endapan mineral (aa)

Upload: abrianto

Post on 06-Jul-2018

290 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    1/61

    0

    ENDAPAN MINERAL

    Panduan Kuliah dan Praktikum

    Sutarto Hartosuwarno 

    Laboratorium Petrologi dan Bahan Galian Teknik Geologi 

    Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” 

    YOGYAKARTA 

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    2/61

    1

    BAB 1 TERMINOLOGI ENDAPAN MINERAL

    1.1. Bahan Galian

    Menurut UU No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

    Pertambangan pasal 2, yang disebut bahan galian adalah bahwa unsur-unsur kimia,

    mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk mulia yang merupakan

    endapan-endapan alam. Termasuk sebagai bahan galian adalah batubara, gambut,

    minyak bumi, gas alam, panas bumi, bahan galian logam, bahan galian industri, serta

    batu mulia. Bahan galian yang ada di bumi ini pada dasarnya adalah unsur atau

    senyawa, yang dapat berupa materi padat, cair, atau gas. Terdapat beberapa klasifikasi

    tentang bahan galian, yang mencerminkan tujuan yang berbeda.

    Pada pasal 3 ayat 1 UU No.11 Tahun 1967,  bahan galian dibagi menjadi tiga

    golongan, yaitu:

    a.  Golongan bahan galian yang strategis,

    b.  Golongan bahan galian yang vital, dan

    c.  Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a dan b.

    Pengelompokan jenis bahan galian dalam tiga golongan di atas, kemudian diatur

    dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1980. Strategis artinya strategis untuk

    pertahanan dan keamanan serta perekonomian negara. Vital artinya dapat menjamin

    hajat hidup orang banyak. Tidak strategis dan vital artinya tidak langsung memerlukan

    pasar yang bersifat internasional. Menurut Peraturan Pemerintah tersebut, dasar

    penggolongan bahan galian meliputi:

    •  Nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap Negara

    •  Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genesa)

    •  Penggunaan bahan galian bagi industry

    •  Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak

    •  Pemberian kesempatan pengembangan pengusahaan

    •  Penyebaran pembangunan di daerah

    a. Gologan bahan galian yang strategis adalah:

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    3/61

    2

    •  Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam

    •  Bitumen padat, aspal

    •   Antrasit, batubara, batu bara muda

    •  Uranium, radium, thorium, dan bahan galian radioaktif lainnya

    •  Nikel. Kobalt

    •  Timah

    b. Golongan bahan galian yang vital adalah:

    •  Besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan

    •  Bauksit, tembaga, timbal, seng

    •  Emas, platina, perak, air raksa , intan

    •   Arsin, antimon, bismut

    •   Yttrium, thutenium, cerium, dan logam langka lainnya

    •  Berillium, korundum, zirkon, kristal kuarsa

    •  Kriolit, flourspar, barit

    •   Yodium, brom, khlor, belereng

    c.Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a atau b adalah:

    •  nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halit)

    •  asbes, talk, mika, grafit, magnesit

    •  yarosit, leusit, tawas, oker

    •  batu permata, batu setengah permata

    •  pasir kuarsa, kaolin, feldfar, gipsum, bentonit

    •  batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah, tanah serap (fuller earth)

    •  marmer, batutulis

    •  batukapur, dolomit, kalsit

    •  granit, andesit, basalt, trakhit, tanah liat, dan pasir, sepanjang tidak

    mengandung unsur-unsur mineral golongan A maupun golongan B dalam

     jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.

    Dengan dikeluarkannya UU No. 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah

    serta  UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Peraturan

    Pemerintah tersebut mungkin menjadi tidak relefan lagi. Prakteknya, Bahan Galian

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    4/61

    3

    Golongan A dan bahan Galian Golongan B, dikelola langsung oleh Pemerintah Pusat,

    sedangkan bahan Galian Golongan C dikelola oleh Pemerintah daerah. Setelah Otonomi

    Daerah, Pemerintah daerah punya peranan yang lebih besar dalam mengelola bahan

    Galian, termasuk Bahan Galian Golongan A dan Golongan B. Bahan Galian Logam seperti

    Emas atau Tembaga, sebelum otonomi daerah, untuk mendapatkan hak Kuasa

    Penambangan harus mendapatkan izin persetujuan dari pusat, sekarang Pemerintah

    Kabupaten dapat memberi izin penambangan. Oleh karena itu penggolongan tersebut di

    atas tidak sesuai lagi. Kalaupun masih digunakan, penggunaan istilah Golongan A,

    Golongan B, atau Golongan C sebaiknya terbatas pada penggolongan secara diskriftif.

    Selanjutnya, dengan mempertimbangkan perkembangan nasional maupun

    internasional, UU No.11 Tahun 1966, tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang

    terjadi, maka kemudian pemerintah mengeluarkan UU No. 4 Tahun 2009 Tentang

    Pertambangan Mineral Dan Batubara. Undang-undang ini hanya mengatur tentang

    pertambangan mineral dan batubara diluar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air

    tanah. Selanjutnya pertambangan mineral dan batubara dibagi dan diatur menjadi:

    •  Pertambangan Mineral Radioaktif

    •  Pertambangan Mineral Logam

    •  Pertambangan Mineral Bukan Logam

    •  Pertambangan Batuan

    •  Pertambangan Batubara

    Berdasarkan jenis komoditinya, para ahli membagi bahan galian secara umum

    menjadi lima golongan, yaitu :

    1.  Batubara dan gambut

    2.  Bahan galian logam

    3.  Bahan galian Industri

    4.  Minyak, gas, dan panas bumi

    5.  Mineral berharga dan batu mulia

    Dalam buku petunjuk ini hanya terbatas membahas bahan galian logam, bahan

    galian industri, dan batumulia. Ketiga golongan bahan galian tersebut disusun atau

    dibentuk oleh unsur atau senyawa padat yang dikenal sebagai mineral, oleh karena itu

    ketiganya dikelompokkan sebagai endapan mineral.

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    5/61

    4

    1.2. Endapan Mineral

    Seperti disebutkan di atas, yang dikelompokkan kedalam endapan mineral adalah

    bahan galian logam, bahan galian industry, mineral berharga dan batumulia.

    Istilah endapan (deposit) mempunyai definisi yang lebih luas dalam ilmu geologi.

    Istilah tersebut dapat berarti turunnya material di dalam air (karena gravitasi), atau

    presipitasi dari larutan karena perubahan kondisi kimia. Beberapa ahli menyebut istilah

    cebakan, karena menganggap istilah endapan lebih berkonotasi pada sedimentasi.

    Dalam konteks “endapan mineral”, endapan diartikan sebagai konsentrasi mineral oleh

    proses-proses magmatik atau hidrotermal. Kata endapan juga mempunyai arti materi

    menjadi padat, oleh karena itu minyak, gas, dan panas bumi tidak termasuk ke dalam

    endapan mineral. Walaupun batubara juga bersifat padat, umumnya tidak dibahas

    sebagai endapan mineral, tetapi termasuk ke dalam sumberdaya energi.

    Skinner (1979) menyebut endapan mineral (mineral deposits ) merupakan

    konsentrasi suatu mineral pada kerak bumi, terbentuk secara alami serta pada daerah

    yang terbatas (lokal). Jadi apapun macam mineralnya, dan bagaimana proses

    terkonsentrasinya, semuanya disebut endapan mineral. Jika mineral-mineral yang

    terkonsentrasi mengandung bahan atau material yang bernilai bagi manusia serta layak

    untuk ditambang, maka endapan tersebut secara kusus disebut endapan bijih/ore  

    deposits (Edwards dan Atkinson 1986, Guilbert dan Park 1986), endapan

    ekonomi/economic deposits   (Hutchison 1983), atau endapan mineral ekonomi (Jensen

    dan Bateman 1981).

    Secara umum definisi bijih (ore ) adalah suatu batuan atau kumpulan mineral,

    yang mengandung mineral-mineral yang bernilai ekonomis, dan dapat diekstrak. Bijih

    terdiri dari mineral-mineral yang bernilai ekonomis (biasanya mengandung logam) yang

    disebut sebagai mineral bijih (ore mineral, mengandung logam) serta termasuk mineral

    industri (industrial mineral , non-logam) dan mineral yang tidak bernilai ekonomis yang

    disebut sebagai mineral penyerta (gangue mineral ). Definisi oleh kebanyakan penulis

    lebih ditekankan pada kandungan logamnya yang dapat diekstrak serta memiliki nilai

    ekonomis. Bijih yang tidak menguntungkan apabila ditambang disebut sebagai Protore  

    (Park dan macDiarmid 1970, Hutchison 1983).

    Sebagian besar bijih hadir berasosiasi dengan urat atau urat halus, terutama urat

    kuarsa. Walaupun demikian tidak semua urat akan mengandung bijih, tetapi hanya

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    6/61

    5

    terkonsentrasi pada bagian-bagian yang terbatas dari urat, yang disebut sebagai ore

    shoots   (Park dan MacDiarmid, 1970). Urat-urat atau bagian-bagian urat yang tidak

    mengandung bijih disebut barren   atau lean . Suatu tubuh batuan yang mengandung

    bijih atau ore shoots  yang tersebar disebut sebagai tubuh bijih (orebody ). Kumpulan

    urat-urat halus yang mengandung bijih sering membentuk zona yang panjang dan

    tabular; yang dikenal sebagai lead, lode, vein zone  atau fissure zone. Kapan disebut

    Ore shoot   maupun lode   sangat dipengaruhi oleh cut-off grade , yaitu grade  

    (konsentrasi/kadar) logam terendah apabila ditambang menguntungkan

    1.2.1 Bahan galian logam

    Bahan galian logam adalah batuan atau mineral-mineral yang di dalamnya

    terdapat unsur logam, yang dapat diambil untuk kepentingan manusia. Logam dapat

    diartikan sebagai unsur yang mempunyai kemampuan melepas elektron membentuk ion

    positip, umumnya mempunyai permukaan cenderung mengkilat, baik untuk

    penghantar(konduktor) panas dan listrik, dapat dilebur, serta dapat dibentuk maupun

    dipipihkan. Secara umum logam dapat dibagi menjadi lima golongan (Evans, 1993),

    yaitu:

    1.  Precious metals (logam mulia): emas (Au), perak (Ag), platina (Pt)

    2.  Non-ferrous metals (logam non-ferrous): tembaga (Cu), timbal (Pb/lead),

    seng (Zn/zinc), timah (Sn/tin), dan aluminium (Al). Empat pertama dikenal

    sebagai logam dasar (base metals).

    3.  Iron and ferroalloy metals (logam ferroalloy dan besi): besi (Fe), Mangan

    (Mn), nikel (Ni), krom (Cr), molibdenum (Mo), wolfram (W/tungsten), vanadium

    (V), kobal (Co).

    4.  Minor metals and related non-metals: antimon (Sb/antimony), arsen (As),

    berilium (Be/beryllium), bismut (Bi), kadmium (Cd), magnesium (Mg), air raksa

    (Hg/mercury), REE, selenium (Se), tantalium (Ta), telurium (Te), titanium (Ti),

    Zirkonium (Zr), dsb.

    5.  Fissionable metals: uranium (U), torium (Th), radium(Ra).

    Komponen bijih pada bahan galian logam umumnya dibedakan menjadi tiga jenis

    mineral pembentuknya, yaitu:

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    7/61

    6

    •  mineral bijih (ore mineral, mengandung logam),

    •  mineral industri (industrial mineral , non-logam), jika hadir dalam jumlah

    banyak dapat dimanfaatkan sebagai bahan galian industry,

    •  mineral yang tidak bernilai ekonomis yang disebut sebagai mineral penyerta

    (gangue mineral ).

    Mineral Bijih (Mineral Logam)

    Mineral Bijih  adalah mineral-mineral yang bernilai ekonomis, mengandung

    unsure logam dan dapat diekstrak untuk kepentingan umat manusia. Mineral industri

    adalah semua batuan, mineral atau substansi yang terbentuk secara alami yang bernilai

    ekonomis, tidak termasuk di dalamnya adalah bijih logam, mineral fuels, dan batumulia

    (Noetstaller, 1988 dalam Evans, 1993). 

    Batasan mineral bijih dengan mineral opak, maupun mineral penyerta sering

    membingungkan. Pada kenyataannya sebagaian besar mineral bijih tidak tembus cahaya

    (opak), sedangkan mineral penyerta merupakan mineral-mineral yang tembus cahaya

    (transparan). Craig (1989) menyebut bahwa mineral bijih harus dapat diekstrak

    logamnya, misalnya kalkopirit dapat diekstrak tembaganya. Walaupun suatu mineral

    mengandung unsur logam, tetapi kalau tidak dapat diekstrak, maka tidak dikategorikan

    sebagai mineral bijih. Beberapa pengarang menggunakan istilah mineral bijih sebagai

    sinonim mineral opak, karena istilah tersebut bisa mencakup mineral-mineral seperti pirit

    maupun pirhotit yang tidak bermanfaat tetapi hampir selalu ada pada endapan bijih

    (Evans, 1993). Penamaan mineral bijih terkait dengan keekonomian mineral, sedangkan

    penamaan mineral opaque terkait dengan sifat mineral terhadap ketembusan cahaya.

    Untuk memudahkan pembahasan tentang mineral bijih, beberapa pengarang

    telah membuat klasifikasi mineral bijih, umumnya didasarkan persenyawaan yang

    dibentuk oleh oleh unsur logam. Sebagian besar mineral bijih terbentuk sebagai sulfida,

    garam sulfo, oksida, hidroksida, maupun unsur tunggal. Sedangkan mineral penyerta

    pada bijih umumnya hadir sebagai silikat dan karbonat.

    Mineral bijih menurut Stanton (1972), dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan,

    yaitu:

    1. Native metals and semimetals : emas, tembaga, perak dll

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    8/61

    7

    2. Sulfides and sulfosalts , umumnya merupakan mineral-mineral bijih dari logam

    nonferrous : sfalerit, galena kalkosit dll.

    3. Oxides , umumnya mineral bijih dari logam ferrous: magnetite, kromit

    Sedangkan menurut Ramdohr (1980), mineral bijih dapat dibagi menjadi lima

    golongan, yaitu:

    1. Elements and intermetallic compounds

    2. Alloy-like compounds and Tellurides

    3. Common sulphides and “sulphosalts”

    4. Oxidic ore minerals

    5. Non-opaque oxide ore minerals

    Tabel 1.1 Daftar beberapa logam penting, mineral bijihnya, serta kadar dalam kerak

    bumi

    Logam Mineral bijih Komposisi %logam

    Kadar DlmKerak(%)

    MiningGrade(%)

    CF

     Au/Emas (gold) Native goldElectrumCalaveriteSylvanitePetzite

     Au(Ag,Au)

     AuTe2(Au,Ag)Te2

     Ag3AuTe2

    75-9850-80392425

    0.000 000 4 0.000 1-0.0020

    250

     Ag/Perak (silver) Native silver ArgentitePyrargiriteProustiteCerargyrite

     Ag AgS2 Ag3SbS3 Ag3AsS3 AgCl

    10087606575

    0.007 0,01-0,1 20

    Fe/Besi MagnetiteHematiteSideriteGoethite

    Fe3O4Fe2O3FeCo3Fe2O3.H2O

    72704863

    5 25-60 5

    Cu/Tembaga(copper)

    Native copperChalcopyriteBornite

    ChalcositeCovelliteEnargiteTenantite AzuriteMalachiteCupriteChrysocollaBrochanthite 

    CuCuFeS2Cu5FeS4

    Cu2SCuSCu3AsS4Cu3(Sb,As)S3Cu3(CO3)2(OH)2Cu2(CO3)(OH)2Cu2OCuSiO3.nH2OCu4(SO4)(OH)6

    1003569

    806649505557894056

    0.005 0.4-1 80

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    9/61

    8

    Pb/Timbal (lead) GalenaCerussite AnglesitePyromorphite 

    PbSPb(CO3)Pb(SO4)Pb5(PO4)3Cl

    86776876

    0.001 4-25 4000

    Zn/Seng (zinc) SphaleriteSmithsonite

    Hemimorphite Zincite

    ZnSZn(CO3)

    Zn4(Si2O7)(OH)2.H20

    6752

    54

    0.007 4-25 571

    Sn/Timah (tin) CassiteriteStannite

    SnO2CuFeSnS4

    7928

    0.000 2 0.5-2.5 2500

    Ni/Nikel (nickel) PendlanditeNiccoliteGarnierite

    (Fe,Ni)9S8NiAs(Ni,Mg)6(Si4O10)(OH)4.4H2O

    10-4044

    0.007 0.5-3 71

    Cr/Krom(chromium)

    Chromite (Fe,Mg)Cr2O4 33-58%Cr2O3

    0.01 20-50Cr2O3

    3000

    Mn/Mangan(manganese)

    PyrolusitePsilomelanBrauniteManganiteRhodochrositeHausmanite

    MnO2n.MnO.MnO2.mH2O3Mn2O3.MnSiO3MnO(OH)MnCO3Mn3O4

    55-6335-60

    60-6950-6240-4565-72

    0.09 15-45 389

     Al/ Aluminium

    DiasporeBoehmiteGibbsiteKaoliniteNephelineSillimanite

    HalO2 AlOOH Al(OH)3 Al4(Si4O10)(OH)8NaAlSiO4

     Al2SiO5

    474736221835

    8 30-50 Al2O3Max SiO215

    3.75

    Co/Kobal CarroliteSiegeniteSmaltiteCobaltite

    Cobalt pyrite

    CuCo2S4(Co,Ni)3S4CoAs3-2(Co,Fe)AsS

    (Co,Ni)3S4

    3511-532835

    58

    0,06-0,35

    Sb/Antimon(antimony)

    Native antimony AntimoniteTetrahedriteJamesonite

     Antimon OksidaStibnite

    SbSb2S3Cu12Sb4S13Pb4FeSb6S14Sb2O3

    10071293575

    5-25

    Bi/Bismut(bismuth)

    Native bismuthBismuthiniteBismutite

    BiBi2S3Bi2(CO3)O2

    1008187

    Min 0,3

    Hg/ Raksa(mercury)

    Native mercuryCinnabar

    HgHgS 86

    0.000 008 0,2-8 25000

    Mo/

    Molibdenum

    Molibdenite

    PowelliteWulfenite

    MoS2

    CaMoO4

    60

    48

    0.000 15 0,01-0,6 67

    W/wolfram(tunsten)

    WolframiteScheeliteHuebnerite

    (Fe,Mn)WO4CaWO4Mn(WO4)

    60-75%80%60(WO3)

    0.000 15 0,3-6WO3

    2000

    Pt/Platina(platinum)

    FerroplatinumSperryliteBraggite

    PtPtAs2(Pt,Pd,Ni)S

    75-845659

    0.000 001 0,0003-0,0015

    300

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    10/61

    9

    Sn/Arsen(arsenic)

     ArsenopyriteLoellingiteRealgarOrpimentTenantite

    FeAsSFeAs2

     AsS As2S3Cu12As4S13

    4672706120

    0.000 2

    Ti/Titanium Ilmenit

    RutilTitanit

    FeTiO2

    TiO2CaTiSiO2

    53

    92-9841

    10-50

    TiO2

    V/Vanadium Patronit V2O5VS4 28-39 0,3-5V2O5

    U/Uranium UraninitCofliniteBranneriteUranothorite

    UO2USiO4(U,Th)Ti2O6(Th,U,Fe)SiO2H2

    47-886026-445-15

    0,03-1U3O8

    Mineral penyerta (gangue minerals)

    Mineral penyerta adalah mineral-mineral yang hadir pada tubuh bijih, tetapi tidak

    bernilai ekonomis. Mineral penyerta umumnya merupakan mineral dari kelompok silika,

    silikat, oksida,karbonat, maupun fosfat.

    Tabel 1.2 Daftar sebagian mineral penyerta (gangue minerals)

    Kelompok Nama mineral Komposisi

    Silika KuarsaKalsedon

    SiO2SiO2

    Oksida MagnetiteHematiteGoetiteBauxite

    Fe3O4Fe2O3Fe(OH) Al2O3

    Silikat OlivinDiopsitWollastonitTremolit-aktinolitKloritEpidote Andradit-grosularitKalium felspar Albit

    KaolinitIllit

    SerisitTourmalinTopas

    MgSiO4Ca(Mg,Fe)(SiO2)2CaSiO3Ca2(Mg,Fe)2(OH)2(Si4O11)2Mg5(Al,Fe)(OH)8(Al,Si)4O10Ca(Al,Fe)2(OH)2(SiO4)3Ca2(Al-Fe)2(SiO4)3KAlSi3O8NaAlSi3O8

     Al2O3.2SiO2.2H2OKAl2(OH)2(AlSi3O)10(O,OH)10

    KAl2(OH)2(AlSi3O10)Na(Fe,Mg)3B3All3(OH)4(Al3Si6O27) Al2(F,OH)2SiO4

    Karbonat KalsitSideritRodokrosit

    CaCO3FeCO3MnCO3

    Fosfat Baritgypsum

    BaSO4CaSO4

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    11/61

    10

    1.2.2 Bahan galian industri (mineral industri)

    Bahan galian industri adalah batuan atau mineral-mineral yang bermanfaat untuk

    kepentingan manusia dan tidak termasuk kedalam bahan galian logam, batubara, batu

    mulia, maupun migas dan panas bumi. Menurut Madiadipoera, dkk. (1990), bahan

    galian industri dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:

    a.  Bahan Galian Industri (BGI) yang berkaitan dengan batuan sedimen

    •  Terkait dengan batuan karbonat

    •  Batugamping

    •  Dolomit

    •  Kalsit

    •  Batukeprus

    •  Fosfat

    •  Oniks

    •  Gips

    •  Rijang

    •  Tidak terkait dengan batuan karbonat

    •  Bentonit

    •  Fireclay

    •  Ballclay

    •  Zeolit

    •  Felspar

    •   Yodium

    •  Doatomea

    •  Mangan?

    b.  BGI yang terkait dengan batuan vulkanik

    •  Perlit

    •  Obsidian

    •  Batuapung

    •  Belerang

    •  Opal kalsedon

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    12/61

    11

    •  Kayu terkersikan

    •  Tras

    •  Pasir vulkanik

    •  Batuan trakit, andesit, dan basalt

    c.  BGI yang terkait dengan batuan plutonik

    •  Granit dan granodiorit

    •  Gabro dan peridotit

    •   Alkali felspar

    •  Mika

    •   Asbes

    d.  BGI yang terkait dengan endapan residual dan placer

    •  Lempung

    •  Kaolin

    •  Pasir kuarsa

    •  Sirtu

    e.  BGI yang terkait dengan proses hidrotermal

    •  Gypsum

    •  Talk

    •  Magnesit

    •  Barit

    •  Firofilit

    •  Toseki

    •  Kaolin

    f.  BGI yang terkait dengan batuan metamorf

    •  Marmer

    •  Batusabak

    •  Kuarsi

    •  grafit

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    13/61

    12

    1.2.3 Batumulia dan mineral berharga

    Mineral berharga dan Batumulia, adalah mineral atau batuan yang dipergunakan

    untuk perhiasan dan bernilai tinggi. Batumulia (menurut Pouw Kioe An, 1977) dapat

    dikelompokkan sebagai berikut:

    a.  Batumulia tulen

    •  Kelas-satu : nilai kekerasan 8-10

    1.  intan

    2.  korundum (ruby, safir, mirah )

    3.  chrysoberyl

    4.  spinel

    •  Kelas-dua : nilai kekerasan 7-8

    1.  zirkon

    2.  beryl (aquamarin)

    3.  topas

    4.  tourmalin

    5.  garnet

    6.  opal-mulia

    •  Kelas-tiga : nilai kekerasan sekitar 7

    1.  kordierit2.  visuvian

    3.  chrysolite

    4.  axiniete

    5.  cyanite

    6.  staourolit

    7.  andalusit

    8.  chiastolite

    9.  pistazite

    10. turqooise (pirus)

    b.  Batu semi mulia

    •  Kelas-empat : nilai kekerasan 4-7

    1.  ametis (kecubung), agat, korneal, citrine, jasper, tiger’s eye,kuarsa pink,

    opal

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    14/61

    13

    2.  felspar (adular, amazone)

    3.  labradorit

    4.  obsidian

    5.  lazuri

    6.  hipersten

    7.  diopsit

    1.3. Mineral

    Mineral adalah merupakan unsure atau senyawa hablur/ kristalin yang ada dalam

    kerak bumi, bersifat homogen, mempunyai sifat fisik dan kimia tertentu, merupakan

    persenyawaan anorganik dan mempunyai susunan kimia yang tetap, dan terbentuk

    secara alami.Terdapat beberapa metode atau cara melakukan pemerian mineral yang

    selama ini telah banyak digunakan, antara lain:

    •  Pengamatan sifat fisik (megaskopis)

    •  Pengamatan sifat optik (Mikroskopik)

    •  SEM (Scaning Electron Microscope)

    •  XRD (X-Ray Defraction)

    •  Microprobe

    •  Kimia Mineral (Atomic Absorbtion Spectophotometry, X-Ray Fluorescen)

    Untuk pelaksanaan praktikum, pemerian dilakukan berdasarkan sifat-sifat fisik

    mineral melalui pengmatan megaskopis dengan bantuan kaca pembesar (loupe),

    diantaranya meliputi:

    •  Warna / color, Bentuk / form, Belahan / cleavage, Pecahan / fracture, Cerat /

    streak, Kilap / luster, Kekerasan / hardness, Densitas / Density   , dan Sifat

    magnetic 

    1.3.1. Warna

    Beberapa mineral dapat dikenal karena mempunyai karakter warna tertentu,

    mineral yang lain mempunyai kenampakan variasi warna yang lengkap mulai dari hitam

    hingga putih transparan, sehingga hanya dapat ditentukan oleh sifat fisik lainnya.

    Beberapa kenampakan warna mineral, diantaranya:

    •  PUTIH : gypsum, kuarsa, kalsit

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    15/61

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    16/61

    15

    Perawakan (morfologi) Kristal

    Perawakan Kristal merupakan kenampakan bentuk eksternal dari suatu Kristal secara

    menyeluruh. Perawakan Kristal dapat dilihat dari individu permukaan kkristal (crystal

    faces) seperti bentuk pyramid, bipiramid, kubik, prismatik, berlembar, octahedral,

    dodecahedral.

    Di alam, mineral tertentu sering hadir membentuk agregat dengan kenampakan

    morfologi tertentu, seperti fibrous, globular, radiating, konsentrik, denritik, denritik,

    botrioidal, bladed, acicular, lamellar, oolitik, geode, dll.

    Gambar 1.2. Beberapa kenampakan perawakan mineral

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    17/61

    16

    1.3.3. Belahan

     Adalah kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu arah atau lebih

    a.  Belahan satu-arah (mika)

    b.  Belahan dua-arah yg berpot dg sdt 900 (feldspar)

    c.  Belahan dua-arah tdk berpot tegak lurus (amfibol)

    d.  Belahan tiga-arah berpot tegak lurus (halit)

    e.  Belahan tiga-arah tdk berpot tegak lurus (kalsit)

    f.  Belahan empat arah (intan)

    g.  Belahan enam arah(sfalerit)

    1.3.4. Pecahan

     Adalah kecenderungan mineral untuk membelah secara tidak teratur, karena tidak

    hadirnya bidang belahan

    Gambar 1.3. Beberapa kenampakan belahan dari mineral

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    18/61

    17

    Contoh :

    > Concoidal  : pecahan botol (mineral kuarsa)

    > Splintery / fibrous  : pecahan seperti serat (Augit, Hypersten,

    Serpentin, Piroksen

    > Uneven / Irregular  : pecahannya kasar dg permukaan tidak teratur

    (garnet, hematit)

    1.3.5. Gores / Cerat / streak  

    Gores/streak adalah warna dari serbuk mineral, ini akan terlihat dengan menggoreskan

    mineral pada lempeng kasar (porselen) dan mengamati warna goresan yg tertinggal.Contoh :

    - Hematit (Fe2O3)  berwarna merah coklat

    - Limonit (Fe2O3, OH)  berwarna kuning

    -  Magnetit (Fe3O4)  berwarna abu-abu

    -   Augit berwarna abu-abu hijau

    -  Biotit ceratnya tidak berwarna

    -  Ortoklas  ceratnya putih

    1.3.6. Kilap/Luster

     Adalah kualitas dan intensitas cahaya yang dipantulkan dari permukaan suatu mineral.

    Kilap dibagi menjadi dua :

    1.  Kilap Logam (Metallic Luster) : galena, pyrit, magnetit, chalcopyrite, hematit.

    Gambar 1.4. Contoh kenampakan pevahan concoidaldan kuarsa

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    19/61

    18

    2.  Kilap Non Logam (Non Metallic Luster):

    a. Kilap Intan : Admantine : intan

    b. Kilap kaca : Vitreous : kuarsa, kalsit

    c. Kilap sutera : Silky : asbes, gypsum.

    d. Kilap damar : Resineous : sphalerite

    e. Kilap mutiara : Pearly : dolomit, brukit.

    f. Kilap lemak : Greasy : talk, serpentin, nefelin

    g. Kilap tanah : Earthy : mineral lempung, oker

    1.3.7. Kekerasan

    SKALA KEKERASAN MOHS :

    1.  Talc

    2.  Gypsum

    3.  Calcite

    4.  Fluorite

    5.   Apatite

    6.  Feldspar

    7.  Quartz

    8.  Topaz

    9.  Corundum10. Diamond

    Gambar 1.5. Gambar yang menunjukkan skala

    kekerasan Mohs

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    20/61

    19

    MINERAL KEKERASAN MINERAL KEKERASAN

     Au

    Cu

    2.5-3

    2.5-3

    Galena

    Kalkopirit

    2.5-2.8

    4.2-4.3

     Ag

    Fe

    Pt

    2.5-3

    4-5

    4-4.5

    Magnetit

    Pirit

     Andradit

    5.5-6.5

    6-6.5

    6.5-7.5

     As

    C grafit

    S

    3.5

    1-2

    1.5-2.5

    Diopsid

    Flogopit

    Sfalerit

    5-6

    2.5-3

    3.5-4

    1.3.8. Densitas

    Densitas adalah berat atau masa suatu benda pada volume tertentu, yang

    diekpresikan dengan satuan kg/m3 atau ton/m3 . masa atau berat benda adalah

    perkalian volume dengan densitas, sementara volume merupakan masa dibagi dengan

    densitas.

    Spesific Gravity (SG) adalah rasio densitas suatu benda terhadap benda yang

    dianggap ssebagai standart. Standart pembanding benda padat dan cait adalah air pada

    suhu 4° C (39.2° F), yang mempunyai densitas 1 kg/liter. Sedangkan substansi yang

    berbentuk gas dibandingkan dengan udara kering yang mempunyai densitas 1,29 g/literpada kondisi standart (0° C dan 1 atm). Sehingga Hg cair yang mempunyai densitas

    13,6 Kg/lt akan mempunyai SG 13,6 atau magnetit padat yang mempunyai densitas 5,2

    ton/m3 akan mempunyai SG 5,2. Sedangkan gas CO2 yang mempunyai densitas 1,976

    akan mempunyai SG 1,53. Karena perbandingan kedua benda mempunyai dimensi atau

    satuan yang sama (masa/volume), maka SG tidak mempunyai dimensi.

    densitas = berat/volume ( g/cm3 atau ton/m3)

    Mineral-mineral dengan densitas lebih besar daripada densitas kuarsa (2,65 ton/m3)

    atau feldspar (2,54 ton/m3  – 2,76 ton/m3), atau lebih besar dari 2,8 ton /m3 dikenal

    sebagai mineral berat.

    Mineral-mineral berat dapat bersifat opak maupun transparan (non opak).

    Mineral-mineral yang tidak opak diantaranya adalah apatit, epidot, garnet, rutil,

    Tabel 1.3. Memperlihatkan harga kekerasan beberapaunsure dan mineral (skala kekerasan Mohs)

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    21/61

    20

    staurolit, turmalin dan zircon sedangkan yang opak yang paling sering dijumpai adalah

    ilmenit dan magnetit.

    Tabel 1.4. Contoh densitas beberapa Mineral Berat

    NAMA KOMPOSISISISTEM KRISTAL dan

    BENTUK KRISTALdensitas WARNA

     Augite(Ca, Mg, Fe,Al)2

    (Al, Si)2O6 Monoklin; Prismatik pendek,lammellar 3.2 - 3.6

     Abu-abu gelap, Hitam, Coklat,hijau -hitam

    BiotiteK(Mg,Fe”)3 (AlSi3)O10(OH,F)2 

    Monoklin; Tabular dengan 6sisi kristal

    2.7 – 3.7 Hitam, hijau gelap

    Diopside Ca(Mg,Fe”)Si2O6 

    Monoklin; Prismatik3.3

    Putih, hijau

    Epidot

    Ca2Fe’’Al2O.

    Si2O7.SiO4(OH)

    Monoklin;Memanjang, , berbutir

    3.4

    Hijau

    Hematite Fe2O3 Trigonal, melembar, ,menyerat, berbutir

    5.2Merah sampai hitam; abu-abu

    Hornblende

    NaCa2 (Mg,Fe”)4(Al, Fe”’) (Si,Al)8O22(OH,F)2

    Monoklin; prismatic panjang2.9 - 3.4

    Hitam, hijau sampai hitam

    Ilmenit FeTiO3 Trigonal;tabular tebal, prismatik,

    4.7Besi-hitam

    Magnetit Fe3O4 Cubic; Oktahedral, kadangdodecahedral

    5.2 Besi – Hitam, kenampakanmetalik.

    MuskovitKAl2(AlSi3O10)

    (OH,F)2 Monoklin; tabular

    2.85 Hampir tidak berwarna-ataucoklat, hijau

    Rutil TiO2  Triklin; prismatic, accicular 4.2 Merah-coklat, kuning, blackPirit FeS2  Kubic 5 Tembaga-kuning

    Zirkon ZrSiO4  Tetragonal; prismatik4.3 Kuning – emas, merah,

    coklat/hijau.

    1.3.9. Klasifikasi Mineral

    Secara umum mineral dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok. Diantara

    kelompok yang penting adalah:

    1. Native Elements, mineral atau kristal yang terdiri dari unsure tunggal.

    Contoh native Au, intan (C), native Cu

    2. Sulfides (termasuk sulfosalt), suatu senyawa yang mengandung unsure

    sulfur (S), contoh pirit (Fe2S), kalkopirit (CuFeS2), galena (PbS)

    3. Oxides dan hydroxides, senyawa yang mengandung unsure oksige (O)

    seperti magnetit (Fe3O4), atau OH seperti Gibbsite (Bauxite) Al(OH)3

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    22/61

    21

    4. Silicates, senyawa yang mengandung unsure silicon (Si) dan oksigen

    (O), seperti garnierite (Ni,Mg)6(Si4O10) (OH)4.4H2O, olivine

    (Mg,Fe)2Si2O4

    5. Halides

    Halite (NaCl), Fluorit (CaF2)

    6. Carbonates

    Kalsit (CaCO3), Magnesite (MgCO3) ,Dolomite (CaMg (CO3)2)

    7. Sulfates

    Barit (BaSO4), Gipsum (CaSO4)

    8. Phosphates

     Apatit Ca5(PO4)3(OH,F,Cl), Monazite (Ce,La,Th)PO4

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    23/61

     

    23

    BAB 2STRUKTUR INTERNAL BUMI DAN TEKTONIK LEMPENG

    2.1. Struktur Internal Bumi

    Pembagian lapisan struktur internal bumi dapat berdasarkan sifat kimia (atau

    komposisinya) ataupun berdasarkan sifat fisiknya (Gambar 2.1).

    2.1.1. Pembagian Lapisan bumi berdasar komposisi kimia

      Kerak Benua (Continental Crust) , 0,374% masa bumi, pada kedalaman

    0-75 Km. Mengandung 0,554% masa Mantel-kerak, merupakan bagian paling

    luar dari bumi yang tersusun oleh berbagai batuan. Merupakan lapisan

    dengan densitas rendah (2,7 g/cm3) yang didominasi mineral-mineral kuarsa

    (SiO2) dan feldspar, membentuk batuan berkomposisi granitik .

      Kerak Samodera  (Oceanic Crust) , 0,099% masa bumi, dengan

    kedalaman 0-10 km. Lapisan ini mengandung 0,147% masa mantel-kerak.

    Mayoritas kerak ini terbentuk karena aktifitas magmatisme-volkanisme pada

    zona pemekaran. Sistem Punggungan Tengah Samodera, sebagai jaringan

    gunungapi sepanjang 40.000 km, menghasilkan kerak samodera baru dengan

    kecepatan 17 Km3  /tahun, menutup lantai samodera membentuk batuan

    berkomposisi basaltik  (densitas 3,0g/cm3).

      Mantel Atas (Upper Mantle) , 10,3% masa bumi, kedalaman 10-400 km,

    mmengandung 15,3% masa mantel-kerak. Berdasarkan observasi fragmen

    yang berasal dari erupsi ngunungapi atau jalur pegunungan yang tererosi,

    mineral utama pada mantel atas adalah Olivin (Mg,Fe)2SiO4 dan Piroksen

    (Mg,Fe)SiO3, membentuk batuan ultra mafik (Peridotit).

      Zona Transisi Mantel Bawah-Mantel Atas, 7,5% masa bumi, kedalaman

    400-650 km. Zona transisi atau Mantel Tengah atau secara fisik dikenal

    sebagai Mesosfer mengandung 11,1% masa mantel-kerak, merupakan

    sumber magma basaltic. Juga mengandung kalsium (ca), Aluminium (Al), dan

    garnet, merupakan kompleks silikat mengandung Aluminium. Lapisan ini

    relative mempunyai densitas tinggi jika dingan, disebabkan kandungan

    granetnya. Tetapi akan mudah mengapung atau ringan jika panas, karena

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    24/61

     

    24

    mineral yang lebur akan membentuk basalt, menerobos naik melewati mantel

    atas membentuk magma.

    Gambar 2.1 Penampang interior bumi

      Mantel Bawah (Lower Mantle), 49.2% masa bumi, kedalaman 650-2.890

    km, 72,9% disusun oleh masa mantel-kerak dengan komposisi terdiri dari

    silicon (Si), magnesium (Mg), dan oksigen (O). Sebagian kemungkinan

    disusun oleh besi (Fe), kalsium (ca), dan aluminium (Al). Para ahli membuat

    deduksi ini berdasarkan asumsi bahwa proporsi dan jenis unsus pada bumi

    relative sama dengan meteorit primitive.

      Inti Bumi, 32,5% masa bumi, kedalaman 2.890-6370 km. Lapisan ini

    didominasi oleh besi (Fe), juga mengandung sekitar 10% sulfur (S) dan atau

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    25/61

     

    25

    oksigen (O). Sulfur dan Oksigen menyebabkan lapisan ini densitasnya sedikit

    lebih ringan dari leburan besi murni

    Komposisi Kerak Bumi

    Seperti di sebutkan di atas,kerak bumi dibedakan menjadi kerak samudera

    yang berkomposisi basaltic dan kerak benua yang berkomposisi granitic. Disamping

    adanya perbedaan komposisi batuan, kedua tipe kerak tersebut juga mempunyai

    perbedan kadar unsur-unsur yang yang terdapat di dalamnya, walupun demikian

    terdapat beberapa unsure yang mempunyai proporsi relative sama pada kedua kerak

    tersebut.

    Tabel 2.1 Daftar kadsar beberapa logam penting di kerak bumi

    Logam Granit (kerakbenua)

    Diabas (keraksamodera)

    Kadar DlmKerak(%)

    MiningGrade(%)

     Au/Emas 0.000 000 4 0.000 000 4 0.000 000 4 0.000 1

     Ag/Perak 0.000 0055 0.000 008 0.000 007 0.008

    Fe/Besi 1.37 7.76 5 25-55

    Cu/Tembaga 0.0013 0.0110 0.005 1

    Pb/Timbal 0.0048 0.00078 0.0013 4-20

    Zn/Seng 0.0045 0.0086 0.007 4-10

    Ni/Nikel 0.0001 0.0076 0.0075 1.5-2,5

    Cr/Krom 0.002 0.0114 0.01 30

    Mn/Mangan 0.0195 0.128 0.09 35

     Al/Aluminium 7.43 7.94 8.13 30

    Sn/Timah 0.00035 0.00032 0.000 2 0.5-2

    Hg/ Raksa 0.000 01 0.000 02 0.000 008 0,2-8

    Mo/Molibdenum 0.000 65 0.000 057 0.000 15 0,01-0,6

    W/wolfram 0.000 04 0.000 05 0.000 15 0,3-6 WO3

    Pt/Platina 0.000 00019 0.000 00012 0.000 001 0,0003-0,0015

    Si/Silikon 33.96 24.6 27.7

    O/Oksigen 48.5 44.9 46.6

    2.1.2. Pembagian Lapisan Bumi Secara Fisik

    Pembagian lapisan bumi berdasarkan komposisi merupakan satu-satunya

    pembagian sebelum berkembangnya teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonics) ,

    sebuah ide yang menyatakan bahwa permukaan bumi disusun oleh lempeng-

    lempeng yang bergerak. Sekitar tahun 1970-an para ahli geologi menyadari bahwa

    lempeng-lempeng tersebut lebih tebal dari pada kerak, dan kemudian diketahui

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    26/61

     

    26

    bahwa lempeng –lempeng tersebut terdiri dari kerak  dan bagian paling atas dari

    mantel, membentuk lapisan yang kaku dan keras yang dikenal sebagai litosfer

    (lithosphere) , mempunyai ketebalan antara 10-200 Km.

    Lempeng litosfer tersebut mengambang pada lapisan yang plastis yang

    sebagian membentuk leburan, dengan ketebalan 250-350 Km, yang dikenal sebagai Astenosfer (Asthenosphere) . Walaupun Astenosfer dapat bergerak, tetapi bukan

    lapisan cair,oleh karenanya dapat dilalui baik Gelombang-P (Compressional (P)-

    Waves) maupun Gelombang-S (Shear (S)-Waves).

    Pada kedalaman sekitar 660 Km, tekanan menjadi lebih besar dan mantel

    tidak lagi dapat bergerak. Lapisan mantel yang tidak lagi plastis ini dikenal sebgai

    lapisan Mesosfer  (Mesosphere) .

    Inti bumi secara fisik dibagi mmenjadi dua bagian, yang dikenal sebagai Inti

    Luar (Outer Core) dan Inti Dalam (Inner Core). Lapiasan Inti Luar berada pada

    kedalaman 2.890-5150 km, sangat panas, membentuk fase cair. Sedangkan Inti

    Dalam, berada pada kedalaman 5.150-6370 km, merupakan fase padatan, seolah

    mengambang dalam leburan inti luar.

    2.2. Tektonik Lempeng dan Mineralisasi

    Continental rifting   dan Mid Oceanic Spreading   dibentuk pada retakan

    lempeng, ketika magma  bergerak naik dari mantel menuju permukaan lantai

    samodra membentuk sekuen batuan ofiolit penampang tengah samodera, sebagai

    lempeng baru. Lempeng baru yang terbentuk bergerak menjauhi sumbu pemekaran,

    makin lama semakin dingin dan semakin tebal, hingga densitasnya semakin besar

    dan kemudian tenggelam membentuk penunjaman (Subduction Zone),   sehingga

    lempeng akan panas, hancur, menyebabkan terbentuknya leburan sebagian pada

    mantel membentuk magma, dengan densitas rendah bergerak kembali ke

    permukaan menbentuk rangkaian gunungapi. Pergerakan lempeng seringkali juga

    menimbulkan pergeseran membentuk sesar mendatar besar (Transform faults),  

     juga diikuti oleh pembentukan magma.

    Litosfer bumi dibagi menjadi delapan lempeng besar serta sekitar 24 lempeng

    kecil, yang bergerak di atas lapisasn Astenosfer dengan kecepatan sekitar 5-10

    cm/tahun. Kedelapan lempeng besar tersebut terdiri dari:

      Lempeng Afrika (African Plate)

      Lempeng Antartik (Antarctic Plate)

      Lempeng Hindia-Australia (Indian-Australian Plate)

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    27/61

     

    27

      Lempeng Pasifik (Pasific Plate)

      Lempeng Amerika Utara (North American Plate)

      Lempeng Amerika Selatan (South American Plate )

      Lempeng Nazca (Nazca Plate)

    Batas-batas lempeng tektonik tersebut di atas, membentuk lingkungan tektonik

    yang beragam, secara umum dikenal sebagai

    1.  Mid-oceanic ridge dan back arc rifting dan transform faults, yang membentuk

    batas lempeng konstruktif

    2.  Subduction zone, yang merupakan batas lempeng destruktif, menghasilkan

    island arcs dan active continental margins

    3.  Oceanic intra-plate, menghasilkan oceanic island (hot spots)

    4.  Continental intra-plate, yang menghasilkan continental flood basalt dan

    continental rift zone

    Gambar 2.2. Penampang tektonik interior bumi

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    28/61

     

     

    Gambar 2.3 Batas lempeng-lempeng besar pada litosfer bumi

    LEMPENG PASIPIK

    LEMPENG AM

    UTARA

    LEMPENG EURASIA

    LEMPENG PASIFIK

    LEMPENG

    NAZCA

    LEMPENG AFRIKA

    LEMPENG ANTYARTIK

    LEMPENG HINDIA-

     AUSTRALIA

    LEMPENG

     ANTARTIK

    LEMPENG NAZCA

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    29/61

     

    29

    Tektonik Lempeng berperan besar dalam mengontrol terjadinya magmatisme,

    hidrotermal, dan volkanisme  pada lapisan kerak bumi. Sebagian besar proses

    pembentukan mineralisasi sangat terkait dengan proses magmatisme dan hidrotermal

    atau pembentukan batuan. Oleh karena itu sangat penting memahami lempeng

    tektonik, sebagai dasar untuk memahami adanya mineralisasi.

    Pada kenyataannya tektonik lempeng sangat baik dalam menjelaskan karakteristik

    batuan beku dan asosiasi endapan mineral. Lebih dari 90% aktivitas batuan beku yang

    sekarang ada terletak di dekat batas lempeng tektonik. Sehingga batas lempeng

    merupakan tempat yang paling penting bagi penyebaran endapan mineral.

    Keberadaan endapan bijih di dunia sebagian besar tersebar pada wilayah batas

    lempeng, terutama pada jalur magmatisme-vulkanisme yang disebabkan subduksi

    lempeng. Sebagai contoh adalah batas wilayah lempeng pasifik, yang membentuk busur

    kepulauan di bagian barat mulai dari Selandia Baru-Papua Nuegini-Indonesia-Pilipina-

    Jepang dan busur magmatic kontinen di bagian timur mulai dari Chili-Amerika Serikat

    hingga Kanada, yang dikenal sebagai ring of fire , merupakan jalur mineralisasi yang

    sangat potensial.

    Keberadaan endapan mineral yang signifikan di Indonesia, sebagian besar

    berasosianya atau berada pada jalur busur magmatic, seperti endapan porfir Cu-Au

    kompleks Grasberg-Ertzberg yang berada pada busur irian Jaya Tengah, Endapan Cu-Au

    Batuhijau Sumbawa dan Endapan Au-Ag Epitermal Pongkor yang berada pada busur

    Sunda-banda, Endapan Au Epitermal Kelian pada busur Kalimantan Tengah, Endapan Au

    Sedimen Hosted Messel di busur Sulawesi Mindanau, Endapan Au epitermal Gosowong

    yang berada pada busur Halmmahera, dan lain sebagainya.

    Jenis logam yang terknsentrasi, pada wilayah tertentu, sangat dikontrol oleh

    lingkungan tektoniknya. Sn, W,Mo, F, Nb umumnya dikontrol oleh oleh keberadaan

    kerak kontinen, baik pada intra-continental hotspot, intra-continental rift zone, maupun

    pada continental magmatic arcs. Cr, Ni,Pt, Cu dikontrol oleh kehadiran kerak samodera,

    diantaranya pada pemekaran tengah samudera. Au, Ag,Cu paling sering hadir pada

    lingkungan tektonik busur kepulauan (gambar 2.4)

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    30/61

     

    30

     

    Gambar 2.4 Penampang pada batas lempeng-lempeng tektonik dan asosiasi unsurelogam yang terbentuk (Mitchell dan Garson, 1981)

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    31/61

     

     

    Gambar 2.5 Penyebaran busur magmatic di Indonnesia, yang berperan terhadap keberadaan bijih (sumber

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    32/61

    32

    BAB 3STRUKTUR DAN TEKSTUR ENDAPAN MINERAL

    3.1. Bentuk Endapan Bijih

    Terkait dengan waktu pembentukan bijih dihubungkan dengan host rock-nya,

    dikenal istilah singenetik dan epigenetic. Singenetik diartikan bahwa bijih terbentuk

    relative bersamaan dengan pembentukan batuan, sering merupakan bagian rangkaian

    stratigrafi batuan, seperti endapan bijih besi pada batuan sediment. Epigenetik,

    kebalikan dengan singenetik, merupakan bijih yang terbentuk setelah host rock-nya

    terbentuk. Contoh endapan epigenetic adalah endapan yang berbentuk urat (vein).Seperti dalam terminology batuan beku, juga dikenal istilah tubuh bijih diskordan

    dan konkordan. Tubuh bijih diskordan, jika memotong perlapisan batuan, sedangkan

    tubuh bijih konkordan jika relaqtif sejajar dengan lapisan batuan.

    3.1.1.Tubuh bijih diskordan

    3.1.1.1. Bentuk beraturan

    a. Tubuh Bijih Tabular

    Tubuh bijih tabulat mempunyai ukuran pada dua sisi yang memanjang, tetapi sisi

    ketiga relative pendek. Bentuk tubuh bijih tabular, umumnya membentuk vein (urat)

    atau fissure -veins. Vein pada umumnya mempunyai kedudukan miring, seperti pada

    sesar, pada bagian bawah dikenal sebagai footwall, sedangkan bagian atasnya dikenal

    sebagai hangingwall (Gambar 3.1).

    Gambar 3.1. Kiri, memperlihatkan urat yang terbentuk pada sesar normal, dengan strukturpinch-and-swell. Kanan, memperlihakan stadia pembentukan urat yang relative vertical danhorizontal. Struktur berperan sebelum dan sesudah mineralisasi (dari Evans, 1993).

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    33/61

    33

    Gambar tersebut memberikan gambaran tentang struktur  pinch and swell  yang

    membentuk urat. Ketiga pada rekahan tersebut membentuk sesar normal, maka akan

    terbentuk ruang terbuka (dilatant zones), yang memungkinkan fluida pembawa bijih

    masuk ke rongga tersebut dan membentuk urat. Vein pada umumnya terbentuk pada

    system rekahan yang memperlihatkan keteraturan pada arah maupun kemiringan. 

    b. Tubuh bijih TubularTubuh bijih ini, relative pendek pada dua dimensi , tetapi panjang pada sisi

    ketiganya. Pada posisi vertical atau sub vertical tubuh ini dikenal sebagai pipa (pipes)  

    atau chimneys , sedangkan pada posisi horizontal sering digunakan istilah “mantos”.

    Terbentuknya tubuh bijih yang tubular, umumnya disebabkan oleh pelarutan batuan

    induknya (host rocks ), serta bijih yang berupa breksiasi. Beberapa tubuh bijih

    seringkali tidak menerus, sehingga membentuk tubuh bijih yang disebut pod (pod- 

    shaped orebodies) .

    Gambar 3.2. Memperlihatkan kenampakan breksi hidrotermal. Foto kiri, kenampakan breksihidrotermal pada endapan skarn Big Gossan. Foto kanan, tekstur pengisian diantarafragmen breksi yang membentuk tekstur cockade pada endapan epitermal Ciemas.

    Gambar 3.3. Foto kiri memperlihatkan masif kalkopirit ± pirit-magnetit yang terebntuk padafase mineralisasi awal yang meng-overprint   klinopiroksen. Foto kanan urat epidot-gipsum-pirit-kalkopirit-sfalerit. Lokasi Big Gossan, Tembaga Pura.

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    34/61

    34

    3.1.1.1. Bentuk tidak beratura

    a. Endapan sebaran (disseminated deposits)

    Pada endapan sebaran (diseminasi), bijih tersebar pada tubuh batuan, seperti

    pada pembentukan mineral asesori pada batuan beku. Pada kenyataannya bijih ini

    sering sebagai mieral asesori pada batuan beku.

    Endapan bijih diseminasi juga banyak terbentuk pada sebagian besar

    perpotongan jaringan urat-urat halus (veinlets) , yang dikenal sebagai stockwork ,

     juga di sepanjang urat halus atau pada pori batuan. Stockwork sebagian besar

    terbentuk pada tubuh intrusi berkomposisi intermediet sampai asam, tetapi juga dapat

    menerus hingga pada batuan sampingnya.

    b. Endapan replacement (penggantian)

    Beberapa endapan bijih terbentuk oleh proses replacement (penggantian) pada

    mineral atau batuan yang telah ada, berlangsung pada temperature rendah hingga

    sedang. Replacement yang berlangsung pada temperature tinggi, umum terbentuk

    terutaman pada contak dengan intrusi yang berukuran besar hingga menengah.

    Endapan ini sering dikenal atau popular sebagai endapan skarn. Tubuh bijih dicirikan

    oleh pembentukan mineral-mineral calc-silicate seperti diopsit, wolastonit, andradid-

    grosularit garnet, maupun tremolit-aktinolit.

    Gambar 3.4. Kiri, kenampakan magnetite veinlets pada endapan skarn Big Gossan. Kanan

    Kenampakan tekstur stockwork pada endapan Cu-porfiri Grasberg, Tembaga Pura.

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    35/61

    35

    5.1.2.Tubuh bijih Korkordan

    Tubuh bijih konkordan dapat terbentuk secara singenetik , membentuk satu

    kesatuan stratigrafi dengan host rock-nya, tetapi juga dapat terbentuk secara

    epigenetic, setelah batuan ada. Endapan konkordan umumnya terbentuk pada batas

    batuan yang berbeda ,juga dapat terbentu dalam satu tubuh batuan; dapat batupasir,

    batugamping, batuan lempungan, atau pada endapan vulkanik, kadang juga pada

    batuan plutonik atau metamorf. Pada tubuh bijih konkordan, sebagian besar tubuh bijih

    relative parallel dengan bidang perlapisan, beberapa bagian sering miring atau bahkan

    tegak lurus dengan bidang perlapisan.

    Pada batuan vulkanik, endapan dapat terbentuk mengisi vesikuler pada tubuh

    lava basat yang umumnya membentuk outobreccia dan pada endapan volcanogenic

    massive sulphide. Endapan massive sulphide merupakan endapan yang penting dan

    lebih signifikan. Pada tubuh intrusi plutonik, juga sering membentuk lapisan-lapisan

    mineral ekonomik seperti magnetit-ilmenit atau kromit. Pembentukan ini disebabkan

    oleh gravitational settling  atau liquid immicibility .

    5.2.Tekstur Bijih

    Tekstur bijih dapat bercerita banyak tentang genesa atau sejarah pembentukan

    bijih. Interpretasi genesa mineral dari tekstur sangat sulit dan haruslah hati-hati. Ada

    tiga tekstur yang dikenal, yaitu tekstur open space filling (infilling), tekstur replacement,

    serta exolution.

    Gambar 3.5. Memperlihatkan tubuh bijih diskordan, yang dikontrololeh stratigrafi dan struktur geologi (dari Evans, 1993).

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    36/61

    36

    5.2. 1 Tekstur infilling (pengisian)

    Proses pengisian umumnya terbentuk pada batuan yang getas, pada daerah

    dimana tekanan pada umumnya relatif rendah, sehingga rekahan atau kekar cenderung

    bertahan. Tekstur pengisian dapat mencerminkan bentuk asli dari pori serta daerah

    tempat pergerakan fluida, serta dapat memberikan informasi struktur geologi yang

    mengontrolnya. Mineral-mineral yang terbentuk dapat memberikan informasi tentang

    komposisi fluida hidrotermal, maupun temperatur pembentukannya.

    Pengisian dapat terbentuk dari presipitasi leburan silikat (magma) juga dapat

    terbentuk dari presipitasi fluida hidrotermal. Kriteria tekstur pengisian dapat dikenali dari

    kenampakan:

       Adanya vug atau cavities, sebagi rongga sisa karena pengisian yang tidak selesai

      Kristal-kristal yang terbentuk pada pori terbuka pada umumnya cenderung

    euhedral seperti kuarsa, fluorit, feldspar, galena,sfalerit, pirit, arsenopirit, dan

    karbonat. Walupun demikian, mineral pirit, arsenopirit, dan karbonat juda dapat

    terbentuk euhedral, walaupun pada tekstur penggantian.

    Gambar 3.6 Foto kiri memperlihatkan kenampakan vuggy quartz,sedangkan foto kananmemperlihatkan tekstur crustiform-colloform, sebagai penciri tekstur pengisian.

       Adanya struktur zoning pada mineral, sebagai indikasi adanya proses pengisia,

    seperti mineral andradit-grosularit. Struktur zoning pada mineral sulit dikenali

    dengan pengamatan megaskopis.

      Tekstur berlapis. Fuida akan sering akan membentuk kristal-kristal halus, mulai

    dari dinding rongga, secara berulang-ulang, yang dikenal sebagai crustiform  

    atau colloform . Lapisan crustiform yang menyelimuti fragmen dikenal sebagai

    tekstur cockade . Apabila terjadi pengintian kristal yang besar maka akan

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    37/61

    37

    terbentuk comb structure . Pada umumnya perlapisan yang dibentuk oleh

    pengisian akan membentuk perlapisan yang simetri.

    •  Kenampakan tekstur berlapis juga dapat terbentuk karena proses penggantian

    (oolitik, konkresi, pisolitik pada karbonat) atau proses evaporasi (banded

    Gambar 3.7. Gambar yang menunjukkan beberapa kenampakan tekstur pengisian. A) Vuggyatau rongga sisa pengisian, b). Kristal euhedral, c). Kristal zoning, d). Gradasi ukuran Kristal,

    e).Tekstur crutiform, f). Tekstur cockade, g).Tekstur triangular, h).Comb structure,i).Pelapisan simetris

    a)

    e)d

    c)b)

    h) i)

    f)

    g

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    38/61

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    39/61

    39

      Mineral pada kedua dinding rekahan tidak sama

       Adanya mineral yang tumbuh secara tidak teratur pada batas mineral lain

    ekahan

    3.2.3. Tekstur exolution (eksolusi)

    Mineral-mineral yang terbentuk sebagai homogenous solid-solution, pada saat

    temperatur mengalami penurunan, komponen terlarut akan memisahkan diri dari

    komponen pelarut, membentuk tekstur exolution. Kenampakan komponen(mineral)

    Gambar 3.8 Gambar yang menunjukkan beberapa kenampakan tekstur penggantian(Guilbert dan Park, 1986). Berturut-turut dari kiri:

    •  Pseudomorf, bementit mengganti sebagian Kristal karbonat

    •  Bornit mengganti pada bagian tepid an rekahan kalkopirit

    •  Digenit yang mengganti kovelit dan kalkopirit, memperlihatkan lebar yang berbeda

    Gambar 3.9. Gambar yang menunjukkan beberapa kenampakan tekstur penggantian(Guilbert dan Park, 1986). Berturut-turut dari arah kiri:

    a)  Urat kalkopirit yang saling memotong, tidak memperlihatkan pergesaranb)  Komposisi mineral yang tidak simetris pada dinding rekahanc)  Kenampakan tumbuh bersama yang tidak teratur pada bagian tepi mineral

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    40/61

    40

    terlaut akan membentuk inklusi-inklusi halus pada mineral pelarutnya. Inklusi-inklusi ini

    kadang teratur dan sejajar, kadang brlembar, kadang tidak teratur.

    Gambar 3.10. Kanan: Memperlihatkan kenampakan foto mikroskopis tekstur penggantianmineral kovelit pada bagian tepi mineral kalkopirit. Kiri: memperlihatkan kenampakan fotomikroskopis tekstur exolution mineral kalkopirit pada tubuh sfalerit (perbesaran 40x. Lok.Ciemas).

    Gambar 3.11. Beberapa kenampakan khas tekstur exolution padamineral sulfide dan okksida (Evans, 1993).

    a)  Pemilahan mineral hematite dalam ilmenitb)  Exolution lembaran ilmenit dalam magnetitc)  Exolution butiran kalkopirit dalam sfaleritd)  Rim exolution pendlandit dari pirhotit

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    41/61

    41

     Adanya tekstur exolution menunjukkan adanya temperatur pembentukannya

    yang relatit tinggi, sekitar 300-600°C.

    Tabel 5.1 Beberapa contoh tekstur exolution mineral kalkopirit-stannit-sfalerit

    temperatur pembentukannya (Evans, 1993)

    No. Mineral Temperatur (°C)

    1 Kalkopirit dan stannit dalam sfalerit 550

    2 Sfalerit dalam kalkopirit 400

    3 Stannit dalam kalkopirit 475

    4 Sfalerit bdalam stannit 325

    5 Kalkopirit dalam stannit 400-475

     

    3.2.4. Paragenesa Mineral

    Definisi dan batasan paragenesa mineral, antara ahli yang satu dengan

    lainnya seringkali berbeda. Guilbert dan Park (1986) mengartikan paragenesa sebagai

    himpunan mineral bijih, yang terbentuk pada kesetimbangan tertentu, yang melibatkan

    komponen tertentu. Sedangkan beberapa penulis lain mengartikan paragenesa sebagai

    urutan waktu relatif pengendapan mineral; berapa kali suatu pengendapan mineral telah

    terbentuk (Park dan MacDiarmid, 1970; Taylor dkk., 1996). Kronologi pengendapan

    mineral tersebut, oleh Guilbert dan Park (1986) disebut sebagai sikuen paragenesa.

    Penulis mengartikan   Paragenesa mineral   sebagai kronologi pembentukan

    mineral, yang dibagi menjadi beberapa stadia pembentukan .

    Batasan stadia sendiri juga sering menghasilkan banyak tafsiran. Secara umum

    dapat diartikan sebagai kumpulan mineral yang terbentuk atau diendapkan selama

    aliran fluida berjalan menerus (Taylor, 1998). Jika suatu aliran fluida berhenti dankemudian terjadi aliran lain, maka dapat diartikan terdapat dua stadia. Secara ilmiah

    tidak mungkin mengetahui atau membuktikan secara pasti adanya ketidak-menerusan

    aliran fluida hidrotermal yang melewati suatu tempat. Dalam prakteknya pembagian

    stadia dihitung dari berapa kali suatu batuan mengalami tektonik. Dengan anggapan

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    42/61

    42

    setiap rekahan hasil tektonik yang mengandung mineralisasi merupakan satu sikuen

    waktu relatif .

    Untuk dapat menyusun paragenesa mineral (bijih) pada suatu tempat, perlu

    dilakukan observasi overprinting   pada sejumlah contoh batuan. Pengertian

    overprintin g dapat diartikan sebagai observasi tekstur pada sampel bijih untuk

    mengetahui bahwa satu mineral terbentuk lebih awal atau lebih akhir dibanding mineral

    lain. Observasi overprinting merupakan bagian dari proses untuk menyusun paragenesa

    mineral yang merupakan dasar untuk mengetahui apa yang terjadi pada suatu sistem

    hidrotermal.

    3.2.5. Kriteria Overprinting

    Secara teori kriteria overprinting cukup sederhana, akan tetapi relatif cukup

    rumit dalam prakteknya. Pemahaman tekstur penggantian dan pengisian lebih dulu

    harus dipahami. Secara umum ada beberapa kriteria, kriteria pertama adalah kriteria

    yang paling mudah dipahami dan meyakinkan.

    3.2.5.1 Kriteria Pertama (Confidence building )

    •  Mineral Superimposition  

    Fluida hidrotermal yang melewati rekahan yang terbuka, akan

    mengendapkan mineral, dimana satu mineral menutup yang lain,

    membentuk sikuen pengisian (sequentian infill ).

    Tekstur pengisian memberikan informasi yang sangat berharga terkait

    dengan sikuen pengendapan mineral. Dalam satu stadia pengendapan,

    secara ideal mineral yang terbentuk paling awal akan ditumpangi atau

    dilingkupi oleh pembentukan mineral berikutnya.

    Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan observasi

    overprinting dengan kriteria sikuen pengisian, diantaranya:

    a)  Pada rongga (cavity ) yang tidak terisi seluruhnya, akan mudah untuk

    mengetahui urutan sikuen pengendapannya. Tetapi apabila seluruh

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    43/61

    43

    rongga terisi penuh, kadang sedikit sulit untuk mengetahui mineral

    mana yang terbentuk lebih dulu.

    b)  Pada urat yang membentuk perlapisan bagus, kadang terlihat suatu

    kristal yang terisolasi yang tidak mengikuti perlapisan. Untuk kasus

    tersebut, penyelesaian dengan hanya satu sampel akan ada banyak

    kemungkinan yang bisa disimpulkan. Oleh karena itu harus dilakukan

    pengamatan pada beberapa contoh lain, untuk mengetahui sikuen

    yang sebenarnya dari kristal tersebut.

    c)  Rekahan atau rongga pada breksi akan diendapi mineral dalam

     jangka waktu yang panjang. Tidak ada jaminan bahwa yang terlihat

    sebagai satu ikuen lapisan mewakili satu stadia pengendapan. Pada

    prinsispnya sangat sulit untuk menyusun overprinting dari suatu

    lapisan/pengendapan yang menerus. Makin besar rongga makin

    terbuka kesempatan untuk pengendapan berikutnya membentuk

    lapisan yang menerus. Walaupun perekahan mungkin dapat terjadi

    dan memungkinkan hadir stadia baru, tetapi kenyataannya

    overprinting tidak mudah teramati (rongga lebih sulit untuk pecah)

    d)  Untuk kasus seperti poin c), perbedaan tekstur dan besar butir yang

    mencolok, bisa digunakan untuk menduga adanya overprinting.

    Bagian paling dalam dari suatu rongga (sikuen terakhir pengendapan)

    biasanya sebagai kristal yang paling kasar. Sehingga jika terjadi

    perubahan ukuran kristal dari kasar ke halus, kemungkinan

    merupakan stadia pengendapan yang berbeda.

    e)  Perbedaan temperatur pembentukan dari sangat tinggi ke rendah,

     juga bisa mengindikasinkan adanya stadia yang berbeda.

    •  Structural Superimposition  

    •  Urat-stockwork yang saling memotong

    •  Breksiasi, fragmen yang termineralisasi awal di dalam komponen yang

    mengalami mineralisasi baru

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    44/61

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    45/61

    45

    •  Konfigurasi alterasi yang tidak konsisten

    Sangat umum terjadi, bahwa suatu zona alterasi meng-overprint alterasi

    yang telah ada sebelumnya. Jika pada suatu tempat, alterasi kedua

    mengubah seluruh hasil alterasi pertama, sedang ditempat lain alterasi kedua

    hanya mengubah sebagian alterasi pertama, maka akan terlihat adanya

    perbedaan zona alterasi. Sehingga, kalau berjalan dari host rock ke arah

    zona urat, akan dijumpai perbedaan zona alterasi di beberapa bagian.

    •   Alterasi pada batuan yang telah teralterasi

    Sangat umum terjadi bahwa hasil alterasi masih memperlihatkan tekstur

    batuan yang telah teralterasi sebelumnya. Mineral alterasi awal sering diganti

    sebagian oleh mineral alterasi berikutnya.

    3.2.5.3 Kriteria Ketiga (Indirect Overprinting)  

    Pada banyak contoh inti bor, atau contoh batuan yang di-slab, sering

    memperlihatkan urat-urat halus yang terpisah dengan himpunan mineral

    ubahan/pengisian yang satu sama lain sangat berbeda. Kehadiran dua atau lebih

    himpunan mineral pada tempat yang berbeda, menunjukkan adanya dua atau lebih

    stadia mineralisasi, tetapi sulit mengetahui mana yang lebih dulu terbentuk.

    Perbedaan kristal yang mencolok pada sikuen pengisian juga dapat dijadikan

    indikasi adanya stadia yang berbeda, setidaknya ada perbedaan atau perubahan kondisi

    kimia dan fisik.

    3.2.5.4 Kriteria ke-empat (Indirect overprinting-temperature inference )

    Sebagian besar sikuen paragenetik memperlihatkan kecenderungan adanya

    penurunan temperatur. Stadia awal umumnya terbentuk pada temperatur yang relatif

    lebih tinggi. Himpunan mineral yang mengandung biotit secara normal terbentuk pada

    temperatur lebih tinggi dengan himpunan yang mengandung mineral lempung. Bukan

    berarti apabila didapati asosiasi biotit dengan mineral lempung dapat diartikan bahwa

    biotit terbentuk lebih dulu dibanding mineral lempung. Tetapi paling tidak kriteria

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    46/61

    46

    temperatur dapat digunakan untuk membantu memilahkan stadia satu dengan lainnya

    (lihat tabel kisaran temperatur).

    Tabel 5.2. Contoh tabel paragenesa mineral

    PENGAMATAN STADIA 1 STADIA 2 STADIA 3 STADIA 4

    Mineral ubahan

    epidot

    serisit

    kalsit 

    Mineralisasi(sulfida,oksida)

    magnetit

    pirit

    kalkopirit 

    Tipe struktur breksiasi,

    urat

    urat ……………. ………………….

    .

    Indikasi temperatur ……….. ………….. …………………. ………………

    Lain-lain  ………… …………. ……………. …………..

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    47/61

    47

    Tabel 5.3 Kisaran temperatur mineral-mineral ubahan hidrotermal yang penting (sebagian besarberdasarkan kisaran yang dibuat oleh Kingston Morrison, 1995; (*) oleh Edwards, 1965 ).

    Kisaran temperatur ( °C )

    0°  100°  200°  300° 

    Alterasi(mineral sekunder)

    Kuarsa

    Serisit/Muskovit

     Mineral lempung

    Klorit

     Epidot

    Kalsit/Karbonat

    Pirofilit ?

    Sfen Aktinolit

     Anhidrit

     Albit

     Biotit

     Adularia

    Mineralisasi(sulfida dan oksida)

    Pirit

    Kalkopirit (kp)

     Magnetit

    Spalerit (sp)Galena

     Bornit (bo)

    Kovelit (ko)

     Digenit

     Arsenopirit

    Kalkosit (ks)

     Hematit

     Emas

     Elektrum

    Perak

    Kp dalam Sp

    Ko dalam Ks (*)

     Bo eksolusi (*)

    Ko eksolusi

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    48/61

     

    49

     

    BAB 4KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL

    4.1 Perkembangan konsep dan klasifikasi endapan mineral

    Pada kenyataannya tidak mudah membuat pengelompokan atau klasifikasi

    endapan mineral. Terdapat klasifikasi yang didasarkan pada genesanya, ada juga

    klasifikasi secara diskriptif, misal berdasarkan komoditi logamnya, atau berdasarkan

    batuan yang ditempatinya (host rocks-nya). Sebenarnya klasifikasi secara diskriptif

    berdasarkan komoditi logamnya relatif mudah untuk dipahami. Tetapi pada para ahli

    geologi tidak menggunakan klasifikasi tersebut, karena berbagai alasan, diantaranya

    tersebarnya banyak unsure logam pada beragam tatanan geologinya dan pembagian

    ini mungkin dirasa kurang ilmiah.

    Pengelompokan yang sering digunakan oleh para ahli geologi, umumnya

    berdasarkan pada bentuk endapannya, wall rock nya, atau control strukturnya.

    Sebagai contoh Bateman (1950) dalam bukunya “ Economic Mineral Deposit”

    mengelompokkan bijih berdasarkan control strukturnya, diantaranya bijih yang

    terbentuk pada sesar, pada lipatan, pada kontak batuan beku, diseminasi dan lain

    sebagainya. Masalahnya terdapat juga bijih yang terbentuk pada lipatan yang

    tersesarkan, atau diseminasi sepanjang kontak batuan beku. Sehubungan dengan

    munculnya teori tektonik lempeng yang dapat menjelaskan proses magmatisme dan

    keberadaan endapan bijih, maka klasifikasi secara genetic makin sering digunakan.

    Tokoh penting yang memulai membangun konsep dan klasifikasi endapan

    mineral adalah Waldemar Lindgren (1860-1939). Lindgren (1911) secara garis besar

    membagi endapan mineral menjadi dua macam yaitu

    a). endapan oleh proses mekanik dan

    b). endapan oleh proses kimiawi (Tabel 3.1).

    Endapan yang disebabkan oleh proses kimiawi, karena naiknya air magmatik,

    dibagi menjadi 3, berturut-turut dari bagian yang paling dalam adalah:   Endapan

    hipotermal, Endapan Mesotermal, dan Endapan epitermal  (Tabel 1).

    Endapan hipotermal terbentuk pada wilayah yang cukup dalam pada

    temperature yang relative panas, endapan epitermal merupakan endapan yang

    terbentuk di dekat permukaan, dengan kondisi temperature yang rendah. Sedangkan

    endapan Mesotermal terbentuk pada kedalaman dan temperature diantara endapan

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    49/61

     

    50

    Mesitermal dan hipotermal. Dalam klasifikasi ini belum muncul istilah hidrotermal,

    tetapi hanya disebut dengan istilah “ karena naiknya air, berhubungan dengan

    aktivitas batuan beku”.

    Tabel 4.1. Klasifikasi Lindgren (1911)

    I. ENDAPAN OLEH PROSES MEKANIK

    I. ENDAPAN OLEH PROSES KIMIAWI

    Oleh reaksi 0-70°    C P menengah-tinggi

     A Evaporasi

    1. KONSENTRASI KOMPONEN YANG BERASAL DARI TUBUH BATUAN SENDIRI 

    a. Oleh pelapukan 0-100°    C P menengah

    b. Oleh air tanah 0-100°    C P menengah

    c. Oleh metamorfosa 0-400°    C P tinggi

    2. PENAMBAHAN KOMPONEN DARI LUAR 

    a. TANPA AKTIVITAS BATUAN BEKU 0-100°    C p menengah

    B b. BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS BATUAN BEKU

    1) KARENA NAIKNYA AIR

    Hypothermal 500-600°    C P tinggi

    Mesothermal 150-300°    C P tinggi

    Epitermal 50-150°    C P menengah

    2). OLEH EMANASI LANGSUNG BATUAN BEKU 

    Pyrometasomatic 500-800°    C P tinggi

    Sublimates 100-600°    C P rendah-menengah

    Endapan magmatik 700-1500°    C P tinggi

    C Pegmatik 575°    C P tinggi

     A. Di dalam tubuh air B. Di dalam tubuh batuan C. Endapan magmatik

    Tabel 4.2 Ciri-ciri umum endapan Hipotermal (Lingren 1933)

    Kedalaman 3000- 15000 m

    Temperatur 300-600

    Pembentukan Pada atau dekat batuan plutonik asam.Pada umumnya padabatuan prakambrium, jarang pada batuan muda.Sering ditemukanpada sesar naik

    Zona bijih Fracture-filling dan replacement, tubuh bijih umumnya tidakberaturan, kadang tabular. Kadang terdapat ore disseminated

    pada batuan sampingLogam bijih Au, Sn, Mo,W,Cu,Pb,Zn,As

    Mineral bijih Magnetit, spekularit, pirhotit, kasiterit, arsenopirit, molibdenit,bornit, kalkopirit, wolframit, scheelite, pirit,galena, sfalerit-Fe.

    Mineral penyerta(gangue)

    Garnet, plagioklas,biotit, muskovit, topas, tormalin, epidot, kuarsa,kloorit-fe, karbonat

    Ubahan batu samping Albitisasi, tourmalinisasi, kloritisasi, seritisasi pada batuan silikaan

    Tekstur dan struktur Kristal kasar, kadang berlapis, inklusi fluida hadir pada kuarsa

    Zonasi Tekstur dan mineralogy makin kedalam berubah secara gradual, Au telurida kadang hadir sebagai bonanza.

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    50/61

     

    51

     Tabel 4.3 Ciri-ciri umum endapan Mesotermal (Lingren 1933)

    Kedalaman 1200-4500 m

    Temperatur 200-300

    Pembentukan Umumnya pada atau di dekat batuan beku intrusive. Mungkinberasosiasi dengan rekahan tektonik regional. Umum pada sesar

    normal maupun sesar naikZona bijih Sebagai endapan replacement yang luas dan fracture-infilling.

    Batas tubuh bijih bergradasi dari massif ke diseminasi.Seingmembentuk bijih tabular, stockwork, pipa, saddle-reefs, bedding-surface. Strike dan dip Fissure agak teratur.

    Logam bijih Au,Ag,Cu,As,Pb,Zn,Ni,Co,W,Mo,U, dll

    Mineral bijih Native Au, Ag, kalkopirit, bornit, pirit, sfalerit, galena enargit,kalkosit, bournonite, argentite, pitchblende, niccolite,cobaltite,tetrahedritesulphosalt,

    Mineral penyerta(gangue)

    Mineral temperature tinggi jarang (garnet, tourmaline, topas dll),albit, kuarsa serisit, klorit, karbonat, siderite, epidot, monmorilonit.

    Ubahan batu samping Kloritisasi intens, karbonisasi atau seritisasi.

    Tekstur dan struktur Kristal lebih halus dibamding hipotermal, pirit jika hadir sangathalus, lensa yang besar bisanya massif.

    Zonasi Gradual, secara pasti terjadi perubahan mineralogy kearahkedalaman

    Tabel 4.4 Ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren 1933)

    Kedalaman Permukaan hingga 1500 m

    Temperatur 50-200

    Pembentukan Pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yangberasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atauekstrusiv, biasanya disertai oleh sesar turun, kekar dsb.

    Zona bijih urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan denganpembentukan kantong-kantong bijih, juga seringkali terdapat padapipa dan stockwork.Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikitkenampakan replacement (penggantian)

    Logam bijih Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U

    Mineral bijih Native Au, Ag, elektrum, Cu, BiPirit, markasit, sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite,stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides,tellurides

    Mineral penyerta(gangue)

    kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot,karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite,zeolit

    Ubahan batu samping sering sedikit, chertification (silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi,dolomitisasi, kloritisasi

    Tekstur dan struktur Crustification (banding) sangat umum, sering sebagai fine banding,

    cockade, vugs, urat terbreksikan. Ukuran butir(kristal) sangatbervariasi

    Zonasi Makin ke dalam akin tidak beraturan, seringkali kisaran vertikalnyasangat kecil.

    Niggli (1929) menyampaikan konsep pengelompokan mineral,

    menggabungkan konsep stadia magmatisme dengan jenis-jenis komoditi logamnya.

    Kelompok pertama adalah endapan endapan yang terkait dengan batuan plutonik,

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    51/61

     

    52

    yang kemudian dibagi menjadi Kelompok Orthomagmatik , Kelompok

    Pneumatolitik-Pegmatik , dan kelompok Hidrotermal. Kelompok Othomagmatic

    dibagia Kelompok Intan-Platinum-kromium dan Kelompok Titanium-besi-nikel-

    tembaga. Kelompok Pneumatolitik dibagi menjadi Logam berat-alkanine earths-

    fosforus-titanium, kelompok Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten,dan Kelompok Tourmalin-kuarsa. Demikian halnya dengan Kelompok lain seperti

    hidrotermal dan volkanik, akan dibagi lagi menjadi kelompok komoditi logam (Tabel

    2). Setelah banyak dilakukan eksplorasi dan eksploitasi endapan mineral di banyak

    tempat di dunia, diketahui ada banyak jenis komoditi logam seperti emas yang

    didapatkan pada beberapa kelompok. Sehingga penggolongan ini menjadi kurang

    relevan lagi.

    Tabel 4.5. Klasifikasi endapan bijih Niggli (1929)

    I. PLUTONIK ATAU INTRUSIV

     A. Orthomagmatic

    1. Intan, platinum-kromium

    2. Titanium-besi-nikel-tembaga

    B. Pneumatolytic sampai pegmatitic

    1. Logam berat, alkaline earths, fosforus-titanium

    2.Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten

    3Tormalin-asosiasi kuarsa

    C. Hydrothermal

    1. Besi-tembaga-emas-arsenik

    2. Lead-Zinc-silver

    3. Nikel-kobal-arsenik-perak

    4. Karbonat-oksida-sulfat-fluorida

    I. VOLKANIK ATAU EKSTRUSIV A. Tin-perak-bismut

    B. Logam-logam berat

    C. Emas-peral

    D. Antimoni-merkuri

    E. Tembaga murni (native)

    F. Endapan subaquatic-volcanic and biochemical 

    Pengertian Pneumatolitik yang disampaikan Niggli (1929) adalah stadia

    magmatisme yang didominasi oleh fase gas, sedangkan hidrotermal didominasi oleh

    fase cair. Pada klasifikasi ini telah muncul istilah hidrotermal, yang dibagi menjadi

    empat golongan komoditi logam. Niggli (1929) tidak membagi hidrotemla menjadi

    hipotermal, mesotermal, dan epitermal. Pada kenyataannya sulit dibedakan

    kenampakan hasil ubahan atau endapan mineral yang disebabkan oleh proses

    pneumatolitik dengan hidrotermal. Belakangan, para ahli geologi banyak

    menggunakan istilah fluida hidrotermal (hydrothermal fluid)   untuk mewakili

    baik fase gas pneumatolitik maupun fase cair hidrotermal.

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    52/61

     

    53

      Graton (1933) mengusulkan istilah teletermal, untuk endapan mineral pada

    daerah dangkal, yang terbentuk jauh dari sumbernya (T dan P rendah). Sedangkan

    Buddington (1935), mengenalkan istilah  xenotermal, untuk endapan pada daerah

    dangkal tetapi terbentuk pada temperatur tinggi (T tinggi P rendah). Hal ini

    disebabkan oleh adanya intrusi pluton didekat permukaan.

    Tabel 4.6. Klasifikasi Lindgren (1933) yang dimodifikasi oleh Graton (1933) dan Buddington(1935)

    I. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES KIMIAWI 

    Endapan magmatik (proper/komplit, segregasi ,injeksi, )

    700-1500°    C P sangat tinggi

     A Pegmatik T sedang-tinggi P sangat tinggi

    KOMPONEN EPIGENETIK 

    KARENA ERUPSI BATUAN BEKU

      Volkanogenik subaerial asosiasi denganvolcanic piles

    100-600°    C P atmosfer-menengah

    Dari tubuh efusif, sublimasi, fumarola 100-600°    C P atmosfer

    Dari tubuh intrusi; endapan metamorfik batuanbeku

    500-800°    C P sangat tinggi

    KARENA NAIKNYA AIR MAGMATIK

      Hypothermal, sangat dalam 300-500°    C P sangat tinggi

    Mesothermal, kedalaman sedang 200-300°    C P tinggi

    B Epitermal, dangkal 50-200°    C P menengah

    Telethermal, dekat permukaan, saluran T rendah P rendah

    Xenothermal, dangkal T tinggi-rendah P sedang-atmosfer

    KARENA SIRKULASI AIR METEORIK DI ZONE DANGKAL-MENENGAH

    T 100°    C P menengah

    KOMPONEN TERKANDUNG DALAM BATUAN ITU SENDIRI, EPIGENETIK ATAU SINGENETIK  

    Metamorfosa regional dan dinamik 400°    C P tinggi

    Sirkulasi air tanah bagian dalam 0-100°    C P menengah

    Peluruhan batuan dan residu pelapukan dekatpermukaan

    0-100°    C P menengah-atmosfer

    Volcanogenic berasoiasi volkanisme T tinggi P rendah-menengah

    C Interaksi banyak larutan a. Reaksi inorganikb. Reaksi organik

    0-70°    C P menengah

    Evaporasi zat terlarut

    II. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSESMEKANIK

    T rendah P rendah, dipermukaan

     A. Di dalam magma, oleh proses diferensiasi B. Di dalam tubuh batuan C. Di dalamtubuh air

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    53/61

     

    54

     Tabel 4.7 Ciri-ciri umum endapan teletermal (Graton, 1933 dari Evans , 1993)

    Kedalaman Dekat permukaan

    Temperatur 100

    Pembentukan Pada batuan sedimen, lava. Sering terbentuk pada wilayah yangtidak ditemukan batuan plutonik

    Zona bijih Dalam rekahan terbuka, cavities, kekar, fissure. Tidak ditemukanreplacement.

    Logam bijih Pb,Zn,Cd,Ge

    Mineral bijih Galena(miskin Ag), sfalerit (miskin Fe, mungkin kaya Cd),markasit, pirit, Cinabar

    Mineral penyerta(gangue)

    Kalsir, dolomite miskin Fe, dll

    Ubahan batu samping Dolomitisasi, chertification

    Tekstur dan struktur Seperti epitermal

    Zonasi -

    Stantan (1972) membuat klasifikasi endapan bijih didasrkan pada asosiasi

    batuan sampingnya (host rock), baik pada batuan beku, sedimen hingga metamorf.

    Pengelompokkan tersebut meliputi:

    1.  Bijih pada batuan beku

    •  Bijih berasosiasi dengan mafik dan ultramafik

    •  Bijih berasosiasi dengan felsik

    2.  Bijih yang berafiliasi batuan sedimen

    •  Konsentrasi bijih besi

    •  Konsentrasi bijih mangan

    •  Strata-bound

    3.  Stratiform sulpide yang berasosiasi dengan volkanik laut

    4.  Bijih berasosiasi dengan urat

    5.  Bijih berasosiasi dengan batuan metamorf

    Berapa ahli geologi melakukan pengelompokan endapan bijih didasarkan

    pada lingkungan tektoniknya, diantaranya yang telah dilakukan Mitchell dan Garson

    (1981), yang membagi endapan bijih menjadi:

    1.  Endapan di Continental Hot Spots, Rifts dan Aulacogens

    2.  Endapan pada Passive Continental Margins dan Interior Basins

    3.  Endapan pada lingkungan Oceanic

    4.  Endapan pada lingkungan subduksi

    5.  Endapan pada lingkungan yang terkait dengan collision

    6.  Endapan pada Transform Faults dan lineamentnya pada Continental

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    54/61

     

    55

    Tabel 4.8. Klasifikasi endapan bijih Lindgren, di modifikasi tahun 1985

    I. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES KIMIAWI 

    Segregasi magmatik, injeksi, intrusi mafik berlapis

    Karbonatit, kimberlit 700-1500°    C P sangat tinggi

     Anortosit, gabro

    Endapan logam dasar porphyry in part T sedang P sedang

    Pegmatik T sedang-tinggi

    P tinggi

    KOMPONEN EPIGENETIK 

    KARENA ERUPSI BATUAN BEKU

      Volkanogenik subaerial asosiasi denganvolcanic piles

    100-1200°    C P atmosfer-menengah

    Sublimasi, fumarola 100-600°    C P atmosfer

    KARENA NAIKNYA LARUTAN HIDROTERMAL

      Logam dasar porfir 200-800°    C P menengah

    Urat Cordilleran dangkal-menengah

    Batuan metamorfik 300-800°    C P rendah-menengah

    Epitermal 50-300°    C P rendah,dangkal-menengah

    KARENA REMOBILISASI LARUTAN, SIRKULASI AIR METEORIK

      Mississipi Valley 25-200°    C P rendah

    Western state uranium 25-75°    C P rendah

    KARENA SIRKULASI AIR LAUT

     Endapan-endapan keraksamodra,smokers, red Sea

    25-350°    C P rendah

    Volcanic exhalites in part

    KOMPONEN TERKANDUNG DALAM BATUAN ITU SENDIRI, EPIGENETIK ATAU SINGENETIK  

    Metamorfosa regional dan dinamik 25-600°    C P tinggi

    Sirkulasi air tanah bagian dalam; contoh: Athabasca uranium

    0-150°    C P menengah

    Peluruhan batuan dan residu pelapukan dekatpermukaan

    25-50°    C P atmosfer

    Volcanogenic asoiasi volkanisme, endapan keraksamodra. a. Massive sulfide-Cyprus

    b. Manganese-nickel-copper nodules

    25-350°    C P hydrospheric

    Volcanogenic asosiasi sedimen

    a. Black shale hosted?

    25-75°    C P hydrospheric

    Interaksi banyak larutan a. Reaksi inorganikb. Reaksi organik

    0-70°    C P menengah

    Evaporasi 25-75°    C P atmosfir

    Sedimentasi kimiawi , a. Logam dasarb. Fosfat

    25-75°    C P rendah

    II. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSESMEKANIK

    T rendah P rendah, di permukaan

    III. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PENGARUH METEORIT

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    55/61

     

    56

    Sejalan dengan berkembangnya konsep tektonik lempeng pada dasa warsa

    60-70an, beberapa istilah yang dikemukakan oleh Lindgren, Graton, dan Buddington,

    Guilbert dan Pak, jarang digunakan. Variasi endapan magmatic makin bervariasi,.

    Istilah epitermal, sampai sekarang ini masih digunakan, walaupun pengertiannya

    sudah mengalami modifikasi dari konsep aslinya, yang disampaikan oleh Lindgren(1911). Istilah mesotermal, kadang masih digunakan, terutama untuk kategori

    endapan epitermal, tetapi menunjukkan temperature pembentukan yang tinggi,

    sedangkan istilah hipotermal, teletermal, maupun xenotermal, jarang digunakan lagi.

    stilah-istilah yang banyak digunakan dalam eksplorasi endapan mineral adalah

    klasifikasi yang didasarkan pada pembentukan serta tatanan geologinya, seperti

    endapan logam dasar porifir, urat Cordilleran, Mississipi Valey dan sebagainya.

    Secara Genetik, endapan mineral dibagi menjadi endapan yang disebabkan

    oleh proses magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfisme, serta proses-

    proses dipermukaan. Endapan magmatik , dibagi menjadi endapan yang disebabkan

    proses gravitational settling, liquid immisvibility , maupun  pegmatik . Endapan

    hidrotemal meliputi endapan porfir (porphyry deposit), endapan greisen, massive

    sulphide deposit, skarn, epitermal (low sulphidation dan high sulphidation) dll. 

    Endapan skarn kadang juga digolongkan sebagai endapan metamorfik. Sedangkan

    endapan-endapan permukaan meliputi endapan palcer, endapan evaporasi, endapan

    residual laterit, endapan supergen, maupun endapan volkanik-exhalative. Proses

    pembentukan bijih logam secara umum dapat di bagi menjadi empat kelompak, yaitu

    proses magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfik dan proses permukaasn 

    (disarikan dari Hutchison, 1983, Evans 1993) 

    a. Proses Magmatik

    Mineral-mineral bijih seperti magnetit, ilmenit, kromit terbentuk pada fase

    awal diferensiasi magma, bersamaan dengan pembentukan mineral olivine, piroksen,

    Ca-Plagioklas. Semua mineral bijih yang terbentuk pada fase ini disebut sebagai

    endapan magmatik . Beberapa proses pada fase magmatisme diantaranya

    meliputi:

    a.  Proses kristalisasi (diseminasi), intan (C ) pada kimberlit

    b.  Proses segregasi (kumulat, gravity settling): kromit (Cr), magnetit

    (Fe), platinum (Pt)

    c.  Liquid immiscibility : : Cu-Ni sulfide, Fe-Ti Oksida

    d.  Pegmatik : Fe, Sn

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    56/61

     

    57

      Di Indonesia endapan-endapan bijih yang disebabkan oleh proses magmatik,

    sampai sekarang belum menunjukksan nilai ekonomi yang signifikan. Konsentrasi

    bijih besi (Fe) atau nikel (Ni) lebih disebabkasn oleh proses pelapukan, baik kimiawi

    maupun fisik, membentuk endapan residusal atau placer.

    b.Proses hidrotermal

    Sistem hidrotermal dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50° 

    sampai >500°C), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang

    bervarisasi, di bawah permukaan bumi (Pirajno, 1992). Sistem ini mengandung dua

    komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal 

    menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil, dan

    cenderung menyesuasikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan

    mineral yang sesuasi dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi

    (ubahan) hidrotermal. Endapan bijih hidrotermal  terbentuk karena sirkulasi

    fluida hidrotermal yang melindi (leaching), menstranport, dan mengendapkan

    mineral-mineral baru sebagai respon terhadap perubahan kondisi fisik maupun

    kimiawi (Pirajno, 1992). Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang

    dilewatinya (batuan dinding), akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral

    primer menjadi mineral ubahan (alteration minerals . 

    Semua mineral bijih yang terbentuk sebagai mineral ubahan pada fase ini

    disebut sebagai endapan hidrotermal. Endapan hidrotermal dapat dibagai menjadi

    beberapa kelompak, yaitu:

    a. Berhubungan dengan batuan beku

    1.  Porfiri : Cu, Au, Mo . Contoh di Grasberg, Batuhijau

    2.  Skarn : Cu,Au,Fe. Contoh Ertzberg complex

    3.  Greisen : Sn, W. Contoh di P.Bangka

    4.  Epitermal (low and high sulphidation type, Carlyn type) : Au,

    Cu, Ag, Pb. Contoh di Pongkor, M.Muro

    5. Massive Sulphide Volcanogenic : Au, Pb, Zn. Contoh Wetar

    b. Tidak berhubungan dengan batuan beku

    5.  Lateral secretion (Missisippi valley type) : Au,Pb,Zn

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    57/61

     

    58

     

    Greisen didefinisikan agregat granoblasti dari kuarsa  dan muskovit  (atau

    lipidolit) dengan sejumlah mineral asesori seperti topas, tourmalin,  dan fluorit 

    yang dibentuk oleh ubahan metasomatik post-magmatik granit (Best 1982, Stemprok

    1987 dalam Evans 1993). Greisen adalah tipe endapan penghasil utama logam timah

    dan tungsten, umumnya salah satu unsur hadir lebih dominan. Endapan tersebut

    umumnya di bentuk pada kontak bagian atas dari intrusi granit, yang kadang disertai

    oleh pembentukan stockwork . Mineraliasi umumnya sebagai tubuh besar yang tak

    beraturan atau sebagai lembaran di bawah kontak bagian atas dengan lebar sekitar

    10-100 m, yang bergradasi melalui zona ubahan felspatik (albitisasi dan

    mikroklinisasi) ke arah granit segar (Pollard dkk., 1988 dalam Evans,1993).

    Endapan bijih epitermal adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan

    hidrotermal dekat permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif

    rendah, berasosiasi dengan kegiatan magmatisme kalk-alkali sub-aerial, sebagian

    besar endapannya dijumpai di dalam batuan volkanik (beku dan klastik). Endapan

    epitermal berdasarkan karakter fluidanya dibagai menjadi epitermal sulfidasi rendah

    Gambar 4.1. Diagram proses magmatisme-hidrotermal-vulkanisme, kaitannya denganmineralisasi bijih logam

  • 8/16/2019 Endapan Mineral (AA)

    58/61

     

    59

    dan epitermal sulfidasi tinggi Pada kenyataannya tidak mudah untuk membatasi ciri-

    ciri endapan yang termasuk bahagian epitermal dari sistem hidrotermal lainnya.

    Seringkali kita mendapati kenampakan endapan, baik mineralogi maupun teksturnya

    merupakan gradasi dari endapan epitermal dengan endapan hidrotermal lain.

    Endapan sulfida masif sering berasosiasi dengan batuan-batuan pelite sampaisemipelite atau berasosiasi dengan endapan volkanik bawah laut . Endapan yang

    berasosiasi dengan volkanik sering dikenal sebagai endapan sulfida vulkanogenik,

    yang terutama banyak mengandung tembaga dan timah maupun emas dan perak

    sebagai by-product. Sawkind(l 976) membagi endapan massive sulphide

    volcanogenic menjadi tipe Kuroko, tipe Cyprus, tipe Besshi, dan tipe Sullivan.

    C. Proses metamorfisme-hidrotermal

    Suatu tubuh batuan yang diterobos magma (batuan beku) umumnya akan

    mengalami rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, penggantian (replacement ), pada

    bagian kontaknya. Perubahan ini disebabkan oleh adanya panas dan fluida yang

    berasal dari aktifitas magma tersebut. Istilah metamorfosa kontak dan

    metasomatosa kontak sangat terkait dengan proses-proses di atas.

    Metamorfosa dan metasomatosa kontak yang melibatkan batuan samping

    terutama batuan karbonat seringkali menghasilkan skarn dan endapan skarn. Dalam

    proses ini berbagai macam fluida seperti magmatik, metamorfik, serta meteorik ikut

    terlibat. Fluida yang mengandung bijih ini sering tercebak dan terakumulasi antara

    tubuh pluton dan sesar-sesar disekitar pluton dengan batuan disekitarnya.

    Walaupun sebagian besar skarn ditemukan pada batuan karbonat, tetapi juga dapat

    terbentuk pada jenis batuan lainnya, seperti serpih, batupasir maupun batuan beku.

    a.  Kontak pirometasomatik (skarn): Cu, Au, Fe

    b.  Metamorfosa menyebabkan bijih terkonsentrasi : Au

    Kata "skarn"   pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah

    material gangue   kalk-silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan sulfida

    terutama yang telah me-replace  kalsit dan dolomit pada batuan karbonat. 

    Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe batuan dan

    asosiasi mineral dari batuan yang di-replace.. Pengertian endo-skarn   dan exo- 

    skarn  mengacu pada skarnifikasi batuan beku dan batugamping yang terkait. Endo-

    skarn adalah 

    proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan beku, sedangkan exo-

    skarn adalah skarnifikasi pada batugampiong se