engaruh bimbingan dan konseling terhadap peningkatan prestasi belajar pendidikan...
TRANSCRIPT
PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM SISWA DI SMPN 13 DEPOK
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Bayu Umbara NIM. 103011026671
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2008
PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM SISWA DI SMPN 13 DEPOK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kejuruan
Untuk Memenuhi Persayaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Bayu Umbara
NIM. 103011026671
Dosen Pembimbing
Drs. H. Paimun NIP. 150 012 567
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2007
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul: “Pengaruh Bimbingan dan Konseling Terhadap
Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa di SMPN 13
Depok” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kuguruan (FITK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah
pada 16 Januari 2008 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama
Islam.
Jakarta, 16 Januari 2008
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan
Drs. H. A. Fatah Wibisono, MA …………... ……………… 009 236 150. NIP
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag ………….... ……………… 477 299 150. NIP
Penguji I
Sururin, M.Ag …………… ……………… 150 289 483. NIP
Penguji II
Dra. Hj. Djunaidatul M., M.Ag ……………. ……………… 150 228 871. NIP
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
MA, Dede Rosyada. Dr. Prof NIP. 150 231 356
KATA PENGANTAR
e Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, berkat
rahmat, taufik dan inayah-Nyalah, skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat serta
salam semoga tetap terlimpah kepada sayyid al-anbiya’ wa al-mursalin Rasulullah
saw., beserta keluarganya, sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam di seluruh
alam.
Karya tulis yang sederhana ini merupakan skripsi yang diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga, dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis dan bagi
pembaca umumnya.
Orang tua tercinta Bapak Dahlan, dan Ibu Sri Mulyanah, dengan curahan
cinta dan kasih sayangnya telah mengantarkan penulis sehingga menjadi sarjana,
semoga semua jasa yang diberikan menjadi amal saleh serta diterima Allah swt.,
dan semoga Allah selalu memberikan hidayah, taufiq serta inayah-Nya kepada
kita.
Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak
mendapatkan bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A. Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu rektor.
2. Bapak Prof. Dr. Rosyada, M.Ag. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu dekan.
3. Drs. H. Abdul Fatah Wibisono, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta staf-stafnya.
4. Bapak Drs. H. Paimun selaku Dosen Pembimbing skripsi, terima kasih atas
segala waktu, tenaga dan ilmu serta kesabaran dalam membimbing dan
mengarahkan penulis, dalam menyusun skripsi.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis
mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan dapat
menjadi penerang serta petunjuk bagi penulis dalam mengarungi dunia ini.
6. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang dengan tulus dan ikhlas
memberikan pengorbanan baik moril maupun materil dan juga do'a restunya
yang tiada henti-hentinya.
7. Kawan-kawan Pendidikan Agama Islam angkatan 2003 khususnya kelas B,
yang selalu menghiasi hari-hariku selama masih kuliah.
8. Semua kawan-kawan yang ada di kosan (Umi, Iyam, Erni, Lili, Khozin, Ida,
dan Ipung) yang selalu membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kepada semuanya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga
Allah swt. membalas kebaikan yang mereka berikan. Apabila penulis memiliki
kesalahan, kekurangan, serta kekhilafan mohon dimaafkan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari
sistematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran, dan
kritik, dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membuka
cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk
kita semua. Amiin.
Depok, Februari 2008
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 5
1. Identifikasi Masalah 5
2. Pembatasan Masalah 5
3. Perumusan Masalah 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 6
1. Tujuan Penelitian 6
2. Manfaat Penelitian 6
D. Sistematika Penulisan 7
BAB II KAJIAN TEORI 8
A. Bimbingan dan Konseling 8
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling 8
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling 12
3. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling 15
4. Pelayanan-Pelayanan Bimbingan dan Konseling 16
B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 21
1. Pengertian Prestasi Belajar 21
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam 25
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 30
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37
A. Variabel Penelitian 37
B. Populasi dan Sampel 37
C. Metode Penelitian 38
D. Teknik Pengumpulan Data 38
E. Teknik Analisa Data 40
F. Hipotesa 42
G. Waktu dan Tempat 43
BAB IV HASIL PENELITIAN 44
A. Gambaran Umum SMPN 13 Depok 44
1. Sejarah Berdirinya SMPN 13 Depok 44
2. Visi dan Misi 44
3. Struktur Organisasi Sekolah 45
4. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling 46
5. Sarana dan Prasarana 46
6. Keadaan Guru 47
7. Keadaan Siswa 48
B. Deskripsi Data 48
C. Analisa Data 59
D. Interpretasi Data 67
BAB V PENUTUP 70
A. Kesimpulan 70
B. Saran-Saran 70
DAFTAR PUSTAKA 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Depok, Februari 2008
Bayu Umbara
ABSTRAKSI
Bayu Umbara
NIM: 103011026671
Pengaruh Bimbingan dan Konseling Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam Siswa di SMPN 13 Depok.
Bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada
individu secara terencana dan sistematis serta berkelanjutan dalam memecahkan
atau mengatasi masalah.
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai secara optimal selama
berlangsungnya mekanisme belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar
dalam penelitian ini adalah prestasi belajar pada mata pelajaran pendidikan
Agama Islam, yang diambil dari nilai raport.
Dari penelitian yang telah dilakukan kepada sejumlah siswa yang menjadi
sampel penulis melakukan analisa data yang merupakan bagian penting dalam
metode ilmiah untuk menjawab masalah penelitian. Dalam menganalisa data,
penulis memberikan interpretasi bahwa korelasi antara pengaruh bimbingan dan
konseling terhadap peningkatan prestasi belajar pendidikan Agama Islam siswa di
SMPN 13 Depok sebesar 0,73 dan korelasi tersebut tergolong kuat atau tinggi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling dewasa ini, telah menjadi salah satu pelayanan
pendidikan yang sangat dirasakan pentingnya di sekolah-sekolah.
Perkembangan zaman modern yang begitu pesat banyak menimbulkan
perubahan dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat. Keadaan seperti ini
menantang individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan
kemajuan bagi setiap siswa.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dari tingkat satuan
pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dewasa ini semakin
dibutuhkan. Seiring dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK), berbagai persoalan pun muncul dengan segala
kompleksitasnya. Dunia pendidikan tampaknya belum sepenuhnya mampu
menjawab berbagai persoalan akibat perkembangan IPTEK, indikasinya
adalah munculnya berbagai penyimpangan perilaku yang seyogianya tidak
dilakukan oleh peserta didik.
Pendidikan berusaha memberikan bantuan supaya anak didik
mendapatkan perkembangan yang wajar, mendapatkan ketentraman batin,
dapat menyelesaikan problem-problem yang dihadapinya, dan sebagainya.
Tentu saja selalu diharapkan bahwa hal-hal yang demikian itu akan dapat
selalu terjadi pada setiap anak didik. Akan tetapi apa yang terjadi dalam
kenyataan tidaklah demikian. Banyak sekali individu, baik belum dewasa
maupun sudah dewasa, yang pada suatu saat tidak mampu menyelesaikan
sendiri problem-problemnya.1
Pendidikan dapat berkualitas atau bermutu tinggi apabila sumber daya
pendidikan atau faktor-faktor pendidikan cukup memadai. Di antara faktor
1 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), cet.
XI, hlm. 9-10.
pendidikan yang perlu terpenuhi kuantitas dan kualitasnya adalah faktor guru.
Guru memegang peranan penting dalam menigkatkan kualitas pendidikan.
Karena dalam rangka meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan kebutuhan
akan guru guru perlu dipenuhi dan kualitasnya perlu ditingkatkan. Guru yang
berkualitas dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan dapat
mencapai tujuan atau hasil pendidikan yang optimal.
Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu
kesuksesan setiap usaha pendidikan. Itulah sebabnya setiap perbincangan
mengenai pembaharuan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai pada
kriteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan, selalu
bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa signifikan (berarti penting)
posisi guru dalam dunia pendidikan.2
Dalam hubungannya dengan pendidikan, bimbingan merupakan bagian
integral dalam program pendidikan. Bimbingan merupakan pelengkap bagi
semua segi pendidikan. Bimbingan membantu agar proses pendidikan berjalan
dengan efisien, dalam arti cepat, mudah dan efektif. Sesuai dengan perumusan
di atas, bimbingan memilih bidang masalah yang dihadapi atau yang dialami
oleh individu sebagai bidang operasinya.
Salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
adalah sekolah. Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat dari
tahun ke tahun, jumlah sekolah pun di negara kita makin berkembang. Bukan
hanya ditinjau dari segi kuantitasnya, melainkan juga ditinjau dari segi
macam, tujuan, dan syarat-syarat yang diminta untuk dipenuhi murid. Melalui
jaringan sekolah-sekolah ini tidak jarang kita mengetahui murid-murid yang
salah memilih jurusan studinya, sehingga mereka gagal di tengah jalan, tidak
naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya. Hal ini disebabkan jurusan
studi yang dipilihnya tidak sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan yang
ada padanya.
2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda
Karya, 1997), cet. III, hlm. 223.
Kegagalan di dalam studi bukan hanya disebabkan karena kesalahan di
dalam memilih jurusan studi saja, melainkan mungkin juga disebabkan karena
hal-hal sebagai berikut: kekurang-mampuan dalam menyesuaikan diri, cara
belajar yang salah, sikap yang salah terhadap diri sendiri, cara pengisian
waktu luang yang keliru, akibat daripada masalah-masalah yang terjadi di
dalam keluarga, kurangnya pembiayaan, dan sebagainya.3
Seorang guru di sekolah mempunyai tugas mendidik, mengajar, melatih,
dan membimbing. Tugas tersebut merupakan tugas profesional seorang guru
setiap hari di sekolah. Tugas profesional inilah yang harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya dengan penuh rasa tangung jawab.
Dapat dikatakan bahwa tugas bimbingan dan konseling adalah mendorong
individu untuk mempelajari kesukaran yang ada pada dirinya dan membantu
siswa dalam mencari jalan keluar atau memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi siswa dalam kehidupannya, terutama kehidupan sekolah, baik yang
menyangkut masalah belajar, masalah sosial, maupun masalah pribadi. Selain
itu, tugas bimbingan dan konseling juga berusaha memberikan pelayanan
kepada siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik
lingkungan alam, lingkungan sosial, maupun lingkungan diri sendiri.
Belajar merupakan inti kegiatan di sekolah, sebab semua sekolah
bertanggung jawab bagi berhasilnya proses belajar bagi setiap siswa yang
sedang studi di sekolah tersebut. Oleh karena itu memberikan pelayanan,
bimbingan di sekolah berarti pula memberikan pelayanan belajar bagi setiap
siswa. Adapun tujuan bimbingan belajar secara umum adalah "Membantu
siswa agar mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga
setiap siswa dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya, dan mencapai perkembangan yang optimal".4
Proses belajar mengajar dapat diartikan bukan hanya mentransformasikan
ilmu pengetahuan, wawasan, pengalaman dan keterampilan kepada peserta
3 Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: Rajawali,
1985), cet. I, hlm. 103-104. 4 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
cet. I, hlm. 20.
didik, melainkan juga menggali, mengarahkan dan membina seluruh potensi
yang ada dalam diri peserta didik, sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
Proses belajar mengajar tersebut harus berjalan dengan baik dan efektif yaitu
proses belajar mengajar yang menyenangkan, menggembirakan, bergairah,
penuh motivasi tidak membosankan, serta menciptakan kesan yang baik pada
diri peserta didik. Untuk mewujudkan keadaan yang demikian itu, maka
proses belajar mengajar harus disertai dengan memelihara motivasi,
kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, tujuan-tujuan, kesedian-kesedian
dan perbedaan-perbedaan perseorangan di antara peserta didik.5
Berdasarkan pengalaman penulis, ketika penulis masik melaksanakan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 1997-2000, kebanyakan
guru di SMPN 13 Depok memberikan teguran kepada siswa yang melakukan
kesalahan dengan bentuk kekerasan yang tidak perlu dilakukan oleh seorang
guru. Bentuk kekerasan yang biasa dilakukan adalah menendang siswa,
menampar siswa, siswa dituntut untuk memutari lapangan bola basket
minimal 5 putaran, dan siswa dituntut untuk berdiri di tengah lapangan bola
basket sampai berjam-jam di bawah terik panas matahari. Padahal perilaku
seperti itu tidak perlu dilakukan oleh seorang guru.
Akan tetapi, ketika penulis melaksanakan Praktek Profesi Keguruan
Terpadu (PPKT), bentuk kekerasan yang dilakukan guru kepada siswa di
SMPN 13 Depok sudah tidak terlihat lagi. Guru di sekolah tersebut hanya
memberikan teguran dan memberikan bimbingan individu kepada siswa yang
mendapatkan masalah.
Atas dasar itulah, penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul:
"PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM SISWA DI SMPN 13 DEPOK".
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
5 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur'an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005), cet. I, hlm. 225.
1. Identifikasi Masalah
Permasalahan-permasalahan yang penulis amati di SMPN 13 Depok,
yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMPN 13
Depok?
2. Bagaimana pelayanan bimbingan dan konseling di SMPN 13 Depok?
3. Bagaimana prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMPN 13
Depok?
4. Sejauh mana pengaruh pelayanan bimbingan dan konseling terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 13 Depok.
2. Pembatasan Masalah
Dari beberapa permasalahan, penulis membatasi permasalahan-
permasalahan tersebut. Diantaranya adalah:
a. Pelayanan bimbingan dan konseling dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMPN 13 Depok.
b. Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMPN 13 Depok ditinjau dari hasil nilai raport siswa.
c. Pengaruh pelayanan bimbingan dan konseling dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama
Islam di SMPN 13 Depok.
3. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini yaitu:
a. Jenis-jenis pelayanan bimbingan dan konseling apa saja yang diberikan
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Depok?
b. Bagaimana prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMPN 13 Depok?
c. Sejauh mana pengaruh pelayanan bimbingan dan konseling dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Depok?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Dengan melihat pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin
diperoleh penulis dari penyusunan skripsi ini adalah:
a. Untuk mengetahui pelayanan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMPN 13 Depok.
b. Untuk mengetahui prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMPN
13 Depok.
c. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan pembelajaran Pendidikan Islam
terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Depok.
2. Manfaat Penelitian
a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi pemikiran
bagi pihak yang ingin lebih jauh lagi mengkaji masalah ini.
b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi inspirasi baru yang
mendorong penulis untuk meninjaklanjuti penelitian tersebut sehingga
dapat diupayakan wujud nyatanya.
c. Semoga penelitian ini dapat menjadi masukan untuk SMPN 13 Depok
khususnya, atau sekolah lain pada umumnya, sehingga dapat
diupayakan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah
lebih ditingkatkan lagi.
D. Sistematika Penulisan Untuk lebih mensistematiskan penulisan skripsi ini, maka penulis
membagi dalam 5 bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN. Terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI. Terdiri dari Bimbingan dan Konseling yang
meliputi Pengertian Bimbingan dan Konseling, Tujuan dan
Fungsi Bimbingan Konseling, Prinsip-prinsip Bimbingan dan
Konseling, dan Pelayanan-pelayanan Bimbingan dan Konseling,
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam yang meliputi
Pengertian Prestasi Belajar, Pengertian Pendidikan Agama Islam,
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar, dan faktor-
faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pendidikan Agama
Islam.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Terdiri dari Variabel Penelitian,
Populasi dan Sampel, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan
Data, Teknik Analisa Data, Hipotesa, Waktu dan Tempat.
BAB IV HASIL PENELITIAN. Terdiri dari Gambaran Umum SMPN 13
Depok yang meliputi Sejarah Berdirinya SMPN 13 Depok, Visi
dan Misi, Struktur Organisasi Sekolah, Struktur Organisasi
Bimbingan dan Konseling, Sarana dan Prasarana, Keadaan Guru,
dan Keadaan Siswa, Deskripsi Data, Analisis Data dan
Interpretasi Data.
BAB V PENUTUP. Terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Dilihat dari asal kata bimbingan yaitu bimbing, yang artinya pimpin;
asuh; tuntun. Sedangkan bimbingan artinya petunjuk (penjelasan) cara
mengerjakan sesuatu. 6
Bimbingan merupakan bantuan yang dapat diberikan oleh pribadi
yang terdidik dan wanita atau pria yang terlatih, kepada setiap individu
yang usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan hidup,
mengembangkan sudut pandangannya, mengambil keputusannya sendiri
dan menanggung bebannya sendiri.7
Menurut Saliman dan Sudarsono dalam bukunya Kamus Pendidikan,
Pengajaran, dan Umum, mengartikan bimbingan sebagai bantuan yang
diberikan kepada murid untuk menemukan sendiri dan memberi respon
yang tepat atas kemauan sendiri dalam masalah studi dan sosial.8
Menurut Hallen A. di dalam bukunya Bimbingan dan Konseling,
mengemukakan beberapa definisi mengenai bimbingan:
1. Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year's Book of Education 1955, yang menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
2. Stoops dan Walquist, mendefinisikan bahwa bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
6 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet. II, h. 152. 7 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1983), h. 64. 8 Saliman, Sudarsono, Kamus Pendidikan, Pengajaran, dan Umum, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994), Cet. I, h. 33.
3. Menurut Crow & Crow, bimbingan diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik berpendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan dalam hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri.
4. Menurut Arthur J. Jones, seperti yang dikuti oleh DR. Tohari Musnamar, mendefinisikan bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan problem-problem.
5. DR. Rachman Natawidjaja, menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, serta kehidupan umumnya.9
Menurut Bimo Walgito dalam bukunya Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, mengemukakan bahwa "Bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-
individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam
kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat
mencapai kesejahteraan hidupnya".10
Sedangkan menurut Paimun dalam diktatnya Bimbingan dan
Konseling, mengemukakan bahwa "Bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus,
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga sanggup
mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai tuntutan dan keadaan
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan demikian dia dapat
mengecap kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang
berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya".11
Dari uaraian-uraian di atas dapat disimpulkan mengenai pengertian
bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan
sistematis kepada incividu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya,
9 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h.3-5. 10 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995),
cet. III, h.4. 11 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 9, td.
agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya dan kemampuan
untuk mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya
dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga,
sekolah, maupun masyarakat.
Sedangkan pengertian konseling yaitu pemberian bimbingan oleh
yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis;
pengarahan, atau pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli
sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri
meningkat dalam memecahkan berbagai masalah; penyuluhan.12
Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di mana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing atau konselor dengan klien; dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mangarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagian pribadi dan kemanfaatan sosial. Berikut ini akan dikemukakan beberapa karakteristik yang terkandung dalam pengertian konseling, sebagaimana yang dikutipkan oleh Shertzer dan Stone dalam bukunya Fundamental of Counseling dari Patterson: 1. Konseling ialah berhubungan dengan usaha untuk mempengaruhi
perubahan sebagian besar tingkah laku klien secara sukarela (klien ingin untuk mengubah dan mendapatkan bantuan dari konselor).
2. Maksud dari konseling ialah menyajikan kondosi yang dapat memperlancar dan mempermudah perubahan sukarela itu (kondisi-kondisi yang demikian itu adalah merupakan kewajiban individu dalam menentukan pilihan yang tepat untuk berdiri sendiri dan memperoleh kepercayaan diri sendiri).
3. Kondisi yang memperlancar perubahan tingkah laku itu diselenggarakan melalui wawancara (tidak semua wawancara adalah konseling, tetapi konseling selalu menyangkut wawancara).
4. Suasana mendengar terjadi dalam konseling, tetapi tidak semua proses konseling itu terdiri dari mendengar itu saja.
5. Konselor memahami klien. 6. Konseling diselenggarakan dalam suasana pribadi dan hasilnya
dirahasiakan.
12 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet. II, h. 588.
7. Klien mempunyai masalah-masalah psikologis dan konselor memiliki keterampilan atau keahlian dalam membantu memecahkan masalah-masalah psikologis yang dihadapi klien.13
Pelayanan dengan konseling dimaksudkan untuk memberikan bantuan
kepada individu dalam memecahkan masalahnya secara individuil. James
F. Adams menjelaskan bahwa "konseling adalah suatu pertalian timabal
balik antara dua orang individu di mana yang seorang (counselor)
membantu yang lain (counselee), supaya ia dapat lebih baik memahami
dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang
dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang".14
Menurut Kartini Kartono, konseling ialah wawancara yang melibatkan
dua pihak, konselor dan konseli, dalam pergumulan memahami dan
merumuskan masalah, mencari jalan keluar dan melaksanakan jalan
keluar. Wawancara konseling dilakukan dalam interaksi/hubungan antara
penolong dengan yang ditolong. Hubungan dalam konseling ditandai oleh
usaha saling memahami, menghargai dan menerima, yang memperlancar
proses menolong.15
Mortensen menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan
antarpribadi di mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk
meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.
Konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka antara konselor
dengan klien (siswa) yang berusaha memecahkan sebuah masalah dengan
mempertimbangkannya bersama-sama sehingga klien dapat memecahkan
masalahnya berdasarkan penentuan sendiri.
American Personnel and Guidance Association (APGA)
mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang
terlatih secara profesional dan individu yang memerlukan bantuan yang
13 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h.11-13. 14 I. Djumhur, Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: C.V. Ilmu,
1975), h. 29. 15 Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: Rajawali,
1985), cet. I, h. 181.
berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan
keputusan.16
Pengertian konseling berarti: "Bantuan yang diberikan kepada
individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara,
dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi
untuk mencapai kesejahteraan hidupnya".17
Dari beberapa pengertian mengenai bimbingan dan konseling di atas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling
merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh
pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap
muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki
kemampuan dalam menemukan masalahnya serta mampu memecahkan
masalahnya sendiri.
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan pribadi dalam
keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini
pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa dalam rangka
upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depan.
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar
peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta
menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri
lebih lanjut.
Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan agar
peserta didik mengenal lingkungannya secara obyektif, baik lingkungan
sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-
16 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2007), cet. I, h. 22-23. 17 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995),
cet. III, h. 5.
nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai
kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamir pula.
Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan,
dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan
mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut
bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya, keluarga dan
masyarakat.18
Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan akhir.
1. Secara umum, bimbingan dan konseling mempunyai tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan, yaitu tercapainya perkembangan kepribadian yang optimal dan harmonis di antara unsur-unsurnya yang meliputi fisik, mental, emosional, sosial, dan moral, bahkan spiritual.
2. Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa dalam menentukan pilihan-pilihannya yang tepat, sebab kesalahan dalam menentukan pilihan dapat menimbulkan masalah baru yang mungkin lebih buruk.
3. Adapun tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah agar siswa yang dibimbing dapat membimbing dirinya sendiri.19
Menurut Hallen A., dalam bukunya Bimbingan dan Konseling,
menguraikan beberapa fungsi bimbingan dan konseling, di antaranya
adalah:
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
2. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat menggangu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
3. Fungsi Pengentasan, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
4. Fungsi Pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik
18 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h.57-59. 19 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 15-16,
td.
dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.
5. Fungsi Advokasi, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.20
Menurut Paimun dalam diktatnya Bimbingan dan Konseling,
mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling di sekolah memilki
beberapa fungsi antara lain:
1. Fungsi pengembangan, yaitu membantu siswa dalam mengembangkan potensi (bakat, minat, kemampuan) dan wawasan, ilmu pengetahuan sikap dan nilai-nilai luhur serta keterampilan agar dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dirinya dan masyarakatnya.
2. Fungsi penyaluran, yaitu membantu siswa dalam menyalurkan bakat, minat, kemampuan, aspirasi atau cita-citanya. Penyaluran dapat diarahkan pada jenis lanjutan sekolah, pemilihan jurusan, kegiatan ekstra kurikuler, dan lapangan kerja yang sesuai dengan minat, bakat, cita-cita dan kepribadiannya.
3. Fungsi perbaikan, yaitu membantu siswa dalam memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan dalam cara berbicara, bersikap dan bertindak, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
4. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam rangka membantu siswa memperoleh penyesuaian dan memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal.
5. Fungsi pengadaptasian, yaitu fungsi membantu staf sekolah, khususnya guru, untuk menyesuaikan program pengajaran dan program bimbingan kepada kebutuhan dan tingkat perkembangan serta aspirasi siswa.21
3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno dan Erman Amti, rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan. Uraian berikut ini akan mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang telah diramu dari sejumlah sumber. Uraian berikut ini akan mengungkapkan sejumlah prinsip bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh Priyatno
20 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h. 60-62. 21 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, Diktat UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h.
15.
dkk dalam buku Seri Pemandu Pelaksana Bimbingan dan Konseling di Sekolah (1997). a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan:
1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.
2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
3) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.
4) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu: 1) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang
menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
2) Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan factor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.
c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan: 1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya
pendidikan dan pengembangan individu. 2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan
dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga. 3) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan
dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi. d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan
pelayanan: 1) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan
individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya.
2) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan tau desakan diri pembimbing atau pihak lain.
3) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
4) Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.
5) Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam
proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.22
4. Pelayanan-pelayanan Bimbingan dan Konseling
a. Pemberian Pengalaman-pengalaman Belajar yang Menantang
Tujuan pemberian pengalaman belajar yang menantang adalah
agar segala potensi yang ada pada anak dan sekaligus aspek-aspek
kepribadiannya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan-kegiatan
pelayanan bimbingan yang dapat diberikan di sekolah antara lain
pemberian tugas individual, pemberian tugas kelompok, kegiatan
kelompok diskusi, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan praktek, kegiatan
tutorial, berbagai kegiatan lomba, remedial teaching dan
karyawisata.23
Pemberian tugas individual kepada siswa merupakan salah satu
faktor yang dapat manunjang dalam rangka meningkatkan
keberhasilan belajar siswa. Dengan tugas individual, siswa dapat
memperdalam pemahamannya sendiri, dapat mengembangkan ilmu
pengetahuannya, dan siswa juga dapat melatih rasa tanggung jawab
atas tugas yang diberikan kepadanya. Dengan demikian, pemberian
tugas individual kepada siswa dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Untuk dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi
belajar, guru tidak hanya memberikan tugas individual, akan tetapi
siswa perlu diberikan tugas kelompok. Karena dengan tugas kelompok
siswa akan lebih mudah dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru. Dengan tugas kelompok, siswa dapat mengetahui
berbagai pendapat dari siswa lain yang dapat memperluas
wawasannya. Dengan demikian, pemberian tugas kelompok kepada
siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
22 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h. 63-65. 23 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 31, td
Dalam meningkatkan prestasi belajar, hendaklah siswa mengikuti
kegiatan-kegiatan yang dapat membantu meningkatkan prestasi
belajarnya, diantaranya adalah kegiatan kelompok diskusi, kegiatan ini
dapat melatih siswa dalam memperluas wawasannya, siswa juga dapat
memperdalam pemahamannya, dan dapat melatih siswa untuk
memupuk keberaniannya dalam memberikan sebuah pendapat. Dengan
demikian, kegiatan kelompok diskusi ini dapat membantu siswa dalam
menigkatkan prestasi belajarnya.
Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler juga dapat membantu
meningkatkan prestasi belajar. Dengan kegiatan ekstrakurikuler siswa
dapat memperluas wawasannya, dan juga siswa dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler
dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
Kegiatan lain yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan
prestasi belajarnya adalah kegiatan praktek. Dalam meningkatkan
pengetahuannya, siswa tidak hanya harus memahami sebuah teori,
akan tetapi siswa juga harus dapat mempraktekkan ilmu
pengetahuannya, agar pengetahuan dan pemahaman siswa lebih
mantap. Dengan demikian, kegiatan praktek dapat membantu siswa
dalam meningkatkan prestasi belajar.
Kegiatan tutorial juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan
prestasi belajarnya. Kegiatan tutorial sangat dibutuhkan oleh siswa,
karena dengan kegiatan tutorial, siswa dapat lebih memperdalam
pemahamannya, dan siswa juga dapat menambah pengetahuannya.
Dengan demikian, kegiatan tutorial ini, dapat membantu siswa dalam
meningkatkan prestasi belajarnya.
Pelaksananaan berbagai kegiatan lomba perlu diadakan di
lingkungan sekolah. Pelaksanaan kegiatan lomba tersebut diadakan
dalam rangka melatih siswa dalam mengembangkan bakat yang
dimilikinya, dan siswa juga dapat memupuk keberanian dalam
menghadapi sebuah tantangan yang dihadapinya. Dengan demikian,
kegiatan lomba tersebut dapat membantu siswa dalam meningkatkan
prestasi belajarnya.
Setiap siswa memiliki pemahaman yang berbeda-beda, terutama
dalam memahami sebuah pelajaran. Terkadang sebagian pengetahuan
yang sudah dipahami oleh siswa hilang. Agar dapat mengembalikan
pemahaman siswa tersebut, maka guru perlu memberikan kegiatan
remedial teaching. Karena dengan kegiatan tersebut, sebagian
pemahaman siswa yang hilang dapat dipahami kembali oleh siswa, dan
juga dapat menambah pemahaman tersebut. Dengan demikian,
kegiatan remedial teaching dapat membantu siswa dalam
meningkatkan prestasi belajarnya.
Kegiatan lain yang dapat membantu meningkatkan prestasi belajar
siswa adalah kegiatan karyawisata. Kegiatan karyawisata merupakan
kegiatan yang menyajikan bahan pelajaran dengan membawa siswa
langsung kepada objek yang akan dipelajari yang terdapat di luar
kelas. Dengan kegiatan karyawisata, siswa dapat memperluas
wawasannya, dan juga siswa dapat menambah pengalaman belajar di
luar kelas. Dengan demikian, kegiatan karyawisata ini dapat membantu
siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
Manfaat pelayanan pemberian pengalaman belajar yang
menantang ini adalah:
1) Mengembangkan dan menyalurkan potensi (bakat, minat,
kemampuan) dan cita-cita siswa.
2) Memperdalam pemahaman siswa dan memperluas wawasannya.
3) Mendukung keberhasilan belajar siswa.
4) Membantu memberikan arah tentang lanjutan pendidikan.
5) Melatih disiplin, tanggung jawab, toleransi, sportivitas dan
memupuk keberanian, serta menambah wawasan siswa, yang
kesemuanya itu akan menambah atau meningkatkan kualitas
kepribadian siswa.
6) Mengembangkan sosialitas siswa.
7) Menunjang kemandirian siswa.24
b. Pelayanan Informasi
Secara umum, layanan informasi memberikan pemahaman kepada
individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang
diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk
menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.25
Pelayanan informasi yang diberikan oleh siswa sangat diperlukan
dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Pelayanan-pelayanan
informasi yang dapat diberikan kepada siswa, diantaranya adalah
informasi tentang cara belajar. Dengan mengetahui informasi tentang
cara belajar, siswa dapat menggunakan waktu belajarnya dengan
sebaik-baiknya, siswa dapat belajar dengan tenang, teliti dan penuh
konsentrasi, sehingga pelajaran yang sudah dipelajarinya benar-benar
dapat dipahami.
Selain itu, pelayanan informasi yang perlu diberikan kepada siswa
adalah informasi tentang pembuatan jadwal dan pelaksanaannya. Agar
belajar siswa dapat berjalan dengan baik dan berhasil perlulah siswa
mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan teratur,
sehingga siswa dapat memperhitungkan waktunya untuk kegiatan-
kegiatan yang dilakukannya setiap hari, dan siswa dapat merencanakan
penggunaan belajar dengan cara menetapkan jenis-jenis mata
pelajarannya dan urutan-urutan yang harus dipelajarinya. Dengan
demikian, pelayanan-pelayanan informasi tersebut dapat membantu
siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
Pelayanan ini bertujuan agar para siswa mengetahui jenis-jenis
sekolah untuk melanjutkan pendidikan, jenis-jenis jabatan/pekerjaan
yang ada dalam masyarakat, serta jenis-jenis organisasi atau lembaga-
lembaga yang ada dalam masyarakat untuk selanjutnya bagi mereka
yang berpotensi, berbakat dan berminat dapat merencanakan untuk
24 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 31, td 25 Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), cet. I, h. 225-226.
memasukinya apabila telah selesai menempuh pendidikan yang
sekarang sedang berlangsung.
Manfaat pelayanan informasi sangat besar, terutama karena
pelayanan tersebut dapat mendorong motivasi untuk melanjutkan
pelajaran, menambah kemampuan dan keterampilan serta memilih
pekerjaan yang sesuai dengan cita-citanya, membantu menyalurkan
bakat dan cita-cita siswa, menunjang keberhasilan belajar, membantu
merencanakan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat,
latar belakang pendidikan dan kepribadiannya.26
c. Pelayanan Penempatan
Individu sering menjalani kesulitan dalam menentukan pilihan,
sehingga tidak sedikit individu yang bakat, kemampuan minat, dan
hobinya tidak tersalurkan dengan baik. Individu seperti itu tidak
mencapai perkembangan secara optimal. Mereka memerlukan bantuan
atau bimbingan dari orang-orang dewasa, terutama konselor, dalam
menyalurkan potensi dan mengembangkan dirinya.27
Tujuan pelayanan penempatan ialah agar siswa dapat mencapai
keberhasilan dalam belajar. Untuk itu diberikanlah pelayanan
penempatan dalam kelas, penempatan dalam jurusan atau program
yang sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya, penempatan
dalam kelompok belajar yang sesuai, penempatan dalam kegiatan
ekstra kurikuler sesuai bakat, minat, kemampuan dan sesuai pula
dengan pola atau kondisi kepribadiannya. Bagi siswa yang
melanjutkan ke perguruan tinggi dibantu untuk memilih jurusan dan
fakultas yang sesuai dengan aspirasinya (cita-citanya).
Manfaat pelayanan penempatan adalah membantu siswa agar
dapat berhasil dalam belajar, dapat mencari dan memilih pekerjaan
setelah tamat belajar, potensi siswa dapat berkembang, dapat
26 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 32, td 27 Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), cet. I, h. 272.
menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan menunjang tercapainya
cita-cita.28
Selain itu, layanan penempatan terhadap siswa akan membawa
keuntungan bagi siswa yang bersangkutan, yaitu memberikan
penyesuaian dan pemeliharaan terhadap kondisi individual siswa.
Sebagai contoh penempatan dalam kelas. Siswa yang matanya kurang
melihat dan memiliki pendengaran yang lemah hendaklah diberikan
tempat duduk paling depan, agar siswa tersebut dapat lebih memahami
pelajaran yang diberikan oleh guru. Contoh lain adalah penempatan
siswa menurut minatnya masing-masing. Selain memberikan
keuntungan bagi siswa, layanan penempatan juga memberikan
keuntungan bagi guru, khususnya dalam kaitannya dengan pengelolaan
kelas, dengan penempatan yang tepat menjadi lebih mudah
menggerakkan dan mengembangkan semangat belajar siswa.
Dengan demikian, layanan penempatan bagi siswa, dapat
membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan istilah yang sudah lazim dalam dunia
pendidikan, meskipun ini merupakan predikat yang masih umum dan luas
penggunaanya. Istilah prestasi belajar diberikan kepada keadaan yang
menggambarkan tentang hasil yang optimal dari satu aktivitas belajar,
sehingga arti prestasi belajar tidak bisa dipisahkan dari pengertian belajar.
Oleh karena itu, akan dikemukakan pengertian dari masing-masing
kedua kata tersebut.
Prestasi artinya hasil yang telah dicapai.29
28 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 33, td 29 Pius A. Partanto, M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
1994), h. 623.
Prestasi adalah hasil dari usaha kegiatan yang telah dilakukan,
diciptakan, baik secara kelompok maupun sendiri. Dalam kamus populer
dinyatakan bahwa "prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil
pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan
keuletan kerja".30
Dalam kamus populer, dinyatakan prestasi belajar adalah apa yang
terjadi diciptakan, hasil penghargaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan belajar.31
M. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa prestasi merupakan "sesuatu
yang digunakan untuk menilai hasil belajar yang diberikan kepada siswa-
siswanya atau dosen kepada mahasiswanya dalam waktu tertentu".32
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan
belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi.
a. Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan: "Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengamalannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)."
b. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa: "Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi."
c. Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan: "Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman."
d. Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan: "Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
30 S. F. Habeyb, Kamus Populer, (Jakarta: Nurani, 1983), h. 296. 31 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. IV, h.
700. 32 M. Ngalim Purwanto, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Nasco, 1997), h. 6.
menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian." 33
Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru, beberapa ahli mendefinisikan belajar sebagai
berikut:
1) Skinner, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif.
2) Chaplin, membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama mendefinisikan belajar sebagai perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya mendefinisikan belajar sebagai proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
3) Hintzman, berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disesbabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
4) Wittig, berpendapat bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
5) Rober, membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.34
Dari berbagai pengertian belajar di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik. Untuk
dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relatif menetap, harus
merupakan akhir dari pada proses waktu yang panjang. Selain itu, belajar
juga merupakan proses perubahan dan kecakapan pada diri individu yang
disadari, bukan dari hasil proses yang tidak disadari.
Setelah mengemukakan penjelasan mengenai pengertian prestasi dan
belajar, maka penulis mengemukakan penjelasan mengenai pengertian
prestasi belajar.
33 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990),
cet. V, h. 84. 34 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 90-91.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar.35
Setiap pendidik baik orang tua maupun guru selalu mengharapkan
prestasi yang baik dari anak-anak didiknya. Karena prestasi belajar
merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar mengajar dalam jangka
waktu tertentu. Prestasi merupakan hasil dari proses belajar yang di
dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, baik faktor
dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern).
Proses belajar mengajar pada dasarnya diarahkan agar terjadinya
perubahan pada diri siswa, baik dalam pengetahuan, keterampilan,
maupun dalam sikapnya. Indikator dari perubahan itu biasanya akan
tampak pada prestasi belajarnya.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud
prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai secara optimal selama
berlangsungnya mekanisme belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil
belajar yang diperoleh tidak hanya sekedar berupa pengetahuan melainkan
juga dapat berbentuk perilaku yang ditunjukkan siswa.
Prestasi belajar dapat diketahui dari penilaian guru terhadap hasil
belajar siswa. Penilaian tersebut dapat berbentuk penilaian terhadap
kemampuan kognitisi, afeksi dan psikomotorik siswa, tes harian, tes
semester, dan ujian akhir. Prestasi belajar yang dimaksud di sini adalah
nilai raport siswa.
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam
35 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1999), cet. I, h. 37.
Sebelum membahas mengenai pengertian pendidikan agama Islam,
penulis terlebih dahulu membahas mengenai pengertian pendidikan dan
agama Islam.
Pendidikan artinya proses perubahan tingkah laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.36
Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.
Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai
sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang
sesuai dengan kebutuhan.37
Menurut Saliman dan Sudarsono dalam bukunya Kamus Pendidikan,
Pengajaran, dan Umum, mengartikan pendidikan sebagai semua
perbuatan dari seorang pendidik untuk mengalihkan pengetahuannya,
pengalamannya, kecakapannya serta keterampilannya.38
Berdasarkan kamus pendidikan yang berjudul Dictionary of
Education, pendidikan diartikan:
1. Serangkaian proses dengannya seseorang atau anak mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai atau berguna di masyarakat.
2. Proses sosial dimana orang-orang atau anak-anak dipengaruhi dengan lingkungan yang (sengaja) dipilih dan dikendalikan (misalnya oleh guru di sekolah) sehingga mereka memperoleh kemampuan-kemampuan sosial dan perkembangan individual.
Beberapa ahli pendidikan mengartikan pendidikan sebagai berikut:
36 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet. II, h. 263. 37 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), cet. III, h.10-11. 38 Saliman, Sudarsono, Kamus Pendidikan, Pengajaran, dan Umum, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994), Cet. I, h. 178.
1. Langeveld: Mendidik ialah mempengaruhi anak dalam upaya membimbingnya agar menjadi dewasa. Usaha membimbing haruslah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja.
2. Hoogveld: Mendidik membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.
3. SA. Branata, dkk: Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.
4. Ki Hajar Dewantara: Mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.39
Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pada Bab I,
Pasal 1, Ayat 1, menjelaskan bahwa pendidikan adalah "usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara"40
Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan sering dimaknai
sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan, baik potensi jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Selain
itu, dalam pengertian yang umum, pendidikan juga diartikan dengan
proses bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang dilakukan oleh manusia
kepada manusia lain dalam rangka pencapaian kedewasaan.
Selain itu, ada beberapa ahli pendidikan lain mengartikan pendidikan
sebagai berikut:
1. John Dewey, memandang pendidikan sebagai suatu rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang didapat berikutnya.
2. John S. Brubacher, menurutnya pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan dan kapasitas manusia yang
39 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. I,
h. 5-6. 40 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. I, h. 7.
mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
3. Carter V. Good, mendefinisikan pendidikan dalam 2 (dua) perspektif. Pertama, pendidikan merupakan keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat di tempat hidupnya. Kedua, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khusus yang datang dari sekolah), sehingga orang tersebut bisa mendapat atau mengalami perkembangan kemampuan sosial maupun kemampuan individual sevara optimal.41
4. Plato, menurutnya pendidikan adalah mengasuh jasmani dan rohani, supaya sampai kepada keindahan dan kesempurnaan yang mungkin dicapai.
5. Jules Simon, menurutnya pendidikan ialah jalan untuk merubah akal menjadi akal yang lain dan merubah hati menjadi hati yang lain.
6. John Milton, menurutnya pendidikan yang sempurna ialah mendidik anak-anak, supaya dapat melaksanakan segala pekerjaan, baik pekerjaan khusus atau umum dengan ketelitian, kejujuran dan kemahiran, baik waktu aman atau waktu peperangan.
7. Pestalozzi, menurutnya pendidikan ialah menumbuhkan segala tenaga anak-anak dengan pertumbuhan yang sempurna, lagi seimbang.
8. Herbert Spencer, menurutnya pendidikan ialah menyiapkan manusia, supaya hidup dengan kehidupan yang sempurna.
9. Sully, menurutnya pendidikan ialah menyucikan tenaga tabi'at anak-anak, supaya dapat hidup berbudi luhur, berbadan sehat serta berbahagia.42
Theodore Mayer Greene mengajukan definisi pendidikan yang sangat
umum: pendidikan adalah usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk
suatu kehidupan yang bermakna.
Selain itu, Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani
dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.43
41 Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. I, h. 1-2. 42 Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hidakarya
Agung), h. 5. 43 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Rosdakarya, 1996)
cet. II, h. 5-6.
Sementara, pendidikan menurut George F. Kneller, memiliki arti luas
dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau
pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak ataupun
kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses
mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan dari
generasi ke generasi yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-
lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi atau lembaga-
lembaga lain.44
Dari berbagai uraian pengertian pendidikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh
seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai
perkembangan maksimal yang positif.
Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai
petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan
manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta
mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada
masyarakat serta alam sekitarnya.
Agama sebagai sumber sistem nilai, merupakan petunjuk, pedoman
dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah
hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya dan
militer, sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan perilaku
manusia yang menuju kepada keridhaan Allah.
Agama Islam adalah Agama Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang
mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-
ketentuan ibadah dan mu'amalah (syariah), yang menentukan proses
berfikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati.45
44 Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. I, h. 3. 45 Abu Ahmadi, Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), cet. IV, h. 4.
Menurut Abuddin Nata, Islam menurut istilah adalah mengacu kepada
agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan
berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad
SAW.46
Islam sebagai agama wahyu yang memberi bimbingan kepada
manusia mengenai semua aspek hidup dan kehidupannya, dapat
diibaratkan seperti jalan raya yang lurus dan mendaki, memberi peluang
kepada manusia yang melaluinya sampai ke tempat yang di tuju, tempat
tertinggi dan mulia. Jalan raya itu lempang dan lebar, kiri kanannya
berpagar al-Qur'an dan al-Hadits. Pada jalan itu terdapat juga rambu-
rambu, tanda-tanda, serta jalur-jalur sebanyak aspek kehidupan manusia.47
Di dalam GBPP (Garis-Garis Besar Program Pengajaran) pendidikan
agama Islam di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam
adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.48
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.49
Menurut Zakiah Daradjat, dkk mengemukakan beberapa pengertian
tentang pendidikan agama Islam, diantaranya adalah:
46 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), cet. VII,
h. 65. 47 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), cet. II, h. 50. 48 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet.
II, h. 75-76. 49 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. I, h. 130.
a. Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).
b. Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.
c. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.50
Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha
sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan,
kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi
manusia bertaqwa kepada Allah SWT. Sedangkan A. Tafsir, Pendidikan
Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada
seseorang, agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
Islam.51
Jadi, pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa
faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari
dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya.
Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian
hasil belajar.
50Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. V, h. 86.
51 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. I, h. 130-131.
a. Faktor Internal
1. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat,
sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat
mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.
Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang
baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa
karena konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab lainnya,
ini dapat mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Karena
itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap oarng baik
fisik maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar
dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.52
2. Inteligensi
Tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa tak dapat
diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi
seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih
sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi
seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih
sukses. 53
3. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai
dengan rasa senang.54 Minat dapat timbul karena daya tarik dari
luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap
52 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, h. 55 53 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 134. 54 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), cet. IV, h. 57.
sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau
memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat
belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang
kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang
baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang
besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya
minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.55
4. Bakat
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang. Setiap orang pasti memilki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu
sesuai dengan kapasitas masing-masing. Dengan demikian, bakat
akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.56
5. Motivasi
Motivasi adalah daya pendorong untuk melakukan sesuatu
pekerjaan. Yang berasal dari dalam diri dan juga dari luar.
Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan
yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan
pentingnya sesuatu. Atau dapat juga karena dorongan bakat apabila
ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang
berasal dari luar (ektrinsik) yaitu dorongan yang datang dari teman
dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi
kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan
sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar
dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau
mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.57
55 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, h. 56. 56 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 135-136. 57 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, h. 57.
6. Cara Belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian
hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik di faktor
fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil
yang kurang memuaskan.
Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa
istirahat yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar
harus ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak
serta organ tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.58
b. Faktor Eksternal
1. Motivasi Orang Tua
Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang
menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi
rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan,
cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau
tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua
dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah,
semua itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.
2. Motivasi dari Teman Yang Berprestasi
Motivasi dari teman yang berprestasi juga mempengaruhi
prestasi belajar seseorang. Apabila seseorang mengalami kesulitan
dalam memahami suatu pelajaran, maka seorang teman yang
berprestasi dapat membantu mengatasi kesulitan dalam memahami
pelajaran tersebut. Seorang teman yang berprestasi juga dapat
memberikan dorongan kepada seseorang untuk belajar lebih giat
lagi orang tersebut mendapatkan hasil belajar yang baik.
Sebaliknya, teman yang kurang berprestasi biasanya kurang
memberikan motivasi kepada seseorang dan kurang membantu
58 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 57-58.
mengatasi dalam memahami kesulitan belajar seseorang. Hal itu
dapat mengurangi prestasi belajar seseorang.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pendidikan
Agama Islam
1. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kondisi pembelajaran agama Islam adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan hasil
pembelajaran pendidikan agama Islam.
Faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran pendidikan
agama Islam, yaitu ditinjau dari aspek tujuan pembelajaran pendidikan
agama Islam, tujuan yang akan dicapai adalah mengantarkan peserta
didik mampu memilih Al-Qur'an sebagai sebagai pedoman hidup,
mampu menghargai Al-Qur'an sebagai pilihannya yang paling benar,
serta mampu bertindak dan mengamalkan pilihannya.
Ditinjau dari aspek karakteristik bidang studi pendidikan agama
Islam, pendidikan agama Islam menuntut adanya fakta, hukum/dalil,
prinsip dan keimnanan yang menyajikan kebenaran Al-Qur'an sebagai
pedoman hidup umat manusia.
Ditinjau dari aspek karakteristik peserta didik secara individual,
peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal
kemampuan gaya belajar, perkembangan moral, perkembangan
kepercayaan, dan perkembangan kognitif.
Ditinjau dari faktor kendala sumber belajar yang tersedia, ada
yang memilki laboratorium lengkap, ada yang kurang lengkap, bahkan
ada yang tidak memilikinya: ada yang sudah memiliki sarana
prasarana lengkap untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran
yang optimal, dan ada yang memiliki sarana prasarana seadanya.59
59 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet.
ke-2, h. 146-147.
2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Metode pembelajaran pendidikan agama Islam dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu strategi penyampaian dan strategi pengelolaan
pembelajaran.
Strategi penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah
metode-metode penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
dikembangkan untuk membuat siswa dapat merespons dan menerima
pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan mudah, cepat, menyenangkan.
Karena itu penempatan strategi penyampaian perlu menerima serta
merespons masukan dari peserta didik. Dengan demikian, strategi
penyampaian mencakup bahan-bahan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan pembelajaran yang lain, media pembelajaran
merupakan satu komponen penting dan menjadi kajian utama dalam
strategi ini. Strategi penyampaian ini berfungsi sebagai penyampaian isi
pembelajaran kepada peserta didik dan menyediakan informasi yang
diperlukan peserta didik.
Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata
interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode
pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi
pembelajaran. Strategi pengelolaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam berupaya untuk menata interaksi peserta didik dengan
memperhatikan empat hal, yaitu penjadwalan kegiatan pembelajaran yang
menunjukkan tahap-tahap kegiatan yang harus ditempuh peserta didik
dalam pembelajaran, pembuatan catatan kemajuan belajar peserta didik
melalui penilaian yang komprehensif dan berkala selama proses
pembelajaran berlangsung maupun sesudahnya, pengelolaan motivasi
peserta didik dengan menciptakan cara-cara yang mampu meningkatkan
motivasi belajar peserta didik, dan kontrol belajar yang mengacu kepada
pemberian kebebasan untuk memilih tindakan belajar sesuai dengan
karakteristik peserta didik.60
3. Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Hasil pembelajaran pendidikan agama Islam dapat berupa hasil nyata,
yaitu hasil belajar pendidikan agama Islam yang dicapai peserta didik
secara nyata karena digunakannya suatu metode pembelajaran pendidikan
agama Islam tertentu yang dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada.
Selain hasil pembelajaran pendidikan agama Islam yang dapat berupa hasil
nyata, hasil pembelajaran pendidikan agama Islam juga dapat berupa hasil
yang diinginkan, yang merupakan tujuan yang dicapai yang biasanya
sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran pendidikan
agama Islam dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang
paling baik untuk digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada
dan hasil yang diinginkan.61
60 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet.
ke-2, h. 151-155. 61 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet.
ke-2, h. 146-156.
BAB II
KAJIAN TEORI
C. Bimbingan dan Konseling 5. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Dilihat dari asal kata bimbingan yaitu bimbing, yang artinya pimpin;
asuh; tuntun. Sedangkan bimbingan artinya petunjuk (penjelasan) cara
mengerjakan sesuatu. 62
Bimbingan merupakan bantuan yang dapat diberikan oleh pribadi
yang terdidik dan wanita atau pria yang terlatih, kepada setiap individu
yang usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan hidup,
mengembangkan sudut pandangannya, mengambil keputusannya sendiri
dan menanggung bebannya sendiri.63
Menurut Saliman dan Sudarsono dalam bukunya Kamus Pendidikan,
Pengajaran, dan Umum, mengartikan bimbingan sebagai bantuan yang
diberikan kepada murid untuk menemukan sendiri dan memberi respon
yang tepat atas kemauan sendiri dalam masalah studi dan sosial.64
Menurut Hallen A. di dalam bukunya Bimbingan dan Konseling,
mengemukakan beberapa definisi mengenai bimbingan:
6. Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year's Book of Education 1955, yang menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
7. Stoops dan Walquist, mendefinisikan bahwa bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
62 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet. II, h. 152. 63 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1983), h. 64. 64 Saliman, Sudarsono, Kamus Pendidikan, Pengajaran, dan Umum, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994), Cet. I, h. 33.
8. Menurut Crow & Crow, bimbingan diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik berpendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan dalam hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri.
9. Menurut Arthur J. Jones, seperti yang dikuti oleh DR. Tohari Musnamar, mendefinisikan bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan problem-problem.
10. DR. Rachman Natawidjaja, menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, serta kehidupan umumnya.65
Menurut Bimo Walgito dalam bukunya Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, mengemukakan bahwa "Bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-
individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam
kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat
mencapai kesejahteraan hidupnya".66
Sedangkan menurut Paimun dalam diktatnya Bimbingan dan
Konseling, mengemukakan bahwa "Bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus,
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga sanggup
mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai tuntutan dan keadaan
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan demikian dia dapat
mengecap kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang
berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya".67
Dari uaraian-uraian di atas dapat disimpulkan mengenai pengertian
bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan
sistematis kepada incividu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya,
65 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h.3-5. 66 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995),
cet. III, h.4. 67 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 9, td.
agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya dan kemampuan
untuk mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya
dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga,
sekolah, maupun masyarakat.
Sedangkan pengertian konseling yaitu pemberian bimbingan oleh
yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis;
pengarahan, atau pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli
sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri
meningkat dalam memecahkan berbagai masalah; penyuluhan.68
Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di mana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing atau konselor dengan klien; dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mangarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagian pribadi dan kemanfaatan sosial. Berikut ini akan dikemukakan beberapa karakteristik yang terkandung dalam pengertian konseling, sebagaimana yang dikutipkan oleh Shertzer dan Stone dalam bukunya Fundamental of Counseling dari Patterson: 1. Konseling ialah berhubungan dengan usaha untuk mempengaruhi
perubahan sebagian besar tingkah laku klien secara sukarela (klien ingin untuk mengubah dan mendapatkan bantuan dari konselor).
2. Maksud dari konseling ialah menyajikan kondosi yang dapat memperlancar dan mempermudah perubahan sukarela itu (kondisi-kondisi yang demikian itu adalah merupakan kewajiban individu dalam menentukan pilihan yang tepat untuk berdiri sendiri dan memperoleh kepercayaan diri sendiri).
3. Kondisi yang memperlancar perubahan tingkah laku itu diselenggarakan melalui wawancara (tidak semua wawancara adalah konseling, tetapi konseling selalu menyangkut wawancara).
4. Suasana mendengar terjadi dalam konseling, tetapi tidak semua proses konseling itu terdiri dari mendengar itu saja.
5. Konselor memahami klien. 6. Konseling diselenggarakan dalam suasana pribadi dan hasilnya
dirahasiakan.
68 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet. II, h. 588.
7. Klien mempunyai masalah-masalah psikologis dan konselor memiliki keterampilan atau keahlian dalam membantu memecahkan masalah-masalah psikologis yang dihadapi klien.69
Pelayanan dengan konseling dimaksudkan untuk memberikan bantuan
kepada individu dalam memecahkan masalahnya secara individuil. James
F. Adams menjelaskan bahwa "konseling adalah suatu pertalian timabal
balik antara dua orang individu di mana yang seorang (counselor)
membantu yang lain (counselee), supaya ia dapat lebih baik memahami
dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang
dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang".70
Menurut Kartini Kartono, konseling ialah wawancara yang melibatkan
dua pihak, konselor dan konseli, dalam pergumulan memahami dan
merumuskan masalah, mencari jalan keluar dan melaksanakan jalan
keluar. Wawancara konseling dilakukan dalam interaksi/hubungan antara
penolong dengan yang ditolong. Hubungan dalam konseling ditandai oleh
usaha saling memahami, menghargai dan menerima, yang memperlancar
proses menolong.71
Mortensen menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan
antarpribadi di mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk
meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.
Konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka antara konselor
dengan klien (siswa) yang berusaha memecahkan sebuah masalah dengan
mempertimbangkannya bersama-sama sehingga klien dapat memecahkan
masalahnya berdasarkan penentuan sendiri.
American Personnel and Guidance Association (APGA)
mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang
terlatih secara profesional dan individu yang memerlukan bantuan yang
69 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h.11-13. 70 I. Djumhur, Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: C.V. Ilmu,
1975), h. 29. 71 Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: Rajawali,
1985), cet. I, h. 181.
berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan
keputusan.72
Pengertian konseling berarti: "Bantuan yang diberikan kepada
individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara,
dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi
untuk mencapai kesejahteraan hidupnya".73
Dari beberapa pengertian mengenai bimbingan dan konseling di atas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling
merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh
pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap
muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki
kemampuan dalam menemukan masalahnya serta mampu memecahkan
masalahnya sendiri.
6. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan pribadi dalam
keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini
pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa dalam rangka
upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depan.
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar
peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta
menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri
lebih lanjut.
Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan agar
peserta didik mengenal lingkungannya secara obyektif, baik lingkungan
sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-
72 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2007), cet. I, h. 22-23. 73 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995),
cet. III, h. 5.
nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai
kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamir pula.
Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan,
dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan
mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut
bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya, keluarga dan
masyarakat.74
Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan akhir.
4. Secara umum, bimbingan dan konseling mempunyai tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan, yaitu tercapainya perkembangan kepribadian yang optimal dan harmonis di antara unsur-unsurnya yang meliputi fisik, mental, emosional, sosial, dan moral, bahkan spiritual.
5. Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa dalam menentukan pilihan-pilihannya yang tepat, sebab kesalahan dalam menentukan pilihan dapat menimbulkan masalah baru yang mungkin lebih buruk.
6. Adapun tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah agar siswa yang dibimbing dapat membimbing dirinya sendiri.75
Menurut Hallen A., dalam bukunya Bimbingan dan Konseling,
menguraikan beberapa fungsi bimbingan dan konseling, di antaranya
adalah:
6. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
7. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat menggangu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
8. Fungsi Pengentasan, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
9. Fungsi Pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik
74 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h.57-59. 75 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 15-16,
td.
dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.
10. Fungsi Advokasi, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.76
Menurut Paimun dalam diktatnya Bimbingan dan Konseling,
mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling di sekolah memilki
beberapa fungsi antara lain:
6. Fungsi pengembangan, yaitu membantu siswa dalam mengembangkan potensi (bakat, minat, kemampuan) dan wawasan, ilmu pengetahuan sikap dan nilai-nilai luhur serta keterampilan agar dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dirinya dan masyarakatnya.
7. Fungsi penyaluran, yaitu membantu siswa dalam menyalurkan bakat, minat, kemampuan, aspirasi atau cita-citanya. Penyaluran dapat diarahkan pada jenis lanjutan sekolah, pemilihan jurusan, kegiatan ekstra kurikuler, dan lapangan kerja yang sesuai dengan minat, bakat, cita-cita dan kepribadiannya.
8. Fungsi perbaikan, yaitu membantu siswa dalam memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan dalam cara berbicara, bersikap dan bertindak, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
9. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam rangka membantu siswa memperoleh penyesuaian dan memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal.
10. Fungsi pengadaptasian, yaitu fungsi membantu staf sekolah, khususnya guru, untuk menyesuaikan program pengajaran dan program bimbingan kepada kebutuhan dan tingkat perkembangan serta aspirasi siswa.77
7. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno dan Erman Amti, rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan. Uraian berikut ini akan mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang telah diramu dari sejumlah sumber. Uraian berikut ini akan mengungkapkan sejumlah prinsip bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh Priyatno
76 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h. 60-62. 77 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, Diktat UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h.
15.
dkk dalam buku Seri Pemandu Pelaksana Bimbingan dan Konseling di Sekolah (1997). a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan:
1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.
2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
3) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.
4) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu: 3) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang
menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
4) Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan factor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.
c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan: 4) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya
pendidikan dan pengembangan individu. 5) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan
dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga. 6) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan
dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi. d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan
pelayanan: 6) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan
individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya.
7) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan tau desakan diri pembimbing atau pihak lain.
8) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
9) Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.
10) Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam
proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.78
8. Pelayanan-pelayanan Bimbingan dan Konseling
a. Pemberian Pengalaman-pengalaman Belajar yang Menantang
Tujuan pemberian pengalaman belajar yang menantang adalah
agar segala potensi yang ada pada anak dan sekaligus aspek-aspek
kepribadiannya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan-kegiatan
pelayanan bimbingan yang dapat diberikan di sekolah antara lain
pemberian tugas individual, pemberian tugas kelompok, kegiatan
kelompok diskusi, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan praktek, kegiatan
tutorial, berbagai kegiatan lomba, remedial teaching dan
karyawisata.79
Pemberian tugas individual kepada siswa merupakan salah satu
faktor yang dapat manunjang dalam rangka meningkatkan
keberhasilan belajar siswa. Dengan tugas individual, siswa dapat
memperdalam pemahamannya sendiri, dapat mengembangkan ilmu
pengetahuannya, dan siswa juga dapat melatih rasa tanggung jawab
atas tugas yang diberikan kepadanya. Dengan demikian, pemberian
tugas individual kepada siswa dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Untuk dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi
belajar, guru tidak hanya memberikan tugas individual, akan tetapi
siswa perlu diberikan tugas kelompok. Karena dengan tugas kelompok
siswa akan lebih mudah dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru. Dengan tugas kelompok, siswa dapat mengetahui
berbagai pendapat dari siswa lain yang dapat memperluas
wawasannya. Dengan demikian, pemberian tugas kelompok kepada
siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
78 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h. 63-65. 79 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 31, td
Dalam meningkatkan prestasi belajar, hendaklah siswa mengikuti
kegiatan-kegiatan yang dapat membantu meningkatkan prestasi
belajarnya, diantaranya adalah kegiatan kelompok diskusi, kegiatan ini
dapat melatih siswa dalam memperluas wawasannya, siswa juga dapat
memperdalam pemahamannya, dan dapat melatih siswa untuk
memupuk keberaniannya dalam memberikan sebuah pendapat. Dengan
demikian, kegiatan kelompok diskusi ini dapat membantu siswa dalam
menigkatkan prestasi belajarnya.
Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler juga dapat membantu
meningkatkan prestasi belajar. Dengan kegiatan ekstrakurikuler siswa
dapat memperluas wawasannya, dan juga siswa dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler
dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
Kegiatan lain yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan
prestasi belajarnya adalah kegiatan praktek. Dalam meningkatkan
pengetahuannya, siswa tidak hanya harus memahami sebuah teori,
akan tetapi siswa juga harus dapat mempraktekkan ilmu
pengetahuannya, agar pengetahuan dan pemahaman siswa lebih
mantap. Dengan demikian, kegiatan praktek dapat membantu siswa
dalam meningkatkan prestasi belajar.
Kegiatan tutorial juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan
prestasi belajarnya. Kegiatan tutorial sangat dibutuhkan oleh siswa,
karena dengan kegiatan tutorial, siswa dapat lebih memperdalam
pemahamannya, dan siswa juga dapat menambah pengetahuannya.
Dengan demikian, kegiatan tutorial ini, dapat membantu siswa dalam
meningkatkan prestasi belajarnya.
Pelaksananaan berbagai kegiatan lomba perlu diadakan di
lingkungan sekolah. Pelaksanaan kegiatan lomba tersebut diadakan
dalam rangka melatih siswa dalam mengembangkan bakat yang
dimilikinya, dan siswa juga dapat memupuk keberanian dalam
menghadapi sebuah tantangan yang dihadapinya. Dengan demikian,
kegiatan lomba tersebut dapat membantu siswa dalam meningkatkan
prestasi belajarnya.
Setiap siswa memiliki pemahaman yang berbeda-beda, terutama
dalam memahami sebuah pelajaran. Terkadang sebagian pengetahuan
yang sudah dipahami oleh siswa hilang. Agar dapat mengembalikan
pemahaman siswa tersebut, maka guru perlu memberikan kegiatan
remedial teaching. Karena dengan kegiatan tersebut, sebagian
pemahaman siswa yang hilang dapat dipahami kembali oleh siswa, dan
juga dapat menambah pemahaman tersebut. Dengan demikian,
kegiatan remedial teaching dapat membantu siswa dalam
meningkatkan prestasi belajarnya.
Kegiatan lain yang dapat membantu meningkatkan prestasi belajar
siswa adalah kegiatan karyawisata. Kegiatan karyawisata merupakan
kegiatan yang menyajikan bahan pelajaran dengan membawa siswa
langsung kepada objek yang akan dipelajari yang terdapat di luar
kelas. Dengan kegiatan karyawisata, siswa dapat memperluas
wawasannya, dan juga siswa dapat menambah pengalaman belajar di
luar kelas. Dengan demikian, kegiatan karyawisata ini dapat membantu
siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
Manfaat pelayanan pemberian pengalaman belajar yang
menantang ini adalah:
1) Mengembangkan dan menyalurkan potensi (bakat, minat,
kemampuan) dan cita-cita siswa.
2) Memperdalam pemahaman siswa dan memperluas wawasannya.
3) Mendukung keberhasilan belajar siswa.
4) Membantu memberikan arah tentang lanjutan pendidikan.
5) Melatih disiplin, tanggung jawab, toleransi, sportivitas dan
memupuk keberanian, serta menambah wawasan siswa, yang
kesemuanya itu akan menambah atau meningkatkan kualitas
kepribadian siswa.
6) Mengembangkan sosialitas siswa.
7) Menunjang kemandirian siswa.80
b. Pelayanan Informasi
Secara umum, layanan informasi memberikan pemahaman kepada
individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang
diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk
menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.81
Pelayanan informasi yang diberikan oleh siswa sangat diperlukan
dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Pelayanan-pelayanan
informasi yang dapat diberikan kepada siswa, diantaranya adalah
informasi tentang cara belajar. Dengan mengetahui informasi tentang
cara belajar, siswa dapat menggunakan waktu belajarnya dengan
sebaik-baiknya, siswa dapat belajar dengan tenang, teliti dan penuh
konsentrasi, sehingga pelajaran yang sudah dipelajarinya benar-benar
dapat dipahami.
Selain itu, pelayanan informasi yang perlu diberikan kepada siswa
adalah informasi tentang pembuatan jadwal dan pelaksanaannya. Agar
belajar siswa dapat berjalan dengan baik dan berhasil perlulah siswa
mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan teratur,
sehingga siswa dapat memperhitungkan waktunya untuk kegiatan-
kegiatan yang dilakukannya setiap hari, dan siswa dapat merencanakan
penggunaan belajar dengan cara menetapkan jenis-jenis mata
pelajarannya dan urutan-urutan yang harus dipelajarinya. Dengan
demikian, pelayanan-pelayanan informasi tersebut dapat membantu
siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
Pelayanan ini bertujuan agar para siswa mengetahui jenis-jenis
sekolah untuk melanjutkan pendidikan, jenis-jenis jabatan/pekerjaan
yang ada dalam masyarakat, serta jenis-jenis organisasi atau lembaga-
lembaga yang ada dalam masyarakat untuk selanjutnya bagi mereka
yang berpotensi, berbakat dan berminat dapat merencanakan untuk
80 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 31, td 81 Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), cet. I, h. 225-226.
memasukinya apabila telah selesai menempuh pendidikan yang
sekarang sedang berlangsung.
Manfaat pelayanan informasi sangat besar, terutama karena
pelayanan tersebut dapat mendorong motivasi untuk melanjutkan
pelajaran, menambah kemampuan dan keterampilan serta memilih
pekerjaan yang sesuai dengan cita-citanya, membantu menyalurkan
bakat dan cita-cita siswa, menunjang keberhasilan belajar, membantu
merencanakan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat,
latar belakang pendidikan dan kepribadiannya.82
c. Pelayanan Penempatan
Individu sering menjalani kesulitan dalam menentukan pilihan,
sehingga tidak sedikit individu yang bakat, kemampuan minat, dan
hobinya tidak tersalurkan dengan baik. Individu seperti itu tidak
mencapai perkembangan secara optimal. Mereka memerlukan bantuan
atau bimbingan dari orang-orang dewasa, terutama konselor, dalam
menyalurkan potensi dan mengembangkan dirinya.83
Tujuan pelayanan penempatan ialah agar siswa dapat mencapai
keberhasilan dalam belajar. Untuk itu diberikanlah pelayanan
penempatan dalam kelas, penempatan dalam jurusan atau program
yang sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya, penempatan
dalam kelompok belajar yang sesuai, penempatan dalam kegiatan
ekstra kurikuler sesuai bakat, minat, kemampuan dan sesuai pula
dengan pola atau kondisi kepribadiannya. Bagi siswa yang
melanjutkan ke perguruan tinggi dibantu untuk memilih jurusan dan
fakultas yang sesuai dengan aspirasinya (cita-citanya).
Manfaat pelayanan penempatan adalah membantu siswa agar
dapat berhasil dalam belajar, dapat mencari dan memilih pekerjaan
setelah tamat belajar, potensi siswa dapat berkembang, dapat
82 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 32, td 83 Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), cet. I, h. 272.
menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan menunjang tercapainya
cita-cita.84
Selain itu, layanan penempatan terhadap siswa akan membawa
keuntungan bagi siswa yang bersangkutan, yaitu memberikan
penyesuaian dan pemeliharaan terhadap kondisi individual siswa.
Sebagai contoh penempatan dalam kelas. Siswa yang matanya kurang
melihat dan memiliki pendengaran yang lemah hendaklah diberikan
tempat duduk paling depan, agar siswa tersebut dapat lebih memahami
pelajaran yang diberikan oleh guru. Contoh lain adalah penempatan
siswa menurut minatnya masing-masing. Selain memberikan
keuntungan bagi siswa, layanan penempatan juga memberikan
keuntungan bagi guru, khususnya dalam kaitannya dengan pengelolaan
kelas, dengan penempatan yang tepat menjadi lebih mudah
menggerakkan dan mengembangkan semangat belajar siswa.
Dengan demikian, layanan penempatan bagi siswa, dapat
membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
D. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan istilah yang sudah lazim dalam dunia
pendidikan, meskipun ini merupakan predikat yang masih umum dan luas
penggunaanya. Istilah prestasi belajar diberikan kepada keadaan yang
menggambarkan tentang hasil yang optimal dari satu aktivitas belajar,
sehingga arti prestasi belajar tidak bisa dipisahkan dari pengertian belajar.
Oleh karena itu, akan dikemukakan pengertian dari masing-masing
kedua kata tersebut.
Prestasi artinya hasil yang telah dicapai.85
84 Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 33, td 85 Pius A. Partanto, M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
1994), h. 623.
Prestasi adalah hasil dari usaha kegiatan yang telah dilakukan,
diciptakan, baik secara kelompok maupun sendiri. Dalam kamus populer
dinyatakan bahwa "prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil
pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan
keuletan kerja".86
Dalam kamus populer, dinyatakan prestasi belajar adalah apa yang
terjadi diciptakan, hasil penghargaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan belajar.87
M. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa prestasi merupakan "sesuatu
yang digunakan untuk menilai hasil belajar yang diberikan kepada siswa-
siswanya atau dosen kepada mahasiswanya dalam waktu tertentu".88
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan
belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi.
e. Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan: "Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengamalannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)."
f. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa: "Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi."
g. Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan: "Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman."
h. Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan: "Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
86 S. F. Habeyb, Kamus Populer, (Jakarta: Nurani, 1983), h. 296. 87 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. IV, h.
700. 88 M. Ngalim Purwanto, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Nasco, 1997), h. 6.
menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian." 89
Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru, beberapa ahli mendefinisikan belajar sebagai
berikut:
6) Skinner, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif.
7) Chaplin, membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama mendefinisikan belajar sebagai perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya mendefinisikan belajar sebagai proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
8) Hintzman, berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disesbabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
9) Wittig, berpendapat bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
10) Rober, membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.90
Dari berbagai pengertian belajar di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik. Untuk
dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relatif menetap, harus
merupakan akhir dari pada proses waktu yang panjang. Selain itu, belajar
juga merupakan proses perubahan dan kecakapan pada diri individu yang
disadari, bukan dari hasil proses yang tidak disadari.
Setelah mengemukakan penjelasan mengenai pengertian prestasi dan
belajar, maka penulis mengemukakan penjelasan mengenai pengertian
prestasi belajar.
89 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990),
cet. V, h. 84. 90 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 90-91.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar.91
Setiap pendidik baik orang tua maupun guru selalu mengharapkan
prestasi yang baik dari anak-anak didiknya. Karena prestasi belajar
merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar mengajar dalam jangka
waktu tertentu. Prestasi merupakan hasil dari proses belajar yang di
dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, baik faktor
dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern).
Proses belajar mengajar pada dasarnya diarahkan agar terjadinya
perubahan pada diri siswa, baik dalam pengetahuan, keterampilan,
maupun dalam sikapnya. Indikator dari perubahan itu biasanya akan
tampak pada prestasi belajarnya.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud
prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai secara optimal selama
berlangsungnya mekanisme belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil
belajar yang diperoleh tidak hanya sekedar berupa pengetahuan melainkan
juga dapat berbentuk perilaku yang ditunjukkan siswa.
Prestasi belajar dapat diketahui dari penilaian guru terhadap hasil
belajar siswa. Penilaian tersebut dapat berbentuk penilaian terhadap
kemampuan kognitisi, afeksi dan psikomotorik siswa, tes harian, tes
semester, dan ujian akhir. Prestasi belajar yang dimaksud di sini adalah
nilai raport siswa.
91 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1999), cet. I, h. 37.
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas mengenai pengertian pendidikan agama Islam,
penulis terlebih dahulu membahas mengenai pengertian pendidikan dan
agama Islam.
Pendidikan artinya proses perubahan tingkah laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.92
Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.
Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai
sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang
sesuai dengan kebutuhan.93
Menurut Saliman dan Sudarsono dalam bukunya Kamus Pendidikan,
Pengajaran, dan Umum, mengartikan pendidikan sebagai semua
perbuatan dari seorang pendidik untuk mengalihkan pengetahuannya,
pengalamannya, kecakapannya serta keterampilannya.94
Berdasarkan kamus pendidikan yang berjudul Dictionary of
Education, pendidikan diartikan:
1. Serangkaian proses dengannya seseorang atau anak mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai atau berguna di masyarakat.
2. Proses sosial dimana orang-orang atau anak-anak dipengaruhi dengan lingkungan yang (sengaja) dipilih dan dikendalikan (misalnya oleh guru di sekolah) sehingga mereka memperoleh kemampuan-kemampuan sosial dan perkembangan individual.
Beberapa ahli pendidikan mengartikan pendidikan sebagai berikut:
92 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet. II, h. 263. 93 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), cet. III, h.10-11. 94 Saliman, Sudarsono, Kamus Pendidikan, Pengajaran, dan Umum, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994), Cet. I, h. 178.
1. Langeveld: Mendidik ialah mempengaruhi anak dalam upaya membimbingnya agar menjadi dewasa. Usaha membimbing haruslah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja.
2. Hoogveld: Mendidik membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.
3. SA. Branata, dkk: Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.
4. Ki Hajar Dewantara: Mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.95
Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pada Bab I,
Pasal 1, Ayat 1, menjelaskan bahwa pendidikan adalah "usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara"96
Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan sering dimaknai
sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan, baik potensi jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Selain
itu, dalam pengertian yang umum, pendidikan juga diartikan dengan
proses bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang dilakukan oleh manusia
kepada manusia lain dalam rangka pencapaian kedewasaan.
Selain itu, ada beberapa ahli pendidikan lain mengartikan pendidikan
sebagai berikut:
1. John Dewey, memandang pendidikan sebagai suatu rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang didapat berikutnya.
2. John S. Brubacher, menurutnya pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan dan kapasitas manusia yang
95 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. I,
h. 5-6. 96 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. I,
h. 7.
mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
3. Carter V. Good, mendefinisikan pendidikan dalam 2 (dua) perspektif. Pertama, pendidikan merupakan keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat di tempat hidupnya. Kedua, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khusus yang datang dari sekolah), sehingga orang tersebut bisa mendapat atau mengalami perkembangan kemampuan sosial maupun kemampuan individual sevara optimal.97
4. Plato, menurutnya pendidikan adalah mengasuh jasmani dan rohani, supaya sampai kepada keindahan dan kesempurnaan yang mungkin dicapai.
5. Jules Simon, menurutnya pendidikan ialah jalan untuk merubah akal menjadi akal yang lain dan merubah hati menjadi hati yang lain.
6. John Milton, menurutnya pendidikan yang sempurna ialah mendidik anak-anak, supaya dapat melaksanakan segala pekerjaan, baik pekerjaan khusus atau umum dengan ketelitian, kejujuran dan kemahiran, baik waktu aman atau waktu peperangan.
7. Pestalozzi, menurutnya pendidikan ialah menumbuhkan segala tenaga anak-anak dengan pertumbuhan yang sempurna, lagi seimbang.
8. Herbert Spencer, menurutnya pendidikan ialah menyiapkan manusia, supaya hidup dengan kehidupan yang sempurna.
9. Sully, menurutnya pendidikan ialah menyucikan tenaga tabi'at anak-anak, supaya dapat hidup berbudi luhur, berbadan sehat serta berbahagia.98
Theodore Mayer Greene mengajukan definisi pendidikan yang sangat
umum: pendidikan adalah usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk
suatu kehidupan yang bermakna.
Selain itu, Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani
dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.99
97 Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. I, h. 1-2. 98 Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hidakarya
Agung), h. 5. 99 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Rosdakarya, 1996)
cet. II, h. 5-6.
Sementara, pendidikan menurut George F. Kneller, memiliki arti luas
dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau
pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak ataupun
kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses
mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan dari
generasi ke generasi yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-
lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi atau lembaga-
lembaga lain.100
Dari berbagai uraian pengertian pendidikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh
seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai
perkembangan maksimal yang positif.
Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai
petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan
manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta
mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada
masyarakat serta alam sekitarnya.
Agama sebagai sumber sistem nilai, merupakan petunjuk, pedoman
dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah
hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya dan
militer, sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan perilaku
manusia yang menuju kepada keridhaan Allah.
Agama Islam adalah Agama Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang
mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-
ketentuan ibadah dan mu'amalah (syariah), yang menentukan proses
berfikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati.101
100 Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. I, h. 3. 101 Abu Ahmadi, Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), cet. IV, h. 4.
Menurut Abuddin Nata, Islam menurut istilah adalah mengacu kepada
agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan
berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad
SAW.102
Islam sebagai agama wahyu yang memberi bimbingan kepada
manusia mengenai semua aspek hidup dan kehidupannya, dapat
diibaratkan seperti jalan raya yang lurus dan mendaki, memberi peluang
kepada manusia yang melaluinya sampai ke tempat yang di tuju, tempat
tertinggi dan mulia. Jalan raya itu lempang dan lebar, kiri kanannya
berpagar al-Qur'an dan al-Hadits. Pada jalan itu terdapat juga rambu-
rambu, tanda-tanda, serta jalur-jalur sebanyak aspek kehidupan
manusia.103
Di dalam GBPP (Garis-Garis Besar Program Pengajaran) pendidikan
agama Islam di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam
adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.104
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.105
Menurut Zakiah Daradjat, dkk mengemukakan beberapa pengertian
tentang pendidikan agama Islam, diantaranya adalah:
102 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), cet.
VII, h. 65. 103 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), cet. II, h. 50. 104 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet.
II, h. 75-76. 105 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. I, h. 130.
a. Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).
b. Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.
c. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.106
Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha
sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan,
kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi
manusia bertaqwa kepada Allah SWT. Sedangkan A. Tafsir, Pendidikan
Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada
seseorang, agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
Islam.107
Jadi, pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa
faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari
dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya.
Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian
hasil belajar.
106Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. V, h. 86.
107 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. I, h. 130-131.
a. Faktor Internal
1. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat,
sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat
mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.
Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang
baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa
karena konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab lainnya,
ini dapat mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Karena
itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap oarng baik
fisik maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar
dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.108
2. Inteligensi
Tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa tak dapat
diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi
seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih
sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi
seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih
sukses. 109
3. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai
dengan rasa senang.110 Minat dapat timbul karena daya tarik dari
luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap
108 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, h. 55 109 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 134. 110 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), cet. IV, h. 57.
sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau
memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat
belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang
kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang
baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang
besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya
minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.111
4. Bakat
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang. Setiap orang pasti memilki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu
sesuai dengan kapasitas masing-masing. Dengan demikian, bakat
akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.112
5. Motivasi
Motivasi adalah daya pendorong untuk melakukan sesuatu
pekerjaan. Yang berasal dari dalam diri dan juga dari luar.
Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan
yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan
pentingnya sesuatu. Atau dapat juga karena dorongan bakat apabila
ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang
berasal dari luar (ektrinsik) yaitu dorongan yang datang dari teman
dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi
kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan
sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar
dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau
mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.113
111 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, h. 56. 112 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 135-136. 113 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, h. 57.
7. Cara Belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian
hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik di faktor
fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil
yang kurang memuaskan.
Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa
istirahat yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar
harus ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak
serta organ tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.114
b. Faktor Eksternal
1. Motivasi Orang Tua
Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang
menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi
rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan,
cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau
tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua
dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah,
semua itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.
2. Motivasi dari Teman Yang Berprestasi
Motivasi dari teman yang berprestasi juga mempengaruhi
prestasi belajar seseorang. Apabila seseorang mengalami kesulitan
dalam memahami suatu pelajaran, maka seorang teman yang
berprestasi dapat membantu mengatasi kesulitan dalam memahami
pelajaran tersebut. Seorang teman yang berprestasi juga dapat
memberikan dorongan kepada seseorang untuk belajar lebih giat
lagi orang tersebut mendapatkan hasil belajar yang baik.
Sebaliknya, teman yang kurang berprestasi biasanya kurang
memberikan motivasi kepada seseorang dan kurang membantu
114 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 57-58.
mengatasi dalam memahami kesulitan belajar seseorang. Hal itu
dapat mengurangi prestasi belajar seseorang.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pendidikan
Agama Islam
4. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kondisi pembelajaran agama Islam adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan hasil
pembelajaran pendidikan agama Islam.
Faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran pendidikan
agama Islam, yaitu ditinjau dari aspek tujuan pembelajaran pendidikan
agama Islam, tujuan yang akan dicapai adalah mengantarkan peserta
didik mampu memilih Al-Qur'an sebagai sebagai pedoman hidup,
mampu menghargai Al-Qur'an sebagai pilihannya yang paling benar,
serta mampu bertindak dan mengamalkan pilihannya.
Ditinjau dari aspek karakteristik bidang studi pendidikan agama
Islam, pendidikan agama Islam menuntut adanya fakta, hukum/dalil,
prinsip dan keimnanan yang menyajikan kebenaran Al-Qur'an sebagai
pedoman hidup umat manusia.
Ditinjau dari aspek karakteristik peserta didik secara individual,
peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal
kemampuan gaya belajar, perkembangan moral, perkembangan
kepercayaan, dan perkembangan kognitif.
Ditinjau dari faktor kendala sumber belajar yang tersedia, ada
yang memilki laboratorium lengkap, ada yang kurang lengkap, bahkan
ada yang tidak memilikinya: ada yang sudah memiliki sarana
prasarana lengkap untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran
yang optimal, dan ada yang memiliki sarana prasarana seadanya.115
115 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet.
ke-2, h. 146-147.
5. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Metode pembelajaran pendidikan agama Islam dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu strategi penyampaian dan strategi pengelolaan
pembelajaran.
Strategi penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah
metode-metode penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
dikembangkan untuk membuat siswa dapat merespons dan menerima
pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan mudah, cepat, menyenangkan.
Karena itu penempatan strategi penyampaian perlu menerima serta
merespons masukan dari peserta didik. Dengan demikian, strategi
penyampaian mencakup bahan-bahan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan pembelajaran yang lain, media pembelajaran
merupakan satu komponen penting dan menjadi kajian utama dalam
strategi ini. Strategi penyampaian ini berfungsi sebagai penyampaian isi
pembelajaran kepada peserta didik dan menyediakan informasi yang
diperlukan peserta didik.
Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata
interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode
pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi
pembelajaran. Strategi pengelolaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam berupaya untuk menata interaksi peserta didik dengan
memperhatikan empat hal, yaitu penjadwalan kegiatan pembelajaran yang
menunjukkan tahap-tahap kegiatan yang harus ditempuh peserta didik
dalam pembelajaran, pembuatan catatan kemajuan belajar peserta didik
melalui penilaian yang komprehensif dan berkala selama proses
pembelajaran berlangsung maupun sesudahnya, pengelolaan motivasi
peserta didik dengan menciptakan cara-cara yang mampu meningkatkan
motivasi belajar peserta didik, dan kontrol belajar yang mengacu kepada
pemberian kebebasan untuk memilih tindakan belajar sesuai dengan
karakteristik peserta didik.116
6. Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Hasil pembelajaran pendidikan agama Islam dapat berupa hasil nyata,
yaitu hasil belajar pendidikan agama Islam yang dicapai peserta didik
secara nyata karena digunakannya suatu metode pembelajaran pendidikan
agama Islam tertentu yang dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada.
Selain hasil pembelajaran pendidikan agama Islam yang dapat berupa hasil
nyata, hasil pembelajaran pendidikan agama Islam juga dapat berupa hasil
yang diinginkan, yang merupakan tujuan yang dicapai yang biasanya
sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran pendidikan
agama Islam dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang
paling baik untuk digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada
dan hasil yang diinginkan.117
116 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet.
ke-2, h. 151-155. 117 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet.
ke-2, h. 146-156.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di SMPN 13 Depok mengenai
"Pengaruh Bimbingan dan Konseling Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam", dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pelayanan-pelayanan BK yang ada di SMPN 13 Depok termasuk cukup
bagus. Hal ini dapat dilihat dari hasil data primer (angket) dan hasil data
sekunder (wawancara).
2. Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
berada pada kategori sedang atau cukup. Hal ini dapat dilihat pada nilai
rata-rata variabel Y adalah 69,76, nilai tertinggi 79 dan nilai terendah 60.
3. Ada korelasi yang signifikan antara pengaruh bimbingan dan konseling
terhadap peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam tergolong
kuat atau tinggi.
B. Saran-Saran Setelah melaksanakan penelitian di atas dengan didasari rasa tidak ingin
melakukan penilaian sepihak, maka penulis memberikan beberapa saran yang
kiranya dapat menjadi masukan bagi SMPN 13 Depok.
Saran-saran tersebut adalah:
1. Bagi guru BK dalam memberikan pelayanan-pelayanan kepada siswa yang
bermasalah dalam belajar PAI, hendaknya lebih ditingkatkan lagi
pelayanannya, agar masalah-masalah belajar PAI siswa dapat diselesaikan
dengan baik.
2. Bagi guru PAI dalam rangka meningkatkan prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam, hendaknya guru PAI lebih meningkatkan pelayanan-
pelayanan kepada siswa agar prestasi belajar Pendidikan Agama Islam
siswa dapat meningkat.
3. Kepada pihak sekolah hendaklah tingkatkan terus prestasi belajar PAI
siswa, agar visi sekolah dapat tercapai dengan baik, yaitu terbentuknya
warga sekolah berprestasi gemilang dengan didasari akhlak mulia.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1999), cet. I.
Ahmadi, Abu, dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. IV.
_______ dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. I.
Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005), cet. II. Djumhur, I., dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung:
C.V. Ilmu, 1975). Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet.
IV. Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I. Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet.
V. Habeyb, S. F., Kamus Populer, (Jakarta: Nurani, 1983). Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I. Kartono, Kartini, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta:
Rajawali, 1985), cet. I. Majid, Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. I. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
cet. II. Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002),
cet. VII. _______, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur'an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005), cet. I. Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2005), td.
Partanto, Pius A., dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994).
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1999), cet. I. Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1990), cet. V. _______, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Nasco, 1997). Sabri, M. Alisuf, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I. _______, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. I. Saliman, dan Sudarsono, Kamus Pendidikan, Pengajaran, dan Umum, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1994), Cet. I. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), cet. IV. Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983). Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002), cet. XI. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1997), cet. III. Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Rosdakarya,
1996) cet. II. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), Cet. II. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007), cet. I. Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset,
1995), cet. III. Yunus, Mahmud, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hidakarya
gung).
Zurinal Z, dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. I.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
ANGKET
Identitas Anda Nama : Kelas : Petujuk Pengisian Angket
1. Bacalah pertanyaan ini dengan teliti 2. Berikanlah tanda (X) pada pilihan a, b, c dan d sesuai dengan
keadaan anda. 3. Terima kasih atas bantuan dan partisipasi anda dalam mengisi
angket. Pertanyaan-Pertanyaan: 1. Apakah anda mempunyai masalah dalam belajar PAI?
a. Selalu bermasalah c. Kadang-kadang bermasalah b. Sering bermasalah d. Tidak pernah bermasalah
2. Apakah anda mengadukan masalah dalam belajar PAI kepada guru BK?
a. Selalu mengadukan c. Kadang-kadang mengadukan b. Sering mengadukan d. Tidak pernah mengadukan
3. Apakah guru BK anda mempunyai perhatian kepada masalah belajar PAI anda? a. Sangat perhatian c. Kadang-kadang perhatian b. Kurang perhatian d. Tidak perhatian
4. Apakah guru BK memberikan bimbingan kepada anda ketika anda mendapatkan masalah dalam belajar PAI anda? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
5. Apakah anda sering diingatkan oleh guru BK agar giat belajar? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
6. Apakah anda merasa bebas dalam mengutarakan masalah belajar PAI anda
kepada guru BK? a. Sangat bebas c. Kurang bebas b. Cukup bebas d. Tidak bebas
7. Apakah guru BK berhasil dalam menyelesaikan masalah belajar PAI anda?
a. Sangat berhasil c. Kurang berhasil b. Cukup berhasil d. Tidak berhasil
8. Bagaimana menurut anda, apakah guru BK membantu meningkatkan prestasi belajar PAI anda? a. Sangat membantu c. Kurang membantu c. Cukup membantu d. Tidak membantu
9. Apakah anda memanfaatkan BK untuk meningkatkan prestasi belajar PAI anda? a. Memanfaatkan sekali c. Kurang memanfaatkan b. Memanfaatkan d. Tidak memanfaatkan
10. Untuk memahami pelajaran Agama Islam apakah anda dibantu oleh guru BK
anda? a. Sangat dibantu c. Kurang dibantu b. Cukup dibantu d. Tidak dibantu
11. Apakah guru BK anda memberikan informasi tentang cara belajar?
a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
12. Apakah guru mata pelajaran Agama Islam memberikan tugas individual (PR perorangan) kepada anda? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
13. Apakah guru mata pelajaran Agama Islam memberikan tugas kelompok kepada anda? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
14. Apakah guru mata pelajaran Agama Islam memberikan tugas diskusi kepada anda? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
15. Apakah anda mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di sekolah? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
16. Apakah anda mengikuti kegiatan karyawisata? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
17. Apakah anda mengikuti kegiatan lomba cerdas cermat, ketika di sekolah anda mengadakan perlombaan tersebut? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
18. Apakah anda mengikuti kegiatan lomba pidato, ketika di sekolah anda mengadakan perlombaan tersebut? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
19. Apakah anda mengikuti kegiatan lomba MTQ, ketika di sekolah anda mengadakan perlombaan tersebut? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
20. Bagaimana nilai raport anda khusus pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam? a. Sangat bagus c. Kurang bagus b. Bagus d. Tidak bagus
BERITA WAWANCARA
Wawancara terhadap Wakil Kepala Sekolah
1. Bagaimana sejarah berdirinya SMPN 13 Depok?
Jawab:
Awal mulanya sekolah ini didirikan pada tahun 1992 dan mulai
beroperasinya pada tahun 1994, yang bernama SMPN 13 Depok status
sekolah ini terakreditasi B, dan sekolah ini sampai sekarang masih berjalan
dengan baik, dengan luas tanah 7.753 M.
Berdasarkan surat keputusan dengan nomor 642.2/01/PU/1994 pada tahun
1994 Dinas pendidikan Pemerintah Kota Depok memberikan izin untuk
mendirikan SMPN 13 Depok yang terletak di Jalan Raya Krukut / Limo, kota
Depok. Dan SMPN 13 Depok sekarang dikepalai oleh Bpk. H. Abdullah
Syafi'i, S. Pd.
2. Apa visi dan misi SMPN 13 Depok?
Jawab:
Visi SMPN 13 Depok adalah terbentuknya warga sekolah berprestasi
gemilang dengan didasari akhlak mulia.
Adapun Misi SMPN 13 Depok sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan prima
b. Meningkatkan kinerja yang sinergis
c. Meningkatkan disiplin
d. Meningkatkan kreativitas dan inovasi
e. Meningkatkan tenaga pendidikan yang berkualitas
f. Melengkapi sarana dan prasarana pendidikan
Wawancara terhadap Guru BK
1. Apa yang melatarbelakangi dari pendirian BK di SMPN 13 Depok?
Jawab:
Pelaksanaan kegiatan BK merupakan salah satu unsur penunjang bagi
keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, karena hal ini berkaitan dengan
upaya pemberian bantuan kepada siswa dan juga pembentukan sikap dan
perilaku agar siswa berkembang dengan optimal dan mencapai prestasi yang
maksimal di sekolah.
2. Apa maksud dan tujuan didirikannya BK di SMPN 13 Depok?
Jawab:
Penyususnan program kurikulum bimbingan dan konseling ini
dimaksudkan memberi arah bagi pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan
dan konseling di SMPN 13 Depok agar mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Apa saja yang anda lakukan ketika ada seorang siswa yang mendapatkan
masalah dalam belajarnya?
Jawab:
Memberikan bimbingan kepada siswa tersebut sekaligus membantu siswa
dalam menyelesaikan masalahnya.
4. Apa sebab-sebab yang membuat siswa tersebut mendapatkan masalah dalam
belajarnya?
Jawab:
Siswa tersebut sering absen ketika waktu belajar, siswa tersebut malas
dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, absenya guru guru
bidang studi ketika jam pelajaran berlangsung, dan masalah pribadi siswa.
5. Apakah anda menemukan kendala dalam mengatasi masalah-masalah siswa?
Apa saja?
Jawab:
Kendala yang dihadapi ketika mengatasi masalah belajar siswa,
diantaranya adalah siswa yang malas dalam belajar, kurangnya motivasi
belajar siswa, dan kurangnya interaksi antara guru BK dengan orang tua
siswa, karena undangan yang seharusnya diterima oleh orang tua siswa
ternyata tidak disampaikan kepada orang tua siswa tersebut.
6. Bagaimana cara anda dalam menyelesaikan kendala-kendala tersebut?
Jawab:
Memberikan bimbingan individu yang dilakukan di ruangan tertentu dan
memberikan bimbingan kelompok yang dilakukan di ruangan kelas tertentu.
7. Apa tindakan BK selanjutnya, apabila siswa tersebut mengabaikan bimbingan
yang sudah diberikan oleh guru BK?
Jawab:
Membuat surat pernyataan dan surat peringatan kepada siswa untuk tidak
mengulangi kembali perbuatan buruk yang telah dilakukan dan akan
memberikan sanksi apabila perbuatan buruk tersebut dilakukan lagi dan
melakukan panggilan kepada orang tua siswa agar siswa tersebut lebih
diperhatikan lagi, terutama dalam hal belajar.
8. Pelayanan-pelayanan apa saja yang anda berikan kepada siswa agar prestasi
belajar siswa meningkat?
Jawab:
Memberikan informasi tentang belajar, memberikan informasi tentang
menggunakan waktu untuk belajar dengan sebaik-baiknya, dan memberikan
bimbingan individu dan bimbingan kelompok.
9. Apakah pelayanan bimbingan yang diberikan berpengaruh baik (positif)
terhadap prestasi belajar siswa?
Jawab:
Sebagian besar pelayanan bimbingan yang diberikan berpengaruh baik
(positif) terhadap prestasi belajar siswa.
Wawancara terhadap Guru PAI
1. Apa saja yang menjadi kendala siswa dalam memahami pelajaran PAI?
Jawab:
Kurangnya kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an, kurangnya
pengetahuan siswa terhadap materi yang diberikan, dan kurangnya motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
2. Apa saja yang anda lakukan terhadap siswa yang kurang memahami pelajaran
PAI?
Jawab:
Menjelaskan kembali pelajaran yang telah dipelajari agar siswa yang
belum mengerti dapat mengerti dan memberikan bimbingan individu di luar
jam pelajaran.
3. Apakah anda menemukan kendala dalam rangka membantu siswa yang
kurang memahami pelajaran PAI?
Jawab:
Kendalanya adalah siswa yang kurang mampu dalam membaca Al-Qur'an,
siswa yang tidak membawa iqra' atau Al-Qur'an ketika jam pelajaran PAI
berlangsung, dan kurangnya motivasi siswa dalam belajar.
4. Pelayanan-pelayanan apa saja yang diberikan oleh anda dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam?
Jawab:
Membiasakan siswa membaca surat-surat pendek sebelum materi
pelajaran dimulai, agar siswa tersebut terbiasa untuk membaca Al-Qur'an, dan
mengadakan kegiatan ROHIS yang diadakan seminggu sekali, yang gunanya
untuk membantu siswa dalam menambah pengetahuan tentang PAI.
5. Bagaimana nilai raport siswa pada mata pelajaran PAI?
Jawab:
Sebagian besar nilai raport siswa pada mata pelajaran PAI bagus. Hal itu
terlihat dari nilai terendah siswa pada mata pelajaran PAI 60.