enkultrasi sebagai upaya keberlanjutan musik...

66
i HALAMAN JUDUL ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK KERONCONG OLEH ORKES KERONCONG GEMA KENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Musik oleh Nur Asriyani 2501415014 JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Upload: others

Post on 02-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

i

HALAMAN JUDUL

ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN

MUSIK KERONCONG OLEH ORKES KERONCONG

GEMA KENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Musik

oleh

Nur Asriyani

2501415014

JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

ii

Page 3: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

iii

Page 4: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

iv

Page 5: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“The most dangerous enemies on this earth are timid and wavering. The most

loyal firend, only courage and firm belief.”

Schopenhauer

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua saya, Ibu Sri Eniyati, dan

Bapak Purwito, yang selalu saya sayangi

karena telah memberikan dukungan,

perhatian, semangat, motivasi dan doa yang

tak pernah terhenti.

2. Ketiga kakak saya, Agus Baktiawan Hidayat,

Retno Isna Wahyuningsih, dan Fajri Hartanti

yang selalu memberikan semangat dan

motivasi tentang kehidupan.

3. Sahabat saya Arung Kunto, Ruce Nuenda,

Jeihaniza, Annisa Anggun, dan Arina

Suwandy yang selalu memberikan dukungan

untuk menyelesaikan skripsi.

Page 6: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

serta karuniaNya kepada penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Enkulturasi Sebagai Upaya Keberlanjutan Musik Keroncong oleh Orkes

Keroncong Gema Kencana di Kabupaten Banyumas” yang mana dijadikan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di

Universitas Negeri Semarang.

Pada penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan

melibatkan berbagai pihak untuk membantu, oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan studi di

Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Sri Rejeki Urip, M.Pd, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah

memberikan ijin penelitian untuk menyelesaikan skripsi.

3. Dr. Udi Utomo, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari, dan

Musik yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk terlaksananya

penelitian dan penulisan skripsi.

4. Abdul Rachman, S.Pd., M.Pd pembimbing yang dengan penuh kesabaran

membimbing kepada penulis hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh anggota dan pengurus Orkes Keroncong Gema Kencana Banyumas

yang telah bersedia menjadi narasumber tentang penelitian skripsi ini.

Page 7: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

vii

6. Seluruh narasumber yang telah memberikan informasi penting untuk

berhasilnya penyusunan skripsi.

7. Segenap Dosen Pendidikan Sendratasik yang telah memberikan ilmu tentang

musik dan budaya selama saya di Unnes.

8. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk

menyelesaikan skripsi.

9. Seluruh teman-teman saya yang telah memberikan semangat semasa kuliah

sampai meraih gelar sarjana.

Penulis yakin dalam melaksanakan penelitian masih jauh kata sempurna,

oleh karena itu penulis memohon saran dan kritik yang membangun untuk

kesempurnaan penelitian-penelitian serupa dimasa mendatang.

Semarang, September 2019

Page 8: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

viii

SARI

Asriyani, Nur. 2019. Enkulturasi Sebagai Upaya Keberlanjutan Musik

Keroncong oleh Orkes Keroncong Gema Kencana di Kabupaten Banyumas.

Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan

Seni, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing Abdul Rachman, S.Pd,

M.Pd

Kata kunci : Enkulturasi, Keberlanjutan, Musik Keroncong.

Musik Keroncong pada perkembangannya mengalami kemunduran seiring

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu Orkes

Keroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas

berupaya untuk mempertahankan, mewariskan, dan meneruskan musik keroncong

kepada generasi muda dan masyarakat agar tidak hilang ditelan perkembangan

zaman melalui berbagai kegiatan yang mendukung seperti mengadakan konser

keroncong, latihan rutin, siaran radio, dan seminar keroncong. Permasalahan

penelitian ini adalah bagaimana proses enkulturasi sebagai upaya keberlanjutan

musik keroncong oleh O.K Gema Kencana. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis dan mendeskripsikan tentang enkulturasi sebagai upaya

keberlanjutan musik keroncong yang diberikan oleh O.K Gema Kencana

Banyumas.

Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode

kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara,

dan studi dokumen. Teknik analisis data digunakan untuk mengetahui proses

enkultuasi sebagai upaya keberlanjutan musik keroncong oleh O.K Gema

Kencana Banyumas. Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi data.

Hasil penelitian menunjukan bahwa enkulturasi yang diberikan oleh

Orkes Keroncong Gema Kencana kepada masyarakat dan remaja yaitu berupa :

(1) nilai; (2) pengetahuan; (3) Sikap; (4) Perilaku; (5) Ketrampilan. Enkulturasi

berupa nilai yaitu nilai sosial, nilai keindahan, nilai moral, nilai agama.

Enkulturasi yang diberikan melalui pengetahuan meliputi memberikan seminar

dan sosialisasi, mengadakan konser keroncong rutin setiap satu tahun sekali dalam

rangka memperingati HUT O.K Gema Kencana, latihan rutin, pengetahuan

tentang teori dasar musik keroncong, dan memperkenalkan lagu-lagu keroncong

asli, langgam keroncong, serta stambul kepada penyanyi ataupun anggota baru

yang bergabung agar mereka lebih paham. Pada enkulturasi berupa sikap, perilaku

yaitu saat pentas musik keroncong, siaran radio, dan konser keroncong. dan

enkulturasi berupa ketrampilan yaitu meliputi latihan rutin, siaran Radio rutin, dan

pencarian bakat menyanyi di sekolah.

Saran untuk O.K Gema Kencana Banyumas sebaiknya lebih giat untuk

mengedukasi tentang musik keroncong kepada remaja, dan peneliti berharap agar

O.K Gema Kencana Banyumas dapat membentuk O.K Gema Kencana versi Muda

baik dari penyanyi maupun pemain supaya terus terjadi regenerasi. O.K Gema

Kencana Banyumas juga diharapkan selalu mengikuti perkembangan musik agar

tetap dapat bertahan dan berlanjut.

Page 9: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN ..................................................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

SARI.....................................................................................................................viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 7

1.5 Sistematika Skripsi ........................................................................................ 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ........................... 10

2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................. 10

2.2 Kajian Teoretis ............................................................................................ 28

2.2.1 Pengertian Enkulturasi .......................................................................... 28

2.2.2 Pengertian Musik .................................................................................. 30

2.2.3 Musik Keroncong ................................................................................. 33

2.2.4 Pengertian Keberlanjutan ...................................................................... 41

2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 43

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 45

3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................................. 45

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian ..................................................................... 45

Page 10: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

x

3.2.1 Lokasi penelitian ................................................................................... 45

3.2.2 Sasaran Penelitian ................................................................................. 46

3.3 Sumber Data ................................................................................................ 46

3.3.1 Data Primer ........................................................................................... 46

3.3.2 Data Sekunder ....................................................................................... 46

3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 46

Teknik Observasi ........................................................................................... 47

3.4.1 Teknik Wawancara ............................................................................... 47

3.4.2 Studi Dokumen ..................................................................................... 48

3.5 Teknik Keabsahan Data ............................................................................... 48

3.5.1 Sumber .................................................................................................. 49

3.5.2 Metode Pengamatan .............................................................................. 49

3.5.3 Teori ...................................................................................................... 49

3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................... 50

3.6.1 Pengumpulan data ................................................................................. 51

3.6.2 Reduksi data .......................................................................................... 51

3.6.3 Sajian Data ............................................................................................ 52

3.6.4 Penarikan Kesimpulan/Verifikasi ......................................................... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 53

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 53

4.1.1 Sejarah Kabupaten Banyumas .............................................................. 54

4.1.2 Kecamatan Banyumas........................................................................... 56

4.1.3 Desa Sudagaran..................................................................................... 57

4.2 Struktur Sosial dan Data Jumlah Penduduk Masyarakat Desa Sudagaran .. 58

4.3 Mata Pencaharian ........................................................................................ 60

4.4 Kehidupan Keagamaan ................................................................................ 61

4.5 Pendidikan ................................................................................................... 62

4.6 Profil Orkes Keroncong Gema Kencana di kabupaten Banyumas .............. 63

4.6.1 Latar Belakang Berdirinya O.K Gema Kencana Banyumas................. 63

4.6.2 Struktur Organisasi O.K Gema Kencana Banyumas ............................ 64

4.6.3 Aktivitas yang dilakukan O.K Gema Kencana Banyumas ................... 66

Page 11: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

xi

4.6.4 Alat Musik yang digunakan O.K Gema Kencana Banyumas ............... 76

4.6.5 Profil Pemain O.K Gema Kencana Banyumas ..................................... 85

4.6.7 Prestasi .................................................................................................. 93

4.7 Proses Enkulturasi Musik Keroncong oleh O.K Gema Kencana di

Kabupaten Banyumas ........................................................................................ 95

4.7.1 Enkulturasi Pengetahuan....................................................................... 95

4.7.2 Enkulturasi Sikap dan Perilaku ........................................................... 104

4.7.3 Enkulturasi Ketrampilan ..................................................................... 111

4.7.4 Enkulturasi Nilai ................................................................................. 116

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 119

5.1 Simpulan .................................................................................................... 119

5.2 Saran .......................................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 121

LAMPIRAN I ..................................................................................................... 125

INSTRUMEN PENELITIAN ............................................................................. 125

LAMPIRAN II .................................................................................................... 128

HASIL OBSERVASI .......................................................................................... 128

LAMPIRAN III ................................................................................................... 129

HASIL WAWANCARA ..................................................................................... 129

LAMPIRAN IV ................................................................................................... 136

Page 12: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ..................................................... 59

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 60

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............................... 61

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ................................................ 61

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan .......................................... 63

Page 13: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Ikon Kecamatan Banyumas ............................................................ 54

Gambar 4.2 : Pendopo Sipanji Purwokerto ........................................................... 56

Gambar 4.3 : Pendopo Duplikat Sipanji ............................................................... 58

Gambar 4.4 : Kantor Kepala Desa Sugaran .......................................................... 59

Gambar 4.5 : Penyanyi dan Pemain Keroncong O.K Gema Kencana .................. 65

Gambar 4.6 : Anggota O.K Gema Kencana .......................................................... 67

Gambar 4.7 : Latihan Rutin ................................................................................... 68

Gambar 4.8 : O.K Gema Kencana di RRI Purwokerto ......................................... 69

Gambar 4.9 : Pentas Keroncong............................................................................ 70

Gambar 4.10 : Pentas O.K Gema Kencana ........................................................... 71

Gambar 4.11 : Pentas O.K Gema Kencana ........................................................... 72

Gambar 4.12 : Konser Gema Kencana .................................................................. 72

Gambar 4.13 : Ketua HAMKRI ............................................................................ 73

Gambar 4.14 : Penampilan Keroncong ................................................................. 74

Gambar 4.15 : Peragaan Busana Kebaya .............................................................. 74

Gambar 4.16 : Acara Hari Jadi Banyumas ............................................................ 75

Gambar 4.17 : Sosialisasi Musik Keroncong ........................................................ 77

Gambar 4.18 : Cuk ................................................................................................ 78

Gambar 4.19 : Cak ................................................................................................ 80

Gambar 4.20 : Cello .............................................................................................. 81

Gambar 4.21 : Gitar............................................................................................... 83

Gambar 4.22 : Contra Bass ................................................................................... 84

Gambar 4.23 : Biola .............................................................................................. 85

Page 14: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

xiv

Gambar 4.24 : Flute............................................................................................... 86

Gambar 4.25 : Pemain Cuk ................................................................................... 86

Gambar 4.26 : Bapak Saidi ................................................................................... 87

Gambar 4.27 : Pemain Cak ................................................................................... 88

Gambar 4.28 : Bapak Sabang ................................................................................ 89

Gambar 4.29 : Pemain Cello ................................................................................. 90

Gambar 4.30 : Bapak Beny ................................................................................... 91

Gambar 4.31 : Pemain Gitar.................................................................................. 91

Gambar 4.32 : Bapak Yan ..................................................................................... 92

Gambar 4.33 : Pemain Pemain Kontra Bass ......................................................... 93

Gambar 4.34 : Bapak Dody ................................................................................... 94

Gambar 4.35 : Pemain Flute.................................................................................. 94

Page 15: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................ 43

Page 16: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Instrumen Penelitian ......................................................................... 123

Lampiran II Hasil Observasi .............................................................................. 126

Lampiran III Hasil Wawancara ........................................................................... 127

Lampiran IV Dokumentasi .................................................................................. 134

Lampiran V Surat Penelitian ............................................................................... 146

Lampiran VI Surat Ketetapan Pembimbing ........................................................ 147

Page 17: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakikatnya, kebudayaan adalah warisan sosial. Dalam arti bahwa

kebudayaan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya melalui suatu proses

pembelajaran, baik secara formal maupun secara informal. Proses pembelajaran

secara formal dilakukan melalui program pendidikan dalam lembaga seperti

sekolah, kursus, akademi, perguruan tinggi, dan lain lain. Disini semua wujud

kebudayaan spritual maupun material berupa sistem gagasan, ide-ide, norma,

dikemas dan dirangkum dalam mata pelajaran dan kurikulum yang disusun secara

sistematis. Sedangkan proses pembelajaran informal diberikan melalui enkulturasi

dan sosialisasi.(Kodiran, 2004, h.10-16)

Keragaman budaya merupakan sebuah konsekuensi yang akan dihadapi

oleh suatu daerah yang keadaannya dihuni oleh banyak suku, yang kemudian

saling mempengaruhi, hingga ada keadaan dimana keragaman itu sendiri menjadi

karakter daerah tersebut. Tanpa kebudayaan, suatu masyarakat tidak memiliki

identitas yang jelas. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak

suku bangsa dan dari suku bangsa tersebut memiliki kebudayaan berbeda-beda

sehingga membuat Indonesia kaya akan budaya tradisi. Kebudayaan yang kuat

sebagai pemberi jati diri bangsa, artinya; ia tidak boleh mudah termakan atau

terpinggirkan di hadapan kebudayaan-kebudayaan lain di jagat ini (Tindaon,

2012, h.148-280). Mengacu pada semboyan bhineka tunggal ika, maka ada dua

aspek kebudayaan Indonesia yang sekaligus perlu dibangun atau dilestarikan

Page 18: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

2

yaitu, disatu sisi kebudayaan nasional dan disisi lain kebudayaan-kebudayaan

suku-suku bangsa yang ada di Indonesia (Tindaon, 2012, h.148-280).

Kebudayaan di Indonesia sangat beragam jenisnya dan tersebar di seluruh

penjuru Indonesia. Beberapa contohnya seperti musik daerah, pewayangan,

pakaian adat, rumah adat, dll. Musik Indonesia sendiri sangat beragam jenisnya

antara lain: musik keroncong, musik gamelan/karawitan, musik calung, musik

angklung, dan lain sebagainya. Musik keroncong merupakan musik yang banyak

digemari di Indonesia terutama diseluruh pulau Jawa dan kota-kota besar seperti

Jakarta, Semarang, Solo, Yogyakarta, dan Surabaya.

Keroncong sangat identik dengan pola ritmis yang terbentuk dari lima alat

musik yaitu cak, cuk, cello kendang, bass betot, gitar. (Rachman & Utomo, 2019,

h.99-101). Musik keroncong sendiri adalah musik khas yang berasal dari

Indonesia dan bukan berasal dari portugal yang merupakan negara pembawa alat

musik keroncong ke Indonesia, hal itu didukung oleh pernyataan (Soeharto, 1996,

h. 25) yang mengatakan bahwa ada unsur musik keroncong yang berasal dari luar

ialah alat musiknya, tetapi bentuk musiknya (musik keroncong) bukanlah bentuk

musik import (asing) melainkan benar-benar buah karya nenek moyang sendiri.

Selanjutnya menurut Achmad Soenardi dalam (Soeharto, 1996, h. 26) saat

bertemu dengan consul portugal : Antonio plato Da Franca pada tanggal 30

oktober 1969 menjelaskan bahwa musik keroncong atau musik sejenis yang

mungkin melahirkan musik keroncong tidak ada di Portugal. Mister Antonio

menjelaskan jangankan yang berbentuk keroncong, bahkan yang diperkirakan

mirip keroncong pun tidak ada.

Page 19: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

3

Disisi lain, banyak orang yang sudah mulai sadar akan pentingnya

pelestarian musik keroncong karena jika dibiarkan akan hilang ditelan musik

modern, hal ini dibuktikan dengan adanya usaha dari pemerintah dinas pariwisata

dan kebudayaan serta seniman keroncong untuk mengadakan festival musik

keroncong ataupun lomba menyanyi keroncong baik di desa, kecamatan,

kabupaten, provinsi, sekolah-sekolah, universitas, maupun tingkat nasional.

Dengan diadakannya festival, masyarakat umum baik kalangan anak muda

ataupun dewasa diharapkan memiliki minat untuk tahu dan mempelajarinya,

karena jika bukan bangsa Indonesia sendiri mau siapa lagi yang akan

mengembangkan.

Usaha pewarisan dan pelestarian musik keroncong khususnya didaerah

Kabupaten Banyumas sudah mulai banyak dilakukan oleh orkes-orkes keroncong,

salah satunya oleh orkes keroncong Gema Kencana. Hal ini dibuktikan dengan

berdirinya grup keroncong baru di SMA N Banyumas yang dilatih oleh anggota

dari O.K Gema Kencana dan sekarang sudah cukup berkembang di wilayah

Kabupaten Banyumas. Berawal dari tuntutan O.K Gema Kencana kepada SMA N

Banyumas untuk menampilkan grup keroncong di acara konser keroncong

tahunan, sehingga dengan cepat SMA N Banyumas mengumpulkan anak-anak

yang berpotensi di bidang musik untuk mengikuti latihan. Sampai sekarang grup

tersebut sudah mulai diakui keberadaanya dengab diundang di berbagai acara.

Selain itu usaha pewarisan juga dilakukan dari mengadakan konser

keroncong, latian rutin, mengisi seminar, pentas-pentas musik keroncong, siaran

keroncong, dan kegiatan yang lainnya yang mendukung agar keberadaan

Page 20: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

4

keroncong tetap ada dan berlanjut khususnya di daerah Banyumas dan sekitarnya.

Orkes keroncong Gema Kencana beralamatkan di Desa Sudagaran, Kecamatan

Banyumas, Kabupaten Banyumas. O.K (orkes keroncong) ini lahir pada tanggal

30 Desember 1995 yang sekarang diketuai oleh bapak Hary Pudjianto. Dari awal

pembentukannya, sebenarnya hanya untuk hiburan saja. Namun lambat laun

banyak warga sekitar yang ingin bergabung, sehingga kini O.K Gema Kencana

tidak hanya untuk kalangan tertentu namun terbuka untuk siapa saja yang

memiliki ketertarikan dengan keroncong.

Selain itu O.K Gema Kencana juga memiliki keinginan untuk

mengembangkan musik keroncong khususnya kepada anak-anak muda agar

mereka mengerti bahkan tertarik untuk mempelajari keroncong. Grup keroncong

ini memiliki ciri khas yang membedakan dengan grup keroncong lain, yaitu tetap

mempertahankan pola ritmis keroncong asli. Namun ciri khas yang dimiliki orkes

keroncong ini juga sangat berdampak pada keberlanjutan pada musik keroncong.

Peneliti belum/tidak menemukan adanya penelitian sebelumnya pada grup

keroncong ini, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

O.K. Gema Kencana. Penelitian ini akan diberi judul “ENKULTURASI

SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK KERONCONG OLEH

ORKES KERONCONG GEMA KENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS”.

Setelah peneliti melakukan telaah terhadap beberapa penelitian, ada

beberapa yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan.

Penelitian pertama yang berhasil peneliti temukan dilakukan oleh (Alvianto &

Joseph, 2012, h.12-21) dalam jurnal Harmonia yang berjudul “Eksistensi Grup

Page 21: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

5

Musik Keroncong Gema Irama Di Desa Gedongmulya Kecamatan Lasem”.

Permasalahan yang terdapat pada grup keroncong ini adalah eksistensinya yang

mengalamai pasang surut. Hasil dan pembahasan dari jurnal tersebut antara lain

meliputi : (1) managemen Grup Keroncong Gema Irama yang memiliki struktur

organisasi agar orkes ini tetap berjalan dengan baik, dan para pemain tersebut

memiliki tujuan yang sama yaitu mempertahankan eksistensi grup keroncong

Gema Irama, (2) Jadwal latiham rutin yang dilaksanakan seminggu sekali pada

pukul 20.00 sampai 23.00, (3) mempunyai ciri khas yang selalu membawa

kehangatan kepada penontonnya, penyanyi mengajak penonton ikut bernyanyi,

serta variasi akord untuk menambah keindahan permainan grup keroncong Gema

Irama, (4) panggilan pentas dibeberapa tempat seperti hajatan, khitanan, dan

acara-acara lain.

Pada penelitian skripsi (Sulestiyorini, 2013, h.49-71) yang berjudul

“Kreativitas Dan Fungsi Musik Keroncong (Studi Kasus Pada Grup Musik

Keroncong Kasela Bergema).” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengangkat

kreativitas dan fungsi musik keroncong dengan irama yang berbeda. Bagaimana

grup musik ini dapat menyatukan irama musik keroncong dengan irama musik

lain, merupakan sisi kreativitas yang dilakukan oleh Kasela Bergema. Keroncong

memang bukan musik yang popular, tetapi bagaimana kita semua dapat

menjadikan keroncong sejajar dengan musik popular lainnya, dan dapat diterima

di masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dan

mengumpulkan data-data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan

dokumen.

Page 22: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

6

Dari beberapa contoh penelitian di atas, peneliti merasa memiliki

kesamaan dengan penelitian Alvianto yaitu membahas tentang adanya keberadaan

musik keroncong di daerah sekitar, kesadaran rakyat untuk melestarikan dan

mengembangkan musik keroncong. Begitu juga dengan penelitian Sulestiyorini

yang membahas kreativitas musik dari grup keroncong tersebut. Peneliti merasa

O.K Gema Kencana memiliki keunikan dari bentuk dan fungsi musiknya yang

masih mempertahankan pola ritmis asli keroncong. Ada sedikit aransemen

modern yang diselipkan, namun tidak terlalu banyak dan menonjol.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada maka penulisan ini difokuskan pada

hal-hal berikut ini: Bagaimanakah proses enkulturasi sebagai upaya keberlanjutan

musik keroncong oleh orkes keroncong Gema Kencana di Kabupaten Banyumas?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemasalahaan yang dikemukakan di atas, tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut: menganalisis dan mendeskripsikan tentang

proses enkulturasi sebagai upaya keberlanjutan musik keroncong oleh orkes

keroncong Gema Kencana di Kabupaten Banyumas.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang berjudul “Enkulturasi Sebagai Upaya Keberlanjutan Musik

Keroncong oleh Orkes Keroncong Gema Kencana di Kabupaten Banyumas”,

terdapat dua manfaat yaitu sebagai berikut:

Page 23: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

7

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan untuk menambah referensi

kepustakaan dalam usaha meningkatkan dan mengembangkan konsep kreativitas

dan fungsi keroncong dimasa yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Kelompok

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan yang

berharga untuk keberlanjutan musik keroncong oleh grup keroncong Gema

Kencana, sehingga di masa depan dapat lebih baik dan lebih berkembang.

1.4.2.2 Bagi Masyarakat

Dapat menambah wawasan pengetahuan dan daya apresiatif terhadap

musik keroncong, melalui kreativitas, fungsi musik dan profil dari grup musik

keroncong Gema Kencana.

1.4.2.3 Bagi Praktisi Musik

Dapat memberikan sumbangan pemikiran praktis kepada pemusik maupun

kepada penikmat musik agar lebih mencintai dan memahami musik keroncong

sebagai warisan nenek moyang.

1.4.2.4 Bagi Peneliti Lain

Diharapakan untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan

penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kreativitas dan fungsi musik atau

studi kasus yang lain dengan penelitian yang berbeda.

Page 24: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

8

1.4.2.5 Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah wawasan dan memahami proses pengelolaan

musik keroncong baik dari segi sumber daya manusia, kreativitas dan setiap

fungsi musik yang disajikannya. Dan hasil penelitian ini diharapkan juga dapat

menjadi bahan acuan maupun pendukung dalam penelitian yang lebih lanjut.

1.5 Sistematika Skripsi

Untuk memudahkan memahami jalan pikiran secara keseluruhan isi skripsi

ini, penelitian skripsi terbagi dalam tiga bagian diantaranya adalah sebagai

berikut:

1.5.1 Bagian awal berisi halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto

dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi, dan daftar lampiran.

1.5.2 Bagian isi terbagi atas 5 bab yaitu: (a) BAB I; (b) BAB II; (c) BAB III; (d)

BAB IV; (e) BAB V).

BAB I merupakan pendahuluan, Pada bab ini diuraikan mengenai latar

belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.

BAB II merupakan kajian pustaka dan kerangka teoretis, pada bab ini

diuraikan mengenai pengertian enkulturasi, pengertian musik, pengertian musik

keroncong dan pengertian keberlanjutan.

BAB III merupakan metode penelitian, berisi tentang pendekatan

penelitian, lokasi dan sasaran penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,

teknik keabsahan data dan teknik analisis data.

Page 25: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

9

BAB IV adalah bab hasil penelitian dan pembahasan, bab ini berisi tentang

hasil Penelitian dan Pembahasan, memuat gambaran umum lokasi penelitian dan

Peneliti memperoleh wawasan pengembangan tentang seperti apakah enkulturasi

sebagai upaya keberlanjutan musik keroncong oleh orkes keroncong Gema

Kencana di Kabupaten Banyumas.

BAB V berjudul kesimpulan dan saran yang merupakan bab terakhir yang

memuat tentang simpulan dan saran.

1.5.3 Bagian Akhir Skripsi

Pada bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran.

Page 26: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

Pada bab ini peneliti menguraikan tentang kajian pustaka, kerangka teori

meliputi: (1) pengertian enkulturasi, (2) pengertian musik, (3) musik keroncong,

(4) pengertian keberlanjutan, dan kerangka berpikir.

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian (Rachman, 2013, h.69-77) dalam jurnal Harmonia yang

berjudul “Bentuk dan Analisis Musik Keroncong Tanah Airku Karya Kelly

Puspito”, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa analisis musik yang dilakukan

dimulai dari analisis bentuk lagu, melodi, sistem nada yang digunakan, interval,

harmonisasi, tempo, birama, modulasi, dan motif. Hasil analisis musiknya, bentuk

lagu keroncong asli karya Kelly Puspito adalah A-B-C kalimat A mempunyai

jumlah birama Sembilan bar, kalimat B memiliki jumlah birama sepuluh bar, dan

kalimat C memiliki jumlah birama Sembilan bar. Kelly Puspito telah melakukan

pengembangan terhadap musik keroncong asli hal itu dapat dilihat dari melodi,

sistem nada, interval, harmonisasi atau progresi akornya, dan motif asimetris.

Penelitian (Ariffianto Hadi, 2015, h.6-49) yang berjudul “Eksistensi

Komunitas Waroeng Keroncong di Kota Semarang”, hasil penelitian menunjukan

bahwa Komunitas Waroeng Keroncong adalah wadah bagi semua masyarakat

penggemar musik keroncong khususnya masyarakat kota Semarang untuk

menyalurkan kecintaannya dengan musik keroncong. Komunitas Waroeng

Keroncong menjawab keresahan para penggemar musik keroncong di kota

Semarang dengan mengadakan berbagai acara kegiatan. Tidak hanya pentas

Page 27: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

11

musik keroncong secara rutin setiap akhir bulan, ada juga kegiatan yang

mencakup pada kegiatan sosial, berkecimpung di dunia pendidikan dengan

mengajarkan cara bermain alat musik keroncong pada siswa di sekolah-sekolah

dan mahasiswa, dan membantu perekonomian para anggota khususnya anggota

yang mempunyai grup atau orkes keroncong dalam mencari panggung di restoran

atau hotel di kota Semarang untuk mensejahterakan anggotanya. Komunitas

Waroeng Keroncong juga sebagai wadah bersosialisasi bagi para seniman

keroncong Semarang.

Penelitian (Hendry, 2011, h.84-95) dalam jurnal Resital yang berjudul

“Musik Keroncong Campursari dalam Pluralitas Budaya Masyarakat Sawahlunto”

menyatakan bahwa musik keroncong yang hidup di dalam masyarakat

Sawahlunto sangat berbeda dengan yang hidup di Jawa. Alat musik yang

digunakan mengakomodasi alat musik dari berbagai etnis yang hampir mewakili

semua etnis masyarakat yang hidup di Sawahlunto. Kondisi demikian pula yang

menjadi alasan bahwa kesenian tersebut tidak bernama campur sari seperti di

Jawa, meskipun masih menggunakan istilah campur sari, tetapi pola permainan

musiknya dan repertoar lagunya pun merupakan percampuran dari berbagai tradisi

masyarakat yang ada di Sawahlunto.

Penelitian (Ganap, 2006) dalam jurnal Harmonia yang berjudul “Pengaruh

Portugis pada Musik Keroncong” menyatakan bahwa keroncong diyakini berasal

dari Portugis, berdasarkan fakta sejarah: (1) sejarah pada abad ke-16 para pelaut

portugis pernah singgah di kepulauan Nusantara, (2) „Cavaquiho‟ adalah

instrumen tradisional Portugis, dimana di Indonesia disebut dengan ukulele atau

Page 28: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

12

secara sederhana disebut keroncong, (3) repertoar keroncong seperti moresco,

cafrinho, prounga adalah nyanyian fado orang-orang Portugis abad ke-16 dimana

di Indonesia dikenal sebagai Kr. Moritsko Kaparinyo, (4) istilah Portugis

„coracao‟ (dalam hati) merupakan ekspresi khusus yang juga ditemui dalam

menyanyikan keroncong seperti cengkok, (5) Keroncong Tugu sudah dianggap

sebagai genre pertama aliran musik keroncong di Indonesia.

Penelitian (Saputra, 2016, h.89-100) dalam jurnal Invensi yang berjudul

“Eksistensi Grup Musik Keroncong diantara Penggemar Musik Dangdut Studi

Kasus: Desa Sukorejo, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan” menyatakan

bahwa faktor pengelolaan grup, ciri khas, panggilan pentas, bentuk penyajian,

tempat pentas atau panggung, tata suara, tehnik bernyanyi keroncong, penggunaan

alat musik, jenis lagu keroncong dan antusias masyarakat yang mendukung

eksistensi grup musik keroncong Sukmo. Selain itu temuan lain yang muncul

dengan adanya eksistensi grup Sukmo Budaya ialah dampak psikis yang terlihat

dari masyarakat desa yang menunjukkan respons menyenangkan sebagai bagian

dari kenyamanan hidup melalui waktu luang khususnya bagi para lansia.

Penelitian (Rachman & Utomo, 2018) jurnal Pendidikan dan Kajian Seni

yang berjudul “Sing Penting Keroncong: Sebuah Inovasi Pertunjukan Musik

Keroncong di Semarang” menyatakan bahwa inovasi yang dilakukan dalam

pertunjukkan “Sing Penting Keroncong” adalah dalam pementasannya “Sing

Penting Keroncong” menggunakan tata panggung yang representatif serta

didukung dengan dekorasi, tata cahaya, sound system yang spektakuler. Acara ini

disiarkan secara live oleh RRI Semarang dan interaktif yaitu pendengar bisa me-

Page 29: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

13

request lagu yang diinginkan serta live streaming via youtube. Bentuk

pertunjukkan yang ditampilkan bukan Keroncong pakem yang hanya terdiri dari

tujuh instrumen musik pokok yaitu Bass, Cello, Cuk, Cak, Flute, dan Violin saja

akan tetapi terdapat beberapa bentuk pertunjukkan yaitu Keroncong Jazz (Cong

Jazz). Keroncong Rock (Cong Rock), dan Keroncong Orkestra (Congkestra)

dimana ada penambahan beberapa instrumen lain seperti Drum, Keyboard,

Percussion, Brass section (Trombone, Trumpet, saxophone), dan Chamber string

(Violin, Viola, Cello, Contra Bass). Lagu-lagu yang ditampilkan bukan hanya

lagu-lagu Keroncong Asli saja akan tetapi lagu-lagu pop, Dangdut, Jazz, dan Rock

juga ditampilkan.

Penelitian (Widyanta, 2017, h.165-180) dalam Jurnal Kajian Seni yang

berjudul “Efektivitas Keroncong Garapan Orkes Keroncong Tresnawara terhadap

Audiensi Generasi Muda” menyatakan bahwa musik keroncong pada masa kini

kurang diminati masyarakat generasi muda. Hal ini terlihat dari pelaku maupun

pendengar musik keroncong yang didominasi oleh kalangan generasi tua. Orkes

keroncong Tresnawara muncul untuk menghidupkan kembali musik keroncong

agar digemari masyarakat generasi muda. Orkes keroncong Tresnawara memilih

keroncong garapan dalam setiap penampilannya untuk mengimbangi selera musik

para generasi muda. Garapan lagu keroncong yang bertempo relatif cepat dan beat

yang dinamis dengan hentakan sinkopasi disertai aksen membuat orkes keroncong

Tresnawara memiliki gaya musikal yang unik. Gaya musikal yang unik, serta

tampilan para pemain orkes keroncong Tresnawara yang adalah kaum muda

membuat lagu garapan keroncong ini seolah milik para kaum muda. Keroncong

Page 30: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

14

garapan merupakan sarana yang dipilih orkes keroncong Tresnawara untuk

mengkomunikasikan musik keroncong kepada kaum muda. Tentu saat ini zaman,

lingkungan, serta fungsinya telah berbeda, oleh karena itu orkes keroncong

Tresnawara menyesuaikannya dengan perkembangan zaman masa kini.

Penelitian (Al, 2013, h.171-186) dalam International Journal for

Historical Studies yang berjudul “Keroncong Musik Reflects the Identity of

Indonesia” mengungkapkan bahwa Selama perjalanan sejarahnya, "keroncong"

yang merupakan musik Indonesia sangat populer selama tahun 1970-an dan 1980-

an. Namun, dalam perkembangannya, musik "keroncong" telah berubah dan

secara bertahap mencerminkan kepribadian Indonesia. Namun, perkembangan

teknologi informasi pada 1990-an berdampak pada musik "keroncong" dan karena

itu membuat "keroncong" kurang populer. Ada beberapa pelestarian terhadap

musik "keroncong". Salah satunya adalah upaya dari generasi muda dalam

menampilkan musik "keroncong", yaitu dengan memasukkan unsur-unsur dari

genre musik lain seperti "Rock", "Jazz", dan "Dangdut" (musik orkestra Melayu),

sehingga istilah baru dari "Cong-Rock", "Cong-Jezz", dan "Cong-Dut" mulai

muncul. Akhirnya, musik "keroncong", yang jauh lebih tua dari Republik

Indonesia (1945), telah berkontribusi dan berperan aktif dalam perjuangan

kemerdekaan Indonesia dan juga telah diterjemahkan ke berbagai bahasa

internasional. Musik “Keroncong” telah tumbuh dan berkembang, menunjukkan

identitas dan kepribadian bangsa Indonesia. Dengan begitu, tidak berlebihan jika

"keroncong" diusulkan sebagai Warisan Dunia.

Page 31: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

15

Penelitian (Becker, 2014, h.14-19) dalam jurnal Asian Musik yang

berjudul “Keroncong, Indonesian Popular Musik” mengungkapkan bahwa

Keroncong adalah istilah umum untuk lagu-lagu sentimental yang populer

dinyanyikan di seluruh Indonesia dan umumnya diyakini telah diperkenalkan oleh

Portugis sekitar abad ke-16. Ungkapan vokal Eropa dan iringan chordal

sederhana, biasanya dimainkan dengan gitar, membedakan kroncong dari bentuk

asli musik populer. Pada saat ini, keroncong telah mengalami proses naturalisasi

yang halus setiap wilayah telah mencap karakteristik khususnya pada kroncong

yang dimainkan di sana dan hampir tidak masuk akal lagi untuk menyebutnya

sebagai musik asing. Sejarah keroncong, atau bahkan deskripsi dari berbagai jenis

keroncong belum ditulis, baik dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris.

Artikel ini adalah pengantar singkat gaya musik yang memiliki khalayak yang

lebih luas dan lebih banyak praktisi daripada yang lain di Indonesia.

Penelitian (Febrianto, 2017, h.173-177) dalam Proceeding International

conference on Education Innovation (ICEI) yang berjudul “Keroncong Music

Infographic Book for Elementary School Children” menyatakan pendidikan

adalah upaya sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui konseling,

pengajaran, dan pelatihan untuk aturan masa depan mereka. Dalam mengajar seni

kepada anak-anak sekolah dasar diperlukan pemahaman kompetensi

dasar/keterampilan. Musik keroncong sebagai warisan budaya Indonesia harus

diperkenalkan kepada komunitas sosial, terutama anak-anak sekolah dasar.

Peneliti mencoba menggabungkan penguasaan musik keroncong dengan media

pembelajaran yang berbentuk buku infografis. Buku infografis, suatu bentuk

Page 32: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

16

informasi visual dalam bentuk gambar, adalah ilustrasi yang disertai dengan teks

yang berfungsi untuk memperjelas informasi, mengkondisikan pembaca pada

kejadian yang sebenarnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan

dengan menggunakan model ADDIE. Hasil penelitian ini menunjukkan

efektivitas buku-buku infografis musik keroncong dalam hal bahan yang unik,

desain buku yang menarik didukung oleh ilustrasi gambar.

Penelitian (Destiana, 2012, h.153-159) dalam jurnal Pedadogia yang

berjudul “Keroncong Stamboel Sebagai Bentuk Akulturasi Budaya Urban”

menyatakan Keroncong Stamboel adalah salah satu bentuk dari jenis musik

langgam keroncong yang merupakan hasil dari akulturasi budaya asing yang

masuk ke Indonesia dan beradaptasi dengan budaya lokal, kemudian berkembang

dan menjadi satu bentuk seni pertunjukan musik baru.

Penelitian (Triwinarti & Sunarti, 2013, h.110-117) dalam International

Journal for Historical Studies yang berjudul “The Dynamics of Keroncong Music

in Indonesia, 1940’s-2000’s” menyatakan musik “Keroncong”, sebagai harta

musik nasional Indonesia, telah mengalami fase yang panjang sejak kedatangan

orang Moor sebagai budak Portugis ke Indonesia pada abad ke-16. Dalam jangka

panjang, musik "keroncong" kemudian, seperti jenis musik tradisional lainnya,

harus menghadapi musik industri, terutama musik Barat. Kekuatan modal

finansial, keunggulan teknologi, dan kecanggihan pemasaran dari musik

tradisional. Tulisan ini mencoba menganalisis "keroncong" musik di Indonesia

yang masih bisa dipertahankan atau dipopulerkan melalui berbagai cara dan

dengan membuat media promosi yang tepat seperti melalui televisi dan radio

Page 33: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

17

sehingga masyarakat mengenal musik "keroncong". Oleh karena itu, seniman

"keroncong" harus membuat inovasi atau perubahan yang dapat menarik minat

orang untuk musik "keroncong". Mereka harus membuat lirik lagu yang

mencerminkan kehidupan masyarakat atau mengambil tema yang sesuai dengan

periode mereka. Meskipun ada banyak komposisi "keroncong" baru, tetapi lagu-

lagu "keroncong" baru jarang diterbitkan di media. Munculnya "campursari" pada

1990-an, dipelopori oleh Manthous, membawa kekuatan yang menarik dan

menjadi magnet bagi penggemar dan aktivis "keroncong" dan musik tradisional

sehingga mereka menghargai musik dan banyak kelompok musik "campursari"

berakar dari “keroncong” tumbuh. Upaya yang sama dilakukan oleh Didi Kempot

dan Koko Thole yang telah memberi warna baru pada musik "keroncong".

Mereka melakukan upaya untuk menyebarkan musik "keroncong" ke berbagai

masyarakat dan juga mengembangkan musik itu sendiri.

Penelitian (Henry & wijaya, 2017, h.52-63) dalam jurnal Dilema yang

berjudul “Diskursus Pelestarian Seni Budaya Keroncong” menyatakan tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui budaya dan karakteristik sosial seni

keroncong komunitas Swastika, untuk mengetahui modal budaya yang dimiliki

komunitas Swastika, untuk mengetahui pelestarian discursus yang telah dilakukan

oleh komunitas Swastika. Peneliti menggunakan teori tindakan komunikasi,

konsep modal budaya, dan teori perubahan sosial. Dalam teori tindakan

komunikasi, habermas menjelaskan bahwa tindakan komunikasi akan terjadi jika

ada dua orang atau lebih. Di sini diwakili oleh komunikator dan komunikan.

Tindakan komunikasi oleh Habermas akan bergabung dengan teori oleh Bourdieu

Page 34: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

18

di mana tindakan komunikasi yang telah berinteraksi adalah modal budaya yang

akhirnya akan membentuk perubahan sosial. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik

pengumpulan data telah dilakukan dengan menggunakan wawancara dan

observasi mendalam. Sedangkan teknik pengumpulan sampel telah dilakukan

dengan menggunakan purpossive sampling. Teknik analisis menggunakan analisis

data model interaktif dan untuk memverifikasi validitas data menggunakan

triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelestarian diskursus

keroncong sebagai seni budaya yang telah dilakukan oleh komunitas Swastika

berhasil. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan sosial yang terjadi pada anggota

junior komunitas Swastika.

Penelitian (Fatrina et al., 2018, h.213-223) dalam jurnal Music Perception

yang berjudul “Lost in Translation: An Enculturation Effect in Music Memory

Performance” menyatakan pemahaman musik kultural tentang pendengar yang

terlatih dan tidak terlatih dari dua budaya musik yang berbeda dengan

mengeksplorasi pengaruh enkulturasi pada kinerja memori musik. Peserta yang

terlatih dan tidak terlatih (N = 150) dari Amerika Serikat dan Turki mendengarkan

serangkaian kutipan musikal baru dari budaya yang akrab maupun yang tidak

dikenal dan kemudian menyelesaikan tugas memori pengakuan untuk setiap set

contoh. Semua peserta secara signifikan lebih baik dalam mengingat musik novel

dari budaya asli mereka dan tidak ada perbedaan kinerja berdasarkan keahlian

musik. Selain itu, peserta Turki lebih baik dalam mengingat musik Barat, budaya

musik yang akrab tetapi tidak asli, daripada musik Cina. Hasil penelitian

Page 35: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

19

menunjukkan bahwa skema kognitif kami untuk informasi musikal berasal dari

budaya dan bahwa enkulturasi mempengaruhi memori musik pada tingkat

struktural.

Penelitian (Demorest et al., 2008, h.118-129) dalam Journal of Research

in Music Education yang berjudul “Enculturation Effect in Music Cognition”

menyatakan para penulis mereplikasi dan memperluas temuan dari studi

sebelumnya tentang enkulturasi musik dengan membandingkan kinerja memori

musik anak-anak dengan orang dewasa ketika mendengarkan musik yang akrab

dengan budaya dan tidak dikenal. Empat puluh tiga anak-anak dan 50 orang

dewasa, semuanya lahir dan besar di Amerika Serikat, menyelesaikan tes memori

musik yang terdiri dari kutipan musik klasik Barat dan Turki yang tidak dikenal.

Contoh dipilih pada dua tingkat kesulitan sederhana dan kompleks berdasarkan

tekstur, variasi instrumen, adanya garis musik simultan, dan kejelasan

pengulangan internal. Semua peserta secara signifikan lebih baik dalam

mengingat musik novel dari budaya mereka sendiri daripada dari budaya asing.

Contoh-contoh sederhana dari kedua budaya dikenang secara signifikan lebih baik

daripada contoh-contoh kompleks. Anak-anak tampil sebaik orang dewasa ketika

mengingat musik sederhana dari kedua budaya, sedangkan orang dewasa lebih

baik dalam mengingat musik Barat yang rumit. Hasilnya memberikan bukti

bahwa enkulturasi mempengaruhi pemahaman seseorang tentang struktur musik

sebelum dewasa.

Penelitian (Putra, 2018, h.201-210) dalam Seminar Antar Bangsa Stansa

yang berjudul “Tantangan Keberlanjutan Musik Tingkilan di Kutai Kartanegara”

Page 36: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

20

menyatakan Tingkilian merupakan salah satu musik tradisional masyarakat Kutai

yang sejak lama berkontribusi pada keragaman kesenian di Kalimantan Timur.

Dalam perkembangannya, praktik hibridisasi sering terjadi sehingga

memunculkan varian baru, seperti congkil (keroncong tingkilan), tingkilan jazz,

tingkilan dangdut dsb. Namun, hibridisasi selalu dipaksakan pada budaya di mana

praktiknya banyak didikte oleh pasar, dengan membuang elemen “tradisional”,

dan menggantinya dengan yang baru, “global”. Tulisan ini mengeksplorasi

bagaimana agenda pemerintah, strategi seniman dan pendidik musik dalam

mempertahankan keberlanjutan musik tingkilan. Terlepas dari kebutuhan

masyarakat untuk modernisasi dan minimnya dukungan pemerintah, dapat

dikatakan musik tingkilan tetap hidup karena relevansinya yang luar biasa dengan

seniman dan grup/sanggar.

Penelitian (Dewi, 2016, h.139-150) dalam jurnal Panggung yang berjudul

“Keberlanjutan dan Perubahan Seni Pertunjukan Kuda Kepang di Sei Bamban,

Serdang Bedagai, Sumatera Utara” menyatakan hasil temuan lapangan

menunjukkan keberlanjutan kuda kepang dapat terjaga karena masih mendapat

dukungan dan pembinaan dari komunitas pendukungnya. Perubahan yang sedang

terjadi adalah minat menjadi pemain kuda kepang makin hari menurun. Juga

mendapatkan pemain yang mau kesurupan makin sedikit. Untuk memertahankan

kelangsungan hidup kuda kepang agar lebih menarik para pemain melakukan

penambahan peralatan musik, lakon cerita, dan nyanyian.

Peneltian (Fatrina & Stevenson, 2018, h.93-103) dalam jurnal Mudra yang

berjudul “Perubahan dan Keberlanjutan Tari Balanse Madam di Lingkungan

Page 37: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

21

Masyarakat Nias Padang” menyatakan penelitian perubahan dan keberlanjutan tari

Balanse Madam di lingkungan masyarakat Nias Padang dianalisis dengan

menggunakan teori ketahanan budaya yang dikemukakan oleh Edi Sedyawati dan

teori elemen pembentuk komposisi yang digunakan oleh R.M. Soedarsono. Hasil

penelitian menunjukan bahwa seiring dengan berjalannya waktu, berbagai hal

mempengaruhi kondisi tari Balanse Madam, sehingga terjadi perubahan pada

beberapa elemen pembentuk tari Balanse Madam. Adapun perubahan tersebut

adalah (1) penari terdiri orang-orang yang masih remaja; (2) musik iringan

mengalami perubahan irama dan terkadang diiringi musik rekaman. Pemakaian

penari remaja dan musik rekaman merupakan salah satu bentuk keberlanjutan tari

Balanse Madam. Inilah yang membuat tari Balanse Madam masih tetap bertahan

dalam kehidupan masyarakat Nias Padang.

Penelitian (Asmaryetti, Zulfadanti, & Gusti, 2018, h.174-186) dalam jurnal

Laga-Laga yang berjudul “Perkembangan dan Keberlanjutan Tari Nugal Bejolo di

Dusun Tanjung Kec. Kumpeh Kab. Muaro Jambi Provinsi Jambi” menyatakan

penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif menggunakan metode

deskriptif analisis yang berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan, fakta

tersebut di analisa sesuai permasalahan dalam penulisan. Ada pun teori yang

digunakan yaitu teori bentuk yang dikemukakan oleh Soedarsono, teori

perkembangan oleh Edi Sedyawati, teori perubahan oleh Hari Purwanto dan

Keberlanjutan oleh Herskovits (dalam Widja). Hasil yang dicapai dalam tulisan

ini adalah tentang perkembangan tari Nugal Bejolo dari segi bentuk pertunjukan

dahulunya ritual menjadi tontonan atau hiburan serta keberlanjutannya.

Page 38: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

22

Penelitian (Naiborhu & Karina, 2018, h.483-497) dalam jurnal Panggung

yang berjudul “Ketoprak, Seni Pertunjukan Tradisional Jawa di Sumatera Utara:

Pengembangan dan Keberlanjutannya” menyatakan Ketoprak (Ketoprak Dor)

adalah seni pertunjukan Jawa di Sumatera Utara yang berasal dari Surakarta, Jawa

Tengah. Pementasannya menggunakan dialog, drama, tarian, dan musik. Ketoprak

dipertunjukkan di atas panggung dengan mengambil cerita sejarah, kerajaan,

dongeng, kehidupan sehari-hari, dan lainnya dengan diselingi lawak.

Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan wawancara kepada seniman

ketoprak, pemilik sanggar, dan masyarakat pengguna, serta studi dokumentasi,

dan hasilnya dianalisis dengan teknik analisis kualitatif menggunakan teori seni

pertunjukan, etnomusikologi, dan metode sejarah. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa ketoprak di Sumatera Utara secara perlahan mulai

ditinggalkan walaupun telah mengadopsi budaya setempat dalam hal musik,

cerita, busana, atau tata bahasa yang dipakai. Untuk pengembangannya diperlukan

upaya-upaya strategis agar seni pertunjukan ini dapat bertahan dan tetap diminati

oleh masyarakat, khususnya komunitas Jawa.

Penelitian (Triyanto, 2015, h.1-15) yang berjudul “Perkeramikan Mayor

Lor Jepara: Hasil Enkulturasi dalam Keluarga Komunitas Perajin” menyatakan

penelitian ini bertujuan mengkaji masalah bagaimana mekanisme budaya yang

dilakukan oleh para perajin untuk mempertahankan dan memberlanjutkan

perkeramikan tersebut. Dua strategi dasar untuk mengkaji masalah penelitian ini

menggunakan pendekatan teoretis konsep enkulturasi dan keramik tradisional

serta pendekatan metodologis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan

Page 39: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

23

sebagai berikut. Pertama, perilaku perajin keramik Mayong Lor dalam

memproduksi seni gerabah ini merupakan hasil pewarisan tradisi turun-temurun

dari para orang tuanya melalui proses enkulturasi di dalam lingkungan

keluarganya. Kedua, perilaku hasil pewarisan ini oleh para perajin diwariskan

juga kepada anak-anak mereka masing-masing. Ketiga, pola pewarisan dalam

proses enkuluturasi itu menggunakan pendekatan mengajar-belajar sambil bekerja

melalui metode pembiasaan, peniruan, dan internalisasi. Berdasarkan hasil

penelitian ini, untuk mempertahankan dan memberlanjutkan potensi seni tradisi,

pihak yang berkepentingan disarankan menggunakan pola enkulturasi dalam

keluarga sebagai strategi pembinaannya.

Penelitian (Asis Al Donna Margaretta, 2015) yang berjudul “Perubahan

dan Keberlanjutan Bentuk Pertunjukan Wayang Orang di Surabaya pada Masa

Kini” menyatakan perubahan yang didapati dari pertunjukan wayang orang di

Surabaya dipicu oleh banyak faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

internal perubahan bentuk pertunjukan wayang orang di Surabaya adalah sistem

penyutradaraan, kreativitas seniman, sistem manajemen, serta nilai jual

pementasan wayang orang. Faktor eksternal yaitu pengaruh perkembangan

teknologi modern dan selera penonton. Perubahan dan keberlanjutan terjadi ada

elemen-elemen pertunjukan wayang orang di Surabaya. Pertunjukan wayang

orang merupakan kesenian tradisional yang harus dilestarikan. Diperlukan

kekreativitasan seniman serta adanya pola regenerasi pada pemain wayang orang

agar pertunjukan ini tetap bertahan.

Page 40: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

24

Penelitian (Ferzacca, 2006, h.331-358) dalam jurnal The Senses and

Society yang berjudul “Learning How to Listen: Kroncong Music in a Javanese

Neighborhood” menyatakan keroncong, sebuah musik rakyat urban yang

menggabungkan biola, flute, vokal dan kadang-kadang keyboard yang ada di

Indonesia. Kedatangan Portugis dan pembentukan daerah kantong pedagang dan

budak di abad keenambelas di sepanjang pantai utara Jawa. Melankolis dan

sentimen sensoris berlabuh historis lainnya ditimbulkan oleh totalitas suara dan

gambar yang terdiri dari lagu-lagu, serta kegiatan dan asosiasi yang digunakan

untuk membuat musik keroncong, disebut sebagai keroncong sensibilia.

Pembahasan sensibilia mengikuti jalur analitis yang dimulai dengan puisi dari

genre musik dan bergerak ke pemeriksaan politik sensibilia kroncong dalam

konteks tertentu dari hubungan sosial. Bagi lelaki Jawa di lingkungan itu,

pembuatan musik keroncong pada satu tingkat merupakan respons nostalgia

terhadap kehidupan perkotaan mereka. Namun, mungkin yang lebih penting,

membuat musik keroncong adalah tindakan taktis dan strategis suara dan

sentimen, terutama yang maskulin, mencari "pengakuan" dalam "komunitas

estetika" dan membangun dunia hubungan sosial yang semakin terorganisir di

sekitar dan oleh, jika tidak berpusat.

Penelitian (Widjajadi, 2005) dalam jurnal Harmonia yang berjudul

“Menelusuri Sarana Penyebaran Musik Keroncong” menyatakan keberadaan dan

keberlangsungan musik keroncong di Indonesia hingga kini masih tampak jelas

sebagai suatu genre musikal yang menjadikan tipikal musik Indonesia. Menyimak

pada tahun 1920-an musik keroncong sudah mendapat tempat di hati masyarakat,

Page 41: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

25

selain itu lagu-lagu keroncong pun sudah menyebar luas dan digemari masyarakat

luas, kendatipun pada waktu itu perbendaharaan lagu-lagu keroncong masih

kurang. Dengan demikian persoalan tersebut tak lepas dari suatu proses

penyebaran dengan melalui berbagai sarana yang ada. Musik keroncong yang

semakin terjaga keberadaannya, berkembang pada berbagai aspek musikal, serta

meluas daya jangkaunya. Oleh karena itu ada beberapa peran sarana penyebaran

yang ditelusuri, yaitu pola penyebaran melalui: (1) lomba musik keroncong; (2)

media cetak; (3) media rekam; (4) radio dan televisi; (5) layar lebar; (6)

pementasan; (7) pertumbuhan kelompok orkes keroncong.

Penelitian (Martopo, 2003) dalam jurnal Harmonia yang berjudul

“Persoalan Mencari Identitas Musik Indonesia Melalui Kajian Historis Gamelan

dan Keroncong” manyatakan pembangunan nasional terus berlanjut tetapi

persoalan bangsa kian hari makin banyak dan tak terduga. Semua sektor

kebudayaan dan seni harus layak dijual. Persoalan kreativitas dahulu kurang

diperdebatkan, kini masalah itu dikaitkan dengan hak dan paten dan ramai

dibicarakan. Dalam kancah musik, musik indonesia seharusnya mampu

menembus medan yang lebih luas hingga ke tingkat dunia. Tetapi batasan tentang

musik Indonesia juga masih banyak diperdebatkan. Mungkin benar akan pendapat

Paul Wolbers tentang gamelan dan keroncong sebagai musik nasional yang

dimiliki bangsa Indonesia, itulah aset kita.

Penelitian (Ibnu Amar Muchsin, 2016, h.110-117) dalam Proceding

Seminar Nasional Seni Pertunjukan dan Pendidikan Seni yang berjudul “Revolusi

Lagu Keroncong dalam Karya Musik Kajian: Grup Keroncong CongRock 17”

Page 42: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

26

menyatakan revolusi lagu dalam karya musik keroncong menjadi sebuah tuntutan

bagi perkembangan musik tersebut. Hierarki musik keroncong yang terlahir dari

proses Hybridasi yang panjang dan kompleks menjadikan musik keroncong

memiliki bentuk (form) yang baku dan memiliki ciri khas identitas tersendiri.

Revolusi merupakan perubahan sepenuhnya dari satu aturan ke yang lainnya serta

modifikasi terhadap aturan yang ada. Aturan di dalam bentuk lagu langgam

keroncong dan lagu keroncong asli mempunyai peluang untuk di revolusi.

Revolusi dilakukan dengan tanpa meninggalkan kaidah-kaidah dasar dari bentuk

lagu tersebut. Alterasi dan subtitusi akor, gerak melodi pada lagu ciptaan baru

dengan melihat pergerakan subtitusi akor tersebut, serta pembawaan vokal dan

aransemen yang mengikuti „zaman‟ atau musik yang sedang popular dan

berkembang saat ini.

Penelitian (Ramadhani & Rachman, 2019, h.41-51) yang berjudul

“Resistensi Musik Keroncong di Era Disrupsi: Studi Kasus pada O.K Gita Puspita

di Kabupaten Tegal” menunjukan bahwa Orkes Keroncong Gita Puspita

melakukan sikap resistensi terhadap era disrupsi dengan bentuk resistensi semi

terbuka dengan cara mempertahankan instrumentasi asli keroncong walaupun

menampilkan keroncong dengan gaya modern, serta hal yang mendasari sikap

resistensi tersebut adalah tujuan dibentuknya grup dan latar belakang musik

keroncong di Kabupaten Tegal.

Penelitian (Rachman & Utomo, 2019, h.99-101) yang berjudul “The

Rhythm Pattern Adaptation of Langgam Jawa in Kroncong” bahwa tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menggambarkan adaptasi pola ritme yang dapat

Page 43: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

27

diterapkan pada Kroncong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola ritme

instrumen cak dan cuk di Langgam Jawa mengandung lima posisi, yaitu posisi

Do, posisi Mi, posisi Fa, posisi Sol, dan posisi Si. Pada posisi cak, posisi Do

terdiri dari deskripsi catatan do, fa, sol, dan si. Posisi mi terdiri dari deskripsi

catatan mi, si, sol, dan, fa. Posisi Fa terdiri dari deskripsi catatan fa, do, si, sol.

Posisi Sol terdiri dari deskripsi catatan sol, fa, do, dan si. Posisi si terdiri dari

deskripsi catatan si, mi, fa, sol. Setiap deskripsi dari catatan adalah dalam catatan

keenambelas. Sedangkan pada instrumen cuk, posisi Do terdiri dari deskripsi

catatan do dan sol, posisi Mi terdiri dari deskripsi catatan mi dan si, posisi Fa

terdiri dari deskripsi catatan fa dan do, posisi Sol terdiri dari deskripsi nada sol

dan si, posisi Si terdiri dari catatan si dan sol, setiap nada yang dimainkan adalah

seperempat nada.

Penelitian (Rachman & Qurrata, 2019, h.34-42) yang berjudul “Keroncong

in Jamaican Sound Sebuah Inovasi dalam Melestarikan Musik Keroncong di

Bandung” , penelitian tersebut menunjukkan bahwa di Bandung terdapat musik

yang sangat terkenal yaitu musik Ska atau Jamaican Sound. Musik ini digemari

oleh remaja karena musiknya yang asyik untuk berjoget. Seorang musisi bernama

Sir‟iyai melakukan sebuah inovasi dengan memasukkan unsur musik keroncong

ke dalam musik Jamaica khususnya musik ska. Alat musik yang digunakan yaitu

meliputi alat musik band, brass section dan alat musik keroncong. Pembawaan

dari masing-masing alat musik tersebut akhirnya menghasilkan sebuah genre

musik baru dengan warna dan pola irama yang baru dan berbeda dari musik

lainnya. Dengan inovasi yang dibuat oleh musisi Sir‟iyai tersebut, terbukti banyak

Page 44: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

28

remaja yang tertarik dan menikmati musik tersebut. Dengan demikian, musik

keroncong tetap lestari dan dapat berlanjut di Bandung.

Penelitian (Wiyoso, 2007, h.3-10) yang berjudul Campursari : Suatu

Bentuk Akulturasi Budaya dalam Musik, mengungkapkan bahwa tidak ada

kebudayaan yang berhenti terkecuali pendukungnya telah musnah tanpa sisa.

Campursari adalah salah satu jawaban akan tidak berhentinya sebuah kebudayaan

khususnya musik tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campursari

dikategorikan sebuah genre musik yang lahir akibat dari proses akulturasi pada

kategori sinkritisme karena campursari merupakan sebuah genre musik yang

terbentuk dari perpaduan beberapa genre msik yang berbeda latar budayanya baik

dilihat dari segi fisik atau instrumentasi maupun dari segi musikalitasnya.

Selanjutnya dapat di jelaskan bahwa musik-musik yang berakulturasi membentuk

campursari tersebut adalah, Langgam Keroncong, Gamelan Jawa beserta ragam

garap yang bersifat kedaerahan, jaipongan dan dangdut.

2.2 Kajian Teoretis

2.2.1 Pengertian Enkulturasi

Sesungguhnya kebudayaan adalah warisan sosial. Dalam arti kebudayaan

diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya melalui proses pembelajaran baik

formal maupun informal. Pembelajaran formal umumnya dilakukan dilembaga

pendidikan seperti sekolah, akademi, perguruan tinggi,dan pusat pelatihan kerja

dan ketrampilan. Sedangkan pembelajaran informal diselenggarakan melalui

proses enkulturasi. Kottak (dalam Lestari, 1998, h. 26) mengemukakan bahwa

enkulturasi merupakan proses budaya yang ada, mengajarkan individu menerima

norma- norma dan nilai kebudayaan agar diterima sebagai anggota masyarakat.

Page 45: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

29

Proses enkulturasi ini, dipandang sebagai proses adaptasi budaya dimana

individu-individu beradaptasi dengan kekuatan budaya yang melingkupinya

melalui proses sosialisasi bertahun-tahun. (Fathoni, 2006, h. 23) menyatakan

bahwa dalam proses belajar kebudayaan oleh warga masyarakat yang

bersangkutan terdapat tiga hal, yaitu proses internalisasi, proses sosialisasi,

dan baru kemudian proses enkulturasi.

Menurut (Triyanto, 2015, h. 1-15) enkulturasi disini dapat dilihat sebagai

suatu usaha mewariskan dan/atau mentradisikan sesuatu (nilai, pengetahuan,

keyakinan, norma, sikap, perilaku, keterampilan) agar menjadi kebiasaan atau

adat istiadat (budaya) untuk dimiliki dan diteruskan dari satu generasi ke generasi

penerusnya supaya tetap bertahan dan berkelanjutan. Muara dari ini, agar budaya

tersebut tetap ada, bertahan, dan lestari. Disisi lain (Kodiran, 2004)

mengungkapkan bahwa Enkulturasi adalah proses penerusan kebudayaan kepada

seseorang individu yang dimulai segera setelah dilahirkan, yaitu pada saat

kesadaran diri yang bersangkutan mulai tumbuh dan berkembang. Agar kesadaran

diri itu dapat berfungsi, seorang individu harus dilengkapi dengan lingkungan

sosialnya. Mula-mula ia mengetahui objek-objek di luar dirinya. Obyek ini selalu

dipahami menurut nilai kebudayaan di tempat dia dibesarkan.

Pewarisan secara tradisional dapat dilakukan misalnya dalam pewarisan

melalui keluarga, masyarakat, lembaga adat atau lembaga agama. Sedangkan pola

pewarisan secara modern dapat dilakukan dengan melalui sekolah, media massa,

lembaga pemerintahan (dari pusat sampai dengan daerah), dan organisasi atau

kelompok sosial (koentjaraningrat, 1986 ; Ihromi, 1990). Strategi pewarisan

Page 46: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

30

tersebut dapat ditempuh melalui jalur formal, nonformal, dan informal.Proses

enkulturasi melalui jalur nonformal dapat ditemukan dalam tempat kursus,

sanggar, dan sebagainya.

Menurut (Rohidi, 2000, h. 28) dalam pengertian pewarisan kebudayaan

senantiasa terkandung tiga aspek penting, yaitu bahwa: 1) Kebudayaan dialihkan

dari satu generasi ke generasi lainnya, dalam hal ini kebudayaan dipandang

sebagai suatu warisan atau tradisi sosial. 2) Kebudayaan dipelajari, bukan

dialihkan dari keadaan jasmani manusia yang bersifat genetik. 3) Kebudayaan

dihayati dan dimiliki bersama para warga masyarakat pendukungnya.

Berkaitan dengan pewarisan yaitu pelestarian kesenian tradisional menurut

(Sedyawati, 2014, h. 186) mengatakan bahwa: upaya pelestarian kesenian

tradisional ditujukan terutama untuk mempertahankan apa yang telah menjadi

milik budaya tertentu, maka upaya pengembangan yang bertujuan untuk lebih

jauh membuat tradisi yang bersangkutan tidak saja hidup melainkan juga tetap

tumbuh. Pelestarian dan pengembangan merupakan dua kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan atau berjalan sendiri-sendiri, sebab pelestarian artinya

mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada guna dilakukan pengembangan untuk

mempertahankan dalam berkembangnya zaman.

2.2.2 Pengertian Musik

Musik pada hakikatnya adalah bagian dari seni yang menggunakan bunyi

sebagai media penciptaannya. Musik berasal dari bahasa Yunani yaitu “Mousike”

atau bahasa latin musik. Menurut mitologi kuno musika dimaksudkan sebagai seni

dari kaum Muzen atau termasuk kepunyaan Mousas yaitu Fine Art milik salah

Page 47: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

31

satu dewi kaum muzen yang seluruhnya berjumlah Sembilan dewi (Maryanto,

1995, h. 9).

(Jamalus, 1988, h. 1) mendiskripsikan musik sebagai suatu hasil karya seni

bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan

perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni,

bentuk, struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Lebih pantas

dikatakannya musik mengandung unsur melodi, irama, dan harmoni dengan unsur

pendukung berupa bentuk, gagasan dan warna bunyi yang dipadukan dengan

unsr-unsur lain seperti bahasa, gerak dan warna.

Menurut (Jamalus, 1988, h. 7) pada dasarnya unsur-unsur musik dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu: (a) Unsur-unsur pokok musik yang meliputi

irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu, dan (b) Unsur-unsur ekspresi

yang meliputi tempo, dinamik dan warna nada. Unsur-unsur musik tersebut

merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.

Penjelasan unsur-unsur musik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Unsur

musik yang pertama adalah Irama. Irama adalah rangkaian gerak yang terdapat

dalam musik dan tari. Dalam musik irama adalah unsur pokok musik yang

terbentuk dari sekelompok bunyi dan diam dengan panjang pendek yang berbeda

lama waktunya. Secara singkat irama adalah pola panjang pendek bunyi dalam

lagu.Istilah asing untuk irama adalah rhythm, yang dterjemaahkan ritme atau

ritmis (Wagiman, 2005, h. 52). Unsur musik yang kedua adalah melodi. Melodi

adalah suatu rangkaian nada-nada yang terkait biasanya bervariasi dalam tinggi

rendah dan panjang pendeknya nada. Perlu ditambahkan bahwa seperti kata-kata

Page 48: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

32

dalam sebuah kalimat, nada-nada dari sebuah melodi membentuk suatu ide

musikal yang lengkap (Miller, 2001, h. 34). Sedangkan menurut (Jamalus, 1988 ,

h. 16) melodi adalah susunan rangkaian nada (bunyi dengan teratur) yang

terdengar berurutan serta berirama dan mengungkapkan suatu gagasan.

Unsur musik yang ketiga adalah Harmoni. Harmoni adalah elemen

musikal yang didasarkan atas penggabungan secara simultan dari nada-nada. Jika

melodi adalah sebuah konsep horizontal, maka harmoni adalah konsep vertikal

(Miller, 2001, h. 41). Menurut (Jamalus, 1988, h. 35) harmoni adalah keselarasan

bunyi yang berupa gabungan dua nada atau lebih yang berbeda tinggi rendahnya.

Unsur musik yang keempat struktur / bentuk musik. Struktur atau bentuk musik

adalah susunan serta hubungan antara unsur-unsur musik dalam suatu musik atau

lagu, sehingga menghasilkan yang bermakna. Sebuah lagu dapat terdiri dari satu

atau lebih kalimat lagu yang terdiri dari kalimat tanya dan kalimat jawaban

(Jamalus, 1988, h. 35). Struktur lagu musik ada 3 macam: (a) bentuk lagu 1

bagian, (b) bentuk lagu 2 bagian, dan (3) bentuk lagu 4 bagian. Unsur musik yang

kelima adalah tempo. Tempo adalah suatu istilah dari italia yang secara harfiah

yang berarti waktu, dan didalam musik menunjukkan pada kecepatan musik.

Tempo adalah kecepatan dalam memainkan lagu dan perubahan-perubahan dalam

kecepatan lagu tersebut. Tanda tempo secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu

cepat, sedang, dan lambat (Miller, 2001, h. 26). Unsur musik yang keenam adalah

Dinamik. Dinamik adalah kuat atau lemahnya nada dalam suatu bentuk komposisi

musik yang terdiri dari forte (keras), piano (lembut), fortissimo (sangat keras),

Page 49: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

33

pianissimo (sangat lembut), mezzo forte (agak keras), mezzo piano (agak lembut)

(Miller, 2001, h. 58).

Unsur musik yang ketujuh adalah warna nada. Menurut (Jamalus, 1988 :

40) warna nada adalah ciri khas bunyi yang terdengar bermacam-macam dan

dihasilkan oleh bahan sumber atau bunyi yang berbeda-beda. Warna nada juga

mempengaruhi ekspresi yang menurut (Jamalus, 1988 : 38) diungkapkan sebagai

ungkapan pikiran dan perasaan yang mencakup tempo, dinamik, dan warna nada

itu sendiri dari unsur-unsur pokok musik yang diwujudkan oleh seniman musik

atau penyanyi yang disampaikan kepada pendengarnya.

2.2.3 Musik Keroncong

Menurut (Harmunah, 1987, h. 9), Keroncong adalah terjemahan bunyi alat

musik Ukulele yang dimainkan secara arpegio (rasqueado-Spanyol), dan

menimbulkan bunyi: crong, crong, akhirnya timbul istilah “Keroncong”. Musik

keroncong merupakan salah satu genre musik yang berkembang di Indonesia.

Sebagai sebuah genre musik, keroncong memiliki kekhasan dalam banyak hal.

Mulai dari alat yang digunakan, alat musik keroncong memiliki keunikan berbeda

dibanding dengan alat-alat musik band yang berkembang di kalangan muda. Cara

memainkan alat-alat musik tersebut juga memiliki karakteristik permainan yang

khas. Pembawaan vokal ternyata juga memiliki corak tersendiri yang berbeda

dengan vokal musik populer. Bila dilihat secara detail kekhasan yang ada pada

musik keroncong akan tampak sangat banyak.

Menurut (Soeharto, 1996 : 45) musik Keroncong adalah jenis permainan

musik tradisional menggunakan tangga nada diatonik dengan iringan beberapa

Page 50: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

34

alat musik berdawai yang dimainkan dengan aturan tertentu sehingga menjadi ciri

khas musik itu sendiri. Musik Keroncong merupakan musik tradisional dengan

tata nada dinamik, berbentuk vokal dengan iringan beberapa alat musik berdawai

yang merupakan bentuk baku dari sebuah orchestra yang terdiri dari gitar melodi

secara berkesinambungan dari awal hingga akhir permainan atau lagu, gitar

pengiring, ukulele (cuk), dan cello untuk menimbulkan nada staccato yang disebut

sebagai kendhang (menurut istilah dalam Keroncong) atau efek bunyi kendang

(Jamalus, 1988 : 84).

Musik Keroncong berkembang di zamannya, namun seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang juga musik-musik

popular, jenis musik pop, rock, dangdut, hip hop maupun percampuran antar jenis

musik tersebut. Seniman-seniman musik tradisional seakan-akan tidak

mempunyai tempat untuk mempertahankan eksistensinya. Mereka harus berjuang

melawan kepopuleran jenis-jenis musik yang sedang berkembang saat ini. Industri

musik juga semakin menutup diri untuk musik-musik yang tidak komersil. Pada

akhirnya musik-musik tradisional seperti halnya Keroncong hanya menjadi musik

“tuan rumah” bagi masyarakatnya sendiri. Hal ini diperkuat oleh (Rachman &

Utomo, 2018, h.47-64) yang menjelaskan bahwa pada perkembangannya musik

Keroncong telah mengalami kemunduran yang ditandai dengan kurangnya minat

masyarakat terhadap musik Keroncong. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal,

diantaranya adalah kurang berpihaknya media-media yang mensosialisasikan

musik Keroncong seperti media Radio, Televisi, surat kabar, dan lain-lain.

Page 51: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

35

Komposer Keroncong juga sudah mulai jarang yang menyebabkan

perbendaharaan lagu Keroncong yang baru sudah jarang ditemukan.

2.2.3.1 Sejarah Musik Keroncong

Tahun 1511 bangsa Portugis dibawah pimpinan Alfonso d‟ Albuquerque

merebut malaka yang waktu itu dipimpin oleh Sultan Alaudin Syah. Setelah 11

tahun berada di Melaka, maka pada tahun 1522 pedagang-pedagang Portugis

melanjutkan perdagangannya ke Ternate dan Ambon dan telah singgah di

beberapa pulau. Karena datang dari jauh mereka kesepian disebabkan berpisah

dari ahli keluarganya. Untuk mengisi kesepian tersebut mereka membawa alat

musik ukulele yaitu seperti gitar kecil. Bunyi yang keluar dari alat tersebut dan

nyanyian merdu yang didendangkanm oleh pedagang Portugis tersebut terasa

asing dan aneh kedengarannya oleh orang-orang pribumi Nusantara, karena orang

pribumi biasa mendengar notasi pentatonik pelog dan slendro sedangkan saat itu

yang mereka dengarkan adalah notasi diatonik. Berbekalkan hanya alat musik

ukulele yang dimulai dari musik soliter (diamainkan seorang diri), maka berabad-

abad kemudian tumbuhlah menjadi musik Keroncong yang kita kenali sekarang.

Bermain alat musik seorang menimbulkan kebosanan, sehingga mereka mulai

bermain dengan kawan-kawannya dengan menambah alat musik yang lain seperti

tempurung kelapa, kentung bambu, rebana dan lain-lain. Dengan demikian alat

musik Keroncong tidak wujud seperti yang ada sekarang tetapi memerlukan

waktu atau evolusi yang sangat panjang. Menurut (Soeharto, 1996, h. 24)

Menurut Heins dalam Musik Keroncong, (Harmunah, 1987, h. 7) abad

XVI, datanglah kapal-kapal Portugis ke kepulauan ini. Mereka mengadakan

Page 52: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

36

perhubungan perdagangan hampir diseluruh pelosok Indonesia dan

mengembangkan agama katolik. Perdagangan portugis ini hanya menggunakan

kapal-kapal tetapi menimbulkan perbudakan-perbudakan (hamba). Akhirnya

meninggalkan bekas di Afrika India, Sri Langka, Malaya (Malaysia) yang dikenali

dengan istilah Indo Portugis dan disebut pula dengan istilah “Portugis hitam”.

Orang-orang hitam ini merupakan keluarga baru yang disebut Mahardika dalam

bahasa Sanskrit.

Dalam masa lampau di Eropa, orang-orang memandang bangsa Indo itu

sebagai bangsa yang rendah derajatnya dan yang hanya mewarisi tabiat-tabiat

tidak baik dari orang tuanya. Pendapat ini ditentang oleh ahli (pakar) dan bukti

menyatakan bahwa orang yang berdarah campuran pada umumnya ulung dalam

berbagai ilmu, jadi termasuklah orang yang berderajat tinggi. Pandangan yang

salah seperti diatas itulah yang mungkin mempengaruhi tabiat para ahli, sehingga

mereka hanya timbul niat untuk menyelidiki apa yang di pandang asli saja, dan

nyatalah bahwa musik Keroncong karena sejarahnya diketepikan oleh para ahli

musikologi serta para ahli sejarah musik (Harmunah, 1987, h. 8).

2.2.3.2 Alat-Alat pada Musik Keroncong

Keroncong dalam bentuknya yang paling awal menurut (Soeharto, 1996 :

41) yaitu moresco yang diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukulele, serta

selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai, set orkes semacam ini masih dipakai

oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas

keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta

Page 53: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

37

Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir

oleh orang Betawi berbaur dengan musik Tanjidor (tahun 1880-1920).

Tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke Solo dan beradaptasi

dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa. Menurut (Harmunah,

1987, h. 10) Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan

alat-alat musik seperti: sitar India, rebab, suling bamboo, gendang, kenong, saron

sebagai satu set gamelan dan gong. Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes

keroncong mencakup:

a Ukulele cuk, berdawai 3 (nylon), menurut (Harmunah, 1981, h. 22) ukulele

termasuk instrumen tali petik, dan berfungsi sebagai pemegang ritmis.

b Banyo atau cak, berdawai 4 (logam), menurut (Harmunah, 1981, h. 26)

pembawaan alat ini sebagai pengisi antara pukulan ritmis dari ukulele, jadi

pada pukulan sinkop.

c Gitar akustik, menurut (Soeharto, 1996, h. 65) alat musik gita mempunyai 6

dawai (logam) dengan stem nada E - A - d - g - b – e. Menurut (Harmunah,

1981, h. 22) fungsi gitar adalah sebagai pengiring, tetapi dapat pula sebagai

pembawa melodi.

d Biola (menggantikan Rebab), biola berdawai 4 dengan stem nada g - d‟ - a‟ -

e”, menurut (Harmunah, 1981, h. 21) Biola berfungsi sebagai pemegang

melodi dan sebagai kontrapung dari vocal dengan imitasi-imitasinya.

e Flute (mengantikan Suling Bambu), menurut (Soeharto, 1996 : 64) alat musik

Flute adalah alat musik tiup yang mempunyai ambitus nada b/c‟ sampai c””,

menurut (Harmunah, 1981 : 24) pembawaan dari flute pada umumnya banyak

Page 54: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

38

membunyikan deretan interval dengan tekanan pada nada bawah, sedangkan

pada nada atas diperpendek (staccato). Juga nada- nada glissando.

f Cello, menurut (Soeharto, 1996, h. 65) cello merupakan salah satu bukti juga

bahwa irama keroncong adalah asli Indonesia, karena memainkannya tidak

dengan digesek tetapi dipetik secara pizzicato (thumb stick) dengan

menggunakan jari telunjuk dan ibu jari.

g Contrabass (menggantikan Gong), menurut (Soeharto, 1996, h. 66) alat

musik Bass adalah pengendali irama permainan atau rythme.

Dari uraian alat musik keroncong diatas dapat ditarik kesimpulan, penjaga

irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan cello bila dalam

bahasa Jawa disebut selo, adalah instrumen yang ritmis mengatur peralihan akord.

Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flute

mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.

2.2.3.3 Jenis-jenis Musik Keroncong

Musik keroncong mempunyai beberapa jenis lagu antara lain, Keroncong

Asli, Langgam, Stambul, Lagu Ekstra. Menurut (Harmunah, 1987, h. 17-20)

masing-masing jenis lagu tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Kroncong Asli

Jumlah birama : 28 Birama

Sukat : 4/4

Bentuk kalimat : A - B - C, dinyanyikan dua kali

Selalu ada intro dan coda, intro merupakan improvisasi tentang akor I dan

V, yang diakhiri dengan akor I dan ditutup dengan kadens lengkap, yang disebut

Page 55: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

39

juga dengan istilah “overgang” atau “lintas akor”, yaitu akor I – IV – V – I.

sedangkan coda juga berupa kadens lengkap. Pada tengah lagu ada interlude,

yang disebut juga dengan istilah “middle spell” atau “senggaan”, yaitu pada

birama ke Sembilan dan sepuluh. Mengenai bentuk kalimat pada jenis

keroncong asli ini, sering disebut dengan:

Bagian angkatan (permulaan), yaitu kalimat A Bagian ole-ole atau refrain

(tengah), yaitu kalimat B Bagian senggaan (akhir/final), yaitu kalimat C Skema

harmonisasi keroncong asli:

I --- I --- V --- V ---

II --- II --- V --- V ---

V --- V --- IV --- IV ---

IV --- IV -V- I --- I ---

V --- V --- I --- IV -V-

I --- IV -V- I --- I ---

V --- V --- I --- I --- Coda.

Gambar 2.1 Skema harmoni keroncong asli

(Harmunah, 1987, h. 18)

b. Langgam

Jumlah birama : 32 birama

Sukat : 4/4

Bentuk kalimat : A – A – B – A, dinyanyikan dua kali

Lagu biasanya dibawakan dua kali, ulangan kedua bagian kalimat A – A

dibawakan secara instrumenta, vocal baru masuk pada bagian kalimat B, dan

dilanjutkan A. Intro biasanya diambil empat birama terakhir dari lagu langgam

tersebut, sedangkan coda berupa kadens lengkap. Skema harmonisasi langgam:

Page 56: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

40

I --- IV -V- I --- I ---

V --- V --- I --- I ---

I --- IV -V- I --- I ---

V --- V --- I --- I ---

IV --- IV --- I --- I ---

II --- II --- V --- V ---

I --- IV -V- I --- I ---

V --- V --- I --- I --- Coda.

Gambar 2.2 Skema harmoni Langgam

(Harmunah, 1987, h. 19)

c. Stambul I

Jumlah birama : 16 birama

Sukat : 4/4

Bentuk kalimat : A – B

Intro merupakan improvisasi dengan peralihan dari akor tonika ke akor

sub dominan. Jenis stambul I sering berbentuk musik dan vocal saling

bersahutan, yaitu dua birama instrumental dan dua birama berikutnya diisi oleh

vocal, demikian seterusnya sampai lagu berakhir.

Skema Harmoni Stambul I:

IV --- IV --- I --- I ---

V --- V --- I --- I ---

IV --- IV --- I --- I ---

V --- V --- I --- I --- Coda

Gambar 2.3 Skema harmoni Stambul I

(Harmunah, 1987, h. 19)

d. Stambul II

Jumlah birama : dua kali 16 birama

Sukat : 4/4

Bentuk kalimat : A - B

Page 57: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

41

Intro merupakan improvisasi dengan peralihan dari akor Tonika ke akor

Sub dominan, sering berupa vocal yang dinyanyikan secara recitative, dengan

peralihan dari akor I ke akor IV, tanpa iringan Skema Harmoni Stambul II:

IV --- IV --- IV --- IV -V-

I --- IV -V- I --- I ---

V --- V --- V --- V ---

I --- IV -V- I --- I ---

Dua birama seperti tersebut di atas terus masuk coda.

Gambar 2.4 Skema harmoni Stambul II

(Harmunah, 1987, h. 20)

e. Lagu Ekstra

Bentuk menyimpang dari ketiga jenis keroncong tersebut di atas. Bersifat

merayu, riang gembira, dan jenaka. Sangat terpengaruh oleh bentuk lagu-lagu

tradisional.

2.2.4 Pengertian Keberlanjutan

Keberlanjutan musik sejak lama menjadi salah satu topik pembahasan

dalam etnomusikologi. Perluasan pembahasan muncul baru-baru ini dalam sub-

disiplin ekomusikologi (etnomusikologi terapan), yang melihat musik sebagai

sistem atau ekosistem ekologis. Pandangan ekologi menginformasikan

keberlanjutan sebagai kemampuan musik untuk bertahan, tanpa menyiratkan

berbagai cara untuk mempertahankan suatu budaya musik harus tetap atau tidak

berubah. Keberlanjutan musik berusaha untuk memastikan bahwa keberlanjutan

tidak menghambat kebebasan untuk tumbuh dan berkembang (Grant 2014, h. 11,

dalam Putra, 2018, h. 202). Jadi, keberlanjutan musik merupakan suatu cara untuk

Page 58: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

42

melihat praktik tradisional terlibat dalam sebuah ekosistem dalam memperebutkan

sumber daya, baik internal maupun eksternal.

Herskovits (dalam Widja, 1993, dalam Zulfadanti, et al., 2018, h.174-186)

mengatakan keberlanjutan atau kontinuitas dan perubahan adalah sebuah konsep

yang merupakan dua sisi dari satu mata uang, dalam arti tidak mungkin berfikir

tentang perubahan budaya apabila tidak berfikir tentang adanya kelestarian suatu

budaya. Perspektif keberlanjutan memberikan sudut pandang yang berguna untuk

memandu perencanaan pariwisata, penerapannya mungkin dihadapkan dengan

beberapa masalah dan cacat (Berno & Bricker, 2001). Secara khusus, karena sifat

pariwisata yang terpecah-pecah dan keberadaan berbagai pemangku kepentingan

dengan kepentingan yang beragam dan sering bertentangan, kemampuan tujuan

untuk merekonsiliasi dan menyeimbangkan kebutuhan berbagai pihak merupakan

tantangan yang signifikan (Berno & Bricker, 2001). Peneliti lain mempertanyakan

keberlanjutan inisiatif yang disebut sebagai ekologis, karena mereka secara

definisi dilakukan di lingkungan yang sangat sensitif dan rentan, dan yang tidak

mampu mendukung bahkan tingkat pariwisata minimum (Butler, 1999). (dalam

(Maria D. Alvarez, 2016, h. 90-91).

Selain itu, Telfer dan Sharpley (2008) menyatakan bahwa pariwisata

berkelanjutan telah disamakan dengan bentuk yang baik dari itu, sementara tidak

berkelanjutan dipandang sebagai buruk dan digunakan secara bergantian dengan

istilah pariwisata massal (Telfer & Sharpley, 2008). Ada juga bias di kalangan

akademisi dan praktisi dalam mempertimbangkan ekowisata sebagai

berkelanjutan (Butler, 1999; Telfer & Sharpley, 2008). Masalah lain mengenai

Page 59: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

43

keberlanjutan adalah bahwa konsep tersebut sulit dioperasionalkan dan diukur

(Murphy & Price, 2005), karena penilaian mengenai tingkat eksploitasi yang

tepat, dan definisi sumber daya yang akan dilestarikan, perlu dibuat (Sofield,

2003) . Selain itu, sudut pandang keberlanjutan telah dikritik sebagai hanya taktik

pemasaran yang digunakan oleh tujuan dan bisnis terkait untuk membenarkan

kegiatan mereka dan membedakan diri dari pesaing mereka (Lansing & De Vries,

2007). (dalam (Maria D. Alvarez, 2016, h.90-91).

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi

pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar

dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya. Enkulturasi Musik

Keroncong diberikan oleh Orkes Keroncong Gema Kencana berupa nilai,

pengetahuan, sikap, perilaku, dan ketrampilan. Kelima unsur tersebut diambil dari

teori enkulturasi menurut (Triyanto, 2015, h.1-15) yang masing-masing memiliki

peran yang berbeda-beda. Nilai yang diberikan oleh O.K Gema Kencana seperti

nilai sosial, nilai keindahan, nilai moral, dan nilai agama. Pengetahuan yang

diwariskan oleh OK Gema Kencana seperti seminar, konser keroncong rutin

setiap satu tahun sekali untuk memperingati HUT OK Gema Kencana, dan

pengetahuan dasar musik keroncong. Sikap, serta perilaku yang diberikan oleh

O.K Gema Kencana adalah Pentas-pentas musik keroncong. Kemudian

ketrampilan yang diberikan oleh O.K Gema Kencana meliputi latian rutin, siaran

Radio rutin, dan pencarian bakat menyanyi di sekolah. Penerima enkulturasi ini

adalah masyarakat serta remaja. Dengan adanya penerima enkulturasi, diharapkan

Page 60: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

44

musik keroncong khususnya di daerah Banyumas dan sekitarnya dapat

dilestarikan supaya tetap memiliki keberlanjutan. Berikut merupakan bagan dari

kerangka berpikir:

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Enkulturasi Musik Keroncong

Pemberi Enkulturasi

(OK Gema Kencana)

Pengetahuan

Penerima Enkulturasi

(Masyarakat dan remaja)

Pelestarian dan keberlanjutan

Musik keroncong

Sikap Ketrampilan Perilaku Nilai

Page 61: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

119

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa enkulturasi yang

diberikan oleh O.K Gema Kencana Banyumas ada lima unsur yaitu nilai,

pengetahuan, sikap, perilaku, dan ketrampilan. Nilai yang diwariskan oleh O.K

Gema Kencana yaitu nilai sosial, nilai keindahan, nilai moral, dan nilai agama.

Pengetahuan yang diwariskan oleh O.K Gema Kencana seperti memberikan

seminar dan sosialisasi, mengadakan konser keroncong rutin setiap satu tahun

sekali dalam rangka memperingati HUT O.K Gema Kencana, pengetahuan teori

dasar musik, latihan rutin, pola permainan alat musik keroncong, dan

memperkenalkan lagu-lagu keroncong asli, langgam keroncong, stambul, dan lagu

pop terbaru kepada penyanyi ataupun anggota baru yang bergabung agar mereka

lebih paham.

Sikap, serta perilaku yang diberikan oleh OK Gema Kencana adalah saat

pentas-pentas musik keroncong, siaran radio, dan konser keroncong yang meliputi

penampilan/kostum saat pentas, cara memainkan alat musik, dan kebiasaan-

kebiasaan saat pentas lainnya. O.K Gema Kencana mengajarkan untuk selalu

berpenampilan rapi dan berpakaian sopan saat tampil. Ketrampilan yang diberikan

oleh OK Gema Kencana meliputi latihan rutin, siaran Radio rutin, dan pencarian

bakat di bidang musik di sekolah. Latihan rutin dilakukan biasanya satu bulan

sekali pada hari Jumat malam pukul 20.00 sampai 23.00, jika akan ada pentas

jadwal latihan lebih sering dibanding biasanya, sedangkan pencarian bakat bidang

Page 62: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

120

musik musik di sekolah dilakukan apabila dari sekolah tersebut mengadakan

sebuah parade musik di sekolahnya dan mengundang O.K Gema Kencana

Banyumas untuk menyaksikan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut di atas, maka saran

yang dapat diberikan oleh peneliti kepada Orkes Keroncong Gema Kencana

Banyumas yaitu: (1) Anggota Orkes Keroncong Gema Kencana lebih giat untuk

mengedukasi tentang musik keroncong kepada remaja di wilayah Kabupaten

Banyumas agar keroncong tetap berlanjut dan diakui keberadaannya; (2) Peneliti

berharap agar O.K Gema Kencana Banyumas dapat membentuk O.K Gema

Kencana versi Muda baik dari penyanyi maupun pemain supaya terjadi

regenerasi; (3) O.K Gema Kencana Banyumas diharapkan untuk selalu mengikuti

perkembangan musik dari tahun ke tahun dan dapat menyesuaikan agar tetap

dapat bertahan dan berlanjut.

Page 63: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

121

DAFTAR PUSTAKA

Al, M. (2013). Keroncong Music Reflects the Identity of Indonesia. International

Journal for Historical Studies, 4(2), 171–186.

Alvianto, W. A., & Joseph, W. (2012). Eksistensi Grup Musik Keroncong Gema

Irama Di Desa Gedongmulya Kecamatan Lasem. Jurnal Seni Musik Unnes,

1(1), 12–21.

Ariffianto Hadi, I. (2015). Eksistensi Komunitas Waroeng Keroncong di Kota

Semarang, 6–49.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. jakarta: PT

Bima Aksara.

Asis Al Donna Margaretta. (2015). Perubahan dan Keberlanjutan bentuk

Pertunjukan Wayang Orang di Surabaya Pada Masa Kini ( Studi Kasus pada

Wayang Orang THR, Mustika Yuastina, dan Tribuana). Jurnal Pemikiran

Seni Pertunjukan, 2(6).

Asmaryetti, Zulfadanti, & Gusti, A. (2018). TARI NUGAL BEJOLO DI DUSUN

TANJUNG. Laga-Laga, 4(2), 174–186.

Becker, J. (2014). Kroncong , Indonesian Popular Music. Asian Music, 7(1), 14–

19.

Destiana, E. (2012). Sebagai Bentuk Akulturasi Budaya Urban. Pedagogia, 1(2),

153–159.

Fathoni, A. (2006). Antropologi Sosial Budaya. Antroploogi Sosial Budaya.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fatrina, N. Y., & Stevenson, Y. (2018). Perubahan Dan Keberlanjutan Tari

Balanse Madam. Mudra, 33(1), 93–103.

Febrianto, D. (2017). Keroncong music infographic book for elementary school

children (pp. 173–177).

Ferzacca, S. (2006). Learning How to Listen: Kroncong Music in a Javanese

Neighborhood. The Senses and Society, 1(3), 331–358.

Ganap, V. (2006). Pengaruh Portugis pada Musik Keroncong. Harmonia, 7(2).

Harmunah. (1981). Musik Keroncong. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Harmunah. (1987). Musik Keroncong. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Hendry, Y. (2011). Musik Keroncong Campur Sari dalam Pluralitas Budaya

Page 64: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

122

Masyarakat Sawahlunto. Resital, 12(1), 84–95.

Henry, N., & wijaya, M. (2017). Diskursus Pelestarian Seni Budaya Keroncong.

Dilema, 32(2), 52–63.

Heristina Dewi. (2016). Keberlanjutan dan Perubahan Seni Pertunjukan Kuda

Kepang di Sei Bamban ,Serda Bedagai, Sumatera Utara. Panggung, 26(2),

139–150.

ibnu amar muchsin. (2016). Proceding Seminar Nasional Seni Pertunjukan dan

Pendidikan Seni. In Revolusi Lagu Keroncong dalam Karya Musik Kajian :

Grup Keroncong Congrock 17 (pp. 110–117).

Jamalus. (1988). Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Dirjen

Dikti Depdikbud.

Kodiran. (2004). Pewarisan Budaya. Humaniora, 16(1), 10–16.

koentjaraningrat. (1986). Pengantar Ilmu Antropologi.

koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Pengantar Ilmu

Antropologi. jakarta: PT. Rineka Cipta.

Lestari, W. (1998). Proses Sosialisasi, Enkulturasi dan Internalisasi Dalam

Pengajaran Seni Tari Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di

Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta.

Maria D. Alvarez. (2016). Tourism as an Instrument for Development: A

Theoretical and Practical Study. Emerald Insight.

Martopo, H. (2003). Persoalan Mencari Identitas Musik Indonesia Melalui Kajian

Historis Gamelan dan Keroncong. Harmonia, IV(1).

Maryanto. (1995). Sejarah Musik. Semarang: Ikip Press.

moleong. (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

moleong. (2006). metode penelitian kualitatif. Bandung: remaja rosdakarya.

moleong. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Moleong, J. L. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya.

Morrison, S. J., Demorest, S. M., & Stambaugh, L. A. (2008). Enculturation

effects in music cognition: The role of age and music complexity. Journal of

Research in Music Education, 56(2), 118–129.

Naiborhu, T., & Karina, N. (2018). Ketoprak,Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Page 65: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

123

di Sumatera Utara: Pengembangan dan Keberlanjutannya. Panggung, 28(4),

483–497. https://doi.org/10.26742/panggung.v28i4.714

Nasir, M. (1985). Metode Penelitian. Jakarta: Ghaliia Jakarta.

Putra, B. A. (2018). Tantangan keberlanjutan musik tingkilan di kutai kartanegara.

In Stansa (pp. 201–210).

Rachman, A. (2013). Form and Analysis of Tanah Airku Keroncong Music

Written by Kelly Puspito. Harmonia, 13(1), 69–77.

Rachman, A., & Qurrata, W. (2019). “ KERONCONG IN JAMAICAN SOUND ”

SEBUAH INOVASI DALAM KERONCONG. Seni Musik, 8(1), 34–42.

Rachman, A., & Utomo, U. (2018). “sing penting keroncong”: sebuah inovasi

petunjukkan musik keroncong di semarang. Jurnal Pendidikan Dan Kajian

Seni, 3(1), 47–64. Retrieved from

Rachman, A., & Utomo, U. (2019). The Rhythm Pattern Adaptation of Langgam

Jawa in Kroncong. Atlantis Press, 276(Iconarc 2018), 99–101.

Ramadhani, F. A., & Rachman, A. (2019). RESISTENSI MUSIK KERONCONG

DI ERA DISRUPSI : STUDI KASUS PADA O . K GITA PUSPITA DI

KABUPATEN TEGAL RESISTANCE OF KERONCONG MUSIC IN

DISRUPTION ERA : CASE STUDY ON O . K GITA PUSPITA IN TEGAL

DISTRICT. Musikolastika, 1, 41–51.

Rohidi. (2000). Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STISI.

Saputra, D. N. (2016). EKSISTENSI GRUP MUSIK KERONCONG

DIANTARA PENGGEMAR MUSIK DANGDUT STUDI KASUS : DESA

SUKOREJO KECAMATAN TEGOWANU , KABUPATEN GROBOGAN.

Invensi, 1(2), 89–100.

Sedyawati, E. (2014). Kebudayaan di Nusantara dari Keris, Tor-tor, Sampai

Industri Budaya. Depok: Komunitas Bambu.

Soeharto. (1996). Serba-serbi Keroncong. Jakarta: Mustika.

Sulestiyorini, C. R. (2013). Kreativitas Dan Fungsi Musik Keroncong (Studi

Kasus Pada Grup Musik Keroncong Kasela Bergema).

sumaryanto. (2007). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dalam Penelitian

Pendekatan Seni.

Tindaon, R. (2012). Kesenian Tradisional dan Revitalisasi. Ekspresi Seni, 14(2),

148–280.

Triwinarti, wiwin, & Sunarti, L. (2013). The Dynamics of Keroncong Music in

Indonesia, 1940‟s – 2000‟s. Tawarikh: International Journal for Historical

Page 66: ENKULTRASI SEBAGAI UPAYA KEBERLANJUTAN MUSIK …lib.unnes.ac.id/35244/1/2501415014_Optimized.pdfKeroncong di Kabupaten Banyumas yaitu O.K Gema Kencana Banyumas berupaya untuk mempertahankan,

124

Studies, 5(1), 91–102.

Triyanto. (2015). Enkulturasi Perkeramikan Pada Komunitas Perajin Desa

Mayong Lor Jepara: Strategi Adaptasi dan Pemberlanjutan Potensi Kreatif

Kebudayaan Lokal.

Widjajadi, R. A. S. (2005). Menelusuri Sarana Penyebaran Musik Keroncong.

Harmonia, VI(2).

Widyanta, N. C. (2017). Efektivitas keroncong garapan orkes keroncong

Tresnawara terhadap audiensi generasi muda. Jurnal Kajian Seni, 03(02),

165–180.

Wiyoso, J. (n.d.). Campursari: suatu bentuk akulturasi budaya dalam musik, 3–10.