faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit bermasalah oleh debitur gerai kredit verena...
DESCRIPTION
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH DEBITUR GERAI KREDIT VERENA BOGORTRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH DEBITUR
GERAI KREDIT VERENA BOGOR
Oleh
ASTRI MARLIA SAMTI
H24087023
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
�i
RINGKASAN
ASTRI MARLIA SAMTI. H24087023. Faktor-Faktor yang MempengaruhiPengembalian Kredit Bermasalah di Gerai Kredit Verena Bogor. Di bawahbimbinganFARIDA RATNA DEWI.
Pada saat ini Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), telah menjadialternatif sumber pembiayaan bagi masyarakat. Masyarakat semakin familiardengan keberadaan berbagai jenis lembaga keuangan bukan bank ini. LKBBmemiliki beberapa nilai tambah dibandingkan perbankan seperti prosedurpembiayaan yang tergolong lebih sederhana, adanya aspekikatan emosional(keanggotaan), serta pendekatan lebih personal dari pegawai LKBB. Walaupunterkadang LKBB mengenakan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkanlembaga perbankan. Penguatan lembaga keuangan melalui penyediaan kreditdapat memberikan kesinambungan bagi usaha. Pemberian kredit mengandungsuatu tingkat resiko tertentu dimana ada kemungkinan kredit tidak tertagih.Walaupun hal ini telah di antisipasi melalui analisa 5C, kredit bermasalah tetapada dalam lingkungan lembaga pembiayaan. Hampir seluruh lembaga pembiayaanpernah mengalami kredit bermasalah, salah satunya adalah GKV Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik debiturGKV yang mengalami kredit bermasalah, menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi pengembaliankredit debitur GKV yang bermasalah, menyusunimplikasi manajerial guna mengurangi kredit bermasalah di GKV. Metodepenelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi analisis kuantitatifdan analisis kualitatif.Data kualitatif disajikan melalui metode deskriptif denganmenggunakan tabulasi untuk mendukung data kuantitatif sedangkan datakuantitatif ini diolah dengan menggunakanSPSS versi 15.
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diperolehkesimpulan sebagai berikut : karakteristik debitur GKV Bogor yang mengalamikredit bermasalah sebagian besar berada pada usia 31-40 tahun, dengan jeniskelamin perempuan, memiliki status menikah, lulusan pendidikan SMU, lamamenempati tempat tinggal selama 1-10 tahun, kepemilikan tempat tinggal adalahmilik sendiri, memilikijarak lokasi rumah dengan GKV sejauh 1-10 km,memilikijumlah tanggungan keluarga sebanyak 2-3 orang, memiliki pinjaman lain,pengalaman usaha antara 0-10 tahun, memiliki omset usaha antaraRp1.000.000,00€Rp20.000.000,00 per bulan, memiliki agunan berupahousehold,dengan suku bunga tinggi dan berada dalam jangka waktu pengembalian kreditantara 7-12 bulan.
Faktor-faktor yang berpengaruh nyata(significant)terhadap pengembaliankredit adalah variabel lama menempatitempat tinggal, variabel pinjaman lain danvariabel suku bunga.Dilihat dari nilai P sebesar(0,087) < • 10% makaX5 (lamamenempati tempat tinggal)berpengaruh nyata terhadap Y.Dilihat dari nilai Psebesar(0,004) < • 10% maka X9 (pinjaman lain)berpengaruh nyata terhadap Y.Dilihat dari nilai Psebesar(0,002) < • 10% maka X13 (suku bunga)berpengaruhnyata terhadap Y.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH DEBITUR
GERAI KREDIT VERENA BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ASTRI MARLIA SAMTI
H24087023
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian KreditBermasalah Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor
Nama : Astri Marlia Samti
NIM : H24087023
Disetujui,Dosen Pembimbing
Farida Ratna Dewi, SE, MMNIP. 19710307 200501 2 001
MengetahuiKetua Departemen
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. ScNIP. 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 08 Maret 1985. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara kandung dari pasangan H.
Syamsaini (alm) dan Hj. Suryati. Penulis berkesempatan menempuh pendidikan
formal di TK Melati Bogor, lalu melanjutkan ke SDN 1 Gunung Batu, Bogor,
pada tahun (1991-1997), dilanjutkan kembali ke SLTPN 4 Bogor, pada tahun
(1997-2000), dan penulis menempuh masa remaja di SMUN 2 Bogor, pada tahun
(2000-2003) pada program IPA.
Pada tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Ujian
Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada Program Studi Diploma III
Manajemen Bisnis Perikanan (MBP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan
(FPIK) lulus pada tahun 2006. Dalam masa studi penulis aktif dalam beberapa
organisasi dan kegiatan kemahasiswaan seperti himpro, paduan suara Agria Swara
Institut Pertanian Bogor. Penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor sejak akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2011.
Prestasi yang didapatkan selama masa kuliah adalah mengikuti kompetisi
paduan suara bersama PSM Agria Swara IPB, mengikuti beberapa organisasi
mahasiswa seperti BEM dan ikut serta dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
Kegiatan ini dilakukan pada saat penulis masih aktif kuliah dan belum bekerja.
Penulis saat ini bekerja di PT Verena Oto Finance selama 20 bulan dan pernah
bekerja di PT Mitra Bisnis Keluarga Ventura selama 15 bulan.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, karena atas rahmatNya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang disusun oleh
penulis dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit
Bermasalah Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor.
Tak ada gading yang tak retak sehingga skripsi ini masih harus terus
diperbaharui dan disempurnakan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya, sehingga
penelitian ini dapat berguna untuk pihak terkait, dan menjadi sebuah kebanggaan
bagi institusi, juga secara khusus bagi penulis.
Bogor, Februari 2011
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang dengan
sabar memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat
berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.
2. Ibu Hardiana Widyastuti S.Hut, MM atas kesediaannya menjadi dosen
penguji departemen pada ujian sidang penulis yang telah memberi kritik dan
saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MM atas kesediaannya menjadi dosen
penguji departemen pada ujian sidang penulis yang telah memberi kritik dan
saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Bapak Reidha Syahputra dan Ibu Ita Ambarsari yang telah banyak
membantu dalam pengumpulan data dan memberikan informasi yang sangat
berguna dalam penelitian ini.
5. Orang tuaku tercinta H. Syamsaini (alm) dan Hj Suriati yang selalu
mendoakan, memberi semangat, dan mendukung penulis dengan penuh kasih
sayang. Semoga ini dapat menjadi persembahan yang terbaik bagi keluarga.
6. Saudara kandungku : Septian Arianda dan Ana Gustiani atas bantuan
tanpa pamrih dalam menyukseskan pembuatan skripsi ini.
7. Teman seperjuanganku Dewi Kashita R atas bantuannya berbagi
pemikiran bersama penulis serta teman satu bimbinganku (duo Irma dan
Etha), atas masukannya.
8. Kakakku tersayang, mas Hery Rudita atas pengertian dan semangatnya.
9. Seluruh staf sekretariat program sarjana alih jenis manajemen yang telah
membantu penulis.
10. Teman-teman di GKV Bogor yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
terimakasih atas bantuannya.
11. Sahabat-sahabatku “Gerombolan Siberat“ yang selalu memberikan
support, walaupun sedang bekerja di kantornya masing-masing, terima kasih
atas smsnya setiap hari.
vi
DAFTAR ISI
HalamanRINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ v
DAFTAR ISI................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. x
I. PENDAHULUAN...................................................................................... 11.1. Latar Belakang.................................................................................. 11.2. Perumusan Masalah.............................................................................. 31.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 41.4. Batasan Penelitian ............................................................................ 41.5. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 52.1. Lembaga Keuangan ......................................................................... 52.2. Kredit ............................................................................................... 6
2.2.1 Pengertian Kredit .................................................................... 62.2.2 Jenis Kredit ............................................................................. 72.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit ........................................................ 92.2.4 Unsur-Unsur Kredit ................................................................. 102.2.5 Analisa Kredit . ........................................................................ 112.2.6 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit ............................................. 132.2.7 Pengawasan Kredit................................................................... 152.2.8 Prosedur Penyaluran Kredit ...................................................... 152.2.9 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah............ 162.2.10 Penanganan Kredit Bermasalah .............................................. 182.2.11 Prosedur Pengembalian Kredit ............................................... 202.2.12 Kolektibilitas Kredit .............................................................. 21
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................ 222.4. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 23
III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 263.1. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 273.2. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 273.3. Jumlah Populasi dan Metode Penarikan Sampel……………………... 283.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 293.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 29
3.5.1 Analisis Deskriftif .................................................................... 30
vii
3.5.2 Analisis Regresi Logistik ......................................................... 303.6. Definisi Operasional ........................................................................ 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 354.1. Verena Multi Finance ...................................................................... 354.2. Stuktur Organisasi GKV Bogor......................................................... 364.3. Prosedur Penyaluran Kredit .............................................................. 404.4. Prosedur Pengembalian Kredit dari Debitur ...................................... 444.5. Pola Pengembalian Kredit Pada GKV Bogor Berdasarkan
Karakteristik Debitur ........................................................................ 454.6. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian
Kredit Bermasalah di GKV Bogor .................................................... 544.7. Metode Analisis 5C (the five of credit) ............................................. 554.8. Implikasi Manajerial ......................................................................... 57
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 581. Kesimpulan....................................................................................... 582. Saran ................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 59
viii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Data perkembangan kredit bermasalah GKV periode April – Juni 2010 ...... 3
2. Suku bunga dan biaya administrasi di GKV Bogor ..................................... 36
3. Pola pengembalian kredit berdasarkan usia ................................................ 45
4. Pola pengembalian kredit berdasarkan jenis kelamin .................................. 46
5. Pola pengembalian kredit berdasarkan status .............................................. 46
6. Pola pengembalian kredit berdasarkan tingkat pendidikan .......................... 47
7. Pola pengembalian kredit berdasarkan lama menempati tempat tinggal ...... 47
8. Pola pengembalian kredit berdasarkan kepemilikan tempat tinggal ............ 48
9. Pola pengembalian kredit berdasarkan jarak rumah dengan GKV ................. 48
10. Pola pengembalian kredit berdasarkan jumlah tanggungan keluarga ......... 49
11. Pola pengembalian kredit berdasarkan pinjaman lain ............................... 49
12. Pola pengembalian kredit berdasarkan pengalaman usaha ........................ 50
13. Pola pengembalian kredit berdasarkan omset usaha ................................. 51
14. Pola pengembalian kredit berdasarkan agunan ......................................... 51
15. Pola pengembalian kredit berdasarkan suku bunga ................................... 52
16. Pola pengembalian kredit berdasarkan jangka waktu pengembaliankredit GKV............................................................................................... 53
17. Faktor yang berpengaruh nyata (significant) terhadap pengembaliankredit………………………………………………………………………. 54
18. Faktor yang tidak berpengaruh nyata (tidak significant) terhadappengembalian kredit.................................................................................. 55
19. Pola pengembalian kredit berdasarkan metode analisis 5C...…………….. 56
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Sistem lembaga keuangan .......................................................................... 5
2. Prosedur pemberian kredit .......................................................................... 16
3. Kerangka pemikiran operasional GKV Bogor ............................................. 27
4. Struktur organisasi GKV Bogor……………………………………………... 40
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Hasil pengolahan regresi logistik mengenai faktor-faktor yangmempengaruhi pengembalian kredit oleh debitur GKV Bogor.................... 62
2. Brosur yang digunakan GKV Bogor ........................................................... 65
3. Kuisioner penelitian.................................................................................... 66
4. Kuisioner penelitian.................................................................................... 68
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lembaga keuangan adalah perantara keuangan yang membantu
pemindahan dana dari pemasok ke peminta dana. Lembaga keuangan dapat
dibedakan menjadi lembaga keuangan depositori (bank), perusahaan asuransi,
perusahaan sekuritas dan bank investasi, reksa dana, serta perusahaan
pembiayaan. Lembaga keuangan merupakan suatu lembaga yang bertugas
memberikan layanan yang menyangkut keuangan didalamnya pemberian jasa
bantuan modal atau pembiayaan (Siamat, 2004).
Sistem lembaga keuangan di Indonesia terbagi menjadi 2 kategori yaitu
perbankan dan non bank. Perbankan ini di awasi oleh bank Indonesia yang terbagi
menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat. Sedangkan non bank diawasi
langsung oleh departemen keuangan diantaranya terdiri dari perusahaan asuransi,
lembaga pembiayaan, perusahaan modal ventura, perusahaan penjaminan, dana
pensiun, pegadaian dan pasar modal.
Pada saat ini Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), telah menjadi
alternatif sumber pembiayaan bagi masyarakat. Masyarakat semakin familiar
dengan keberadaan berbagai jenis lembaga keuangan bukan bank ini karena
memiliki beberapa nilai tambah dibandingkan perbankan seperti prosedur
pembiayaan yang tergolong lebih sederhana, adanya aspek ikatan emosional
(keanggotaan), serta pendekatan lebih personal dari pegawai LKBB. Walaupun
terkadang LKBB mengenakan suku bunga/imbalan hasil pembiayaan yang lebih
tinggi dibandingkan lembaga perbankan, namun berbagai keunggulan tersebut
menyebabkan sebagian kelompok masyarakat menggunakan jasa LKBB.
Kualitas aktiva produktif perusahaan pembiayaan secara keseluruhan
terbilang lancar. Menurut perhitungan Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), M.
Ichsanoeddin, Kredit macet atau non performing loan (NPL) perusahaan
pembiayaan atau multifinance hingga semester II 2008 hanya berkisar 2 persen.
Kredit macet terbesar ada pada pembiayaan anjak piutang sebesar 8,6 persen,
kartu kredit sebesar 3,4 persen, sewa guna usaha 1,4 persen dan pembiayaan
2
konsumen 1,8 persen. Jumlah multifinance yang berada dalam pengawasan
Bapepam-LK hingga akhir tahun lalu berjumlah 212 buah dengan jumlah
pembiayaan senilai Rp 135,6 triliun. (www. suara pembaruan.com, 20 May 2010).
Lembaga pembiayaan telah menciptakan berbagai produk perkreditan.
Segmen kredit mikro telah menjadi industri keuangan yang dibuka untuk
persaingan secara luas tanpa proteksi khusus antara perbankan, koperasi dan
lembaga keuangan lainnya. Penguatan lembaga keuangan melalui penyediaan
kredit dan pelatihan untuk memperluas jasa pelayanan keuangan yang layak dapat
memberikan kesinambungan bagi pengembangan usaha baik secara individu
maupun kelompok.
Indonesia merupakan salah satu negara yang pernah mengalami krisis
moneter. Salah satu faktor penyebab keterlambatan pemulihan kondisi ini adalah
manajemen kredit yang masih tertinggal dengan negara lain. Krisis ekonomi ini
dapat diselesaikan apabila generasi bangsa ini lebih intensif dan berkreasi
memberikan inovasi pemikiran dalam berbagai tekanan ekonomi baik domestik
dan internasional (Fahmi dan Lavianti, 2010).
Perkembangan ilmu manajemen perkreditan telah berkembang begitu
pesat seiring dengan munculnya berbagai kasus dalam bidang perkreditan. Kasus
subprime mortgage di Amerika Serikat memberikan informasi yang kuat agar
lembaga keuangan berhati-hati dalam keputusan kredit walaupun kepercayaan
merupakan modal awal lembaga pembiayaan dalam menjalankan usahanya.
Analisa kredit adalah proses menganalisa dan menilai prospek calon
debitur guna memperoleh indikasi kemungkinan terjadinya default (kegagalan
debitur membayar kembali kredit yang diterimanya). Langkah tepat untuk
mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi dalam pemberian kredit
adalah melakukan teknik analisa pemberian kredit (Siamat, 2004).
Pemberian kredit mengandung suatu tingkat resiko tertentu dimana ada
kemungkinan kredit tidak tertagih. Walaupun berbagai antisipasi telah dilakukan,
kredit bermasalah tetap ada dalam lingkungan lembaga pembiayaan. Hampir
seluruh lembaga pembiayaan pernah mengalami kredit bermasalah, salah satunya
adalah Gerai Kredit Verena Bogor. Berikut ini adalah data perkembangan kredit
bermasalah di GKV Bogor :
3
Tabel 1. Data perkembangan overdue di Gerai Kredit Verena Bogor
No BulanJumlahDebitur
Menunggak
JumlahDebitur Aktif
Persentase(%)
1 April 61 586 10.412 Mei 86 607 14.173 Juni 123 639 19.254 Juli 154 688 22.38
Sumber : Data diolah, 2010
Tabel 1 di atas menunjukan adanya kenaikan angka overdue di Gerai Kredit
Verena. Overdue adalah keterlambatan pembayaran angsuran melewati tanggal
jatuh tempo setiap bulannya. Overdue yang mengalir setiap bulannya akan
menjadi kredit bermasalah apabila tidak dilakukan penanganan secepatnya.
Overdue merupakan indikasi awal terjadinya kredit bermasalah.
1.2. Perumusan Masalah
Gerai Kredit Verena Bogor berlokasi di Jalan Otoiskandardinata no 10 RT
03 RW 01 Babakan Pasar, Bogor Tengah 16161. Pada saat ini memiliki satu buah
outlet (kantor cabang pembantu) yang berlokasi di jalan Hankam RT 02 RW 04
Desa Leuwimalang Cisarua Bogor 16750.
GKV memiliki kendala dalam menjalankan bisnisnya yaitu besarnya
jumlah debitur bermasalah yang diawali dari kenikan overdue. Jumlah debitur
bermasalah pada bulan Juli 2010 sebanyak 154 orang dengan kategori 73 orang
masih mampu mengangsur dan 81 orang dalam kategori tidak mampu
mengangsur. Hal ini mengakibatkan perjalanan kredit terhenti atau disebut juga
wanprestasi. Kredit bermasalah juga menghambat dampak ganda positif
(multiplier effects) investasi dana karena dana yang dikreditkan pada debitur tidak
kembali pada kreditur sehingga dana tersebut tidak dapat dikreditkan pada debitur
lain yang membutuhkan dana (Fahmi dan Lavianti, 2010).
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kondisi seperti ini adalah
menurunnya kinerja GKV di mata bank sentral karena NPL (Non Performing
Loan) sebesar 10 persen selama satu tahun terakhir. Hakikatnya semakin rendah
NPL maka semakin baik dan efektif, hal ini berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia yang menyebutkan bahwa rasio NPL yang efektif sebesar 5 persen.
4
(www. Suara Pembaruan.com, 20 May 2010). Berdasarkan uraian tersebut, dapat
dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain :
1. Bagaimana karakteristik debitur bermasalah di GKV?
2. Bagaimana proses penyaluran dan penilaian kredit pada GKV?
3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pengembalian kredit bermasalah
oleh debitur GKV?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik debitur GKV yang mengalami kredit
bermasalah.
2. Mengetahui prosedur penyaluran dan penilaian kredit di GKV.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit
bermasalah oleh debitur GKV.
1.4. Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembalian kredit bermasalah oleh debitur GKV yang
berlangsung sejak tahun 2009-2010.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan
pertimbangan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Bahan pertimbangan GKV dalam mengambil kebijakan terhadap calon debitur
yang akan mengajukan kredit.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan
menjadi referensi serta bahan masukan untuk menambah wawasan bagi pihak
lain yang berkepentingan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lembaga Keuangan
Sistem lembaga keuangan di Indonesia terbagi menjadi 2 kategori yaitu
perbankan dan non bank. Perbankan ini di awasi oleh bank Indonesia yang terbagi
menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat. Sedangkan non bank diawasi
langsung oleh departemen keuangan yang membawahi perusahaan asuransi,
lembaga pembiayaan, perusahaan modal ventura, perusahaan penjaminan, dana
pensiun, pegadaian dan pasar modal. Lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi
lembaga keuangan depositori (bank), perusahaan asuransi, perusahaan sekuritas
dan bank investasi, reksa dana, serta perusahaan pembiayaan.
Masyarakat luas belum mengetahui perbedaan yang jelas antara bank dan
lembaga pembiayaan, terkadang masyarakat masih menganggap lembaga
pembiayaan adalah bank. Walaupun bergerak dalam bidang keuangan tetapi jelas
bank dan lembaga pembiayaan berbeda dalam banyak hal. Lembaga pembiayaan
adalah badan usaha yang didirikan secara khusus untuk melakukan kegiatan
termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan, diantaranya perusahaan sewa
guna usaha (leasing company), perusahaan modal ventura (ventura capital
company), perusahaan perdagangan surat berharga (security company),
perusahaan anjak piutang (factoring company), perusahaan kartu kredit (credit
card company), perusahaan pembiayaan konsumen (consumers finance company).
SistemKeuanganIndonesia
Perbankan Bukan Bank
BankIndonesia
UU No.23/1999Bank
Umum
BankPerkreditan
Rakyat
Dep. Keuangan
PerusahaanModal
Ventura
PerusahaanPenjaminan
LembagaPembiayaan
Kepres61/98
AsuransiuU No.
2/1992
DanaPensiun
UU 11/92
PasarModal
UU 8/95
PegadaianPP 10/90
Gambar 1. Sistem lembaga keuangan (Siamat, 2004)
6
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak
menarik dana secara langsung dari masyarakat. Sewa guna usaha (leasing)
merupakan suatu perjanjian penyediaan barang-barang modal yang digunakan
untuk suatu jangka waktu tertentu. Keunggulan leasing adalah pembiayaan penuh,
lebih fleksibel, merupakan sumber pembiayaan alternative, off balance sheet,
dapat diatur mengikuti arus dana, terproteksi terhadap inflasi dan terlindung dari
keausan teknologi.
Perusahaan pembiayaan konsumen (consumers finance company) adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang
berdasarkan kebutuhan konsumen dengan system pembayaran angsuran atau
berkala seperti pembiayaan kendaraan roda empat dan roda dua, elektronik,
furniture maupun perumahan. Kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat,
membuat masyarakat menjatuhkan pilihannya untuk menggunakan jasa lembaga
pembiayaan. Lembaga pembiayaan terkemuka yang berdiri di Bogor antara lain :
PT Federal International Finance, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk, PT
Summit Oto Finance (SOF), PT Wahana Ottomitra Multiartha (WOM), PT
Bussan Auto Finance (BAF), PT Toyota Astra Financial Service (TA Finance),
PT Indomobil Finance, PT BCA Finance (BCAF), Astra Credit Companies (ACC)
dan Oto Multi Artha. (Majalah kredit guide, 1 juni 2010).
2.2. Kredit
2.2.1 Pengertian kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti
kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seorang
ataupun badan yang memberikan kredit (disebut kreditur) percaya bahwa
penerima kredit (disebut debitur) pada masa yang akan datang akan sanggup
memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan berupa uang, barang atau jasa
(Fahmi dan Lavianti, 2010).
Pengertian kredit menurut UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan
UU No.7 tahun 1992 mendefinisikan kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan
7
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
Definisi kredit menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
(PAPI) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau pembagian hasil
keuntungan (Fahmi dan Lavianti, 2010).
2.2.2 Jenis kredit
Fahmi dan Lavianti (2010) mengklasifikasikan jenis kredit yang
disalurkan oleh bank/lembaga keuangan dilihat dari berbagai segi yaitu :
1. Segi kegunaan
a. Kredit investasi :
Kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau
membangun proyek/pabrik baru dengan masa pemakaian relatif lama
dan untuk kegunaan kegiatan utama suatu perusahaan.
b. Kredit modal kerja :
Kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam
operasionalnya. Kredit modal kerja merupakan kredit pendukung dari
kredit investasi yang ada.
2. Segi tujuan kredit
a. Kredit produktif :
Kredit produktif digunakan untuk peningkatan usaha, produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
b. Kredit konsumtif :
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi.
Dalam kredit ini tidak ada penambahan barang atau jasa yang
dihasilkan.
c. Kredit perdagangan :
Kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya
untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari
hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan
8
kepada supplier atau agen perdagangan yang akan membeli barang
dagangan dalam jumlah tertentu.
3. Segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek :
Kredit yang memberikan jangka waktu maksimum satu tahun,
biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja dan musiman.
b. Kredit jangka menengah :
Kredit yang jangka waktu kreditnya anatara 1 - 3 tahun. Beberapa bank
mengklasifikasikan kredit ini menjadi kredit jangka panjang.
c. Kredit jangka panjang :
Kredit yang masa pembeliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Kredit ini
digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet,
manufaktur dan kredit perumahan.
4. Segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan :
Kredit diberikan dengan jaminan tertentu, dapat berupa barang
berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan
akan dilindungi senilai dengan jaminan yang diberikan calon debitur.
Jaminan yang dimaksud di atas dapat berupa barang, surat berharga,
orang atau perusahaan, asuransi dan lain-lain.
b. Kredit tanpa jaminan :
Kredit ini diberikan tanpa jaminan barang atau benda tertentu. Kredit
jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta
loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan bank. Biasanya
kredit ini sudah diperhitungkan tidak akan merugikan kreditur jika
ternyata debitur tidak mampu mengembalikan pinjamannya.
5. Segi sektor usaha
Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda,
sehingga pemberian fasilitas kredit pun berbeda-beda pula. Jenis kredit
yang dilihat dari sektor usaha yaitu : kredit pertanian, kredit
peternakan, kredit industri, kredit pertambangan, kredit pendidikan,
kredit profesi, kredit perumahan dan kredit sektor usaha lain.
9
6. Segi kualitas
a. Kredit performing
Kredit performing ini dikategorikan pada dua kualitas yaitu kredit
dengan kualitas lancar dan kualitas mendapat perhatian khusus.
b. Kredit nonperforming
Kredit non performing ini dikategorikan pada tiga kualitas yaitu
kualitas kurang lancar, diragukan dan kredit macet.
Akses pada kredit adalah suatu hak dasar manusia yang sangat
fundamental. Akses kredit akan berdampak bagi seorang sehingga dapat
meningkatkan pendapatannya (terutama masyarakat berpendapatan rendah),
maka kebutuhan dasar lainnya dapat dijangkau (kebutuhan papan, pakaian,
pendidikan, kesehatan, dsb). Kredit sangat bermanfaat dalam menciptakan
peluang kerja dan usaha di pedesaan sehingga mampu meningkatkan
kesejahteraan atau sebagai upaya mengurangi kesulitan hidup masyarakat
yang termasuk dalam kelompok miskin (Mubyarto dalam Alamsyah, 2007).
2.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit
Menurut Fahmi dan Lavianti (2010), tujuan dari lembaga keuangan
memberikan kredit kepada debitur adalah untuk :
1. Mencari keuntungan, pemberian kredit merupakan upaya untuk
memperoleh hasil dalam bentuk bunga yang diterima oleh lembaga
keuangan sebagai balas jasa dan provisi kredit yang dibebankan kepada
debitur, dengan harapan debitur yang memperoleh kredit pun bertambah
maju dalam usahanya. Keuntungan debitur ini penting untuk kelangsungan
hidup lembaga keuangan dan kemajuan usaha debitur.
2. Membantu usaha debitur, yaitu debitur yang memerlukan dana, baik dana
investasi maupun dana modal kerja, sehingga debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya.
3. Membantu pemerintah dengan maksud semakin banyak kredit yang
disalurkan oleh lembaga keuangan, maka diharapkan semakin banyak
pengusaha dapat berkembang, sehingga mendukung pembangunan di
berbagai sektor yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan pemerintah
dari sektor pajak.
10
4. Membantu masyarakat, hal ini berarti semakin berkembang sektor rill
yang diusahakan oleh pengusaha mikro, kecil dan menengah, akan
menciptakan kesempatan kerja yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Menurut Fahmi dan Lavianti (2009), fungsi dari lembaga keuangan dalam
aktivitas perekonomian suatu negara adalah :
Fungsi kredit untuk berusaha memposisikan uang sebagai alat pertukaran
yang efektif.
Fungsi kredit sebagai penyalur dana dan pembina bagi dunia usaha.
Fungsi kredit sebagai pengawas moneter.
Fungsi kredit sebagai bagian untuk menghindari pemutusan financial.
Fungsi kredit untuk menciptakan suatu pemerataan pendapatan.
Fungsi kredit sebagai suatu alat dalam menggairahkan bisnis internasional.
Fungsi kredit untuk meningkatkan aktivitas penggunaan barang dan jasa.
Fungsi kredit sebagai pendorong dan pencipta stabilitas ekonomi.
2.2.4 Unsur-Unsur Kredit
Fahmi dan Lavianti (2010), mengemukakan unsur-unsur yang terdapat
dalam pemberian kredit adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan hal yang paling penting dari unsur kredit. Konsep
kredit pada saat ini adalah mitra bisnis untuk mewujudkan suatu sinerji
kerja yang baik. Keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan
baik berupa uang, barang atau jasa, yang diberikan akan benar-benar
diterima kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.
2. Kesepakatan
Suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajibannya masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan
dalam perjanjian kredit kredit yang ditangani oleh kedua belah pihak yaitu
kreditur dan debitur.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu
ini mencakup masa pengambilan kredit yang telah disepekati bersama
11
dengan menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian
kredit dan pelunasannya.
4. Risiko
Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan oleh 2 hal yaitu debitur yang
sengaja tidak membayar kreditnya dan debitur yang sengaja. Penyebab
tidak tertagih sebenarnya karena adanya suatu tenggang waktu
pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagih/macet dalam
pemberian kredit. Semakin panjang jangka waktu kredit semakin besar
resiko tidak tertagih. Resiko ini menjadi tanggungan kreditur baik resiko
yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
5. Balas jasa
Keuntungan atas pemberian suatu kredit pembiayaan yang dikenal sebagai
bunga untuk bank konvensional atau bagi hasil untuk bank syariah. Balas
jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi, komisi, serta biaya administrasi
kredit ini merupakan keuntungan utama bank/lembaga keuangan.
2.2.5 Analisa Kredit
Fahmi dan Lavianti (2010), menyatakan bahwa pada saat suatu
pengerjaan usaha dilaksanakan dan membutuhkan dana yang sifatnya
eksternal maka pengajuan kepada pihak perbankan adalah salah satu alternatif
pembiayaan yang dapat ditempuh. Analisa kredit dapat dianggap feasible dan
infeasible (layak atau tidak layak) untuk realisasi pinjaman yang diajukan oleh
calon debitur.
Pengertian feasible dari segi perspektif kredit adalah suatu analisa
yang mencoba mengkaji secara serius pengajuan atau permohonan kredit dari
lembaga yang membutuhkan dana guna membiayai suatu usaha dengan
menjelaskan secara rinci tentang kemampuannya untuk mengembalikan
pinjaman tersebut secara tepat waktu dan siap menanggung segala resiko yang
akan terjadi dan semua itu dilindungi oleh jaminan yang dimilikinya.
Menurut Siamat (2004), analisa kredit adalah proses menganalisa
calon debitur guna memperoleh indikasi kemungkinan terjadinya default
(kegagalan debitur membayar kembali kredit yang diterimanya, angsuran
pokok beserta bunga yang telah disepakati). Langkah yang tepat untuk
12
mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi dalam proses
pemberian kredit adalah melakukan analisa pemberian kredit. Sebelum
melaksanakan kegiatan tersebut ada beberapa langkah yang harus dilakukan
yaitu pemilihan pendekatan yang akan dipakai dalam melaksanakan analisa
kredit yaitu :
1. Pendekatan jaminan (collateral approach)
2. Pendekatan karakter (character approach)
3. Pendekatan kemampuan pelunasan atas kredit yang diberikan
(repayment approach)
4. Pendekatan tingkat keterlaksanaan proyek usaha calon debitur
(feasibility approach)
5. Pendekatan bank pembangunan (development bank approach)
Menurut Fahmi dan Lavianti (2010) bank dan non bank dalam
memberikan kredit harus berdasarkan analisis pemberian kredit yang
memadai, agar kredit yang diberikan tidak menjadi kredit macet. Apabila
kredit yang diberikan mengalami kemacetan, maka kemampuan bank dan non
bank untuk memenuhi kewajiban terhadap para penyimpan dananya akan
menurun.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, kreditur diharuskan
melakukan penelitian yang seksama terhadap kesanggupan dan kemampuan
debitur untuk melaksanakan proyeknya dan pengembalian kredit yang
diterimanya. Adapun metode analisis 6A menurut Dendawijaya dalam Haloho
meliputi :
1. Aspek yuridis (hukum), bertujuan untuk meneliti ketentuan-ketentuan
legalitas dari perusahaan atau badan hukum yang akan memperoleh
bantuan kredit atau pembiayaan dari bank.
2. Aspek pasar dan pemasaran, mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang
dapat diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit
serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha
dalam menghadapi persaingan yang akan kompetitif.
3. Aspek teknis, bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan
pengusaha dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan
13
proyek/usaha serta seberapa besar kesiapan teknik dan menjalankan
operasi usahanya nanti sebagai suatu business entity.
4. Aspek manajemen, mengukur kemampuan dan kecakapan dalam
mengelola usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas
usahanya.
5. Aspek keuangan, bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam mengelola keuangannya.
6. Aspek sosial ekonomi, suatu kajian terhadap value added yang dimiliki
perusahaan dari sudut pandang social dan makroekonomi terutama
manfaat sosial ekonomi yang diterima oleh pemerintah maupun
masyarakat seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak
pemerintah.
2.2.6 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Jaminan kredit yang diberikan debitur kepada lembaga pembiayaan
merupakan tambahan untuk melindungi kredit yang macet. Penilaian terhadap
suatu kredit yang telah dilakukan sebelumnya akan menggeser fungsi jaminan
sehingga fungsinya hanya untuk berjaga-jaga. Proses ini dilakukan melalui
analisa kredit. Sebelum kreditur menyalurkan kreditnya dilakukan beberapa
penilaian yang berisikan informasi pada kreditur atas itikad baik dan
kemampuan bayar debitur untuk melunasi pinjaman dan bunganya (Fahmi dan
Lavianti, 2010). Metode analisis 5C adalah sebagai berikut :
1. Character
Analisis ini dapat dilakukan dengan pendekatan human resource dan
psikologis. Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang
akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari
latar belakang debitur baik dari pekerjaan maupun yang bersifat pribadi
bersifat : gaya hidup, keadaan keluarga, kebiasaan dan sebagainya. Ini
semua ukuran “kemauan” membayar (moral risk). Tujuan untuk memahami
hal ini menyangkut kejujuran debitur dalam urusannya untuk berusaha
memenuhi kewajibannya (willingness to pay). Pendekatan lainnya
mengenai karakteristik dapat dicari melalui Bank checking yaitu
kemampuan bank untuk melakukan pengecekan.
14
2. Capacity
Capasity berhubungan dengan bussines record atau kemampuan
debitur dalam mengelola bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya,
kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami
tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan
kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya
akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang telah
disalurkan. Hal ini dapat dilihat dari laporan rugi/laba per tahun. Bussines
risk merupakan perhitungan kemungkinan resiko bisnis yang akan timbul.
Trade checking adalah usaha mengamati situasi perdagangan secara makro
dan mikro.
3. Capital
Hal ini menyangkut kemampuan modal yang dimiliki seseorang pada
saat melakukan usahanya. Melihat penggunaan modal efektif dapat dilihat
dari laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan
pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran
lainnya. Secara umum hal ini dapat dilihat dari balance sheet, income
statement, capital structure, return on euity, return on investment. Capital
juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.
Financial risk merupakan kemungkinan resiko keuangan yang akan timbul.
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan membiayai seluruh proyek
jangka pendek. Solvabilitas adalah kemampuan debitur melunasi seluruh
kewajibannya dalam jangka panjang. Rentabilitas merupakan kemampuan
debitur memperoleh keuntungan usahanya.
4. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon debitur baik yang bersifat
fisik maupun non fisik. Barang ini dapat berupa tanah, bangunan, otomotif,
mesin, surat keputusan atau apapun yang dapat disetujui sebagai jaminan.
Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga
harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi sesuatu masalah, maka
jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Ini
merupakan pertahanan akhir apabila debitur mengalami kerugian usaha.
15
5. Condition
Penilaian kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan
datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang
dijalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai sebaiknya
memliliki prospek baik, sehingga kemungkinan kredit itu bermasalah
semakin kecil. Kondisi dapat dilihat dari segi legalisasi keberadaan usaha.
Kondisi perekonomian menyangkut tingkat pertumbuhan ekonomi yang
telah terjadi, angka inflasi, jumlah penganguran, purchasing power parity
(daya beli), penerapan kebijakan moneter, iklim dunia usaha yaitu regulasi
pemerintah dan situasi ekonomi internasional yang tengah berkembang.
2.2.7 Pengawasan Kredit
Pada saat kredit sudah diberikan kepada debitur maka sudah menjadi
kewajiban lembaga pembiayaan untuk mengawasi kelancaran terselesaikannya
kredit tersebut hingga lunas. Menurut Fahmi dan Lavianti , (2009), ada dua
bentuk pengawasan yang dapat dilakukan oleh pihak lembaga pembiayaan
yaitu:
1. Pengawasan dengan model preventif control
Pengawasan dengan model ini dilakukan oleh pihak perbankan sebelum
kredit tersebut dicairkan atau diberikan kepada calon debitur. Tujuannya
adalah untuk menghindari kesalahan yang lebih fatal di kemudian hari.
Kondisi ini mencerminkan kelengkapan berkas yang diajukan hingga
tahap survey lapangan seperti jaminan dan bentuk usaha yang dilakukan
calon debitur.
2. Pengawasan dengan model represif control
Pengawasan dalam model ini dilakukan pada saat kredit tersebut telah
diberikan kepada debitur. Pengawasan ini diberikan dengan tujuan agar
kreditur membangun kedisiplinan yang kuat untuk melunasi setiap
pinjamannnya secara tepat waktu.
2.2.8 Prosedur Penyaluran Perkreditan
Prosedur pemberian dan penilaian kredit dalam lembaga keuangan secara
umum tidak jauh berbeda. Hal yang mendasari perbedaan tersebut terletak dari
prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-
16
masing lembaga pembiayaan. Prosedur pemberian kredit secara umum dapat
dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan
hukum (perusahaan). Secara lebih jelas prosedur pengembalian kredit dapat
dilihat dari gambar berikut ini :
2.2.9 Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah
GKV menghadapi pembiayaan bermasalah yang mengakibatkan
keterlambatan dalam pengembaliannya, sama halnya dengan lembaga
keuangan umumnya. Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya kredit
bermasalah yaitu :
1. Advertisity adalah perubahan pada siklus usaha (bussines cycle) hal ini
diluar kontrol seperti sakit, lama menempati tempat tinggal, alam, dan
kematian.
2. Miss management adalah ketidakmampuan debitur dalam mengelola
kegiatan usahanya dan menjaga kondisi keuangan dengan cara melakukan
kegiatan usaha yang sehat.
Penilaian analisis 5C &rekomendasi kredit
Entry data
Penyimpanan arsip
Kelengkapan berkasRealisasi kreditTandatangan kontrak
Persetujuanpencairan kredit
Pembuatan perjanjiankredit
Pemberian keputusan(Approval)
Permohonan kredit
Gambar 2. Prosedur pemberian kredit
17
3. Fraud (penyalahgunaan) maksudnya adalah ketidakjujuran debitur dalam
memberikan informasi dan laporan mengenai kegiatan usahanya, posisi
keuangan, hutang piutang, persediaan dll.
Penyebab-penyebab kredit bermasalah mengakibatkan GKV berhati-hati
dalam menyalurkan kreditnya, terutama pada usaha skala kecil. Penyebab
pembiayaan bermasalah menurut Tjoekam dalam Setianingsih (2008) adalah :
1. Manajemen tidak kompeten, keterbatasan pengetahuan atas usaha, waktu
yang diberikan tidak cukup, penyertaan pada usaha lain dan ketamakan.
2. Industri, mudah dimasuki oleh pengusaha lain, muncul pesaing baru,
teknologi tertinggal, market share menurun.
3. Produk, permintaan menurun, mutu tidak stabil, pelanggan utama pindah,
tidak dapat bersaing baik kualitas maupun kuantitas.
4. Ekonomi, kehidupan perekonomian yang lesu, pasar lokal dan
internasional menurun, kebijakan uang yang sangat ketat.
Menurut Bank Indonesia kredit macet merupakan suatu kejadian apabila
sudah diusahakan oleh bank dengan membayarkan perpanjangan atau
kelonggaran, utang debitur tetap tidak terbayarkan. Hal senada dapat diartikan
juga apabila debitur tidak membayarkan hutangnya seperti ketentuan yang
tercantum pada perjanjian sebelumnya (Fahmi dan Lavianti, 2010).
Sutojo dalam Priarnani, (2000) mengelompokan kredit bermasalah
menjadi 3 golongan yaitu :
1. Faktor internal bank meliputi penyelenggaraan analisis kredit yang tidak
tepat, pimpinan yang terlalu agresif dalam menyalurkan kredit, lemahnya
sistem pemantauan kredit dan kredibilitas debitur, campur tangan
pemegang saham yang berlebihan dalam proses pengambilan keputusan
pemberian kredit, pemberian kredit tambahan tanpa analisis kredit yang
tajam dan tambahan jaminan kredit.
2. Ketidaklayakan debitur dapat dilihat dari ketidaklancaran pembayaran dan
pelunasan kredit yang dipengaruhi oleh penghasilan tetap. Apabila terjadi
gangguan terhadap penghasilan tetap tersebut maka terganggu pula pola
pembayaran kreditnya.
18
3. Faktor eksternal meliputi penurunan kondisi ekonomi moneter negara atau
sektor usaha, lama menempati tempat tinggal alam, peraturan pemerintah
yang memberikan kemudahan sektor asing untuk masuk sehingga dapat
mematikan sektor dalam negeri yang belum mampu bersaing serta
melemahnya kurs mata uang asing terhadap rupiah.
4. Angka kredit bermasalah yang cukup tinggi tidak hanya merugikan para
pemilik saham bank tersebut, tetapi juga akan merugikan para pemilik
dana yang sebagian besar adalah anggota masyarakat, daari berbagai
lapisan dan tingkat kehidupan, yang dapat meresahkan masyarakat, bahkan
merusak sendi perekonomian suatu negara.
Menurut Kasmir (2008), kemacetan suatu fasilitas kredit disebabkan oleh
2 faktor yaitu:
1. Pihak perbankan (kreditur)
Dalam hal ini pihak analisis kredit kurang teliti dalam mengecek
kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam melakukan
perhitungan dengan rasio-rasio yang ada. Selain itu dapat terjadi juga
akibat kolusi dari pihak analisis kredit dengan pihak debitur sehingga
analisa datanya tidak objektif.
2. Pihak debitur
Kemacetan kredit yang disebabkan oleh debitur diakibatkan 2 hal yaitu :
a. Adanya unsur kesengajaan. Artinya debitur sengaja tidak mau
membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan
dengan sendirinya macet.
b. Adanya unsur tidak sengaja. Artinya debitur memiliki kamauan
untuk membayar tetapi tidak mampu dikarenakan usaha yang dibiayai
terkena musibah (force major).
2.2.10 Penanganan Kredit Bermasalah
Dalam pemberian kredit kepada debitur, lembaga keuangan terlebih
dahulu menganalisis debitur yang akan dilakukan oleh bagian analisis kredit.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah debitur layak diberikan kredit
sesuai dengan persyaratan yang ada. Analisis kredit bertujuan untuk
meminimalisir kredit bermasalah GKV. Upaya penyelesaian kredit yang
19
dilakukan oleh GKV adalah dengan cara pemberian surat peringatan,
panggilan atau penagihan, restrukturisasi serta penarikan barang jaminan oleh
pihak lain untuk menutupi sisa angsuran debitur.
Menurut Kasmir (2008), dalam usaha mengatasi timbulnya kredit
bermasalah pihak bank/non bank dapat melakukan berbagai tindakan
penyelamatan atau penanganan sebagai berikut:
1. Rescheduling (penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban
debitur). Adanya perubahan tentang jadwal angsuran, besarnya angsuran
dan jangka waktu pelunasan.
a. Memperpanjang jangka waktu kredit
Debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit,
misalnya perpanjangan jangka waktu kredit sehingga debitur
mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya.
b. Memperpanjang jangka waktu angsuran
Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit
dimana adanya penambahan jumlah angsuran sehingga jumlah angsuran
pun menjadi lebih kecil.
2. Reconditioning
Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti :
a. Kapitalisasi bunga, yaitu dengan cara bunga dijadikan hutang pokok.
b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. Maksudnya
hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya sedangkan pokok
pinjamannya harus dibayar seperti biasa.
c. Penurunan suku bunga, dimaksudkan agar lebih meringankan beban
debitur. Hal ini tergantung pertimbangan bank/non bank bersangkutan.
d. Pembebasan bunga, dimana dalam pembebasan suku bunga diberikan
kepada debitur dengan pertimbangan debitur sudah tidak akan mampu
lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi debitur tetap mempunyai
kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.
Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk
menyelamatkan kredit yang diberikan dengan cara mengubah sebagian
atau seluruh kondisi (persyaratan) yang semula disepakati bersama pihak
20
debitur dan dituangkan dalam perjanjian kredit (PK). Perubahan kondisi
kredit dibuat dengan memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi oleh
debitur dalam pelaksanaan proyek atau bisnisnya.
3. Restructuring, yaitu dengan cara :
a. Menambah jumlah kredit
b. Menambah equity, yaitu dengan menyetor uang tunai dan tambahan
sejumlah dana dari pemilik.
Restructuring adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa
harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang
mendasari pemberian kredit.
4. Kombinasi, merupakan perpaduan dari ketiga jenis metode yaitu
kombinasi antara Restructuring dengan Reconditioning atau Rescheduling
dengan Restructuring. Kombinasi 3-R, dalam rangka penyelamatan kredit
bermasalah, dianggap perlu apabila bank dapat melakukannya.
5. Penyitaan Jaminan
Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila debitur sudah benar-
benar tidak punya itikad baik atau sudah tidak mampu lagi untuk
membayar semua hutang-hutangnya. Eksekusi, jika semua usaha
penyelamatan yang diuraikan di atas sudah dicoba namun debitur masih
juga tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap bank, maka jalan
terakhir adalah bank melakukan eksekusi melalui berbagai cara antara
lain: 1) Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Usaha Piutang
Negara), 2) Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara perdata).
2.2.11 Prosedur Pengembalian Kredit
Prosedur pengembalian kredit adalah langkah-langkah yang dilakukan
oleh peminjam untuk melunasi hutangnya atau mengangsur hutangnya kepada
pihak yang memberikan pinjaman dalam hal ini adalah pihak lembaga
pembiayaan sesuai dengan perjanjian pelunasan kredit yang telah disepakati.
Penagihan adalah rangkaian aktivitas yang bertujuan menjaga
kelancaran pembayaran angsuran dari konsumen yang dijalankan sesuai
ketentuan yang berlaku sehingga kerugian perusahaan dapat diminimalisir.
Dalam menilai suatu sistem penagihan kredit berhasil, maka dikaitkan dengan
21
tingkat pengembalian kredit dari debitur yang dapat digolongkan menjadi
lancar yaitu tepat waktu atau sebelum jatuh tempo, bermasalah yaitu kurang
lancar atau menunggak tetapi masih dapat membayar, serta macet yaitu
menunggak dan sudah tidak mampu membayar sehingga pihak bank dapat
mengambil alih agunan (collateral). Maksud dari pengelompokan kredit di
atas adalah untuk memudahkan lembaga pembiayaan dalam melakukan
pengawasan terhadap fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur sehingga
setiap keadaan kredit dapat diikuti secara baik.
2.2.12 Kolektibilitas Kredit
Kolektibilitas kredit / kualitas kredit merupakan kemampuan debitur
untuk mengembalikan dana yang dipinjam dari bank baik pinjaman pokok
maupun bunga kreditnya pada waktu yang telah ditentukan berdasarkan
perjanjian yang telah disepakati.
Penggolongan kolektibilitas (kualitas kredit) dapat diukur melalui
ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur
baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan.
Berdasarkan tingkat kelancaran dalam pengembalian kredit, Bank Indonesia
menggolongkan kolektibilitas kredit ke dalam lima kategori :
1. a. Kredit lancar (pass)
Kredit lancar adalah kredit yang pelunasan angsuran pokok dan atau bunga
dilakukan tepat waktu (tidak menunggak).
2. b. Kredit dalam perhatian khusus (special mention)
Kredit yang mengalami penunggakan angsuran baik pokok maupun bunga
yang belum melampaui 90 hari.
3. c. Kredit kurang lancar (sub-standart)
Kredit yang mengalami penunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
bunga setelah 90 hari.
4. d. Kredit diragukan (doubtful)
Kredit yang mengalami penunggakan angsuran pokok dan atau bunga
melampaui 180 hari.
22
5. e. Kredit macet (loss)
Kredit yang mengalami penunggakan angsuran pokok dan atau bunga
melampaui 270 hari.
Parameter debitur yang mengalami penunggakan di GKV Bogor :
1. Kategori penunggak yang masih mampu mengangsur adalah debitur yang
masih mampu mengangsur setiap bulannya walaupun melewati jatuh tempo
dengan masa keterlambatan antara 1-30 hari.
2. Kategori penunggak yang sudah tidak mampu mengangsur adalah debitur
yang jaminannya diambil alih oleh kreditur karena tidak memiliki
kemampuan untuk membayar pinjamannya dengan masa keterlambatan
antara 30-60 hari.
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu
Alamsyah (2007) melakukan penelitian yang berjudul analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit usaha pedesaan
(Kupedes) sektor agribisnis (BRI unit Ciomas). Dari hasil penelitiannya
disebutkan bahwa usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,
pembinaan, jarak rumah debitur dengan BRI dan beban bunga berpengaruh
negatif sehingga pengembalian kredit semakin tidak lancar. Sedangkan
pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit dan omset usaha
berpengaruh positif sehingga pengembalian kredit akan semakin lancar. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif disajikan dalam bentuk analisis deskriptif
menggunakan tabulasi guna mendukung data kuantitatif. Sedangkan data
kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi yang diolah menggunakan software
minitab 13. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian tersebut meliputi
analisis deskriptif dan analisis regresi logistik.
Asih (2007) melakukan penelitian yang berjudul analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit pengusaha kecil pada program
kemitraan Corporate Social Responsibility (Studi kasus : PT Telkom Drive II
Jakarta). Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa besarnya pinjaman, tingkat
pendidikan, usia, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha dan penghasilan
bersih berpengaruh positif sehingga peluang pengembalian kredit lancar akan
23
semakin besar. Tingkat suku bunga, dummy lama menempati tempat tinggal dan
dummy pendapatan lain diluar usaha berpengaruh negatif sehingga peluang
pengembalian kredit lancar akan semakin kecil. Metode yang dilakukan dalam
penelitian tersebut adalah analisis deskriptif melalui crosstabulations
menggunakan software SPSS 13 dan analisis statistik melalui analisis model
binary (probit) pada software E-views 4.1.
Priarnani (2005) melakukan penelitian yang berjudul analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pola pengembalian kredit pembinaan peningkatan
pendapatan petani nelayan kecil (Studi kasus di kabupaten Tuban, Jawa Timur).
Dari hasil penelitiannya disebutkan bahwa pengalaman usaha, frekuensi
pembinaan, tabungan sukarela dan lama menempati tempat tinggal berpengaruh
positif sehingga peluang pengembalian kredit lancar akan semakin besar.
Pengalaman ketua, umur, frekuensi angsuran, pendapatan kotor usaha bersama,
realisasi kredit, tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, jenis usaha bersama,
pengalaman kredit dan pendapatan lain diluar usaha bersama berpengaruh negatif
sehingga peluang pengembalian kredit lancar akan semakin kecil. Metode yang
dilakukan dalam penelitian tersebut adalah analisis deskriptif melalui perhitungan
rata-rata, distribusi frekuensi dan distribusi persentase dalam Minitab 13.20 dan
analisis pendugaan model melalui regresi log-linier berganda.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini meliputi karakteristik debitur.
Perumusan hipotesis tersebut adalah :
1. Usia debitur (X1)
H0 : Usia debitur diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
H1 : Usia debitur diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
2. Jenis kelamin (X2)
H0 : Jenis kelamin diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
H1 : Jenis kelamin diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
3. Status (X3)
H0 : Status diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
H1 : Status diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
24
4. Pendidikan (X4)
H0 : Pendidikan diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
H1 : Pendidikan diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
5. Lama menempati tempat tinggal (X5)
H0 : Lama menempati tempat tinggal diduga tidak berpengaruh terhadap
pengembalian kredit.
H1 : Lama menempati tempat tinggal diduga berpengaruh terhadap
pengembalian kredit.
6. Kepemilikan tempat tinggal (X6)
H0 : Kepemilikan tempat tinggal diduga tidak berpengaruh terhadap
pengembalian kredit.
H1 : Kepemilikan tempat tinggal diduga berpengaruh terhadap pengembalian
kredit.
7. Jarak lokasi rumah debitur dengan GKV (X7)
H0 : Jarak lokasi rumah debitur dengan GKV diduga tidak berpengaruh
terhadap pengembalian kredit.
H1 : Jarak lokasi rumah debitur dengan GKV diduga berpengaruh terhadap
pengembalian kredit.
8. Jumlah tanggungan keluarga (X8)
H0 : Jumlah tanggungan keluarga diduga tidak berpengaruh terhadap
pengembalian kredit.
H1 : Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh terhadap pengembalian
kredit.
9. Pinjaman lain (X9)
H0 : Pinjaman lain diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
H1 : Pinjaman lain diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
10. Pengalaman usaha (X10)
H0 : Pengalaman usaha diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian
kredit.
H1 : Pengalaman usaha diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
11. Omzet usaha (X11)
H0 : Omzet usaha diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
25
H1 : Omzet usaha diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
12. Agunan (X12)
H0 : Agunan diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
H1 : Agunan diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
13. Suku bunga (X13),
H0 : Suku bunga diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
H1 : Suku bunga diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
14. Jangka waktu kredit (X14)
H0 : Jangka waktu kredit diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian
kredit.
H1 : Jangka waktu kredit diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
26
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Pada saat ini Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), telah menjadi
alternatif sumber pembiayaan bagi masyarakat. LKBB cocok diberikan untuk
wirausaha dengan segmen menengah ke bawah. Beberapa hal yang menyebabkan
kondisi tersebut karena LKBB memiliki beberapa nilai tambah dibandingkan
perbankan seperti prosedur pembiayaan yang tergolong lebih sederhana, adanya
aspek ikatan emosional (keanggotaan), serta pendekatan lebih personal dari
pegawai LKBB. Walaupun terkadang LKBB mengenakan suku bunga/imbalan
hasil pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan lembaga perbankan.
Salah satu lembaga keuangan yang dapat memenuhi permintaan kredit
bagi UMKM adalah GKV karena kemudahan yang diberikan dalam proses
pemberian kredit, seperti kemudahan dalam proses kelengkapan administrasi
pengajuan kredit sehingga birokrasinya tidak berbelit. Sisi lain dari lembaga
keuangan komersial relatif tidak tertarik untuk mengembangkan mekanisme kredit
bagi debitur kecil karena nilai transaksinya yang kecil dan lokasi yang tersebar.
Dengan demikian, kebutuhan modal atau kredit yang diperlukan UMKM dapat
dipenuhi oleh GKV Bogor.
Permasalahan yang dihadapi GKV adalah tingginya tingkat overdue
debitur yang terjadi dalam setahun ini. Overdue merupakan indikasi awal
penyebab terjadinya kredit bermasalah. Permasalahan ini secara langsung
berpengaruh pada menurunnya keuntungan GKV. Pada penelitian ini akan
dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang diduga menyebabkan terjadinya
kredit bermasalah oleh debitur GKV.
Berdasarkan penyaluran kredit yang dilakukan GKV diduga terjadinya
ketidaklancaran dalam pengembalian kredit oleh debitur disebabkan oleh faktor
karakteristik debitur. Besarnya pengaruh masing-masing faktor dapat dilihat
setelah diolah dengan analisis regresi logistik. Hasil analisis akan dijadikan
sebuah implikasi manajerial dalam menentukan kebijakan yang akan ditempuh
GKV Bogor seperti yang terlihat dalam Gambar 3 berikut ini:
27
Gambar 3. Kerangka pemikiran operasional GKV Bogor.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Gerai Kredit Verena Bogor yang berlokasi
di jalan Otoiskandardinata no 10 RT 03 RW 04 Babakan Pasar Bogor Tengah,
Kredit Bermasalah
Faktor-Faktor Karakteristik Debitur:Usia (X1)Jenis kelamin (X2)Status (X3)Pendidikan (X4)Lama menempati tempat tinggal (X5)Kepemilikan tempat tinggal (X6)Jarak GKV dengan lokasi rumah (X7)Jumlah tanggungan keluarga (X8)Pinjaman lain (X9)Pengalaman usaha (X10)Omset usaha (X11)Agunan (X12)Suku bunga (X13)Jangka waktu pengembalian kredit (X14)
Analisis DeskriptifAnalisis Regresi Logistik
MetodeAnalisis 5C
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Kredit
Implikasi Manajerial
Gerai Kredit Verena
28
samping pasar Suryakencana. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(purposive).
3.3. Jumlah Populasi dan Metode Penarikan Sampel
Jumlah populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah debitur yang
mengalami permasalahan dalam pengembalian kredit yaitu 154 orang dengan sub
populasi masih dapat mengangsur sebanyak 71 orang dan tidak dapat mengangsur
sebanyak 81 orang dengan status masih aktif hingga Juli 2010.
Kategori penunggak yang masih mampu mengangsur adalah debitur yang
masih mampu mengangsur setiap bulannya walaupun melewati jatuh tempo
dengan masa keterlambatan antara 1-30 hari. Kategori penunggak yang sudah
tidak mampu mengangsur adalah debitur yang jaminannya diambil alih oleh
kreditur karena tidak memiliki kemampuan untuk membayar pinjamannya dengan
masa keterlambatan antara 30-60 hari.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tak berpeluang
(nonprobability sampling). Sampel tak berpeluang adalah teknik pengambilan
sampel dimana setiap anggota populasi tidak diketahui peluang atau kemungkinan
untuk terpilih sebagai sampel.
Teknik pengambilan sampel adalah dengan metode convenience sampling,
yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota
populasi yang ditemui peneliti dan bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi
responden (sampel). Dari hasil wawancara dengan head collector, didapatkan
bahwa jumlah debitur per bulan Juli adalah 154 orang dalam kondisi bermasalah.
Jumlah sampel tersebut didapatkan melalui perhitungan Slovin berikut:
............................ (1)
dimana: n = jumlah contoh (ukuran sampel)
N = jumlah populasi
e = tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir (10%)
atau kelonggaran ketidaktelitian
29
Jumlah populasi (N) pada penelitian ini adalah 154 responden, tingkat
kesalahan 0,10 atau sepuluh persen (10%). Hasil yang didapatkan untuk jumlah
contoh (n) adalah 60,629 kemudian dibulatkan menjadi 61 responden.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk memperoleh data serta informasi dari GKV
meliputi data data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara yang dilakukan terhadap GKV yaitu teknik pengumpulan data dengan
cara mengajukan berbagai pertanyaan kepada pihak GKV. Observasi yaitu teknik
pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap aktivitas GKV terutama bagian-bagian terkait dengan tujuan penelitian.
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut. Data
sekunder dapat diperoleh melalui studi literatur yang dilakukan melalui pencarian
data-data yang bersifat teoritis yang ada hubungannnya dengan objek penelitian
dengan memanfaatkan berbagai laporan, data-data perusahaan (modul training,
arsip), jurnal, buku-buku pendukung teori, browsing internet, studi pustaka dari
perpustakaan, artikel-artikel majalah serta hasil penelitian terdahulu.
Berdasarkan data dari GKV Bogor jumlah debitur yang menunggak pada
bulan tersebut mencapai 154 orang dari total debitur aktif sebanyak 688 orang.
Survei dilakukan melalui kuesioner yang diberikan kepada responden. Pertanyaan
kuesioner berisi pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup merupakan
pertanyaan yang alternatif jawabannya telah disediakan, sehingga responden
hanya memilih jawaban yang dianggap paling sesuai. Pertanyaan terbuka
merupakan pertanyaan yang jawabannya tidak terdapat dalam daftar jawaban,
sehingga responden memberikan pendapat.
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi
analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Data kualitatif disajikan melalui metode
deskriptif dengan menggunakan tabulasi untuk mendukung data kuantitatif
sedangkan data kuantitatif ini diolah dengan menggunakan Microsoft excell 2007
dan SPSS versi 15.
30
3.5.1 Analisis deskriptif
Analisis deskriptif merupakan upaya penelusuran dan pengungkapan
informasi relevan yang terkandung dalam data dengan penyajian hasil dalam
bentuk yang lebih ringkas dan sederhana sehingga akhirnya mengarah pada
adanya penjelasan dan penafsiran (Simamora dalam Priarnani, 2005).
3.5.2 Analisis regresi logistik
Regresi logistik adalah bagian dari analisis regresi yang digunakan ketika
variabel respon merupakan variabel dikotomi. Variabel dikotomi biasanya
hanya terjadi atas dua nilai yang mewakili kemunculan atau tidak adanya
suatu kejadian yang biasanya diberi angka 0 atau 1.
Regresi logistik merupakan suatu model analisis untuk mengetahui
pengaruh variabel prediktor yang berskala metrik (kontinyu) atau kategorik
(nominal) terhadap variabel respon yang berskala kategorik.
Regresi logistik dibedakan menjadi 2 yaitu binary logistic regression (regresi
logistik biner) dan multinominal logistic regression (regresi logistik
multinominal). Regresi logistik biner digunakan ketika hanya ada 2
kemungkinan variabel respon (Y) dan regresi logistik multinominal digunakan
ketika variabel respon lebih dari 2 kategorisasi.
Menurut Santoso (2010), metode regresi logistik adalah suatu metode
analisa statistika yang mendeskripsikan hubungan sebuah peubah respon
dengan satu atau lebih peubah prediktor. Dalam analisis regresi logistik/logit
biner, permodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon
dilakukan dengan transformasi logit. Formulasi transformasi logit adalah :
Logit (Pi) = logepi/ l –pi …………………… (2)
Keterangan :
Pi adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon
orang ke-I.
Loge adalah logaritma dengan basis bilangan e.
Kategori sukses secara umum dalam penelitian ini merupakan kategori yang
menjadi perhatian.
Model yang digunakan dalam analisis regresi logistik biner adalah :
Logit (Pi) = β0 + β1 x1 + β2 x2 …+ βn xn ........... (3)
31
Keterangan :
Logit (pi) adalah nilai transformasi logit untuk peluang kejadian sukses atau
Y = Variabel respon/variabel tergantung terdiri dari :
(pengembalian kredit oleh debitur GKV yang bermasalah)
Y = (1) penunggak yang masih mampu mengangsur,
Y= (0) penunggak yang sudah tidak mampu mengangsur.
β0 adalah intersep adalah model garis regresi (konstanta)
β1 adalah slope model garis regresi (koefisien variabel prediktor ke-1)
βn adalah slope model garis regresi (koefisien variabel prediktor ke-n)
x1 adalah variabel prediktor ke-1, xn adalah variabel prediktor ke-n
Variabel bebas (prediktor) yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi pengembalian kredit bermasalah pada GKV meliputi
karakteristik debitur yaitu : usia, jenis kelamin, status, pendidikan, lama
menempati tempat tinggal, kepemilikan tempat tinggal, jarak GKV dengan
lokasi rumah, jumlah tanggungan keluarga, pinjaman lain, pengalaman usaha,
omset usaha, agunan, suku bunga dan jangka waktu pengembalian kredit.
Xij = Karakteristik penunggak GKV (debitur) terdiri dari :
X1 = usia debitur (tahun)
X2 = jenis kelamin (laki-laki atau perempuan)
X3 = status (lajang, menikah, janda/duda)
X4 = pendidikan (tingkatan)
X5 = lama menempati tempat tinggal (tahun)
X6 = kepemilikan tempat tinggal (milik sendiri, milik keluarga, sewa)
X7 = jarak rumah dengan GKV (kilometer)
X8 = jumlah tanggungan keluarga (orang)
X9 = pinjaman lain (ada/tidak)
X10 = pengalaman usaha (tahun)
X11 = omset usaha (rupiah)
X12 = agunan (rupiah)
X13 = suku bunga (respon besar/kecil)
X14 = jangka waktu kredit (tahun)
32
Regresi logistik juga menghasilkan rasio peluang (odds ratios) terkait
dengan nilai setiap prediktor. Peluang (odds) dari suatu kejadian diartikan sebagai
probabilitas hasil yang muncul yang dibagi dengan probabilitas suatu kejadian
tidak terjadi. Secara umum rasio peluang (odds ratios) merupakan sekumpulan
peluang yang dibagi oleh peluang lainnya. Rasio peluang bagi prediktor diartikan
sebagai jumlah relative dimana peluang hasil meningkat (rasio peluang >1) atau
turun (rasio peluang <1) ketika nilai variabel prediktor meningkat sebesar 1 unit.
Pengujian terhadap kelayakan model menggunakan statistik G yang
merupakan nisbah kemungkinan maksimum untuk mengetahui peran variabel
prediktor dalam model secara simultan/bersama-sama. Jika G > X2 p (α) atau p-
value dari statistik G < α=0,1 maka keputusannya adalah menolak H0 artinya
setidak-tidaknya ada satu variabel prediktor yang berpengaruh nyata terhadap
variabel respon.
H0 : β1 = β2 = ... = βp = 0 model tidak significant
H1 : minimal ada satu βi ≠ 0, i = 1, 2, ..., p model significant
Statistik uji-G didefinisikan sebagai :
…………………………….… (4)
Uji kebaiksuaian model (goodness of fit) dilakukan dengan memperhatikan
nilai sebaran chi-square dari Hosmer dan Lameshow dengan hipotesis :
H0 = Tidak dapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai
prediksi oleh model (model fit)
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai
prediksi oleh model (model tidak fit)
Jika p-value dari ketiga statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata
(α=0,1) maka keputusannya adalah menerima H0 yang artinya model tersebut
cukup layak untuk digunakan dalam prediksi.
Pengujian terhadap signifikasi masing-masing variabel prediktor secara
individu dilakukan dengan uji wald. Uji Wald (menguji pengaruh dari masing
peubah bebas terhadap peubah tak bebas). Statistik Wj mengikuti sebaran normal
(Z), jika nilai Wj > Z alpha/2 two-tailed p-value dari statistik Wj lebih kecil dari
pL
LG 0ln2
33
taraf nyata (α = 0,1) maka keputusannya adalah menolak H0 artinya varaiabel
prediktor ke-k tersebut berpengaruh secara nyata/signifikan terhadap variabel
respon.
H0 : βi=0 X tidak berpengaruh nyata terhadap Y
H1 : βi≠0 X berpengaruh nyata terhadap Y
Regresi logistik tidak terbatas hanya dapat diterapkan pada kasus dimana
variabel X bertipe interval atau rasio. Regresi logistik juga dapat diterapkan untuk
kasus dimana variabel X bertipe nominal atau ordinal. Hal ini analog dengan
regresi linier dengan variabel dummy.
3.6. Definisi Operasional
1. Usia adalah umur debitur yang diperhitungkan dari waktu kelahiran sampai
saat pengambilan kredit yang diukur dalam tahun.
2. Jenis kelamin mencakup kategori perempuan atau laki-laki yang diukur
dengan satuan.
3. Status merupakan identitas mengenai menikah, janda atau lajang yang diukur
dengan satuan.
4. Pendidikan adalah tingkatan pendidikan formal yang pernah dilalui oleh
debitur yang diukur dengan tingkatan.
5. Kepemilikan tempat tinggal adalah kepemilikan tempat tinggal debitur dalam
kategori milik sendiri, milik orang tua atau milik orang lain.
6. Lama menempati tempat tinggal merupakan ukuran seberapa lama debitur
tinggal dalam suatu lingkungan masyarakat dan diukur dengan satuan.
7. Jarak GKV dengan lokasi rumah, jarak ini merupakan jarak rumah debitur
dengan GKV yang diukur dalam kilometer.
8. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga debitur termasuk
istri atau suami, anak kandung serta saudara lainnya yang masih tinggal dalam
satu rumah dan masih dalam tanggungan debitur serta diukur dalam jumlah
orang.
9. Pinjaman lain menyatakan seberapa banyak debitur memiliki pinjaman di
tempat lain selain di GKV seperti cicilan kendaraan, kartu kredit dan lain-lain
yang diukur dengan satuan rupiah.
34
10. Pengalaman usaha adalah lamanya debitur telah menjalankan usahanya
yang diukur dalam tahun.
11. Omzet usaha adalah rata-rata pendapatan debitur per bulan dan dapat juga
ditambah dari penghasilan pasangan (join income) yang diperoleh dari
pendapatan usahanya yang diukur dalam rupiah.
12. Agunan dapat diartikan sebagai nilai dari jaminan yang diberikan debitur
kepada GKV yang diukur dalam rupiah.
13. Suku bunga adalah tingkat bunga (imbal jasa) yang dibayarkan pada periode
waktu tertentu dan diukur dengan satuan tinggi atau rendah.
14. Jangka waktu pengembalian kredit merupakan lama pengambilan kredit yang
telah disepakati dengan GKV yang diukur dengan satuan bulan.
15. Kredit tidak lancar merupakan kredit dengan pembayaran bunga dan pokok
yang mengalami penundaan dalam periode waktu tertentu.
35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Verena Multi Finance
Gerai Kredit Verena merupakan lembaga pembiayaan yang ditujukan
terhadap usaha mikro. Kategori usaha mikro adalah pedagang (wiraswasta) yang
memiliki usaha menengah/kecil/mikro (UMKM). GKV merupakan usaha baru
yang dikembangkan oleh PT Verena Multi Finance Tbk selain pembiayaan mobil
baru/bekas, barang penunjang usaha industri (alat berat) serta dana tunai dengan
jaminan BPKB (quick cash).
PT Verena Multi Finance Tbk memiliki kantor pusat di Gedung Bank
Panin lantai 3, jln pacenongan raya no 84 Jakarta Pusat 10120. Gerai Kredit
Verena Bogor berlokasi di jalan Otoiskandardinata no 10, RT 03 RW 01 Babakan
Pasar, Bogor Tengah 16161. Pada saat ini memiliki satu buah outlet (kantor
cabang pembantu) yang berlokasi di jalan Hankam RT 02 RW 04 Desa
Leuwimalang Cisarua Bogor 16750. GKV dibentuk pertama kali pada tanggal 01
juli 2009. Pada saat ini PT Verena Multi Finance Tbk memiliki 11 kantor cabang
yang tersebar di pulau jawa meliputi GKV Bogor, GKV Bekasi, GKV Depok,
GKV Tangerang, GKV Cileungsi, GKV Ciputat, GKV Yogyakarta, GKV Solo,
GKV Semarang, GKV Malang, GKV Surabaya.
Visi Verena Multi Finance Tbk adalah menjadi perusahaan pembiayaan
dengan total asset 6 triliun pada tahun 2013 dan memberikan nilai tambah bagi
stakeholder. Misi Verena Multi Finance Tbk adalah memberikan pelayanan yang
prima dengan SDM yang kompeten untuk meningkatkan loyalitas pelanggan.
Selain memiliki visi dan misi, perusahaan ini juga memiliki nilai-nilai yang
mencakup integtitas, gigih dan pantang menyerah, tim yang solid dan lebih
mudah-cepat-aman. Motto PT Verena Multi Finance Tbk adalah benar diawal
selamat sampai akhir.
Ruang lingkup target pembiayaan GKV terbagi dalam dua kategori yaitu
pengembangan usaha yang sudah/sedang berjalan (sudah dimiliki) dan usaha baru
yang akan dibuka (jenis usaha yang sama ditempat lain atau jenis usaha yang
berbeda). Penilaian terhadap pemberian kredit untuk kedua kategori ini sama.
36
Produk/jenis pembiayaan yang berlangsung dalam GKV meliputi leasing, barang
penunjang usaha dan kombinasi leasing & BPU (gabungan).
Perhitungan bunga yang ditetapkan GKV adalah perhitungan flat rate
system yaitu bunga yang dihitung dari besarnya maksimum kredit mula-mula dan
dibebankan sepanjang waktu kredit. Suku bunga kompetitif dan biaya administrasi
yang ditetapkan GKV dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Suku bunga dan biaya administrasi di GKV Bogor
Pokok hutang Biaya administrasi Suku bunga/tahun
2.000.000 < 2.500.000 100.000 (38%)
2.500.000 < 3.000.000 100.000 (36%)
3.000.000 < 5.000.000 100.000 (33%)
5.000.000 < 15.000.000 150.000 (30%)
15.000.000 < 20.000.000 Provisi (2%) (27%)
20.000.000 < 40.000.000 Provisi (2%) (25%)
40.000.000 < 50.000.000 Provisi (2%) (24%)
Sumber : Data diolah, 2010
4.2. Struktur Organisasi GKV Bogor
1. 1. Team leader
Fungsi team leader adalah mengkoordinasi seluruh aktivitas dalam rangka
mencapai target. Memimpin seluruh staf dibawahnya dalam memastikan
pencapaian realisasi disburse sesuai target yang ditetapkan berdasarkan volume
serta memastikan target overdue yang ditetapkan.
Tanggung jawab team leader adalah menyusun rencana jangka panjang
dan jangka pendek, mencapai target yang telah ditetapkan secara keseluruhan,
terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan, terciptanya lingkup kerja
yang nyaman untuk semua pekerja serta terjalinnya kerjasama yang baik dengan
semua pihak, mengkoordinir seluruh bawahannya, bertanggung jawab dalam
pencapaian marketing, collection dan operation, melakukan pengawasan
pembayaran angsuran kredit, memberikan keputusan kredit sesuai batas
wewenang kredit, bertanggung jawab terhadap kelayakan aplikasi yang telah
disetujui, memiliki hak untuk menerbitkan surat peringatan, monitoring seluruh
aktivitas GKV, melakukan penilaian terhadap pengembangan dan potensi pasar.
37
2. 2. ADH (Administration head)
Fungsi ADH adalah melakukan koordinasi terhadap administrasi yang
berkaitan dengan kegiatan operasional kantor. ADH juga melakukan seluruh
proses administrasi meliputi admin marketing, admin collection, dan admin
operation serta administration head office.
Tanggung jawab adalah memastikan bahwa kegiatan administrasi
dilakukan dengan benar, mengadministrasikan keluar masuknya surat-surat,
mendistribusikan hasil rapat pada pihak yang berkepentingan, mengawasi keluar
masuknya cek dan giro, melakukan koordinasi dengan head collector dalam
pengurusan surat peringatan hingga surat penarikan barang jaminan,
mengumpulkan dan melakukan checklist kelengkapan data untuk proses approval,
memastikan data jaminan, menyediakan data-data update, mengawasi penggunaan
uang cabang seperti budget opex, pettycash dll.
3. 3. Head collector
Fungsi head collector adalah mengkoordinir collector dan membantu
collector dalam melakukan penagihan. Head collector juga melakukan koordinasi
terhadap pencapaian collector dalam melakukan penagihan.
Tanggung jawabnya adalah mengatur strategi terhadap cara dan teknik
penagihan yang efektif, memastikan tercapainya target overdue, melakukan
kontrol terhadap pekerjaan collector untuk mencapai target, memastikan bahwa
jaminan masih ada (belum berpindah tangan), memeriksa laporan hasil dan
evaluasi dilapangan, merekomendasikan terbitnya surat peringatan dan eksekusi
jaminan, melakukan maintance terhadap plan tagih, lembar kerja harian collector
dan jumlah penagihan, memastikan bahwa collector bekerja dengan jujur dan
tidak berbuat curang dengan uang.
4. Problem account officer
PAO (problem account officer) memiliki fungsi untuk memastikan bahwa
barang tarikan yang diambil dari debitur masih layak dan sesuai dengan perjanjian
kredit. PAO juga melakukan prosedur penarikan sesuai dengan SOP yaitu
peringatan 1, peringatan 2 lalu penarikan barang jaminan.
Tanggung jawabnya adalah melakukan penarikan barang jaminan apabila
debitur tidak dapat membayar angsuran, melakukan negosiasi dengan debitur,
38
memastikan bahwa barang jaminan masih dalam kondisi yang layak untuk
dilakukan purna jual, membawa barang jaminan ke GKV, melakukan pendataan
barang jaminan yang dibawa ke GKV, menginformasikan kepada bebitur bahwa
barang akan dijual kembali sesuai kesepakatan.
4. 5. Collector
Fungsi utama adalah menjemput setoran dari debitur. Collector juga
memastikan keberhasilan tertagihnya pembayaran angsuran sesuai dengan tanggal
jatuh tempo dan memberikan pelayanan yang baik pada debitur.
Tanggung jawabnya memastikan angsuran yang ditagih sesuai dengan
waktunya serta memastikan tidak ada selisih dana antara angsuran dari debitur
dengan angsuran yang disetorkan ke GKV, melakukan penagihan mingguan dan
bulanan, mencapai target overdue yang ditetapkan, melakukan update dan kontrol
terhadap debitur, membuat dan melaporkan hasil kerja harian pada head collector,
menyetorkan uang hasil penagihan ke admin 2.
5. 6. Credit analyst
Fungsi credit analyst adalah melakukan analisa kelayakan kredit terhadap
aplikasi calon debitur baik keakuratan data maupun keakuratan keterangan di
lapangan. CA juga melakukan survey langsung ke lapangan berdasarkan data
yang sudah ada.
Credit analyst bertanggung jawab untuk analisa dan evaluasi dalam
memberikan rekomendasi kredit, melakukan kelengkapan data, melakukan
kunjungan ke lapangan untuk meyakinkan kebenaran data dan keterangan yang
telah disajikan akurat serta sesuai dengan kondisi di lapangan, melakukan survey
dan analisa kelayakan kredit (tempat usaha dan tempat tinggal), melakukan
apraisal jaminan, melakukan validasi terhadap data aplikasi customer, melakukan
analisa kelayakan kredit, memberikan rekomendasi persetujuan kredit pada
pejabat yang berwenang memutuskan kredit (komite kredit).
6. 7. Bussines relation officer (Marketing)
Fungsi utama marketing adalah mencapai realisasi disburse sesuai target
per unit dengan batas maksimal amount finance yang ditentukan agar optimal
dalam menangani debitur. Marketing juga merencanakan, mengarahkan, serta
mengevaluasi target, memastikan strategi yang digunakan sudah tepat dalam
39
upaya pencapaian sasaran, termasuk dalam upaya penyelesaian pembiayaan
bermasalah.
Tanggung jawabnya adalah mencapai target disburse sesuai dengan yang
ditetapkan, menjalin relasi bisnis dengan debitur, menjalankan pengecekan
keabsahan jaminan, melakukan verifikasi awal, melakukan pengawasan dengan
collector mengenai masalah overdue atas debitur yang menunggak, menjalankan
proses dengan benar dan disiplin.
7. 8. Administration 1
Fungsi utama administrasi 1 adalah melakukan administrasi pembiayaan
mulai dari pencairan hingga pelunasan. Administrasi 1 juga melakukan berbagai
pekerjaan yang prosedur yang terkait dengan perkantoran.
Tanggung jawabnya adalah membuat perjanjian kredit, memberikan
laporan ke head office setiap harinya, menginput data secara keseluruhan,
melakukan pembukaan dan penutupan asuransi, membuat laporan opex dan
booking dana, pengecekan dokumen tagihan, konfirmasi terhadap barang yang
sudah diberikan pada customer, konfirmasi terhadap vendor dan dokumennya,
pengarsipan seluruh berkas pembiayaan, penyiapan administrasi pencairan
pembiayaan, pembuatan laporan pembiayaan sesuai periode laporan.
8. 9. Administration 2
Fungsi utamanya adalah merencanakan dan melaksanakan segala sesuatu
transaksi yang berhubungan dengan uang. Administration 2 juga menerima dan
memeriksa keabsahan jumlah uang dari debitur dan mengadministrasikan pdc,
giro dan cek dengan baik.
Tanggung jawabnya adalah menjaga keamanan kas, mengisi voucher
penerimaan kas, voucher pengeluaran kas, penerimaan angsuran dan pelunasan.
Laporan harian kas diinput melalui sistem GL dan rekap harian penerimaan
debitur beserta asli bukti setoran bank sebagai lampirannya, memberikan
dokumen ke bagian accounting dan ke bagian treasury untuk proses rekonsiliasi.
Admin 2 menyerahkan buku bukti tanda terima pada collector dengan pencatatan
nomor prenumbered yang tertera pada bonggol. Adm 2 juga mengurusi
pembayaran tunai dan non tunai dari debiturr dan collection. Menyetor semua
uang yang diterima setiap harinya sesuai prosedur ke bank.
40
Gambar 4. Struktur organisasi GKV Bogor.
4.3. Prosedur Penyaluran Kredit
1. 1. Permohonan kredit
Kegiatan pada tahap ini antara lain adalah penerimaan permohonan kredit
dari debitur, baik untuk permohonan kredit baru atau perpanjangan kredit.
Permohonan kredit diajukan secara tertulis dan menggunakan format yang
telah ditentukan oleh GKV yang memuat informasi lengkap mengenai kondisi
pemohon atau calon debitur termasuk riwayat kreditnya pada bank lain (history
payment). Admin selanjutnya kemudian melakukan kegiatan penginputan
informasi selengkap-lengkapnya.
2. 2. Tahap penilaian dan pemberian rekomendasi kredit
Rekomendasi kredit dibuat oleh credit analyst berdasarkan analisa dan
evaluasi yang telah dibuat sebelumnya. Dalam memberikan rekomendasi
kredit, kelengkapan data dan analisis lebih lanjut merupakan proses yang tidak
dapat ditinggalkan. Disamping itu juga credit analyst juga melakukan
kunjungan ke lapangan untuk meyakinkan kebenaran data dan keterangan-
keterangan yang telah disajikan akurat serta sesuai dengan kondisi di lapangan.
Team leader
Credit analystAccount officer
BRO
Administrationhead
PAO
Collector
Administration 1
Head collector
Administration 2
41
a. Kegiatan analisa dan evaluasi kredit
Data dan informasi yang diperoleh dari admin diberikan kepada
analisis kredit untuk mengevaluasi tingkat risiko kredit. Analisa dan
evaluasi kredit dituangkan dalam format yang telah di tetapkan oleh
GKV dan disesuaikan dengan jenis kreditnya. Dalam analisa tersebut
sekurang-kurangnya mencakup informasi tentang identitas pemohon,
plafon kredit, peta lokasi rumah dan tempat usaha dan data jaminan.
Analisis kredit yang dilakukan meliputi analisis 5C yang terdiri
dari analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan
terhadap kualitas dan stabilitas usaha dengan mempertimbangkan
posisi pasar dan persaingan, prospek usaha, karakter pemohon, latar
belakang dan kualitas manajemennya. Analisa kuantitatif dilakukan
dengan secara menganalisis kondisi keuangan pemohon untuk
mengetahui usulan kredit tersebut dapat diterima atau ditolak.
b. Perhitungan kebutuhan kredit
Perhitungan kebutuhan kredit dimaksudkan untuk mengetahui
secara pasti kredit yang benar-benar dibutuhkan oleh pemohon, hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan kredit yang penggunaannya
diluar usaha atau terjadi kekurangan kredit sehingga usaha tidak
berjalan. Analisa ini dapat dilakukan dengan meminta bukti-bukti
tertulis seperti faktur, nota dan laporan keuangan.
Dalam upaya mengurangi risiko kredit yang harus ditanggung, GKV
membagi risiko tersebut dengan perusahaan asuransi, yaitu dengan melakukan
asuransi TLO (total lost only) kendaraan bermotor dan asuransi kebakaran
(fire) untuk barang penunjang usaha yang dijadikan sebagai jaminan.
3. 3. Penginputan data / Entry data
Tahap ini merupakan proses penginputan data debitur yang dilihat dari
berkas yang sudah ada. Aplikasi computer yang digunakan adalah sistem
approva. Penginputan data dilakukan dengan selengkap mungkin. Data yang
diinput diambil dari KTP, form permohonan kredit, memo analisa kredit, form
verifikasi data dan lainnya.
42
4. 4. Pemberian keputusan
Pemberian keputusan kredit hanya dapat dilakukan oleh kepala cabang
(team leader) yang diberikan kewenangan memutus kredit (approval).
Sebelum memberikan keputusan kredit, team leader memeriksa dan meneliti
kelengkapan berkas kredit dari credit analyst.
5. 5. Pembuatan perjanjian kredit
Proses perjanjian kredit ini diawali dengan penginputan dalam system
approva yaitu initiation, assign surveyor, entry data, recommendation,
approve CC1, legal, check document, final check, disburstment memo, dan
approval disbursment. Tahap demi tahap proses ini harus dilakukan dengan
teliti agar tidak terjadi kesalahan. Koordinasi yang baik dilakukan dengan
head office hingga perjanjian kontrak dapat dicetak di GKV Bogor.
6. 6. Persetujuan pencairan kredit
Pencairan kredit dapat dilakukan setelah instruksi pencairan kredit
ditandatangani oleh kepala cabang, Adapun syarat untuk menerbitkan
instruksi pencairan kredit adalah pengajuan permohonan kredit telah disetujui
(approval head office) berikut surat-surat yang mengikutinya telah
ditandatangani secara sah oleh pihak-pihak yang bersangkutan, seperti team
leader dan area manager unit serta semua dokumen yang ditelah ditetapkan
dalam approval disburstment telah lengkap dan telah diperiksa keabsahannya
dan telah memberikan perlindungan bagi GKV, serta semua biaya-biaya yang
berkaitan dengan pemberian kredit telah dilunasi oleh pemohon.
7. 7. Tandatangan kontrak
Kegiatan tandatangan kontrak dilakukan di GKV Bogor oleh admin 1,
administration head atau team leader. Dalam proses tandatangan kontrak
kedua pasangan suami istri harus datang kecuali status duda/janda/widow
dapat dilakukan sendiri. Keseluruhan perjanjian akan dijelaskan secara detail
dengan menandatangani berkas yang ada. Admin 1 harus memastikan bahwa
debitur mengerti dengan isi perjanjian kredit tersebut.
8. 8. Realisasi kredit
Tahap ini dilakukan setelah berkas benar-benar lengkap (kekurangan
menyusul sudah dilengkapi). Berkas perjanjian kredit dicek kembali oleh
43
administration head kemudian ditandatangani oleh pimpinan cabang (team
leader). Bentuk realisasi kredit dalam GKV untuk refinancing adalah dengan
pencairan cek yang dapat dicairkan oleh debitur sendiri. Realisasai kredit
untuk barang penunjang usaha adalah dengan penerimaan uang muka (down
payment) dan pembayaran pelunasan kepada vendor sehingga barang dapat
diberikan kepada debitur.
9. 9. Kelengkapan berkas
Admin akan meminta kekurangan berkas setelah proses pencairan,
kekurangan data yang diperbolehkan bukanlah data mandatory (wajib)
melainkan data yang sifatnya tambahan agar proses kredit tetap berjalan.
10. Penyimpanan arsip
Berkas yang telah dilengkapi dimasukkan ke dalam map dan diarsipkan ke
dalam failing cabinet. Berkas ini harus dijaga dan dikunci karena merupakan
database perusahaan. Berkas ini disimpan berdasarkan abjad agar tersusun
dengan rapi. Sebelum melakukan pengarsipan biasanya admin melakukan
pemadatan lemari arsip, melakukan pengecekan abjad dari berkas yang sudah
ada dan mengambil berkas yang telah lunas dan menyimpan di failing cabinet
yang lain
Syarat calon debitur GKV :
1. Penduduk yang berdomisili dalam wilayah kerja GKV Bogor yang dibuktikan
dengan KTP, SIM, Paspor, Resi Sementara atau Surat Keterangan Domisili.
2. Memiliki kartu keluarga dan surat nikah apabila sudah menikah.
3. Memiliki usaha dan memiliki character yang baik.
4. Memililiki surat izin usaha seperti Tanda Daftar Perusahaan, Surat Izin Usaha
Perdagangan dan Surat Keterangan Usaha.
5. Memiliki agunan baik benda diam maupun benda bergerak.
6. Menyerahkan fotocopy PBB, rekening listrik/PDAM/telepon.
7. Menyerahkan syarat lainnya yang diperlukan oleh GKV Bogor seperti laporan
keuangan, rekening tabungan, surat penawaran, bon dan faktur.
8. Melampirkan foto calon debitur, rumah, tempat usaha dan jaminan.
9. Menandatangani formulir permohonan kredit.
44
4.4. Prosedur Pengembalian Kredit dari Debitur
Prosedur penagihan kredit adalah langkah-langkah atau urutan-urutan
yang melibatkan bagian penagihan untuk melakukan penagihan kredit kepada
debitur dengan cara yang telah ditetapkan. Prosedur penagihan kredit ini
merupakan kebijaksanaan bank dalam melakukan kegiatan kredit yang telah
diberikan pada saat jatuh tempo angsuran. Hal ini dilakukan untuk menjaga
harta perusahaan, yaitu dana yang telah disalurkan kepada debitur melalui
kredit dapat dikembalikan pada saat jatuh tempo beserta keuntungan.
Prosedur pengembalian kredit di GKV Bogor adalah sebagai berikut :
a. Debitur datang ke GKV untuk menyetor angsuran kredit sesuai dengan
besar angsuran dan jangka waktu yang ditentukan.
b. Pihak GKV akan memeriksa dan mencatat jumlah setoran yang telah
diberikan oleh debitur dalam daftar penerimaan kas harian.
c. Bukti penyetoran kredit (bonggol) dan kartu angsuran diserahkan untuk
diperiksa kebenarannya. Metode pembayaran angsuran dilakukan perbulan
yang dicicil secara mingguan oleh konsumen.
d. Debitur akan menerima kembali kartu angsuran yang telah dicatat dan bukti
penyetoran kredit (bonggol), hal ini dilakukan baik untuk debitur yang
ditagih maupun yang datang sendiri ke GKV.
e. Admin menerima bukti penyetoran kredit mengiinput ke dalam system
VIPS. GKV melarang penggunaan tanda terima selain bonggol atau bukti
lainnya yang tidak sesuai dengan ketentuan GKV.
f. Collector, yaitu petugas GKV yang bertugas mendatangi debitur apabila
kredit yang diberikan terlambat atau tidak dapat dibayarkan pada waktu
jatuh tempo. Dalam hal ini, collector bertugas terjun langsung ke lapangan
untuk menagih dan mengambil angsuran dari debitur baik debitur yang
aktif maupun yang terlambat membayar.
g. Proses penagihan yang dilakukan oleh collector disesuaikan dengan tanggal
cicilan mingguan yang dicetak melalui system VIPS.
h. Collector mempertanggungjawabkan hasil penagihan setiap hari dengan
melampirkan bukti setoran bank, bukti bonggol yang terpakai, sisa bonggol
yang tidak terpakai dan melakukan report pada atasan.
45
i. Penetapan denda keterlambatan didasarkan pada ketentuan GKV, nilai
denda dihitung dari keterlambatan sisa kewajiban angsuran per bulan,
perhitungan hari denda dihitung sejak H+1 jatuh tempo angsuran perbulan.
j. Uang hasil penagihan konsumen disetorkan ke rekening bank GKV.
k. Surat peringatan terhadap nasabah yang jatuh tempo berupa surat
peringatan pertama (SP1) diberikan pada H+4, surat peringatan terakhir
(SPT) diberikan pada H+10, tembusan SP disimpan oleh admin.
4.5. Pola Pengembalian Kredit Pada GKV Bogor Berdasarkan KarakteristikDebitur
Analisis pengembalian kredit bermasalah oleh debitur (penunggak)
dilakukan dengan melihat bagaimana pengembalian kredit oleh penunggak
berdasarkan kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian
kredit tersebut. Karakteristik debitur dapat dilihat dari segi usia, jenis kelamin,
status, pendidikan, lama menempati tempat tinggal, kepemilikan tempat tinggal,
jarak GKV dengan lokasi rumah, jumlah tanggungan keluarga, pinjaman lain,
pengalaman usaha, omset usaha, agunan, suku bunga dan jangka waktu
pengembalian kredit.
a. Pola pengembalian kredit berdasarkan usia
Tabel 3. Pola pengembalian kredit berdasarkan usia
NO Usia (Tahun)
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)
Dapat Mengangsur Tidak DapatMengangsur
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 20 – 30 10 13.70 6 7.41 16 10.392 31 – 40 32 43.84 48 59.26 80 51.953 41 – 50 18 24.66 10 12.35 28 18.184 > 50 13 17.81 17 20.99 30 19.48
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
Pada Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa debitur dengan usia antara 31 –
40 tahun mengalami masalah dalam pengembalian kreditnya sebanyak 80 orang
(51,95%). Proporsi debitur dengan usia antara 31 – 40 tahun dan menunggak
dalam kategori masih dapat mengangsur sebesar (43,84%) dan proporsi debitur
menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebesar (59,26%).
Berdasarkan temuan dan wawancara dengan debitur, beberapa alasan yang
46
menimbulkan ketidaklancaran pengembalian kredit pada golongan usia tersebut
karena sakit dan kondisi usaha yang hampir bangkrut.
b. Pola pengembalian kredit berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4. Pola pengembalian kredit berdasarkan jenis kelamin
NO Jenis Kelamin(Satuan)
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)
Dapat Mengangsur Tidak DapatMengangsur
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 Perempuan 43 58.90 41 50.62 84 54.552 Laki-laki 30 41.10 40 49.38 70 45.45
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
Pada Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa secara umum debitur berjenis
kelamin perempuan mengalami ketidaklancaran pengembalian kredit sebanyak
84 orang (54,55%). Proporsi debitur perempuan menunggak dalam kategori masih
dapat mengangsur sebesar (58,90%) dan proporsi debitur perempuan menunggak
dalam kategori tidak dapat mengangsur sebesar (50,62%). Hal ini berarti bahwa
kemampuan laki-laki dalam pengembalian kredit lancar lebih baik dari
perempuan.
c. Pola pengembalian kredit berdasarkan status
Tabel 5. Pola pengembalian kredit berdasarkan status
NO Status (Satuan)
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)
Dapat Mengangsur Tidak DapatMengangsur
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 Lajang 6 8.22 5 6.17 11 7.142 Menikah 57 78.08 70 86.42 127 82.473 Janda / Duda 10 13.70 6 7.41 16 10.39
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa debitur dengan status menikah
mengalami masalah dalam pengembalian kreditnya sebanyak 127 orang (82,47%).
Proporsi debitur dengan status menikah yang menunggak dalam kategori masih
dapat mengangsur sebesar (78,08%) dan proporsi debitur yang menunggak dalam
kategori tidak dapat mengangsur sebesar (86,42%). Berdasarkan wawancara,
47
debitur dengan status menikah mengalami masalah dalam pengembalian kredit
karena pengeluaran yang harus dikeluarkan dalam rumah tangga cukup banyak.
d. Pola pengembalian kredit berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 6. Pola pengembalian kredit berdasarkan tingkat pendidikan
NO Pendidikan(Tingkatan)
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)
Dapat Mengangsur Tidak DapatMengangsur
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 SD 3 4.11 1 1.23 4 2.602 SMP 3 4.11 5 6.17 8 5.193 SMU 44 60.27 58 71.60 102 66.234 Akademi/Universitas 23 31.51 17 20.99 40 25.97
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
Pada Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa debitur yang mengalami
penunggakan tergolong dalam lulusan pendidikan jenjang SMU sebanyak 102
orang (66,23%). Proporsi debitur lulusan SMU yang menunggak tergolong dalam
kategori masih dapat mengangsur sebanyak (60,27%) dan proporsi debitur lulusan
SMU yang menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak
(71,60%). Berdasarkan data, permasalahan dengan debitur lulusan SMU karena
pada dasarnya mayoritas populasi adalah lulusan SMU.
e. Pola pengembalian kredit berdasarkan lama menempati tempat tinggal
Tabel 7. Pola pengembalian kredit berdasarkan lama menempati tempattinggal
NOLama MenempatiTempat Tinggal
(Tahun)
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)
Dapat Mengangsur Tidak DapatMengangsur
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 1 – 10 29 39.73 38 46.91 67 43.512 11 – 20 15 20.55 22 27.16 37 24.033 21 – 30 17 23.29 5 6.17 22 14.294 > 31 12 16.44 16 19.75 28 18.18
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
Pada Tabel 7 di atas diketahui bahwa debitur yang mengalami
penunggakan menempati tempat tinggal dalam kurun waktu 1-10 tahun sebanyak
67 orang (43,51%). Proporsi debitur yang menempati tempat tinggal dalam kurun
waktu 1-10 tahun dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat
48
mengangsur sebanyak (39,73%) dan proporsi debitur menunggak dalam kategori
tidak dapat mengangsur sebanyak (46,91%). Berdasarkan temuan dan wawancara,
permasalahan terjadi karena penggunaan pinjaman bukan untuk usaha.
f. Pola pengembalian kredit berdasarkan kepemilikan tempat tinggal
Tabel 8. Pola pengembalian kredit berdasarkan kepemilikan tempat tinggal
NO KepemilikanTempat Tinggal
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)
Dapat Mengangsur Tidak DapatMengangsur
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 Milik Sendiri 52 71.23 63 77.78 115 74.682 Milik Orang Tua 17 23.29 13 16.05 30 19.483 Sewa / Kontrak 4 5.48 5 6.17 9 5.84
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
Pada Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa debitur yang mengalami
penunggakan memiliki tempat tinggal sendiri sebanyak 115 orang (74,68%).
Proporsi debitur yang memiliki tempat tinggal sendiri dan menunggak tergolong
dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak (71,23%) dan proporsi debitur
menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (77,78%).
Berdasarkan temuan dan wawancara, menunjukan bahwa debitur memiliki tempat
tinggal sendiri mengalami masalah karena beberapa debitur sedang mengalami
permasalahan rumah tangga.
g. Pola pengembalian kredit berdasarkan jarak rumah ke GKV Bogor
Tabel 9. Pola pengembalian kredit berdasarkan jarak rumah ke GKV Bogor
NO Jarak Rumah(Kilometer)
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)
Dapat Mengangsur Tidak DapatMengangsur
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 1 – 10 63 86.30 76 93.83 139 90.262 11 – 20 10 13.70 4 4.94 14 9.093 > 21 0 0.00 1 1.23 1 0.65
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
Pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa debitur dengan jarak rumah
dengan GKV yang mencakup 1 – 10 km mengalami masalah dalam pengembalian
kreditnya sebanyak 139 orang (90,26%). Proporsi debitur yang memiliki jarak
rumah dengan GKV mencakup 1 – 10 km yang menunggak tergolong dalam
49
kategori masih dapat mengangsur sebanyak (86,30%) dan proporsi debitur
menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (93,83%).
Berdasarkan temuan dan wawancara dengan debitur, menunjukan bahwa debitur
jarak rumah dengan GKV mencakup 1 – 10 km bermasalah dalam pengembalian
kredit karena masyarakat perkotaan lebih tidak takut dengan hutang.
h. Pola pengembalian kredit berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
Tabel 10. Pola pengembalian kredit berdasarkan jumlah tanggungankeluarga
NOJumlah
TanggunganKeluarga (Orang)
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)
Dapat Mengangsur Tidak DapatMengangsur
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 0 – 1 33 45.21 27 33.33 60 38.962 2 – 3 30 41.10 37 45.68 67 43.513 4 – 5 9 12.33 15 18.52 24 15.584 > 6 1 1.37 2 2.47 3 1.95
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
Pada Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa debitur yang memiliki
tanggungan antara 2 – 3 orang mengalami ketidaklancaran pengembalian kredit
sebanyak 67 orang (43,51%). Proporsi debitur yang memiliki tanggungan antara 0
– 1 orang dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur
sebanyak (45,21%) dan proporsi debitur yang memiliki tanggungan antara 2 – 3
orang dan menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak
(33,33%). Berdasarkan temuan dan wawancara, keluarga debitur yang memiliki
jumlah anak lebih banyak tidak dapat menyisihkan uang sehingga pembayaran
angsuran bermasalah yang berakibat pada kurang lancarnya pengembalian kredit.
i. Pola pengembalian kredit berdasarkan pinjaman lain
Tabel 11. Pola pengembalian kredit berdasarkan pinjaman lain
NO Pinjaman Lain(Satuan)
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)
Dapat Mengangsur Tidak DapatMengangsur
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 Ada 50 68.49 52 64.20 102 66.232 Tidak Ada 23 31.51 29 35.80 52 33.77
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
50
Pada Tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa debitur yang memiliki pinjaman
lain sebanyak 102 orang (66,23%) mengalami masalah dalam pengembalian
kreditnya. Proporsi debitur yang memiliki pinjaman lain dan menunggak
tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak (68,49%) dan
proporsi debitur menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak
(64,20%). Berdasarkan temuan dan wawancara, debitur yang memiliki pinjaman
lain mengalami masalah dalam pengembalian kredit karena debitur dengan
banyak pinjaman memiliki kewajiban pembayaran lebih banyak sehingga terjadi
tutup menutup hutang (gali lubang tutup lubang).
j. Pola pengembalian kredit berdasarkan pengalaman usaha
Tabel 12. Pola pengembalian kredit berdasarkan pengalaman usaha
NO Pengalaman Usaha(Tahun)
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)
Dapat Mengangsur Tidak DapatMengangsur
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 1 – 10 51 69.86 47 58.02 98 63.642 11 – 20 14 19.18 10 12.35 24 15.583 21 – 30 7 9.59 22 27.16 29 18.834 > 31 1 1.37 2 2.47 3 1.95
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
Pada Tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa debitur dengan pengalaman
usaha antara 1 – 10 tahun sebanyak 98 orang (63,64%) memiliki kesadaran yang
kurang baik untuk mengembalikan kredit. Proporsi debitur dengan pengalaman
usaha antara 1 – 10 tahun dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat
mengangsur sebanyak (69,86%) dan proporsi debitur menunggak dalam kategori
tidak dapat mengangsur sebanyak (58,02%). Berdasarkan temuan dan wawancara,
debitur dalam kategori ini mengalami masalah karena minimnya pengalaman
usaha yang didapatkan sehingga berpengaruh terhadap pengelolaan usaha yang
berakibat pada kurang lancarnya pengembalian kredit.
51
k. Pola pengembalian kredit berdasarkan omset usaha
Tabel 13. Pola pengembalian kredit berdasarkan omset usaha
NO Omset Usaha (Rupiah)
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)
Dapat Mengangsur Tidak DapatMengangsur
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 Rp1.000.000 – Rp20.000.000 55 75.34 43 53.09 98 63.64
2 Rp20.000.001 – Rp40.000.000 9 12.33 16 19.75 25 16.23
3 Rp40.000.001 – Rp60.000.000 4 5.48 9 11.11 13 8.44
4 Rp60.000.001 – Rp80.000.000 2 2.74 7 8.64 9 5.845 > Rp80.000.000 3 4.11 6 7.41 9 5.84
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
Pada Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa debitur dengan omset usaha
sebesar Rp1.000.000 – Rp20.000.000 per bulan mengalami ketidaklancaran dalam
pengembalian kredit sebanyak 98 orang (63,64%). Proporsi debitur dengan omset
usaha sebesar Rp1.000.000 – Rp20.000.000 per bulan dan menunggak tergolong
dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak (75,34%) dan proporsi debitur
menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (53,09%).
Berdasarkan temuan, debitur dalam kategori ini mengalami masalah karena
kondisi usaha bangkrut sehingga tidak memiliki kemampuan membayar angsuran,
baik disengaja maupun tidak disengaja.
l. Pola pengembalian kredit berdasarkan agunan
Tabel 14. Pola pengembalian kredit berdasarkan agunan
NO Agunan (Satuan)
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)
Dapat Mengangsur Tidak DapatMengangsur
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 Household 68 93.15 75 92.59 143 92.862 BPKB 2 2.74 3 3.70 5 3.253 BPU 3 4.11 3 3.70 6 3.90
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
Pada Tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa debitur dengan agunan
household sebanyak 102 orang (92,86%) mengalami masalah dalam
pengembalian kreditnya. Proporsi debitur dengan agunan household dan
menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak
(93,15%) dan proporsi debitur menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur
52
sebanyak (92,59%). Berdasarkan temuan dan wawancara, debitur dengan agunan
household kurang memiliki keseriusan dalam pembayaran angsuran karena
debitur ini merasa sukarela apabila agunannya diambil alih oleh pihak kreditur
untuk menutupi hutangnya.
m. Pola pengembalian kredit berdasarkan suku bunga
Tabel 15. Pola pengembalian kredit berdasarkan suku bunga
NO Suku Bunga(Satuan)
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)
Dapat Mengangsur Tidak DapatMengangsur
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 Tinggi 34 46.58 47 58.02 81 52.602 Rendah 39 53.42 34 41.98 73 47.40
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
Pada Tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa debitur yang keberatan dengan
suku bunga mengalami pengembalian kredit yang kurang baik sebanyak 81 orang
(52,60%). Proporsi debitur yang merasa suku bunga GKV cukup rendah dan
menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak
(53,42%) dan proporsi debitur yang merasa suku bunga GKV cukup tinggi dan
menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (58,02%).
Berdasarkan temuan dan wawancara, biasanya debitur tetap melakukan
peminjaman kredit karena terdesak akan kebutuhan dana tunai untuk sekolah,
persalinan, biaya rumah sakit sehingga tidak berfikir jangka panjang.
n. Pola pengembalian kredit berdasarkan jangka waktu pengembalian kreditTabel 16. Pola pengembalian kredit berdasarkan jangka waktu
pengembalian kredit
NOJangka WaktuPengembalianKredit (Bulan)
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)Dapat Mengangsur Tidak Dapat
MengangsurJumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 1 – 6 2 2.74 5 6.17 7 4.552 7 – 12 39 53.42 40 49.38 79 51.303 13 – 18 19 26.03 23 28.40 42 27.274 19 – 24 13 17.81 13 16.05 26 16.88
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
53
Pada Tabel 16 di atas dapat diketahui bahwa debitur dengan jangka waktu
pengembalian kredit antara 7 – 12 bulan memiliki kesadaran yang kurang baik
untuk mengembalikan kredit dengan jumlah 79 orang (51,30%). Proporsi debitur
dengan jangka waktu pengembalian kredit antara 7 – 12 bulan dan menunggak
tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak (53,42%) dan
proporsi debitur menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak
(49,58%). Berdasarkan temuan dan wawancara, debitur dalam kategori ini
mengalami masalah karena terjadinya pergantian collector sehingga terjadi
keterlambatan pembayaran.
4.6. Analisis Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap PengembalianKredit Bermasalah di GKV Bogor
Faktor faktor yang mempengaruhi debitur untuk mengembalikan
tunggakan kredit (kredit bermasalah) adalah usia, jenis kelamin, status,
pendidikan, lama menempati tempat tinggal, kepemilikan tempat tinggal, jarak
GKV dengan lokasi rumah dan jumlah tanggungan keluarga, pinjaman lain,
pengalaman usaha, omset usaha, agunan, suku bunga, jangka waktu pengembalian
kredit. Variabel respon dalam hal ini terdiri dua alternatif pilihan yaitu penunggak
masih dapat mengangsur (1) dan penunggak yang tidak dapat mengangsur (0).
Pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 0,10), nilai uji G pada model
regresi logistik ini adalah 157,417 dengan nilai P = 0,001. Hal ini menunjukan
bahwa nilai P (0,015) < alpha 10% maka tolak H0, artinya minimal ada satu
peubah bebas yang berpengaruh nyata atau model regresi significant. Dapat
disimpulkan bahwa satu diantara variabel usia, jenis kelamin, status, pendidikan,
lama menempati tempat tinggal, kepemilikan tempat tinggal, jarak GKV dengan
lokasi rumah dan jumlah tanggungan keluarga, pinjaman lain, pengalaman usaha,
omset usaha, agunan, suku bunga, jangka waktu pengembalian kredit berpengaruh
nyata terhadap pengembalian kredit bermasalah ke GKV Bogor.
Dalam hipotesa sebelumnya disebutkan bahwa H0 : lama menempati
tempat tinggal diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit dan H1 :
lama menempati tempat tinggal diduga berpengaruh terhadap pengembalian
kredit, H0 : pinjaman lain diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit,
H1 : pinjaman lain diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit, H0 : suku
54
bunga diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit dan H1 : suku
bunga diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
Dilihat dari uji Goodness of fit yang terdiri dari uji Hosmer and Lemeshow
menunjukan bahwa semua nilai P (0,647) > 5% (α = 0,05) maka terima H0. Hal ini
menunjukan bahwa model yang diperoleh dari analisis regresi logistik sudah fit.
Hasil pengolahan regresi logistik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembalian kredit dapat dilihat pada Tabel 17 dan Tabel 18.
Hasil pengolahan dengan regresi logistik menghasilkan variabel yang
berpengaruh nyata (signifikan) dan variabel yang tidak berpengaruh nyata (tidak
signifikan) terhadap pengembalian kredit. Identifikasi variabel yang signifikan
dapat dilihat dari nilai P dari variabel yang bersangkutan. Jika nilai P suatu
variabel lebih kecil dari 10 persen (P < 10% ) maka variabel tersebut berpengaruh
nyata terhadap pengembalian kredit begitu pula sebaliknya.
Tabel 17. Faktor yang berpengaruh nyata (significant) terhadappengembalian kredit
Faktor yang Berpengaruh Nyata (Significant)
No Variabel Koefisien P-Value Odds Ratio1 Lama menempati tempat tinggal (X5) 0,027 0,087 1,0272 Pinjaman lain (X9) 2,145 0,004 8,5453 Suku bunga (X13) 1,644 0,002 5,176
Dilihat dari nilai P sebesar (0,087) < α 10%, artinya X5 (lama menempati
tempat tinggal) berpengaruh nyata terhadap Y, (tolak H0 = tidak berpengaruh dan
terima H1 = berpengaruh). Berdasarkan nilai odds ratio 1,027 artinya debitur
dengan lama menempati tempat tinggal lebih dari 1 tahun memiliki peluang untuk
mampu mengangsur kredit dengan lancar sebesar 1,027 kalinya dibandingkan
dengan debitur dengan lama menempati tempat tinggal kurang dari 1 tahun,
dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Dilihat dari nilai P sebesar (0,004) < α 10% artinya, X9 (pinjaman lain)
berpengaruh nyata terhadap Y, (tolak H0 = tidak berpengaruh dan terima H1 =
berpengaruh). Berdasarkan nilai odds ratio 8,545 artinya debitur yang tidak
memiliki pinjaman lain memiliki peluang untuk mampu mengangsur kredit
dengan lancar sebesar 8,545 kalinya dibandingkan dengan debitur yang memiliki
pinjaman lain, dengan asumsi variabel lainnya tetap.
55
Dilihat dari nilai P sebesar (0,002) < α 10% artinya, X13 (suku bunga)
berpengaruh nyata terhadap Y, (tolak H0 = tidak berpengaruh dan terima H1 =
berpengaruh). Berdasarkan nilai odds ratio 5,176 artinya debitur yang merasa
bahwa suku bunga GKV rendah memiliki peluang untuk mampu mengangsur
kredit dengan lancar sebesar 5,176 kalinya dibandingkan dengan debitur yang
merasa bahwa suku bunga GKV tinggi, dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Tabel 18. Faktor yang tidak berpengaruh nyata (tidak significant) terhadappengembalian kredit
Faktor yang Tidak Berpengaruh Nyata (Tidak Significant)
No Variabel Koefisien P-Value Odds Ratio1 Usia X1 -0,030 0,207 0,9702 Jenis kelamin X2 -0,180 0,675 0,8353 Status X3 0,911
Status X3 (1) -0,303 0,771 0,738Status X3 (2) 0,067 0,931 1,059
4 Tingkat pendidikan X4 -1,182 0,697Tingkat pendidikan X4 (1) -0,351 0,332 0,307Tingkat pendidikan X4 (2) 0,131 0,727 0,704Tingkat pendidikan X4 (3) -0,543 0,826 1,140Tingkat pendidikan X4 (4) 0,027 0,510 0,581
5 Kepemilikan tempat tinggal X6 0,429Kepemilikan tempat tinggal X6 (1) -0,349 0,681 0,706Kepemilikan tempat tinggal X6 (2) 0,266 0,773 1,304
6 Jarak rumah dengan GKV X7 0.075 0,212 1,0787 Jumlah tanggungan keluarga X8 0.010 0,946 1,0108 Pengalaman usaha X10 -0,007 0,787 0,9939 Omset usaha X11 0.000 0,738 1,000
10 Agunan X12 0,201Agunan X12 (1) 2,484 0,108 11,995Agunan X12 (2) 0,422 0,844 1,525
11 Jangka Waktu Pengembalian Kredit X14 -0,001 0,991 0,999
4.7. Metode Analisis 5C (the five of credit)
Analisa untuk penyaluran kredit yang sifatnya konsumsi lebih mudah
dibandingkan dengan analisa penyaluran kredit yang digunakan untuk modal kerja
atau investasi seperti yang dikelola oleh GKV Bogor. Kreditur membutuhkan
penilaian kredit dalam bentuk suatu analisa kredit yang dapat menentukan resiko
yang ada atau simulasi ke depannya atas pinjaman yang diberikan pada calon
debitur.
56
Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa tingginya tingkat
overdue (keterlambatan pembayaran angsuran) disebabkan karena karakteristik
debitur itu sendiri, penilaian kredit yang tidak sesuai dengan prinsip 5C dan
lainnya. Hasil temuan di lapangan ternyata tidak sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya sehingga hal ini menjadi suatu permasalahan GKV.
Tabel 19. Pola pengembalian kredit berdasarkan metode analisis 5C
NO Analisis 5C
Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi(%)
Dapat Mengangsur Tidak DapatMengangsur
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
Jumlah(orang)
Proporsi(%)
1 Character 21 28.77 29 35.80 50 32.472 Capacity 27 36.99 18 22.22 45 29.223 Capital 7 9.59 12 14.81 19 12.344 Collateral 8 10.96 9 11.11 17 11.045 Condition 10 13.70 13 16.05 23 14.94
Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00
Pada Tabel 19 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas debitur yang
mengalami ketidaklancaran pengembalian kredit sebanyak 50 orang (32,47%).
Proporsi debitur yang bermasalah berdasarkan capacity dan menunggak tergolong
dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak (36,99%) dan proporsi debitur
yang bermasalah berdasarkan character dan menunggak dalam kategori tidak
dapat mengangsur sebanyak (35,80%). Identifikasi ini dilakukan berdasarkan
wawancara dan kuisioner dengan divisi collection (penagihan).
Debitur yang memiliki character tidak baik biasanya tidak mementingkan
kelancaran pembayaran angsuran dengan adanya unsur kesengajaan sehingga
menghambat pengembalian kredit. Watak debitur ini berkaitan dengan
integritasnya, dalam arti bahwa debitur yang memiliki watak yang baik masih
memiliki kemauan untuk membayar kreditnya. Hal ini dapat diidentifikasi dari
wawancara, pengalaman kredit dan informasi dari lingkungan sosial.
Debitur yang bermasalah dalam capacity tidak memiliki kemampuan
membayar kembali angsuran sesuai dengan perjanjian kredit karena terjadinya
berbagai kesalahan dalam analisa pengajuan kredit seperti kesalahan analisa
kelayakan kredit baik dari segi usaha maupun manajerial sehingga laba yang
didapatkan tidak dapat memenuhi keseluruhan pengembalian kredit .
57
4.8. Implikasi Manajerial
Hasil dari analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian
kredit diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang berpengaruh nyata (significant)
terhadap pengembalian kredit yaitu variabel lama menempati tempat tinggal,
variabel pinjaman lain dan variabel suku bunga. Dimana nilai masing-masing
variabel tersebut lebih kecil dari 10 persen (P < 10%) sehingga untuk
mengantisipasi terjadinya penunggakan kredit, GKV perlu mempertimbangkan
ketiga hal tersebut dalam penyaluran kredit kepada calon debitur.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan kenaikan tingkat kredit
bermasalah di GKV Bogor adalah melakukan filtrasi awal dengan cara BI
checking dan membuat SOP (standard operational prosedure) dengan lebih
spesifik. Memberikan sanksi yang tegas untuk tindakan yang menyalahi prosedur
dan penanggulangan masalah yang terjadi dengan mengeluarkan kebijakan yang
baik bagi perusahaan dan bagi debitur GKV Bogor.
Melakukan eksekusi jaminan terhadap debitur yang menunggak adalah
langkah awal untuk menahan tingkat pengembalian kredit yang buruk. Debitur
yang menunggak lebih dari 1 bulan akan diambil alih jaminannya oleh pihak
GKV sesuai dengan sisa angsuran berjalan. Kerjasama yang terjalin antara
marketing dan collector dalam mengurangi angka overdue setiap bulannya.
Divisi HRD dapat melakukan recruitment calon karyawan dengan lebih
proporsional seperti penetapan standar pendidikan yang berlaku, pemberian gaji
sesuai latar belakang pendidikan, filtrasi awal terhadap calon karyawan mengenai
character orang tersebut dan pemberlakuan jam kerja sesuai dengan kontrak kerja
sehingga tidak menimbulkan berbagai masalah yang terkait dengan sumber daya
manusia seperti collector yang tidak jujur, team leader yang korupsi seperti yang
pernah terjadi sebelumnya di GKV Bogor.
Dilihat dari segi finansial, GKV dapat memberikan suku bunga yang lebih
rendah agar dapat bersaing dengan leasing yang lain. Salah satu cara untuk
menarik debitur agar melakukan pembayaran angsuran tepat waktu adalah dengan
memberikan diskon angsuran dengan syarat pembayaran dilakukan sebelum
tanggal jatuh tempo, memberikan parcel pada hari besar keagamaan dan
memberikan souvenir untuk pinjaman yang cukup besar.
58
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
a. Karakteristik debitur GKV Bogor yang mengalami kredit bermasalah sebagian
besar berada pada usia 31-40 tahun, dengan jenis kelamin perempuan, memiliki
status menikah, lulusan pendidikan SMU, lama menempati tempat tinggal
selama 1-10 tahun, kepemilikan tempat tinggal adalah milik sendiri, memiliki
jarak lokasi rumah dengan GKV sejauh 1-10 km dan memiliki jumlah
tanggungan keluarga sebanyak 2-3 orang, memiliki pinjaman lain, pengalaman
usaha antara 0-10 tahun, memiliki omset usaha antara Rp1.000.000,00–
Rp20.000.000,00 per bulan, memiliki agunan berupa household, suku bunga
tinggi dan berada dalam jangka waktu pengembalian kredit antara 7-12 bulan.
b. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata (significant) terhadap pengembalian
kredit adalah lama menempati tempat tinggal, pinjaman lain dan suku bunga.
2. Saran
a. Mempertimbangkan nilai odds ratio dari variabel lama menempati tempat
tinggal, pinjaman lain dan suku bunga maka penyaluran kredit di GKV Bogor
dapat difokuskan pada calon debitur dengan lama menempati tempat tinggal
lebih dari 1 tahun, tidak memiliki pinjaman lain serta kepahaman debitur
mengenai kesediaannya untuk membayar angsuran dengan beban bunga yang
berlaku.
b. Perbaikan dalam sisi manajemen sehingga dapat menciptakan kesinambungan
yang lebih baik ke depannya agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
c. GKV Bogor harus menerapkan dan melakukan analisis 5C secara benar untuk
mencegah resiko default atas kreditnya.
59
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, T. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi TingkatPengambilan Kredit Usaha Pedesaan (KUPEDES) Sektor Agribisnis (BRIUnit Ciampea). Skripsi pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis.Departemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Asih, M. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi TingkatPengembalian Kredit Pengusaha Kecil Pada Program Kemitraan CorporateSocial Responsibility (Studi kasus : PT Telkom Drive II Jakarta). Skripsipada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. InstitutPertanian Bogor. Bogor.
Fahmi, I dan Y. Lavianti, H. 2010. Pengantar Manajemen Perkreditan. AlfabetaBandung.
Haloho, F. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola PengembalianKredit Mikro PT BPD Jabar Banten KCP Darmaga. Skripsi padaDepartemen Ekonomi. Fakultas Ilmu Ekonomi. Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Karya Kita Bersama. 2010. Majalah Kredit Guide. Bogor
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Purwanto, B dan A, Kohar. 2007. Modul Manajemen Lembaga Keuangan.Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. InstitutPertanian Bogor. Bogor.
Priarnani, N.E. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PolaPengembalian Kredit Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani NelayanKecil (Studi kasus di kabupaten Tuban, Jawa Timur). Skripsi pada ProgramEkstensi Manajemen Agribisnis. Departemen Agribisnis. Fakultas Pertanian.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Priyatno, D. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Media Kom.Yogyakarta
Saadah, H. 2009. Penyaluran dan Pengembalian Kredit Pada Usaha Mikro, Kecil,Menengah, Melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Skripsi padaProgram Ekstensi Manajemen Agribisnis. Departemen Agribisnis. FakultasPertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Setianingsih, D. 2008. Analisis Resiko Kredit dan Penanganan Kredit BermasalahPada Bank JABAR. Skripsi pada Departemen Manajemen. FakultasEkonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Siamat, D. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Lembaga Penerbit FakultasEkonomi Universitas Indonesia.
www. Suara Pembaruan.com [20 May 10.]
60
http://ineddeni.wordpress.com/2007/08/07/regresi-logistik/, 2009.
http:///E:/skripsi/Bahan/Profil/Industri/Multifinance/diIndonesia, 2008.
http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/regresi-logistik.html#ixzz16sP6Kwxx, 2009.
http://ramondfloralamandasa.blogspot.com, 2010.
61
LAMPIRAN
62
Lampiran 1. Hasil olahan regresi logistik mengenai faktor yang berpengaruhterhadap pengembalian kredit bermasalah pada GKV Bogor.
Case Processing Summary
154 100,00 ,0
154 100,00 ,0
154 100,0
Unweighted Casesa Included in AnalysisMissing CasesTotal
Selected Cases
Unselected CasesTotal
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the totalnumber of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
0
1
Original Valuetidak mampumengangsurmampu mengangsur
Internal Value
Categorical Variables Codings
6 1,000 ,000 ,000 ,0009 ,000 1,000 ,000 ,000
101 ,000 ,000 1,000 ,00013 ,000 ,000 ,000 1,00025 ,000 ,000 ,000 ,000
113 1,000 ,00032 ,000 1,0009 ,000 ,000
147 1,000 ,0003 ,000 1,0004 ,000 ,000
11 1,000 ,000125 ,000 1,00018 ,000 ,000
120 1,00034 ,00023 1,000
131 ,00070 1,00084 ,000
SDSMPSMUAKADEMIUNIVERSITAS
X4
SendiriKeluargaSewa
X6
HouseholdBPUBPKB
X12
LajangMenikahJanda
X3
RendahTinggi
X13
TidakAda
X9
LP
X2
Frequency (1) (2) (3) (4)Parameter coding
63
Lanjutan Lampiran 1. Hasil olahan regresi logistik mengenai faktor yangberpengaruh terhadap pengembalian kreditbermasalah pada GKV Bogor.
Block 1: Method = EnterIteration Historya,b,c,d
178,901-2,551 -,024 -,143 -,331 -,027 -,952 -,206 ,137 -,414 ,021 -,239 ,240 ,062 ,014 1,438 -,005 ,000 1,718 ,299 1,250 ,008177,072-3,302 -,029 -,172 -,313 ,036 -1,155 -,317 ,138 -,526 ,026 -,328 ,266 ,074 ,009 2,004 -,007 ,000 2,346 ,430 1,582 ,001177,013-3,451 -,030 -,180 -,304 ,056 -1,181 -,350 ,131 -,543 ,027 -,348 ,266 ,075 ,009 2,139 -,007 ,000 2,481 ,425 1,642 -,001177,013-3,456 -,030 -,180 -,303 ,057 -1,182 -,351 ,131 -,543 ,027 -,349 ,266 ,075 ,010 2,145 -,007 ,000 2,484 ,422 1,644 -,001177,013-3,456 -,030 -,180 -,303 ,057 -1,182 -,351 ,131 -,543 ,027 -,349 ,266 ,075 ,010 2,145 -,007 ,000 2,484 ,422 1,644 -,001
Iteration12345
Step1
-2 LoglikelihoodConstantX1 X2(1) X3(1) X3(2) X4(1) X4(2) X4(3) X4(4) X5 X6(1) X6(2) X7 X8 X9(1) X10 X11 X12(1) X12(2) X13(1) X14
Coefficients
Method: Enter
a.
Constant is included in the model.
b.
Initial -2 Log Likelihood: 213,074
c.
Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
d.
Uji-GOmnibus Tests of Model Coefficients
36,061 20 ,01536,061 20 ,01536,061 20 ,015
StepBlockModel
Step 1Chi-square df Sig.
H0 : 1 = 2 = ... = p = 0 tidak ada yang significant
H1 : minimal ada satu i ≠ 0, i = 1, 2, ..., p model significant
Statistik uji-G didefinisikan sebagai :
Iteration Historya,b,c
213,074 -,104213,074 -,104
Iteration12
Step0
-2 Loglikelihood Constant
Coefficients
Constant is included in the model.a.
Initial -2 Log Likelihood: 213,074b.
Estimation terminated at iteration number 2 becauseparameter estimates changed by less than ,001.
c.
pL
LG 0ln2 = 157.417
64
Lanjutan Lampiran 1. Hasil olahan regresi logistik mengenai faktor yangberpengaruh terhadap pengembalian kreditbermasalah pada GKV Bogor.Hosmer and Lemeshow Test
6,004 8 ,647Step1
Chi-square df Sig.
Model Summary
177,013a ,209 ,279Step1 -2 Log
likelihoodCox & Snell
R SquareNagelkerkeR Square
Estimation terminated at iteration number 5 becauseparameter estimates changed by less than ,001.
a.
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
14 13,662 1 1,338 1513 11,897 2 3,103 159 10,189 6 4,811 158 9,282 7 5,718 15
11 8,420 4 6,580 155 7,612 10 7,388 157 6,914 8 8,086 155 5,883 10 9,117 156 4,677 9 10,323 153 2,465 16 16,535 19
12345678910
Step1 Observed Expected
Y = tidak mampumengangsur
Observed Expected
Y = mampumengangsur
Total
Classification Tablea
58 23 71,6
27 46 63,067,5
Observedtidak mampumengangsurmampu mengangsur
Y
Overall Percentage
Step 1 tidak mampumengangsur
mampumengangsur
YPercentage
Correct
Predicted
The cut value is ,500
a.
65
Lampiran 2. Brosur yang digunakan GKV Bogor
66
Lampiran 3. Kuisioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Oleh Debitur GeraiKredit Verena Bogor.”
No. Responden : Tanggal: 30/01/2011
Yang terhormat debitur GKV Bogor
Saya, merupakan mahasiswa tingkat akhir pada Program Sarjana Alih Jenis DepartemenManajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB yang bernama Astri Marlia Samti(H24087023). Kuesioner ini akan digunakan dalam pengumpulan data responden untukmenunjang pelaksanaan penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PengembalianKredit Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor.” Saya sangat mengharapkan kesediaanAnda dalam mengisi kuesioner ini sesuai dengan petunjuk yang saya berikan. Saya sangatmenghargai kesediaan dan kejujuran Anda dalam mengisi kuesioner ini dan akanmenjamin kerahasiaan Anda. Atas kesediaannya, saya ucapkan terima kasih.
Nama Anda: .......................................................................
Karakteristik DebiturJenis kelamin :a. Priab.WanitaUsia :a. 20-30 tahunb. 31-40 tahunc. 41-50 tahund. >51 tahunPinjaman lain :a. Adab. Tidak adaStatus :a. Lajangc. Menikahb. Duda/jandaTingkat pendidikan :a. SDb. SMPc. SMUd. Akademi/UniversitasLama menempati tempat tinggal :a. 1-10 tahunb. 11-20 tahunc. 21-30 tahund. > 31 tahunKepemilikan tempat tinggal :a. Milik sendirib. Milik orangtuac. Sewa/kontrak
67
Lanjutan lampiran 3. Kuisioner penelitian
Jarak rumah ke GKVa. 1-10 kmb. 11-20 kmc. > 21 kmJumlah tanggungan keluargaa. 0-1 orangb. 2-3 orangc. 4-5 orangd.> 6 orangAgunana. Householdb. BPKBc. BPUApakah anda keberatan dengan suku bunga yang berlaku saat ini?a. Yab. TidakPengalaman usaha :a. 11-20 tahunb. 21-30 tahunc. > 31 tahunOmset usaha per bulan :a. Rp1.000.000 – Rp 20.000.000b. Rp1.000.000 – Rp 20.000.000c. Rp1.000.000 – Rp 20.000.000d. Rp1.000.000 – Rp 20.000.000e. > Rp 1.000.000Jangka waktu :a. 1-6 bulanb. 7-12 bulanc. 13-18 buland. 19-24 bulanSudah berapa kali Anda menjadi debitur GKV Bogor (termasuk pinjaman ini)?a. Satu kali (Baru)b. Dua kali (RNO)Tujuan penggunaan dari pinjaman ini :a. Modal usahab. Bayar sekolahc. Biaya rumah sakitd. Tutup hutange. Lain, sebutkan.....Pengalaman menerima kredit dari lembaga / bank lain :a. Ya, sebutkan.....b. TidakPengelolaan usaha :a. Dengan karyawanb. Tanpa karyawanApakah ada saingan dari usaha berjalan :a. Adab. Belum ada
68
Lampiran 4. Kuisioner penelitian
KUISIONER PENELITIAN
METODE ANALISIS 5C
Judul Penelitian :
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIPENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH DEBITUR
GERAI KREDIT VERENA BOGOR
Identitas Responden
Nama :Pekerjaan :Alamat :
Kami mohon Bapak/Ibu dapat mengisi kuisioner ini secara obyektifdan benar, karena kuisioner ini akan digunakan untuk penelitian skripsidengan tujuan ilmiah sehingga diperlukan data yang valid dan akurat.
Terima kasih
Peneliti :Astri Marlia Samti (H24087023)
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMENDEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMENINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
69
Lanjutan lampiran 4. Kuisioner penelitian
PENENTUAN FAKTOR INTERNAL
Analisa kredit adalah proses menganalisa calon debitur guna memperolehindikasi kemungkinan terjadinya default (kegagalan debitur membayar kembali kredityang diterimanya, angsuran pokok beserta bunga yang telah disepakati). Langkah yangtepat untuk mengambil keputusan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam prosespemberian kredit adalah melakukan metode analisa 5C yaitu Character, Capacity,Capital, Collateral, dan Condition.
Tujuan :Mengelompokkan Character, Capital, Collateral, Capacity dan Condition dalam
metode analisa 5C yang dilakukan dalam proses penilaian kredit.
Petunjuk Pengisian :Berikan tanda (√ ) pada kolom yang sesuai pada Tabel 1 berikut ini, apabila indikasitersebut sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi dengan debitur.
Tabel 1. Metode Analisis 5C
No NAMA Metode Analisis 5CCharacter Capacity Capital Collateral Condition
1 DIAN HARDINI
2 ASEP NUGRAHA J
3 SUMARTINI
4 SEHA
5 GADIS SULASTRI
6 ADE NURHAYATI
7 NASAHUDIN
8 NUNUK SRI
9 HARYANTI
10 NILA SATRIA
11 PUJI ASTUTI
12 ADEK SAPUTRA
13 LALA NEZA
14 MAMAH ROHAMAH
15 ALUYAH WATI N
16 MARTHA
17 LILIS ANIATI
18 RUSMAWARNI
19 INDRA IRIANSYAH
20 SITI AISAH
21 AYUB
22 RITA ARTHA K
23 MOCH YUSUF ALI
24 RIETA SUPRAPTI
25 ACHMAD SYAWAL N
70
Lanjutan lampiran 4. Kuisioner penelitian
No NAMA Metode Analisis 5CCharacter Capacity Capital Collateral Condition
26 SIRAJUDIN Y
27 M DJEJEN
28 EDAH JUBAEDAH
29 SUNARDI
30 PIPIH SUMANTI
31 NURAINI
32 MAMIK WAHYUDI
33 SAPUROH
34 WIWIN
35 SUJONO
36 KHOTIMAH
37 JONI MARSATYO
38 ERNA HERLINA
39 LINA HERLINA
40 ETTY SUPIARTY
41 SITI HALIMAH
42 DODI ROYANDI
43 MUSIAM
44 CICIH MULYASIH
45 MAMAN
46 DADAY ISKANDAR
47 TRIYANTO
48 NURYANI
49 SAID KELANA
50 PUGER WIDODO
51 KURNIAWATI
52 MUHAMAD
53 NANA SUPRIATNA
54 SRI LESTARI
55 SUMIATI
56 ERWIN
57 JUMALA
58 RIKA PURNAMASARI
59 SAEPULLOH
60 NURHASANAH
61 CECEP JAMALUDIN
62 KOSASIH
63 WIWI WITARSIH
64 GORDON RICARD B
65 ENDANG WIDIYANTI
66 KURSILOWATI
67 NURAENI
68 SUMARDI
69 MILYA OKTORA
70 GEGET AJISOKO
71 ADE ROKIYAH
71
Lanjutan lampiran 4. Kuisioner penelitian
No NAMA Metode Analisis 5CCharacter Capacity Capital Collateral Condition
72 DEWI ERNAWATI
73 YAYAH KOMARIAH
74 KOMALASARI
75 IIN INDIRA A
76 DEARIEN W
77 HUSEN
78 ANDRI WIJAYA
79 CAHYA MUKMIN
80 KUNAH
81 AHMAD FADILAH
82 MAKBUL SYAEFUL
83 AMAS SAPAAT
84 HARDY ENDARWAN
85 NURLAELA
86 EFRILLA SARI
87 MARTIN HARTAJAYA
88 NURSANTI MUNA P
89 BUNYANAH HJ
90 MIMIN SUMINI
91 DAAN
92 TUTY SURYATI
93 DUROHMAN
94 WANDI ROESMANA
95 UUS ESTUNINGSIH
96 MARITA SUSILAWATI
97 SUNARTI
98 NURJANAH
99 PARIATNO
100 ADANG TAUFIK
101 SITI UMAYAH
102 ESTER
103 JHON MARKUS DMK
104 SUHERMAN
105 AFRITA KAIZA
106 SYAMSIAH BT
107 MASWI
108 HIDAYANTI
109 ESIH SOFIAH
110 ESIH SUKAESIH
111 HALINTAR GRAHA
112 JURIAH
113 ELIDA SIREGAR
114 DWI ENDAH LESTARI
115 WAWAN
116 MUHAMAD LILI
117 SUTINI
72
Lanjutan lampiran 4. Kuisioner penelitian
No NAMA Metode Analisis 5CCharacter Capacity Capital Collateral Condition
118 NURAHMAN
119 MARPUAH
120 SUTINAH
121 YUDI GUNADI
122 MUHAMAD ADLIN
123 ASEP AKBARUDIN
124 MAGDALENA
125 EENG HERAWATI
126 M SYARIEF AL GOFFUR
127 TINI DEWI A
128 AYIE SAADAH
129 RITA LILIANI
130 MUCHLIS
131 AGUS HIDAYAT
132 ANI AIDIL F
133 TAUFIK ISKANDAR
134 ENI WIDIASTUTI
135 RIANAWATI
136 BAYU ZAMALUDIN
137 NAMAN
138 DIAN PUSPITA
139 FIRMAN KURNIAWAN
140 M RAMLI
141 PANJANG NASUTION
142 WAHIDAH NAJMI
143 RIZQI M REISHA
144 SUHENDRA
145 YOGI SETIADANU
146 RISKA PRIHATINI
147 MICKY MULYADI
148 EDI JUNAEDI
149 ETI SURYANI
150 DULLAH
151 HARSONO
152 DARMIN
153 TONY SAPUTRA
154 TUTI NURYANI