ethan frome - sbektiistiyanto's weblog | just … · web viewkita tidak boleh melupakan jasa...
TRANSCRIPT
HAND OUT
Nama Mata Kuliah
Kode Mata Kuliah
Bobot SKS
Jurusan/ Fakultas
Pengampu
Tujuan Instruksional Umum
: Pengantar Fotografi
: SPK 216
: 2 SKS
: Ilmu Komunikasi/Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik
: S. Bekti Istiyanto, S.Sos
Agoeng Noegroho, S.Sos
: Mahasiswa akan dapat
menggunakan kamera dan
proses cuci cetak
PERTEMUAN 1 dan 2
Topik Kuliah Kontrak pembelajaran
Pengenalan fotografi
Materi Kuliah Aturan main perkuliahan
Sejarah fotografi
Proses fotografi
Tujuan Instruksional Khusus Dapat menjelaskan sejarah dan
proses fotografi
Sejarah Fotografi
Fotografi yang ada sekarang ini tidak langsung
sempurna, tetapi melalui sejumlah percobaan-percobaan yang
panjang dan melelahkan. Antara lain, dimulai di Inggris pada
tahun 1782 Thomas Wedgwood membuat suatu cara memindahkan
gambar yang terdapat pada plat kaca dengan bantuan cahaya,
ke atas kertas yang dibuat peka terlebih dahulu. Gambar yang
dihasilkan tidak stabil, yakni bila terkena sinar akan
hilang.
Pada tahun 1822 di Inggris juga, Josep Nicep Hore
Niepce mengadakan percobaan yang cukup lama dan menemukan
metode terbaru yakni dia melumarkan larutan aspal dalam
minyak lavender ke atas plat timah hitam dan putih. Dengan
penyinaran yang lamanya sampai berjam-jam, didapat sebentuk
gambar positif.
Di tahun 1939 Louis Jaques mande Degueree berhasil
membuat permanen hasil potretannya, dan mendapat penghargaan
Raja Louis Phillipe. Wiliam Henry Fox Talbot berhasil
membuat potret rumahnya dengan memakai kamera buatannya
sendiri yang diberi nama “Pinhole Camera” pada tahun 1855.
Sejarah mencatat bahwa dirinyalah orang pertama yaang
berhasil menggunakan obat penimbul untuk menimbulkan
bayangan permanen pada hasil pemotretan.
Revolusi Fotografi berikutnya terjadi pada 1879 George
Eatsman di Amerika berhasil membuat plat-plat peka cahaya
dalam jumlah yang banyak sekaligus, yang mula-mula dibuat
hanya terbatas. Bahkan pada tahun 1888 berhasil menjual
kamera BOK-nya, dan berhasil memasarkan gulungan film yang
bisa dipasang pada kamera dalam kondisi terang cahaya di
tahun 1891.Akhirnya Eatsman inilah yang memiliki sebuah
pabrik fotografi dengan nama “Eatsman Kodak Company”.
Kita tidak boleh melupakan jasa Leonardo da Vinci
sebagai peletak dasar fotografi. Ialah yang pertama kali
membuat alat untuk merekam peristiwa-peristiwa alam. Alat
tersebut berbentuk kotak yang kemudian disebut “Camera
Obscura” yang berarti ‘kamar gelap’. Kamera inilah yang
menjadi cikal bakal dari kamera kuno.
Teknologi karya foto yang dipakai sederhana yaitu
sebuah karya terbentuk melalui lukisan tangan si fotografer
yang menjiplak gambar pantulan sinar di medianya. Karena
dianggap tidak praktis maka dikembangkan media fotografi
Perak (AB) dimana perak ini peka terhadap cahaya, sehingga
bila terkena cahaya akan terbentuk gambar siluet. Kemudian
digunakan bahan lain seperti ‘daquerterif’ dan kemudian
selluloid.
Pengertian Fotografi
Fotografi berasal dari kata ‘photos’ berarti cahaya,
dan ‘graphos’ berarti menggambar yaitu bagaimana kita
menggambar menggunakan cahaya. Sebuah karya foto tidak dapat
dihasilkan tanpa menggunakan cahaya.
Pembentukan gambar mati tersebut melalui suatu media
disebut kamera. Alat ini mendistribusikan cahaya ke suatu
bahan yang sensitif (peka) terhadap cahaya disebut negatif
atau film.
Sebenarnya pengertian fotografi tidak hanya terbatas
dari definisi kata per kata, tetapi dalam cakupan lebih luas
lagi dapat diartikan sebagai suatu proses pengambilan gambar
dengan media kamera, penciptaan gaya, teknik kemudian
mengubahnya dalam sebuah gambar.
PERTEMUAN 3 dan 4
Topik Kuliah Bagian-bagian kamera
Jenis –jenis kamera
Materi Kuliah Bodi kamera
Lensa kamera
Jenis-jenis kamera
Tujuan Instruksional Khusus Dapat menjelaskan bodi
kamera, lensa kamera dan
jenis-jenis kamera
Body kamera
Lensa Kamera
Ada beberapa jenis lensa yang biasa dipakai yaitu lensa
normal, lensa sudut lebar, lensa vario (ZOOM), lensa tele
serta lensa makro. Semua lensa tersebut mempunyai kegunaan
dan spesifikasi yang berbeda.
1. lensa normal (normal lens)
Lensa ini memiliki panjang titik api/titik fokus antara
45 mm – 50mm. Memiliki efek pandangan normal (normal
view). Prinsip kerja lensa ini daitinjau dari sudut
pandangnya hampir mirip dengan sistem pada mata kita.
2. Lensa sudut lebar (wide angle lens)
Memiliki jarak titik fokus kurang dari 50 mm. Fungsinya
adalah :
Meluaskan pandangan artinya objek yang masuk
terproyeksikan menjadi lebih besar dari bayangan yang
dibentuk lensa normal. Hal ini disebabkan lkarena
memiliki jarak fokus yang relatif pendek.
Memilki ruang ketajaman lebih besar dari lensa normal.
Semakin pendek titik fokus yang dimiliki suatu lensa,
semakin lebar ruang ketajaman.
Mampu memberikan efek khusus dalam pemotretan, yakni
mampu mengubah garis vertikal dan horizontal menjadi
lengkung. Hal ini disebabkan karena memiliki susunan
lensa yang didominasi oleh lensa cembung yang
ukurannya bervariasi.
Keistimewaan lensa ini adalah :
1. Meluaskan pandangan dengan menjauhkan objek, tidak
dituntut pada ruang pemotretan yang sempit.
2. Ruang ketajamn yang dalam, seperti objek yang bergerak
cepat atau berpindah tempat setiap saat kita tidak
perlu memfokusnya.
3. Lensa Tele
Sering kali lensa yang digunakan bervariasi titik
fokusnya antara lain : 75 mm, 80 mm, 96 mm untuk potretan
biasa. Dan ada 200 mm, 400 mm, 800 mm, sampai 1000 mm
digunakan untuk memotret hal-hal yang jauh dan
membahayakan. Misalnya bintang di langit dan gunung
meletus. Diantara jenis lensa ini ada lensa Zoom denga
sifat :
mendekatkan pandangan
sudut pandang sempit ruang
ketajaman pendek dan
sensitif terhadap gerak.
Jenis Kamera Foto
Menurut sistem bidiknya kamera dibagi 4 tipe yaitu :
1. View Camera
Pada kamera ini pembidikan dilakukan secara horizontal
dan langsung pada lensa utama. Pembidikan tepat pada objek,
karena setiap saat fokusnya dapat diubah.
2. View Finder Camera/Range Finder Camera
Di sini pembidikan tidak langsung dilakukan secar
horizontal dan tidak langsung ke lensa utama, tetapi melalui
jendela bidik ke objek yang kan dipotret. Penentu jarak
(fokus) dibantu sebuah lensa kecil yang berada di samping
pengamat bidikan sehingga menimbulkan bayangan. Jika gelang
pengatur jarak (ring fokus) diputar maka bayangan akan
bergerak sampai bersatu dengan objek yang kan dipotret.
Lensa utama tidak bisa ditukar atau dilepas.
3. Twin Lens Reflex Camera (Kamera refleks lensa kembar)
Pembidikan dilakukan secara vertikal pada lensa bagian
atas dan tidak langsung ke lensa utama/lensa bagian bawah.
Lensa atas berfungsi menangkap objek yang dipantulkan oleh
cermin ke pembidik, sedang lensa bagian bawah berfungsi
untuk menangkap objek untuk diteruskan ke film. Kedua lensa
tersebut bergerak bersama-sama sampai objek yang akan
dipotret tampak menyatu.
4. Single Lens reflex camera (SLR)
Pada kamera jenis ini, pembidikan dilakukan secara
horizontal dan berpandangan langsung dengan lensa utama.
Lensa berfungsi meneruskan bayangan objek ke pembidik dan
meneruskan bayangan objek ke film. Apabila tombol pelepas
ditekan, maka cermin akan terangkat ke atas, sehingga tidak
menghalangi bayangan objek ke dalam film.
Kamera jenis ini sangat praktis, karena bodi dan
lensanya bisa dipisah-pisah, dilepas, diganti dan ditukar
sehingga disebut interchanggable lens.
2 macam cara pemasangan lemsa ke bodi :
1. Sistem ulir
Biasanya jenis kamera jaman dulu dengan pemasangan lensa
diputar seperti sekrup. Kelemahannya adalah bila kamre
abanyak goyang lensa bisa goyah dan mudah lepas.
2. Sistem bayonet
Lensa dipasang dengan semacam kunci. Bila dipasangkan,
lensa akan mengunci ke kamera dengan biasanya berbunyi
‘klik’. Jenis ini lebih kuat pegangannya.
PERTEMUAN 5
Topik Kuliah Langkah-langkah memotret
Materi Kuliah Posisi memotret
Mengatur saat ketepatan
memotret
Mengambil objek potret
yang tepat
Tujuan Instruksional Khusus Dapat menjelaskan langkah-
langkah memotret yang baik
Teknik Memotret
Setelah mengetahui bodi kamera maka akan sangat efektif
bila kita langsung mempraktikkannya pada sebuah kamera.
Maksudnya, agar kita mudah memahami fungsi dan kegunaannya,
sehingga mantap dalam mengoperasikannya. Misalnya, cara
memegang, membuka dan menutup, menarik tuas mengokang film,
menggerakkan/memutar ring, menekan tombol pelepas, dan
sebagainya.
Untuk memudahkan pengunaan kamera foto dengan baik,
kita harus mengenal dan memahami jenis kamera, sehingga cara
manipulasi dari bagian-bagian kamera yang penting dapat
dikendalikan dengan terampil tanpa mengganggu konsentrasi
terhadap objek yang akan dibidik. Sebab semakin canggih
kamera yang digunakan akan cenderung semakin praktis
pemakaiannya.
Kamera yang akan digunakan tentu saja harus diisi oleh
film terlebih dahulu. Untuk itu perlu diketahui ukuran
kepekaan film terhadap cahaya. Kita bisa melihat dengan
ukuran ASA atau DIN-nya dan disesuaikan pada kamera yang
ada. Arahkan kamera pada objek yang akan dibidik dan
perhatikan posisi memotret seperti di bawah ini.
Secara sederhana pada kondisi terang atau penuh
cahaya/cerah maka diafragma harus ditutup sekecil mungkin
(16), sedangkan pada cahaya redup, diafragma dibuka lebar
(2, 2,8). Keadaan diafragma ini harus dikombinasikan dengan
kecepatan rana dengan mengatur angka pada ring rana pada
kamera untuk menyesuaikan dengan gerakan objeknya.
Pemotretan pada cuaca cerah memerlukan rana cepat (1/500),
sedangkan pada cahaya lemah rananya harus pelan (1/60).
Untuk jarak yang semakin jauh antara kamera dengan
objek seperti pada jarak 5 meter dengan objek manusia
berbaris maka dapat kita potret dengan kecepatan 1/300
detik, pada jarak 10 meter cukup dengan 1/200 detik dan pada
jarak 25 meter cukup dengan kecepatan 1/100 detik.
Pembidikan dilakukan dengan memperhatikan gerakan atau
pergantian komposisi dari objek yang menyangkut latar bagian
muka dan latar bagian belakang. Untuk menentukan ketajaman
gambar dapat diatur pada angka-angka ring focus yang sudah
ditetapkan pada kamera, sehingga saat membidik melalui lensa
bidik dapat dilihat tanda bahwa fokus sudah tepat pada
objek. Dengan menempatkan jarak tertajam pada objeknya, maka
akan diketahui ruang tajamnya, misalnya pada jarak 5 meter,
diafragma 8 maka ruang tajamnya 3,5 – 10 meter. Jadi, benda
yang terletak antara jarak tersebut akan tampak tajam,
sedangkan jarak di luar area tersebut akan tampak kabur.
Dalam teknik memotret perlu diperhatikan fungsi sudut
pandang, baik menurut tempat maupun dasar pandangan.
Menurut tempat, perlu diperhatikan fungsi penyinaran dari
depan (front lighting), penyinaran dari belakang (back
lighting) dan pengaturan latar belakang dikaburkan atau
tidak, sedangkan menurut dasar pandangan dapat dilakukan
sesuai dengan situasi dan kondisi, misal memotret dengan
pandangan burung (birds eye view), pandangan katak (frog eye
view), pandangan setinggi mata mendatar (eye level viewing),
pandangan setinggi pinggang (waist level viewing), atau
pandangan posisi tangan tinggi (high hand held position).
Pemotretan yang dilakukan dengan posisi tangan tertentu
karena suatu keadaan yang memaksa, sehingga tidak
menggunakan mata untuk melihat objek harus digunakan
perasaan yang kuat, sehingga dapat diharapkan tepat mengenai
sasaran.
Untuk penggunaan lampu blitz/kilat, perlu diperhatikan
tabel yang terdapat pada blitz tersebut utnuk menentukan
pengaturan diafragma kamera. Pada kamera jenis SLR kecepatan
maksimal pada umumnya 1/60 detik, sedang pada kamera RF
kecepatan maksimal pada umumnya 1/125 detik.
Langkah-langkah pemotretan :
1. Pasang film dengan benar
2. Sesuaikan ASA-nya
3. Memilih objek yang akan dipotret
4. Mengatur komposisi
5. Memperhatikan arah/datang sinar
6. Memperhatikan latar belakang
7. Mengatur diafragma, rana, dan fokus untuk menajamkam
gambar
8. Putar tuas pengokang film
9. Penekanan tombol pelepas.
Cara pemasangan dan pengambilan film :
1. Tentukan/cari tempat yang teduh, baik untuk pemasangan
maupun membuka film dari kamera
2. Perhatikan penarikan engkol penggulung untuk membuka dan
menutup kotak film
3. Dalam pemasangan film harus diperhatikan pengait ujung
film gelondong pemutar balik film dan roda gigi
4. Untuk membuka kotak, tekan tombol balik film
5. Gulung film pada rolnya
6. Buka kamera untuk mengambil film.
PERTEMUAN 6 dan 7
Topik Kuliah Teknik Memotret
Materi Kuliah Range finder
Diafragma
Shutter speed
Ruang ketajaman
ASA
Tujuan Instruksional Khusus Dapat menjelaskan penggunaan
teknik memotret
Range Finder
Focus adalah penentu jarak anatara lensa dan film yang
berfungsi menjamkan gambar dengan mengatur jauh dekatnya
objek yang akan dipotret. Untuk menentukan fokus dilakukan
dengan memutar angka-angka yang sudah ditentukan pada ring
focus. Pada ring focus terdapat angka-angka 0,45; 0,5; 0,7;
1;3; dan seterusnya. Menentukan angka yang tepat pada ring
fokus artinya jarak antara lensa dan film sebanding jarak
antara kamera dan objek yang akan dibidik.
Sebenarnya skala petunjuk jarak pada kamera tidaklah
mesti tepat betul, untuk itu biasanya pada kamera jenis
manual ada sisten penemu jarak yang disebut range finder.
Penemu jarak adalah sistem untuk menemukan jarak antara
lensa denga film, hinga gambar yang terjadi pada film benar-
benar fokus. Jika gelang penemu jarak diputar-putar maka
lensa akan maju atau mundur.
Skala jarak tertulis sbb:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ~ m (meter)3 6 9 12 15 18 21 25 27 30 ~ ft (feet)
~ artinya tak hingga atau tidak bisa diukur.
Ada 4 sistem penemu jarak yaitu :
1. Sistem gambar belah/split image
Yaitu bulatan yang dibelah dua oleh garis. Jika jarak tepat
sudah ditemukan atau fokus maka garis vertikal akan tampak
lurus, jika belum fokus tampak tidak lurus.
2. Sistem gambar rangkap/double prism (image)
Suatu bulatan dalam jendela bidik, jika gambar melewati
bulatan ini akan tampak dobel/rangkap jika belum fokus.
3. Sistem prisma mikro/micro prism
Jika jarak belum tepat/fokus gambar terlalu kasar, jika
sudah fokus gambar tampak jelas.
4. Sistem kaca buram/ground glass
Di sini seluruh permukaan groundglass menjadi penemu jarak,
jika gambar tajam bisa langsung dipotret. Kelemahannya sulit
untuk suasana gelap.
Ring Diafragma (Gelang Pengatur Cahaya)
Dalam fotografi ring diafragma adalah faktor yang
sangat menentukan. Karena penentuan ruang batas ketajaman
gambar pada jarak tertentu dengan cara mengatur celah cahaya
yang dapat masuk ke dalam kamera. Untuk mengatur cahaya yang
kanmasuk ke dalamkamera ditentukan dengan memutar angka-
angka yang terdapat pada ring diafragma kamera.
Pada ring diafragma terdapat angka-angka yaitu
A;1;2;4;5,6;8;11;16;22;B. Fungsinya untuk mengatur kuantitas
atau jumlah cuaca yang dibutuhkan kamera pada waktu memotret
suatu objek. Memutar ring ke arah angka kecil, artinya
membuka celah diafragma makin lebar sehingga cahaya yang
masuk ke dalam kamera semakin banyak. Sebaliknya memutar
ring ke angka besar, cahaya yang masuk ke dalam kamera
semakin sedikit.
Apabila kita menginginkan gambar yang tajam, ring
diafragma harus diputar menunjuk angka besar. Namun bila
kita kita hanya menginginkan objek tajam, sedangkan latar
latar bagianmuka dan bagian belakang klabur, maka ring
diafragma harus diputar pada angka kecil.
Kalau ring diputar pada angka B, artinya diafragma akan
terbuka terus selama tombol pelepas ditekan. Sedang jika
ring menunjuk angka 8, berarti cahaya yang dibutuhkan film
selama diafragma terbuka adalah 1/8 detik, angka 16 berarti
cahaya yang dibutuhkan film adalah 1/16 detik, dan
seterusnya.
Untuk menentukan angka diafragma :
Bukaan lensa Jarak fokus 55 mm Diameter diafragma 5 mm : 11
Ring Shutter (Gelang Rana)
Rana terletak di belakang diafragma (antara film dan
diafragma) berfungsi mengatur kecepatan kecepatan cahaya
yang langsung menyentuh film. Kecepatan cahaya yang masuk ke
dalam film, menentukan ketajaman gambar terhadap perubahan
cuaca dan gerakan objek yang kan dipotret. Agar kecepatan
cahaya yang masuk kamera sesuai dengan yang dibutuhkan, maka
ring shutter harus diputar pada angka yang tepat.
Pada ring shutter terdapat angka B; 1; 2; 4; …
60;125;250; … 1000; 2000; 4000 untuk menentukan kecepatan
cahaya yang masuk ke dalam kamera. Apabila ring rana diputar
menunjuk angka B, artinya rana akan terbuka terus selama
tombol pelepas ditekan, selama rana itu terbuka selama itu
pula cahaya akan masuk. Sedangkan jika ring rana diputar
menunjukkan angka 60, berarti cahaya yang dibutuhkan film
selama rana terbuka adalah 1/60 detik, dan angka 500 berarti
cahaya yang dibutuhkan film 1/500 detik. Apabila ring rana
menunjuk angka 500 dan diafragma 16 pemotretan dilakukan
pada cuaca cerah dan objek dalam keadaan bergerak cepat.
Sedang pemotretan di tengah cahaya lemah diperlukan rana
pelan dan untuk cahaya kuat diperlukan rana cepat. Sedang
untuk objek yang bergerak cepat diperlukan rana cepat dan
objek diam diperlukan rana lambat. Disini keseimbangan
antara diafragma dan kecepatan rana harus diperhatikan, agar
kadar dan lama cahaya menyentuh film terkombinasikan dengan
focusing, sehingga dapat menhasilkan foto yang baik.
Contoh pemotretan dari samping :
Orang berjalan 1/60 detik
Orang lari 1/125 detik
Sepeda jalan 1/250 detik
Balap kuda, sepeda motor 1/500 detik
Balap sepeda motor, mobil 1/1000 detik
Pecahan gelas jatuh 1/2000 detik
Kilat 1/4000 detik
Hubungan antara rana dan diafragma ini adalah jika
kecepatan rana dinaikkan 1 stop, untuk memperoleh cahaya
yang sama maka diafragma diturunkan 1 stop.
Contoh :
Skala SS naik Skala F/n turun
30 22
60 16
125 11
250 8
500 5,6
1000 4
2000 3,5
Ruang Ketajaman (Depth of Field)
Pada saat pemotretan seorang fotografer harus
memperhatikan bagaimana caranya menghasilkan sebuah gambar
objek yang menarik dan juga ketajaman gambar yang dibidik.
Untuk itu perlu diperhatikan masalah ruang ketajaman. Hal
ini dipengaruhi oleh :
1. Focal length, yaitu makin panjang lensa yang dipakai
berarti semakin sempit objek bidiknya.
2. Diafragma, makin kecil bukaan lensa atau angka besar
berarti makin besar ruang ketajaman.
3. Jarak pemotretan dengan objek.
Faktor yang mempengaruhi ketajaman gambar yaitu :
1. Kehalusan butir film
2. Kehalusan disebabkan oleh lensa
3. Obat pengembang yang halus
4. Kontras (perbedaan warna nyata)
Teknik kecepatan dalam memotret :
1. Freeze yaitu kecepatan tinggi untuk membuat objek
seolah-olah berhenti dengan SS 1/1000, 1/2000 dst.
Angka diafragma besar, baik dalam cuaca panas.
2. Slow action atau slow motiuon yaitu kebalikan freeze
dengan kecepatan rana rendah 1/8, 1/15, dan 1/30.
Disini dibutuhkan tripod, diafragma bukaan kecil.
3. Panning dimana gerakan kamera mengikuti gerakan objek,
kecepatan 1per4, 1/8, dan seterusnya tergantun
objeknya.
4. Bulb yakni fasilitas kecepatan dengankamera terbuka
agar cahaya masuk. Angka rana B dibuka minimal setengah
menit maksimal 5 menit.
5. Bracketing yaitu mengambil objek foto yang kecepatan
rana sama dan F/n berbeda-beda. Misal SS =1/250 F/N-nya
11, 16, 22.
PERTEMUAN 8 dan 9
Topik Kuliah Penentu keberhasilan memotret
Materi Kuliah Film
Pencahayaan
Komposisi
Tujuan Instruksional Khusus Dapat menjelaskan penggunaan
film, pencahayaan dan
komposisi memotret sebuah
objek bidik
Film
Film adalah merupakan bahan selulose yang dilapisi
emulsi yang peka cahaya. Emulsi ini membentuk bayangan-
bayangan berupa gambar-gambar yang sesuai dengan objek yang
dipotret.
Jenisnya :
1. Film negatif dimana gambar-gambarnya bebrentuk gambar
negatif yang masih memerlukan proses lebih lanjut agar
dapat dilihat gambarnya. Biasa disebut film print.
2. Film positif yaitu film yang sudah bisa
dilihat/diproyeksikan karena sudah sesuai dengan warna
dan bentuk dari benda yang dipotret. Lazim disebut film
reversel slides.
Kepekaan film ditunjukkan dengan satuan ASA (American
Standart Association) dengan angka 25, 50, 100, 200, 400,
800, … 6400 atau DIN (Deutsch Industri Norm) atau JIS (Japan
Industri Standart) dengan angka 15, 18, 21, 24, 27, 30, …
39.
Untuk bentuk film terbagi menjadi beberapa macam antara
lain :
1. Roll/gulungan, jenisnya ada dua yaitu rol lepas dengan
ukuran 135 mm dan 120 mm dan cartride yaitu langsung
dipasang di kamera dengan ukuran 110 mm dan 126 mm
berisi 24 frame. Biasanya untuk kamera jenis poket dan
hasil maksimal foto dari film ini adalah cetak ukuran 20
X 25 cm (10 R).
2. Plate atau lempengan
3. Dise atau cakram
Pencahayaan
Salah satu yang mendukung terjadinya proses memotret
film agar mendapat hasil yang baik adalah pencahayaan.
Bentuk pencahayaan ini tergantung darimana sumber utama
sinar dapat masuk ke kamera, yaitu dari samping, depan,
atas, bawah, variasi atau belakang berupa siluet dan rim
light (non siluet).
Rim light yaitu terobosan cahaya melalui objek yang
bersangkutan sehingga terbentuk gambar yang sebelahnya
bercahaya. Caranya ditambah dengan alat lain seperti kertas,
kain atau lampu.
Supaya cahaya proporsional/optimal ditentukan oleh :
1. Waktu atau lama cahaya masuk ke dalam kamera diukur oleh
kecepatan rana atau shutter speed
2. Besarnya lubang cahaya diatur oleh diafragma
3. Kepekaan film (ASA)
4. Kekuatan cahaya
Untuk mengukur lemah atau kuatnya cahaya digunakan light
meter. Pengukur cahaya ada yang menyatu dengan kamera ada
yang terpisah.
Cara menggunakan light meter :
Hadapkan kamera ke objek yang mau dibidik
Lihat atau bidik jendela bidik kamera
Tekan tombol pelepas denagn pelan jangan sampai menjepret
Lihat indikatornya
Bentuk light meter :
1. 2 panah, dimana kalau panah kiri menyala atau ke kanan
berarti belum tepat pencahayaanya.
2. Tanda jarum, dimana jarum harus digerakkan sampai ke
tengah-tengah. Kalau ke bawah berarti under kalau ke
atas over.
3. Sistem LED, yaitu menggunakan diode yang menyala harus
yang tengah, kalau bawah berarti under dan perlu
menyesuaikan diafragma.
Kalau tidak ada light meter gunakan rumus standar ini :
Sangat cerah
Cerah tdk. berawan
Cerah berawan
mendung teduh
Bayangan jelas
ASA 1001/12516
ASA 2001/12522
Bayangan pekat
11
16
Bayangan lunak
8
11
Tidak ada bayangan
4
8
Tidak ada bayangan
2,8
4
Penyinaran dengan sinar buatan buatan (lampu kilat) ada
beberapa macam :
1. Manual, yaitu menggunakan Angka Pedoman atau
Guidenumber. Angka pedoman menunjukkan kekuatan blitz,
angka ini berbeda untyuk tiap-tiap ASA yang berlainan.
Untuk menentukan diafragma dengan blitz, gunakan rumus :
Diafragma = guidenumber Jarak dalam feet
Contoh : jika mempotret dengan jarak 2 meter atau 6 feet
menggunakan ASA 100 dan blitz dengan guidenumber 72 maka
diafragma yang dipakai adalah 72/6 = 12 maka diafragma
yang dipakai 12 atau 11.
2. Otomatis, dimana sangat tergantung tipe dan merk blitz.
Untuk membuat nyala lampu blitz sinkron dengan kecepatan
maka kecepatan rana (SS) harus pada tanda X atau 60
(biasanya berwarna merah atau hijau).
Slave Unit
Jika dua blitz ingin dinyalakan bersama-sama dapat
dilakukan dengan cara :
1. menggunakan kabel paralel
2. menggunakan slave unit yaitu rangkaian elektronok yang
peka terhadap cahaya blitz lain.
Bounce Flash
Untuk mengurangi kekuatan lampu blitz yang sangat
terang (misal 10.000 watt) digunakan teknik ini yaitu blitz
dipantulkan ke langit-langit berwarna putih atau ke tembok.
Dengan catatan bukaan diafragma diperbesar berdasarkan jarak
blitz ke reflektor di tambah reflektor ke objek.
Cara lain mengurangi kekerasan blitz yaitu :
Merendahkan potensial
Menggunakan reflektor payung
Melapisi blitz dengan kain atau kertas berwarna putih
Komposisi
Seni untuk menentukan gambar, benda-benda, dan menyusun
garis-garis dalam batas-batas bidang gambar sedemikian rupa
sehingga dapat menyenangkan untuk dipandang. Komposisi
dipengaruhi oleh keseimbangan, kontras, pengulangan,
kesatuan dan klimaks.
Macam komposisi :
1. Teori Head Room
Jangan menmpatkan objek di tengah, kecuali frontal,
karena ada ruang kosong. Setiap benda harus memiliki
ruang pandang (head room) untuk ‘memberi tempat objek
untuk bergerak”.
2. Membagi frame menjadi 3 atau 4 bagian
3. Menambah 4 garis bantu dengan meletakkan objek pada
salah satu titik potong garis-garis tersebut.
4. Teori dinamis yaitu memberikan kesan dinamis agar objek
jadi focus of interest
5. Teori framing yaitu dengan membingkai objek gambar.
Tripod/monopod
Yaitu sandaran kamera yang digunakan untuk pemotretan
yang menggunakan kecepatan rendah kurang dari 1/60 detik.
Filter
Kegunaan filter adalah menyaring seperti ultraviolet
juga melindungi efek cahaya matahari yang tidak diinginkan
serta melindungi lensa dari goresan debu atau jari-jari
kotor berlemak, angin laut yang berpasir.
Filter lain seperti polariser mempunyai kemampuan menembus
kesilauan kaca atau permukaan air atau barang-barang di
bawah etalase.
PERTEMUAN 10
Topik Kuliah Jurnalistik Foto
Materi Kuliah Jurnalistik Foto
Tujuan Instruksional Khusus Dapat menjelaskan foto-fot
yang digunakan dalam kegiatan
jurnalistik
Jurnalistik Foto
Fotografi untuk pers disebut photojournalism. Sedang
foto-fot yang dihasilkan untuk pemberitaan disebut press
photo (foto berita).
Jurnalistik berasal dari istilah bahasa Belanda
‘journalistich’ atau dalam bahasa Inggris ‘journalism’ yang
berasal dari bahasa Prancis ‘journal’ bersumber dari kata
‘jour’ yang berarti hari atau catatan harian.
Jurnalistik berarti pengetahuan tentang penyiaran catatan
harian dengan segala aspeknya, mulai dari mencari, mengolah
sampai kepada menyebar luaskan catatan harian tersebut. Yang
disebar luaskan adalah apa yang kita kenal sebagai ‘berita’.
Prof. Mitchel VC Harley mendefinisikan berita sebagai
laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang penting atau
menarik minat, atau kedua-duanya bagi sejumlah besar orang.
Foto jurnalistik adalah suatu bidang foto yang sedikit
berbeda dengan jenis foto lain, dimana sebelumnya fotografer
berperanan sebagai seniman. Pada dasarnya bidang fotografi
dibagi tiga yaitu foto jurnalistik, foto murni (ekspresi),
foto terapan (studio).
Jadi foto jurnalistik adalah sebuah foto yang bisa
‘bercerita’ tanpa perlu keterangan tambahan yang terlalu
banyak (caption) atau sering dikatakan bahwa foto
jurnalistik adalah foto 5 W dan 1 H.
Macam foto yang dimuat di surat kabar umumnya :
1. Foto berita (news photo) dengan ciri khasnya yang
menonjol adalah sifat berita.
2. Foto feature yaitu ciri khasnya adalah daya tariknya
bagi pembaca.
3. Foto illustrasi dimana terkait make-up atau tata rias
surat kabar utnuk menyertai suatu tulisan.
Syarat Foto berita :
a. Secara visual, langsung dimengerti pembaca
b. Memenuhi syarat suatu berita 5W 1H
c. Nilai suatu foto ditentukan oleh aktualitasnya
d. Proximity ialah unsur jarak antara pembaca dengan tempat
kejadian
e. Prominance yaitu rasa agung, merasa penting
f. Aspek manusiawi
g. Aspek keterlibatan pembaca
Subjek Foto berita terdiri :
Tokoh, bukan hanya seorang yang mempunyai status sosial
melainkan dalam pengertian sosok manusia pada umumnya
yang kita jadikan subjek penulisan
Tempat, bisa dimana saja
Peristiwa, aneka ragam kejadian yang bentuknya tak akan
ada duanya, tak akan terjadi dua kali dalam bentuk serupa
Gabungan ketiga unsur di atas
Bentuk pengutaraan fotografi dilihat dari aspek tampilan
keadaan, lingkungan atau tempat lokasi, perasaan dan gerak.
Sementara dari penilaian kesempurnaan gambar ditentukan oleh
faktor pencahayaan, komposisi, camera angle atau sudut
pengambilan, focusing atau ketajaman, framing, proses
pembuatan, ketepatan pembidikan.
Perbedaan foto jurnalistik dengan bidang foto yang lain
adalah kriterianya yaitu relevansi, informatif, otentik,
aktual, faktual, atraktif, misi dan gemanya. Foto
jurnalistik bisa bercerita sendiri atau menguatkan berita
lain, misal etno fotografi.