etika lingkungan dan kode etik

21
BAB I PENDAHULUAN Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir -etik”. Artinya, manusia melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika. Dengan demi kian dapat dikatakan  bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma- norma yang seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti  pula penurunan kualitas alam. Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia. Manusia merupakan sumber kelestarian dan kerusakan lingkungan. YB Mangunwijaya memandangnya sebagai oposisi atau konflik antara manusia dan alam. Cara pandang dan sikap manusia terhadap lingkungan hidupnya menyangkut mentalitas manusia itu sendiri yang mempertanyakan eksistensinya di jaman modern ini dalam kaitannya dengan waktu, tujuan hidup, arti materi dan yang ada ”di atas” materi.  Kenyataan bahwa manusia sedang berada dalam proses perusakan lingkungan kehidupannya, lama-kelamaan mulai disadari di seluruh dunia. Hutan ditebang dengan akibat tanah longsor yang semakin parah. Eropa dan Amerika Utara mengalami suatu kematian hutan-hutan yang semakin mengkhawatirkan. Hujan asam mematikan kehidupan dalam danau-danau di Kanada. Kemampuan alam untuk membersihkan diri semakin digerogoti. Penggunaan pestisida secara besar-besaran mengakibatkan merajalelanya hama seperti wereng coklat yang kebal terhadap obat pemberantasnya, penyakit malaria di seluruh dunia tropis dan lain-lainnya. (Franz Magnis Suseno). Dengan demikian masalah lingkungan hidup tak lain adalah soal bagaimana mengembangkan falsafah hidup yang dapat mengatur dan mengembangkan eksistensi manusia dalam hubungannya dengan alam.

Upload: andi-rafika-dwi-rachma

Post on 11-Oct-2015

544 views

Category:

Documents


39 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANKrisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang nir-etik. Artinya, manusia melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral.Umat manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam. Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia. Manusia merupakan sumber kelestarian dan kerusakan lingkungan. YB Mangunwijaya memandangnya sebagai oposisi atau konflik antara manusia dan alam. Cara pandang dan sikap manusia terhadap lingkungan hidupnya menyangkut mentalitas manusia itu sendiri yang mempertanyakan eksistensinya di jaman modern ini dalam kaitannya dengan waktu, tujuan hidup, arti materi dan yang ada di atas materi.Kenyataan bahwa manusia sedang berada dalam proses perusakan lingkungan kehidupannya, lama-kelamaan mulai disadari di seluruh dunia. Hutan ditebang dengan akibat tanah longsor yang semakin parah. Eropa dan Amerika Utara mengalami suatu kematian hutan-hutan yang semakin mengkhawatirkan. Hujan asam mematikan kehidupan dalam danau-danau di Kanada. Kemampuan alam untuk membersihkan diri semakin digerogoti. Penggunaan pestisida secara besar-besaran mengakibatkan merajalelanya hama seperti wereng coklat yang kebal terhadap obat pemberantasnya, penyakit malaria di seluruh dunia tropis dan lain-lainnya. (Franz Magnis Suseno).Dengan demikian masalah lingkungan hidup tak lain adalah soal bagaimana mengembangkan falsafah hidup yang dapat mengatur dan mengembangkan eksistensi manusia dalam hubungannya dengan alam.

BAB IIISIA.Pengertian Etika LingkunganEtika lingkungan hidup, berhubungan dengan perilaku manusia terhadap lingkungan hidupnya, tetapi bukan berarti bahwa manusia adalah pusat dari alam semesta (antroposentris). Lingkungan hidup adalah lingkungan di sekitar manusia, tempat dimana organisme dan anorganisme berkembang dan berinteraksi, jadi lingkungan hidup adalah planet bumi ini. Ini berarti manusia, organisme dan anorganisme adalah bagian integral dari dari planet bumi ini. Hal ini perlu ditegaskan sebab seringkali manusia bersikap seolah-olah mereka bukan merupakan bagian dari lingkungan hidup.Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan kesejahteraan dan makhluk hidup lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung.Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya. Etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan dengan cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga. B. Paham Etika Lingkungan1. Etika EologiEtika Lingkungan biasa juga di sebut dengan etika ekologi di mana arti dari ekologi itu sendiri adalah hubungan antara lingkungan dengan makhluk hidup lainnnya. Etika ekologi di bagi menjadi etika lingkungan dangkal, dan etika lingkungan dalam. Selain itu etika lingkungan juga dapat dikategorika etika pelestarian dan etika pemeliharaan. Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada yang mengusahakan pelestarian alam untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua mahluk, sedangkan etika pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua mahluk.a. Etika Ekologi DangkalEtika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.Etika ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu etika antroposentris yang menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi penerus.Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff. Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan manusia, secara khusus kepentingan estetika.Sedangkan etika antroposentris yang mementingkan kesejahteraan generasi penerus mendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi penerus manusia. Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini :1. Manusia terpisah dari alam,1. Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia.1. Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya1. Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia1. Norma utama adalah untung rugi.1. Mengutamakan rencana jangka pendek.1. Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara miskin1. Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi

b. Etika Ekologi DalamSedangkan Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies manusia dengan memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta alam.Bagi etika ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai penopang kehidupan. Untuk itu lingkungan patut dihargai dan diperlakukan dengan cara yang baik. Etika ini juga disebut etika lingkungan ekstensionisme dan etika lingkungan preservasi. Etika ini menekankan pemeliharaan alam bukan hanya demi manusia tetapi juga demi alam itu sendiri. Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia dan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam demi kepentingan bersama.Etika lingkungan dalam ini dibagi lagi menjadi beberapa macam menurut, yaitu neo-utilitarisme, zoosentrisme, biosentrisme dan ekosentrisme.Etika lingkungan neo-utilitarisme merupakan pengembangan etika utilitarisme Jeremy Bentham yang menekankan kebaikan untuk semua. Dalam konteks etika lingkungan maka kebaikan yang dimaksudkan, ditujukan untuk seluruh mahluk. Tokoh yang mempelopori etika ini adalah Peter Singer. Dia beranggapan bahwa menyakiti binatang dapat dianggap sebagai perbuatan tidak bermoral. Etika lingkungan Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang, karenanya etika ini juga disebut etika pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar moral. Menurut The Society for the Prevention of Cruelty to Animals, perasaan senang dan menderita mewajibkan manusia secara moral memperlakukan binatang dengan penuh belas kasih.Etika lingkungan Biosentrisme adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan sebagai standar moral. Salah satu tokoh penganutnya adalah Kenneth Goodpaster. Menurut Kenneth rasa senang atau menderita bukanlah tujuan pada dirinya sendiri. Bukan senang atau menderita, akhirnya, melainkan kemampuan untuk hidup atau kepentingan untuk hidup. Kepentingan untuk hidup yang harus dijadikan standar moral. Sehingga bukan hanya manusia dan binatang saja yang harus dihargai secara moral tetapi juga tumbuhan. Menurut Paul Taylor, karenanya tumbuhan dan binatang secara moral dapat dirugikan dan atau diuntungkan dalam proses perjuangan untuk hidup mereka sendiri, seperti bertumbuh dan bereproduksi.Etika Lingkungan Ekosentrisme adalah sebutan untuk etika yang menekankan keterkaitan seluruh organisme dan anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu dalam ekosistem diyakini terkait satu dengan yang lain secara mutual. Planet bumi menurut pandangan etika ini adalah semacam pabrik integral, suatu keseluruhan organisme yang saling membutuhkan, saling menopang dan saling memerlukan. Sehingga proses hidup-mati harus terjadi dan menjadi bagian dalam tata kehidupan ekosistem. Kematian dan kehidupan haruslah diterima secara seimbang.Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa diantara semua spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur-unsur yang ada di alam, seperti binatang maupun tumbuhan. Menurut salah satu tokohnya, John B. Cobb, etika ini mengusahakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan keseluruhan dalam ekosistem.Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :1. Manusia adalah bagian dari alam1. Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang1. Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-wenang 1. Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk1. Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai1. Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati1. Menghargai dan memelihara tata alam1. Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem1. Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu sistem mengambil sambil memelihara.

2. Teori Etika Lingkungan Johan GaltungKrisis ekologi dewasa ini telah meluas dan sangat berpengaruh pada pandangan kosmologis yang menimbulkan eksploitasi terhadap lingkungan. Relevansi pemikiran untuk memberikan landasan filosofis yang lebih mahal dan cocok semakin diperlukan. Semuanya ini terfokus pada manusia, sebagai peletak dasar dari semua permasalahan ini, serta mencari kedudukannya dalam seluruh keserasian alam yang menjadi lingkungan hidupnya. Maka, suatu etika yang mampu memberi penjelasan dan pertanggungjawaban rasional tentang nilai-nilai, asas dan normanorma moril bagi sikap dan perilaku manusia terhadap alam lingkungan ini akan sulit didapatkan, tanpa melibatkan manusia.Masalah ekologi tidak cukup dihadapi dengan mengembangkan etika lingkungan hidup. Kalau sudah menyangkut kesejahteraan umum masyarakat, pemikiran etis saja tidak akan berdaya tanpa didukung oleh aturan-aturan hukum yang dapat menjamin pelaksanaan dan menindak pelanggarnya.Untuk itu perlu diketahui berbagai teori yang membangun pemikiran tentang etika lingkungan hidup. Johan Galtung mengetengahkan tiga teori etika dengan berikut di bawah ini, serta menawarkan teori etika yang dapat dijadikan sebagai alternatif dengan kelebihannya (J. Sudriyanto, 1992: 13, lihat juga Jaelani, 1996: 54-59)1. Etika EgosentrisEtika ego sentris adalah etaika yang berdasarkan ego (diri). Focus etika ini adalah suatu keharusan untuk melakkukan tindakan yang baik bagi diri, self. Kebaikan individu adalah kebaikan masyarakat merupakan klaim yang dianggap sah. Orientasi etika egosentris didasarkan pada filsafat individualisme dengan pandangan bahwa individu merupakan atom sosial yang berdiri sendiri (J. Sudriyanto, 1992: 14).Menurut Sony Keraf (1990: 31) etika egosentrisme mempercayai bahwa tindakan setiap orang pada dasarnya bertujuan mengejar kepentingannya sendiri dan demi keuntungan dan kemajuannya pribadi. Dengan demikian manusia merupakan pelaku rasional dalam mengusahakan hidup dengan memanfaatkan alam yang berdasarkan pada kenyataan pandangan yang mekanistik.Teori sosial liberal merupakan penopang utama pandangan atomisme tersebut. Lima point pokok sebagai ajaran dalam atomisme itu yakni:1. Pengetahuan mekanistik mengasumsikan bahwa segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian yang terpisah. Jika atom-atom merupakan komponen dari alam, maka manusia sebagai atom merupakan komponen riil dari masyarakat1. Keseluruhan merupakan hasil penjumlahan dari bagian-bagian. Jika demikian, maka masyarakat pada hakikatnya merupakan penjumlahan dari individuindividu sebagai pelaku yang rasional1. Pandangan mekanistik menerima asumsi bahwa sebab yang datang dari luar berlaku dalam bagian-bagian internal. Oleh karena itu hukum dan aturan-aturan yang dating dari penguasa sebagai bagian eksternal akan dipertimbangan oleh masyarakat secara positif1. Perubahan keseluruhan terjadi karena perubahan pada bagianbagian, sama halnya dengan masyarakat yang perubahan bangunannya dipengaruhi oleh individu-individu yang hidup di situ1. Pandangan ilmiah yang mekanistik demikian akan berimplikasi pada sifat dualistik. Ada yang utama dan adalyang tidak utama seperti dalam koorporate. Artinya, secara teoritis etika ego sentris menempatkan individu manusia sebagai bagian paling pokok dalam membangun lingkungan social (J. Sudriyanto, 1992: 15).1. Etika Homosentris Etika homosentris bertolak belakang dengan etika ego sentris alam arti jika ego sentris lebih menekankan pada individu, maka etika homosentrisme lebih menitikberatkan pada masyarakat. Modelmodel yang dijadikan dasarnya adalah kepentingan social dengan memperhatikan hubungan antara pelaku dengan lingkungan yang mampu melindungi sebagian besar hajat masyarakat. Sony keraf (1990: 34) mensinyalir adanya kesamaan antara etika egosentrisme, etika homosentrisme, dan etika utilitarianisme. Ketiganya sama-sama mendasarkan diri pada tujuan. Peniliana baik buruk suatu tindakan tergantung pada tujuannya dan akibat dati tindakan itu, inilah inti dari utilitarianisme.Tujuan dan akibat tindakan pada etika egosintrisme dialamatkan pada tujuan dan manfaat pribadi individu. Tujuan dan akibat tindakan pada etika homosentrisme diukur dengan sajauhmana tujuan dan akibat baik bagi sabanyak mungkin masyarakat dapat dicapai. Akan tetapi homosentrisme lebih dekat dengan utilitarianisme bahkan keduanya dapat dijadikan sebagai etika universal.Asumsi yang digunakan oleh etika homosentrisme adalah sifat organis mekanis dari alam. Setiap bagian merupakan bagian-bagian organ dari bagian lainnya. Jika salah satu bagian hilang maka keseluruhan akan kurang bahkan tidak berguna. Antar bagian dari suatu keseluruhan memiliki hubungan yang tidak terpisahkan dan bersifat saling mempengaruhi. Sayangnya, menurut J. Sudriyanto (1990: 16), dengan pandangan demikian sumber-sumber kekayaan alam dikuras terus menerus dengan dalih demi kepentingan dan kemajuan masyarakat.1. Etika EkosentrismeEtika ekosentris merupakan aliran etika yang ideal sebagai pendekatan dalam mengatasi krisis ekologi dewasa ini. Hal ini disebabkan karena etika ekosentris lebih berpihak pada lingkungan secara keseluruhan, baik biotik maupun abiotik. Hal terpenting dalam pelestarian lingkungan menurut etika ekosentris adalah tetap bertahannya segala yang hidup dan yang tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat. Benda-benda kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri seperti halnya manusia, oleh karena itu diperkirakan memilliki haknya sendiri juga. Karena pandangan yang demikian maka etika ini sering kali disebut juga deep ecology (J. Sudriyanto, 1992: 243).Deep ecology juga disebut etika bumi. Bumi dianggap memperluas ikatanikatan komunitas secara kolektif yang terdiri atas manusia, tanah, air, tanaman, binatang. Bumi mengubah peran homo sapiens manusia menjadi bagian susunan warga dirinya. Sifat holistik ini menjadikan adanya rasa hormat terhadap bagian yang lain.Etika ekosentris mempercayai bahwa segala sesuatu selalu dalam hubungan dengan yang lain, di samping keseluruhan bukanlah sekedar penjumlahan-penjumlahan. Jika bagian berubah, keseluruhan akan berubah pula. Tidak ada bagian dalam sesuatu ekosistem yang dapat diubah tanpa mengubah bagian yang lain dan keseluruhan.

C. PRINSIP-PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN Sebagai pegangan dan tuntunan bagi prilaku kita dalam berhadapan dengan alam, terdapat beberapa prinsip etika lingkungan yaitu :1. Sikap Hormat terhadap AlamHormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya1. Prinsip Tanggung Jawab Tanggung jawab ini bukan saja bersifat individu melainkan juga kolektif yang menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan isinya.1. Prinsip SolidaritasYaitu prinsip yang membangkitkan rasa solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan makluk hidup lainnya sehigga mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan.1. Prinsip Kasih Sayang dan KepedulianPrinsip satu arah , menuju yang lain tanpa mengaharapkan balasan, tidak didasarkan kepada kepentingan pribadi tapi semata-mata untuk alam.1. Prinsip No HarmYaitu Tidak Merugikan atau merusak, karena manusia mempunyai kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam, paling tidak manusia tidak akan mau merugikan alam secara tidak perlu1. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan AlamIni berarti , pola konsumsi dan produksi manusia modern harus dibatasi. Prinsip ini muncul didasari karena selama ini alam hanya sebagai obyek eksploitasi dan pemuas kepentingan hidup manusia.1. Prinsip KeadilanPrinsip ini berbicara terhadap akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian alam, dan dalam ikut menikmati manfaat sumber daya alam secara lestari.1. Prinsip DemokrasiPrinsip ini didsari terhadap berbagai jenis perbeaan keanekaragaman sehingga prinsip ini terutama berkaitan dengan pengambilan kebijakan didalam menentukan baikburuknya, tusak-tidaknya, suatu sumber daya alam.1. Prinsip Integritas MoralPrinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan prilaku moral yang terhormat serta memegang teguh untuk mengamankan kepentingan publik yang terkait dengan sumber daya alam.D. Teori-Teori Etika LingkunganHanya manusia mempunyai tanggung jawab moral terhadap lingkungan. Walaupun manusia termasuk alam dan sepenuhnya dapat dianggap sebagai bagian alam , namun hanya dialah yang sanggup melampaui status alaminya dengan memikul tanggung jawab. Isi tanggung jawabnya dalam konteks ekonomi dan bisnis adalah melestarikan lingkungan hidup atau memamfaatkan sumber daya alam demikian rupa sehingga kualitas lingkungan tidak dikurangi, tetapi bermutu sama seperti sebelumnya. Kegiatan ekonomisnya harus harus memugkinkan pembangunan berkelanjutan. Di sini kita mencari dasar etika untuk tanggung jawab manusia itu. Seperti sering terjadi, dasar etika itu disajikan oleh beberapa pendekatan yang berbeda.Adapun beberapa dasar-dasar etika lingkungan yaitu :

Hak dan deontologiDalam sebuah artikel terkenal yang untuk pertama kali terbit pada tahun 1974, William T. Blackstone mengajukan pikiran bahwa setiap manusia berhak atas lingkungan berkualitas yang memungkinkan dia untuk hidup dengan baik. Lingkungan yang berkualitas tidak saja merupakan sesuatu yang sangat diharapkan, tetapi juga sesuatu yang harus direalisasikan karena menjadi hak setiap manusia. Dalam konteks ekonomi pasar bebas, setiap orang berhak untuk memakai miliknya guna menghasilkan keuntungan. Tetapi hak atas lingkungan yang berkualitas bisa saja mengalahkan hak seseorang untuk memakai miliknya dengan bebas. Jika perusahaan memiliki tanah sendiri, ia tidak boleh membuang limbah beracun di situ, karena dengan itu ia mencemari lingkungan hidup yang tidak pernah menjadi milik pribadi begitu saja. UtilitarismeTeori utilitarisme dapat dipakai juga guna menyediakan dasar moral bagi tanggung jawab kita untuk melestarikan lingkungan hidup. Malah utilitarisme bias menunjuk jalan keluar dari beberapa kesulitan yang dalam hal ini ditimbulkan oleh pandangan hak. Menurut utilitarisme, suatu perbuatan adalah baik, kalau membawa kesenangan paling besar atau kalau dengan kata lain kalau memaksimalkan manfaat. Kiranya sudah jelas, pelestarian lingkungan hidup membawa keadaan paling menguntungkan untuk seluruh umat manusia, termasuk juga generasi-generasi yang akan datang. Jika kelompok terbatas misalnya, para pemegang hak pengusahaan hutan (HPH) mengekploitasi alam dengan seenaknya dan dengan demikian memperoleh untung banyak, hal itu justru bias mengakibatkan kondisi yang membawa penderitaan besar bagi banyak orang. Jika kita tidak menjalankan pembangunan berkelanjutan, kita akan merugikan semua generasi sesudah kita. Perhitungan ekonomis tidak boleh dibatasi pada keuntungan kelompok kecil atau saat sekarang saja.Dalam perspektif utilitarisme, sudah menjadi jelas bahwa lingkungan hidup tidak lagi boleh diperlakukan sebagai suatu eksternalitas ekonomis. KeadilanPendasaran bagi tanggung jawab untuk melestarikan lingkungan hidup, dapat dicari juga dalam tuntutan etis untuk mewujudkan keadilan. Kalau begitu, keadilan di sini harus dipahami sebagai keadilan distributive, artinya keadilan yang mewajibkan kita untuk membagi dengan adil. Sebagaimana sudah kita lihat, lingkungan hidup pun menyangkut soal kelangkaan dank arena itu harus dibagi dengan adil. Perlu dianggap tidak adil, bila kita tidak memanfaatkan alam demikian rupa, sehingga orang lain misalnya generasi-generasi yang akan datang tidak lagi bisa memakai alam untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan baik. Hal ini dapat dijelaskan dengan pelbagai cara. Di bawah ini kami menyajikan tiga cara, tetapi tidak mustahil tidak ada cara lain lagi untuk mengaitkan keadilan dengan masalah lingkungan hidup.a.PersamaanJika bisnis tidak melestarikan lingkungan, akibatnya untuk semua orang tidak sama. Dengan cara mengeksploitasi alam ini para pemilik perusahaan termasuk pemegang saham justru akan maju, tetapi orang kurang mampu akan dirugikan. Dalam studi-studi ekonomi, sudah sering dikemukakan bahwa akibat buruk dalam kerusakan lingkungan hidup terutama dirasakan oleh orang miskin. Hal seperti ini harus dinilai tidak adil, karena menurut keadilan distributive semua orang harus diperlakukan dengan sama jika tidak ada alasan relevan untuk memperlakukan mereka dengan cara berbeda. Lingkungan hidup harus dilestarikan, karena hanya cara memakai sumber daya alam itulah memajukan persamaan (equality), sedangkan cara memanfaatkan alam yang merusak lingkungan mengakibatkan ketidaksamaan, karena membawa penderitaan tambahan khususnya untuk orang kurang mampu.b.Prinsip Penghematan AdilDalam rangka pembahasannya tentang keadilan distributive, John Rawls pun berbicara tentang masalah lingkungan hidup, tetapi ia mengaitkannya buan dengan keadaan sekarang, melainkan dengan generasi-generasi yang akan datang. Kita akan tidak berlaku adil bila kita mewariskan lingkungan yang rusak kepada generasi-generasi sesudah kita. Oleh itu kita harus menghemat dalam memakai sumber daya alam, sehingga masih tesisa cukup untuk generasi mendatang. Keadilan hanya menuntut bahwa kita meninggalkan sumber-sumber energi alternative bagi generasi-generasi sesudah kita, tetapi prinsip penghematan adil lebih mendesak untuk diterapkan pada integritas alam. Kita wajib mewariskan lingkungan hidup yang utuh kepada generasi-generasi mendatang, agar mereka bias hidup pantas seperti kita sekarang ini.c.Keadilan SosialMasalah lingkungan hidup dapat disoroti juga dari sudut keadilan social. Pelaksanaan keadilan individual semata-mata tergantung pada kemauan baik atau buruk dari individu tertentu. Secara tradisisonal keadilan social hamper selalu dikaitkan dengan kondisi kaum buruh dalam industrialisasi abad ke-19 dan ke-20. Pelaksanaan keadilan di bidang kesempatan kerja, pendidikan, pelayanan kesehatan dan sebagainya. Hal yang sejenis berlaku juga dalam konteks lingkungan hidup. Jika di Eropa satu perusahaan memutuskan untuk tidak lagi membuang limbah industrinya ke dalam laut utara, kualitas air laut dan keadaan flora dan faunanya hampir tidak terpengaruhi, selama terdapat ribuan perusahaan di kawasan itu yang tetap mencemari laut dengan membuang limbahnya.Kini sudah tampak beberapa gejala yang menunjukkan bagaimana lingkungan hidup memang mulai disadari sebagai suatu masalah keadilan social yang berdimensi global. Di mana-mana ada Lembaga Swadaya Masyarakat yang aktif di bidang lingkungan hidup. Di beberapa Negara di Eropa Barat malah ada partai politik yang memiliki sebagian program pokok memperjuangkan kualitas lingkungan hidup. Walaupun di bidang lingkungan hidup sebagai masalah keadilan social para individu masing-masing tidak berdaya, itu tidak berarti bahwa manusia perorangan sebaiknya diam saja. Keadilan social dalam konteks lingkungan hidup barangkali lebih mua terwujud dengan kesadaran atau kerja sama semua individu, ketimbang keadilan social pada taraf perburuan, karena pertentangan kelas dan kepentingan pribadi di sini tidak begitu tajam. Masalah lingkungan hidup menyangkut masa depan kita semua. Jika ada kesadaran umum, bersama-sama akan dicapai banyak kemajuan

KODE ETIK INSINYUR INDONESIADalam kode etik insinyur Indonesia dibagi atas Mukadimah, Catur Karsa dan Sapta Dharma berikut penjelasan seperti dibawah ini :MUKADIMAHBahwa berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi bagian penting dalam proses mensejahterakan kehidupan umat manusia pada umumnya dan khususnya suatu bangsa, yang akan dikembangkan terus-menerus baik secara perorangan dan kelompok maupun kerjasama antar disiplin ilmu, profesi dan atau antar bangsa. Bahwa sesungguhnya hakikat serta esensi Pembangunan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah upaya gotong-royong seluruh komponen bangsa berbasis kompetensi untuk bersinerji membangun kapasitas keswadayaan, kecerdasan serta daya-saing masyarakat sehingga handal dalam memberdayakan dan meningkatkan nilai tambah sumber daya sebagai aset nasional dalam mewujudkan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera yang berkelanjutan. Bahwa Insinyur Indonesia sebagai Patriot Pembangunan pemicu dan pemimpin Pembangunan Nasional berkelanjutan menyadari bahwa pola pikir, sikap, perilaku serta hasil karyanya akan memacu peningkatan mutu serta martabat perikehidupan bermasyarakat, berprofesi, berbangsa dan bernegara. Dalam menjalankan peranan dan tanggungjawabnya tersebut, Insinyur Indonesia senantiasa berusaha keras, jujur dan adil untuk sepenuh hati mendarmabaktikan kemampuan terbaiknya bagi rakyat, bangsa dan negara sesuai kaidah keilmuan dan keprofesian. Oleh karena itu Insinyur Indonesia senantiasa akan teguh mentaati, mematuhi dan mengejawantahkan Kode Etik Insinyur Indonesia.CATUR KARSAPrinsip - Prinsip Dasar1. Mengutamakan keluhuran budi.Jujur, terbuka dan tulus mendedikasikan kemampuan terbaiknya dalam upaya mewujudkan cita-cita kemerdekaan serta menegakkan kehormatan Profesi Keinsinyuran untuk peningkatan keswadayaan, kecerdasan dan daya saing Bangsa Indonesia yang bersendikan penguasaan serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh masyarakat;1. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia.Jujur, tulus dan adil berkarya dalam kerangka peningkatan kapasitas dan daya-saing sumber daya manusia lokal dan nasional yang mampu mengoptimalkan manfaat serta nilai tambah dari sumber daya alam nasional secara berkesinambungan, demi kehandalan keswadayaan masyarakat untuk mensejahterakan kehidupan rakyat, bangsa dan umat manusia yang berkelanjutan.1. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.Menjamin kehandalan setiap hasil karyanya sesuai kaidah profesionalisme dan mengutamakan kepentingan serta kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa, negara serta umat manusia dengan mempertimbangkan perlindungan eko-sistem yang berkelanjutan.1. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional keinsinyuran.Senantiasa meningkatkan kapasitas dan daya-saing profesional melalui pemutakhiran kompetensi pribadi dan tim kerja untuk mendayagunakan kreatifitas, invensi dan inovasi dengan melakukan pelatihan dan kaderisasi keprofesian sebagai modal dasar peningkatan kapasitas keswadayaan masyarakat berdaya-saing internasional.SAPTA DHARMATuntunan Sikap dan PerilakuInsinyur Indonesia senantiasa:1. Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.1. Profesional, taat dan patuh melaksanakan ketentuan serta prosedur Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Eko-sistem (K3LEs) yang berlaku dan sesuai dengan standardisasi acuan yang disepakati Para Pihak;1. Mengutamakan manfaat dan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat dalam setiap karyanya;1. Mencermati dan mengevaluasi keterkaitan, keakuratan serta keabsahan setiap data dan informasi yang digunakan;1. Menjaga kerahasiaan setiap data dan informasi serta tidak menggunakannya untuk kepentingan pekerjaan lain tanpa seizin Para Pihak atau semua pihak yang terkait;1. Membuat Panduan Standar Pelaksanaan dan Pengoperasian serta penjaminan atas resiko yang dapat membahayakan atau merugikan kepentingan pengguna, masyarakat dan lingkungan hidup saat ini hingga masa mendatang; 1. Secara pribadi atau tim berani memprakarsai penyampaian penjelasan tertulis kepada Para Pihak dan semua pihak terkait, bilamana menemukan indikasi atau potensi permasalahan yang dapat membahayakan atau merugikan berikut saran mengatasinya;1. Bekerjasama hanya dengan perorangan atau institusi yang diyakininya tidak pernah melakukan praktek kecurangan atau tidak jujur;1. Untuk mendapatkan layanan advokasi dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII), maka secepatnya membuat pengaduan tertulis lengkap dengan data serta informasi yang akurat dan memadai, bilamana mengetahui adanya indikasi atau potensi pelanggaran Kode Etik Insinyur Indonesia.

1. Bekerja sesuai dengan kompetensinya.1. Hanya melaksanakan pekerjaan keinsinyuran atau mengevaluasi hasil pekerjaan keinsinyuran yang sesuai dengan kompetensi pribadi dan kompetensi Tim Kerja;1. Apabila dipandang perlu dalam melaksanakan pekerjaan pada butir a. diatas, dapat bekerjasama dengan pihak lain berdasarkan ketentuan yang berlaku dan disepakati oleh Para Pihak;1. Menjamin kehandalan setiap karyanya sampai batas umur desain atau sesuai batas rentang waktu jaminan yang disepakati bersama;1. Jujur, obyektif dan teliti mengevaluasi keterkaitan, keakurasian, kewajaran serta keabsahan setiap data dan informasi dalam berkas dokumen sebelum memaraf dan atau menandatanganinya;1. Bertanggungjawab atas semua aspek yang terkait dengan tugasnya dan materi berkas dokumen yang diparaf dan atau ditandatanganinya;1. Secara pribadi dan tim berani memprakarsai penyampaian pendapat, testimoni atau saran profesional yang terkait dengan Pekerjaan untuk bahan pertimbangan bagi Para Pihak dan semua pihak terkait.

1. Hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan.1. Jujur, obyektif dan adil dalam memberikan pendapat, testimoni, laporan atau pernyataan;1. Menyatakan pendapat hanya berdasarkan kompetensi dan kaidah keilmuannya yang didukung kelengkapan, keakuratan serta keabsahan data dan informasi; 1. Secara pribadi atau tim memprakarsai penyampaian pendapat, testimoni dan saran profesional tentang hal-hal yang berindikasikan kecurangan atau penyimpangan, yang berpotensi dapat membahayakan dan merugikan;1. Bertanggungjawab atas segala konsekuensi yang mungkin timbul akibat dari pendapat, testimoni, laporan atau pernyataannya.

1. Menghindari pertentangan kepentingan dalam tanggungjawab tugasnya.1. Satunya kata dengan perbuatan dan konsekuen untuk bertanggungjawab;1. Jujur, obyektif dan adil dalam mengupayakan kesepahaman bersama atas berbagai perbedaan kepentingan demi kelancaran pelaksanaan tugas dan pencapaian mutu pekerjaan sesuai dengan yang telah disepakati bersama;1. Terbuka dan tulus menerima perbedaan serta pendapat orang dan pihak lain;1. Menolak imbalan atau kompensasi dalam bentuk apapun dari pihak ketiga, yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan tanggungjawab serta kewenangannya;1. Melarang dirinya turut serta dalam proses pengambilan keputusan atau mempengaruhi proses pengambilan keputusan atas suatu pekerjaan di mana sanak saudara atau kerabatnya turut atau bermaksud turut serta dalam pekerjaan tersebut;1. Jujur, obyektif dan profesional dalam mengevaluasi pelaksanaan serta hasil Pekerjaan sesuai dengan prosedur dan ketentuan penjaminan mutu berdasarkan standar yang berlaku atau yang telah disepakati bersama;1. Secara pribadi atau tim berani memprakarsai penyampaian pendapat dan testimoni serta saran profesional sebagai bahan pertimbangan bagi Para Pihak untuk penyelesaian konflik kepentingan, walaupun dengan konsekuensi yang dapat merugikannya.

1. Membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing.1. Jujur menyajikan biodata sesuai dengan kebutuhan;1. Meningkatkan kerjasama, integritas dan kehandalan tim karya, baik lintas disiplin, maupun multi disiplin dan multi bangsa;1. Menjamin kehandalan serta keunggulan mutu, biaya dan waktu penyerahan hasil dari setiap Pekerjaan dan karyanya;1. Memprakarsai pembrantasan praktek-praktek kecurangan dan penipuan;1. Tidak menawarkan, memberi, meminta atau menerima segala macam bentuk perlakuan yang menyalahi ketentuan dan prosedur yang berlaku, baik dalam rangka mendapatkan kontrak atau untuk mempengaruhi proses evaluasi penyelesaian pekerjaan;1. Memprakarsai pembinaan dan pengembangan kompetensi, keswadayaan dan daya saing Anak Bangsa berbasis pemberdayaan potensi unggulan lokal, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh masyarakat.

1. Memegang teguh kehormatan, integritas dan martabat profesi.1. Tulus mengejawantahkan Kode Etik dengan menghormati keberadaan serta peranan masing-masing Para Pihak;1. Profesional, bebas dan adil dalam berkarya serta tidak mengutamakan besarnya imbalan atau kompensasi yang bakal diterimanya;1. Profesional, adil dan beretiket dalam menyatakan pendapat, bersikap menentang serta bertindak terhadap berbagai hal yang berindikasi kecurangan dan penyimpangan yang berpotensi dapat membahayakan dan merugikan, walau memiliki konsekuensi pemutusan hubungan kerja;1. Jujur serta tulus mengakui bila ternyata berbuat kesalahan dan dengan penuh tanggungjawab untuk segera memperbaikinya;1. Profesional, adil dan tulus dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sebagai upaya pengejawantahan komitmen keberpihakan serta kepedulian pada kepentingan masyarakat dan pembangunan nasional;1. Tidak bersedia menerima pekerjaan diluar kompetensi pribadi dan Tim Kerjanya atau melebihi batas kapasitasnya;1. Mengutamakan kepentingan bersama dan masyarakat bersendikan integritas keprofesian dengan mengesampingkan kepentingan pribadi atau golongan;1. Tidak memaraf atau menandatangani setiap dokumen Pekerjaan yang diyakini menyimpang dari standardisasi serta peraturan perundang-undangan dan yang berpotensi dapat membahayakan dan merugikan kepentingan jangka panjang Para Pihak atau diluar batas kepantasan dan kepatutan kondisi masyarakat.

1. Mengembangkan kemampuan profesional.1. Berbagi kemampuan dan pengalaman profesional dalam kegiatan kaderisasi profesi serta pemberdayaan keswadayaan dan daya-saing bersendikan kreatifitas, invensi atau inovasi di mana pun tempat berkarya baik dalam pendidikan formal maupun non-formal di masyarakat; 1. Berbagi kemampuan dan pengalaman profesional dalam kegiatan kaderisasi profesi serta pemberdayaan keswadayaan dan daya-saing bersendikan kreatifitas, invensi atau inovasi di mana pun tempat berkarya baik dalam pendidikan formal maupun non-formal di masyarakat;1. Berbagi kemampuan serta pengalaman profesionalnya dalam berbagai forum lokal, nasional, regional dan internasional serta lintas disiplin ilmu, multi disiplin, lintas profesi dan bidang usaha;1. Tekun menggalang pemahaman dan ketaatan semua pihak untuk bersama-sama mematuhi prinsip pembangunan berkelanjutan dengan mengoptimalkan manfaat bernilai tambah setiap sumber daya alam nasional sekaligus sebagai upaya peningkatan kapasitas dan daya-saing sumber daya manusia lokal serta perlindungan eko-sistem demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan;1. Memprakarsai upaya berbagi kemampuan serta pengalaman dengan cara memberi pembelajaran dan saran profesional terkait dengan permasalahan aktual yang sedang atau akan timbul dalam kegiatan berprofesi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.KODE ETIK TEKNIK LINGKUNGANRekayasa Teknologi Lingkungan adalah profesi dengan latar belakang ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan meminimalkan pencemaran lingkungan dan pengelolaan lingkungan untuk memecahkan masalah dengan upaya melalui penelitian dan pengembangan yang menghasilkan suatu tatanan lingkungan dengan berpedoman pada pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development) (Tjokrokusumo,1990).Kode etik seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan merupakan bagian dari kode etik perekayasa, yaitu:1. Perekayasa Teknologi Lingkungan berpegang teguh kepada dan mempromosikan integritas, menghormati dan menjunjung tinggi profesi kerekayasaan dengan:1. Menggunakan keahlian dan pengetahuannya untuk melayani kesejahteraan masyarakat 1. Jujur, bebas, sarat pengabdian pada publik, pelanggan dan karyawannya.1. Memperjuangkan dan meningkatkan secara menyeluruh derajat profesi perekayasaan.1. Mendukung disiplin ikatan keteknikan profesional lain.1. Seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan harus berpegang teguh pada kesadaran memelihara keselamatan dan kemakmuran masyarakat. 1. Seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan harus mengutamakan pelayanan yang menjadi tanggungjawabnya. 1. Seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan harus mampu mengisukan kepentingan publik yang terpercaya dan benar.1. Seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan harus berperilaku professional baik bagi pegawainya maupun pada rekanannya dan mampu meniadakan saingan kepentingan.1. Seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan harus membangun reputasinya secara profesional dalam pelayanan dan tidak bersaing secara tidak sehat.1. Seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan harus berperilaku, yaitu menjunjung tinggi dan mengangkat kehormatan, integritas dan harga diri profesi perekayasa. 1. Seorang Perekayasa Teknologi Lingkungan harus melanjutkan perkembangan profesionalismenya melalui kebakatannya memberi kesempatan kepada perekayasa teknologi lain agar berkembang lebih professional.

ETIKA LINGKUNGAN DAN KODE ETIK INSINYUR TEKNIK LINGKUNGAN

Disusun oleh

Andi Rafika Dwi Rachma NataluddinD12112103

Teknik LingkunganJurusan Teknik SipilFakultas TeknikUniversitas Hasanuddin2013