faktor kemandirian belajar siswa sekolah dasar …€¦ · kemandirian belajar siswa dalam memahami...
TRANSCRIPT
FAKTOR KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
DALAM MEMAHAMI PENGGUNAAN TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)
(STUDI KASUS : SDN Rejosari 01 Kab.Semarang & SDN Noborejo
02 Kota Salatiga)
Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Oleh :
Amelia Dwi Puspita Sari
NIM : 702012034
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen SatyaWacana
Salatiga
September 2016
ii
iii
iv
v
vi
1
FAKTOR KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SEKOLAH
DASAR DALAM MEMAHAMI PENGGUNAAN TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)
(STUDI KASUS : SDN Rejosari 01 Kab.Semarang & SDN
Noborejo 02 Kota Salatiga)
1) Amelia Dwi Puspita Sari, 2) Dr. Dharmaputra Taludangga Palekahelu, M.Pd
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1)[email protected], 2) [email protected]
Abstract
The development of ICT has provided a significant impact to all aspects of human life
both in rural and urban societies. The children can understand the ICT by themselves
outside of the school without ICT lesson on school. The purpose of this study was to
determine the factors that affect the ability of student in independent ICT development. The
method used in this research is descriptive and data collection was done by interview and
questionnaire in SDN Noborejo 02 Salatiga and SDN Rejosari 01 Semarang District with
the selection of simple random sampling. The results showed that the self-learning ability
in ICT use influenced by internal and external factors. Both of these factors related to ICT
diverse ownership, capacity level, the intensity of ICT use and learning resources in
understanding ICT
Keyword : factor , self learning , ICT
Abstrak
Perkembangan TIK telah memberikan dampak signifikan ke semua aspek kehidupan
manusia baik di desa maupun di kota. Anak dapat memahami penggunaan TIK dengan
belajar secara mandiri di luar sekolah tanpa bergantung pada sekolah yang mengajarkan
TIK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
siswa dalam pengembangan kompetensi TIK secara mandiri. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif dan pengambilan data dilakukan dengan wawancara
dan kuesioner di SDN Noborejo 02 Kota Salatiga dan SDN Rejosari 01 Kabupaten
Semarang dengan pemilihan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan
kemandirian belajar siswa dalam memahami penggunaan TIK dipengaruhi faktor internal
dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut berkaitan dengan kepemilikan TIK yang
beragam, tingkat kemampuan, intensitas penggunaan TIK dan sumber belajar dalam
memahami TIK.
Kata Kunci : Faktor, Belajar Mandiri, TIK
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
2
1. Pendahuluan
Perkembangan TIK telah memberikan dampak yang sangat signifikan ke
semua aspek kehidupan manusia [1]. Banyak penerapan dari TIK yang dapat
ditemui dan sudah melekat pada tiap-tiap individu di daerah perkotaan. Hal ini
diakibatkan oleh perkembangan zaman yang sudah masuk era globalisasi dan
perkembangan TIK yang sangat pesat sehingga setiap individu di daerah
perkotaan hampir bisa dipastikan sebagian besar bahkan semuanya mengenal
teknologi. Selain itu, TIK juga telah menyentuh kehidupan masyarakat di
daerah-daerah pedesaan. Walaupun tidak semaju jika dibandingkan dengan
daerah perkotaan, keadaan tersebut menandakan bahwa TIK sudah mulai
mempengaruhi kehidupan masyarakat pedesaan, antara lain kegiatan pendidikan
atau pembelajaran di sekolah. Menurut Sudirman Siahaan selain TIK dalam
konteks internet dan komputer, di pedesaan penerapan TIK sebagai alat
komunikasi juga sudah mulai mempengaruhi dan mendominasi masyarakat di
sana. Kepemilikan dan penggunaan TIK tidak lagi hanya sebatas sebagai simbol
prestise sosial tetapi sudah cenderung menjadi salah satu tuntutan kebutuhan
hidup [2].
TIK merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dikuasai dalam era
globalisasi saat ini [3]. Pengguna TIK di Indonesia bukan hanya orang dewasa
saja, namun juga menyasar ke kalangan remaja bahkan anak-anak, menurut
survei PPI Kominfo (2014) proporsi kepemilikan handphone sebagai salah satu
alat berbasis TIK pada anak sekolah dasar di Indonesia mencapai 62,77% [4]
hal ini mengindikasikan adanya potensi yang besar untuk memanfaatkan TIK
dalam aktivitas belajar. Namun pada kenyataannya di Indonesia sendiri masih
banyak sekolah yang tidak memberikan mata pelajaran TIK atau tidak
mengintegrasikan TIK ke dalam mata pelajaran lain. Salah satu hal yang menarik
dalam perubahan Kurikulum 2013 adalah dihilangkannya mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), sehingga menimbulkan pro dan
kontra baik dari pihak akademisi maupun praktisi pendidikan [5]. TIK dalam
kurikulum 2013 merupakan sarana pembelajaran dan digunakan sebagai mata
pembelajaran yang lain sehingga guru dan siswa dituntut akrab dengan TIK dan
menjadikannya alat komunikasi sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai [6]
Pemerintah melalui wakil menteri Pendidikan dan Kebudayaan beranggapan
bahwa: 1) Anak TK dan SD sudah bisa mengakses informasi melalui internet;
2) TIK bisa terintegrasi dengan pelajaran lain; 3) Pembelajaran sudah seharusnya
berbasis TIK sebagai alat bantu mengajar guru dan bukan sebagai mata
pelajaran khusus; 4) Pemerintah tidak sanggup mengadakan laboratorium
komputer untuk seluruh sekolah di Indonesia; 5) Banyak sekolah belum teraliri
listrik [7].
Asumsi Pemerintah dalam kebijakan kurikulum 2013 yang menganggap
semua anak sudah mahir dalam menggunakan TIK berdampak pada
penghapusan mata pelajaran TIK. Hal ini mendorong siswa untuk dapat
menggunakan TIK secara mandiri, siswa dituntut harus aktif, dan memiliki
inisiatif dalam belajar mandiri. Menurut Haris Mujiman kemandirian belajar
dapat diartikan sebagai sifat serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk
melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai
3
sesuatu kompetensi yang telah dimiliki [8]. Meskipun pada pendidikan formal
anak tidak mendapatkan ilmu mengenai TIK tetapi perkembangan TIK dapat
selalu mereka ikuti atau pelajari sendiri dengan pendampingan guru, orangtua
dan teman. Salah satu penerapan TIK di kalangan anak-anak adalah penggunaan
gadget dalam usia dini. Adapun dampak positif yang ditimbulkan adalah sebagai
berikut: 1) Membantu perkembangan fungsi adaptif seorang anak; 2) Menambah
pengetahuan; 3) Memperluas jaringan persahabatan; 4) Mempermudah
komunikasi; 5) Membangun kreatifitas anak [9]. Berdasaran point tersebut dapat
dilihat dampak TIK mampu mempengaruhi anak dalam kehidupan sehari-hari,
dengan adanya TIK yang semakin berkembang anak dapat selalu mengikuti
dengan cara belajar secara mandiri di luar sekolah dan tidak harus bergantung
dengan sekolah yang mengajarkan TIK untuk dapat memahami dan
mengembangkan TIK.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi siswa sekolah dasar dalam pengembangan
kompetensi TIK secara mandiri karena di sekolah formal tidak mendapatkan
mata pelajaran TIK, namun mereka tetap dapat memahami atau
mengembangkan penggunaan TIK yang saat ini semakin maju teknologinya,
kemudian akan dilihat bagaimana penggunaan TIK pada anak sekolah dasar di
dua wilayah yang berbeda yaitu desa dan kota sehingga dapat diketahui dan
dilihat perbedaanya mengenai kepemilikan TIK, penggunaan TIK, tingkat
kemampuan TIK dan sumber belajar dalam mempelajari TIK.
2. Tinjauan Pustaka Penelitian ini berkaitan dengan kemampuan anak dalam
mengembangkan kompetensi TIK secara mandiri di sekolah dasar, ada beberapa
penelitian terkait yang telah dilakukan yaitu penelitian Isniatun Munawaroh
pada tahun 2012, Syarifuddin pada tahun 2015, dan Andyana Septi pada tahun
2015.
Isniatun Munawaroh (2012), dalam penelitian“Pemanfaatan Teknologi
Informasi Dan Komunikasi Untuk Menumbuhkan Kreativitas Dan Kemandirian
Belajar”, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi peserta belajar
bukanlah sebagai peserta yang pasif, pemanfaatan TIK mendorong terciptanya
kreativitas dan kemandirian dalam belajar, kreatif dalam memunculkan dan
menciptakan informasi atau pengetahuan baru serta mandiri dalam mencari
beragam sumber belajar untuk mendukung proses pembelajaran [1]. Penelitian
Isniatun telah membuktikan bahwa TIK mempengaruhi kemandirian dan
kreativitas anak dalam pembelajaran, namun tidak dijelaskan jenis penggunaan
dan perlengkapan TIK yang digunakan, sehingga dalam penelitian ini akan
dijelaskan penggunaan TIK secara lebih rinci pada setiap peralatan TIK.
Syarifuddin (2015), dalam penelitian “Motif Penggunaan Teknologi
Informasi Dan Komunikasi Pada Anak Sekolah Dasar (Studi Kasus : Sekolah
Dasar Negeri Kelurahan Lakkang Kec. Tallo Kota Makassar)” , menunjukkan
bahwa pemahaman alat TIK tertinggi pada handphone, responden menggunakan
TIK kebanyakan untuk bermain game daripada untuk chatting, mengetik,
menggambar, dan berkomunikasi, namun demikian pada umumnya responden
4
menjawab bahwa pemanfaatan TIK dapat memenuhi harapannya yaitu
mendapatkan informasi lebih cepat [10]. Penelitian Syarifudin memiliki
persamaan dengan Penelitian yang dilakukan, yaitu mengidentifikasi
penggunaan TIK apa saja yang digunakan oleh anak sekolah dasar, penelitian
terdahulu hanya mengukur tingkat penguasaan atau penggunaan TIK seperti
handphone, komputer dan internet, namun hal yang akan diteliti pada penelitian
ini lebih kompleks dan berkembang karena akan dilihat juga tingkat kemampuan
menggunakan TIK berdasarkan persepsi diri sendiri dan sumber belajar anak
dapat mempelajari TIK.
Andyana Septi Wiyanti (2015), dalam penelitian “Evaluasi Kemandirian
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Dalam Penerapan Kurikulum
2013Di SMK Negeri 1 Pengasih 2014/2015”, kemandirian belajar siswa yang sebagian besar baik mengisyaratkan bahwa faktor pendukung baik dalam diri siswa sendiri maupun dari luar siswa, siswa mampu menetapkan tujuan rencananya dalam pembelajaran dan hasil yang didapat. Sehingga hal tersebut sangat mendukung siswa dalam proses pembelajaran berlangsung dan termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran terutama dengan proses pembelajaran menggunakan diskusi [11]. Penelitian Andyana menjelaskan faktor belajar mandiri berasal dari
siswa dan luar siswa akan tetapi tidak dijelaskan secara terperinci faktor-faktor
yang mempengaruhi siswa dan bagaimana cara siswa belajar.
Penelitian yang dilakukan merupakan pengembangan dari penelitian
terdahulu yang telah disebutkan di atas, sehingga penelitian akan lebih terarah
dan berkembang.
Konsep TIK
TIK menurut Noni Nurdin terdiri dari dua aspek, yaitu teknologi informasi
dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi mencakup segala hal yang
berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan
pengelolaan informasi. Teknologi komunikasi meliputi segala hal yang
berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentrasfer data
dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, menguasai TIK mempunyai
arti kemampuan memahami dan menggunakan alat TIK secara umum, termasuk
komputer (computer literate) dan pemahaman informasi (information literate)
[12]. Menurut John Daniel teknologi informasi dan komunikasi atau TIK,
didefinisikan sebagai kombinasi antara teknologi informatika dengan teknologi-
teknolgi lainnya yang terkait, khususnya teknologi komunikasi [13]. Morsund
dalam UNESCO mengemukakan cakupan TIK secara rinci yang meliputi
sebagai berikut: piranti keras dan piranti lunak komputer serta fasilitas
telekomunikasi, mesin hitung dari kalkulator sampai super komputer, perangkat
proyektor / LCD, LAN (local area network) dan WAN (wide area networks),
kamera digital, games komputer, CD, DVD, telepon selular, satelit
telekomunikasi dan serat optik, mesin komputer dan robot.[14]
Penggunaan TIK
Penggunaan TIK ini sangat penting bagi pendidikan di era globalisasi ini
khususnya untuk Indonesia. Dengan TIK kita bisa meningkatkan kualitas
pendidikan kita agar sederajat dengan pendidikan internasional yang mungkin
5
jauh lebih berkembang dari pada di Indonesia. Terdapat beberapa Penggunaan
TIK dalam Pengajaran dan Pembelajaran menurut Paryanti, yaitu: (1) Tutorial
sebagai demonstrasi dan latihan; (2) Explorasi untuk mencari dan mengakses
informasi dari internet; (3) Alat aplikasi; (4)Komunikasi [3]. Menurut Rahzen,
TIK dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di bidang komunikasi,
informasi, kegiatan perdagangan, gaya hidup atau entertainment, dan penyokong
pekerjaan[15].
Menurut Mimin Nur Aisyah, tingkat penggunaan TIK cukup tinggi
dibuktikan melalui kepemilikan alat-alat berbasis IT yang cukup tinggi,
pengenalan komputer dan internet lebih dari 7 tahun, mayoritas mahasiswa
mengakses internet setiap hari, dan penggunaan internet untuk mencari
informasi mengenai tugas perkuliahan, untuk tingkat penguasaan terhadap
program aplikasi komputer seperti Microsoft Word, Excel, dan Power Point
cukup baik, namun pada program lain khususnya software akuntansi dan statistik
penguasaannya masih kurang [16].
Belajar Mandiri
Menurut Umar Tirtaraharja dan La Sulo kemandirian belajar diartikan
sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan
sendiri, pilihan sendiri, dan disertai rasa tanggung jawab dari diri
pembelajar[17].
Menurut Muhammad Nur Syam dalam Widodo ada dua faktor yang
mempengaruhi, kemandirian belajar pertama faktor internal yaitu: (1) Sikap
bertanggung jawab untuk melaksanakan apa yang dipercayakan dan ditugaskan,
(2) Kesadaran hak dan kewajiban siswa disiplin moral yaitu budi pekerti yang
menjadi tingkah laku, (3) Kedewasaan diri mulai konsep diri, motivasi sampai
berkembangnya pikiran, karsa, cipta dan karya (secara berangsur), (4) Kesadaran
mengembangkan kesehatan dan kekuatan jasmani, rohani dengan makanan yang
sehat, kebersihan dan olahraga, (5) Disiplin diri dengan mematuhi tata tertib
yang berlaku, sadar hak dan kewajiban, keselamatan lalu lintas, menghormati
orang lain, dan melaksanakan kewajiban. Kedua faktor eksternal sebagai
pendorong kedewasaan dan kemandirian belajar meliputi: potensi jasmani
rohani yaitu tubuh yang sehat dan kuat, lingkungan hidup, dan sumber daya
alam, sosial ekonomi, keamanan dan ketertiban yang mandiri, kondisi dan
suasana keharmonisan dalam dinamika positif atau negatif sebagai peluang dan
tantangan meliputi tatanan budaya dan sebagainya secara komulatif [18]
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Jenis penelitian deskriptif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan
untuk memperoleh informasi dan mendeskripsikan sebuah masalah tentang
faktor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam menggunakan TIK secara
mandiri. Hasil dari data penelitian yang dilakukan akan diperoleh dua jenis data
yaitu data kuantitatif (berbentuk angka) dan data kualitatif.
Populasi pada penelitian ini berada pada dua cakupan wilayah yang
berbeda, yaitu di SDN Rejosari 01 Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang
yang termasuk ke dalam wilayah pedesaan dan SDN Noborejo 02 Kecamatan
6
Argomulyo Kota Salatiga. Sedangkan sampelnya adalah sebagian atau wakil
dari populasi yang diteliti, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
simple random sampling karena anggota populasi dianggap homogen.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner wawancara. Kuesioner atau angket yang disusun merupakan
pengembangan dari penelitian Evaluasi TIK dalam Pendidikan di Kota Salatiga
(2015). Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui kepemilikan TIK,
penggunaan TIK, tingkat kemampuan TIK, dan sumber belajar siswa dapat
menggunakan TIK. Metode pengumpulan data lain yang digunakan adalah
wawancara. Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak
terstruktur, wawancara dilakukan dengan guru dan beberapa siswa dengan garis
besar pertanyaan tentang pemanfaatan TIK dan kendalanya, beberapa
pertanyaan lainnya yang diajukan pada saat wawancara merupakan konfirmasi
jawaban dan pelengkap hasil kuesioner yang telah dibagikan.
Tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1.
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah identifikasi masalah, tahap ini
dilakukan untuk merumuskan masalah penelitian dengan melihat keadaan yang
terjadi saat ini yaitu perkembangan TIK yang semakin pesat dan dapat diikuti
oleh anak-anak, tetapi justru banyak sekolah formal yang tidak mengajarkan
mata pelajaran TIK, setelah merumuskan masalah, tujuan penelitian juga
disusun agar penelitian dapat berjalan mencapai target yang diinginkan.
Tahap yang kedua adalah studi literatur. Tujuan dari studi literatur adalah
untuk memperoleh informasi yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Informasi yang dicari berhubungan dengan konsep TIK, penggunaan TIK, dan
belajar mandiri, hal tersebut dilakukan untuk mengkaji teori dasar yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti, kemudian mengkaji temuan penelitian
terdahulu, dan mencari informasi aspek masalah yang belum tergarap.
Tahap yang ketiga adalah pengumpulan data, sebelum melakukan
pengumpulan data penyusunan instrumen penelitian akan lebih mudah jika
digunakan matrik kisi-kisi instrumen atau pengembangan instrumen.
Instrumen penelitian berupa kuesioner dibagikan kepada responden untuk
diisikan dengan memberikan penjelasan tentang cara pengisian dan tujuan
kuesioner. Penelitian dilakukan dilakukan dengan seizin sekolah dan guru
pengampu kelas.
Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah analisis dan penyajian data,
setelah data yang diperoleh dari lokasi penelitian terkumpul langkah selajutnya
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Analisis dan Penyajian Data
Gambar 1 Tahapan Penelitian
Studi Literatur
7
adalah mengklasifikasikan data tersebut dengan membuat tabel. Analisis data
wawancara dilakukan dengan sederhana untuk konfirmasi dari temuan yang
ada terhadap siswa maupun guru dalam penggunaan TIK. Hasil wawancara
kemudian dianalisis dan dijabarkan secara deskriptif. Analisis data angket
dilakukan dengan cara memilih, memilah, mengelompokkan, data yang ada,
merangkumnya, kemudian menyajikan dalam bentuk yang mudah dibaca atau
dipahami. Presentase hasil dari kuesioner menggunakan perhitungan berikut
ini:
F
P = x 100%
N
Keterangan:
P = Persentasi
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah responden
4. Hasil dan Pembahasan
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
anak dalam mengembangkan kompetensi TIK secara mandiri ini mencangkup lima
topik utama dalam pembahasannya, yaitu meliputi: 1) karakteristik responden, 2)
kepemilikan TIK, 3) penggunaan TIK, 4) tingkat kemampuan TIK, dan 5) sumber
belajar dalam mempelajari TIK. Berikut ini merupakan paparan data hasil penelitian
yang diperoleh dari instrumen kuesioner yang telah dibagikan kepada responden.
4.1 Karakteristik Responden
Berikut ini merupakan hasil kuesioner yang telah diisikan berdasarkan data
demografis responden, dalam pembahasan ini akan dijelaskan mengenai gambaran
umum responden di SDN Rejosari 01 dan SDN Noborejo 02 berdasarkan usia dan
jenis kelamin yang mendukung dan melengkapi hasil analisis data penelitian.
Tabel 1
Jumlah Responden SDN Noborejo 02 Kota Salatiga
Jumlah Usia
Jumlah 8-9 10-11 12-13 15-14
Responden Putra 7 11 5 1 24
Responden Putri 10 13 2 1 26
Total 17 25 8 2 50
Tabel 2
Jumlah Responden SDN Rejosari 01 Kabupaten Semarang
Jumlah Usia
Jumlah 8-9 10-11 12-13 15-14
Responden Putra 8 13 5 1 27
Responden Putri 7 11 5 0 23
Total 15 24 10 1 50
8
HP TV PS KOMP & LAPTOP KAMERA TABLET RADIO LAINNYA
SDN Noborejo 02 100% 100% 44% 70% 68% 74% 54% 2%
SDN Rejosari 01 100% 100% 48% 52% 58% 70% 70% 2%
4.2 Kepemilikan TIK
Kepemilikan TIK sebagai indikator untuk mengetahui alat-alat berbasis TIK
yang dimiliki oleh responden dan pengetahuan responden tentang peralatan TIK,
aspek yang diteliti berkaitan dengan peralatan TIK yang diketahui dan pernah
digunakan, kepemilikan handphone pribadi, dan kepemilikan peralatan TIK di
rumah.
4.2.1 Peralatan TIK yang digunakan
Berikut ini merupakan paparan peralatan TIK yang diketahui dan pernah
digunakan oleh responden : Tabel 3
Peralatan TIK yang digunakan
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui 100% responden di dua sekolah
seluruhnya pernah menggunakan handphone dan televisi, sedangkan beberapa
TIK lain yang cukup tinggi di SDN Noborejo adalah tablet (74%) dan komputer
laptop (70%), sedangkan di SDN Rejosari 01 TIK yang cukup tinggi adalah
tablet (70%) dan radio (70%). Presentase beberapa TIK lain yang pernah
digunakan responden dapat dilihat secara detail pada tabel 3. Beberapa jawaban
lain yang didapat tentang peralatan TIK yang pernah digunakan adalah nitendo,
namun hanya terdapat kurang dari 5 anak yang menjawab pernah menggunakan
peralatan TIK lainnya.
4.2.2 Kepemilikan Handphone Pribadi dan Akses Internet
Menurut Syarifuddin (2015) handphone sebagai salah satu peralatan TIK
yang paling dipahami penggunaannya oleh anak sekolah dasar [10]. Data
kepemilikan handphone pribadi dan adanya akses internet dapat dilihat pada
tabel 4 berikut ini : Tabel 4
Kepemilikan Handphone Pribadi dan Akses Internet
Berdasarkan tabel 4 didapatkan data bahwa dari total responden (100) rata-
rata memiliki handphone pribadi, di SDN Noborejo 02 Kota Salatiga sebanyak
76% dan SDN Rejosari 01 Kabupaten Semarang dengan presentase 78%. Rata-
rata tipe handphone pribadi yang dimiliki tergolong smartphone dan bisa
mengakses internet, presentase secara detail dapat dilihat pada tabel 4.
Keragaman alasan responden lebih memilih handphone dengan tipe android
adalah trend dari teman, fitur yang lengkap, dan harga yang terjangkau.
Sedangkan di SDN Rejosari 01 tipe handphone symbian masih banyak
ditemukan karena anggapan yang penting fungsi handphone bisa untuk telfon
dan sms.
Tidak Punya Punya Tidak Ada Android IOS Windows Phone Symbian
SDN Noborejo 02 24% 76% 24% 76% 70% 4% 2% 2%
SDN Rejosari 01 22% 78% 40% 60% 54% 2% 4% 18%
HP Sendiri Akses Internet OS HP
9
4.2.3 Peralatan TIK yang dimiliki di Rumah
Peralatan TIK yang diketahui dan pernah digunakan belum tentu dimiliki
oleh responden, berikut ini merupakan data peralatan TIK yang dimiliki di
rumah responden :
Tabel 5
Peralatan TIK yang dimiliki
Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa responden SDN Noborejo 02
menjawab lebih banyak alat TIK yang dimiliki dengan menyebutkan speaker,
namun hanya 4% yang memiliki speaker. Seluruh responden (100%) di kedua
sekolah mempunyai handphone dan televisi di rumahnya. Kepemilikan
peralatan TIK lain yang unggul di SDN Noborejo 02 adalah tablet, komputer,
dan laptop sedangkan di SDN Rejosari 01 kepemilikan radio cukup tinggi
dengan presentase 52%. Berbagai peralatan TIK yang dimiliki responden
menunjukkan bahwa peralatan TIK mendukung aktivitas sehari-hari.
Presentase kepemilikan TIK dapat dilihat secara detail pada tabel 6.
Berdasarkan wawancara dengan guru di SDN Noborejo 02 keadaan
ekonomi orang tua siswa tergolong menengah dan pekerjaan orang tua
responden banyak yang berprofesi sebagai pegawai maupun karyawan di
pabrik yang tidak jauh dari Noborejo sehingga mereka mampu untuk membeli
beberapa peralatan TIK untuk menunjang pekerjaan maupun sebagai hiburan.
Sedangkan di SDN Rejosari 01 menurut kepala sekolah salah satu alasan
kepemilikan laptop dan komputer rendah adalah dari keadaan sosial ekonomi
responden dan anggapan alat TIK tersebut belum terlalu penting untuk anak
sekolah dasar.
4.3 Penggunaan TIK
Penggunaan TIK sebagai indikator untuk mengetahui pemanfaatan berbagai
peralatan berbasis TIK yang digunakan responden, yaitu durasi waktu
penggunaan, tujuan penggunaan dan beberapa software yang digunakan. TIK
yang dimaksud dibatasi pada handphone, tablet, laptop, komputer, televisi,
kamera, playstation, dan lainnya.
4.3.1 Durasi Waktu Penggunaan TIK
Durasi waktu penggunaan TIK merupakan pertanyaan yang diajukan
dengan tujuan untuk mengetahui seberapa sering atau intensitas penggunaan
TIK. Waktu penggunaan TIK dibatasi pada penggunaan di sekolah, di rumah, di
rumah teman, dan di warnet atau tempat umum. Berikut ini tabel yang
menjelaskan seberapa sering dan tempat responden menggunakan TIK.
HP TV RADIO KAMERA TABLET KOMPUTER LAPTOP PS DVD SPEAKER
SDN Noborejo 02 100% 100% 38% 18% 34% 20% 24% 8% 8% 4%
SDN Rejosari 01 100% 100% 52% 26% 20% 8% 6% 8% 6% -
10
Word Excel PPT Mozilla Chrome Opera Corel Photoscape Paint Winamp VLC WMP
SDN Noborejo 02 38% 24% 14% 18% 50% 32% 2% 28% 16% 48% 2% 36%
SDN Rejosari 01 32% 18% 6% 22% 42% 48% 2% 26% 34% 38% 8% 2%
OFFICE BROWSER EDITING PLAY MUSIC / VIDEO
Tabel 6
Intensitas Waktu dan Tempat Penggunaan TIK
Sekolah
(jam)
Rumah
(jam)
Rumah
Teman (jam)
Warnet / Tempat Umum
(jam)
SDN Noborejo 02 0 - 1 1 – 2 1 - 2 0 – 1
SDN Rejosari 01 0 – 1 1 – 2.5 1 – 1.5 0 – 0.5
Tabel 6 menunjukkan bahwa, intensitas waktu penggunaan TIK responden
adalah ketika berada di rumah dengan rata-rata waktu sebanyak 1-2 jam di SDN
Noborejo 02 dan di SDN Rejosari 01 sebanyak 1-2.5 jam, menurut responden
dengan menggunakan TIK di rumah dapat mengisi waktu luang ketika merasa
bosan dan membutuhkan hiburan. Sedangkan penggunaan TIK di rumah teman
dan di warnet atau di tempat umum cenderung lebih tinggi di SDN Noborejo 02
karena berdasarkan hasil wawancara di daerah tempat mereka tinggal dekat
dengan warnet sehingga mereka bisa bermain game online atau mencari tugas,
sedangkan ketika berada di rumah teman mereka bisa meminjam atau
menggunakan alat TIK yang tidak dimiliki. Presentase intensitas waktu
penggunaan TIK di kedua sekolah secara detail dapat dilihat pada tabel 6.
Pemanfaatan TIK di sekolah sudah dilakukan namun intensitas waktunya
masih jarang, guru pada materi tertentu sudah memanfaatkan laptop dan LCD
sebagai media penyampaian materi, tetapi responden menyebutkan hal itu masih
jarang sekali dilakukan. Kepala sekolah SDN Noborejo 02 dan SDN Rejosari 01
mengungkapkan bantuan peralatan TIK yang diberikan dari pemerintah biasanya
hanya digunakan untuk keperluan administrasi dan rapat.
4.3.2 Software yang digunakan
Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui software apa yang dipahami dan
sering digunakan ketika sedang menggunakan peralatan TIK seperti laptop,
komputer, handphone dan tablet. Beberapa software yang digunakan responden
dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini :
Tabel 7
Sofware yang digunakan
Dapat dilihat pada tabel 7, secara keseluruhan tidak banyak responden di
kedua sekolah menggunakan software yang disebutkan. Penggunaan software
microsoft office yang tertinggi adalah microsoft word, di SDN Noborejo 02
(38%) dan di SDN Rejosari 01 (32%) dengan kepentingan untuk mengetik tugas
yang diberikan guru. Salah satu responden SDN Noborejo 02 mengungkapkan
lebih senang mengerjakan tugas dengan diketik daripada ditulis tangan.
Sedangkan browser yang sering digunakan di SDN Noborejo adalah google
chrome (50%), menurut responden google chrome merupakan aplikasi bawaan
di handphone sehingga lebih mudah dan cepat sehingga tidak perlu
11
mendownload browser lainnya, berbeda dengan SDN Rejosari 01 yang lebih
banyak menggunakan opera (48%) dengan alasan tidak berat jika digunakan di
semua jenis handphone. Software editing yang lebih banyak digunakan di SDN
Noborejo 02 adalah photoscape (28%) sedangkan di SDN Rejosari 01 lebih
banyak menggunakan paint (34%) , namun dapat dilihat bahwa penggunaan
software editing yang disebutkan tidak banyak digunakan, dari hasil wawancara
dengan respondern SDN Noborejo 02 mereka lebih sering menggunakan
photogrid dan picsart di handphone untuk menggabungkan foto dan
memberikan sisipan gambar ataupun kata-kata, sedangkan di SDN Rejosari 01
lebih sering menggunakan photogrid dan B612. Software untuk memutar musik
dan video kedua sekolah lebih banyak menggunakan Winamp. Presentase
software yang digunakan secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 7.
4.3.3 Tujuan Penggunaan TIK
Tujuan penggunaan TIK merupakan pertanyaan yang mencangkup
beberapa kegiatan atau aktivitas yang dilakukan responden ketika menggunakan
peralatan TIK, berikut ini data yang didapat dari responden tentang tujuan
menggunakan peralatan TIK : Tabel 8
Tujuan Penggunaan TIK
SDN Noborejo 02 SDN Rejosari 01
Bermain Game 84% 84%
Belajar 76% 74%
Mencari Informasi 64% 48%
Berkomunikasi 76% 62%
Update Status 56% 32%
Mendengarkan Musik 80% 80%
Mengambil gambar / video 84% 84%
Mengedit gambar / video 74% 68%
Lainnya 6% 0%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden di SDN Noborejo
02 maupun SDN Rejosari 01 lebih menggunakan TIK dengan tujuan untuk
bermain game dan mengambil gambar atau video dengan presentase yang sama
(84%). Berdasarkan hasil wawancara jenis game yang sering dimainkan adalah
petualangan, make over, racing, dan bermain kartu, dari hasil wawancara dengan
bermain game responden merasa lebih tertantang dan lebih seru. Sedangkan
tujuan lain yang banyak dilakukan di SDN Noborejo 02 adalah untuk
mendengarkan musik (80%), belajar (76%) dan berkomunikasi (76%), sedikit
berbeda dengan SDN Rejosari 01 tujuan mendengarkan musik (80%), belajar
(74%) dan mengedit gambar atau video (68%). Presentase tujuan penggunaan
TIK lainnya dapat dilihat secara detail pada tabel 8.
Tujuan penggunaan TIK untuk belajar biasanya dilakukan responden ketika
sedang mentranslate, dan mencari materi yang belum dipahami. Responden
SDN Noborejo 02 mengungkapkan lebih senang berkomunikasi dengan
12
menggunakan social media seperti BBM dan chatting facebook dibandingkan
dengan sms atau telfon karena lebih murah dan bisa mengetahui jika pesan telah
terbaca, berbeda dengan responden SDN Rejosari 01 yang masih banyak
menggunakan sms dan telfon sebagai sarana berkomunikasi karena belum
banyak teman mereka yang menggunakan social media. Sedangkan tujuan
penggunaan TIK untuk mencari informasi responden mengungkapkan informasi
yang ingin diketahui lebih kepada status teman di social media daripada
membaca artikel berita.
4.4 Tingkat Kemampuan dalam Menggunakan TIK
Tingkat kemampuan merupakan tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana
responden memahami dan dapat mengoperasikan penggunaan TIK berdasarkan
persepsi diri sendiri, indikator kemampuan TIK membahas tentang kemahiran
dalam penggunaan Komputer atau Laptop, HP atau Tablet, Kamera, Ms. Office,
Media Sosial, Edit Foto, Edit Video, Internet. Terdapat beberapa tingkatan
jawaban untuk mengetahui tingkat kemampuan yaitu tidak mahir, cukup mahir,
mahir, dan sangat mahir, Berikut ini hasil analisa jawaban responden :
Tabel 9
Tingkat Kemampuan dalam Menggunakan Peralatan TIK
Keterangan:
N : SDN Noborejo 02 Kota Salatiga
R : SDN Rejosari 01 Kabupaten Semarang
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa rata-rata responden di SDN
Noborejo 02 tergolong cukup mahir dalam menggunakan TIK, berbeda dengan
SDN Rejosari 01 responden lebih banyak yang tidak mahir dalam menggunakan
beberapa TIK yang disebutkan, namun pada TIK tertentu tingkat kemampuan
responden tergolong cukup mahir. Seluruh responden tidak ada yang menjawab
tidak mahir dalam menggunakan HP & Tablet, adapun perbedaan terletak pada
tingkat kemampuan SDN Noborejo 02 yaitu sebanyak 42% yang mengaku
N R N R N R N R
PC & Laptop 8% 50% 48% 26% 20% 18% 24% 6%
HP & Tablet 0% 0% 18% 30% 40% 42% 42% 28%
Kamera 8% 16% 44% 46% 22% 26% 26% 12%
Microsoft Office 32% 76% 52% 16% 8% 2% 8% 6%
Social Media 14% 52% 52% 22% 30% 24% 4% 2%
Bermain Game 0% 4% 12% 30% 38% 26% 50% 40%
Mengedit Foto 4% 14% 30% 36% 34% 34% 32% 16%
Mengedit Video 12% 52% 52% 34% 22% 4% 14% 10%
Menggunakan Internet 30% 40% 44% 34% 14% 18% 12% 8%
rata - rata 12% 34% 39% 30% 25% 22% 24% 14%
Tidak Mahir Cukup Mahir Mahir Sangat Mahir
13
sangat mahir dan SDN Rejosari 01 sebanyak 42% yang hanya sampai pada
tingkat mahir saja. Selain itu di SDN Noborejo 02 seluruh responden
menggunakan TIK untuk bermain game bahkan 50% siswa sampai dengan
tingkat sangat mahir. Penggunaan Microsoft Office paling rendah terdapat pada
SDN Rejosari 01 yaitu sebanyak 76% responden tidak menggunakan Microsoft
Office. Namun, sebanyak 16% dari sisa siswa pada SDN Rejosari 01 yang
menggunakan Microsot Office walaupun sedikit termasuk pada tingkat cukup
mahir. Untuk penggunaan edit foto, di SDN Noborejo 02 dan SDN Rejosari 01
tergolong pada tingkat kemahiran yang hampir sama rata yaitu mahir sebanyak
34%. Adapun data yang lebih rinci dan jelasan dapat dilihat pada tabel 9.
4.5 Sumber Belajar dalam Memahami TIK
Sumber belajar ditanyakan untuk mengetahui darimana responden dapat
memahami kompetensi TIK yaitu penggunaan beberapa alat TIK. Bentuk
sumber belajar yang diambil sebagai pilihan jawaban adalah pesan yang berupa
informasi dari internet, orang yaitu guru, teman, dan orang tua, bahan yaitu buku,
dan belajar secara otodidak atau belajar sendiri. Data sumber belajar responden
dalam memahami beberapa perlengkapan TIK dapat dilihat pada tabel dibawah
ini : Tabel 10
Sumber Belajar dalam Memahami TIK
Keterangan:
N : SDN Noborejo 02 Kota Salatiga
R : SDN Rejosari 01 Kabupaten Semarang
Berdasarkan tabel 10, responden di SDN Noborejo 02 dapat menggunakan
beberapa peralatan TIK dengan cara yang paling banyak dilakukan adalah
belajar sendiri (53%), kedua bertanya kepada orang tua (50%) dan ketiga
bertanya kepada teman (46%). Sedangkan di SDN Rejosari 01 dalam memahami
peralatan TIK lebih kepada bertanya kepada orang tua (53%), bertanya kepada
teman (42%), dan belajar sendiri (39%). Sumber belajar dalam mempelajari
berbagai peralatan TIK memiliki selisih yang tidak banyak. Sedangkan sumber
belajar dari guru, buku, dan internet tidak banyak dilakukan. Adapun data yang
lebih rinci dan jelasan dapat dilihat pada tabel 10. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden SDN Noborejo 02, pada
awalnya hanya mencoba mengoperasikannya sendiri dengan berani
menanggung resiko jika terjadi kesalahan, namun jika tidak bisa maka mereka
N R N R N R N R N R N R
HP & Tablet 72% 72% 4% 2% 44% 66% 58% 50% 14% 20% 18% 2%
Televisi 62% 70% 4% 0% 12% 24% 78% 70% 10% 4% 4% 2%
Playstation 14% 30% 2% 0% 74% 54% 32% 20% 8% 0% 6% 0%
Komp & Laptop 56% 40% 2% 12% 58% 32% 42% 20% 8% 2% 8% 4%
Kamera 48% 52% 6% 2% 40% 34% 56% 36% 8% 8% 12% 2%
rata - rata 50% 53% 4% 3% 46% 42% 53% 39% 10% 7% 10% 2%
Orang Tua Guru Teman Sendiri Buku Internet
14
akan bertanya kepada orang sekitar seperti orang tua, saudara, dan teman.
Sedangkan hasil wawanacara dengan responden SDN Rejosari 01, lebih
bertanya kepada orang tua dan saudara karena orang tua lebih mengerti. Menurut
responden jika bertanya kepada guru terasa sungkan.
4.6 Diskusi
Kebijakan Pemerintah mengenai pengintegrasian TIK ke dalam mata
pelajaran secara umum sudah dilakukan di SDN Noborejo 02 maupun di SDN
Rejosari 01, akan tetapi penggunaannya tidak terlalu sering, hal ini dapat dilihat
pada intensitas waktu penggunaan TIK di sekolah yang hanya kurang dari satu
jam. Bantuan peralatan TIK dari Pemerintah lebih digunakan untuk keperluan
administrasi sekolah. Meskipun di sekolah penggunaan TIK tidak begitu sering,
namun intensitas penggunaan TIK di rumah ternyata lebih tinggi dengan rata-
rata penggunaan selama 2 jam. Hal ini didukung dengan kepemilikan TIK yang
beragam, sehingga responden dapat menggunakan berbagai peralatan TIK
tersebut karena memilikinya, sesuai dengan penelitian Mimin tingkat
penggunaan TIK cukup tinggi, dibuktikan melalui kepemilikan alat-alat berbasis
TIK yang cukup tinggi [16]. Kepemilikan yang tertinggi di SDN Noborejo 02
dan SDN Rejosari 01 adalah handphone dan televisi, seluruh responden (100%)
memiliki peralatan tersebut di rumahnya, akan tetapi kepemilikan TIK
cenderung lebih beragam dan lebih banyak dimiliki oleh responden SDN
Noborejo 02 yang wilayahnya berada di kota Salatiga, selain karena kebutuhan
mereka mengungkapkan karena pengaruh ikut-ikut teman, hal ini sesuai dengan
pendapat Chuzaimah tujuan seseorang mempunyai smartphone masih pada
sebatas untuk trend dan lifestyle [19].
Ketersediaan fasilitas TIK di rumah, sekolah, maupun di lingkungan sekitar
yang dapat digunakan siswa merupakan salah satu dukungan untuk membentuk
kemandirian belajar dalam memahami penggunan TIK. Menurut Fischer, salah
satu hal yang berperan penting di dalam pembentukan kemandirian belajar pada
diri sendiri adalah dukungan yang diterima oleh siswa dari komunitas tempat
siswa berada, seperti dari sekolah, teman, orang tua, guru dan sebagainya [20].
Kepemilikan TIK yang beragam berpengaruh terhadap persepsi tingkat
kemampuan, kemampuan responden SDN Noborejo 02 relatif tergolong lebih
ke cukup dan mahir, sedangkan di SDN Rejosari 01 tingkat kemampuan
respondennya lebih ke cukup dan tidak mahir. Hal ini menunjukkan semakin
banyak peralatan TIK yang dimiliki maka kemampuannya dalam menggunakan
TIK semakin baik. Hasil wawancara dengan responden, persepsi kemampuan
lebih ke cukup karena tidak semua fitur dipahami dan intensitas waktu
menggunakan peralatan TIK tidak lama karena dibatasi orang tua. Dalam
meningkatkan kemampuan penggunaan TIK, responden mengaku mengahadapi
beberapa kendala diantaranya adalah terkait koneksi internet yang masih lambat
karena sinyal yang tidak stabil dan sarana TIK yang masih kurang.
Penggunaan TIK siswa sekolah dasar di SDN Noborejo 02 maupun di SDN
Rejosari 01 lebih mengarah kepada bermain game dan mengambil gambar atau
video, bahkan persepsi kemampuan dalam bermain game responden SDN
Noborejo 02 (50%) dan SDN Rejosari 01 (40%) sampai ke tingkat sangat mahir.
15
Beberapa alasan lebih menggunakan untuk bermain game adalah karena lebih
seru dan menyukai tantangan. Selain bermain game, penggunaan TIK dengan
tujuan untuk belajar juga cukup banyak dilakukan. Hal ini berpotensi untuk
meningkatan pembelajaran di kelas yang berkonsep belajar sambil bermain
dengan media-media audio visual yang menarik, menurut Andriyanto
multimedia game dapat meningkatkan rasa percaya diri serta mendorong rasa
ingin tahu, motivasi diri siswa untuk aktif dalam pembelajaran [21], apalagi
Pemerintah telah memberikan bantuan peralatan TIK untuk dapat dimanfaatkan
dalam pengintegrasian di semua mata pelajaran hal ini tentu akan lebih
membantu dan memudahkan dalam implementasinya.
Penggunaan software yang bisa mendukung pembelajaran seperti untuk
mengetik dan presentasi masih banyak yang tidak menggunakan, hal ini dapat
dilihat pada rendahnya presentase yang didapat yaitu kurang dari 40% responden
yang menggunakan software tersebut, padahal jika software tersebut dapat
dimanfaatkan secara optimal akan memudahkan dalam mengerjakan tugas dan
memahami materi. Penggunaan beberapa software yang dimanfaatkan untuk
mengerjakan tugas dan pendalaman materi siswa dapat membentuk kemandirian
belajar siswa seperti sikap yang bertanggung jawab untuk melaksanakan apa
yang dipercayakan dan ditugaskan, dan membentuk kedisiplin diri.
Penggunaan TIK sudah seharusnya mendapatkan bimbingan dari guru dan
orang tua sehingga dapat terarahkan ke hal positif dan dapat mengembangkan
keterampilan dalam menggunakan TIK secara optimal, jika diawasi orangtua
penggunaan TIK akan lebih terarah dan tidak hanya difungsikan sebagai alat
untuk hiburan seperti untuk bermain game. Menurut Purwo Riwayadi (2009)
penggunaan TIK secara tepat dan optimal memberikan manfaat seperti
mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan
aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap
imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah
beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya [22].
Sumber belajar dalam mempelajari berbagai penggunaan TIK di SDN
Noborejo 02 yang berada di kota dan SDN Rejosari 01 yang berada di desa
menunjukkan perbedaan, responden SDN Noborejo 02 dalam mempelajari
penggunaan TIK lebih kepada mempelajari sendiri, kedua bertanya kepada
orang tua, dan ketiga bertanya kepada teman. Sedangkan di SDN Rejosari 01
pertama lebih bertanya kepada orang tua, kedua bertanya kepada teman, dan
ketiga belajar sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di SDN
Rejosari 01, karena perlengkapan TIK yang mereka miliki adalah pemberian
orang tua jadi lebih baik jika bertanya kepada orang tua bagaimana cara
menggunakannya karena jika terjadi kerusakan atau kesalahan ada orang tua
yang menangani. Sumber belajar dalam memahami penggunaan berbagai
peralatan TIK menunjukan kemandirian siswa dalam mempelajari TIK berasal
dari faktor diri sendiri dan orang lain atau lingkungan, hal ini sesuai dengan
pendapat Basri (dalam jurnal Tarmidi dan Ade Riza R. R.) kemandirian belajar
seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat di
dalam dirinya sendiri (faktor endogen) seperti keadaan keturunan ataupun
16
bakat, potensi intelektual. Faktor yang kedua adalah faktor yang terdapat di luar
dirinya seperti lingkungan yang membentuk kepribadian individu [20].
Seorang siswa dikatakan mempunyai kemandirian belajar apabila
mempunyai kemauan sendiri untuk belajar, berawal dari coba-coba dan berani
menanggung resiko apabila terjadi kesalahan dalam menggunakan peralatan TIK
berarti siswa mempunyai rasa tanggung jawab. Meskipun sumber belajar dalam
menggunakan TIK banyak berasal dari lingkungan maupun diri sendiri, dari
hasil wawancara mereka tetap mengharapkan adanya mata pelajaran TIK di
sekolah sehingga mereka bisa lebih memahami dengan baik semua fitur yang
disediakan berbagai peralatan TIK dan dapat mengikuti perkembangan zaman.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, kemandirian
belajar siswa dalam memahami penggunaan TIK di sekolah formal baik di
daerah desa maupun kota yang tidak mengajarkan mata pelajaran TIK
dipengaruhi: 1) faktor internal, berkaitan dengan kepemilikan TIK yang beragam
di rumah, kesadaran atau kemauan sendiri dalam mengembangkan penggunaan
TIK yang disertai rasa tanggung jawab, penggunaan TIK yang dilakukan lebih
lama di rumah dan berpengaruh terhadap persepsi tingkat kemampuan 2) faktor
eksternal, berkaitan dengan keadaan lingkungan yaitu ketersediaan fasilitas TIK
di lingkungan seperti warnet dan tempat umum lainnya, adanya pengaruh dari
teman untuk mengikuti trend peralatan TIK yang sedang banyak digunakan,
sumber belajar dalam mempelajari berbagai peralatan TIK yang berasal dari
orang tua, teman, dan lainnya.
Penelitian yang dilakukan masih mempunyai keterbatasan, diantaranya
adalah survei yang dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner dan
wawancara sehingga data yang digunakan berasal dari jawaban responden yang
sangat dipengaruhi oleh persepsi responden terhadap pertanyaan yang diajukan.
Sebagai tindak lanjut dari simpulan yang telah dikemukakan, maka untuk
penelitian selanjutnya disarankan untuk : 1) Menjelaskan penggunaan setiap
peralatan TIK secara lebih rinci, 2) Mengobservasi secara langsung terhadap
tingkat kemampuan dalam menggunakan TIK, 3) Mengembangkan aspek-aspek
kemandirian belajar lainnya.
5. Daftar Pustaka
[1] Munawaroh, I. 2012. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Untuk Menumbuhkan Kreativitas dan Kemandirian Belajar.
[online],
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PEMANFAATAN%20TEKNOLOGI%
20INFORMASI%20DAN%20KOMUNIKASI%20UNTUK%20MENUMBUHKAN
%20KREATIVITAS%20DAN%20KEMANDIRIAN%20BELAJAR%20DI%20SEKO
LAH.pdf. Diakses tanggal 20 Mei 2016.
[2] Siahaan, Sudirman. 2014. Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan
Komunikasi (TIK) Untuk Pembelajaran: Sebuah Kajian. Jumal Teknodik
Vol.18 Nomor 3 :273-283.
17
[3] Paryanti, Atik Budi. 2015. Makalah Penggunaan TIK Dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Jurnal Of Information Systems Vol 1
No 2:100-105.
[4] Puslitbang PPI Kominfo. 2014. Buku Saku Data dan Tren TIK Indonesia.
Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika.
[5] Simanjuntak, Desmon. 2013. Peranan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan Penabur No 21
Tahun ke-12: 78-87.
[6] Wiranto, Sigit. 2014. Penerapan Teknologi Informasi Dan Komunikasi
Sebagai Media Interaksi Guru-Siswa Di SMPN 1 Arjosari Pacitan. Tesis
Magister pada Universitas Muhamadiyah Surakarta: tidak diterbitkan.
[7] Kusumah, Wijaya. 2013. Kenapa Pelajaran TIK Dihapuskan dalam
Kurikulum 2013? Ini Jawabannya!.
http://wijayalabs.com/2013/05/11/kenapa-pelajaran-tik-dihapuskan-dalam-kurikulum-2013-ini-jawabannya/. Diakses tanggal 10 Juni 2016.
[8] Nor Aini, Pratistya: Abdullah Taman. 2012. Pengaruh Kemandirian
Belajar Dan Lingkungan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sewon Bantul Tahun Ajaran
2010/2011. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia Vol. X No 1: 48 – 65.
[9] Widiawati, Iis; Sugiman, Hendra; Edy. 2014. “Pengaruh Penggunaan
Gadget Terhadap Daya Kembang Anak”. Prosiding Seminar Nasional
Multidispilin Ilmu Universitas Budi Luhur: 106-112.
[10] Akbar, S. 2015. Motif Penggunaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi
Pada Anak Sekolah Dasar (Studi Kasus: Sekolah Dasar Negeri Kelurahan
Lakkang Kec. Tallo Kota Makassar). Jurnal Penelitian Komunikasi dan
Opini Publik Vol 19 No 1: 43-55.
[11] Septi Wijayanti, Anandya. 2015 . Evaluasi Kemandirian Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Akuntansi dalam Penerapan kurikulum 2013 di SMK
Negeri 1Pengasih 2014/2015.Yogyakarta: UNY.
[12] Noni, Nurdin. 2010. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi
dalam Pendidikan. Modul Diklat Calon Kepala SMA/SMK. Makasar:
Universitas Negeri Makasar.
[13] Daniel, John. 2012. TIK dan Pembelajaran. Edisi Pertama. Diterjemahkan
oleh: Rusli. Jakarta: Referensi.
[14] NCCA. 2003. TIK (Information and Communications Technology).
http://www.ncca.ie/en/Curriculum_and_Assessment/TIK. Diakses tanggal 15 Mei 2016.
[15] Rahzen, Taufik. 2011. Strategi Pemberdayaan Komunitas Adat. Jakarta:
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
[16] Aisyah, Mimin Nur. 2013. Tingkat Penguasaan Dan Penggunaan TIK
(Information And Communication Technology) Pada Mahasiswa
Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta. Universitas Negeri
Yogyakarta. Jurnal Nominal Volume II No 1:112-136..
[17] Umar Tirtarahardja & La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT
Rineka.
18
[18] Widodo, Teguh. 2012. Peningkatan Kemandirian Belajar Pkn Melalui
Model Problem Solving Menggunakan Metode Diskusi Pada Siswa Kelas
V SD Negeri Rejowinangun III Kotagede Yogyakarta, Skripsi. UNY. [19] Chuzaimah, dkk. 2010. Smartphone: Antara Kebutuhan Dan E-Lifestyle.
Seminar Nasional Informatika 2010. UPN Veteran, Yogyakarta.
[20] Tarmidi dan Ade Riza R. R. 2010. Korelasi Antara Dukungan Sosial
Orang Tua dan Self-Directed Learning pada Siswa SMA. Universitas
Sumatera Utara. Jurnal Psikologi Volume 37 No 2: 216-223.
[21] Andriyanto, A. 2016. PENGARUH PENGGUNAAN MUTIMEDIA
GAME TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS VI
SD NEGERI PERCOBAAN 2 YOGYAKARTA. Jurnal Teknologi
Pendidikan Edisi 5 No 2: 1-8.
[22] Riwayadi, P. 2009. Pemanfaatan Perkembangan Teknologi Informasi Dan
Komunikasi Untuk Kemajuan Pendidikan Di Indonesia. Diarsipkan oleh
PLS UM untuk Imadiklus.com.