empu active learning
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANACTIVE LEARNING DI SMK NEGERI 1 MADIUN
A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan suatu yang sangat
mutlak dalam hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan
pendidikan. Ahmad Marimba, menyatakan bahwa pendidikan adalah proses
bimbingan secara sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik
dalam mengembangkan jasmani dan ruhaninya agar tercapai perkembangan
yang maksimal dan positif (Yasin, 2008: 17).
Upaya menumbuh kembangkan potensi manusia tersebut bisa
dilakukan dengan cara menanamkan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif)
dan keterampilan (psikomotorik) agar peserta didik dapat tumbuh kembang
menjadi sempurna dalam segala aspeknya.
Sekolah sebagai sebuah sistem yang memiliki tujuan. Berkaitan
dengan upaya mewujudkan tujuan tersebut, seringkali masalah dapat muncul.
Masalah-masalah itu dapat di kelompokkan sesuai dengan tugas-tugas
administratif yang menjadi tanggung jawab administrator sekolah, sehingga
merupakan substansi tugas-tugas administratif Kepala Sekolah selaku
administrator.
Sejalan dengan peningkatan mutu pendidikan telah pula digariskan
kebijakan mengenai pemerataan kesempatan pendidikan yang bukan hanya
menambah fasilitas pendidikan secara kuantitatif, melainkan juga ke seluruh
komponen secara kualitatif. Dengan kata lain adalah pemerataan kesempatan
pendidikan yang bermutu pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan.
Termasuk dalam kebijakan ini adalah pengembangan pendidikan kejuruan
(SMK).
Pendidikan Menengah Kejuruan merupakan pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu (UU
Nomor 20 Tahun 2003). Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan
pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan
1
kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu (PP Nomor 19 Tahun 2005).
Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran filosofi yang sesuai dengan
keberadaannya, yaitu eksistensialisme dan esensialisme (Basuki, 2008:20).
Pendidikan kejuruan atau SMK mempunyai kekhususan atau
karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pendidikan yang lain
(Kurniawan, 2008: 6). Seluruh program pendidikan kejuruan yang
dikembangkan hendaknya didasarkan pada upaya menyiapkan peserta didik
agar mampu menjawab kebutuhan kekinian (immediate needs) terutama
dalam bidang pertanian/pangan, kelautan, kehutanan, energi, dan
pertambangan. Selanjutnya, program pendidikan kejuruan hendaknya juga
dapat mendukung pembangunan bidang transportasi, manufaktur, jasa
perhotelan, travel, restoran, kesehatan, asuransi, mikroekonomi, dan
perbankan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi di SMK adalah banyak
lulusan SMK saat ini masih mengalami kesulitan dan frustrasi untuk
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian mereka
(Saifudin, 2010: 7). Banyak lulusan kejuruan hanya mampu mendapatkan
pekerjaan musiman dan tanpa kepastian kehidupan ekonomi (financial
insecurity), jaminan sosial, dan kesehatan. Hal tersebut tentunya tidak sesuai
dengan tujuan dari pendidikan kejuruan itu sendiri.
Permasalahan lain dalam pembelajaran di SMK adalah permasalahan
yang berkaitan dengan kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Faktot internal tersebut adalah kurangnya minat
dan motivasi, daya tangkap yang rendah, kebiasaan belajar yang salah, dan
persepsi negatif terhadap pelajaran. Sementara itu kesulitan belajar yang
disebabkan oleh faktor ekstrenal diantaranya metode mengajar yang kurang
tepat, hubungan guru siswa yang kurang baik, hubungan dengan tean yang
kurang harmonis, lingkungan belajar yang tidak ideal dan kurang media
belajar, media yang paling umum adalah buku.
Untuk mengatasi berbagai permasalah tersebut, salah satu komponen
yang berperan adalah guru. Dalam menjalankan tugasnya guru dituntut untuk
2
kreatif, inovatif dan dapat mengikutsertakan peran aktif para siswa dalam
proses belajar mengajar (Putra, 2007: 2). Demikian halnya di SMK Negeri 1
Madiun, berbagai upaya dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran di SMK
tidak hanya terkait dengan mata pelajaran umum tetapi juga mata pelajaran
bidang keahlian sesuai dengan program keahlian yang ada di SMK Negeri 1
Madiun. Untuk itu, guru harus benar-benar dapat menjadi pemimpin dalam
pembelajaran sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Dalam proses belajar mengajar salah satu faktor yang sangat
mendukung keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah
kemampuan guru dalam menguasai bermacam-macam strategi pembelajaran
yang sesuai dengan materi dan tingkat kemampuan siswa. Hal ini sangat
relevan dalam tugas seorang guru dalam mengenali perbedaan individu
siswanya sebab tiap anak memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda.
Pada anak yang mempunyai intelektual tinggi misalnya kapasitas intelektual
mereka yang tinggi dan ciri-ciri kepribadian yang dimilikinya tidak sama
dengan anak yang memiliki kategori rata-rata normal, sehingga layanan
pendidikan bagi anak berbakat pun perlu mendapatkan perhatian yang
proporsional (Hawadi, 2004: 15).
Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran tentu tidak bisa lepas
dari proses kegiatan pembelajaran, dengan memilih metode atau strategi yang
tepat dapat terjalin proses interaksi antara guru dan murid secara lebih efektif
dan efisien, salah satu model pembelajaran yang ditawarkan adalah model
pembelajaran (active learning). Model pembelajaran active learning adalah
salah satu cara belajar mengajar yang menuntut keaktivan serta partisipasi
peserta didik dalam setiap kegiatan belajar seoptimal mungkin.
Active learning merupakan langkah cepat, menyenangkan,
mendukung dan secara pribadi menarik hati karena sering kali siswa tidak
hanya terpaku ditempat duduk tetapi berpindah-pindah dan dituntut untuk
berfikir keras (Silberman, 2006: 9). Model pembelajaran aktif (active
learning) ini dimaksudkan agar siswa dapat merangsang pemikiran dan cara
3
pandang mereka menjadi labih aktif, bebas berekspresi baik secara individu
maupun kelompok. Sehingga pelajaran akan tercapai dengan hasil yang lebih
baik dan maksimal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana aktivitas mengajar guru dalam penerapan model pembelajaran
active learning di SMK Negeri 1 Madiun?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran
active learning di SMK Negeri 1 Madiun?
C. Tujuan Penelitian
Ada dua tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
1. Menegtahui aktivitas mengajar guru dalam penerapan model
pembelajaran active learning di SMK Negeri 1 Madiun.
2. Mengetahui aktivitas belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran
active learning di SMK Negeri 1 Madiun.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat yang signifikan bagi semua pihak, khususnya pada
pihak-pihak yang berkompeten dengan permasalahan yang diangkat serta
dapat memperkaya khazanah dan wawasan keilmuwan mengenai bahasan
tentang penerapan model pembelajaran active learning dalam
pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah
Memberi kontribusi sebagai bahan pengembangan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
4
b. Bagi Guru
Sebagai bahan rujukan bagi guru dalam mengembangkan
pendidikan sehingga dapat membentuk pribadi anak didik yang
berkualitas.
E. Kajian Pustaka
1. Konsep Pembelajaran Active Learning
Dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu model
pembelajaran. Dimana dengan model pembelajaran tersebut siswa bisa
lebih aktif di dalam kelas dan nantinya dapat meningkatkan kualitas
belajar siswa. Seorang guru yang bertugas sebagai fasilitator harus pandai
memilih model pembelajaran yang cocok dengan karakteristik siswanya.
Pembelajaran aktif merupakan model pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi
dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di
kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat
meningkatkan kompetensinya. Selain itu, belajar aktif juga
memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan analisis
dan sintesis serta mampu merumuskan nilai-nilai baru yang diambil dari
hasil analisis mereka sendiri (Saleh, 2006: 157).
Secara harfiah active learning maknanya adalah belajar aktif.
Kebanyakan praktisi dan pengamat menyebutnya sebagai model learning
by doing. Pendekatannya, memandang belajar sebagai proses
membangun pemahaman lewat pengalaman dan informasi. Dengan
pendekatan ini, persepsi, pengetahuan dan perasaan peserta didik yang
unik ikut mempengaruhi proses pembelajaran.
Model pembelajaran active learning merupakan salah satu model
dalam belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu atau
kualitas pendidikan dengan memberdayakan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran. Sebagai mana yang dinyatakan oleh A. Fatah Yasin,
bahwa pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses
5
pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar
belajar dengan menggunakan berbagai cara atau strategi secara aktif.
Dalam hal ini proses aktivitas pembelajaran didominasi oleh
peserta didik dengan menggunakan otak untuk menemukan konsep dan
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, disamping itu juga untuk
menyiapkan mental dan melatih keterampilan fisiknya. Hal senada juga
diungkapkan oleh Melvin L. Silberman, menurutnya bahwa agar belajar
menjadi aktif maka siswa harus menggunakan otak dengan cara mengkaji
suatu gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka
pelajari selain itu belajar aktif harus penuh semangat, bergerak leluasa
dan berfikir keras (moving about and thinking aloud) (Silberman, 2006:
9).
Memang model pembelajaran active learning merupakan konsep
yang sukar didefinisikan secara tegas, sebab semua cara belajar itu
mengandung unsur keaktifan dari peserta didik, meskipun kadar
keaktifannya berbeda. Keaktifan dapat muncul dalam berbagai bentuk
sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Akan tetapi, kesemuanya
itu harus dikembalikan kepada suatu karakteristik keaktifan yang
mencerminkan dari active learning itu sendiri yaitu keterlibatan
intelektual, emosional dalam kegiatan belajar-mengajar yang
bersangkutan, asimilasi akomodasi kognitif dalam pencapaian
pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap baliknya
(Feed Back) dalam pembentukan ketrampilan dan penghayatan serta
internalisasi dan nilai-nilai dalam pembentukan sikap.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka diambil suatu kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran active learning adalah
salah satu cara atau model pembelajaran yang menuntut keaktifan dan
partisipasi peserta didik dalam setiap kegiatan belajar mengajar seoptimal
mungkin, sehingga peserta didik mampu mengubah tingkah lakunya
secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.
6
Menurut Sriyono, ada beberapa ciri yang terdapat dalam proses
belajar mengajar aktif antara lain:
a. Situasi kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar
secara bebas, dan terkendali.
b. Guru tidak mendominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak
memberikan rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan
masalah.
c. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang
mati, tetapi sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan kebutuhan
siswa.
d. Hubungan guru dengan siswa sifatnya mencerminkan hubungan
manusiawi yang sifatnya membimbing.
e. Kegiatan belajar siswa bervariasi
f. Belajar tidak hanya dilihat atau diukur dari segi hasil yang dicapai
siswa tetapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang
dilakukan oleh siswa.
2. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan Menengah Kejuruan merupakan pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu
(UU Nomor 20 Tahun 2003). Pendidikan Menengah Kejuruan adalah
pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu (PP
Nomor 19 Tahun 2005). Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran
filosofi yang sesuai dengan keberadaannya, yaitu eksistensialisme dan
esensialisme (Basuki, 2008:20).
Sistem pendidikan berdasarkan kompetensi mengupayakan agar
keluaran dari suatu lembaga pendidikan kejuruan memiliki kerampilan
dan keahlian yang relevan dengan kebutuhan pasar. Upaya ini dilakukan
dengan mengembangkan suatu standar kompetensi dengan masukan dari
industri dan badan usaha lain. Standar kompetensi yang dihasilkan
7
selanjutnya diguanakan sebagai pemberian sertifikat kompetensi. Dengan
demikian maka sistem pendidikan kejuruan yang dikembangkan
mempunyai ciri, disamping mengacu pada profesi dan keterampilan yang
baku, juga dipandu oleh kebutuhan pasar kerja yang nyata (Andini, 2007:
85).
Ditinjau dari tujuannya, pendidikan kejuruan bertujuan untuk: (1)
memberikan bekal keterampilan individual dan keterampilan yang laku di
masyarakat, sehingga peserta didik secara ekonomis dapat menopang
kehidupannya, (2) membantu peserta didik memperoleh atau
mempertahankan pekerjaan dengan jalan memberikan bekal
keterampilanyang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkannya, (3)
mendorong produktivitas ekonomi secara regionalmaupun nasional, (4)
mendorong terjadinya tenaga terlatih untuk menopang perkembangan
ekonomi dan industri ,(5) mendorong dan meningkatkan kualitas
masyarakat.
Organisasi sekolah yang efektif dan didukung oleh pemimpin
sekolah yang efektif akan mampu menghasilkan sekolah efektif. Berikut
merupakan keriteria sekolah efektif yang dikemukakan oleh Danim
(2007: 61-62).
1) Mempunyai standar kerja yang tinggi dan jelas mengenai untuk apa siswa harus mengetahui dan dapat mengerjakan sesuatu.
2) Mendorong aktivitas, pemahaman multibudaya, kesetaraan gender, dan mengembangkan secara tepat pembelajaran menurut standar potensi yang dimiliki oleh para pelajar.
3) Mengharapkan para siswa untuk mengambil peran tanggung jawab belajar dan perilaku dirinya.
4) Mempunyai instrumen evaluasi dan penilaian belajar siswa yang terkait dengan standar pelajar.
5) Menggunakan metode pembelajaran yang berakar pada penelitian pendidikan dan suara praktik profesional.
6) Mengorganisasikan sekolah dan kelas untuk mengkreasikan lingkungan yang memberi dukungan bagi kegiatan pembelajaran.
7) Pembuatan keputusan secara demoktratis dan akuntabilitas untuk kesuksesan siswa.
8) Menciptakan rasa aman, sifat saling menghargai, dan mengakomodasikan lingkungan secara efektif.
8
9) Mempunyai harapan yang tinggi kepada semua staf untuk menumbuhkan kemampuan profesional dan meningkatkan keterampilan praktisnya.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Desain Penelitian
a. Jenis Penelitian
Berdasarkan kajian dan pusat perhatian dari penelitian ini yang
berusaha untuk mengetahui tentang penerapan model pembelajaran
active learning di SMK Negeri 1 Madiun, maka jenis penelitian ini
termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati (Bogdan dan Tailor dalam Moleong, 2006: 4). Jenis
penelitian ini mempunyai ciri-ciri antara lain setting yang aktual,
peneliti adalah instrumen kunci, data bersifat deskriptif, menekankan
kepada proses, analisis datanya bersifat induktif, dan pemaknaan
(meaning) setiap peristiwa merupakan perhatian yang esensial dalam
penelitian kualitatif.
Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif lebih
memberikan tekanan kepada pemahaman dan makna, berkaiatan erat
dengan nilai-nilai tertentu, lebih menekankan pada proses dari pada
pengukuran, mendeskripsikan, menafsiran, dan memberikan makna
dan tidak cukup dengan penjelasan belaka, dan memanfaatkan
multimetode dalam penelitian (Sutama, 2010: 61).
b. Desain Penelitian
Desain penelitian sangat penting bagi suatu penelitian, karena
desain memuat strategi, cara, atau langkah-langkah yang akan
ditempuh oleh peneliti dalam menjelajahi medan penelitiannya
(Mantja, 2007: 1). Berdasarkan fokus penelitian maka desain
penelitian ini menggunakan desain penelitian etnografi. Etnografi
menurut Sutopo (dalam Mantja, 2007: 6-7) adalah deskripsi analitik
9
atau rekonstruksi pemandangan budaya (cultural scene) dan
kelompok secara utuh. Etnografi merupakan kajian empiric dan
naturalistic. Secara tradisional penelitian ini dilakukan dengan
memusatkan perhatian pada lokasi penelitian tunggul, memusatkan
diri pada pencatatan-pencatatan secara rinci aspek-aspek suatu
fenomena tunggal, yang bisa berupa sekelompok manusia atau pun
gerakan proses sosial.
Penggunaan desain etnografi dalam penelitian ini sebab hanya
membahas dua sub fokus, sebagaimana konsep etnografi pendidikan
lebih mengacu pada sebagian atau keseluruhan proses pendidikan
Mantja (dalam Harsono, 2008: 156).
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMK Negeri 1 Madiun. Peneliti sengaja
mengambil lokasi ini sebagai setting penelitian karena (1) Sekolah
tersebut merupakan salah satu rintisan sekolah bertaraf internasional, (2)
dalam pembelajaran guru menggunakan dua bahasa yaitu Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris, (3) tenaga pendidik sangat berkompeten,
dan untuk meningkatkan kualitasnya guru diikutsertakan dalam berbagai
kegiatan pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru.
Emik dalam penelitian ini dapat dilihat dari adanya beberapa guru
yang belum dapat menggunakan Bahasa Inggris dalam pembelajaran
secara baik sehingga dalam pembelajaran masih didominasi dengan
Bahasa Indonesia. hambatan lain yang dihadapi dalam pembelajaran
adalah motivasi siswa dalam pembelajaran yang terkadang masih kurang.
3. Kehadiran Peneliti
Agar didapatkan data yang valid dan reliabel, peneliti meninjau
langsung ke lokasi penelitian. Kehadiran peneliti dalam melakukan
penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan yang dikhususkan
untuk mencari data mengenai kepemimpinan guru di SMK Negeri 1
10
Madiun. Oleh karena itu, kedudukan peneliti adalah sebagai instrumen
penelitian dan siswa (Spradley, 2007).
Kedudukan peneliti dalam penelitian ini sebagai instrumen
penelitian disini dimaksudkan sebagai alat pengumpul data. Peneliti juga
menjadi siswa yang melihat jalannya aktivitas guru dalam kegiatan
pembelajaran. Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup segi
responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan
diri atas pengetahuan, memproses dan mendeskripsikan, dan
memanfaatkan kesempatan mencari respons yang tidak lazim atau
idiosinkratik (Moleong, 2006: 168-169).
4. Data, Sumber Data dan Nara Sumber
a. Data
Data adalah tulisan-tulisan atau catatan-catatan mengenai segala
sesuatu yang didengar, dilihat, dialami dan bahkan dipikirkan oleh
peneliti selama kegiatan pengumpulan data dan merefleksikan
kegiatan tersebut ke dalam etnografi. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data tentang penerapan model pembelajaran
active learning.
b. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata
dan tindakan, dengan harapan dapat memberikan informasi dan
keterangan-keterangan yang memadai sesuai dengan aspek kajian
yang dirumuskan. Selebihnya adalah data tambahan guna melengkapi
dan mendukung sumber data utama digunakan sumber data tambahan,
seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini adalah dokumen
seperti perangkat pembelajaran dan sebagainya.
c. Nara Sumber
Dalam penelitian kualitatif, informan tidak disebut sebagai
subjek penelitian, karena sumber data menyangkut orang yang
mempunyai kedudukan yang sama antara yang diteliti dan peneliti.
11
Dalam penelitian ini melibatkan orang yang berperan sebagai orang
kunci (key person) atau orang yang berkompeten. Dalam penelitian
ini adalah kepala sekolah, guru, dan siswa SMK Negeri 1 Madiun.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Untuk melihat gambaran secara langsung kondisi lingkungan
fisik, sarana prasarana serta proses pembelajaran di SMK Negeri 1
Madiun dilakukan kegiatan observasi. Observasi langsung sering juga
disebut observasi partisipatif. Peneliti mengobeservasi secara
langsung, baik secara formal maupun informal. Pengamatan ini
difokuskan pada kegiatan pembinaan yang terkait dengan
pembelajaran. Observasi partisipatif dipakai untuk memahami
persoalan-persoalan yang ada di sekitar pelaku dan nara sumber
(Harsono, 2008: 165). Observasi dilakukan untuk memperoleh
gambaran data mengenai penerapan model pembelajaran active
learning di SMK Negeri 1 Madiun.
b. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam merupakan percakapan terarah yang
tujuannya untuk mengumpulkan informasi etnografi atau
memperkaya Mantja (dalam Harsono, 2008: 162). Untuk memperoleh
data tentang penerapan model pembelajaran active learning di SMK
Negeri 1 Madiun, maka dilakukan kegiatan wawancara. Sebelum
melakukan wawancara penulis menyampaikan maksud kedatangan
peneliti untuk melakukan wawancara dengan menyerahkan surat ijin
penelitian terlebih dahulu.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui dokumen
tertulis, terutama beberapa struktur progam, profil SMK Negeri 1
Madiun, kurikulum pembelajaran, perangkat pembelajaran, dan
termasuk foto-foto kegiatan serta hal-hal lain yang berhubungan
12
dengan masalah penelitian. Dokumentasi merupakan alat penunjang
dalam penelitian ini.
6. Teknik Analisis Data
Suatu analisis, apa pun bentuknya, yang melibatkan suatu cara
berpikir. Analisis merujuk pada pengujian sistematis terhadap sesuatu
untuk menentukan bagian-bagiannya, hubungan diantara sesuatu itu, serta
hubungan bagian-bagian itu dengan keseluruhan (Spradley, 2007: 129).
Data yang sudah terkumpul dalam penelitian ini kemudian dianalisis
berdasarkan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles &
Huberman (1994).
Proses analisis data merupakan bagian yang paling sulit. Analisis
data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
tertata dalam situs untuk deskripsi. Analisis data dilakukan untuk
mendeskripsikan penerapan model pembelajaran active learning di SMK
Negeri 1 Madiun. Data berupa deskripsi kata-kata dan kalimat yang
dikumpulkan melalui wawancara, deskripsi hasil interpretasi dari
observasi, hasil dokumentasi, disusun secara teratur dalam bentuk
susunan kata atau kalimat yang sangat banyak yang menunjukkan
konstruk budaya pembelajaran naskah narasi sesuai dengan fokus
penelitian yaitu tentang penerapan model pembelajaran active learning di
SMK Negeri 1 Madiun.
Dalam melakukan analisis data ada dua alat bantu yang sangat
dibutuhkan yaitu matriks dan diagram. Dalam penelitian ini alat bantu
yang digunakan terbatas pada matriks. Matriks sangat diperlukan
manakala data kualitatif dapat kita pilihan menjadi lebih tinggi, rendah,
sedang dan sebangsanya (Harsono, 2011: 35). Kolom-kolom dalam
matriks sangat bermakna ketika kita memilah dan memilih informasi
hasil penelitian untuk mendapatkan berbagai katagori data berdasarkan
kancah. Matrik ini akan mempermudah ketika kita akan membangun
hipotesis.
13
Implementasi dari penggunaan matriks dalam penelitian ini adalah
peneliti membuat kolom-kolom dari hasil observasi, wawancara
mendalam, dan dokumentasi. Dari tiga data tersebut peneliti dapat
menarik kesimpulan tentang informasi yang diperoleh. Hasil observasi
diraikan dalam bentuk deskripsi pada catatan lapangan, sedangkan
wawancara diperoleh dari hasil wawancara yang direkam melalui tape
recorder yang telah disiapkan sebelumnya. Sementara itu, untuk
dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan subfokus penelitian yaitu seperti halnya RPP yang berhubungan
dengan materi pembelajaran dan dokumen berupa foto penelitian
pembelajaran.
Diagram sangat penting ketika kita membangun alur-alur
berdasarkan kancah (Harsono, 2011: 35). Dalam penelitian ini diagram
disusun berdasarkan alur penelitian yang ingin mendeksripsikan tentang
penerapan model pembelajaran active learning di SMK Negeri 1 Madiun.
Ada tiga kegiatan utama dalam melakukan analisis data yaitu
reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data
merupakan serangkaian kegiatan proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstrakasi (Harsono, 2008: 168). Sajian data
merupakan suatu rakitan pengorganisasian secara informal dan deskripsi
dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan data penelitian
dapat dirumuskan. Sajian data dapat berupa narasi kalimat,
gambar/skema, jaringan kerja dan kaitan kerja, bahkan tabel sebagai
pendukung narasinya Sutopo (dalam Harsono, 2008: 169).
Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ditarik semenjak
peneliti menyusun pencatatan, pola-pola, pernyataan-pernyataan,
konfigurasi, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi (Harsono, 2008:
169). Selama proses penelitian belum berakhir, perlu dilakukan
pengulangan dan pemantapan terus menerus melalui pengecekan kembali,
verifikasi, dan berbagai uji data kualitatif lain Harsono, 2008: 169).
14
7. Keabsahan Data
Cara berfikir kualitatif sangat berbeda dengan cara berfikir
kuantitatif. Cara berfikir kualitatif, informasi dikategorikan valid manakal
memiliki karakteristik informasi yang sama antar berbagai sumber
(Harsono, 2011: 35). Misalnya data dokumen sama dengan data
observasi, bahkan sama dengan informasi dan informan pertama, kedua,
dan ketiga. Kalau ada persamaan makna informasi antara dokumen,
observasi, dan para nara sumber maka kita tidak akan ragu-ragu untuk
mengatakan bahwa data itu valid.
Cara menguji apakah data itu valid atau tidak, biasanya kita
memkai cara triangulasi yang meliputi berbagai cara triangulasi.
a. Triangulasi sumber, adalah cara mempertemukan tiga sumber
informasi atau lebih untuk menentukan suatu informasi itu valid atau
tidak.
b. Triangulasi metode, adalah cara mengkomparasikan antara tiga
metode atau lebih untuk menguji validitas informasi.
c. Konfirmasi, adalah cara mengkonfirmasikan ulang suatu hasil
wawancara dengan orang yang sama tetapi pada waktu yang berbeda.
Biasanya hasil wawancara ditranskip terlebih dahulu, kemudian nara
sumber diminta membaca, dan menandatangani naskah itu.
d. Dependabilitas, adalah cara berkonsultasi kepada ahli yang sangat
memahami apa yang diteliti untuk menguji keashihan sebuah
informasi atau lebih.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
dengan sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal tersebut dapat dicapai dengan
jalan antara lain:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi.
15
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dilihat sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Basuki. 2008. Pendidikan Kejuruan. Diambil dari http://re-searchengines.com.
Harsono. 2008. Model-Model Pengelolaan Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harsono. 2011. Etnografi Pendidikan sebagai Desain Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kurniawan. 2008. Pendidikan Kejuruan Harus Demokratis. Diambil dari http://re-searchengines.com.
Mantja, W. 2007. Etnografi Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan Manajemen Pendidikan. Malang: Elang Mas.
Miles, M.B., & Huberman. A.M. 2007. Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Saleh, Abdul Rahman. 2006. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.
Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D. Surakarta: Fairuz Media.
Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press.
17
TUGAS PROPOSAL
Mata Kuliah: Metode Penelitian
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Samsi Haryanto
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANACTIVE LEARNING DI SMK NEGERI 1 MADIUN
Oleh:Empu
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
18