evaluasi pemberian informasi obat pada pelayanan …
TRANSCRIPT
EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN RESEP
DI APOTEK DI DESA MAGUWOHARJO KECAMATAN DEPOK
KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Tika Kurnia
NIM: 178114147
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN RESEP
DI APOTEK DI DESA MAGUWOHARJO KECAMATAN DEPOK
KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Tika Kurnia
NIM: 178114147
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN RESEP DI
APOTEK DI DESA MAGUWOHARJO KECAMATAN DEPOK KABUPATEN
SLEMAN YOGYAKARTA
Oleh:
Tika Kurnia
NIM: 178114147
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal: 21 Juli 2021
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Dr. apt. Yustina Sri Hartini
Panitia Penguji: Tanda Tangan
1. apt. Putu Dyana Christasani, M.Sc.
………………………
2. apt. T.B. Titien Siwi Hartayu, M. Kes., Ph.D.
………………………
3. Dr. apt. Yosef Wijoyo, M.Si.
……………………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Tika Kurnia
Nomor Mahasiswa : 178114147
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Evaluasi Pemberian Informasi Obat Pada Pelayanan Resep Di Apotek Di Desa
Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta beserta perangkat
yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media
lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan,
gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari
(search engine), misalnya google.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 24 Juli 2021
Yang menyatakan
(Tika Kurnia)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Pelayanan informasi obat adalah kegiatan yang dijalankan apoteker pada
pemberian informasi terkait obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan
dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat pada profesi kesehatan lain,
pasien atau masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik pelayanan
informasi obat mengenai pelayanan resep di apotek di Desa Maguwoharjo Kecamatan
Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta dan melihat kesesuaian praktik pelayanan
informasi obat pada pelayanan resep dengan standar yang tertera dalam Permenkes No.
73 tahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan
pendekatan kualitatif. Pengambilan data menggunakan metode wawancara mendalam.
Data diperoleh dari 5 responden yang diwawancarai dan disajikan secara deskriptif
dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Penelitian menunjukkan
bahwa pelayanan informasi obat yang dilakukan di apotek di Desa Maguwoharjo
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta belum sesuai dengan standar yang
ada pada Permenkes no. 73 tahun 2016. Responden tidak melakukan pelayanan
informasi obat sesuai dengan ketentuan dikarenakan beberapa alasan seperti
keterbatasan waktu pelayanan dan informasi yang hendak disampaikan dirasa tidak
terlalu berpengaruh pada pasien.
Kata kunci: pelayanan resep, informasi obat, apotek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
Drug information service is an activity performed by pharmacists in providing
impartial drug-related information, critically evaluated and with the best evidence in
all aspects of drug use in other health professionals, patients or public. This study aims
to determine the practice of drug information services regarding prescription services
at pharmacies in Maguwoharjo Village, Depok District, Sleman Regency, Yogyakarta
and see the drug information service practices suitability in prescription services with
the standards stated in the Permenkes RI No. 73 tahun 2016. This research is a
descriptive observational study with a qualitative approach. Data collection using
indepth interview method. Data obtained from 5 respondents who were interviewed
and presented descriptively compared to the Permenkes RI No. 73 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Research shows that drug information
services which performed at pharmacies in Maguwoharjo Village, Depok District,
Sleman Regency, Yogyakarta are not in accordance with the standards in Permenkes
no. 73 tahun 2016. Respondents didn't provide drug information services according to
the provisions due to several reasons such as limit service time and the information to
be conveyed didn't seem to have much effect on patients.
Keywords: prescription service, drug information, pharmacy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................................... vi
LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. x
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
METODE PENELITIAN .............................................................................................. 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 7
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 23
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................................ 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Responden ................................................................................. 6
Tabel 2. Teknis Pelayanan Informasi Obat Pada Pelayanan Resep Di Apotek ............ 8
Tabel 3. Komponen Informasi Obat yang Disampaikan Responden ......................... 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clereance ................................................................................... 23
Lampiran 2. Permohonan lzin Penelitian dan Pengambilan Data ............................... 24
Lampiran 3. Permohonan Menjadi Responden ........................................................... 25
Lampiran 4. Formulir Validitas Instrumen Penelitian ................................................ 26
Lampiran 5. Daftar Panduan Wawancara ................................................................... 28
Lampiran 6. Lembar Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian ............................ 29
Lampiran 7. Pedoman Observasi ................................................................................ 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Apotek ialah lembaga pelayanan farmasi dimana dilakukannya praktik
kefarmasian. Dalam praktik pelayanannya, apoteker harus bertanggung jawab
langsung pada pasien dalam meningkatkan kualitas layanan. Hal ini berarti apoteker
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab langsung untuk menyediakan berbagai
informasi obat yang digunakan pasien. Penting bagi apoteker untuk memberikan
pelayanan informasi obat untuk menghindari kemungkinan kesalahan pengobatan
(medication error) dalam proses identifikasi, mencegah dan mengatasi masalah terkait
obat (KEMENKES, 2016).
Pelayanan informasi obat yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pemberian
informasi dan edukasi pada pasien. Penelitian Supardi, dkk., (2019) menunjukkan
bahwa hanya 5,3% apoteker yang memberikan informasi obat kepada konsumennya.
Selain itu, penelitian terhadap 32 apotek di Kabupaten Bantul menyatakan bahwa
standar pelayanan kefarmasian di apotek belum dilaksanakan dengan baik, yaitu 56,2%
apotek dikategorikan baik, 40,6% apotek dikategorikan cukup, dan 3,1% apotek
dikategorikan kurang (Supardi, 2019).
Berdasarkan uraian data, penelitian ini penting dijalankan untuk melihat sejauh
mana pelayanan informasi obat pada pelayanan resep oleh apoteker di apotek yang
sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek yang berlaku. Penelitian ini
perlu dilakukan sebagai bentuk evaluasi pelayanan informasi obat pada pelaksanaan
pelayanan resep di apotek-apotek di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif. Rancangan penelitian
bersifat kualitatif dengan metode triangulasi yaitu pengamatan langsung, wawancara,
dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan di apotek-apotek di daerah Desa
Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta periode Mei-Juni
2021. Penelitian observasional deskriptif ditujukkan mendeskripsikan kondisi dalam
masyarakat maupun komunitas (Heryana, 2020).
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu informasi saat PIO yang disampaikan
responden di apotek-apotek meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
cara pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,
stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat di Desa Maguwoharjo,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Subjek Penelitian
Responden dalam penelitian ini yaitu apoteker yang bekerja di apotek di Desa
Maguwoharjo yang mau diwawancara dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Berikut merupakan kriteria inklusi dan eksklusi dari responden:
1. Kriteria inklusi
a. Apoteker bekerja di apotek di Desa Maguwoharjo dan menandatangani
inform consent
b. Apoteker tersebut bekerja di apotek (minimal 3 tahun)
c. Apoteker yang berusia < 36 tahun serta apotek yang menyediakan praktik
dokter.
2. Kriteria eksklusi
a. Apoteker yang tidak bersedia mengikuti penelitian hingga akhir dan tidak
menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 16 apotek.
Dari 16 apotek, hanya 7 apotek yang memiliki praktik dokter. Dari 7 responden ini,
hanya 5 responden yang bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini. Subjek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 5 orang apoteker.
Instrumen
Instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah daftar panduan
wawancara yang dibuat dengan mengacu pada pedoman pelayanan informasi obat di
apotek yang sesuai standar Permenkes No. 73 tahun 2016. Panduan wawancara
tersusun atas: 5 pertanyaan terkait identitas responden, dan 14 pertanyaan terkait
pelayanan informasi obat yang dilaksanakan oleh responden.
Tata Cara Penelitian
1. Tahap pra penelitian
Tahap pra penelitian adalah tahap awal jalannya penelitian yang meliputi:
a. Persiapan, penentuan lokasi penelitian dan pengajuan izin.
Persiapan yang telah dipersiapkan yaitu membuat proposal penelitian.
Menentukan lokasi dengan tujuan menetapkan lokasi yang dipakai saat
melakukan penelitian. Setelah itu, mengurus izin kepada pihak terkait.
Penelitian ini sudah memperoleh persetujuan Ethical Clearance dari
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan nomor
KE/FK/0487/EC/2021.
b. Penentuan responden penelitian
Responden penelitian didapat dengan melihat kriteria inklusi dan ekslusi.
c. Pembuatan daftar panduan wawancara
Daftar panduan wawancara berisikan pokok pertanyaan yang
ditanyakan kepada subjek yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Pokok
pertanyaan berisikan mengenai pelayanan informasi obat berupa informasi
dan edukasi kepada pasien yang diberikan responden didasarkan pada
Permenkes RI No. 73 tahun 2016. Daftar panduan wawancara ini sudah
tervaliditas. Daftar panduan wawancara terlampir di lampiran 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
d. Pengujian validitas daftar panduan wawancara
Uji validitas bertujuan mengetahui kejelasan dari tujuan dan
lingkup informasi yang ingin didapat, yaitu sejauh mana pertanyaan-
pertanyaan yang tercantum di daftar panduan wawancara dapat mencakup
seluruh objek yang hendak diukur. Jenis uji validitas yang dapat dilakukan
adalah uji validitas konten yaitu memastikan jika instrumen yang dipakai
telah mencakup semua hal yang perlu diukur. Uji validitas isi panduan
wawancara dilakukan berdasarkan analisis rasional oleh professional
judgement. Professional judgement yaitu mengkonsultasikan validitas
daftar panduan wawancara dengan seorang yang ahli dalam bidangnya
yang dalam hal ini yaitu seorang apoteker.
2. Tahap pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan daftar pertanyaan yang telah
disusun. Observasi dilakukan dengan menentukan objek observasi, data yang
diobservasi, dan melakukan pengamatan langsung. Dokumentasi dilakukan dengan
menanyakan kepada apoteker mengenai dokumentasi/catatan pelayanan informasi
obat di apotek.
3. Tahap pengolahan dan analisis data
Hasil data yang diperoleh dari wawancara kemudian melalui proses editing,
coding, dan tabulating. Editing meliputi pengeditan cuplikan wawancara sesuai
dengan PUEBI. Coding dengan memberikan kode penamaan kepada responden
agar mempermudah pembahasaan. Sedangkan tabulating dengan membuat tabel
dari hasil pengamatan. Kemudian data disajikan dalam bentuk uraian narasi, bagan,
diagram alur, ataupun tabel. Selanjutnya memastikan kebenaran data berdasarkan
temuan dan melakukan verifikasi data, kesimpulan yang diperoleh masih bersifat
sementara dan dapat berubah sesuai dengan bukti-bukti lain yang memperkuat
suatu data. Analisis data diawali dengan proses pengumpulan data yang telah
diolah, kemudian data tersebut diamati secara mendalam, kemudian diberi tanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
atau catatan pada suatu data yang dianggap penting. Selanjutnya peneliti
mengelompokkan data yang diperoleh. Peneliti harus dapat menemukan inti dari
suatu informasi kemudian dituliskan pada suatu uraian (textual description).
Selanjutnya data dari penelitian dianalisis secara deskriptif sesuai Permenkes No.
73 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. Kemudian ditarik
kesimpulan apakah praktik PIO pada pelayanan resep di apotek di Desa
Mahuwoharjo sebanding dengan Permenkes No. 73 tahun 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan teknik analisis tematik yang dipakai, hasil penelitian dikategorikan
menjadi 3, yaitu sumber daya manusia, teknis pelayanan informasi obat, dan hasil
evaluasi informasi obat pada pelayanan resep di apotek di Desa Maguwoharjo,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam pembahasan ini bertujuan mendeskripsikan
apoteker di apotek di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta dari karakteristik responden.
A. Karakteristik Responden
Karakteristik yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu usia, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, dan lama bekerja di apotek. Berikut merupakan tabel yang
berisi karakteristik responden.
Tabel I. Karakteristik Responden
No. Kode
Apoteker
Usia
(tahun)
Jenis
Kelamin
Pendidikan
Terakhir
Lama Bekerja
di Apotek
(tahun)
1. A 26 P Profesi Apoteker 3
2. B 34 P Profesi Apoteker 8
3. C 29 P Profesi Apoteker 5
4. D 27 P Profesi Apoteker 3
5. E 31 P Profesi Apoteker 7
Penjelasan mengenai karakteristik subjek akan diuraikan secara detail sebagai berikut:
1. Karakteristik Berdasarkan Usia
Berdasarkan tabel I. dapat dilihat bahwa umur dari subjek yaitu antara
26-34 tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa para subjek tergolong muda dan
masih bisa mengalami perkembangan pola pikir, sehingga dapat berpikir
rasional saat berhadapan dengan permasalahan pelayanan informasi obat pada
pelayanan resep di apotek yang dikelola. Dipilih responden yang berusia kurang
dari 36 tahun karena menurut Satibi (2018) “pekerja yang lebih muda lebih
mudah beradaptasi, fleksibel, mudah menerima teknologi baru serta memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kepuasan yang lebih tinggi”. Hal ini dapat dilihat dari kelima responden saat
memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien. Responden terlihat lebih
cakap dan pasien terlihat nyaman saat berkonseling dengan responden. Selain
itu, tidak membutuhkan waktu lama saat konseling dikarenakan para responden
bisa mengoperasikan alat berupa handphone dalam pencarian informasi yang
diperlukan saat dilakukan PIO.
2. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel I. menunjukkan bahwa semua subjek adalah perempuan. Menurut
Satibi (2018) perempuan cenderung untuk bekerja di bidang yang berhubungan
dengan orang lain. Perempuan yang bekerja di bidang yang didominasi
perempuan cenderung menghasilkan kinerja lebih optimal, seperti menjadi
apoteker yang berhubungan dengan orang lain dan didominasi oleh perempuan.
Perempuan juga memiliki ketelitian yang tinggi.
3. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan terakhir
Tingkat pendidikan semua responden adalah profesi apoteker (100%).
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuannya
dalam menghadapi kejadian di sekitarnya (Nursalam, 2003). Profesi apoteker
merupakan tingkat pendidikan yang harus ditempuh agar dapat menjadi seorang
apoteker. Responden A, B, C, D, dan E mempunyai tingkat pendidikan yang
cukup untuk menjadi seorang apoteker. Dalam melakukan pelayanan informasi
obat, kelima responden terlihat sangat profesional saat berinteraksi dengan
pasien. Hal ini dikarenakan latar belakang pendidikan yang dimiliki responden
dimana saat menempuh pendidikan profesi apoteker, responden mendapatkan
pengetahuan sebagai persiapan memasuki dunia kerja.
4. Karakteristik Berdasarkan Lama Bekerja
Berdasarkan Tabel I. diketahui bahwa para responden memiliki
pengalaman kerja di apotek yaitu selama 3-8 tahun. Semakin lama masa
pegawai maka kemampuan karyawan akan meningkat hal ini berpengaruh pada
pengalaman kerja seseorang (Satibi, 2018). Kinerja responden yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pengalaman kerja di atas 5 tahun lebih baik dari pada responden yang memiliki
pengalaman kerja 3 tahun. Terlihat dari saat melakukan pelayanan informasi
obat apoteker yang lama kerjanya lebih dari 5 tahun lebih mudah
mengkomunikasikan informasi yang ingin disampaikan kepada pasien.
B. Teknis Pelayanan Informasi Obat Di Apotek
Teknis pelayanan informasi obat di apotek yang diteliti dalam penelitian
ini, antara lain: metode pelayanan informasi obat, kegiatan lain yang dilakukan
di apotek selain pemberian informasi dan edukasi pasien, sumber informasi
yang digunakan dalam pelayanan infromasi obat, dan dokumentasi.
Tabel II. Teknis Pelayanan Informasi Obat Pada Pelayanan Resep Di Apotek.
Responden Kegiatan Lain Sumber
Informasi
Dokumentasi
Menerima dan menjawab pertanyaan
Metode Jenis pertanyaan
A Lisan ESO Tersier Tidak Dilakukan
B Lisan Cara pakai obat Tersier Dilakukan
C Lisan ESO Tersier Dilakukan
D Lisan ESO Tersier Dilakukan
E Lisan ESO Tersier Dilakukan
Berikut adalah penjelasan terkait teknis pelayanan informasi obat pada pelayanan resep
di apotek:
1. Metode Pelayanan Informasi Obat
Berdasarkan hasil wawancara yang dapat dilihat pada tabel III semua
subjek menggunakan metode lisan saat melakukan pelayanan informasi obat.
Berikut cuplikan wawancara dengan responden B:
“Saya menggunakan metode lisan saat melakukan pelayanan informasi obat.
Alasannya karena situasi dimana pasien datang langsung ke apotek untuk menebus
resep. Selain itu, metode ini juga dapat mengurangi risiko kesalahpahaman terhadap
informasi yang disampaikan dan saya dapat memastikan apakah informasi yang
diberikan telah dipahami pasien atau belum”
Semua subjek melakukan pelayanan informasi obat saat menyerahkan obat.
Metode pelayanan informasi obat yang digunakan kelima responden yaitu metode
lisan. Metode pelayanan informasi obat secara lisan merupakan metode yang dimana
informasi disampaikan dengan langsung tatap muka. Komunikasi lisan sering disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
komunikasi antarpribadi. Cara ini mempunyai dampak besar di antara orang yang
berkomunikasi karena komunikasi ini terjadi secara langsung sehingga orang-orang
tersebut bisa memberi tanggapan dan respon baik dalam bentuk verbal ataupun non-
verbal sehingga mudah mencapai pemahaman bersama (Majid, 2020).
Jenis pertanyaan yang sering ditanyakan pasien yaitu terkait efek samping obat
yang diterima dan cara pengatasan efek samping tersebut (Salpina, 2018). Hal ini sering
ditanyakan pasien karena pasien takut efek samping dari obat yang akan dikonsumsi
membahayakan pasien dan pasien ingin mengetahui cara untuk mengatasi efek
samping tersebut.
2. Sumber Informasi yang Digunakan
Berdasarkan hasil wawancara yang dapat dilihat pada tabel III, semua
subjek menggunakan sumber informasi primer dan tersier saat melakukan
pelayanan informasi obat.
Berikut cuplikan wawancara dengan responden D:
“Saya memakai pustaka primer dan tersier saat melakukan pelayanan
informasi obat. Namun, lebih sering menggunakan pustaka tersier karena pustaka
tersebut tersedia di apotek saya”
Sumber informasi yang dipakai responden saat pelayanan informasi obat
merupakan pustaka primer dan tersier. Kelima responden yaitu responden A, B, C, D,
dan E menggunakan pustaka tersier karena pustaka tersier merupakan sumber
informasi yang telah tersedia di apotek yang dikelola. Selain itu, pustaka tersier juga
dapat mempermudah apoteker dalam melakukan pelayanan informasi kepada pasien.
Pustaka tersier yang digunakan responden merupakan pustaka terbaru. Sumber
informasi yang dipakai bertujuan agar informasi yang disampaikan responden adalah
informasi konsisten, akurat, tidak ambigu, dan terbaru (KEMENKES, 2016).
Berdasarkan pengamatan, responden selalu menggunakan sumber-sumber informasi
terbaru saat melakukan pelayanan informasi obat kepada pasien. Pembaharuan
terhadap pustaka yang digunakan sangat penting guna mendapatkan informasi terbaru
terkait obat maupun penyakit yang diderita pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
3. Dokumentasi yang Dilakukan
Berdasarkan hasil wawancara yang dapat dilihat pada tabel III, tidak
semua subjek melaksanakan dokumentasi saat memberikan pelayanan
informasi obat dalam bentuk catatan pengobatan pasien.
Berikut cuplikan wawancara dengan responden A:
“Saya tidak melakukan dokumentasi setelah pelayanan informasi obat
karena memakan banyak waktu”.
Dari 5 responden hanya responden A yang tidak melakukan
dokumentasi. Responden yang tidak melakukan dokumentasi (responden A)
mempunyai alasan yaitu karena keterbatasan waktu yang dimiliki. Responden
yang melakukan dokumentasi (responden B, C, D, E) catatan pengobatan
pasien dilakukan secara manual.
Pada penelitian ini, responden yang melakukan dokumentasi hanya
mencatat informasi mengenai tanggal dan waktu pelayanan informasi obat,
metode (lisan, tertulis, lewat telepon), data pasien (umur, jenis kelamin, berat
badan, informasi lain seperti riwayat alergi). Dilakukannya dokumentasi yaitu
untuk membantu menelusuri kembali data informasi. Pendokumentasian
tersebut juga memperjelas beban kerja dari apoteker. Apabila
pendokumentasian tidak dilakukan maka akan semakin besar kemungkinan
terjadinya medication error seperti apabila tidak ada dokumentasi mengenai
informasi riwayat alergi terhadap obat atau makanan tertentu pada pasien maka
akan meningkatkan kemungkinan terjadinya efek samping obat dan tujuan
terapi akan lebih lama dicapai (Mashuda, 2011).
4. Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil pengamatan, sarana dan prasarana yang sediakan oleh
semua responden saat pelayanan informasi obat yaitu antara lain ruang
konsultasi yang dilengkapi dengan meja, kursi, lemari buku, dan beberapa buku
referensi, leaflet, buku catatan konseling serta catatan pengobatan pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
sehingga sarana dan prasarana yang dimiliki kelima apotek sesuai dengan
Permenkes No. 73 tahun 2016.
C. Jenis Pelayanan Informasi Obat yang Diberikan
Jenis pelayanan informasi obat yang diteliti pada penelitian ini adalah
pemberian informasi dan edukasi pada pasien terkait resep yang diterima
pasien. Berikut adalah tabel yang memuat informasi obat yang diberikan
responden pada saat menyerahkan obat:
Tabel III. Komponen Informasi Obat yang Disampaikan Responden
No Komponen Informasi Obat Responden
A B C D E
1 Nama Obat dan Dosis S S S S S
2 Bentuk sediaan S S TS S S
3 Cara pemberian S S S S S
4 Aturan pakai S S S S S
5 Keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui
TS S S S S
6 Nomor batch dan Tanggal kadarluarsa S S S S S
7 Kondisi penyimpanan TS S S S S
8 Farmakokinetik TS TS TS TS TS
9 Efek samping obat TS TS S S TS
10 Stok obat di apotek, merk obat, dan harga
obat.
S S S S S
Keterangan: S: selalu disampaikan; TS: hanya disampaikan untuk obat-obatan tertentu
Hasil evaluasi informasi obat yang disampaikan responden berdasarkan standar yang
ada:
1. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Nama Obat Dan Dosis
Berdasarkan hasil wawancara, semua subjek menyampaikan informasi terkait
nama obat dan dosis.
Berikut cuplikan wawancara dengan responden D:
“Informasi tentang nama obat dan dosis ini selalu saya sampaikan di awal saat
memulai pelayanan informasi obat kepada pasien. Informasi ini diberitahukan
kepada pasien agar pasien tahu mengenai terapi yang pasien jalani dan apabila
pasien nanti datang untuk berobat kembali atau ke tempat lain dan ditanya
mengenai obat-obatan yang digunakan sebelumnya, pasien dapat menjawab”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Informasi mengenai nama obat dan dosis berguna dalam pemantauan terapi
pasien. Apabila tujuan terapi tidak tercapai dengan dosis awal yang diberikan,
maka dosis bisa dinaikkan hingga dapat mencapai tujuan terapi. Selain itu, dengan
memberitahu informasi mengenai dosis kepada pasien, hal ini juga bisa mencegah
timbulnya efek yang tidak diharapkan dari obat apabila dosis obat terlalu tinggi
(KEMENKES, 2017).
2. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Bentuk Sediaan
Berdasarkan hasil wawancara, responden A, B, D, dan E memberikan
informasi mengenai bentuk sediaan. Sedangkan responden C tidak memberikan
informasi tersebut karena menurut responden C pasien telah mengetahui hal
tersebut.
Berikut cuplikan wawancara dengan responden C:
“Untuk bentuk sediaan tidak selalu saya sampaikan karena saya rasa
pasien sudah dapat melihat dari obat yang kita berikan”
Pemberian informasi terkait bentuk sediaan harus disampaikan kepada
pasien agar pasien mengetahui dengan lengkap mengenai obat yang diterima.
Selain itu, informasi ini harus disampaikan karena setiap pasien memiliki latar
kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, dan usia yang berbeda sehingga ini dapat
menyebabkan perbedaan pemahaman tiap pasien (Asnasari, 2017).
3. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Cara Pemberian
Berdasarkan hasil wawancara, semua subjek memberikan informasi
terkait cara pemberian.
Berikut cuplikan wawancara dengan responden B:
“Informasi ini selalu saya sampaikan karena ini penting untuk menghindari
kesalahan dalam pemakaian obat yang dapat menyebabkan pasien tidak
sembuh”
Cara pemberian obat merupakan cara yang digunakan saat
mengkonsumsi obat. Cara pemberian obat sendiri bisa melalui inhalasi, topikal,
rektal, parenteral, sublingual, dan peroral. Faktor yang dipertimbangkan dalam
pemilihan rute pemberian yaitu target obat yang diinginkan, sifat fisika dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kimia obat, kecepatan respon yang diharapkan, dan kondisi pasien. Cara
pemberian obat berpengaruh pada efek dari obat yang digunakan
(KEMENKES, 2017).
Apabila informasi mengenai cara pemberian obat ini tidak disampaikan
kepada pasien maka akan terjadi kesalahan penggunaan yang dapat
menyebabkan obat tidak menimbulkan efek yang diinginkan seperti efek terapi
tidak tercapai. Selain itu, hal ini juga dapat membahayakan pasien apabila obat
yang seharusnya diberikan secara topikal diberikan melalui oral (KEMENKES,
2017).
4. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Aturan Pakai
Berdasarkan hasil wawancara, semua subjek memberikan informasi
terkait aturan pakai.
Berikut cuplikan wawancara dengan responden E:
“Informasi ini selalu saya sampaikan karena ini penting dalam terapi
pasien dimana informasi ini berkaitan sama dosis yang akan diterima pasien”
Aturan pakai obat adalah ketentuan yang harus dipatuhi pasien saat
menerima suatu obat. Aturan pakai obat sendiri berkaitan dengan kapan dan
berapa banyak obat yang harus dikonsumsi pasien saat menerima obat biasanya
disampaikan terkait kapan dan berapa banyak obat yang harus dikonsumsi
pasien dalam 24 jam. Aturan pakai obat berkaitan dengan dosis dan interaksi
obat (KEMENKES, 2017).
Apabila informasi ini tidak disampaikan maka akan berpengaruh pada
tujuan terapi pasien. Apabila tujuan terapi tidak tercapai dengan dosis awal
yang diberikan, maka dosis bisa dinaikkan hingga dapat mencapai tujuan terapi.
Selain itu, dengan memberitahu informasi mengenai aturan pakai kepada
pasien, hal ini juga dapat mengontrol dosis obat yang diterima pasien yang
dimana hal ini bisa mencegah timbulnya efek yang tidak diharapkan dari obat
apabila dosis obat terlalu tinggi (KEMENKES, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
5. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Keamanan Penggunaan Pada Ibu Hamil Dan
Menyusui
Berdasarkan hasil penelitian, responden B, C, D, dan E memberikan
informasi berupa keamanan pada ibu hamil dan menyusui. Sedangkan
responden A tidak menyampaikan informasi tersebut.
Berikut cuplikan wawancara dengan responden A:
“Saya tidak selalu menyampaikan informasi terkait keamanan pada ibu
hamil dan menyusui. Saya hanya menyampaikan apabila pasien mendapat
resep yang berisi obat-obatan yang dapat membahayakan untuk ibu dan
janin”.
Berdasarkan hasil penelitian, responden menyampaikan informasi
meliputi keamanan obat terhadap ibu hamil dan menanyakan usia kandungan,
usia bayi, frekuensi menyusui per hari. Informasi mengenai keamanan obat
terhadap ibu hamil sangat penting karena beberapa obat dapat membahayakan
janin yang dikandung pasien. Memberikan informasi ini dapat mencegah efek
obat yang berbahaya terhadap ibu dan janin (Elvina, 2016).
6. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Farmakokinetik
Berdasarkan hasil penelitian, semua subjek memberikan informasi
mengenai farmakokinetik.
Berikut cuplikan wawancara dengan responden E:
“Informasi ini selalu saya sampaikan karena ini penting dalam terapi
pasien dimana informasi ini berkaitan sama dosis yang akan diterima pasien”
Farmakokinetik merupakan ilmu yang mempelajari cara obat memasuki
tubuh, mencapai targetnya, dimetabolisme, dan dikeluarkan dari dalam tubuh
(Glassman, 2019). Dokter, apoteker, dan perawat menggunakan pengetahuan
farmakokinetik saat memberikan obat, memilihkan rute pemberian obat,
menilai risiko perubahan kerja obat, dan mengobservasi respon pasien. Empat
proses yang termasuk di dalamnya yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme
(biotransformasi), dan ekskresi (KEMENKES, 2017).
7. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Interaksi Obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Berdasarkan hasil penelitian, semua apoteker menyampaikan informasi
meliputi nama obat yang diduga mempunyai interaksi, dosis, dan lama terapi.
Informasi ini sangat penting agar pasien mengetahui bagaimana cara untuk
mengatasi interaksi yang terjadi antara obat yang tertera di resep.
Berikut cuplikan wawancara dengan responden A:
“Kalau terkait interaksi obat selalu saya sampaikan agar pasien tahu cara
untuk menghindari interaksi antar obat. Biasanya saya edukasi untuk memberi
jarak antar obat yang berinteraksi”
Interaksi obat merupakan perubahan efek obat saat dikonsumsi
bersamaan dengan obat lain atau makanan dan minuman tertentu. Interaksi
antar obat dapat menjadikan obat kurang efektif, menaikkan reaksi obat, atau
menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan. Pada kondisi khusus,
efek interaksi obat dapat berbahaya bagi nyawa pasien (Cascorbi, 2012).
Dengan disampaikannya informasi mengenai interaksi obat diharapkan
agar pasien dapat mengetahui obat yang berinteraksi dan memahami bagaimana
cara mencegah terjadinya interaksi antar obat tersebut.
8. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Stabilitas
Berdasarkan hasil penelitian, semua responden memberikan informasi
meliputi tanggal kadarluarsa dan kondisi penyimpanan. Namun semua
responden tidak menyampaikan informasi mengenai nomor batch. Menurut
responden A, B, C, dan E informasi mengenai nomor batch tidak terlalu
berpengaruh pada pengobatan pasien. Sedangkan responden D mengatakan
bahwa penyampaian informasi terkait nomor batch sering saya lupakan.
Berikut cuplikan wawancara dengan responden A:
“Informasi mengenai nomor batch tidak terlalu penting sehingga tidak saya
sampaikan, selain itu bisa mempersingkat waktu pelayanan juga”
Berikut cuplikan wawancara dengan responden C:
“Tidak saya sampaikan karena tidak berpengaruh pada pengobatan yang
dijalani pasien. Saya lebih memperhatikan tempat penyimpanan obat dan
waktu kadarluarsa”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Berikut cuplikan wawancara dengan responden D:
“Saya sering lupa untuk menyampaikan informasi mengenai nomor batch
kepada pasien”
Informasi mengenai stabilitas perlu disampaikan untuk menjaga agar
obat tetap dalam keadaan layak konsumsi (stabil). Stabilitas obat merupakan
kemampuan produk untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar
sama dengan yang dimilikinya saat pembuatan (identitas, kekuatan, kemurnian,
kualitas) dalam batasan yang telah ditentukan selama periode penyimpanan dan
penggunaan (shelf-l ife).
Stabilitas sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek dimana salah
satunya dapat dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan. Apabila obat disimpan
di kondisi penyimpanan yang tidak sesuai dengan kondisi seharusnya, obat
akan cepat rusak atau tidak stabil. Saat obat telah rusak, obat tersebut dapat
tidak berefek atau bahkan dapat membahayakan pasien apabila dikonsumsi
(Gozali, 2016).
Apabila informasi ini tidak disampaikan maka pasien dapat menyimpan
obat di tempat yang salah sehingga obat lebih cepat rusak dan tidak
menimbulkan efek saat dikonsumsi bahkan bisa membahayakan nyawa pasien
(KEMENKES, 2017).
9. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Efek Samping
Berdasarkan hasil penelitian, subjek C dan D selalu memberikan
informasi terkait efek samping seperti nama obat yang menimbulkan efek
samping dan cara pengatasan efek samping. Sedangkan responden A, B, dan E
hanya menyampaikan informasi terkait efek samping obat pada obat-obat
tertentu yang dirasa akan menimbulkan efek samping pada sebagian besar
pasien.
Berikut cuplikan wawancara dengan responden E:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
“Saya hanya menyampaikan informasi terkait efek samping obat pada saat
memberikan obat-obat tertentu yang berkemungkinan memberi efek samping
yang mungkin akan mempengaruhi aktifitas pasien”
Efek samping obat merupakan suatu keadaan yang terjadi di luar efek
yang diharapkan. Kondisi ini dapat terjadi pada beberapa obat dengan atau
tanpa resep dokter. Terjadinya efek samping bergantung pada kondisi individu.
Pada saat pengobatan dengan dosis yang normal, sering timbul efek yang tidak
diharapkan. Efek samping timbul beberapa saat setelah mengkonsumsi obat.
Efek samping bisa timbul pada saluran cerna seperti rasa mual, diare, perut
sembelit, selain itu juga terjadi pada kulit, seperti bercak merah, gatal, rasa
panas di kulit, dan juga dapat menyebabkan wajah menjadi bengkak, sesak
nafas dan lainnya (KEMENKES, 2017).
Dengan adanya informasi yang disampaikan mengenai efek samping
obat dari apoteker kepada pasien diharapkan pasien dapat melakukan tindakan
yang tepat saat mengalami efek samping dari obat yang diresepkan.
10. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Ketersediaan Obat Dan Harga
Berdasarkan hasil penelitian, semua subjek menyampaikan informasi
meliputi stok obat di apotek, merk obat, dan harga obat.
Berikut cuplikan wawancara dengan responden B:
“Saya selalu menyampaikan informasi mengenai ketersediaan obat di
apotek, merk obat, dan harga obat agar pasien dapat mengetahuinya dan
mengambil keputusan untuk menebus resep atau tidak”
Pemberian informasi mengenai ketersediaan obat dan harga harus
disampaikan oleh apoteker. Beberapa responden menyampaikan informasi ini
di awal sebelum melakukan pelayanan informasi obat dan beberapa lainnya
menyampaikan informasi ini di akhir setelah melakukan pelayanan informasi
obat.
Penyampaian mengenai informasi ini berguna agar pasien dapat
menyesuaikan jumlah obat yang akan ditebus dengan keadaan ekonomi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pasien sendiri. Dalam beberapa kasus, apoteker berdiskusi bersama dokter
terkait hal penggantian obat yang dikarenakan apotek kehabisan ketersediaan
atau pasien tidak dapat menebus obat dengan harga yang dirasa mahal.
Dari penelitian, informasi obat yang disampaikan pada saat memberikan
obat tidak sesuai dengan standar pada Permenkes no. 73 tahun 2016. Hal ini
dikarenakan apoteker merasa hanya obat-obat khusus yang harus dilengkapi
informasinya dan juga untuk mempersingkat waktu agar semua pasien dapat
dilayani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi yang dilaksanakan di apotek di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok
Kabupaten Sleman Yogyakarta tentang pelaksanaan pelayanan informasi obat
mengenai pelayanan resep dapat diambil beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut
dipaparkan sebagai berikut:
1. Tidak semua responden menyampaikan komponen informasi saat pelayanan
informasi obat. Hanya 20% dari 5 responden yang menyampaikan komponen
informasi secara lengkap. Sedangkan 80% dari 5 responden lainnya tidak
menyampaikan secara lengkap.
2. Pelaksanaan pelayanan informasi obat untuk pelayanan belum sepenuhnya sesuai
dengan standar yang tertera dalam Permenkes No. 73 tahun 2016 dikarenakan
beberapa alasan seperti keterbatasan waktu pelayanan dan informasi yang hendak
disampaikan dirasa tidak terlalu berpengaruh pada pasien.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan terkait
pelaksanaan pelayanan informasi obat pada pelayanan resep di apotek di Desa
Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta, sehingga peneliti
mengajukan beberapa saran. Saran tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Perlu dilakukannya pemahaman dan sosialisasi kepada apoteker mengenai
pentingnya penyampaian informasi terkait efek samping obat dan farmakokinetik
obat kepada pasien
2. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan mengenai pelayanan informasi obat pada
pelayanan resep di apotek yang sangat berguna untuk meningkat kualitas kesehatan
pasien dengan memberikan informasi obat yang tepat dan dengan peningkatan
kepatuhan pasien dalam menggunakan obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
DAFTAR PUSTAKA
Asnasari, L., 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Swamedikasi Dengan Pola
Penggunaan Obat Pada Masyarakat Di Dusun Kenaran, Yogyakarta.
Budiasa, K., 2016. Menentukan Dosis Obat Dan Cara Pemberiannya.
Cascorbi, I., 2012. Drug Interactions—Principles, Examples and Clinical
Consequences. Dtsch Arztebl International. 109(33), 546-566.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2018. Daftar Fasilitas Kesehatan Kabupaten
Sleman.https://dinkes.slemankab.go.id/daftar-fasilitas-kesehatan-kabupaten-
sleman, diakses pada 07 November 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2012. Promosi Ksesehatan.
https://dinkes.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2012/07/Media-
Promkes.pdf, diakses pada 17 Juni 2021.
Elvina, R., Hersunaryati, Y., dan Abdushshofi, F.M., 2016. Evaluasi Ketepatan
Penggunaan Obat Ibu Hamil Di Departemen Obstetri Dan Ginekologi Rumah
Sakit “X”. Farmasains, 3(1).
Fitriani, Y.N., INHS. Cakra., Yuliati, N., Aryantini. D., 2015. Formulasi dan Evaluasi
Stabilitas Fisik Suspensi Ubi Cilembu (Ipomea batatas L.) dengan Suspending
Agent CMC Na dan PGS Sebagai Antihiperkolesterol. Jurnal Farmasi Sains
Dan Terapan. 2(1).
Glassman, M.P., and Vladimir R.M., 2019. Pharmacokinetics, Biodistribution, and
Pharmacodynamics of Drug Delivery Systems. Journal of Pharmacology and
Experimental Therapeutics.
Gozali, D., Zaini, N.A., 2016. Pengaruh Suhu Terhadap Stabilitas Obat Sediaan
Suspensi. Farmaka, 14(2).
Heryana, A., 2020. Desain Penelitian Non Eksperimental. Esa Unggul, hal. 3-4.
Heryanto Catharina, A.W., Korangbuku Claudia S.F., Djeen, Maria, I.A., Widayati, A.,
2019 Pengembangan dan Validasi Kuesioner untuk Mengukur Penggunaan
Internet dan Media Sosial dalam Pelayanan Kefarmasian. Jurnal Farmasi:
Klinik Indonesia. 8(3)
Janti, S., 2014. Analisis Validitas Dan Reliabilitas Dengan Skala Likert Terhadap
Pengembangan Si/Ti Dalam Penentuan Pengambilan Keputusan Penerapan
Strategic Planning Pada Industri Garmen. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi
Sains & Teknologi (SNAST).
Kementerian Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek.
Kementerian Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
Kementerian Kesehatan RI, 2009. Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah
nomor 51tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. Pemerintah Republik
Indonesia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Kementerian Kesehatan RI, 2017. Farmakologi. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Majid, N.H.M., 2020. Identifikasi Fungsi Komunikasi Dalam Interaksi Tenaga
Kefarmasian Dan Pasien Prolanis Di Puskesmas Muntilan 2 Dan Puskesmas
Tempuran.
Mashuda, A., 2011. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik (CPFB)/Good
Pharmacy Practice (GPP). Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 7, 27,28,
69, 80.
Mukhsin, R., Mappigau, P., Tenriawaru, N.A., 2017. Pengaruh Orientasi
Kewirausahaan Terhadap Daya Tahan Hidup Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah Kelompok Pengolahan Hasil Perikanan Di Kota Makassar. Jurnal
Analisis. 6(2), 188-193.
Mulyadi, Kumat, T.L., Sari, T.U., 2015. Hubungan Pelaksanaan Identifikasi Pasien
Secara Benar Dengan Kepuasan Pasien Di Instalasi Gawat Dadurat (Igd) Rsup
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. eJournal Keperawatan. 3(2), 1-6.
Noviani, N., dan Nurilawati, V., 2017. Farmakologi. Kemenkes RI, 9.
Novitasari, L.A., 2016. Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Pada Pasien Di Instalasi
Farmasi RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta.
Nusair, B.M., et al., 2020. The prevalence and severity of potential drug-drug
interactions among adult polypharmacy patients at outpatient clinics in Jordan.
Saudi Pharmaceutical Journal. 28 (2), 155-160.
Pionas, 2020. Pedoman Umum. http://pionas.pom.go.id/ioni/pedoman-umum, diakses
pada tanggal 30 Oktober 2020.
Pratiwi, H., Choironi, A.N., dan Warsinah., 2017. Pengaruh edukasi apoteker terhadap
pengetahuan dan sikap masyarakat terkait teknik penggunaan obat. Jurnal
Ilmiah Farmasi. 5(2), 44-49. Rokhman, R.M., Widiastuti, M., Satibi, Fatmawati, F.R., Munawaroh, N., Pramesti,
A.Y., 2017. Penyerahan Obat Keras Tanpa Resep Di Apotek. Jurnal
Manajemen dan Pelayanan Farmasi. 7(3), 2443-2946.
Rusli, 2018. Farmasi Klinik. Kemenkes RI. 3-4.
Salpina, S., 2018. Komunikasi Interpersonal Jarak Jauh Antara Orangtua Dan Anak.
Satibi, Daulay, H.E., Oviani, A.G., Erlianti, K., Fudholi, A., Puspandari, A.D., 2018.
Analisis Kinerja Apoteker dan Faktor Yang Mempengaruhi Pada Era Jaminan
Kesehatan Nasional di Puskesmas. JMPF. 8(1)
Sulistya, A.Y., Pramestutie, R.H., dan Sidharta, B., 2017. Profil Kualitas Pelayanan
Resep oleh Apoteker di Beberapa Apotek Kecamatan Klojen Kota Malang.
Pharmaceutical Journal of Indonesia. 3(1), 1-9.
Supardi, S., Yuniar, Y., Sari, D.I., 2019. Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek di Beberapa Kota Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pelayanan Kesehatan. 3(3),152-159.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Syamsiah, N., 2013. Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan
Intensi Pemberian ASI Ekslusif Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013.
Syaripuddin, M., 2013. Peranan Pharmaceutical Care dalam Meningkatkan Hasil
Klinis dan Kualitas Hidup Pasien Penderita Diabetes Melitus. Jurnal
Kefarmasian Indonesia. 3(2), 52-59.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ethical Clearance dari Medican Health Research Ethnics
Committee Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 4. FORMULIR VALIDITAS INSTRUMEN PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 5. Daftar Panduan Wawancara
Identitas Responden
Nama:
Umur:
Jenis kelamin:
Pendidikan Terakhir: Profesi Apoteker/S-2/S-3
Lama Bekerja (di apotek ini):
Pelayanan Informasi Obat yang Diberikan Oleh Responden
1. Apa metode pelayanan informasi obat yang digunakan di apotek ini (lisan,
tertulis, lewat telepon)? Bagaimana metode tersebut dilakukan?
2. Apa sarana fisik yang disediakan untuk menunjang pelayanan informasi obat?
3. Apa saja pelayanan informasi obat yang dijalankan di apotek, sebutkan?
4. Apakah sesudah pelayanan informasi obat dilakukan dokumentasi?
5. Apakah informasi mengenai identitas pasien (umur, jenis kelamin, berat badan,
informasi lain seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui,
data laboratorium) ditanyakan kepada pasien?
6. Jika saat ini pasien mengkonsumsi obat, apakah efek samping obat tersebut
ditanyakan?
7. Informasi apakah yang diberikan dengan kondisi hamil dan menyusui?
8. Informasi apakah yang diberikan terkait efek samping obat?
9. Informasi apakah yang diberikan terkait dosis?
10. Informasi apakah yang diberikan terkait interaksi obat?
11. Informasi apakah yang diberikan terkait stabilitas obat?
12. Informasi apakah yang diberikan terkait farmakokinetik?
13. Informasi apa sajakah yang diberikan pada pasien terkait ketersedian dan harga
obat?
14. Informasi apa sajakah yang diberikan pada pasien terkait formulasi khusus?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 6. Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 7. Pedoman Observasi
Pedoman Observasi
Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian ini adalah:
1. Lokasi penelitian
2. Dokumentasi Penelitian
3. Sarana dan Prasarana
4. Informasi yang disampaikan saat pelayanan informasi obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BIOGRAFI PENULIS
Tika Kurnia, penulis skripsi dengan judul “Evaluasi Pemberian
Informasi Obat Pada Pelayanan Resep Di Apotek Di Desa
Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman
Yogyakarta”, adakah anak ketiga dari empat bersaudara
pasangan Alm. Bapak Anwar dan Ibu Rasmaini. Dilahirkan di
Kabupaten Ende pada tanggal 28 Mei 1999. Peneliti
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar di SDI Ende 9 di
Kabupaten Ende pada tahun 2011. Pada tahun itu juga peneliti
melanjutkan Pendidikan di SMP Negeri 1 Ende dan tamat pada
tahun 2014 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri 1 Ende pada tahun 2014 dan selesai pada tahun 2017. Pada tahun 2017
penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi swasta, tepatnya di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta Fakultas Farmasi pada Program Studi Farmasi. Penulis
menyelesaikan kuliah strata satu (S1) pada tahun 2021. Selama masa perkuliahan,
penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi serta mengikuti banyak
perlombaan antara lain, anggota divisi publikasi dan dokumentasi panitia pelepasan
wisuda 2017, panitia Faction, panitia LK, panitia SICON, dan panitia Koordinator
Media Farmasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi (BEMFF) 2018-2019.
Penulis juga memenangkan perlombaan seperti juara I Lomba desain nasional, juara II
Lomba Poster Nasional, dan Juara Favorit lomba poster nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI