erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/1114/1/89a44648da2f70a461b300d8c34a2419.pdf · i nyoman widana...
TRANSCRIPT
I Nyoman Widana Negara
[Date]
DENPASAR SMART CITY KUNCI SUKSES MENYONGSONG DENPASAR PUSAT KOTA METROPOLITAN
Infrastruktur jaringan jalan sebagai supply terhadap kebutuhan (demand) perjalanan masyarakat sangat terbatas kapasitas layanan dengan laju pertumbuhan infrastuktur jalan naik 1, 99 %/tahun. Pada sisi lain pelayanan angkutan umum sebagai tulang punggung sistim angukutan publik sangat buruk, sebagai akibatnya penggunaan kendaraan pribadi mendominasi ruang jalan sebesar 91,20 % dengan kenaikan 10,89 % per tahun, sudah jelas dampak yang dirasakan adalah munculnya kemacetan lalu lintas, yang tidak hanya terjadi di pusat kota, tetapi juga terjadi pada ruas jalan penghubung lintas antar kawasan bawah. Selain itu, aspek penyediaan fasilitas air minum, sanitasi, drainase, perumahan serta berbagai fasilitas yang lain akan sesalu menjadi persoalan keseharian yang dihadapi diberbagai kota besar di Indonesia, termasuk Kota Denpasar. Tulisan ini bermaksud untuk memberikan gambaran tentang pentingnya menyongsong kota Denpasar sebagai pusat kota Metropolitan SARBAGITA dari perspektif Kota Pintar (Smart city) dalam upaya mengantisipasi berbagai masalah yang muncul akibat fenomena yang diakibatkannya. Menyongsong Kota Denpasar sebagai pusat Kota Metropolitan SARBAGITA, sebaiknya perlu memahami konsep dan ciri antara kota Metropolitan dan Kota Pintar (Smart city), sehingga jelas tujuan pemerintah dan masyarakat kota Denpasar akan resiko dan tata cara penangkalan terhadap pengaruh negatifnya.
44.
DENPASAR SMART CITY KUNCI SUKSES MENYONGSONG DENPASAR PUSAT KOTA METROPOLITAN
Oleh I Nyoman Widana Negara
I. PENDAHULUAN
Denpasar sebagai Ibu Kota Provinsi Bali memberikan pengaruh
sangat besar kepada kabupaten sekitarnya seperti Badung, Gianyar dan
Tabanan yang membentuk satu kesatuan geografis, ekonomi, sosial dan
politik yang disebut kawasan Metropolitan SARBAGITA. Sebagai Kota
Metropilitan, maka Kawasan Sarbagita juga berperan sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) dan Kawasan Strategis Nasiona (KSN) tertuang
dalam Perda Prov. No.9 tahun 2009 tentang RTRW Bali.Luas cakupan
wilayah SARBAGITA 1.754 Km2, tahun 2009 sebanyak 1.886.162 jiwa, dan
hasil sensus penduduk 2010 jumlah penduduk mencapai 2.222.611 jiwa,
dengan kepadatan 1.267,4 jiwa/Km2 serta laju pertumbuhan penduduk
1,44% pertahun, (Bali Dalam Angka 2014).
Kawasan SARBAGITA sebagai kota Metrolitan harus dipahami
lebih dalam makna Kota Metropolitan http://www.penataanruang.net/
taru/nspm/buku/metropolitan/, mendifinisikan bahwa kota metropolitan
merupakan suatu pusat permukiman yang besar yang terdiri dari satu kota
besar dan beberapa kawasan yang berada di sekitarnya dengan satu atau
lebih kota besarmelayani sebagai titik hubung (hub) dengan kota-kota
sekitarnya tersebut.Peraturan Presiden (Perpres) No. 45 tahun 2011
menyebutkan bahwa kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan
yang terdiri atan sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau
kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang
saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan system
jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk
sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.Secara umum kota
metropolitan diartikan sebagai sebuah kota besar yang berhubungan
dengan kehidupan modern,kehidupan kota -bukan pertanian- yang
45.
kompleks. Munculnya sebuah kota metropolitan tidak terlepas dari proses
peningkatan penduduk akibat migrasi penduduk dari satu daerah atau
pedesaan menuju perkotaan yang berupa proses urbanisasi.
Pertumbuhan industri pariwisata di Pulau Bali mendorong Kota
Denpasar menjadi pusat kegiatan bisnis, pusat urbanisasi, pusat
pendidikan dan menempatkan kota ini sebagai daerah yang memiliki
pendapatan per kapita dan pertumbuhan tinggi di Provinsi Bali. Maka tidak
salah tanggapan pemerintah pusat, sesuai Perpress No.45 Tahun 2011,
Pemerintah Pusat akan mempersiapkan tiga kota yaitu Medan, Denpasar,
dan Makasar sebagai kota metropolitan baru.
Denpasar dengan luas wilayahnya sekitar 12.778 Ha atau 2,18
% dari luas Pulau Bali mengalami perkembangan yang begitu pesat baik
sektor ekonomi, penduduk, politik, sosial dan budaya, dengan jumlah
penduduk 833.900 jiwa dan kosentrasi kepadatan penduduk di kecamatan
Depasar Barat sebesar 10.062 jiwa/Km2 (Denpasar dalam Angka 2012).
Laju perkembangan penduduk sekitar 2 % memicu perkembangan
penduduk, kian hitrogen, multi etnis dan etnik dalam spirit globalisasi
menjadikan Bali dan khsusus kota Denpasar sebagai salah satu tujuan
Wisata dunia dan menjadi barometer Bali. Tidak kalah pentingnya laju
pertumbuhan ekonomi kota Denpasar menjadi daya tarik investasi
Perkembangan kota Denpasar disektor infrastruktur, penduduk,
ekonomi, sosial dan budaya berdampak terhadap dari perubahan fisik,
seperti diungkap oleh Ayuningtyas (2013) yang menyatakan bahwa
peningkatan kepadatan penduduk perkotaan akan menyulitkan
penyediaan sarana dan prasarana fisik dan sosial sehingga membuat
kondisi lingkungan tidak memadai akibat adanya polusi udara karena asap
pabrik dan kendaraan serta polusi limbah padat maupun cair, kondisi
seperti ini akan memicu kerawanan kesehatan di daerah perkotaan.
Infrastruktur jaringan jalan sebagai supply terhadap kebutuhan (demand)
perjalanan masyarakat sangat terbatas kapasitas layanan dengan laju
pertumbuhan infrastuktur jalan naik 1, 99 %/tahun. Pada sisi lain
pelayanan angkutan umum sebagai tulang punggung sistim angukutan
46.
publik sangat buruk, sebagai akibatnya penggunaan kendaraan pribadi
mendominasi ruang jalan sebesar 91,20 % dengan kenaikan 10,89 % per
tahun, sudah jelas dampak yang dirasakan adalah munculnya kemacetan
lalu lintas, yang tidak hanya terjadi di pusat kota, tetapi juga terjadi pada
ruas jalan penghubung lintas antar kawasan bawah
(http://mademangkupastika.blogspot.co.id/2012/10/program-pembangunan-bali-
mandara_17.html).
Selain itu, aspek penyediaan fasilitas air minum, sanitasi, drainase,
perumahan serta berbagai fasilitas yang lain akan sesalu menjadi persoalan
keseharian yang dihadaip diberbagai kota besar di Indonesia, termasuk
Kota Denpasar yang merupakan Ibu Kota Propinsi Bali, yang saat ini telah
berkembang menjadi sebuah Kota Metropolitan di Provinsi Bali. Tulisan ini
bermaksud untuk memberikan gambaran tentang pentingnya
menyongsong kota Denpasar sebagai pusat kota Metropolitan
SARBAGITA dari perspektif Kota Pintar (Smart city) dalam upaya
mengantisipasi berbagai masalah yang muncul akibat fenomena yang
diakibatkannya.
47.
II. KOTA METROPOLITAN DAN KOTA PINTAR (SMART CITY)
Menyongsong Kota Denpasar sebagai pusat Kota Metropolitan
SARBAGITA, sebaiknya perlu memahami konsep dan ciri antara kota
Metropolitan dan Kota Pintar (Smart city), sehingga jelas tujuan pemerintah
dan masyarakat kota Denpasar akan resiko dan tata cara penangkalan
terhadap pengaruh negatifnya.
A. Kota Metropolitan
Definisi kawasan metorpolitan yang relevan dalam konteks
negara Indonesia, yaitu berdasarkan Undang-Undang Tahun 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang tersebut mendefinisikan
kawasan metropolitan sebagai kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah
kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti
dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan
fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah
yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-
kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa dan dipertegas pada Perda Prov. No.9
Tahun 2009.http://danielkawuwung.blogspot.co.id/2012/08/ciri-ciri-kota-
metropolitan.html, Menurut Goheen (dalam Bourne, ed. 1971), Kota/ Distrik
Metropolitan adalah kawasan perkotaan dengan karakteristik penduduk
yang menonjol dibandingkan dengan penduduk pedesaan di sekitarnya.
Istilah ini digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih tepat
mengenai besaran dan konsentrasi penduduk dalam wilayah yang luas,
yang selanjutnya dapat menunjukkan besaran pusat-pusat permukiman
yang utama di satu negara. Secara umum, kawasan metropolitan dapat
didefinisikan sebagai satu kawasan dengan konsentrasi penduduk yang
besar, dengan kesatuan ekonomi dan sosial yang terpadu dan mencirikan
aktivitas kota.Sedangkan definisi Metropolis menurut Jean Bastie dan
Bernard Dezert (1991) adalah sebagai berikut : a)Tidak selalu ditentukan
oleh ukuran demografik (faktor kependudukan), tetapi juga oleh faktor yang
lebih penting dari ukuran kuantitatif populasinya, b) Dicirikan oleh sistem
infrastruktur komunikasi dan transportasi yang melayani pergerakan
48.
commuting, aliran informasi, dan pengambilan keputusan, c). Sebagai
pusat aktivitas keuangan di tingkat atas, d). Sebagai pusat berkumpulnya
perusahaan-perusahaan internasional, e). Sebagai pusat kekuatan politik
dan administrasi dari sebuah negara, f). Sebagai tempat pengembangan
dan penggunaan teknologi tinggi dan telekomunikasi canggih, g). Sebagai
tempat penting aktivitas-aktivitas budaya dan ilmiah, h). Sebagai tempat
tujuan wisata internasional dan i). Sebagai pusat fungsional tenaga kerja
dan perumahan. Anggotti (1993) menambahkan ada karakter lain dari suatu
metropolitan adalah kemudahan mobilitas yang menurut yaitu a). Mobilitas
Pekerjaan (Employment Mobility), b) . Mobilitas Perumahan (Residential
Mobility) dan c) Mobilitas Perjalanan (Trip Mobility)
Gambaran diatas suatu kota metropolitan dicirikan pusat
punduduk, pusat industri, pusat pengembangan teknologi dan informasi,
sehingga kota metropilitan adanya mobilitas dari modal, dan tenaga kerja
yang sangat tinggi serta infrastrukturnya lebih man made structure daripada
natural structure, sehingga menimbulkan masalah Lingkungan, seperti
ketersediaan air bersih, polusi udara,sampah. Transportasi, kemacetan lalu
lintas dan sebagainya.
B. Kota Pintar (Smart city)
Kecenderungan global, sesuai data Perserikatan Bangsa-
Bangsa mengungkapkan bahwa pada tahun 2007 untuk pertama kali lebih
dari setengah penduduk Bumi tinggal di daerah perkotaan. Tahun 2050,
jumlah penduduk dunia akan meningkat 70 persen, dari 3,3 miliar jiwa
menjadi 6,4 miliar jiwa. Sekarang saja sudah terdapat 500 kota besar (yang
memiliki warga lebih dari 1 juta jiwa) di seluruh dunia, dan angka ini akan
melonjak menjadi 10.000 kota besar pada tahun 2040. Perubahan
demografis tersebut tentu saja berdampak pada banyak hal; Kesatu;
Terjadinya perubahan iklim, dimana saat ini kota- kota telah membuang
sekitar 80 persen emisi gas rumah kaca di seluruh dunia, sulit dibayangkan
kalau hal ini terus berlanjut dalam 40 tahun ke depan, sementara tindakan
antisipasi tidak dilakukan. Kedua : meningkatkan kelangkaan sumber-
49.
sumber alam, diperkirakan kota-kota bertanggung jawab terhadap sekitar
75 persen konsumsi energi global yang dihabiskan, sekitar 60 persen
penggunaan air juga terjadi di perkotaan. Ketiga; tekanan pada infrastruktur
dan mobilitas, terutama pada penyediaan listrik, sanitasi, jaringan jalan, dan
logistik.
Dampak-dampak tersebut dipandang sebagai ancaman besar
sekaligus tantangan bagi kota-kota di seluruh penjuru dunia, dalam
kerangka inilah dalam lima tahun terakhir konsep smart city mulai
diwacanakan dan mulai diimplementasikan. Salah satunya melalui
Pertemuan Puncak Kota Besar Cerdas Dunia di Istanbul, Turki, pada 27
November 2013. Lebih dari 100 pemimpin kota besar, ahli pembangunan
kota, penyedia layanan kota, dan akademisi dari dunia berkumpul guna
membahas pemikiran cerdas dan praktik terbaik bagi penerapan kota
cerdas di masa depan.
1. Konsep Kota Pintar (Smart city)
Pandangan ahli tentang konsep Kota Pintar (smart city ) pada hakikatnya
menempatkan kota sebagai sebuah ekosistem dari banyak subsistem
untuk saling terinterkoneksi dan mendukung sehingga kota tersebut
tetap berkelanjutan (sustainable cities). Ada enam komponen utama atau
subsistem dalam smart city, yaitu: energi terbarukan dan efisiensi energi,
pengelolaan air bersih dan limbah, transportasi dan logistik hijau, produk
dan jasa yang ramah lingkungan, gedung dan interior hijau, serta
teknologi informasi dan komunikasi (Informasi Communication
Technology - ICT) hijau. http://www.sekolahkampus.com/article/detail/
detail/data/610/b125c14f6d6e/list/konsep_smart_city.html. menjelaskan
Smart city adalah sebuah konsep kota cerdas yang membantu
masyarakatnya dengan mengelola sumber daya yang ada dengan
efisien dan memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat atau
mengantisipasi kejadian yang tak terduga, jadi dengan demikian Smart
city adalah memanfaatkan sumber informasi dan menggunakan
teknologi yang canggih untuk mempermudah kehidupan. A Smart city is
a complex mesh of systems across sectors such as transportation,
50.
energy, water, and healthcare. By centrally managing these sectors, a
Smart city enables the sharing of data and capabilities across systems.
As sharing increases over time, the most innovative and widely adopted
applications will establish the trend lines for intelligent infrastructure
development, public service convenience, social management
refinements, ecosystem health, and optimized industry structures.
(http://e.huawei.com/ae/publications/global/ ict_insights/hw_367104/).
These key references articulate a number of common viewpoints, a)
Suitable to local conditions: Each city has its own issues, so there is
no one-size-fits-all Smart city solution, b) Extensive cooperation:
Reliance on top-down administration cannot make a Smart city a
success; instead, there must be an official program in which all
stakeholders participate, c) Data opening: City policies must allow
access to the data. An information-sharing platform and marketplace for
ideas must be set up to encourage innovation in applications, d) Long-
term evolutionary process: A Smart city must be an iterative process
built in phases, with clear guiding principles, vision, roadmaps, and
delivery programs and e) Government first: By reducing costs and
improving the efficiency of public services, a smart government is the first
step in building a Smart city. Governments must transform themselves in
areas such as leadership and governance, operating models,
procurement management, digital asset management, and channel
management. Putu Adi Prayoga (2015) sesuai dengan pandangan
Giffinger mengungkapkan Smart city atau secara harfiah berarti kota
pintar, merupakan suatu konsep pengembangan, penerapan, dan
implementasi teknologi yang diterapkan untuk suatu wilayah (khususnya
perkotaan) sebagai sebuah interaksi yang kompleks diantara berbagai
sistem yang ada didalamnya. Smart city memiliki sepuluh buah yang
meliputi infrastruktur, modal, asset, perilaku, budaya, ekonomi, sosial,
teknologi, politik dan lingkungan. Demikian juga, ilmuwan bernama
Giffinger juga menyatakan pembagian Smart city ke dalam enam jenis
bagian, meliputi Smart Economy, Smart Mobility, Smart Governance,
51.
Smart People, Smart Living, dan Smart Environment. Seperti Gambar-1
https://putuandiprayoga.wordpress.com/2015/02/25/sistem-integrasi-migrasi-
serta-implementasi-pada-smart-city/
52.
Gambar-1. Bagian Smart city
Mitchell.W (2007) Kota pintar dengan melibatkan integrasi yang kuat
antar semua dimensi dari intelegensi atau kecerdasan manusia,
kecerdasan bersama, dan kecerdasan buatan dalam suatu kota.
Kecerdasan kota memiliki ciri khasnya yaitu berada di kombinasi
semakin efektif jaringan telekomunikasi digital (saraf), di mana-mana
tertanam kecerdasan (otak), sensor dan label (organ sensorik),
perangkat lunak (pengetahuan dan kompetensi kognitif)
Ministry of Urban Development Government of India-MGUDI (1015)
mengatakan bahwa“The conceptualisation of Smart city, therefore,
varies from city to city and country to country, depending on the level of
development, willingness to change and reform, resources and
aspirations of the city residents. The picture of a Smart city contains a
53.
wish list of infrastructure and services that describes his or her level of
aspiration. To provide for the aspirations and needs of the citizens, urban
planners ideally aim at developing the entire urban eco-system, which is
represented by the four pillars of comprehensive development —
institutional, physical, social and economic infrastructure. This can be a
long term goal and cities can work towards developing such
comprehensive infrastructure incrementally, adding on layers of
‘smartness” Lebih lanjut MGUDI (2015) mengungkapkan terdapat 10
infrastruktur inti (core infrastructures) dari kota pintar meliputi:
i. Kecukupan air bersih (adequate water supply),
ii. Terjamin supply listrik (assured electricity supply),
iii. Sanitasi (sanitation, including solid waste management),
iv. effisiensi mobiltas kota dan angkutan umum ( efficient urban mobility
and public transport),
v. Perumahan terjangkau (affordable housing, especially for the poor),
vi. Jaringan IT yang kuat (robust IT connectivity and digitalization),
vii. Pemerintahan yang bersih (good governance, especially e-
Governance and citizen participation),
viii. Lingkungan berkelanjutan (sustainable environment),
ix. Rasa aman dan keselamatan (safety and security of citizens,
particularly women, children and the elderly),
x. Kesehatan dan pendidikan ( health and education)
2. Dimensi Smart city
Konsep kota pintar (smart city) sangat variatif dari kota ke kota
dan atau dari suatu negara ke negara lain, namun dari berbagai referensi
dimensi memiliki 6 (enam) pilar utama yaitu Smart ekonomy, . Smart
mobility, Smart environment, Smart people, Smart living: dan Smart
governance. Seperti pada Gambar-2
54.
Gambar 2. Dimensi Smart city
Selain itu ada kota yang menerapkan 6 (enam) dimensi smart city,
terdapat kota berbeda memperkenalkan 8 (delapan) dan 9 (sembilan)
dimensi smart city, bahkan Kota Bandung memiliki dimensi 10 dimensi ,
seperti Gambar -3
Gambar.3. Karakterisk Kota Pintar
55.
Redulf dan Giffinger (2014) memperkenalkan 6 (enam) dimensi dan 33
karaktersitik smart city, sedangkan IM perkenalkan 6 dimensi dan 28
karakteristik smart city, seperti Gambar-4.
Gambar. 4. Model Lain Karkaterisk kota Pintar
Gambaran diatas sudah jelas baik dimensi dan karaktersik smart city
sangat bervariasi dari kota ke kota dan referensi dunia, mengungkapkan
bawah untuk mengimplementasikan smart city secara utuh, dibutuhkan
(penemuan) teknologi yang terkini, investasi yang besar, dan waktu yang
lama serta berkelanjutan. Kota besar yang telah melaksanakan kota
pintar (smart city), pada umumnya pemerintah kota di dunia memulai
dengan apa saja yang bisa dilakukan dan dilaksanakan secara bertahap
serta berkelanjutan,
3. Gambaran Kota Pintar di Dunia dan Indonesia
Referensi kota-kota dunia yang terlebih dahulu melaksanakan
Kota Pintar (Smart city) sangat banyak, dimensi dan karkateristik yang di
pilih sangat beragam sesuai keberanian, kemampuan sumberdaya,
keinginan berubah atau dengan kata lain tergantung kekuatan, peluang,
kelemahan masing-masing kota sbb:
56.
Kota di Malta, negara kepulauan kecil di Laut Tengah, kota pertama yang
mengaplikasikannya dengan ICT untuk mengoptimalkan air dan sistem
energi.
Stockholm, ibu kota Swedia, menggunakan control point yang dilengkapi
laser dan kamera untuk mengurangi kemacetan dan emisi gas rumah
kaca.
Kota Gujarat di India mengembangkan lahan hijau melalui teknologi
canggih untuk menghilangkan limbah pembuangan.
Kota Istanbul memanfaatkan layanan kesehatan bagi warganya cukup
dengan memanfaatkan telepon seluler, tablet, atau komputer mereka.
Putrajaya dan Kuching di Malaysia bahkan disebut-sebut sebagai kota
cerdas yang lengkap di Asia.
Linux mengatakan kota pintar lain yang terbaik di dunia seperti berikut;
Di Indonesia Kota Surabaya bisa sebagai barometer Kota Pintar,
walaupun ada kota lainnya seperti Bandung, Yogyakarta, Makasar dll.
Pengimplementasian konsep Smart city Kota Surabaya menerapkan
Smart city di tiga bidang, yaitu Smart Governance, Smart Living dan
Smart Environment. Bentuk aplikasi pada dimensi a). Smart
Governance, meliputi keterlibatan publik dalam pengambilan keputusan,
57.
sistem administrasi kependudukan, sistem administrasi perijinan,
partisipasi warga dan sistem monitoring area publik, b) Smart Living
karaktersitiknya meliputi penerimaan murid baru online, SIM sekolah
online, portal pariwisata, CCTV pemantau lalu lintas dan fasilitas wifi
gratis di tempat publik, dan dimensi Smart Environment meliputi sistem
peringatan dini bencana,sistem pengolahan sampah berbasis teknologi
informasi dan sistem monitoring air berbasis IT.
58.
III. DENPASAR KOTA PINTAR (DENPASAR SMART CITY)
Bisnis Bali, Medio 21 Oktober 2015 Kota Denpasar meluncurkan
sebagai Kota Pintar (http://bali.bisnis.com/read/20150228/1/49861/227-
tahun-kota-denpasar-gelar-pameran-menuju-smart-city). Suara Bali
menyebutkan hal senada Kementerian Pekerjaan Umum bersama
Pemerintah Kota Denpasar merancang sebuah pembangunan infrastruktur
jalan untuk mewujudkan Kota Pinta (Smart city) yang berwawasan budaya
dan kreatif. Indikasi ini sudah memberikan petunjuk jelas bahwa kedepan
Kota Denpasar merancang konsep Denpasar Kota Pintar (Smart city)
menyongsong kota Denpasar sebagai pusat Kota Metropolitan.
A. Masalah Kota
Dinamika pembangunan Kota Denpasar memunculkan berbagai
permasalahan seperti berubahnya fungsi untuk infrastruktur kota,
dampaknya berakibat pada semakin timpangnya perbandingan luas lahan
terbangun dan tidak terbangun mendekati 60%. Penyediaan 30% Ruang
Terbuka Hijau bagi kota tidak tercapai atau daerah resapan kecil, akibatnya
timbul genangan air dan banjir, kumuh, macet, kotor, dan lahan kian mahal.
Selaian peroslan tata ruang dari sisi infrastruktur kian melemah, kesulitan
air bersih (PDAM), pengambilan air tanah tidak terkendali, demikian pula
pada penyediaan energi dan infrastruktur transportasi kian sulit dan mahal.
Dalam berbagai kesempatan dan rapat pimpinan serta audensi
Wali kota Denpasar selalu mengemukakan 5 masalah pokok di kota
Denpasar sebagai pusat pemerintahan Provinsi Bali terdiri dari masalah
pelayanan kepada masyarakat, Sampah, penduduk (Urbanisasi dan
kemiskinan), transportasi (jaringan, angkutan umum dan kemacetan lalu
lintas), banjir dan keamanan.
Model gambaran masalah seperti pada Tabel-1
59.
Tabel.1 Gambaran Masalah Kota Denpasar
Terlepas dari masalah tersebut potensi kota Denpasar penduduk
sudah mendekati angka 1 juta jiwa, pendidikan angka putus sekolah
rendah, tingkat pendidikan PNS sangat baik, dari sisi ekonomi PDRB kota
cukup besar dan laju pertumbuhan ekonomi 6%.
B. Konsep Denpasar Kota Pintar (Denpasar Smart city)
Perjalanan Kota Denpasar menuju konsep smart city ini juga
sudah mulai berjalan pelan-pelan, bidang pelayanan sudah disiapkan sistim
online, e-comance, LPSE, pemasangan Wi-fi pada tempat publik, sampah
jadi duit, PMB sistim online, Dukungan aplikasi yang terus berkembang
Aspek Permasalahan
Ekonomi · Angka pengganguran
· Standar gaji masih rendah, sulit menjadi masyarakat sejahtra
· Ekonomi masih bersandar kepada pariwisata
· Angka kewirausahaan baru rendah
· Jalan beralih fungsi sebagai tempat pedagang dan parker
· Keamanan belum terjamin, masih ada jambret
· Pengemis dan gepeng masih beroperasi di beberapa tempat
· Patung ditempatkan pada persimpangan
· Layang-layang dan Ogoh-ogoh menggangu lalulintas
· Penolakan terhadap jalan layang
· Penutupan Jalan untuk kegiatan daerah, dankeagamaan serta Adat
· Daerah resapan air sempit dan hilang mengakibatkan genangan air
· Pelanggaran Aturan
· Jaringan jalan Denpasar dan Kawasan Sarbagita belum terintegrasi
· Hampir 70% jalan merupakan kewenangan Pusat dan Provinsi
· Sebagain besar ruas jalan beroperasi pada V/C mendekati 0.9, mudah
· Hampir 70% persimpangan macat pada jam puncak
· Hanya 30% dari angukutan umum yang beroperasi
· Armada sudah tua lebih 10 tahun
· Sistim bayar masih konvensional Tiket)
· Trans Sarbagita belum memberikan hasil optimal dan 80% trayek belum
· Angkutanpengumpan (feeder) belumberfungsi optimal
· Masyarakatmasihmembuangsampahkesungai
· Masyarakatmembuangsampahsembarang, mudahmenyumbatsaluran/
· Pembangunan
· Fasilitas parkir badan jalan, sering menimbulkan macet
· Sistim pembayaran masih konvensional (Karcis), reliabilitas rendah
· Angkutan barang masih melanggar masuk kota
· Fasilitas parker truk belum ada, sehinnga parker truk sepanjang jalan
Cargo
Parkir
Terminal Barang
Sosial
Budaya
Tata Ruang
JaringanJalan
AngkutanUmum
Lingkungan
60.
serta terciptanya ekosistem kreatif di bidang teknologi, merupakan langkah
awal yang baik menuju kota pintar.
Pilihan dimensi 6 pilar kota cerdas dengan 33 karakteristik
sebagai pertimbangan dalam pengembangan Denpasar kota cerdas ,
seperti Tabel-2. Pemilihan dari 6 Pilar dan karakteristik pada masing-
masing pilar sangat tergantung dari kesiapan dan kemampuan
kesepakatan pemerintah dan masyarakat.
Tabel-2. Referensi Dimensi dan Karakteristik Pilihan Kota Pintar
Denpasar menjadi kota cerdas (smart) melalui Tahapan
pengembangan yang berjenjang yaitu tahap-1 : Studi Komprehensive
No Pilar Komponen
1 Smart Economy Semangat Inovasi (Inovation spirits )
(Ekonomi Pintar) kewirausahaan (entrerpreneurships )
Gambaran ekonomi dan unggulan (economic images and trademarks )
Daya produksi (productivity )
Fleksibilitas pasar kerja (Flaxibility of labour market )
International embeddedness
Kemampuan untuk berubah (ability to transform )
2 Smart Governance Peranserta dlm membuat keputusan (Partisipation in the dicision-making )
(Pemerintahan Pintar) Pelayanan umum dan sosial (Public and social serviceses )
Transparansi pemerintahan (Transparant Governance )
Perspektif dan strategi politik (politic strategy and perspectifs )
3 Smart Inviroment kondisi alam yang menarik (attractively of natural conditions )
(Lingkungan Pintar) Polusi (pollutions )
Proteksi lingkungan (Inveroment protections )
Pengelolaan sumber daya berkelanjutan (Sutainable of resources management )
4 Smart People tingkat kualifikasi (level of qualification)
(Masyarakat Pintar) afinitas untuk belajar seumur hidup (affinity to life long learning )
kemejemukan sosial dan atnis (social and ethnic plurality )
Fleksibilitas (Flexibility )
Kreativitas (creativity )
berawawasan luas/ pikiran terbuka (Cosmopolitanism/ open mindedness )
berparsipasi dalam kehidupan masyarakat (participation in public life )
5 Smart Mobility Aksessibilitas lokal (lokal accessibility )
(Mobilitas Pintar) Aksessibilitas nasional dan international (Inter (national) accessibility )
Ketersediaan infrastruktur ICT (available ICT-infrastucture )
6 Smart Living Fasilitas budaya (cultural facilitie s)
(Hidup Pintar) Kondisi kesehatan (health conditions )
Keamanan individu (Individual safety )
Kualitas rumah (housing conditions )
Fasilitas pendidikan (education facilities )
Daya tarik wisata (touristic attractivity )Gesekan sosial (social cohesion )
Sistim transportasi aman, inovatif dan berkelanjutan (sustainable, innovative and
safe transportation system)
61.
Denpasar Kota cerdas, tahap II:Konsulidasi Internal : Saringan keputusan
pemerinatah (SKPD) dan masyarakat, tahap-III menetapkan dimensi dan
karakteristik Denpasar kota pintar dan tahap-IV. Tahapan pelaksanaan,
seperti tertuang pada Gambar-5.
Gambar-4. Tahapan Pengembangan Denpasar Kota cerdas
INPUT
Ekonomi, sosial, budaya,
transportasi, lingkungan,
pariwisata dll
Studi Komprehensive
Denpasar Kota cerdas
Pemerintah
(SKPD) dan
Masyarakat
berubah
Tetapkan Tujuan dan
Target serta indikator
Tahapan
pelaksanaan
62.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
Implementasi Denpasar kota pintar merupakan interkasi antara
Teknologi, Masyarakat dan Pemerintah. Tipologi hubungan ketiga
komponen ini yaitu integrasi antara investasi pada modal manusia/sosial
dan infrastruktur dengan teknologi informasi dan komunikasi (ITC) yang
dapat mendorong pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakatnya serta di mulai dari aparat pemerintahan kota.
Untuk merealisasikan konsep denpasar perlu melakukan secara
bertahap dan berkelanjutan, tahap 1: kajian secara komprehensive
bagaiamana konsep kota pintar ala Denpasar, kapan, siapa pelaksana,
bagaimana sistim monitoring dan evaluasi. Dan sebagai saran Perlu dibuat
cetak biru (grand design) denpasar smart city agar pelaksanaan bisa
berkelanjutan
63.
DAFTAR PUSTAKA Anoname (......) Shcnieder Electric, Arup dan Climate Group, Smart Cities
Cornerstone series “ Urban Mobility in the smart city age Denpasar Dalam Angka 2014, Penduduk, PDRB dan laju pertumbuhan
ekonomi Depertemen Perhubungan, (....) , Catak Biru Pengembangan Lalu Lintas
Perkotaan http://www.sekolahkampus.com/article/detail/detail/data/610/b125c14f6d6
e/list/konsep_smart_city.html (unduh 20/10/2015) http://e.huawei.com/ae/publications/global/ict_insights/hw_367104/feature
%20story/HW_367203 http://bali.bisnis.com/read/20150228/1/49861/227-tahun-kota-denpasar-
gelar-pameran-menuju-smart-city. http://mademangkupastika.blogspot.co.id/2012/10/program-
pembangunan-bali-mandara_17.html http://danielkawuwung.blogspot.co.id/2012/08/ciri-ciri-kota-
metropolitan.html https://faysouwakil12.wordpress.com/2014/06/27/surabaya-smart-city/
(unduh 20/10/2015) Ministry of Urban DevelopmentGovernment of IndiaMinistry of Urban
Development, Government of India (2015), Mission Statement and Guide line.
64.
PROFIL PENULIS.
I NYOMAN WIDANA NEGARA, 52 tahun (14-10-1956), lahir di Jemberana, menyelesaikan studi bidang Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Udayana, tahun 1985. Aktif mengajar dibidang konstruksi Jalan Raya dan Teknik Lalu Lintas terhitung sejak 1986, disamping itu juga malakukan kegiatan praktek perencanaan dan pengawasan di beberapa konsultan. Atas dasar pengalaman tersebut dan dengan adanya peluang pendidikan untuk melanjutkan studi pada tahun 1988 di bidang Teknik Lalu Lintas pada Program Sistim dan Teknik Jalan Raya, Institut Teknologi Bandung (ITB - University Collage of London) dengan mendapatkan gelar Magister Science Engineering (MSc) tahun 1991. Diluar profesi mengajar juga terlibat dalam organisasi Persatuan Insinyur Indonesia (anggota) dan ditunjuk sebagai anggota Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar terhitung sejak tahun 2000. Disamping melaksanakan kegiatan proses belajar-mengajar, organisasi profesi dan praktisi, adanya kesempatan yang lebih luas untuk mengikuti berbagai seminar, forum, symphosium ditingkat lokal dan Nasional. Beberapa tulisan yang yang berhubungan dengan jalan, lalu lintas dan transportasi dimuat pada media lokal dan majalah Fakultas Teknik Sipil Uninersitas Udayana. Pengalaman dalam praktisi Keteknikan yang telah dilakukan pada konsultan lokal dan asing diantara adalah Denpasar Urban Trasnport Study (1996) didanai oleh ADB,sebagai traffic engineering, Preparation of Urban Road Infrastructure Improvement in Denpasar (1997) didanai oleh ADB sebagai ahli Traffic Engineer, serta sebagai Traffic Engineer pada Consultancy Services for Traffic Management Schemes (1998 s/d 2001) yang dibiayai oleh Bank Dunia, melalui Bali Urban Infrastructure Project. Serta oleh Pemerintah Daerah diikut sertakan dalam penanganan perencanaan Tata Ruang Wilayah Kodya Denpasar dan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Bali.