faktor-faktor yang berhubungan dengan ...repository.utu.ac.id/417/1/bab i_v.pdf5 1.2. rumusan...

42
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGKALAN KECAMATAN SUSOH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA SKRIPSI OLEH : EFI HANDAYANI NIM : 08C10104150 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR ACEH BARAT - MEULABOH 2013

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGKALAN KECAMATAN SUSOH KABUPATEN

ACEH BARAT DAYA

SKRIPSI

OLEH :

EFI HANDAYANI NIM : 08C10104150

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR ACEH BARAT - MEULABOH

2013

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang

optimal, pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Arah kebijakan

pembangunan bidang kesehatan adalah untuk mempertinggi derajat kesehatan,

termasuk didalamnya keadaan gizi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas

hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan pada umumnya (Depkes RI, 2003).

Dalam pertumbuhan anak, makanan merupakan salah satu zat yang paling

penting dalam perkembangan anak. Kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan

orang dewasa (Alimul Aziz, 2009).

Pada masa balita, anak sedang mengalami proses pertumbuhan yang sangat

pesat sehingga memerlukan zat-zat makanan yang relatif lebih banyak dengan

kualitas yang lebih tinggi. Hasil gizi dan pertumbuhan menjadi dewasa, sangat

tergantung dari kondisi gizi dan kesehatan semasa balita. Gizi kurang atau gizi buruk

pada bayi dan anak-anak terutama pada umur kurang dari 5 tahun dapat berakibat

terganggunya pertumbuhan jasmani dan kecerdasan otak (Ahmad Djaeni, 2000).

Secara umum terdapat 4 masalah gizi utama di indonesia yakni KEP (Kurang

Energi Protein), KVA (Kurang Vitamin A), Kurang Yodium (gondok endemik) dan

kurang zat besi(anemia gizi besi). Akibat dari kurang gizi ini adalah kerentanan

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

2

terhadap penyakit-penyakit infeksi dan dapat menyebabkan meningkatkan angka

kematian (Suhardjo, 2003).

Perlu diketahui bahwa pada masa balita terutama usia 1-5 tahun merupakan

tahap perkembangan yang pesat jika tidak didukung dengan gizi yang seimbang,

maka anak jatuh pada kondisi gizi kurang (Ahmad Djaeni, 2000).

United Nation's Children's Fund (UNICEF) mengungkap pada tahun 2010

tercatat jumlah kematian anak di bawah usia 5 tahun (balita) sebanyak 7,6 juta.

Menurut Depkes RI tahun 2010 angka kematian balita Indonesia masih tergolong

tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, dimana Indonesia

menduduki rangking ke-6 tertinggi dengan urutan Thailand (20 per 1.000), Vietnam

(18 per 1.000), Malaysia (10 per 1.000), Brunei Darussalam (8 per 1.000), Singapura

(3 per 1.000), dan Indonesia (2 per 1000) (Yendra, M. 2010).

Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau yang

mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhan

yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Anak balita (1-5 tahun) merupakan

kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (KEP) atau

termasuk salah satu kelompok masyarakat yang rentan gizi. Gizi kurang atau gizi

buruk pada balita berakibat dapat terganggunya pertumbuhan jasmani dan kecerdasan

mereka. Cukup banyak orang yang termasuk golongan ini masyarakat yang

bersangkutan sulit sekali berkembang (Ahmad Djaeni, 2000).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) secara nasional menyebutkan

prevalensi berat kurang pada tahun 2010 adalah 17,9% yang terdiri dari 13,0% gizi

kurang dan 4,9% gizi buruk. Data status gizi di Propinsi Riau berdasarkan indikator

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

3

berat badan menurut umur (BB/U) hasil laporan bulanan penimbangan balita pada

tahun 2009 dengan jumlah balita yang ditimbang 436.189 balita yaitu balita yang

mengalami gizi kurang sebanyak 34.645 (7,9%).

Profil Kesehatan Aceh tahun 2011, tercatat bahwa jumlah balita berstatus gizi

lebih sebesar 7.789 orang atau 2,73 %, gizi baik sebesar 189.856 orang atau 66.47%

dan berstatus gizi buruk sebesar 428 atau 0,15% dari jumlah keseluruhan balita

sebesar 460.871 anak balita (Dinkes Prov. Aceh, 2011)

Hasil laporan Dinas Kesehatan di Kabupaten Aceh Barat Daya diketahui

status gizi buruk pada balita pada tahun 2012 mulai Januari sampai Agustus adalah

21 orang (0,32%) dari 6466 jumlah Balita yang berumur 2-5 tahun, sedangkan pada

tahun 2011 status gizi buruk sebesar 4 orang dari 5693 balita yang berumur 2-5

tahun. Upaya perbaikan gizi yang dilakukan dengan meningkatkan kemandirian

dengan fokus keluarga mandiri sadar gizi dengan harapan mereka dapat mengenal

dan mencari permasalahan masalah yang dihadapi.agar kualitas pelayanan gizi

meningkat, maka harus meningkatkan partisipasi masyarakat dan kualitas peleyanan

gizi yang baik di puskesmas maupun di posyandu serta penyuluhan kepada balita gizi

buruk dan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) (Profil Dinkes Kab. Aceh Barat

Daya, 2012).

Dari hasil laporan Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh

Barat Daya yang terdiri dari 9 desa, terdapat jumlah balita usia 0-5 tahun sebasar 747

balita, diantaranya dengan status gizi buruk 3 orang (0,04%), gizi kurang 6 orang

(0,80%) dan gizi baik 738 orang (98,79%), Sedangkan balita yang berkunjung ke

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

4

puskesmas Sangkalan sebanyak 65 orang. (Laporan Bulanan Puskesmas Sangkalan,

2012).

Berdasarkan hasil observasi, di Puskesmas Sangkalan Kabupaten Aceh Barat

Daya yang terletak didaerah pesisir. Mata pencaharian penduduknya sebagian besar

yaitu nelayan dengan pendidikan yang bervariasi mulai dari SD sampai perguruan

tinggi. Dengan tingkat pendidikan yang bervariasi maka tingkat pengetahuan juga

bervariasi. Terlihat bahwa disekitar puskesmas balita dengan usia 1-5 tahun yaitu

didapatkan pada usia ini terlihat anak balita kurang diperhatikan oleh orang tuanya

terhadap kebiasaan makannya, yaitu banyak anak balita usia 1-5 tahun yang tidak

memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, dengan kebiasaan ibu yang kurang

memperhatikan pola makan anaknya dan kebiasaan ibu yang membiarkan anaknya

makan apa adanya yang penting anak ada makan dan kenyang. Hal ini disebabkan

oleh faktor kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi atau kemampuan untuk

menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Faktor lain juga terlihat

besarnya jumlah anak yang dimiliki oleh tiap keluarga serta ditemukannya anak balita

usia 1-5 tahun yang menderita penyakit ISPA dan diare yang merupakan salah satu

masalah penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terpenuhinya status gizi anak.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang berhubungan dengan status gizi

balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh

Barat Daya.

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Faktor-Faktor yang berhubungan dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di

Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang berhubungan dengan status gizi balita usia

1-5 tahun di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya

tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita usia 1-5

tahun di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya

tahun 2013.

2. Untuk mengetahui hubungan jumlah anggota keluarga dengan status gizi balita

usia 1-5 tahun di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat

Daya tahun 2013.

3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendapatan dengan status gizi balita usia 1-

5 tahun di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya

Tahun 2013.

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

6

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi atau masukan bagi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar dalam mengisi perpustakaan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan lebih tentang status

gizi balita dimasyarakat selama bangku kuliah yang dijadikan dalam bentuk

karya ilmiah (skripsi).

2. Bagi perpustakaan Universitas Teuku Umar Meulaboh khususnya Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Balita Usia 1-5 tahun di

puskesmas Sangkalan Kabupaten Aceh Barat Daya.

3. Bagi Puskesmas Sangkalan dapat dipakai sebagai informasi atau masukan

dalam meningkatkan pelayanan, khususnya pada program kegiatan

peningkatan pelayanan, program kegiatan peningkatan dan pengawasan

mengenai status gizi balita usia 1-5 tahun.

4. Bagi Dinas Kabupaten Aceh Barat Daya, hasil penelitian ini menjadi bahan

informasi peningkatan kegiatan penyuluhan gizi pada ibu balita tentang status

gizi balita usia 1-5 tahun.

5. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan masyarakat khususnya ibu- ibu tentang pentingnya gizi pada balita

usia 1-5 tahun.

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

8

Status gizi adalah keadaan kesehatan individu- individu atau kelompok-

kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat energi

lain yang belum diperoleh. Dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya dapat

diukur secara antropometri (Suharjo, 2003).

Status gizi anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat

kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan

yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Suharjo, 2003), dan dikategorikan

berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB

Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh :

1. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan

penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan

berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai

dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya

kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.

Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya

adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah

dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes RI,

2002).

2. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa

jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan ya ng

mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun.

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

9

Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur)

atau melakukan penilaian dengan melihat perubahan berat badan pada saat

pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan

kini.

Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu

pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat

menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Depkes

RI, 2002).

Badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan

kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi

masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan

kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U

(tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi

Badan), jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya

hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan

gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak seha t

yang menahun ( Depkes RI, 2002).

2.1.2. Zat Gizi

Balita dalam proses tumbuh kembang, sehingga makanan sehari-hari harus

mencukupi kebutuhan gizi. Zat gizi atau zat makanan merupakan bahan dasar

penyusun bahan makanan. Zat gizi terdiri atas : (Soegeng Santoso dan Anne Lies,

2004).

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

10

a. Karbohidrat

Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan kelompok zat-zat organik yang

mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan dari

sudut dan fungsinya. Karbohidrat yang terkandung dalam makanan pada umumnya

hanya ada 3 jenis yaitu : polisakarida, disakarida dan monosakarida.

Karbohidrat terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan dan hanya sedikit yang termasuk bahan makanan hewani.

Fungsi utama karbohidrat yaitu:

1. Sumber utama energi yang murah.

2. Memberikan rangsangan mekanik.

3. Melancarkan gerakan paristaltik yang melancarkan aliran bubur makanan serta

memudahkan pembuangan tinja.

b. Protein

Protein merupakan zat gizi yang yang sangat penting karena yang paling erat

hubungannya dengan kehidupan. Protein mengandung unsur C, H, O dan unsur

khusus yang tidak terdapat pada karbohidrat maupun lemak yaitu nitrogen. Protein

nabati dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan protein hewani didapat dari

hewan.

Protein berrfungsi :

1. Membangun sel-sel yang rusak.

2. Membantu zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon.

3. Membentuk zat anti energi, dalam hal ini tiap protein menghasilkan sekitar 4,1

kalori.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

11

c. Lemak

Merupakan senyawa organik yang majemuk, terdiri dari unsur-unsur C, H, O

yang membentuk senyawa asam lemak dan gliserol, apabila bergabung dengan zat

lain akan membentuk lipoid, fosfol, poid, dan sterol. Fungsi lemak antara lain :

1. Sumber utama energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan bagi

organ tertentu dari tubuh.

2. Sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang esensial bagi kesehatan kulit dan

rambut.

3. Sebagai pelarut vitamin-vitamin (A, D, E, K) yang larut dalam lemak.

d. Vitamin

Vitamin bersal dari kata vitamine oleh Vladimin Funk karena disangka suatu

ikatan organik amine dan merupakan zat vitamin yang dibutuhkan untuk kehidupan.

Ternyata zat ini bukan bukan merupakan aminme, sehingga diubah menjadi vitamin.

Fungsi vitamin sebagai berikut:

1. Vitamin A : Fungsi dalam proses melihat, metabolisme umum, dan reproduksi.

2. Vitamin D : calciferol, berfungsi sebagai prohormon transport calcium kedalam

sel. Bahan makanan yang kaya vitamin D adalah susu.

3. Vitamin E : alpha tocoperol, berfungsi sebagai antioksidan alamiah dan

metabolisme selenium. Umumnya bahan makanan kacang-kacangan atau biji-

bijian khususnya bentuk kecambah, mengandung vitamin E yang baik.

4. Vitamin K : menadion, berfungsi didalam proses sintesis prothrombine yang

diperlukan dalam pembekuan darah. Vitamin K terdapat dalam konsentrasi tinggi

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

12

didalam ginjal. Paru-paru dan sumsum tulang. Pada penyerapan vitamin K

diperlukan garam empedu dan lemak.

e. Mineral

Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit.

Mineral mempunya fungsi :

1. Sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon, dan enzim.

2. Sebagai zat pengatur

a. Berbagai proses metabolisme.

b. Keseimbangan cairan tubuh.

c. Proses pembekuan darah.

d. Kepekaan saraf dan untuk kontraksi otot.

2.1.3. Dampak yang Diakibatkan Oleh Kekurangan Gizi

Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada kelambatan

pertumbuhan dan perkembangannya yang sulit disembuhkan. Oleh karena itu anak

yang bergizi kurang tersebut kemampuannya untuk belajar dan bekerja serta bersikap

akan lebih terbatas dibandingkan dengan anak yang normal. (Soegeng Santoso dan

Anne Lies, 2004)

Dampak yang mungkin muncul dalam pembangunan bangsa di masa depan

karena masalah gizi antara lain :

1. Kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-anak. Hal ini

berarti berkurangnya kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

13

2. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan menurunnya

produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan menambah beban pemerintah

untuk meningkatkan fasilitas kesehatan.

3. Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anak-anak. Akibatnya

diduga tidak dapat diperbaikibila terjadi kekurangan gizi semasa anak dikandung

sampai umur kira-kira tiga tahun. Menurunnya kualitas manusia usia muda ini,

berarti hilangnya sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat dibutuhkan

bagi pembangunan bangsa.

4. Kekurangan gizi berakibat menurunya daya tahan manusia untuk bekerja yang

berarti menurunnya prestasi dan produktivitas kerja manusia (Suhardjo, 2003).

Kekurangan gizi pada umumnya adalah menurunnya tingkat kesehatan

masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah masalah konsumsi

makanan rakyat. Karena itulah program peningkatan gizi memerlukan pendekatan

dan penggarapan diberbagai disiplin, baik teknis kesehatan, teknis produksi, sosial

budaya dan lain sebagainya (Suhardjo, 2003).

2.1.4. Penilain Status Gizi

Penilaian status gizi terbagi atas penilaian secara langsung dan penilaian

secara tidak langsung. Adapun penilain secara langsung dibagi menjadi empat

penilain yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan penilaian status

gizi secara tidak langsung terbagi atas tiga yaitu survei konsumsi makanan, statistik

vital dan faktor ekologi (Supariasa, 2002).

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

14

2.1.4.1.Penilaian Secara Langsung

a. Antropometri

secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi.

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dipastikan dengan mengukur

beberapa parameter. Parameter antropometri merupakan penilaian status gizi.

Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri.

Rekomendasi dalam menilai status gizi anak dibawah lima tahun yang

dianjurkan untuk digunakan di Indonesia adalah baku World health Organization-

National Centre forHealth Statistic (WHO-NCHS).

Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan

menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut

tinggi badan (BB/TB) (http://health.kompas.com/read/2012).

Menurut Depkes RI (2000) parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan

katagori Z-score dikklasifikan menjadi 4 yaitu:

1. Gizi Buruk : < - 3 SD

2. Gizi Kurang : - 3 SD s/d < - 2 SD

3. Gizi Baik : - 2 SD s/d + 2 SD

4. Gizi Lebih : > + 2 SD

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

15

1. Indeks berat badan menurut umur (BB/U)

Merupakan pengukuran antropometri yang sering digunakan sebagai

indikator dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan dan keseimbangan antara

intake dan kebutuhan gizi terjamin. Berat badan memberikan gambaran tentang

massa tubuh (otot dan lemak). Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan

keadaan yang mendadak, misalnya terserang infeksi, kurang nafsu makan dan

menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. BB/U lebih menggambarkan status

gizi. Berat badan yang bersifat labil, menyebabkan indeks ini lebih menggambarkan

status gizi seseorang saat ini (Current Nutritional Status) (Supariasa, 2002).

2. Indeks tinggi badan menurut badan (TB/U)

Indeks TB/U disamping memberikan status gizi masa lampau, juga lebih erat

kaitannya dengan status ekonomi. (Supariasa, 2002)

3. Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang lincar dengan tinggi badan. Dalam

keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi

badan dengan kecepatan tertentu. Jelliffe pada tahun 1996, telah memperkenalkan

indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indikator

yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks BB/TB adalah merupakan indek s

yang independen terhadap umur (Supariasa, 2002).

b. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi

masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang

dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

16

epitel (supervicial ephithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral

atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

(Supariasa, 2002).

c. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji

secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai yang dilakukan pada berbagai

macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, tinja dan

juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2002).

d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan

struktur dan jaringan (Supariasi, 2002).

2.1.4.2. Penilaian Secara Tidak Langsung

a. Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Metode survei

konsumsi makanan untuk individu antara lain (Supariasa, 2002).

a) Metode recall 24 jam

b) Metode eshimated food record

c) Metode penimbangan makanan (food weighting)

d) Metode dietary history

e) Metode frekuensi makanan (food frequency)

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

17

1. Statistik Vital

Pengukuran gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data

beberapa statitistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka

kesakitan dan kematian sebagai akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang

berhubungan dengan gizi.

2. Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor

fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat

tergantung dari keadaan ekologis seperti iklim, irigasi dan lain- lain.

2.1.5. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi

Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia (SDM) adalah gizi. Anak balita merupakan kelompok umur

yang sedang mengalami pertumbuhan badan yang pesat sehingga memerlukan zat

gizi yang tinggi untuk setiap kilogram berat badannya. Namun balita ini justru

merupakan kelompok umur yang paling sering kekurangan gizi (Santoso, 2004).

Akibat dari kekurangan gizi dapat memperlambat pertumbuhan mental dan

fisik anak balita. Masalah gizi juga dapat mengakibatkan seorang anak mengalami

gangguan pertumbuhan yang semestinya harus dilalui seorang balita. Masalah gizi

yang belum teratasi karena rendahnya kesadaran masyarakat tentang gizi, rendahnya

pendidikan, ketidaktauan masyarakat tentang pentingnya gizi pada masa anak balita,

dan tingkat ekonomi masyarakat yang rendah akibat kemiskinan, serta distribusi

makanan yang menguntungkan bagi balita (Santoso, 2004).

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

18

2.2 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun

Salah satu penyebab terjadi gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi

atau kemampuan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-

hari. Tingkat pengetahuan gizi seorang besar pengaruhnya bagi perub ahan sikap

perilaku di dalam pemilihan bahan makanan, yang selanjutnya akan berpengaruh pula

pada keadaan gizi yang rendah disuatu daerah akan menentukan tingginya angka

kurang gizi secara nasional (Suharjo, 2003).

Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan

informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebab penting dari

gangguan gizi. Ketidaktauan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak serta

adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung

menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada

umur dibah 2 tahun (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).

Kurangnya pengetahuan dan salah satu persepsi tentang kebutuhan pangan

adalah umum disetiap negara didunia. Penduduk dimanapun akan berujung dengan

bertambahnya pengetahuan gizi dan cara menerapkan informasi tersebut untuk orang

yang berbeda dengan tingkat usia dan keadaan fisiologis (Agus Krisno, 2004).

Pengetahuan seorang ibu dibutuhkan dalam perawatan anaknya, dalam hal

pemberian dan penyediaan makanannya, sehingga seorang anak tidak menderita

kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat disebabkan karena pemilihan bahan makanan

yang tidak benar. Pemilihan makanan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu

tentang bahan makanan. Ketidaktahuan dapat menyebabkan kesalahan pemilihan dan

pengolahan makanan, meskipun bahan makanan tersedia (Suharjo, 2003).

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

19

Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan. Dalam kehidupan

sehari-hari terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi

makanan yang disajikan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi

tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga

pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan

bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh merupakan sebab

buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan pada balita (Moehji,

2003).

Pengetahuan tentang kadar gizi dalam berbagai bahan makanan bagi

kesehatan keluarga dapat membantu ibu memilih bahan makanan yang harganya

tidak begitu mahal akan tetapi nilai gizinya tinggi (Moehji, 2003).

2.3 Hubungan Besarnya Keluarga/Jumlah Anggota Keluarga Dengan Status

Gizi Balita Usia 1-5 Tahun

Pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang

banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian anak, juga

kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun tidak terpenuhi oleh

karena itu keluarga berencana tetap diperlukan (Soetjiningsih, 2005).

Pembagian dalam keluarga secara tradisional, ayah mempunyai perioritas

utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam keluarga. Untuk anak-anak yang

masih muda dan wanita selama tahun penuyapihan, pengaruh tambahan dari

pembagian pangan yang tidak merata dalam unit keluarga, dapat merupakan bencana,

baik bagi kesehatan maupun kehidupan (Soetjiningsih, 2005).

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

20

Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata pada

masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang sangat

miskin, akan lebih memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makanan

jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin

cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak

cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut (Suhardjo,

2003).

Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rawan terhadap

kurang gizi di antara seluruh anggota dan anak yang paling kecil biasanya paling

terpengaruh oleh kekurangan pangan. Sebab seandainya besar keluarga bertambah

maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari

bahwa anak-anak yang sangat muda memerlukan pangan relatif lebih banyak

daripada anak-anak yang lebih tua. Dengan demikian anak-anak yang muda mungkin

tidak diberi cukup makan (Suhardjo, 2003).

Dengan semakin besarnya jumlah anggota keluarga maka akan semakin

kurangnya status gizi pada anak. Karena apabila mereka hidup dalam keluarga

dengan jumlah yang besar dan kesulitan dalam persediaan pangan tentunya masalah

gizi atau gangguan gizi akan timbul (Suhardjo, 2003).

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

21

2.4. Hubungan Pendapatan Orang tua Dengan Status Gizi Balita Usia 1-5

Tahun

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak

karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer

maupun yang sekunder (Soetijiningsih, 2005).

Umumnya, jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung ikut

membaik juga. Akan tetapi, mutu makanan tidak selalu membaik jika diterapkan

tanaman perdagangan. Tanaman perdagangan menggantikan produksi pangan untuk

rumah tangga dan pendapatan yang diperoleh dari tanaman perdagangan itu atau

upaya peningkatan pendapatan yang lain tidak dicanangkan untuk membeli pangan

atau bahan-bahan pangan berkualitas gizi tinggi (Suhardjo, 2003).

Ahli ekonomi berpendapat bahwa dengan perbaikan taraf ekonomi maka

tingkat gizi pendukung akan meningkat. Namun ahli gizi dapat menerima dengan

catatan, bila hanya faktor ekonomi saja yang merupakan penentu status gizi.

Kenyataannya masalah gizi bersifat multikompleks karena tidak hanya faktor

ekonomi yang berperan tetapi faktor-faktor lain ikut menentukan. Oleh karene itu

perbaikan gizi dapat dianggap sebagai alat maupun sebagai sasaran dari pada

pembangunan (Suhardjo, 2003).

Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rentan terhadap

kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan ank yang paling kecil biasanya

paling berpengaruh oleh kekurangan pangan. Jumlah keluarga juga mempengaruhi

keadaan gizi (Suhardjo, 2003)

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

22

Keadaan ekonomi keluarga dapat ditinjau dari pendapatan seseorang yang

akan memberikan dampak kearah yang baik atu kearah yang buruk. Keadaan

ekonomi akan berpengaruh terhadap penyediaan gizi yang cukup, dimana kurangnya

pendapatan akan menghambat aktivitas baik yang bersifat materialistik maupun non

materialistik. Disamping kebutuhan akan sandang, pangan dari perumahan,

pendapatan keluarga di pedesaan Prov Aceh dapat dikatagorikan sebagai berikut

(Depertemen Aceh, 2013).

1. Rendah apabila penghasilan ≤ Rp. 1.550.000

2. Tinggi apabila penghasilan > Rp. 1.550.000

2.5. Kerangka Teoritis

Berdasarkan uraian diatas, maka dibuatlah kerangka teoritis sebagai berikut :

Soeharjiningsih (2005)

- Tingkat Pengetahuan - Besar Keluarga - Pendapatan Keluarga

Suharjo (2003) - Tingkat Pengetahuan - Besar Keluarga - Tingkat Konsumsi Makanan - tingkat Pendapatan Keluarga

Depkes RI (2000)

- Pengetahuan

- Konsumsi Makanan

Status gizi balita usia

1-5 tahun

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

23

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori Soejiningsih (2005), suharjo (2003) dan Depkes RI. (2000),

bahwa status balita usia 1-5 tahun dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

mempengaruhinya, yaitu dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 3.1. Menurut sumber Soeharjiningsih (2005)

2.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesa Alternatif (Ha)

1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di

Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

2. Ada hubungan besar keluarga dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di

Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

3. Ada hubungan tingkat pendapatan orangtua dengan status gizi balita usia 1-5

tahun di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat

Daya.

Pengetahuan Ibu

Status Gizi Balita usia 1-5

Tahun

Besar Keluarga / Jumlah Anggota Keluarga

Pendapatan Orang tua

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan desain cross

sectional, untuk mengetahui gambaran Faktor-Faktor yang berhubungan dengan

status gizi balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh

Kabupaten Aceh Barat Daya.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh

Kabupaten Aceh Barat Daya.

3.2.2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pada tanggal 11 s/d 24 April 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai

balita usia 1-5 tahun yang berkunjung ke Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh

Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013. Dari data yang diperoleh semua ibu yang

mempunyai balita usia 1-5 tahun yang berkunjung ke Puskesmas Sangkalan

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

25

Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya dari bulan Januari 2012 sampai

Agustus 2012 berjumlah 65 orang anak balita.

3.3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling

menurut Budianto (2002), teknik pengambilan sampel secara total sampling

berdasarkan total populasi. Dalam penelitian ini kriteria sampel yang akan diambil

adalah semua ibu yang mempunyai balita usia 1-5 tahun yang berkunjung ke

Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya yaitu 65 anak

balita.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dilokasi penelitian melalui wawancara

menggunakan kuesioner kepada responden.

3.4.2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari gambaran umum di Puskesmas Sangkalan dan

referensi-referensi perpustakaan yang ada hubungan dengan peneliti serta literature-

literatur lainnya.

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

26

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

N

O

Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

ukur

Variabel Dependen

1. Status gizi balita isa 1-5 tahun

Gambaran keadaan gizi pada balita yang dilihat bersdasarkan bert badan dan umur

Mengukur BB/U

Menggunakan Dacin (Timbangan Bayi)

-Gizi lebih

- Gizi baik

- Gizi kurang - Gizi buruk

Ordinal

Variabel independen

2. Pengetahuan Ibu

Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang makanan yang bergizi, dan tentang zat gizi yang diperlukan oleh balita.

Wawancara Kuesioner - Baik - Kurang

Ordinal

3. Basar Keluarga

Jumlah orang yang menjadi tanggung jawab dalam keluarga.

wawancara

Kuesioner - Kecil

- Besar

Ordinal

4. Pendapatan keluarga

Segala bentuk penghasilan atau penerimaan seluruh anggota keluarga dalam bentuk rupiah setiap bulannya.

wawancara

Kuesioner - Tinggi - Rendah

Ordinal

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

27

3.6 Aspek PengukuranVariabel

3.6.1 Variabel Dependen

Skala gizi balita usia 1-5 tahun

Untuk mengetahui gizi balita berdasarkan BB/U dapat di kelompokkan atas : (Depkes

RI, 2002).

1. Gizi Kurang : - 3 SD s/d < - 2 SD

2. Gizi Baik : - 2 SD s/d + 2 SD

3.6.2 Variabel Independen

1. Pegetahuan Ibu

a. Baik : jika skor jawaban responden menjawab > 7 dari total skor.

b. Kurang : jika skor jawaban responden menjawab ≤ 7 dari total skor.

2. Besarnya Orang Tua

a. Kecil : Jika jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang.

b. Besar : Jika jumlah anggota > 4 orang.

(BKKBN, 2008)

3. Pendapatan Keluarga

a. Tinggi : Jika pendapatan > 1.550.000

b. Rendah : Jika pendapatan ≤ 1.550.000

(Depnaker Aceh, UMP tahun 2013).

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

28

3.7 Pengolahan Data

Semua kuesioner yang telah diisi oleh responden dikumpulkan dan

dilanjutkan dengan pengolahan data. Pengolahan data dalam penelitian ini melalui

beberapa langkah yang dikutip dari Notoadmojo (2005) meliputi:

1. Editing

Setelah pengumpulan data, dilakukan pemeriksaan kembali terhadap

instrumen pengumpulan data (kuesioner), yang meliputi kelengkapan identitas

responden dan kelengkapan pengisian yang dilakukan oleh responden. Dari semua

lembaran kuesioner peneliti tidak ditemukan ketidak lengkapan pengisian, karena

ketika melakukan pengumpulan data penulis telah mengingatkan responden untuk

mengisi dengan lengkap dan penulis langsung memeriksa kelengkapan kuesioner

ketika penulis mengumpulkan kembali kuesioner dari responden.

2. Coding

Peneliti memberi kode berupa angka yang telah dikumpulkan guna

mempermudah pengenalan serta pengolahan data.

3. Transfering

Kemudian data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari

responden pertama sampai dengan responden terakhir. Kemudian dimasukkan dalam

tabel.

4. Tabulating

Mengumpulkan data dalam bentuk distribusi frekuensi dan menghitung jumlah

nilai total pada setiap kolom.

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

29

3.8. Analisis Data

Setelah diolah selanjutnya data yang telah dimasukkan kedalam tabel tersebut

dianalisa sebagai berikut:

3.8.1 Analisis Univariat

Hasil yang diperoleh kemudian dibuat rata-rata dan dibuat distribusi

frekuensi dari semua variabel.

3.8.2 Analisis Bivariat

Biasanya digunakan untuk menguji hipotesis dengan melihat hubungan

antara variabel independen dan variabel dependen, menggunakan uji Chi-Square

dengan kriteria bahwa jika p-value ≥ 𝛼, maka hipotesa (Ho) diterima dan sebaliknya

apabila p-value < 𝛼, maka hipotesa (Ho) ditolak (Hastono, 2006).

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya

merupakan puskesmas operasional yang di bangun pada tahun 2006 dengan luas

tanah 1875 m2 . luas wilayah kerja puskesmas sangkalan yaitu 10,2 Km2 yang

meliputi 9 desa yaitu:

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan jumlah Penduduknya

No

Nama Desa

Luas

wilayah

(km2)

Penduduk

Jumlah Laki-laki Perempuan

1. Blang Dalam 2.400 245 263 508 2. Meunasah 1.400 256 229 485

3. Gampong Drien 850 217 235 452

4. PadangPanjang 2.250 385 415 800

5. Panjang Baru 35 313 325 638

6. Kedri Palak Keduri 19.250 215 189 404

7. Ladang 11.250 556 530 1.086

8. Cot Mancang 1.350 328 286 614

9. Rubek meupayong 1.450 458 416 876

Jumlah 2.973 2.888 5.863

Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas sangkalan berjumlah 5.863

dengan jumlah laki- laki 2.973 orang dan jumlah perempuan 2.888 orang.

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

31

Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Sangkalan

No. Tenaga Kesehatan Jumlah

1. Dokter Umum 2 Orang 2. D III Keperawatan 6 Orang

3. SPK 3 Orang 4. D III Kebidanan 3 Orang

5. Bidan PTT 7 Orang 6. Asisten Apoteker 1 Orang 7. Perawat gigi 2 Orang

8. SKM 2 Orang 9. D III Sanitasi 1 Orang

10. D I Sanitasi 1 Orang 11. S2 Non Kesehatan 2 Orang 12. SMU 4 Orang

Jumlah 34 Orang

4.1.2. Analisis Univariat

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Balita Di

Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat

Daya

No Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun Frekuensi %

1 2

Gizi Baik Gizi Kurang

39 26

60,0 40,0

Total 65 100

Sumber Data Primer (Diolah, 2013)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas bahwa, status gizi balita usia 1-5 tahun dalam

kategori status gizi baik 39 orang (60,0) dan kategori gizi Kurang sebanyak 26 orang

(40,0).

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

32

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu

Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas Sangkalan Kecamatan

Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya

No Pengetahuan Ibu Frekuensi %

1 2

Baik Kurang

43 22

66,2 33,8

Total 65 100

Sumber Data Primer (Diolah, 2013)

Berdasarkan tabel 4.4 diatas bahwa, dengan pengetahuan ibu terhadap status

gizi balita usia 1-5 tahun diantaranya adalah dalam kategori pengetahuan ibu baik

sebanyak 43 orang (66,2) dan 22 orang (33,8) dengan pengetahuan ibu yang Kurang.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota

Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas Sangkalan

Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya

No Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi %

1. 2.

Kecil Besar

43 22

66,2 33,8

Total 65 100

Sumber Data Primer (Diolah, 2013)

Berdasarkan tabel 4.5 diatas bahwa, jumlah anggota keluarga terhadap status

gizi balita usia 1-5 tahun diantaranya adalah responden dalam kategori keluarga kecil

sebanyak 43 Orang (66,2) dan keluarga besar sebanyak 22 orang (33,8).

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

33

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Orang tua Dengan

Status Gizi Balita Di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh

Kabupaten Aceh Barat Daya

No Pendapatan Orang Tua Frekuensi %

1. 2.

Tinggi Rendah

21 44

32,3 67,7

Total 65 100

Sumber Data Primer (Diolah, 2013)

Berdasarka table 4.6 di atas bahwa, pendapatan keluarga terhadap status gizi

balita usia 1-5 tahun diantaranya adalah responden dengan kategori pendapatan

keluarga yang tinggi sebanyak 21 orang (32,3) dan pendapatan keluarga yang rendah

sebanyak 44 orang (67,7).

4.1.3. Analisa Bivariat

Tabel 4.7 Hubungan Pegetahuan Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas

Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya

No Pengetahuan Ibu Status Gizi Jumlah P α

Baik Kurang

N % N % N %

1 Baik 24 55,8 19 44,2 43 100 0,487 0,05

2 Kurang 15 68,1 7 31,8 22 100

Total 39 26 65

Sumber Data Primer (Diolah, 2013)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan dari 43 responden/ibu balita yang

berpengetahuan baik, diantaranya balita dengan status gizi baik 24 balita (55,8%),

dan balita dengan Status gizi kurang 19 balita (44,2%). Sedangkan dari 22

responden/ibu balita yang berpengetahuan Kurang, diantaranya balita dengan status

gizi baik 15 balita (68,2%), dan balita dengan status gizi Kurang 7 balita (31,8%).

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

34

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uji statistik dengan

menggunakan uji Chi-quare pada derajat kemaknaan 95% menunjukkan bahwa, tidak

ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di

Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya, p-value =

0,487 > dari nilai α = 0,05.

Tabel 4.8 Hubungan Jumlah Anggota Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di

Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat

Daya

No Jumlah Anggota

Keluarga

Status Gizi Jumlah P α

Baik Kurang

N % N % N %

1 Besar 10 45,5 12 54,5 22 100 0,149 0,05

2 Kecil 29 67,4 14 32,6 43 100

Total 39 26 65

Sumber Data Primer (Diolah, 2013)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan dari 43 responden/balita dengan

jumlah anggota keluarga yang kecil, diantaranya balita dengan status gizi baik 29

balita (67,4%), dan balita dengan Status gizi kurang 14 balita (32,6%). Sedangkan

dari 22 responden/balita dengan jumlah anggota keluarga yang besar diantaranya

balita dengan status gizi baik 10 balita (45,5%), dan balita dengan status gizi Kurang

12 balita (54,5%).

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uji statistik dengan

menggunakan uji Chi-Square pada derajat kemaknaan 95% menunjukkan bahwa,

tidak ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi balita usia 1-5

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

35

tahun di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya, p-

value = 0,149 > dari nilai α = 0,05.

Tabel 4.9 Hubungan Tingkat Pendapatan orangtua Dengan Status Gizi Balita

Di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat

Daya

No Pendapatan

Orang tua

Status Gizi Jumlah P α

Baik Kurang

N % N % N %

1 Tinggi 17 81,0 4 19,0 21 100 0,035 0,05

2 Rendah 22 50,0 22 50,0 44 100

Total 39 26 65

Sumber Data Primer (Diolah, 2013)

Berdasarkan tabel silang di atas menunjukkan dari 21 responden dengan

pendapatan orang tua yang tinggi, diantaranya balita dengan status gizi baik 17 balita

(81,0%), dan balita dengan Status gizi kurang 4 balita (19,0%). Sedangkan dari 44

responden pendapatan orangtua yang rendah, diantaranya balita dengan status gizi

baik 22 balita (50,0%), dan balita dengan status gizi Kurang 22 balita (50,0%).

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uji statistik dengan

menggunakan uji Chi-square pada derajat kemaknaan 95% menunjukkan bahwa, ada

hubungan antara pendapatan orang tua ibu dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di

Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya, P-Value =

0,035 < dari nilai α = 0,05.

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

36

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Balita

Hasil Penelitian dengan menggunakan uji Chi-square pada derajat kemaknaan

95% menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status

gizi balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh

Barat Daya, p-value = 0,487 > dari nilai α = 0,05.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hal yang sangat

penting untuk terbentuknya prilaku seseorang, apabila penerimaan prilaku baru

didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif maka prilaku tersebut akan lebih

bersifat langgeng. Sebaliknya apabila prilaku tidak didasari oleh pengetahuan maka

prilaku tersebut tidak akan berlangsung lama.

Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan

informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebab penting dari

gangguan gizi (Suhardjo 2003).

Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak serta adanya

kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi

penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada umur

dibawah 2 tahun (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan RI, 2000).

Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa faktor baik formal seperti

pendidikan yang didapat di sekolah-sekolah maupun non formal yang diantaranya

dapat diperoleh bila ibu aktif dalam kegiatan posyandu, PKK maupun kegiatan

penyuluhan kesehatan masyarakat. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seorang, dimana hal itu dikuatkan dengan

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

37

penelitian yang dilakukan Roger (1974) yang mengungkapkan bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahun (Notoatmodjo, 2003).

4.2.2 Hubungan Jumlah Anggota Keluarga Dengan Status Gizi Balita

Hasil penelitian dengan menggunakan Uji Chi-square pada derajat

kemaknaan 95% menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan antara jumlah anggota

keluarga dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Sangkalan Kecamatan

Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya, p-value = 0,149 > dari nilai α = 0,05.

Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat dari Suhardjo (2003), dengan

bertambahnya jumlah keluarga keluarga maka pangan untuk setiap anak berkurang

dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda

memerlukan pangan relatif lebih banyak daripada anak-anak yang lebih tua. Dengan

demikian anak-anak yang muda mungkin tidak diberi makanan cukup makan.

Laju kelahiran yang tinggi berkaitan dengan kejadian kurang gizi, karena

jumlah pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk

suatu keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Akan tetapi tidak

cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut (Suhardjo,

2003).

Pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang

banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian anak, juga

kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun tidak terpenuhi oleh

karena itu keluarga berencana tetap diperlukan (Soetjiningsih, 2005).

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

38

4.2.3 Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita

Hasil penelitian dengan menggunakan Uji Chi-square pada derajat

kemaknaan 95% menunjukkan bahwa, ada hubungan antara pendapatan orangtua ibu

dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh

Kabupaten Aceh Barat Daya, p-value = 0,029 < dari nilai α = 0,05.

Ahli ekonomi berpendapat bahwa dengan perbaikan taraf ekonomi maka

tingkat gizi pendukung akan meningkat. Namun ahli gizi dapat menerima dengan

catatan, bila hanya faktor ekonomi saja yang merupakan penentu status gizi.

Kenyataannya masalah gizi bersifat multikompleks karena tidak hanya faktor

ekonomi yang berperan tetapi faktor-faktor lain ikut menentukan. Oleh karene itu

perbaikan gizi dapat dianggap sebagai alat maupun sebagai sasaran dar i pada

pembangunan (Suhardjo, 2003).

Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rentan terhadap

kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya

paling berpengaruh oleh kekurangan pangan. Jumlah keluarga juga mempengaruhi

keadaan gizi (Suhardjo, 2003).

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

39

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan analitik seperti yang diuraikan pada

bab sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita usia 1-5

tahun di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya,

p-value = 0,487 > dari nilai α = 0,05.

2. Tidak ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi balita

usia 1-5 tahun di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat

Daya, p-value = 0,149 > dari nilai α = 0,05.

3. Ada hubungan antara pendapatan orang tua ibu dengan status gizi balita usia 1-5

tahun di Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya,

P-Value = 0,035 < dari nilai α = 0,05.

5.2. Saran

1. Bagi peneliti

Agar dapat memahami tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status

gizi balita usia 1-5 tahun.

2. Bagi institusi pendidikan

Agar dapat meningkatkan pengetahuan kemampuan mahasiswi tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan status gizi balita usia 1-5 tahun.

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

40

3. Bagi Puskesmas Sangkalan

Agar dapat memantau status gizi pada balita secara berkala oleh sub bagian gizi

sehingga keadaan status gizi balita dapat diketahui dan segera dilakukan

penanggulangan apabila terjadi penurunan status gizi.

4. Bagi Dinas Kesehatan Aceh Barat Daya

Agar dapat menggerakkan Puskesmas Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten

Aceh Barat Daya dalam melakukan penyuluhan tentang Keluarga Sadar Gizi

(Kadarzi) untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu dalam

memperhatikan status gizi balita.

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia. Selemba Medika. Jakarta.

Berg, Alan. 1986.Peranan Gizi Dalam Perkembangan Nasional. Rajawali. Jakarta.

Deddy Muchtadi. 2002. Gizi Untuk Bayi: ASI, Susu Formula dan Makanan

Tambahan. Pusat Analisa dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian.

Penebar Surabaya. Jakarta.

Departemen Kesehatan dan Kesjahteraan Sosial RI. 2000. Penanggulangan gizi

buruk pada anak. Jakarta.

Departemen kesahatan RI. 2002. Memantau Pertumbuhan Balita. Jakarta.

.2003. Perencanaan Pembangunan Nasional Menuju

Indonesia Sehat 2010.Jakarta.

Depnaker NAD. 2009. UMP Provinsi NAD.

Dinkes Kabupaten Aceh Barat Daya. 2012. Profil Kesehatan. Kota Blangpidie.

Dinkes Provinsi NAD. 2009. Profil Kesehatan. Kota Banda Aceh.

Djaeni, Achmad & sediaotama. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Dian

Rakyat. Jakarta.

Krisno, Agus B. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Universitas Muhammadiyah Malang

Moehji, Sjahmien. 2003. Ilmu Gizi 2: Penanggulangan Gizi Buruk . Papas Sinar

Sinanti, Jakarta.

Notoatmojo Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta. Jakarat.

.Puskesmas Sangkalan Kabupaten Aceh Barat Daya. Laporan Bulanan 2012.

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ...repository.utu.ac.id/417/1/BAB I_V.pdf5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

Sajogjo et al. 1994. Menuju Gizi Baik Yang Merata Di Perdesaan Dan Kota.UGM

Press. Yogyakarta.

Soegeng Santoso. 2004. Kesehatan dan Gizi. Rineka Cipta, Jakarta.

Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, 2004. Kesehatan dan Gizi. Rineka Cipta,

Jakarta.

Soejtiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. ECG. Jakarta.

Suhardjo dkk. 1986. Pangan gizi dan pertanian. UI Press, Jakarta.

,.2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.

Supariasa. 2002. I Dewa Nyoman. Penilaian Status.Gizi. ECG. Jakarta.

http://health.kompas.com/read/2012/10/14/10162086/Zat.Gizi.