada mata pelajaran PKn yang rendah. Untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut akan diterapkan peta konsep, pada materi
pokok nilai-nilai pancasila.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
D. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah
penerapan peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan materi pokok nilai-nilai pancasila pada siswa kelas
VIII SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Pelajaran 2009/2010?”
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan materi pokok nilai-nilai pancasila melalui strategi peta konsep.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan gambaran kelebihan dan kekurangan peta konsep dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Nilai-Nilai Pancasila.
2. Manfaat Praktis
Memberi masukan pada tenaga pengajar (guru) khususnya pengajar di SMP
Pancasila IX Batuwarno dalam menerapakan pembelajaran yang berorientasi
pada keterlibatan secara aktif siswa dalam proses belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
Setiap kegiatan ilmiah termasuk penelitian ilmiah tidak akan pernah lepas
dari ilmu pengetahuan sebagai pendukung penelitian yang akan atau telah
dilaksanakan. Ilmu pengetahuan tersebut sangat diperlukan agar penelitian dapat
teruji kebenaranya. Karena penelitian yang baik adalah penelitian yang
mempunyai teori-teori relevan yang dapat mendukung apa yang akan atau telah
diteliti.
Teori-teori yang dijadikan tinjauan pustaka tentunya adalah teori-teori
yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Teori harus mencakup berbagai
konsep yang ada dalam penelitian, oleh sebab itu setiap peneliti harus menemukan
sebanyak-banyaknya teori untuk mendukung penelitianya. Begitu pula dalam
penelitian ini. Peneliti harus menemukan sejumlah teori yang dapat dijadikan
pendukung apa yang akan atau sedang diteliti.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam bab ini akan diuraikan mengenai
berbagai landasan teori yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini. Adapun landasan teori dalam penelitian ini adalah : (1) Prestasi
Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (2) Peta Konsep (3) Materi Pokok Nilai-
nilai pancasila.
1. Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
a. Prestasi Belajar
1) Pengertian Prestasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar dikelas untuk mengetahui berhasil
atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa harus dilakukan evaluasi
yang hasilnya berupa prestasi belajar siswa. Evaluasi terhadap penilaian
hasil dan proses belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan peserta
didik dalam mengusai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dari hasil
evaluasi terhadap penilaian tersebut dapat diketahui kompetensi dasar dan
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
materi yang belum dikuasai peserta didik. Nana Syaodih Sumadinata,
(2003:102) menyatakan bahwa “Prestasi belajar dapat disebut juga sebagai
hasil belajar yang merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan
potensi atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang yang dapat dilihat dari
perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir
maupun ketrampilan motorik”. Sama halnya dengan Nana Sudjana
(2008:22) dalam bukunya berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”. Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan
“belajar” (Zainal Arifin, 1990:2-3). Prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai.
Prestasi merupakan wujud dari keunggulan yang diperoleh
seseorang dalam bidang tertentu. Prestasi diperoleh melalui perjuangan
yang dilandasi oleh motivasi yang tinggi untuk melakukan tindakan.
Untuk mewujudkan prestasi diperlukan langkah-langkah nyata yang harus
dilakukan untuk mempersiapkan tujuan yang hendak dicapai.
Menurut Zainal Arifin (1990: 3) “Prestasi belajar merupakan suatu
masalah yang esensial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang
rentang hidupnya manusia selalu mengejar presatsi menurut bidang dan
kemampuannya masing-masing”. Prestasi belajar adalah hal yang sangat
penting bagi kehidupan manusia karena dengan mengetahui prestasi
belajar maka dapat diketahui apakah orang tersebut pandai atau kurang
pandai. Seseorang yang telah memiliki prestasi yang baik pasti dia akan
merasa puas terhadap dirinya dan kepandaian yang dia miliki akan
membawa kebanggaan tersendiri bagi kehidupannya. Prestasi belajar baru
akan diketahui setelah orang tersebut menyelesaikan suatu proses belajar
mengajar.
W.S Winkel (1991: 39) menambahkan bahwa, “Prestasi belajar
adalah bukti keberhasilan yang dapat dicapai dalam suatu proses yang
berlangsung dalam interaksi subjek dengan lingkungannya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai-
nilai yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan”.
Dari pendapat yang telah disampaikan oleh pakar di atas dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil akhir yang akan diterima
oleh siswa setelah ia mengikuti serangkaian kegiatan belajar mengajar di
sekolah dan setelah ia mengkuti evaluasi belajar yang diadakan oleh guru,
dimana dengan prestasi belajar itulah dapat diketahui apakah siswa itu
pandai atau kurang pandai.
2) Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar
Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah dicapai
maka diadakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis dengan
mengumpulkan bukti-bukti untuk menentukan keberhasilan belajar. Oemar
Hamalik (2003:159) dalam bukunya menyatakan tentang evaluasi hasil
belajar merupakan:
Keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar merujuk kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku. Tujuan dilaksanakannya kegiatan evaluasi adalah untuk
mengetahui kefektifan dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar
sehingga dalam pelaksanaannya evaluasi harus dilakukan secara kontinue.
Kontinue artinya evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus baik itu
pada awal, pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar maupun
pada akhir tatap muka kegiatan belajar mengajar. Evaluasi pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik,
terutama hasil yang berkenaan dengan pengusaan bahan pengajaran sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Zainal, Arifin (1990:2) mengemukakan fungsi utama prestasi
belajar antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) anak didik. Berdasarkan fungsi dari prestasi belajar yang telah disebutkan
diatas, maka dapat diketahui bahwa betapa pentingnya mengetahui prestasi
belajar siswa baik individual maupun kelompok. Hal tersebut disebabkan
karena prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam
bidang studi tertentu, tetapi juga berguna bagi guru yang bersangkutan
sebagai umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas apakah
akan diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar ataupun tidak.
3) Batas Minimal Prestasi Belajar
Menetapkan batas minimum keberhasilan siswa berkaitan dengan
upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma
pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar. Di antara norma-norma pengukuran tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Norma skala angka dari 0 sampai 10
2) Norma skala angka dari 0 sampai 100
Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar
(passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100
adalah 55 atau 60 (Muhibbin Syah, 1999: 196-197).
4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Baik dan buruknya prestasi belajar seorang siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Muhibbin Syah (1995: 132) secara global,
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu :
a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau
strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi
proses pembelajaran materi (Muhibbin Syah, 1995: 139).
Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan penggunaan peta konsep
sebagai pendekatan belajar untuk meningkatkan prestasi belajar
kewarganegaraan materi Nilai-Nilai Pancasila.
b. Pendidikan Kewarganegaraan
1) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas No 22 tahun
2006 ).
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 39 menyebutkan bahwa, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Pada jenjang pendidikan tinggi, pendidikan bela negara diselenggarakan antara lain melalui pendidikan kewiraan. (UUSPN No. 20 Tahun 2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
S. Sumarsono, dkk (2002: 6), menyebutkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan yang berhasil akan menumbuhkan sikap mental bersifat
cerdas, penuh dengan rasa tanggung jawab dari peserta didik dengan
perilaku yang:
(1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
menghayati nilai-nilai falsafah bangsa.
(2) Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
(3) Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban
sebagai warga negara.
(4) Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara.
(5) Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni
untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.
“Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. (M. N. Sumantri, 2001: 299). Udin S. Winataputra (2007), menyatakan bahwa “Pengertian
pendidikan kewarganegaraan sebagai citizenship education, secara
substantif dan paedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara
yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan”.
Sampai saat ini bidang itu sudah menjadi bagian inheren dari instrumentasi serta praksis pendidikan nasional Indonesia dalam lima status. Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah. Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru. Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Penataran P4) atau sejenisnya yang pernah dikelola oleh Pemerintah sebagai suatu crash program. Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar terkait, yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
pendidikan kewarganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga, dan keempat. (Udin S. Winataputra, 2007).
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan ini diharapkan mampu
untuk memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang
dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara
berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional
seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.
PKn atau Civic education yang diartikan sebagai mata pelajaran di
sekolah merupakan pembelajaran yang tidak mencangkup pengalaman
belajar di sekolah tetapi juga diluar sekolah, sehingga PKn memiliki ruang
lingkup kajian yang luas. Rumusan definisi di bawah ini kiranya dapat
melukiskan ruang lingkup Civic Education.
Civic education includes and insolves those teaching, that type of teaching method; those student activities; those administrative and supervisory procedures which the school may ultilize purposively to make for better living together in the democratic way or (synonymously) to develop better in the behaviors
(Mahoney, 1995: 35 dalam Muhammad Nurman Sumantri, 2001: 283).
Rumusan tersebut memiliki arti bahwa pendidikan
kewarganegaraan terkait pengajaran yang meliputi metode mengajar,
aktivitas siswa, proses administratif dan pengawasan yang dimanfaatkan
sekolah dengan tujuan membuat kehidupan bersama lebih baik dalam cara
yang demokratis.
Maka dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang
bertujuan untuk mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, yang berpartisipasi aktif
dalam rangka membangun sistem bangsa yang maju dan modern yang
berguna bagi masyarakat, bangsa dan Negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2) Sejarah dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
C.S.T. Kansil (2003, 8-14) menjelaskan perkembangan sejarah
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Beliau menyebutkan bahwa
pelajaran civics dikenal di Indonesia sejak zaman Hindia Belanda dengan
nama Burgerkunde. Pada saat itu terdapat dua buku yang berlainan
isinya/materinya, yaitu:
a) Indische Burgerschapkunde, ditulis oleh P. Tromps dengan
penerbitnya: J.B. Wolters Maatschappij N.V. Groningen, Den Haag,
Batavia tahun 1934.
b) Recht en Plicht (Indische Burgerschapkunde voor iedereen) karangan
J.B. Vortman dengan penerbitnya G.C.T. van Dorp & Co. N.V.
(Derde, Herziene en Vermeerderdruk) Semarang - Surabaya –
Bandung tahun 1940.
Dari kedua buku tersebut dapat diketahui bahwa pada waktu zaman Hindia
Belanda belum terdapat kesatuan pendapat tentang materi Burgerkunde
(civics).
Selanjutnya di tahun 1950, kedua buku tersebut menjadi buku
pegangan guru Civics di sekolah menengah atas. Namun dalam pelajaran
terurai, pelajaran tersebut tidak diberikan secara ilmu pengetahuan,
melainkan sebagai dasar yang berjiwa nasional serta kewarganegaraan
baik (good citizenship) dimana ilmu pengetahuan tata negara dan tata
hukum dan lain-lainnya bertalian.
Baru pada tahun 1955 ada buku tentang kewarganegaraan
berbahasa Indonesia, dengan judul “Inti Pengetahuan Warga Negara” yang
disusun oleh J.C.T. Simorangkir, Gusti Mayur dan Sumintarjo.
Istilah ’kewarganegaraan’ pada tahun 1961 diganti dengan istilah
’kewargaan negara’ atas prakarsa Saharjo. Hal tersebut dimaksudkan
untuk penyesuaian dengan pasal 26 ayat 2 UUD 1945 dan menitik
beratkan pada ‘warga’, yang mengandung pengertian akan hak dan
kewajibannya terhadap negara. Namun istilah tersebut baru dipakai pada
tahun 1967 dengan Instruksi Direktur Jenderal Pendidikan Dasar No. 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
tahun 1967, tanggal 28 Juni 1967. dengan buku pegangan resminya adalah
“Manusia dan masyarakat baru Indonesia” (Civics) yang disusun oleh
Supardo, M. Hutahuruk., dkk yang dicetak oleh Balai Pustaka.
Pelaksanaan Seminar Nasional Pengajaran dan Pendidikan Civics
(Civic Education) tahun 1972 di Tawangmangu, Surakarta, mendapat
ketegasan dan memberi batasan-batasan terhadap istilah yaitu Civics
diganti dengan Ilmu Kewargaan Negara sedangkan Civic Education
diganti dengan Pendidikan Kewargaan Negara yang bertujuan membina
warga negara yang lebih baik menurut syarat-syarat, kriteria dan ukuran,
ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945.
Selanjutnya, Udin S. Winataputra (2007) menyebutkan bahwa
dalam Kurikulum tahun 1975 untuk semua jenjang persekolahan yang
diberlakukan secara bertahap mulai tahun 1976 dan kemudian
disempurnakan pada tahun 1984, sebagai pengganti mata pelajaran
Pendidikan Kewargaan Negara mulai diperkenalkan mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi dan pengalaman
belajar mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
atau "Eka Prasetia Pancakarsa". Sedangkan dalam Kurikulum
persekolahan tahun 1994 diperkenalkan mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang berisikan materi dan
pengalaman belajar yang diorganisasikan secara spiral/artikulatif atas
dasar butir-butir nilai yang secara konseptual terkandung dalam Pancasila.
Kini pada era reformasi pasca jatuhnya sistem politik Orde Baru
yang diikuti dengan tumbuhnya komitmen baru kearah perwujudan cita-
cita dan nilai demokrasi konstitusional yang lebih dinamis, Pendidikan
Kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945 (Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah,
2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Cogan dan Winataputra dalam Fadliyanur (2008), mengemukakan bahwa dewasa ini Pendidikan Kewarganegaraan atau civic education, telah mengalami perkembangan yang signifikan, dimana civic education atau PKn yang diartikan sebagai mata pelajaran PKn di persekolahan, telah bergerak menjadi citizenship education atau education for citizenship, yang berarti bahwa PKn merupakan pembelajaran yang tidak hanya mecakup pengalaman belajar di sekolah saja tetapi juga melibatkan pengalaman belajar di luar sekolah, seperti di lingkungan keluarga, dalam organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, media dan sebagainya. Sehingga dengan demikian pembelajaran PKn memiliki arti yang lebih luas.
“Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku
yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, Wawasan
Nusantara, serta Ketahanan Nasional dalam diri para warga negara”. (S.
Sumarsono, dkk, 2002: 4).
Sedangkan Zamroni dikutip oleh Fadliyanur (2008) berpendapat
bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat berpikir kritis, dan bertindak
demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi
baru”.
Melalui pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan “Agar warga Negara memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela Negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan pancasila. Semua itu diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya NKRI”. (Sumarsono dkk, 2002: 3).
3) Pendidikan Kewarganegaraan Persekolahan
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN), yang antara lain Pasal 37, menggariskan adanya
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan
kajian wajib kurikulum semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas No. 22
Tahun 2006).
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi
isu kewarganegaraan 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
(Permendiknas No. 22 tahun 2006).
Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa ruang
lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam
perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,
Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma hukum dan peradilan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,
Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan
Peradilan nasional.
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional
HAM, Pemajuan, Penghormatan dan perlindungan HAM
4. Kebutuhan warga Negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,
Persamaan kedudukan warga negara
5. Konstitusi negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi
6. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan desa dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan
sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi
7. Pancasila meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara,
Pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila sebagi ideologi terbuka.
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan
Internasional dan Organisasi Internasional, dan Mengevaluasi
globalisasi.
2. Peta Konsep
a. Pengertian Peta Konsep
Menurut Martinis Yamin (2006: 118) “Peta konsep adalah menyatakan
hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk
proposisi-proposisi”. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-
konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantic. Dalam
kata yang kita buat terdiri dari satu kata yang dapat dihubungkan antara satu
dengan yang lainya sehingga membentuk proposisi. Menurut Novak dan
Gowin (Paul Suparno, 1997 : 56) “ Peta konsep adalah suatu bagan skematis
untuk menggambarkan suatu rangkaian pernyataan”. Oleh karena belajar akan
bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep-konsep baru berkaitan pada
konsep yang lebih inklusif, maka peta konsep harus disusun secara hierarki.
Ini berarti, bahwa konsep yang lebih inklusif ada dipuncak peta. Makin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kebawah konsep-konsep diurutkan menjadi lebih khusus. Setiap peta konsep
memperlihatkan kaitan-kaitan konsep yang bermakna bagi orang yang
menyusunnya.
Peta konsep merupakan strategi atau cara dalam mendesain materi
(content) pelajaran. Pada wujud fisiknya, peta konsep sebagai desain materi
memiliki 4 karakteristik (Hizam Zaini, 2002) yaitu :
1) Memiliki konsep atau ide pokok atau kata kunci
2) Memiliki hubungan yang mengaitkan antara satu konsep dengan konsep
lain.
3) Memiliki label yang membunyikan arti hubungan yang mengaitkan antar
konsep tersebut.
4) Desain itu berwujud sebuah diagram atau peta yang merupakan satu
bentuk representasi konsep-konsep dari materi pembelajaran.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peta konsep merupakan
suatu strategi yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa
mengorganisasikan konsep pelajaran yang berdasarkan arti dan hubungan
antara komponennya. Peta konsep merupakan suatu gambar yang tersusun
atas konsep-konsep yang saling berkaitan sebagai hasil dari pemetaan konsep.
Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas dalam bab
yang bersangkutan. Konsep dinyatakan dalam bentuk istilah atau label konsep.
Dan konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan kata-kata penghubung
sehingga dapat membentuk proposisi.
b. Ciri-ciri Peta Konsep
Menurut Martinis Yamin (2006: 125) Ciri-ciri peta konsep dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Peta konsep adalah suatu cara untuk mempelihatkan konsep-konsep dan
proposisi-proposisi suatu bidang studi kepada siswa, sehingga siswa
melihat bidang studi yang diperlihatkan tersebut menjadi lebih bermakna
dan lebih jelas.
2) Suatu peta konsep merupakan suatu gambaran dua dimensi dari suatu
bagian studi .Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
proporsional antara konsep-konsep dan dengan demikian hanya
memperlihatkan gambar satu dimensi saja. Peta konsep bukan hanya
mengambarkan konsep-konsep yang penting, tetapi juga menghubungkan
antar konsep-konsep itu.
3) Ciri ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsep-
konsep. Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti,
bahwa ada beberapa konsep mempunyai bobot yang sama. Hal ini berarti
ada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep yang
lain. Jadi,dalam peta konsep hal-hal yang paling inklusif berada dalam
puncak, lalu menurun sehingga sampai pada konsep-konsep yang lebih
khusus.
4) Ciri keempat adalah tentang hierarki. Bila dua atau lebih konsep
digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif terbentuklah suatu
hierarki pada konsep itu.
c. Teknik Menyusun Peta Konsep
Peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna.
Karena itu hendaknya setiap siswa dapat menyusun peta konsep untuk
meyakinkan, bahwa pada siswa itu telah berlangsung belajar bermakna. (
Ratna Wilis Dahar, 1989 : 126).
Menurut Rusmansyah (2003 : 353-354) dalam Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan beberapa langkah yang harus diikuti untuk membuat peta konsep
dengan benar, adalah sebagai berikut :
1) Memilih dan menentukan suatu bahan bacaan. Bahan bacaan dapat dipilih
dari buku pelajaran atau bahan bacaan lain, seperti buku catatan atau LKS.
2) Menentukan konsep-konsep yang relevan. Mengurutkan konsep-konsep itu
dari yang paling umum ke yang tidak umum (khusus) atau contoh-contoh.
3) Menyusun atau menuliskan konsep-konsep itu di atas kertas. Memetakan
konsep-konsep itu berdasarkan criteria : konsep yang paling umum di
puncak, konsep-konsep yang berada pada tingkatan paling abstraksi yang
sama diletakkan sejajar satu sama lain, konsep yang lebih khusus di bawah
konsep yang lebih umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4) Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata penghubung tertentu
untuk membentuk proposisi dan garis penghubung.
5) Jika peta sudah selesai, perhatikan kembali letak konsep-konsepnya dan
kalau perlu diperbaiki atau disusun kembali agar menjadi lebih baik dan
berarti.
Dalam proses belajar dengan strategi peta konsep dilaksanakan diskusi
kelompok, sehingga ide-ide yang terkumpul dalam diskusi dapat dituangkan
dalam peta konsep. Belajar dengan diskusi kelompok adalah metode mengajar
dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group/ kelompok sebagai
satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut.
Menurut Moedjiono dalam Mulyani sumantri dan Johar Permana (2001), “
Metode kerja kelompok adalah format belajar yang menitikberatkan kepada
interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan
tugas-tugas belajar secara bersama-sama”.
Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas dalam
bab materi yang bersangkutan yaitu materi nilai-nilai pancasila. Konsep
dinyatakan dalam bentuk label konsep atau istilah. Konsep-konsep dijalin
secara bermakna dengan kata-kata penghubung sehingga dapat membentuk
proposisi. Satu proposisi mengandung dua konsep dan kata penghubung.
Konsep yang satu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang
lain. Dengan kata lain konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep yang
lain.
d. Manfaat Peta Konsep
Menurut Martinis Yamin dan Maisah (2009: 179-180), peta konsep
bermanfaat untuk :
1) Membantu guru mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang suatu
topik sebelum kelas mulai mengerjakannya, sehingga guru dapat
merencanakan urutan pembelajaran selanjutnya.
2) Menyediakan suatu titik tolak untuk diskusi antar siswa guna memperjelas
pengertian mereka. Untuk maksud ini, siswa akan ditempatkan didalam
kelompok-kelompok untuk membangun peta melalui mufakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3) Memberi umpan balik tentang sejauh mana siswa sudah memahami topik
itu. Untuk maksud ini, peta konsep diselesaikan sebagai kegiatan terakhir
dalam urutan pengajaran suatu topik.
4) Mengaitkan gagasan-gagasan dan pengertian yang dikembangkan dalam
suatu kegiatan dengan apa yang mereka pelajari dalam kegiatan lain.
Menurut Ratna Wilis Dahar (1989: 130-132), ada beberapa manfaat
dari peta konsep, antara lain :
1) Guru dapat mengetahui seberapa jauh pengetahuan siswa mengenai pokok
bahasan yang diajarkan. Hal itu kemudian dijadikan titik tolak
pengembangan pelajaran selanjutnya.
2) Bagi siswa sendiri, pemetaan konsep berfungsi untuk menolong dirinya
belajar bagaimana caranya belajar bermakna itu.
3) Dapat mengungkapkan konsepsi salah yang terjadi pada siswa, yang
biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang
mengakibatkan preposisi yang salah.
4) Dapat digunakan sebagai alat evaluasi berdasarkan ide dalam teori kognitif
Ausubel, yaitu :
a) bahwa struktur kognitif seseorang itu duatur secara hierarkis dengan
konsep-konsep dan preposisi yang lebih inklusif, superordinat
terhadap konsep dan preposisi yang kurang inklusif.
b) Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi
progresif, yaitu bahwa belajar bermakna merupakan proses
berkesinambungan dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih
banyak makna dengan dibentuknya lebih banyak kaitan proporsional.
c) Belajar bermakna akan meningkat bila siswa menyadari kaitan-kaitan
konsep diantara kumpulan konsep atau proposisi yang berhubungan.
Berkaitan dengan mendesain materi pelajaran, teknik peta konsep
memberi manfaat sebagai berikut (Hizam Zaini, 2002: 63-65) ;
a. Peta konsep sesuai dengan karakteristiknya memberi visualisasi konsep-
konsep baik utama dan pendukung yang telah terstruktur kedalam suatu
kertas atau media lain yang dapat dilihat secara empiris. Peta konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
mampu memberi gambaran utuh akan saling berhubungan antara satu
konsep/kata kunci dengan konsep/kata kunci lainya.
b. Gambar konsep-konsep itu menunjukkan bentuk hubungan antara satu
sama lain; mungkin linier, vertikal, satu arah, dua arah yang bertolak
belakang, mungkin garis tidak putus yang menunjukkan hubungan intensif
dan garis putus-putus yang menunjukkan hubungan yang jarang.
c. Peta konsep memberi bunyi hubungan yang dinyatakan dengan kata-kata
untuk menjelaskan bentuk-bentuk hubungan antara satu konsep dengan
konsep lain. Kata yang menghubungkan ini disebut label yang umumnya
berupa kata kerja.
Peta konsep sebagai refleksi upaya pemahaman seseorang dalam bentuk diagram memungkinkan untuk dapat dievaluasi secara efisien oleh dirinya sendiri atau oleh orang lain. Penggunaan peta konsep sebagai alat untuk evaluasi seseorang terhadap pemahamanya (alur pikirnya) sendiri disebut sebagai strategi metakognisi (Novak, 1999). Melalui peta konsep, seseorang dapat memantau kesalahan konsep dan kesulitan pemahaman yang mungkin terjadi sehingga dapat diperbaiki. Menurut Mason (1992), penggunaan peta konsep sebagai alat refleksi pemahaman dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Diah Aryulina, 2003: 99).
Beberapa penelitian yang dikutip Diah Aryulina (2003: 99) yang
berkaitan dengan teknik peta konsep menunjukkan bahwa penggunaan
peta konsep dalam proses belajar dapat meningkatkan daya ingat dan
pemahaman yang terpadu sehingga hasil belajar meningkat (Aryulina,
1999; brisco dan La Master, 1991; Dahar dan Liliasari, 1993).
Dengan menggunakan peta konsep dalam pembelajaran maka
dapat diperkirakan kedalaman dan keluasan konsep yang perlu diajarkan
kepada siswa. Kaitan konsep yang satu dengan konsep yang lain bagi
siswa merupakan hal yang terpenting dalam belajar, sehingga apa yang
dipelajari oleh siswa akan lebih bermakna, lebih mudah diingat dan lebih
mudah dipahami, diolah serta dikeluarkan kembali bila diperlukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Berdasarkan hal itu pula maka peta konsep dapat digunakan
ataupun dilakukan pada saat :
a. Awal sebelum kegiatan inti pembelajaran dilakukan.
b. Kegiatan inti pembelajaran berlangsung.
c. Akhir kegiatan inti pembelajaran.
Penggunaan di awal pelajaran dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana siswa menguasai konsep yang akan dipelajari. Penggunaan
ini juga mendukung teori belajar konstruktivisme. Bahwa pengetahuan
awal yang dimiliki dan mampu diidentifikasi akan dapat membangun
pengetahuan barunya secara utuh.
Penggunaan pada saat kegiatan inti pembelajaran sekaligus dapat
menjadi strategi pembelajaran aktif pada siswa. Misalnya meminta siswa
baik secara individu maupun kelompok mengidentifikasi konsep-konsep.
Metode mengajar yang dapat digunakan antara lain penugasan, kerja
kelompok, latihan dan demonstrasi. Dalam hal ini peta konsep selain dapat
digunakan sebagai strategi selama proses pembelajaran, dapat pula
digunakan sebagai media pembelajaran.
Penggunaan pada akhir kegiatan inti menjadikan peta konsep
merupakan salah satu tehnik penilaian. Peta konsep dapat digunakan
sebagai salah satu strategi menilai proses atau hasil pembelajaran. Dalam
hal ini digunakan sebagai strategi penilaian kecakapan berfikir sintesis
kreatif ( Hisyam Zaini, dkk. 2002: 98 ).
e. Kelebihan Dan Kekurangan Peta Konsep
Menurut Mohamad Amin ( 1988: 34-35 ), ada beberapa kelebihan dan
kekurangan dari strategi peta konsep dalam pembelajaran bermakna yaitu :
1) Kelebihan Peta Konsep
a) Untuk menyelidiki apa yang telah diketahui siswa.
b) Digunakan untuk mempelajari bagaimana cara belajar siswa sudah
benar atau belum.
c) Dapat digunakan untuk mengungkap konsepsi yang salah.
d) Dapat digunakan untuk evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Kekurangan Peta Konsep
a) Tidak semua pokok bahasan dapat disajikan dengan peta konsep.
b) Lebih menonjolkan kerja secara individual.
Berikut ini diberikan contoh peta konsep materi pokok nilai-nilai
pancasila yang disajikan pada gambar 1 :
Gambar 1. Peta Konsep Materi Nilai-Nilai Pancasila
3. Materi Pokok Nilai-Nilai Pancasila
Materi pokok nilai-nilai pancasila terdiri atas sub pokok materi sebagai
berikut :
a. Pancasila
1). Pengertian Pancasila
Secara etimologis atau tinjauan dari asal-usul kata, istilah Pancasila
berasal dari bahasa Sanskerta, dari kata panca dan sila. Panca artinya lima,
adapun sila berarti alas, asas atau dasar. Sehingga Pancasila berarti lima
asas atau lima dasar.
Pancasila
Pengertian
pancasila
Sejarah
perumusan
pancasila
Pancasila sebagai
dasar negara
Pancasila sebagai
ideologi negara
Nilai-nilai
pancasila
Pengertian dan
jenis nilai
Sebagai dasar
dan ideologi
negara
Sebagai
ideologi
terbuka
Sebagai
paradigma
pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Terdapat beberapa pendapat tentang arti Pancasila. Menurut Ir.
Sukarno, Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia yang turun temurun
sekian abad lamanya. Menurut Prof. Dr. Notonegoro, Pancasila adalah
dasar filsafat negara Indonesia. Sedangkan menurut penjelasan Panitia
Lima, Pancasila adalah lima asas yang merupakan ideologi negara, maka
kelima sila itu merupakan kesaruan yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah dasar
falsafah atau landasan negara Indonesia yang terdiri dari lima asas, di
mana antara sila yang satu dengan yang lain merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Isi rumusan formal Pancasila yang resmi seperti yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Tata susunan atau
sistematika, tata tulis, dan cara pengucapan Pancasila ditegaskan dengan
Instruksi Presiden No. 12 Tahun 1968, yaitu sebagai berikut.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusian yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan dari segi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,
Pancasila merupakan kristalisasi perilaku bangsa Indonesia yang sudah
mengakar atau membudaya dalam kehidupan bangsa Indonesia. Jadi,
munculnya nilai-nilai Pancasila bersamaan dengan adanya bangsa
Indonesia.
Nilai-nilai tiap sila dalam Pancasila tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut.
a. Sila I: nilai keimanan, ketakwaan, menghormati antarpemeluk agama,
tawakal.
b. Sila II: tenggang rasa, menghargai orang lain, menjunjung tinggi
HAM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c. Sila III: persatuan, kekeluargaan, kerja sama, rela berkorban, cinta
tanah air.
d. Sila IV: musyawarah, rembuk bersama, tidak memaksakan kehendak,
demokratis.
e. Sila V:nilai-nilai adil, saling membantu, sederhana, bekerja keras.
2). Sejarah Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Istilah Pancasila, sudah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit.
Hal ini, dibuktikan dalam buku Negarakertagama karangan Empu
Prapanca dan buku Sotasoma karangan Empu Tantular. Dalam buku
tersebut tercantum istilah Pancasila yang berarti berbatu sendi yang lima,
yang disebut Panca Krama atau lima pelaksanaan kesusilaan. Berikut lima
kesusilaan tersebut.
a. Tidak boleh melakukan kekerasan.
b. Tidak boleh mencuri.
c. Tidak boleh dengki.
d. Tidak boleh berbohong.
e. Tidak boleh mabuk (minum minuman keras).
Pada tanggal 29 April dibentuk BPUPKI dan pada tanggal 28 Mei
1945 Dr. Radjiman Widyodiningrat dilantik sebagai ketua BPUPKI.
BPUPKI mengadakan dua kali persidangan:
a. Sidang pertama (29 Mei – 1 Juni 1945)
b. Sidang kedua (10 – 17 Juli 1945)
Acara pokok sidang pertama adalah menyusun dasar negara
Indonesia merdeka. Di sana disampaikan tiga usulan dasar negara, yaitu:
a. Prof. Mr. Moh. Yamin
Tanggal 29 Mei 1945 dalam pidatonya mengajukan lima asas dasar
negara.
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
5. Kesejahteraan Sosial.
Beliau menyampaikan juga usulan tertulis.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
b. Prof. Dr. Mr. Soepomo
Dalam pidatonya pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo
mengemukakan lima asas dasar negara.
1. Paham Negara Persatuan.
2. Perhubungan Negara dan Agama.
3. Sistem Badan Permusyawaratan.
4. Sosialisasi Negara.
5. Hubungan Antarbangsa yang Bersifat Asia Timur Raya.
c. Ir. Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno berpidato dan mengajukan
lima sila dasar negara yang diberi nama Pancasila.
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Peri Kemanusian atau Internasionalisme.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan.
Setelah melalui proses pembahasan selama persidangan, pada
tanggai 1 Juni 1945 BPUPKI mengambil keputusan sebagai berikut.
a. Pancasila sebagai nama dasar negara Indonesia merdeka (isi
rumusannya belum memperoleh kesepakatan, sehingga masih dibahas
sidang selanjutnya).
b. Dibentuk Panitia Sembilan yang bertugas mengolah dan merumuskan
usul-usul yang belum disepakati dalam sidang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Panitia Sembilan terdiri dari Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Mr.
Moh. Yamin, Mr. Ahmad Soebardjo, Mr. A. A. Maramis, Wachid Hasim,
H, Agus Salim, Abdul Kahar Muzakhar, dan Abi Kusno Tjakrosujoso.
Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan menyampaikan hasil
rumusannya, yaitu Piagam Jakarta.
1. Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi
Pemeluk-Pemeluknya.
2. Kemanusian yang Adil dan Beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Setelah melalui pembahasan oleh para tokoh nasional, selanjutnya
secara formal ancasila disahkan sebagai dasar negara Indonesia pada
tanggal 18 Agustus 1945.
3). Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila yang disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila tidak hanya sebagai dasar negara,
tetapi juga merupakan ideologi bangsa dan negara. Selain itu, Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, perjanjian luhur
bangsa, dan sebagai sumber hukum nasional yang sekaligus menjadi
tujuan bangsa. Dengan demikian, fungsi Pancasila meliputi hal-hal betikut.
a. Sebagai Dasar Negara
Artinya Pancasila sebagai landasan atau dasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan atau negara. Fungsi ini sesuai dengan pernyataan yang
termuat di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
b. Sebagai Ideologi Negara
Pancasila merupakan paham yang dianut bangsa Indonesia dalam
perjuangan mengisi kemerdekaan, menuju kehidupan yang dicita-
citakan (yang ideal). Ideologi tersebut akan memengaruhi cara berpikir
dan bertingkah laku masyarakat dan bangsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c. Sebagai Pandangan Hidup Bangsa (Way.of Life)
Dalam hal ini, Pancasila sebagai pegangan hidup atau pedoman hidup
manusia Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.
d. Sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa Indonesia
Jiwa bangsa atau pokok-pokok pikir bangsa yang lahir bersama dengan
adanya bangsa Indonesia. Jiwa bangsa akan memengaruhi pola tingkah
laku bangsa sebagai suatu kepribadian.
Pancasila sebagai kepribadian bangsa, artinya Pancasila rnemberi
corak sikap mental dan tingkah laku manusia Indonesia yang
membedakan dengan bangsa lain. Sebagai kepribadian bangsa, berarti
Pancasila merupakan jati diri bangsa Indonesia.
e. Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
Artinya rumusan Pancasila telah disepakati atau disetujui oleh wakil-
wakil bangsa Indonesia sebagai pendiri negara (founding father).
f. Sebagai Sumber Hukum Nasional
Hal ini, ditegaskan kembali dalam Ketetapan MPR Nomor
III/MPR/2000 bahwa sumber hukum nasional Indonesia adalah
Pancasila. Sebagai sumber hukum nasional, maka segala peraturan
hukum/peraturan perundang-undangan negara RI harus bersumber dan
tidak bertentangan dengan Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat
penting dalam kehidupan bernegara. Berikut peranan Pancasila bagi
kehidupan bernegara bangsa Indonesia.
a. Menjadi landasan atau pedoman bagi penyelenggara negara untuk
menjalankan pemerintahan.
b. Sebagai pedoman bagi warga negara untuk bersikap dalam hidup
bernegara, sekaligus menjamin hak-hak dan kewajiban warga negara.
4). Pancasila sebagai Ideologi Negara
Secara etimologi, ideologi berasal dari kata "idea" dan "logos".
Idea diartikan sebagai gagasan atau pemikiran, adapun logos berarti ilmu.
Jadi, ideologi diartikan sebagai ilmu tentang idea atau gagasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Umumnya ideologi dianut oleh sekelompok masyarakat, bangsa
atau negara. Dengan demikian, pengertian ideologi mencakup hal-hal
sebagai berikut:
a) Ideologi merupakan keseluruhan pemikiran, cita, rasa, serta segala
upaya di bidang politik.
b) Ideologi merupakan falsafah hidup maupun pandangan hidup suatu
bangsa.
c) Ideologi merupakan asas pendapat atau keyakinan yang dicita-dtakan
sebagai dasar pemerintahan negara.
d) Ideologi merupakan sistem nilai sekaligus kebulatan ajaran yang
memberikan motivasi dalam kehidupan.
e) Ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta kepercayaan
yang bersifat sistematis yang memberikan arah dan menyangkut
tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang
kehidupan.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
ideologi bangsa adalah suatu paham atau ajaran yang dihasilkan dari
pemikiran manusia. Paham tersebut berisi nilai-nilai, dta-cita yang dianut
sebagai pedoman bagi suatu bangsa. Kemudian paham itu, dijadikan pola
dalam bertindak dan bertingkah laku dalam lingkup kehidupan.
Dalam sebuah ideologi terkandung tiga unsur, yaitu adanya nilai-
nilai yang diyakini, adanya cita-cita, dan adanya upaya mewujudkan
ideologi tersebut dalam kenyataan. Suatu ideologi memuat pemikiran-
pemikiran di bidang politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan
keamanan. Semuanya diyakini dan diterima oleh masyarakat atau sebagian
besar rakyat di suatu negara.
b. Nilai-Nilai Pancasila
1). Pengertian dan Jenis Nilai
Secara etimologis nilai disamakan dengan value dalam bahasa
Inggris dan valere dalam bahasa Latin, yang artinya berguna atau sesuatu
yang berguna. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai diartikan harga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
atau hal-hal yang penting bagi manusia. Pengertian nilai berkembang dan
meluas, seperti yang disampaikan oleh beberapa ahli berikut ini.
a. J.R. Fraenkel menjelaskan bahwa nilai adalah standar penentuan
perilaku seseorang dalam menentukan apa yang indah, efisien, dan
berharga tidaknya sesuatu.
b. Menurut Nursal Luth nilai adalah perasaan-perasaan tentang apa yang
diinginkan, dan apa yang tidak diinginkan. Perasaan tersebut
memengaruhi perilaku sosial dari seseorang yang memiliki nilai
tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa nilai
merupakan sesuatu yang berharga atau berguna. Nilai merupakan suatu
konsep yang diyakini. menjadi standar atau ukuran tentang baik buruk,
benar salah, dan yang menentukan sikap dan tingkah laku manusia.
Ada beberapa pandangan tentang pembagian atau jenis nilai. Prof.
Dr. Drs. Notonegoro, S.H. membagi nilai dalam tiga golongan.
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
Nilai material cenderung pada masalah kebendaan.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai rohaniah, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia
berkaitan dengan kejiwaan atau spiritual. Nilai rohaniah dibagi
menjadi empat macam.
1) Nilai kebenaran yang bersumber dari akal atau rasio manusia.
2) Nilai keindahan yang bersumber pada rasa atau estetika manusia
3) Nilai religius merupakan nilai Ketuhanan yang bersumber pada
keyakinan atau keimanan seseorang. Nilai religius merupakan nilai
rohaniah yang memiliki kedudukan .rtinggi.
4) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada kehendak
manusia (etika, karsa, dan keinginan/will).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Ditinjau dari segi sumber dan peruntukannya, nilai dapat
dikelompokkan seperti berikut.
1) Nilai individual atau nilai subjektif. Misalnya: kedisiplinan, tanggung
jawab, dan sebagainya.
2) Nilai umum atau kemasyarakatan. Misalnya: kerja sama, toleransi,
keikhlasan menolong, semangat persatuan, dan Iain-lain.
3) Nilai instrinsik atau nilai objektif yang sesuai dengan hakikat yang
dikandungnya. Misalnya: kejujuran, kebenaran, kebaikan, dan
sebagainya.
Ditinjau dalam filsafat, nilai dibedakan menjai tiga macam antara lain :
1) Nilai logika merupakan nilai tentang benar atau salah
2) Nilai astetika merupakan nilai tentang indah dan tidak indah
3) Nilai etika/moral merupakan nilai tentang baik atau buruk.
2). Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara
Pancasila sebagai ideologi negara mengandung nilai-nilai yang
menjadi pola tingkah laku individu, masyarakat, serta para penyelenggara
pemerintahan dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Agar nilai-nilai yang
terkandung dalam ideologi Pancasila lebih mengikat dan nyata, nilai
tersebut dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan negara. Nilai-
nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila dirumuskan dalam aturan
formal sebagai dasar negara.
Rumusan formal Pancasila sebagai dasar negara tersebut tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang sistematika, tata tulis,
dan cara pengucapannya diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun
1968 tentang Rumusan dan Tata Urutan Pancasila, yaitu sebagai berikut.
a) Ketuhanan Yang Maha Esa.
b) Kemanusian yang adil dan beradab.
c) Persatuan Indonesia.
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan.
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Sebagai landasan atau dasar negara, Pancasila dijabarkan dalam
bentuk peraturan perundang-undangan nasional sehingga pelaksanaannya
lebih jelas dan tegas. Sebagaimana diatur dalam Tap No. III/ MPR/ 2000
tentang Sumber Hukum Nasional dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan Negara RI, sistematika Peraturan Perundang-undangan Negara
RI tersebut sebagai berikut.
a) UUD 1945
b) Ketetapan MPR
c) Undang-Undang
d) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
e) Peraturan Pemerintah
f) Keputusan Presiden
g) Peraturan Daerah
Sejak Sidang Umum MPR tahun 2004, MPR berkedudukan
sebagai lembaga negara biasa yang sejajar dengan lembaga negara lainnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Tata Urutan Perundang-undangan Negara RI
mengalami perubahan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor
10 Tahun 2004, yaitu sebagai berikut.
a) UUD 1945
b) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
c) Peraturan Pemerintah (PP)
d) Peraturan Presiden
e) Peraturan Daerah yang meliputi; Perda Provinsi, Perda
Kabupaten/Kota, dan Peraturan Desa/Kelurahan.
3). Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Ideologi terbuka adalah ideologi yang memiliki tata nilai yang
mendalam dan menyeluruh. Selain itu, memiliki relevansi/kesesuaian yang
tinggi dengan perkembangan masyarakat, serta mampu menjawab
berbagai permasalahan dan tantangan kehidupan zaman. Agar suatu
ideologi menjadi ideologi terbuka yang mampu memelihara relevansi
dengan perkembangan zaman, perlu tiga dimensi sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
a. Dimensi realita, bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam ideologi
tersebut bersumber dari nilai-nilai yang secara riil hidup dalam
masyarakat.
b. Dimensi idealisme, bahwa ideologi perlu mengandung cita-cita yang
ingin dicapai dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Melalui idealisme atau cita-cita yang terkandung
dalam ideologi yang dihayati, masyarakat atau bangsa mengetahui ke
arah mana mereka harus membangun kehidupannya menuju cita-
citanya.
c. Dimensi fleksibilitas, bahwa ideologi terbuka memiliki kesesuaian
yang tinggi terhadap dinamika perkembangan masyarakat. Selain itu,
ideologi juga harus merangsang masyarakat mengembangkan nilai-
nilai dasar yang terkandung dalam ideologi untuk menjawab
tantangan zaman.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memenuhi tiga
dimensi tersebut. Pancasila memenuhi dimensi realistis karena nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya bersumber dari jiwa, kepribadian, dan nilai-
nilai masyarakat Indonesia. Pancasila memenuhi dimensi idealis karena
Pancasila mengandung cita-cita luhur tentang kehidupan yang
didambakan, yaitu masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera material
maupun spiritual dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan demikian, Pancasila menjadi pegangan hidup dalam menentukan
arah kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila juga memenuhi
dimensi fleksibilitas karena Pancasila memiliki relevansi yang tinggi
dengan dinamika perkembangan masyarakat. Nilai-nilai Pancasila dapat
dikembangkan dan dijabarkan untuk nenghadapi tantangan zaman serta
menjawab persoalan-persoalan bangsa di masa sekarang dan masa yang
akan datang.
Ideologi tertutup memutlakkan pandangan secara totaliter,
sehingga masyarakat tidak mungkin mengambil jarak terhadapnya dan
tidak mungkin memilikinya. Sebaliknya, masyarakat dan martabat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
manusia akan dikorbankan untuk ideologi tertutup tersebut.
Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah bahwa nilai-nilai
dasarnya tetap namun penjabaranya dapat dijabarkan secara dinamis dan
kreatif sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat indonesia.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai ideologi
terbuka adalah sebagai berikut :
1) Nilai dasar, merupakan esensi dari sila-sila pancasila yang bersifat
universal, sehingga dalam nilai dasar pancasila ini terkandung cita-
cita, tujuan serta nilai-nilai yang baik dan benar.
2) Nilai instrumental, merupakan eksplitasi penjabaran lebih lanjut dari
nilai-nilai dasar ideologi pancasila.
3) Nilai praktis, merupakan nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
pengalaman yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4). Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Paradigma berasal dari kata paradigm (Inggris) yang berari model
atau pola. Dengan pola atau model akan terbentuk sebuah ciri, sifat, dan
karakter dari ilmu pengetahuan. Sedangkan pembangunan (development)
merupakan suatu proses perubahan menuju keadaan yang lebih baik.
Sehingga dalam pembangunan terjadi proses perkembangan, perubahan,
baik secara kuantitas maupun secara kualitas.
Negara Indonesia telah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945,
setelah berabad-abad merasakan pedihnya berada di bawah cengeraman
penjajahan. Kemerdekaan bukan diperoleh secara gratis, melainkan
melalui sebuah perjuangan panjang dan pengorbanan yang sangat besar.
Kemerdekaan tersebut bukanlah sebagai tujuan akhir (final goal),
melainkan baru sebagai jembatan emas mewujudkan kehidupan yang
dicita-citakan. Untuk itu, agar cita-cita bangsa dapat diwujudkan, maka
kemerdekaan harus dimanfaatkan dan diisi dengan melaksanakan
pembangunan nasional. Sebab tanpa pembangunan, bentuk kehidupan
yang dicita-citakan tidak akan tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, secara formal
bangsa Indonesia telah menjatuhkan pilihannya pada ideologi Pancasila.
Dengan demikian, Pancasila merupakan sumber nilai bagi bangsa
Indonesia yang memberi inspirasi dalam berpikir dan bertindak dalam
mewujudkan kehidupan yang dicita-citakan, termasuk dalam
melaksanakan pembangunan. Pancasila sebagai paradigma pembangunan
berarti pola atau model pembangunan yang dilaksanakan bangsa Indonesia
berdasar Pancasila. Ini berarti bahwa sumber hukum, metode serta cara
pelaksanaan pembangunan bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila.
Ideologi negara merupakan sendi utama kehidupan berbangsa dan
bernegara, karena ideologi menentukan arah dan kehidupan suatu bangsa.
Demikian pula, kehidupan bangsa Indonesia. Arah kehidupan, cita-cita
serta cara mewujudkan tujuan negara senantiasa didasarkan pada ideologi
nasional Pancasila. Cita-cita nasional bangsa Indonesia telah dirumuskan
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yaitu untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umutn, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dalam usaha mewujudkan cita-cita nasional tersebut, bangsa
Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Pancasila sebagai
ideologi bangsa sekaligus sebagai paradigma pembangunan. Pancasila
menjadi landasan pembangunan, arah dan model pembangunan sekaligus
sebagai tujuan pembangunan. Pancasila sebagai tujuan pembangunan,
karena tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyrakat adil
dan makmur, material dan spiritual berdasarkan Pancasila. Ini berarti,
pembangunan tidak hanya dalam bidang material saja, tetapi juga
seimbang dengan pembangunan spiritual. Pancasila menjadi orientasi
pembangunan, sehingga hakikat pembangunan nasional adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
seluruhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Selain sebagai paradigma pembangunan, Pancasila menjadi model,
landasan hukum, sekaligus memberi ciri atau karakteristik pembangunan
nasional. Berikut karakteristik pembangunan nasional yang berdasar pada
paradigma pembangunan Pancasila.
a. Pembangunan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Mengandung makna bahwa pembangunan nasional harus dapat
membentuk manusia yang beriman, bertakwa, bersih, jujur, dan
berakhlak mulia. Mengingat Indonesia memiliki
keanekaragaman/pluralisme, maka pembangunan harus dapat
memperkokoh kerukunan antarumat beragama, sehingga menjamin
ketenangan dalam menjalankan ajaran agamanya masing-masing.
Dengan demikian, pembangunan tidak hanya menyangkut aspek
material saja tapi didukung secara seimbang oleh pembangunan secara
spiritual.
b. Pembangunan yang ber-Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Pembangunan nasional dilaksanakan untuk menjamin harkat dan
martabat manusia. Jangan sampai dengan pembangunan justru terjadi
kesewenang-wenangan seperti pemaksaan, penggusuran sepihak, dan
cara-cara intimidasi lainnya. Inti pembangunan adalah untuk
mengangkat harkat dan martabat manusia.
c. Pembangunan yang ber-Persatuan Indonesia
Pembangunan nasional harus mampu memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa. Hal ini, dapat terwujud bila pembangunan
semaksimal mungkin dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Pembangunan harus dilaksanakan secara nasional,
menjangkau seluruh tanah air, baik di perkotaan maupun pedesaan.
Guna mewujudkan pembangunan yang mendukung persatuan
Indonesia, maka pemahaman semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan
Wawasan Nusantara sangat penting. Masyarakat Indonesia mengakui
perbedaan-perbedaan, tetapi jangan sampai perbedaan tersebut
mengarah pada perpecahan. Perbedaan harus diartikan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
kekayaan budaya bangsa sebagai perekat persatuan bangsa. Sehingga
pembangunan di berbagai bidang kehidupan dilaksanakan secara
nasional dengan tetap menjaga identitas budaya daerah.
d. Pembangunan yang ber-Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan.
Manusia adalah subjek sekaligus sebagai objek pembangunan. Artinya
pelaku pembangunan adalah manusia dan tujuan pembangunan adalah
untuk kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena manusia Indonesia
bersifat heterogen dan memiliki keragaman di berbagai bidang, maka
proses dan pelaksanaan pembangunan harus menggunakan prinsip-
prinsip musyawarah. Program pembangunan nasional harus mengarah
pada terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Pembangunan juga harus
melibatkan seoptimal mungkin partisipasi masyarakat. Dengan
demikian, masyarakat merasa memiliki, sehingga bertanggung jawab
untuk menjaga hasil-hasil pembangunan nasional tersebut.
e. Pembangunan yang ber-Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia.
Pembangunan yang berkeadilan sosial harus berprinsip pada
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Ini berarti bahwa
hasil pembangunan harus dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat.
B. Penelitian yang relevan
Adapun penelitian yang relevan dan dijadikan acuan oleh penulis dalam
penelitian tindakan ini adalah:
1. Penerapan Strategi Peta Konsep Dalam Cooperatif Learning Sebagai
Upaya Meminimalisasi Miskonsepsi Materi Bioteknologi Di SMA Negeri
8 Surakarta. (Fransisca Dina Susilawati, 2007)
Dari hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Penerapan strategi peta konsep dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran, yang meliputi penurunan tingkat miskonsepsi, peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
peran serta siswa dalam pembelajaran dan peningkatan peran serta
ketrampilan siswa dalam presentasi kelas.
2. Efektifitas Penggunaan Metode Pembelajaran Peta Konsep Terhadap
Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Logaritma Di SMK Batik
Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007. ( Andi Putri Hapsarini, 2007)
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi
belajar matematika antara menggunakan metode pembelajaran peta konsep
dengan yang konvensional. Dimana nilai tes akhir maupun rata-rata
kenaikan nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas kontrol. Hal tersebut dibuktikan melalui perhitungan uji t yang
menunjukkan nilai t hitung > t tabel (5,777 > 1,667).
3. Penggunaan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa
PPKN Dalam Mengorganisasikan Konsep-Konsep Sosiologi
Politik.(Winarno, S.Pd, M.Si dan Dra. Rusnaini, M.Si, 2008)
Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Mahasiswa mampu mengorganisasikan konsep-konsep budaya politik
dalam mata kuliah sosiologi politik melalui pembuatan dan penggunaan
peta konsep, hal ini terbukti pada siklus pertama nilai rata-rata yang
dicapai kelompok adalah 25,4 berbanding maksimal 32 (8 aspek yang
dinilai). Ini berarti kemampuan mahasiswa menyusun dan menghasilkan
peta konsep sebesar 79.37%. sedangkan pada siklus kedua nilai rata-rata
yang dicapai kelompok adalah 26.3 berbanding maksimal 32 (8 aspek
yang dinilai). Ini berarti kemampuan mahasiswa menghasilkan peta
konsep mencapai 82.18% tingkat ketercapaian.
4. Pengaruh Penggunaan Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Di
Perguruan Tinggi dalam Jurnal Lembaga Penelitian UMM. ( Wahyu
Priyanto, 1999)
Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Penggunaan Peta Konsep dalam pembelajaran akan lebih baik jika
dibandingkan dengan pembelajaran tanpa peta konsep. Hal ini ditunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dengan adanya hasil t tabel = 2,70. Jadi t hit > t tabel, yang artinya Ha
diterima.
Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan di atas dapat disimpulkan
bahwa penerapan peta konsep dalam pembelajaran di sekolah dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran siswa yang meliputi peningkatan kualitas proses dan
prestasi belajar siswa di beberapa sekolah terkait.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur yang didasarkan pada masalah yang
digambarkan secara menyeluruh dan digunakan sebagai acuan dalam penelitian.
Berikut gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini :
Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir
Proses
Input Output Proses belajar
mengajar di kelas
Metode pembelajaran
ceramah
Prestasi
siswa kurang
Siswa cenderung hanya
mendengar dan mencatat
Prestasi siswa
meningkat
Penerapan peta konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Hasil pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara
lain adalah input dan proses. Input dalam hal ini adalah siswa yang memiliki
tingkat pemahaman materi yang berbeda-beda. Adanya perbedaan tersebut maka
akan mempengaruhi proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan observasi dilapangan didapatkan kenyataan bahwa masih
terjadi permasalahan dalam proses pembelajaran. Dimana aktivitas siswa dalam
pembelajaran PKn masih kurang, juga penyampaian materi masih sering
menggunakan metode ceramah, sehingga kegiatan ini lebih berpusat pada guru
saja, siswa cenderung hanya mendengar dan mencatat, bahkan malu untuk
bertanya. Hal ini dapat mengakibatkan pemahaman siswa yang kurang yang akan
berakibat pula pada penurunan prestasi belajar siswa.
Melihat keadaan tersebut maka perlu adanya perbaikan dalam proses
pembelajaran dengan melibatkan peran serta siswa. Salah satu cara yang ditempuh
adalah dengan penerapan peta konsep. Penyajian materi pokok nilai-nilai
pancasila dengan peta konsep akan membuat materi lebih jelas dan mudah diserap
oleh siswa karena adanya hubungan konsep-konsep yang jelas dalam materi
tersebut. Dengan penerapan peta konsep tersebut dapat dihasilkan keluaran
(output) siswa yang prestasi belajarnya meningkat.
D. Hipotesis Tindakan
Suharsimi Arikunto (2006: 71) menyatakan, ”Hipotesis adalah suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul”. Berdasarkan landasan teori dan kerangka
pemikiran di atas maka peneliti dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Peta konsep efektif digunakan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
untuk meningkatkan prestasi belajar materi pokok nilai-nilai pancasila pada siswa
kelas VIII SMP Pancasila IX Batuwarno”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pancasila IX Batuwarno. Alasan
penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian karena lokasinya yang
strategis, tidak jauh dari tempat tinggal penulis, sehingga dapat menghemat biaya,
waktu dan tenaga dalam proses pengumpulan data. Disamping itu, penulis pernah
melaksanakan praktek mengajar di sana sehingga sedikit banyak telah mengetahui
kondisi siswanya dan lebih mudah dalam menjalin komunikasi dengan guru dan
siswa yang bersangkutan.
2. Waktu Penelitian
Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah menentukan waktu
penelitian. Penulis memerlukan waktu 8 bulan yaitu bulan Mei 2009 sampai
Desember 2009. Adapun pelaksanaannya setelah mendapat ijin dari pihak yang
berwenang.
Waktu yang diperlukan penulis untuk mengadakan penelitian, dapat
digambarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1. Waktu Penelitian
No Kegiatan Mei Jun
i
Juli Agst Sept Ok
t
No
v
Des
1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Penyusunan
Instrumen
4. Penelitian
5. Pengumpulan dan
Analisis Data
6 Penyusunan Laporan
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dalam bahasa Inggris diartikan dengan Classroom Action Research
(CAR). Penelitian Tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas (Zainal Aqib,
2008: 13). Menurut Rochiati Wiraatmadja (2006: 13) menyebutkan bahwa,
”Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tentang bagaimana sekelompok guru
dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri”.
Sedangkan Kasihani Kasbolah E. S. (2001: 80) mendefinisikan ”Penelitian
Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki
atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dan upaya perbaikan ini dilakukan
dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang
diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari di kelas”. Suharsimi Arikunto
mengemukakan bahwa ”Penelitian tindakan kelas (classroom action reseach)
yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia
mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan
praksis pembelajaran”.
Berdasarkan pengertian Penelitian tindakan kelas yang telah diungkapkan
oleh para pakar di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu bentuk penelitian yang memerlukan tindakan untuk
mennaggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam
kawasan kelas atau sekolah dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau
meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal penting dalam PTK adalah tindakan
nyata (action) yang dilakukan oleh guru (dan bersama pihak lain) untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
PTK mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Masalah berawal dari guru
2. Tujuannya memperbaiki pembelajaran
3. Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah
penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran
5. Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti
E. Mulyasa (2009: 89-90) menyebutkan tujuan penelitian tindakan kelas
antara lain:
1. memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas
pembelajaran,
2. memperbaiki layanan profesional dalam konteks pembelajaran, khususnya
layanan kepada paserta didik sehingga tercipta layanan prima,
3. memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan
tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasaran,
4. memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara bertahap
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta
perbaikan yang berkesinambungan,
5. membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka dan jujur dalam
pembelajaran.
Menurut Kasihani Kasbolah (2001: 15-17), tujuan PTK adalah untuk
meningkatkan (1) kualitas praktik pembelajaran di sekolah, (2) relevansi
pendidikan, (3) mutu hasil pendidikan, dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap yaitu: (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi,
dan (4) analisis dan refleksi. Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut
merupakan satu siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun. Jadi bentuk
penelitian tindakan tidak pernah kegiatan tunggal tapi rangkaian kegiatan yang
akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus. Informasi yang diperoleh dari
langkah refleksi, merupakan bahan yang tepat untuk menyusun perencanaan
siklus selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Keempat tahapan penelitian tindakan kelas diatas, dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 3. Siklus PTK (Suharsimi Arikunto, 2006: 74)
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa-siswi kelas VIII semester I
SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Pelajaran 2009/2010. Siswa yang dijadikan
subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B yang terdiri dari 31 siswa, yakni 16
orang siswa laki-laki, dan 15 orang siswa perempuan.
Permasalahan
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Apabila permasalahan
belum terselesaikan
Perencanaan
tindakan I
Pelaksanaan
tindakan I
Pengamatan/
pengumpulan data I Refleksi I
Perencanaan
tindakan II
Pelaksanaan
tindakan II
Refleksi II Pengamatan/
pengumpulan data II
Dilanjutkan ke
siklus berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
D. Sumber data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari subyek. Dalam penelitian ini,
subyek penelitiannya adalah siswa dan guru yang bersangkutan. Adapun subyek
tersebut yaitu :
a. Bapak Suwarto, S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn SMP Pancasila IX
Batuwarno yang mengajar kelas VIII B, data yang diperoleh berupa informasi
mengenai keaktifan siswa saat kegiatan belajar mengajar sebelum dilakukan
penelitian tindakan kelas. Data diperoleh dengan metode wawancara.
b. Siswa SMP Pancasila IX Batuwarno khususnya siswa kelas VIII B sebagai
subyek penelitian, data yang diperoleh berupa keaktifan siswa, nilai kuis atau
tes hasil belajar PKn siswa saat peta konsep diterapkan. Data berupa
keaktifan siswa diperoleh melalui lembar observasi selama proses belajar
mengajar dan nilai kuis atau tes hasil belajar didapatkan dengan menggunakan
metode tes.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari selain subyek. Adapun data
sekunder dalam penelitian tindakan ini adalah:
a. Dokumen atau arsip sekolah mengenai data siswa kelas VIII B, nilai ulangan
PKn. Dokumen diperoleh cara analisis dokumen.
b. Nilai tes kemampuan awal siswa kelas VIII B untuk penentuan kelompok.
Nilai keaktifan didapat dengan menggunakan lembar observasi dan nilai tes
Siklus I dan Siklus II.
c. Silabus dan rencana pembelajaran mata pelajaran PKn untuk kelas VIII B.
Data diperoleh dengan cara analisis dokumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar siswa, sebelum dan
sesudah kegiatan pemberian tindakan, pada materi pokok nilai-nilai pancasila.
Adapun bentuk tes yang diberikan kepada siswa yaitu tes tertulis berupa soal
pilihan ganda berjumlah 20 soal dengan 4 pilihan jawaban. Tes diberikan saat pre
test untuk mengetahui kemampuan awal siswa, dan post tes di setiap akhir
tindakan siklus I dan siklus II.
Teknik penyusunan Tes yang digunakan adalah :
a. Validitasi tes
Validitasi tes digunakan validitas isi yaitu dengan cara menyusun tes
berdasarkan kisi-kisi tes dan tujuan pembelajaran pada rancangan
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII.
Sedangkan soal tes prestasi belajar dengan materi pokok nilai-nilai pancasila
terdiri dari 20 item pertanyaan per siklus. Adapun kisi-kisi tes dapat dilihat
pada lampiran 3. Sedangkan soal tes prestasi belajar siswa dapat dilihat pada
lampiran 4.
b. Skoring Tes
Jawaban benar diberi nilai 1
Jawaban salah diberi nilai 0
Adapun kunci jawaban tes nilai-nilai pancasila dapat dilihat pada lampiran 5.
c. Uji Validitas Tes
Setelah instrumen diuji cobakan kemudian dihitung tingkat validitasnya,
dengan tujuan untuk mengetahui apakah butir-butir tes yang diuji cobakan
dapat mengukur keadaan responden yang sebenarnya atau tidak. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006:168) “Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”.
Jadi suatu instrumen yang valid atau sahih adalah instrumen yang
mempunyai nilai hitung yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
tabel yang telah ditentukan, sedangkan instrumen yang tidak valid adalah
instrumen yang nilai hitungnya lebih rendah dari pada nilai pada tabel yang
telah ditentukan.
Ign. Masidjo (1995:243) mengemukakan bahwa terdapat macam-macam
validitas suatu tes yaitu:
a) Validitas Isi (Content Validity) Yang dimaksud adalah suatu validitas yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan.
b) Validitas Konstruksi atau Konsep (Concept or Construck Validity) Yang dimaksud adalah suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan suatu konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau alat pengukur tersebut atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes atau alat pengukur tersebut.
c) Validitas Kriteria (Criterion-Related Validity) Yang dimaksud adalah suatu validitas yang memperhatikan hubungan yang ada antara tes atau alat pengukur dengan pengukur lain yang berfungsi sebagai kriteria atau bahan pembanding.
Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan jenis validitas konstruksi
karena peneliti menggunakan tes yang terdiri dari 20 soal atau alat ukur untuk
mengukur kemampuan siswa pada mata pelajaran Pkn pada materi pokok
nilai-nilai pancasila pada siswa kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno.
Uji validitas tes dapat dilihat pada lampiran 6, dan soal hasil uji validitas
dapat dilihat pada lampiran 7.
Untuk menguji korelasi antar skor baris butir dengan skor total
menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan rumus sebagai
berikut :
( )( )( ){ } ( ){ }å åå å
å åå--
-=
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan:
N : Banyaknya subjek
rXY : Koefesieen korelasi antara variable x dan y
X : Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item
Y : Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
ΣX : jumlah skor dalam ditribusi x
ΣY : jumlah skor dalam ditribusi y
ΣXY : jumlah perkalian x dan y
Keputusan uji:
rrxy ³ tabel item pertanyaan tersebut valid
rrxy < tabel item pertanyaan tersebut tidak valid
(Suharsimi Arikunto, 2006: 170).
d. Pernyataan Valid
Suatu butir tes dinyatakan valid jika memiliki harga positif dan koefisien
mendekati angka satu. (rxy=1,00).
Variabel nilai-nilai pancasila yang pada 20 butir soal tes kemampuan awal
terdapat 4 butir soal yang tidak valid yaitu butir nomor 12, 16, 18 dan 20.
Sedangkan dalam 20 butir soal untuk siklus I terdapat 2 butir soal yang tidak
valid, yaitu butir nomor 5 dan 6. Selanjutnya untuk 20 butir soal tes siklus II
terdapat 2 butir soal yang tidak valid yaitu butir nomor 15 dan 19.
e. Uji Reliabilitas
Dari hasil pengujian validitas dapat diketahui item yang valid dan tidak valid
dari instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Untuk item yang tidak
valid harus dibuang sedangkan item yang valid dilakukan uji reliabilitas.
Adapun cara menghitung reliabilitas test menurut Suharsimi Arikunto
(2006:180) adalah (1) dengan rumus Spearman Brown, (2) dengan rumus
Flanagan, (3) dengan rumus Rulon, (4) dengan rumus K-R.20, (5) dengan
rumus K-R.21, (6) dengan rumus Hoyt, dan (7) dengan rumus Alpha.
Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus
Spearman Brown. Rumus Spearman Brown yang diungkapkan oleh Suharsimi
Arikunto (2006:180) yaitu:
÷øö
çèæ +
´=
21
21
1
21
21
2
11
r
rr
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Keterangan:
11r : Reliabilitas instrumen
r 2121 : rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan
instrumen.
Kesimpulan:
Dari hasil perbandingan antara r11 dan rt kemudian diambil kesimpulan
sebagai berikut :
Jika r11>rt, maka soal tes yang diujicobakan reliabel.
Jika r11<rt, maka soal tes yang diujicobakan tidak reliabel.
Adapun mengenai interprestasi besarnya koefisien korelasi dapat
menggunakan ketentuan sebagai berikut:
0.800 – 1.000 = reliabilitas sangat tinggi
0.600 – 0.800 = reliabilitas tinggi
0.400 – 0.600 = reliabilitas cukup
0.200 – 0.400 = reliabilitas rendah
0.000 – 0.200 = reliabilitas sangat rendah
(Suharsimi Arikunto, 2006: 276)
2. Observasi
Observasi merupakan upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang
terjadi selama tindakan penelitian itu berlangsung, dengan atau tanpa alat bantu.
Observasi yang dipilih adalah metode observasi terstruktur. Observasi terstruktur
ditandai dengan perekaman data yang relatif sederhana, dengan telah tersedianya
format yang relatif rinci. Dengan format yang rinci itu, pengamat tinggal
membutuhkan tanda cacah (tallies) atau tanda-tanda lain sehingga segala yang
diamati itu terekam secara rapi. Pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan
peta konsep disetiap pertemuan, peneliti mengamati kinerja guru dengan lembar
observasi kinerja guru (dapat dilihat pada lampiran 8), dan mengamati keaktifan
siswa dengan lembar observasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar (dapat
dilihat pada lampiran 9).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
3. Angket Balikan
Angket diberikan pada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang
berkaitan dengan pembelajaran. Dengan menganalisis informasi yang diperoleh
dari angket tersebut dapat diketahui sejauh mana ketertarikan siswa terhadap
strategi yang digunakan yaitu dalam hal ini dengan penerapan peta konsep.
Adapun angket tanggapan balikan siswa dapat dilihat dalam lampiran 10.
4. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk menggali informasi
guna memperoleh data yang berkenaan dengan aspek-aspek pembelajaran,
penentuan tindakan dan tangggapan yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang
dilakukan. Wawancara yang dilakukan adalah dengan wawancara bebas
terpimpin, dimana peneliti membawa kerangka pertanyaan untuk disajikan tetapi
bagaimana pertanyaan itu diajukan sesuai dengan kebijaksanaan peneliti. Adapun
daftar pertanyaan dapat dilihat pada lampiran 11 dan hasilnya pada lampiran 12.
5. Dokumentasi
Informasi yang diperoleh melalui dokumentasi mempunyai peranan
sebagai data pelengkap dan sekaligus untuk mencocokkan apakah informasi yang
diperoleh dengan wawancara dan observasi sesuai dengan data yang bersumber
dari dokumentasi. Dokumentasi dalam penelitian ini terdiri dari dokumen sekolah
yang meliputi tentang keadaan umum sekolah, struktur organisasi sekolah serta
tugas dan tanggungjawabnya, daftar guru dan karyawan, sarana dan prasarana
serta dokumen lain yang mendukung penelitian. Disamping itu peneliti juga
mengambil gambar (foto) dari kegiatan berlangsungnya penelitian (proses
kegiatan belajar mengajar) dapat dilihat pada lampiran 13.
F. Validitas Data
Informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijadikan data
dalam penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga data validitas tersebut
dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam menarik
kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data
dalam penelitian ini adalah triangggulasi data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Moleong (2004: 330) mengemukakan bahwa “Trianggulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.
Dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, H. B. Sutopo (2002: 78-
82) menyebutkan bahwa ada empat macam trianggulasi yaitu:
1. Trianggulasi data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap
kebenarannya bisa digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
2. Trianggulasi metode, jenis trianggulasi ini biasa dilakukan oleh seorang
peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik
dan metode pengumpulan data yang berbeda.
3. Trianggulasi peneliti, adalah hasil peneliti yang baik data atau simpulan
mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari
beberapa peneliti.
4. Trianggulasi teori, trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan persepektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan
yang dikaji. (H. B. Sutopo, 2002: 78-82)
Teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
trianggulasi data dan trianggulasi metode. Trianggulasi data dilakukan dengan
cara memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data
yang sejenis, selain itu juga ada cara lain yaitu dengan menggali informasi dari
narasumber tertentu, dari kondisi lokasinya, dari aktifitas yang menggambarkan
perilaku orang atau warga masyarakat, atau dari sumber yang berupa catatan atau
arsip dan dokumen yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang
dimaksudkan peneliti (Sutopo: 2002:7 9). Misalnya, untuk mengetahui prestasi
belajar siswa, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Memberikan tes tentang materi yang diajarkan pada semester ganjil yaitu
tentang nilai-nilai pancasila.
2. Menerapkan strategi pembelajaran peta konsep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif
yaitu memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi
sebenarnya (Suharsimi Arikunto, 1998: 350). Data berupa kata-kata atau kalimat
dari catatan lapangan yang berupa data kualitatif diolah menjadi kalimat-kalimat
yang bermakna dan dianalisis secara deskriptif. Refleksi pada tindakan putaran I
dapat diperoleh hasil yang kemudian menjadi evaluasi pelaksanaan tindakan
pembelajaran menggunakan strategi peta konsep untuk peningkatan prestasi
belajar siswa dan sekaligus digunakan untuk peningkatan rencana pelaksanaan
penelitian selanjutnya. Tolok ukur prestasi belajar siswa untuk evaluasi tidakan ini
adalah proses dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan data yang telah terkumpul, maka dilakukan analisis dan
refleksi terhadap hasil dan proses tindakan yang telah dilakukan. Analisis tersebut
dilakukan dengan cara membandingkan hasil tindakan dengan indikator kinerja
yang diterapkan. Jika hasil tindakan lebih baik atau sama dengan indikator yang
telah diterapkan, maka penelitian tindakan kelas ini dinilai berhasil. Jika hasilnya
lebih rendah atau lebih jelek, maka penelitian tindakan ini ditetapkan belum
berhasil, dan selanjutnya dilakukan perbaikan ulang dalam siklus kegiatan kedua
dan seterusnya sampai tindakan berhasil.
Untuk lebih memperjelas komponen-komponen tersebut diatas, terdapat
empat langkah secara sederhana gambar posisinya adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Model Analisis Interaktif (H. B Sutopo, 2002: 96)
Pengumpulan
data
Penyajian
Data
Reduksi
Data Kesimpulan –
kesimpulan
Penarikan/verifikas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 2. Indikator Kinerja Penelitian
No
Aspek yang dinilai Target Alat Penilaian
1. Prestasi belajar
siswa
Minimal 70 % siswa tuntas
dengan kriteria ketuntasan
minimal 60
Tes Tertulis
2. Keaktifan siswa
dalam belajar
Minimal 75 % siswa aktif
selama mengikuti pembelajaran
dengan penerapan peta konsep
Lembar
Observasi
Tabel 3. Kriteria keberhasilan tindakan untuk hasil belajar
No Aspek yang dinilai Target Alat Penilaian
1. Nilai batas ketuntasan 60 % Tes
2. Ketuntasan kelas 70 % Tes
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan prosedur dan langkah-langkah yang
digunakan mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart
(Kasihani Kasbulah, 2001: 63-65) yang berupa model spiral. Perencanaan
Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana
tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali merupakan suatu dasar
pemecahan masalah.
Prosedur pelaksanaan PTK secara umum mencakup tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan tindakan, yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan
tindakan dan tahap refleksi serta tahap tindak lanjut. Tahap pelaksanaan dapat
diuraikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
1. Tahap Persiapan
Sebelum dilaksanakan pembelajaran PKn menggunakan strategi peta
konsep, peneliti terlebih dahulu melaksanakan tahap persiapan agar pembelajaran
dapat berjalan lancar. Berikut persiapan yang dilakukan oleh peneliti.
a. Permintaan ijin melakukan penelitian tindakan kepada Kepala Sekolah dan
Guru PKn SMP Pancasila IX Batuwarno.
b. Observasi untuk mendapatkan gambaran awal kegiatan belajar mengajar
khususnya mata pelajaran PKn di SMP Pancasila IX Batuwarno.
c. Identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran PKn
2. Tahap Pelaksanaan Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan I
1) Menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh yang berupa siklus
tindakan kelas, dimana pembelajaran direncanakan melalui penerapan
strategi peta konsep.
2) Menyususn beberapa instrumen penelitian yang akan digunakan dalam
tindakan dengan strategi peta konsep.
3) Menetapkan teknik pemantauan pada setiap tahapan penelitian dengan
menggunakan alat format observasi
4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati proses belajar mengajar
5) Menyiapkan lembar evaluasi kegiatan siswa sebagai alat evaluasi akhir
kegiatan yang diisi oleh siswa.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan I dan Observasi I
Kegaiatan yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan tindakan I
adalah:
1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan langkah dalam
peta konsep dan langkah-langkah yang telah dijelaskan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Siklus I dapat di lihat pada lampiran 14).
2) Melakukan kegiatan pemantauan proses belajar mengajar melalui
observasi langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
3) Membagi kelas menjadi 6 kelompok dengan anggota kelompok 5/6
orang,untuk mengadakan diskusi kelompok membuat peta konsep, daftar
kelompok siklus I dapat dilihat pada lampiran 15, dan soal diskusi siklus I
pada lampiran 16.
4) Menyelenggarakan evaluasi untuk mengukur hasil belajar/prestasi siswa.
c. Tahap Refleksi Tindakan I
Refleksi dalam penelitian tindakan ini adalah menemukan kelemahan
dan memperbaiki di siklus berikutnya, yang dilakukan mulai dari tahap
persiapan sampai pelaksanaan tindakan. Refleksi dilaksanakan agar tidak
terjadi kesalahan yang terulang pada siklus berikutnya.
Pada tahap ini dilakukan analisis pelaksanaan proses kegiatan belajar
mengajar. Langkah-langkah dalam kegiatan analisis dapat dilakukan
diantaranya yaitu sebagai mencocokkan hasil pengamatan oleh guru pada
lembar observasi. Apabila hasil pengamatan ternyata siswa mengikuti
pelajaran dengan antusias yaitu siswa aktif, perhatian siswa tertuju pada
pelajaran, siswa merespon dan terjadi komunikasi dua arah, maka model
kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dinyatakan menarik dan dapat
meningkatkan prestasi belajar.
Setelah tahap refleksi maka kelemahan dalam pembelajaran di siklus I
diperbaiki dalam siklus berikutnya, yaitu siklus II. Dari keberhasilan dan
kegagalan dalam pelaksanaan tindakan yang tertuang dalam refleksi maka
peneliti dengan guru mengadakan diskusi untuk mengambil kesepakatan
menentukan tindakan perbaikan berikutnya dalam proses kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan oleh peneliti.
3. Tahap Pelaksanaan Siklus II
Setelah pelaksanaan siklus I dan melihat hasil dari siklus I, maka
dilaksanakan tindakan siklus II. berikut ini tahap-tahap pelaksanaan siklus II.
a. Tahap perencanaan tindakan II
1) Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2) Menyusun serangkaian kegiatan yag akan dilaksanakan pada siklus II
berdasarkan refleksi pada pembelajaran dalam siklus I
3) Menyediakan instrumen yang akan digunakan dalam tindakan
b. Tahap pelaksanaan tindakan II dan tahap observasi II
1) Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang
disusun untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I
2) Diterapkan strategi peta konsep yang dilengkapi dengan media LKS
dengan langkah kegiatan sebagai berikut:
a) Melaksanakan KBM sesuai langkah-langkah yang telah disusun dalam
RPP siklus II ( RPP Siklus II dapat dilihat pada lampiran 17).
b) Membagi kelas menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima
atau enam orang
c) Guru membagikan soal diskusi untuk dikerjakan secara berkelompok
untuk penguasaan materi bagi anggota kelompok ( daftar kelompok
siklus II dapat dilihat pada lampiran 18), dan soal diskusi kelompok
siklus II dapat dilihat pada lampiran 19.
Selanjutnya pada tahap observasi dilakukan pengamatan dan evaluasi
terhadap pelaksanaan tindakan. Guru kelas masih tetap berkolaborasi dengan
peneliti yang dibantu oleh teman sejawat.
c. Tahap refleksi tindakan II
Pada tahapan ini dilaksanakan refleksi terhadap hasil pelaksanaan
siklus II. Dapat dilihat hasilnya dengan membandingkannya pada hasil dari
siklus I.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan ada tindak lanjut dari guru
PKn untuk melakukan perbaikan secara terus menerus serta mengembangkan
model pembelajaran yang tepat agar kompetensi pembelajaran dapat tercapai
secara maksimal.
Tahap-tahap penelitian tersebut secara skematis dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 5. Skema Prosedur Penelitian ( Suharsimi Arikunto, 2006: 78)
Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
(penerapan peta konsep)
Refleksi I
TERSELESAIKAN
Observasi I
Siklus II
Siklus I
TERSELESAIKAN
BELUM TERSELESAIKAN
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan
Tindakan II
(menggunakan
Observasi II
Refleksi II
TIDAK
TERSELESAIKAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi dan Subyek Penelitian
1. Profil SMP Pancasila IX Batuwarno
Nama : Sekolah SMP Pancasila IX Batuwarno
Alamat : Sempu, Ngambarsari
Desa : Ngambarsari
Kecamatan : Karangtengah
Kabupaten : Wonogiri
Nama dan Alamat Yayasan Penyelenggara : Yayasan Pendidikan Pancasila
Jenjang Akreditasi : Ter Akreditasi
Tahun berdiri : 1967
Tahun beroperasi : 1967
Kepemilikan tanah : Milik Yayasan
Status tanah : Milik sendiri/ Bersertifikat
Luas tanah : 1620 m2
Status bangunan : Permanen
Luas bangunan : 464 m2
Data Ruang Kelas : 6 Ruang
SMP Pancasila IX Batuwarno sejak berdiri pada tahun 1967 sampai
sekarang telah mengalami beberapa kali pergantian pemimpin yang antara lain
diuraikan sebagai berikut :
a. Tahun 1967-1971 : Bp. Suman H.S
b. Tahun 1971-1987 : Bp. Tarmudji
c. Tahun 1987-1996 : Bp. Tarumo
d. Tahun 1996-1999 : Bp. Sukir
e. Tahun 1999-sekarang : Bp. Suyadi
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Pancasila IX Batuwarno
Setiap sekolah pastilah mempunyai visi dan misi. Adapun visi, misi serta
tujuan SMP Pancasila IX Batuwarno adalah sebagai berikut :
a. Visi SMP Pancasila IX Batuwarno
Berilmu, Unggul dalam olah raga, dan Berakhlak mulia.
b. Misi SMP Pancasila IX Batuwarno
1) Melaksanakan proses pendidikan yang berkwalitas
2) Menerapkan manajemen partisipatif
3) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali jatidiri
4) Menjadikan Sekolah tempat belajar, bekerja dan mengembangkan diri.
c. Tujuan SMP Pancasila IX Batuwarno
1) Meningkatkan ketaqwaan
2) Membekali ilmu pengetahuan keterampilan
3) Meningkatkan mutu pendidikan
4) Memiliki team olah raga
5) Terpenuhi sarana prasarana
6) Terciptanya sekolah yang sehat.
3. Keadaan Guru SMP Pancasila IX Batuwarno
SMP Pancasila IX Batuwarno mempunyai tenaga pendidik 18 orang. Guru
SMP Pancasila IX Batuwarno bertanggungjawab kepada kepala sekolah dan
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan
efisien. Tugas dan tanggungjawab guru meliputi:
a. Membuat perangkat program pengajaran
1) AMP
2) Program Tahunan/Semester
3) Program Satuan pengajaran
4) Program Rencana Pengajaran
5) Program Mingguan Guru
6) LKS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
c. Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar mengajar, ulangan harian,
ulangan umum, ujian akhir
d. Melakukan analisis hasil ulangan harian
e. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
f. Mengisi daftar nilai siswa
g. Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan) kepada
guru lain dalam kegiatan proses belajar mengajar
h. Membuat alat pelajaran/alat peraga
i. Menumbuhkembangkan sikap mengharagai karya seni
j. Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum
k. Melaksanakan tugas tertentu sekolah
l. Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi
tanggungjawabnya
m. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa
n. Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran
o. Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum
p. Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Berikut ini adalah daftar nama guru berdasarkan kualifikasi pendidikan
untuk periode 2009/2010 di SMP Pancasila IX Batuwarno.
Tabel 4. Daftar Nama Guru SMP Pancasila IX Batuwarno
NO NAMA
TMP.LHR TGL.LHR Pend.akhir JURUSAN
1 2 3 4 5 6
1 Suyadi Wonogiri 06-03-1960 PGSMTP Matematika
2 Suratno Karanganyar 21/03/1942 SPG Matematika
3 Sumardi Wonogiri 21/03/1957 PGSMTP Bahasa Jawa
4 Sudarno Wonogiri 22/02/1969 DII Bhs.Indonesia
5 Siswanto,S.Pd Wonogiri 06-05-1972 S1 Seni Rupa
6 Suwarto, S.Pd Wonogiri 03-06-1965 S1 PPKn
7 Hartono Wonogiri 12/06/1969 DII IPS
8 Heri Susanto,A.Md Wonogiri 29/01/1978 DIII Elektro
9 Y.Wiratmoko, SE Wonogiri 26/01/1972 S1 Ekonomi
10 Budi Purwo U, S.Pd Wonogiri 20/05/1969 S1 Olah Raga
11 Heru Prosetyo, S.Pdi Ciherang 13/05/1978 S1 PAI
12 Sukar, S.Pd Pacitan 23/08/1977 S1 Bhs.Inggris
13 Lugito, S.Hi Wonogiri 25/04/1982 S1 Hukum Islam
14 Sunarman, S.Pd Wonogiri 10-06-1982 S1 Biologi
15 Masroni Wonogiri 02-03-1960 S1 IPA
16 Sunardi Pacitan 15-04-1986 D.P S1 Bhs. Inggris
17 Mispanto Wonogiri 15-03-1973 S1 IPA
18 Warsini Wonogiri 11-02-1976 D.P.PPKn Tata Boga
Sumber : Data sekunder ( dokumen tata usaha SMP Pancasila IX Batuwarno ).
4. Keadaan Siswa
Jumlah siswa SMP Pancasila IX Batuwarno tahun 2009/2010 adalah 151
siswa. Siswa tersebut dibagi dalam 3 tingkat yakni kelas VII, VIII, dan kelas IX.
Jumlah siswa kelas VII adalah 43 siswa yang terdiri dari 23 siswa putra dan 20
siswa putri. Sedangkan kelas VIII berjumlah 59 siswa yang terdiri 23 siswa putra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
dan 36 siswa putri. Kemudian siswa kelas IX berjumlah 49 siswa yang terdiri dari
22 siswa putra dan 27 siswa putri. Berikut daftar siswa SMP Pancasila IX
Batuwarno tahun 2009/2010.
Tabel 5. Jumlah Siswa SMP Pancasila IX Batuwarno tahun 2009/2010
KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH VII A VII B
11 12
10 10
21 22
JUMLAH 23 20 43 VIII A VIII B
7 16
21 15
28 31
JUMLAH 23 36 59 IX A IX B
9 13
15 12
24 25
JUMLAH 22 27 49
TOTAL 68 83 151 Sumber : Data sekunder ( dokumen tata usaha SMP Pancasila IX Batuwarno ).
5. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah
SMP Pancasila IX Batuwarno sebagai salah satu penyelenggara
pendidikan di Indonesia, dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. Adapun sarana dan prasarana yang
dimiliki SMP Pancasila 9 Batuwarno antara lain:
a. Ruang Kepala Sekolah, sebanyak 1 ruang
b. Ruang Guru , sebanyak 1 ruang
c. Ruang TU, sebanyak 1 ruang
d. Ruang Kelas, sebanyak 6 ruang
e. Ruang Perpustakaan, sebanyak 1 ruang
f. Ruang Perlengkapan Olahraga, sebanyak 1 ruang
g. Ruang Bimbingan dan Penyuluhan (BP), sebanyak 1 ruang
h. Ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), sebanyak1 ruang
i. Kamar mandi/wc sebanyak 2 ruang
(Sumber : Data Sekunder dari Buku Administrasi TU SMP Pancasila IX
Batuwarno)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
6. Subjek Penelitian
a. Profil Guru Mitra
Peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas berkolaborasi dengan
guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP Pancasila IX
Batuwarno yaitu Bapak Suwarto. Bapak Suwarto adalah guru mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Pancasila IX Batuwarno. Beliau adalah
seorang guru yang sangat disiplin dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik sehingga beliau juga mengajarkan kepada para siswa untuk selalu
disiplin dalam segala hal baik pada saat pembelajaran maupun di luar kelas.
Hal ini dikarenakan beliau menginginkan adanya suatu kemajuan dan
keberhasilan bagi murid-muridnya. Sehingga beliau bersedia berkolaborasi
dengan peneliti untuk mengadakan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas
VIII guna meningkatkan prestasi belajar PKn di SMP Pancasila IX
Batuwarno. Adapun profil beliau secara lengkap adalah sebagai berikut:
1. Nama : Suwarto, S.Pd
2. Tempat tanggal lahir : Wonogiri, 03 Juni 1965
3. Ijazah Terakhir : S1
4. Tamat : 1 Desember 1995
5. Mulai Mengajar di
SMP Pancasila IX Batuwarno : Tahun 1996
6. Alamat : Sampang, Rt. 02/03, Karangtengah.
(Sumber: Data Primer dari Blanko Profil Guru Mitra)
b. Profil Siswa
Siswa kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno berjumlah 31 siswa
yang terdiri dari 16 siswa putra dan 15 siswa putri. Dari jumlah keseluruhan
siswa, semua menganut agama Islam. Peneliti memilih mengadakan penelitian
pada kelas VIII B karena jika dilihat dari prestasi belajar di kelas ini masih
sangat rendah dan cocok untuk penerapan peta konsep yang akan peneliti
gunakan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi belajar PKn di kelas
tersebut. Alasan lainnya adalah ketuntasan belajar siswa VIII B masih sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
rendah, masih banyak yang belum mencapai batas tuntas yang ditetapkan oleh
guru. Hanya beberapa siswa saja yang terlihat aktif di dalam kelas,
kebanyakan siswa cenderung pasif. Siswa hanya diam saja mendengarkan apa
yang diajarkan oleh guru di depan kelas. Berikut data siswa yang berkaitan
dengan kelas VIII B.
1) Data Pengurus Kelas VIII B
Wali Kelas : Bp. Sudarno
Ketua : Eko Supriyanto
Wakil Ketua : Agus Tulasno
Sekretaris I : Nining Lestari
Sekretaris II : Suyani
Bendahara : Sulastri
Sie. Absensi : Ernawati
Sie. Olah raga : Fendi Kurniawan
Sie. Perlengkapan : Riski Budi Prakoso
Sie. Kebersihan : Tri Haryanto
(Sumber : Data Sekunder dari Papan Pengumuman Kelas VIII B)
2) Jadwal Piket Kelas VIII B
SENIN SELASA RABU
1. Agus Tulasno
2. Arnis Kusuma W.
3. Dhina Crystanto
4. Dwi Purwanti
5. Eko Supriyanto
6. Eni Rismawati
1. Ernawati
2. Fendi Kurniawan
3. Hari Prihatin
4. Ida Nurmalasari
5. Iswanto
1. Joko Haryanto
2. Joko Supriyanto
3. Maryani
4. Nining Lestari
5. Rani Murtikasari
KAMIS JUMAT SABTU
1. Ratna Tri N.
2. Rianti
3. Riki
4. Riski Budi P.
5. Riski Andianto
1. Riski Wahyu
Saputro
2. Roni Setiawan
3. Sulastri
4. Susi Susanti
5. Suyani
1. Tri Hariyanto
2. Tri Muryanti
3. Tutik Sri Rahayu
4. Wito
5. Yandra Rabihin
(Sumber : Data Sekunder dari Papan pengumuman Kelas VIII B)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 6. Daftar Siswa Kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Ajaran
2009/2010
NOMOR NAMA L/P Urut Induk
1 2726 Agus Tulasno L 2 2728 Arnis Kusuma Wardani P 3 2729 Dwi Purwanti P 4 2730 Dhina Cryistanto L 5 2731 Eko Supriyanto L 6 2732 Erni Kusumawati P 7 2733 Ernawati P 8 2734 Fendi Kurniawan L 9 2735 Heri Prihatin L 10 2736 Ida Nur Malasari P 11 2737 Iswanto L 12 2738 Joko Supriyanto L 13 2739 Joko Haryanto L 14 2740 Maryani P 15 2741 Nining Lestari P 16 2742 Rani Murtika sari P 17 2743 Ratna Tri Ningsih P 18 2744 Rianti P 19 2745 Riki L 20 2746 Riski Budi P L 21 2747 Riski Andrianto L 22 2748 Riski Wahyu S L 23 2749 Roni Setywan L 24 2750 Sulastri P 25 2751 Suyani P 26 2752 Susi Susanti P 27 2753 Tri Hariyanto L 28 2754 Tri Muryanti P 29 2755 Tutik Sri K P 30 2756 Wito L 31 2757 Yandra Robihin L
(Sumber: Data Primer dari Buku Administrasi TU SMP Pancasila IX Batuwarno)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
B. Deskripsi Umum Pembelajaran
1. Observasi Awal Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Kelas VIII B di SMP Pancasila IX Batuwarno
Sebelum melaksanakan proses penelitian, peneliti terlebih dahulu
melakukan kegiatan identifikasi (observasi awal) yang bertujuan untuk
mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Observasi awal dilakukan pada
Selasa tanggal 11 Agustus 2009. Adapun hasil observasi awal tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Siswa terlihat kurang tertarik pada mata pelajaran PKn
Observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 11 Agustus 2009
di kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno menunjukkan bahwa siswa
terlihat kurang antusias dan kurang berminat mengikuti pelajaran PKn. Hal ini
terlihat pada saat guru mengajukan pertanyaan mengenai materi minggu lalu,
hanya sedikit sekali siswa yang mampu menjawabnya. Dalam pembelajaran
yang berlangsung siswa kurang berminat mengajukan pertanyaan ataupun
menjawab pertanyaan dari guru, mereka perlu ditunjuk langsung oleh guru.
Siswa juga masih ada yang tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga
terkadang siswa menyepelekan guru dan akhirnya berakibat pada kurangnya
pemahaman mereka terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Dalam hal ini
seorang guru harus pandai membangkitkan motivasi siswa sebelum memulai
pelajaran. Guru sebaiknya menjelaskan kegunaan dan arti penting mata
pelajaran PKn, khususnya mengenai pokok bahasan yang akan dibahas
sehingga siswa mempunyai cara pandang yang positif dan termotivasi untuk
belajar serius.
b. Terbatasnya buku paket
Pembelajaran PKn di SMP Pancasila IX Batuwarno didukung dengan
adanya buku paket yang tersedia di perpustakaan sekolah dimana setiap siswa
berhak meminjamnya. Namun tidak semua siswa bisa mendapatkan buku
tersebut karena jumlahnya yang terbatas. Guru juga menggunakan buku paket
lain selain yang tersedia di perpustakaan dan sehingga jarang sekali siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
yang memiliki buku paket tersebut. Keterbatasan tersebut akan mengganggu
proses belajar siswa baik yang terjadi di sekolah maupun di rumah.
c. Pembelajaran kurang menarik sehingga siswa mudah bosan
Salah satu penyebab kejenuhan siswa pada pembelajaran PKn karena
guru menggunakan metode ceramah terus menerus. Siswa hanya hanya
mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan guru serta mengerjakan apa
yang diperintahkan guru sehingga siswa menjadi bosan, bersikap seenaknya
sendiri dan tidak mampu mengembangkan pengetahuannya secara maksimal
apabila dihadapkan pada tugas-tugas atau soal kasus. Hal tersebut dapat
diatasi dengan memperbaiki proses pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan aktif
mengungkapkan pendapatnya tentang materi yang sedang dibahas dan
bertanya disaat mereka mengalami kesulitan.
d. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat
Dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas, guru lebih sering
menggunakan metode ceramah. Namun, kebanyakan siswa tidak paham
mengenai penjelasan guru dan cara mengerjakan tugas/soal-soal tersebut. Hal
ini terlihat dari nilai yang diperoleh dari tugas yang diberiken oleh guru usai
menjelaskan materi. Hanya sebagian kecil siswa yang mampu mengerjakan
soal tersebut. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan peta konsep yang
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan
tanggung jawab, kerjasama, dan keterlibatan belajar.
e. Prestasi belajar PKn rendah
Berdasarkan hasil ulangan harian menunjukkan bahwa siswa kelas VIII
B memperoleh nilai rata-rata kelas yang berada di bawah batas tuntas.
Sedangkan nilai batas tuntas klasikal mata pelajaran PKn di SMP Pancasila IX
Batuwarno untuk siswa kelas VIII adalah 60. Kemudian berdasarkan tes
kemampuan awal yang dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2009 juga
menunjukkan bahwa prestasi belajar PKn relatif rendah yang terlihat pada
nilai rata-rata kelas sebesar 57,42. hal tersebut mengindikasikan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
pembelajaran PKn yang selama ini dilakukan belum mencapai tujuan yang
diharapkan.
2. Penelitian Siklus I
a. Perancanaan Tindakan I
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal
12 Agustus 2009 di ruang Tata Usaha SMP Pancasila IX Batuwarno. Guru
bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan
dalam penelitian ini. Peneliti mengungkapkan bahwa siswa menemui
permasalahan dalam mengajukan maupun menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan penjelasan guru. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti
pelajaran PKn serta kesulitan dalam mengerjakan soal atau tugas yang
diberikan guru. Kemudian disepakati bahwa akan dilaksanakan tes
kemampuan awal pada hari Kamis 13 Agustus 2009, Pelaksanaan tindakan
pada siklus I akan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, yakni pada hari
Kamis 20 Agustus 2009, Selasa tanggal 25 Agustus 2009, dan Kamis tanggal
27 Agustus 2009.
Tahap perencanaan tindakan pertama meliputi kegiatan sebagai
berikut:
1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran PKn materi
pokok nilai-nilai pancasila dengan penerapan peta konsep, dengan
skenario pembelajaran sebagai berikut:
a) Pertemuan pertama
(1) Salam pembuka, mengecek kehadiran siswa
(2) Menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik
siswa maupun kelas.
(3) Guru memberikan pengarahan tentang materi pembelajaran yang
akan diterapkan melalui penggunaan peta konsep.
(4) Mengulangi sedikit materi sebelumnya yang masih ada kaitannya
dengan materi yang akan diajarkan dengan cara memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
pertanyaan kepada siswa (tanya jawab) agar guru tahu seberapa
jauh pemahaman siswa.
(5) Guru menerangkan materi pokok nilai-nilai pancasila.
(6) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami
materi yang telah disampaikan dan diberi kesempatan untuk
bertanya mengenai materi yang kurang jelas atau belum paham.
(7) Guru membuat kesimpulan dari materi yang sudah diajarkan
sebelum menutup pelajaran dengan salam penutup.
b) Pertemuan Kedua
(1) Salam pembuka, mengecek kehadiran siswa
(2) Guru melakukan kilas balik terhadap materi yang lalu serta
penjelasan kembali pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan
peta konsep.
(3) Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok berdasarkan tingkat
kemampuan siswa yang diketahui melalui tes kemampuan awal
untuk melaksanakan diskusi kelompok
(4) Guru memberikan soal latihan membuat peta konsep tentang
materi pokok nilai-nilai pancasila. Siswa mengerjakan melalui
diskusi dengan anggota kelompoknya agar terjadi interaksi dalam
kelompok tersebut.
(5) Siswa mencermati tugas yang diberikan guru dan dapat bertanya
apabila mengalami kesulitan yang dihadapinya dalam mengerjakan
tugas tersebut.
(6) Selesai mengerjakan tugas diskusi, perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan ditanggapi
oleh kelompok lain.
(7) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok
di akhir pembelajaran.
c) Pertemuan Ketiga
(1) Salam pembuka, mengecek kehadiran siswa.
(2) Siswa mempersiapkan diri untuk mengerjakan evaluasi akhir atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
materi yang telah dibahas.
(3) Guru membagikan soal untuk evaluasi akhir berupa soal pilihan
ganda serta meminta agar siswa dalam mengerjakan tidak saling
bekerja sama.
(4) Guru mengawasi dengan baik agar hasil dari evaluasi dapat
mencerminkan kemampuan mereka dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengerjakan dengan tertib dan tenang.
(5) Guru meminta lembar jawab soal
(6) Guru membuat kesimpulan dari soal yang sudah diberikan sebelum
jam pelajaran berakhir agar siswa mengetahui letak kesalahannya.
2) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), untuk materi
pokok nilai-nilai pancasila dengan penerapan peta konsep.
3) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan non
tes. Instrumen tes dari hasil pekerjaan siswa (evaluasi akhir siklus),
sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang
dilakukan oleh observer dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa
selama proses belajar mengajar berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Pelaksanaan tindakan pertama dilaksanakan selama 3 kali pertemuan,
yakni pada hari Kamis 20 Agustus 2009, Selasa tanggal 25 Agustus 2009, dan
Kamis tanggal 27 Agustus 2009 di ruang kelas VIII B. Pertemuan
dilaksanakan selama 3 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan
RPP.
Materi pada pelaksanaan tindakan pertama ini adalah materi pokok
nilai-nilai pancasila. Pada pertemuan pertama guru memberikan materi
tentang nilai-nilai pancasila menggunakan metode ceramah berbantuan peta
konsep. Pertemuan ke dua guru membagi siswa menjadi 6 kelompok untuk
melaksanakan diskusi secara kelompok dan Pertemuan ketiga dilaksanakan
dengan mengadakan post tes individual untuk mengetahui pencapaian belajar
siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pertemuan Pertama (Kamis, 20 Agustus 2009)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan salam, kemudian melakukan
presensi siswa yang mengikuti pelajaran.
b) Guru menerangkan mengenai peta konsep yang akan diterapkan.
c) Guru menerangkan materi tentang nilai-nilai pancasila.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami materi
yang telah disampaikan dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.
e) 17 siswa bertanya tentang materi yang belum dipahami dan sebagian
siswa membantu untuk menjawab pertanyaan tersebut.
f) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pelajaran dan
mengakhiri pelajaran dengan salam.
2) Pertemuan ke dua (Selasa, 25 Agustus 2009)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan salam, kemudian melakukan
presensi siswa yang mengikuti pelajaran, semua siswa masuk.
b) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok yang masing-masing
beranggotakan 5/6 siswa yang mempunyai kemampuan akademik yang
berbeda. Kemampuan akademik siswa didasarkan atas nilai tes
kemampuan awal.
c) Guru memberikan soal latihan membuat peta konsep tentang materi
nilai-nilai pancasila.
d) Siswa mengerjakan tugas melalui diskusi dengan kelompoknya.
e) Selesai mengerjakan, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas dan kelompok lain menanggapi.
f) Guru membuat kesimpulan tentang hasil diskusi kelompok, dan
mengakhiri pelajaran dengan salam.
3) Pertemuan Ketiga (Kamis, 27 Agustus 2009)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan melakukan presensi
siswa, Semua siswa masuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
b) Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk mempersiapkan diri
menjawab pertanyaan post tes berupa soal pilihan ganda untuk materi
yang sudah didiskusikan pada pertemuan sebelumnya.
c) Guru memberikan evaluasi/ulangan mengenai materi pokok nilai-nilai
pancasila dengan soal tes siklus I.
d) Siswa mengerjakan soal post tes sedangkan guru bersama peneliti
mengawasi dengan baik agar hasil kuis benar-benar mencerminkan
kemampuan mereka.
e) Kegiatan evaluasi berlangsung dengan baik. Hasil evaluasi
dikumpulkan pada saat itu juga.
c. Observasi dan Interpretasi Tindakan I
Peneliti sebagai pengajar mengamati proses pembelajaran PKn dibantu
oleh Guru mata Pelajaran PKn dan dua orang rekan (Oktantianti Diah P. dan
Desi Wulandari). Pembelajaran dilaksanakan di kelas VIII B. Peneliti
mengambil posisi di depan kelas yaitu dibangku meja guru, sedangkan guru
kelas dan pengamat berada di bangku meja belakang dengan harapan agar
peneliti dapat secara jelas melihat (mengamati) proses belajar mengajar PKn
pada hari itu. Pada pertemuan pertama yaitu hari Kamis, 20 Agustus 2009,
guru menyampaikan materi pokok nilai-nilai pancasila tentang pengertian
pancasila dan sejarah perumusan pancasila. Sedangkan pada pertemuan kedua
hari Selasa, 25 Agustus 2009, diadakan diskusi kelompok dilanjutkan dengan
presentasi kelas dan tanya jawab, Pertemuan yang ketiga hari Kamis, 27
Agustus 2009 digunakan guru dan peneliti untuk melakukan evaluasi akhir
dari siklus pertama agar hasil belajar dari siklus pertama dapat segera
diketahui. Dari kegiatan tersebut, deskripsi tentang jalannya proses
pembelajaran PKn materi pokok nilai-nilai pancasila dengan penerapan peta
konsep sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan tindakan pertama.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus
pertama, peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
1) Beberapa kelemahan guru dalam siklus pertama ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
a) Guru kurang memberikan penjelasan tentang metode yang digunakan
sehingga ada murid yang masih belum paham benar.
b) Guru cenderung melemparkan pertanyaan kepada anggota kelompok
dianggap paling pintar dalam kelompoknya.
c) Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat sehingga sulit untuk
diikuti. Waktu yang disediakan guru untuk tanya jawab juga sangat
terbatas, hanya 10 menit sehingga siswa merasa tidak ada kesempatan
siswa untuk mengungkapkan kegalauan mengenai materi kepada guru,
karena mereka merasa guru kurang antusias dalam membuka sesi
tanya jawab.
d) Guru juga belum dapat memahami kondisi konsentrasi siswa pada saat
itu sehingga masih banyak siswa yang kurang paham terhadap materi,
mereka hanya mengetahui tanpa memahami.
2) Adapun dari segi siswa ditemukan beberapa kekurangan, yaitu sebagai
berikut:
a) Masih ada siswa yang acuh terhadap pelajaran dan metode yang
diterapkan oleh guru.
b) Masih ada siswa yang mengeluh masalah pembagian kelompok
c) Sulitnya berinteraksi antara anggota kelompok karena perbedaan
dalam kemampuan akademisnya.
d) Siswa yang tidak memperhatikan cenderung malah mengganggu
teman-temannya.
e) Kurangnya rasa tanggung jawab anggota kelompok sehingga dalam
diskusi juga cenderung tidak mau tahu.
3. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I dan Temuan Penelitian
a. Hasil Observasi siswa
Skor keaktifan siswa pada siklus I, saat pembelajaran PKn berlangsung,
diperoleh dari pengamatan peneliti dengan instrumen lembar observasi
keaktifan siswa (Adapun hasil skor keaktifan dapat dilihat di lampiran 20).
Pencapaian keaktifan siswa dihitung dari jumlah siswa yang dikategorikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
7
10
14
0
5
10
15
sangat baik baik kurang
Diagram Keaktifan Siswa
sangat baik dan baik pada aspek keaktifan siswa yaitu 17 siswa atau 54,84%
dari 31 siswa. Hasil skor keaktifan siswa dengan penerapan peta konsep pada
siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Data Keaktifan Siswa Kelas VIII B siklus I
No Kategori Jumlah Siswa
Presentase
1 Sangat Baik 7 22,58% 2 Baik 10 32,26% 3 Kurang Baik 14 45,16% Jumlah 31 100%
Sumber: Data Primer Hasil Observasi pada Siklus I
Hasil keaktifan siswa dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Gambar 6. Diagram keaktifan siswa Siklus I
b. Hasil Observasi Kinerja Guru
Pada siklus I, guru dalam membuka pelajaran, melakukan apersepsi,
motivasi, menguraikan tujuan pelajaran masuk dalam kategori baik.
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok. Nanum, saat
memberikan petunjuk dan arahan materi kepada siswa, mengawasi, dan
menanggapi pertanyaan dari siswa masih kurang,. Saat memberikan
klarifikasi pada pembahasan, memberikan kesimpulan, dan menutup
pelajaran sudah termasuk baik (Adapun hasil kinerja guru pada siklus I dapat
dilihat pada lampiran 21).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
c. Hasil Tes
Melalui pre tes diketahui kemampuan awal siswa pada materi pokok
nilai-nilai pancasila. Hasil pre tes sebagai tes kemampuan awal siswa
diperoleh rata-rata kelas 57,42 dengan nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 75.
Siswa yang mencapai batas tuntas sebanyak 16 orang (51,6% dari 31 siswa).
Sedangkan pada siklus I diperoleh rata-rata kelas sebesar 64,83 dengan nilai
terendahnya 50 dan nilai tertingginya adalah 85. Siswa yang sudah mencapai
batas tuntas sebanyak 19 orang (61,3% dari 31 siswa). Hasil tes siklus I ini
menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik dengan rata-rata kelas dari
57,42 menjadi 64,83 dan ketercapaian ketuntasan kelas dari 51,6% menjadi
61,3%. (Adapun hasil pre tes dapat dilihat pada lampiran 22, dan hasil tes
siklus I dapat dilihat pada lampiran 23). Hasil pre tes siswa tersebut, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Hasil Pre Tes Siswa Kelas VIII B
No Ketuntasan Hasil Belajar
Kriteria Jumlah siswa Persentase
1 Tuntas 16 51,6%
2 Tidak Tuntas 15 48,4%
Jumlah 31 100%
Sumber: Data Primer Kemampuan Awal Sebelum Tindakan
Ketuntasan hasil belajar untuk kemampuan awal siswa yang diperoleh
dari pre tes sebelum tindakan, dapat dilihat pada diagram berikut ini:
16
15
14.4
14.6
14.8
15
15.2
15.4
15.6
15.8
16
tuntas t idak tuntas
Diagram Ketuntasan Belajar Tes Awal
Gambar 7. Diagram Hasil Pre Tes ( Tes Kemampuan Awal )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Ketuntasan belajar siswa pada siklus I, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B pada Siklus I
No Ketuntasan Hasil Belajar
Kriteria Jumlah siswa Persentase
1 Tuntas 19 61,3%
2 Tidak Tuntas 12 38,7%
Jumlah 31 100%
Sumber: Data Primer Hasil Tes Siklus I
Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada diagram berikut ini:
19
12
0
5
10
15
20
tuntas tidak tuntas
Diagram Ketuntasan Belajar Siklus 1
Gambar 8. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
d. Hasil Angket Balikan Siswa
Hasil angket tanggapan siswa mengenai penerapan peta konsep pada
siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 10. Hasil angket tanggapan balikan siswa pada siklus I
No Pernyataan SS S R TS STS
1. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn lebih menarik dan tidak membosankan. 19 7 5 - -
2. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan.
20 8 3 - -
3. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn mendorong saya untuk lebih giat belajar PKn dan meningkatkan prestasi
19 7 5 - -
4. Belajar dengan dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn mendorong saya untuk menjawab soal yang diberikan guru.
10 18 3 - -
5. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn membuat saya malas bekerjasama bersama teman dalam menyelesaikan tugas kelompok. - - 6 18 7
6. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn mendorong saya menanyakan hal-hal yang masih kurang jelas kepada guru.
10 16 4 1 -
7. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn mendorong saya untuk memahami materi pelajaran PKn. 20 7 4 - -
8. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn membuat saya mengantuk di kelas. - - 6 17 8
9. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn mendorong saya untuk mendapatkan hasil yang maksimal
17 8 6 - -
10. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn membuat saya lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
18 10 3 - -
11. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn sangat baik dan cocok digunakan pada mata pelajaran PKn.
15 13 2 1 -
12. Belajar dengan peta konsep membuat saya malas mengikuti pelajaran PKn - - 6 15 10
Sumber: Data Primer Hasil Rekap Angket Balikan Siswa Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
e. Hasil Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan tes diatas, maka dapat ditarik hasil
refleksi sebagai berikut:
1) Hasil Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan proses pembelajaran,
menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran PKn berlangsung
dengan penerapan peta konsep pada siklus I secara keseluruhan belum
mampu meningkatkan prestasi siswa dalam proses pembelajaran dengan
suasana yang menyenangkan. Baru sebagian saja yang memperlihatkan
semangatnya selama proses pembelajaran untuk memperoleh prestasi yang
baik.
2) Hasil Tes
Hasil tes siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelasnya yaitu 64,83.
Siswa yang sudah mencapai standar nilai 60 ke atas sebanyak 19 siswa
(61,3% dari 31 siswa) dan siswa tersebut dapat dinyatakan sudah
mencapai ketuntasan hasil belajar. Siswa yang sudah tuntas belajar pada
siklus I ini sudah mengalami peningkatan sebesar 9,7 % dimana pada tes
kemampuan awal baru mencapai 51,6% dan pada siklus I menjadi 61,3%.
Namun angka tersebut belum menunjukkan adanya ketercapaian target 70
%.
3) Hasil angket tanggapan balikan siswa pada siklus I pada pernyataan point
a sebanyak 19 siswa menyatakan bahwa penerapan peta konsep pada mata
pelajaran PKn lebih menarik. Sedangkan pernyataan point c, 19 siswa
menyatakan penerapan peta konsep mendorong mereka untuk kiat
meningkatkan prestasi.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan
pada siklus I belum sepenuhnya berhasil karena masih ada kelemahan-
kelemahan baik dari pihak guru maupun siswa sehingga perlu dilaksanakan
tindakan siklus II yang lebih difokuskan pada kendala-kendala yang muncul
pada siklus I yaitu dengan memperbaiki cara mengajar guru dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
menerapkan peta konsep dan lebih memperhatikan kondisi siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
Berikut ini persepsi guru dan siswa atas pembelajaran PKn
menggunakan peta konsep pada siklus I dengan materi pokok nilai-nilai
pancasila.
1) Persepsi Guru
Guru merasa bahwa pelaksanaan pembelajaran PKn dengan penerapan
peta konsep pada siklus I masih kurang maksimal, baik siswa maupun
guru belum terbiasa dengan metode yang diterapkan sehingga perlu
adanya penyesuaian. Guru masih berusaha memahami kondisi konsentrasi
siswa saat awal penerapan metode tersebut. Keaktifan dan antusiasme
siswa masih harus dibangun lagi dan guru akan berusaha semaksimal
mungkin untuk menciptakan suasana yang kondusif saat pembelajaran
PKn berlangsung. Secara umumnya, guru merasa bahwa pembelajaran
PKn dengan menerapkan peta konsep pada siklus I ini masih perlu
ditingkatkan lagi karena aspek-aspek kualitas pembelajaran belum
memenuhi target secara keseluruhan meskipun sudah menunjukkan
peningkatan yang cukup baik.
2) Persepsi Siswa
Persepsi siswa dapat diketahui melalui angket tanggapan siswa terhadap
penerapan peta konsep. Berdasarkan hasil angket, menunjukkan bahwa
siswa memberikan tanggapan positif terhadap metode yang digunakan
guru yang diterapkan pada pembelajaran PKn. Menurut mereka dengan
menggunakan peta konsep dapat memperjelas materi yang disampaikan
sehingga prestasi belajar mereka juga mengalami peningkatan.
f. Temuan Penelitian untuk Perbaikan Siklus II
Hasil observasi dan refleksi pada siklus I telah menunjukkan bagaimana
tingkat keberhasilan metode yang digunakan guru dalam peningkatan prestasi
belajar PKn. Hasil pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
peningkatan prestasi belajar PKn meskipun belum memenuhi target yang
ditentukan.
Siswa sendiri merasa belum terbiasa dengan peta konsep yang
diterapkan guru meskipun mereka juga merasa kalau belajar dengan peta
konsep lebih menyenangkan dibandingkan dengan metode ceramah.
Selanjutnya, guru dengan berbagai strateginya berusaha untuk memberikan
perhatian lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru juga harus
menegaskan kembali bahwa tugas kelompok harus dilakukan secara bersama-
sama. Disamping itu juga mendorong siswa yang masih enggan dan malu
dalam mengajukan maupun menjawab pertanyaan serta masih kurang
berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan diskusi.
4) Penelitian Siklus II
Penerapan peta konsep berdasarkan refleksi pada Siklus I menunjukkan
bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan, yaitu masih terdapat siswa yang
kurang aktif dan hasil atau prestasi belajarnya kurang maksimal. Langkah-langkah
penerapan peta konsep pada pembelajaran kewarganegaraan materi pokok nilai-
nilai pancasila pada Siklus II adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka dilakukan perencanaan
untuk pelaksanaan tindakan pada siklus II. Pada siklus II ini materi yang
diberikan adalah indikator yang belum mencapai ketuntasan pada siklus I.
Peneliti membuat RPP untuk siklus II dengan materi yang sama tetapi pada
sub pokok bahasan yang berbeda dari siklus I.
Tindakan pada siklus II pada umumnya sama dengan tindakan pada
siklus I, tetapi lebih difokuskan untuk penyempurnaan dan perbaikan terhadap
kendala-kendala yang muncul pada siklus I. Adapun tindakan yang dimaksud
adalah sebagai berikut, pertama, pada siklus I siswa belum terbiasa mengikuti
pembelajaran dengan peta konsep selanjutnya guru memberikan arahan
kembali kepada siswa bagaimana seharusnya mereka dalam mengikuti
pembelajaran. Kedua, dengan berbagai strategi guru berusaha membangkitkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
kesadaran dan memotivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan
dalam hal ini guru memberikan perhatian lebih kepada siswa yang mengalami
kesulitan. Ketiga, guru menegaskan kembali bahwa tugas kelompok harus
dilakukan secara bersama-sama. Keempat, mendorong siswa yang masih
enggan dan malu dalam mengajukan maupun menjawab pertanyaan serta
masih kurang berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan diskusi
Tahap perencanaan tindakan kedua meliputi kegiatan sebagai
berikut:
1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran PKn materi
pokok nilai-nilai pancasila menggunakan peta konsep, dengan skenario
pembelajaran sebagai berikut:
a) Pertemuan pertama
(1) Salam pembuka, mengecek kehadiran siswa.
(2) Menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk lebih
membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik
siswa maupun kelas.
(3) Guru memberikan pengarahan kembali secara detail tentang
materi pembelajaran yang akan diterapkan menggunakan peta
konsep.
(4) Mengulangi sedikit materi sebelumnya yang masih ada
kaitannya dengan materi yang akan diajarkan dengan cara
memberikan pertanyaan kepada siswa (tanya jawab) agar guru
tahu seberapa jauh pemahaman siswa.
(5) Guru menerangkan materi pokok nilai-nilai pancasila tentang
pengertian dan jenis nilai, nilai pancasila sebagai dasar dan
ideologi negara dengan metode ceramah dan peta konsep.
(6) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami
materi yang telah disampaikan dan diberi kesempatan untuk
bertanya mengenai materi yang kurang jelas atau belum paham.
(7) Guru membuat kesimpulan dari materi yang sudah diajarkan
sebelum menutup pelajaran dengan salam penutup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
b) Pertemuan Kedua
(1) Salam pembuka, mengecek kehadiran siswa
(2) Guru melakukan kilas balik terhadap materi yang lalu.
(3) Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok berdasarkan tingkat
kemampuan siswa yang diketahui melalui tes siklus I untuk
melaksanakan diskusi kelompok membuat peta konsep materi
pokok nilai-nilai pancasila tentang nilai pancasila sebagai
ideologi terbuka dan sebagai paradigma pembangunan.
(4) Guru menegaskan kembali bahwa tugas kelompok harus
dilakukan secara bersama-sama
(5) Guru memberikan soal materi pokok nilai-nilai pancasila. Siswa
mengerjakan melalui diskusi membuat peta konsep dengan
anggota kelompoknya agar terjadi interaksi dalam kelompok
tersebut.
(6) Guru berusaha membangkitkan kesadaran dan memotivasi siswa
untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan dalam hal ini guru
memberikan perhatian lebih kepada siswa yang mengalami
kesulitan
(7) Selesai mengerjakan tugas diskusi membuat peta konsep,
perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain.
(8) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok
di akhir pembelajaran.
c) Pertemuan Ketiga
(1) Salam pembuka, mengecek kehadiran siswa.
(2) Siswa mempersiapkan diri untuk mengerjakan evaluasi akhir atas
materi yang telah dibahas.
(3) Guru membagikan soal untuk evaluasi akhir berupa soal pilihan
ganda serta meminta agar siswa dalam mengerjakan tidak saling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
bekerja sama.
(4) Guru mengawasi dengan baik agar hasil dari evaluasi dapat
mencerminkan kemampuan mereka dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengerjakan dengan tertib dan tenang.
(5) Guru meminta lembar jawab soal.
(6) Guru membuat kesimpulan dari soal yang sudah diberikan
sebelum jam pelajaran berakhir agar siswa mengetahui letak
kesalahannya.
2) Peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan materi yang sama pada siklus I hanya saja berbeda pada sub pokok
bahasanya dengan penerapan peta konsep.
3) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan non
tes. Instrumen tes dari hasil tes siswa, instrumen nontes berdasarkan
pedoman observasi yang dilakukan oleh observer dengan mengamati
keaktifan dan sikap siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II merupakan kelanjutan dari
siklus I dilaksanakan dalam 3 x 45 menit terdiri dari 3 kali pertemuan, yaitu
pertama hari Selasa tanggal 8 September 2009, Kamis tanggal 10 September
2009 dan Selasa tanggal 15 September 2009. Materi pada pelaksanaan
tindakan kedua ini sama dengan tindakan pertama yakni materi pokok nilai-
nilai pancasila hanya pada sub bahasan yang berbeda.
Pada pertemuan pertama guru memberikan materi pokok nilai-nilai
pancasila pada sub pokok bahasan pengertian dan jenis nilai, nilai pancasila
sebagai dasar dan ideologi negara dengan penekanan kepada indikator
keberhasilan yang belum mencapai ketuntasan dan kepada siswa-siswa yang
mengalami kesulitan belajar menggunakan metode ceramah. Pertemuan ke dua
guru membagi siswa menjadi 6 kelompok berdasarkan tingkat kemampuan
siswa yang diperoleh dari nilai tes siklus I untuk melaksanakan diskusi
membuat peta konsep tentang nilai-nilai pancasila sebagai ideologi terbuka
dan sebagai paradigma pembangunan, sedangkan pertemuan ketiga guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
mengadakan tes siklus II untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pertemuan Pertama (Selasa, 8 September 2009)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan salam, kemudian melakukan
presensi siswa yang mengikuti pelajaran, semua siswa masuk.
b) Guru menerangkan kembali secara jelas dan terinci mengenai
penerapan peta konsep yang digunakan guru agar siswa lebih paham.
c) Guru mengulangi materi yang sebelumnya.
d) Guru memotivasi siswa sebelum memulai pelajaran dengan memberi
pertanyaan tentang nilai-nilai pancasila.
e) Guru menerangkan materi tentang pengertian dan jenis nilai, nilai
pancasila sebagai dasar dan ideologi negara menggunakan peta konsep
dan metode ceramah.
f) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami materi
yang telah disampaikan dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.
g) 26 orang siswa bertanya tentang materi yang belum dipahami dan
beberapa siswa membantu untuk menjawab pertanyaan tersebut.
h) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
2) Pertemuan ke dua (Kamis, 10 September 2009)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan salam, kemudian melakukan
presensi siswa yang mengikuti pelajaran, semua siswa masuk.
b) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok yang masing-masing
beranggotakan 5-6 siswa yang mempunyai kemampuan akademik yang
berbeda berdasarkan nilai tes siklus I dengan daftar kelompok siklus II
dapat dilihat pada lampiran 20.
c) Guru menegaskan kembali bahwa tugas kelompok harus dilakukan
secara bersama-sama
d) Guru memberikan soal diskusi materi nilai pancasila sebagai ideologi
terbuka dan sebagai paradigma pembangunan. Siswa mengerjakan soal
membuat peta konsep melalui diskusi dengan anggota kelompoknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
agar terjadi interaksi dalam kelompok tersebut.
e) Guru berusaha membangkitkan kesadaran dan memotivasi siswa untuk
belajar dengan sungguh-sungguh dan dalam hal ini guru memberikan
perhatian lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan
f) Siswa mencermati tugas membuat peta konsep yang diberikan guru
dan dapat bertanya apabila mengalami kesulitan yang dihadapinya
dalam mengerjakan tugas tersebut.
g) Selesai mengerjakan tugas diskusi, perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan ditanggapi oleh
kelompok lain.
h) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok di
akhir pembelajaran.
3) Pertemuan Ketiga (Selasa, 15 September 2009)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan melakukan presensi
siswa, semua siswa masuk.
b) Guru memberikan evaluasi/ulangan mengenai materi pokok nilai-nilai
pancasila dengan daftar pertanyaan terlampir .
c) Siswa mengerjakan ulangan secara individu.
d) Kegiatan evaluasi berlangsung dengan baik. Hasil evaluasi
dikumpulkan pada saat itu juga.
c. Observasi Tindakan II
Dalam pembelajaran siklus II, siswa sudah mulai terbiasa dalam
mengikuti pelajaran dengan peta konsep. Hal nyata yang dapat dilihat adalah
sebagai hasil pelaksanaan tindakan siklus II adalah terjadinya peningkatan
prestasi belajar siswa.
Peneliti sebagai pengajar juga mengamati proses pembelajaran PKn
materi pokok nilai-nilai pancasila di kelas VIII B. Pada pertemuan pertama
yaitu hari Selasa, 8 September 2009, peneliti sebagai pengajar menyampaikan
materi tentang pengertian dan jenis nilai, nilai pancasila sebagai dasar dan
ideologi negara menggunakan peta konsep dan metode ceramah secara jelas.
Sedangkan pada pertemuan kedua hari Kamis, 10 September 2009, diadakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
diskusi kelompok dilanjutkan dengan presentasi kelas dan tanya jawab.
Pertemuan yang ketiga hari Selasa, 15 September 2009 digunakan guru dan
peneliti untuk melakukan evaluasi akhir dari siklus kedua agar hasil belajar
dari siklus kedua dapat segera diketahui. Dari kegiatan tersebut, deskripsi
tentang jalannya proses pembelajaran PKn materi pokok nilai-nilai pancasila
sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan tindakan kedua.
Hasil wawancara pada siklus kedua dari semua siswa menunjukkan
adanya peningkatan sikap antusiasisme mereka karena merasa lebih santai,
menikmati dan lebih percaya diri dalam mengikuti pelajaran PKn dari pada
sebelumnya. Hal ini terbukti dengan pernyataan beberapa siswa yang
meskipun nilai mereka kurang bagus, tetapi mereka tetap merasa lebih senang
belajar menggunakan peta konsep. Sebagaimana yang diungkapakan oleh
Fendi Kurniawan bahwa, ”Pembelajaran PKn menggunakan peta konsep
lebih menyenangkan dan tidak membuat saya cepat merasa bosan.” Pendapat
lain diungkapkan oleh Ida Nurmalasari, ”Saya senang dengan pembelajaran
menggunakan peta konsep karena dapat mendorong saya untuk mendapatkan
hasil yang baik.”
d. Refleksi Tindakan II
Dalam pembelajaran siklus II, siswa sudah mulai terbiasa dalam
mengikuti pelajaran dengan penerapan peta konsep. Hal nyata yang dapat
dilihat adalah sebagai hasil pelaksanaan tindakan siklus II adalah terjadinya
peningkatan semua indikator keberhasilan. Bahkan pencapaian dari setiap
indikator telah melebihi batas yang ditentukan. Kelemahan-kelemahan guru
juga sudah dapat diantisipasi dan memperoleh hasil yang maksimal dimana
guru mampu memahami kondisi siswanya pada saat pembelajaran sehingga
mampu membangun motivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran
PKn.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
5) Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II dan Temuan Penelitian
a. Hasil Observasi siswa
Skor keaktifan siswa pada siklus II, saat pembelajaran PKn
berlangsung, diperoleh dari pengamatan peneliti dengan instrumen lembar
observasi keaktifan siswa (Adapun hasil skor keaktifan dapat dilihat di
lampiran 24). Pencapaian keaktifan siswa dihitung dari jumlah siswa yang
dikategorikan sangat baik dan baik pada aspek keaktifan siswa yaitu 26 siswa
atau 83,87% dari 31 siswa. Hasil skor keaktifan siswa dengan penerapan peta
konsep pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Data Keaktifan Siswa Kelas VIII B siklus II
No Kategori Jumlah Siswa
Presentase
1 Sangat Baik 15 48,39% 2 Baik 11 35,48% 3 Kurang Baik 5 16,13% Jumlah 31 100%
Sumber: Data Primer Hasil Observasi pada Siklus II
Hasil keaktifan siswa, dapat dilihat pada siklus II dapat dilihat pada
diagram berikut ini:
15
11
5
0
5
10
15
sangat baik baik kurang baik
Diagram Keaktifan Siswa pada Siklus II
Gambar 9. Diagram Keaktifan Siswa Saat Pembelajaran Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
b. Hasil Observasi Kinerja Guru
Pada siklus II, guru dalam membuka pelajaran, melakukan apersepsi,
motivasi, menguraikan tujuan pelajaran masuk dalam kategori baik.
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok. Saat memberikan
klarifikasi pada pembahasan, memberikan kesimpulan, dan menutup pelajaran
sudah termasuk baik (Adapun hasil kinerja guru pada siklus II dapat dilihat
pada lampiran 25).
c. Hasil Tes
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa pada siklus II diperoleh rata-rata
kelas sebesar 70,48 dengan nilai terendahnya 55 dan nilai tertingginya adalah
90. Siswa yang sudah mencapai batas tuntas 60 ataupun lebih sebanyak 24
orang dari 31 siswa. Hasil tes siklus II ini menunjukkan adanya peningkatan
yang sangat baik dengan rata-rata kelas dari 64,83 menjadi 70,48 dan
ketercapaian ketuntasan kelas dari 61,3 % menjadi 77,4 %. Hasil tes siklus II
dapat dilihat pada lampiran 26. Maka dalam siklus II ini sudah mencapai
target yang diharapkan. Ketuntasan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 12. Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B pada Siklus II
No Ketuntasan hasil belajar
Kriteria Jumlah siswa Persentase 1 Tuntas 24 77,4%
2 Tidak Tuntas 7 22,6%
Jumlah 31 100%
Sumber: Data Primer Hasil Tes Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Gambar 10. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
d. Hasil Angket Balikan Siswa
Hasil angket tanggapan siswa mengenai penerapan peta konsep pada
siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13. Hasil angket tanggapan balikan siswa siklus II
No Pernyataan SS S R TS STS
1. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn lebih menarik dan tidak membosankan.
25 6 - - -
2. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan.
21 10 - - -
3. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn mendorong saya untuk lebih giat belajar PKn dan meningkatkan prestasi
23 8 - - -
4. Belajar dengan dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn mendorong saya untuk menjawab soal yang diberikan guru. 12 15 4 - -
5. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn membuat saya malas bekerjasama bersama teman dalam menyelesaikan tugas kelompok.
- - 3 20 8
6. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn mendorong saya menanyakan hal-hal yang masih kurang jelas kepada guru. 14 12 4 1 -
24
7
0
5
10
15
20
25
Tuntas Tidak Tuntas
Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
7. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn mendorong saya untuk memahami materi pelajaran PKn. 23 6 2 - -
8. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn membuat saya mengantuk di kelas.
- - 6 10 15
9. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn mendorong saya untuk mendapatkan hasil yang maksimal
17 8 6 - -
10. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn membuat saya lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 18 12 1 - -
11. Belajar dengan peta konsep pada mata pelajaran PKn sangat baik dan cocok digunakan pada mata pelajaran PKn.
15 13 2 1 -
12. Belajar dengan peta konsep membuat saya malas mengikuti pelajaran PKn - - 6 5 20
Sumber: Data Primer Hasil Rekap Angket Balikan Siswa Siklus II e. Hasil Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan tes diatas, maka dapat ditarik hasil
refleksi sebagai berikut:
1) Hasil Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar
mengajar PKn, diperoleh gambaran aktivitas siswa selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Semua siswa menunjukkan adanya peningkatan
sikap antusiasisme mereka karena merasa lebih santai, menikmati dan
lebih percaya diri dalam mengikuti pelajaran PKn dari pada sebelumnya.
Hal tersebut ditunjukkan dengan pencapaian setiap indikator kualitas
proses pembelajaran sudah melebihi target yang diharapkan.
2) Hasil Tes
Hasil pekerjaan siswa pada siklus II diperoleh rata-rata kelas sebesar 70,48
dengan nilai terendahnya 55 dan nilai tertingginya adalah 90. Siswa yang
sudah mencapai batas tuntas 60 ataupun lebih sebanyak 24 orang dari 31
siswa. Hasil tes siklus II ini menunjukkan adanya peningkatan yang sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
baik dengan rata-rata kelas dari 64,83 menjadi 70,48 dan ketercapaian
ketuntasan kelas dari 61,3 % menjadi 77,4 %. Maka dalam siklus II ini
sudah mencapai target yang diharapkan.
3) Hasil angket tanggapan balikan siswa pada siklus II pada pernyataan point
a sebanyak 25 siswa menyatakan bahwa penerapan peta konsep pada mata
pelajaran PKn lebih menarik. Sedangkan pernyataan point c, 23 siswa
menyatakan penerapan peta konsep mendorong mereka untuk kiat
meningkatkan prestasi.
Berikut ini persepsi guru dan siswa atas pembelajaran PKn menggunakan
peta konsep pada siklus II dengan materi pokok nilai-nilai pancasila.
1) Persepsi Guru
Pelaksanaan pembelajaran PKn dengan penerapan peta konsep pada
siklus II oleh guru dirasa sudah mengalami peningkatan yang bagus. Baik
siswa maupun guru yang semula pada siklus I masih dalam penyesuaian
terhadap metode yang diterapkan, pada siklus II sudah berjalan dengan
baik dan lancar. Guru sudah bisa memahami kondisi konsentrasi siswa saat
pembelajaran PKn berlangsung. Keaktifan dan antusiasme siswa sudah
mengalami peningkatan karena pengajar mampu menciptakan suasana
yang kondusif saat pembelajaran PKn berlangsung.
Secara keseluruhan, pelaksanaan pembelajaran PKn dengan penerapan peta
konsep pada siklus II ini sudah memenuhi target yang diharapkan bahkan
sudah melebihi target pada setiap aspeknya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa dalam siklus II ini pelaksanaan pembelajaran PKn dengan
penerapan peta konsep telah berhasil meningkatkan prestasi belajar PKn.
2) Persepsi Siswa
Sesuai dengan angket tanggapan balikan terhadap penerapan peta konsep
yang diisi oleh siswa setelah pelaksanaan siklus II, menunjukkan bahwa
siswa memberikan tanggapan positif terhadap peta konsep yang diterapkan
pada pembelajaran PKn. Siswa merasa bahwa peta konsep mampu
membangun dan meningkatkan prestasi belajar mereka untuk belajar PKn.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
f. Temuan Penelitian Siklus II
Dalam pembelajaran siklus II, siswa sudah mulai terbiasa dalam
mengikuti pembelajaran dengan peta konsep. Hal nyata yang dapat dilihat
sebagai hasil pelaksanaan tindakan siklus II adalah terjadinya peningkatan
semua indikator keberhasilan. Bahkan pencapaian dari setiap indikator telah
melebihi target atau batas yang ditentukan. Siswa sudah bersemangat dan
menunjukkan keaktifannya selama proses pembelajaran PKn berlangsung.
Nilai siswa pun meningkat, nilai rata-rata kelas yang awalnya hanya
memperoleh 57,42 pada siklus I naik melebihi target 60 menjadi 64,83 dan
pada siklus II meningkat lagi menjadi 70,48. Jadi penerapan peta konsep pada
pembelajaran PKn siswa kelas VIII SMP Pancasila IX Batuwarno berhasil
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dari uraian di atas, maka dapat dibuat tabel perbandingan hasil tindakan
siklus I dan siklus II.
Tabel 14. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B
No
Ketuntasan Hasil Belajar
Kriteria Kemampuan Awal Siklus I Siklus
II
1 Tuntas 16 19 24
2 Tidak Tuntas 15 12 7
Jumlah Siswa 31 31 31
Sumber: Data Primer Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Berdasarkan tabel diatas, maka perbandingan ketuntasan belajar siswa
dapat diperjelas melalui diagram berikut ini :
16
19
24
15
12
7
0
5
10
15
20
25
Tuntas Tidak Tuntas
Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar
Kemampuan Awal
Siklus I
Siklus II
Gambar 11. Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan
Siklus II
Grafik tersebut menunjukan bahwa setelah adanya penerapan peta konsep
pada materi pokok nilai-nilai pancasila mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan, berdampak terhadap prestasi belajar PKn. Sedangkan indikator
kinerja untuk keaktifan siswa saat proses pembelajaran berlangsung pada siklus II,
sudah memenuhi target. Perbandingan tindakan siklus I dan siklus II mengenai
keaktifan siswa saat proses belajar mengajar, dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 15. Perbandingan Tingkat Keaktifan Siswa VIII B
No Kategori Jumlah Siswa
Siklus I Presentase Siklus II Presentase
1 Sangat Baik 7 29,03% 15 48,39%
2 Baik 10 41,94% 11 35,48%
3 Kurang Baik 14 29,03% 5 16,13%
Jumlah 31 100% 31 100%
Sumber: Data Primer Hasil Keaktifan Siklus I dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Peningkatan keaktifan saat pembelajaran PKn dapat dilihat pada diagram
berikut ini :
7
10
1415
11
5
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Siklus I Siklus II
Diagram Perbandingan Keaktifan Siswa
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
Gambar 12. Diagram Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II
C. Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Penerapan Peta Konsep
pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
1. Perencanaan yang Dilakukan Guru untuk Mempersiapkan Penerapan
Peta Konsep
Setelah mengadakan wawancara terhadap guru kelas dan mengadakan
observasi awal untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada, peneliti harus
menentukan upaya yang dapat ditempuh dalam menghadapi masalah tersebut.
Peneliti harus mengambil tindakan yang tepat. Sebelum melaksanakan penelitian
tindakan kelas dalam upaya meningkatkan prestasi belajar PKn dengan penerapan
peta konsep, peneliti sebagai pengajar harus mempersiapkan berbagai hal yang
diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran PKn menggunakan peta konsep.
Berikut perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
a. Menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh yang berupa siklus
tindakan kelas, dimana pembelajaran direncanakan melalui penerapan peta
konsep yang disusun dalam RPP.
b. Menyususn beberapa instrumen penelitian yang akan digunakan dalam
tindakan dengan menggunakan peta konsep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
c. Menetapkan teknik pemantauan pada setiap tahapan penelitian dengan
menggunakan alat format observasi.
d. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati proses belajar mengajar.
e. Menyiapkan lembar kerja siswa yang digunakan dalam diskusi kelompok.
f. Menyiapkan lembar evaluasi kegiatan siswa sebagai alat evaluasi akhir
kegiatan yang diisi oleh siswa.
2. Implikasi Penerapan Peta Konsep terhadap Peningkatan Prestasi
Belajar PKn Materi pokok Nilai-Nilai Pancasila
Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa
terjadi peningkatan prestasi belajar PKn, khususnya pada materi pokok nilai-nilai
pancasila, melalui penerapan peta konsep dari siklus I ke siklus II.
Melalui hasil pre tes sebagai tes kemampuan awal. Siswa yang mencapai
batas tuntas sebanyak 16 orang (51,6% dari 31 siswa), dengan peroleh rata-rata
kelas 57,42. Sedangkan hasil post tes pada siklus I, yang mencapai batas tuntas
sebanyak 19 siswa dengan presentase sebesar 61,3% dan nilai rata-rata kelas yang
dicapai sebesar 64,83. Sedangkan untuk siklus II, ketuntasan hasil belajar yang
tercapai sebanyak 27 siswa dengan presentase sebesar 77,4% dan nilai rata-rata
kelas yang dicapai sebesar 70,48.
Hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar PKn pada siklus I
dan siklus II, menunjukkan peningkatan. segi keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran menunjukkan peningkatan dari 70,97% atau 22 siswa pada siklus I,
menjadi 83,87% atau 26 siswa pada siklus II. Dampak positif tersebut antara lain
siswa menjadi lebih aktif saat apersepsi, mengerjakan tugas kelompok, serta
berani untuk bertanya dan mengemukakan pendapat, saat proses pembelajaran
berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
3. Hambatan atau Kendala yang dihadapi Guru dalam
Penerapan Peta Konsep
Pelaksanaan pembelajaran PKn dengan penerapan peta konsep mengalami
berbagai hambatan yang harus dapat diselesaikan oleh guru dan peneliti. Berikut
berbagai hambatan atau kendala yang dialami oleh guru dan peneliti dalam
penerapan peta konsep pada pembelajaran PKn.
a. Siswa masih belum terbiasa dengan metode yang diterapkan oleh guru
sehingga pada saat pembelajaran berlangsung siswa tidak dapat berkonsentrasi
penuh
b. Masih ada siswa yang merasa tidak nyaman berada dalam kelompok
belajarnya karena tidak bersama dengan anggota kelompok bermainnya
c. Kurangnya rasa tanggung jawab anggota kelompok sehingga dalam diskusi
juga cenderung tidak mau tahu.
d. Masih ada siswa yang hasil belajarnya belum mencapai batas tuntas yang
ditetapkan oleh guru
e. Pada siklus I guru kurang memberikan penjelasan tentang metode yang
digunakan sehingga ada murid yang masih belum paham benar.
f. Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat sehingga sulit untuk diikuti.
Waktu yang disediakan guru untuk tanya jawab juga sangat terbatas, hanya 10
menit sehingga siswa merasa tidak ada kesempatan siswa untuk
mengungkapkan kegalauan mengenai materi kepada guru, karena mereka
merasa guru kurang antusias dalam membuka sesi tanya jawab.
g. Guru juga belum dapat memahami kondisi konsentrasi siswa pada saat itu
sehingga masih banyak siswa yang kurang paham terhadap materi, mereka
hanya mengetahui tanpa memahami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
4. Upaya untuk Mengatasi Hambatan atau Kendala yang Dihadapi Guru
dalam Penerapan Peta Konsep
Hambatan atau kendala yang timbul dalam penerapan peta konsep untuk
meningkatkan prestasi belajar pada pembelajaran PKn perlu diberi penanganan
lebih lanjut agar tujuan dari diadakan penelitian tindakan ini tercapai. Berikut
upaya yang dilakukan guru dan peneliti dalam mengatasi hambatan atau kendala
yang timbul selama pembelajaran PKn dengan penerapan peta konsep.
a. Guru menjelaskan lebih terinci lagi tahapan-tahapan dalam pelaksanaan
penerapan peta konsep agar siswa tidak kebingungan dalam pembelajaran dan
dapat lebih berkonsentrasi pada proses pembelajaran.
b. Guru memberikan kesempatan kepada murid yang kurang pintar untuk
menjawab pertanyaan serta membuat pertanyaan.
c. Menumbuhkan rasa tanggungjawab siswa pada tugas kelompoknya dan
keseriusan dalam mengikuti diskusi dengan memberikan hadiah bagi
kelompok yang paling kompak dan pandai sehingga siswa lebih antusias dan
bersemangat dalam pembelajaran di kelas
d. Guru menambah waktu untuk tanya jawab, sehingga kesempatan untuk
mengungkapkan kegalauan mengenai materi kepada guru lebih luas.
e. Guru lebih teliti dalam mengorganisir kegiatan anggota kelompok (memantau
setiap kelompok pada waktu mengerjakan tugas).
f. Guru berusaha untuk lebih dapat memahami kondisi konsentrasi siswa pada
saat pembelajaran berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengembangan dan pembelajaran dengan Penerapan Peta
Konsep oleh peneliti pada siswa kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno tahun
pelajaran 2009/2010 dapat disimpulkan sebagai berikut :
Penerapan Peta Konsep pada materi pokok nilai-nilai Pancasila dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno
tahun pelajaran 2009/2010
B. Implikasi
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas dapat dikemukakan
bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar Pkn siswa sangat terkait dengan
pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini peta konsep dapat
digunakan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran PKn Untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Saran
Dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara optimal maka perlu adanya partisipasi dan aktifitas siswa dalam belajar
serta ketrampilan seorang guru dalam memilih dan menggunakan pendekatan dan
metode mengajar secara tepat dan sesuai dengan kondisi lapangan. Berdasarkan
hasil penelitian, maka peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Guru
a. Diharapkan kepada Guru SMP Pancasila IX Batuwarno untuk selalu
meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan dan
menyampaikan materi serta mengelola kelas sehingga kualitas
pembelajaran dapat terus meningkat.
b. Kerjasama guru dan siswa selama proses pembelajaran harus diperhatikan
sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kodusif dan siswa dapat
lebih mudah memahami materi pembelajaran.
98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
2. Siswa
a. Hendaknya siswa dapat memberikan respon yang baik terhadap guru
dalam penerapan peta konsep supaya prestasi belajar siswa meningkat.
b. Hendaknya siswa berperan aktif selama proses pembelajaran.
c. Diharapkan untuk dapat mengikuti perkembangan lingkungan dan
bersikap terbuka terhadap perubahan yang ada disekitarnya.
3. Peneliti
a. Diharapkan kepada para peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai
penerapan Peta Konsep dengan tempat dan subyek yang berbeda.
b. Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis terlebih
dahulu menganalisis kembali metode yang telah dirancang oleh peneliti
untuk disesuaikan dengan penerapannya, terutama dalam hal alokasi
waktu, fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran dan karakteristik
siswa yang ada pada sekolah tempat penelitian tersebut dilakukan.