evapro tambak ii sanitasi dasar
DESCRIPTION
Evapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarEvapro Tambak II Sanitasi DasarTRANSCRIPT
1
LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS
PERMASALAHAN PEMANTAUAN PROGRAM SANITASI DASARPADA PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
DI PUSKESMAS TAMBAK II
Disusun oleh
Tiara Melodi Megantara G4A013049Prasastie Gita Wulandari G4A013050
KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASILMU KESEHATAN MASYARAKAT
JURUSAN KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
MEI 2014
2
LEMBAR PENGESAHAN
“Laporan Kasus Stase 6 Program Pokok PuskesmasPermasalahan Pemantauan Program Sanitasi Dasar
Pada Program Kesehatan LingkunganDi Puskesmas Tambak II”
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan KedokteranFakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman
Disusun oleh
Tiara Melodi Megantara G4A013049Prasastie Gita Wulandari G4A013050
Telah dipresentasikan dan disetujui:
Tanggal Mei 2014
Preseptor Lapangan
dr. Indra Purwa NIP 19790602.201001.1.009
Kepala Puskesmas
dr. Agus Sayudi NIP 19580822.1.98603.1.016
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan......................................................................................3
C. Manfaat Penulisan....................................................................................3
BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS………………………………4
A. Gambaran Umum………………………………………………………..4
B. Capaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan………………..7
BAB III ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS..16
A. Analisis Potensi......................................................................................16
B. Identifikasi Isu Strategis (SWOT)..........................................................20
BAB IV PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH.........................................................................23
A. Pembahasan Isu Strategis.......................................................................23
B. Alternatif Pemecahan Masalah...............................................................25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................26
A. Kesimpulan.............................................................................................26
B. Saran.......................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial
budaya danperilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di
sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk
mencuci, mandi dan kebutuhan higienis lainnya. Buruknya kondisi sanitasi
merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3 tahun yaitu sebesar
19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya dan
kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto
(studi World Bank, 2007). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004, penanganan masalah sanitasi merupakan kewenangan daerah, tetapi
sampai saat ini belum memperlihatkan perkembangan yang memadai. Oleh
sebab itu, pemerintah daerah perlu memperlihatkan dukungannya melalui
kebijakan dan penganggarannya
Kesehatan merupakan salah satu layanan dasar sosial yang harus
dipenuhi oleh pemerintah sebagai kewajibannya untuk menjaga kesejahteraan
masyarakat. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan
dengan berwawasan kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan.
Berdasarkan Kepmenkes no. 128 tahun 2004, Puskesmas adalah
penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat
pertama. Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan
yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu.
Wilayah kerja puskesmas pada mulanya ditetapkan satu kecamatan, kemudian
dengan semakin berkembangnya kemampuan dana yang dimiliki oleh
pemerintah untuk membangun puskesmas, wilayah kerja puskesmas
ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk di satu kecamatan, kepadatan dan
mobilitasnya.
1
5
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten /
kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan
memegang peranan yang penting karena fungsi dari puskesmas adalah
mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan
pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk
kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat, dalam
pelaksanaan kegiatannya dijalankan dalam bentuk 6 program pokok
Puskesmas yang terdiri atas upaya Promosi Kesehatan (Promkes), Kesehatan
Lingkungan (Kesling), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Perbaikan Gizi,
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), dan Pengobatan
Dasar. Namun, pada umumnya program pokok Puskesmas ini belum dapat
dilaksanakan secara optimal. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dan
hambatan baik dari sisi internal (Puskesmas) maupun eksternal (masyarakat)
dalam pelaksanaan program pokok Puskesmas. Kondisi tersebut dapat diatasi
berdasarkan skala prioritas permasalahan dengan memanfaatkan potensi
sumber daya yang ada.
Kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Komunitas/Ilmu Kesehatan
Masyarakat dilaksanakan selama empat minggu di Puskesmas II Tambak.
Selama pelaksanaan kegiatan kepaniteraan di bagian IKK/IKM ini, telah
dilakukan pengamatan secara langsung maupun pengumpulan data sekunder
dari dokumen-dokumen kesehatan yang terdapat di Puskesmas II Tambak
untuk menilai pelaksanaan dan efektivitas program-program yang ada di
Puskesmas II Tambak. Pengamatan yang dilakukan meliputi program-program
kegiatan yang sudah diagendakan, pelaksanaan program kegiatan, evaluasi
program kegiatan, hingga target-target yang ditetapkan masing-masing
program beserta angka pencapaiannya. Terdapat beberapa permasalahan pada
program Puskesmas II Tambak, sehingga perlu dilakukannya evaluasi
program agar program-program puskesmas tersebut dapat menghasilkan
output yang maksimal dan memuaskan.
6
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Menganalisis permasalahan kesehatan dan menentukan metode
pemecahan masalah yang terdapat pada 6 program pokok Puskesmas II
Tambak.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah kerja
Puseksmas II Tambak.
b. Mengetahui gambaran umum Puskesmas II Tambak sebagai pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
c. Mengetahui secara umum tentang program dan cakupan program
Perbaikan Gizi Puskesmas II Tambak.
d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program Kesehatan
Lingkungan di Puskesmas II Tambak.
e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas II Tambak.
f. Menentukan alternatif pemecahan masalah pada program Kesehatan
Lingkungan di Puskesmas II Tambak.
C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan
yang mungkin masih tedapat pada 6 program pokok Puskesmas II
Tambak.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas untuk melakukan evaluasi
terhadap kinerja Puskesmas.
3. Sebagai bahan untuk perbaikan Puskesmas kearah yang lebih baik guna
mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan
individu pada khususnya.
7
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
I. Gambaran Umum
A. Keadaan Geografi
Puskesmas II Tambak merupakan wilayah timur jauh (tenggara)
dari Kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah 1.432 Ha atau sekitar
1,1% dari luas kabupaten Banyumas. Wilayah Puskesmas Tambak II
terdiri dari 5 desa yaitu: Pesantren, Karangpucung, Prembun, Purwodadi
dan Buniayu. Desa yang paling luas adalah Purwodadi yaitu 374 ha,
sedangkan desa yang wilayahnya paling sempit adalah Karangpucung
yaitu sekitar 218 ha.
Wilayah Puskesmas II Tambak terletak diperbatasa Kabupaten Banyumas
dengan Kabupaten Kebumen, dan berbatasan dengan :
1. Disebelah utara : Desa Watuagung
2. Sebelah timur : Kabupaten Kebumen
3. Sebelah Selatan : Desa Gebangsari
4. Sebelah Barat : Desa Kamulyan, Desa Karangpetir.
Wilayah Puskesmas II Tambak terletak pada ketinggian sekitar 15
mdpl – 35 mdpl. Dengan suhu udara rata – rata sekitar 27 derajat celcius
dengan kelembaban udara sekitar 80 %. Sekitar 50 % dari luas tanah
adalah daerah persawahan, 43 % pekarangan dan tegalan dan 7 % lain-
lain.
B. Keadaan Demografi
1. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk dalam wilayah Puskesmas II Tambak tahun
2013 berdasarkan data yang dari BPS adalah 20.361 jiwa. Terdiri dari
10.010 jiwa (49,16%) laki-laki dan 10.351 jiwa (50,83%) perempuan.
Jumlah keluarga 6.096 KK. Bila dibandingkan dengan jumlah
penduduk tahun 2012 (16.232 jiwa) mengalami kenaikan.
4
8
2. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk tahun 2013 yang paling banyak adalah Desa
Purwodadi sebesar 6.190 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.655
jiwa/km2, sedangkan yang paling sedikit penduduknya adalah Desa
Pesantren sebesar 2.577 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.141
jiwa/km2. Kepadatan penduduk total wilayah Puskesmas II Tambak
adalah1.422 jiwa/km2. Penyebaran penduduknya cukup merata, mulai
dari daerah yang dekat jalan raya sampai ke daerah.
C. Petugas kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan
dalam wilayah Puskesmas II Tambak adalah sebagai berikut :
a. Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas II Tambak ada 2 (dua) orang dokter umum, yaitu dokter umum
yang bekerja di Puskesmas II dengan rasio 10/100.000 jumlah penduduk.
Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010 ratio tenaga
medis per 100.000 penduduk adalah 40 tenaga medis, berarti tenaga
medis masih kurang.
b. Dokter Spesialis
Dokter spesialis tidak ada. Standar IIS 2010, 6/100.000 penduduk.
c. Dokter Gigi
Dokter gigi tidak ada. Standar IIS 2010, 11/100.000 penduduk
d. Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi tidak ada. Standar IIS 2010, 10/100.000 penduduk
e. Tenaga Bidan
Tenaga D-III Kebidanan jumlahnya 7 orang. Berarti ratio tenaga bidan
adalah 34,38/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, jumlah tenaga bidan
100/100.000 atau 16 bidan. Dengan demikian jumlah bidan di wilayah
Puskesmas II tambak masih kurang 9 bidan.
f. Tenaga Perawat
9
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas II Tambak lulusan SPK
ada 2 orang dan D-III Keperawatan 3 orang, jumlah seluruhnya ada 5
orang perawat (ratio 31/100.000 jumlah penduduk). Standar IIS tahun
2010, adalah 117,5/100.000 penduduk ( sekitar 19 perawat). Berarti
kurang 14 orang perawat.
g. Tenaga Gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas II Tambak jumlahnya 1 orang, lulusan
D-III Gizi, ratio 4,91/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, 22/100.000
penduduk (3,5 ahli gizi). Berarti kurang 3 orang ahli gizi.
h. Tenaga Sanitasi
Tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan pendidikan D-I. Ratio 6/100.000
penduduk. Standar IIS 2010, 40/100.000 penduduk (6,5 tenaga sanitasi).
Kurang 5 orang tenaga sanitasi.
i. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesehatan Masyarakat ada 2 orang. Standar IIS tahun 2010,
40/100.000 penduduk (6,5). Masih kurang 4 orang tenaga kesehatan
masyarakat
Tabel 2.1. Ratio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah
Penduduk di Puskesmas II Tambak, tahun 2012.
No. Jenis Tenaga Jumlah
Tenaga
Kesehatan
Ratio per
100.000
pddk
Target IIS
per 100.000
pddk
1. Dokter Umum 2 10 40
2. Dokter Spesialis 0 0 6
3. Dokter Gigi 0 0 11
4. Farmasi 0 0 10
5. Bidan 7 34,38 100
6. Perawat 5 24,56 117,5
7. Ahli Gizi 1 4,91 22
8. Sanitasi 1 6 40
9. Kesehatan
Masyarakat
2 24 40
10
D. Sarana Kesehatan
1. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes
Puskesmas Tambak II satu-satunya sarana kesehatan yang mempunyai
kemampuan Labkes di wilayah Puskesmas Tambak II.
2. Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Dasar
Rumah Sakit yang menyelenggarakan 4 pelayanan dasar tidak ada.
3. Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan gawat darurat di wilayah Puskesmas Tambak II hanya ada
di Puskesmas.
E. Pembiayaan Kesehatan
Penyelenggaraan pembiayaan di Puskesmas Tambak II terdiri dari
operasional umum, Jamkesmas, Jampersal dan dana BOK dengan tujuan
agar semua program kesehatan di Puskesmas Tambak II ini berjalan
dengan lancer dan mencapai target yang telah ditentukan. Anggaran dana
operasional umum di Rencana Kerja Anggaran tahun 2012 adalah
Rp.99.313.000,00 (sembilan puluh sembilan juta tiga ratus tiga belas ribu
rupiah), dan dapat direalisasikan Rp. 95.523.671,00 (96,2%). Rencana
anggaran untuk tahun 2013 sama seperti tahun 2012 yaitu
Rp.99.313.000,00. Sedangkan untuk dana Jamkesmas dan Jampersal tahun
2012 direncanakan sebesar Rp. 174.875.050,00 dan dapat direalisasikan
sebesar Rp. 78.982.800,00 (45,16%). Kemudian untuk RKA tahun 2013
Jamkesmas Jampersal adalah Rp. 148.576.200,00.
Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tahun 2012 di
rencanakan Rp. 58.000,00 (lima puluh delapan juta rupiah) dan 100%
dapat direalisasikan. Tahun 2013 dana BOK dianggarkan sebesar
Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
II. Capaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Permasalahan program kesehatan yang terdapat di Puskesmas II
Tambak dapat dilihat dari terpenuhi atau tidaknya target dari setiap program
yang telah disepakati dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal
(SPM). Adapun pencapaian SPM dari Puskesmas II Tambak dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
11
Tabel 2.2 Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Puskesmas II Tambak
No Urusan Wajib/ Standar Pelayanan
Minimal
Target
2013
Pencapaian
Jan s/d Des
2013 (%)
I. Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Dasar
A. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil
K-4
95% 93,06 %
2. Cakupan pertolongan Persalinan
Oleh Nakes
90% 101,2 %
3. Ibu Hamil Resiko Tinggi
Dirujuk
100% 141,66 %
4. Cakupan Kunjungan Neonatus 90% 101,83 %
5. Cakupan Kunjungan Bayi 90% 83,54 %
6. Cakupan BBLR Ditangani 100% 100 %
B. Pelayanan Kesehatan Anak Pra
Sekolah dan Usia Sekolah
1. Cakupan Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Balita dan Pra Sekolah
95% 100 %
2. Cakupan Pemeriksaan Kesehatan
Siswa SD dan setingkat oleh
Nakes/guru UKS/dokter kecil
100% 100 %
3. Cakupan pemeriksaan Kesehatan
siswa Tk oleh Nakes
80% 100 %
4. Cakupan Pelayanan Kesehatan
Remaja
80% 100 %
C. Pelayanan Keluarga Berencana
Cakupan KB Aktif 80% 86,4%
12
D. Pelayanan Immunisasi
Desa dengan Universal Child
Immunization (UCI)100% 100
E. Pelayanan Pengobatan/Perawatan
1. Cakupan Rawat Jalan 15% 19,53 %2. Cakupan Rawat Inap 1,5% 2,44 %
F. Pelayanan Kesehatan Jiwa
Pelayanan Gangguan Jiwa di Sarana
Pelayanan Kesehatan Umum15% 0,40
G. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Cakupan Pelayanan Kesehatan pra
usia lanjut dan usia lanjut70% 9,14%
H. Pelayanan Kesehatan Kerja
1. Cakupan Pelayanan Kesehatan
Kerja pada Pekerja Formal80% 92,59
2. Cakupan Pelayanan Kesehatan
Kerja pada Pekerja Informal40% 38,64
II Penyelenggaraan Perbaikan Gizi
Masyarakat
A. Pemantauan Pertumbuhan Balita
1. Balita yang datang dan
ditimbang (D/S)80% 73,73 %
2. Balita yang naik berat badan-nya
(N/D)80% 60,60 %
3. Balita di bawah garis merah
(BGM)< 1,5% 1,19 %
13
B. Pelayanan Gizi
1. Cakupan Bayi (6-11 bl)
mendapat kapsul vitamin A 1
kali
95% 100%
2. Cakupan Balita (12-59 bl)
mendapat kapsul vitamin A 2
kali pertahun
95% 100%
3. Cakupan Ibu Nifas mendapat
kapsul vitamin A
90% 100%
4. Cakupan Ibu Hamil mendapat 90
tablet Fe
90% 100%
5. Cakupan Pemberian makanan
pendamping ASI pada bayi
BGM dari keluarga miskin
100% 100%
6. Balita Gizi Buruk mendapat
perawatan
100% 100 %
III Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Rujukan Dan Penunjang
A. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Emergensi Dasar dan Komprehensif
1. Akses terhadap ketersediaan
darah dan komponen yang aman
untuk menangani rujukan ibu
Hamil dan Neonatus
80% 43,75%
2. Ibu hamil resiko tinggi yang
ditangani
90% 100 %
3. Ibu hamil dengan komplikasi
yang ditangani
90% 100 %
4. Neonatal resiko
tinggi/komplikasi yang ditangani
80% 100 %
14
B. Pelayanan Gawat Darurat
1. Sarana Kesehatan dengan
kemampuan gawat darurat yang
dapat diakses masyarakat
90% -
2. Pemenuhan darah di RS 95% -
IV. Penyelenggaraan Pemberantasan
Penyakit Menular
A. Penyelenggaraan Penyelidikan
Epidemologi dan Penanggulangan
Kejadian Luar Bisaa
1. Desa/Kelurahan mengalami
KLB yang ditangani kurang dari
24 jam
100%(Tidak ada
KLB)
2. Desa bebas rawan gizi80%
(Tidak ada
kasus)
B. Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Polio
Acute Flacid Paralysis (AFP) per
100.000 penduduk < 15 tahun< 1
(Tidak ada
kasus)
C. Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit TB Paru
1. Kesembuhan penderita TB Paru
BTA positif (CR / Cure Rate )>85% 40%
2. Penemuan Kasus TB Paru BTA
positif (CDR/ Case Detection
Rate)
70% 39,84%
D. Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit ISPA
15
1. Cakupan Balita dengan
Pnemonia yang ditemukan100% 17,86%
2. Cakupan Balita dengan
Pnemonia yang ditangani100% 100%
E. Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit HIV-AIDS
1. Klien yang mendapatkan
penanganan HIV-AIDS100% -
2. Kasus infeksi menular seksual
(IMS) yang yang diobati100% -
3. Darah donor di skrenning
terhadap HIV-AIDS100% -
F. Pencegahan dan pemberantasan
penyakit demam berdarah dengue
(DBD)
1. Penderita DBD ditangani 100% 100%2. Incident Rate DBD (per
100.000)<20 9,8 %
3. CFR/Angka Kematian DBD <2 0 %
G. Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Diare
1. Balita diare yang ditangani 100% 100
2. CFR/Angka kematian Diare per
10.000<1 0
H. Pencegahan dan pemberantasan
Penyakit Malaria
1. Penderita malaria yang diobati100%
(Tidak ada
kasus)
16
2. CFR/Angka Kematian Malaria0
(Tidak ada
kasus)
I. Pencegahan dan pemberantasan
Penyakit Kusta
Penderita Kusta yang selesai berobat
(RFT Rate)>90%
(Tidak ada
kasus)
J. Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Filariais (kaki gajah)
Penyakit Filariasis ditangani>90%
(Tidak ada
kasus)
V. Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Dan Sanitasi Dasar
A. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
1. Institusi yang dibina 80% 90 %
2. Rumah sehat pedesaan 65% 70 %
3. Rumah sehat perkotaan 85% -
4. Penduduk yang memanfaatkan
jamban
88% 81 %
5. Rumah yang mempunyai SPAL 85% 72 %
B. Pelayanan Pengendalian Vektor
Rumah/bangunan bebas jentik
nyamuk aedes>90% 94,80 %
C. Pelayanan Hygiene Sanitasi di
Tempat Umum
Tempat umum yang memenuhi
syarat80% 62%
17
VI. Penyelenggaraan Promosi Kesehatan
Penyuluhan Perilaku Sehat
1. Rumah Tangga Sehat 65% 89,06 %
2. Bayi yang mendapat ASI
eksklusif
80% 69,01%
3. Desa dengan garam beryodium
baik
90% 100%
4. Keluarga Sadar Gizi 80% 77,05%
5. Posyandu Purnama 40% 95,83%
6. Posyandu Mandiri >2% 0%
VII. Pencegahan Dan Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika Dan Zat Adiktif
(P3napza)
Penyuluhan Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahgunaan
NAPZA/Narkoba
Upaya penyuluhan P3 NAPZA / P3
Narkoba oleh petugas kesehatan30% 18,46 %
VIII
.
Penyelenggaraan Pelayanan
Kefarmasian (Obat)
A. Penyelenggaraan dan Pembiayaan
untuk Yankes Perorangan
Cakupan penduduk yang menjadi
peserta JPKM Prabayar
80% -
B. Penyelenggaraan Pembiayaan untuk
Gakin dan Masyarakat Rentan
Cakupan jaminan pemeliharaan
kesehatan keluarga miskin dan
100% 104, 38 %
18
mayarakat rentan
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa
permasalahan program kesehatan yang dilihat dari belum terpenuhinya
pencapaian program dari target SPM. Salah satu diantaranya yaitu pada
program pokok kesehatan lingkungan khususnya dalam hal pelayanan
hygiene sanitasi di tempat umum. Angka pencapaiannya sebesar 62%,
sementara target minimalnya harus mencapai angka 80%.
19
BAB III
ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
A. Analisis Potensi
1. Input
a. Man
Kelebihan :
1) Secara umum, tenaga medis dan non medis yang terdapat pada
Puskesmas Tambak II terdiri dari 2 dokter umum, 7 bidan, 5
perawat, 1 tenaga gizi , 1 tenaga sanitasi, 2 tenaga kesehatan
masayrakat dan 4 tenaga administrasi. Petugas struktural pada
program Promkes terdiri dari 1 orang yang merupakan Sarjana
Kesehatan Masyarakat. Petugas struktural pada program Kesling
terdiri dari 1 orang. Petugas struktural pada program KIA/KB
terdiri dari 4 orang. Petugas struktural pada program Perbaikan
Gizi terdiri dari 1 orang yang merupakan Ahli Madya Gizi.
Petugas struktural pada program P2M terdiri dari 3 orang.
Petugas struktural pada program Pengobatan Dasar terdiri dari 5
orang, di mana 4 diantaranya merupakan petugas dari Puskesmas
Keliling (Pusling). Terdapat 2 unit penunjang yaitu pengelola
obat yang terdiri dari 2 orang petugas dan laborat yang terdiri
dari 1 orang petugas.
Kekurangan :
1) Kurangnya jumlah tenaga petugas sanitasi yang dimiliki
membuat program yang dijalankan kurang optimal
2) Kurang optimalnya pemanfaatan kader Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar belum tersedia di
setiap desa yang akibatnya kegiatan pemantauan tidak dapat
dilakukan secara maksimal.
b. Money
Kelebihan :
16
20
Dana untuk kegiatan program berasal dari APBN, APBD
Kabupaten Banyumas dan BOK.
Kekurangan :
Jumlah dana yang telah diajukan dan disediakan untuk
jalannya program kerja terkadang tidak sesuai dengan yang talah
diajukan sehingga menghambat jalannya program kerja akibat
terbatasnya dana yang terkadang keluar terlambat.
c. Material
Kelebihan :
1) Fasilitas yang dimiliki demi kelancaran program adalah sanitarian
kit.
2) Terdapat Puskesmas dan Puskesmas keliling sebagai pusat
kesehatan masyarakat.
Kekurangan :
1) Masih minimnya sanitarian kit yang dimiliki, tidak tiap
puskesmas memiliki sanitarian kit, hanya di beberapa puskesmas
yang menyediakan dan disimpan di puskesmas lain, sehingga
apabila membutuhkan sanitarian kit harus berkunjung ke
puskesmas lain untuk meminjam.
2) Dengan belum tersedianya sanitarian kit dapat menghambat
jalannya program kerja, selain itu tidak dapat menanggapi dengan
cepat terhadap suatu laporan atau aduan dari masyarakat.
3) Belum tersedianya kendaraan yang disediakan bagi kader untuk
menjalankan tugasnya.
d. Metode
Kelebihan :
1) Ketrampilan diperoleh dari pelatihan-pelatihan yang diadakan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas yang diadakan
secara insidensil.
2) Prosedur kerja dilakukan berdasarkan kasus yang dilaporkan dari
masyarakat berdasarkan kasus yang muncul di masyarakat.
Kekurangan :
21
Penyuluhan, screening, dilakukan jika ditemukan laporan terhadap
masalah dibidang sanitasi.
e. Minute
Kelebihan :
Terdapat petugas yang khusus menangani Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar sehingga pelaksanaan
progam bias intensif.
Kekurangan :
1) Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan
program yang telah ditetapkan, akan tetapi besarnya kasus masih
memiliki keterbatasan, hal ini dikarenakan jumlah tenaga
kesehatan yang masih kurang.
2) Terdapat jadwal yang sudah berjalan, namum belum terkoordinasi
dengan petugas-petugas terkait.
f. Market
Kelebihan :
Cakupan target dari progam Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan
Dan Sanitasi Dasar adalah keseluruhan masyarakat wilayah kerja
Puskesmas Tambak II.
Kekurangan :
Sasaran masyarakat pada program Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Dan Sanitasi Dasar belum semuanya terjangkau
dikarenaka masih banyaknya kendala dan keterbatasan.
2. Proses
a. Perencanaan
Kelebihan :
1) Survey terhadap kesehatan dan sanitasi lingkungan dilakukan
untuk mencegahnya suatu wabah penyakit yang dapat membawa
dampak yang merugikan bagi masyarakat.
2) Rencana pelaksanaan progam Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Dan Sanitasi Dasar bekerja sama lintas progam
(Promkes dan pengobatan).
22
Kekurangan :
Tidak semua daerah tercapai tindakan suatu survey dalam suatu
waktunya.
b. Pengorganisasian
Kelebihan :
1) Penggalangan kerjasama dalam menangani kasus sanitasi
lingkungan
2) Penggalangan kerjasama lintas sektoral
Kekurangan :
1) Mempertimbangkan jumlah tenaga, beban kerja dan sarana yang
kurang memadai.
2) Tidak adanya kader Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar
pada setiap Desa di wilayah kerja Puskesmas Tambak II.
c. Penggerakan dan pelaksanaan program
Kelebihan :
1) Tim Puskesmas Tambak II khususnya petugas program
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar
bekerjasama dengan masyarakat guna mengetahui dan deteksi
dini tentang penyakit di wilayah kerja Puskesmas Tambak II.
Kekurangan :
1) Belum semua orang atau warga desa turut serta membantu dalam
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar
2) Tidak ada kader Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan
Sanitasi Dasar di setiap desa.
3) Penyuluhan dilakukan jika ditemukan laporan dari masyarakat.
d. Pengawasan dan pengendalian untuk kelancaran kegiatan
Kelebihan :
Laporan program Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan
Sanitasi Dasar dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
disertai dengan data pencapaian progam evaluasi progam dilakukan
setiap 6 bulan s/d 1 tahun. Badan pengawasan dan pengendalian
untuk kelancaran kegiatan dilakukan oleh :
23
1. Dinas Kesehatan wilayah Bayumas
2. Puskesmas Tambak II khususnya bagian program sanitasi
lingkungan
3. PWS = Pemantauan wilayah setempat
4. Kader posyandu atau perangkat desa setempat
5. Masyarakat
Kekurangan :
Belum optimalnya kerjasama dilapangan yang telah diberikan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.
3. Output
Mewujudkan pembangun masyarakat wilayah kerja Puskesmas
Tambak II sadar kesehatan dan lingkungan. Kelompok masyarakat yang
sudah diskrining atau survey di wilayah kerja Puskesmas Tambak II
diberikan konseling yang berisi informasi dan edukasi mengenai kondisi
lingkungan, cara manjaga kebersihan lingkungan masyarakat sehingga
diharapkan dapat terwujud Puskesmas Tambak Sehat 2015.
4. Effect
Dapat menarik minat masyarakat untuk mengetahui mengenai
bahayanya lingkungan dan sanitasi lingkungan tempat tinggal yang
kurang baik dengan memberikan edukasi kepada kader ataupun
masyarakat langsung yang komprehensif, terpadu, terarah, intensif dan
berkesinambungan sehingga dapat tercapai target Puskesmas Tambak 2
Sehat 2015.
5. Outcome
Dampak program yang diharapakan adalah menurunnya angka
kejadian penyakit atau wabah di Kecamatan Tambak Sehat 2015 sesuai
dengan arah perencanaan yang ada.
B. Identifikasi Isu Strategis (Analisis SWOT)
1. Strength
a. Terdapat tenaga kerja dalam bidang Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Dan Sanitasi Dasar
b. Pada setiap desa sudah memiliki posyandu
24
c. Terdapat kader kesehatan pada setiap posyandu
d. Adanya periode untuk survey tentang kesehatan lingkungan
2. Weakness
a. Metode survey dan sosialisasi tentang Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Dan Sanitasi Dasar belum dapat terlaksana dengan baik
b. Terbatasnya tenaga kesehatan di bidang Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Dan Sanitasi Dasar yaitu hanya satu orang sehingga
kurang optimal.
c. Sistem deteksi wabah penyakit masih dilakukan secara pasif, yaitu
mengandalkan laporan dari masyarakat atau pasien-pasien yang datang
ke puskesmas. Deteksi penderita secara aktif, penyuluhan kesehatan ke
semua desa wilayah kerja Puskesmas Tambak II dan pembentukan
kader kesehatan yang khusus dalam penanganan sanitasi lingkungan
belum berjalan.
d. Belum ada hal pemicu khusus (trigger) atau semacam reward bagi
penderita ataupun petugas kesehatan yang ditugaskan dalam progam
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar
e. Tenaga seorang analis lingkungan yang tidak ada.
3. Edukasi kepada masyarakat akan pentingnya mengetahui dampak yang
disebabkan lingkungan dan sanitasi dasar terhadap kesehatan.
4. Opportunity
a. Tersedianya sumber daya manusia yang menjalankan program
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar
b. Tersedianya sumber daya kesehatan yang bersedia menjadi petugas
dalam program Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi
Dasar Puskesmas Tambak II.
c. Terdapat bantuan dana dari Dinas Kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan.
5. Threat
a. Kurangnya pengetahuan pada masyarakat mengenai bahaya yang
ditimbulkan oleh lingkungan dan betapa penting lingkungan
memberikan dampak yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari.
25
b. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan yang
bersih dan sehat.
Dari hasil analisis SWOT, dapat disimpulkan permasalahan yang
terjadi seputar Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi
Dasar, baik dari dalam maupun dari luar Puskesmas. Sebenarnya
Puskesmas Tambak II memiliki kekuatan dalam upaya melaksanakan
program Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar
yaitu adanya fasilitas berupa sanitasi kit dalam melaksanakan tugasnya.
Akan tetapi kondisi ini kurang mendukung karena tenaga kesehatan di
bidang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar sangat
terbatas yaitu hanya satu orang sedangkan wilayah kerja Puskesmas
Tambak II cukup luas. Kondisi ini jelas mempersulit cakupaan secara aktif
dengan terjun langsung ke masyarakat.
Jika dilihat kekuatan dan kelemahan yang telah dianalisis, baik dari
dalam dan luar Puskesmas, mengajak peran serta masyarakat dalam
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar adalah solusi
yang cukup tepat, dibanding hanya mengandalkan peran petugas kesehatan
saja yang jumlahnya terbatas untuk turun langsung ke masyarakat. Hal ini
mengingat, masyarakat Kecamatan Tambak memiliki tingkat partisipatif
yang cukup baik di bidang kesehatan dan dapat diajak kerjasama.
26
BAB IV
PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH
A. Pembahasan Isu Strategis
Penyakit terkait air, sanitasi dan masalah kebersihan (hygiene)
berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2008 menyumbangkan
3,5 persen dari total kematian di Indonesia. Sedangkan salah satu penyakit
akibat ketiga hal tersebut, yaitu diare, menyumbang kematian nomor satu
pada balita di Indonesia sebesar 25 persen sesuai data Riset Kesehatan Dasar
2007. Masalah utama yang memengaruhi adalah masalah sanitasi
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum,
higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation
Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47%
masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam,
kebun dan tempat terbuka.
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun
2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah:
a. setelah buang air besar 12%,
b. setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%,
c. sebelum makan 14%,
d. sebelum memberi makan bayi 7%, dan
e. sebelum menyiapkan makanan 6 %.
Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum
rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air
minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.
Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di
Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun 2006
sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi
mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate
(CFR) sebesar 2,52.
27
Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu
melalui pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO
tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses
masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan
pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah
tangga. Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi
tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94%.
Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi
dengan menetapkan Open Defecation Free dan peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat pada tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 - 2009. Hal ini sejalan dengan
komitmen pemerintah dalam mencapai target Millennium Development Goals
(MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar
secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum
mendapatkan akses.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai
STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi
melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Komunitas
merupakan kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial berdasarkan
kesamaan kebutuhan dan nilai-nilai untuk meraih tujuan. Open Defecation
Free yang selanjutnya disebut sebagai ODF adalah kondisi ketika setiap
individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Cuci Tangan
Pakai Sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air
bersih yang mengalir.
Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga yang selanjutnya disebut
sebagai PAMRT adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan dan
pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan
keperluan oral lainnya seperti berkumur, sikat gigi, persiapan
makanan/minuman bayi. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:
a. Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
b. Mencuci tangan pakai sabun.
c. Mengelola air minum dan makanan yang aman.
28
d. Mengelola sampah dengan benar.
e. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk
memutus mata rantai penularan penyakit. Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi
rumah tangga yang meliputi sarana Luang air besar, sarana pengelolaan
sampah dan limbah rumah tangga.
B. Alternatif pemecahan masalah
Pembinaan sanitasi dasar diperlukan upaya yang melibatkan berbagai
sektor, baik dari pemerintah, swasta maupun kelompok organisasi masyarakat,
mengingat beban masalah sanitasi dasar yang tinggi, keterbatasan sektor
pemerintah, potensi melibatkan sektor lain, keberlanjutan program dan
akuntabilitas, mutu serta transparansi.
Melihat hasil analisis SWOT, didapatkan isu strategis yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah, meliputi :
1. Puskesmas khususnya sanitarian lebih aktif dalam menciptakan suasana
yang menarik dalam kegiatan pembinaan langsung ke rumah tangga
ataupun tempat-tempat umum sehingga para masyarakat tertarik untuk
memperhatikan dan menerapkan dari pembinaan tersebut.
2. Sebaiknya puskesmas khususnya sanitarian bekerja sama dengan lintas
sektoral, bidan desa, perangkat desa ataupun tokoh masyarakat setempat
mengadakan reward atau penghargaan khusus bagi rumah tangga maupun
tempat-tempat umum yang telah memenuhi syarat sanitasi dasar supaya
lebih bersemangat untuk mempertahankan prestasinya.
3. Penambahan jumlah petugas sanitarian yang dipekerjakan di puskesmas
sehingga dapat memantau seluruh rumah tangga maupun tempat umum di
wilayah kerja puskesmas dengan maksimal serta pelatihan yang berkala
dilakukan oleh dinas kesehatan setempat untuk memperbarui pengetahuan
dan keterampilan.
4. Sebaiknya pada setiap kegiatan survey terdapat penindak lanjutan hasil
dari survey seperti pembinaan berupa pemberian pengetahuan dan
pemberian alternatif-alternatif pemecahan masalah yang mudah
diterapkan secara langsung.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Angka pencapaian hyegiene dan sanitasi ditempat umum di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak belum mencapai target standar pencapaian
minimal.
2. Angka pencapaian hyegine dan sanitasi ditempat umum di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak jauh dari indikator Indonesia sehat 2015 yaitu
62%.
3. Bagian program kesehatan lingkungan Puskesmas II Tambak masih
memiliki kekurangan dalam upaya menggalakkan program hyegiene dan
sanitasi ditempat umum.
4. Perlu dilakukan upaya-upaya stretegis untuk dapat meningkatkan jumlah
pemantauan hyegiene dan sanitasi tempat umum di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak.
C. Saran
1. Bagi peneliti
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan dsar dilakukannya penelitian
lebih lanjut mengenai progam kesehatan lingkungan khususnya
penanganan hygiene dan sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Tambak II.
2. Bagi DKK
Diperlukan komitmen yang berkesinambungan dalam menangani hyegien
dan sanitasi sehingga tiap program yang dilakukan akan memberikan hasil
yang maksimal.
3. Bagi Puskesmas
a. Diperlukan pendataan sasaran dari program kesehatan lingkungan
yang lebih akurat.
b. Pembentukan kader kesehatan lingkungan tiap desa yang dapat diambil
dari kader Posyandu.
26
30
c. Dilakukan penyuluhan berkesinambungan yang ditujukan kepada
seluruh masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
mengenai hygiene dan sanitasi.
d. Untuk mengatasi masalah yang ditemukan, pihak puskesmas dapat
menciptakan suasana yang menarik dalam kegiatan pemantauan
hygiene dan sanitasi dengan cara memberikan reward atau
penghargaan khusus bagi petugas kesehatan maupun kader yang di
tunjuk khusus agar dapat meningkatkan kinerja dan kesejahteraan.
4. Bagi masyarakat
a. Masyarakat hendaknya dapat mendukung setiap langkah pemantauan
higiene dan sanitasi yang dilakukan Puskesmas Tambak II untuk
meningkatkan kualitas pola hidup sehat masyarakat.
31
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Sanitasi Dasar Berbasis Masyarakat. Available at http://www.sanitasi.net/pedoman-stbm.html diakses 19 Mei 2014.
Profil Kesehatan Jawa Tangah Tahun 2008. Available at http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profile2004/bab4.htmdiakses 19 Mei 2014