etika dan undang2an farmasi

45
E T I K A DAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN FARMASI

Upload: baim-farma

Post on 13-Dec-2014

672 views

Category:

Documents


118 download

TRANSCRIPT

E T I K A DAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN FARMASI

PENDAHULUAN Manusia merupakan mahluk sosial sehingga

dalam kesehariannya selalu berhubungan dengan manusia-manusia yang lain. Karena seringnya terjadi interaksi antar manusia tersebut, maka dibutuhkan sesuatu yang bersifat mengatur dan mengikat manusia-manusia tersebut untuk selalu mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Peraturan dibuat untuk mengatur manusia - manusia yang terdapat dalam satu kelompok untuk menghindari sikap-sikap yang tidak diinginkan. 

Dalam tata cara kehidupan tersebut maka diperlukan suatu peraturan-peraturan baik yang tertulis ataupun tidak tertulis, baik yang mengakibatkan suatu sanksi hukum ataupun sanksi sosial.

Peraturan-peraturan bertujuan untuk membatasi kebebasan antar kehidupan sesama manusia agar tidak berkehidupan sesuka hatinya tetapi harus mentaati peraturan yang ada seperti peraturan etika, norma ataupun hukum yang berlaku.

Peraturan merupakan pedoman agar manusia hidup tertib dan teratur. Jika tidak terdapat peraturan, manusia bisa bertindak sewenang-wenang, tanpa kendali, dan sulit diatur

Peraturan merupakan salah satu bentuk keputusan yang harus ditaati dan dilaksanakan. Jadi, kita harus menaati peraturan agar semua menjadi teratur dan orang akan merasa nyaman

Peraturan adalah suatu hal yang sangat mutlak dan bersifat membatasi ruang gerak atau "kemerdekaan" setiap individu

ETIKA

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1998) merumuskan etika dalam tiga arti, sebagai berikut :* Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral.* Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan ahklak.* Nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat(komunitas tertentu).

E T I K A Etika berasal dari kata Yunani:

Ethos, jamaknya ta etha, yang berarti ADAT ISTIADAT atau Kebiasaan

• Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari generasi ke generasi

Sangsi : Bersifat psikis/sosial, seperti dikucilkan, ataupun yang paling berat dikeluarkan dari komunitasnya.

Menurut Profesor Robert Salamon, etika dapat dikelompokkan menjadi dua definisi, yaitu :* Etika merupakan karakter individu : bahwa orang yang beretika adalah orang yang baik.* Etika merupakan hukum sosial : etika merupakan hukum yang mengatur, mengendalikan serta membatasi perilaku manusia

NORMA Norma adalah peraturan hidup yang berisi larangan

maupun perintah yang bersifat mengatur dan memaksa demi terjaminnya tata tertib dalam masyarakat.

Norma menurut isinya terbagi menjadi dua macam, yaitu:

* Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu yang dipandang baik.

* Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu yang dipandang tidak baik

Artinya norma berfungsi untuk memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana seseorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankannya, dan perbuatan-perbuatan mana yang harus dihindari (Kansil)

HUKUM

Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh penguasa negara atau pemerintah secara resmi melalui lembaga atau institusi hukum untuk mengatur tingkah laku manusia dalam bermasyarakat, bersifat memaksa, dan memiliki sanksi yang harus dipenuhi oleh masyarakat.

Definisi Hukum dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997):

peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas.

undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan masyarakat.

patokan (kaidah, ketentuan). keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh

hakim dalam pengadilan, vonis.

Pada pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dinyatakan bahwa "Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;d. Peraturan Pemerintah;e. Peraturan Presiden;f.  Peraturan Daerah Provinsi; dang. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Moralitas, dari bahasa latin mos mores berarti adat istiadat atau kebiasaan.

ETIKA MORALITAS

Sistem Nilai

Bagaimana manusia harus hidup baik

Adat Kebiasaan

Perilaku yang ajeg dan berulangKebiasaan

• Etika mebutuhkan evaluasi kritis atas semua dan seluruh situasi yang terkait

• Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas tetapi bertanggungjawab

ETIKA Mengatur hal2 yang kecil,

sederhana. Berjalan pada masyarakat yang

statis. Berlaku untuk lingkungan

profesi. Disusun atas kesepakatan

profesi. Tidak seluruhnya tertulis. Sanksi berupa

teguran/peringatan Penyelesaian oleh MKEK.

HUKUM

1. Mengatur hal2 yang kompleks.

2. Pada masyarakat yang kompleks harus diperkuat oleh hukum.

3. Berlaku umum.

4. Disusun oleh lembaga yang berwenang.

5. Seluruhnya tertulis.

6. Sanksi berupa denda/ganti rugi/penjara.

7. Penyelesaian PN.

TEORI ETIKA

1. Etika DEONTOLOGIDeon = kewajiban Etika

Deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik.Tindakan itu berarti moral, karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan, terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu.

Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi:.

• Supaya tindakan mempunyai nilai moral, tindakan itu harus dijalankan berdasarkan kewajiban

• Nilai moral dari tindakan itu tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu, melainkan tergantung pada kemauan yang baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu

• Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasar sikap hormat pada hukum moral universal.

2. Etika TELEOLOGI Mengukur baik buruknya suatu

tindakan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.

Bagaimana menilai tujuan atau akibat suatu tindakan itu baik atau buruk?

Tujuan atau akibat itu untuk siapa?

Apakah tujuan itu baik hanya karena baik untuk saya atau memang baik untuk orang banyak?

Ada dua Aliran:• Egoisme etis Bahwa tindakan

dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri

• Utilitarianisme Manfaat, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat

Etika

E. Umum

E. Khusus

E. Individual

E. Sosial

E. Lingkungan

Sikap thd sesamaE. Keluarga

E. Gender

E. Profesi

E. Politik

Kritik Ideologi

Biomedis

dsb.

Hukum

Apoteker

I. Pengetahn

Bisnis

ETIKA TERAPAN

ETIKA PROFESI

Profesi adalah: pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam

Profesional adalah: Orang yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta punya komitmen yang mendalam atas pekerjaannya itu.

Orang Profesional adalah: Orang yang melakukan pekerjaan karena ahli di bidang tersebut dan meluangkan seluruh waktu, tenaga, dan perhatiannya untuk pekerjaan tersebut. Ia memiliki komitmen pribadi yang mendalam atas pekerjaannya itu, melibatkan seluruh dirinya dengan giat, tekun, serius dalam menjalankan pekerjaanya tersebut.

Hobi:

Pertama, dijalankan demi kepuasan dan kepentingan pribadi. Kedua, tidak punya dampak dan kaitan langsung yang serius dengan kehidupan dan kepentingan orang lain, tidak punya tanggung jawab moral yang serius atas hasil pekerjaannya bagi orang lain. Ketiga bukan merupakan sumber nafkah utama, sehingga tidak ada ketekunan dan disiplin yang terpola. Irama kerja menurut mood.

Profesi: Dituntut ketekunan, keuletan, disiplin, komitmen dan irama kerja yang pasti, karena pekerjaan ini melibatkan secara langsung pihak-pihak lain.

Orang yang profesional mempunyai disiplin kerja yang tinggi, yang muncul dari dalam dirinya sendiri, tidak karena orang lain. Disiplin, ketekunan, dan keseriusan adalah perwujudan dari komitmen atas pekerjaannya.

Orang yang profesional adalah juga orang yang memiliki integritas pribadi yang tinggi dan mendalam. Ia tahu menjaga nama baiknya, komitmen moralnya, tuntutan profesi serta nilai dan cita-cita yang diperjuangkan oleh profesinya.

Ada Profesi Khusus yang disebut PROFESI LUHUR karena menekankan pengabdian atau pelayanan kepada masyarakat pada umumnya, melebihi hal-hal lainnya.

1. Adanya keahlian dan keterampilan khusus

2. Adanya komitmen moral yang tinggi diatur dalam aturan khusus disebut dengan KODE ETIK.

3. Orang yang profesional, hidup dari profesinya profesinya membentuk identitas dari orang tsb.

4. Pengabdian kepada masyarakat

5. Ada izin khusus untuk menjalankan profesi tersebut (terutama pada Profesi Luhur)

6. Para profesional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi profesi. mis: IDI (dokter), IAI (IKATAN APOTEKER), IAI (akuntan), PII (Insinyur), dsb.

CIRI-CIRI PROFESI

1. Prinsip Tanggung Jawab (a) tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya, (b) tanggung jawab atas dampak profesinya terhadap kehidupan dan kepentingan orang lain.

2. Prinsip Keadilan dalam menjalankan profesinya tidak merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu.

3. Prinsip Otonomi merupakan prinsip yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap dunia luar agar mereka diberi kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya.

4. Prinsip Integritas Moral mempunyai komitmen pribadi untuk menjaga keluhuran profesinya.

PRINSIP-PRINSIP ETIKA PROFESI

 Dimulai lebih dari 2000 tahun yang lalu oleh SOCRATES, yang mendekatkan etika sebagai Sains, yaitu sebagai:

 “…yang dituntun oleh prinsip-prinsip keabsahan universal, sehingga apa yang baik untuk seseorang adalah baik untuk semua, dan apa yang menjadi kewajiban tetangga saya adalah kewajiban saya juga…”

E T I K A

ETIKA SITUASIONAL:

Hasil dari perbuatan yang ada yang memungkinkan dan memper-timbangkan baik dan buruk

ETIKA PROFESIONAL

Hanya digunakan untuk menunjukkan penafsiran profesi tertentu atas keinginan masyarakat bagi para anggota profesi tersebut yang diperkaya oleh pengetahuan khusus yang hanya dimiliki oleh anggota profesi tersebut.

Apa yang diperoleh dari suatu pengembangan serangkaian prinsip etika yang unilateral dari

sebuah profesi yang diharapkan dipegang oleh para anggotanya?

1. KODE ETIK menjadi proses pembuatan keputusan lebih efisien• Apoteker pendekatan situasional melalui penekanannya pada

perbedaan individual dalam aturan teraupetik. Pedoman teraupetik menjadi wadah untuk menyelesaikan masalah klinis

2. Profesional individual memerlukan PEDOMAN untuk mengarahkan perilaku profesinya• Setiap keputusan yang dibuat oleh seorang profesional

mewajibkan perlunya melihat informasi teknologi dan rasa benar dan salah yang dimiliki individu

3. Etika profesi membentuk POLA PERILAKU• Peranan kode etik profesional adalah menetapkan suatu pola

perilaku diantara anggota profesi Konsistensi perilaku dibuktikan pada para klien profesi.

KARAKTERISTIK PROFESIONAL

Dengan memiliki dan menggunakannya, memungkinkan praktisi melaksanakan FUNGSI SOSIAL yang bermanfaat.

Semua pekerjaan, kecuali pekerjaan kriminal akan memberikan manfaat positif bagi masyarakat dan didasarkan pada PENGETAHUAN KHUSUS.

1. PENGETAHUAN KHUSUS dan FAEDAH SOSIAL

Profesi secara sosial lebih bermanfaat daripada pekerjaan yang lain. Namun, faedah sosial tidak menjadikan suatu pekerjaan sebagai sebuah profesi. Faedah sosial sebuah pekerjaan harus

didasarkan pada pemilikan dan penggunaan pengetahuan khusus.

FUNGSI PROFESIONAL yang relevan dengan

APOTEKER adalah keterlibatannya dalam

pekerjaan dan pengetahuan yang dimiliki tentang

obat-obatan, menasehati pasien tentang obat-

obatan, dan penulisan resep sehubungan dengan

terapi obat, mendeteksi interaksi obat, memilih

sumber-sumber produk yang tepat dan

melakukan penilaian profesional. Hal ini lebih

didasarkan pada PENGETAHUAN INTELEKTUAL

daripada PENGETAHUAN SUATU KEAHLIAN

MANUAL.

• Adalah pemilikan atas serangkaian SIKAP oleh para praktisinya yang mempengaruhi perilaku profe-sionalnya. Komponen dasar dari rangkaian sikap ini adalah ALTRUISME (sikap mementingkan orang lain) kepedulian akan kesejahteraan orang laib, tidak mementingkan diri sendiri.

2. SIKAP dan PERILAKU PROFESIONAL

Marshal:“Orang yang profesional, tidak bekerja karena dibayar. Dia dibayar

karena dia bekerja. Setiap keputusan yang dibuatnya dalam perjalanan karirnya didasarkan pada apa yang dirasakan benar,

bukan didasarkan pada perkiraannya akan apa yang dapat memberikan keuntungan.”

• Ukuran sanksi sosial adalah pemberian hak praktek yang eksklusif melalui kekuasaan pemberian lisensi yang dimiliki negara

• Ukuran sanksi sosial lainnya adalah status, pengha-silan dan kekuasaan yang merupakan penghargaan masyarakat bagi profesional.

3. SANKSI SOSIAL

• Hubungan fungsional profesi dengan kemajuan sosial menempatkannya dalam posisi yang penting di dalam kerangka kerja sosial.

• Keinginan untuk memberikan fungsi yang sangat bermanfaat di dalam masyarakat merupakan salah satu pendorong utama bagi PERILAKU PROFESIONAL.

• Dari kedudukan yang penting yang ditempati profesi di dalam masyarakat, maka ‘mengalirlah’ penghasilan, status, dan kekuasaan yang dimiliki oleh para praktisi profesional.

Keinginan menjadi seorang PROFESIONAL

• Carr-Saunders dan Wilson (1933):

“.. Setelah pemeriksaan yang cemat terhadap praktek farmasi, belum ada kesimpulan pasti yang dicapai mengenai status profesional farmasi, terutama karena unsur-unsur komersialnya“.

• Montague, Smith dan Knapp, Denzin dan Mettlin:

..”Secara konsisten farmasi tidak mencukupi untuk diposi-sikan sebagai kesatuan profesional penuh.

APAKAH FARMASI adalah sebuah PROFESI?

Farmasi mempunyai legitimasi terhadap pengetahuan teoretis, tingkat kewenangan pengambilan keputusan yang didukung secara sosial yang

terus berkembang, serta komitmen terhadap fungsi layanan yang diucapkan melaui kode etik dan sumpah. Oleh karena itu, apoteker dapat

dikatakan memiliki kedudukan profesional.

SUMPAH dan KODE ETIK FARMASI

Sumpah kesetiaan dan kode etik merupakan deklarasi formal etika kebanyakan profesi

Mengucapkan sumpah secara simbolis adalah sebuah langkah formal dalam proses sosialisasi profesional

Sumpah farmasi saat ini (yang diakui oleh Dewan Direktur Asosiasi Sekolah Tinggi Farmasi Amerika) agak berbeda dari nenek moyang sejarahnya, yaitu Sumpah HIPOKRATIS.

Sumpah Hipokratis menekankan pada kesetiaan terhadap profesi, sumpah farmasi menekankan pada tugas kemasyarakatan apoteker.

Apoteker berjanji untuk menciptakan kesejahteraan manusia dan menghilangkan penderitaan manusia sebagai kepedulian utamanya.

Apoteker berjanji untuk berperilaku dalam tatacara yang etis dan bermoral, tetapi sumpah tidak menetapkan perilaku tersebut.

Sumpah Hipokratis telah menjadi kode etik yang utama bagi pengarahan keputusan dan tindakan moral dalam bidang perawatan kesehatan.

Sumpah Hipokratis direvisi oleh Asosiasi Medis Dunia (1949). Kode etik sekarang ini mengatur profesional kesehatan, khususnya dokter, untuk mengabdikan hidupnya bagi layanan kemanusiaan dan menjaga kehormatan terhadap hidup manusia dari saat pembuahan, sekalipun di bawah ancaman

Kode etik lainnya diciptakan untuk kepedulian tentang sifat penelitian biomedis terhdap subjek-subjek manusia dan penggunaan psikiatri bagi tujuan nonterapeutik.

Kode etik pertama bagi apoteker di AS diterima oleh Sekolah Tinggi Farmasi Philadelphia pada tahun 1848. Karena diyakini mereka telah menegakkan sebuah standar pencapaian ilmiah yang pada sisi calon apteker terdapat sikap yang berkembang disitu untuk dicapai oleh profesi.

Asosiasi Farmasi Amerika (APhA) didirikan pada tahun 1852, mengadopsi model kode etik dari Sekolah Tinggi Farmasi Philadelphia. Kode etik APhA, pada umumnya dikenal sebagai pemantap pedoman tingkah laku bagi apoteker Amerika.

SUMPAH APOTEKER

(Asosiasi Sekolah Tinggi Farmasi Amerika)

Pada saat ini, saya bersumpah untuk mempersembahkan kehidupan profesional saya bagi layanan kemanusiaan melalui profesi farmasi. Saya akan menganggap kesejahteraan manusia dan pembebasan

penderitaan manusia sebagai kepedulian saya yang utama. Saya akan mempergunakan pengetahuan dan keahlian saya sebaik-baik kemampuan saya dalam melayani masyarakat dan profesional

kesehatan lainnya.

Saya akan bekerja untuk yang terbaik mengikuti perkembangan dan menjaga kompetensi profesional dalam profesi farmasi saya. Saya akan mematuhi hukum yang mengatur praktek farmasi dan akan

mendukung penegakan hukum tersebut. Saya akan menjaga standar sikap moral dan etika yang tertinggi. Saya mengambil sumpah ini secara sukarela dengan kesadaran penuh atas kepercayaan dan

tanggung jawab yang diberikan masyarakat pada saya.

KINERJA FUNGSIONAL

Faktor utama yang memberikan kontribusi bagi pentingnya profesi adalah fungsi-fungsi yang dilaksanakan dan didasarkan pada kepemilikan dan penggunaan pengetahuan khusus.

Ciri etika yang utama adalah mendorong tingkat kinerja. Etika profesional tidak hanya

memperdulikan tingkat laku moral praktisi belaka dalam hubungan-hubunganb profesionalnya tetapi

juga fungsi-fungsi yang ditampilkan profesidan kualitas dari kinerja ini.

Farmasi secara parsial hanya berhasil dalam memenuhi fungsi potensialnya. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Millis Commission Report:

Farmasi harus digambarkan sebagai profesi yang efektif dan efisien dalam mengembangkan, memabrikan, dan mendistribusikan produk-produk obat…

Namun demikian, sistem farmasi tidak dapat digambarkan sebagai profesi yang efektif dan efisien dalam mengembangkan, mengorganisir dan mendistribusikan pengetahuan dan informasi tentang obat-obatan.

Tindakan fisik yang tepat atas penyaluran obat-obatan membutuhkan tingkat keahlian yang tinggi dan

merupakan fungsi yang penting di dalam masyarakat, Fungsi yang luas yang terungkap di dalam kode etik

menunjukkan suatu keyakinan bahwa kontribusi yang dimiliki apoteker bagi masyarakat dapat lebih terwujud

dalam tindakan fisik berupa penyaluran obat.

Dengan demikian etika profesional farmasi mencoba tidak hanya mendorong kinerja yang memadai bagi peranan apoteker yang ada, tetapi juga memberikan

fasilitas bagi perluasan peranan ini untuk meningkatkan kontribusi fungsional farmasi bagi masyarakat.

Isu apoteker sebagai pembuat resep obat merupakan suatu peranan profesional yang meluas nagi kepentingan masyarakat yang dianggap benar, sementara pada saat yang

sama menimbulkan masalah baru dalam kinerja fungsional.

Peranan penulisan resep dapat menimbulkan konflik kepentingan yang baru bagi apoteker, yang

menjadikan apoteker sebagai pembuat keputusan sehubungan dengan pemilihan terapi maupun sebagai

penyedia produk terapeutik.

HUBUNGAN KEPERCAYAAN

Marshall menjelaskan perlunya hubungan kepercayaan antara profesional dan pasien.

KODE ETIK didasarkan pada keyakinan bahwa antara profesional dan klien terdapat suatu HUBUNGAN

KEPERCAYAAN, sementara antara penjual dan pembeli, Tidak Ada!!

Dengan demikian, dasar kode etik apoteker adalah: “Seorang apoteker menghormati hubungan

perjanjian antara pasien dan apoteker”

IDEAL LAYANAN Perlunya hubungan kepercayaan bagi lancarnya fungsi profesi juga menentukan

pembatasan terhadap praktisi profesional

KOHN :

• Profesi dalam arti yang terbaik benar-benar mendapatkan inspirasinya dari suatu alasan selain

dari alasan perolehan uang.

• Penghasilan dari suatu mata pencaharian secara alami adalah hasil dari paktik profesi yang cakap.

Bukan merupakan tujuan utama.

• Tujuan utama adalah kesempurnaan sebuah layanan.

Carr-Saunders Wilson:

• Hubungan berdasar kepercayaan antara profesional dan klien melibatkan permbatasan

tertentu terhadap metode pengupahan orang yang profesional.

• Hubungan ini meminta agar praktisi secara finansial seyogyanya bersifat sepi ing pamrih atas

nasehat yang diberikannya