example non example

16
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran. Brady (dalam Aunurrahman, 2011:146), mengemukakan bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru didalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran. Joyce & Weil (dalam Rusman, 2011:133), berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan- bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Agus Suprijono (2009:46) Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah perangkat rencana atau pola yang digunakan sebagai teknik untuk merancang, mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.

Upload: facihal24

Post on 30-Dec-2015

77 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Example Non Example

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran

2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merancang dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat dimaknai

sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang

bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau

di tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran.

Brady (dalam Aunurrahman, 2011:146), mengemukakan bahwa model

pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk

membimbing guru didalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.

Joyce & Weil (dalam Rusman, 2011:133), berpendapat bahwa model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-

bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih

model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Agus Suprijono (2009:46) Model pembelajaran adalah pola

yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran di kelas.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

adalah perangkat rencana atau pola yang digunakan sebagai teknik untuk

merancang, mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.

Page 2: Example Non Example

6

2.1.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples

Afrisanti Lusita (2011) mengemukakan bahwa model pembelajaran Ex-

amples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh.

Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan.

Model Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu teknik

yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Dalam examples

non examples komponen utama adalah digunakannya media gambar dalam

mendukung proses pengajaran. Model ini terdiri atas dua komponen yaitu, exam-

ples dan non examples. Examples merupakan contoh yang diberikan oleh guru

melalui media gambar yang harus dipahami oleh peserta didik, sedangkan non

examples merupakan contoh yang tidak terdapat pada gambar, sehingga peserta

didik dituntut untuk mencari dan mengembangkan bagian yang tidak terdapat

pada gambar.

Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples ini lebih

menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di

kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan

aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti;

kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan

kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model Pembelajaran Examples

Non Examples menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun

yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas

dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga

melihat dengan jelas.

Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak

konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari

melalui definisi konsep itu sendiri. Examples and Non Examples adalah taktik

yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan

untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri

dari Examples dan Non-Examples dari suatu definisi konsep yang ada, dan

meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang

ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan

Page 3: Example Non Example

7

suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-examples memberikan

gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang

dibahas.

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian model pembelajaran

examples non examples, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran examples

non examples adalah model pembelajaran dengan menggunakan media gambar

untuk di analisis oleh siswa dan menghasilkan diskripsi singkat dari suatu materi

pelajaran menekankan kemampuan siswa untuk menganalisis sebuah konsep dari

contoh dan non contoh yaitu dari contoh materi yang dibahas dan bukan contoh

dari suatu materi yang dibahas.

Pengertian Model Examples Non Examples menurut peneliti adalah

suatu pembelajaran yang dilakukan guru dengan menghadirkan contoh kongkrit

berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari siswa. Sehingga siswa

dapat mempelajari materi dengan lebih jelas dan mudah dipahami dan akan

membuat siswa tidak menjadi jenuh atau bosan dalam mengikuti pelajaran.

2.1.1.3 Keuntungan Model Pembelajaran Examples Non Examples

Menurut Buehl (Depdiknas, 2007:219) mengemukakan keuntungan

Model Examples Non Examples, yaitu:

1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk

memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih

kompleks.

2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong

mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari

examples dan non examples.

3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik

dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang

dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu

karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.

Page 4: Example Non Example

8

2.1.1.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples

a) Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran Examples Non

Examples dalam Afrisanti Lusita (2011: 83) adalah:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan / menganalisa gambar.

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa

gambar tersebut dicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar dan hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan

materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

Kebaikan Model Examples Non Examples adalah:

1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Kekuranga model Examples Non Examples adalah:

1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

2. Memakan waktu yang lama.

b) Langkah-langkah pembelajaran dalam pembelajaran Examples Non Examples

dalam Agus Suprijono (20011: 125) adalah sebagai berikut:

1. Persiapkan gambar, diagram atau tabel sesuai materi bahan ajar dan

kompetensi.

2. Sajikan gambar ditempel atau pakai OHP.

3. Dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian. Diskusi kelompok

4. mengenai gambar yang di sajikan.

5. Presentasi hasil kelompok.

6. Bimbingan kesimpulan.

7. Evaluasi.

8. Refleksi

Page 5: Example Non Example

9

Berdasarkan langkah-langkah model Examples Non Examples dalam

pembelajaran yang di jelaskan oleh kedua ahli secara keseluruhan belum

dikelompokkan tentang kegiatan pada tahap persiapan, pada tahap pelaksanaan

dimana tahap pelaksanaan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan dan kegiatan

akhir. Untuk tahap persiapan sudah jelas dari kedua pendapat bahwa pada tahap

ini merupakan pemilihan alat peraga gambar yang akan digunakan yang sesuai

dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan di ajarkan. Pada tahap

pelaksanaan meliputi ketrampilan siswa dalam menganalisis sebuah konsep

dengan menggunakan media gambar. Langkah-langkah pembelajaran dengan

menggunakan model examples non examples dengan terstruktur dan terencana

yaitu sebagai berikut:

Tahap persiapan, meliputi:

a. Memilih SK, KD dan Indikator sesuai dengan kurikulum yang diguna-

kan

b. Menentukan tujuan pembelajaran, menyiapkan materi, menyiapkan in-

stumen dalam format RPP.

c. Mempersiapkan alat peraga sesuai materi pembelajaran

Tahap pelaksanaan, meliputi:

a. Kegiatan Awal

1. Guru memberi salam, berdo’a, dan mengabsen siswa.

2. Pengkondisian kelas dan memberikan apersepsi dan motivasi.

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

4. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

5. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok 2-3 siswa.

6. Guru membagikan gambar kepada masing-masing kelompok.

a. Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan materi yang akan di pelajari.

2. Guru memberikan gambar-gambar kepada kelompok untuk dianalisis.

3. Guru meminta siswa berdiskusi.

Page 6: Example Non Example

10

4. Guru meminta perwakilan kelompok untuk ke depan membacakan

hasil diskusi didepan kelas.

5. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan dari hasil kegiatan

diskusi yang telah dilakukan.

6. Mulai dari komentar/ hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan ma-

teri sesuai tujuan yang ingin dicapai.

c. Kegiatan Akhir

1. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang

telah dilakukan.

2. Guru bersama siswa merefleksi pembelajaran.

3. Siswa mengerjakan evaluasi.

4. Guru menutup pembelajaran.

2.2 IPA

2.2.1 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengeta-

huan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP

(Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan mem-

bahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan

pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan

bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran

IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan

melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara

produk sains ditemukan.

IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya.

Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri

khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah me-

Page 7: Example Non Example

11

rupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu

dengan lainnya. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.

a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat

dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan

prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.

b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara

sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-

gejala alam.

c. IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA diperoleh atau disusun

dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,

eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi

dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara

yang lain.

d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan. Dengan

bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil

eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan

observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).

IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk

dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur

pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan,

penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan,

pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan

kesimpulan.

2.2.2 Tujuan IPA

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 8: Example Non Example

12

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.2.3 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan ling-

kungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan

peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi

adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator

dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk meningkatkan pengala-

man belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak ter-

lepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu,

pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.

Asy’ari, Muslicah (2006:25) memaparkan beberapa prinsip pembelajaran IPA di

SD sebagai berikut:

1. Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliputi learning to know, learning

to do, learning to be, learning to live together. Learning to know, artinya

dengan meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan

sosialnya diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan penge-

tahuan tentang alam sekitarnya. Learning to do, artinya pembelajaran

IPA tidak hanya menjadikan siswa sebagai pendengar melainkan siswa

diberdayakan agar mau dan mampu untuk memperkaya pengalaman be-

lajarnya. Learning to be, artinya dari hasil interaksi dengan lingkungan

siswa diharapkan dapat membangun rasa percaya diri yang pada akhirnya

Page 9: Example Non Example

13

membentuk jati dirinya. Learning to live together, artinya dengan adanya

kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu akan membangun pe-

mahaman sikap positif dan toleransi terhadap kemajemukan dalam ke-

hidupan bersama.

2. Prinsip Inkuiri, prinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA

karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang

alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang

siswa ingin tahu lebih banyak.

3. Prinsip Konstruktivisme. Dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam

mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan

perlu dibangun oleh siswa dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal

yang mereka miliki dengan struktur kognitifnya.

4. Prinsip Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA

memiliki prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk pengembangan

teknologi. Sedang perkembangan teknologi akan memacu penemuan

prinsip-prinsip IPA yang baru.

5. Prinsip pemecahan masalah. Pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip

ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah.

6. Prinsip pembelajaran bermuatan nilai. Pembelajaran IPA perlu dilakukan

secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau

kontradiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar.

7. Prinsip Pakem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan).

Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berori-

entasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir

maupun kegiatan yang bersifat motorik.

Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang

kontekstual di SD. Hal ini bertujuan agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan

menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa maksimal.

Page 10: Example Non Example

14

2.3 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar didefinisikan sebagai hasil yang diperoleh siswa setelah ia

melakukan proses belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran

dari seorang guru (Tabrani Ruysan dalam Herlina, 2008:24). Senada dengan itu,

menurut Sudjana (dalam Herlina, 2008:24), mengatakan bahwa hasil belajar me-

rupakan akibat dari suatu proses belajar.

Menurut Hamalik (2002), hasil belajar adalah tingkat keberhasilan murid

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk

angka atau skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran

tertentu. Menurut Dimyati (2002), hasil belajar merupakan hasil dari suatu in-

teraksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi belajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

hasil yang diperoleh siswa dari hasil tes atau evaluasi setelah proses belajar men-

gajar yang dinyatakan dalam bentuk angka atau skor.

2.3.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh banyak faktor,

yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2010):

1. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang

berasal dari dalam diri siswa. Faktorn intern terbagi menjadi tiga, yaitu faktor

jasmaniah, faktor fsikologis, dan faktor kelelahan.

a. Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari

dua, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.

1) Faktor Kesehatan

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya

terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat,

mudah pusing, ngantuk jika badan lemah, dan kelainan – kelainan

fungsi alat indera lainnya.

Page 11: Example Non Example

15

2) Faktor Cacat Tubuh

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi hasil belajar, siswa

yang cacat maka belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi,

hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus.

b. Faktor Fsikologis

Ada tujuh faktor yang termasuk ke dalam faktor fsikologis yang

mempengaruhi hasil belajar, yaitu:

1) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang

baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-

konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap

kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama siswa yang mempunyai

tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang

mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

2) Perhatian

Untuk menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus

mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. jika bahan

pelajaran tidak menjadi perhatian, maka timbullah kebosanan sehingga

siswa tidak suka lagi belajar

3) Minat

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan

pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa

tidak akan belajar dengan sebaik – baiknya karena tidak ada daya tarik

baginya.

4) Bakat

Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai bakatnya,

maka hasil belajar lebih baik karena ia belajar dan pastilah selanjutnya

ia lebih giat lagi dan pada akhirnya akan mencapai hasil belajar yang

memuaskan.

Page 12: Example Non Example

16

5) Motif

Dalam proses belajar mengajar, haruslah diperhatikan apa yang

dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya

mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,

merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang menunjang belajarnya.

6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan

seseorang, dimana alat–alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan

kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak siap (matang).

Jadi, kemajuan untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari

kematangan siswa.

7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau

bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, jika

siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya

akan lebih baik.

c. Faktor Kelelahan

Faktor kelelahan ada dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani. Kelelahan jasmani dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh

dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan

kelemahan rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan, sehingga minat

dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang

berasal dari luar diri siswa, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor

masyarakat.

a) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:

cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah

tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

Page 13: Example Non Example

17

1) Cara Orang Tua Mendidik

Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya,

misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anak-anak mereka,

tidak memperhatikan sama sekali kepentingan dan kebutuhan anak

dalam belajar, tidak menyediakan kelengkapan belajar anak, dan lain–

lain yang dapat menyebabkan anak tidak/kurang dalam belajar.

2) Relasi Antar Anggota Keluarga

Wujud relasi itu misalnya, apakah hubungan dalam keluarga

penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian,

sikap yang terlalu keras, bersikap acuh tak acuh. Demi kelancaran dan

keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam

keluarga.

3) Suasana Rumah Tangga

Suasana rumah yang tegang, ribut, sering cekcok, pertengkaran

antaranggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebakan anak

bosan dirumah, suka keluar rumah, akibatnya anak malas belajar.

4) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan

keberhasilan belajar anak. Anak yang sedang belajar, selain harus

terpenuhi kebutuhan pokoknya seperti makan, pakaian, perlindungan,

kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar,

alat–alat tulis, buku – buku, penerangan dan lain-lain. Fasilitas tersebut

hanya dapat terpenuhi jika keluarga memilki cukup uang.

b) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang meliputi keberhasilan belajar siswa, meliputi:

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar

pelajaran di atas ukuran, gedung sekolah, dan metode mengajar guru.

Page 14: Example Non Example

18

c) Faktor Masyarakat

Faktor masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar siswa

meliputi: kesiapan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul,

dan bentuk kehidupan masyarakat.

2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Adi Kusuma, Sofyan, 2011; Pen-

garuh penggunaan model Examples Non Examples terhadap hasil belajar IPS

siswa kelas III SDN Blotongan 03 kecamatan Sidorejo kota Salatiga semester II

tahun pelajaran 2010/2011. Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen SatyaWacana

Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa

kelompok eksperimen yaitu 79.75 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata

hasil belajar siswa kelompok kontrol yaitu 67.63. Dari hasil uji hipotesis yang di-

lakukan diperoleh nilai sig. 0,000 maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga da-

pat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil

belajar IPS siswa kelas III SD Negeri Blotongan 03 dengan menggunakan model

examples non examples dengan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Negeri Blo-

tongan 03 dengan model ceramah, maka treatment yang diberikan dapat berpenga-

ruh signifikan.

Meirina Dwita Setyowati (2009) Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Model Examples Non Examples dalam Numbered Heads Together (NHT) untuk

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII-B SMP Negeri

2 Sukorejo Pasuruan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi

belajar siswa yaitu dengan peningkatan rata-rata persentase motivasi belajar dan

taraf keberhasilan tindakan dari 63,75% (cukup) pada siklus I menjadi 82,15%

(baik) pada siklus II. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan persentase

ketuntasan belajar, yaitu: a) post tes I ke post tes II meningkat 2,44 % pada siklus

I dan post tes III ke post tes IV meningkat 4,77 % pada siklus II, dan b) tes akhir

siklus meningkat dari sebelum tindakan yaitu 71,43% menjadi 83,33% pada siklus

I, kemudian meningkat lagi menjadi 92,86% pada siklus II. Berdasarkan hasil pe-

Page 15: Example Non Example

19

nelitian disimpulkan bahwa model pembelajaran Examples Non Examples dalam

Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar

biologi siswa kelas VII-B SMP Negeri 2 Sukorejo, oleh karena itu disarankan un-

tuk menggunakan pembelajaran kooperatif model Examples Non Examples dalam

Numbered Heads Together (NHT) pada pokok bahasan maupun jenjang pendidi-

kan yang berbeda.

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di atas, penggunaan alat

Metode Examples Non Examples pada dasarnya dapat meningkatkan hasil belajar

siswa secara berkala. Hal itu menunjukkan adanya perubahan pada hasil belajar

siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa yang penyajikan materi pelajaran oleh

guru dengan menggunakan Model Examples Non Examples. Dari hasil penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya peneliti muncul suatu pertanyaan apakah

penggunaan alat peraga pada pelajaran itu menunjukkan perubahan yang signifi-

kan karena yang dilakukan pada penelitian sebelumnya adalah dilakukannya pem-

belajaran secara bertahap (bersiklus) sampai benar-benar meningkat, oleh karena

itu peneliti akan melakukan penelitian experimen dan pengujian apakah terdapat

pengaruh yang signifikan pada hasil belajar siswa dengan menggunakan Model

Examples Non Examples dalam penelitian experimen.

2.5 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam hasil belajar adalah dari

faktor model pembelajaran yang digunakan yang berpengaruh terhadap hasil bela-

jar anak karena model pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan seseorang

dalam belajar.

Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar antara ke-

las kontrol dan kelas eksperimen dimana kelas kontrol pembelajaran dilakukan

seperti biasa guru kelas mengajar dan kelas eksperimen pembelajaran dilakukan

dengan menggunakan model examples non examples. Untuk pretest diambil dari

alat evaluasi pada kelas uji coba dan hasil pretest kedua kelas (kelas kontrol dan

Page 16: Example Non Example

20

kelas eksperimen) di uji beda rata-rata tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan. Kemudian dilakukan pembelajaran yang menggunakan metode

examples non examples pada kelas eksperimen dan pembelajaran secara konven-

sional pada kelas kontrol, hasil belajar dari kedua kelompok di lakukan uji beda

rata-rata apakah penggunaan metode examples non examples berpengaruh yang

signifikan terhadap rata-rata hasil belajar siswa. Apabila dilihat dalam bagan akan,

terlihat pada bagan berikut.

Bagan Kerangka Berfikir

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kajian teori dan karangka berfikir diatas dapat ditarik

hipotesis dalam penelitian sebagai berikut:

Ada perbedaan pengaruh model pembelajaran examples non examples dengan

pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN

Mangunsari 04 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran

2011/2012.

Terdapat pengaruh yang

signifikan dengan

menggunakan model

pembelajaran Examples

Non Examples dimana hasil

belajar kelas eksperimen

lebih tinggi dari kelas

kontrol

Kelas

kontrol Pretest

Pembelajaran

seperti biasa

yang dilakukan

guru kelas

(konvensional)

Posttest

Posttest

Kelas

eksperimen Pretest

Pembelajaran

dengan Model

Examples Non

Examples