eksplorasi kepulauan banyak

5
Kepulauan Banyak kembali menjadi primadona. Pulau-pulau kecil sunyi dengan pasir putih dan ribuan nyiur adalah tempat “pengasingan” yang cantik lagi menenangkan. MENGEKSPLORASI DUNIA DARI MATA KAMERA EKSPLORASI Pulau Banyak: Sensasi Petualangan di Selatan Aceh PULAU BANYAK Sutiknyo Kontributor Pria berkulit gelap ini suka sekali petualangan. Hidup di tempat baru bersama masyarakat setempat adalah mimpi yang selalu di idam- idamkan. Bercita-cita hidup nomaden sambil mempelajari berbagai hal yang didapatkan sepanjang perjalanan. Selain menyukai dunia fotografi, pria botak ini juga rajin merekam kisah perjalanannya dalam bentuk video- Temui kisah-kisah seru perjalanannya di blog pribadinya www. lostpacker.com www.travelfotografi.co.id VOLUME 20 15 14 VOLUME 20 www.travelfotografi.co.id

Upload: sutiknyo-tekno-bolang

Post on 05-Sep-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Cerita perjalanan di Pulau Banyak

TRANSCRIPT

  • Kepulauan Banyak kembali menjadi primadona. Pulau-pulau kecil sunyi dengan pasir putih dan ribuan nyiur adalah tempat pengasingan yang cantik lagi menenangkan.

    MEN

    GEK

    SPLO

    RA

    SI D

    UN

    IA D

    AR

    I MAT

    A K

    AM

    ERA

    EKSPLORASI

    Pulau Banyak: Sensasi Petualangan

    di Selatan Aceh

    PULAU BANYAK

    SutiknyoKontributor

    Pria berkulit gelap

    ini suka sekali petualangan. Hidup di tempat baru bersama masyarakat setempat

    adalah mimpi yang selalu di idam-

    idamkan. Bercita-cita hidup nomaden sambil mempelajari berbagai hal yang didapatkan

    sepanjang perjalanan. Selain menyukai dunia fotografi, pria botak

    ini juga rajin merekam kisah perjalanannya dalam bentuk video-Temui kisah-kisah

    seru perjalanannya di blog pribadinya www.

    lostpacker.com

    www.travelfotografi.co.id VOLUME 20 1514 VOLUME 20 www.travelfotografi.co.id

  • EKSPLORASI

    erjalanan kali ini memba-wa saya menuju ke Kepu-lauan Banyak, di Aceh Singkil, Nanggro Aceh

    Darusalam. Sudah lama Kepulauan Banyak ini menggoda untuk disamban-gi. Pulau-pulau kecil yang sepi, ratusan nyiur berkombinasi dengan pasir putih dan lautan toska, adalah tempat untuk mengasingkan diri yang menenangkan. Seperti yang saya idamkan selama ini.

    Dengan gaya backpacker saya menuju ke sana. Sesampai di Singkil (li-hat boks Cara Menuju Banyak), mend-ung masih menggelayut di atas langit Pulo Sarok. Tanda bahwa hujan seben-tar lagi akan turun. Angin menembus celah-celah pohon bakau di rawa-rawa di daerah Jembatan Tinggi. Sementara itu beberapa reruntuhan bangunan terlihat tinggal puing-puing yang ter-endam air. Pada 2004, ketika bencana besar Tsunami melanda sebagian besar Aceh, Pulo Sarok adalah salah satu daerah cukup parah terhantam.

    Pulo Sarok adalah destinasi terakhir sebelum kita melanjutkan perjalanan menempuh jalur laut. Di dermaga Jem-batan Tinggi di Pulo Sarok ini biasanya para penduduk pulau memulai perjala-nan. Ini adalah sebuah muara sungai

    yang terdapat dermaga-dermaga kecil disana. Sebenarnya ada sebuah dermaga feri di Aceh Singkil ini, namun karena jadwal perjalanan nya seminggu hanya sekali, maka keberadaan perahu-perahu tradisional ini sangat diperlukan untuk mobilitas penduduk pulau.

    Hal paling mendebarkan dan tersulit adalah melewati muara sungai yang dangkal, tidak jarang lambung kapal harus bersentuhan dengan dasar sungai yang berupa pasir. Pemandangan di awal perjalanan kali ini banyak dihiasi oleh puing-puing bangunan yang teren-dam air, dulu katanya rumah yang ting-gal puing itu jaraknya jauh dari pantai, namun Tsunami sudah membuat puing rumah itu berada di tengah laut.

    Sang tekong juru mudi perahu ter-lihat memamerkan senyumnya setelah kapal keluar dari muara sungai. Lautan dengan riak-riak ombak kecil mulai menghiasi perjalanan saya. Yang men-arik lagi adalah pertemuan antara arus sungai dan air laut. Air laut berwarna biru sedangkan air sungai berwarna coklat. Menyatu namun terpisah.

    Setelah hampir empat jam perjala-nan laut, deretan pohon kelapa Desa Teluk Nibung mulai terlihat. Itu artinya sebentar lagi saya akan menginjak kan kaki di Pulau Balai, sebuah pulau yang menjadi pusat pemerintahan kecamatan Kepulauan Banyak. Saya menginap di Penginapan Putri, penginapan yang direkomendasikan oleh salah seorang sahabat. Dibanderol seharga Rp 60.000 per malam untuk yang berkipas angin dan Rp 150.000 untuk yang berpend-ingin.

    Sebenarnya, bulan Oktober hingga Februari bukanlah waktu yang tepat untuk berkunjung menikmati kein-dahan Pulau Banyak. Jadi, buat saya, perjalanan kali ini adalah perjalanan

    yang cukup nekat (namun pasti akan memiliki banyak cerita).

    Saya berkenalan dengan Bang Sam, penduduk Pulau Balai yang berprofesi sebagai nelayan. Kebetulan pagi itu, ia menerima pinangan saya untuk men-gantar berkeliling ke pulau-pulau kecil

    Pulau-pulau kecil yang sepi, ratusan nyiur berkombinasi dengan pasir putih dan lautan toska, adalah tempat untuk mengasingkan

    Atas Pulau Rangit, salah satu pulau eksotis di Kepulauan Banyak. Pasir putih bersatu dengan ratusan pohon kelapa.Bawah Pelabuhan di Pula Sarok (kiri); perjalanan menuju Pulau Balai (tengah); salah satu sudut perkampungan di Pulau Balai, pusat pemerintahan di Kepulauan Banyak.

    Bulan Oktober hingga Februari bukanlah waktu yang tepat untuk berkunjung menik-

    mati keindahan Pulau Banyak

    Atas Dermaga di pelabuhan Pulau Balai yang penuh dengan kapal-kapal nelayan. Ada kapal feri dari Aceh Singkil menuju ke Pulau ini.

    P

    PULAU BANYAK

    di perairan Pulau Banyak. Perahu Bang Sam hanyalah sebuah perahu yang tidak terlalu besar serta tidak beratap.

    16 VOLUME 20 www.travelfotografi.co.id

  • EKSPLORASI

    Perahu ini full music, mulai dari lagu-lagu Ratih Purwasih, Rhoma Irama hingga lagu-lagu Minang yang dikemas dalam irama-irama mengen-

    tak, menemani perjalanan saya selama berada diatas perahu. Deru mesin Robin beradu dengan pecahan-pecahan om-bak yang diterjang kapal serta membaur

    Gradasi air di pulau ini terlihat begitu jelas, apalagi saat dipayungi oleh langit gelap yang

    menambah kontras pemandangan

    Kiri Pantai bersih di sudut Pulau Biawak.Bawah Melancong ke pulau, jangan upa untuk mengabadikan langit bersih dengan semburat jingga yang apik saat senja. Ini sunset di Pulau Balai.

    dengan dendangan lagu-lagu.Pulau Biawak yang menjadi tujuan

    pertama, yang saat itu terlihat diselimuti mendung. Gradasi air di pulau ini ter-lihat begitu jelas, apalagi saat dipa-yungi oleh langit gelap yang menambah kontras pemandangan yang tercipta. Dari pulau yang di dominasi oleh pohon kelapa itu saya beranjak menuju ke sebuah pulau yang sangat di rekomen-dasikan untuk menikmati sunset di pulau itu. Pulau Sikandang namanya. Saat saya berkunjung, pulau ini dikelola oleh Simon, seorang bule dari Jerman yang jatuh cinta dengan Pulau Sikan-dang. Ia membangun Ninas Bungalo di sini. Pulau ini didominasi oleh pohon kelapa, sama dengan hampir 80 persen pulau-pulau kecil yang ada di perairan kepulauan ini.

    Selanjutnya, moncong perahu men-garah ke sebuah pulau yang ditunggui oleh sepasang suami istri. Mereka men-jaga kebun kelapa yang ada di Pulau Balong. Waktu perahu kami merapat, pulau ini terlihat sangat sepi. Di pulau

    Pulau Banyak berada di Aceh Singkil, Nangro Aceh Darusalam, tapi untuk akses ke sini lebih cepat dari Medan.

    Dari bandara di Medan untuk menuju Singkil harus menggunakan jasa mobil travel. Biasanya berangkat pada malam hari sekitar pukul 21.00 dan dibutuhkan waktu sekitar 9-10 jam. Leuser Group (081264931344) adalah salah satu jasa travel.

    Sesampai Singkil, turun di pelabu-han Pulo Sarok. Jika sampai pada hari Rabu, ada jadwal feri dari Singkil menuju ke Pulau Balai. Kapal ini akan kembali ke Singkil pada kamis pagi. Dibutuhkan waktu sekitar 4 jam dari Singkil menuju Pulau Balai. Dari Pulau Balai sewalah perahu nelayan setempat untuk berkeliling pulau.

    Cara Menuju Banyak

    EKSPLORASI

    Karena ulah oknum nelayan yang tidak ber-tanggung jawab, terumbu karang di pulau ini

    rusak. Tailana sekarang sepi pengunjung

    ini kami menikmati menu makan siang sederhana yang sudah dibungkus dari Pulau Balai tadi pagi. Cukup dengan nasi bungkus dengan lauk beberapa kerat ikan asin Balado.

    Pulau Tailana adalah arah haluan kapal selanjutnya. Pada awal 90an, pulau ini menjadi primadona para turis mancanegara karena keindahan pulau dan keanekaragaman hayati biota bawah airnya. Namun karena ulah oknum nelayan yang tidak bertanggung jawab, terumbu karang di pulau ini rusak. Tailana sekarang sudah sepi pen-gunjung. Dulu disini ramai ikan dan karangnya bagus, tapi banyak nelayan datang dari luar pulau banyak menang-kap ikan disini menggunakan bom dan pukat harimau, cerita Bang Sam.

    Hari mulai sore dan hujan meng-guyur. Saya menggigil duduk diatas perahu di tengah hujan menuju Pulau Asok yang akan saya jadikan tempat mendirikan tenda dan bermalam. Begitu sampai di pulau Asok, saya mengeluarkan semua barang-barang

    bawaan dan Bang Sam berpamitan un-tuk kembali ke Pulau Balai untuk besok kembali menjemput saya. Pulau Asok adalah sebuah pulau yang tidak terlalu besar yang sebagian besar dihiasi pohon kelapa. Pulau ini dijaga seorang pria paruh baya dengan Bahasa Minang yang begitu fasih (dan menjadi bahasa sehari-hari).

    Berkeliling Pulau Asok adalah kegiatan mengasikkan di pagi hari. Hamparan pantai pasir putih terlihat di hadapan saya. Pohon-pohon kelapa yang tinggi menjulang seolah hendak menggapai langit untuk mencapai ke-sempurnaan. Gradasi air laut dari biru gelap ke hijau toska juga ikut menghiasi bentang keindahan di cakrawala Pulau Asok ini. Puas berkeliling pulau, saya berkemas.

    Bang Sam tiba menjemput dan laju perahu kecil ini diarahkan ke Pulau Lambodong. Tidak lama saya sudah berada di Pulau Lambodong. Di sana saya bertemu dengan dua orang petani kopra. Mereka sedang asik mencongkel daging-daging buah kelapa dari batok nya. Hanya ini mas yang kami punya, kelapa busuk yang tidak laku di jual

    Hujan lebat disertai angin membuat perjalanan terhambat. Ketika hujan mulai reda, haluan perahu mengarah ke Pulau Palambak Besar. Di pu-lau ini saya berencana bermalam di sebuah bungalo. Pulau ini sunyi sekali. Kesalahan saya waktu itu adalah tidak melakukan konfirmasi dahulu kepada pengelola bungalo. Alhasil bungalo tutup dan terkunci. Alhasil saya harus mendirikan tenda lagi malam ini.

    Tip Berkelilinglah di setiap pulau, karena masing-masing pulau mempunyai sudut-sudut pantai yang menarik. Filter-filter Gradual ND dan

    ND dibutuhkan untuk memotret di siang hari yang terik.

    Bungalo-bungalo sederhana yang berjajar di Pulau Sikandang.

    18 VOLUME 20 www.travelfotografi.co.id www.travelfotografi.co.id VOLUME 20 19

  • Atas (Searah jarum jam) Mendung di Pulau Lambodong; Pantai indah di Pulau Tailana yang sempat menjadi Prima-dona; bersantai di hammock di pantai Pulau Tailana; Pulau Rangit yang cantik diabadikan dari atas perahu.

    PULAU BANYAK

    Sore menjelang, semburat merah kekuningan menghiasi langit di hada-pan saya. Pas sekali untuk mengaba-dikan foto-foto sunset. Malam hadir ketika semburat merah dilangit mulai menghitam. Begitu langit terlihat gelap, bintang mulai bertebaran. Jujur di pu-lau inilah saya bisa melihat bintang ber-sinar begitu terang dan begitu banyak. Butiran-butiran debu angkasa seperti nebula juga terlihat begitu jelas.

    Saya rebahan di dalam hammock sambil menatap langit yang begitu. Oya, nyamuk di pulau ini sungguh dahsyat. Saya ingat salah satu sahabat ketika pulang dari pulau ini harus mengidap Malaria. Tenda pun saya bentangkan untuk mengahalau nyamuk-nyamuk. Konon, pulau ini dulunya ramai sekali. Banyak sekali turis mancanegara sing-gah dan tinggal. Namun karena konfilk Aceh dan bencana Tsunami mengaki-batkan kunjungan wisatawan berkurang drastis. Akibatnya beberapa penginapan dan cottage terlihat lapuk tidak terawat.

    Pulau Palambak seolah enggan saya

    tinggalkan ketika saya harus menuju puau lainnya, siang itu. Saya sengaja meminta bang Sam untuk sedikit me-mutari pulau. Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke pulau-pulau tetangga. Pulau Palambak Kecil, Pulau Rangit saya lewati. Pesona pasir putih dan jernihnya air laut masih sama seperti pulau-pulau kecil lainnya. Namun, ada satu pulau yang menarik perhatian saya: Pulau Malelo. Sebenarnya ini tidak layak dikatakan sebagai pulau karena sekarang hanya tinggal gundukan pasir saja. Dulu pulau ini di tumbuhi oleh pepohonan hijau, namun Gempa Nias pada tahun 2005 silam sudah meneng-gelamkannya. Jika pasang pulau kecil pasir putih ini tertutup air laut.

    Perahu merapat ke salah satu sisi pulau kecil itu. Beberapa bangkai pohon

    Karena kebanyakan pula di Pulau Banyak adalah pulau kosong tidak ada sumber air bersih, maka per-siapkan segala sesuatunya.

    Panasnya begitu terik, siapkan lah pelindung tubuh baik itu seperti sunblock, topi atau payung.

    Pesona bawah air pulau-pulau di sini sungguh menawan. Sekadar snorkling di sini juga dijamin menye-nangkan.

    Waktu yang tepat untuk datang ke pulau ini adalah awal Maret hingga Agustus.

    Minumlah obat antimalaria tiga hari sebelum berangkat ke pulau ini, untuk berjaga-jaga. Selain itu juga bawalah lotion anti nyamuk.

    Tips perjalanan

    PULAU BANYAK

    Tip Pulau ini begitu sempurna, maka persiapkan

    dengan baik peralatan fotografi Anda untuk merekam setiap sudut keindahannya. Penggunaan filter

    CPL sangat diperlukan untuk memotret di siang hari.

    Perahu bersandar di pantai bersih dengan laut hijau tosca di Pulau Palambak Besar.

    20 VOLUME 20 www.travelfotografi.co.id www.travelfotografi.co.id VOLUME 18 21

  • EKSPLORASI

    terlihat meranggas masih berdiri tegak di atas pasir pulau. Deburan ombak kecil sesekali menghiasi pasir putihnya yang bersih. Sementara itu langit juga terlihat begitu cerah dihiasi dengan arak-arakan awan.

    Perjalanan pun berlanjut ke Pulau Panjang. Disebut begitu karena ben-tuknya memanjang. Kondisinya Sangat kontras sekali dengan Pulau Malelo

    menu makan siang yang dibawakan Bang Sam.

    Pantai-pantai yang ada di Pulau Pan-jang ini betul-betul indah dan sangat panjang. Rasanya menarik sekali untuk di jelajahi. Saya berjalan menyusuri pantai. Setelah lelah dan cuaca juga su-dah mulai terik, perjalanan berlanjut ke Pulau Tapus-tapus. Bentuknya hampir menyerupai Pulau Panjang dan jajaran pohon kelapa terlihat begitu rapat. Pantai-pantai yang terbentuk oleh alam juga terlihat begitu indah. Bagi saya pecinta pantai sepi, ini adalah surga tempat saya bertetirah.

    Sembari pulang menuju Pulau Balai, perahu mampir ke Pulau Baguk, yang lokasinya keduanya berdekatan. Di ujung pulau terlihat ada mercusuar kecil yang memandu kapal-kapal yang hen-dak berlabuh ke dermaga Pulau Balai. Selain kapal feri yang datang setiap hari Rabu, banyak sekali kapal-kapal besar yang berlabuh. KMP Teluk Singkil yang akan membawa saya menuju Singkil besok pagi terlihat sudah merapat di dermaga.

    Begitu sampai di dermaga, Bang Sam berpamitan kepada kami. Berkat jasanya dengan perahu odong-odong full music-nya saya bisa menikmati indahnya pulau-pulau kecil di perairan Kepulauan Banyak. Setelah berjanji jika ke Pulau Balai saya akan men-ghubunginya lagi, ia melambaikan tangannya sembari mengemudikan perahunya menjauhi saya.

    Senja di Pulau Balai terlihat begitu bergelora sekali petang itu. Ini adalah senja terakhir saya berada di Kepulauan Banyak. Tonggak-tonggak pohon kelapa menjadi begitu indah dengan latar be-lakang bias cahaya senja yang menawan.

    Pesona Pulau Banyak haruslah tetap terjaga. Sudah selayaknya kita memperkenalkan keindahan negeri ini ke mata dunia. Daerah ini seharus-nya menjadi destinasi wisata menarik bagi para pejalan yang mendambakan pantai-pantai bersih yang sepi.

    Potensi pariwisata daerah ini juga seharusnya bisa membantu masyara-katnya menikmati hasilnya, bukan hanya sebagai penonton. Ah angan saya mungkin terlalu tinggi, tapi semoga Tu-han memeluk angan dan harapan saya.

    Pantai-pantai yang ada di Pulau Panjang ini betul-betul indah dan sangat panjang. Rasan-

    ya menarik sekali untuk di jelajahi

    Atas Kegersangan yang eksotis di Pulau Malelo.Bawah Batangkelapa di Pantai Panjang (kiri), Pulau Baguk dengan pohon-pohon kelapa yang rapat (tengah); Pulau Asok yang mengasyikkan untuk bermain air. Jangan lupa bawa kamera tahan air atau underwater case.

    Atas Pelabuhan feri di Pulau Balai. Setiap hari Rabu ada kapal merapat di pelabuhan ini.Bawah kanan Salah satu sudut di Pulau di Kandang yang mempesona. Setiap sudutnya dapat menjadi stok foto lanskap yang mengagumkan.

    Pulau banyak terlalu sempurna untuk tidak di jelajahi.

    yang baru saja saya datangi. Pulau Panjang ini terasa rindang sekali karena banyak pohon kelapa. Kami menggelar

    Tip Peralatan yang perlu dibawa ke Banyak cukup banyak.

    Karena itu pilihlah perangkat yang praktis. Tripod portabel atau tripod

    mini akan memudahkan ketika dibawa. Perangkat ini wajib

    dibawa untuk merekam sunset.

    Kalau mau camping atau sekedar menginap di pulau, persiapkan kan-tung tidur dan lainnya. Pulau Asok dan Pulau Palambak Besar pilihan menarik untuk berkemah.

    Ada beberapa penginapan di Pulau Balai. Salah satunya adalah Penginapan Putri (kontak: Maisal, 085362624690)

    Di Pulau Sikandang ada Ninas Bungalow dengan tarif 150.000 per malam. Menyediakan makanan dengan tarif 150.000 untuk 3 kali makan. (Kontak: 085370544647).

    Di Pulau Palambak Besar ada Lylla Bungalow (Kontak: 085261008699). Penginapan disini dipatok dengan harga Rp 100.000 per bungalo per malam. Untuk makan, mereka menyiapkan hidangan dengan harga Rp 100.000 per orang untuk 3 kali makan.

    Tempat menginap

    Gears Canon EOS 60D de-ngan lensa sudut lebar Canon

    EF-S 15-85mm.

    22 VOLUME 20 www.travelfotografi.co.id www.travelfotografi.co.id VOLUME 20 23