enviroscienteae vol. 13 no. 1, april 2017 strategi
TRANSCRIPT
![Page 1: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/1.jpg)
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017Halaman 7-23
p-ISSN 1978-8096e-ISSN 2302-3708
7
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN KERBAU RAWA DIKABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
Strategies For Developing Swamp-Buffalo Husbandry In Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Alpianor1), Danang Biyatmoko2), Hafizianor3), Muhammad Husaini4)
1) Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan LingkunganProgram Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat
2) Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat3) Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat4) Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
Abstract
This study aims to: 1) analyze the management of swamp buffalo husbandry in Hulu SungaiSelatan, and 2) formulate the strategies for developing swamp-buffalo husbandry in KabupatenHulu Sungai Selatan Regency. The research was conducted in four villages, namely: DesaBajayau Tengah in Kecamatan of Western Daha, Desa Pandak Daun, Desa Hakurung and DesaHamayung in Kecamatan Daha Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, South Kalimantanprovince from April to July 2016. To investigate the management of swamp-buffalo husbandryin Kabupaten Hulu Sungai Selatan, a descriptive analysis is used by interviewing the farmersand the government concerning the capacity of farmers, the capacity of facilities, and thecapacity of management. To find out the strategies needed in developing swamp-buffalohusbandry in Kabupaten Hulu Sungai Selatan, the combination of strengths, weaknesses,opportunities, threats (SWOT) analysis with analytical hierarchy process (AHP) was applied.The management of swamp buffalo husbandry in Kabupaten Hulu Sungai Selatan in relation tothe existing management capacity has not been implemented properly. The managementcapacity could be developed through non-formal education, such as training and counseling tofarmers through the group of farmers because they were supported by a) the capacity of farmers.such as age, experience and business scale which were quite good as well as the improvementof education and the farmer responsibilities; and b) the capacity of facilities such as the buffalograss feed, marketing, pretty good institutions as well as the improved buffalo seeds and theswamp- buffalo stall/latch. The strategies for swamp-buffalo husbandry in Kabupaten HuluSungai Selatan recommended the strategy of strengths - opportunities (SO). The strategies thatcan be done are to increase the population of swamp buffaloes supported by technologies forbreeding, feeding, management and marketing and agro-tourism development by empoweringthe farmer groups. The strategies which support the development of swamp buffalo husbandryin Kabupaten Hulu Sungai Selatan are: a) the assistance acceleration of the technology adoptionto increase the productivity of swamp buffaloes as well as to improve the infrastructure andfacilities for swamp-buffalo husbandry businesses; b) the increase of business efficiency ofswamp- buffalo husbandry and to increase the cooperation with other institutions; c) theimprovement of the business systems of swamp buffalo husbandry and the strengthening of thegroups of farmers of swamp buffalo husbandry in order that the farmer groups have bargainingpower.
Keywords: strategy, development, livestock husbandry, swamp-buffalo
![Page 2: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/2.jpg)
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 : 7-23
8
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan adanya otonomidaerah maka pembangunan di masing-masing daerah harus didasarkan padakondisi riil dan spesifik daerahnya masing-masing. Pemerintah Indonesia senantiasaberupaya untuk dapat memenuhi kebutuhandaging sapi dalam negeri. Konsisten dengankebijakan tersebut maka berbagai upayadiarahkan untuk meningkatkan produksidaging sapi. Kerbau merupakan penunjangpemenuhan target swasembada dagingnasional, eksistensi kerbau secara langsungataupun tidak langsung memberikankontribusi dalam realisasi pengadaan dagingsecara nasional. Menurut Dinas PeternakanProvinsi Kalimantan Selatan (2015)produksi daging ternak besar di KalimantanSelatan sebesar 8.658.577 kg dengankontribusi daging kerbau untuk substitusidaging sapi mencapai 680.350 kg atau 7,46persen. Peranan Kabupaten Hulu SungaiSelatan dalam kontribusi daging kerbautersebut sebesar 21.676 kg atau 3,19 persendari produksi daging kerbau di ProvinsiKalimantan Selatan.
Pengembangan ternak yang bersifatalternatif, substitutif dan diversifikatif sertadidukung oleh sumberdaya lokal yangmemadai layak dikaji lebih lanjut. Prospekpengembangan kerbau rawa sangat baik danterbuka untuk dikembangkan di KabupatenHulu Sungai Selatan. Kerbau rawa telahdimanfaatkan oleh peternak untukmeningkatkan pendapatan, meningkatkantabungan, dan sebagai mata pencaharian.
Kerbau rawa telah dikembangkan olehmasyarakat Kabupaten Hulu Sungai Selatansecara turun temurun. Namunperkembangan populasinya masih belumoptimal, karena pertumbuhannya lambat,pakan yang berkualitas kurang tersedia,penyakit dan gangguan reproduksi lainnyabelum teratasi, serta modal yang terbatas.Hal ini dikarenakan kerbau yang dipeliharapeternak merupakan kerbau lokal yangdipelihara secara tradisional, pengembangan
pakan lokal khususnya hijauan pakan ternakyang berkualitas juga belum dioptimalkan,penanggulangan penyakit dan gangguanreproduksi yang masih tergantung daripemerintah.
Potensi kerbau rawa yang terdapat diKabupaten Hulu Sungai Selatan perludikembangkan terutama upaya peningkatanproduktivitasnya baik secara kualitasmaupun kuantitasnya. Menurut Hamdandkk (2006) berat badan kerbau rawa dewasaberkisar antara 300 – 600 kg; dan ukurantubuh (lingkar dada berkisar 157 – 206 cm,panjang badan 94 – 132,5 cm, dan tinggibadan 113 – 126 cm); persentase beratkarkas kerbau rawa berkisar 43,03 –50,26%; umur pertama kali kawin kerbaujantan adalah 1 – 1,5 tahun dan betinaberumur 2,5 – 3,5 tahun, sehingga umurinduk beranak pertama kali adalah sekitar3,5 – 4,5 tahun; induk betina akan kawin lagisetelah beranak ± 1 bulan, sehingga jarakberanak sekitar 1,2 – 1,5 tahun. MenurutDinas Perikanan dan Peternakan KabupatenHulu Sungai Selatan (2015) pada saat inipopulasi kerbau rawa sebanyak 819 ekor,sedangkan luas kawasan peternakan kerbaurawa 2.928 ha, sehingga dengan estimasidaya tampung 2 ekor setiap hektar makapopulasinya dapat ditingkatkan mencapai5.856 ekor. Pengembangan kerbau rawadiharapkan menjadi salah satu cara untukpercepatan pembangunan ekonomi daerah,sehingga perlu dilakukan kajian mengenai“Strategi Pengembangan KawasanPeternakan Kerbau Rawa di KabupatenHulu Sungai Selatan”.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengelolaan kawasanpeternakan kerbau rawa di KabupatenHulu Sungai Selatan.
b. Bagaimana strategi pengembangankawasan peternakan kerbau rawa yangseharusnya diterapkan oleh PemerintahKabupaten Hulu Sungai Selatan.
![Page 3: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/3.jpg)
Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau Rawa (Alpianor, et al)
9
Tujuan
a. Menganalisis pengelolaan kawasanpeternakan kerbau rawa di KabupatenHulu Sungai Selatan.
b. Merumuskan strategi pengembangankawasan peternakan kerbau rawa diKabupaten Hulu Sungai Selatan.
Manfaat
a. Sebagai bahan masukan untuk altenatifstrategi bagi pemerintah dalam upayapengelolaan kawasan peternakan kerbaurawa di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
b. Sebagai kontribusi ilmiah terutama untukdunia peternakan dengan masalah strategipengembangan kawasan peternakankerbau rawa.
METODE PENELITIAN
Kerangka dan Definisi Konsep Penelitian
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di empat desayaitu Desa Bajayau Tengah KecamatanDaha Barat, Desa Pandak Daun, DesaHakurung dan Desa Hamayung KecamatanDaha Utara Kabupaten Hulu Sungai SelatanProvinsi Kalimantan Selatan. Peta lokasipenelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Penelitian ini dilaksanakan mulaibulan April sampai dengan Juli 2016, yangmeliputi dari persiapan penelitian,
pengumpulan data dan penyusunan laporanhasil penelitian.
![Page 4: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/4.jpg)
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 : 7-23
10
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Jenis Data dan Teknik Pengambilan Sampel
Data yang digunakan dalampenelitian ini terdiri dari data primer dandata sekunder. Data primer diperoleh dariwawancara dan observasi ke lapangan untukmendapatkan data fisik dan data dariinforman menggunakan daftar pertanyaan.
Teknik penentuan informanmenggunakan teknik purposive samplingkategori judgement sampling. Kelompokinforman yang akan di wawancara(interview) adalah peternak kerbau rawa(pelaku usaha) dan pemerintah di KabupatenHulu Sungai Selatan seperti dirangkumdalam Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwainforman dalam penelitian ini terdiri daripeternak dan pemerintah. Jumlah informanpenelitian strategi pengembangan kawasankerbau rawa di Kabupaten Hulu SungaiSelatan adalah 30 orang.
Tabel 1. Informan Penelitian StrategiPengembangan KawasanPeternakan Kerbau Rawa
No. Informan dan Jabatan Jumlah(Orang)
1. Peternak Kerbau di Kec. DahaUtara Kelompok Tani Karya
Bersama Kelompok Tani Karya Mulya Kelompok Tani Rakat
Mufakat Kelompok Tani Hemat Setuju Kelompok Tani Tunas
HarapanPeternak Kerbau di Kec. DahaBarat Kelompok Tani Usaha
Bersama Kelompok Tani Harapan
Bersama Kelompok Tani Maju
Bersama Kelompok Tani Do’a
Bersama Kelompok Tani Anugerah
Bersama
22222
22
222
![Page 5: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/5.jpg)
Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau Rawa (Alpianor, et al)
11
No. Informan dan Jabatan Jumlah(Orang)
2. Kepala Dinas Peternakan danPerikananKabid PengembanganPeternakanKasi ProduksiKasi Pakan dan PerwilayahanKasi Kesehatan HewanKabid Fisik dan PrasaranaBappedaCamat Daha BaratCamat Daha UtaraBadan Penyuluh Kec. DahaUtaraBadan Penyuluh Kec. DahaBarat
1
11111
1111
Jumlah 30
Data sekunder ditelusuri melaluidokumen-dokumen dari instansi terkait,diantaranya Kabupaten Hulu Sungai Selatandalam Angka, kegiatan Pemerintah DaerahKabupaten Hulu Sungai Selatan dandokumen lainnya yang relevan.
Tahapan Penelitian
a. Mengidentifikasi, merumuskan danmencari sumber masalah
b. Melakukan kajian pustaka dan kajianteori
c. Pemilihan dan pengembangan alatpengambil data (instrumen) yaitumenyusun daftar pertanyaan ataupedoman wawancara tak terstrukturuntuk pendekatan kualitatif daninstrumen penelitian ini juga dilengkapidengan panduan observasi.
d. Melakukan observasi partisipasi dalambentuk observasi pasif dan moderat danwawancara mendalam (indepthinterview) untuk pengumpulan datakualitatif.
e. Melakukan analisis data kualitatif denganpendekatan kombinasi analisis SWOT –AHP.
Teknik Pengumpulan Data dan AnalisisData
Teknik pengumpulan databerpedoman pada tujuan penelitian. Untuk
mendeskripsikan pengelolaan kawasanpeternakan kerbau di Kabupaten HuluSungai Selatan pengumpulaan datadilakukan dengan teknik wawancara danpenelusuran dokumen yang menghasilkandata primer dan data sekunder. Sedangkanuntuk merumuskan strategi yang dibutuhkandalam pengembangan kawasan peternakankerbau rawa di Kabupaten Hulu SungaiSelatan pengumpulan data dilakukan denganteknik wawancara menggunakan daftarpertanyaan yang menghasilkan data primer.
Analisis untuk mengetahui strategiyang dibutuhkan dalam pengembangankawasan peternakan kerbau rawa diKabupaten Hulu Sungai Selatanmenggunakan kombinasi antara analisisSWOT (Strengths, Weaknesses,Opportunies, Treaths) dengan analisis AHP(Analytical Hierarchy Process).
Gambar 3. Struktur Hirarki PendekatanKombinasi Analisis SWOT – AHP
Model struktur hirarki tersebutkemudian diterjemahkan ke dalam kuisionerkombinasi SWOT – AHP dengan tujuanmendapatkan perbandingan dari tiap-tiapfaktor. Kuisioner setelah diisi oleh informankemudian diolah menggunakan bantuansoftware expert choice, kemudian dipilihanalisis combined untuk menggabungkandata tersebut (Fathnurfirda, 2012).
![Page 6: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/6.jpg)
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 : 7-23
12
Tabel 2. Tujuan, Variabel dan TeknikAnalisis
No Tujuan Variabel TeknikAnalisis
1. Mendeskripsikan pengelolaankawasanpeternakankerbau rawa diKab. HSS
1. KapasitasPeternaka. Umurb. Pendidikanc. Pengalamand. Skala Usahae. Tanggungan
Keluarga2. Kapasitas Sarana
a. Bibit Kerbaub. Pakanc. Kandang/kal
angd. Pemasarane. Kelembagaa
n3. Kapasitas
Manajemena. Perencanaanb. Pelaksanaanc. Evaluasid. Penerapan
HasilEvaluasiuntukPerencanaanBerikutnya
AnalisisDeskriptif
2. Merumuskanstrategi yangdibutuhkandalampengembangan kawasanpeternakankerbau rawa diKab. HSS
1. FaktorLingkunganInternal
2. FaktorLingkunganEksternal
KombinasiAnalisisSWOT –AHP
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Kawasan PeternakanKerbau Rawa
Secara geografis keadaan KabupatenHulu Sungai Selatan berada di antara02o29’58” - 02o56’10” lintang selatan dan14o51’19” – 115o36’19” bujur timur.
Iklim di Kabupaten Hulu SungaiSelatan termasuk iklim tropis dengan suhuterendah 22oC dan tertinggi 32oC dengancurah hujan berkisar 2.500 mm sampai 3.600mm pertahun. Musim hujan berlangsungpada bulan Oktober sampai bulan Juni
sedangkan musim kemarau/kering mulaibulan Juli sampai dengan bulan September.
Kawasan peternakan kerbau rawa diKabupaten Hulu Sungai Selatan mencapai2.928 ha. Kabupaten Hulu Sungai Selatanberdasarkan Peraturan Daerah tentangRencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana TataRuang Wilayah (RTRW) Kabupaten HuluSungai Selatan Tahun 2013 - 2032 telahmenetapkan kawasan peternakan yangberada pada semua kecamatan. TernakKerbau Rawa meliputi Kecamatan DahaBarat dan Kecamatan Daha Utara.
Kerbau rawa merupakan salah satuplasma nutfah daerah Kalimantan Selatan.Kerbau ini biasanya dipelihara di daerahyang banyak air atau dataran rendahberpaya-paya, serta memiliki daya adaptasiyang baik terhadap lingkungan rawa yangbanyak ditumbuhi semak-semak rumputrawa (Dilaga, 1987). Populasi kerbau rawadi Kabupaten Hulu Sungai Selatan sampaitahun 2015 sekitar 819 ekor. Populasitersebut tersebar di Kecamatan Daha Utaradan Daha Barat.
Prospek pengembangan ternak kerbaujuga dapat ditinjau dari dukungan sistemsosial budaya masyarakat setempat terhadapkeberadaan ternak kerbau. MasyarakatKabupaten Hulu Sungai Selatan mengenalsistem sosial yang mengatur mekanismepengaturan usaha ternak kerbau rawa.Mekanisme ini dikenal secara turun temurundan melekat secara inheren dalam kehidupanmasyarakat sehingga telah menjadikesepahaman antar anggota masyarakat.Mekanisme tradisi ini cukup efektif dalammelakukan regulasi antar anggotamasyarakat dalam berusaha tani. Namundemikian mekanisme tradisi ini lambat launmulai luntur seiring kebijakan makropembangunan nasional yang lebihdititikberatkan ada pembangunan tanamanpangan, hortikultura dan perkebunan.
![Page 7: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/7.jpg)
Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau Rawa (Alpianor, et al)
13
Pengelolaan Kawasan Peternakan KerbauRawa
Kapasitas Peternak
Tabel 3. Umur Peternak di KawasanPeternakan Kerbau Rawa
No Umur(tahun)
Peternak(orang)
Persentase(%)
1. 15 – 31 1 52. 32 – 48 10 503. 49 – 64 9 45
Sumber: Data Primer setelah diolah (2016)
Tabel 4. Pendidikan Peternak di KawasanPeternakan Kerbau Rawa
No
Pendidikan
(formal)
Peternak
(orang)
Persentase
(%)
1. SD /sederajat 16 80
2. SMP /sederajat 3 15
3. SMU /sederajat 1 5
Sumber: Data Primer setelah diolah (2016)
Tabel 5. Pengalaman Peternak diKawasan Peternakan KerbauRawa
No Pengalaman(tahun)
Peternak(orang)
Persentase(%)
1. 5 – 19 8 402. 20 – 34 8 403. 35 – 49 4 20
Sumber: Data Primer setelah diolah (2016)
Tabel 6. Skala Usaha Peternak diKawasan Peternakan KerbauRawa
NoSkalaUsaha(ekor)
Peternak(orang)
Persentase(%)
1. 1 – 15 12 602. 16 – 30 5 253. 31 – 45 3 15
Sumber: Data Primer setelah diolah (2016)
Tabel 7. Tanggungan Keluarga Peternakdi Kawasan Peternakan KerbauRawa
NoAnggotaKeluarga(orang)
Peternak(orang)
Persentase(%)
1. 1 – 2 7 352. 3 – 4 9 453. 5 – 6 4 20
Sumber: Data Primer setelah diolah (2016)
Kapasitas Sarana
Tabel 8. Pertumbuhan Populasi di TingkatPeternak di Kawasan PeternakanKerbau Rawa
No
PertumbuhanPopulasi di
TingkatPeternak (%)
Peternak(orang)
Persentase(%)
1. Tinggi (>25%) 2 102. Sedang (15-
25%)5 25
3. Rendah (<15%) 13 65Sumber: Data Primer setelah diolah (2016)
Tabel 9. Kandungan Zat-zat Makanan Beberapa Jenis Rumput di Kawasan PeternakanKerbau Rawa
No Jenis RumputKandungan Nutrisi (%)
Air Abu ProteinKasar
LemakKasar
SeratKasar Ca P
1.2.3.4.5.6.
SumpilangPadihiyangMinyakBatuLaladinganHadangan/babulu
24,2652,8766,9453,2515,5051,17
4,87,8215,4415,7816,9911,07
6,717,4213,6814,786,6011,79
1,292,142,932,282,197,60
24,5934,6930,9833,7131,1832,00
0,110,220,550,630,330,44
0,080,060,170,280,060,17
Sumber: Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (2014)
![Page 8: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/8.jpg)
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 : 7-23
14
Tabel 10. Ukuran Kandang/Kalang yang Digunakan Peternak di Kawasan Peternakan KerbauRawa
No Ukuran Kandang/kalangPer ekor (m2)
Peternak(orang)
Persentase(%)
1. 2,0 – 2,5 17 852. >2,5 – <3,0 1 53. 3,0 – 3,5 2 10
Sumber: Data Primer setelah diolah (2016)
Gambar 4. Pola Pemasaran Kerbau Rawa di Kawasan Peternakan Kerbau Rawa
Pola pemasaran kerbau rawa yangdilaksanakan peternak di kawasanpeternakan kerbau rawa Kabupaten HuluSungai Selatan berdasarkan hasil surveidisajikan di Tabel 11.
Tabel 11. Pola Pemasaran yangDilaksanakan Peternak diKawasan Peternakan KerbauRawa
No
PolaPemasara
n
Peternak
(orang)
Persentase
(%)1. Pola I 18 902. Pola II 2 10
Sumber: Data Primer setelah diolah (2016)
Berdasarkan hasil wawancara denganpeternak diperoleh informasi bahwapenjualan anak dan kerbau betina sangatjarang terjadi, peternak hanya menjualkerbau jantan bakalan saja. Harga seekorkerbau ditentukan oleh peternakberdasarkan kondisi kerbau yaitu perkiraandaging yang diperoleh dari seekor kerbaudan kesepakatan antara peternak dan
pembeli, namun secara umum harganyalebih rendah dari harga sapi. Hal ini sesuaidengan Kementerian Pertanian (2014)bahwa pasar daging kerbau lebih luas danlebih terjangkau oleh konsumen.
Kelembagaan yang mendukung usahapeternak dalam usaha beternak kerbau rawaadalah adanya keikutsertaan dalamkelompok tani yang berjumlah 10kelompok tani. Menurut Purwanto dkk(2007) kelompok tani adalah kumpulanpetani – nelayan yang didasarkan ataskesamaan, keserasian lingkungan sosialbudaya untuk mencapai tujuan yang sama.
Kapasitas ManajemenHasil penelitian menunjukkan bahwa
seluruh peternak tidak mempunyaiperencanaan secara tertulis tetapi hanyamengikuti kebiasaan dalam usaha beternakkerbau rawa. Untuk pengelolaan kawasanpeternakan kerbau rawa diperlukanperencanaan yang baik diantaranya denganmembuat perencanaan secara tertulissehingga dapat dijadikan sebagai rujukan
![Page 9: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/9.jpg)
Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau Rawa (Alpianor, et al)
15
dan pedoman dalam pencapaian tujuan yangtelah ditetapkan.
Hasil penelitian juga menunjukkanbahwa seiring dengan tidak adanyaperencanaan secara tertulis makapelaksanaannya juga menurut kebiasaanyang sudah dilakukan para peternak,sehingga ketika keadaan pelaksanaan tidaksesuai dengan perencanaan yang telahdibuat agak kesulitan mencaripenyelesaiannya dalam usaha beternakkerbau rawa di kawasan peternakan.
Hasil penelitian memperlihatkan tidakadanya perencanaan secara tertulis makadalam mengevaluasi juga mengalamikesulitan, sehingga tidak diketahui secaraempirik variabel apa saja yang masih lemahdan memerlukan perbaikan dalam usahabeternak kerbau rawa.
Pengelolaan kawasan peternakankerbau rawa di Kabupaten Hulu SungaiSelatan sehubungan dengan kapasitasmanajemen yang ada belum dilaksanakandengan baik. Kapasitas manajemen tersebutberpotensi untuk dikembangkan melalui
perbaikan perencanaan, pelaksanaan,evaluasi dan penerapan hasil evaluasi untukperencanaan berikutnya terutama yangberhubungan dengan kapasitas peternak dankapasitas sarana. Perbaikan kapasitasmanajemen dapat dilakukan denganmelaksanakan pendidikan non formalseperti pelatihan dan penyuluhan kepadapara peternak melalui kelompok tani,karena didukung oleh: a) kapasitas peternakseperti umur, pengalaman dan skala usahayang cukup baik, serta perbaikanpendidikan dan tanggungan peternak; dan b)kapasitas sarana seperti pakan, pemasaran,kelembagaan yang cukup baik, sertaperbaikan bibit kerbau rawa dankandang/kalang.
Perbaikan kapasitas manajemen jugaharus berorientasi pada pembangunanpertanian yang berkelanjutan (sustainableagriculture) sehingga pengelolaan kawasanpeternakan kerbau rawa dapat ditingkatkanserta sumberdaya alam dan lingkungan tetapterjaga.
Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau Rawa
Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Tabel 12. Kekuatan dan Kelemahan Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau RawaFaktor Kekuatan Faktor Kelemahan
1. Pengalaman peternak dalam usahabeternak kerbau rawa sudah lama
2. Kemampuan peternak dalam usahabeternak kerbau rawa cukup baik
3. Kerbau rawa yang dimiliki sudahberadaptasi
4. Jenis rumput dengan produktivitas tinggisudah beradaptasi
5. Kelembagaan Kelompok Tani dalm usahabeternak kerbau rawa berjalan baik
6. Daya tampung kerbau rawa di kawasanpeternakan masih tinggi
7. Sumber pendapatan keluarga peternakdari usaha beternak kerbau rawa
1. Tingkat pendidikan formal dan nonformal peternak masih rendah
2. Anggota keluarga yg menjadi tanggunganpeternak cukup banyak
3. Perencanaan dan evaluasi dalam usahabeternak kerbau rawa belum baik
4. Produktivitas kerbau rawa di kawasanpeternakan mulai turun
5. Kesinambungan ketersediaan rumput dikawasan peternakan belum mencukupi
6. Kapasitas kandang/kalang belum sesuai7. Sistem pemeliharaan kerbau rawa yang
masih tradisional
Sumber: Data Primer setelah diolah (2016)
![Page 10: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/10.jpg)
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 : 7-23
16
Tabel 13. Peluang dan Ancaman Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau RawaFaktor Peluang Faktor Ancaman
1. Regulasi tentang kawasan peternakandari Pemerintah Daerah/Pusat sudah ada
2. Pembinaan dan fasilitasi dari PemerintahDaerah/Pusat berjalan baik
3. Teknologi peningkatan produktivitaskerbau rawa sudah tersedia
4. Permintaan daging kerbau rawa relatiftinggi
5. Potensi limbah pertanian lainnya untukpakan banyak tersedia
6. Potensi ekowisata khas kerbau rawasudah ada
1. Perubahan tataguna lahan disekitarkawasan peternakan akibat penggunaanlainnya mulai terjadi
2. Kualitas air di sekitar kawasan peternakanmulai turun
3. Harga daging kerbau rawa yang kurangbersaing
4. Ketersediaan bahan kandang/kalang danpagar berkualitas yang terbatas
5. Peran kelembagaan permodalan dalamusaha beternak kerbau rawa belum berjalan
6. Pekerjaan lain di luar usaha beternakkerbau rawa lebih menjanjikan
Sumber: Data Primer setelah diolah (2016)
Tabel 14. Matriks SWOT - AHP Terbobot Pengembangan Kawasan Peternakan KerbauRawa
No Internal – Eksternal Faktor
SWOT – AHPLokal Global
Bobo
t
Ran
k-in
g
Bobo
t
Ran
k-in
g
Internal FaktorStrengths (Kekuatan)
1 Pengalaman peternak dalam usaha beternak kerbau rawasudah lama
0,068 5 0,021 15
2 Kemampuan peternak dalam usaha beternak kerbau rawacukup baik
0,127 3 0,039 8
3 Kerbau rawa yang dimiliki sudah beradaptasi 0,072 4 0,022 134 Jenis rumput dengan produktivitas tinggi sudah beradaptasi 0,310 2 0,094 45 Kelembagaan kelompok tani dalam usaha beternak kerbau
rawa berjalan baik0,060 6 0,018 16
6 Daya tampung kerbau rawa di kawasan peternakan masihtinggi
0,328 1 0,100 3
7 Sumber pendapatan keluarga peternak dari usaha beternakkerbau rawa
0,036 7 0,011 20
Jumlah 1,000 0,305Weaknesses (Kelemahan)
1 Tingkat pendidikan formal dan non formal masih rendah 0,167 3 0,013 182 Anggota keluarga yang menjadi tanggungan peternak
cukup banyak0,059 7 0,005 26
3 Perencanaan dan evaluasi dalam usaha beternak kerbaurawa belum baik
0,063 5 0,005 24
4 Produktivitas kerbau rawa di kawasan peternakan kerbaurawa mulai turun
0,268 2 0,021 14
![Page 11: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/11.jpg)
Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau Rawa (Alpianor, et al)
17
No Internal – Eksternal Faktor
SWOT – AHPLokal Global
Bobo
t
Ran
k-in
g
Bobo
t
Ran
k-in
g
5 Kesinambungan ketersediaan rumput di kawasan peternakbelum mencukupi
0,298 1 0,023 12
6 Kapasitas kandang/kalang belum sesuai 0,082 4 0,006 227 Sistem pemeliharaan kerbau rawa masih tradisional 0,063 6 0,005 25
Jumlah 1,000 0,078Jumlah 2,000 0,383
Opportunies (Peluang)1 Regulasi tentang kawasan peternakan dari pemerintah
daerah/pusat sudah ada0,308 1 0,133 1
2 Pembinaan dan fasilitasi dari pemerintah daerah/pusatberjalan baik
0,281 2 0,121 2
3 Teknologi peningkatan produktivitas kerbau rawa sudahtersedia
0,164 3 0,071 6
4 Permintaan daging kerbau rawa relatif tinggi 0,131 4 0,057 75 Potensi limbah pertanian lainnya untuk pakan banyak
tersedia0,037 6 0,016 17
6 Potensi ekowisata khas kerbau rawa sudah ada 0,080 5 0,034 11Jumlah 1,000 0,432
Treaths (Ancaman)1 Perubahan tataguna lahan di sekitar kawasan peternakan
akibat penggunaan lainnya mulai terjadi0,474 1 0,088 5
2 Kualitas air di sekitar kawasan peternakan mulai turun 0,197 2 0,036 93 Harga daging kerbau rawa yang kurang bersaing 0,049 5 0,009 214 Ketersediaan bahan kandang/kalang dan pagar berkualitas
yang terbatas0,184 3 0,034 10
5 Peran kelembagaan permodalan dalam usaha beternakkerbau rawa belum berjalan
0,065 4 0,012 19
6 Pekerjaan lain di luar usaha beternak kerbau rawa lebihmenjanjikan
0,031 6 0,006 23
Jumlah 1,000 0,185Jumlah 2,000 0,617
Tabel 14 menunjukkan adanya empatfaktor yang mendapatkan bobot palingbesar yaitu: 1) Regulasi tentang kawasanpeternakan dari pemerintah daerah/pusat(O1); 2) Pembinaan dan fasilitasi daripemerintah daerah/pusat (O2); 3) Dayatampung kerbau rawa di kawasanpeternakan (S6); dan 4) Jenis rumputdengan produktivitas tinggi (S4). Kriteriastrategi yang mendapatkan bobot palingbesar adalah opportunies.
Model struktur hirarki SWOT – AHPstrategi pengembangan kawasan kerbaurawa di Kabupaten Hulu Sungai Selatanyang dihasilkan setelah dilakukanpembobotan dengan menggunakan analisisAHP disajikan Gambar 7
![Page 12: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/12.jpg)
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 : 7-23
18
.Gambar 5. Model Struktur Hirarki SWOT – AHP setelah Pembobotan Strategi
Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau Rawa
Berdasarkan Gambar 7 diketahuibobot masing-masing alternatif strategiyaitu strengths – opportunies adalah 0,368(SO); weaknesses – opportunies (WO)adalah 0,255; strengths – treaths (ST)adalah 0,245; dan weaknesses – treaths(WT) adalah 0,132. Alternatif strategi yangmendapatkan bobot paling besar adalahstrengths – opportunies (SO).
Menentukan kesesuaian (fokus)strategi dapat dilakukan dengan carastrategi dapat dilakukan dengan caraidentifikasi posisi pengembangan kawasanpeternakan kerbau rawa berdasarkankelompok kuadran pada kombinasi analisisSWOT-AHP. Hasil penelitian inimenunjukkan skor bobot faktor internal daneksternal terletak pada posisi kuadran I(0,227 ; 0,247). Ilustrasi posisi kuadranpengembangan kawasan peternakan kerbaurawa di Kabupaten Hulu Sungai Selatandisajikan pada Gambar 8.
Gambar 6. Posisi Kuadran PengembanganKawasan Peternakan KerbauRawa
Gambar 8 menunjukan posisistrategi pengembangan kawasan peternakankerbau rawa di Kabupaten Hulu SungaiSelatan berada pada kuadran I. Hal inisangat menguntungkan karena memilikikekuatan dan peluang, sehingga denganmanajemen yang baik terutama perbaikankapasitas peternak dan kapasitas saranamaka pengembangan kawasan kerbau rawadapat dioptimalkan. Menurut Marimin(2004), jika posisi kuadran berada padakuadran I strateginya adalah strategipertumbuhan agresif. Strategi pertumbuhanadalah strategi yang menggoda karena: (1)dapat menutupi kesalahan danketidakefisienan; (2) memiliki peluang bagikemajuan, promosi, dan memilikipekerjaan-pekerjaan menarik. Analisis
![Page 13: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/13.jpg)
Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau Rawa (Alpianor, et al)
19
strategi pengembangan kawasan peternakankerbau rawa pada Tabel 15.
Strategi yang mendukungpengembangan kawasan peternakan kerbaurawa di kawasan peternakan kerbau rawaadalah:a. Percepatan pendampingan adopsi
teknologi untuk peningkatanproduktivitas kerbau rawa sertamemperbaiki prasarana dan sarana usahabeternak kerbau rawa (25,5). Inovasiyang dibutuhkan oleh peternak kerbaurawa adalah teknologi tepat guna yangsesuai dengan tujuan produksi, berbasisspesifik lokasi, target ekonomi dankesejahteraan, serta tidak rumit dalampenggunaannya. Adanya adopsiteknologi tersebut diharapkanpengelolaan kerbau menjadi lebih baik,sehingga produktivitasnya dapatditingkatkan. Usaha beternak kerbaurawa perlu diikuti dengan perbaikanprasarana dan sarana agar manajemenusaha beternak kerbau rawa dapatdilaksanakan dengan baik danberkelanjutan.
b. Peningkatan efisiensi usaha beternakkerbau rawa dan meningkatkankerjasama dengan lembaga lainnya(24,5). Usaha beternak kerbau rawayang ada belum melaksanakan inputyang dapat mempercepat produksi danefisiensi. Adanya input tambahan yangtepat akan menghasilkan output berupaproduksi anak dan daging kerbau yanglebih efisien, hal ini bisa dilakukanmisalnya dengan pemberian pakantambahan. Adanya kelompok taniseharusnya dapat berperan dalampengembangan usaha beternak kerbaurawa dengan mengadakan kerjasamaterutama dengan pemilik modal baik daripemerintah maupun swasta.
c. Perbaikan sistem usaha beternak kerbaurawa dan menguatkan kelembagaankelompok tani sehingga memiliki posisitawar (13,2). Adanya perbaikan sistemusaha beternak kerbau rawa akanmeningkatkan produktivitas kerbau rawa
sekaligus juga efisiensi penggunakaanareal kawasan. Adanya kelompok tanidiharapkan dapat bekerjasama denganpemerintah daerah untukmensosialisasikan peruntukanpenggunaan lahan, sehingga kecukupanlahan kawasan peternakan kerbau rawatetap terjaga.
![Page 14: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/14.jpg)
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 : 7-23
20
Tabel 15. Analisis SWOT – AHP Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau Rawadi Kabupaten Hulu Sungai Selatan
IFAS
EFAS
Strangths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)Pengalaman peternak dalamusaha beternak kerbau rawa sudahlama
S1 Tingkat pendidikan formal dannon formal masih rendah
W1
Kemampuan peternak dalamusaha beternak kerbau rawacukup baik
S2 Anggota keluarga yang menjaditanggungan peternak cukupbanyak
W2
Kerbau rawa yang dimiliki sudahberadaptasi
S3 Perencanaan dan evaluasi dalamusaha beternak kerbau rawabelum baik
W3
Jenis rumput denganproduktivitas tinggi sudahberadaptasi
S4 Produktivitas kerbau rawa dikawasan peternakan kerbau rawamulai turun
W4
Kelembagaan kelompok tanidalam usaha beternak kerbaurawa berjalan baik
S5 Kesinambungan ketersediaanrumput di kawasan peternakbelum mencukupi
W5
Daya tampung kerbau rawa dikawasan peternakan masih tinggi
S6 Kapasitas kandang/kalang belumsesuai
W6
Sumber pendapatan keluargapeternak dari usaha beternakkerbau rawa
S7 Sistem pemeliharaan kerbau rawamasih tradisional
W7
Opportunies (Peluang)Regulasi tentang kawasanpeternakan dari pemerintahdaerah/pusat sudah ada
O11 Peningkatan populasi kerbau rawa
yang didukung teknologi untukperbibitan, pakan, tatalaksana danpemasaran serta mengembangkanekowisata dengan memberdayakankelompok tani
1 Percepatan pendampingan adopsiteknologi untuk peningkatanproduktivitas kerbau rawa sertamemperbaiki prasarana dan saranausaha beternak kerbau rawa
Pembinaan dan fasilitasi daripemerintah daerah/pusatberjalan baik
O2
Teknologi peningkatanproduktivitas kerbau rawasudah tersedia
O3
Permintaan daging kerbaurawa relatif tinggi
O4
Potensi limbah pertanianlainnya untuk pakan banyaktersedia
O5
Potensi ekowisata khaskerbau rawa sudah ada
O6
Treaths (Ancaman)Perubahan tataguna lahan disekitar kawasan peternakanakibat penggunaan lainnyamulai terjadi
T11 Peningkatan efisiensi usaha
beternak kerbau rawa danmeningkatkan kerjasama denganlembaga lainnya
1 Perbaikan sistem usaha beternakkerbau rawa dan menguatkankelembagaan kelompok tanisehingga memiliki posisi tawarKualitas air di sekitar kawasan
peternakan mulai turunT2
Harga daging kerbau rawayang kurang bersaing
T3
Ketersediaan bahankandang/kalang dan pagarberkualitas yang terbatas
T4
Peran kelembagaanpermodalan dalam usahabeternak kerbau rawa belumberjalan
T5
Pekerjaan lain di luar usahabeternak kerbau rawa lebihmenjanjikan
T6
![Page 15: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/15.jpg)
Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau Rawa (Alpianor, et al)
21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
a. Pengelolaan kawasan peternakan kerbaurawa di Kabupaten Hulu Sungai Selatansehubungan dengan kapasitasmanajemen yang ada belumdilaksanakan dengan baik. Kapasitasmanajemen tersebut berpotensi untukdikembangkan melalui pendidikan nonformal seperti pelatihan dan penyuluhankepada para peternak melalui kelompoktani, karena didukung oleh: a) kapasitaspeternak seperti umur, pengalaman danskala usaha yang cukup baik, sertaperbaikan pendidikan dan tanggunganpeternak; dan b) kapasitas sarana sepertipakan, pemasaran, kelembagaan yangcukup baik, serta perbaikan bibit kerbaurawa dan kandang/kalang.
b. Strategi pengembangan kawasanpeternakan kerbau rawa di KabupatenHulu Sungai Selatan yangdirekomendasikan adalah strategistrengths – opportunies (SO). Strategiyang dapat dilakukan adalahpeningkatan populasi kerbau rawa yangdidukung teknologi untuk perbibitan,pakan, tatalaksana dan pemasaran sertamengembangkan agrowisata denganmemberdayakan kelompok tani.
c. Strategi yang mendukungpengembangan kawasan peternakankerbau rawa di Kabupaten Hulu SungaiSelatan adalah: a) percepatanpendampingan adopsi teknologi untukpeningkatan produktivitas kerbau rawaserta memperbaiki prasarana dan saranausaha beternak kerbau rawa; b)peningkatan efisiensi usaha beternakkerbau rawa dan meningkatkankerjasama dengan lembaga lainnya; c)perbaikan sistem usaha beternak kerbaurawa dan menguatkan kelembagaankelompok tani sehingga memiliki posisitawar.
Saran
a. Pengelolaan kawasan kerbau rawamemerlukan perhatian dan pembinaandari pemerintah daerah maupun pusatagar kapasitas manajemennya berjalandengan baik dan berkelanjutan.
b. Pemerintah daerah maupun pusat dalammembuat prioritas pembangunan agarmemperhatikan strategi pengembangankawasan peternakan kerbau rawa diKabupaten Hulu Sungai Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aji, F. B. (1990). Perencanaan danEvaluasi (PDE). Jakarta: PT. BumiAksara.
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan.(2014). Laporan Hasil PengujianSampel Hijauan Pakan Ternak diKabupaten Hulu Sungai Selatan.Kementerian Pertanian. Jakarta.
Basuki, P. (1998). Dasar Ilmu TernakPotong dan Kerja. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada Press.
Bhat, P. N. (1979). Genetic Parameters ofMilk Production and Scop ofincreasing Milk Production inBuffaloes. Animal Production andHealth Paper. 13. Rome: FAO/UM.
Daniel. (2002). Pengantar EkonomiPertanian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Departemen Pertanian. (1992). PedomanIdentifikasi Faktor Penentu TeknisPeternakan. Direktorat JenderalPeternakan. Departemen Pertanian.Jakarta.
Dilaga, S. H. (1987). Suplementasi Kalsiumdan Fosfor pada Kerbau RawaKalimantan Tengah yang MendapatRansum Padi Hiyang (Oryza SativaForma Spontanea). [Tesis]. InstitutPertanian Bogor. Bogor.
Dinas Perikanan dan Peternakan KabupatenHulu Sungai Selatan. (2015).Rencana Strategis Dinas Perikanandan Peternakan. Dinas Perikanan danPeternakan. Kandangan.
![Page 16: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/16.jpg)
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 : 7-23
22
Dinas Peternakan Provinsi KalimantanSelatan. (1993). Laporan Tahunan.Dinas Peternakan Provinsi KalimantanSelatan. Banjarbaru.
Dinas Peternakan Provinsi KalimantanSelatan. (2015). Dinamika PopulasiTernak di Kalimantan Selatan. DinasPeternakan Provinsi KalimantanSelatan. Banjarbaru.
Dwiyanto, K. dan Subandrio. (1995).Reproduktivitas Ternak Kerbau danKemungkinan Pengembangannya.Prosiding Seminar Sehari Strategi danKomunikasi Hasil PenelitianPeternakan. Sub Balai PenelitianTernak Sei Putih. Medan: PT.Tamarona.
Emilia, F. (2013). Pengelolaan SumberDaya Alam Berbasis Masyarakatdalam Upaya Konservasi DaerahAliran Sungai. [Tesis]. UniversitasDiponegoro. Semarang
Fahimuddin, M. (1975). Domestic WaterBuffalo. Oxford and IBH PublishingResearch and Management in Asia.Buffalo Production fo Small FarmsASPAC. Taipei.
Ford, B. D. (1992). Swamp Buffaloes inLarge Scale Ranching System. BuffaloProduction. School of Agriculture andForestry. The University ofMelbourne. Parville. Victoria.Australia.
Hadi, S. (2005). Dimensi LingkunganPerencanaan Pembangunan.Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress.
Hamdan, A., Rohaeni, E. S., dan Subhan, A.(2006). Karakteristik SistemPemeliharaan Kerbau Rawa diKalimantan Selatan. Balai PengkajianTeknologi Pertanian KalimantanSelatan. Banjarbaru.
Kementerian Pertanian. (2014).Pengembangan Kawasan Peternakan.Roundtable Pengembangan Kawasan.Direktorat Jenderal Peternakan danKesehatan Hewan. KementerianPertanian. Jakarta.
Kuncoro. (2009). Metode Riset untukBisnis. Jakarta: PT. Erlangga.
Marimin. (2004). Teknik dan AplikasiPengambilan Keputusan KriteriaMajemuk. Jakarta: PT. Grasindo.
Matitaputty, P. R. dan Kuntoro, B. (2010).Potensi dan Strategi PengembanganKawasan Peternakan Ruminansia danPemanfaatan Limbah TanamanPangan di Kabupaten MalukuTenggara Barat. Jurnal Peternakan.7(2): 70-81. Fakultas Pertanian danPeternakan. Universitas Islam Negeri-Suska. Riau.
Nurmanaf, A. (2001). Kontribusi UsahaTani Ternak Ruminansia Kecilterhadap Pendapatan Rumah Tanggadan Prospek Pengembangannyadalam Memanfaatkan Peluang Pasarpada Masa Mendatang. PusatPenelitian dan Pengembangan SosialEkonomi Pertanian. Bogor.
Osuna, E. E. dan Aranda, A. (2007).Combining Swot and Ahp Techniquesfor Strategic Planning. EconomicJournal. Institute de EstudiosSuperiores de Administraction(IESA). Avenida IESA. SanBernardino. Caracas. Venezuela.
Paturochman, M. (2005). Hubungan AntaraTingkat Pendapatan KeluargaPeternak dengan Tingkat Konsumsi.Fakultas Peternakan. UniversitasPadjajaran. Bandung.
Purwanto, Syukur, M. dan Santoso, P.(2007). Penguatan KelembagaanKelompok Tani dalam MendukungPembangunan Pertanian di JawaTimur. Balai Pengkajian TeknologiPertanian. Malang.
Rahmat, D. (2010). StrategiPengembangan Kerbau sebagaiSumberdaya Genetik Lokal diKabupaten Garut. FakultasPeternakan. Universitas Padjajaran.Bandung.
Rangkuti, F. (2015). Analisis SWOT TeknikMembedah Kasus Bisnis.Jakarta: PT. Gramedia.
![Page 17: EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 STRATEGI](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022012100/6169db4b11a7b741a34c21be/html5/thumbnails/17.jpg)
Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau Rawa (Alpianor, et al)
23
Rohaeni, E. S., Darmawan, A., Qomariah,R., Hamdan, A., dan Subhan, A.(2005). Inventarisasi danKarakteristik Kerbau Rawa sebagaiPlasma Nutfah. Balai PengkajianTeknologi Pertanian. Banjarbaru.
Siagian, P. S. (2005). Fungsi-fungsiManajemen. Jakarta: PT. BumiAksara.
Soeharsono, R. A., Saptati dan K. Swiyanto.(2010). Kinerja Reproduksi SapiPotong Lokal dan Sapi PersilanganHasil Inseminasi Buatan di DaerahIstimewa Yogyakarta. ProsidingSeminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner. Bogor 3-4Agustus 2010. Pusat Penelitian danPengembangan Peternakan. Bogor.89-99
Soekartawi. (1995). Analisis Usaha Tani.Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Sofyan, A. (2007). Dukungan KebijakanPerluasan Areal untuk PengembanganKawasan Ternak Kerbau. LokakaryaNasional Usaha Ternak KerbauMendukung Program KeukupanDaging Sapi.
Sudarma, I. M. A. (2012). ProgramPengembangan Peternakan KerbauRawa di Kawasan Semi Arid.Makalah Manajemen SumberdayaPeternakan. Program Pasca Sarjana.Universitas Nusa Cendana. Kupang.
Sugiyono. (2011). Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif. Bandung: R &D.
Suprihanto. (1988). ManajemenPersonalia. Yogyakarta: PT. BPFE.
Suryana. (2007). Usaha PengembanganKerbau Rawa di Kalimantan Selatan.Jurnal Litbang Pertanian.
Tarmidi, L. T. (1992). EkonomiPembangunan Pusat antarUniversitas Studi Ekonomi.Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Terry, G. R. (2003). Prinsif-prinsifManajemen. Jakarta: PT. BumiAksara.
Wirdahayati, R. B. (2010). KajianKelayakan dan Adopsi InovasiTeknologi Sapi Potong MendukungProgram PSDS: Kasus Jawa Timurdan Jawa Barat. Prosiding SeminarNasional dan Veteriner. Bogor 3-4Agustus 2010. Pusat Penelitian danPengembangan Peternakan. 339-346.