ensefalitis
TRANSCRIPT
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
BAB I
ENSEFALITIS
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme. Penyebab yang tersering dan terpenting adalah virus. Berbagai jenis virus dapat
menimbulkan ensefalitis dengan gejala yang sama. (6)
Virus yang menyerang susunan saraf pusat dapat berupa meningitis aseptic (meningitis
non purulenta) dan ensefalitis. Meningitis aseptic mempunyai gambaran klinis yang khas, adanya
demam disertai adanya tanda rangsang meningeal, gangguan kesadaran tidak begitu dalam,
pningkatan jumlah sel dengan dominasi sel limfosit dan tidak didapatkan bakteri pada pewarnaan
gram dan biakan.
Virus penyebab meningitis aseptic dapat juga mengenai otak yang biasa disebut
meningoensefalitis, ensefalitis akut, ensefalomielitis. Batas antara meningitis akut dan ensefalitis
kadang tidak jelas, beberapa penulis memakai tingkat kesadaran untuk membedakannya.
Beberapa mikroorganisme yang dapat menyebabkan ensefalitis terbanyak adalah: Herpes
simpleks, arbovirus, Eastern dan Western equine St Louis encephalitis. Penyebab yang jarang
adalah Enterovirus (coxsackie dan Echovirus), parotitis adenovirus, lassa virus, rabies,
cytomegalovirus (CMV).
Enampuluh persen penyebab ensefalitis tidak diketahui, dari penyebab yang diketahui
tersebut kira-kira 67% berhubung dengan penyakit infeksi pada anak seperti parotitis, varisela,
morbili dan rubella, 20% adalah dari kelompok arbovirus dan Herpes Simplex, 5% dari
kelompok Enterovirus, sisanya dari agen lainnya. (5)
BAB II
Tinjauan Pustaka
1
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
I. DEFINISI
Ensefalitis ialah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme.
Terminology ensefalopati yang dulu dipakai untuk gejala yang sama, tanpa tanda-tanda
infeksi, sekarang tidak dipakai lagi.(6)
II. ETIOLOGI
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bacteria,
protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus. Penyebab tersering dan terpenting adalah
virus. (6)
Ensefalitis biasanya disebabkan oleh infeksi virus otak langsung melalui rute
hematogen atau saraf (perifer atau cranial). Arbovirus dan enterovirus merupakan
pathogen yang umum. Penyebab ensefalitis lain adalah varisela, mumps, campak, EBV,
rubella, koriomeningitis limfositik, influenza, parainfluenza, adenovirus dan virus
sinsitial respiratorik.(4)
Berbagai jenis virus dapat menimbulkan ensefalitis, meskipun gejala klinisnya sama.
Sesuai dengan jenis virus dan epidemiologinya, diketahui berbagai macam ensevalitis
virus.
Klasifikasi yang diajukan oleh Robin ialah :
1. Infeksi Virus yang bersifat epidemic
a. Golongan enterovirus : Poliomielitis, virus coxsackie, virus ECHO.
b. Golongan Virus ARBO : Western equin encephalitis, St. Louis
encephalitis, eastern equin encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian
spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.
2. Infeksi Virus yang bersifat sporadic
Rabies, herpes simpleks, herpes zoster, limfogranuloma, mumps, lymphositic
choriomeninitis dan virus lain yang belum jelas.
3. Ensefalitis Pasca Infeksi
2
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca vaksinasi, pasca mono
nukleosis infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi traktus resspiratorius
yang tidak spesifik.(6)
III. Klasifikasi
A. Ensefalitis Supuratifa Akut
Etiologi
Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, Streptokok,
E.coli, M. tuberculosa dan T. Pallidum. Tiga bakteri yang pertama merupakan
penyebab ensefalitis bacterial akut yang menimbulkan pernanahan pada korteks
serebri sehingga terbentuk abses serebri. Ensefalitis bacterial akut, sering disebut
ensefalitis supuratif akut. (3)
Patogenesis
Pada ensefalitis supuratif akut, peradangan dapat berasal dari radang, abses di
dalam paru, bronkiektasis,, empiema, osteomielitis tengkorak, fraktur terbuka, trauma
tembus otak atau penjalaran langsung ke dalam otak dari otitis media, mastoiditis,
sinusitis.
Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema dan
kongesti yang disusul dengan perlunakan dan pembentukan nanah. Fibrobalas sekitar
pembuluh darah bereaksi dengan proliferasi. Bila kapsul pecah, nanah masuk ke
ventrikel dan menimbulkan kematian.(3)
Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala dapat berupa trias ensefalitis yang terdiri dari demam,
kejang dan kesadaran menurun. Pada ensefalitis supuratif akut yang berkembang
menjadi abses serebri, akan timbul gejala-gejala sesuai dengan proses patologik yang
terjadi di otak. Gejala-gejala tersebut ialah gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda
3
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
meningkatnya tekanan intracranial atau nyeri kepala yang kronik progresif, muntah,
penglihatan kabur, kejang, kesadaran menuru.(3)
B. Ensefalitis Sifilis
Patogenesis
Pada sifilis, yang disebabkan kuman Treponema pallidum, infeksi terjadi
melalui permukaan tubuh. Umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui
epitelimu yang terluka, kuman tiba di sistemik limfatik.
Melalui kelenjar limfe, kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia hal
ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf pusat. Treponema
pallidum akan tersebar di seluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain susunan saraf
pusat (3)
Manifestasi Klinis
Gejala enssefalitis sifilis terdiri dari dua bagian, yaitu gejala-gejala neurologis
dan gejala-gejala mental. Gejala-gejala tersebut terdiri dari :
Gejala Neurologis, diantaranya adalah kejang-kejang yang datang dalam
serangan-serangan, afasia, apraksia, hemianopsia, kesadaran mungkin menurun, sering
dijumpai pupil Argyl-Robertson. Nervus optikus dapat mengalami atrofi. Pada stadium
akhir timbul gangguan-gangguan motorik yang progresif.
Gejala-gejala mental yang dijumpai adalah timbulnya proses dimensia yang
progresif. Intelegensia mundur perlahan-lahan yang pada awalnya tampak pada kurang
efektifnya kerja. Daya konsentrasi mundur, daya ingat berkurang, daya pengkajian
terganggu, pasien kemudian tak acuh terhadap pakaina dan penampilannya. Pada
sebagian timbul waham-waham kebesaran, sebagian menjadi depresif, laninya menjadi
maniak. (3)\
C. Ensefalitis Virus
Etiologi
4
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Virus yang menimbulkan ensefalitis virus adalah virus RNA (Virus parotitis, virus
morbili, virus rabies, virus rubella, virus ensefalitis jepang B, virus dengue, virus polio,
cocksakie A, cocksakie B, echovirus, dan virus koriomeningitis limfositoria)
Virus DNA (virus herpes zoster-varisela, herpes simpleks, cytomegalovirus, variola,
vaksinia dan AIDS) (3)
Manifestasi Klinis
Proses radang pada ensefalitis virus, selain terjadi pada jaringan otak saja, juga sering
mengenai jaringan selaput otak. Oleh karena itu ensefalitis virus lebih tepat bila
disebut meningo-ensefalitis adalah konvulsi, gangguan kesadaran (acute organic brain
syndrome), hemiparesis, paralisis bulbaris (meningo-encephalomyelitis), gejala-gajala
serebral, nyeri dan kaku kuduk. (3)
IV. Patogenesis
Virus dapat masuk tubuh pasien melalui beberapa jalan. Tempat permulaan
masuknya virus dapat melalui kulit, saluran pernafasan, dan saluran cerna. Setelah masuk
ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
a. Setempat : virus hanya terbatas menginfeksi selaput
lendir permukaan organ tertentu.
b. Penyebaran Hematogen Primer : Virus masuk kedalam darah, kemudian
menyebar ke organ dan berkembang biak di
organ tersebut.
c. Penyebaran Hematogen Sekunder : Virus berkembang biak didaerah pertama
kali masuk (permukaan selaput lendir)
kemudian menyebar ke organ lain.
d. Penyebaran Melalui Saraf : Virus berkembang biak di permukaan
selaput lendir dan menyebar melalui sistem
5
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
saraf.
Pada keadaan permulaan timbul demam, tetapi belum ada kelainan neurologis. Virus
akan terus berkembang biak, kemudian menyerang susunan saraf pusat dan akhirnya diikuti
kelainan neurologis.
Kelainan neurologis pada ensefalitis disebabkan oleh :
Invasi dan perusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang sedang berkembang
biak.
Reaksi jaringan saraf pasien terhadap antigen virus yang akan berakibat dimielinisasi,
kerusakan vaskuler, dan para vascular. Sedangkan virusnya sendiri sudah tidak ada dalam
jaringan otak.
Reaksi aktivasi virus neurotropik yang bersifat laten. (5)
V. Gejala Klinis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama
dan khas sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Umumnya didapatkan
suhu yang mendadak naik, seringkali di temukan hiperpireksia, kesadaran dengan
cepat menurun. Anak besar, sebelum kesadaran menurun, sering mengeluh nyeri
kepala. Muntah sering ditemukan. Kejang-kejang dapat bersifat umum atau fokal saja
atau hanya twitching saja. Kejang dapat berlangsung berjam-jam. Gejala serebrum
yang beraenak ragam dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misalnya
pareisis atau paralisis, afasia dan sebagainya. (6)
Masa prodromal berlangsung antara 1-4hari, ditandai dengan demam, sakit
kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstermitas dan pucat.
Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari distribus dan
luas lesi pada neuron.
Gejala tersebut berupa gelisah, irritable, screaming attack, perubahan perilaku,
gangguan kesadaran, dan kejang. Kadang-kadang disertai tanda neuroligis fokal
berupa afasia, hemiparesis, hemiplagia, ataksia, dan paralisis saraf otak. Tanda
rangsangan meningeal dapat terjadi bila peradangan mencapai meningen. Ruam kulit
6
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
kadang didapatkan pada beberapa tipe ensefalitis misalnya pada enterovirus dan
varisela zoster. (5)
VI. Diagnosis
Secara klinis, ensefalitis dapat didiagnosis dengan menemukan gejala klinis
seperti tersebut diatas.
Diagnosis etiologis dapat ditegakkan dengan:
1. Biakan : Dari darah, viremia langsung, hanya sebentar saja sehingga sukar
untuk mendapatkan hasil yang positif, dari liquor serebrospinalis
atau jaringan otak; dari feses untuk jenis enterovirus sering didapat
hasil yang positif.
2. Pemeriksaan Serologis : Uji fraksi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi
dan uji neutralisasi
3. Pemeriksaan Patologi Post Mortem
Hasil pemeriksaan ini juga tidak dapat memastikan diagnosis.telah diketahui
bahwa suatu macam virus dengan gejala-gejala yang sama dapat
menimbulkan gambaran yang berbeda. Bahkan pada beberapa kasus yang
jelas disebabkan virus, tidak ditemukan sama sekali tanda radang yang khas.
Pada beberapa penyakit yang mempunyai predileksi tertentu, misalnya
poliomyelitis, gambaran patologi anatomis dapat menyokong diagnosa.(6)
Langkah Diagnostik
Anamnesis
Ensefalitis mempunyai pelbagai penyebab, namun gejala klinis ensefalitis lebih
kurang sama dan khas, sehingga gejala klinis tersebut dapat membantu
menegakkan diagnosis.
Gejala berupa suhu mendadak naik : seringkali ditemukan hiperpireksia.
Kesadaran dengan cepat menurun. Anak agak besar sering mengeluh nyeri
sebelum kesadaran menurun.
7
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Kejang dapat bersifat umum, fokal atau hanya twitching saja. (2)
Pemeriksaan Fisik
Seringkali ditemukan hiperpireksia, kesadaran menurun dan kejang. Kejang dapat
berlangsung bejam-jam. Gejala serebral lain dapat beranekaragam, dapat timbul
terpisah atau bersama-sama, misalnya paralisis, afasia dan sebagainya. (2)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi rutin tidak spesifik. Jumah leukosit darah tepid apt normal
atau sedikit meningkat, kadang-kadang terdapat pergeseran ke kiri. Cairan
serebrospinal normal didapatkan pada seperempat jumlah pasien, sisanya
abnormal dengan peninggian tekanan, pleositosis, kadar protein meningkat,
kadang-kadang berwarna xantokrom karena perdarahan.
Pemeiksaan Serologis
Isolasi virus dalam cairan serebrospinal secara rutin tidak dilakukan karena sangat
jarang menunjukan hasil yang positif. Titer antibody terhadap VHS dapat
diperiksa dalam serum dan cairan serebrospinal. Titer antibody dalam serum
tergantung apakah infeksi merupakan infeksi primer atau rekuren. Pada infeksi
primer, antibody dalam serum menjadi positif setelah 1 sampai beberapa minggu,
sedangkan pada infeksi rekuren kita dapat menemukan peningkatan titer antibody
dalam 2 pemeriksaan, fase akut dan rekonvalesen. Kenaikan titer 4 kali lipat pada
fase rekonvalesen merupakan tanda bahwainfeksi VHS sedang aktif. Harus
diingat bahwa peningkatan kadar antibody serum sebelum membuktikan bahwa
ensefalitis disebabkan oleh VHS.
Pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG)
EEG sangat membantu diagnosis bila ditemukan gambaran periodic lateralizing
epileptiform discharge atau perlambatan fokal di daerah temporal atau
8
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
frontotemporal. Lebih sering EEG hanya memperlihatkan perlambatan umum
yang menunjukan disfungsi otak menyeluruh. Sensitivitas EEG kira-kira 84%,
tetapi spesifisitasnya hanya 32,5%
Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan yang dapat membantu menegakkan diagnosis EHS adalah
pemeriksaan CT-Scan dan MRI kepala. Gambaran yang agak khas pada CT scan
terlihat pada 50-75% kasus, berupa gambaran daerah hipodens di lobus temporal
atau frontal, kadang-kadang meluas ke lobus oksipital. Daerah hipodens ini
disebabkan oleh nekrosis jaringan otak dan edema otak. Setelah pemberian
kontras, dapat dilihat daerah yang lebih menyangkat mengikuti kontur sulkus dan
girus, atau membatasi daerah hipodens, atau membentuk suatu cincin. Gambaran
khas CT-scan baru terlihat setelah minggu pertama. MRI lebih sensitive dan
memperlihatkan hasil lebih awal disbanding CT-Scan.
Biopsi Otak
Baku emas dalam diagnosis EHS adalah biopsy otak dan isolasi virus dari
jaringan otak. Biopsi dipantau dengan kelainan neurologis, EEG, CT-Scan, dan
MRI. Banyak pusat penelitian tidak ingin mengerjakan prosedur ini karena
bahaya dan kurangnya fasilitas untuk isolasi virus. Kelemahan lain dari prosedur
ini adalah kemungkinan ditemukannya hasil negative palsu karena biopsy
dilakukan bukan pada tempat yang tepat.
Pemeriksaan PCR
Pemeriksaan PCR pada cairan serebrospinal biasanya positif lebih awal
dibandingkan titer antibody. Pemeriksaan PCR mempunyai sensitivitas 75% dan
spesifisitas 100%, dan ada yang melaporkan memberikan hasil positif pada 98%
kasus yang telah terbukti dengan biopsy otak. Pemeriksaan PCR lebih cepat dapat
dilakukan dan resikonya lebih kecil. (5)
VII. Diagnosis Banding
9
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
1. Abses Otak
2. Meningitis
3. Toksoplasmosis
4. Status epileptikus
5. Perdarahan subaraknoid
6. Hipoglikemia (1)
VIII. Penatalaksanaan
Pengobatan simptomatik dan suportif sama dengan pengobatan ensefalitis yang
lain, termasuk pengobatan kejang, edema otak, peninggian tekanan intracranial,
hiperpireksia, gangguan respirasi, dan infeksi sekunder. Perbedaan utama adalah pada
EHS kita dapat memberikan antivirus yang spesifik.
Semua pasien yang dicurigai sebagai ensefalitis harus dirawat di rumah sakit.
Penanganan ensefalitis biasanya tidak spesifik, tujuan dari penangan tersebut adalah
untuk mempertahankan fungsi organ, yang caranya hampir sama dengan perawatan
pasien koma yaitu mengusahakan jalan napas tetap terbuka, pemberian makanan
secara enteral atau parentral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi
terhadap gangguan asam basa darah. (5)
Vidarabin telah di teliti dan dapat menurunkan mortalitas dari 70% menjadi 40%.
Saat ini asiklovir intavena telah terbukti lebih baik dibandingkan vidarabin, dan
merupakan obat pilihan pertama. Preparat asiklovir tersedia dalam 250mg dan
500mg, yang harus diencerkan dengan aquadest atau larutan garam fisiologis. Dosis
asiklovir 30mg/kgBB/hari dan dibagi dalam 3 dosis. Pemberian secara perlahan
diencerkan menjadi 100ml larutan, diberikan selama 1 jam. Pemberian asiklovir
diberikan selama 10 hari namun bila terbukti penyebabnya bukan EHS pengobatan
dihentikan walaupun belum sampai 10 hari.
Bila kejang dapat diberi diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB/IV dilanjutkan dengan
fenobarbital. Paracetamol 10 mg/kgBB dan kompres dingin dapat diberikan bila
pasien panas. Apabila didapatkan tanda kenaikan tekanan intracranial dapat diberikan
deksametason 1mg/kgBB/X dilanjutkan dengan pemberian 0,25-0,5 mg/KgBB/hari.
10
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Pemberian deksametason ini tidak diindikasikan pada pasien tanpa peningkatan tekan
intracranial atau keadaan umum telah stabil. Manitol juga dapat diberikan dengan
dosis 1,5-2 g/KgBB IV dalam periode 8-12 jam. (5)
IX. Komplikasi
Dari penderita yang hidup 20-40% mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa
paresis atau paralisis ,pergerakan koreoatetoid, gangguan penglihatan atau gejala
neurologis lain.(6)
Retardasi mental, irritable, gangguan motorik, epilepsi, emosi tidak stabil, sulit
tidur, halusinasi, aneurasi, anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asocial lain. (3)
X. Prognosis
Kebanyakan anak dengan ensefalitis sembuh tanpa sekuel berat. Penyakit yang
disebabkan oleh HSV, rabies atau M. Pneumoniae menyebabkan prognosis yang lebih
buruk. Ensefalitis mungkin berat pada anak kecil (kurang dari 1tahun) dan pasien
koma. Walaupun kebanyakan pasien dengan bentuk ensefalitis epidemi (infeksi St.
Louis, California, dan enterovirus) baik ensefalitis eastern equine mempunyai
prognosis lebih buruk.(4)
Daftar Rujukan
11
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
1. Dewanto G, Suwono W, Riyanto B, Turama Y. Diagnosis dan Tatalaksana
Penyakit saraf. Jakarta: EGC. 2009.
2. Firmanda, dodi dkk. Standard Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I Jakarta :
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004.
3. Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ketiga. Media
Aesculapius. Fk. UI. 2000.
4. Perpustakaan Nasional. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.2 Edisi 15. Jakarta :
EGC. 1999
5. Soetomenggolo S. Taslim, Ismael, Sofyan. Buku Ajar Neurologi Anak, Ikatan
Dokter Anak Indoneisa. Jakarta. 1999.
6. Staf Pengajar Ilmu Kedokteran Anak Indonesia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak 2. Bagian Ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 1985.
Status Pasien Mahasiswa SMF Kesehatan Anak RSPM
12
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
I. Anamnesis Pribadi
Nama : Angel Natalia S
Umur : 9 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Trikora no 18 Medan
Agama : Kristen
Berat Badan Masuk : 30 kg
Panjang Badan Masuk : 130 cm
Tanggal Masuk : 04 Maret 2012
II. Anamneis Orangtua OS
Identitas Ayah IbuNama Irwan Saragih Feni OrlinaUmur 36 tahun 34 tahunAgama Kristen KristenPendidikan SMA SMPPekerjaan Wiraswasta WiraswastaPenyakit Terdahulu - -Alamat Jln. Trikora no 18 Medan
III. Riwayat Kelahiran
13
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Cara Lahir : Partus spontan pervaginam
Tanggal Lahir : 16 Desember 2002
Usia kehamilan : 37 minggu
Tempat lahir : Klinik Bidan
Ditolong oleh : Bidan
BB lahir : 2800 gram
PB lahir : 50 cm
IV. Perkembangan Fisik
Saat lahir : Menangis kuat dan bergerak aktif
0 - 3 bulan : Sudah dapat mengikuti , objek dengan mata, mengangkat
kepala dan telungkup
4 - 6 bulan : Sudah bisa duduk dengan dibantu
6 - 9 bulan : Sudah bisa duduk sendiri, mengangkat dan berdiri dengan
dibantu
9 - 12 bulan : Sudah bisa berjalan
1 tahun – sekarang : Sudah dapat mengikuti perintah dan bersosialisasi baik.
V. Anamnesis Makanan
0 - 9 bulan : ASI eksklusif
9 - 12 bulan : ASI eksklusif + susu formula+ lauk pauk + sayur
1 tahun – sekarang : Susu formula + nasi + lauk pauk + sayur
VI. Imunisasi
BCG : -
14
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Hepatitis B : -
Polio : -
DPT : -
Campak : -
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
VII. Penyakit yang pernah diderita : Kejang Demam Sederhana
VIII. Keterangan mengenai saudara OS :
Os anak kedua dari 3 bersaudara
Perempuan, umur 9 tahun, Os Sendiri
Perempuan , umur 7 tahun, sehat
Laki-laki, umur 4 tahun, sehat
IX. Anamnesis Mengenai Penyakit
Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran
15
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Telaah :
Penurunan Kesadaran dialami OS lebih kurang 2 jam ini, Sebelumnya os mengalami
kejang, kejang yang dialami os berlangsung 2 jam yang lalu, dengan kejang di
seluruh tubuh, tangan dan kaki menghentak hentak. Kejang yang dialami os sebanyak
3 kali dengan lamanya kejang < 15 menit, dan setelah kejang Os tidak sadarkan diri.
Demam (+) dialami Os 1 hari ini, demam tinggi dan tidak turun dengan obat penurun
panas.
Os mengalami muntah 1 hari ini, frekuensi muntah 1x (saat di IGD). Isi muntah, apa
yang dimakan.
Riwayat Penyakit Terdahulu : Os pernah mengalami kejang saat usia 10 bulan,
Kejang didahului dengan demam tinggi, dan setelah
kejang Os sadarkan diri.
Riwayat Pemakaian Obat : Paracetamol
X. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
16
Anemis : (-)
Ikterik : (-)
Edema : (-)
Sianosis : (-)
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Sensorium : GCS 9 (E2 V2 M5) : Soporous
KU/KP/KG : Jelek / Berat / Baik
Temperatur : 39o C
Frek. Nadi : 128 x/i , Reguler, Desah (-)
Frek. Napas : 28 x/I, Reguler, Ronki (-)
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
BB masuk : 30 kg
2. Status Lokalisata
A. Kepala
Mata : Refleks cahaya (+ | +), pupil isokor, conj. palpebra inf. pucat (- | -)
Hidung : Dalam Batas Normal
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Oral Trash (+)
B. Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB, Kaku Kuduk (-)
C. Thorax
Inspeksi : Simetris Fusiformis, Retraksi (-)
Palpasi : Stem Fremitus Kanan = Kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara Nafas Vesikuler, HR : 128 x/i, Reguler, Desah (-)
RR : 28 x/I, Reguler, Ronki (-)
D. Abdomen
Inspeksi : Simetris
17
Anemis : (-)
Ikterik : (-)
Edema : (-)
Sianosis : (-)
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Palpasi : Soepel, Hepar dan Lien tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik (+), Normal
E. Kulit : Turgor Kembali Cepat
F. Ekstermitas
Atas : Pulse 128x/i ,Reguler, T/V cukup, Akral Hangat, CRT < 3”
Refleks Biceps dan Triceps (+) Kanan dan Kiri
Bawah : Rangsangan Fisiologis : APR / KPR : (+) / (+)
: Refleks Patologis : Refleks Babinsky (+)
: Rangsangan Meningeal : (-)
G. Genitalia : Perempuan, Anus (+) Normal
XI. Pemeriksaan Khusus
a. Mantoux Test : Undurasi kurang dari 4mm
18
Ureum : 14 mg/dl
Creatinin : 0,73 mg/dl
Uric Acid : 10,5 mg/dl
Natrium : 147 mmol/dl
Kalium : 3,9 mmol/dl
Klorida : 111 mmol/dl
KGD : 242 mg/dl
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
b. Radiologi : Tidak tampak kelainan di paru-paru
c. Pungsi Lumbal : -
d. EKG : -
e. Pungsi Sumsum Tulang : -
f. Mikrobiologi : -
g. CT Scan : -
h. Biopsi : -
i. EEG : -
j. Screening Perdarahan : -
XII. Pemeriksaan Laboratorium
A. Urine : -
B. Feses : -
C. Darah : Darah Rutin,
Tanggal 4 maret 2012 (saat os di IGD sebelum di rawat)
Dan 13 Maret 2012
Kimia Darah
Bilirubin total : 0,21 mg/dl
Bilirubin Direct : 0,07 mg/dl
SGOT : 30 U/l
SGPT : 18 U/l
Alkali Pospatase : 334 U/l
XIII. Ringkasan
1. Anamnesis
Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran
Telaah :
19
Tanggal 4 maret 2012
Haemoglobin : 14,8 gr/dl
Hematokrit : 43 %
Leukosit : 25.600/mm3
Trombosit : 317.000/mm3
Tanggal 13 Maret 2012
Haemoglobin : 13,7 gr/dl
Hematokrit : 39 %
Leukosit : 14.500/mm3
Trombosit : 358.000/mm3
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Penurunan Kesadaran (+) dialami Os setelah kejang 2 jam yang lalu
Kejang (+) dialami Os 3 kali dengan kejang < 15 menit
Demam (+) 1 hari ini
Muntah (+) 1 hari ini, frekuensi 1x, isi apa yang dimakan
RPT : Kejang saat umur 10 bulan dengan kejang didahului demam
tinggi dan setelah kejang Os Sadar.
RPO : Paracetamol.
2. Pemerikasaan fisik
a. Status Present
Sensorium : GCS 9 (E2 V2 M5) : Sopor
KU/KP/KG : Jelek / Berat / Baik
Temperatur : 39o C
Frek. Nadi : 128 x/i , Reguler, Desah (-)
Frek. Napas : 28 x/I, Reguler, Ronki (-)
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
BB masuk : 30 kg
3. Status Lokalisata
a. Kepala
Mata : Refleks cahaya (+ | +), pupil isokor, conj. palpebra inf. pucat (- | -)
Hidung : Dalam Batas Normal
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Oral Trash (+)
b. Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB, Kaku Kuduk (-)
c. Thorax
20
Anemis : (-)
Ikterik : (-)
Edema : (-)
Sianosis : (-)
Dispnoe : (-)
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Inspeksi : Simetris Fusiformis, Retraksi (-)
Palpasi : Stem Fremitus Kanan = Kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara Nafas Vesikuler, HR : 128 x/i, Reguler, Desah (-)
RR : 28 x/I, Reguler, Ronki (-)
d. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, Hepar dan Lien tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik (+), Normal
e. Kulit : Turgor Kembali Cepat
f. Ekstermitas
Atas : Pulse 128x/i ,Reguler, T/V cukup, Akral Hangat, CRT < 3”
Refleks Biceps dan Triceps (+) Kanan dan Kiri
Bawah : Rangsangan Fisiologis : APR / KPR : (+) / (+)
: Refleks Patologis : Refleks Babinsky (+)
: Rangsangan Meningeal : (-)
g. Genitalia : Perempuan, Anus (+) Normal
XIV. Differential Diagnosis
1. Ensefalitis
2. Meningoensefalitis
3. Meningitis
21
Ensefalitis
Angga Fajri, M. Riezki Pratama
SMF Ilmu Kesehatan Anak
XV. Diagnosa Kerja
- Ensefalitis
XVI. Therapy
-. Elevasi kepala 30o
-. 02 1 - 2 l/i
-. IVFD Dextrose 5% Nacl 0,45% 17gtt/i mikro (retraksi 25%)
-. Injeksi Viccilin 1g / 6jam
-. Injeksi Chloramphenicol 500mg/ 6jam
-. Injeksi Dexametason 4mg/ 8jam
-. Phenobarbital pulv. 2 x 75mg
-. Paracetamol pulv. 3 x 500mg
-. Candistatin drips 1cc/6jam
-. Diet SV 1700 kkal dengan 60 gram Protein
XVII. Usul
1. Lumbal Punksi
2. Head CT scan
3. EEG (Elekto Ensepalografi)
22