elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/.../446/jbptunikompp-gdl-dadicasmae-… · web viewadapun...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Selama dan sekarang ini, banyak dari kendaraan khususnya sepeda motor yang
masih belum dilengkapi dengan sistem pengaman yang memadai. Tingkat
pencurian kendaraan bermotor setiap tahun semakin meningkat namun tidak
diiringi oleh kewaspadaan pemilik terhadap kendaraanya.
Adapun alarm sekarang ini yang banyak dijumpai dilapangan adalah alarm
konvensional yang hanya akan mengeluarkan bunyi apabila motor digoyang.
Akan tetapi kejadian tersebut tetap saja tidak dapat diketahui oleh pemilik motor
dikarenakan tidak adanya pemberitahuan secara langsung kepada pemilik motor.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuatlah sebuah sistem pengaman
dengan autorespon SMS yang akan memberitahukan pemilik kendaraan terhadap
gangguan pada kendaraanya. Tidak hanya memberikan status keadaan kendaraan
namun alat ini juga bisa diperintahkan melalui sms untuk mematikan mesin yang
telah dihidupkan.
Tujuan dari sistem pengaman sepeda motor dengan autorespon SMS adalah
sebagai berikut :
1. Memudahkan pemilik kendaraan mengetahui kondisi kendaraan apabila
terjadi gangguan pada saat kendaraan ditinggalkan.
1
2. Menghemat waktu bagi pemilik kendaraan untuk memerintahkan alat
untuk mematikan mesin tanpa harus pemilik kendaraan sampai ke motor
terlebih dahulu.
3. Bisa menggunakan nomor operator GSM apapun.
1.2 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mempelajari konsep dasar kerja mikrokontroler AT89C52.
2. Merancang sistem pengaman sepeda motor dengan autorespon SMS.
3. Memahami program Assembler MCS-51 dan memahami konsep data SMS
yaitu PDU (Protocol Data Unit).
1.3 RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan Tugas Akhir ini permasalahan dititik beratkan pada :
1. Pemahaman perancangan sebuah alat yang berbasis mikrokontroler untuk
berhubungan dengan telepon selular GSM.
2. Pemahaman cara programing sebuah data diterima atau dikirim melalui
sebuah telepon selular.
1.4 BATASAN MASALAH
Permasalahan yang akan dibatasi :
1. Mikrokontroler yang digunakan AT89C52.
2. Handphone yang digunakan merk Siemens C55.
2
3. Relay hanya digunakan untuk memutus/sambungkan hubungan kelistrikan
dari jalur CDI.
4. SMS yang dikirim ke nomor tujuan adalah “STANDAR ON” untuk status
standar ganda pada motor, “POWER ON” untuk status mesin menyala.
5. Pesan SMS yang diterima dari pemilik kendaraan hanya “OFF BUZZ”
untuk mematikan buzzer, “M ON” untuk menyambungkan hubungan
kelistrikan dari jalur CDI sedangkan “M OFF” untuk memutuskan
hubungan kelistrikan dari jalur CDI.
1.5 METODA PENELITIAN
Metoda penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini yaitu :
1. Studi literatur sebagai dasar untuk memantapkan teori yang mendukung
terhadap sistem yang dibuat. Studi literatur dilakukan sebagai proses
pembelajaran mengenai teori secara umum melalui artikel, jurnal
penelitian, buku-buku referensi yang terdapat diperpustakaan dan internet.
2. Pengumpulan data untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
proyek tugas akhir.
3. Perancangan sistem yang meliputi perancangan perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software). Merencanakan dan membuat
perangkat keras (hardware), dan sistem yang dibutuhkan secara perangkat
lunak (software).
4. Pengujian sistem yang meliputi pengujian perangkat keras, perangkat
lunak, dan pengujian fungsional sistem secara keseluruhan.
3
5. Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang kemudian dijadikan
bahan pertimbangan untuk pengembangan tahap selanjutnya.
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Tugas akhir ini terdiri dari 5 (lima) BAB, dimana masing-masing BAB
mempunyai kaitan satu sama lainnya, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang tentang permasalahan, tujuan, masalah dan
batasan masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini.
BAB II DASAR TEORI
Berisi tentang tori-teori yang berhubungan dengan alat yang
dirancang, diantaranya teori tentang mikrokontroler AT89C52,
RS232, pemrograman menggunakan bahasa assembler dan hal-hal
lain yang perlu dikemukakan.
BAB III PERANCANGAN ALAT
Berisi tentang perencanaan dan pembuatan dari seluruh elemen
sistem pengaman kendaraan, proses pengiriman data RS232,
flowchart, dan perangkat lunaknya.
4
BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN
Berisi tentang hasil pengukuran dan analisa dari sistem yang telah
dibuat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan akhir dari perancangan alat dan saran lebih
lanjut untuk menyempurnakan alat.
5
BAB II
DASAR TEORI
2.1 MIKROKONTROLER AT89C52
Pada tugas akhir ini dipilih mikrokontroler keluaran Atmel karena mikrokontroler
ini mudah diperoleh, harganya lebih murah di bandingkan dengan mikrokontroler
keluaran Intel.
Mikrokontroler AT89C52 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51 keluaran
Atmel dengan 4 Kbyte Flash PEROM (Programmable and Erasable Read Only
Memory). Flash PEROM merupakan memori dengan teknologi non-volatile
memory, isi memori tersebut dapat diisi ulang ataupun dihapus berkali-kali.
Memori ini biasa digunakan untuk menyimpan instruksi (perintah) berstandar
MCS-51 code. Mikrokontroler ini pada dasarnya dapat digunakan untuk mengolah
data per bit maupun data 8 bit secara bersamaan. Sebuah mikrokontroler dapat
bekerja apabila dalam mikrokontroler tersebut terdapat sebuah program yang
berisi instruksi-instruksi yang akan digunakan untuk menjalankan mikrokontroler
tersebut.
Adapun fitur dari mikrokontroler AT89C52 ini :
8 bit CPU (Central Processing Unit) yang termasuk keluarga MCS-51.
Program memori internal berupa Flash PEROM dengan kapasitas 4 Kbyte.
128 byte RAM.
Oscilator internal dan rangkaian pewaktu.
2 buah timer/counter 16 bit.
6
1 buah port serial dengan kontrol serial full duplex UART (Universal
Asynchronous Receiver/Transmitter).
5 buah jalur Interupsi (2 buah interupsi eksternal dan 3 buah interupsi
internal).
Susunan pin-pin mikrokontroler tersebut biasanya digambarkan seperti Gambar
2.1 dibawah. Fungsi dari masing-masing pin tersebut yaitu :
Gambar 2.1 Susunan pin-pin mikrokontroler AT89S52
Port 0 (1 byte) terletak pada pin 32 hingga 39
Pin 32 sampai dengan 39 merupakan port paralel 8 bit dua arah. Bila
digunakan untuk mengakses memori luar, port ini akan memultipleks
alamat memori dan data.
7
Port 1 (1 byte) terletak pada pin 1 hingga 8
Pin 1 sampai dengan pin 8 merupakan port parallel 8 bit . Dimana port ini
dapat digunakan untuk mengirim atau menerima data (bidirectional). Port
ini dapat di gunakan untuk berbagai keperluan.
Port 2 (1 byte) terletak pada pin 21 hingga 28
Pin 21 sampai dengan pin 28 (port 2) adalah port parallel 8 bit dua arah
(bidirectional). Port ini selain sebagai port biasa juga sebagai port alamat
yang mengirimkan byte alamat untuk melakukan pengaksesan
memori/program external.
Port 3 (1 byte) terletak pada pin 10 hingga 17
Pin 10 sampai dengan pin 17 (port 3) adalah port palalel 8 bit. Port ini juga
bersifat bidirectional. Port ini juga memiliki fungsi lain/pengganti. Fungsi
pengganti ini merupakan TxD (Transmit Data), RxD (Receive Data), Int0
(External Interrupt 0), Int1 (External Interrupt 1), T0 (Timer 0), T1 (Timer
1), WR (Write), RD (Read). Bila fungsi pengganti ini tidak digunakan pin-
pin ini dapat di gunakan sebagai port paralel serbaguna.
Pin 9 pada mikrokontroler disebut reset. Dengan memberikan perubahan
pulsa dari rendah ke tinggi akan mereset mikrokontroler ini. Pin ini di
hubungkan dengan rangkaian power on reset. Rangkaian ini di perlukan
karena pada saat catu daya dihubungkan dengan AT89S52 isi memori dari
AT89S52 bisa acak. Pada saat catu daya di hubungkan, rangkaian power
on reset akan memberikan pulsa tinggi kepada pin reset beberapa saat
(tergantung nilai kapasitor yang digunakan) untuk mereset AT89S52.
8
Pin 18 (XTAL 1) adalah pin masukan ke rangkaian osilator internal.
Sebuah kristal atau sumber osilator lain di luar AT89S52 dapat di
gunakan.
Pin 19 (XTAL 2) adalah pin keluaran ke rangkaian osilator internal. Pin
ini dipakai bila osilator menggunakan osilator kristal.
Pin 20 (ground) di hubungkan ke ground catu daya.
Pin 19 (PSEN) atau Program Store Enable merupakan sinyal pengontrol
yang membolehkan program memori external masuk ke dalam bus selama
proses pemberian atau pengambilan instuksi.
Pin 30 adalah pin ALE atau Address Lacth Enable yang digunakan untuk
menahan alamat memori external selama pelaksanaan instruksi.
Pin 31 EA (External Access). Bila pin diberi logika tinggi, mikrokontroler
akan melaksanakan instruksi dari EPROM INTERNAL, bila diberi logika
rendah, mikrokontroler akan melaksanakan seluruh interuksi dari memori
program luar.
Pin 40 (VCC) di hubungkan ke kutub positif dari catu daya.
Mikrokontroler Atmel 89C51 menyediakan 5 sumber interupsi : 2 interupsi
eksternal, 2 interupsi timer dan 1 interupsi port serial. Interupsi eksternal INT0
dan INT1 masing-masing dapat diaktifkan berdasarkan level atau transisi
tergantung pada bit IT0 dan IT1 dalam TCON (Timer Control Register). Flag
yang menghasilkan interupsi ini adalah bit dalam IE0 (Interrupt Enable 0) dan
IE1 (Interrupt Enable 1) dari TCON (Timer Control Register).
9
Interupsi timer 0 dan timer 1 dihasilkan oleh TF0 dan TF1. Ada dua buah register
yang mengontrol interupsi, yaitu IE (Interupt Enable) dan IP (Interupt Priority).
Mikrokontroler AT89C52 tidak akan menanggapi permintaan interupsi jika suatu
interupsi belum dilaksanakan secara lengkap.
2.1.1 Bahasa Assembly
Assembler adalah suatu program yang dapat menerjemahkan program dari bahasa
assembly ke program bahasa mesin. Program bahasa mesin adalah sebuah
program yang mengandung kode-kode biner yang merupakan intruksi-intruksi
yang bisa dipahami prosesor. Sedangkan bahasa assembly adalah ekuivalensi
bahasa mesin dalam bentuk alpanumerik. Mnemonics alpanumerik digunakan
sebagai alat bantu bagi programer untuk memprogram mesin komputer daripada
menggunakan serangkaian 0 dan 1 (bahasa mesin) yang panjang dan rumit.
2.1.2 Kontruksi Program Assembly
Program sumber assembly terdiri dari kumpulan baris-baris perintah dan biasanya
disimpan dengan extension .ASM dengan satu baris untuk satu perintah, setiap
baris perintah tersebut bisa terdiri atas berbagai bagian yakni bagian label, bagian
mnemonics, bagian operand yang bisa lebih dari satu dan bagian terakhir bagian
komentar. Program sumber (source code) dibuat dengan program Pinnacle 52.
Hasil kerja program yang telah dikompile dalam bahasa assembler ini adalah
“assembly listing”. Dan juga “file yang ektensi HEX”. File dengan ektensi HEX
inilah yang akan diisikan kedalam Chip Microcontroller.
10
2.1.3 Intruksi Yang Digunakan
Beberapa intruksi yang digunakan dalam penyusunan program adalah sebagai
berikut :
1. EQU
Konstanta Data yang dideklarasikan dengan nilai pada variabel tertentu.
2. BIT
Konstanta Bit yang dideklarasikan dengan 1 bit data variabel tertentu.
3. ORG
Digunakan untuk menunjukan lokasi memori tempat intruksi atau perintah
yang ada dibawahnya disimpan.
4. CLR
Memberikan nilai “nol” pada bit tertentu.
5. SETB (Set Bit)
Memberikan nilai “satu” pada bit tertentu.
6. CALL
Intruksi melakukan lompatan dengan area sebesar 2 Kbyte.
7. LCALL
Sama seperti intruksi CALL, hanya intruksi ini digunakan jika label yang
dipanggil letaknya lebih jauh dari 2 Kbyte.
8. MOV
Intruksi ini melakukan perpindahan data variabel pada kode operasi kedua
dan disimpan divariabel pada operasi pertama.
11
9. MOVC
Intruksi ini melakukan perpindahan data variabel pada operasi kedua
ditambah carry dan disimpan divariabel pada kode operasi pertama.
10. JMP
Melakukan lompatan dan menjalankan program yang berada di alamat
yang ditentukan oleh label tertentu.
11. SJMP
Melakukan lompatan untuk jarak pendek (Short JMP).
12. LJMP
Melakukan lompatan untuk jarak yang jauh (Long JMP).
13. JZ (Jump if Zero)
Lompat jika akumulator bernilai “nol”. Jika semua bit pada akumulator
bernilai “nol”, maka lompat ke alamat yang telah ditentukan dan
dilanjutkan ke intruksi berikutnya.
14. JB (Jump on Bit Set)
Lompat jika bit tertentu bernilai “satu”, artinya jika bit yang telah
ditentukan bernilai “satu”, maka lompat ke alamat yang telah ditentukan
dan dilanjutkan ke intruksi berikutnya.
15. JNB (Jump on not Bit Set)
Kebalikan dari JB, JNB merupakan intruksi untuk beralih ke alamat
tertentu jika bit tertentu bernilai “nol”.
12
16. DJNZ (Decrement and Jump if Not Zero)
Melakukan pengurangan pada Rn (R0...R7) dengan 1 dan lompat ke
alamat yang ditentukan apabila hasilnya bukan 00. Apabila hasilnya telah
mencapai 00, maka program akan terus menjalankan intruksi dibawahnya.
17. CJNE (Compare and Jump if Not Equal )
Intruksi ini melakukan perbandingan antara data tujuan dan data sumber
serta melakukan lompatan ke alamat yang ditentukan jika hasil
perbandingan tidak sama.
18. RET
Intruksi ini melakukan lompatan ke alamat yang disimpan dalam SP (Stack
Pointer) dan SP-1 (Stack Pointer-1). Intruksi ini biasa digunakan pada saat
kembali dari subrutin yang dipanggil dengan ACALL atau LCALL.
19. SWAP
Baca 4 bit (nibble) data pertama LSB dari akumulator. Perintah SWAP
memungkinkan untuk menukar 4 bit rendah menjadi 4 bit tinggi dari
akumulator (berlaku sebaliknya).
20. PUSH
Melakukan penyimpanan data dari suatu register atau memori kedalam
stack. Lokasi data dalam stack tersebut ditunjuk oleh stack pointer. Pada
saat intruksi ini dijalankan, nilai dari stack pointer akan bertambah satu
dan register atau memori yang di PUSH akan masuk kedalam alamat yang
ditunjuk oleh stack pointer tersebut.
13
21. POP
Melakukan pengambilan data dari dalam stack ke suatu register atau
memori. Lokasi data dalam stack tersebut ditunjuk oleh stack pointer.
Pada saat intruksi ini dijalankan, data dialamat yang ditunjuk oleh stack
pointer akan dipindah ke register atau memori dilanjutkan dengan
pengurangan nilai stack pointer dengan 1.
22. ANL
Logika AND untuk variabel tertentu. Perintah ANL bekerja dengan
melakukan operasi AND antara variabel yang ditentukan dengan nilai
tertentu untuk kemudian hasilnya disimpan pada alamat yang ditunjuk
oleh variabel yang ditentukan.
23. ORL
Logika OR untuk variabel tertentu. Perintah ORL bekerja dengan
melakukan operasi OR antara variabel yang ditentukan dengan nilai
tertentu untuk kemudian hasilnya disimpan pada alamat yang ditunjuk
oleh variabel yang ditentukan.
24. CPL (Complement bit)
Tiap dari akumulator yang secara logika dikomplemenkan satu. Misalnya
nilai yang asalnya 1, setelah dikomplemenkan akan berubah menjadi 0.
Dari faktor tersebut, CPL dapat diartikan sebagai intruksi untuk menukar
nilai 0 menjadi 1 dan sebaliknya.
25. INC
Menambahkan nilai variabel yang ditunjuk dengan 1 dan hasilnya
disimpan di variabel tersebut.
14
26. SUBB
Mengurangkan nilai variabel yang ditunjuk dengan nilai lain dan hasilnya
disimpan di variabel tersebut.
27. ADD
Menjumlahkan nilai variabel yang ditunjuk dengan nilai lain dan hasilnya
disimpan di variabel tersebut.
28. ADDC
Menjumlahkan nilai variabel yang ditunjuk dengan nilai dan ditambahkan
dengan nilai carry yang kemudian hasilnya disimpan di variabel yang
ditunjuk tersebut.
29. NOP (No Operation)
No Operation, yang berarti tidak melakukan apa-apa. Tujuan dari intruksi
ini adalah hanya untuk menambahkan siklus pulsa pewaktu sebesar 1
siklus.
30. DW (Define Word)
Define Word, yang artinya mengacu pada data word (data 16 bit) tertentu.
31. DB (Define Byte)
Define Byte, yang artinya mengacu pada byte (data 8 bit) tertentu.
32. END
END biasanya diletakan diakhir baris file program sumber assembler
sebagai tanda akhir pernyataan (statement) bagi program assembler dalam
melakukan proses assembler.
15
2.1.4 IE (Interupt Enable)
Setiap sumber interupsi diaktifkan atau dilumpuhkan secara individual dengan
mengatur suatu bit pada SFR (Spesial Function Register) yang dinamakan IE
(Interupt Enable). Bit-bit IE didefinisikan sebagai berikut :
MSB LSBEA - - ES ET1 EX1 ET0 EX0
Fungsi dari masing – masing bit diatas :
Tabel 2.1 Fungsi masing – masing bit pada register IE
Simbol Posisi Fungsi
EA
ESET1EX1ET0EX0
IE7
IE6IE5IE4IE3IE2IE1IE0
Melumpuhkan semua interupsi. Jika IE=0 tidak ada interupsi yang akan dilayani. Jika IE=1 setiap sumber interupsi dapat dijalankan atau dilumpuhkan secara individual.KosongKosongBit pembuat enable port serialBit pembuat enable timer 1Bit pembuat enable INT1Bit pembuat enable timer 0Bit pembuat enable INT0
Jika akan mengaktifkan interupsi 0 (INT0). Misalnya, nilai yang harus diberikan
ke IE adalah 81H (yaitu memberikan logika 1 ke EA dan EX0).
2.1.5 Prioritas Interupsi
Setiap sumber interupsi dapat di diprogram secara individual menjadi satu atau
dua tingkat prioritas dengan mengatur bit pada SFR (Special Function Registers)
16
yang bernama IP (Interrupt Priority). Interupsi dengan perioritas rendah dapat di
interupsi oleh interupsi yang memiliki prioritas yang lebih tinggi. Jika dua
permintaan interupsi dengan tingkat prioritas yang berbeda diterima pada saat
bersamaan maka interupsi dengan prioritas yang lebih tinggi maka akan dilayani
terlebih dahulu. Jika pada saat bersamaan interupsi dengan prioritas yang sama
maka akan di lakukan polling untuk menentukan mana yang akan di layani.
Bit = 1 menandakan perioritas tinggi
Bit = 0 menandakan prioritas rendah
Tabel 2.2 Fungsi masing-masing bit pada register IP
Simbol Posisi Fungsi- IP.7 Kosong- IP.6 Kosong- IP.5 Kosong
PS IP.4 Bit prioritas interupsi port serialPT1 IP.3 Bit prioritas interupsi timer 1PX1 IP.2 Bit prioritas interupsi INT1PT0 IP.1 Bit prioritas interupsi timer 0PX0 IP.0 Bit prioritas interupsi INT0
2.1.6 SFR (Special Function Register)
Special Function Register merupakan register khusus yang digunakan sebagai
kendali, buffer atau fungsi khusus lainnya. SFR berisi register-register dengan
fungsi tertentu. Masing-masing register ditunjukan dalam table dibawah yang
meliputi simbol, nama dan alamatnya.
17
Tabel 2.3 Spesial Function Register
Simbol Nama AlamatACC
BPSWSP
DPTR
P0P1P2P3IPIE
TMODTCONTH0TL0TH1TL1
SCONSBUFPCON
AkumulatorB registerProgram status wordStack PointerData pointer 16 bitDPL byteDPH bytePort 0Port 1Port 2Port 3Interrupt Priority ControlInterrupt Enable controlTimer/Counter mode controlTimer/Counter controlTimer/Counter 0 high byteTimer/Counter 0 low byteTimer/Counter 1 high byteTimer/Counter 1 low byteSerial ControlSerial Data BufferPower control
E0HF0HD0H81H
82H83H80H90HA0HB0HB8HA8H89H88H8CH8AH8DH8BH98H99H87H
2.1.7 PSW (Program Status Word)
PSW digunakan untuk menyimpan bit-bit yang penting yang akan di set maupun
diclear oleh intruksi MCS-51. Register PSW berisi informasi tentang status
program. PSW berisi bit carry flag, auxiliary carry flag, overflow flag, dan parity
flag. PSW juga ada tambahan bit yang digunakan untuk memilih bank register.
Penjelasan dan bit-bit pada register PSW dapat di lihat di bawah ini:
MSB LSBCY AC F0 RS1 RS0 OV - P
18
Adapun fungsi dari masing-masing bit-bit di atas adalah:
Tabel 2.4 Fungsi masing-masing Bit pada register PSW
Simbol Posisi FungsiCY PSW.7 Carry flagAC PSW.6 Auxiliary carry flagRS1 PSW.5 Flag 0 untuk kegunaan umumRS0 PSW.3 Bit pemilih bank registerOV PSW.2 Overflow flag
- PSW.1 Flag didefinisikan oleh pemakaiP PSW.0 Parity flag
RS0 dan RS1 digunakan untuk memilih bank register. Delapan buah register ini
dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Lokasi register-register ini terletak
pada 32 byte awal dari RAM internal. Untuk menggunakan register ini
menggunakan simbol R0 sampai R7. Pemilihan alamat memori dari register ini
dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 2.5 Register Bank
RS1 RS0 BANK LokasiMemori
0 0 0 00H – 07H0 1 1 08H – 0FH1 0 2 10H – 17H1 1 3 18H – 1FH
Jika menggunakan satu register bank diatas maka dapat diperhatikan lokasi
memori yang digunakan, sehingga nantinya tidak terjadi saling tumpang tindih
antara memori register dan memori data.
19
2.1.8 Timer/Counter
Pada mikrokontroler AT89C52 terdapat dua buah Timer/Counter 16 bit keduanya
dapat di fungsikan sebagai timer atau dapat difungsikan sebagai counter saja.
Fungsi timer atau counter dipilih dari bit C/T pada Function Register TMOD
(Timer Mode). Gambar dibawah ini memperlihatkan bit-bit pada TCON (Timer
Control).
MSB LSB
TF1 TR1 TF0 TR0 IE1 IT1 IE0 IT0
Adapun fungsi dari masing-masing bit diatas :
Tabel 2.6 Fungsi masing-masing Bit pada register TCON
Simbol Posisi FungsiTF1 TCON.7 Timer 1 overflow flag. Di set oleh perangkat keras saat
timer/counter menghasilkan overflowTR1 TCON.6 Bit untuk menjalankan timer 1. Di set/reset oleh
perangkat lunakTF0 TCON.5 Timer 0 overflow flagTR0 TCON.4 Bit untuk menjalankan timer 0. Di set/reset oleh
perangkat lunakIE1 TCON.3 External interrupt 1 edge flag. Di set oleh perangkat
keas ketika interrupt eksternal terdeteksi. Di clear oleh perangkat keras saat interupsi diproses.
IT1 TCON.2 Kontrol bit interup 1. Di set oleh perangkat keras untuk menentukan trigger sisi turun atau level rendah dari eksternal interup 1
IE0 TCON.1 Flag eksternal interup 0. Di set oleh perangkat keras ketika interup eksternal terdeteksi. Di clear oleh perangkat keras saat interupsi diproses.
IT0 TCON.0 Kontrol bit interupsi 0. Di set oleh perangkat keas untuk menentukan trigger sisi turun atau level rendah dari eksternal interup 0.
20
Untuk memilih mode operasi dari timer/counter dilaksanakan dengan cara
mengubah bit-bit pada register TMOD (Timer Mode). Pada register TMOD
(Timer Mode) terdapat bit-bit seperti di bawah ini:
MSB LSB
GATE C/T M0 M1 GATE C/T M1 M0
Adapun definisi dari bit-bit tersebut adalah:
Empat bit paling kanan menunjukan pengontrolan untuk timer/counter 1,
sedangkan empat bit paling kiri digunakan untuk pengontrolan timer/counter 0.
Gate: jika TRx pad TCON diset dan Gate=1 maka timer/counterX akan berjalan
ketika pin INTx tinggi (di kontrol oleh perangkat keras). Ketika gate=0 maka
timer/counterX akan berjalan jika TRx=1 (dikontrol oleh perangkat lunak).
C/T: Bit pemilih antara counter atau timer
M1: Bit selector mode
M0: Bit selector mode
Mode dari timer atau counter dapat dipilih dengan mengkonfigurasikan M1 dan
M0 sebagai berikut :
Tabel 2.7 Mode pada Timer dan Counter
M1 M0 Mode Operasi0 0 Timer 13 bit0 1 Timer 16 bit /counter1 0 Timer/counter 8 bit auto reload1 1 (Timer0) TL0 adalah timer/counter 8 bit yang
dikontrol oleh bit control standar timer 0. TH0 adalah timer 8 bit dan dikontrol oleh control bit timer 1(Timer1) Timer dan counter 1 dihentikan
21
2.2 MAX232/ICL232
IC Max 232 ini merupakan jenis IC yang memiliki dua driver dan dua receiver.
Pada Max 232 ini membutuhkan kapasitor pembangkit tegangan yang digunakan
sebagai supply level tegangan EIA-232 (Electronic Industry Association-232) dari
supply tunggal 5 volt. Pada bagian receiver merubah level EIA-232 (Electronic
Industry Association-232) input ke level 5 volt TTL (Transistor Transistor Logic)
atau CMOS (Complementary Metal-Oxide-Semiconductor).
Gambar 2.2 Konfigurasi pin ICL232
2.3 SMS (Short Message Service)
SMS merupakan salah satu fitur dari GSM (Global System for Mobile
Communication) yang dikembangkan dan distandarisasi oleh ETSI (European
Telecommunications Standard Institute). Pada saat kita mengirim pesan SMS dari
handphone, maka pesan SMS tersebut tidak langsung dikirim ke handphone
22
tujuan, akan tetapi terlebih dahulu dikirim ke SMS Center (SMSC) dengan prinsip
Store and Forward, setelah itu baru dikirimkan ke handphone yang dituju.
Dari SMSC ini dapat diketahui status dari SMS yang dikirim, apakah telah sampai
atau gagal diterima oleh handphone tujuan. Apabila handphone tujuan dalam
keadaan aktif dan menerima SMS yang dikirim, ia akan kembali mengirimkan
pesan konfirmasi ke SMSC yang menyatakan bahwa SMS telah diterima.
Kemudian SMSC mengirimkan kembali status tersebut kepada pengirim. Tetapi
jika handphone tujuan dalam keadaan mati atau diluar jangkauan, SMS yang
dikirimkan akan disimpan pada SMSC sampai periode validitas terpenuhi. Jika
periode validitas terlewati maka SMS itu akan dihapus dari SMSC dan tidak
dikirimkan ke handphone tujuan. Disamping itu, SMSC akan mengirim pesan
informasi ke nomor pengirim yang menyatakan pesan dikirim belum diterima atau
gagal.
Proses pengiriman SMS dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.3 Skema cara kerja SMS
23
2.3.1 Elemen-elemen SMS
Adapun elemen-elemen SMS diantaranya :
1. SME (Short Message Entity)
SME (Short Message Entity) adalah elemen yang dapat mengirim atau
menerima pesan singkat. SME dapat berupa software aplikasi pada mobile
handset, dapat juga berupa perangkat facsimile, perangkat telex, remote
internet server, dan lain-lain.
Sebuah SME dapat berupa server yang terkoneksi dengan SMS center
secara langsung atau melalui gateway. Dikenal juga ESME (External
SME) yang merepresentasikan sebuah WAP (Wireless Application
Protocol) proxy/server, Email Gateway atau Voice Mail Server.
2. SMSC (Short Message Service Center)
SMSC (Short Message Service Center) memegang peran kunci dalam
arsitektur SMS. Fungsi utama SMSC adalah menyampaikan pesan singkat
antara SME dengan MS, juga menyimpan dan meneruskan pesan singkat
(menyimpan pesan jika penerima SME tidak tersedia). SMSC dapat
terintegrasi sebagai bagian dari mobile network (contoh : terintegrasi
dengan MSC) atau sebagai entitas network independen. SMSC
mentransfer pesan dalam format point to point pada sistem yang melayani.
3. SMS-Gateway dan SMS-Interworking Mobile Switching Center
SMS Gateway Mobile Switching Center (SMS-GMSC) adalah sebuah
aplikasi MSC yang mampu menerima pesan singkat dari SMSC,
24
menginterogasi HLR (Home Location Register) untuk informasi routing,
dan mengirimkan pesan pendek tersebut ke MSC dan piranti bergerak
yang dituju.
4. HLR (Home Location Register)
HLR (Home Location Register) adalah elemen jaringan yang berisi data
dari setiap subscriber. Sebuah HLR biasanya mampu mengatur ratusan
bahkan ribuan subscriber. Ketika diinterogasi oleh SMSC, HLR
memberikan informasi routing mengenai pelanggan yang ingin dituju.
5. MSC (Mobile Switching Center)
MSC (Mobile Switching Center) melakukan fungsi registrasi, authentikasi,
update lokasi user, billing service dan sebagai interface dengan jaringan
lain. Selain itu MSC juga bertanggung jawab untuk call set-up, realease
dan routing. Melalui MSC, mobile network terhubung dengan jaringan lain
seperti PSTN (Public Switched Telephone Network), ISDN (Integrated
Service Digital Network), CSPDN (Circuit Switched Public Data
Network) dan PSPDN (Packet Switched Data Network).
6. VLR (Visitor Location Register)
VLR (Visitor Location Register) berisi informasi dinamis tentang user
yang terkoneksi dengan mobile network termasuk lokasi user tersebut
HLR yang roaming ke HLR lainya. VLR biasanya terintegrasi dengan
MSC. Informasi ini dibutuhkan oleh MSC untuk melayani pelanggan yang
berkunjung.
7. BSS (Base Station System)
25
Semua fungsi yang terkait dengan transmisi sinyal radio elektromagnetis
antara MSC dan piranti bergerak dilakukan di BSS (Base Station System).
BSS terdiri dari BSC (Base Station Controller), juga dikenal sebagai
wilayah sel. BSC dapat mengendalikan satu atau lebih BTS (Base
Transmition Server) dan bertanggung jawab dalam pemberian sumber data
yang semestinya ketika pelanggan bergerak dari satu sektor suatu BTS ke
sektor lain.
2.3.2 Mekanisme Store And Forward Pada SMS
SMS adalah data tipe asynchronous message yang pengiriman datanya dilakukan
dengan mekanisme protokol store and forward. Hal ini bahwa pengirim dan
penerima SMS tidak perlu berada dalam status berhubungan (connected/online)
satu sama lain ketika akan saling bertukar pesan SMS. Pengiriman pesan SMS
secara store and forward berarti pengirim pesan SMS menuliskan pesan dan
nomor telepon tujuan dan kemudian mengirimkannya (store) ke server SMS
(SMS-Center) yang kemudian bertanggung jawab untuk mengirimkan pesan
tersebut (forward) ke nomor telepon tujuan.
Keuntungan mekanisme store and forward pada SMS adalah, penerima tidak
perlu dalam status online ketika ada pengirim yang bermaksud mengirimkan
pesan kepadanya, karena pesan akan dikirim oleh pengirim ke SMSC yang
kemudian dapat menunggu untuk meneruskan pesan tersebut ke penerima ketika
ia siap dan dalam status online dilain waktu. Ketika pesan SMS telah terkirim dan
diterima oleh SMSC, pengirim akan menerima pesan singkat (konfirmasi) bahwa
26
pesan telah terkirim (message sent). Hal-hal inilah yang menjadi kelebihan SMS
dan populer sebagai layanan praktis dari sistem komunikasi bergerak.
Gambar 2.3.2 Mekanisme Store and Forward
2.3.3 PDU (Protocol Data Unit)
Dalam pengiriman dan penerimaan pesan SMS terdapat dua mode, yaitu mode
teks dan mode PDU (Protocol Data Unit). Mode teks adalah format pesan dalam
bentuk teks asli yang dituliskan pada saat akan mengirim pesan. Sesungguhnya
mode teks ini adalah hasil pengkodean dari mode PDU. Sedangkan mode PDU
adalah format pesan dalam bentuk octet heksadesimal dan octet semidesimal
dengan panjang mencapai 160 (7 bit) atau 140 (8 bit) karakter. Di Indonesia tidak
semua operator GSM maupun terminal mendukung mode teks, sehingga mode
yang digunakan adalah mode PDU. Pada pengiriman pesan terdapat dua jenis
mobile, yaitu Mobile Terminated (handphone penerima) dan Mobile Originated
(handphone pengirim).
2.4 SMS PDU Pengirim (Mobile Originated)
27
SMS PDU pengirim adalah pesan yang dikirim dari handphone ke terminal yang
kemudian dikirimkan ke SMSC. Pada prinsipnya apabila kita mengirimkan pesan
ke nomor tujuan, pesan itu akan melalui SMSC.
Pesan yang akan dikirimkan oleh terminal masih dalam bentuk teks, sedangkan
dalam pengiriman ke SMSC harus dalam bentuk PDU. Untuk itu sebelum dikirim,
terminal atau handphone akan melakukan perubahan dari format teks menjadi
format PDU, proses ini sering disebut encode. Adapun skema dari format PDU
pengirim telah diatur dan ditetapkan oleh ETSI (European Telecommunications
Standard Institute) sebagai berikut.
SCA PDU TYPE
MR DA PID DC VP UDL UD
Gambar 2.4 Skema format SS PDU pengirim
2.4.1 SCA (Service Center Address)
SCA adalah informasi dari alamat (nomor) SMSC. SCA memiliki tiga komponen
utama, yaitu len, type of number, dan service center number. Dalam pengiriman
pesan SMS, nomor SMSC tidak dicantumkan.
Tabel 2.8 Service Center Address
Oktet Keterangan Hasil
LenPanjang informasi SMSC dalam
oktet 00
Type of numberFormat nomor dari SMSC
81 hexa = format local91 hexa = format internasional <none>
Service center number
Nomor SMSC dari operator pengirim. Jika panjangnya ganjil <none>
28
maka pada karakter terakhir ditambahkan 0F hexa
2.4.2 PDU Type
Nilai default dari PDU type SMS pengirim adalah 11 hexa.
Tabel 2.9 PDU Type
Bit no 7 6 5 4 3 2 1 0Nama RP UDHI SRR VPF VPF RD MTI MTINilai 0 0 0 1 0 0 0 1
Keterangan :
RP : Reply Path. Parameter yang menunjukan bahwa alur jawaban ada.
UDHI : User Data Header Indicator. Bit ini bernilai 1 jika data pengirim dimulai
dengan suatu judul/tema.
SRR : Status Report Request. Bit ini bernilai 1 jika laporan status pengiriman
diminta.
VPF : Validity Period Format. Format dari batas waktu pengiriman jika pesan
gagal diterima
00 -> Jika pesan tidak disimpan di SMSC.
10 -> Format relative (satu octet)
01 -> Format enhanced (tujuh octet)
11 -> Format absolute (tujuh octet)
RD : Reject Duplicates. Parameter yang menandakan ya atau tidaknya Service
Center akan menerima suatu pengiriman pesan SMS untuk suatu pesan
29
yang masih disimpan dalam Service Center tersebut. Ia mempunyai MR
dan DA yang sama sebagai pesan dikirimkan dari OA yang sama.
MTI : Message Type Indicator. Bit bernilai 0 untuk menunjukan bahwa PDU ini
adalah suatu SMS-DELIVER.
2.4.3 MR (Message Reference)
Message Reference adalah acuan dari pengaturan pesan SMS. Untuk membiarkan
pengaturan pesan SMS dilakukan sendiri oleh handphone tujuan, maka nilai yang
diberikan adalah “00”. Jadi pada Message Reference hasilnya adalah 00.
2.4.4 DA (Destination Address)
DA adalah alamat (nomor) tujuan, yang terdiri atas panjangnya nomor tujuan
(len), format dari nomor tujuan (Type Number), dan nomor tujuan (Destination
Number).
Tabel 2.10 Destination Address
Oktet Nilai Hasil
Len 12 0C
Type of Number Format international 91
Destination Number 628122898840 261822988804
Jadi pada Destination Address hasilnya adalah 0C91261822988804.
2.4.5 PID (Protocol Identifier)
30
Protocol Identifier adalah type atau format dari cara pengiriman pesan, yang
biasanya diatur dari handphone pengirim. Misalnya tipe Standard Text, Fax, E-
mail, Telex, X400 dan lain-lainya.
Nilai default dari PID adalah 00=”Standard Text”. Pada contoh ini, pesan SMS
yang akan dikirim menggunakan format teks standard, jadi pada Protocol
Identifier hasilnya adalah 00.
2.4.6 DCS (Data Coding Scheme)
Data Coding Scheme adalah rencana dari pengkodean data untuk menetukan kelas
dari pesan tersebut apakah berupa SMS teks standard, Flash SMS, atau Blinking
SMS.
2.4.7 VP (Validity Period)
Validity Period adalah lama waktu pesan SMS disimpan di SMSC apabila pesan
tersebut gagal diterima oleh handphone penerima.
Tabel 2.11 Validity Period
Waktu VP Nilai VP5 menit – 720 menit (12 jam) (waktu VP / 5) –1
12,5 jam – 24 jam 143 + ((Waktu VP-12)*2)2 – 30 hari 166 + Waktu VP
Lebih dari 4 minggu 192 + Waktu VP
Pada contoh diatas, waktu VP-nya 5 hari, maka nilai VP adalah
166+5=171d=ABH. Jadi Validity Period hasilnya adalah AB.
2.4.8 UDL (User Data Length)
31
User Data Length adalah panjangnya pesan SMS yang akan dikirim dalam bentuk
teks standard. Pada contoh ini pesan SMS dikirim adalah “Pesan Pendek”, yang
memiliki 12 karakter (0CH). Jadi pada User Data Length hasilnya adalah 0C.
2.4.9 UD (User Data)
User Data adalah isi pesan yang akan dikirimkan dalam format heksadesimal.
Pada contoh ini isi pesan SMS yang akan dikirim adalah “Pesan Pendek”.
Pengkodean dari nilai teks standard menjadi heksadesimal dilakukan dengan
bantuan Default Alphabet yang dibakukan oleh ETSI GSM 03.38. hal ini dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.12 User Data
Nilai Dec
Septet (7 bit) Oktet ( 8 bit) Hasil
P 80 1010000 1 1010000 D0E 101 110010 1 11 110010 F2S 115 11100 11 001 11100 3CA 97 1100 001 1110 1100 ECN 110 110 1110 00000 110 06
Spasi 32 01 00000 110000 01 C1P 112 1 110000 1100101 1 CBE 101 1100101N 110 1101110 0 1101110 6ED 100 110010 0 01 110010 72E 101 11001 01 011 11001 79K 107 1101 011 0000 1101 0D
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari pengkodean adalah
D0F23CEC06C1CB6E72790D.
2.5 SMS PDU Penerima (Mobile Terminated)
32
SMS PDU Penerima adalah terminal menerima pesan yang datang atau masuk
dari SMSC ke handphone dalam format PDU. Pada prinsipnya pesan yang kita
terima dari SMSC masih dalam format PDU setelah itu terminal handphone yang
menerima pesan akan melakukan pengkodean menjadi teks, proses ini sering
disebut decodec. Cara pengkodean format PDU sudah diatur dan distandarkan
oleh ETSI. Format PDU dari SMS Penerima adalah :
SCA PDU Type
OA PID DCS SCTS UDL UD
Gambar 2.5 Skema Format SMS PDU Penerima
2.5.1 SCA (Service Center Address)
SCA adalah alamat (nomor) dari SMSC. SCA memiliki tiga komponen utama,
yaitu len, type of number dan service center number.
Tabel 2.13 Service Center Address
Oktet Keterangan NilaiLen Panjang informasi SMSC dalam octet 06Type of Number
Format nomor dari SMSC81 hexa = format local91 hexa = format internasional 91
Service Center Number
Nomor SMSC dari operator pengirim. Jika panjangnya ganjil maka pada karakter terakhir ditambahkan 0F hexa.Satelindo = 62816124 (PDU=26181642)Telkomsel = 6281100000 (PDU=2618010000)Exelcom = 62818445009 (PDU=2618455400F9)IM3 = 62855000000 (PDU=2658050000F0)
2618010000
33
2.5.2 PDU Type
Nilai default dari PDU Type untuk SMS-Deliver adalah 04 hexa, yang memiliki
arti 04 hexa=00000100.
Bit No 7 6 5 4 3 2 1 0Nama RP UDHI SRI <nn> <nn> MMS MTI MTINilai 0 0 0 0 0 1 0 0
Tabel PDU Type
Keterangan :
RP : Reply Path. Parameter yang menunjukan bahwa alur jawaban ada.
UDHI : User Data Header Indicator. Bit ini bernilai 1 jika data pengirim dimulai
dengan suatu judul/tema.
SRI : Status Report Indication. Bit ini bernilai 1 jika suatu status laporan akan
dikembalikan ke SME.
MMS : More Message to Send. Bit ini bernilai 0 jika ada pesan lebih yang akan
dikirim.
MTI : Message Type Indicator. Bit bernilai 0 untuk menunjukan bahwa PDU ini
adalah suatu SMS-DELIVER.
2.5.3 OA (Originator Address)
OA adalah alamat (nomor) dari pengirim, yang terdiri atas panjangnya nomor
pengirim (len), format dari nomor pengirim (Type number), dan nomor pengirim
(Originator Address).
34
2.5.4 PID (Protocol Identifier)
Protocol Identifier adalah type atau format dari cara pengiriman pesan, yang
biasanya diatur dari handphone pengirim. Misalnya tipe Standard Text, Fax, E-
mail, Telex, dan lain-lainya. Nilai default dari PID adalah 00=”Standard Text”.
2.5.5 DCS (Data Coding Scheme)
Data Coding Scheme adalah rencana dari pengkodean data untuk menetukan kelas
daripesan tersebut apakah berupa SMS teks standard, Flash SMS, atau Blinking
SMS.
2.5.6 SCTS (Service Center Time Stamp)
Service Center Time Stamp adalah waktu dari penerimaan pesan oleh SMSC
penerima. SCTS terdiri atas tahun, bulan, tanggal, jam, menit, detik, serta zona
waktu.
2.5.7 UDL (User Data Length)
User Data Length adalah panjang dari pesan yang diterima dalam bentuk teks
standard.
2.5.8 UD (User Data)
35
User Data adalah pesan yang diterima dalam format heksadesimal. Pengkodean
dari heksadesimal (contoh E8329BFD4697D9EC37) menjadi texts standard dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.14 Tabel User Data Penerima
Nilai Oktet (8
bit)
Septet (7
bit)
Desimal Hasil
ASCII
E8 1 1101000 1101000 104 h
32 00 110010 110010 1 101 e
9B 100 11011 11011 00 108 l
FD 1111 1101 1101 100 108 l
46 01000 110 110 1111 111 o
97 10010 111 11 01000 104 h
D9 1101100 1 1 100101 101 e
EC 1 1101100 1101100 108 l
37 00 110111 1101100 108 l
110111 1 111 o
2.6 AT Command
AT Command adalah perinttah-perintah yang digunakan dalam komunikasi antara
mikrokontroler dengan handphone. Dengan AT Command kita dapat mengetahui
vendor dari handphone yang digunakan, kekuatan sinyal, membaca pesan yang
36
pada SIM Card, mengirim pesan, mendeteksi pesan SMS baru yang masuk secara
otomatis, menghapus pesan SIM Card, dan masih banyak lagi.
Namun pada aplikasi tugas akhir ini tidak semua dari perintah-perintah tersebut
digunakan hanya yang berhubungan dengan sistem kerja dari alat tersebut.
Adapun perintah-perintah yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.15 AT Command
AT Command KeterannganAT Mengecek apakah handphone telah terhubung
AT+CMGF Menetapkan format mode dataAT+CSCS Menetapkan jenis encodingAT+CNMI Mendeteksi pesan SMS baru masuk secara otomatisAT+CMGL Membuka daftar SMS yang ada pada SIM CardAT+CMGS Mengirim pesan SMSAT+CMGR Membaca pesan SMSAT+CMGD Menghapus pesan SMS
2.7 Transistor
Seperti pada gambar 2.3, tegangan pada dioda basis emiter transistor yaitu 0V,
antara basis emiter itu tidak ada tegangan muka (bias voltage). Karena itu, tidak
ada arus yang mengalir dari Vcc ke ground. Arus ini dinamai arus kolektor (Ic).
Pada kondisi demikian transistornya tersumbat (cut off). Dalam keadaan
tersumbat ini, maka tegangan antara kolektor emiter (VCE) adalah sama tinggi
denga Vcc. Maka transistor bertingkah seperti suatu putusan.
37
Gambar 2.6 Transistor dalam keadaan tersumbat (cut off)
Pada gambar berikutnya (2.6), dioda basis emiter transistor diberi tegangan muka
maju (forward bias voltage) yang cukup besar, oleh karena itu mengalirlah arus
kolektor (Ic) yang kuat, dengan tegangan basis emiter yang cukup besar akan
dapat diperoleh Ic yang maksimum. Pada kondisi tersebut transistornya jenuh
(saturated), transistor yang jenuh bertingkah seperti suatu hubung singkat, maka
tegangan VCE sama dengan 0V.
Gambar 2.7 Transistor dalam keadaan jenuh
38
Kuat arus jenuh ini ditetapkan oleh : (1) besarnya perlawanan Rc, dan (2) faktor
penguatan arus (hfe) transistor.
Apabila perlawanan Rc diganti dengan lampu pijar atau LED, maka dalam kondisi
tersebut (gambar 2.6) lampu padam. Transistor merupakan sakelar yang sedang
membuka. Dan bila dalam kondisi seperti pada gambar 2.7 lampu menyala.
Transistor merupakan sakelar yang sedang menutup.
Cara membuka dan menutup sakelar (transistor) yaitu dengan jalan menghapus
dan memberi tegangan muka diantara basis emiter.
2.8 Relay
Relay adalah sakelar (switch) elektrik yang bekerja berdasarkan medan magnet.
Relay terdiri dari suatu lilitan dan switch mekanik. Switch mekanik akan bergerak
jika ada arus listrik yang mengalir melalui lilitan. Relay biasanya hanya
mempunyai satu kumparan, tetapi relay dapat mempunyai beberapa kontak.
Susunan kontak pada relay adalah :
Normally Open : Relay akan menutup bila dialiri arus listrik.
Normally Close : Relay akan membuka bila dialiri arus listrik.
Changeover : Relay ini memiliki kontak tengah yang akan melepaskan
diri dan membuat kontak lainnya berhubungan.
Gambar 2.8 Simbol relay
39
2.9 Sepeda Motor
Pengertian sebuah sepeda motor adalah kendaraan beroda dua yang ditenagai oleh
sebuah mesin. Rodanya sebaris dan pada kecepatan tinggi sepeda motor tetap
tidak terbalik dan stabil, pada kecepatan rendah pengaturan berkelanjutan
setangnya oleh pengendara memberikan kestabilan.
Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat populer sebagai alat transfortasi
darat, karena harganya yang relatif murah, penggunaan bahan bakarnya rendah
serta biaya operasionalnya sangat rendah.
Dijaman sekarang ini sulit rasanya manusia beraktifitas tanpa menggunakan
kendaraan, banyak hal yang menyebabkan hal itu terjadi. Seperti jarak perjalanan
yang jauh, yang mana tidak akan memungkinkan bila perjalanan tersebut
dilakukan dengan berjalan kaki. Maka alternatif yang dicari oleh manusia adalah
dengan memakai kendaraan bermotor baik itu mobil, sepeda motor ataupun
kendaraan lainya. Jadi kegunaan sepeda motor dijaman sekarang ini sangat
bermanfaat sekali membantu meminimalisasi waktu atau mengefisiensikan waktu.
Adapun komponen-komponen kelistrikan pada sepeda motor yang berkaitan
dengan proyek tugas akhir ini diantaranya :
1. CDI (Capacitor Discharge Ignition)
2. Kumparan Pengapian (ignition coil)
3. Busi
2.9.1 CDI (Capacitor Discharge Ignition)
40
CDI merupakan salah satu jenis sistem pengapian pada kendaraan bermotor yang
memanfaatkan arus pengosongan muatan (discharge current) dari kondensator,
guna mencatudaya kumparan pengapian (ignition coil).
Awalnya sebuah pencatu daya akan mengisi muatan pada kondensator dalam
bentuk arus listrik searah sampai mencapai beberapa ratus volt. Selanjutnya
sebuah pemicu akan diaktifkan untuk menghentikan proses pengisian muatan
kondensator, sekaligus memulai proses pengosongan muatan kondensator untuk
mencatudaya kumparan pengapian melalui sebuah saklar elektronik.
Berdasarkan pencatu dayanya, sistem pengapian CDI terbagi menjadi dua jenis,
yaitu:
1. Sistem pengapian CDI AC yang merupakan dasar dari sistem pengapian
CDI, dan menggunakan pencatu daya dari sumber arus listrik bolak balik
(dinamo AC/alternator).
2. Sistem pengapian CDI DC yang menggunakan pencatu daya dari sumber
arus listrik searah (misalnya dinamo DC, batere, maupun accu).
2.9.2 Kumparan Pengapian (ignition coil) Pada Sepeda Motor
Kumparan pengapian, atau lebih dikenal sebagai ignition coil adalah sistem
kumparan yang berfungsi untuk mengubah tegangan primer dari baterai kendaraan
bermotor menjadi tegangan sekunder sebesar 15000 - 30000 volt yang cukup kuat
untuk membantu pengapian motor.
41
Saat kunci starter diputar ke tanda on sumbu positif yang dinyalakan akan
terhubung dengan baterai. Pada saat ini siklus listrik akan menjadi tertutup dan
aliran listrik akan mengalir ke kumparan primer.
Kumparan ini didalam dinamo dililitkan di sebatang magnet. Dan dengan
rekayasa gerak, arus DC yang dihasilkan berubah menjadi arus AC. Kemudian
sesuai perbandingan jumlah lilitan di kumparan primer dengan sekunder,
dihasilkan listrik bertegangan tinggi.
Tegangan yang tinggi dari kumparan sekunder kemudian dialirkan ke distributor
pengapian (atau lebih dikenal dengan nama ignition distributor), lalu ke busi yang
mampu menghasilkan percikan api.
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
2.9.3 Busi
Busi (dari bahasa Belanda bougie) adalah suatu suku cadang yang dipasang pada
mesin pembakaran dalam dengan ujung elektroda pada ruang bakar. Busi
42
dipasang untuk membakar bensin yang telah dikompres oleh piston. Percikan busi
berupa percikan elektrik. Pada bagian tengah busi terdapat elektroda yang
dihubungkan dengan kabel ke koil pengapian (ignition coil) di luar busi, dan
dengan ground pada bagian bawah busi, membentuk suatu celah percikan di
dalam silinder. Mesin pembakaran internal dapat dibagi menjadi mesin dengan
percikan, yang memerlukan busi untuk memercikkan campuran antara bensin dan
udara, dan mesin kompresi (mesin Diesel), yang tanpa percikan, mengkompresi
campuran bensin dan udara sampai terjadi percikan dengan sendirinya (jadi tidak
memerlukan busi).
Busi tersambung ke tegangan yang besarnya ribuan volt yang dihasilkan oleh koil
pengapian (ignition coil). Tegangan listrik dari koil pengapian menghasilkan beda
tegangan antara elektroda di bagian tengah busi dengan yang di bagian samping.
Arus tidak dapat mengalir karena bensin dan udara yang ada di celah merupakan
isolator, namun semakin besar beda tegangan, struktur gas di antara kedua
elektroda tersebut berubah. Pada saat tegangan melebihi kekuatan dielektrik
daripada gas yang ada, gas-gas tersebut mengalami proses ionisasi dan yang
tadinya bersifat insulator, berubah menjadi konduktor.
Setelah ini terjadi, arus elektron dapat mengalir, dan dengan mengalirnya elektron,
suhu di celah percikan busi naik drastis, sampai 60.000 K. Suhu yang sangat
tinggi ini membuat gas yang terionisasi untuk memuai dengan cepat, seperti
ledakan kecil. Inilah percikan busi, yang pada prinsipnya mirip dengan halilintar
atau petir mini.
43
Gambar 2.9 Busi sepeda motor
BAB III
PERANCANGAN ALAT
44
3.1 Tujuan Perancangan
Berdasarkan atas kajian teori pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan
dibahas tentang perancangan alat. Hal ini bertujuan untuk merealisasikan gagasan
yang telah direncanakan sehingga menghasilkan suatu model yang diharapkan
sesuai fungsi pada spesifikasi sistem yang telah ditentukan.
3.2 Langkah-langkah Perancangan
Perancangan Sistem dimulai dengan membangun ide awal dilanjutkan dengan
penentuan spesifikasi dan prinsip kerja alat yang diinginkan. Lalu dilanjutkan
dengan pencarian data dan informasi perangkat keras (hardware) yang dibutuhkan
serta fungsi-fungsi kerja yang harus dipenuhi, dilanjutkan dengan pembuatan
program (software) untuk mengoperasikan pengontrolan alat, sehingga perangkat
keras (hardware) dapat berfungsi seperti yang diinginkan, setelah alat terwujud
lalu dilakukan pengukuran dan pengujian.
Berdasarkan hal di atas, maka dapat dibuat suatu diagram alur kerja yang akan
mengarahkan dan menggambarkan ide pembuatan alat ini, sebagaimana
diperlihatkan pada gambar berikut :
45
Mulai
Penentuan Realisasi
Penentuan Spesifikasi
Gambar 3.1 Alur Perancangan
3.3 Spesifikasi Perancangan
Perancangan Sistem ini memiliki spesifikasi sebagai berikut :
1. Mikrokontroler yang digunakan sebagai pusat pengolah dan
pengontrol yaitu mikrokontroler AT89C52
2. Handphone sebagai interface penerima / pengirim data SMS
3. Menggunakan 1 buah buzzer
4. Menggunakan 2 buah relay untuk kelistrikan motor
5. Catu daya sebagai sumber tegangan bagi mikrokontroler yaitu sebesar
5 volt DC.
3.4 Diagram Blok
46
Pengukuran Alat
dan Pengujian
Pencarian Data dan Informasi
Selesai
Pembuatan Perangkat Keras
Pembuatan Perangkat Lunak
Pembuatan diagram blok sangat berguna untuk mempermudah pembuatan alat
dan dalam pembacaan kinerja suatu sistem, oleh karena itu berikut ini disajikan
diagram blok dari alat yang dibuat:
Gambar 3.2 Sistem pengaman dengan autorespon SMS
Cara Kerja Blok :
Blok Siemens C55 adalah telepon selular yang digunakan sebagai media
komunikasi dalam hal ini adalah SMS.
Blok RS232 Konverter, modul ini berfungsi merubah sinyal TTL ke
format sinyal RS232 yang dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan
handphone.
Mikrokontroler AT89C52, adalah pengolah utama dimana data sms dari
handphone akan dirubah kedalam bentuk perintah ataupun sebaliknya
47
merubah data sensor kedalam bentuk sms dan dikirim ke nomor
handphone yang dituju.
Blok Relay, berfungsi mengontrol kelistrikan motor memutus dan
menyambungkan power kunci kontak ke accu dan jalur busi.
Blok buzzer, yaitu buzzer yang akan berbunyi apabila terdapat pencuri
atau menyalakan mesin motor.
Blok Magnetic Sensor, ditempatkan dibawah motor yang apabila motor
tersebut diluruskan standar gandanya, maka sensor aktif dan mengirimkan
sinyal ke mikrokontroler dan mikro akan mengirimkan sms status standar
ganda motor dinaikan ke nomor HP tujuan.
Blok tombol start/stop alat, adalah tombol yang digunakan untuk
mengaktifkan atau menonaktifkan alat secara fungsi.
3.4.1 Modul Utama Mikrokontroler AT89C52
Seperti yang telah dijelaskan di atas, mikrokontroler AT89C52 berfungsi sebagai
pusat pengolah baik menterjemahkan kode perintah, maupun sebagai pengendali
dari perintah yang diberikan.
48
Gambar 3.3 Hubungan pin Modul Utama Mikrokontroler
Gambar di atas memperlihatkan hubungan mikrokontroler dengan modul
rangkaian lain yaitu:
1. P0.0 – P0.4 digunakan sebagai jalur kontrol driver relay
kelistrikan motor.
2. P3.4 adalah pin input Magnetic sensor.
3. P1.4 adalah pin input sensor Power ON.
4. P3.5 adalah pin input saklar Start/Stop.
5. P3.0,P3.1 merupakan jalur komunikasi serial yang digunakan untuk
melakukan komunikasi dengan handphone.
6. P3.6, P3.7 merupakan pin indicator yang akan menghidup/matikan
led sebagai indikasi dari sebuah perintah yang dilakukan.
49
3.4.2 Modul Interface Mikrokontroler dan Handphone
Untuk dapat saling berkomunikasi antara mikrokontroler dan handphone
digunakan standar komunikasi serial dengan kecepatan data 19200 Bps, 1 start bit,
1 stop bit, non parity. Komunikasi ini diperlukan mikrokontroler untuk dapat
membaca pesan SMS yang ada dihandphone maupun untuk megirim pesan SMS
melalui handphone.
Untuk dapat berhubungan maka mikrokontroler perlu melakukan hubungan antar
pin komunikasi dengan handphone berikut gambar konektor pin out dari
handphone Siemens C35, C45 dan C55.
PIN NAME FUNCTION1 GND Ground DC2 SELF SERVICE3 LOAD4 BATTERY5 DATA OUT (TX) TX Data Komunikasi6 DATA IN (RX) RX Data Komunikasi7 Z_CLK8 Z_DATA9 MICG10 MIC11 AUD12 AUDG
Gambar 3.4 Konektor Pin Out dari Handphone
Setelah mengetahui posisi dari pin komunikasi yang akan digunakan maka
selanjutnya adalah melakukan perancangan interfacenya. Dibawah ini merupakan
gambar interface penghubung antara mikrokontroler dengan handphone.
50
Gambar 3.5 Modul Interface Handphone
Pada rangkaian diatas digunakan sebuah IC max232 yang akan menstabilkan
tegangan kirim dan terima, sedangkan untuk dioda zenernya digunakan sebagai
pembatas tegangan sehingga tegangan yang masuk tidak melebihi tegangan batere
dari handphone itu sendiri (3,6 V).
3.4.3. Modul Sensor Power ON
Pada modul ini digunakan sebuah regulator yang akan menurunkan tegangan dari
input +12V menjadi +5V. Cara kerja rangkaian ini, apabila terdapat tegangan di
input yang disebabkan oleh kunci kontak motor yang diputar sehingga jalur
tersebut menyentuh tegangan 12V batere sehingga output dari regulator ini akan
menjadi +5V dan akan mendrive sebuah transistor yang berfungsi sebagai saklar
sehingga menyebabkan output akan menjadi LOW apabila terdapat tegangan
diinput regulator dan akan HIGH apabila tidak ada tegangan.
51
Gambar 3.6 Modul Sensor Power ON
3.4.4 Modul Saklar / Magnetic Sensor
Modul ini terdapat 2 buah saklar yang mempunyai fungsi dan cara kerja yang
berbeda. Saklar Start/Stop merupakan saklar Push On Push Off yang apabila
ditekan akan aktif dan ditekan sekali lagi menjadi tidak aktif dan berfungsi
sebagai saklar untuk memulai mengaktifkan alarm. Sedangkan saklar kedua yaitu
menggunakan Magnetic dengan cara kerja magnet yang apabila magnet tersebut
didekatkan dengan induknya maka saklar diadalam induk akan terhubung singkat
dan begitu juga sebaliknya.
Saklar Magnetic pada sistem perancangan ini ditempatkan dibawah motor
tepatnya pada kaki Standar motor yang apabila pada keadaan parkir motor modul
induk dan anaknya berjauhan dan apabila tidak kondisi parkir induk dan anak
saklar tersebut berdekatan sehingga akan menyebabkan 2 keadaan yang berbeda.
Gambar 3.7 Modul Saklar / Magnetic Sensor
52
3.4.5 Modul Driver Relay Kelistrikan Motor
Modul driver relay ini terdiri dari sebuah transistor sebagai driver relay yang
apabila input basisnya diberikan nilai HIGH maka relay tersebut akan bekerja
yang menyebabkan relay juga akan ON. Pada modul ini terdapat 2 buah relay
yang mempunyai fungsi dan penempatan saklarnya berbeda.
Relay pertama digunakan untuk memutus/sambungkan hubungan kelistrikan
pengapian motor dari CDI ke Busi, sehingga apabila relay ini tidak aktif
menyebabkan busi tidak akan mendapatkan tegangan pengapian dari CDI
sehingga motor tidak bisa dijalankan.
Relay kedua digunakan untuk memutus/sambungkan hubungan dari kunci kontak
motor ke ACCU motor. Jika relay ini tidak aktif, maka motor tidak bisa distarter
dikarenakan arus ACCU motor tidak masuk yang digunakan untuk mengaktifkan
motor starter.
Gambar 3.8 Driver Relay Kelistrikan Motor
53
3.4.6 Modul Buzzer
Modul buzzer ini hanya menggunakan sebuah relay yang berfungsi memberikan
supply tegangan ke buzzer. Rangkaian ini bekerja hampir sama dengan driver
relay yang lain, apabila input basis dari transistor diberikan nilai HIGH maka
transistor akan ON dan menyebabkan relay akan bekerja.
Gambar 3.9 Rangkaian Buzzer
3.4.7 Catu Daya
Karena mikrokontroler menggunakan catu daya sebesar +5V, maka diperlukan
sebuah regulator yaitu LM7805 untuk menurunkan tegangan dari 12V menjadi
+5V. Dioda berfungsi menyearahkan gelombang AC menjadi gelombang DC
yang kemudian di saring melalui capacitor 4700uF/50V yang akan membuat
reeple gelombang semakin kecil. Langkah ini dilakukan agar supaya tegangan
supply yang masuk ke mikrokontroler stabil, sehingga kemungkinan salah
pembacaan atau cacat data dalam pengiriman bisa diminimize sekecil mungkin.
54
Gambar 3.10. Catu Daya
3.5 Cara Kerja Alat
Cara kerja Perancangan alat ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Hubungkan konektor data dari alat ke handphone.
2. Hidupkan handphone sampai handphone tersebut dalam keadaan standby.
3. Hidupkan alat, sehingga catu daya aktif dan memberikan supply tegangan
ke alat utama.
4. Modul Utama kemudian melakukan inisialisasi komunikasi dengan
handphone jika handphone merespon baik, maka led hijau akan menyala
sebaliknya jika led merah menyala, maka tidak ada koneksi dengan
handphone.
5. Mikrokontroler akan melakukan pengecekan tombol START/STOP. Jika
tombol ini ditekan maka mikrokontroler akan mengaktifkan sensor yang
artinya mikrokontroler akan mengecek sensor magnetic, sensor Power ON
dan kedatangan SMS perintah.
6. Setelah itu Modul utama melakukan pengecekan sensor yang aktif, jika
mikrokontroler menemukan aktivitas sensor, maka mikrokontroler akan
55
mengirimkan SMS sesuai dengan kondisi sensor yang aktif ke nomor
tujuan yang sudah ditentukan.
7. Mikrokontroler juga mengecek jika ada SMS yang masuk, maka SMS
tersebut akan diproses sesuai dengan perintah yang disepakati yaitu
ON/OFF relay kelistrikan dan OFF buzzer.
3.6 Pembuatan Alat
3.6.1 Perangkat Keras
Pembuatan perangkat keras (hardware) dimulai dengan merancang dan
merealisasikan rangkaian tersebut pada PCB (Printed Circuit Board). Pembuatan
PCB ini menggunakan bantuan program aplikasi komputer yang dapat
memberikan peningkatan efesiensi dan efektifitas kerja, khususnya yang berkaitan
dengan elektronika.
Program yang digunakan untuk mendesain rangkaian elektronika adalah program
Protel Design Explorer 99SE, yang kemudian akan menghasilkan dalam bentuk
sebuah layout PCB.
Berikut merupakan tahapan-tahapan pembuatan perangkat keras secara
keseluruhan:
1. Tahap pembuatan PCB:
a. Membuat rangkaian elektronika pada Protel Schematic Document.
b. Mencetak PCB pada Protel PCB Document dengan cara baik Manual
Route maupun Auto Route.
c. Mencetak hasil Routing pada kertas dengan mesin printer.
56
d. Merepro kertas hasil cetakan printer ke dalam bentuk negatif.
e. Mencetak hasil negatif ke dalam bentuk PCB yang nyata dengan
menggunakan bahan NH, kemudian dilarutkan pada larutan perak
nitrat.
2. Tahap pembuatan lubang (hole) sesuai dengan ukuran pada setiap pad
setiap kaki komponen.
3. Tahap pemerikasaan jalur (track) dari kemungkinan kesalahan dan
penumpukan track yang terjadi karena jarak track yang terlalu dekat.
4. Tahap pemasangan komponen-komponen elektronika pada PCB.
5. Tahap penyolderan kaki-kaki komponen pada track PCB
6. Tahap pengetesan alat dengan menggunakan AVO meter dan penerapan
langsung pada aplikasi sistem tersebut.
7. Tahap pemeriksaan, perapihan, dan pengecekan kinerja alat yang sudah
dimasukkan ke dalam box.
Gambar 3.11 Layout PCB Bottom Side
57
Gambar 3.12 Layout Komponen (Component Side)
3.6.2 Perangkat Lunak
Pada tahap awal Perancangan Sistem Pengaman Motor dengan Autorespon SMS
Berbasis Mikrokontroler AT89C52 perlu diidentifikasi bentuk algoritma dan
rancangan diagram alirnya. Diagram alir tersebut merupakan panduan dalam hal
penyusunan instruksi serta untuk mengefektifkan program agar tidak tumpang
tindih sehingga hal tersebut mempengaruhi pemakaian memori program pada
AT89C52.
Berdasarkan pada diagram alir tersebut lalu dilakukan penulisan program pada
text editor (notepad,qedit) lalu program tersebut diterjemahkan menjadi bahasa
mesin (kode objek) menggunakan MS Dospromt. Setelah diperoleh kode
mesinnya, kemudian kode mesin tersebut di download ke mikrokontroler
AT89C52 menggunakan software Eazy Downloader.
Adapun SMS pemberitahuan yang diterima dalam bentuk SMS oleh pemilik
kendaraan maupun SMS perintah yang dikirimkan oleh pemilik kendaraan kepada
alat dapat dilihat pada tabel berikut:
58
Tabel 3.1 Daftar berita/perintah SMS
Berita SMS / Perintah SMS Keterangan“M ON” Perintah SMS yang dikirimkan pemilik untuk
menyambungkan hubungan kelistrikan dari jalur CDI
“M OFF” Perintah SMS yang dikirimkan pemilik untuk memutuskan hubungan kelistrikan dari jalur CDI
“OFF BUZZ” Perintah SMS yang dikirimkan pemilik untuk mematikan relay buzzer
“POWER ON” Berita SMS yang diterima pemilik untuk berita SENSOR POWER aktif
“STANDAR ON” Berita SMS yang diterima pemilik untuk berita SENSOR MAGNETIC aktif
a. Flow Chart
Langkah awal dalam membuat suatu program hendaknya kita buat desain program
tersebut dalam sebuah flow chart, sehingga program yang kita buat akan lebih
mudah dipahami dan tersusun dengan rapih. Adapun flow chart dari Perancangan
Sistem Pengaman Motor dengan Autorespon SMS Berbasis Mikrokontroler
AT89C52 tersebut ditunjukkan pada gambar berikut ini:
59
Gambar 3.13 Flowchart program
60
BAB IV
PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT
4.1 Pengukuran Alat
Pengukuran prototipe Perancangan Sistem Pengaman Sepeda Motor Dengan
Autorespon SMS Berbasis Mikrokontroler AT89C52 diarahkan pada pengukuran
karakteristik sistem yang telah ditentukan dalam spesifikasi. Pengukuran tersebut
dilakukan untuk melihat apakah setiap blok rangkaian dalam sistem yang diukur
sesuai dengan spesifikasi perencanaan atau belum, sehingga dapat dijadikan acuan
dalam perbaikan blok rangkaian tersebut.
4.1.1 Pengukuran Output Catu Daya
Besar tegangan yang digunakan yaitu 5 volt DC, dan ini digunakan sebagai
sumber tegangan pada modul mikrokontroler AT89C52 dan penggerak relay.
Pengukuran bagian regulator dilakukan pada komponen LM 7805 pada input dan
outputnya.
Gambar 4.1 Pengukuran Output Power Suplay
61
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Output Power Suplay
Komponen Hasil PengukuranInput Output
LM7805 12,11 4,98
4.1.2 Pengukuran Mikrokontroler AT89C52
Pengukuran pada bagian modul mikrokontroler dilakukan untuk mengetahui
besarnya tegangan yang dicatukan pada mikrokontroler tersebut yaitu input VCC.
Tabel 4.2 Hasil pengukuran mikrokontroler AT89C52
Titik Ukur Kondisi ON(Volt)
Kondisi OFF(Volt) Keterangan
Pin 40 4,96 0,00 VCC
4.1.2 Pengukuran Output Sensor Power
Pengujian output sensor ini cukup menggunakan multimeter pada kaki
mikrokontroler dimana output dari sensor tersebut dihubungkan.
Tabel 4.3 Hasil pengukuran Output sensor Power
Titik Ukur Input Sensor0 Volt
Input Sensor12 Volt Keterangan
Pin 5 4,96 0,00 VCC
4.2 Pengujian Alat
Pengujian dilakukan terhadap perangkat lunak dan perangkat keras. Pengujian
perangkat lunak dilakukan untuk mengetahui kinerja yang ditunjukkan oleh
program yang dibuat, dimulai dari pengujian listing program sampai aplikasi
program pada perangkat keras. Sedangkan pengujian hardware dilakukan untuk
62
menguji fungsi alat apakah sesuai rencana atau tidak, dimulai dari pengujian
setiap modul secara terpisah sampai pengujian sebagai suatu sistem terpadu.
4.2.1 Pengujian Perangkat Lunak
Pengujian perangkat lunak (software) pertama kali dilakukan untuk mengetahui
apakah listing program yang telah kita buat dalam Notepad/qedit, masih terdapat
kesalahan atau tidak. Selanjutnya pengujian yang dilakukan terhadap perangkat
lunak yaitu menguji apakah perangkat lunak tersebut sesuai dengan kinerja
hardware yang diinginkan atau tidak, oleh karena itu langkah selengkapnya
pengujian perangkat lunak dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Membuka MS-DOS prompt dengan bantuan program TASM301 kita bisa
mengetahui apakah listing program yang kita buat itu benar atau salah
yaitu dengan cara memanggil file program yang kita buat dengan catatan
file yang kita buat harus satu folder dengan file TASM301 dan tipe file
yang digunakan adalah ASM. Langkah ini juga merupakan langkah untuk
meng-konversi file ASM kedalam bentuk file HEX atau OBJ.
2. Jika terjadi kesalahan pada listing program yang kita buat maka akan
tampil pada layar, seperti gambar berikut ini:
63
Gambar 4.2 Informasi error pada program TASM301
3. Jika terdapat kesalahan seperti gambar di atas maka selanjutnya membuka
file dengan ekstensi LST, hal ini dilakukan untuk mengetahui letak
kesalahan listing program yang kita buat.
Gambar 4.3 Informasi letak kesalahan dalam file LST
4. Setelah letak kesalahan diketahui, maka selanjutnya yang harus dilakukan
adalah memperbaiki kesalahan tersebut dengan cara mengedit file tersebut
dengan cara membuka kembali nama file dengan ekstensi ASM pada
program text editor (notepad/qedit dll).
64
5. Setelah kesalahan kita perbaiki seluruhnya lalu kita lihat kembali apakah
hasil perbaikan kita masih terdapat kesalahan, hal ini dilakukan dengan cara
membuka MS-DOS prompt dengan bantuan program TASM301 seperti
pada langkah nomor 1, dan ini terus menerus dilakukan sampai program
menampilkan pesan tidak terdapat kesalahan (error) seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 4.4 Informasi eksekusi program tanpa error
6. Setelah program yang kita buat tersebut tidak ada kesalahan lagi, maka
selanjutnya dilakukan proses pengisian IC mikrokontroler AT89C52 dengan
program yang telah dibuat tersebut. Proses pengisian program ke dalam
mikrokontroler, membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak yang
berfungsi sebagai downloader. Sebagai perangkat keras digunakan
downloader yang terhubung dengan serial port pada PC. Sedangkan
perangkat lunak yang mendukung programer atau downloader yaitu EZ
Uploader V3.0.
65
Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mengisikan program ke dalam IC
mikrokontroler yaitu sebagai berikut :
1. Membuka program EZ Uploader V3.0
2. Pilih ada di Com berapa Programmer yang kita pasang.
3. Jika telah dipilih maka pada aplikasi ini akan tampil pesan Connecting
yang dilanjutkan dengan pencaraian IC mikrokontroler yang terhubung
dengan downloader.
4. Tunggu sampai aplikasi ini menampilkan pesan ditemukannya IC
mikrokontroler yang akan kita isi program.
Gambar 4.5 Program EZ Uploader
a. Panggil file HEX yang telah kita buat tersebut dengan cara pada aplikasi
EZ Uploader V3.0 ini klik send Hex File.
66
Gambar 4.6 Pemanggilan File Hex
b. Tunggu sampai pada aplikasi ini mengeluarkan pesan Complete.
Gambar 4.7 Pesan Complete pada EZ 3.0
c. Jika telah selesai maka berarti IC mikrokontroler telah terisi oleh
program yang telah dibuat tadi dan siap untuk diaplikaskan dengan
rangkaian sebenarnya.
d. Masukkan IC yang sudah terprogram pada rangkain minimum system
modul yang telah dirancang.
e. Operasikan alat tersebut sesuai dengan rancangan.
67
f. Bila alat tidak jalan, cek kembali apakah ada kesalahan di program atau
perangkat keras, hingga alat dapat bekerja sesuai dengan yang telah kita
rancang.
4.2.2 Pengujian Perangkat Keras
Setelah kita melakukan pengujian terhadap perangkat lunak (program) yang kita
buat, maka selanjutnya kita menguji program tersebut dengan cara merealisasikan
program dan memasang IC mikrokontroler pada rangkaian sebenarnya, namun
sebelumnya pengujian terlebih dulu dilakukan pada masing-masing modul secara
terpisah, untuk lebih jelasnya cara pengujian alat dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengujian Modul Utama (mikrokontroler) dilakukan dengan cara
memberikan catu daya kemudian mengamati pin port 1 dan kemudian
mikrokontroler diisi dengan program tes sebagai berikut:
MOV P1,#$FF
LCALL DELAY
MOV P1,#$00
Hasil dari eksekusi program tersebut akan membuat port 1 menjadi HIGH
kemudian kembali menjadi LOW. Jika hal ini tercapai maka modul utama
khususnya mikrokontroler sudah bekerja dengan baik.
2. Pengujian handphone dilakukan dengan menggunakan kabel data dan
komputer. Kabel data digunakan untuk menghubungkan handphone
dengan jalur komunikasi serial komputer. Program aplikasi yang
digunakan adalah HyperTherminal. Dari Hypertherminal tersebut
kemudian set komunikasi serial dengan kecepatan 19200 Bps,8,1,n.
68
Setelah itu ketik kata “AT”, jika pada layar ada respon “OK” maka
handphone sudah bias berkomunikasi dengan komputer dan berarti jalur
komunikasi modem handphone dapat digunakan.
3. Pengujian Modul Relay Kelistrikan, dengan cara memberikan nilai +5V
ke input basis transistor driver bersangkutan, jika relay bekerja maka
rangkaian tersebut bekerja dengan baik.
4. Pengujian Modul Relay Buzzer, dengan cara sama seperti pada poin 3,
hasil dari cara ini akan menghasilkan bunyi buzzer, jika buzzer berbunyi
berarti rangkaian sudah bekerja baik.
5. Pengujian Modul Sensor Power, dengan cara memberikan tegangan diatas
5V pada input regulator dari rangkaian sensor tersebut, kemudian output
dari transistor diukur menggunakan multimeter, apabila tidak terdapat
tegangan maka nilai pada multimeter akan HIGH, sebaliknya kalau
diberikan tegangan, maka multimeter akan menunjukkan LOW atau nol.
6. Pengujian Sensor Magnetic, pengujian ini cukup menggunakan sebuah
multimeter untuk melihat apakah saklar pada magnetic tersebut ON atau
OFF dengan cara output dari induk dihubungkan ke multimeter, kemudian
anak sensor tersebut didekat dan jauhkan, perhatikan pada jarum
multimeter, jika terjadi perubahan naik atau turun jarumnya, maka sensor
tersebut bekerja baik.
4.3 Petunjuk Penggunaan Alat
Alat yang dibuat dalam tugas akhir ini merupakan sebuah prototipe dari
Perancangan Sistem Pengaman Sepeda Motor Dengan Autorespon SMS Berbasis
69
Mikrokontroler AT89C52, namun dalam petunjuk penggunaan yang akan
dijelaskan berikut ini merupakan petunjuk penggunaan pada aplikasi yang
sebenarnya (bukan prototipe).
Sebelum menggunakan alat ini lebih baik membaca terlebih dahulu beberapa
perintah yang digunakan untuk mengakses alat tersebut melalui SMS yaitu :
4.3.1 Perintah SMS untuk alat
Perintah ini dimaksudkan untuk memerintahkan alat melakukan sesuai perintah
yang diberikan antara lain menghidup/matikan relay kelistrikan dan buzzer.
Adapun perintah yang dikirimkan dari pemilik alat/kendaraan adalah:
Kirim perintah “M ON” melalui SMS ke nomor handphone alat. Jika alat
sudah menerima SMS yang dikirimkan, maka alat akan menghidupkan
relay kelistrikan motor atau menyambungkan hubungan kelistrikan dari
jalur CDI pada sepeda motor.
Kirim perintah “M OFF” untuk memerintahkan alat mematikan relay
kelistrikan motor atau memutuskan hubungan kelistrikan dari jalur CDI
pada sepeda motor.
Kirim perintah “OFF BUZZ” untuk memerintahkan alat mematikan relay
buzzer sehingga buzzer berhenti berbunyi.
4.3.2 Berita SMS yang dikirimkan alat
Berita SMS yang dikirimkan alat jika sensor pada alat aktif adalah antara lain,
memberikan informasi sensor power dan magnetic sensor. Adapun berita SMS
yang dikirimkan ke nomor tujuan atau pemilik kendaraan adalah:
70
Berita SMS “POWER ON”, akan dikirimkan apabila alat mendeteksi
sensor power kunci kontak pada kendaraan aktif.
Berita SMS “STANDAR ON”, akan dikirimkan apabila alat mendeteksi
sensor magnetic aktif, sensor tersebut yang diletakkan pada standar ganda
sepeda motor.
Huruf yang digunakan pada perintah SMS yang dikirimkan menggunakan huruf
Kapital.
Berikut adalah petunjuk penggunaan alat tersebut.
1. Pasangkan semua konektor antara alat dan handphone.
2. Gunakanlah operator selular yang mempunyai sinyal paling bagus/baik dan
kemudian masukkan kartu tersebut kedalam handphone.
3. Hidupkan handphone.
4. Pastikan didalam INBOX SMS handphone tidak terdapat satupun SMS yang
masuk.
5. Hidupkan alat, tunggu beberapa saat kedua led akan menyala, jika led merah
menyala terus menerus dan led hijau padam, maka hubungan alat dengan
handphone belum benar, perhatikan hubungan konektornya.
6. Jika led hijau menyala terus, maka alat sudah siap digunakan.
7. Hubungkan konektor output dari relay ke kelistrikan motor.
8. Hubungkan input sensor Power pada jalur accu motor.
9. Tekanlah tombol start/stop untuk membuat alat menjadi aktif menerima SMS
maupun mengecek sensor.
71
10. Langkah pertama adalah mencoba mengirimkan perintah kepada alat dengan
membuat SMS di nomor Handphone pemilik yang berisi “M ON” untuk
menghidupkan relay kelistrikan dan “M OFF” untuk mematikannya kembali.
11. Langkah kedua mencoba mengirimkan perintah ke alat yaitu berita SMS
“OFF BUZZ” untuk mematikan buzzer.
12. Untuk mengecek apakah alat akan merespon kejadian jika salah satu sensor
aktif, maka jauhkan anak sensor magnetic dari induknya, maka alat sejenak
akan mengirimkan SMS dengan berita “STANDAR ON” ke nomor pemilik
kendaraan yang telah ditentukan.
13. Setelah itu coba berikan tegangan pada input sensor power, kemudian alat
akan mengirimkan berita SMS “POWER ON” ke nomor tujuan yang telah
ditentukan.
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tujuan utama dari penulisan tugas akhir yaitu untuk memperoleh implementasi
sistem Perancangan Sistem Pengaman Motor dengan Autorespon SMS Berbasis
Mikrokontroler AT89C52.
Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis mendapatkan beberapa kesimpulan,
antara lain:
1. Perancangan Sistem ini merupakan suatu implementasi dari mikrokontroler
dalam sebuah sistem kontrol dan monitoring.
2. Memanfaatkan handphone sebagai media komunikasi jarak jauh.
3. Penggunaan teknologi mikrokontroler dan SMS dapat mengefisienkan waktu.
4. Penggunaan SMS sebagai media monitor, merupakan langkah baik dimana
sekarang untuk layanan SMS ini sudah begitu familiar dikalangan masyarakat
sehingga masyarakatpun akan dengan cepat mengerti cara penggunaan
fasilitas yang digunakan ini.
5. Salah satu tantangan dalam pembuatan alat ini yaitu pada penulisan program
yang cukup sulit dan sering mengalami kesalahan.
5.2 Saran
Berikut adalah saran-saran yang penulis ajukan untuk merevisi dan
mengembangkan sistem ini.
73
1. Sebaiknya dalam membuat suatu sistem kontrol, harus dipahami terlebih
dahulu karakteristik mikrokontroler dan peralatan yang akan kita kendalikan.
2. Sistem bisa dikembangkan lagi dengan penambahan fitur-fitur yang lebih
baik.
3. Sebaiknya sistem dirancang dengan menggunakan lebih banyak jenis
handphone yang ada.
4. Pesan SMS jika memungkinkan dibuat lebih panjang sehingga penerima pesan
bisa lebih mengerti.
74