etika profesi by dza

55
BALAI PENINGKATAN KEAHLIAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI JL. SAPTA TARUNA RAYA 28 KOMPLEK PU PASAR JUMAT, JAKSEL ETIKA PROFESI ETIKA PROFESI INSINYUR JASA KONSTRUKSI INSINYUR JASA KONSTRUKSI

Upload: arulazzikri

Post on 24-Oct-2015

35 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Etika Profesi by DZA

TRANSCRIPT

Page 1: Etika Profesi by DZA

BALAI PENINGKATAN KEAHLIAN KONSTRUKSIPUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN

KONSTRUKSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

JL. SAPTA TARUNA RAYA 28 KOMPLEK PU PASAR JUMAT, JAKSEL

ETIKA PROFESI ETIKA PROFESI INSINYUR JASA KONSTRUKSIINSINYUR JASA KONSTRUKSI

Page 2: Etika Profesi by DZA

PERKENALANDOEDOENG Z. ARIFINS1, S2 ITBS3 MSDM Univ. Negeri JakartaKeahlian: analisis kebijakan, pembinaan jasa

konstruksi, dan MSDM.Berbagai kursus manajemen, kepemimpinan, mind setting,

keuangan, investasi, dst.PT. Dahana, PT BHSTex, Proyek CBUIM DJCK,

KASIBA/LISIBA Menpera, Kasubag Evaluasi BPKSDM, Kasubag PA BP Konstruksi, Kepala Balai PAK.

0811 80 2322; email: [email protected] : www.pusbinkpk.net2

Page 3: Etika Profesi by DZA

PENGANTARPINTU SURGAJEMBATAN ANTARA SURGA DAN NERAKA

SERTA SUNGAI DI SURGA

Page 4: Etika Profesi by DZA

PERUBAHAN DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI

PERUBAHANAN DAYA SAING

Daya Saing Produk Global:Standar internasional, sertifikat, compatibility Lingkungan, sehat, safety Inovasi, image, trend Informasi produk

Daya Saing Industri:Perubahan bahan baku & energiEfisiensi, produktivitas, kapasitas, keseragaman, ketelitian Karakteristik tenaga kerjaRespon kebutuhan pasarPerubahan RegulasiKarakter sosial – budayaDownsizing, difersifikasi

Dari Padat Karya menuju Padat Teknologi:Peningkatan profit Penciptaan profit masa depanEksistensi

Perbandingan produktivitas Perbandingan produktivitas kerjakerjaINDONESIA : 8 jam kerjaINDONESIA : 8 jam kerja sama dengansama denganTHAILAND : 2 jam 45 mntTHAILAND : 2 jam 45 mntMALAYSIA : 1 jam 5 mntMALAYSIA : 1 jam 5 mntSINGAPURA : 11 mntSINGAPURA : 11 mnt(ILO, 12 April 2004)(ILO, 12 April 2004)

PERINGKAT PERINGKAT TEKNOLOGITEKNOLOGIINDONESIA INDONESIA KE 94 (2011)KE 94 (2011)DARI 91 (2010)DARI 91 (2010)

Page 5: Etika Profesi by DZA

Compliance with Code of Professional Conduct and Ethics

All professional engineers who are registered with the PRA are bound by the Professional Engineers (Code of Professional Conduct and Ethics) Rules. The MC will also require all practitioners who are registered on the ASEAN Chartered Professional Engineer Register (ACPER) to be bound by the same Code of Professional Conduct and Ethics Rules.

Every ASEAN Chartered Professional Engineer will be held individually accountable for his/her actions taken in their professional work. In his/her practice of engineering, he/she shall not have any record of serious violation on technical, professional or ethical standards, either in Indonesia or elsewhere.

Every ASEAN Chartered Professional Engineer is bound by the Code of Professional Conduct and Ethics Rules to practice only in areas which they are competent in.

Page 6: Etika Profesi by DZA

1.1. Pengertian Etos Kerja Etos diartikan sebagai sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia

yang dipancarkan hidup. Dengan kata lain etos merupakan suatu tata nilai yang diyakini, yang menjadi aturan hidup atau (sila) yang lebih baik.

Sedangkan Kerja, secara lebih khusus dapat diartikan sebagai usaha komersial yang menjadi suatu keharusan demi hidup, atau sesuatu yang imperatif dari diri, maupun sesuatu yang terkait pada identitas yang telak bersifat sakral.

Dengan demikian ETOS KERJA dapat diartikan sebagai totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan, memandang, mayakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih kinerja yang optimal (high performance).

Page 7: Etika Profesi by DZA

1.2. Prinsip Etos Kerja: Jepang

Seseorang harus memahami atau menerapkan prinsip-prinsip etos kerja dalam rangka mengoptimalkan kinerjanya masing-masing.

Prinsip-prinsip etos kerja Bushido dinilai sebagai faktor penting dibalik kesuksesan ekonomi Jepang di kancah dunia, yakni: Gi – keputusan yang benar diambil dengan sikap yang benar

berdasarkan kebenaran; jika harus mati demi keputusan itu, matilah dengan gagah, sebab kematian yang demikian adalah kematian yang terhormat:

Yu – berani dan bersikap ksatria: Jin – murah hati, mencintai dan bersikap baik terhadap sesama: Re – bersikap santun, bertindak benar: Makoto – bersikap tulus yang setulus-tulusnya, bersikap sungguh

dengan sesungguh-sungguhnya tanpa pamrih: Meiyo – menjaga kehormatan, martabat dan kemuliaan, serta Chugo – mengabdi dan loyal.

Page 8: Etika Profesi by DZA

1.2. Prinsip Etos Kerja: Jerman

Keunggulan bangsa Jerman, menurut para sosiolog, terkait erat dengan etos kerja Protestan, yang mengedepankan enam prinsip, yakni:▪ bertindak rasional,

▪ berdisiplin tinggi,

▪ bekerja keras,

▪ berorientasi pada kekayaan material,

▪ menabung dan berinvestasi, serta

▪ hemat, bersahaja dan tidak mengumbar kesenangan.

Page 9: Etika Profesi by DZA

1.3. Delapan Etos Kerja Islam Menurut Jansen H. Sinamo1. Kerja adalah Rahmat : bekerja tulus penuh syukur

2. Kerja adalah Amanah : bekerja benar penuh tanggung jawab

3. Kerja adalah Panggilan : bekerja tuntas penuh integritas

4. Kerja adalah Aktualisasi: bekerja keras penuh semangat

5. Kerja adalah Ibadah : bekerja serius penuh kecintaan

6. Kerja adalah Seni: bekerja cerdas penuh kreativitas

7. Kerja adalah Kehormatan: bekerja tekun penuh keunggulan

8. Kerja adalah Pelayanan : bekerja paripurna penuh kerendahan hati

ETOS KERJA PRAMUKA DASA DARMA

TA CI PA PA RE RA HE DI BER SU.

Page 10: Etika Profesi by DZA

1.4. Dimensi Kesadaran dalam Etos KerjaSeorang yang memiliki etos kerja adalah mereka yang

selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah Tuhan.

Cara pandang untuk melaksanakan sesuatu tersebut harus didasarkan kepada tiga dimensi kesadaran, yaitu:Dimensi makrifat (aku tahu)Dimensi hakikat (aku berharap)Dimensi syariat (aku berbuat)

Page 11: Etika Profesi by DZA

1.5. Etos Kerja dalam Organisasi Setiap organisasi yang selalu ingin maju, senantiasa membutuhkan etos

kerja. Etos kerja yang dimaksud adalah keyakinan bersama, bahwa setiap

anggota harus dapat memberikan pekerjaan terbaiknya untuk organisasi, sehingga pada akhirnya organisasi tersebut dapat memberikan karya terbaiknya.

Etos kerja dalam menentukan kinerja suatu organisasi dapat dirinci sebagai berikut: Penilaian Hasil Kerja Pandangan Kerja Kerja sebagai Aktivitas Kerja Membutuhkan Ketekunan Kerja sebagai Bentuk Ibadah

Page 12: Etika Profesi by DZA

1.6. Semangat Etos Kerja

Semangat etos kerja, harus dapat disebarluaskan untuk memperoleh manfaat antara lain:

1)Menjamin hasil kerja dengan kualitas yang baik

2)Membuka seluruh komunikasi, keterbukaan, cepat menemukan kesalahan dengan cepat memperbaikinya

3)Cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan dari luar

4)Mengurangi laporan yang berupa data dan informasi yang salah atau palsu

Page 13: Etika Profesi by DZA

2. Etika Profesi

Page 14: Etika Profesi by DZA

2.1 Etika Profesi Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti

karakter, watak kesusilaan atau adat. Profesi (ASCE): “suatu sebutan bagi penggunaan ilmu pengetahuan dan

keterampilan untuk pelayanan umat manusia yang menghasilkan ekspresi kemampuan yang kreatif dan aplikasi ilmu pengetahuan”.

Etika Profesi adalah karakter, watak kesusilaan atau adat dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk pelayanan umat manusia.

Karakteristik suatu profesi Menurut Callahan (1988), Firmage (1980), Schaub & Pavlovic (1983), meliputi antara lain: Memenuhi persyaratan pendidikan tertentu yang mencakup pengetahuan (knowledge) dan

keterampilan (skill) yang tidak dimiliki oleh masyarakat umum. Tanggung jawab pekerjaannya mensyaratkan kebijaksanaan dan penilaian pribadi yang

tidak memiliki acuan hukum baku. Suatu profesi memiliki status hukum dan status hukum tersebut mensyaratkan standar

tertentu (pengetahuan dan keterampilan) untuk menjadi anggota suatu profesi (dibuktikan dengan sertifikat/lisensi).

Memiliki acuan perilaku kerja (standard of conduct) berupa kode etik profesi.

Page 15: Etika Profesi by DZA

2.2. Konsep Dasar Etika Rekayasa Menurut National Society of Professional Engineers (1979)THE PUBLIC INTEREST Paramount responsibility to the public health, safety, and welfare, including that of future generations Call intention to threats to the public health, safety, and welfare, and act to eliminate them Work through professional societies to encourage and support engineers who follow these concepts Apply knowledge, skill, and imagination to enhance welfare and the quality of life for all Work only with those who follow these concepts.

QUALITIES OF TRUTH, HONESTY, AND FAIRNESS Be honest and impartial Advise employer, client, or public of all consequences of work Maintain confidences;act as faithful agent or trustee Avoid conflicts of interest Give fair and equitable treatment to all others Base decisions and action on merit, competence, and knowledge, and without bias because of race, religion,

sex, age, or national origin Neither pay or not accepts bribes, gift or gratuities Be objective and truthful in discussion, reports, and actions

PROFESSIONAL PERFORMANCE Competence for work undertaken Strive to improve competence and assist others in so doing Extend public and professional knowledge of technical projects and their results Accept responsibility for actions and give appropiate credit to others.

Page 16: Etika Profesi by DZA

2.3. Kode Etik Profesi

Pada dasarnya kode etik profesi mengakomodasi beberapa prinsip etika berikut ini:

1.Etika kemanfaatan umum (utilitarianism ethics)

2.Etika kewajiban (duty ethics)

3.Etika kebenaran (right ethics)

4.Etika keunggulan/kebaikan (virtue ethics)

5.Etika sadar lingkungan (environmental ethics)

Page 17: Etika Profesi by DZA

2.4. Profesionalisme

Profesionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekal keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan dan semangat pengabdian… (Wignjosoebroto, 1999).

Tiga watak kerja profesional adalah:Kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan sesuai profesi yang digeluti.Kerja seorang profesional berlandaskan pada kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan.Kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral dengan menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik pada organisasi profesinya.

Page 18: Etika Profesi by DZA

2.5. Organisasi Profesi

Bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme, kompetensi, dan mengatur perilaku anggotanya (profesional) agar selalu ingat, sadar dan mau mengindahkan etika profesinya.

Beberapa organisasi profesi ke-insinyuran di Indonesia, di antaranya:1.HPJI (Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia)2.PII (Persatuan Insinyur Indonesia)3.IAI (Ikatan Insinyur Indonesia)4.HATHI, HATTI, IAP, A2K4, IAMPI, IQSI, HAVEI, dst.

Page 19: Etika Profesi by DZA

2.6. Pelanggaran Kode Etika Profesi

Dua pelanggaran kode etik profesi (Harris, 1995):Pelanggaran berupa perbuatan yang tidak mencerminkan

respek terhadap nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh profesi itu, misalnya membeda-bedakan pelayanan jasa atas dasar keinginan mendapatkan keuntungan uang yang berkelebihan.

Pelanggaran berupa pelayanan jasa profesi dengan kualitas keahlian yang tidak dapat dipertanggung jawabkan (menurut standar maupun kriteria profesional). Misalnya hasil desain yang tidak layak.

Page 20: Etika Profesi by DZA

2.7. Sifat Etika dalam Etos Kerja

Dalam pelaksanaannya, terdapat sifat-sifat etika yang harus dikembangkan dalam etos kerja, antara lain:1.Sifat bertanggung jawab (kepada Tuhan YME)

2.Jujur dalam perbuatan Kerja keras Sifat hemat Sifat menghargai waktu

3.Lingkungan kerja

Yaitu, segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.

4.Kompensasi

Yaitu, balas jasa yang diberikan perusahaan kepada karyawannya yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan dibentuk secara tetap.

CATATAN:

DASA DARMA: TaCiPaPaReRaHeDiBerSu

Page 21: Etika Profesi by DZA

Terima Kasih

Page 22: Etika Profesi by DZA

TAMBAHAN

Page 23: Etika Profesi by DZA

1. Pengertian Etos Kerja

Beberapa definisi dari Etos Kerja adalah: Keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang,

sekelompok orang atau sebuah institusi. Perilaku khas suatu komunitas atau organisasi, mencakup motivasi yang

menggerakkan, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, standar-standar.

Himpunan perilaku positif yang lahir sebagai buah keyakinan fundamental dan komitmen total pada himpunan paradigma kerja yang integral.

Pengertian etos kerja menurut (Cliford Geerta, 2000:9) merupakan refleksi dari sikap hidup yang mendasar yang bersumber dari nilai-nilai tersebut yang diwujudkan dalam bentuk kegairahan kerja.

Menurut Herell bahwa etos kerja itu adalah suatu nilai budaya yang menurut seseorang menginvestasikan sumber-sumber dayanya dalam usaha jangka panjang guna meningkatkan kesejahteraan materi dan meningkatkan martabat sosialnya.

Page 24: Etika Profesi by DZA

2. Pengertian Etos Kerja Studi-studi sosiologi dan manajemen mengaitkan antara

etos kerja manusia (atau komunitas) dengan keberhasilan manusia:

“bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh sikap, perilaku dan nilai-nilai yang diadopsi individu-individu manusia di dalam komunitas atau konteks sosialnya”

Etos kerja mempunyai pengaruh dengan semangat dan bergairahnya karyawan dalam melakukan pekerjaannya sehingga hasil yang dicapai juga akan dapat meningkat baik dalam hal kualitas maupun kuantitas.

Page 25: Etika Profesi by DZA

3. Penilaian Etos Kerja: Etos Kerja Tinggi

Mengingat kandungan yang ada dalam pengertian etos kerja, adalah unsur penilaian, maka secara garis besar dalam penilaian itu, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu penilaian positif dan negatif.

Berpangkal tolak dari uraian itu, maka menurut bahwa suatu individu atau kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:

Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur

bagi eksistensi manusia. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan

manusia. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan

sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita, Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Page 26: Etika Profesi by DZA

4. Penilaian Etos Kerja: Etos Kerja Rendah

Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat, yang dimiliki etos kerja yang rendah, maka akan menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu:Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan,Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.

Page 27: Etika Profesi by DZA

5. Etos Kerja yang Baik▪ Aktif ▪ Jujur ▪ Ramah

▪ Ceria ▪ Kerja Keras ▪ Sabar

▪ Dinamis ▪ Kerja Tim ▪ Semangat

▪ Disiplin ▪ Konsisten ▪ Tanggung Jawab

▪ Efektif ▪ Kreatif ▪ Tekun

▪ Efisien ▪ Lapang Dada ▪ Teliti

▪ Energik ▪ Membagi ▪ Tepat Waktu

▪ Fokus ▪ Menghargai ▪ Teratur

▪ Gesit ▪ Menghibur ▪ Terkendali

▪ Ikhlas ▪ Optimis ▪ Toleran

▪ Interaktif ▪ Peka ▪ Total

▪ Jeli ▪ Rajin ▪ Ulet

Page 28: Etika Profesi by DZA

6. Dimensi Kesadaran dalam Etos Kerja: Dimensi Makrifat (aku tahu)Seseorang yang memiliki etos kerja yang baik harus memperhatikan 7 (tujuh) knows, yaitu:

1.Tahu siapa aku, apa kekuatan dan kelemahanku

2.Tahu apa pekerjaanku

3.Tahu siapa pesaingku dan kawanku

4.Tahu produk yang akan dihasilkan

5.Tahu apa bidang usahaku dan tujuanku

6.Tahu siapa relasiku

7.Tahu pesan-pesan yang akan kusampaikan

Page 29: Etika Profesi by DZA

7. Dimensi Kesadaran dalam Etos Kerja: Dimensi Hakikat (aku berharap)Dalam hal ini, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan kemana arah tindakan dilangkahkan.

2. Setiap pribadi harus meyakini bahwa niat atau dorongan untuk menetapkan cita-cita merupakan ciri bahwa dirinya hidup.

3. Harapan (hope) hanya bisa diraih bila memenuhi kualitas kepribadian yang secara metaforis dapat digambarkan dalam rumus:

Quality of your (head + heart + hand) + hard working = HOPE

Page 30: Etika Profesi by DZA

8. Dimensi Kesadaran dalam Etos Kerja: Dimensi Syariat (aku berbuat)

Setelah kita mengetahui dan berharap untuk suatu tujuan, maka hendaknya mempunyai arti, antara lain: Pengetahuan tentang peran dan potensi diri, Pengetahuan tentang tujuan, serta Pengetahuan tentang harapan-harapan

Kecuali bila dipraktikkan dalam bentuk tindakan nyata yang telah diyakini kebenarannya.

Page 31: Etika Profesi by DZA

9. Pencapaian Etos KerjaHal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai etos kerja yang baik adalah:Percaya diri dan optimisJiwa yang merdekaBerkeyakinan teguh kepada Tuhan Yang Maha EsaBerwawasanMemiliki kemampuan bersaingBerpikir positifMemiliki harga diriBerorientasi ke depan

Page 32: Etika Profesi by DZA

10. Etika Dasar Profesi Insinyur Menurut ABET (1985) Profesi Rekayasa (Engineering Profession) menurut Accreditation Board for

Engineering and Technology (ABET, 1993) adalah: “the profession in which a knowledge of the mathematical and natural sciences gained by study, experience and practice is applied with judgments to develop ways to utilize, economically, the materials and forces of nature for the benefit of mankind”

Sedangkan insinyur (Engineer) adalah orang yang memiliki profesi dibidang Rekayasa (Engineering).

Etika dasar profesi insinyur menurut ABET (1985)Engineer uphold and advance the integrity, honor, and dignigty of the

engineering profession by:1. Using their knowledge and skill for the enhancement of human welfare;2. Being honest and impartial, and serving with fidelity the public, their

employers and clients;3. Striving to increase the competence and prestige of the engineering

profession; and4. Supporting the professional and technical societies of their disciplines.

Page 33: Etika Profesi by DZA

11. Kode Etik Profesi

Pada dasarnya kode etik profesi mengakomodasi beberapa prinsip etika berikut ini:

1. Etika kemanfaatan umum (utilitarianism ethics), yaitu setiap langkah/tindakan yang menghasilkan kemanfaatan terbesar bagi kepentingan umum haruslah dipilih dan dijadikan motivasi utama;

2. Etika kewajiban (duty ethics), yaitu setiap sistem harus mengakomodasikan hal-hal yang wajib untuk diindahkan tanpa harus mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin bisa timbul, berupa nilai moral umum yang harus ditaati seperti jangan berbohong, jangan mencuri, harus jujur, dan sebagainya;

3. Etika kebenaran (right ethics), yaitu suatu pandangan yang tetap menganggap salah terhadap segala macam tindakan yang melanggar nilai-nilai dasar moralitas. Misalnya pembajakan hak cipta/karya orang lain, apapun alasannya akan tetap dianggap salah karena melanggar nilai etika akademis;

4. Etika keunggulan.kebaikan (virtue ethics), yaitu suatu cara pandang untuk membedakan tindakan yang baik dan salah dengan melihat dari karakteristik (perilaku) dasar orang yang melakukannya; dan

5. Etika sadar lingkungan (environmental ethics), yaitu suatu etika mengajak masyarakat untuk berpikir dan bertindak dengan konsep masyarakat modern yang sensitif dengan kondisi lingkungannya.

Page 34: Etika Profesi by DZA

12. Kode Etik Insinyur Indonesia: I. Catur Karsa Insinyur Indonesia

Empat prinsip dasar:Mengutamakan keluhuran budi.Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk

kepentingan kesejahteraan umat manusia.Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan

masyarakat, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan

keahlian profesional keinsinyuran.

Page 35: Etika Profesi by DZA

13. Kode Etik Insinyur Indonesia:II. Sapta Dharma Insinyur Indonesia

Tujuh tuntunan sikap: Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan

dan kesejahteraan masyarakat. Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kompetensinya. Insinyur Indonesia hanya menyatakan pendapat yang dapat

dipertanggung-jawabkan. Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan

kepentingan dalam tanggung jawab tugasnya. Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas

dan martabat profesi. Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan

profesionalnya.

Page 36: Etika Profesi by DZA

Dalam hitungan 233 tahun Kerajaan Majapahit, puncak feodalisme Hindu-Jawa, lenyap dari peta dunia

Fadjroel Rachman, Kompas 7 Oktober 2005

Page 37: Etika Profesi by DZA

Romawi melenyapMongol hilangKekuasaan Islam selama kurang lebih 6 abad juga sirna tinggal kenangan

Page 38: Etika Profesi by DZA

COLLAPSE, Jared Diamond – Viking 2005

5 Faktor Kegagalan Negara :

1. Kerusakan Lingkungan2. Pemanasan Global3. Tetangga yang bermusuhan4. Mengendurnya dukungan kelompok

masyarakat yang sudah menjalin hubungan baik melalui perdagangan

5. Lembaga politik, ekonomi, sosial dan budaya yang lumpuh sebagai pemecah persoalan.

Page 39: Etika Profesi by DZA

HAITI AFGANISTAN MONGOLIA IRAK BANGLADES SOMALIA NEPAL FILIPINA RWANDA BURUNDI PAKISTAN MANDAGASKAR KEPULAUAN

SOLOMON INDONESIA

Negara gagal politik, juga gagal lingkungan

Page 40: Etika Profesi by DZA

KORUPSI MERAJALELA, SEJAK LAHIR HINGGA KEMATIAN MENJEMPUT, RAKYAT INDONESIA BERKUTAT DALAM KEHIDUPAN YANG KORUPTIF

Page 41: Etika Profesi by DZA

Kejahatan korupsi di Indonesia sudah dinyatakan sebagai KEJAHATAN YANG LUAR BIASA, sehingga pemberantasannya harus juga dengan cara-cara yang luar biasa.

Korupsi sudah meluas dan sistematik, membawa bencana bagi perekonomian dan melanggar hak ekonomi dan sosial masyarakat.

Korupsi di Indonesia

Page 42: Etika Profesi by DZA

Menurut Prof DR Mustafa Abdullah, koord. Bidang Penilaian dan Seleksi Hakim Agung Mahkamah Yudisial dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, dlm sosialisasi anti korupsi Kominfo di Hotel Aston – Atrium Senin Jakarta Pusat, 22 Nopember 2005

Jumlah Hakim di Indonesia = 6178 orang

Hakim merupakan faktor dominan dalam proses peradilan

95% dari Hakim-Hakim ternyata

‘bermasalah’

Page 43: Etika Profesi by DZA

Ketua Pengadilan Tinggi Jakarta: Peradilan Belum Berubah, Masih Buruk!

“Banyaknya praktik suap, pungutan liar, arogansi aparat pengadilan dan berbagai kecurangan yang terungkap di berbagai media massa sebagian besar tidak terbantahkan.” (Ketua Pengadilan Tinggi Jakarta, Ansyahrul)

http://news.detik.com/read/2012/11/27/081917/2102173/10/?992204topnews

Page 44: Etika Profesi by DZA

Buruk : 54,4%Baik : 35%Tidak tahu : 9.7%

KEJAKSAAN

Hasil Survey Kompas April 2005

Page 45: Etika Profesi by DZA

Buruk : 61,2%

Baik : 27,8%Tidak Tahu: 11%

HAKIM

Hasil Survey Kompas April 2005

Page 46: Etika Profesi by DZA

Buruk : 68,6%Baik : 25,6%Tidak Tahu: 5,8%

POLISI

Hasil Survey Kompas April 2005

Page 47: Etika Profesi by DZA

Buruk : 61,2%Baik : 29%Tidak Tahu : 10,8%

PENGACARA

Page 48: Etika Profesi by DZA

RenunganSejak tahun 2004 sampai dengan

tahun 2005 PERC – Political and Economic Risk Consultancy menempatkan Indonesia sebagai negeri terkorup se Asia

Tahun 2005Transparancy Internasional menempatkan Indonesia sebagai negara terkorup no 6 se jagad.

Page 49: Etika Profesi by DZA

Indeks Persepsi Korupsi (IPK)IPK merupakan indeks persepsi pebisnis, maka praktek-praktek korupsi dalam urusan bisnis harus dikurangi.Misalnya dalam urusan:

Ijin-ijin usaha (ijin domisili, ijin usaha, HGU, IMB, ijin ekspor, angkut barang, ijin bongkar muat barang, dll.).

Pajak (restitusi pajak, penghitungan pajak, dispensasi pajak).

Pengadaan barang dan jasa pemerintah (prosedur tender, penunjukan langsung, dll.).

Proses pengeluaran dan pemasukan barang di pelabuhan (bea cukai).

Pungutan liar oleh polisi, imigrasi, tenaga kerja.

Proses pembayaran termin proyek dari KPKN.

Page 50: Etika Profesi by DZA

Indeks Persepsi Korupsi

Page 51: Etika Profesi by DZA

Indeks Persepsi Korupsi 2005Posisi Negara Nama Negara IPK

1 Islandia 9,7

2 Findlandia 9,6

3 Selandia Baru 9,6

4 Denmark 9,5

5 Singapura 9,4

6 Swedia 9,2

7 Swiss 9,1

8 Norwegia 8,9

9 Australia 8,8

10 Austria 8,7

Malaysia 5,1

Posisi Negara Nama Negara IPK

137 Indonesia 2,2

150 Tajikistan 2,1

151 Angola 2,0

152 Pantai Gading 1,9

153 Guenia 1,9

154 Nigeria 1,9

155 Haiti 1,8

156 Burma 1,8

157 Turkmenistan 1,8

158 Bangladesh 1,7

159 Chad 1,7

Page 52: Etika Profesi by DZA

IPK 2011 Transparency International kembali meluncurkan Indeks Persepsi

Korupsi (Corruption Perception Index/CPI) tahun 2011 yang dilakukan terhadap 183 negara, Indonesia menempati skor sebesar 3,0, naik 0,2 dibanding tahun sebelumnya sebesar 2,8.

Skor Indonesia dari 2,8 pada tahun 2010 dan 3,0 tahun 2011 bukanlah pencapaian yang signifikan karena sebelumnya telah menargetkan skor 5,0 dalam CPI 2014 mendatang

Dalam indeks tersebut Indonesia berada di peringkat ke-100 bersama 11 negara lainnya yakni Argentina, Benin, Burkina Faso, Djobouti, Gabon, Madagaskar, Malawi, Meksiko, Sao Tome & Principe, Suriname, dan Tanzania.

Untuk kawasan Asia Tenggara, skor Indonesia berada di bawah Singapura (9,2), Brunei (5,2), Malaysia (4,3), dan Thailand (3,4).

Page 53: Etika Profesi by DZA
Page 54: Etika Profesi by DZA
Page 55: Etika Profesi by DZA