esa unggul universitytkt313.weblog.esaunggul.ac.id/.../233/2015/02/metodol… · web viewmenguasai...
TRANSCRIPT
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
PERTEMUAN I
Tujuan mata kuliah :
Memberikan pengetahuan dasar dan pemahaman tentang ilmu
pengetahuan dan penelitian ilmiah
Memahami lingkup dan metode penelitian bidang disiplin
Memahami dan mampu mendesain serta melaksanakan penelitian ilmiah
Memahami dan mampu menyusun laporan penelitian ilmiah
Syarat untuk dapat melakukan penelitian ilmiah :
Memahami konsep dasar ilmu pengetahuan dan penelitian
Menguasai Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Pokok Bahasan :
Pendahuluan
Metode ilmiah
Desain Penelitian
Pengukuran
Desain Skala
Desain Pengambilan Sampel
Metode Pengumpulan Data
Usulan Penelitian
Penulisan Laporan Penelitian
Referrence
o Sekaran Uma, “Research Method For Business : A Skill Building Approach”,
3rd ed.,John Willey, New York. 2000
o Zikmund William G, “Business Research Methods”, 5 th ed., Dryden Press,
Florida. 2000
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
o Cooper Donald R., C. William Emory, “ Business Research Methods”, 5 th ed.,
Richard D. Irwin, Inc. 1995
o Nazir, M., Metode Penelitian., Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988.
o Singarimbun Masri, Sofyan Effendi, “ Metode Penelitian Survei”, Rev.ed,
LP3ES, Jakarta, 1987.
o Franklin B.J. H.W. Osborne.” Issue and Insights”. Wadswort Publishing Co.
o Suriasumantri, J.S. “ Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer”. Pustaka Sinar
Harapan, 1993.
o Nasoetion, A. H. “ Pengantar ke Filsafat Sains”. cetakan ketiga. Lintera Antar
Nusa .1999.
PENDAHULUAN
Mengapa melakukan penelitian
1. Rasa ingin tahu (curiosity)
2. Ada masalah
Manusia makhluk berfikir ( Homo Sapiens ), Berpikir sesuai jalan pikiran
masing-masing Manusia berintekrasi dengan alam Membentuk sejumlah
pengalaman (pengetahuan) Pengetahuan
o Kebenaran : kesesuaian antara pengetahuan dengan fenomena (objek),
cara mencari kebenaran (empirik, argumentatif)
o Keyakinan : cukup alasan bahwa pengetahuan tsb benar, tetapi
keyakinan tidak selalu benar.
o Kepastian : membuktikan sendiri bahwa keyakinannya benar
Kebenaran pengetahuan
Rasionalisme rasio deduktif
Empirik Pengalaman induktif
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Intuisi
Maslow - Pengalaman puncak
Nietsche - intelegensi yg paling tinggi
Wahyu
Diberikan oleh Tuhan melalui Nabi
Ilmu (science)
o Asal kata ; sciere, scio (Latin), ‘alima (Arab)
o Tidak semua pengetahuan adalah ilmu pengetahuan (science)
o Science diperoleh melalui metode ilmiah
o Metode ilmiah memiliki sistematika tertentu
Ilmu (science)
Beberapa definisi ilmu (science) antara lain :
1. Pengetahuan yang bersifat umum dan sistematik, sehingga dapat
disimpulkan dalil tertentu menurut kaidah yang umum.
2. Pengetahuan yang sudah diuji kebenaranya dan diatur menurut urutan
dan arti secara menyeluruh dan sistematik.
3. Kumpulan aturan yang menjelaskan hubungan unsur unsur/elemen yang
terdapat di dunia
4. Kumpulan teori yang menjelaskan hubungan antar fakta/fenomena untuk
memahami hakikat suatu obyek atau untuk mendpatkan pengetahuan
tentang obyek tersebut
Cakupan ilmu sangat luas sehingga konsepnya sulit didefinisikan dengan
batas yang jelas
Ciri-ciri ilmu
1. Terstruktur secara sistematis
2. Hasil observasi empiris
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
3. Bersifat obyektif tidak dipengaruhi oleh nilai pribadi (sesuai dengan
objek)
4. Jelas, dapat diuji secara terbuka
Filsafat ilmu : filsafat yang menelusuri dan menyelidiki segala sesuatu
tentang ilmu termasuk cara memperolehnya.
Pembagian ilmu atas dasar
(1) apa yang dikerjakan (alam, sosial)
(2) metode yang digunakan(kedokteran, teknik, psikologi dll)
Penelitian (research)
o Upaya pencarian, penyelidikan terhadap pengetahuan baru atau
pembentukan tafsiran (interpretasi) baru dari ilmu pengetahuan
o Penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari
fakta,prinsip-prinsip suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk
menetapkan sesuatu (Webster’s)
o Penelitian adalah metode studi yang dilakukan melalui penyelidikan yang
hati-hati dan sempurna terhadap sesuatu masalah sehingga diperoleh
pemecahan yang tepat terhadap masalah tsb (Hillway)
o Penelitian adalah a way of thinking
Penelitian
Penelitian ilmiah :
Investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari proposisi
hipotesis mengenai hubungan tertentu antar fenomena (Kerlinger, 1986)
Merupakan pemeriksaan secara kritis berbagai aspek dari disiplin ilmu dan
profesi tertentu, memahami dan memformulasikan prinsip-prinsip yang
mendasari berbagai prosedurnya serta mengembangkan dan menguji teori
teori baru dalam memperdalam disiplin ilmu dan profesi tersebut (Kumar)
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Definisi penelitian (research)
Penelitian bisnis :
Proses sistematis dan obyektif yang meliputi pengumpulan, pencatatan,
analisis data untuk pengambilan keputusan bisnis (Zikmud, 2000)
Suatu penyelidikan sistematis yang memberikan informasi untuk menuntun
keputusan bisnis (Cooper & Emory, 1995)
Suatu upaya sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah
yang muncul dalam dunia kerja yang memerlukan solusi (Sekaran, 2000)
Penelitian Ilmiah :
Focuses on solving problems and pursues a step-by-step logical, organized,
rigorous method to identify problems, gather data, analyze them and draw
valid conclusions thereform (Sekaran)
Jadi penelitian ilmiah : Adalah aplikasi secara formal dan sistematis dari
metode ilmiah untuk mempelajari dan menjawab masalah
Ciri-ciri penelitian :
1. Fokus pada masalah
2. Pandangan “curious”
3. Original (keaslian)
4. Terbuka dan jujur
5. Menggunakan pengukuran yang akurat
6. Didasari asumsi : setiap fenomena mengikuti hukum tertentu
Penelitian merupakan proses yang berjalan terus menerus
Hasil suatu penelitian adalah ilmu yang setelah diuji
kebenarannya akan memberikan suatu kebenaran ilmiah.
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Research Method for Business (Uma Sekaran, 2003, International Ed., John Willey &
Son)
Simply the process of finding solutions to a problem after thorough study
and analysis of the situational factor.
Decision making process good decision
1. identify where exactly the problem lies
2. recognize the relevant factor in the situation needing investigation
3. what type of information are to be gathered
4. how to make use of information so collected and draw appropriate
conclusions to make the right decision
5. how to implement the result of this process to solve the problem
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
PERTEMUAN II
Berpikir ilmiah
Pengetahuan adalah hasil kegiatan berpikir
Berpikir adalah kegiatan mental yang sulit (Thinking is hard work)
Ilmu adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya
Pengertian Berpikir Ilmiah : berpikir secara analitis menggunakan
logika/penalaran tertentu dengan sikap skeptis.
Analitis : menganalisis persoalan yang relevan dan tidak relevan, masalah utama
atau penunjang
Menggunakan logika : berpikir berdasarkan logika (metode deduktif dan induktif)
dengan pertimbangan objektif berdasarkan data dan analisis akal sehat
Sikap skeptis : menanyakan bukti/fakta, atau berdasarkan fakta
Perangkat berpikir ilmiah
Untuk dapat berpikir ilmiah diperlukan sarana berupa bahasa, logika ,
matematika, statistika
Bahasa : alat komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikiran
Logika : pola berpikir (penalaran).
o Sillogisme : Jika premis-premis (pernyataan) benar maka kesimpulan
benar
Matematika : sarana berpikir deduktif
Statistika : sarana berpikir induktif]
Metode berpikir
Analyse : consider the various components of whole and try to describe the
inter-relationships between them
Compare : examine the characteristics of the objects in question to
demonstrate their similarities and their differences
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Contrast : examine the characteristics of the objects in question to
demonstrate their differences
Define : give a definition or state term of reference
Describe : give an account
Metode berpikir
Discuss : present the different aspects of a question or problem
Enumerate : give a listing
Evaluate : examine various sides of a question and try to reach a judgement
Examine critically : act as a judge or critic, appraise
Illustrate : give an example, explain, draw a figure
Prove : demonstrate or show by logical argument
Summarise : state the main points briefly
Penalaran
Proses penalaran (Penarikan Kesimpulan)
1. Penalaran Deduktif : menarik kesimpulan bersifat individual (khusus) dari
peryataan yang bersifat umum
Berpikir menggunakan rasio, tanpa perlu bukti nyata
Melahirkan aliran rasionalisme
Penerapan dalam mengarahkan penelitian mengikuti urutan : teori,
hipotesis, operasional, observasi, pengujian hipotesis
Hasil kajian teori dan kerangka berfikir bersifat jawaban sementara -
hipotesis
Harus diuji secara empirik
Logika hypothesis verifikasi
o Logika : Teori dan kerangka berfikir
o Hypotesis : Jawaban sementara
o Verifikasi : pembuktian empirik
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
o Gabungan antara deduksi dan induksi
Karakteristik ilmiah (Sekarang)
Purposiveness : definite aim or purpose
Rigor : based a good theoritical, and carefully thoughout methodology
design
Testability : the hypothesis can be tested when data are collected, such
as statistic test
Replicability : the result of test hypothesis should be supported again
hwn the same type of research is repeated in other similar circumstance
Karakteristik ilmiah (Sekarang)
Precision and confidence
o Precision : refers to the closeness of findings to reality (confidence
interval).
o Confidence refers to the probability that our estimation are correct
(significant level p = 0.5)
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Objectivity : the result should be based on facts (derived from actual data)
not on our subjective or emotional value
Generalizability
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
PERTEMUAN III
Conceptual Framework of Industrial Engineering oleh
Senator Nur Bahagia Sasaran
Memahami disiplin baik yang terkait dengan:
• Cakupan keilmuan, bidang garapan dan profesi
• Perkembangan pola pikir, keilmuan dan keahlian
Materi
• Conceptual Framework of IE
• Evolution & Development of IE
Object : Natural System Artificial System Integrated System
Phenomena : Determistic Det./Probabilistic Prob/Uncertainty
Output : Theory/Knowledge Product/service Value Added
Performance : Truth Benefit Efficiency
Validity : Absolute Relative Contextual
Start : Curiosity Need/Problem Need/Problem
Profession : Scientist Engineer Industrial Engineer
Science
Prime objective: increase knowledge of natural system
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Research
(Scientific Method)
• Formulate Hypothesis
• Execute Experiment
• Analyze Result
• Generalize Hypothesis Theory/Law
(New Knowledge)
• Publish the New Knowledge
Engineering
Prime objective: use the knowledge to design and develops usable devices,
structure and processes for better human life
Design Process
Identification of Need
Problem Definition
Search
Constraint
Criteria
Alternative Solution
Analysis
Decision
Specification
Communication
Basic Knowledge And Tool
Basic knowledge
Mathematics
Natural Sciences
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Tool
Analysis
Synthesis
Process
Applied Research
Design
Characteristic Of Engineer
• Solve Problem
• Analyze
• Design System
– Creativity
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
– Analysis
– Synthesis
Engineering Function
• Research
• Development
• Design
• Production &Testing
• Construction
• Operation
Early Engineering Era
• Egyptian Engineering (3200 BC)
• Mesopotamian Engineering (2000 BC)
• Greek Engineering (500 BC)
• Roman Engineering (320 BC)
• Oriental Engineering
• European Engineering
Modern Engineering Era
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Why IE Was Born ?
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
• As a Result of Industrial Revolution
• Need for Technically Trained People Who Could Plan, Organize, and Manage
the Operations of Large Complex System
• Need to Increase Productivity and Efficiency of Operation System
Pioneers Of IE
• Adam SMITH
• Charles BABBAGE
• Eli WHITNEY
• Henry TOWNE
• Frederick W TAYLOR
• Frank B GILBERTH
• Lillian GILBERTH
Adam SMITH
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
The Engineer As Economist (1886)
Stressed the Need for Engineers to Be Concerned With the Profitability Effect of
Their Decisions
Frederick Winslow TAYLOR (1856-1915)
FW Taylor was Influenced by Towne and Wentworth
• 1874 : Machinist Apprentice in the Hydraulic Work
• 1983 : Mechanical Engineer From Stevens Institute and
Work at Midvale Steel Company
• 1881 : Began Study of Metal Cutting
• 1895 : Presented “A Piece Rate System” at ASME Meeting
• 1903 : Presented “ Shop Management”
• 1909 : Presented “ Principle of Scientific Management”
Principle of Scientific Management
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
1. 1.Develop a science for each element of a man’s work, which replaces the
old rule of thumb method
2. Select scientifically and then train, teach, and develop the workman, whereas
previously he chose his own work methods and trained himself as best as he
could
3. Cooperate heartily with the men so as to ensure that all of the work being
done is in accordance with the principles of the science which has been
develop
4. There is almost an equal division of the work and the responsibility between
management and the workmen. The management takes over all work for
which they are better fitted than the workman.
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
PERTEMUAN IV
MURNI
menemukan pengetahuan baru
TERAPAN
pengetahuan yang telah diketahui untuk memecahkan masalah kehidupan
1. SURVEY
2. EX. POST FACTO
3. EKPERIMEN
4. NATURALISTIK
5. POLICY RESEARCH
6. ACTION RESEARCH
7. EVALUASI
8. SEJARAH
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Penelitian survey – berdasar sampel dari populasi – di generalisasi Eks Post Facto
– meneliti peristiwa yang telah terjadi Penelitian eksperimen pengaruh variabel
terhadap variable :
1. Pre eksperimen
2. True eksperimen
3. Factorial
4. Quasi eksperimenal
Naturalistik – kualitatif – alami bukan generalisasi tapi makna
Policy research masalah-masalah sosial
Action Research ( penelitian tindakan ) – menguji prosedur terhadap
perubahan
Penelitian evaluasi – sumatif (produk ) & formatif ( proses )
Penelitian sejarah : analisis logis terhadap kejadian masa lalu
Penelitian deskriptif
variabel mandiri, tanpa membuat perbandingan & menghubungkan.
Penelitian komparatif
Membandingkan
variabel mandiri , lebih dari Satu
Penelitian asosiatif,
mencari hubungan
Korelasi
Regresi
Penelitian eksperimen
o Adanya intervensi
o Melihat efek dari suatu manipulasi
o Eksperimen murni – memungkinkan pengendalian variabel pengacau
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
o Eksperimen semu = kuasi eksperimen
Penelitian non eksperimen
o Tak ada intervensi
o Apa adanya – in nature
o Tak mungkin mengontrol semua variabel diluar
Di lab
Bisa eksperimen, survei, trial
Optimasi pengukuran, metoda, alat.
Obyektif, validitas, reliabilitas
PROSES PENELITIAN
SISTEMATIS
o TERSTUKTUR
o DIMENGERTI ORANG LAIN
o LANGKAH-LANGKAH JELAS
LOGIS
o RASIONAL - SILOGISME
o MUDAH DI CEK KEMBALI
o DAPAT DIPAKAI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
EMPIRIS
o SESUAI DENGAN KENYATAAN
o ALAT BANTU NYATA UNTUK KELIHATAN NYATA
REDUKTIF
o MENGURANGI MASALAH / KEBINGUNGAN
REPLICABLE & TRANSMITABLE
o DAPAT DILAKUKAN ORANG LAIN
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
o DAPAT DIINFORMASIKAN
PERTEMUAN V
KERANGKA PENELITIAN
Merupakan langkah/kegiatan sistematis yang saling mendukung yang
diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian
Sangat ditentukan jenis penelitian
Proses Penelitian
o 3 tahapan utama
Perencanaan
Pelaksanaan
Penulisan laporan
o Desain penelitian meliputi:
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Desain sampel
Desain instrumen
Desain analisis
Desain administrasi (sistem laporan)
Tahapan penelitian
o Identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah
o Studi kepustakaan
o Perumusan hipotesis
o Identifikasi, klasifikasi, dan memberi definisi variabel – variabel
o Pemilihan/pengembangan alat pengumpul data
o Penentuan sampel penelitian
o Pengumpulan data
o Pengolahan dan analisis data
o Interpretasi hasil analisis data/penarikan kesimpulan
o Penyusunan laporan penelitian
Identifikasi dan Perumusan masalah
Masalah :
Pesoalan yan memerlukan pemecahan
Terjadi bila ada kesenjangan antara
yang seharusnya vs yang terjadi
yang diperlukan vs yang tersedia
harapan vs kenyataan
• Mengamati gejala (mata yang terlatih)
• Dapat ditemukan melalui :
1. bacaan
2. diskusi, seminar, pertemuan ilmiah
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
3. pernyataan pemegang otoritas
4. pengamatan
5. pengalaman pribadi
Pemilihan Masalah
Pertimbangan kelayakan (relatif ) :
1. Mempunyai nilai penelitian :
- asli
- mempunyai nilai aplikasi ilmiah (dapat diuji)
- menyatakan hubngan antar variabel
2. Mempunyai fisibilitas :
- data dan metode pemecahan masalah
- biaya, waktu, tenaga
3. Sesuai kualifikasi peneliti
- menarik
- sesuai derajat ilmiah yang dimiliki
- sesuai kemampuan
Perumusan Masalah
1. Padat dan jelas
2. Sebaiknya dirumuskan dalam kalimat tanya
3. Dasar untuk perumusan hipotesis, tujuan penelitian dan judul
penelitian.
Studi Kepustakaan
Sumber bacaan
1. Kepustakaan umum : teori umum
textbook, ensiklopedi
1. Kepustakaan khusus : hal – hal khusus
jurnal, buletin
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Kriteria :
kemutakhiran
relevansi
Perumusan Hipotesis
Hipotesis :
jawaban sementara/dugaan tentang masalah penelitian, yang
kebenarannya perlu diuji
taraf ketepatan dugaan dipengaruhi ketepatan landasan teori
hipotesis yang telah diuji melalui data dan fakta disebut tesis
(kebenaran)
Hipotesis yang baik harus sederhana, mempertimbangkan fakta yang
relevan, dapat diuji dengan aplikasi deduktif dan induktif
Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis (misal eksploratif dan
deskriptif)
Jenis Hipotesis
Berdasarkan fungsi
1. Hipotesis deskriptif :menggambarkan keadaan obyek penelitian
2. Hipotesis hubungan : hubungan antara 2 atau lebih dari variabel
3. Hipotesis perbedaan :perbedaan antara kelompok yang berlainan
Berdasarkan sifat
1. Hipotesis kerja : sesuai dugaan peneliti
2. Hipotesis nol : berlawanan dengan dugaan peneliti
3. Hipotesis statistik : dugaan besarnya parameter objek
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
PERTEMUAN VI
KONSEP DAN VARIABEL
Konsep : abstraksi (generalisasi) dari fenomena alam
Contoh : matahari, kreatif, badan
Variabel :
- fokus pada aspek tertentu dari konsep
- Bagian konsep yang dapat diamati dan diukur
Contoh : badan (konsep)
fokus pada aspek tertentu, misalnya aspek tinggi
atau berat; maka “tinggi badan” atau “berat badan”
merupakan varaibel.
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Variabel :
Faktor atau besaran yang nilainya (sifat atau kategorinya) lebih dari satu dan
dapat diukur.
Mengukur variabel ilmu sosial jauh lebih sulit karena bersifat abstrak,
ilmu eksak : relatif lebih mudah diukur karena bersifat riil, misalnya berat,
tinggi, luas, dan sebagainya.
JENIS-JENIS VARIABEL
1. Kontinu vs diskrit
Variabel kontinu : nilainya dapat ditentukan dalam suatu kontinum
dengan jarak jangkauan tertentu dengan desimal yang tidak terbatas;
dalam bentuk pecahan dan biasanya merupakan hasil pengukuran.
Variabel diskrit : nilainya dalam bentuk bulat dan dihasilkan dari
penghitungan.
2. Dependen vs independen :
Variabel dependen (tergantung/respon) nilainya tergantung pada
variable lain (variable independent/ bebas/ regressor).
Variabel independen nilainya bebas tidak tergantung pada
variabel lain, tetapi bisa mempengaruhi variabel lain
Variabel aktif, nilai atau kategorinya bisa dimanipulasi (diubah-ubah)
oleh peneliti pada saat akan melakukan penelitian, seperti : dosis
obat, shift kerja, dan lainnya.
Variabel atribut: tidak dapat dimanipulasi oleh peneliti, seperti :
sikap, jenis kelamin, kecerdasan, dan lainnya.
Mendefinisikan variabel
Cara konstitutif : konsep atau konstrak didefinisikan dengan konsep atau
konstrak yang laih.
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Contoh : “area” secara konstruktif didefinisikan sebagai “luas
sebidang tanah”.
Cara operasional : memberikan arti atau menspesifikasikan prosedur
kegiatan dalam mengukur variable tertentu.
Contoh : “kemampuan” didefinisikan secara operasional sebagai “uji
kemampuan berdasarkan nilai ujian akhir”.
Hubungan antar variabel
o Antara 2 variabel atau lebih bisa simetris atau tidak simetris
o Variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain
Hubungan asimetris 2 variabel : bivariat
Hubungan asimetris 3 variabel atau lebih : multivariate
Kerangka berpikir
Merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diindentifikasikan sebagai masalah penting
Kerangka berpikir memuat hal-hal:
Variabel- variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.
Harus dapat menunjukan dan menjelaskan hubungan antar variabel yang
diteliti dan teori yang mendasari.
Harus dapat menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu positif atau
negatif, berbentuk simetris atau interaktif (timbal balik)
Dapat dinyatkan dalam bentuk diagram
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
PERTEMUAN VII
POPULASI DAN
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
A. Populasi
Populasi adalah totalitas semua individu atau data yang diperoleh dari hasil
menghitung maupun hasil pengukuran, baik kualitatif maupun kuantitatif, dari
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas. Populasi
merupakan obyek dari mana sampel diambil. Populasi ini dapat berupa orang atau
hal-hal yang ingin diketahui karakteristik atau ciri-cirinya.
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Ciri penting dari statistika inferensial adalah proses yang bermula dari bagian
menuju keseluruhan. Maksudnya kita mempelajari 100 orang dari beberapa
Mahasiswa jurusan teknik yang dipilih secara acak dengan maksud membuat
generalisasi tentang seluruh Mahasiswa jurusan teknik. Kelompok kecil tersebut
disebut sampel atau contoh, dan kelompok besar yang menjadi sasaran generalisasi
disebut populasi.
Tujuan penarikan sampel dari populasi adalah memperoleh informasi
mengenai populasi tersebut, maka sangat penting agar individu yang dimasukkan ke
dalam sampel merupakan contoh yang representatif.
Hal penting dalam penarikan sampel adalah penetapan ciri-ciri (karakteristik)
populasi yang menjadi sasaran. Akan tetapi karena tidak mungkin mencapai seluruh
populasi sasaran, maka kita menetapkan ciri-ciri populasi terjangkau. Dari populasi
yang dapat dijangkau ini, peneliti menarik sampel bagi penelitiannya. Sampel yang
ditarik sedemikian rupa sehingga sampel tersebut mencerminkan populasinya.
Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan
elementer mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih dan
besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0 (nol). Disamping itu
pengambilan sampel secara acak (random) haruslah menggunakan metode yang
tepat yang sesuai dengan ciri-ciri populasi dan tujuan penelitian. Meskipun sebuah
sampel terdiri dari sebagian populasi, tetapi sebagian dari populasi itu tidak selalu
SampelPopulasi yang
dapat dijangkauPopulasi Sasaran
Hasil Penyelidikan
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
dapat disebut sebuah sampel apabila cara-cara pengambilannya tidak benar. Suatu
metode pengambilan sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi.
2. Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian dengan menentukan
penyimpangan baku (standar) dari taksiran yang diperoleh.
3. Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan.
4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-
rendahnya.
Dalam menentukan metode sampel yang akan digunakan dalam suatu
penelitian, si peneliti harus memperhatikan hubungan antara biaya, tenaga dan
waktu di satu pihak serta tingkat presisi yang dikehendaki di lain pihak. Apabila
jumlah biaya, tenaga dan waktu sudah dibatasi sejak semula, si peneliti harus
berusaha mendapatkan suatu metode pengambilan sampel yang menghasilkan
presisi yang tertinggi. Perlu disadari bahwa tingkat presisi yang tinggi tidak mungkin
dapat dicapai dengan biaya, tenaga dan waktu yang terbatas. Yang mungkin dapat
dicapai ialah tingkat presisi tertentu dengan biaya, tenaga dan waktu yang terbatas.
Kita perlu memperhatikan masalah efisiensi dalam memilih metode pengambilan
sampel.
Misalnya metode A dikatakan lebih efisien daripada metode B apabila untuk
sejumlah biaya, tenaga dan waktu yang sama, metode A itu dapat memberikan
tingkat presisi yang lebih tinggi; atau untuk tingkat presisi yang sama diperlukan
biaya, tenaga dan waktu yang lebih rendah.
B. Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan data atau
informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dapat dikatakan sampel adalah
himpunan dari anggota polulasi.
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
1. Ukuran Sampel (Sample Size)
Sering timbul pertanyaan, berapa besarnya sampel (sample size) yang harus
diambil untuk mendapatkan data yang representatif. Beberapa peneliti menyatakan
bahwa besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10 persen dan ada pula peneliti lain
menyatakan bahwa besarnya sampel minimum 5 persen dari jumlah satuan-satuan
elementer dari populasi.
Mengenai ukuran sampel atau besarnya sampel yang harus diselidiki dalam
suatu penelitian tergantung pada: (1) keragaman karakteristik populasi; (2) tingkat
presisi yang dikehendaki; (3) rencana analisis; dan (4) tenaga, biaya, dan waktu.
Secara rinci keempat faktor tersebut akan dibahas berikut ini.
(1) Derajat keragaman (degree of homonegity) dari populasi
Makin seragam populasi itu, makin kecil sampel yang dapat di ambil. Apabila
populasi itu seragam sempurna (completely homogeneous), maka satu satuan
elementer saja dari seluruh populasi itu sudah cukup representatif untuk diteliti.
Sebaliknya apabila populasi itu amat tidak seragam (completely heterogeneous),
maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang
representatif.
(2) Presisi yang dikehendaki dari penelitian
Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar sampel yang harus
diambil. Jadi sampel yang besar cenderung memberikan penduga yang lebih
mendekati nilai yang sesungguhnya (true value). Pada sensus lengkap, presisi ini
menjadi mutlak karena nilai taksiran sama dengan nilai parameter. Dengan kata
lain dapat pula dikatakan bahwa antara besarnya sampel yang diambil dengan
besarnya kesalahan (error) terdapat hubungan yang negatif. Makin besar sampel
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
yang di ambil, makin kecil pula kesalahan (penyimpangan terhadap nilai populasi
) yang di dapat.
(3) Rencana analisis.
Adakalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan presisi yang
dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisis, maka jumlah
sampel tersebut kurang mencukupi. Misalnya kita ingin menghubungkan tingkat
pendidikan responden dengan persepsi masyarakat dalam pemanfaatan air
bersih. Kalau kita membagi tingkat pendidikan responden secara terperinci,
misalnya: belum sekolah, belum tamat SD, tamat SD, belum tamat SMP, tamat
SMP, dan seterusnya, mungkin tidak cukup untuk mengambil 100 responden
karena akan terdapat banyak sel-sel dari matrik yang kosong. Begitu juga untuk
perhitungan analisis yang menggunakan perhitungan statistik yang rumit.
(4) Tenaga, biaya dan waktu.
Kalau menginginkan presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus besar. Tetapi
apabila dana, tenaga dan waktu terbatas, maka tidaklah mungkin untuk mengambil
sampel yang besar, dan ini berarti bahwa presisinya akan menurun.
Walaupun besarnya sampel harus diambil dalam suatu penelitian didasarkan
atas keempat pertimbangan di atas, tetapi agar dapat menghemat waktu, biaya dan
tenaga, seorang peneliti harus dapat memperkirakan besarnya sampel yang diambil
sehingga presisinya dianggap cukup untuk menjamin tingkat kebenaran hasil
penelitian. Jadi peneliti sendirilah yang menentukan tingkat presisi yang
dikehendaki, yang selanjutnya berdasarkan presisi tersebut dapat menentukan
besarnya sampel.
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Besar ukuran sampel tergantung pada:
(1) Kadar pentingnya penelitian. Apabila hasil penelitian akan digunakan untuk
menentukan dasar kebijakan, lebih baik menggunakan sampel besar.
(2) Homogenitas unit-unit sampel. Secara umum makin mirip unit-unit sampel
dalam populasi, makin kecil sampel yang dibutuhkan untuk memperkirakan
parameter populasi.
(3) Derajat presisi, makin akurat hasil yang diharapkan, maka ukuran sampel makin
besar.
(4) Tingkat kepercayaan yang diinginkan. Makin tinggi tingkat kepercayaan yang
diinginkan makin besar ukuran sampel yang dibutuhkan.
(5) Analisis yang digunakan. Analisis multivariat membutuhkan sampel yang lebih
besar dari pada analisis bivariat.
(6) Jumlah variabel yang akan diteliti. Penelitian yang banyak melibatkan variabel,
memerlukan ukuran sampel yang besar.
(7) Jenis/desain penelitian. Penelitian korelasional memerlukan sampel lebih besar
(minimal 30 subyek), penelitian komparatif lebih kecil (minimal masing-maisng
15 subyek tiap kelompok), penelitian eksperiman minimal 8-10 subyek tiap
kelompok. Sedangkan untuk penelitian deskriptif, dianjurkan menggunakan
ukuran sampel 10%-20% dari populasi yang terjangkau.
(8) Tingkat resiko. Percoban yang sifatnya merusak atau berbahaya, semakin besar
risiko, maka sampel semakin kecil.
(9) Metode penarikan sampel. Ukuran sampel pada penarikan sampel berkelompok
(cluster sampling) lebih besar dibandingkan dengan simpel random sampling.
(10)Biaya, waktu, dan tenaga. Pemilihan sampel mempertimbangkan biaya, waktu,
dan tenaga.
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Rancangan Penarikan Sampel
(1) Merumuskan persoalan yang ingin diketahui.
(2) Menentukan populasi penelitian
(3) Menentukan unit sampling. Unit sampling adalah satuan terkecil menjadi
anggota sampel. Misalnya untuk mengetahui tingkat pendidikan keluarga,
unitnya adalah ayah, ibu, dan anak (nenek tidak termasuk).
(4) Menentukan cara pengukuran dan penilaian. Misalnya untuk mengukur tingkat
kepuasan konsumen, perlu dirancang alat ukurnya.
(5) Menentukan cara pengumpulan data, apakah dengan wawancara, melakukan
tes, dsb.
(6) Menentukan metode analisis yang akan digunakan.
(7) Menentukan ukuran sampel. Jangan terlalu kecil, tetapi jangan terlalu besar.
(8) Menentukan teknik pengambilan sampel agar sampel representatif.
2. Teknik Penarikan Sampel
Pada dasarnya ada dua macam teknik penarikan sampel, yaitu pengambilan
sampel secara random (random sampling) atau probability sampling, dan
pengambilan sampel yang bersifat tidak random, yaitu sampel dipilih berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu; misalnya purposif sampling.
Pada bagian ini akan dibahas metode pengambilan sampel secara random
yang meliputi sampel random sederhana (simple random sampling), sampel random
sistematik (systematic random sampling), sampel random distratifikasi (stratified
random sampling), sampel random gugus sederhana (simple cluster random
sampling), dan sampel random gugus tertahap.
1. Pengambilan Sampel Random Sederhana
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Sampel random sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian
rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi
mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel.
Misalnya jika banyaknya unit dalam populasi adalah N dan ukuran sampel adalah n,
maka besarnya peluang setiap unit elementer untuk terpilih sebagai sampel adalah
n/N. Ini berarti bahwa setiap (semua) unit elementer dalam populasi harus dapat
diidentifikasi dan termuat dalam kerangka sampling.
Metode pengambilan sampel dengan random sederhana dapat ditempuh
melalui cara undian, tabel bilangan random, atau dengan menggunakan komputer.
Suatu hal yang perlu dicatat adalah bahwa pengambilan sampel secara
random dapat digunakan apabila unit-unit elementer dalam populasi mempunyai
karakteristik yang homogen atau dapat dianggap homogen. Jika unit-unit elementer
dalam populasi tidak homogen, maka pengambilan sampel dengan random
sederhana belum dapat digunakan, dan mungkin kita menggunakan teknik lain,
misalnya pengambilan sampel dengan cara random distratifikasi.
2. Pengambilan Sampel Random Sistematik (systematic Random Sampling)
Apabila banyaknya satuan elementer dalam populasi cukup besar dan telah
tersusun secara sistematik dalam suatu daftar atau telah tersusun menurut pola
atau aturan tertentu, maka cara pengambilan sampel dengan random sederhana
kurang tepat digunakan, yang sesuai adalah sistematik random sampling.
Sistematik random sampling adalah cara pengambilan sampel, dimana hanya
unsur pertama yang dipilih secara random, sedang unsur-unsur berikutnya dipilih
secara sistematik menurut suatu pola tertentu.
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Secara teknik pengambilan sampel dengan cara sistematik random dapat
dijelaskan sebagai berikut. Misalkan jumlah satuan-satuan elementer dalam
populasi adalah N dan ukuran sampel yang dikehendaki adalah n, maka hasil bagi
N/n dinamakan interval sampel dan bisanya diberi simbol k. Unsur pertama dalam
sampel dipilih secara random dari satuan elementer bernomor urut 1 sampai
dengan k dari populasi. Jika yang terpilih adalah satuan elementer bernomor urut s,
maka unsur-unsur selanjutnya dalam sampel ditentukan sebagai berikut:
Unsur pertama = s
Unsur kedua = s + k
Unsur ketiga = s + 2k
Unsur keempat = s + 3k, dan seterusnya.
Misalnya jumlah unit dalam populasi sebesar 200 unit, dan besar sampel
yang dikehendaki misalnya 40 unit. Berarti k = 200/40 = 5.
Unsur pertama dapat dipilih secara random dari nomor urut 1 – 5. Jika yang terpilih
adalah unit dengan nomor urut 3, unit-unit sampel berikutnya adalah (3 + 5) = 8, (3 +
10) = 13, (3 + 15) = 18, (3 + 20) = 23, dan seterusnya, sehingga diperoleh unit sampel
sebanyak 40 unit.
3. Pengambilan Sampel Random Distratifikasi (Stratified Random Sampling)
Jika satuan-satuan elementer dalam populasi tidak homogen, maka
pengambilan sampel dengan cara random tidak dapat digunakan. Oleh karena itu,
pada kasus di mana karakteristik populasi tidak homogen, maka populasi dapat
distratifikasi atau dibagi-bagi ke dalam sub-sub populasi sedemikian, sehingga
satuan-satuan elementer dalam masing-masing sub-populasi menjadi homogen.
Kemudian pengambilan sampel dengan cara random dapat dilakukan pada setiap
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
sub-populasi. Perlu dipahami bahwa pengertian homogenitas dalam hal ini terkait
dengan variabel penelitian. Misalnya, kita ingin meneliti pengetahuan metodologi
Mahasiswa dalam menyusun tugas akhir di Universitas Esa Unggul Jakarta.
Populasinya adalah semua Mahasiswa yang kuliah di universitas Esa Ungul. Jelas
bahwa populasi tidak homogen, karena di Universitas esa unggul misalnya terdapat
lima program studi dengan jurusan yang berbeda-beda. Untuk itu, populasi dibagi-
bagi menjadi lima sub-populasi, yaitu sub-populasi prodi 1, sub-populasi prodi 2,
sub-populasi prodi 3, sub-populasi prodi 4, dan sub-populasi prodi 5. Kemudian
ditetapkan ukuran sampel untuk masing-masing sub-populasi, boleh proporsional
boleh juga tidak.
Jika tidak proporsional, misalnya dapat diambil 100 orang untuk setiap sub-
populasi, sehingga diperoleh 500 orang yang akan menjadi sampel penelitian.
Pengambilan 100 orang dari setiap sub-populasi tersebut dilakukan secara random.
Jika proporsional, misalnya populasi terdiri dari 5 kelompok prodi atau strata
yang mempunyai ciri berbeda, populasi memerlukan penarikan sampel yang diwakili
secara proporsional.
Misalnya
Prodi I : jumlah anggota populasi = 120 Mahasiswa
Prodi 2 : jumlah anggota populasi = 80 Mahasiswa
Prodi 3 : jumlah anggota populasi = 60 Mahasiswa
Prodi 4 : jumlah anggota populasi = 140 Mahasiswa
Prodi 5 : jumlah anggota populasi = 100 Mahasiswa
Proporsi jumlah anggota populasi tiap prodi = 120 : 80 : 60 : 140 : 100.
Apabila ukuran sampel yang dinginkan 50, maka:
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Sampel dari prodi 1 =
120500
x 50=12 Mahasiswa
Sampel dari prodi 2 =
80500
x 50= 8 Mahasiswa
Sampel dari prodi 3 =
60500
x 50= 6 Mahasiswa
Sampel dari prodi 4 =
140500
x 50=14 Mahasiswa
Sampel dari prodi 5 =
100500
x 50=10 Mahasiswa
Pengambilan sampel di masing-masing prodi dilakukan secara acak.
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan metode
pengambilan sampel random distratifikasi, yaitu :
a. Ada kriteria yang jelas sebagai dasar untuk membuat stratifikasi, misalnya
pogram studi berbeda karena berbeda jurusan.
b. Kriteria yang digunakan tersebut berdasarkan data pendahuluan yang telah
diperoleh atau dapat juga berdasarkan pengetahuan teoretik.
c. Jika ukuran sampel proporsional, maka harus diketahui dengan tepat jumlah
satuan-satuan elementer yang ada di setiap sub-populasi.
Keunggulan metode pengambilan sampel ini adalah sangat mungkin semua
ciri dalam populasi yang heterogen dapat terwakili, dan dimungkinkan bagi peneliti
untuk menyelidiki perbedaan antara sub-sub populasi atau memasukkan sub-sub
populasi sebagai variabel moderator dari penelitian.
4. Pengambilan Sampel Random gugus Sederhana (Simple Cluster Random
Sampling)
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Sampai saat ini pembahasan yang dilakukan adalah mengenai metode
sampling di mana analisis atau satuan penelitian (misalnya orang, rumah, bidang
tanah, dan lain-lain) sudah tersusun dalam suatu daftar.
Dalam praktek kita sering kali dihadapkan dengan kenyataan di mana kerangka
sampling yang digunakan untuk dasar pemilihan sampel belum tersedia atau tidak
lengkap atau bahkan sangat sulit diperoleh. Untuk mengatasi hal tersebut, unit-unit
analisis dalam populasi dikelompokkan ke dalam gugus-gugus yang disebut clusters
dan ini akan merupakan satuan-satuan dari mana sampel akan diambil.
Pengambilan gugus yang akan menjadi sampel dilakukan secara random, dengan
catatan bahwa gugus-gugus yang ada dalam populasi mempunyai ciri yang
homogen. Semua unit analisis yang ada dalam gugus terpilih harus diselidiki.
Misalnya populasi penelitian kita adalah warga masyarakat di Kabupaten A,
tetapi daftar dari warga masyarakat tersebut sulit diperoleh. Dalam kasus ini, warga
masyarakat di Kabupaten A dikelompokkan ke dalam Kelurahan, kemudian dipilih
secara random 3 Kelurahan untuk menjadi sampel penelitian. Jadi sampel yang
diselidiki adalah semua warga masyarakat yang berada pada tiga Kelurahan sampel
tersebut.
5. Pengambilan Sampel Random Gugus Bertahap
Dalam praktek sering dijumpai populasi yang letaknya sangat tersebar secara
geografis, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan kerangka sampling dari semua
unsur-unsur yang terdapat dalam populasi. Untuk mengatasi hal ini, unit-unit
analisis dikelompokkan ke dalam gugus-gugus yang merupakan satuan-satuan dari
mana sampel akan diambil. Pengambilan sampel melalui tahap-tahap tertentu.
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Satu populasi dapat dibagi ke dalam gugus tingkat pertama; gugus-gugus
tingkat pertama dapat dibagi lagi ke dalam gugus-gugus tingkat kedua; gugus-gugus
tingkat kedua dapat dibagi lagi ke dalam gugus-gugus tingkat ketiga; dan seterusnya.
Sebagai contoh, jika kita mempunyai populasi warga masyarakat di Propinsi
A, populasi tersebut dapat dibagi kedalam kabupaten-kabupaten sebagai gugus
tingkat pertama, Kecamatan-kecamatan sebagai gugus-gugus tingkat kedua, dan
desa-desa sebagai gugus tingkat ketiga. Cara pengambilan sampel untuk contoh ini
misalnya sebagai berikut :
a. Dipilih lima Kabupaten secara random dari X Kabupaten di Propinsi A.
b. Dari masing-masing Kabupaten terpilih, dipilih tiga Kecamatan secara random,
sehingga diperoleh 15 Kecamatan sampel.
c. Dari masing-masing Kecamatan sampel dipilih lagi secara random dua desa,
sehingga diperoleh 30 desa sampel.
d. Semua warga masyarakat yang berada pada ke-30 desa sampel tersebut akan
diselidiki sebagai sampel penelitian.
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel1
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa SMP Negeri kelas 1 tahun
pelajaran 2004/2005 di Kecamatan Pasarkemis Kabupaten Tangerang. Adapun
teknik pengambilan sampel, dipilih secara multistage random sample yakni
sampling acak yang dilakukan berdasarkan gugus bertahap. Teknik pengambilan
sampel ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo2 dan Kerlinger3 yang menyatakan
bahwa pelaksanaan pengambilan sampel dilakukan dengan cara membagi wilayah 1 Maksum, 2004. Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Siswa Dan Kemampuan Awal Siswa
Dengan Hasil Belajar Matematika, Jakarta: Tesis.2 Soekidjo Notoatmojo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,
h. 87-88.3 Fred N. Kerlinger. 1990. Asas-Asas Penelitian Behavioral, diterjemahkan olehLandung R
Simatupang. Yogyakarta: Universitaas Gadjah Mada, h. 207.
CONTOH : POPULASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
populasi ke dalam sub-sub populasi, dan tiap-tiap sub populasi dibagi kedalam
bagian-bagian yang lebih kecil, dan seterusnya.
Dalam penelitian ini, mula-mula diambil beberapa sekolah sebagai sampel.
Dari beberapa sekolah yang terkena sampel ini diambil beberapa kelas sebagai
sampel, dan akhirnya dari beberapa kelas yang terkena sampel tersebut diambil
beberapa siswa sebagai sampel. Sedangkan untuk menentukan ukuran sampel
yang representatif mewakili populasi dengan tingkat kepercayaan 95% diambil
berdasarkan tabel Krejcie dan Morgan,4 sehingga diperoleh ukuran sampel yang
diperlukan tergambar pada teknik pengambilan sampel berikut ini:
Stage I:Mengambil secara random 2 sekolah dari 3 sekolah negeri dengan jumlah
kelas 17 kelas.
Stage II: Mengambil secara random 5 kelas dari 17 kelas dengan jumlah siswa
190 siswa
Stage III: Dari 190 Siswa, dicari sampelnya berdasarkan tabel Krejcie dan Morgan ,
sehingga diperoleh 127 siswa.
Selanjutnya untuk memperoleh data empirik tentang variabel perhatian
orang tua siswa, dipilih 40 siswa sebagai responden uji coba. Sedangkan 127 siswa
dari SMPN 1 Pasarkemis dan SMPN 3 Pasarkemis dipilih sebagai responden
penelitian akhir. Data dari masing-masing responden dijaring melalui kuesioner
tertutup dengan menggunakan skala bertingkat (rating-scale) Likert.
Penggunaan adopsi dari skala Likert pada penelitian ini didasarkan pada
pendapat Djaali bahwa skala Likert ialah skala yang dapat dipergunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
4 Sugiyono. 2001. Statistik Nonparametris: Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta, h. 11-12.
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
suatu gejala atau fenomena pendidikan5, Sedangkan Selltiz menyatakan
penggunaan skala Likert lebih mudah dikonstruksi dari pada skala Thurstone selain
itu skala Likert memberikan koefisien korelasi lebih tinggi dari pada skala Thurstone.6
Untuk memperoleh data empirik tentang variabel kemampuan awal,
masing-masing reponden/sumber data dijaring melalui tes akademik umum dengan
instrument tes baku yang telah tersedia, sedangkan untuk variabel terikat hasil
belajar matematika siswa dijaring melalui tes bentuk pilihan ganda yang
instrumentnya disusun oleh peneliti
6. Pemilihan Alat Pengumpulan Data
Kesalahan yang sering terjadi
Jenis alat pengumpul data tidak tepat
Skala pengukuran tidak sesuai dengan karakteristik data yang akan
dikumpulkan
Contoh:
Teknik wawancara : performance appraisal pimpinan
Skala likert : opini responden berpendidikan rendah
Alat Pengumpul Data Yang Baik
Validitas (kasahihan)
sejauh mana “ jenis alat ukur ” sesuai untuk mengukur apa yang ingin diukur
ketepatan Reliabilitas (keandalan)
indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya konsistensi
orang sama, waktu berlainan5 Djaali, Pudji Muljono dan Ramly. 2000. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, h. 40.6 Lewis R. Aiken 1997. Psychological Testing and Assessment. London: Allyn and Bacon, h. 254.
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
orang beda, waktu berlainan
1. Metode test – retest
- sampel yang sama diukur 2 kali, alat ukur sama
- jarak waktu 2 minggu
- alat ukur ideal jika H1 = H2
- reliabilitas alat ukur korelasi H1 dan H2
- nilai dapat dibandingkan dengan “ tabel angka kritik nilai r “
2. Metode test – pretest paralel
Gunakan 1 obyek, dengan 2 alat ukur
reliable kedua alat ukur memberi hasil sama
Gunakan 2 obyek, dengan 1 alat ukur
PERTEMUAN IX
PENELITIAN SAMPEL
4 Parameter y menentukan “Sample representative “
1. Variabel Populasi
Tingkat keragaman (heterogenetis) Individu dalam populasi
2. Ukuran / besar sample
Makin besar makin representative
Makin homogen ukuran kecil, cukup representatif
3. Teknik Penentuan sample
Populasi tidak homogen sempurna makin acak representatif
4. Kecermatan memasukkan cirri-ciri populasi
Makin lengkap cirri populasi y dimasukkan dalam sample makin
representative sampel
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
SIFAT METODE PENGAMBILAN SAMPEL IDEAL
1. Memberikan gambaran keseluruhan populasi
2. Sederhana, mudah pelaksanaan
3. Efisien keterangan sebanyak mungkin, biaya rendah
4. memberikan gambaran tingkat ketelitian
UKURAN SAMPEL
5 % ukuran populasi
10 % ukuran populasi
Tergantung heterogenitas individu dalam populasi
Faktor Pertimbanganh Menentukan Ukuran Sampel
1. Derajat keragaman populasi
2. Tingkat ketelitian yang diinginkan
3. Analsisis yang direncanakan
4. Tenaga, Biaya dan Waktu
METODE PENGAMBILAN SAMPEL
1. Secara Acak (random / probability)
2. Tidak Acak
Beberapa contoh :
a. Pngambilan Sampel Acak Sederhana
Tiap individu populasi punya kesempatan sama jadi anggota sampel
Besarnya peluang
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Cara pengambilan sample
1. Diundi Tiap Individu Pop
Tidak sesuai untuk pop besar
Sulit mengundi sempurna
Kecenderungan angka favorit
2. Gunakan Tabel Random
Sesuai untuk pop besar
Kesempatan sama untuk tiap individu
Populasi bersifat homogen
b. Pengambilan Sampel Sistematis (Systematic Sampling)
- Ukuran populasi harus besar
- Populasi homogen
- Cara
Individu I, dipilih acak
Interval sample k = N/n
Nisal : S, S + K, S + 2K
c. Pengambilan Sampel Acak Distratifikasi (Stratified Random Sampling)
- Populasi tidak homogen
- Populasi berlapis (strata) homogen
- Tiap lapisan diambil sample secara acak
- Syarat penggunaan
Kriteria membuat stratifikasi harus jelas (variable)
Ada data pendahuluan populasi, variable Y dipakai
Jumlah individu tiap lapisan
- Besar sample tiap lapisan berimbang
tidak berimbang
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
- Contoh : perlu n total = 150
N stratum I = 1500 n stratum I = 1500/3000 x 150 = 75
N stratum II = 1000 n stratum II = 1000/3000 x 150 = 50
N stratum III = 500 n stratum III = 500/3000 x 150 = 25
3000 150
d. Pengambilan Sampel Gugus Sederhana (Simple Cluster Sampling)
- Tidak ada data lengkap tentang populasi
- Individu dikelompokkan menurut gugus
Contoh : Penelitian terhadap kabupaten
Dipilih desa secara acak (pantai, gunung)
e. Pengambilan Sampel Gugus Bertahap
- Populasi dibagi jadi gugus tingkat I
- Gugus tingkat I tingkat II
Contoh : Penelitian terhadap suatu propinsi
Sample tingkat I : Kabupaten terpilih
Sample tinglat II : Desa terpilih dan seterusnya
f. Pengambilan Sampel Wilayah ( Area Sampling )
Daerah penelitian wilayah-wilayah sample
g. Pengambilan Sampel Tidak Acak
- Berdasarkan pertimbangan tertentu (tujuan penelitian)
- Perlu diketahui sifat populasi sample = populasi
7. PENGUMPULAN DATA
Jenis Data
Primer : Langsung dari sumber pertama
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Sekunder : Tidak langsung dari sumber pertama
Disusun dalam bentuk tertulis
Kualitas data primer ditentukan :
1. Mutu alat pengumpul/ pengukur “ validitas & reabilitas
2. Kualifikasi pengumpul data
3. Ketertiban prosedur
Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
1. Pengukuran
Bidang Ilmu Alat Ukur Hasil Pengukuran
Eksakta Instrumentasi fisik/ baku Kontinyu, berdistribusi normal
Interval : suhu
Rasio : waktu, panjang
Diskrit
Ordinal : kualitas bahan
Sosial 1. Wawancara
2. Observasi
3. Kuisioner
4. Kombinasi
Kontinyu
Rasio : rata-rata umur
Rata-rata penghasilan
Diskrit
Nominal : agama, kelamin
Ordinal : kelas ekonomi
2. Penghitungan Diskrit Rasio : ∑ penduduk
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
A. OBSERVASI (Pengamatan)
Tujuan : mengamati mengerti eksplorasi obyek penelitian
Obyek : belum banyak diketahui
Syarat pelaksanaan :
1. Pengamatan harus sistematis
2. Keadaan obyek waja
3. Obyek harus representative
4. Pengamatan valid reliable
Cara pengamatan :
1. Partisipatif : peneliti menjadi bagian kelompok ŷ diamati
2. Non partisipatif : peneliti berada di luar kelompok ŷ diamati
P. Partisipatif P. Non Partisipatif
Keuntungan
- Obyek tidak terpengaruh oleh
kehadiran pengamat
Kerugian
- Pengamat mudah terpengaruh
oleh obyek tidak tajam
- Pengamat lebih obyektif dan
tajam
- Obyek menjadi tidak wajar
karena merasa diamati
Perlu diperhatikan :
1. Rumusan hipotesis dan tujuan penelitian mengarahkan
pengamatan
2. Teknik pengamatan terkontrol standar ukuran obyektif
3. Pencatatan kondisi pengamatan keterbatasan
4. Hindari prasangka (pengamatan subyektif)
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
B. WAWANCARA
- Proses mengumpulkan informasi melalui komunikasi verbal (Tanya
jawab)
- Proses komunikasi antara responden (R) dan pewawancara (P)
ditentukan : saling mengenal atau tidak saling mengenal
- Jika tidak saling mengenal, hasil ditentukan :
1. Sikap, bakat, pengalaman (P)
2. Keahlian (P) agar (R) mau berbicara
3. Jenis informasi ŷ dikumpulkan (sensitif)
JENIS PENGGUNAAN WAWANCARA
1. Pengobatan kejiwaan (psikoterapi ) validitas
2. Keahlian (P) agar (R) mau berbicara
3. jenis informasi ŷ dikumpulkan (sensitive)
KLASIFIKASI WAWANCARA
1. WAKTU PENGGUNAAN
- awal penelitian/ studi pendahuluan
- eksplorasi data
- akhir penelitian konfirmasi hasil
2. JENIS & TUJUAN PENELITIAN
- pengumpulan pendapatan
- mengungkap fakta
- motivasi (selera) : riset pasar
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
3. KEBEBASAN DAN KEDALAMAN
- tercermin pada bentuk pertanyaan, lama dan frekuensi
wawancara
- jenis
a. W. KLINIS
- jumlah pertanyaan sedikit, monolog
- berulang-ulang, tidak diarahkan oleh (P)
- (P) diperhatikan jawaban, tingkah laku, kosa kata
- untuk mengatasi hambatan kejiwaan
b. W. MENDALAMN
- (P) lebih direktif, berulang
- masalah gerak kejiwaan (introvert, reaktif)
c. W. DENGAN JAWABAN BEBAS
- pertanyaan tidak direncanakan
- mempelajari stimulasi t3 dengan banyak pertanyaan
d. W. TERFOKUS
- sama dengan no. c
- ada teman sebagai acuan
e. W. DENGAN PERTANYAAN TERBUKA
- kurang bebas
- pertanyaan direncanakan sebelumnya
- mengikuti urutan t3
f. W. DENGAN PERTANYAN TERTUTUP
- paling tidak bebas
- (R) hanya memilih jawaban ŷ disediakan
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
SITUASI
Waktu
Tempat
Kehadiran orang lain
Sikap masyarakat
PEWAWANCARA
Karakteristik sosial
Ketrampilan berkomunikasi
Motivasi
Rasa aman
Peka untuk ditayangkan
Sukar untuk ditayangkan
Tingkat minat
Sumber kekhawatiran
Faktor yang mempengaruhi interaksi dalam wawancara
RESPONDEN
Karakteristik sosial Kemampuan menjawab Kemauan menjawab
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
C. KUISIONER (Angket)
- Alat komunikasi antara (P) dan (R) berupa daftar pertanyaan
- Diisi oleh (R)
- Jenis : 1. Kuisioner wawancara
2. Kuisioner tertulis, perhatikan :
- Data tidak sensitif
- (R) mampu menuangkan pikiran secara tertulis
PENYEBARAN KUISIONER
Pertimbangan
1. Tingkat ketelitian hipotesis
2. Kejujuran jawaban
3. Kedalaman informasi
4. Jenis responden
5. Biaya
UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH (R) YANG MENJAWAB
1. Dirangsang agar mau mengisi :
Tampilan menarik, anonim, kegunaannya, singkat, mudah
dimengerti
2. Mengingatkan (R) agar mengisi
Kirimkan susulan, kirim surat
JENIS KUISIONER
1. K. Tertutup
2. K. Terbuka
3. K. Kombinasi tertutup & terbuka
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
- selain pilihan jawaban, kesempatan menjawab bebas
K. TERBUKA K. TERTUTUP
Keuntungan :
- (R) bebas menjawab
- Jawaban dapat menggali obyek
lebih luas
Kerugian :
- Pengolahan data sulit
- Pengisian makan waktu
- Harapan pengembalian
- Hasil penelitian dipengaruhi
kemampuan (R)
- Pengisian lebih cepat
- Harapan dikembalikan lebih
besar
- Pengolahan data mudah
- (R) tidak bebas menjawab
- Pilihan jawaban mungkin
tidak lengkap
- Tidak membuka obyek
penelitian seluas-luasnya
SECARA UMUM :
1. ∑ pertanyaan sedikit
pertanyaan tidak
direncanakan
2. ∑ pertanyaan besar
pertanyaan
direncanakan
Jawaban kompleks/ kaya, mendalam
Kebebasan berkomunikasi (P&R)
Pusat perhatian pada (R)
Waktu tidak terbatas, bisa berulang
Jawab pendek, kaku, kedalam terbatas
Kurang bebas berkomunikasi
Pusat perhatian pada permasalahan
Waktu terbatas, biasanya satu kali
PERLU DIPERHATIKAN
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
1. Pengetahuan (R) tentang permasalahan
2. Teknik mengungkapkan informasi
3. Kondisi ŷ mungkin dihadapi (P) :
- (R) tidak sadar apa ŷ ingin diungkapkan
- (R) tidak punya cukup informasi
4. Penerimaan (R)/ penolakan interpretasi berbeda
5. Sikap (P)
6. Saat “Rawan”
PERSYARATAN PENYUSUNAN KUISIONER
1. Rumusan Pertanyaan
a. Bahasa sederhana, mudah dimengerti, sesuai dengan (R)
b. Kalimat pendek
c. Bebas anggapan : (R) punya pengetahuan/ pengalaman t3
d. Melindungi harga diri (R)
e. Hindari kata-kata dengan arti ganda/ tidak jelas
f. Tiap pertanyaan hanya menyajikan satu pikiran
2. Susunan Pertanyaan
a. Mulai dari pertanyaan ŷ mudah sulit
b. Mulai dari pertanyaan ŷ sifatnya menarik
c. Pertanyaan bersifat “agak pribadi” dibagian akhir kuisioner
d. Jika perlu, lebih dari satu pertanyaan untuk satu sasaran
3. Waktu pengisian tidak terlalu lama (+ 30-45 menit)
Pengujian Kuisioner : (pre-test)
1. Banyak jawaban “tidak tahu” pertanyaan tidak jelas
2. Banyak jawaban “ya” atau “tidak” pertanyaan terlalu mengarah
eksplorasi
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
3. Banyak pertanyaan tidak dijawab pertanyaan sulit
dimengerti
4. Banyak jawaban pada bangun terbuka pilihan kurang
lengkap
BANYAK PENYUSUNAN KUISIONER
1. Merumuskan pertanyaan
2. Menentukan format jawaban
3. Menyusun introduksi
4. Seleksi butir-butir pokok pertanyaan
RUMUSAN PERTANYAAN
Pertanyaan tepat : dipersepsi sama oleh semua responden
1. Hindari bias dalam pertanyaan
2. Hindari pertanyaan bermakna ganda
3. Hindari pertanyaan yang tidak dapat dipahami
4. Hati-hati penggunaan kata kunci
FORMAT JAWABAN
Kebebasan dan kedalaman dalam menjawab pertanyaan sangat terbka –
agak terbuka – agak tertutup – sangat tertutup – bipolar
1. Bagaimana pendapat Anda tentang tindakan/ kebijakan Pemerintah
mengatasi perekonomian
2. Apa yang harus dilakukan Perusahaan untuk menstabilkan nilai Rupiah
3. Sistem kurs apa ŷ diterapkan untuk menstabilkan nilai Rupiah
4. Apakaha nda setuju dengan penerapan Sistem Dewan Mata Uang
a. Sangat setuju d. Sangat tidak setuju
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
b. Setuju e. Tidak tahu
c. Tidak setuju
5. Apakah Anda punya simpanan Deposito
a. Punya b. Tidak punya
PENGUKURAN & PENGOLAHAN DATA
PENGUKURAN
Menghubungkan konsep ŷ abstrak (teori) dengan gejala empiris ŷ nyata
Contoh :
Jika temperatur naik, sepotong logam jadi lebih panjang
perlu alat ukur
BEDA PENGUKURAN BIDANG SOSIAL & EKSAKTA
EKSAKTA
Objek jelas kongkrit mudah diukur & dipahami
Langsung mengukur obyek ŷ dimaksud
SOSIAL
Obyek abstrak sulit dibayangkan & diukur
Diukur melalui indikan (cirri-ciri/ atribut) obyek
Contoh :
Teknologi tingkat otomatis
Tingkat persaingan ∑ perusahaan sejenis
Ketrampilan karyawan lama pengalaman, lingkup pekerjaan
PENGUKURAN
Definisi : penetapan/ pemberian angka terhadap objek atau
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
fenomena menurut aturan tertentu
Jenis-jenis Ukuran
1. Nominal
2. Ordinal
3. Interval
4. Rasio
1. Ukuran Nominal
- angka diberikan pelayanan tangibles = 1
- contoh : kualitas pelayanan responsiveness = 2
- Tidak ada operasi matematika reliability = 3
2. Ukuran Ordinal
- pengertian ranking
- contoh = penyebab “botlleneck”
- kecepatan (waktu proses) mesin = 1
- operator = 3
- bahan baku = 2
3. Ukuran Interval
- sifat ordinal + (jarak sama)
- jarak yang sama untuk set objek
- tidak memberikan jumlah absolute dari objek
4. Ukuran Rasio
- mencakup semua ukuran (nominal + ordinal + interval)
- nilai absolut dari objek yang diukur
- mempunyai titik nol
Proses pengukuran terdiri atas :
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
1. Memilih peristiwa yang diamati
2. Menggunakan angka/symbol untuk mewakili aspek ŷ diukur
3. Menerapkan aturan pemetaan (hubungan pengamatan dengan symbol)
Jenis Skala Ciri-ciri Skala Operasi Empiris
1. Nominal
2. Ordinal
3. Interval
4. Rasio
Tidak ada urutan, jarak, ataut
itik awal yang unik
Berurutan, tidak ada jarak atau
titik awal yang unik
Berurutan dan berjarak, tetapi
tidak ada titik awal yang unik
Berurutan, berjarak, dan
memiliki titik awal yang unik
Penentuan kesamaan
Penentuan nilai lebih besar
atau kecil daripada
Penentuan kesamaan interval
atau selisih
Penentuan kesamaan rasio
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
PERTEMUAN VIII
Pemilihan Alat Pengumpulan Data
Kesalahan yang sering terjadi
Jenis alat pengumpul data tidak tepat
Skala pengukuran tidak sesuai dengan karakteristik data yang akan
dikumpulkan
Contoh:
- Teknik wawancara : performance appraisal pimpinan
- Skala likert : opini responden berpendidikan rendah
Alat Pengumpul Data Yang Baik
1. Validitas (kasahihan)
sejauh mana “ jenis alat ukur ” sesuai untuk mengukur apa yang ingin
diukur ketepatan
2. Reliabilitas (keandalan)
indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya
konsistensi
orang sama, waktu berlainan
orang beda, waktu berlainan
Pengukuran Reliabilitas
1. Metode test – retest
- sampel yang sama diukur 2 kali, alat ukur sama
- jarak waktu 2 minggu
- alat ukur ideal jika H1 = H2
- reliabilitas alat ukur korelasi H1 dan H2
Hasil sama
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
- nilai dapat dibandingkan dengan “ tabel angka kritik nilai r “
2. Metode test – pretest paralel
• Gunakan 1 obyek, dengan 2 alat ukur
reliable kedua alat ukur memberi hasil sama
• Gunakan 2 obyek, dengan 1 alat ukur
Koefisien realibilitas
Rumus korelasi
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
PERTEMUAN IX
PENELITIAN SAMPEL
5 Parameter y menentukan “Sample representative “
1. Variabel Populasi
Tingkat keragaman (heterogenetis) Individu dalam populasi
2. Ukuran / besar sample
Makin besar makin representative
Makin homogen ukuran kecil, cukup representatif
3. Teknik Penentuan sample
Populasi tidak homogen sempurna makin acak representatif
4. Kecermatan memasukkan cirri-ciri populasi
Makin lengkap cirri populasi y dimasukkan dalam sample makin
representative sampel
SIFAT METODE PENGAMBILAN SAMPEL IDEAL
1. Memberikan gambaran keseluruhan populasi
2. Sederhana, mudah pelaksanaan
3. Efisien keterangan sebanyak mungkin, biaya rendah
4. memberikan gambaran tingkat ketelitian
UKURAN SAMPEL
5 % ukuran populasi
10 % ukuran populasi
Tergantung heterogenitas individu dalam populasi
Faktor Pertimbanganh Menentukan Ukuran Sampel
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
1. Derajat keragaman populasi
2. Tingkat ketelitian yang diinginkan
3. Analsisis yang direncanakan
4. Tenaga, Biaya dan Waktu
METODE PENGAMBILAN SAMPEL
1. Secara Acak (random / probability)
2. Tidak Acak
Beberapa contoh :
h. Pngambilan Sampel Acak Sederhana
Tiap individu populasi punya kesempatan sama jadi anggota sampel
Besarnya peluang
Cara pengambilan sample
1. Diundi Tiap Individu Pop
Tidak sesuai untuk pop besar
Sulit mengundi sempurna
Kecenderungan angka favorit
2. Gunakan Tabel Random
Sesuai untuk pop besar
Kesempatan sama untuk tiap individu
Populasi bersifat homogen
i. Pengambilan Sampel Sistematis (Systematic Sampling)
- Ukuran populasi harus besar
- Populasi homogen
- Cara
Individu I, dipilih acak
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Interval sample k = N/n
Nisal : S, S + K, S + 2K
j. Pengambilan Sampel Acak Distratifikasi (Stratified Random Sampling)
- Populasi tidak homogen
- Populasi berlapis (strata) homogen
- Tiap lapisan diambil sample secara acak
- Syarat penggunaan
Kriteria membuat stratifikasi harus jelas (variable)
Ada data pendahuluan populasi, variable Y dipakai
Jumlah individu tiap lapisan
- Besar sample tiap lapisan berimbang
tidak berimbang
- Contoh : perlu n total = 150
N stratum I = 1500 n stratum I = 1500/3000 x 150 = 75
N stratum II = 1000 n stratum II = 1000/3000 x 150 = 50
N stratum III = 500 n stratum III = 500/3000 x 150 = 25
3000 150
k. Pengambilan Sampel Gugus Sederhana (Simple Cluster Sampling)
- Tidak ada data lengkap tentang populasi
- Individu dikelompokkan menurut gugus
Contoh : Penelitian terhadap kabupaten
Dipilih desa secara acak (pantai, gunung)
l. Pengambilan Sampel Gugus Bertahap
- Populasi dibagi jadi gugus tingkat I
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
- Gugus tingkat I tingkat II
Contoh : Penelitian terhadap suatu propinsi
Sample tingkat I : Kabupaten terpilih
Sample tinglat II : Desa terpilih dan seterusnya
m. Pengambilan Sampel Wilayah ( Area Sampling )
Daerah penelitian wilayah-wilayah sample
n. Pengambilan Sampel Tidak Acak
- Berdasarkan pertimbangan tertentu (tujuan penelitian)
- Perlu diketahui sifat populasi sample = populasi
PENGUMPULAN DATA
Jenis Data
Primer : Langsung dari sumber pertama
Sekunder : Tidak langsung dari sumber pertama
Disusun dalam bentuk tertulis
Kualitas data primer ditentukan :
1. Mutu alat pengumpul/ pengukur “ validitas & reabilitas
2. Kualifikasi pengumpul data
3. Ketertiban prosedur
Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
3. Pengukuran
Bidang Ilmu Alat Ukur Hasil Pengukuran
Eksakta Instrumentasi fisik/ baku Kontinyu, berdistribusi normal
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Interval : suhu
Rasio : waktu, panjang
Diskrit
Ordinal : kualitas bahan
Sosial 5. Wawancara
6. Observasi
7. Kuisioner
8. Kombinasi
Kontinyu
Rasio : rata-rata umur
Rata-rata penghasilan
Diskrit
Nominal : agama, kelamin
Ordinal : kelas ekonomi
4. Penghitungan Diskrit Rasio : ∑ penduduk
D. OBSERVASI (Pengamatan)
Tujuan : mengamati mengerti eksplorasi obyek penelitian
Obyek : belum banyak diketahui
Syarat pelaksanaan :
5. Pengamatan harus sistematis
6. Keadaan obyek waja
7. Obyek harus representative
8. Pengamatan valid reliable
Cara pengamatan :
3. Partisipatif : peneliti menjadi bagian kelompok ŷ diamati
4. Non partisipatif : peneliti berada di luar kelompok ŷ diamati
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
P. Partisipatif P. Non Partisipatif
Keuntungan
- Obyek tidak terpengaruh oleh
kehadiran pengamat
Kerugian
- Pengamat mudah terpengaruh
oleh obyek tidak tajam
- Pengamat lebih obyektif dan
tajam
- Obyek menjadi tidak wajar
karena merasa diamati
Perlu diperhatikan :
1. Rumusan hipotesis dan tujuan penelitian mengarahkan
pengamatan
2. Teknik pengamatan terkontrol standar ukuran obyektif
3. Pencatatan kondisi pengamatan keterbatasan
4. Hindari prasangka (pengamatan subyektif)
E. WAWANCARA
- Proses mengumpulkan informasi melalui komunikasi verbal (Tanya
jawab)
- Proses komunikasi antara responden (R) dan pewawancara (P)
ditentukan : saling mengenal atau tidak saling mengenal
- Jika tidak saling mengenal, hasil ditentukan :
4. Sikap, bakat, pengalaman (P)
5. Keahlian (P) agar (R) mau berbicara
6. Jenis informasi ŷ dikumpulkan (sensitif)
JENIS PENGGUNAAN WAWANCARA
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
1. Pengobatan kejiwaan (psikoterapi ) validitas
2. Keahlian (P) agar (R) mau berbicara
3. jenis informasi ŷ dikumpulkan (sensitive)
KLASIFIKASI WAWANCARA
4. WAKTU PENGGUNAAN
- awal penelitian/ studi pendahuluan
- eksplorasi data
- akhir penelitian konfirmasi hasil
5. JENIS & TUJUAN PENELITIAN
- pengumpulan pendapatan
- mengungkap fakta
- motivasi (selera) : riset pasar
6. KEBEBASAN DAN KEDALAMAN
- tercermin pada bentuk pertanyaan, lama dan frekuensi
wawancara
- jenis
a. W. KLINIS
- jumlah pertanyaan sedikit, monolog
- berulang-ulang, tidak diarahkan oleh (P)
- (P) diperhatikan jawaban, tingkah laku, kosa kata
- untuk mengatasi hambatan kejiwaan
b. W. MENDALAMN
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
- (P) lebih direktif, berulang
- masalah gerak kejiwaan (introvert, reaktif)
c. W. DENGAN JAWABAN BEBAS
- pertanyaan tidak direncanakan
- mempelajari stimulasi t3 dengan banyak pertanyaan
d. W. TERFOKUS
- sama dengan no. c
- ada teman sebagai acuan
e. W. DENGAN PERTANYAAN TERBUKA
- kurang bebas
- pertanyaan direncanakan sebelumnya
- mengikuti urutan t3
f. W. DENGAN PERTANYAN TERTUTUP
- paling tidak bebas
- (R) hanya memilih jawaban ŷ disediakan
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
SITUASI
Waktu
Tempat
Kehadiran orang lain
Sikap masyarakat
PEWAWANCARA
Karakteristik sosial
Ketrampilan berkomunikasi
Motivasi
Rasa aman
ISI WAWANCARA
Peka untuk ditayangkan
Sukar untuk ditayangkan
Tingkat minat
Sumber kekhawatiran
Faktor yang mempengaruhi interaksi dalam wawancara
RESPONDEN
Karakteristik sosial Kemampuan menjawab Kemauan menjawab
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
F. KUISIONER (Angket)
- Alat komunikasi antara (P) dan (R) berupa daftar pertanyaan
- Diisi oleh (R)
- Jenis : 1. Kuisioner wawancara
2. Kuisioner tertulis, perhatikan :
- Data tidak sensitif
- (R) mampu menuangkan pikiran secara tertulis
PENYEBARAN KUISIONER
Pertimbangan
6. Tingkat ketelitian hipotesis
7. Kejujuran jawaban
8. Kedalaman informasi
9. Jenis responden
10. Biaya
UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH (R) YANG MENJAWAB
3. Dirangsang agar mau mengisi :
Tampilan menarik, anonim, kegunaannya, singkat, mudah dimengerti
4. Mengingatkan (R) agar mengisi
Kirimkan susulan, kirim surat
JENIS KUISIONER
4. K. Tertutup
5. K. Terbuka
6. K. Kombinasi tertutup & terbuka
- selain pilihan jawaban, kesempatan menjawab bebas
K. TERBUKA K. TERTUTUP
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Keuntungan :
- (R) bebas menjawab
- Jawaban dapat menggali obyek
lebih luas
Kerugian :
- Pengolahan data sulit
- Pengisian makan waktu
- Harapan pengembalian
- Hasil penelitian dipengaruhi
kemampuan (R)
- Pengisian lebih cepat
- Harapan dikembalikan lebih
besar
- Pengolahan data mudah
- (R) tidak bebas menjawab
- Pilihan jawaban mungkin
tidak lengkap
- Tidak membuka obyek
penelitian seluas-luasnya
SECARA UMUM :
3. ∑ pertanyaan sedikit
pertanyaan tidak
direncanakan
4. ∑ pertanyaan besar
pertanyaan
direncanakan
Jawaban kompleks/ kaya, mendalam
Kebebasan berkomunikasi (P&R)
Pusat perhatian pada (R)
Waktu tidak terbatas, bisa berulang
Jawab pendek, kaku, kedalam terbatas
Kurang bebas berkomunikasi
Pusat perhatian pada permasalahan
Waktu terbatas, biasanya satu kali
PERLU DIPERHATIKAN
7. Pengetahuan (R) tentang permasalahan
8. Teknik mengungkapkan informasi
9. Kondisi ŷ mungkin dihadapi (P) :
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
- (R) tidak sadar apa ŷ ingin diungkapkan
- (R) tidak punya cukup informasi
10. Penerimaan (R)/ penolakan interpretasi berbeda
11. Sikap (P)
12. Saat “Rawan”
PERSYARATAN PENYUSUNAN KUISIONER
4. Rumusan Pertanyaan
g. Bahasa sederhana, mudah dimengerti, sesuai dengan (R)
h. Kalimat pendek
i. Bebas anggapan : (R) punya pengetahuan/ pengalaman t3
j. Melindungi harga diri (R)
k. Hindari kata-kata dengan arti ganda/ tidak jelas
l. Tiap pertanyaan hanya menyajikan satu pikiran
5. Susunan Pertanyaan
a. Mulai dari pertanyaan ŷ mudah sulit
b. Mulai dari pertanyaan ŷ sifatnya menarik
c. Pertanyaan bersifat “agak pribadi” dibagian akhir kuisioner
d. Jika perlu, lebih dari satu pertanyaan untuk satu sasaran
6. Waktu pengisian tidak terlalu lama (+ 30-45 menit)
Pengujian Kuisioner : (pre-test)
1. Banyak jawaban “tidak tahu” pertanyaan tidak jelas
2. Banyak jawaban “ya” atau “tidak” pertanyaan terlalu mengarah
3. Banyak pertanyaan tidak dijawab pertanyaan sulit dimengerti
4. Banyak jawaban pada bangun terbuka pilihan kurang lengkap
BANYAK PENYUSUNAN KUISIONER
5. Merumuskan pertanyaan
6. Menentukan format jawaban
eksplorasi
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
7. Menyusun introduksi
8. Seleksi butir-butir pokok pertanyaan
RUMUSAN PERTANYAAN
Pertanyaan tepat : dipersepsi sama oleh semua responden
5. Hindari bias dalam pertanyaan
6. Hindari pertanyaan bermakna ganda
7. Hindari pertanyaan yang tidak dapat dipahami
8. Hati-hati penggunaan kata kunci
FORMAT JAWABAN
Kebebasan dan kedalaman dalam menjawab pertanyaan sangat terbka – agak terbuka –
agak tertutup – sangat tertutup – bipolar
6. Bagaimana pendapat Anda tentang tindakan/ kebijakan Pemerintah mengatasi
perekonomian
7. Apa yang harus dilakukan Perusahaan untuk menstabilkan nilai Rupiah
8. Sistem kurs apa ŷ diterapkan untuk menstabilkan nilai Rupiah
9. Apakaha nda setuju dengan penerapan Sistem Dewan Mata Uang
a. Sangat setuju d. Sangat tidak setuju
b. Setuju e. Tidak tahu
c. Tidak setuju
10. Apakah Anda punya simpanan Deposito
a. Punya b. Tidak punya
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
PENGUKURAN & PENGOLAHAN DATA
PENGUKURAN
Menghubungkan konsep ŷ abstrak (teori) dengan gejala empiris ŷ nyata
Contoh :
Jika temperatur naik, sepotong logam jadi lebih panjang
perlu alat ukur
BEDA PENGUKURAN BIDANG SOSIAL & EKSAKTA
EKSAKTA
Objek jelas kongkrit mudah diukur & dipahami
Langsung mengukur obyek ŷ dimaksud
SOSIAL
Obyek abstrak sulit dibayangkan & diukur
Diukur melalui indikan (cirri-ciri/ atribut) obyek
Contoh :
Teknologi tingkat otomatis
Tingkat persaingan ∑ perusahaan sejenis
Ketrampilan karyawan lama pengalaman, lingkup pekerjaan
PENGUKURAN
Definisi : penetapan/ pemberian angka terhadap objek atau
fenomena menurut aturan tertentu
Jenis-jenis Ukuran
1. Nominal
2. Ordinal
3. Interval
4. Rasio
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
5. Ukuran Nominal
- angka diberikan pelayanan tangibles = 1
- contoh : kualitas pelayanan responsiveness = 2
- Tidak ada operasi matematika reliability = 3
6. Ukuran Ordinal
- pengertian ranking
- contoh = penyebab “botlleneck”
- kecepatan (waktu proses) mesin = 1
- operator = 3
- bahan baku = 2
7. Ukuran Interval
- sifat ordinal + (jarak sama)
- jarak yang sama untuk set objek
- tidak memberikan jumlah absolute dari objek
8. Ukuran Rasio
- mencakup semua ukuran (nominal + ordinal + interval)
- nilai absolut dari objek yang diukur
- mempunyai titik nol
Proses pengukuran terdiri atas :
4. Memilih peristiwa yang diamati
5. Menggunakan angka/symbol untuk mewakili aspek ŷ diukur
6. Menerapkan aturan pemetaan (hubungan pengamatan dengan symbol)
Jenis Skala Ciri-ciri Skala Operasi Empiris
5. Nominal
6. Ordinal
Tidak ada urutan, jarak, ataut
itik awal yang unik
Berurutan, tidak ada jarak atau
titik awal yang unik
Penentuan kesamaan
Penentuan nilai lebih besar
atau kecil daripada
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
7. Interval
8. Rasio
Berurutan dan berjarak, tetapi
tidak ada titik awal yang unik
Berurutan, berjarak, dan
memiliki titik awal yang unik
Penentuan kesamaan interval
atau selisih
Penentuan kesamaan rasio
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
PERTEMUAN X
PENGUMPULAN DATA
Jenis Data
Primer : Langsung dari sumber pertama , diperoleh dengan metode pengumpulan data
Sekunder : Tidak langsung dari sumber pertama , telah disusun dalam bentuk
tertulis
Kualitas data primer ditentukan :
Mutu alat pengumpul/ pengukur “ validitas & reabilitas
Kualifikasi pengumpul data
Ketertiban prosedur
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
Pengukuran : bersifat kontinyu, diskrit
Penghitungan : data bersifat diskrit Contoh : ∑ penduduk
Proses pengukuran
1. OBSERVASI
Tujuan : mengamati, mengerti, eksplorasi obyek penelitian
Obyek : belum banyak diketahui
Syarat pelaksanaan :
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Pengamatan harus sistematis
Keadaan obyek waja
Obyek harus representative
Pengamatan valid reliable
OBSERVASI
Perhatikan :
Rumusan hipotesis dan tujuan penelitian mengarahkan pengamatan
Teknik pengamatan terkontrol, standar ukuran obyektif
Pencatatan kondisi pengamatan keterbatasan
Hindari prasangka (pengamatan subyektif)
Metode pengamatan
Partisipatif : peneliti menjadi bagian kelompok ŷ diamati
Non partisipatif : peneliti berada di luar kelompok ŷ diamati
WAWANCARA
Proses mengumpulkan informasi melalui komunikasi verbal (Tanya jawab)
Proses komunikasi antara responden dan pewawancara
Ditentukan : saling mengenal atau tidak
Jika tidak saling mengenal, hasil ditentukan :
Sikap, bakat, pengalaman (P)
Keahlian (P) agar (R) mau berbicara
Jenis informasi ŷ dikumpulkan (sensitif)
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
PERTEMUAN XII
artikel asli (hasil penelitian)
catatan pendek ttg penelitian atau metode
ulasan (tinjauan pustaka dan tren riset)
tanggapan/sanggahan
JUDUL
I. surat, koreksi
II. Jumlah kata 12-15 kata
III. Mencerminkan isi dengan pas
IV. Memuat kata-kata kunci
V. Tidak ada singkatan, rumus, jargon
VI. Tidak ada kata “pengaruh”, “studi”, “beberapa”, “pengamatan pada”, ...
VII. Biasanya tidak mengandung kata kerja
VIII. Tak ada metafora seperti puisi, peribahasa
IX. Terjemahannya dalam bahasa Inggris
X. Contoh kurang baik: “Beras: Materi sejati untuk hidup”
PENULIS
Urutan nama penulis harus sudah disepakati
Penulis harus bertanggung jawab atas isi
Taat asas dalam menuliskan nama, khususnya mereka yang tidak memiliki nama
keluarga
Jangan seperti ini: Johara Dj.
Tetapkan penulis korespondensi (diberi tanda)
Semua nama ditulis tanpa gelar
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
ALAMAT
Alamat pos (lebih permanen)
Alamat lebih lengkap untuk penulis korespondensi
Kelaziman sekarang dengan alamat e-mail
Untuk mahasiswa pascasarjana, tuliskan nama perguruan tinggi tempat studi dan
lembaga asal (jika ada)
Contoh tidak baik: Staf pengajar pada Jurusan xxx, Universitas ...
ABSTRAK
Periksa ketentuan jumlah kata maksimum (biasanya 200)
Supaya hemat kata, jangan mengulang judul dalam abstrak
Periksa ketentuan jumlah paragraf
Periksa keutuhan isi abstrak (bukan pengantar)
Hal yang perlu dimuat: pendapat baru, pendekatan atau metode yang diterapkan, hasil-
hasil penting, simpulan
Tidak ada pengacuan ke tabel, ilustrasi, rujukan
Singkatan harus dijelaskan, atau kalau tidak akan digunakan lagi dalam abstrak,
singkatan tidak perlu diperkenalkan
Abstrak berbahasa Inggris: gunakan bantuan program Word
PENDAHULUAN
Berisi latar belakang permasalahan
Hipotesis (kalau ada)
Status ilmiah dewasa ini
Sering mengacu pustaka yang menjadi landasan atau alasan penelitian
Cara pendekatan atau memecahkan masalah (Mungkin tidak semua masalah yang akan
diatasi)
Tujuan penelitian
Biasanya tidak terlalu ekstensif: ada yang hanya 3-4 paragraf, atau 2 halaman ketik spasi
ganda
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Manfaat penelitian tidak perlu (terbawa dari format usulan penelitian)
METODE
Apakah uraian sudah terperinci (bahan – penarikan contoh – analisis – pengolahan data)
keterulangan hasil dapat dijamin
Jika metode mengacu pada prosedur standar, tulis standarnya
Jangan mengacu prosedur praktikum
Kurang baik:
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat “deskriptif” atau
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat “eksperimen”
Jangan gunakan bentuk kalimat perintah
Alat seperti gunting, gelas ukur, pensil, ... tak perlu ditulis, tetapi perincilah peralatan
analitis (bahkan sampai ke tipe)
Satuan SI untuk kuantitas
Singkatan yang sudah standar
HASIL
Sajikan secara bersistem lihat ‘tujuan penelitian’ atau hipotesis
Hanya data yang berkait dengan tujuan
Sederhanakan tabel yang terlalu besar & rumit
Tidak ada data yang ditampilkan berulang
Hasil didukung oleh olahan data dan ilustrasi yang baik (beri nomor dan diacu dalam
teks)
Jangan menarasikan angka dalam tabel atau ilustrasi tetapi nyatakan dengan kalimat
yang memberi penguatan temuan penelitian
PEMBAHASAN
Tidak mengulang hasil secara ekstensif
Tidak sekadar menarasikan hasil
Tunjukkan hubungan yang ada di antara fakta-fakta selama pengamatan
Sudahkah hasil penelitian diberi makna?
Beri kesan kecendekiaan peneliti
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Berargumentasi secara logis dalam menafsir dan memberi implikasi
Adakah keterbatasan temuan?
Adakah spekulasi yang berlebihan?
Apakah pendapat penulis terkemas dalam paragraf yang baik?
SIMPULAN dan SARAN
Tidak mengulang hasil secara verbatim
Buatlah generalisasi dengan hati-hati (perhatikan keterbatasan hasil temuan)
Implikasi temuan dapat ditulis
Saran harus berkait dengan pelaksanaan atau hasil penelitian (tidak mengada-ada)
Kalau penelitian harus dilanjutkan, yang mana? bagaimana?
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih kepada pihak pemberi dana, bahan dan sarana penelitian, sponsor,
yang pantas?
Semua nama yang tercantum sudah dikonfirmasi
Ungkapan secara wajar
CATATAN KAKI
Hindari catatan kaki dalam teks karena dapat
mengganggu konsentrasi pembaca
Lebih hemat: gunakan catatan akhir (end note)
Lambang yang digunakan: angka superior (1,2), huruf
PUSTAKA/REFERENSI
superior (a, b), atau lambang (*, §)
Lihat aturan jurnal (sistem nomor atau nama-tahun)
Perhatikan singkatan untuk nama jurnal: Phys. (= Physics), Biol. (= Biology)
Cermati mutu pustaka acuan (keprimeran dan kemutakhiran > 80%)
Periksa kelengkapan nama pengarang (nama depan dan nama belakang)
Sesuaikan dengan acuan di dalam teks
Periksa kelengkapan identitas artikel jurnal (volume, namar halaman)
Periksa nama penerbit dan satu nama kota: New York: Academic Press
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
KEBAHASAAN
Ejaan: Pedoman Ejaan yang Disempurnakan
Penggunaan tanda baca koma, titik koma, titik dua, huruf kapital
Contoh: ... lemari, meja, dan kursi.
Penyesuaian ejaan: phospat fosfat
et al. et al.
Kata Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
dirubah diubah
coklat cokelat
seluruh vs. semua
masing-masing vs. setiap
berat vs. bobot
sirop vs. sirup
respon respons
Peristilahan lihat Glosarium Istilah (Pusat Bahasa)
mikroba mikrob
temperatur suhu
bromocresol purple ungu bromokresol
berat vs. bobot
dirjen vs. ditjen
Ragam kalimat Tesaurus bahasa Indonesia
Paragraf: 1 paragraf 1 kalimat?
Tata bahasa: penggunaan kata “di mana”
“sehingga”, “sedangkan” (k. hubung) bukan awal kalimat
Lainnya:
... antara ... dan ... (bukan ... antara ... dengan ...)
... terdiri dari ... ... terdiri atas ...
... tergantung dari ... ... bergantung pada ...
... 2,0 – 2,5 gr 2,0-2,5 g
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
ILUSTRASI
Gambar (grafik garis, histogram, bar chart, diagram lingkar, bagan, potret, peta, denah,
sketsa, spektrum senyawa) dan tabel
Kalau perlu diperkecil, misalnya spektrum dan kromatogram senyawa
Fungsi:
makna lebih luas daripada ungkapan dengan kalimat
informasi lebih terperinci tetapi tidak memakan tempat
dapat dilihat secara terpadu
lebih menarik
sarana untuk membangun argumen dalam bagian Pembahasan
Syarat keefektifan ilustrasi
kegunaan: artinya ilustrasi harus memperkuat teks
diletakkan berdekatan dengan teks yang bersangkutan (tugas tata letak)
mudah diingat karena jelas, sederhana, menarik, dan self explanatory
seringkali dibedakan spasi dan ukuran font untuk ilustrasi dan teksnya
ilustrasi yang diperoleh dari pustaka perlu disebutkan sumbernya; bila dilindungi
hak cipta, mintakan izin resmi
Ilustrasi diberi nomor urut sesuai dengan kemunculannya dalam teks
Ilustrasi harus dirujuk sekurang-kurangnya satu kali dalam teks sebelumnya, misalnya
… seperti ditunjukkan pada Gb. 7.
… nyata dari lintasan kurva pada Tabel 3.
… menyatakan bentuk sigmoid (Gambar 1).
Perhatikan penggunaan huruf kapital untuk kata gambar dan tabel yang diikuti
nomor.
Grafik Garis
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
menampilkan arah kecenderungan dan menggambarkan kisaran; melukiskan
nilai kontinum dengan kelakuan peubah bebas (sumbu X) dan peubah takbebas
(sumbu Y)
pada area gambar dapat dimuat bermacam-macam garis dan bintik data.
Untuk meningkatkan keefektifan:
beri judul (caption)
lengkapi dengan legenda
kurangi atau redam garis bantu yang tidak perlu
bedakan tebal garis: misalnya tebal kisi:sumbu:kurva = 1:1,4:2
bedakan jenis garis, misalnya garis padat dan garis teritik, dan hati-hati bila ada
garis yang berpotongan
bedakan bintik data
tak perlu garis tambahan untuk menjelaskan kurva
Untuk informasi kualitatif: tidak diperlukan skala pada sumbunya, cukup arah
saja
Untuk informasi kuantitatif: nyatakan skala pada sumbunya, lengkapi satuan
(perhatikan letak satuan), dan kadang-kadang diperlukan kisi (grid)
Bagan
tidak terperinci seperti potret
Bagan alir: menampilkan kaitan langkah-langkah dalam proses, hubungan
antarunsur
Gunakan anak panah (kalau perlu)
Teks dapat ditulis dalam berbagai bentuk kotak, elips, dsb. untuk membedakan
mana yang produk dan mana yang proses
Diagram Lingkar
= pie chart: pecahan atau porsi dari suatu entitas
Dibandingkan dengan histogram; kurang dapat memperlihatkan perbandingan
secara tepat
Dapat dibuat dengan kesan datar (dua dimensi), atau “tiga dimensi”
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Uraian sedapat-dapatnya dimasukkan ke dalam diagram → jumlah pangsa < 7,
dan pangsa minimum 5%
Kalau mungkin pangsa diurutkan dari yang terbesar, dari posisi pk. 12.00
Pangsa dapat diberi warna atau shade, asalkan jangan terkesan “ramai”
Diagram Batang
menampilkan beberapa perbandingan
Setiap batang masih dapat dibagi menjadi ruas-ruas
data yang ditampilkan bersifat diskret
cara lain untuk menambah informasi: gambar perspektif 3-dimensi
salah satu ragam: posisi batang horizontal
lebar kolom harus seragam, jarak antarkolom bisa dihilangkan kalau jumlah
batang banyak, anggota satu set kolom bisa dibedakan dengan shade atau
pattern, dan bahkan bisa digabung jika ada pertumpangtindihan data
ragam lain: diagram waktu; batang diposisikan horizontal dan dapat diberi ruas-
ruas untuk menunjukkan target dan kenyataan yang dicapai selama pelaksanaan
kegiatan
Tabel
memungkinkan satu atau beberapa set fakta disajikan secara tepat
mirip seperti sumbu X dan Y tetapi tidak perlu ada makna kuantitatif dan
beberapa “peubah bebas” dapat dimasukkan
dapat memuat informasi dengan magnitude yang beragam. Narasi bisa lebih
banyak daripada narasi gambar jika penulis bisa memanfaatkan potensinya
cara mengefektifkan tabel:
satuan harus seragam (di seluruh tabel, atau kolom, atau baris)
angka signifikan perlu diperhatikan, tidak perlu semua desimal ditulis
gunakan hanya satuan SI
penyejajaran angka berdasarkan desimal
rata kiri lebih baik
bedakan 0, tak ada data, dan tak diuji
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
kurangi garis bantu terutama garis vertikal; biasanya 3 garis horizontal
sudah cukup
bentuk tidak terlalu panjang dan “kurus”, optimumkan pemakaian ruang;
pemecahan: potong dua berdasarkan panjang dan letakkan
berdampingan atau: tukar dimensi tabelnya
Kerangka Tabel
Unsur penting untuk tabel: judul, tajuk (heading), catatan kaki tabel (table
footnote).
Contoh yang kurang baik
Judul
singkat tetapi memberi informasi lengkap mengenai isi tabel
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
diakhiri titik
hanya huruf pertama yang kapital
dapat mencantumkan satuan
dapat mencantumkan pustaka sumber
Kepala kolom
tempat sempit: buat kepala yang singkat tetapi jangan membingungkan
menjelaskan data yang muncul dalam kolom ybs.
dapat memuat satuan
Baris entri:
huruf kapital hanya pada kata pertama
menjelaskan data yang muncul dalam baris ybs.
dapat memuat satuan
Catatan kaki tabel dapat memuat
perincian eksperimen
keterbatasan data
jumlah eksperimen
keterangan statistika
pustaka sumber
arti lambang a, b, c, dan non-numerik lain yang tercantum dalam tabel
Daftar
daftar hanya memiliki 1 atau 2 kolom
tidak perlu diberi nomor, judul, catatan kaki
dapat disusun vertikal, rata kanan tetapi tidak sejajar dengan teks
dapat diberi nomor “entri” tetapi tidak perlu diberi bullet
nomori dengan angka arab
setiap “entri” tidak perlu diakhiri titik dan tidak perlu diawali huruf kapital
susunan daftar yang lebih baik ialah horizontal dengan urutan (1) ….., (2), ….., dan (n)
contoh tabel atau daftar yang kurang berguna → lebih baik diungkapkan dengan teks
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Foto
umumnya redaksi meminta foto dicetak pada kertas glossy
untuk meningkatkan keefektifan potret:
gambar yang fokus (tidak kabur)
benar-benar menampilkan yang dimaksud, tidak terganggu oleh objek
lain
jumlahnya tidak banyak
ada skala (pembanding ukuran)
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
PERTEMUAN XIII
Proposal Penelitian
Usulan penelitian yang diajukan oleh seseorang/instansi/organisasi untuk menghasilkan
“output” tertentu
Jenis proposal (pembiayaan)
1. inisiatif dan kepentingan peneliti sendiri
2. Kepentingan pihak lain ( pesanan dari instansi-instansi )
SKRIPSI
Karya tulis akademik hasil studi atau penelitian yang disusun secara sistematis
berdasarkan metode ilmiah, baik melalui penelitian induktif maupun deduktif, yang
dilakukan oleh mahasiswa di bawah pengawasan pembimbingnya.
Menilai kemampuan mahasiswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan selama
menempuh program pendidikan.
Berupaya mengungkapkan secara jelas dan tepat mengenai masalah yang dikaji,
kerangka pemikiran untuk mendekati pemecahan masalah, tujuan dan cara
pelaksanaan studi untuk memecahkan masalah, serta pembahasan hasil dan
implikasinya.
Proposal penelitian
1. Preliminary Proposal
2. Technical Proposal
proposal pendahuluan , disusun secara ringkas.
Isinya meliputi :
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Identifikasi dan perumusan masalah.
Perumusan hipotesis/dugaan dasar.
Penetuan kerangaka konseptual dan metode untuk memecahkan masalah.
Penetapan tujuan penelitian.
Penetapan luas jangkauan (Scope) penelitian.
Waktu, tenaga, alat dan bahan yang diperlukan.
Perkiraan besarnya biaya yang diperlukan.
Technical Proposal
1. Judul (Title) penelitian.
2. Latar belakang masalah penelitian.
3. Identifikasi dan perumusan masalah.
4. Landasan teori (Teoritical Fram Work).
5. Batasan-batasan/definisi-definisi.
6. Perumusan hipotesis/dugaan dasar.
7. Penetapan tujuan penelitian.
8. Ruang lingkup (Scokep) penelitian.
9. Perkiraan manfaat (Value), hasil penelitian.
10. Strategi dan metode penelitian
11. Penentuan jumlah waktu dan tenaga.
12. Alat dan bahan yang diperlukan.
13. Perhitungan jumlah biaya penelitian.
14. Pengumpulan dan pengolahan serta analisa data.
15. Penyusunan/penulisan laporan penelitian.
Strategi dan metode penelitian :
o Penetapan jenis metode penelitian yang digunakan.
o Penentuan populasi dan sample (Contoh).
o Penetapan (Definisi Operational) variable-variabel.
o Penentuan alat ukur (Incl.validitas & Reliabilitasnya).
o Penentuan jenis dan jumlah data yang akan dikumpulkan.
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
o Penentuan struktur organisasi pelaksana peneliti beserta tugasnya.
o Membuat struktur hari kerja (Work Breakdown Struktur)
o Penyusunan jadwal pelaksanaan penelitian
Pendahuluan biasanya memuat latar belakang yang dengan singkat mengulas alasan
mengapa penelitian dilakukan, tujuan, dan hipotesisnya jika ada. Berikan alas an yang
kuat, termasuk kasus yang dipilih dan alas an meamilih kasus tersebut, perumusan atau
pendekatan masalah, metode yang akan digunakan, dan manfaat hasil penelitian.
menggambarkan pandangan menyeluruh yang berhubungan atau ada kaitannya dengan
masalah penelitian.
diarahkan kepada masalah dan pentingnya pemecahan masalah tersebut.
RUMUSAN MASALAH
Merupakan bagian penting (pintu)
Menjelaskan pokok masalah
Runtut, fokus, ringkas
TUJUAN PENELITIAN
Hasil yang diharapkan
Rencana yang akan dilakukan penelitian
Pertanyaan penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjebak pada penelitian yang melebar, hingga banyak sekali macam data
yang harus dikumpulkan,
Caranya dengan memfokuskan pada segi apa saja dari masalah tersebut yang akan
dijadikan pusat perhatian
Landasan Teori
Untuk mendukung pemecahan masalah, perlu studi pustaka.
Tujuan dari studi pustaka :
1. Untuk memperoleh ide adari masalah yanga kan dirumuskan.
2. Untuk menggali teori, metode dan teknik penelitian.
Untuk memperoleh oreintasi yang lebih luas dalam permasalahan yang dipilih
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
PERTEMUAN XIV
SUSUNAN LAPORAN PENELITIAN
Secara umum susunan suatu laporan penelitian terdiri dari :
Daftar Isi
Daftar isi disusun secara teratur menurut halaman yang memuat daftar table, daftar
gambar, daftar lampiran, judul bab, serta subbab, daftar pusaka, dan lampiran.
Daftar Tabel dan Gambar
Daftar table dan gambar tidak selalu diperlukan, kecuali bila lebih dari dua tabel dan dua
gambar dipakai dalam menyusun karya tulis.
Daftar Lampiran
Daftar Lampiran sama seperti daftar tabel dan gambar, lampiran tidak perlu dibuat
daftarnya bila hanya ada satu dalam karya tulis Anda. Tidak perlu ada perbedaan antara
tabel lampiran atau gambar lampiran. Lampiran dapat berupa tabel, gambar, atau teks,
dan semuanya disusun dengan nomor urut sesuai dengan urutan penyebutannya dalam
tubuh tulisan.
Tubuh Tulisan
Tubuh Tulisan terdiri atas (1) pendahuluan, (2) tinjauan pustaka, (3) bahan dan metode,
(4) hasil, (5) pembahasan, dan (6) simpulan. Bila memang ada saran, judul bab terakhir dapat
diubah menjadi simpulan dan saran
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Pendahuluan biasanya memuat latar belakang yang dengan singkat mengulas alasan
mengapa penelitian dilakukan, tujuan, dan hipotesisnya jika ada. Berikan alas an yang
kuat, termasuk kasus yang dipilih dan alas an meamilih kasus tersebut, perumusan atau
pendekatan masalah, metode yang akan digunakan, dan manfaat hasil penelitian.
Tinjauan Pustaka memuat tinjauan singkat dan jelas atas pustaka yang menimbulkan
gagasan dan mendasari penelitian. Pustaka primer (buku ajar tidak termasuk pustaka
primer) diutamakan.
Metode dan Bahan Metode dapat diawali dengan kerangka pendekatan studi. Metode
penelitian yang digunakan dapat berupa analisis suatu teori, metode percobaan, atau
kombinasi keduanya. Metode yang dipakai diuraikan terperinci (peubah, model yang
digunakan, rancangan penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data, serta cara
penafsiran). Untuk penelitian yang menggunakan metode kualitatif, pendekatan yang
digunakan, proses pengumpulan dan analisis informasi, serta proses penafsiran hasil
penelitian harus dijelaskan. Akan tetapi, jika metode penelitian yang digunakan
sepenuhnya mengikuti metode yang telah dipublikasikan, uraian yang sangat lengkap
tidak diperlukan. Untuk penelitian yang sifatnya bukan experiment, bab Bahan dan
Metode tidak diperlukan
Hasil penelitian sewajarnya disajikan secara bersistem. Untuk memperjelas dan
mempersingkat uraian, berikan tabel, gambar, grafik, atau alat penolong lain. Ada
kalanya hasil penelitian digabungkan dengan pembahasan menjadi bab yang
dinamakan Hasil dan Pembahasan.
Pembahasan merupakan tempat penulis mengemukakan pendapat dan argumentasi
secara bebas, tetapi singkat dan logis. Sewaktu mengumpulkan data, mengolahnya dan
menyusunnya dalam tabel, dengan sendirinya Anda telah memiliki sejumlah gagasan
yang dapat dikembangkan dalam pembahasan. Pengembangan gagasan ini disebut
‘argumen’, sebab Anda harus membenarkan gagasan tersebut dihadapan segala
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
sesuatu yang telah diketahui dalam bidang yang diteliti. Setiap argument dikembangkan
dalam sebuah paragraph (alinea).
Simpulan memuat ringkasan hasil penelitian dan jawaban atas tujuan penelitian atau
hipotesis. Dalam bab ini dibedakan antara dugaan, temuan, dan simpulan. Berbeda
dengan abstrak yang berupa paragraph dengan rangkaian kalimat yang terkesan
“terpotong-potong”. Simpulan dapat memuat uraian yang lebih luas dan mudah dibaca.
Saran yang dikemukakan seharusnya berasal dari hal-hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan atau hasil penelitian.
Bagian Akhir
Bagian akhir karya ilmiah terdiri atas Daftar Pustaka (harus ada) dan Lampiran (kalau
ada).
Daftar Pustaka. Bab ini berupa suatu daftar dari semua artikel jurnal dan pustaka lain
yang diacu secara langsung didalam tubuh tulisan, kecuali bahan-bahan yang tidak
diterbitkan dan tidak dapat diperoleh dari perpustakaan
Lampiran. Merupakan tempat untuk menyajikan keterangan atau angka tambahan.
Pemilihan Kata (Diksi)
Seorang terpelajar diharapkan menguasai kosakata umum serta seperangkat
peristilahan bidang ilmu yang ditekuninya. Ia pun diharuskan mengetahui tata perlambangan,
akronim dan singkatan , beserta satuan ukuran yang lazim dipakai oleh bidang spesialisnya.
Kebanyakan penulis masih belum memperhatikan penulisan frase baku dalam kalimat
bahasa Indonesia. Mereka masih menggunakan frase yang tidak baku, seperti
Bentuk tidak baku Bentuk baku
terdiri dari terdiri atas
tergantung pada bergantung pada
bertujuan untuk bertujuan X
membicarakan tentang berbicara tentang atau
membicarakan
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
antara x dengan y antara x dan y
disbanding… dibandingkan dengan
walau atau meskipun, tetapi… walau atau meskipun…,…
(tanpa kata tetapi)
Penulis juga sebaiknya menghindari kata yang berlebihan seperti :
(se)rangkaian, (se)kumpulan, kelompok yang diikuti kata ulang.
Penulisan yang salah Penulisan yang benar
(se)rangkaian molekul-molekul serangkaian molekul
para responden-responden para responden
beberapa sample-sampel beberapa sample
banyak unsure-unsur banyak unsur
Kata yang bersinonim sebaiknya dihindari pemakaiannya secara bersamaan.
Bentuk salah Bentuk benar
disebabkan karena disebabkan oleh
agar supaya agar atau supaya
dalam rangka untuk dalam rangka…,atau untuk…
setelah… kemudia … setelah…
Penataan Kalimat
Keefektifan kalimat akan meningkat jika kita mampu memilih kata dan keragaman
konstruksinya. Menempatkan kata pada posisi yang tepat, melekukan pengulangan, dan
pertentangan akan menghidupkan kalimat.
Adapun kalimat bahasa Indonesia yang baku mempunyai cirri-ciri sebagai berikut
1. fungsi tata bahasa slalu dipakai taat asa dan tegas, maka subjek dan predikat harus
selalu ada.
2. pemakaian ejaan dan istilah resmi secara bertaat asas.
3. bersih dari unsur dialek daerah, variasi bahasa Indonesia, dan bahasa asing yang belum
dianggap sebagai unsur bahasa Indonesia, kecuali untuk istilah bidang ilmu tertentu
Pengefektifan Paragraf
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Paragrap dapat didefinisikan sebagai satu unit informasi yang memiliki topic atau pikiran
utama atau topic sebagai dasarnya dan disatukan oleh ide pengontrol. Kalimat-kalimat dalam
satu paragraf harus saling berkaitan secara utuh untuk membentuk satu kesatuan pikiran. Suatu
paragraf yang baik ialah paragraf yang mampu mengarahkan dan membawa pembaca
memahami dengan baik kesatuan informasi yang diberikan penulis pelalui ide-ide
pengontrolnya.
Ide Pengontrol
Ide pengontrol merupakan ringkasan dari semua informasi yang terkandung dalam
paragraf tersebut. Ide pengontrol yang disusun dalam suatu kalimat disebut sebagai kalimat
topik.
Kalimat Topik
Kalimat topik merupakan sebuah kalimat yang mengandung pikiran utama dan ide yang
akan dibentuk dan diterangkan oleh kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf. Contoh kalimat
topik :
merokok dapat menjadi kebiasaan yang mahal
TOPIK IDE PENGONTROL
Dalam suatu paragraf, kalimat yang mendukung kalimat topik juga dapat didukung oleh
beberapa kalimat pendukung lainnya.
Sebagai pedoman dalam pengecekan baik tidaknya paragraf beberapa pertanyaan
berikut diantaranya dapat diajukan :
1. Apakah topiknya jelas?
2. Apakah paragraf sudah mempunyai kalimat topik? Kalu tidak, dapatkah kalimat topik
dinyatakan secara implisit (tersirat)?
3. Apakah paragraf sudah jelas dan ide pengontrolnya sudah jelas?
4. Apakah paragraf sudah utuh, semua kalimat pendukung mendukung ide pengontrol?
5. Apakah paragraf sudah koheren, kalimat disusun secara logis dan mengalir lancer?
Apabila semua pertanyaan tersebut dijawab YA, maka dapat dikatakan bahwa paragrap
tersebut sudah baik.
Pertalian Kalimat
Modul Mata KuliahMetodologi PenelitianJurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Paragrap yang baik harus mempunyai kesetalian kalimat. Untuk mempersatukan
kalimat agar paragraf dapat menjadi paragraf yang efektif, penulis harus memperhatikan
bentuk kalimat, makna kalimat, dan logika kalimat. Hubungan atau pertalian kalimat dalam
paragraf antara lain :
Tambahan: selanjutnya, disamping itu, seperti halnya…, lagi pula,berikutnya.
Pertentangan: akan tetapi, bagaimanapun, walau demikian, sebaliknya
Perbandingan: seperti halnya…, dalam hal yang sama
Akibat atau hasil: jadi, karena itu, oleh sebab itu
Singkatan: pada umumnya, secara singkat, ringkasnya, pendeknya
Tempat: berdampingan dengan, berdekatan dengan
Waktu: sesudah…, beberapa saat kemudian
Kata yang bersinonim dapat juga berfungsi sebagai kata transisi agar paragraf tidak
membosankan.