etos berkarakter kuat, cerdas islami mewujudkan masyarakat madani

22
ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Dosen : Bapak Drs. H. Kuswadi.,M.Ag. Disusun Oleh : Nama : Praphastha Jayantara Prodi : Pendidikan Matematika NIM/Kelas : K1313055/A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Upload: tara-praphastha-yan

Post on 27-Dec-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Semester II.Tugas ini berisi ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI dikaitkan dengan perkuliahan Pendidikan Agama Islam yang dijalani Mahasiswa selama satu semester berdasarkan implementasi visi dan misi Kuliah Pendidikan Agama Islam.

TRANSCRIPT

Page 1: ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN

MASYARAKAT MADANI

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen : Bapak Drs. H. Kuswadi.,M.Ag.

Disusun Oleh :

Nama : Praphastha Jayantara

Prodi : Pendidikan Matematika

NIM/Kelas : K1313055/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

Page 2: ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN

MASYARAKAT MADANI

A. Pengertian Etos Berkarakter dan Hubungannya dengan Mata Kuliah PAI

Etos berasal dari bahasa Yunani ( Ethos ) yang memberikan arti sikap,

kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak

saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.

Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai

yang diyakininya. Dari kata etos ini, dikenal pula kata etika, etiket yang

hampir mendekati pada pengetian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan

dengan baik-buruk (moral), sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah

atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal,

lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang

sesempurna mungkin.

Dalam etos tersebut, ada semacam semangat untuk menyempurnakan

segala sesuatu dan menghindari segala kerusakan (fasad) sehingga setiap

pekerjaannya diarahkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan sama

seklai cacat dari pekerjaannya (no single defect). Sikap seperti ini dikenal

dengan ihsan, sebagaimana Allah SWT menciptakan manusia dalam

bentuknya yang paling sempurna (fi ahsani taqwim). Senada dengan kata

ihsan, didalam Al-Qur’an kita temukan pula kata itqan yang berarti proses

pekerjaan yang sangat bersungguh-sungguh, akurat, dan sempurna (An-

Naml : 88).

اد� �ف�س� �غ ال �ب �ك� و�ال ت �ي ل �ه� إ �ح�س�ن� الل �م�ا أ �ح�سن� ك و�أ

دين� �م�ف�س �حب� ال �ه� ال ي ن� الل في األر�ض إ“…..Dan berbuat baiklah (ihsan) sebagaimana Allah telah berbuat

baik (ihsan) kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka

Page 3: ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat

kerusakan. (Al-Qashash:77)

Karena etos berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang, hendaknya

setiap pribadi muslim harus mengisinya dengan kebiasaan-kebiasaan yang

positif dan ada semacam kerinduan untuk menunjukkan kepribadiaannya

sebagai seorang muslim dalam bentuk hasil kerja serta sikap dan prilaku

yang menuju atau mengarah kepada hasil yang lenih sempurna. Akibatnya,

cara dirinya mengekspresi sesuatu selalu berdasarkan semangat untuk

menuju kepada perbaikan (improvement) dan terus berupaya dengan maat

bersungguh-sungguh megnhindari yang negatif (fasad).

Etos yang juga mempunyai nilai moral adalah suatu pandangan batin

yang bersifat mendarah daging. Dia merasakan bahwa hanya dengan

menghasilkan pekerjaan yang terbaik, bahkan sempurna, nilai-nilai islam

yang diyakininya dapat diwujudkan. Karenanya, etos bukan sekedar

kepribadian atau sikap, melainkan lebih mendalam lagi, dia adalah martabat,

harga diri, dan jati diri seseorang.

Etos menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang (raja’). Imam Al-

Qusairi mengartikan harapan sebagai keterpaduan hati kepada yang

diinginkannya terjadi di masa yang akan datang. Perbedaan antara harapan

dengan angan-angan (tamanni) adalah bahwasanya angan-angan membuat

seseorang menjadi pemalas dan terbuai oleh khayalannya tanpa mau

mewujudkannya.

Didalam harapan tersimpan kekuatan dahsyat di dalam hatinya yang

terus bercahaya, berbinar-binar, sehingga menyedot seluruh perhatiannya.

Mereka terobsesi, terpikat dan terus berjalan untuk memenuhi harapannya

tersebut. Mereka ingin mewujudkan harapan atau cita-citanya itu memiliki

sikap ketabahan yang sangat kuat. Mereka tidak gampang menyerah atau

berganti haluan dari arah yang telah diyakininya karena mereka menyakini

firman Allah, “ Dan, janganlah kamu seperti perempuan yang menguraikan

Page 4: ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai

kembali…...”( An-Nahl: 92).

Kita menyaksikan begitu banyak orang yang berhasil dan mampu

mengubah wajah dunia, mereka adalah yang seluruh hidupnya diabdikan

untuk mewujudkan pengetahuan dan harapannya tersebut melalui semangat

kerja yang tak kenal kata mundur atau menyerah. Hidupnya menjadi

bermakna karena ada harapan. Pantaslah Allah SWT menyeru kita untuk

tetap memiliki harapan dan menggolongkan mereka yang berputus asa ke

dalam golongan orang-orang yang sesat, sebagaimana firmanNya,

�ون� ال الض�ال (ه إ ب ح�م�ة ر� �ط� من� ر� �ق�ن و�م�ن� ي“ Tidak ada orang yang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya

kecuali orang yang sesat.”(Al-Hijr:56). Adapun orang yang berputus asa

termasuk dalam kelompok kufur, sebagaimana Allah berfirman,

ون� �افر� �ك �ق�و�م� ال ال ال �ه إ و�ح الل �س� من� ر� �ئ �ي �ه� ال ي ن إ“ Sesungguhnya tiada putus asa dari rahmat Alloh, melainkan kaum

kafir.”(Yusuf:87)

Untuk meraih harapannya, segala kekuatan dan potensi yang ada pada

dirinya. Dia nyalakan semangat yang megilhami seluruh gerak

kehidupannya. Seakan-akan ada nyala api yang terus memantulkan cahaya

memenuhi pikiran, hati dan tindakannya. Semangat ini mendorong perilaku

yang tak kenal kata menyerah. Mereka yang pernah mengukir sejarah dunia

adalah mereka yang tidak mengenal kata “mundur”. Bila kamus

kehidupannya dibuka niscaya kamus mereka tidak lengkap karena ada satu

kata yang hilang, yaitu kata “mundur”. Mereka sadar, harapan tidak

mungkin tercapai bagi mereka yang memiliki jiwa yang mundur. Kenanglah

semangat Rosululloh ketika beliau ditawari harta, tahta, dan jabatan agar

berhenti menegakkan kebenaran. Beliau menolak segala tawaran tersebut

dan tetap teguh pada pendiriannya seraya berkata, “Walau matahari di

Page 5: ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

tangan kananku, rembulan ditangan kiri ku, tidak pernah ada kata mundur

atau berhenti dari misi suci ini……”

Begitulah obsesi dirinya untuk mewujudkan harapan (hope) sehingga

ia mengasah mata pikirannya(head), melatih ketabahan dan ketajaman

intuisinya (heart) dan membuktikannya dengan keterampilan (hand).

Kualitas bukan sekedar hasil, melainkan sebuah proses dari

keterpanggilan hati. Kualitas adalah gambaran yang menjadi obsesi bagi

setiap pribadi muslim yang memiliki etos kerja. Kualitas adalah proses yang

secara konsekuensi menapaki jalan yang lurus. Dalam dunia usaha, jalan

yang lurus tidak lain adalah seluruh komitmen dirinya dengan perusahaan.

Setiap karyawan yang memiliki etos kerja tidak akan mengabaikan begitu

saja seluruh prosedur yang ada karena setiap kalimat dari prosedur

merupakan hasil dari buah pemikiran dan kesepakatan. Mereka yakin bila

prosedurnya berkualitas niscaya akan berakhir dengan hasil yang berkualitas

pula. Salah satu kata kunci dari kualitas tersebut terletak pada setiap

individu dari perusahaan tersebutpun harus memiliki kualitas.

Sedangkan, karakter secara harfiyah berasal dari bahasa Latin

“character”, yang berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti,

kepribadian atau akhlak.

Secara istilah karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya

di mana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor

kehidupannya sendiri. Jadi karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi

pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,

dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,

dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,

budaya, dan adat-istiadat. Karakter sama dengan akhlak dan budi pekerti.

Dengan demikian karakter yang akan saya ambil pengertiannya,

adalah karakter yang positif. Karena karekter itu akhlak dan budi pekerti,

Page 6: ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

sedangkan akhlak dan budi pekerti seseorang dapat berupa positif maupun

negative. Sehingga, untuk mewujudkan masyarakat madani, kita butuh

orang-rang yang mempunyai karakter positif.

Etos berkarakter menurut saya adalah akhlak/ budi pekrti yang baik

dan sungguh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sebagi seorang muslim.

Sehingga, etos berkarakter yang baik akan mudah mewujudkan masyarakat

Madani.

Dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam, itu adalah salah satu

jembatan untuk membentuk etos berkarakter yang baik. Kalau ditanya

seberapa sumbangannya? Besar. Pendidikan Agama Islam tiap minggunya

memberikan pendampingan muhasabah diri untuk menjadi lebih baik.

Banyak nasehat yang diberikan dosen adalah contoh konkrit dalam

kehidupan sehari-hari dari mulai yang detail/khusus hingga yang umum.

Misi Mata Kuliah PAI adalah terbinanya mahasiswa yang beriman

dan bertaqwa, berilmu dan berakhlak mulia serta menjadikan ajaran Islam

sebagai landasan berfikir dan berperilaku dalam pengembangan profesi.

Sebagaimana yang tertuang didalam misi tersebut, menjadikan ajaran Islam

sebagai landasan berperilaku. Jelas itu mengarah ke etos yang berkarakter

kuat untuk mewujudkan masyarakat madani yang diinginkan seperti zaman

Rasulullah SAW.

Maka dari itu, Pendidikan Agama Islam mutlak diperlukan sebagai

jembatan utama untuk mewujudkan masyarakat madani. Islam mempunyai

aturan yang dapat menyejahterakan siapa saja yang ada didalamnya dan

mengamalkan dengan benar dan sungguh-sungguh.

B. Cerdas Islami dan Hubungannya dengan Mata Kuliah PAI

Page 7: ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

Banyak orang yang beranggapan bahwa orang yang cerdas itu adalah

orang yang pandai berbicara, ada juga yang mengatakan bahwa anak yang

cerdas itu adalah anak yang memiliki prestasi yang tinggi, ada pula yang

beranggapan bahwa anak pintar itu adalah anak yang memiliki titel dan

lulusan dari sekolah terkenal, dan masih banyak lagi ciri-ciri anak cerdas

lainnya menurut perhitungan manusia.

Lalu orang seperti apakah yang termasuk kategori cerdas?  Dalam

pandangan Islam seperti apakah parameter cerdas itu?  Gambarannya seperti

apa kriteria cerdas yang paling benar dan mampu mendatangkan ketenangan

dalam jiwa?  Dan betulkah ciri-ciri cerdas  yang telah disebutkan di atas

akan mampu mencetak generasi yang kuat baik itu kuat jasmani maupun

kuat ruhani?

Ada sebuah kisah menarik yang bisa kita jadikan renungan baik itu

untuk kita sendiri ataupun sebagai bahan renungan dan evalusi terhadap

anak kita.  Kisahnya adalah sebagai berikut:

"Suatu hari, Ibnu Umar Radhiyallahu‘Anhu sedang duduk bersama

Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa salam. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki

dari kalangan anshor kemudian mengucapkan salam kepada Nabi

Muhammad Shalallahu ’alaihi wa salam, lalu bertanya "Ya Rasulullah,

siapakah orang mukmin yang paling utama itu?’ Rasulullah kemudian

menjawab, "Yang paling baik akhlaknya". Kemudian ia bertanya lagi,

‘Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?". Lalu Beliau menjawab,

"Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam

mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas." (Hadits

Riwayat Ibnu Majah, Thabrani, dan AlHaitsamiy)

Dalam hadits tersebut terdapat dua kesimpulan dalam

menterjemahkan arti cerdas.  Ciri orang yang cerdas sesuai kisah di atas

yaitu:

1. Orang yang cerdas yaitu orang yang banyak mengingat kematian

Page 8: ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami

menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah

(ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (QS.

Al-Anbiya`ayat 35)

“Di mana saja kalian berada, kematian pasti akan mendapati

kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi

kokoh.” (QS. An-Nisa`ayat 78)

Nah ini adalah ciri pertama manusia yang cerdas yaitu

mengingat kematian.  Karena dengan mengingat kematian seseorang

akan berbuat dan bertindak dengan sebaik-baiknya termasuk juga

anak-anak.  Karena mati itu tidak mengenal usia dan tidak mengenal

tempat.  Orang tua seharusnya bisa saja meninggal terlebih dahulu,

akan tetapi pada kenyataannya banyak juga ajal menjemput saat masih

usia anak-anak. 

Oleh karena itu pengenalan akan ilmu agama kepada anak-anak

harus diperhatikan dengan baik.  Jangan hanya mengejar kepentingan

duniawi anak saja, akan tetapi kepentingan akherat juga harus

diajarkan kepada anak-anak sejak anak usia dini.

2. Orang yang cerdas yaitu orang yang paling baik dalam

mempersiapkan kematian tersebut.

"Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah

takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal."    

(QS. Al-Baqarah ayat 197)

Hanya kebaikan dan takwa yang bisa dijadikan bekal dalam

mengarungi kehidupan setelah kematian.  Banyak hal yang bisa kita

latih kepada anak tentang kebaikan.  Oleh karena itu para orang tua

hendaknya memberikan contoh dan teladan yang positif kepada anak. 

Karena pada hakekatnya anak hanyalah meniru apa yang dilihatnya

dan didengarnya.  Ajarkan kepada anak untuk berinfak, sedekah,

Page 9: ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

zakat, shalat, berempati dan hal-hal positif lainnya sehingga anak akan

terbiasa dengan hal tersebut.

Itulah kriteria dan ciri cerdas menurut Islam dan tentunya setiap anak

akan berpeluang untuk menjadi anak yang cerdas dan bermanfaat untuk

orang banyak.  Jadi anak yang cerdas itu tidak hanya sekedar berIQ tinggi

saja namun masih ada lagi parameter lainnya yang bisa digunakan sebagai

rujukan.  Buat apa memiliki anak yang ber IQ tinggi akan tetapi jiwa dan

ruhaninya kering dan perilakunya jauh dari akhlak yang baik.

Melalui Pendidikan Agama Islamlah yang dapat memberikan

petunjuk, pelajaran, serta contoh bagaiamana berakhlak mulia. Contoh riil

dari orang sukses dilandasi agama yang kuat dapat membuat kita menjadi

semangat lebih untuk mendalami agama Islam yang mutlak benar ini.

Mata kuliah PAI ini mengantarkan kita untuk berfikir cerdas islami.

Dari Misinya agar terbinanya mahasiswa yang beriman dan bertaqwa,

berilmu dan berakhlak mulia serta menjadikan ajaran Islam sebagai

landasan berfikir dan berperilaku dalam pengembangan profesi. Jelas, dari

kalimat menjadikan ajaran Islam sebagai landasan berfikir. Berfikir adalah

salah satu indikator orang cerdas. Dalam mata kuliah PAI mahasiswa diajak

oleh dosen untuk berfikir dalam menghadapi statement-statement yang

dosen atau mahasiswa lain lontarkan. Dari diskusi yang terbentuk, sedikit

demi sedikit mahasiswa dilatih untuk berfikir cerdas. Cerdas dalam

mengkritisi pernyataan yang diberikan. Tidak heran kenapa dosennyapun

mengajak mahasiswa untuk cerdas, karena dosenya sendiri memang cerdas.

Beliau memberikan gambaran dan fakta-fakta kejadian di sekitar kita secara

detail.

Dari sana sudah terlihat bahwa makul PAI membawa mahasiswa

untuk cerdas. Bukan hanya cerdas secara umum yang kita ketahui, akan

tetapi cerdas yang Islami. Kita dibentuk berdasarkan ajaran Islam yang

benar dan menghormati perbedaan.

Page 10: ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

C. Masyarakat Madani

Masyarakat madani adalah suatu bentuk masyarakat yang dibangun

oleh Nabi Muhammad saw sendiri yang memberikan teladan ke arah

pembentukan masyarakat peradaban tersebut yang merupakan sebuah

negara yang lahir dari peristiwa hijrah. Dengan demikian masyarakat

madani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang

dibangun oleh Nabi Muhammad saw di kota Madinah yang telah

berhasil dalam prakteknya dengan menerapkan Konstitusi Piagam

Madinah; memberlakukan nilai-nilai keadilan; prinsip kesetaraan hukum;

jaminan kesejahteraan bagi semua warga; serta perlindungan terhadap

kelompok minoritas. Kalangan pemikir muslim menganggap masyarakat

(kota) madinah sebagai prototype masyarakat ideal produk Islam yang

bisa dipersandingkan dengan masyarakat ideal dalam konsep civil society".

Salah satu yang utama dalam tatanan masyarakat ini adalah pada

penekanan pola komunikasi yang menyandarkan diri pada konsep

egaliterian pada tataran horizontal dan konsep ketaqwaan pada tataran

vertikal. Nabi, telah meletakan dasar-dasar masyarakat madani yang

relegius, kebebasan, meraih kebebasan, khususnya di bidang agama,

ekonomi, sosial dan politik. Masyarakat madani yang dibangun Nebi

tersebut memiliki karakteristik sebagai masyarakat beriman dan

bertaqwa; masyarakat demokratis dan beradab yang menghargai adanya

perbedaan pendapat; masyarakat yang menghargai hak-hak asasi manusia;

masyarakat tertib dan sadar hukum; masyarakat yang kreatif, mandiri dan

percaya diri; masyarakat yang memiliki semangat kompetitif dalam

suasana kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan

semangat kemanusiaan universal (pluralistik). Sistem sosial madani ala

Nabi, memiliki ciri yang unggul; kesetaraan, istiqomah, mengutamakan

partisipasi, dan demokratisasi. Ciri-ciri yang unggul tersebut tetap

relavan dalam konteks waktu dan tempat yang berbeda, sehingga pada

Page 11: ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

dasarnya prinsip itu layak diterapkan apalagi di Indonesia yang mayoritas

berpenduduk muslim tanpa mengusik kepentingan dan keyakinan

kelompok minoritas. Nabi, telah memberi contoh yang tepat, bagaimana

sebaiknya memperlakukan kelompok minoritas ini.

Dalam konteks Indonesia, tuntutan masyarakat madani oleh kaum

reformis yang anti status quo adalah masyarakat yang lebih terbuka,

pluralistik, dan desentralistik dengan partisipasi politik yang lebih besar,

jujur, adil, mandiri, harmonis, memihak yang lemah, menjamin kebebasan

beragama, berbicara, berserikat dan berekspresi, menjamin hak

kepemilikan dan menghormati hak-hak asasi manusia. Dalam masyarakat

madani memerlukan pola interaksi baru yang memungkinkan seseorang

belajar menerima keragaman, perbedaan, dan universalitas. Pola interaksi

baru tersebut dapat dikondisikan melalui pendidikan (pembinaan) bernalar

melalui ekspresi-ekspresi yang asasi sehingga tercipta landasan pola yang

logik, etik, estetik, dan pragmatis. Sosialisasi nilai-nilai yang mendukung

pembentukan masyarakat madani perlu menjadi bagian penting dari sistem

dan strategi pendidikan.

Untuk menuju terbentuknya masyarakat madani Indonesia, dengan

ciri dan karakteristik tersebut, diperlukan penataan pemikiran pendidikan

yang berbasisi pada pendidikan madani. Dengan realitas dan kondisi

pendidikan yang ada sekarang ini, perlu melakukan pembaruan atau re-

pemikiran yang terkait dengan aspek filosofis, visi, misi, tujuan,

kurikulum, metodologi, serta manajemen pendidikan Islam, sebagai

berikut:

Diperlukan perumusan landasan filosofis dan teori pendidikan Islam,

dikembangkan dan dijabarkan atas dasar asumsi-asumsi yang kokoh dan

jelas tentang konsep dasar ketuhanan (ilahiyah), konsep dasar manusia

(insaniyah) dan konsep dasar alam semesta dan lingkungan, yang

didasarkan pada al-Qur’an dan Hadis yang harus dilihat secara utuh,

integratif dan interaktif. Kerangka dasar pengembangan pendidikan

Page 12: ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

Islam adalah filsafat dan teori pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam,

artinya pendidikan Islam tidak terlepas dari filsafat ketuhanan (ilahiyah)

“teosentris” sebagai sumber nilai (value), motivasi dan pemikirannya.

Relevan dengan kepentingan manusia dan umat, artinya pendidikan Islam

tidak terlepas dari filsafat manusia “antroposentir” yang dapat

membangun kehidupannya, mengembangkan potensi manusia seutuhnya

“insan kamil” yaitu manusia yang bertaqwa, berpengetahuan,

berketerampilan, merdeka, berbudaya, kristis, toleran, taat hukum dan hak

asasi. Relevan dengan lingkungan dan alam semesta, artinya

pengembangan pendidikan Islam tidak terlepas dari persoalan

lingkungan manusia dan alam semesta yang merupakan sumber kehidupan

dan lingkungan yang selalu berubah mengikuti irama perubahan. Filsafat

dan teori pendidikan harus mempertimbangkan konteks dengan supra

sistem, konteks dengan kepentingan dan kebutuhan manusia dan

masyarakat, konteks dengan bangsa dan negara, konteks dengan sosial

budaya, konteks dengan perubahan dalam menuju masyarakat madani

Indonesia.

D. Etos Berkarakter Kuat, Cerdas Islami Mewujudkan Masyarakat Madani

Dalam kontek masyarakat Indonesia, di mana ummat Islam adalah

mayoritas, peranan ummat Islam untuk mewujudkan masyarakat madani

sangat besar. Kondisi masyarakat Indonesia sangat bergantung pada

kontribusi yang diberikan oleh ummat Islam. Peranan ummat Islam itu dapat

direalisasikan melalui jalur hukum, sosial-politik, ekonomi, dan yang lain.

Sistem hukum, social-politik, ekonomi dan yang lain di Indonesia,

memberikan ruang kepada ummat Islam untuk menyalurkan aspirasinya

secara konstruktif bagi kepentingan bangsa secara keseluruhan.

Permasalahan pokok yang masih menjadi kendala saat ini adalah

kemampuan dan konsistensi ummat Islam Indonesia terhadap karakter

dasarnya, untuk mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan

Page 13: ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

berbangsa dan bernegara melalui jalur-jalur yang ada. Sekalipun ummat

Islam secara kuantitatif mayoritas, tetapi secara kualitatif masih rendah,

sehingga perlu pemberdayaan secara sistematis. Sikap amar ma’ruf dan nahi

munkar juga masih sangat lemah. Hal itu dapat dilihat dari fenomena-

fenomena sosial yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti angka

kriminalitas yang tinggi, korupsi yang terjadi di semua sektor, dan

kurangnya rasa aman. Jika ummat Islam Indonesia benar-benar

mencerminkan sikap hidup yang Islami, pasti bangsa Indonesia bisa menjadi

bangsa yang kuat dan sejahtera.

Dengan demikian, karena kondisi umat yang sedang lemah, perlu

disiram dengan semangat yang tinggi melalui kajian. Kajian tidak hanya

untuk masyarakat, tetapi juga Mahasiswa sebagai pemuda yang nantinya

akan memegang tongkat estafet kepemimpinan negeri ini. Kajian ataupun

kuliah sebagai sarana pendidikan yang di berikan harus sesuai tujuan dan isi

dari masyarakat madani. Intinya, membangun masyarakat madani haru ada

komponen orang-orang yang punya track record yang bagus dalam hal ini

adalah etos karakter. Dan juga orang-orang yang cerdas.

Dari uraian diatas telah jelas memiliki etos berkarakter yang kuat serta

cerdas islam dalam rangka membangun masyarakat madani, dapat dicapai

apabila ia mendapatkan pendidikan yang tepat. Salah satunya dalam mata

kuliah PAI yang dapa mengantarkan individu untuk mempunyai etos

karakter yang kuat dan cerdas secara islami, terbukti dari misi mata kuliah

dan aplikasi dalam kegiatan perkuliahan. Apabila mahasiswa dapat

menyerap ilmu dan mengaplikasikan ilmu yang ia dapatkan dari kuliah

tersebut, tidak mungkin kalau masyarakat madani itu tidak dapat dibentuk.

Sedikit demi sedikit secara continue, InsyaAllah akan memudahkan

membangun masyarakat madani yang diinginkan.

Daftar Pustaka

Page 14: ETOS BERKARAKTER KUAT, CERDAS ISLAMI MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

http://yosipratiwi.blogspot.com/2013/01/artikel-tantang-etos-kerja-islami.html

diakses pada 29 mei 2014 pukul 21:42

http://lenteradankehidupan.blogspot.com/2013/10/arti-cerdas-dalam-islam.html

diakses pada 31 Mei 2014 pukul 16:18

http://sanaky.com/wp-content/uploads/2010/09/PENDIDIKAN-ISLAM-

MENUJU-PEMBENTUKAN-MASYARAKAT-MADANI.pdf diakses

pada 29 mei 2014 pukul 21:45

http://saiful-jihad.blogspot.com/2009/08/viii-masyarakat-madani-dan.html diakses

pada 04 Juni 2014 pukul 14:55