eva islam
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT, Karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah Agama ini. Dengan kami harapkan kiranya
makalah yang telah kami susun dapat bermanfaat bagi para pembaca atau pihak lain yang
membutuhkan informasi dalam makalah ini.
Dalam makalah ini terdapat banyak sekali informasi mengenai nilai-nilai yang berkaitan
dan menjadi dasar dalam Kesehatan dan Keperawatan. Kami menyadari bahwa makalah yang
kami susun ini jauh dari kata sempurna,untuk itu kami berbesar hati untuk menerima segala
kritik dan saran dari berbagai pihak.
Kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
bersedia membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan serta kejanggalan baik isi maupun dalam teknik
penyusunannya.
Mataram, Mei 2015
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak awal harus dikatakan bahwa meskipun aborsi kini merupakan topic yang sangat
kontrovensional , tetapi aborsi telah lama dikenal dalam sejarah . Sebenarnya , selama berabad-
abad , telah ada kelompok masyarakat yang membolehkanya dan kelompok masyarakat yang
membolehkannya dan kelompok masyarakat cina secara bebas menggunakan obat-obatan untuk
melakukan aborsi , sementara itu , undang-undang Assyria 1500 SM mengutuk aborsi dalam
kalimat berikut :
“Setiap wanita yang menyebabkan jatuhnya sesuatu yang ditahan oleh
rahimnya .harus diperiksa ,dihukum dan ditembak pada tiang pancang , dan tidak boleh dikubur”
.
Dari hasil penggalian nash dalam Al Quraan dan Hadits, ustadz Abdul Qadim Zallum
menetapkan batas umur kehamilan kurang dari 40 hari untuk kebolehan melakukan aborsi,
tentunya atas indikasi medis yaitu mengancam nyawa ibu. Hasil ijtihad ini dapat menjadi dasar
bolehnya melakukan aborsi bagi korban perkosaan dengan ketentuan batas umur kehamilan tadi.
Adapun upaya legalisasi aborsi dengan alasan menurunkan angka kematian ibu dan
menyelamatkan masa depan remaja yang hamil akibat free sex haruslah ditolak. Solusi yang
tepat pada kasus ini adalah mencegah terjadinya free sex itu sendiri, bukan melegalisasi aborsi,
yang malah ‘menjamin’ menjamurnya free sex.
Angka aborsi di Indonesia saat ini cukup tinggi. Tak kurang dari dua juta kasus per tahun.
Hal ini terjadi karena liberalisme telah melahirkan kehidupan masyarakat serba bebas. Tidak
hanya bebas dalam memiliki sesuatu, bebas berpendapat, bebas memilih agama, juga kebebasan
bertingkah laku (baca: free sex). Tingginya free sex mengakibatkan tingginya angka kehamilan
yang tidak diinginkan (KTD), yang ujung-ujungnya berakhir pada tingginya angka aborsi.
Liberalisme juga telah membuat masyarakat ini dekat dengan pornografi dan pornoaksi sehingga
tak heran timbul kasus-kasus pelecehan seksual bahkan perkosaan. Kasus perkosaan pun tak
jarang berujung pada aborsi bila terjadi kehamilan. Aborsi juga dapat terjadi pada kegagalan
kontrasepsi. Selama ini aborsi oleh tenaga medis dilakukan bilamana ada indikasi medis
misalnya ibu dengan penyakit berat yang mengancam nyawa. Sebagai seorang Muslim yang
seluruh perbuatannya harus terikat dengan hukum syara, akan timbul pertanyaan bagaimanakah
hukum aborsi dalam pandangan Islam?
B. Rumsan Masalah
1. Apa itu Aborsi?
2. Apa hukumnya aborsi dalam pandangan Islam?
3. Jenis jenis aborsi/abortus ?
C. Tujuan
Agar masyarakat bisa memahami bahaya aborsi, baik secara hokum dan syariah. Serta
memberikan pembelajaran dan info kepada pembaca dan penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aborsi/Abortus
Aborsi adalah berakhirnya kehamilan dapat terjadi secara spontan akibat kelainan
fisik wanita atau akibat kelainan fisik wanita atau mungkin disengaja melalui campur
tangan manusia . hal ini bisa dilakukan dengan cara meminum obat-obatan tertentu
dengan tujuan mengakhiri kehamilan atau mengunjungi dokter dengan tujuan meminta
pertolonganannya untuk mengakhiri kehamilan baik mengosongkan isi rahim melalui
proses penyedotan atau dengan melebarkan Setiap aborsi spontab yang terjadi karena
faktor-faktor biomedis internal disebut sebagai keguguran . yang demikian ini tidak
menjadi kontrovensi. Karena itu, dari definisi di atas , harus dipahami bahwa aborsi,
sebenarnya,adalah setiap tindakan yang diambil dengan tujuan meniadakan janin dari
rahim wanita sebelum akhir masa alamiah kehamilan.
B. Kesucian kehidupan.
Islam,seperti agama lain,menjunjung tinggi kesucian kehidupan.Terdapat sejumlah ayat-
ayat dalam Al-Quran yang bersaksi terhadap ini.sebagai contoh ,
a) “Dan sesungguhnya kami telah memuliakan umat manusia”
(QS 17:70)
b) “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang
mewajibkan hokum qishah,atau bukan karena membuat kerusuhan di muka bumi ,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya .
Dan juga , terdapat ayat-ayat lain yang secara empati mengingatkan manusia agar tidak
melakukan pembunuhan:
c) ”Dan janganlah kamu membunuh nyawa seseorang yang dilarang Allah kecuali
dengan alas an yang benar” (QS 17:33).
d) ”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat . kamilah yang
member rezeki kepada mereka dan kepadamu juga .
Dan AL-Quran mengingatkan :
“Dan bila perkara anak perempuan yang dikubur hidup-hidup sudah diperiksa karena dosa apa
dia dibunuh” (QS.818) .
Lebih jauh lagi Al-quran menyesalkan bunuh diri :
”Janganlah kamu membunuh dirimu,sesunguhnya Allah Maha pengasih kepadamu” (QS
4:29)
Kini marilah kita menganalisis implikasi ayat-ayat yang disebutkan di atas.Ayat
(b) dan (c)secara ekspilit menyatakan bahwa kehidupan manusia itu suci sehinga tidak
dapat diakhiri kecuali bila dilkukan untuk suatu sebab , seperti dalam eksekusi hukuman
mati atau dalam perang , atau dalam pem belaan diri dibenarkan .
Kini , hrus diperhatikan bahwa meskipun semua ayat yang disebutkan diatas memang
mempunyai hubungan langsung dengan kesucian kehidupan umat manusia sebagai satu
kesatuan, tidak satu pun yang berhubungan langsung dengan maslah aborsi .Walaupun
begitu, tidaklah mustahil untuk menyangkal bahwa Al-Quran dan hadis memandang
kehidupan dalam bentuk apa pun haruslah dipelihara dan tidak boleh dihancurkan kecuali
untuk suatu sebab atau alasan yang benar .
Janganlah melakukan penyelewengan atau kecurangan ,juga kesalhan karena
ketidkpatuhan (kepada komandan) dan pemotongan (anggota bdan seseorang ). Janganlah
membunuh orang-orang tua , wanita , atau anak-anak.
Kaum muslim memahami larangan ini berlaku pada semua bentuk kehidupan .Islam
melarang mengakhiri kehidupan kecuali untuk alasan yang benar .
Sanksi bagi diakhirinya kehidupan
Islam mengatakan bahwa allah adalah satu-satunya penguasa dan pembuat Hukum dan
bahwa Al-Quran adalah undang-undang yang digunakan untuk mengatur kehidupan
kaum Muslim . pada saat yang sama,islam mengatakan bahwa Nabi Muhamad
dianugerahi kekuasaan legislatif oleh Allah sendiri.
“kami turunkan kepadamu (Muhammad) Al-Quran agar kamu menerangkan kepada umat
manusia, apa yang telah diturunkan kepada mereka , semoga mereka dapat memikirkan”
(QS 16:44).
Dan juga, Al-Quran mengatakan
“Mana saja yang diberikan Rasul kepada kalian ambillah,sebaliknya mana dilarangnya ,
tinggalkanlah” (QS 59:7).
Menafsirkan ayat ini, Dr .Muhamad Mustafa Azami,professor ilmu hadis , universitas
Riyadh , mengatakan :
Ada beberapa ayat Al-Quran yang menyatakan wewenang nabi dan menegaskan fakta
bahwa seluruh kehidupan manusia dan masyarakat islam dan juga Negara-negara islam.
Kejahatan criminal,Al-quran mengatakan :
“adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat kebenaran terhadap allah dan
rasulnya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah :dihukum mati ,atau
disalib , atau dipotong ditangan dan kakinya secara bersilang , atau diasingkan dari
masyarakatnya .
Dr.Ahmad fathi bahnasi menjelaskan cara-cara bagaimana hukuman yang ditetapkan
dalam ayat di atas dilaksanakan bagi pelaku kejahatan . Dia mengatakan bahwa jika
pelaku kejahatan melakukan pembunuhan disertai dengan pencurian uang barang-barang,
maka pelaku kejahatan ini harus dihukum mati dan kemudian disalib.
Perzinaan
Ayat Al-quran yang membicarakan hukuman bagi orang yang melakukan hubungan
seksual secara bebas adalah sebagai berikut :
“wanita dan pria yang berzina,daerah masing-masing seratus kali”. (QS 24:2).
Diceritakan bahwa nabi muhamad menjelaskan ayat di atas dengan kalimat berikut :
“ambilah dariku . sesungguhnya allah telah mencatatkan satu jalan bagi mereka .
Abortus dapat dibagi sebagai berikut:
I. Abortus spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran, miscarriage) : merupakan 20
% dari semua abortus ini dapat dibedakan menjadi :
Abortus imminens (keguguran mengancam), Abortus ini baru mengancam dan
masih ada harapan untuk mempertahankannya.2Hasil konsepsi masih dalam
uterus/rahim, dan tidak ada dilatasiserviks (pelebaran leher rahim).3
Abortus incipiens (keguguran berlangsung), abortus ini sudah berlangsung dan
tidak dapat dicegah lagi.2 Perdarahan disertai adanya dilatasi
serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.3
Abortus incompletes (keguguran tidak lengkap), keluarnya sebagian hasil
konsepsi dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.2, 3
Abortus completus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.2, 3
Missed Abortion (keguguran tertunda), keadaan di mana janin telah meninggal
sebelum minggu ke-22, tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau
lebih setelah janin meninggal.2
Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang), abortus yang telah berulang dan
berturut-turut terjadi sekurang-kurangnya 3x berturut-turut.2
II. Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) : 80 % dari semua abortus.
a. Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus ialah pengguguran
kehamilan, biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan
membahayakan/membawa maut bagi ibu misalnya ibu memiliki penyakit jantung
(rheuma), hipertensi essentialis, karcinoma serviks.2
Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan
nyawa ibu. Syarat-syaratnya: 3
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan
penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis
lain, agama, hukum,psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai,
yang ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
b. Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan yang
sah dan dilarang oleh hukum.2 Abortus provocatus disebut jugaInduced
abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja.
Termasuk di dalamnya adalah: 3
(1) Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan
tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, terkadang
dilakukan sesudah pemerkosaan.
(2) Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
(3) Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan
untukspontaneous abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion.
Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam
Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh
(nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan
masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para
ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian
memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya.
Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lainMuhammad Ramli (w.
1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk yang bernyawa.
Ada pula yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami
pertumbuhan.
Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar(w. 1567 M)
dalam kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin. Bahkan Mahmud
Syaltut, mantan Rektor Universitas Al Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak bertemunya sel
sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada
kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru
yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Akan
makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin bernyawa, dan akan lebih besar
lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai dibuang atau dibunuh (Masjfuk
Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, halaman 81; M. Ali Hasan,
1995, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, halaman
57; Cholil Uman, 1994, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, halaman
91-93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam
Masa Kini, halaman 77-79).
Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan aborsi
setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi
setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah Saw
telah bersabda:
“Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam
bentuk ‘nuthfah’, kemudian dalam bentuk ‘alaqah’ selama itu pula, kemudian dalam bentuk
‘mudghah’ selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya.” [HR. Bukhari, Muslim, Abu
Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi].
Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti
membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan yang
keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syar’i berikut. Firman Allah SWT:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan memberikan
rizki kepada mereka dan kepadamu.” (Qs. al-An’aam [6]: 151).
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan memberikan
rizki kepada mereka dan kepadamu.” (Qs. al-Isra` [17]: 31).
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan (alasan) yang benar (menurut syara’).” (Qs. al-Isra` [17]: 33).
“Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia dibunuh.”
(Qs. at-Takwiir [81]: 8-9)
Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa
atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah suatu tindak
kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.
Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah diuraikan di atas, para
fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi menurut pendapat Syaikh Abdul Qadim
Zallum (1998) dan Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998), hukum syara’ yang lebih rajih (kuat)
adalah sebagai berikut. Jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh
dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya
haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniu¬pan ruh ke
dalam janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka
hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. (Abdul Qadim Zallum, 1998, Beberapa Problem
Kontemporer Dalam Pandangan Islam: Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung,
Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati, halaman 45-56; Dr. Abdurrahman
Al Baghdadi, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, halaman 129 ).
Dalil syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam adalah
hadits Nabi Saw berikut:
“Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah mengutus
seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat pendengarannya,
penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya
(kepada Allah), ‘Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau
perempuan?’ Maka Allah kemudian memberi keputusan…” [HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud r.a.].
Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw bersabda:
“(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam…”
Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan anggota-anggota
tubuhnya, adalah sete¬lah melewati 40 atau 42 malam. Dengan demikian, penganiayaan
terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai tanda-tanda
sebagai manusia yang terpelihara darahnya (ma’shumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut
merupakan pembunuhan terhadapnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter, diharamkan
menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur 40 hari.
Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah berbuat dosa dan
telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang gugur, yaitu
seorang budak laki-laki atau perempuan, atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor
onta), sebagaimana telah diterangkan dalam hadits shahih dalam masalah tersebut. Rasulullah
Saw bersabda :
“Rasulullah Saw memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan Bani Lihyan
yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang budak laki-laki atau
perempuan…” [HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah r.a.] (Abdul Qadim Zallum, 1998).
Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh ( ja’iz)
dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum menjadi janin karena
dia masih berada dalam tahapan sebagainutfah (gumpalan darah), belum sampai pada fase
penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri minimal sebagai manusia.
Di samping itu, pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi hukum dapat disamakan
dengan ‘azl (coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kehamilan. ‘Azl
dilakukan oleh seorang laki-laki yang tidak menghendaki kehamilan perempuan yang digaulinya,
sebab ‘azl merupakan tindakan mengeluarkan sperma di luar vagina perem¬puan. Tindakan ini
akan mengakibatkan kematian sel sperma, sebagaimana akan mengakibatkan matinya sel telur,
sehingga akan mengakibatkan tiadanya pertemuan sel sperma dengan sel telur yang tentu tidak
akan menimbulkan kehamilan.
Rasulullah Saw telah membolehkan ‘azl kepada seorang laki-laki yang bertanya kepada beliau
mengenai tindakannya menggauli budak perempuannya, sementara dia tidak mengingin¬kan
budak perempuannya hamil. Rasulullah Saw bersabda kepa¬danya:
“Lakukanlah ‘azl padanya jika kamu suka!” [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud].
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun setelah
peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin dalam
perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti ini,
dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu.
Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah
SWT:
“Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya.” (Qs. al-Maa’idah [5]: 32) .
Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan. Sedangkan
Rasulullah Saw telah memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula obatnya.
Maka berobatlah kalian!” [HR. Ahmad].
Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan:
“Idza ta’aradha mafsadatani ru’iya a’zhamuha dhararan birtikabi akhaffihima”
“Jika berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih yang lebih ringan
madharatnya.” (Abdul Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa’id
Al Fiqhiyah, halaman 35).
Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika
keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh janinnya.
Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang
ibu jika tetap mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa
menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada menghilangkan nyawa
ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut (Dr.
Abdurrahman Al Baghdadi, 1998).
Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel telur dengan
sel sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah pendapat yang
tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidakhanya wujud setelah pertemuan sel telur dengan sel
sperma, tetapi bahkan dalam sel sperma itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu pula dalam sel
telur, meski kedua sel itu belum bertemu. Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim Abduh dalam
kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah “sesuatu yang ada pada
organisme hidup.” (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi). Ciri-ciri adanya kehidupan adalah
adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita, membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya.
Dengan pengertian kehidupan ini, maka dalam sel telur dan sel sperma (yang masih baik, belum
rusak) sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel telur tidak ada
kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma. Jadi, kehidupan
(al hayah) sebenarnya terdapat dalam sel telur dan sel sperma sebelum terjadinya pembuahan,
bukan hanya ada setelah pembuahan.
Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang mengharamkan aborsi setelah
pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, adalah pendapat yang
lemah, sebab tidak didasarkan pada pemahaman fakta yang tepat akan pengertian kehidupan (al
hayah). Pendapat tersebut secara implisit menyatakan bahwa sebelum terjadinya pertemuan sel
telur dan sel sperma, berarti tidak ada kehidupan pada sel telur dan sel sperma. Padahal faktanya
tidak demikian. Andaikata katakanlah pendapat itu diterima, niscaya segala sesuatu aktivitas yang
menghilangkan kehidupan adalah haram, termasuk ‘azl. Sebab dalam aktivitas ‘azl terdapat upaya
untuk mencegah terjadinya kehidupan, yaitu maksudnya kehidupan pada sel sperma dan sel telur
(sebelum bertemu). Padahal ‘azl telah dibolehkan oleh Rasulullah Saw. Dengan kata lain,
pendapat yang menyatakan haramnya aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma dengan
alasan sudah adanya kehidupan, akan bertentangan dengan hadits-hadits yang membolehkan ‘azl.
�الح�ق� ب �ال إ �ه� الل م� ح�ر �ي ت ال ف�س� الن � �وا �ل �ق�ت ت � و�ال
“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ ( Q.S. Al Israa’: 33 )
Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan di luar pernikahaan, terutama para pelajar dan mahasiswa hari ini sudah sampai batas yang sangat mengkawatirkan. Ini akibat hilangnya nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat, ditambah dengan gencarnya mass media yang menawarkan kehidupan glamor, bebas dan serba hedonis yang menyebabkan generasi muda terseret dalam jurang kehancuran.
Pacaran sudah menjadi aktivitas yang lumrah, bahkan sebagian orang tua mlinder dan merasa malu jika anaknya tidak mempunyai pacar, karena menurut pandangan mereka orang yang tidak pacaran, adalah orang yang tidak bisa bergaul dan masa depannya suram,serta susah mencari jodoh. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya melakukan
hubungan seks di luar pernikahan dan hamil, kemudian berakhir dengan pengguran kandungan dengan paksa.
Data statistis BKBN ( Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) menunjukkan bahwa sekitar 2.000.000 kasus aborsi terjadi setiap tahun di Indonesia. Untuk kasus aborsi di luar negeri – khususnya di Amerika – data-datanya telah dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control (CDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI) yang menunjukkan hampir 2 juta jiwa terbunuh akibat aborsi. Jumlah ini jauh lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang manapun dalam sejarah negara itu. Begitu juga lebih banyak dari kematian akibat kecelakaan, maupun akibat penyakit . ( Aborsi.com )
Dengan demikian, aborsi secara umum merupakan perbuatan keji, tidak berperikemanusiaan dan bertentangan hukum dan ajaran agama.
Walaupun demikian, hukum Aborsi secara khusus perlu dikaji secara lebih mendalam, karena Aborsi bukanlah dalam satu bentuk, tetapi mempunyai berbagai macam. Sementara itu Islam bukanlah agama yang kaku, tetapi agama yang memandang kehidupan manusia ini dari berbagai sudut, sehingga ditemukan di dalamnya solusi ats segala problematika yang dihadapi oleh manusia.
Pengertian (medis) Aborsi dan Pembagiannya
Aborsi menurut pengertian medis adalah mengeluarkan hasil konsepsi atau pembuahan, sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibunya.
Sedang menurut bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata “ajhadha - yajhidhu “ yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya. Atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena dipaksa atau bayi yang lahir dengan sendirinya. Aborsi di dalam istilah fikih juga sering disebut dengan “ isqhoth “ ( menggugurkan ) atau “ ilqaa’ ( melempar ) atau “ tharhu “ ( membuang ) ( al Misbah al Munir , hlm : 72 )
Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi aborsi mempunyai banyak macam dan bentuk, sehingga untuk menghukuminya tidak bisa disamakan dan dipukul rata. Diantara pembagiaan Aborsi adalah sebagai berikut :
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa makna Aborsi adalah pengguguran. Aborsi ini dibagi menjadi dua :
Pertama : Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan dan bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.
Kedua : Aborsi Legal, yaitu Aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak yang berwenang.
Menurut medis Aborsi dibagi menjadi dua juga :
1. Aborsi spontan ( Abortus Spontaneus ), yaitu aborsi secara secara tidak sengaja dan
berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak tertentu. Masyarakat
mengenalnya dengan istilah keguguran.
2. Aborsi buatan ( Aborsi Provocatus ), yaitu aborsi yang dilakukan secara sengaja
dengan tujuan tertentu. Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi dua :
a. Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan, maka disebut
dengan Abortus Profocatus Therapeuticum
b. Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlak,
maka disebut Abortus Profocatus Criminalis
Yang dimaksud dengan Aborsi dalam pembahasan ini adalah : menggugurkan secara
paksa janin yang belum sempurna penciptaannya atas permintaan atau kerelaan ibu yang
mengandungnya .
Pandangan Islam Terhadap Nyawa, Janin dan Pembunuhan
Sebelum menjelaskan secara mendetail tentan hukum Aborsi, lebih dahulu perlu
dijelaskan tentang pandangan umum ajaran Islam tentang nyawa, janin dan pembunuhan,
yaitu sebagai berikut :
Pertama: Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik dengan
merubah ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara memotong
sebagiananggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual belikannya, maupun dengan
cara menghilangkannya sama sekali yaitu dengan membunuhnya, sebagaiman firman
Allah swt : .
آد�م� �ي �ن ب �ا م�ن �ر ك �ق�د� و�ل
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia “ ( Qs. al-Isra’:70)
Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
ف�ي اد$ ف�س� و�� أ �ف�س$ ن �ر� �غ�ي ب ا �ف�س* ن �ل� ق�ت م�ن ه� ن
� أ �يل� ائ ر� �س� إ �ي �ن ب ع�ل�ى �ا �ن �ب �ت ك �ك� ذ�ل ج�ل�� أ م�ن�
ج�م�يع*ا اس� الن �ا ي �ح� أ م�ا ن� �أ ف�ك �اه�ا ي �ح� أ و�م�ن� ج�م�يع*ا اس� الن �ل� ق�ت م�ا ن
� �أ ف�ك ر�ض�� األ
“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia
semuanya.” (Qs. Al Maidah:32)
Ketiga: Dilarang membunuh anak ( termasuk di dalamnya janin yang masih dalam
kandungan ) , hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :
ا �ير* �ب ك خ�ط�ء*ا �ان� ك �ه�م� �ل ق�ت إن �م اك �ي و�إ ق�ه�م� ز� �ر� ن ح�ن� ن �م�الق$ إ �ة� ي خ�ش� �م� و�الد�ك� أ � �وا �ل �ق�ت ت � و�ال
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang
memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka
adalah dosa yang besar.” (Qs al Isra’ : 31)
Keempat : Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt,
sebagaimana firman Allah swt
ط�ف�ال* �م� �خ�ر�ج�ك ن �م ث مNى مOس� ج�ل$� أ �ل�ى إ اء �ش� ن م�ا � ح�ام ر�
� األ� ف�ي Oق�ر� و�ن
“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur
kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.” (QS al
Hajj : 5)
Kelima : Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :
�الح�ق� ب �ال إ �ه� الل م� ح�ر �ي ت ال ف�س� الن � �وا �ل �ق�ت ت � و�ال
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan
yang benar “ ( Qs al Isra’ : 33 )
Hukum Aborsi Dalam Islam.
Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi, tetapi
yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman
Allah swt :
�ع�د و�أ �ه� �ع�ن و�ل �ه� �ي ع�ل �ه� الل و�غ�ض�ب� ف�يه�ا �د*ا ال خ� م� ج�ه�ن آؤ�ه� ف�ج�ز� �ع�م�د*ا مOت *ا م�ؤ�م�ن �ل� �ق�ت ي و�م�ن
ع�ظ�يم*ا *ا ع�ذ�اب �ه� ل
“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya
adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan
melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An Nisa’ : 93 )
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwasanya Rosulullah saw
bersabda :
�ل� م�ث �ق�ة* ع�ل �ك� ذ�ل ف�ي �ون� �ك ي �م ث �و�م*ا ي �ع�ين� ب ر�� أ م�ه�
� أ �ط�ن� ب ف�ي �ق�ه� خ�ل �ج�م�ع� ي �م� ح�د�ك� أ �ن� إ
�ؤ�م�ر� و�ي وح� Oالر ف�يه� �ف�خ� �ن ف�ي �م�ل�ك� ال ل� س� �ر� ي �م ث �ك� ذ�ل �ل� م�ث م�ض�غ�ة* �ك� ذ�ل ف�ي �ون� �ك ي �م ث �ك� ذ�ل
ع�يد_ س� و�� أ ق�ي و�ش� �ه� و�ع�م�ل �ه� ج�ل
� و�أ ق�ه� ر�ز� �ب� �ت �ك ب �م�ات$ �ل ك �ع� ب ر�� �أ ب
“ Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya
selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumlah
darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi segumpal
daging. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan
untuk menulis empat perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta
nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia. “ ( Bukhari dan Muslim )
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sudah jelas disebutkan dalam undang-undang Assyria 1500 SM mengutuk aborsi
dalam kalimat berikut :
Setiap wanita yang menyebabkan jatuhnya sesuatu yang ditahan oleh
rahimnya .harus diperiksa ,dihukum dan ditembak pada tiang pancang , dan tidakboleh
dikubur Maka Abosri sangat tidak dibenarkan dalam hokum islam, begitu pula dengan
hokum Negara, bng melakukan aborsi bila tetap melakukan praktek aborsi maka yang
melakukan aborsi serta dokter yang membantu akan mendapatkan sangsi tindak pidana
serta perdata.
B. Saran
Pengaplikasian Agama Islam dalam bidang social, budaya,ekonomi dan pendidikan
sangat penting dan sebaiknya di pahami dan di mengerti dengan baik. Apa lagi mengenai
masalah yang mugkin sudah biasa dikalangan remaja saat ini yaitu aborsi/abortus.
Sebaiknya orang tua lebih memberikan pendidikan khusus kepada anak mengenai
pergaulan remaja , serta membimbing anak dalam pergaulan agar bisa menjaga jarak,
sehingga dapat memudahkan kita dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat pula
menambah wawasan kita dalam beragama.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.com
http://www.wikipedia.org.com
http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/hukum-aborsi-dalam-islam/.2008:Jakarta. puskfi (pusat kajian ilmu fiqih dan kajian ilmu islam)
Ebrahim, adbul fadl mohsin. Cetakan 1 Ramadhan 1417/febuari 1988. Aborsi Kontrasepsi Dan Mengatasi Kemandulan. A.S. noordeen: Kuala lumpur,Malaysia